perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL
PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
i
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL MAKE
PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
DESI ROHANI
X7110008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KONSEP BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS V SDN WERU 01 WERU SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
DESI ROHANI
X7110008
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu
Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Chumdari, M. Pd
Anggota I : Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd
Anggota II : Drs. Samidi, M. Pd
Tanda Tangan
…………………
…………………
…………………
…………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Desi Rohani. NIM X710008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi konsep pecahan melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match di kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan, wawancara, observasi, tes, dan dokumen. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data/sumber dan trianggulasi metode/teknik. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata hasil belajar 52,86 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 42,86. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,19 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 61,91%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa naik menjadi 82,14 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 90,48%.
Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Kata Kunci : Make a match, hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Desi Rohani. NIM X710008. Increasing achievement of Fractional number by Using Make A Match Model at The Fifth Grade Students of Public Elementary School Weru 1, Weru, Sukoharjo, 2011/2012 Academic Year. Skripsi. Surakarta. The faculty of educational and teacher’s training. Sebelas Maret University. July 2012.
The aim of research is to increasing achievement mathematic with study material in fractional concept by using cooperative learning model ‘Make a Match’ technique in fifth grade at Public Elementary school 1 Weru, Weru subdistrict, Sukoharjo regency.
The research model was the classroom action research. The research is held by two cycle, each cycle consists of plan, action, observation, and reflection. The subject of this research was student fifth grade at Public Elementary School Weru 1, Weru subdistrict, Sukoharjo Regency, totaly 21 persons which consist of 10 male student and 11 female student. The techniques of data collecting are interview, observation, test and document. Data validities used trianggulation of data/source and trianggulation of metod/technique. Data analysis used the interactive analysis model consist three components, they are data reduction, data display, conclusion or verifying.
Research product show that in the pre cycle the average value from student’s learning achievement is 52,86 and precentation for students who get the value more value of standart minimum of graduation is 42,86%. First cycle the average value from student’s learning achievement is 76,19 and precentation for students who get the value more value of standart minimum of graduation is 61,91%. At the second cycle, the average value from student’s learning achievement is 82,14 and precentation for students who get the value more than value of standart minimum of graduation is 90,48%.
The conclusion of this research is learning mathematics with implementation of cooperative learning method can increase achievement mathemetics with study material fractional concept for students fifth grade at Elementary School Weru 1, Weru subdistrict Sukoharjo Regency 2011/2012 academic year. Key word : Make a match, achievement of mathematics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Setiap masalah yang kita hadapi adalah rencana Tuhan untuk memberikan yang
lebih indah untuk kita, jadi berfikirlah positif atas apapun yang kita alami.
(Penulis)
“Wong nandur bakale ngunduh”
(Falsafah Jawa)
Berusaha selalu berbuat baik dan lakukan dengan ikhlas atas apa yang sudah jadi
tanggung jawab kita.
(Orang tua Penulis)
~Do`a restu orang tua adalah segalanya~
Sabar, bersyukur dan selalu tersenyum
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Alloh SWT,
skripsi ini saya persembahkan kepada :
Keluarga besarku, Ayahku Suwar S.Sos., Ibuku Karsi tersayang yang telah
memberikan semangat, do`a dan kasih sayang yang tak terhingga nilainya. Kalian
segalanya bagiku. Adik-adikku tersayang, Imam dan Rochman, kalian
penyemangat kakak untuk menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh keluarga besar SDN Weru 01 kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo
yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini
Almamater tercinta, Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui Model Make A
Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011/2012”.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikakan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah
memberikan semangat dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Drs. Samidi, M. Pd. selaku pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Sri Hartati, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Weru 01 dan seluruh
keluarga besar SDN Weru 01 yang secara terbuka memberikan berbagai
bantuan, dorongan dan semangat.
7. Keluarga besarku terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang
tulus serta pengalaman hidup yang menguatkan aku sampai detik ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Teman-teman dan sahabatku yang selalu membantu, menemani dan
mendukungku dalam suka dukanya menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................ vi
HALAMAN ABSTRACT ......................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................................... .... xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ... xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. .... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. .... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... ... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. ... 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................... ... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................. ... 4
BAB II : LANDASAN TEORI ................................................................................. 5
A. Kajian Teori............................................................................. ............. 5
B. Penelitian Relevan............................................................................. .... 24
C. Kerangka Berfikir.................................................................................. 24
D. Perumusan Hipotesis.......................................................................... ... 26
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN............................................................ ... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. .. 27
B. Subjek Penelitian................................................................................ ... 28
C. Data dan Sumber Data........................................................................ .. 28
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. .. 28
E. Validitas Data..................................................................................... ... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
F. Analisis Data....................................................................................... .. 32
G. Indikator Kinerja................................................................................ ... 33
H. ProsedurPenelitian................................................................................. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN ............................................................................... 38
A. Deskripsi Pra Tindakan ......................................................................... 38
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus................................................... 40
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus............................... ........... 60
D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... . 64
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................... .......... 69
A. Simpulan............................................................................................... 69
B. Implikasi................................................................................................ 69
C. Saran.................................................................................................... .. 70
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. .. 71
LAMPIRAN............................................................................................................. .. 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir .................................................................................. 25
Gambar 2. Model Analisis Interaktif...................................................................... 32
Gambar 3. Siklus PTK............................................................................................ 34
Gambar 4. Grafik Nilai Awal........................................................................... ....... 39
Gambar 5. Grafik Hasil Tes Awal........................................................................... 40
Gambar 6. Grafik Observasi Kegiatan Siswa Siklus I....................................... ..... 47
Gambar 7. Grafik Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................................ 48
Gambar 8. Grafik Nilai Siklus I.................................................................... .......... 50
Gambar 9. Grafik Observasi Kegiatan Siswa Siklus II........................................ ... 57
Gambar 10. Grafik Observasi Kinerja Guru Siklus II.............................................. 58
Gambar 11. Grafik Nilai Siklus II ............................................................................. 60
Gambar 12. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Siklus I .................................................................................................. 61
Gambar 13. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II ............................................................................. 62
Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus
II ............................................................................................................ 63
Gambar 15. Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II .......................................................................................... 63
Gambar 16. Grafik Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa ...................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian........................................................................................ 27
Tabel 2. Nilai Awal..................................................................... ............................. 38
Tabel 3. Hasil Tes Awal..................................................................... ...................... 39
Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I.............................. ..................... 46
Tabel 5. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I.................................... ................... 48
Tabel 6. Nilai Siklus I..................................................................... ......................... 49
Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II............................... .................. 56
Tabel 8. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II............................. ........................ 58
Tabel 9. Nilai Siklus II..................................................................... ........................ 59
Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Siswa Sebelum dan Setelah Siklus I. .................. 60
Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Setelah
Tindakan Siklus I dan Siklus II ................................................................. 62
Tabel 12. Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa.................. .......................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus dan RPP Siklus I Pertemuan I......................................... ........ 74
Lampiran 2. Silabus dan RPP Siklus I Pertemuan II................ ............................... 86
Lampiran 3. Silabus dan RPP Siklus II Pertemuan I.................................. ............. 98
Lampiran 4. Silabus dan RPP Siklus II Pertemuan II....................... ....................... 110
Lampiran 5. Nilai Hasil Tes Awal.......................................... ................................. 122
Lampiran 6. Nilai Siklus I.............................. .......................................................... 123
Lampiran 7. Nilai Siklus II.................................... .................................................. 124
Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ........................ 125
Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ...................... 126
Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ...................... 127
Lampiran 11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ..................... 128
Lampiran 12. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ............................ 129
Lampiran 13. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II .......................... 131
Lampiran 14. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I .......................... 133
Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ......................... 135
Lampiran 16. Hasil Rekap Nilai Kinerja Guru .......................................................... 137
Lampiran 17. Hasil Rekap Nilai Observasi Siswa ..................................................... 138
Lampiran 18. Deskriptor Nilai Observasi Siswa........................................................ 139
Lampiran 19. Foto Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi diharapkan akan membawa dampak positif bagi dunia
pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencetak generasi –
generasi yang lebih berkualitas dalam segala bidang. Untuk mencapai hal tersebut
harus selalu diadakan pembaharuan pendidikan yang melibatkan bukan hanya
guru tetapi semua unsur pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dicapai
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang dicapai siswa ada yang
sudah memenuhi passing grade (batas ketuntasan), tetapi juga ada yang belum
bisa mencapainya. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai keunikan yang berbeda,
artinya daya tangkap dan daya serap masing-masing siswa berbeda dalam
menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar menurut Suprijono
(2011: 5) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Di sekolah siswa dituntut mempunyai hasil belajar yang
baik dalam semua mata pelajaran.
Salah satu pelajaran yang diharapkan mempunyai hasil belajar yang baik
adalah pelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika juga mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dengan
meningkatnya hasil belajar matematika berarti anak didik sebagai generasi
penerus bangsa memiliki cara berfikir kritis dan logis, sehingga mereka terlatih
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kebanyakan para siswa menganggap pelajaran matematika itu pelajaran
yang paling sulit, menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan. Hal
ini adalah persepsi negatif siswa terhadap matematika. Persepsi ini ada dalam
setiap jenjang pendidikan. Persepsi negatif tentang matematika tersebut dapat
menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa menjadi berkurang sehingga
mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika.
Hasil belajar siswa kelas V SDN Weru 01 pada materi mengubah pecahan
biasa menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya masih kurang. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 52,86 dan ketuntasan
belajar kelas 42,86%. Rendahnya hasil belajar ini disebabkan karena model
pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan
persepsi negatif siswa tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa
dalam belajar matematika rendah. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam
belajar matematika mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Apabila permasalahan tersebut tidak diatasi akan berdampak bagi siswa
terutama untuk menguasai materi selanjutnya. Materi konsep bilangan pecahan
kelas V ini sebagai titik tolak untuk memahami materi selanjutnya yaitu operasi
hitung campuran bilangan pecahan di kelas VI. Maka dari itu perlu diadakan
perbaikan pembelajaran dengan memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan agar siswa tertarik terhadap pelajaran matematika. Sehingga hasil
belajar siswa maksimal dan pembelajaran matematika dapat memberikan
pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa.
Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan
memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kegiatan belajar
mengajar, guru menggunakan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah
cooperative learning. Menurut Sugiyanto ( 2008: 35 ), pembelajaran cooperative
learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan pondasi yang baik untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Salah satu teknik pembelajaran cooperative learning adalah make a match
(mencari pasangan). Teknik make a match atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorn Curran (1994). Make a match dipilih untuk menyelesaikan rendahnya
hasil belajar konsep pecahan karena mempunyai keunggulan. Salah satu
keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menantang dan menyenangkan
sehingga siswa kelas V tidak mudah bosan dengan pelajaran matematika. Dengan
demikian siswa belajar matematika tidak hanya mendengarkan dan guru
menerangkan di depan kelas saja namun tercipta kondisi belajar dengan penuh
keaktifan dan bermakna bagi siswa dalam pembelajaran matematika.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu
yang berisi jawabannya, siswa mencari dan mendapatkan pasangan kartu yang
tepat dari soal atau jawaban yang mereka dapat. Siswa yang dapat menemukan
pasangannya sebelum waktu yang ditentukan dan benar mendapat nilai-reward.
Hal ini bisa dilakukan dengan dua tahap atau lebih dan pada akhirnya guru dan
siswa mengadakan penyimpulan materi.
Dari paparan di atas yang mendorong penulis untuk mengambil judul skripsi
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan Melalui
Model Make A Match Pada Siswa Kelas V SDN Weru 01 Weru Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2011/2012“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah melalui model make a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep
bilangan pecahan pada siswa kelas V SDN Negeri Weru 01 kecamatan Weru
kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar konsep bilangan pecahan melalui model make a match pada siswa
kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan masukan dan wawasan kepada guru dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dapat memperoleh suasana belajar yang menyenangkan dan sebagai
motivasi belajar agar hasil belajar matematika dapat meningkat.
2) Mematahkan anggapan siswa bahwa matematika itu membosankan.
3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar matematika.
b. Bagi Guru
1) Dapat menemukan solusi untuk dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
2) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Memberi kemudahan dalam penanaman konsep pecahan pada siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat menerima masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran
guru dengan menggunakan model pembelajaran dapat membantu
meningkatkan mutu pendidikan.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Hakikat Belajar
Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk
menghadapi perubahan lingkungan yang setiap saat bisa berubah, oleh karena itu
seseorang mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang dinamis dan penuh
persaingan dengan belajar. Belajar dalam hal ini adalah belajar memahami diri
sendiri, memahami perubahan dan globalisasi. Melalui belajar seseorang siap
menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat.
Menurut Spears (1955: 94) dalam Suryabrata (2008: 231), belajar dapat
didefinisikan dengan mengamati, membaca, meniru atau mencontoh, mereka
mencoba sesuatu dengan sendiri, mendengar, mengikuti perintah. “Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan
oleh Cronbach (1954: 47) dalam bukunya yang berjudul “Education
Psychologhy” menyatakan sebagai berikut “Learning is shown by change in
behaviour as a result of experience”. Belajar yang efektif adalah dengan
mengalami. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek
belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. (Suryabrata, 2008: 231).
Skinner, yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology : The
Teaching-Learning Proses, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasannya bahwa belajar adalah
“...a proses of progressive behavior adaptation”. Berdasarkan eksperimennya,
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer). (Syah, 2006: 90).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan yang dimaksud dapat ditunjukkan dalam berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap, tingkah laku,
keterampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaannya. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman individu. Belajar adalah proses dari melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu. (Tim Penulis. Srategi Belajar Mengajar.
FKIP UNS. 2007: 2).
Menurut Soemarsono (2007: 1), proses belajar adalah proses yang dialami
secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dan disajikan di sekolah yang dilakukan baik di kelas
maupun di luar kelas. Syah (2006: 92) mengutarakan belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa baik di kelas maupun di
luar kelas. Belajar dapat menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan yang mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
b. Pengertian Hasil Belajar
Dengan hasil belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak di dalam kelas,
apakah anak tersebut termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang.
Menurut Suprijono (2011: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom (dalam
Suprijono 2011: 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
psikomotorik. Ranah kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian. Ranah afektif adalah menerima,
menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi. Ranah psikomotorik
meliputi initiatory, pre-routine, routinized. Psikomotor juga mencakup
keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses
belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai
berdasarkan tes hasil belajar (Briggs, 1979: 147). Menurut Gagne & Driscoll
(1988: 36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.
Dick & Reiser (1989: 11) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu pengetahuan, keterampilan
intelektual, keterampilan motor dan sikap. (Sumarno, 2011)
Hasil belajar merupakan efisiensi nyata yang dapat diukur secara langsung
dengan tes dan bisa dihitung hasilnya dengan nomor (Woodwort & Marquis,
1957: 76). Hal ini berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui
perangkat tes dan dengan hasil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa
jauh kemampuan penyerapan bahan oleh seseorang setelah mengikuti proses
pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa adalah cermin dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperoleh sisa dalam mengikuti proses belajar
mengajar. (Sumarno, 2011)
Menurut Howard Kingsley dalam Sudjana (2005: 45) hasil belajar dibagi
menjadi tiga macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan
dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi
dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Gagne dalam Sudjana (2005: 45)
mengemukakan ada lima tipe hasil belajar , yakni kemahiran intelektual
(kognitif), informasi verbal, mengatur kegiatan intelektual, sikap, dan
keterampilan motorik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang
dinyatakan dengan nilai. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam
(faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Sudjana
(2005: 39) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor
dari dalam diri siswa itu. Adapun faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan Clark bahwa hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.
2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar
yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun
faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep
dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Sedangkan menurut Caroll dalam Sudjana (2009: 40) bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni : (1) bakat pelajar, (2)
waktu yang tersedia untuk belajar, (3) waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, (4) kualitas pengajaran dan (5) kemampuan individual.
Empat faktor (1 2 3 5 ) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (4)
adalah faktor di luar individu.
2. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Penguasaan akan matematika merupakan sebuah keahlian dasar hidup yang
penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga tidak luput
dari peran matematika. Seiring dengan perkembangan zaman, matematika
semakin diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Nasution (1980:
12) dalam Karso, dkk (2009: 1.39) mendefinisikan matematika berasal dari bahasa
Yunani mathein atau mathenein yang artinya mempelajarai, namun kata itu ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
hubungannya dengan bahasa Sansekerta medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan, dan intelegensi.
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2008: 1) matematika adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
dan akhirnya ke detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000)
dalam Heruman (2008: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Johnson dan Rising dalam Karso, dkk (2009: 1.39) menyatakan bahwa
matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik.
Matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi. Matematika adalah ilmu
keteraturan pola atau ide. Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat
pada keterurutan dan keharmonisan.
Menurut Reys, matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan
menurut Kline matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia
memahami, menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Karso, dkk,
2009: 1.40)
Dari pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, berarti
matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari. Matematika
merupakan bahasa simbolis dan universal yang memungkinkan manusia berfikir,
mencatat, dan mengkomunikasikan ide dengan menggunakan cara bernalar untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk
keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini
akan mudah dilupakan siswa.
Menurut Heruman (2008: 1-2) Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar
antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang
dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat
melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu
mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut Ekawati (2011)
tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi :
1) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan
membentuk kepribadian siswa.
2) Tujuan yang bersifat material, menekankan kepada kemampuan memecahkan
masalah dan menerapkan matematika.
Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku
standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi antara lain melalui
pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI
mencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). pengolahan data.
d. Prinsip dalam Menentukan Langkah-langkah Pembelajaran Matematika
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menentukan strategi/langkah-langkah
pembelajaran matematika menurut Aisyah, dkk (2007: 8-15) adalah sebagai
berikut :
1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
Strategi, pendekatan dan metode pembelajaran harus relevan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran
Materi yang bersifat fakta dapat dipahami melalui contoh informasi tentang
arti fakta tersebut, materi yang bersifat konsep dapat menggunakan pendekatan
induktif, materi yang bersifat prinsip dapat melalui pendekatan
induktif/deduktif, dan materi yang bersifat pengerjaan hendaknya
didemonstrasikan melalui contoh-contoh.
3) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
Strategi/langkah-langkah pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif, afektif dan psikomtorik siswa. Siswa Sekolah Dasar
yang masih dalam tahap pra operasional (6-7 tahun) dan operasi kongkret (12-
13tahun) hendaknya diajarkan dengan strategi peragaan langsung.
4) Kelengkapan langkah-langkah dan kesesuaian dengan alokasi waktu
Setiap langkah-langkah pembelajaran harus mencerminkan tahapan-tahapan
pembelajaran yang lengkap disertai dengan alokasi waktu yang proporsional
(kegiatan awal 5%-10%, inti 70%-80%, dan penutup 10%-15%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Make A Match
Pembelajaran menggunakan make a match atau mencari pasangan ini
memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Khusus
mata pelajaran matematika, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
make a match adalah sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan kartu yang berisi soal matematika tentang bentuk pecahan
dan kartu jawabannya berisi tentang bentuk persennya.
2) Guru memberikan pengarahan kapada siswa tentang apa yang harus dilakukan
siswa setelah mendapat kartu sehubungan dengan materi yang sedang diajarkan
3) Setiap siswa mengambil satu kartu secara acak yang telah disiapkan oleh guru.
4) Melalui aba-aba dari guru siswa mulai mencari pasangan soal bilangan pecahan
atau jawaban bentuk persennya sesuai kartu yang didapat siswa.
5) Guru memberikan batas waktu 10 menit dalam mencari pasangan.
6) Setelah mendapat pasangan dan waktu mencari pasangan habis siswa
mempresentasikan hasil penemuan pasangan dan pasangan lain menanggapi.
7) Guru mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk proses
mencari pasangan sesi berikutnya.
8) Guru memberikan rewards pada beberapa siswa tercepat yang menemukan
pasangan sehingga siswa termotivasi untuk selalu cepat dalam menemukan
pasangan.
f. Penilaian dalam Pembelajaran Matematika
Penilaian dalam matematika menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, performa (kinerja), penilaian sikap, dan penilaian
penugasan (proyek). Penilaian pembelajaran matematika lebih mengutamakan
proses daripada hasil. Dalam penilaian proses ini, perlu dilihat tata nalar, alasan,
dan kreativitas siswa. Proses ini dinilai dari segi kelogisan, kecermatan (efisiensi),
dan ketepatan (efektivitas). Teknik penilaian juga harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Aisyah, dkk (2007: 8-16) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penilaian adalah :
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi/tujuan
pembelajaran
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan siswa.
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran.
3. Hakikat Bilangan Pecahan
a. Pengertian Bilangan Pecahan
Menurut Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu
topik yang sulit diajarkan. Kesulitan ini dapat dilihat dari kurang bermaknanya
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media
pembelajaran. Park, Gucler, & McCrory (2010: 1) berpendapat “ fractions as
numbers in the form a/b where a and b are whole numbers, and b is not zero...”.
Pecahan sebagai bilangan dalam bentuk a/b dimana a adalah bilangan utuh, dan b
adalah bukan nol. Definisi pecahan sebenarnya merupakan bagian dari bilangan
rasional yang dapat ditulis dalam bentuk �� dimana a dan b merupakan bilangan
bulat, dan b ≠ 0. Heruman (2008: 43) mendefinisikan pecahan sebagai bagian dari
sesuatu yang utuh.
Dalam ilustrasi gambar, bagian dari sesuatu yang utuh adalah bagian yang
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dinamakan penyebut. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan dan dinamakan pembilang.
Bagian utuh Luas daerah yang
yang mewakili ½ dibagi 2 bagian
bilangan satu “1” yang sama
Pembilang
Lambang untuk bagian yang berwarna hitam itu adalah ��
Penyebut
b. Macam-macam Bilangan Pecahan
Bilangan Pecahan ada dua macam, yaitu pecahan murni atau sejati yang
disebut pecahan biasa dan pecahan campuran.
1) Bilangan pecahan murni atau sejati (biasa)
Pecahan murni atau sejati (biasa) adalah pecahan yang pembilangnya lebih
kecil dari penyebutnya dan pecahan itu tidak dapat disederhanakan lagi, contoh �� , �
� , �� , �
, dan seterusnya.
2) Bilangan pecahan campuran
Pecahan campuran yaitu pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat
dengan bilangan pecahan murni atau sejati (biasa), contoh 1 �� , 2 �
� , 3 � atau
dapat juga ditulis �� ,
��� ,
�
3) Persen
Persen mengandung arti seperseratus. Persen adalah nama lain dari suatu
pecahan dengan penyebut 100. Notasi untuk persen adalah “ % ” . Contoh
25% = ��
��� , 45% = ��
���
4) Perbandingan
Suatu perbandingan dari dua besaran menyatakan satu sebagai suatu
pecahan dari yang lain. Misal, perbandingan dari tinggi 4 m dengan tinggi 8 m
dapat ditunjukkan sebagai 4m : 8m atau � � � dan ini dapat disederhanakan
½
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menjadi 1:2 atau ��. Perbandingan juga digunakan dalam menulis skala. Skala
biasanya ditulis sebagai bentuk perbandingan yang paling sederhana, misal
1:250, 1:1500, 1:2.500.000 dan seterusnya.
5) Desimal
Bentuk lain pecahan adalah pecahan desimal. Pecahan desimal menyatakan
nilai tempat per sepuluh [ �
�� = 0,1 ], per seratus [ �
��� = 0,01 ], per seribu
[ �
���� = 0,001], dan seterusnya. Pecahan desimal mempunyai tiga bagian dalam
cara penulisannya, yaitu sebagai berikut :
a) Bilangan di sebelah kiri tanda koma menyatakan bilangan bulatnya.
b) Tanda koma, sebagai pembatas.
c) Bilangan di sebelah kanan koma, menyatakan pecahannya.
c. Mengubah Pecahan ke Bentuk Desimal dan Sebaliknya
1) Mengubah Pecahan menjadi bentuk Desimal
Untuk mengubah pecahan biasa ke desimal ada dua cara, yaitu :
d) Dengan cara dibagi (bagi kurung).
Untuk mengubah pecahan menjadi desimal dengan jalan pembilang dibagi
penyebut.
Contoh : �� = 0,5 �10
10�
= 0,5
0
e) Dengan cara mengubah penyebut menjadi 10, 100, atau 1000.
Bilangan desimal merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per
seribu.
Contoh : �� = 0,2
�� �
������ =
��� = 0,2
2) Mengubah Desimal ke Pecahan Biasa
Mengubah bilangan desimal menjadi pecahan biasa caranya hampir sama
dengan cara yang kedua dalam mengubah pecahan biasa menjadi desimal
(diubah menjadi per sepuluh, per seratus, per seribu) kemudian pembilang dan
penyebut disederhanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Contoh : 0,4 = �
�� = ���
���� = ��
0,25 = ��
��� = �����
������ = ��
d. Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Sebaliknya
1) Mengubah Pecahan menjadi Persen
Cara mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk persen, yaitu dengan cara
mengubah penyebut pecahan tersebut menjadi 100, karena persen merupakan
per seratus atau dikali 100.
Contoh : �� = � � ��� � �� =
����� = 50 % Atau
�� x 100 = 50 %
2) Mengubah Persen menjadi Pecahan
Mengubah persen ke dalam bentuk pecahan biasa dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a) Dari bentuk persen diubah menjadi pecahan biasa (per seratus).
b) Taksir atau cari pembagi terbesar dari bilangan pembilang dan penyebut.
c) Bagi pembilang maupun penyebut dengan bilangan pembagi tersebut.
Contoh : 75% = �
��� = ����
������ = ��
e. Mengubah Bentuk Desimal ke Persen dan Sebaliknya
1) Mengubah Desimal ke Bentuk Persen
Bilangan desimal diubah dulu menjadi pecahan per sepuluh atau per seratus
kemudian dikalikan dengan 100 %.
Contoh : 0,45 = ��
��� = 45% Atau 0,45 = ����� x 100% = 45%
0,7 =
�� = � ��
�� � �� = �
��� = 70% Atau 0,7 =
�� x 100% = 70%
2) Mengubah Persen ke Bentuk Desimal
Bilangan persen diubah menjadi per seratus dan untuk menjadikan bilangan
desimal hanya tinggal menentukan angka di belakang koma.
Contoh : 25% = ��
��� = 0,25 dan 4% = �
��� = 0,04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Pembelajaran Bilangan Pecahan di Kelas V SD
Materi bilangan pecahan merupakan materi yang ada pada kurikulum untuk
kelas V SD semester II. Standar kompetensi yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran pecahan di kelas V SD semester II adalah penggunaan pecahan
dalam pemecahan masalah. Dari standar kompetensi tersebut dibagi dalam
beberapa kompetensi dasar di antaranya mengubah pecahan menjadi bentuk
desimal dan persen serta sebaliknya, materinya sebagai berikut :
a) Mengubah Pecahan menjadi bentuk Desimal
Hardi, dkk (2009) menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke desimal
yaitu sebagai berikut :
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan �
��
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan �
��
Bagian yang diarsir menunjukkan pecahan �
��
Pecahan desimal ditulis dengan tanda koma (,). Didalam pecahan desimal
yang diarsir berturut-turut adalah 0,1 ; 0,4 ; 0,5. Untuk mengubah pecahan biasa
menjadi desimal dengan cara diubah penyebutnya menjadi 10, 100 atau 1.000.
Per sepuluh ditulis 1 angka dibelakang koma.
Per seratus ditulis 2 angka dibelakang koma.
Per seribu ditulis 3 angka dibelakang koma.
Saepudin, Babudin, Mulyadi, dan Adang (2009: 122-123) menguraikan cara
mengubah pecahan biasa menjadi bentuk desimal bisa digunakan dengan dua cara,
yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Pembilang dibagi penyebut.
Contoh : �� = 0,25 �100
8�
= 0,25
20
20
0
2) Mengubah penyebut menjadi 10, 100, atau 1000.
Bilangan desimal merupakan bilangan per sepuluh, per seratus, atau per seribu.
Contoh : �� = 0,25
�� �
�������� =>
����� = 0,25
b) Mengubah Desimal ke Pecahan Biasa
Mengubah bilangan desimal menjadi pecahan biasa caranya hampir sama
dengan cara yang kedua dalam mengubah pecahan biasa menjadi desimal (diubah
menjadi per sepuluh, perseratus, perseribu) kemudian pembilang dan penyebut
disederhanakan. (Saepudin,dkk, 2009: 124)
Contoh : 0,5 = �
�� = ���
���� = ��
0,75 = �
��� = ����
������ = ��
Menurut Sumanto, Kusumawati, dan Aksin (2008: 96), langkah-langkah
mengubah desimal ke pecahan caranya sebagai berikut :
1) Bentuk desimal diubah ke bentuk pecahan berpenyebut 10, 100, 1.000, dan
seterusnya.
2) Sederhanakan bentuk pecahan yang diperoleh tersebut.
Contoh: 0,8 =
�� = :�
���� = ��
0,24 = ��
��� = ����
����� = �
��
c) Mengubah Pecahan menjadi Persen
Cara mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk persen, yaitu dengan cara
mengubah penyebut pecahan tersebut menjadi 100, karena persen merupakan per
seratus atau dikali 100 (Saepudin, dkk, 2009: 119-120).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Contoh : �� = � � ��� � �� =
���� = 80 %
�� x 100 = 80 %
d) Mengubah Persen menjadi Pecahan
Sumanto, dkk (2009: 95) manjelaskan mengubah persen ke dalam bentuk
pecahan biasa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Dari bentuk persen diubah dulu menjadi pecahan berpenyebut 100.
2) Sederhakan pecahan tersebut.
Contoh : 15% = ��
��� = ����
����� = �
��
e) Mengubah Desimal ke Bentuk Persen
Saepudin,dkk (2009: 125) menguraikan untuk mengubah desimal menjadi
persen, desimal diubah dulu menjadi pecahan per sepuluh atau per seratus
kemudian dikalikan dengan 100 %.
Contoh : 0,75 = �
��� = 75% Atau 0,75 = ���� x 100% = 75%
0,5 = �
�� = � � ��
�� � �� = ��
��� = 50% Atau 0,5 = �
�� x 100% = 50%
f) Mengubah Persen ke Bentuk Desimal
Bilangan persen diubah menjadi per seratus dan untuk menjadikan
bilangan desimal hanya tinggal menentukan angka di belakang koma.
(Saepudin,dkk, 2009: 125)
Contoh : 85% = �
��� = 0,85
7% =
��� = 0,07
5. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match
a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Istilah kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang mengelompokkan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang
bermuatan akademik (Davidson & Warsham, 1992). Sedangkan Johnson
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mangajar
secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai
pengalaman belajar secara individu maupun kelompok. (Isjoni, 2010: 28).
Menurut Rosalin (2008: 111) model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan pembelajaran dngan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan masalah, atau inkuiri.
Slavin dalam Isjoni & Ismail (2008: 152) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompoknya
bersifat heterogen. Sugiyanto (2008: 38) menyatakan “Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang
dapat menimbulkan permasalahan, sebagai latihan hidup di masyarakat”.
Menurut Cox (1999: 167) “cooperative learning is an instructional
technique that uses students own conversation as a vehicle for learning”. Dapat
diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah teknik perintah agar
siswa menggunakan percakapan/pembicaraan mereka sebagai sarana belajar. Lee
(1990: 556) dalam European Journal of Social Sciences mengungkapkan
“cooperative learning as a group working together to perform a task or skill to
make any attempt to learn and to achieve educational goals in common”. Dari
kutipan di atas Lee (1990) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif
sebagai sebuah kelompok yang bekerja sama melaksanakan tugas atau
keterampilan untuk belajar dan mencapai tujuan pendidikan secara umum.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosial sebagai bekal
dalam kehidupan di masyarakat. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan
dalam keberhasilan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b) Pengertian Make A Match
Pada model pembelajaran kooperatif, siswa yang merupakan makhluk
individualis (homo homini lupus) diharapkan menjadi seorang makhluk sosial
(homo homini socius). Salah satu teknik belajar mengajar dalam pembelajaran
model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengasah
kemampuan homo homini socius adalah teknik belajar mengajar mencari
pasangan (make a match).
Menurut Isjoni (2010: 67), make a match yaitu teknik yang dikembangkan
oleh Loma Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Teknik ini memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan
orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
Menurut Rosalin (2008: 124) menyebutkan bahwa model pembelajaran
make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang
berisi soal dan kartu yang berisi jawabannya. Sebagian siswa mendapatkan sebuah
kartu soal dan sebagian lainnya mendapat kartu jawaban. Setiap siswa mencari
pasangan yang cocok sesuai dengan persoalannya siswa. Pasangan yang benar
mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya
pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.
Make a match menurut Amin (2011) adalah metode pembelajaran aktif
untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Dari berbagai
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match
adalah model pembelajaran yang menggunakan kartu soal dan kartu jawaban
tentang materi yang diajarkan dimana siswa mendapatkan kartu itu secara acak,
kemudian siswa berusaha mencari pasangan dari kartu yang didapat dengan
batasan waktu tertentu dan mempresentasikan hasilnya.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Make a Match
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 46) prosedur pembelajaran yang
dilakukan dalam teknik make a match adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep atau yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban;
2) Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu; 3) Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang
dipegang; 4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban); 5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin; 6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik
mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya; 7) Kesimpulan.
According to Silberman (1996:159) Make A Match is called by Index card match, the activity of it are : (1) On separate index cards, write down questions about anything taught in the class. Create enough question cards to equal one-half the number of students; (2) On separate cards, write answers to each of these questions; (3) Mix the two sets of cards and shuffle them several times so they are well mixed; (4) Give out one card to each student. Explain that this is a matching exercise. Some students have review questions and others have the answers; (5) Have students to find together.(Tell them not to reveal to other students what is containted on their cards.); (6) When all the matcing pairs have seated, have each pair quiz the rest of the class by reading their question and challenging classmates to tell them answer”.
Dari pendapat di atas, make a match disebut dengan index card match.
Langkah-langkah pembelajaran dari make a match adalah : (1) secara terpisah
pada kartu daftar kata, tulis pertanyaan tentang sesuatu ajaran di dalam kelas.
Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk setengah jumlah siswa yang sama;
(2) pada kartu terpisah, tulis jawaban masing-masing dari pertanyaan-pertanyaan
itu; (3) campurlah dua kumpulan kartu itu dan kocok dalam beberapa waktu
sehingga kartu-kartu tercampur dengan baik; (4) berikan satu kartu untuk masing-
masing siswa. Jelaskan bahwa ini latihan memasangkan. Beberapa memegang
pertanyaan dan yang lain memegang jawaban. (5) menyuruh siswa untuk
menemukan secara bersama. (beri tahu mereka untuk tidak menampakkan kepada
siswa lain tentang isi kartu mereka) ; (6) jika semua sudah sesuai pasangannya
diizinkan duduk, masing-masing pasangan kuis beristirahat di kelas dengan
membacakan soal dan teman sekelas menanggapi atas jawaban mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Make a Match Make a match merupakan salah satu teknik dalam model kooperatif yang
membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan
media kartu soal dan kartu jawaban. Lie (2008: 46) menjelaskan bahwa kelompok
berpasangan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihan: a) Meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok. b) Cocok untuk tugas sederhana. c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok. d) Interaksi menjadi lebih mudah dan cepat membentuknya.
2) Kelemahan: a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. b) Lebih sedikit ide yang muncul. c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Amin (2011) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan model make a
match adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan model make a match : a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik. b) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. d) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. e) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi. f) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
2) Kekurangan model make a match : a) Jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang. b) Pada awal-awal penerapan make a match, banyak siswa yang malu
jika berpasangan dengan lawan jenisnya. c) Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak
siswa yang kurang memperhatikan. d) Harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang
tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e) Menggunakan make a match ini secara terus menerus akan
menimbulkan kebosanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Penelitian yang Relevan
Muh. Taufikurrohman dalam penelitiannya tahun 2011 menjelaskan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Banaran I. Yaitu pada kondisi awal
(sebelum menerapkan model pembelajaran make a match) nilai rata-rata kelas
56,46 dengan ketuntasan klasikal 33,33%. Setelah menerapkan model
pembelajaran make a match, nilai rata-rata siswa meningkat. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata mencapai 66,46 dengan ketuntasan belajar 58,33%.
Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kelas
meningkat menjadi 79,95 dengan ketuntasan belajar 82,60%.
Penelitian juga dilakukan oleh Sri Lestari dalam skripsinya tahun 2009
tentang penggunaan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
matematika kelas V SD Negeri Gabus 3 Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang sangat baik pula.
Prosentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 72% dan siklus II 94%.
Dari kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa make a match dapat
meningkatkan hasil belajar. Untuk itu peneliti memilih model make a match
dalam penelitian ini.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal (sebelum tindakan), rendahnya hasil belajar siswa kelas
V SDN Weru 01 disebabkan karena pembelajaran yang dilaksanakan guru masih
bersifat konvensional, guru lebih sering menggunakan metode ceramah pada saat
pembelajaran matematika. Pembelajaran yang konvensional menimbulkan
anggapan pelajaran matematika khususnya materi konsep bilangan pecahan
adalah pelajaran yang rumit dan membosankan. Hal ini menyebabkan persepsi
negatif siswa tentang matematika sehingga minat dan motivasi siswa dalam
belajar matematika rendah. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar
matematika mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Beberapa hal itulah
yang menyebabkan hasil belajar sebagian besar siswa di bawah KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik make a match membantu
para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dengan suasana belajar
yang aktif dan menyenangkan.
Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran matematika dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna
dan utuh bagi siswa. Siswa belajar matematika tidak hanya mendengarkan dan
guru menerangkan di depan kelas saja namun tercipta kondisi belajar yang aktif
dan menyenangkan bagi siswa. Pada akhirnya apa yang mereka pelajari melekat
dalam ingatan sehingga meningkatkan hasil belajar matematika dalam
pembelajaran yang menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis model pembelajaran kooperatif
teknik make a match berpotensi meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan
hasil belajar konsep pecahan dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Berpikir Tindakan Kelas Peningkatan
Hasil Belajar Konsep Bilangan Pecahan
Hasil Belajar Tinggi
Kondisi Akhir
pelaksanaan pembelajaran masih konven- sional yakni berpusat pada guru sedangkan siswa pasif.
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembe- lajaran kooperatif teknik make a match.
Diduga melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep bilangan pecahan
hasil belajar konsep bilangan pecahan rendah
Siklus I : Dalam pembelajaran konsep bilangan pecahan guru menggunakan model pembelajar- an kooperatif teknik make a match. � Hasil Belajar Meningkat
Siklus II : Dalam pembelajaran konsep bilangan pecahan, guru menggunakan model pembelajar- an kooperatif teknik make a match yang disempurnakan. � Hasil Belajar Meningkat
Tindakan
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make And Match Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 20112.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Weru 01 yang terletak di desa Weru,
kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2011/2012, mulai bulan Februari sampai Juni 2012
Perincian jadwal dapat disajikan pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.
Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Penyiapan Instrumen dan Alat
3
Pelaksanaan Penelitian - Siklus I - Siklus II
4 Pengolahan dan Analisis Data
5
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
6 Ujian Skripsi
7 Revisi Laporan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa di kelas V SD Negeri Weru 01
kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo. Siswa tersebut berjumlah 21 siswa, yang
terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar
materi mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya
yang rendah, hasil pengamatan, dokumentasi, dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Menurut Arikunto (2010: 172) “Sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”.
Data penelitian itu dikumpulkan dari beberapa sumber yang meliputi:
1. Dokumentasi dan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
2. Daftar nilai yang digunakan sebagai sumber adalah daftar nilai kelas V SDN
Weru 01 tahun pelajaran 2011/2012.
3. Informan yang terdiri dari guru dan siswa kelas V SDN Weru 01 kecamatan
Weru, kabupaten Sukoharjo.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk
mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2008: 63) “Teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya”. Setiap teknik
mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu dapat ditunjang dengan teknik-
teknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain saling
melengkapi. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan bisa digunakan untuk mengetahui hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dari responden yang lebih mendalam. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2008:72)
mendefinisikan wawancara sebagai berikut. “a meeting of two persons to
exchange information and idea through question and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik
tertentu.
Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari guru tentang
pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi mengubah pecahan menjadi
bentuk desimal dan persen serta sebaliknya. Peneliti mencari tahu faktor-faktor
yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar siswa pada materi pecahan.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersifat lentur. Tidak terstruktur
ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada informan
yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut mendalam (in-depth interviewing).
Dengan wawancara mendalam berharap akan memperoleh informasi yang rinci
dan mendalam.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi langsung dan
partisipasif. Observasi langsung merupakan observasi yang dilakukan terhadap
objek yang diteliti tanpa melalui perantara. Observasi ini dilakukan pada siswa
kelas V SDN Weru 01 kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo yang seluruhnya
berjumlah 21 siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dengan penggunaan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match. Selain itu observasi juga dilakukan pada guru
mengenai kinerja dan kemampuan guru dalam mengkondisikan kelas dan
mengatur pembelajaran yang menyenangkan.
Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2007: 65) menyatakan “in
participant observation, the researcher observes what people do, listent to what
they say, and participantes in their activities”. Dalam observasi partisipatif,
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Arikunto
(2010: 274) menyatakan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
hasil ulangan harian matematika siswa dalam materi pecahan. Berdasarkan
dokumentasi data tersebut peneliti memperoleh bermacam-macam informasi data,
yaitu tentang catatan nama dan nomor induk siswa, dan hasil belajar yang dicapai
siswa.
Selanjutnya data tersebut dapat dijadikan strategi untuk melakukan tindakan
berikutnya dan fungsi kontrol terhadap hasil temuan data baru selama proses
penelitian berlangsung.
4. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Menurut Syah
(2006: 141) “tes adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf
keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau menentukan taraf keberhasilan
sebuah program pengajaran”. Sedangkan menurut Tardif (1989) dalam Syah
(2006: 141) “tes berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang
dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”. Arikunto
(2010: 266) mendefinisikan bahwa tes adalah merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui cara mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar dilakukan di setiap
akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar konsep bilangan
pecahan. Tes yang diberikan dalam penelitian ini kepada siswa kelas V SDN
Weru 01 Sukoharjo, yakni tes tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
E. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian harus diusahakan kebenarannya. Untuk menjamin dan mengembangkan
validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, digunakan teknik
Trianggulasi. Menurut Patton (2006: 98) “Trianggulasi adalah membangun
pengawasan dan keseimbangan dalam rancangan melalui strategi pengumpulan
data secara ganda”.
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Trianggulasi Data atau Sumber
Data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali
dari beberapa sumber data yang berbeda. Trianggulasi data dalam Patton
(2006: 99) adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian”. Cara
ini mangarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Triangulasi data/sumber
dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar siswa materi mengubah pecahan
menjadi desimal dan persen serta sebaliknya diperoleh dari daftar nilai kelas V
SDN Weru 01 tahun pelajaran 2011/2012, informasi dari guru dan siswa serta
hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran make
a match.
2. Trianggulasi Metode atau Teknik
Disini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda dan yang mengarah pada sumber data yang
sama untuk menguji kemantapan informasinya. Trianggulasi metode atau
teknik dalam Sugiyono (2008: 83) adalah menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. St.Y
Slamet & Suwarto (2007: 54) menjelaskan trianggulasi metode yaitu
mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda. Triangulasi metode/teknik dalam penelitian ini yaitu
peneliti menggunakan teknik observasi partisipasif, wawancara mendalam,
dokumentasi dan tes untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa materi
mengubah pecahan menjadi desimal dan persen serta sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Analisis Data
Teknik analisisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif Miles & Huberman. Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2008: 91)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data ,yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Aktivitasnya dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan
dengan skema gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2. Gambar Model Analisis Interaktif Menurut Milles & Huberman
Dari bagan tersebut di atas, Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data pada penelitian di kelas V SD Negeri Weru I ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari proses pembelajaran, tes evaluasi
pembelajaran, silabus, RPP, dan foto kegiatan belajar menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe make a match kemudian data yang tidak digunakan dibuang.
Sugiyono (2008: 92) menyatakan bahwa reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Data collection
Data display Data reduction
Conclusions drawing/verifying
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi data
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan
penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan bertahap yaitu dari kesimpulan yang
tepat dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Penarikan kesimpulan
dilaksanakan dengan membandingkan perolehan nilai tes yang dilakukan lebih
dari satu kali. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan cara
berdiskusi dengan guru kelas V tentang hasil akhir yang telah dicapai.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Indikator dalam penelitian
ini adalah 85% dari jumlah siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar
mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan persen serta sebaliknya yang
ditunjukkan dengan nilai hasil belajar, yaitu memperoleh nilai diatas KKM.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kurt Lewin
(1946) yang terdiri atas empat komponen pokok, yakni: perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Tahap-tahap
diatas membentuk suatu siklus, dan dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan
perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai
pada siklus sebelumnya. Siklus I dapat dikembangkan menjadi siklus II dan
seterusnya tergantung pada masalah utama yang dihadapi akan dipecahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dengan kata lain, jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan tergantung pada
apakah masalah (utama) yang dihadapi telah dipecahkan. Adapun model PTK
dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya), yang
disajikan dalam bagan berikut :
Gambar 3. Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin Menurut Suharsimi
Arikunto
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa prosedur penelitian
tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi konsep pecahan
2) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kertu jawaban
3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran
4) Menyiapkan lembar penilaian
5) Menyiapkan lembar observasi
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran matematika dengan KD Mengubah pecahan ke bentuk persen dan
desimal serta sebaliknya yang di tulis dalam model pempelajaran kooperatif
teknik make a match. Dalam hal ini, pelaksanaan pembelajaran dilakukan
dalam dua kali pertemuan setiap siklusnya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap
siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan
model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga
dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pempelajaran kooperatif
teknik make a match pada pembelajaran matematika. Tahap ini dilakukan
pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi
diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a) Persiapan guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran
b) Kemampuan guru membuka pelajaran.
c) Penguasaan materi dan kemampuan guru menyampaikan materi.
d) Kemampuan guru menggunakan strategi pembelajaran.
e) Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber belajar.
f) Kemampuan guru melaksanankan evaluasi proses dan hasil belajar.
g) Kemampuan guru menggunakan bahasa tulis maupun lisan.
h) Kemampuan guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran
dan melaksanakan tindak lanjut.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran.
b) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran.
c) Kemampuan kerjasama siswa saat proses pembelajaran.
d) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam
pembelajaran pada siklus I pertama tentang mengubah pecahan ke bentuk
desimal didapatkan suatu kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum
mencapai hasil yang diharapkan atau tindakan belum tercapai secara
optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II.
2. Siklus Kedua (Siklus II )
a. Perencanaan
1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah
pada refleksi siklus I
2) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi mengubah
pecahan dalam bentuk desimal
3) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kertu jawaban
4) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran
5) Menyiapkan lembar penilaian
6) Menyiapkan lembar observasi
b. Tindakan
Menggunakan model pempelajaran kooperatif teknik make a match dalam
pembelajaran mengubah pecahan dalam bentuk desimal dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat pada perencanaan untuk
memperbaiki kekurangan pada siklus I.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap
siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan
model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga
dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pempelajaran kooperatif
teknik make a match pada pembelajaran matematika. Sama halnya pada
siklus I untuk siklus II tahap observasi ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan
pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :
a) Persiapan guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran
b) Kemampuan guru membuka pelajaran.
c) Penguasaan materi dan kemampuan guru menyampaikan materi.
d) Kemampuan guru menggunakan strategi pembelajaran.
e) Kemampuan guru dalam memanfaatkan media dan sumber belajar.
f) Kemampuan guru melaksanankan evaluasi proses dan hasil belajar.
g) Kemampuan guru menggunakan bahasa tulis maupun lisan.
h) Kemampuan guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran
dan melaksanakan tindak lanjut.
2) Indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran.
b) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran.
c) Kemampuan kerjasama siswa saat proses pembelajaran.
d) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Hasil refleksi akan
menentukan perlu ada tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila
dalam siklus kedua peneliti belum berhasil maka peneliti melaksanakan
siklus ketiga dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi dan
tes awal terhadap proses pembelajaran konsep bilangan pecahan pada siswa kelas
V. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Gambaran hasil observasi dan tes awal pembelajaran
matematika pada siswa kelas V SD Negeri Weru 01 tentang konsep bilangan
pecahan adalah rendahnya hasil belajar konsep bilangan pecahan. Akar penyebab
permasalahan ini adalah guru sebagai fasilitator, dalam penyampaian materi
kurang melibatkan keaktifan siswa karena belum diterapkannya model
pembelajaran inovatif. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari hasil
tes awal materi konsep bilangan pecahan yang sebagian besar siswa mendapatkan
nilai di bawah KKM. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa pada materi konsep
bilangan pecahan perlu ditingkatkan.
Hasil tes awal siswa dalam materi konsep bilangan pecahan terdapat pada
lampiran 5. Berdasarkan lampiran 5, maka diperoleh tabel 2 seperti di bawah ini:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Pra Siklus)
No Interval Distribusi Frekuensi (fi) Relatif (%) Komulatif (%)
1. 10 – 22 5 23,81 23,81
2. 23 – 35 1 4,76 28,57
3. 36 – 48 1 4,76 33,33
4. 49 – 51 1 4,76 38,09
5. 52 – 64 4 19,05 57,14
6. 65 – 77 5 23,81 80,95
7. 78 – 90 4 19,05 100
Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel 2 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
grafik gambar 4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
Berdasarkan data di atas dapat
dilaksanakan tindakan, dari 21 siswa
di atas KKM atau
siswa mendapat nilai di bawah KKM
memperoleh nilai 10
memperoleh nilai 23
memperoleh nilai
memperoleh nilai
memperoleh nilai
memperoleh nilai 65
memperoleh nilai 78-
Keterangan
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Siswa belajar tuntas
Presentase ketuntasan
0
1
2
3
4
5
6
Fre
ku
en
si
10
Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan, dari 21 siswa hanya 9 siswa yang mendapat
atau hanya 42,86%. Sedangkan 12 lainnya atau 57,14%
swa mendapat nilai di bawah KKM. Dapat diketahui bahwa s
memperoleh nilai 10-22 sebanyak 5 siswa atau 23,81%
memperoleh nilai 23-35 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang
memperoleh nilai 36-48 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang
memperoleh nilai 49-51 sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang
i 52-64 sebanyak 4 siswa atau 19,05%. Siswa yang
nilai 65-77 sebanyak 5 siswa atau 23,81%.
-90 sebanyak 4 siswa atau 19,05%.
Tabel 3. Hasil Tes Awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 90
rata nilai 52,86
Siswa belajar tuntas 9
Presentase ketuntasan 42,86%
Nilai Data Awal
10-22 23-35 36-48 49-51 52-64 65-77
Interval Nilai
39
Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
bahwa sebelum
siswa yang mendapat nilai
Sedangkan 12 lainnya atau 57,14%
Dapat diketahui bahwa siswa yang
%. Siswa yang
sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang
sebanyak 1 siswa atau 4,76%. Siswa yang
4,76%. Siswa yang
%. Siswa yang
%. Siswa yang
77 78-90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel
grafik gambar 5 sebagai berikut:
Analisis hasil evaluasi dari tes awal diperoleh nilai rata
52,86 dimana hasil tersebut masih di bawah rata
pihak sekolah, guru, maupun peneliti yaitu
yang belajar tuntas (mencapai KKM) hanya sebesar 42,86
maupun peneliti menginginkan ketuntasan
Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
meningkatkan keaktifan siswa pada proses
motivasi siswa dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi konsep bilangan pecahan.
B.
Tindakan siklus I dilaksanakan selama
2012 sampai dengan 31 Maret 2012 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan
siklus I terdiri dari perencanaan, t
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ketuntasan
Fre
ku
en
si
Berdasarkan tabel 3 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Grafik Nilai Awal
Analisis hasil evaluasi dari tes awal diperoleh nilai rata-rata siswa adalah
dimana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari
pihak sekolah, guru, maupun peneliti yaitu minimal sebesar 70. Sedangkan siswa
(mencapai KKM) hanya sebesar 42,86% saja, dari pihak guru
maupun peneliti menginginkan ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 85
Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran, meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi konsep bilangan pecahan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 22 Maret
2012 sampai dengan 31 Maret 2012 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan
siklus I terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
9 10
52.86
Ketuntasan Nilai Terendah Rata - Rata Nilai
Nilai Awal
40
belajar maka dapat digambarkan pada
rata siswa adalah
rata nilai yang diinginkan dari
. Sedangkan siswa
% saja, dari pihak guru
belajar siswa mencapai minimal 85%.
Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
pembelajaran, meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa
2 minggu, mulai tanggal 22 Maret
2012 sampai dengan 31 Maret 2012 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan
90
Nilai Tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Perencanaan
Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar
materi konsep pecahan di kelas V diperoleh informasi sebagai data awal yaitu dari
21 siswa kelas V SDN Weru 01, 12 siswa belum memahami konsep pecahan dan
9 siswa sudah memahami konsep pecahan.
Menindaklanjuti dari deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran pada materi konsep pecahan, maka disusun
rencana tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan dalam siklus I ini meliputi:
1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran konsep pecahan dengan cara
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat 2 x
pertemuan, masing-masing pertemuan 3 x 35 menit. Siklus pertama
dilaksanakan selama 2 minggu dengan indikator mengubah pecahan menjadi
bentuk desimal dan sebaliknya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus
pertama terdapat dalam lampiran 1 dan 2.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Media
Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang
berisi soal-soal mengubah pecahan menjadi desimal dan sebaliknya. Selain
itu media lain yang digunakan adalah peta konsep pecahan serta peta soal.
b) Lembar soal evaluasi
Lembar soal digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran yang
nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa.
c) Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa.
d) Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar
observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen
penyaji kinerja guru, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai
instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran yang telah direncanakan pada siklus I dengan menggunakan
model pembelajaran make a match, sesuai dengan rencana yang telah disusun
akan dilaksanakan 2 x pertemuan.
1) Pertemuan I
Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran
konsep pecahan menggunakan model pembelajaran make a match dengan
indikator mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya.
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Sebelum guru memberikan materi,
guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan media gambar kartu pecahan
dan siswa menjawab nilai pecahan dalam gambar. Setelah tanya jawab
berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada
pertemuan I inti pelajaran diawali dengan siswa membedakan antara pecahan
biasa, pecahan campuran, desimal dan persen pada gambar yang ditempel di
papan tulis, dilanjutkan penjelasan guru tentang cara mengubah pecahan
menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Agar lebih jelas guru memberikan
kesempatan siswa bertanya tentang materi yang sedang diajarkan serta
memberikan pertanyaan yang melatih siswa mengubah pecahan menjadi
bentuk desimal dan sebaliknya.
Setelah penjelasan dan tanya jawab selesai guru memberikan penjelasan
dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu
(make a match). Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match)
mengambil satu-satu kartu secara acak dan memberikan aba-aba bagi siswa
untuk mencari pasangan kartu yang didapatnya. Setelah ada siswa yang telah
menemukan pasangan kartunya dan waktu mencari pasangan kartu (make a
match) cukup guru memberikan aba-aba waktu habis dilanjutkan presentasi
dari siswa yang telah menemukan pasangan kartunya.
Setelah beberapa pasangan siswa selesai melakukan presentasi guru
mengumpulkan kembali kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
proses mencari pasangan untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan
pada pertemuan I dilaksanakan dua sesi dilanjutkan guru dan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah menyimpulkan hasil
pembelajaran, langkah selanjutnya adalah guru membagikan tes evaluasi
kepada seluruh siswa. Seluruh siswa harus mengerjakan sendiri tes yang
diberikan oleh guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya
serap atau hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang telah
berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut
pemberian pekerjaan rumah.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi yang diajarkan lebih ditekankan pada
mengubah desimal menjadi bentuk pecahan. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah peta konsep
pecahan, peta soal dan media pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan
diawali dengan mengkondisikan kelas dan memerintahkan siswa yang ada
dimeja hanya alat tulis dan buku matematika. Sebelum guru memberikan
materi, guru memberikan apersepsi menanyakan materi lalu dan bertanya
jawab cara mengubah pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya. Setelah
tanya jawab berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran dan uraian
kegiatan yang akan dilakukan.
Pada pertemuan II guru memulai inti pelajaran dengan menempelkan
peta soal di papan tulis dan siswa yang berani menjawab maju ke depan
mengambil undian dapat soal nomor berapa lalu mengambil kertas berisi
jawaban yang sudah tersedia dan ditempel di peta soal sesuai nomor soal. Guru
memberikan reward bagi siswa yang berani dan menjawab benar. Setelah
semua soal terjawab dan tanya jawab selesai, guru mendiktekan soal yang
dikerjakan secara berpasangan dan siapa yang paling cepat menjawab langsung
maju mengerjakan di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan penjelasan dan
mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a
match).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) setelah
mengambil kartu secara acak dan diberikan batas waktu untuk mencari
pasangan kartu yang didapat. Bagi siswa yang telah menemukan pasangan lalu
mengambil nomor urutan menemukan dan seterusnya hingga guru memberikan
aba-aba waktu habis. Presentasi dilakukan dari urutan pasangan yang pertama
dan seterusnya. Hal ini ditujukan untuk memotivasi siswa agar merasa senang
dan selalu berusaha mendapat urutan pertama. Guru mengumpulkan kembali
kartu soal dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan
untuk sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan II
dilaksanakan dua sesi dan dilanjutkan penyimpulan materi pembelajaran oleh
guru dan siswa.
Setelah menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
guru membagikan tes evaluasi kepada seluruh siswa. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
memberikan tindak lanjut pemberian pekerjaan rumah serta pesan-pesan bagi
siswa dilanjutkan penjelasan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi siswa maupun guru dan perekaman dengan kamera foto. Dari data
observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses pembelajaran yang
secara garis besar sebagai berikut
1) Hasil observasi bagi siswa
Dalam observasi kegiatan siswa ada tiga aspek yang diamati, dan
masing-masing aspek mempunyai tiga kegiatan siswa yang perlu diperhatikan.
Deskriptor kegiatan siswa ini dapat dilihat pada lampiran 9 dan 18.
Berdasarkan data observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan siklus I
sebanyak 2 kali pertemuan dapat disimpulkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a) Aspek Kerjasama
(1) 7 siswa melaksanakan semua kegiatan yang didiskripsikan dalam aspek
kerjasama, yaitu diskusi dengan baik, tidak mendominasi dalam diskusi
dan membantu teman diskusi yang belum paham.
(2) Siswa yang melaksanakan dua dari tiga kegiatan jumlahnya lebih besar
dari yang melaksanakan semua kegiatan, yaitu 11 siswa. 11 siswa
tersebut diantaranya :
(a) 6 diantaranya melaksanakan diskusi dengan baik dan tidak
mendominasi dalam diskusi.
(b) Jumlah paling sedikit, yaitu 2 siswa tidak mendominasi dalam
diskusi dan membantu teman diskusi yang belum paham.
(c) Sisanya yaitu 3 siswa melaksanakan diskusi dengan baik dan
membantu teman diskusi yang belum paham.
(3) Hanya ada 3 siswa yang melaksanakan satu kegiatan dalam aspek
kerjasama. 1 siswa hanya melaksanakan diskusi dengan baik dan 2
siswa tidak mendominasi dalam diskusi.
b) Aspek Perhatian
(1) Dalam aspek perhatian terdapat 6 siswa melaksanakan tiga atau semua
kegiatan, yaitu memperhatikan penjelasan guru, kritis dalam
menghadapi permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu
siswa lain.
(2) 9 siswa diantaranya melaksanakan dua kegiatan dalam aspek perhatian,
9 siswa tersebut terbagi dalam tiga kelompok yang berbeda, yaitu :
(a) Terdapat 1 siswa memperhatikan penjelasan guru dan kritis dalam
menghadapi permasalahan.
(b) Paling dominan yaitu 7 siswa memperhatikan penjelasan guru dan
tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
(c) Yang terakhir terdapat 1 siswa kritis dalam menghadapi
permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(3) Sama halnya dengan kelompok siswa yang melaksanakan semua
kegiatan, siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan juga 6 siswa. 1
siswa memperhatikan penjelasan guru dan 5 siswa tidak berbuat gaduh
serta mengganggu siswa lain.
c) Aspek Keaktifan
(1) Jumlah siswa yang melaksanakan semua kegiatan yang harus dicapai
dalam aspek keaktifan adalah 9 siswa. Kegiatan yang dimaksud adalah
bertanya kepada guru saat proses KBM, aktif melaksanakan perintah
guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
(2) 8 siswa melaksanakan dua dari tiga kegiatan yang didiskripsikan dalam
aspek perhatian, 8 siswa tersebut diantaranya :
(a) 1 siswa melaksanakan kegiatan bertanya kepada guru saat proses
KBM dan mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
(b) Sisanya yaitu 7 siswa aktif melaksanakan perintah guru dan
mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
(3) Yang terakhir terdapat 4 siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan
yaitu mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
Secara keseluruhan, berdasarkan data lampiran 17 yang menyatakan rata-
rata hasil pengamatan aktivitas siswa mengenai pembelajaran model make a
match pada siklus I adalah 6,25 , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran konsep pecahan dengan model
make a match dalam kategori cukup baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V pada Siklus I
No Keterangan Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
1 Total Skor 128 135
2 Rata-rata Skor 6,1 6,4
3 Rata-rata Skor Siklus I 6,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jika Tabel 4 ditunjukkan dengan grafik akan terlihat pada
Gambar 6. Grafik 2) Hasil observasi bagi g
Berdasarkan
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
Rata-rata skor kinerja guru pada siklus I pertemuan kesatu yaitu 3,2 dan pada
pertemuan kedua yaitu 3,3, jadi rata
dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136. Secara umum guru telah
melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, antara lain guru sudah
melakukan persiapan memulai pelajaran dengan baik, membuka pelajaran
dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan
penyampaian materi pelajaran
strategi pembelajaran dan memanfaatkan media/sumber pembelajaran dengan
baik, dan guru
pembelajaran guru telah menggunakan bah
sehingga siswa tidak kesulitan menangkap pesan dari guru.
melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masuk dalam
kategori baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 5 berikut ini :
5.9
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
Pertemuan I
Fre
ku
en
siSkor Observasi Siswa Per Pertemuan
Jika Tabel 4 ditunjukkan dengan grafik akan terlihat pada gambar 6 berikut :
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V
Hasil observasi bagi guru
Berdasarkan pada lembar observasi dan hasil rekaman proses
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
rata skor kinerja guru pada siklus I pertemuan kesatu yaitu 3,2 dan pada
pertemuan kedua yaitu 3,3, jadi rata-rata skor nilai pada siklus I adalah 3,25,
pada lampiran 16 halaman 136. Secara umum guru telah
melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, antara lain guru sudah
melakukan persiapan memulai pelajaran dengan baik, membuka pelajaran
sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Penguasa
penyampaian materi pelajaran oleh guru sudah baik, guru menggunakan
strategi pembelajaran dan memanfaatkan media/sumber pembelajaran dengan
telah melakukan penilaian proses dan hasil
pembelajaran guru telah menggunakan bahas lisan maupun tulis dengan baik
sehingga siswa tidak kesulitan menangkap pesan dari guru.
melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masuk dalam
ri baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 5 berikut ini :
Pertemuan I Pertemuan II
Skor Observasi Siswa Per Petemuan
Skor Observasi Siswa Per Pertemuan
pada Siklus I
47
gambar 6 berikut :
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V Siklus I
dan hasil rekaman proses
rata skor kinerja guru pada siklus I pertemuan kesatu yaitu 3,2 dan pada
rata skor nilai pada siklus I adalah 3,25,
pada lampiran 16 halaman 136. Secara umum guru telah
melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, antara lain guru sudah
melakukan persiapan memulai pelajaran dengan baik, membuka pelajaran
. Penguasaan dan
sudah baik, guru menggunakan
strategi pembelajaran dan memanfaatkan media/sumber pembelajaran dengan
telah melakukan penilaian proses dan hasil. Sepanjang
as lisan maupun tulis dengan baik
Guru juga telah
melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tindak lanjut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masuk dalam
ri baik. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 5 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5
No
1 2 Rata3 Rata-
Sedangkan grafik yang menunjukkan Tabel
berikut :
Gambar 7 : Grafik Hasil
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada
siswa yang nilainya masih di bawah
untuk mengubah pecahan
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Siswa sebenarnya telah memahami konsep
desimal dan sebaliknya
sehingga hasilnya masih belum tepat.
2) Siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru
diajarkan.
3.15
3.2
3.25
3.3
3.35
Pertemuan I
Fre
ku
en
si
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan pada
Tabel 5. Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I
Keterangan Siklus I
Pertemuan I Total Skor 23,1
Rata-rata Skor 3,2 -rata Skor Siklus I 3,25
Sedangkan grafik yang menunjukkan Tabel 5 tersebut adalah gambar 7
Gambar 7 : Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada S
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada
siswa yang nilainya masih di bawah KKM . Maka peneliti melanjutkan ke siklus II
pecahan menjadi bentuk persen.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan, antara lain sebagai berikut:
arnya telah memahami konsep mengubah pecahan menjadi bentuk
desimal dan sebaliknya, tetapi masih kurang teliti dalam operasi hitungnya
sehingga hasilnya masih belum tepat.
Siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru mengenai materi yang
Pertemuan I Pertemuan II
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan pada
Siklus I
Skor Kinerja Guru
48
iklus I
Siklus I Pertemuan II
24,5 3,3
ersebut adalah gambar 7
pada Siklus I
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 7
. Maka peneliti melanjutkan ke siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan
mengubah pecahan menjadi bentuk
operasi hitungnya,
mengenai materi yang
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban terlihat ada siswa
masih kebinggungan menentukan jawaban dari kartu yang dia pegang.
4) Suasana kelas sedikit ramai pada saat melakukan mencari pasangan kartu soal
dan kartu jawaban. Karena pembelajaran kooperatif teknik make a match
menuntut mobilitas siswa yang tinggi saat mencari pasangan, sehingga siswa
dalam mencari pasangan kartu yang dipegang dengan cara berteriak.
5) Media yang digunakan guru kurang maksimal karena tidak tersedianya fasilitas
LCD yang memungkinkan guru memberikan media audio visual yang akan
lebih bermakna dan melekat lebih lama di ingatan siswa.
Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian, maka perlu adanya
perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus II.
Berikut ini adalah hasil belajar materi mengubah pecahan menjadi bentuk
desimal dan sebaliknya yang diperoleh siswa kelas V setelah menggunakan model
make a match pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Nilai Siklus I
No Interval Distribusi Frekuensi (fi) Relatif (%) Komulatif (%)
1. 30 - 41 2 9,5 9,5
2. 42 - 53 3 14,3 23,8
3. 54 - 65 2 9,5 33,3
4. 66 - 76 0 0 33,3
5. 77 - 87 6 28,6 61,9
6. 88 - 100 8 38,1 100
Jumlah 21 100
Jika ditunjukkan dalam bentuk grafik nilai siswa kelas V setelah tindakan
awal yaitu siklus I adalah gambar 8 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah
menunjukkan bahwa siswa
9,5%, nilai 42-53 sebanyak
9,5%, tidak ada siswa yang mendapat
atau 28,6% dan nilai
siklus I pertemuan 1
atau 61,91% yang mendapatkan nilai di atas KKM
mendapat nilai di bawah KKM
yang sudah ditentukan maka akan dilanjutkan pada siklus
Tindakan siklus
pada tanggal 29 dan 31 Maret
pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan sikl
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
a match dapat meningkatkan hasil belajar konsep pecahan, tetapi masih ada
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fre
ku
en
si
30
Gambar 8. Grafik Nilai Siklus I
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah pelaksanakan siklus
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 30-41 sebanyak
sebanyak 3 siswa atau 14,3%, nilai 54-65 sebanyak
tidak ada siswa yang mendapat nilai 66-76, nilai 77-87 sebanyak
88-100 sebanyak 8 siswa atau 38,1%. Setelah dilaksanakan
dan 2 data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada
mendapatkan nilai di atas KKM dan 7 siswa atau 38,09% yang
mendapat nilai di bawah KKM. Dengan demikian untuk mencapai target kinerja
yang sudah ditentukan maka akan dilanjutkan pada siklus II.
2. Deskripsi Tindakan Siklus II
siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali petemuan selama
dan 31 Maret 2011. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan
pada siklus II adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan sikl
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
dapat meningkatkan hasil belajar konsep pecahan, tetapi masih ada
2
3
2
0
6
Nilai Siklus I
30-41 42-53 54-65 66-76 77-87
Interval Nilai Siklus I
50
pelaksanakan siklus I
sebanyak 2 siswa atau
sebanyak 2 siswa atau
sebanyak 6 siswa
Setelah dilaksanakan
diperoleh menunjukkan bahwa ada 14 siswa
atau 38,09% yang
untuk mencapai target kinerja
2 kali petemuan selama 1 minggu
tahapan yang di lakukan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make
dapat meningkatkan hasil belajar konsep pecahan, tetapi masih ada
8
88-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
beberapa kekurangan, oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II. Rencana tindakan siklus II meliputi :
1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran dengan cara membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat 2 x pertemuan,
masing-masing pertemuan 3 x 35 menit. Siklus II dilaksanakan selama 2
minggu dengan indikator mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan
sebaliknya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus kedua terdapat
dalam lampiran 3 dan 4.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Media
Media yang digunakan adalah pasangan kartu soal dan kartu jawaban
mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Selain itu
media lain yang digunakan adalah peta konsep dan peta soal mengubah
pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya.
b) Lembar soal evaluasi
Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran
yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan keberhasilan siswa.
c) Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes siswa.
d) Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai
instrumen penyaji kinerja guru, sedangkan lembar observasi siswa
digunakan sebagai instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan model
pembelajaran koopertaif teknik make a match dilaksanakan 2 x pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Pertemuan I
Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran
konsep pecahan menggunakan model pembelajaran make a match dengan
indikator mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya.
Kegiatan diawali dengan mengkondisikan kelas yaitu merapikan
tempat duduk dan mengarahkan siswa agar yang ada di meja belajar hanya
alat tulis dan buku matematika, selain itu dimasukan dalam tas agar siswa
lebih fokus dalam pembelajaran.
Pada pertemuan I guru dan siswa memulai inti pelajaran dengan
diawali guru menunjukkan contoh bilangan persen dan bertanya jawab
dengan siswa tentang makna dari persen. Barulah guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran serta uraian kegiatan
sehingga siswa termotivasi dalam menjalani pembelajaran. Setelah bertanya
jawab siswa menempelkan media peta konsep tentang mengubah pecahan
menjadi bentuk persen dan sebaliknya di papan tulis. Dilanjutkan penjelasan
guru tentang cara mengubah pecahan menjadi bentuk persen serta
sebaliknya berdasarkan media peta konsep yang ditempel.
Guru memberikan kesempatan siswa bertanya tentang yang belum
diketahui oleh siswa serta memberikan pertanyaan yang melatih keberanian
siswa mengerjakan soal di papan tulis. Kemudian siswa ditugaskan
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara berpasangan satu meja
kemudian bersama guru menvalidkan jawaban dari soal yang telah
dikerjakan. Setelah itu guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan tugas
mencari pasangan kartu (make a match).
Siswa memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) dengan
mengambil kartu soal maupun kartu jawaban secara acak dan guru
memberikan aba-aba bagi siswa untuk mencari pasangan kartu yang
dipegangnya. Bagi yang sudah menemukan pasangan mengambil nomor
urutan menemukan pasangan dan duduk sesuai urutan menemukan dari
meja depan sebelah kanan. Guru memberikan aba-aba waktu habis sebagai
tanda waktu mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban telah habis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Siswa yang belum menemukan pasangan kartu kembali duduk dilanjutkan
presentasi dari 5 siswa tercepat yang telah menemukan pasangan kartu yang
dipegangnya.
Guru memberikan reward untuk 5 siswa yang tercepat dalam
menemukan pasangan agar meningkatkan motivasi siswa tersebut ataupun
menimbulkan antusias siswa-siswa lainnya. Setelah beberapa pasangan
siswa selesai melakukan presentasi guru mengumpulkan kembali kartu soal
dan kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk
sesi berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan I dilaksanakan
dua sesi dilanjutkan memberikan kesempatan siswa bertanya tentang
masalah yang ditemukan saat melakukan mencari pasangan.
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah guru membagikan tes individual kepada seluruh siswa.
Seluruh siswa harus mengerjakan sendiri tes yang diberikan oleh guru. Tes
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut mendikte soal sebelum
pulang tentang mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya.
Anak yang bisa cepat dan tepat menjawab diperbolehkan pulang terlebih
dahulu.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II materi yang diajarkan yaitu mengubah desimal
menjadi persen dan sebaliknya. Pertemuan II dilaksanakan 3 x 35 menit
dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Media penunjang yang
digunakan pembelajaran ini adalah peta konsep pecahan, peta soal dan
media pasangan kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan diawali dengan
mengkondisikan kelas dan memerintahkan siswa yang ada dimeja hanya alat
tulis dan buku matematika. Sebelum guru memberikan materi, guru
memberikan apersepsi menanyakan materi lalu dan bertanya jawab cara
mengubah pecahan menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Setelah tanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
jawab berlangsung guru mempertegas tujuan pembelajaran dan uraian
kegiatan yang akan dilakukan.
Pada pertemuan II guru memulai inti pelajaran dengan menempelkan
peta soal di papan tulis. Siswa yang berani menjawab maju ke depan
mengambil undian dapat soal nomor berapa lalu mengambil kertas berisi
jawaban yang sudah tersedia dan ditempel di peta soal sesuai nomor soal.
Guru memberikan reward bagi siswa yang berani dan menjawab benar.
Setelah semua soal terjawab dan tanya jawab selesai, guru menjelaskan
materi dan memberi contoh cara mengubah desimal menjadi bentuk persen
dan sebaliknya. Guru memberikan kesempatan anak bertanya tentang yang
belum dipahami siswa. Guru mendiktekan soal yang dikerjakan secara
berpasangan dan siapa yang paling cepat menjawab langsung maju
dikerjakan di papan tulis.
Selanjutnya guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa
untuk melaksanakan tugas mencari pasangan kartu (make a match). Siswa
memulai tugas mencari pasangan kartu (make a match) setelah mengambil
kartu secara acak dan diberikan aba-aba untuk mencari pasangan kartu yang
didapat. Bagi siswa yang telah menemukan pasangan lalu mengambil nomor
urutan menemukan dan seterusnya hingga guru memberikan aba-aba waktu
habis. Lima pasangan siswa tercepat berdiri di depan kelas, sedangkan
urutan selanjutnya duduk sesuai nomor urut. Presentasi dilakukan dari
urutan pasangan yang pertama sampai urutan pasangan kelima. Hal ini
ditujukan untuk memotivasi siswa agar merasa senang dan selalu berusaha
mendapat urutan pertama. Guru mengumpulkan kembali kartu soal dan
kartu jawaban untuk mempersiapkan proses mencari pasangan untuk sesi
berikutnya. Sesi tugas mencari pasangan pada pertemuan II dilaksanakan
dua sesi dan dilanjutkan penyimpulan materi pembelajaran oleh guru dan
siswa.
Kegiatan akhir setelah menyimpulkan hasil pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah guru membagikan tes evaluasi kepada seluruh siswa. Tes
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana daya serap atau hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
siswa dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan memberikan pesan moral dan memberikan tindak
lanjut mendikte soal sebelum pulang. Anak yang bisa cepat dan tepat
menjawab soal diperbolehkan pulang terlebih dahulu.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
observasi siswa maupun guru dan perekaman dengan kamera foto. Dari data
observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses pembelajaran yang
secara garis besar sebagai berikut :
1) Hasil observasi bagi siswa
Berdasarkan data observasi aktivitas siswa dan hasil rekaman proses
pembelajaran dalam pelaksanaan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a) Aspek Kerjasama
(1) Ada peningkatan dari siklus I menjadi 14 siswa yang melaksanakan
semua kegiatan yang di diskripsikan dalam aspek kerjasama, yaitu
diskusi dengan baik, tidak mendominasi dalam diskusi dan membantu
teman diskusi yang belum paham.
(2) Pada siklus II paling sedikit siswa telah melaksanakan dua kegiatan, 7
siswa tersebut terbagi dalam dua kelompok yang berbeda, yaitu :
(a) 6 siswa diantaranya melaksanakan diskusi dengan baik dan tidak
mendominasi dalam diskusi.
(b) hanya 1 siswa yang melaksanakan diskusi dengan baik dan
membantu teman diskusi yang belum paham.
b) Aspek Perhatian
(1) Dalam aspek perhatian terdapat 11 siswa yang melaksanakan semua
kegiatan yang diuraikan dalam aspek perhatian, yaitu memperhatikan
penjelasan guru, kritis dalam menghadapi permasalahan dan tidak
berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(2) 8 siswa melaksanakan dua dari tiga kegiatan dalam aspek perhatian, 8
siswa tersebut yaitu :
(a) 2 siswa memperhatikan penjelasan guru dan kritis dalam
menghadapi permasalahan.
(b) Paling dominan yaitu 5 siswa memperhatikan penjelasan guru dan
tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
(c) Sisanya hanya terdapat 1 siswa yang kritis dalam menghadapi
permasalahan dan tidak berbuat gaduh serta mengganggu siswa
lain.
(3) Terdapat 2 siswa yang hanya melaksanakan satu kegiatan yaitu tidak
berbuat gaduh serta mengganggu siswa lain.
c). Aspek Keaktifan
(1) Dalam aspek keaktifan terdapat kenaikan yang cukup baik yaitu 14
siswa dari 21 siswa telah melaksanakan semua kegiatan yang
diharapkan dalam aspek keaktifan, yaitu bertanya kepada guru saat
proses KBM, aktif melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal
latihan yang diberikan guru.
(2) Sisanya yaitu 7 siswa melaksanakan dua kegiatan yaitu aktif
melaksanakan perintah guru dan mengerjakan soal latihan yang
diberikan guru.
Secara keseluruhan, berdasarkan data lampiran 17 yang menyatakan rata-
rata hasil pengamatan aktivitas siswa mengenai pembelajaran model make a
match pada siklus II adalah 7,2 dan masuk dalam kategori baik. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V pada siklus II
No Keterangan Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II 1 Total Skor 142 162 2 Rata-rata Skor 6,7 7,7 3 Rata-rata Skor Siklus II 7,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik yang menunjukkan Tabel
Gambar 9. Grafik Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V
2) Hasil observasi bagi guru
Berdasarkan
pertemuan menunjukkan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Data menunjukkan bahwa pada
siklus I rata-rata nilai hasil observasi terhadap guru adalah 3,25 sedangkan
siklus II rata-rata hasil observasi pada pertemuan pertama 3,5 dan pada
pertemuan kedua 3,7. Jadi rata
adalah 3,6 (sangat baik), dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136.
umum guru telah melakukan kegiatan belajar mengajar dengan
antara lain guru sudah melakukan persiapa
Guru sudah membuka
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan
penyampaian materi pelajaran oleh guru
strategi pembelajaran dan
pembelajaran dengan baik.
guru sudah menerapkan pembelajaran
juga telah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan
tindak lanjut.
6
6.5
7
7.5
8
Pertemuan I
Fre
ku
en
siSkor Observasi Siswa Per Pertemuan
yang menunjukkan Tabel 7 tersebut adalah pada gambar 9
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V
Hasil observasi bagi guru
Berdasarkan data observasi proses pembelajaran pada siklus II
menunjukkan peningkatan terhadap kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Data menunjukkan bahwa pada
rata nilai hasil observasi terhadap guru adalah 3,25 sedangkan
rata hasil observasi pada pertemuan pertama 3,5 dan pada
pertemuan kedua 3,7. Jadi rata-rata kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II
(sangat baik), dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136.
umum guru telah melakukan kegiatan belajar mengajar dengan
antara lain guru sudah melakukan persiapan memulai pelajaran
membuka pembelajaran dengan baik dan menyampaikan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan. Penguasaan dan
penyampaian materi pelajaran oleh guru sangat baik. Guru
strategi pembelajaran dan melibatkan siswa dalam penggunaan
pembelajaran dengan baik. Guru telah melakukan penilaian proses dan hasil.
guru sudah menerapkan pembelajaran make a match dengan optimal
juga telah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan
Pertemuan I Pertemuan II
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa Per Pertemuan
Skor Observasi Siswa Per Pertemuan
pada Siklus II
57
sebagai berikut :
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa kelas V Siklus II
pada siklus II selama 2
peningkatan terhadap kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Data menunjukkan bahwa pada
rata nilai hasil observasi terhadap guru adalah 3,25 sedangkan
rata hasil observasi pada pertemuan pertama 3,5 dan pada
embelajaran siklus II
(sangat baik), dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 136. Secara
umum guru telah melakukan kegiatan belajar mengajar dengan sangat baik,
memulai pelajaran dengan baik.
dan menyampaikan
. Penguasaan dan
Guru menggunakan
iswa dalam penggunaan media/sumber
telah melakukan penilaian proses dan hasil.
dengan optimal. Guru
juga telah melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan
Skor Observasi Aktivitas Belajar Siswa Per Pertemuan
Skor Observasi Siswa Per Pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara keseluruhan, berdasarkan lampiran 16 yang menyatakan
skor kinerja guru pada siklus I
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel
Tabel 8 : Hasil
No Keterangan
1 Total Skor2 Rata3 Skor Siklus I
Grafik yang menunjukkan Tabel
Gambar 10 : Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus I
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I
atau 9,52 % siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
Karena persentase siswa yang belajar tuntas telah mencapai
persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu
minimal 85% siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
Pertemuan I
Fre
ku
en
si
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan
Secara keseluruhan, berdasarkan lampiran 16 yang menyatakan
skor kinerja guru pada siklus II adalah 3,6 dan masuk dalam kategori
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 8 berikut ini :
: Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus II
Keterangan Siklus II
Pertemuan I Pertemuan IITotal Skor 24,5
Rata-rata Skor 3,5 Skor Siklus II 3,6
yang menunjukkan Tabel 8 tersebut adalah pada gambar 10
: Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus I
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka peneliti mengulas masih ada
siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
Karena persentase siswa yang belajar tuntas telah mencapai 90,48
persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu
minimal 85% siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran konsep pecahan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi
Pertemuan I Pertemuan II
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan
pada Siklus II
Skor Kinerja Guru
58
Secara keseluruhan, berdasarkan lampiran 16 yang menyatakan rata-rata
dan masuk dalam kategori sangat baik.
Observasi Kinerja Guru pada siklus II
Pertemuan II
25,6 3,7
10 berikut :
: Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru pada siklus I I
, maka peneliti mengulas masih ada 2
siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.
90,48% (lebih dari
persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu
minimal 85% siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan.
pembelajaran konsep pecahan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match,
secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi
Skor Akhir Kinerja Guru Per Pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terhadap siswa juga mengalami peningkatan, baik dari segi nilai terendah, nilai
rata-rata, maupun persentase siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM), maka
dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan telah berhasil.
Berikut ini adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan
model make a match pada siklus I yang ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Siklus II
No Interval Distribusi Frekuensi (fi) Relatif (%) Komulatif (%)
1. 55 –62 1 4,8 4,8
2. 63 – 70 4 19 23,8
3. 71 – 78 3 14,3 38,1
4. 79 – 86 4 19 57,1
5. 87 – 94 3 14,3 71,4
6. 95 –102 6 28,6 100
Jumlah 21 100
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah pelaksanakan siklus II
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 55-62 sebanyak 1 siswa atau
4,8%, nilai 63-70 sebanyak 4 siswa atau 19%, nilai 71-78 sebanyak 3 siswa atau
14,3%, nilai 79-86 sebanyak 4 siswa atau 19%, nilai 87-94 sebanyak 3 siswa atau
14,3%, dan nilai 95-102 sebanyak 6 siswa atau 28,6%. Setelah dilaksanakan
siklus II pertemuan I dan II data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 19 siswa
atau 90,48% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 2 siswa atau 9,52% yang
mendapat nilai di bawah KKM. Dengan demikian target kinerja yang sudah
ditentukan telah tercapai dan siklus dihentikan.
Jika ditunjukkan dalam grafik nilai siswa setelah tindakan awal yaitu siklus
II adalah gambar 11 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pengolahan data sebelum tindakan yang terdapat dalam
lampiran 5 dan siklus I
perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan
siklus I, yaitu seperti pada ta
Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Keterangan
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Ketuntasan (%)
Dari tabel 10 maka dapat dilihat pada grafik
0
1
2
3
4
5
6
Fre
ku
en
si
55
Gambar 11. Grafik Nilai Siklus II
Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pengolahan data sebelum tindakan yang terdapat dalam
siklus I yang terdapat dalam lampiran 6, maka dapat dibuat
perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan
siklus I, yaitu seperti pada tabel 10 sebagai berikut:
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Keterangan Kondisi
Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah 10
Nilai Tertinggi 90
rata Nilai 52,86
Ketuntasan (%) 42,86%
maka dapat dilihat pada grafik gambar 12 sebagai berikut:
1
5
4
5
2
4
Nilai Siklus II
55-62 63-70 71-78 79-86 87-94 95-102
Interval Nilai Siklus II
60
Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pengolahan data sebelum tindakan yang terdapat dalam
maka dapat dibuat
perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Tes Siklus I
30
100
76,19
61,91%
sebagai berikut:
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 12. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I
dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik
19,05% dengan nilai
belajar tuntas pada siklus I se
42,86% siswa mencapai KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada
saat tes awal adalah
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal
100. Untuk nilai rata
dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi
Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat dalam lampiran
diadakan penilaian pad
belajar baik dari nilai terendah, nilai tertinggi, rata
Peningkatan hasil belajar siswa
tindakan siklus I, dan setelah
match dapat dibuat perbandingan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Rata-
Fre
ku
en
si
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I
dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik
% dengan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa yang
belajar tuntas pada siklus I sebesar 61,91%, yang semula pada tes awal hanya
% siswa mencapai KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada
saat tes awal adalah 10 dan pada siklus I naik menjadi 30. Sedangkan nilai
tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 90 dan siklus I naik menjadi
. Untuk nilai rata-rata kelas yang pada saat tes awal sebesar
dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 76,19.
Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat dalam lampiran
diadakan penilaian pada siklus II, dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil
belajar baik dari nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata dan ketuntasan klasikal.
hasil belajar siswa dan ketuntasan klasikal sebelum tindakan, setelah
tindakan siklus I, dan setelah diadakan tindakan siklus II melalui model
dapat dibuat perbandingan yang disajikan pada tabel 11 sebagai berikut:
-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Ketuntasan (%)
61
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I
dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik
kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa yang
%, yang semula pada tes awal hanya
% siswa mencapai KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada
. Sedangkan nilai
siklus I naik menjadi
rata kelas yang pada saat tes awal sebesar 52,86 setelah
Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat dalam lampiran 7. Setelah
dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil
rata dan ketuntasan klasikal.
sebelum tindakan, setelah
melalui model make a
sebagai berikut:
Ketuntasan (%)
Tes Awal
Tes Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II
Keterangan
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Ketuntasan (%)
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat pada gambar
Gambar 13. Grafik perbandingan
dari T Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Nilai terendah yang dipero
menjadi 30 kemudian meningk
2) Nilai tertinggi yan
siklus II sama yaitu 100.
Perbandingan n
dengan model make a match
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Fre
ku
en
si
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Siklus I dan Siklus II
Tes Awal Tes Siklus I
10 30
90 100
52,86 76,19
42,86% 61,91%
di atas dapat dilihat pada gambar 13 diagram sebagai ber
Grafik perbandingan Nilai Tertinggi, dan Nilai TerendahTes Awal, setelah Siklus I, dan setelah Siklus II
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 10,
kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 55.
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 90, pada siklus I dan
siklus II sama yaitu 100.
nilai rata-rata kelas hasil belajar konsep bilangan
make a match dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini :
Nilai Tertinggi Nilai Terendah
62
Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan
Tes Siklus II
55
100
82,14
90,48%
diagram sebagai berikut:
Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah iklus II .
pada tes siklus I
pada siklus I dan
bilangan pecahan
dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini :
Tes Awal
Tes Siklus I
Tes Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 14. Nilai Rata
Siklus II
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata
awal adalah sebesar
lagi pada siklus II menjadi
Persentase klasikal peningkatan nilai
dengan model make a match
Gambar 15. Peningkatan Nilai Hasil Belajar Konsep Pecahan Siswa Kelas V pada Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.
52.86
0
20
40
60
80
100
Sebelum Tindakan
Fre
ku
en
siPerbandingan Nilai Rata
42.86
0
20
40
60
80
100
Sebelum Tindakan
Fre
ku
en
si
Ketuntasan Klasikal
Rata-rata Kelas dari Sebelum Tindakan, Sikl
Siklus II
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas
awal adalah sebesar 52,86; pada tes siklus I naik menjadi 76,19
lagi pada siklus II menjadi 82,14.
Persentase klasikal peningkatan nilai hasil belajar konsep bilangan
make a match dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini :
Peningkatan Nilai Hasil Belajar Konsep Pecahan Siswa Kelas V pada Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.
52.86
76.19 82.14
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
Perbandingan Nilai Rata-rata Sebelum
Tindakan, Siklus I dan Siklus II
42.86
61.91
90.48
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Ketuntasan Klasikal (%)
Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II
63
rata Kelas dari Sebelum Tindakan, Siklus I dan
rata kelas pada tes
76,19, kemudian naik
bilangan pecahan
berikut ini :
Peningkatan Nilai Hasil Belajar Konsep Pecahan Siswa Kelas V
Sebelum Tindakan, Siklus I,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dari tabel 11 dan gambar 15 di atas dapat dilihat bahwa nilai ketuntasan
klasikal selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II.
Pada sebelum tindakan nilai ketuntasan klasikal hanya 42,86 %. Pada siklus I nilai
ketuntasan klasikal meningkat menjadi 61,91 %. Pada siklus II meningkat lagi
hingga menjadi 90,48 %. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan siklus II
sudah mencapai bahkan melebihi indikator kinerja yaitu 85% dari seluruh siswa
nilainya mencapai KKM, maka siklus dihentikan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dapat
dinyatakan bahwa pembelajaran matematika pada materi konsep pecahan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Weru 01, baik hasil belajar
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
1. Perkembangan afektif adalah perkembangan keaktifan siswa seperti menerima,
menjawab atau reaksi. Peningkatan hasil belajar afektif siswa hasil penelitian
antara lain:
a. Siswa lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, baik itu aktif
bertanya maupun aktif menjawab pertanyaan guru.
b. Perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika
khususnya pada materi konsep pecahan meningkat.
c. Siswa berani menuliskan jawaban pertanyaan di papan tulis.
d. Kerja sama dalam pelaksanaan mencari pasangan dengan temannya lebih
meningkat.
e. Siswa memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan sungguh-
sungguh.
2. Perkembangan psikomotor adalah keterampilan teknik, fisik, sosial, dan
intelektual. Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa hasil penelitian antara
lain :
a. Semua siswa merapikan diri dan menyiapkan buku pelajaran dengan tertib
dan rapi sebelum pembelajaran di mulai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru
maupun untuk bertanya.
c. Siswa dapat menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh oleh guru.
d. Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dengan baik.
e. Siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik.
f. Siswa berlaku sopan, ramah, dan hormat kepada guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Perkembangan kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi/penilaian. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa hasil
penelitian antara lain :
a. Data nilai matematika materi konsep pecahan sebelum tindakan (nilai awal)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tes awal siswa, diperoleh
nilai rata-rata siswa adalah 52,86, dimana hasil tersebut masih jauh dari nilai
yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 67.
Sedangkan besarnya persentase siswa yang belajar tuntas hanya sebesar
42,86%, sedangkan 57,14% lainnya masih belum belajar tuntas, pihak sekolah
menginginkan minimal 85% siswa dapat mencapai KKM. Nilai terendah pada
tes awal (sebelum dilaksanakannya tindakan) adalah sebesar 10, sedangkan
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Berdasarkan hasil analisis tes
awal tersebut, maka dilakukan tindakan yang berupa penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi konsep bilangan
pecahan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
materi konsep bilangan pecahan.
b. Data nilai matematika siswa setelah siklus I
Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran materi konsep bilangan pecahan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dengan indikator mengubah bilangan pecahan menjadi bentuk desimal dan
sebaliknya. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas dan peneliti.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti yang terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan kegiatan penutup. Setelah proses
pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I terdapat dalam lampiran 6.
Setelah dilaksanakan siklus I data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 14
siswa atau 61,91% yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 7 siswa atau
38,09% yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas menunjukkan
peningkatan dari 52,86 pada saat tes awal, setelah dilaksanakannya tindakan
siklus I naik menjadi 76,19. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes siklus
I yaitu 30 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 100.
c. Data nilai siswa pada siklus II
Setelah dilakukan analisa mengenai kekurangan pada pelaksanaan siklus
I, maka disusun rencana pembelajaran siklus II agar kekurangan yang terjadi
pada siklus I lebih diminimalisir. Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran
matematika materi konsep pecahan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dengan indikator mengubah pecahan menjadi
persen dan mengubah desimal menjadi bentuk persen dan sebaliknya. Proses
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya oleh guru kelas dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri
dari kegiatan awal, kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi, dan kegiatan penutup.
Setelah proses pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi yang
bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II terdapat
dalam lampiran 7. Setelah dilaksanakan siklus II data yang diperoleh
menunjukkan bahwa ada 19 siswa atau 90,48% yang mendapatkan nilai di atas
KKM dan 2 siswa atau 9,52% yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata
kelas menunjukkan peningkatan dari 52,86 pada saat tes awal, setelah
dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 76,19 dan setelah tindakan
siklus II naik menjadi 82,14. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes
siklus II yaitu 55 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
100. Hal ini menunjukkan bahwa sampai dengan siklus II sudah mencapai
bahkan melebihi indikator kinerja yaitu 85% dari seluruh siswa nilainya
mencapai KKM, maka siklus dihentikan.
Dari hasil analisis data perkembangan hasil belajar siswa pada siklus II
dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa tuntas naik 28,57% dibanding
siklus I sedangkan dibanding sebelum tindakan naik 47,62%. Siswa yang semula
pada tes awal hanya terdapat 42,86% yang tuntas belajar pada siklus II menjadi
sebesar 90,48%, yang mencapai batas tuntas dan pada siklus I sebesar 61,91%.
Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 10 dan pada
siklus I menjadi 30 serta pada siklus ke II mengalami kenaikan menjadi 55. Untuk
nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 90 pada tes awal naik menjadi 100 di siklus I
kemudian pada siklus ke II tetap 100. Dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal
sebesar 52,86 pada siklus I naik menjadi 76,19 dan siklus ke II naik menjadi 82,14
nilai tersebut sudah berada di atas nilai rata-rata yang diinginkan dari pihak guru,
peneliti dan kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar konsep
bilangan pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo dapat meningkat yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar kognitif.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kelas, dan ketuntasan hasil belajar dari
sebelum diadakan penelitian hingga siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian juga dilaporkan adanya peningkatan kegiatan guru
dan siswa dalam pembelajaran konsep pecahan dengan model make a match . Berikut
ini merupakan tabel hasil observasi peningkatan kegiatan guru dan siswa melalui
observasi yaitu tabel 12 :
Tabel 12. Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
Aspek
Kegiatan
Guru Siswa
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Skor rata-rata 3,25 3,6 6,25 7,2
Kategori Baik Sangat Baik Cukup Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar yang menunjukkan tabel 12 t
Gambar 16. Grafik Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Sisw
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Hasil Observasi
Guru
Fre
ku
en
si
Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
yang menunjukkan tabel 12 tersebut di atas yaitu gambar 16
Grafik Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Sisw
Hasil Observasi Hasil Observasi
Siswa
Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
68
yaitu gambar 16 sebagai berikut :
Grafik Hasil Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus selama 4
kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran make a match dalam
pembelajaran materi konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01,
kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2011/2012, maka dapat
disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran make a match dapat
meningkatkan hasil belajar konsep pecahan pada siswa kelas V SDN Weru 01,
kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada pra siklus hanya sebesar 52,86 , pada
siklus I meningkat menjadi 76,19 , kemudian naik lagi pada siklus II naik menjadi
82,14. Sedangkan siswa yang belajar tuntas (nilai mencapai KKM 70) pada pra
siklus sebesar 42,86%, setelah dilaksanakan tindakan siklus I naik menjadi
61,91%, pada siklus II naik menjadi 90,48%. Peningkatan juga terlihat dari hasil
observasi guru dan siswa. Skor rata-rata hasil observasi guru pada siklus I 3,25
meningkat menjadi 3,6, sedangkan skor rata-rata hasil observasi siswa dari 6,25
pada siklus I meningkat menjadi 7,2 pada siklus II.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match dalam
pembelajaran materi konsep pecahan. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus.
Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 14
April 2010. Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal
22 dan 28 April 2010. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengubah
pecahan menjadi bentuk desimal dan sebaliknya, (2) mengubah pecahan menjadi
bentuk persen dan sebaliknya, (3) mengubah desimal menjadi bentuk persen dan
sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan implikasi
teoretis dan implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran make a match dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pelajaran konsep pecahan.
Penerapan model pembelajaran make a match dapat menciptakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran
make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam
pembelajaran matematika materi konsep pecahan.
Penerapan model pembelajaran make a match ini dapat dijadikan
masukan bagi para guru sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan proses
dan hasil belajar para siswanya. Dengan menerapkan model pembelajaran
make a match, siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
pembelajaran juga akan lebih menyenangkan bagi para siswa. Sehingga hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran make
a match.
Penerapan model pembelajaran make a match juga harus didukung
dengan penggunaan media atau alat peraga yang tepat, sehingga dapat
membantu kelancaran proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu, kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan guna mengatasi
beberapa kendala atau hambatan tersebut. Sehingga diharapkan hasil belajar
siswa akan lebih meningkat.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 4 kali pertemuan yang
terbagi dalam 2 siklus, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1. Bagi Guru
Guru hendaknya memilih model pembelajaran yang dapat membuat
siswa lebih aktif dan menyenangkan mengikuti proses pembelajaran, salah satu
alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik make a match. Guru hendaknya juga lebih sering memberikan rewards
yang berupa pujian atau penguatan-penguatan kepada siswa, sehingga siswa
lebih terangsang untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Para siswa hendaknya selalu rajin belajar dan selalu aktif mengikuti
proses pembelajaran. Khususnya pembelajaran konsep pecahan ini, para siswa
harus selalu termotivasi mengikuti petunjuk-petunjuk guru sehingga lebih cepat
memahami konsep pecahan.
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga berbasis IT yang sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat memudahkan guru dalam
penyampaian materi dan memberdayakan sumber daya manusia yang dimiliki
oleh guru. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar jika mereka dapat
mendengar dan melihat langsung tentang suatu konsep yang dikemas menarik
oleh guru sehingga lebih tertanam di pikiran siswa dan pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa. Selain itu perbaikan proses pembelajaran guru dengan
menggunakan model pembelajaran dapat membantu meningkatkan mutu
pendidikan.