Diktat Histologi Modul Indera (FK-UNPAR)-2013 Part 2

32
asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung. TELINGA Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara histologi telinga merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga terletak pada pars perosus tulang timpani.

description

modul indra

Transcript of Diktat Histologi Modul Indera (FK-UNPAR)-2013 Part 2

asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film

mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air

mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta)

yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air mata kemudian

masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal.

Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis

merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke

duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air mata

kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.

TELINGA

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga

terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara histologi telinga

merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian tulang dan membran. Telinga

terletak pada pars perosus tulang timpani.

Gambar-1 Telinga

Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh

membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga

tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan

labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea).

Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang

bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik

yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik

(N.VIII).

TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-

ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani) (Gb-1).

Daun telinga /aurikula (Gb-2) disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit

tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot

lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih

rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.

Gambar-2 Daun Telinga Gambar-3 struktur histologis liang telinga

Liang telinga luar (Gb-1dan 3) merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga

melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya

mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut,

kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret

kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen.

Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai

pelindung.

Membran timpani (Gb-4) menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan

luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah

dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara

keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang

suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan

menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang

diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.

TELINGA TENGAH (Gb-4)

Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian

petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara

mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.

Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis

gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba

Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan

periosteum.

Gambar-4 Telinga luar, tengah dan dalam Gambar-5 Rongga telinga (telinga tengah)

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran (Gb-4) yaitu tulang maleus,

inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang

maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di

atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada

dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor

timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior

kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding

medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari

tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke

dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran

berfrekuensi tinggi.

Tingkap oval (Gb-5) pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan

rongga timpani dari perilimf dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran

membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam.

Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman

yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi

oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum)(Gb-5).

Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea.

Gambar-6 Tuba auditiva Eustachius

Tuba auditiva (Eustachius) (Gb-6) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings

lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling

berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia

dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen

terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada

kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.

TELINGA DALAM (Gb-6 dan Gb-7)

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang

temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya

terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin

membranasea berisi cairan endolimf.

LABIRIN TULANG (Gb-6 dan Gb-7)

Labirin tulang terdiri atas 3

komponen yaitu kanalis semisirkularis,

vestibulum, dan koklea tulang. Labirin

tulang ini di sebelah luar berbatasan

dengan endosteum, sedangkan di bagian

dalam dipisahkan dari labirin

membranasea yang terdapat di dalam

labirin tulang oleh ruang perilimf yang

berisi cairan endolimf.

Vestibulum merupakan bagian

tengah labirin tulang, yang berhubungan

dengan rongga timpani melalui suatu

membran yang dikenal sebagai tingkap

oval (fenestra ovale). Ke dalam

vestibulum bermuara 3 buah kanalis

semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis

anterior, posterior dan lateral yang masing-

masing saling tegak lurus. Setiap saluran

semisirkularis mempunyai pelebaran atau

ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi

muaranya hanya lima dan bukan enam,

karena ujung posterior saluran posterior

yang tidak berampula menyatu dengan

ujung medial saluran anterior yang tidak

berampula dan bermuara ke dalam bagian

medial vestibulum oleh krus kommune.

Gambar-7 Telinga dalam, Labirin tulang (atas)

Labirin membran (bawah)

Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat

(fenestra rotundum).

Koklea (Gb-7 dan 8) merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya

mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus.

Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan

tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion

spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.

Gambar-8 Koklea

LABIRIN MEMBRANASEA (Gb-7b dan 8)

Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang

saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin

tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat

lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf

untuk menggantung labirin membranasea.

Labirin membranasea terdiri atas:

1. Kanalis semisirkularis membranasea

2. Ultrikulus

3. Sakulus

4. Duktus endolimfatikus merupakan saluran penghubung duktus ultrikularis dan duktus

sakularis.

5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus

6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis

7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.

Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula kanalis semisirkularis pada

bangunan yang dikenal sebagai krista ampularis) (Gb-9). Pada ultrikulus dan sakulus juga

terdapat badan-badan akhir saraf yang terdapat pada bangunan yang dikenal sebagai makula

sakuli dan ultrikuli (Gb-9) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.

Gambar-9 Krista Ampularis (Atas) dan Makula (Bawah)

SAKULUS DAN ULTRIKULUS (Gb-7 dan 9)

Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung

pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis

kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula

sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga

berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak

kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.

Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II (Gb-9

dan 10) serta sel penyokong (Gb-9 dan 10) yang duduk di lamina basal. Serat-serat saraf dari

bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan menerima impuls saraf dari sel-sel

neuroepitel ini.

Gambar 10 Sel Rambut

Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan

leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa

serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk

silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya.

Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia

terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) (Gb-9) merupakan sel berbentuk silindris

tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan

beberapa granul sekretoris.

Pada permukaan makula (Gb-9) terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22

mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-

badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat

dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut

terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam

tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel

rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel

rambut.

KANALIS SEMISIRKULARIS (Gb-9,10, 11)

Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan

luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.

Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir

saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) dari kanalis

semisirkularis (Gb-10).. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel

rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya

terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula (Gb-9 dan11) serupa dengan

membran otolitik tetapi tanpa otokonia.

Gambar-11 Krista ampularis

Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat

percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan

kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam

ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh

membran otolitik.

KOKLEA (Gb-7 dan 8)

Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan

tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu

membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat

penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat

membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke

dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu

1. Ruangan atas (skala vestibuli)

2. Ruangan tengah (duktus koklearis)

3. Ruang bawah (skala timpani).

Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis

(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris.

Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan

ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum

disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan

mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum

yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan

bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.

Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu

dekat helikotrema pada sekum kupulare.

Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis

yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus

tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal

dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya

menyatu dengan membran basilaris.

Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen.

Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang

mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.

Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel

selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.

DUKTUS KOKLEARIS (Gb-7 dan 8)

Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas

membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus

epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di

bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria

vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.

ORGAN CORTI (Gb-10 dan Gb-11)

Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ

Corti adalah

1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal

yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang

sempit dan agak melebar di bagian apeks.

2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih

panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam (Terowongan Corti)

3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana

basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel

rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian

basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut

luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu

terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.

4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs

luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.

5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti

6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara

sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius ter-

letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.

Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang

merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini

menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

Gambar-12 Organ Corti

GANGLION SPIRALIS (Gb-6, Gb-10 dan Gb-11)

Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan

bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran

dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki

organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi

persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang

temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis.

Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan

ultrikuli.

Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh

membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang –tulang

pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang

tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani.

Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup

pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus koklearis dengan

membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara

stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut.

Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ,

sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.

RESEPTOR PENGHIDU DAN PENGECAP

A. RESEPTOR PENGHIDU

Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ penghidu yang terletak

di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung, bagian atas septum nasi dan pada

konka nasalis superior tulang etmoidalis.

Gb-1. Organ penghidu di dalam rongga hidung

Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan

1. Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel olfaktorius), sel penyokong

(sel sustentakular) dan sel basal. Epitel ini pada keadaan hidup tampak bewarna

kekuningan.

2. Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel olfaktorius dan disusun

oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung akson sel olfaktorius, pembuluh darah

dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar Bowman) yang menghasilkan sekret

serosa.

Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung dendrit mengalami

penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius. Vesikel olfaktorius ini mempunyai 6-8

silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia ini terbenam di dalam lapisan lendir yang

menyelimuti permukaan lapisan epitel. Akson dari sel olfaktorius akan berjalan menembus

lamina propia untuk bergabung dengan akson dari sel olfaktorius lainnya membentuk berkas

(bundle) serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan melintasi lempeng kribiformis (Cribiform

plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap dengan sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius.

Akson dari sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius ini kemudian akan berjalan ke korteks

olfaktorius, hipothalamus dan bagian limbik sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel

olfaktorius ini mempunyai inti yang bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke

vesikel olfaktorius. Sitoplasmanya mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf

lainnya.

Gb-2. Gambaran skematis sel-sel pada organ penghidu

Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um dan mempunyai

mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat terletak pada 1/3 apikal sel. Sitoplasma

bagian apikalnya mempunyai granula yang mengandung pigmen bewarna kekuningan. Adanya

pigmen kekuningan ini menyebabkan epitel olfaktorius. tampak bewarna kekuningan pada

keadaan hidup. Fungsi sel ini adalah untuk menyokong, memberi nutrisi dan insulator listrik bagi

sel olfaktorius.

Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian apikalnya tidak

mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah basal. Sel basal diyakini sebagai sel

induk (stem cells) untuk sel olfaktorius dan sel sustentakular.

Gb-3. Gambaran histologis sel-sel organ penghidu

B. RESEPTOR PENGECAP

Gb-4. Organ pengecap pada lidah

Indera pengecap memberikan informasi kepada kita tentang makanan dan minuman yang

kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak pada permukaan atas lidah dan bagian faring dan

laring yang terletak didekatnya. Reseptor pengecap dan sel-sel epitel yang khas membentuk

struktur sensoris yang dikenal sebagai kuncup kecap (taste bud).

Kuncup kecap merupakan organ sensoris intraepitel yang berfungsi dalam persepsi rasa.

Permukaan lidah dan bagian belakang rongga mulut mengandung kira-kira 3000 kuncup kecap.

Kuncup kecap merupakan organ berbentuk bulat, lebih pucat dibandingkan dengan epitel

disekitarnya. Setiap kuncup kecap terdiri atas 40 reseptor pengecap berbentuk silindris yang

dikenal sebagai sel pengecap (gustatory cells) dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel

kecap yang menyempit terdapat mikrovili, yang dikenal sebagai rambut pengecap (taste hairs)

yang berjalan menuju permukaan lidah

Gb-5. Gambaran histologis lidah

melalui lubang pengecap (taste pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal (basal cell, sel

tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel tipe II), dan sel

pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel awal yang akan

berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang sebagai sel terang, lalu berubah

menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan mati. Serat-serat saraf akan masuk kedalam kuncup

kecap dan bersinap dengan sel tipe I, II dan III.

Gb-6. Gambaran histologis kuncup kecap

Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan bawangdengan

sel-sel yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui

dasarnya. Badan akhir serat saraf sensoris ini terdiri atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel

penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga

tingginya hampir sama dengan tebal epitel. Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin

halus sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya gepeng panjang dan berkromatin padat.

Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak berjumbai yang terdiri atas rambut-

rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus.

Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada 2/3 anterior

lidah, dari akar lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila sirkumvalata dan 1/3 posterior

lidah akan dipersarafi oleh saraf otak ke IX. Saraf otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap

yang tersebar pada permukaan epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini

akan bersinap di nukleus solitarius di medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius

akan berjalan memasuki lemniskus medialis selanjutnya menuju ke talamus dan akhirnya

informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer.

RUJUKAN

1. Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam

Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta,

Indonesia Hal.538-574.

2. Fawcett, D.W (1994), The Eye in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th

edition, Chapman and Hall, New York, USA, pp. 872-916

3. diFiore, MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of

Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.248-256.

4. Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheater’s Functional

Histology, 4th edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405

5. Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology,

W.B. Saunder Company, USA, pp. 422-442