Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
-
Upload
kiki-febrian -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 1/12
DINAMIKA SPASIAL KOTA PADANG
PASCA GEMPA TSUNAMI ACEH 2004
DAN GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER 2009
PENDAHULUAN
Gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 24 Desember 2004 lalu, dengan jumlah
korban yang meninggal mencapai 283.100 jiwa1, ditambah dengan jumlah korban hilang,
kehilangan tempat tinggal dan korban yang mengalami luka-luka serta yang mengalami trauma
mendalam, sepertinya memberi efek untuk daerah lain disepanjang pantai barat Pulau
Sumatera. Salah satu kota yang berada di tepi pantai barat Pulau Sumatera—dengan jumlah
penduduk yang tergolong padat adalah Kota Padang. Sebagai sebuah kota yang berada di pesisir
pantai barat, Kota Padang tidak luput dari kemungkinan akan terjadi tsunami seperti yang telah
terjadi di Aceh. Minindak lanjuti kemungkinan terhadap isu tersebut, Pemerintah Kota Padang
segera menyikapinya dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang tertuang dalam Perda No.
10 Tahun 2005 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang (RTRW) sampai dengan tahun
2013, dimana orientasi pembangunan diarahkan ke daerah pinggiran. Implementasi kebijakan
tersebut terlihat semakin meningkat pasca terjadinya gempa 30 September 2009 yang lalu di
Kota Padang dengan jumlah korban meninggal 316 orang2. Periode singkat antara gempa aceh
Desember 2004 dengan gempa Padang September 2009 tersebut memberikan efek kepanikan
yang lebih tinggi bagi masyarakat Kota Padang. Fenomena tersebut terlihat dari pergerakan
penduduk pada saat terjadi gempa dari arah pantai menuju daerah pegunungan yang berada di
daerah timur Kota Padang. Di ruas jalan penghubung (jalur evakuasi) terjadi kemacetan yang
membuat arus evakuasi menjadi terhambat, meskipun pada gempa September 2009 tersebut
tidak menimbulkan tsunami.
Pasca gempa 30 September 2009 yang lalu menyebabkan banyaknya ditemukan bangunan baruyang tampak tidak terkontrol di kawasan timur Kota Padang—sepanjang Jalan By-Pass, karena
bangunan tersebut bercampur mulai dari perumahan untuk permukiman, gudang, ruko untuk
perdagangan dan perekonomian hingga bangunan pemerintahan seperti kantor BPS, Balai Kota
dan bangunan pemerintahan lainnya3. Fenomena tersebut merupakan manifestasi dari isu
tentang gempa dan tsunami yang akan melanda Kota Padang seperti yang dikemukakan oleh
tim 9 yang terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang
Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Masyarakat yang mendengar berita bernada
sedemikian, ditambah lagi dari sumber yang berlabel resmi tentu saja memberikan
kecenderungan dalam pemilihan lokasi untuk bermukim yang jauh dari pantai (jauh dari pusat
kota) yang selama ini merupakan daerah pinggiran kota. Dengan adanya kecenderungantersebut daerah pinggiran yang dulunya memiliki kepadatan penduduk yang rendah menjadi
pilihan untuk lokasi bermukim bagi masyarakat Padang. Fluktuasinya pun meningkat dengan
adanya arah kebijakan pemerintah Kota Padang untuk merelokasi bangunan pemerintahan ke
daerah pinggiran, serta pelaku bisnis yang mencari lokasi untuk pengembangan sektor
ekonominya.
Dengan dijadikannya wilayah timur pinggiran Kota Padang sebagai wilayah relokasi untuk
memenuhi tujuan Kota Padang sebagai kota yang ramah bencana alam tersebut menimbulkan
1
United State Geological Survey2 Press Realease Pemko Padang, www.padang.go.id3 Harian Padang Ekspres per Tanggal 2 Mei 2011, http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=2935.
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 2/12
beberapa fenomena sosial dan kependudukan. Adapun pembuatan paper ini adalah untuk
memberikan gambaran terhadap fenomena spasial kependudukan yang terjadi di Kota Padang
yang lebih difokuskan pada pasca isu bencana alam gempa dan tsunami yang akan melanda
daerah itu. Fenomena spasial tersebut akan tertuang secara grafik, peta/gambaran spasial dan
secara deskriptif, dengan beberapa item yaitu; perluasan pola pembangunan Kota Padang
dengan menggunakan Citra Satelit Landsat ETM 7 tahun 2001 dan 2011, kecenderungan
penduduk untuk bermukim di daerah yang jauh dari pantai yang tercermin dari perbandingan
jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2000 dan 2010, dan pemindahan kantor
Walikota Padang ke Aie Pacah Kecamatan Koto Tangah.
GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA PADANG
Kota padang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pesisir pantai barat
Pulau Sumatera. Secara geografis,
Kota Padang terletak pada posisi 00
44’
-10 08’ LS dan 1000
05’
-1000
34’ BT
dengan panjang pantai + 68,13 km.
Adapun kondisi geografis dan
administratif Kota Padang tertuang
pada Peta disamping ini. Wilayah
Kota Padang secara administratif
memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Padang
Pariaman
Sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Pesisir
Selatan
Sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Solok
Sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Kepulauan
Mentawai
Sebagai kota yang
berada di pantai
barat Pulau
Sumatera, kondisi
geologi PulauSumatera juga
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 3/12
mempengaruhi Kota Padang. Hal ini tercermin pada Peta Kondisi Geologi Pulau Sumatera
dibawah ini. Kondisi geologi Sumatera yang sedemikian rupa memberikan gambaran bahwa
Kota Padang khususnya berpotensi untuk mengalami bencana alam geologi seperti gempa
bumi, dan melihat posisinya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia Kota Padang
juga akan berpotensi tsunami—apabila lokasi episentrum gempa, skala kekuatan gempa dan
terjadi disposisi di dasar laut yang memungkinkan terjadinya tsunami (lihat; lingkaran
berwarna kuning).
Bencana alam yang berpotensi dapat terjadi di Kota Padang secara umum tidak hanya bencana
geologi, tetapi juga bencana alam lainnya seperti bencana sedimen, banjir, longsor, abrasi dan
bencana-bencana lingkungan. Akan tetapi dalam tulisan kali ini lebih difokuskan pada fenomena
spasial sosial ekonomi yang disebabkan oleh potensi bencana alam geologi yang mengancam
wilayah Kota Padang.
Kondisi sosial Kota Padang khususnya di sektor kependudukan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2000-2010 tertuang dalam tabel dibawah ini.
No KECAMATAN Penduduk 2000 Kepadatan 2000 Luas KM2 Penduduk
2010
Kepadatan
2010
1 Koto Tangah 120604 524 230,2344 162494 706
2 Pauh 40975 248 165,4093 59075 357
3 Lubuk Kilangan 38739 460 84,1919 49127 584
4 Bungus Teluk Kabung 19646 235 83,4702 23200 278
5 Lubuk Begalung 83585 2725 30,6679 106465 3472
6 Kuranji 96432 1801 53,5435 126520 2363
7 Padang Utara 66891 8048 8,3119 68810 8279
8 Nanggalo 51154 5839 8,7614 57221 6531
9 Padang Barat 59913 11067 5,4136 45321 8372
10 Padang Timur 80632 9366 8,6095 77675 9022
11 Padang Selatan 54671 4217 12,9659 57676 4448
Jumlah 713242 691,5796 833584
Sumber: BPS Kota Padang Tahun 2000 dan 2010, Diolah.
Data jumlah penduduk terakhir yaitu tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Kota Padang
mencapai 833.584 jiwa, atau meningkat sebanyak 14,4367% dari tahun 2000. Jumlah penduduk
yang terus meningkat ini menyebabkan kekhawatiran dari semua pihak terhadap bencana alamyang berpotensi melanda Kota Padang. Konsentrasi penduduk yang masih berada di daerah tepi
pantai harus segera dicarikan solusi yang lebih baik, agar tingkat risiko bisa ditekan.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOTA PADANG
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 4/12
Kebijakan pembangunan Kota Padang menurut Direktorat Penataan Ruang Wilayah I sampai
dengan tahun 2013 telah diarahkan ke daerah pinggiran. Hal ini sesuai dengan poin nomor 1
dalam Strategi
Penataan Ruang
Kota Padang
yang berbunyi
‘Mengarahkan
pengembangan
kegiatan
permukiman
(terutama ke
arah utara dan
timur) untuk
mengurangi
tekanan
perkembangan
fisik dan arus
lalu lintas di dan
kawasan pusat
kota’ . Disamping
pengembangan
kegiatan
permukiman,
pada poin nomor
3 juga
disebutkan
‘Mengembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Kota Padang di Kawasan Aie Pacah
untuk mengurangi arus pergerakan menuju kawasan pusat kota dan sekaligus mempermudah
akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di suatu kawasan’ 4 . Pada poin nomor 3 ini, hal
senada juga disampaikan langsung oleh Mahyeldi Ansharullah—Wakil Walikota Padang pada
tanggal 19 Januari 2010, bahwa program yang sangat mendesak adalah membangun kembali
pusat perkantoran yang hancur pada gempa 30 September 2009 yang lalu, akan tetapi
4 Direktorat Penataan Ruang Wilayah I, Dirjen Penataan Ruang Dept PU, 2008.
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 5/12
pembangunan dilakukan di tempat lain. Pemindahan lokasi perkantoran itu selain terkait
dengan alasan mitigasi bencana alam, sekaligus mengurangi tekanan lalu lintas ke kawasan
pusat kota saat ini5.
Tindak lanjut kebijakan Pemerintah Kota Padang dalam hal merelokasi pusat pemerintahan
yang pada awalnya berlokasi di Kawasan Jalan Khatib Sulaiman dan Pasar Raya—sebelumhancur dan rusak parah pasca gempa 30 September 2009, ke kawasan Aie Pacah By-Pass
Padang yang berlokasi di Kecamatan Koto Tangah sudah tertuang dalam Perda No. 10 Tahun
2005 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Padang Periode 2004-2013. Berdasarkan Perda
tersebut, pemindahan gedung-gedung pemerintahan juga mengakibatkan inisiatif dari
masyarakat untuk melakukan hal yang sama. Karena menurut RTRW tahun 2004-2013, arahan
pengembangan permukiman juga berlokasi di By-Pass yang merupakan wilayah timur Kota
Padang. Peta ketinggian Kota Padang diatas menunjukkan perbedaan ketinggian tanah diatas
permukaan laut, dimana daerah yang merupakan arahan pengembangan lokasi pemerintahan,
permukiman dan perdagangan—seperti yang tercantum dalam RTRW, yaitu daerah utara dan
timur ditunjukkan oleh lingkaran berwarna biru. Dengan demikian, pembangunan yangdiarahkan ke wilayah timur dan utara yang topografinya lebih tinggi, disamping juga bertujuan
untuk pemerataan pembangunan—pengurangan kemacetan dan juga untuk menghindari
potensi tsunami.
DINAMIKA SPASIAL KOTA PADANG
Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 10 Tahun 2005, RTRW Kota Padang
Tahun 2007 dan merebaknya isu potensi gempa-tsunami yang mengancam Kota Padang, maka
pola penggunaan ruang oleh Pemerintahan Kota, masyarakat dan pelaku bisnis mengalamiperubahan. Perda dan RTRW tersebut mengatur pengembangan pembangunan diarahkan ke
timur dan ke utara Kota Padang. Kebijakan dan isu tersebut menyebabkan beberapa fenomena
yang ada di dalam ruang (spasial) Kota Padang yang memberikan cerminan dinamika dalam
konteks spasial kependudukan. Adapun dinamika tersebut adalah sebagai berikut:
A. Perluasan Pembangunan ke Arah Utara dan Timur Kota Padang
Dalam rentang waktu antara 2001 dan 2011 (10 tahun) di Kota padang telah
menunjukkan indikasi perluasan pembangunan ke arah Timur dan Utara. Hal ini dapat
dibuktikan dengan menginterpretasi Citra Landsat ETM 7 time series dari tahun 2001
dan tahun 2011. Interpretasi dilakukan dengan melakukan kombinasi saluran (band)7,4 dan 2. Kombinasi saluran 7,4 dan 2 mampu memberikan perbedaan antara objek
yang memiliki vegetasi dan yang tidak memiliki vegetasi. Interpretasi ini dilakukan
hanya untuk melihat perubahan pembangunan dalam konteks spasial di kawasan utara
dan timur Kota Padang dalam waktu 10 tahun terakhir, dan tidak dilakukan untuk
penghitungan yang lebih rinci. Hasil interpretasi mampu menjelaskan bahwa pola
penggunaan tanah untuk non pertanian—dalam hal ini adalah pembangunan (rumah,
gedung pemerintah, pabrik dan pertokoan), mengalami perluasan ke arah timur. Daerah
yang pada awalnya berupa sawah dan rawa, sudah mulai berubah menjadi area yang
diasumsikan gedung, bangunan pemerintahan, pertokoan, pabrik dan timbunan sawah
yang dilakukan sebelum mendirikan bangunan. Hal ini adalah asumsi dari konversi
5 Pemerintah Kota Padang, http://www.padang.go.id/v2/content/view/2540/1/
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 6/12
tanah dari pertanian menjadi non pertanian, yang ditunjukkan dengan warna yang
berbeda dari hasil komposit citra.
Perbandingan 2 citra satelit dengan tahun yang berbeda diatas menunjukkan perluasan
penggunaan tanah untuk bangunan. Lingkaran berwarna kuning menunjukkan lokasi
perluasan yang sangat bisa dikenali. Warna merah menunjukkan objek tanah tanpa
unsur vegetasi (bangunan, jalan, infrastruktur fisik dan tanah timbunan), warna biru
menunjukkan objek tanah yang memiliki unsur air (sawah, rawa, kolam) dan warna
hijau muda hingga tua adalah objek yang memiliki unsur vegetasi (lapangan bola,
rumput, semak, hutan sekunder hingga hutan primer).
Dari kedua citra diatas dapat diambil informasi bahwa pola pembangunan fisik di Kota
Padang telah mengalami perluasan. Menurut konsep difusi, pola semacam ini
digolongkan kepada difusi ekspansi, dimana daerah asal mengalami perluasan dalam
dua waktu yang berbeda, yaitu tahun 2000 dan tahun 2010. Pola difusi yang
dimaksudkan disini adalah pola secara umum perluasan konsentrasi penduduk yang
dicerminkan dari kenampakan pembangunan dari arah barat menuju timur dan utara.
B. Perubahan Jumlah Penduduk dan Konsentrasi Penduduk
Citra Satelit Landsat ETM7 Komposit Band
7,4,2. Pemotretan Tahun 2001
Citra Satelit Landsat ETM7 Komposit Band
7,4,2. Pemotretan Tahun 2011
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 7/12
Dalam perbandingan dua waktu yang berbeda yaitu tahun 2000 dan 2010, dinamika
penduduk Kota Padang tercermin dalam pola penempatan lokasi tempat tinggal.
Perubahan itu dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Dari perbandingan grafik diatas, terlihat perbedaan jumlah penduduk dibeberapa
kecamatan. Jumlah penduduk tertinggi dalam 10 tahun terakhir masih terdapat di
Kecamatan Koto Tangah. Urutan jumlah penduduk tertinggi kedua di tahun 2000 adalah
Kecamatan Kuranji dan masih bertahan hingga tahun 2010, begitu juga dengan
Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Utara,
Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Nanggalo. Perbedaan mulai terlihat pada
Kecamatan Padang Barat yang awalnya di tahun 2000 berada di urutan ke 6, jauh
merosot ke urutan 10 digantikan oleh Kecamatan Pauh. Sementara Kecamatan Pauh
mengalami peningkatan menjadi keurutan ke 6 yang awalnya di urutan ke 9. Hal yang
sama juga terjadi pada Kecamatan Lubuk Kilangan yang naik menjadi urutan ke 9 yang
awalnya di urutan ke 10.
Fenomena ini merupakan bukti bahwa dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan
jumlah penduduk yang signifikan di kecamatan-kecamatan yang jauh dari pantai,
sehingga terjadi peningkatan yang dirating pada skala tahunnya. Namun hal tersebut
terbalik dengan kecamatan yang persis ada di tepi pantai yaitu Kecamatan Padang
Barat, yang mengalami penurunan rating di tahun 2010 menjadi urutan yang ke 10.
Untuk lebih jelasnya sebaran penduduk perkecamatan tersebut dapat dilihat pada peta
perbandingan jumlah penduduk dari tahun 2000-2011 dibawah ini.
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 8/12
Kepadatan penduduk dari tahun 2000 hingga tahun 2010 juga menunjukkan perubahan.
Pada tahun 2000 kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Padang
Barat, sedangkan pada tahun 2010 kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Padang
Timur. Perubahan juga dialami kecamatan-kecamatan lainnya. Adapun kepadatan
penduduk dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 9/12
Dari grafik diatas dapat diambil informasi bahwa pada tahun 2000 tingkat kepadatan
penduduk tertinggi terdapat pada kecamatan Padang Barat yaitu sebanyak 11.067
orang per kilometer persegi, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi
8.372 orang per kilometer persegi dan menempati urutan kedua. Sedikit berbeda
dengan Kecamatan Padang Timur yang pada tahun 2000 menempati urutan kedua
dengan 9.366 orang per kilometer persegi mengalami penurunan tingkat kepadatan
pada tahun 2010 menjadi 9.022 orang per kilometer persegi, meskipun mengalami
penurunan tingkat kepadatan, akan tetapi kecamatan ini merupakan kecamatan
tertinggi pada tahun 2010. Fenomena ini menunjukkan konsentrasi penduduk diKecamatan Padang Barat mengalami penurunan, namun tidak seluruhnya migrasi ke
kecamatan Padang Timur, penyebaran menjadi lebih merata karena di tahun 2010
kepadatan penduduk di Kecamatan Padang timur justru mengalami penurunan yang
sama. Berarti penyebaran penduduk mulai merata di hampir semua kecamatan. Dari
grafik tahun 2010 hal ini sudah terbutki, karena perbedaan kepadatan antara satu
kecamatan dengan kecamatan yang lain tidak begitu mengalami disparitas seperti yang
terjadi pada tahun 2000.
Secara spasial, fenomena tersebut tertuang pada peta kepadatan penduduk dibawah ini.
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 10/12
Penurunan kepadatan penduduk di Kecamatan Padang Barat dari tahun 2000 ke tahun
2010 merupakan bukti bahwa penduduk telah mulai meninggalkan daerah pantai.
Meskipun perubahan kepadatan tersebut hanya terjadi di 2 kecamatan, namun secara
umum hampir semua kecamatan yang berada di tepi pantai mengalami penurunan di
tahun 2010. Beberapa kawasan permukiman yang berada di tepi pantai pasca gempa 30
September 2009 juga mengalami kerusakan. Hal ini juga merupakan faktor pendorong
bagi masyarakat untuk mencari lokasi baru yang lebih aman. Sementara kawasan By-
Pass dan arah timur Kota Padang menjanjikan tanah yang masih cukup luas, sejuk dan
lebih tinggi dari pantai.
C. Relokasi Bangunan Kantor Walikota Pasca Gempa 30 September
Konsentrasi Bangunan Pemerintahan Kota Padang pada awalnya berlokasi di kawasan
Khatib Sulaiman dan dekat Pasar Raya. Pasca gempa 30 September banyak bangunan
yang rusak berat hingga hancur total. Pemerintah setempat sepakat untuk
merekonstruksi sekaligus merelokasi bangunan tersebut didaerah lain agar tidak
mengalami efek yang sama dikemudian hari. Pemilihan lokasi yang tepat adalah
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 11/12
kawasan Aie Pacah Kecamatan Koto Tangah yang berada arah ke timur Kota Padang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada citra satelit dan peta di bawah ini.
Citra diatas bersumber dari
Google Earth, dimana lokasi
awal Kantor Walikota Padang
hanya berjarak + 1 Km dari
bibir pantai. Kantor
Walikota ini berada di
Kecamatan Padang Barat
persisnya di Kelurahan
Kampung Jao. Pemindahan
dilakukan ke arah timurdikawasan Aie Pacah seperti
citra dan peta di bawah ini.
Kelurahan Aie Pacah berada di Kecamatan Koto Tangah yang dilintasi oleh jalan By-Pass
Kota Padang. Persisinya lokasi bangunan baru Kantor Walikota Padang memiliki jarak
+5,3 Km dari bibir pantai (citra kiri). Citra diatas memperlihatkan relokasi kantor
Walikota Padang yang terjadi pasca gempa 30 September 2009 yang lalu.
Kesimpulan
Kota Padang merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Barat yang berada di tepi pantai baratPulau Sumatera. Belajar dari bencana gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004 yang lalu
Pemerintah Kota Padang telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang pada Perda No. 10 tahun
2005, yang juga ditindaklanjuti dengan RTRW Kota Padang Tahun 2007 yang pada intinya
mengarahkan pembangunan permukiman, perdagangan dan kawasan pemerintahan ke arah
timur dan utara. Konsep ini berlatar belakang karena konsentrasi permukiman penduduk yang
terlalu padat di daerah barat yang merupakan kawasan yang sangat dekat dengan pantai.
Pola konsentrasi yang memusat di kawasan barat tersebut dapat dilihat dengan menggunakan
Citra Satelit Landsat ETM 7 dengan 2 tahun yang berbeda, yaitu tahun 2001 dan 2011 dengan
menggunakan komposit band 7,4,2. Kombinasi ini mampu memberikan perbedaan antara objekyang memiliki unsur vegetasi dan bukan vegetasi, sehingga pola pembangunan dapat dilihat
7/22/2019 Dinamika Spasial Ekonomi Kota Padang Pasca Isu Gempa Dan Tsunami1
http://slidepdf.com/reader/full/dinamika-spasial-ekonomi-kota-padang-pasca-isu-gempa-dan-tsunami1 12/12
dengan jelas. Penampakan spasial pada citra tersebut menunjukkan pola persebaran penduduk
dan arahan pembangunan telah mengalami perluasan ke arah utara dan timur. Pola perluasan
ini sesuai dengan konsep difusi spasial yang tergolong pada difusi ekspansi dengan rentang
waktu 10 tahun.
Fenomena spasial tersebut didukung oleh data kependudukan yaitu data jumlah dan kepadatanpenduduk tahun 2000 dan 2010 yang juga menunjukkan penambahan jumlah penduduk di
kecamatan yang jauh dari pantai, dan pengurangan jumlah penduduk yang dekat dengan pantai.
Dari segi kepadatan penduduk juga mengalami dinamika, dimana pada tahun 2000 kepadatan
tertinggi terdapat di Kecamatan Padang Barat yang merupakan kecamatan yang berbatasan
langsung dengan pantai, sedangkan pada tahun 2010 kepadatan tertinggi terdapat di
Kecamatan Padang Timur yang tidak berbatasan dengan pantai. Meskipun kepadatan penduduk
pada tahun 2010 terdapat di Kecamatan Padang Timur, namun angka kepadatannya mengalami
penurunan dari tahun 2000. Fenomena ini merupakan sebuah bukti bahwa penduduk telah
mengalami penyebaran ke daerah lain untuk menghindari daerah pantai karena faktor bencana
alam. Hal ini terbukti dari jumlah penduduk secara umum dari 10 tahun tersebut mengalamipeningkatan.
Kantor pemerintahan yang mengalami perpindahan adalah Kantor Walikota yang pada awalnya
berada di Kecamatan Padang Barat, di tahun 2010 telah pindah ke Kecamatan Koto Tangah
persisnya dijalan By-Pass yang merupakan kawasan timur Kota Padang. Fenomena ini
merupakan difusi spasial yang tergolong relokasi.
Referensi
Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2000, 2010.
Direktorat Penataan Ruang Wilayah I, Dirjen Penataan Ruang Dept PU, 2008.Harian Padang Ekspres per Tanggal 2 Mei 2011,
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=2935. Press Realease Pemko Padang, www.padang.go.id
Pemerintah Kota Padang, http://www.padang.go.id/v2/content/view/2540/1/ NASA’s Landsat Program. TheLandsat7 Compositor,
http://landsat.gsfc.nasa.gov/education/compositor