Dini Lapkas Hiv Neuro

55
Laporan Kasus pasien datang dgn kejang Oleh : Dini Noviani P (08-084) Pembimbing : Dr. Agus P Sp.S

description

rthrtreh

Transcript of Dini Lapkas Hiv Neuro

  • Laporan Kasus pasien datang dgn kejangOleh :Dini Noviani P (08-084)

    Pembimbing :Dr. Agus P Sp.S

  • Status pasien Nama: Tn. SJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 54 tahunAgama: islamPendidikan Terakhir: SMUPekerjaan: satpamStatus Pernikahan: Menikah Alamat: Kawasan industriTanggal Masuk RS: 4 April 2013Tanggal Pemeriksaan: 15 April 2013

  • Dilakuan secra autoanamnesa tanggal 8 April 2013 di bangsal Teratai pukul 09.00 WIB

  • Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSOB dengan keluhan kejang pada tangan dan kakinya sejak malam hari smrsKejang dirasakan terus menerus dan baru pertama kali dialaminya. Kejang seperti gerakan menghentak dengan frekuensi 5-10x dan durasi 10 menitKejang tanpa disertai demam, penurunan kesadaran, mual muntah namun sebelumny a pasien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul

  • Riwayat penyakit sekarangPasien menyangkal adanya rasa lemah pada anggota gerak, rasa kebas, kesemutan.Gangguan pendengaran dan kesulitan berbicara juga disangkalGangguan BAB dan BAK disangkal

  • RIWAYAT PENYAKIT DAHULUHipertensi (+)Riwayat stroke (-)Diabetes mellitus (-) penyakit jantung (-)Riwayat trauma (-)Riwayat tumor atau keganasan (-)

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGADiabetes mellitus (-), hipertensi (-)stroke (-), penyakit jantung (-).

  • PEMERIKSAAN FISIKKEADAAN UMUM (Tampak Sakit Ringan) Kesadaran: Compos MentisSikap: BerbaringKooperasi: KooperatifKeadaan Gizi: baik Tekanan Darah:160/80 mmHg Nadi: 84 x/menitSuhu: 36,5oC Pernapasan: 18 x/menitGCS: E4M6V5

  • KEADAAN LOKALTraumata stigmata: Tidak adaPulsasi A. Karotis: Reguler-EqualPerdarahan Perifer: Capillary refill time < 2 detikKGB: Tidak teraba pembesaran, nyeri tekan (-)Columna Vertebralis: Lurus di tengah, nyeri tekan (-)

  • PEMERIKSAAN KEPALAMata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

    PEMERIKSAAN JANTUNGInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis teraba di ICS V, 2 jari medial linea midclavikula sinistraPerkusi: batas kanan ICS IV linea sternalis dextra, batas kiri ICS V 2 jari lateral linea midklavikula sinistraAuskultasi: S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

  • PEMERIKSAAN PARUInspeksi: pergerakan naik-turun dada simetris kanan kiriPalpasi: vocal fremitus kanan=kiri, tidak ada benjolanPerkusi: sonor di seluruh lapang paruAuskultasi: suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

  • PEMERIKSAAN ABDOMENInspeksi: jejas (-), perut datarPalpasi: nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesarPerkusi: timpaniAuskultasi: bising usus (+) normal

    PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITASAtas: akral hangat +/+, edema -/-Bawah: akral hangat +/+, edema -/-

  • Pemeriksaan neurologisSARAF SARAF KRANIALN.I (Olfaktorius)Daya penghidu: normosmia/ normosmia

    N.II (Optikus)- Ketajaman penglihatan: baik/ baik - Pengenalan warna: baik/ baik - Lapang pandang: tidak dilakukan - Funduskopi: tidak dilakukan

  • Nervus III, IV, VI (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)- Ptosis : -/-- Strabismus: -/-- Nistagmus: -/-- Eksoftalmus: -/-- Enoptalmus: -/-

    Gerakan bola mata:Lateral: +/+Medial: +/+Atas lateral: +/+Atas medial: +/+Bawah lateral: +/+Bawah medial: +/+Atas: +/+Bawah : +/+

  • Nervus III, IV, VI (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)PupilIsokor, bulat, 3mm/3mmRCL +/+RCTL +/+Akomodasi +/+Konvergensi +/+

  • Nervus V (N. trigeminus)Menggigit: baik Membuka mulut : simetris Sensibilitas atas: +/+ Sensibilitas tengah : +/+Sensibilitas bawah : +/-+

    Refleks masseter : baik Refleks zigomatikus: tidak dilakukanRefleks kornea : +/+Refleks bersin : tidak dilakukan

  • N. VIIPasif- Kerutan kulit dahi : simetris - Kedipan mata: simetris - Lipatan nasolabial: simetrisSudut mulut: simetrisAktif - Mengerutkan dahi: simetris - Mengerutkan alis: simetris - Menutup mata: simetris

  • N.VIIIVestibular: Vertigo (-), nistagmus -/-Koklear :Rhinne: tidak dilakukanWeber: tidak dilakukanSwabach: tidak dilakukan N. IX, XMotorik: uvula di tengah, arcus faring tampak simetrisSensorik: refleks muntah tidak dilakukan

  • N. XIMengangkat bahu: baik / baikMenoleh: baik / baikN. XII - Menjulurkan lidah: baik- Kekuatan lidah : baik - Atrofi lidah: tidak ada - Artikulasi: cukup- Tremor lidah: tidak ada

  • SISTEM MOTORIKEkstremitas atas proksimal distal: Ekstremitas bawah proksimal distal:

    TROFIK Eutrofik

    TONUSNormotonus

    GERAKAN INVOLUNTERTremor -/-, chorea -/-, atetose -/-, mioklonik -/-

    5555555555555555

  • Sensibilitas: Hemihipestesia sinistraEksteroseptif:- Nyeri: +/-- Suhu : tidak dilakukan - Taktil : +/-Propioseptif: - Posisi: tidak dilakukan - Vibrasi : tidak dilakukan - Tekanan dalam: tidak dilakukan

  • Gejala rangsang meningeal:(kanan/kiri) Kaku kuduk : -/-Laseque: -/-Kernig : -/-Brudzinsky I: -/-Brudzinsky II : -/-PENINGKATAN TIKPupil anisokor (-), penurunan kesadaran (-), papil edema (tidak diperiksa)

  • Refleks fisiologis:Refleks tendon: Refleks biseps: +/+Refleks triseps: +/+Refleks patella: +/+Refleks archilles: +/+ Refleks periosteum: tidak dilakukan

  • Refleks Patologis:Hoffman trimmer: -/-Klonus paha: -/-Babinski: -/-Klonus kaki : -/-Chaddock: -/-Oppenheim: -/-Gordon: -/-Schaefer: -/-Rosolimo : -/-Mendel bechterew : -/-

  • Koordinasi dan keseimbangan: Tes Romberg : tidak dilakukanTes tandem : tidak dilakukanTes fukuda : tidak dilakukanDisdiadokinesis: tidak dilakukan

    Rebound phenomen: tidak dilakukan Dismetri: tidak dilakukanTes telunjuk hidung : +/ + Tes telunjuk telunjuk : tidak dilakukan Tes tumit lutut: tidak dilakukan

  • Fungsi otonom: Miksi Inkontinensia: -Retensi urin: -Anuria : - Defekasi Inkontinensia: -Retensi : -

    Fungsi luhur: Fungsi bahasa: baik Fungsi orientasi: baik Fungsi memori: baik Fungsi emosi: sulit dinilai Fungsi kognisi: baik

  • Pemeriksaan Lab

    Jenis pemeriksaanTanggalNilai rujukan4-04-2013Hematologi Darah rutin Hemoglobin HematokritEritrosit Leukosit Trombosit LED MCVMCH MCHC

    9,5 g/ dl 47%54,1 juta/uL*8700/uL 250000/uL107mm/jam94 fl 30 pg35 g/dL

    12-16 g/dL37-47 %4,3-6,0 juta/uL4800-10800/uL150000-400000/uL

    80-96 fl 27-32 pg32-36 g/dL Kimia Ureum Kreatinin Natrium Kalium Klorida Glukosa sewaktu20,7 mg/dL1,15 mg/dL139 mEq/L3,6 mEq/L106 mEq/L79 mg/dL20-50 mg/dL0,5-1,5 mg/dL135-145 mg/dL3,5-5,3 mEq/L97-107 mEq/L

  • CT Scan

  • Expertise ct scan

  • Resume Pasien laki-laki 54 tahun datang ke IGD RSOB dengan keluhan kejang pada tangan dan kakinya sejak malam hari smrs. Kejang dirasakan terus menerus dan baru pertama kali dialaminya. Kejang seperti gerakan menghentak dengan frekuensi 5-10x dan durasi 10 menit. Kejang tanpa disertai demam, penurunan kesadaran, mual muntah namun sebelumny a pasien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul

  • Diagnosis kerjaKejang parsial simpleks e.c ???

  • penatalaksannanInfus 2A / 8 jamBrainact 2x1Dexametason 2x2grPantoprazol 1x1CPZ 1x1

  • Follow up (tanggal 9 April)

  • Followup (tanggal 10 April 13)

  • TINJAUAN PUSTAKA

  • Pendahuluan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa intraseluler. Orang yang imunokompeten dengan infeksi primer Toxoplasma gondii biasanya tanpa gejala

  • Etiologi Agen penyebab AIDS adalah HIV, yang termasuk dalam famili retrovirus (Retroviridae) HIV memiliki enzim reverse transcriptase, enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang

  • Pada AIDS komponen yang diserang adalah limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Fungsi penting limfosit T helper: menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam system imun dan pembentukan antibody.

  • Infeksi oportunistik infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh.

    infeksi ini dapat timbul karena mikroba ( bakteri, jamur, virus) yang berasal dari luar tubuh, maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaaan normal terkendali oleh kekebalan tubuh.

  • TOXOPLASMOSIS

    Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler yang menyebabkan infeksi asimtomatik pada 80 % manusia sehat, tetapi menjadi berbahaya pada ODHA.

    Toxoplasmosis pada ODHA terbanyak disebabkan oleh reaktivasi infeksi laten.

  • Pada manusia infeksi toxoplasmosis gondii melalui makanan dapat terjadi melalui dua mekanisme :makanan yang tercemar ookista yang berasal dari tinja kucing melalui daging yang mengandung kista jaringan akibat kurang matang dimasak.

  • Life cycle of Toxoplasma gondii. The cat is the definitive host in which the sexual phase of the cycle is completed. Oocysts shed in cat feces can infect a wide range of animals, including birds, rodents, grazing domestic animals, and humans. The bradyzoites found in the muscle of food animals may infect humans who eat insufficiently cooked meat products, particularly lamb and pork. Although human disease can take many forms, congenital infection and encephalitis from reactivation of latent infection in the brains of immunosuppressed persons are the most important manifestations. CNS, central nervous system. (Courtesy of Dominique Buzoni-Gatel, Institut Pasteur, Paris; with permission.)

  • Ensefalitis toksoplasma (ET) merupakan manifestasi utama toksoplasmosis pada ODHA.Bila tidak medapat terapi profilaksis, ODHA dengan serologi toksoplasma positif mempunyai kemungkinan 30-50 % untuk menderita ensefalitis toksoplasmosis.

  • Gejala klinis Demam, sakit kepala, deficit neurologic fokal dan penurunan kesadaran merupakan manifestasi klinis utama dari ensefalitis toksoplasma. Hemiparesis merupakan deficit fokal yang paling sering dijumpai 40-50 % kasusKejang sebagai gejala utama dijumpai pada 15-30 % kasus. Gejala lain adalah ataksia, korea, dan gangguan lapangan pandang.

  • Diagnosis Diagnosis presumtif ensefalitis toxoplasmosis berdasarkan gejala klinis neurologi yang progresif pada ODHA dengan nilai CD4 < 200 sel/l dan disertai gambaran neuro imajing (CT/MRI) yang sesuai.Pemeriksaan MRI lebih sensitive daripada CT scan dalam menemukan lesi ensefalitis toksoplasmosis.

  • Toxoplasmic encephalitis in a 36-year-old patient with AIDS. The multiple lesions are demonstrated by magnetic resonance scanning (T1 weighted with gadolinium enhancement). (Courtesy of Clifford Eskey, Dartmouth Hitchcock Medical Center, Hanover, NH; with permission.)

  • Pemeriksaan serologiT gondii serologi berguna untuk mengidentifikasi pasien terinfeksi HIV pada risiko toksoplasmosis berkembang. Tes serologi yang digunakan umumnya paling mendeteksi keberadaan anti-T gondii IgG dan IgMPada ensefalitis toksoplasma biasanya dijumpai IgG yang positif, sedangkan IgM negatif

  • Antara 97% dan 100% dari pasien terinfeksi HIV dengan ensefalitis toksoplasma memiliki antibodi IgG anti-T gondii. IgG titer puncak dalam 1-2 bulan setelah infeksi

  • Penatalaksanaan Standar terapi ensefalitis toksoplasma kombinasi pirimetamin dan sulfadiazine. Keduanya bersifat aktif terhadap bentuk takizoit yang menyebabkan kelainan patologik pada ensefalitis toksoplasma, namun tidak aktif terhadap bentuk kista jaringan. Karena itu untuk mencegah kekambuhan, setelah terapi fase akut selesai, harus dilanjutkan dengan terapi rumatan jangka panjang. Asam folinat (leukoforin), harus ditambahkan dalam regimen standar untuk mencegah efek samping toksisitas pirimetamin pada system hematologi.

  • Rekomendasi terapi ensefalitis toxoplasma pada ODHA

    Fase akut (3-6minggu)Rumatan(profilaksis sekunder)Pilihan pertamaPirimetamin oral 200 mg hari pertama, selanjutnya 50-75 mg/hari + leukovarin oral 10-20 mg/hari + sulfadiazine oral 1000-1500 mg/hariPirimetamin oral 25-50 mg/hari + leukovarin oral 10-20 mg/hari + sulfadiazine oral 500-1000 mg/hariPilihan keduaPirimetamin + leukovarin (dosis diatas) + klindamisin oral atau i.v 4 x 600 mgPirimetamin + leukovarin (dosis diatas) + klindamisin oral 4x 300-450 mgPiliha ketiga Pirimetamin + leukovarin (dosis di atas) + salah satu : atovaquone oral 2 x 1500 mg, azitromisin oral 1x900-1200mg, klaritromisin oral 2x 500 mg, dapson oral 1x 100 mg, minosiklin oral 2 x 150-200 mgPirimetamin + leukovorin (dosis di atas) + salah satu antibiotic tersebut dosis sama

  • Terapi dapat dihentikan bila terjadi perbaikan system imun yaitu bila nilai CD4 > 200 sel/l selama lebih dari 6 bulan. Terapi profilaksis diberikan kembali jika CD4 turun < 200 sel/l.

  • Bila CD4 < 100 sel/l:profilaksis dengan trimetoprim-sulfametoksazole (960 mg) 1x1 tab namun bila pasien alergi :Dapson oral + pirimetamin Dapson oral +pirimetamin + leukovorinAtovaquone oral +pirimatamin +leukovorin

  • TERIMA KASIH