Dike 260110110011

15
ANTIBODI MONOKLONAL A. Pengertian Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang dapat mengikat satu epitop dan merupakan zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh. Antibodi monoklonal dapat mengenali dan mengikat antigen yang spesifik. B. Pembuatan Antibodi Monoklonal Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tiap tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing denngan spesivitas yang luar biasa. Langkah pembuatan Teknologi Monoklonal :

description

Laporan ANFISKO

Transcript of Dike 260110110011

Page 1: Dike 260110110011

ANTIBODI MONOKLONAL

A. Pengertian

Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang dapat mengikat satu

epitop dan merupakan zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang

memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari sistem kekebalan

tubuh. Antibodi monoklonal dapat mengenali dan mengikat antigen yang spesifik.

B.Pembuatan Antibodi Monoklonal

Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel sistem

imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun

dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan menghancurkan

substansi yang dapat memasuki tubuh kita. Tiap tipe sel mempunyai tugas khusus.

Beberapa dari sel tersebut dapat membedakan dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel

asing (non self). Salah satu dari sel tersebut adalah sel limfosit B yang mampu

menanggapi masuknya substansi asing denngan spesivitas yang luar biasa.

Langkah pembuatan Teknologi Monoklonal :

Langkah pertama adalah dengan menginjeksikan antigen ke dalam tubuh

tikus/kelinci percobaan, kemudian limpanya dipisahkan.

Sel-sel pembentuk antibodi pada limpa dilebur ( fusi ) dengan sel-sel mieloma

( sel kanker )

Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibodi,

sedangkan 10% sel hibridoma akhir terdiri dari sel-sel yang menghasilkan

antibodi

Setiap hibridoma hanya dapat menghasilkan satu antibodi.

Teknik seleksi kemudian dikembangkan untuk mendidentifikasi sel tersebut,

kemudian dilakukan pengembangan atau pengklonan berikutnya

Page 2: Dike 260110110011

Klona yang diperoleh dari hibridoma berupa antibodi monoklonal. Antibodi

monoklonal dapat disimpan beku, kemudian dapat diinjeksikan ke dalam

tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur untuk menghasilkan antibodi

dalam jumlah yang besar.

Ketika di tikus terbentuk antibodi yang beraneka ragam (antibodi

multiklonal) dengan maksud tubuh tikus harus dilindungi dari berbagai

organisme patogen /antigen asing misal (antigen HCG) ,maka tikus

diharapkan bebas dari berbagai gangguan penyakit akibat bervariasinya

patogen/antigen tersebut.

C.Cara kerja Antibodi Monoklonal pada sel kanker

Tidak seperti kemoterapi dan radioterapi, yang bekerja secara kurang spesifik,

tujuan pengobatan antibodi monoklonal adalah untuk menghancurkan sel-sel kanker

secara khusus dan tidak mengganggu jenis-jenis sel lainnya. Semua sel memiliki

penanda protein pada permukaannya, yang dikenal sebagai antigen.

Antibodi monoklonal dirancang di laboratorium untuk secara spesifik

mengenali penanda protein tertentu di permukaan sel kanker. Antibodi monoklonal

kemudian berikatan dengan protein ini. Hal ini memicu sel untuk menghancurkan diri

Page 3: Dike 260110110011

sendiri atau memberi tanda pada siinduk kekebalan tubuh untuk menyerang dan

membunuh sel kanker.

Sebagai contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang dipakai dalam

pengobatan limfoma non Hodgkin, mengenali penanda protein CD20. CD20

ditemukan di permukaan Sel B abnormal yang ditemukan pada jenis-jenis limfoma

non Hodgkin yang paling umum.

Mekanisme Monoklonal bekerja melawan sel Kanker

1. Antibodi Dependent Celluar Cytotoxicity (ADCC)

AADC adalah cara yg dilakukan antibodi untuk membuat sel-sel kanker

terlihat bagi sel fagosit, sebagai natural killer sel manusia. Ikatan antibodi

monoclonal dengan antigen permukaan sel tumor memicu penglepasan perforin

dan grenzyme yang dapat menghancurkan sel tumor. Sel-sel yang hancur

ditangkap Antigen Presenting Cell (APC) lalu dipresentasikan pada sel B limfosit

sehingga memicu pelepasan antibodi, kemudian antibodi ini akan berikatan

dengan target antigen. Pelepasan antibodi oleh sel B limfosit memicu sel T

limfosit mengenal dan membunuh sel target.

2. Complement Dependent Cytotoxicity (CDC)

Page 4: Dike 260110110011

Pengikatan antibodi monoklonal dengan antigen memicu protein lain

untuk mengawali pelepasan proteolitik dari sel efektor kemotaktik yang dapat

menyebabkan terbentuknya lubang pada membrane sel-sel kanker. Lubang ini

membuat air dan ion natrium dapat keluar dan masuk sel kanker tanpa terkendali

sehingga sel tersebut akan mengalami lisis atau pecah.

3. Perubahan Transduksi Sinyal

Pada setiap sel tubuh, terdapat reseptor growth factor yang merupakan

target sel tumor untuk menginduksi sel-sel sehat tersebut agar mengalami

aktivitas metabolism yang berlebihan dan terjadi pembelahan sel secara cepat

sehingga timbul kanker. Transduksi sinyal dari sel kanker ini akan terus meluas

sehingga pada suatu fase, jika tingkat keganasannya meningkat, pengobatan

dengan kemoterapi tidak dapat mengendalikan atau menekan pertumbuhan sel

ganas tersebut. Antibodi monoklonal sagat potensial untuk menormalkan laju

perkembangan sel dan membuat sel sensitif terhadap zat sitotoksik (dari

kemoterapi) dengan menghilangkan signal reseptor. Hasilnya, perkembangan sel

kanker dapat terhenti dan obat yang diberikan melalui kemoterapi dapat

menghancurkan sel-sel kanker tersebut.

4. Antibody Directerd Enzyme Prodrug Therapy (ADEPT)

ADEPT adalah cara penggunaan antibodi monoklonal sebagai penghantar

enzim dan obat-obatan untuk sampai ke sel kanker. Enzim yang dbawa oleh

antibodi monoclonal akan mengaktifkan kerja obat untuk membunuh sel-sel

kanker. Selain obat-obatan, antibodi monoclonal juga dapat digabungkan dengan

partikel radioaktif untuk dikirimkan langsung pada sel kanker.

Sesuai dengan kerjanya, ada dua jenis antibodi monoclonal yang diberikan

pada penderita kanker yaitu naked monoclonal antibodies atau antibodi

monoklonal murni. Antibodi ini penggunaannya tanpa dikombinasikan dengan

Page 5: Dike 260110110011

obat lain atau material radioaktif. Jenis yang kedua adalah conjugated monoclonal

antibodies yaitu antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan berbagai jenis

obat, toksin, dan materi-materi radioaktif. Antibodi monoclonal jenis ini hanya

berperan sebagai pengangkut yang akan mengantarkan substansi-substansi obat,

racun, dan materi radioaktif, menuju langsung ke sel-sel kanker.

D.Manfaat Antibodi Monoklonal

• Dengan mengetahui cara kerja anti bodi, kita dapat memanfaatkannya untuk

keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.

• Pengukuran dengan pendeteksian dengan menggunakan Teknologi antibodi

monoklonal relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena spesifitasnya tinggi.

• Teknologi antibodi monoklonal saat ini digunakan untuk deteksi kehamilan, alat

diagnosis berbgai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel kanker.

• Karena spesifitasnya yang tinggi maka Teknologi antibodi monoklonal dapat

digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.

• Selain kegunaannya untuk mendiagnosis penyakit pada manusia, Teknologi antibodi

monoklonal juga banyak dipakai untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman

dan hewan, kontaminasi pangan dan polutan lingkungan.

E.Dosis dan pemberian Antibodi

Dosis dan pemberian bervariasi untuk setiap antibodi yang diberikan. Sebagai

contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang umum digunakan dalam pengobatan

NHL diberikan intravena, melalui jarum yang masuk ke dalam pembuluh darah ,

biasanya di lengan.

Page 6: Dike 260110110011

Rituximab diberikan sebagai ‘tetesan’ yang berarti obat dimasukkan dulu ke

dalam kantong infus, kemudian cairan menetes perlahan ke dalam pembuluh darah

dengan mengandalkan kekuatan gravitasi. Jika antibodi monoklonal digunakan dalam

kombinasi dengan kemoterapi, rituximab biasanya diberikan sesaat sebelum

kemoterapi pada awal setiap siklus pengobatan.

Sebelum tetesan infus diberikan, obat lain untuk mencegah beberapa efek

samping antibodi monoklonal diberikan contohnya parasetamol untuk mengurangi

demam dan anti-histamin untuk mengurangi kemungkinan reaksi alergi.

Meski demikian, efek samping antibodi monoklonal umumnya ringan dan

sementara serta dapat diatasi dengan mudah. Jika terjadi efek samping saat obat

diberikan, tetesan infus dapat diperlambat atau bahkan dihentikan hingga efek

samping berakhir.

Untuk pengobatan pertama, pasien menginap di rumah sakit atau sementara

tinggal di sana sebelum pulang ke rumah.Pengobatan lanjutan biasanya lebih cepat

dan efek sampingnya lebih sedikit. Kebanyakan orang dapat mendapat pengobatan

lanjutan ini sebagai rawat-jalan dan pulang ke rumah pada hari itu juga.

F. Efek Samping

Penggunaan antibodi monoklonal sebagai terapi kanker mampu menimbulkan

efek samping, mulai efek samping yang ringan sampai efek samping yang

menjadikan pasien dalam kondisi gawat darurat.

Efek Samping Umum.

• Reaksi alergi seperti gatal dan bengkak.

• Gejala seperti flu,padahal bukan flu

Page 7: Dike 260110110011

• Diare

• PengeringanKulit

Efek Samping yang jarang terjadi,namun berbahaya.

• Perdarahan hebat

•Gangguan jantung

• Reaksi anafilaksis (hipersensitif)

ANTIBODI POLIKLONAL

A.Pengertian

Antibodi poliklonal adalah campuran antibody yang mengenal epitop yang berbeda

pada antigen yang sama atau dengan kata lain di dalam suatu populasi antibodi

terdapat lebih dari satu macam antibodi.

B.Pembuatan Antibodi Poliklonal

Proses yang terjadi pada antibodi poliklonal:

1. Diproduksi dengan imunisasi hewan dengan antigen yang tepat.

2. Serum dari hewan terimunisasi dikumpulkan

3. Antibodi dalam serum dapat dimurnikan lebih lanjut.

4. Karena satu antigen menginduksi produksi banyak antibodi maka hasilnya

berupa ‘polyclonal’ /campuran antibodi.

Produksi antibodi poliklonal menggunakan isolat yang telah dimurnikan pada

kelinci New Zealand White (n=12 ekor)

Page 8: Dike 260110110011

Antigen, morfin-3-β-D-glukoronat dicampur dengan adjuvant, diinjeksikan

secara subkutan ke 5 ekor kelinci White New Zealand sebanyak empat kali dengan

interval waktu penyuntikan seminggu. Satu minggu setelah penyuntikan ke-empat,

dilakukan pengambilan darah kelinci. Antibodi poliklonal (antiserum) dipisahkan dan

disimpan. Sejumlah alikuot antiserum diendapkan dengan ammonium sulfat (50%).

Campuran disentrifugasi dan endapan dilarutkan dengan sedikit air steril untuk

didialisis. Hasil dialisis kemudian dipisahkan dengan elektroforesis. Analisa ELISA

dilakukan terhadap crude antiserum dan hasil dialisis. 

Kelinci strain NZW dengan bobot rata-rata 3 kg, sejumlah 12 ekor dibagi menjadi

6 kelompok masing-masing dengan 2 ulangan tanpa ada perbedaan jenis kelamin. Pakan

yang diberikan berupa pelet dan wortel sedangkan multivitamin diberikan sebelum

perlakuan dan diulangi setiap selesai imunisasi.

Isolat ovPAG (S,DT, DN8, DN16, DN32) yang diperoleh dari purifikasi ekstrak

kotiledon plasenta dalam kolom Sephadex-G75 dan DEAE-cellulose (Tabel). Freud’s

complete adjuvant (Sigma®) dan Freud’s Incomplete adjuvant (Sigma®) diperlukan

sebagai larutan pengikat (adjuvant) ovPAG yang akan diimunisasikan pada kelinci

(Goldsby et al. 2000; Erb & Hau 1994; Hendriksen & Hau 2003).

Tabel.Isolat ovPAG dan konsentrasinya yang diimunisasikan pada kelinci New

Zealand White

Isolat ovPAG Jumlah (ekor) Konsentrasi (ng/µl)

Sephadex-G75 (S1 & S2) 2 181.00

DEAE-Tris HCl 0,01 M (DT.1 & DT.2 2 171.00

DEAE-NaCl 80 mM (DN8.1 &DN8.2) 2 2.67

DEAE-NaCl 160 mM (DN16.1 & DN16.2) 2 44.33

DEAE-NaCl 320 mM (DN32.1 &DN32.2) 2 86.00

Kontrol (K1 & K2) 2

Page 9: Dike 260110110011

Isolat diimunisasikan pada bawah kulit atau subkutan bagian punggung kelinci

NZW (Gambar 19). Imunisasi pertama dilakukan dengan menyuntikan campuran 0.5 ml

isolat ditambah 0.5 ml Freud’s complete adjuvant atau FCA (Sigma®). Booster pertama

dilakukan dengan menyuntikan campuran 0.5 ml isolat ditambah 0.5 mL dan Freud’s

Incomplete adjuvant atau FICA (Sigma®) Booster kedua dilakukan dua minggu setelah

booster pertama dengan menyuntikan campuran dengan komposisi yang sama dengan

booster pertama Darah dari vena maupun arteri telinga (Vena dan Arteri auricularis)

ditampung kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan, setiap dua minggu sekali

dengan volume maksimum 20% bobot kelinci (Ayad et al. 2007).

Darah (Baseline; FCA; FICA I dan II) disentrifus pada kecepatan 2 500 rpm

selama 15 menit untuk dipisahkan plasma darahnya kemudian ditempatkan dalam

tabung, disimpan pada suhu – 20oC sampai seluruh plasma terkumpul. Setelah semua

plasma darah tekumpul, respon imun kelinci terhadap ovPAG yang diimunisasikan,

diukur dengan melihat kerapatan optik menggunakan teknik ELISA termodifikasi yang

diukur pada panjang gelombang 450 nm.

Page 10: Dike 260110110011

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. 2007. Cellular and Mollecular Immunlogy. Ed ke-6. Philadelphia : Elsevier Inc. hlm 3 – 17; 123-142.

Ayad A, Sousa NM, Sulon J, Iguer-Ouada M, Beckers JF. 2007. Comparison of five radioimmunoassay systems for PAG mesurement : Ability to detect early pregnancy in cow. Reprod Dom Anim 42(4):433-440.

Barbato O et al. 2008. Isolation of pregnancy-associated glycoproteins (PAG) from water buffalo (Bubalus bubalis) placenta by use of Vicia villosa bound agarose affinity chromatography. Res Vet Sci 85(3):457-466.

Bella A, Sousa NM, Dehimi M, Watts J, Beckers JF. 2009. Western analyses of Pregnancy-Associaed Glycoprotein Family (PAG) in Placental Extracts of Various Mammals. Theriogenology, Volume 68 (7) : 1055-1066.

Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta..

Dennison, C., 2002. A Guide to Protein Isolation, Kluwer Academic Publishers. New York.

Liddell,E . 1995 . Antibody Technology . UK : BIOS Scientific Publishers Ltd.

Palfree, R.G.E. and B.E. Elliott. 1982. An enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) for

detergent solubilized 1a glycoproteins using nitrocellulose membrane discs. J. Immunol.

Methods 52: 395-408.