perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN LAMA...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN LAMA...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN LAMA AMENOREA PADA IBU POSTPARTUM YANG MEMBERI
ASI EKSLUSIF DENGAN YANG MEMBERI SUSU FORMULA
DI PUSKESMAS KARTASURA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
FAJAR DWI BUDIYARTI
R 0107066
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN LAMA AMENOREA PADA IBU POSTPARTUM YANG MEMBERI
ASI EKSLUSIF DENGAN YANG MEMBERI SUSU FORMULA
DI PUSKESMAS KARTASURA
KARYA TULIS ILMIAH
Fajar Dwi Budiyarti
R0107066
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk Diujikan di hadapan Tim Penguji
Pada Hari .............., Tanggal ...... ....................
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(Munawaroh, SST, SKM, MKes) (Erindra Budi C, SKep, Ns, MKes)
NIP. 1978 0220 2005 0110 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
FAJAR, R0107066, 2011, Perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum
yang Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi Susu Formula Di
Puskesmas Kartasura , Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Latar Belakang : Pemberian ASI eksklusif dapat mengahambat ovulasi sehingga
dapat digunakan sebagai metoda kontrasepsi. Kadar prolaktin akan tetap tinggi
sebagai respon terhadap rangsang isapan bayi yang berlangsung terus menerus.
Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada otak dan ovarium.
Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan hambatan sekresi
GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan melawan efek gonadotropin
pada ovarium.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Lama
Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi
Susu Formula Di Puskesmas Kartasura.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional
analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik simple random
sampling yang dilakukan pada bulan Juli 2011. Besar sampel yang digunakan
adalah 67 orang sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data
dilakukan melalui pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik dengan uji Independent T-test menggunakan SPSS for Windows 16.0.
Hasil Penelitian: Hasil analisis Independent T-test didapatkan rata –rata lama
amenorea ibu yang memberi ASI eksklusif 147,45 hari dengan standart deviasi
sebesar 57,22 sedangkan lama amenorea ibu yang hanya memberi susu formula
46,52 hari dengan standart deviasi 17,42, t hitung sebesar 10,803 dengan p-value
0,000 <0,05.
Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang signifikan. Lama Amenorea
pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif lebih lama dibanding ibu yang
Memberi Susu Formula.
Kata kunci: ASI eksklusif; lama amenorea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
FAJAR, R0107066, 2011, difference of long postpartum amenorrhea between
mothers who gave exclusive breastfeeding and formula milk in Kartasura
healty primery centre, Faculty of Medicine Sebelas Maret University
Surakarta
Exclusive breastfeeding can inhibit ovulation so that could be used as a method of
contraception. Prolactin levels remain high in response to stimuli baby sucking.
High prolactin levels will have an effect on the brain and ovaries. Prolactin to
cause inhibition of the hypothalamic GnRH secretion, inhibit the effects of GnRH
in the pituitary and combat the effects of gonadotropins on the ovary.
Objective: The objective of this experiment was to know the difference of long
postpartum amenorrhea between mothers who gave exclusive breastfeeding and
formula milk
Methods: This experiment used analytical experiment study with Cross Sectional
approach by using simple random sampling technique which had been done in Juli
2011. The size of sample which had been taken was 67 who were
appeoplepropriate to the required inclusion criteria. The data was collected by
answering the questionnaire. The data as a result was analysed statistically by
Independent T-test analysis by using SPSS for Windows 16.0
Result: The result of Independent T-test analysis was 147,45 days as mean of
long amenorrhea mothers who gave exclusive breastfeeding with 57,22 as
deviation standart. Althuoght 46,52 days as mean of long amenorrhea mothers
who gave formula milk with 17,42 as deviation standart.. This result was more
than t was 10,803 with p-value 0,000 < 0,05.
Conclusion: There was a significant difference of long postpartum amenorrhea at
mothers who gave exclusive breastfeeding more long than mothers who gave
formula milk.
Key words: exclusive breastfeeding; long postpartum amenorrhea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Siapapun dirimu dan apa yang terjadi, janganlah pernah takut
dengan jalan hidup ini. Dia sudah memberi jalan kehidupan kita,
tak akan mungkin kita selalu di bawah,karena Ia Maha Adil
(penulis)
Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,
keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku
pintu-pintu rahmat-Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu
Jangan pernah ada kata menyesal namun ubahlah dengan kata semangat dan
pasti bisa......yang pasti TALK LESS DO MORE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini aku persembahkan kepada
KEDUA ORANGTUAKU
BUDI RAHARJO & WARGIYATI
“Maafin anakmu ini Pak/Bu yang selalu merepotkanmu. Namun
karena jasa, pengorbanan, kasih sayang, serta DOA yang
mustajab darimu, saya bisa menyelesaikan tanggungjawabku
dengan terselesainya karya tulisku ini.
Terima kasih atas motivasinya, ini balasku untuk mu”
Keluarga Kecilku
Mas IYON makasih atas cayangmu itulah sumber semangatku.
DEK CHU@ ….juga inspirasi bagi mama, besok adek harus lebih
tinggi ya sekolahnya dari papa n mama.
UNTUK PEMBIMBINGKU
Ibu , bapak makasih atas waktu, kesabaran dan ilmunya…semoga selalu
bermanfaat bagiku. Dan maaf jika selama ini ada perkataan atau
perbuatan yang kurang berkenan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa atas
segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan judul “Perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang
Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi Susu Formula Di Puskesmas
Kartasura ”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Prodi D IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, Dekan Fakultas Kedokteran
Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku Ketua Tim Karya tulis ilmiah Prodi
D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekaligus
sebagai pembimbing pendamping atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan
masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Munawaroh SST, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Utama atas semua
bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah.
6. Sri Anggarini P, SST, M.Kes. selaku Penguji Utama atas saran dan masukan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
7. Fresthy Astrika Yunita, SST, M.Kes. selaku sekertaris Penguji atas saran dan
masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
8. Dr. Nur Fanda E Kepala Puskesmas Kartasura, atas ijin yang diberikan untuk
melakukan penelitian ini.
9. Wargiyati Budi Raharjo (orang tua), mas Yon (suamiku), Nachjwa (putriku)
tercintaku serta kedua saudaraku, Bara dan Anggi atas dukungan, motivasi,
dan doa yang tiada henti.
10. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Studi
Kasus ini.
11. Temen-temen mahasiswa D IV Kebidanan angkatan 2007 Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk perbaikan Studi Kasus ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN VALIDASI ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ..iii
ABSTRAK ........................................................................................................ ..iv
MOTTO ............................................................................................................ ..vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. .vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ..xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ .xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ ..1
B. Perumusan Masalah .................................................................... ..3
C. Tujuan ......................................................................................... ..4
D. Manfaat ...................................................................................... ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemberian ASI Eksklusif ............................................................ ..6
B. Pemberian Susu Formula ............................................................ ..10
C. Lama Amenorea .......................................................................... ..13
D. Kerangka Konsep ........................................................................ ..22
E. Hipotesa....................................................................................... ..23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................... ..26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... ..26
C. Populasi Penelitian ...................................................................... ..26
D. Sampel dan Teknik Sampling ..................................................... ..25
E. Besar Sampel ............................................................................... ..26
F. Kriteria Restriksi ......................................................................... ..26
G. Definisi Operasional.................................................................... ..27
H. Cara Kerja ................................................................................... ..28
I. Analisis Data ............................................................................... ..33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Demografi ........................................................................... ..35
B. Data Hasil Penelitian ................................................................... ..42
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ............................................................. ..47
B. Perbedaan lama amenore pada ibu postpartum yang memberi ASI
eksklusif dengan yang memberi Susu Formula ................................ ..49
C. Keterbatasan ................................................................................ ..52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. ..53
B. Saran ............................................................................................ ..53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Perbedaan ASI, susu sapid an susu formula ...................................... 12
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 27
Tabel 3.2 kisi skala pemberian ASI atau susu formula ....................................... 32
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi umur responden ................................................. 38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi pendidikan Responden ....................................... 39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi pekerjaan responden .......................................... 40
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah................................................................ 41
Tabel 4.5 Tabel uji normalitas Data .................................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 22
Gambar 4.1 Gambar Distribusi Frekuensi Umur Responden ............................. 38
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden................................... 39
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ..................................... 40
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak .................................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Surat Keterangan Dinas Kesehatan Sukoharjo
Lampiran 3. Surat Keterangan Bapeda
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5. Surat Ijin Peminjaman Alat
Lampiran 6. Surat Permohonan ke Responden
Lampiran 7. Persetujuan Responden
Lampiran 8. Panduan Wawancara
Lampiran 9. Tabulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran 10. Crosstabs T-test
Lampiran 11. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 12. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang
penting dalam perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil
dan melahirkan anak (WHO, 2008). Namun saat ini masalah kesehatan
perempuan (khususnya ibu) dan bayi di Indonesia bukanlah gambar yang
indah dipandang. Menurut hasil SDKI dalam Depkes tahun 2008 didapat
Angka Kematian Ibu sebesar 226/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka
Kematian Bayi 26/1000 kelahiran hidup. Propinsi Jawa Tengah AKI tahun
2008 sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup dan AKB 9,17/1000 kelahiran
hidup. Data Dinas Kesehatan Kota Sukoharjo menyebutkan bahwa pada tahun
2010, terdapat kematian ibu sebanyak 21 jiwa, total kematian neonatal
sebanyak 92 jiwa.
Jumlah perkawinan yang terjadi di provinsi Jawa Tengah sebanyak
49,44% dari 121.520 Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program
Keluarga Berencana (KB) hanya sebanyak 54,42% dimana yang memakai KB
tradisional hanya sebanyak 4,56% (Depkes RI, 2008).
Mengandung dan melahirkan adalah tugas illahiah yang agung dan
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh terkandung dalam
Al – Qur an surat Al – Baqarah ayat: 233 dan Luqman ayat:14 (Abdul, Rifa
i, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keunggulan dan manfaat ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
ekonomis dan aspek kebidanan yaitu dengan penundaan kembalinya masa
subur (ovulasi) yang di tandai dengan tidak haid sebagaimana mestinya atau
amenorea (Depkes RI, 2008). Ibu yang menyusui eksklusif artinya memberi
ASI saja selama 6 bulan, maka kemungkinan haid tidak muncul teratur selama
24 minggu atau 6 bulan, sedangkan ibu yang tidak menyusui bayinya selama
lebih dari 3 bulan, 80% diantaranya mengalami haid dan ovulasi pada minggu
ke-10 setelah melahirkan (Nindya, 2001). Perlindungan yang bermakna
terhadap kembalinya kesuburan, antara lain bahwa hanya 5% dari ibu-ibu
mendapatkan haid setelah 1 bulan melahirkan dibanding dengan 75% ibu-ibu
yang tidak menyusui (Hartanto, 2004)
Tingginya pemakaian susu formula di Indonesia ditemukan pada
survei Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) dan Badan Kerja Peningkatan
Penggunaan ASI (BKPP-ASI). Data survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (Depkes RI, 2008) menunjukkan pada bayi berusia < 6 bulan yang
menggunakan susu formula, yaitu sebanyak 76,6% pada bayi yang tidak
disusui. Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI lebih sempurna dan
lebih sehat. Sebab dalam ASI terdapat zat-zat yang tidak ada di dalam susu
formula (Indiarti dan Sukaca, 2009). Susu formula diberikan sebagai substitusi
atau pengganti ASI, dengan alasan: terdapat keadaan yang tidak
memungkinkan untuk menyusukan, produksi ASI tidak ada atau sangat
kurang, atau Ibu tidak mempunyai kesempatan dikarenakan pekerjaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengharuskan meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama (Hassan
dkk, 2005).
Berdasarkan data di Puskesmas Kartasura kabupaten Sukoharjo
mengenai data kesehatan ibu dan anak, pencapaian ASI eksklusif yang
terendah adalah di Puskesmas Kartasura sebanyak 36,5 %. Dari 12 Puskesmas
di Sukoharjo. Pada tanggal 27 Mei 2011, 10 orang sampel yang penulis
wawancara terdapat 7 orang yang mengalami amenorea laktasi sedangkan 3
orang mendapatan haidnya segera setelah 40 hari pasca melahirkan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang
Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula di Puskesmas
Kartasura.
Penelitian serupa tentang amenorea yang disebabkan oleh menyusui
pernah dilakukan oleh Milaza (2010) dari Universitas kota Padang dengan
judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Amenorea Laktasi di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan adanya hubungan menyusui eksklusif dengan amenorea setelah
melahirkan. Penulisan penelitian ini terdapat perbedaan nyata pada variabel
penelitian. Maka diharapkan penelitian ini mempunyai hasil yang berbeda dari
hasil penelitian yang sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
“Apakah ada perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang
Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula di Puskesmas
Kartasura?”
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum
yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula.
2) Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi lama amenorea ibu postpartum yang memberi
ASI eksklusif.
b) Mengidentifikasi lama amenorea ibu postpartum yang hanya
memberi susu formula.
c) Untuk mengadakan analisis mengenai perbedaan Lama Amenorea
Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang
Memberi Susu Formula.
D. Manfaat
1) Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai amenorea
pada ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dengan yang
memberi susu formula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2) Manfaat aplikatif
a) Bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dalam memberikan materi pengajaran asuhan kebidanan
ibu postpartum khususnya dengan lama amenorea karena
pemberian ASI eksklusif.
b) Bagi profesi
Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh bidan dalam
peningkatan motivasi penelitian tentang ASI eksklusif.
c) Bagi masyarakat
Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui maupun
keluarga bahwa ada perbedaan lama amenorea pada ibu
postpartum pemberi ASI eksklusif dengan ibu yang hanya
memberi susu formula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein , lactose dan
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi (Kodrat, 2010)
Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit,
bubur, nasi dan tim. UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi
jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF
bersama WHA (World Healt Assembly) dan banyak Negara lainnya adalah
menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Bayi
menyusu setiap 15 menit dan anak selalu dekat dengan ibu siang dan
malam Setelah umur 6 bulan bayi diberi makanan pendamping/padat yang
benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih (Roesli, 2005).
2. Manfaat
Manfaat ASI diantaranya: nutrien yang sesuai untuk bayi,
meningkatkan kecerdasan, mengandung zat protektif (imunologik),
mempunyai efek psikologis yang menguntungkan, neurologis, perbaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
gizi, praktis, ekonomis, tidak menimbulkan alergi (WHO, 2010). Serta
menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan (Hartanto,
2004).
3. Komposisi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI pun ternyata tidak
tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dari satu ibu
pun berbeda-beda pada hari-kehari, bahkan dari menit ke menit (Nichol,
2005). ASI yang dikeluarkan pada 5 menit pertama dinamakn foremilk.
Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar
kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung 4-5
kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang
mengenyangkan bayi (Roesli, 2005), yaitu:
a) Kolostrum
(1) Disekresikan oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari
ketiga atau keempat dari masa laktasi.
(2) Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
(3) Lebih banyak mengandung protein dibanding ASI mature, tetapi
berlainan protein utama adalah globulin, sehingga dapat dengan
ASI mature dimana protein yang utama adalah casein pada
kolostrum, memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(4) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature
yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan
pertama.
(5) Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan
dengan ASI mature.
(6) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58
kalori/100ml kolostrum.
(7) Vitamin larut dalam lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut
dalam air lebih tinggi atau lebih rendah.
(8) Apabila dipanaskan menggumpal. ASI mature tidak.
(9) PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.
(10) Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin
dibandingkan ASI mature.
(11) Terdapat trypsin inhibitor yang akan menambah kadar antibodi
pada bayi.
(12) Volumenya bekisar 150-130ml/24 jam.
b) ASI Transisi/Peralihan
(1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature.
(2) Disekresi dari hari ketiga sampai hari kesepuluh dari masa laktasi,
tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan
terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.
(3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(4) Volume semakin meningkat.
c) ASI matang (mature)
(1) ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu ketiga sampai kelima ASI
komposisinya baru konstan.
(2) Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflaum, dan karotin.
(3) Tidak menggumpal apabila dipanaskan.
(4) Volume 300-850 ml/24 jam
Hal- hal yang mungkin berpengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif:
pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal diantaranya: pengetahuan, latar belakang/pendidikan dari keluarga,
rasa percaya diri. Faktor eksternal yaitu: faktor geografis, penyuluhan
kesehatan, lingkungan, transportasi yang memadai serta petugas kesehatan
yang professional (Milaza, 2010)
B. Pemberian Susu Formula
1. Pengertian
Susu formula adalah susu buatan yang di produksi oleh pabrik
sebagai subtitusi atau pengganti ASI karena ASI tidak ada atau tidak
diberikan (Lisal, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pemberian susu formula adalah sejak lahir bayi tidak diberikan ASI
melainkan diganti dengan susu formula (Kosmo dalam BPOM, 2011).
Menurut Budiasih (2008), pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor
(IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping
ASI sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula,
45,1% makanan cair selain susu formula, dan 50% makanan padat.
Pemberian susu formula bahkan sudah diberikan sejak bayi lahir
2. Komposisi Susu Formula
Secara umum, komposisi utama susu formula adalah susu sapi yang
mengandung laktosa dan/atau sukrosa sebagai sumber karbohidrat, protein
susu sapi, dan biasanya ditambahkan minyak nabati sebagai sumber
lemak, khususnya sumber Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA). Ada pula
susu formula khusus yang disediakan untuk bayi/anak yang memiliki
penyakit tertentu (Wardlaw and Hampl, 2007).
Beberapa bahan dasar yang sering ditambahkan untuk keperluan
tertentu termasuk kelengkapan nutrisi, di antaranya adalah (Widodo,
2003):
1) Susu bubuk skim. Susu bubuk skim yang ditambahkan memiliki
padatan total 96,81% (protein 34,11%, kadar lemak 1,33% dan kadar
air 3,19%). Penambahan skim bertujuan untuk meningkatkan kadar
lemak.
2) Potasium kaseinat, merupakan bahan tambahan kadar yang kadar
protein 84,15%, lemak 0,63%, padatan total 95,63, dan kadar air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4,37%. Penambahan potasium kaseinat bertujuan mengatur kadar
protein pada produk akhir.
3) Butter oil, ditambahkan apabila produk akhir yang dikehendaki
memiliki kadar lemak yang tinggi.
4) Vitamin premik, merupakan campuran vitamin (A, D, E, K, kalsium
pantotenat, thiamin monositrat, nikotinamida, piridoksin, hidroklorida,
asam folat, sodium askorbat dan D-biotin).
5) Mineral sebagai elemen yang sering ditambahkan pada susu formula
bubuk untuk memenuhi nutrisi bayi.
6) Lesitin, merupakan bioemulsifier yang mampu menggabungkan gugus
polar dan non polar sehingga susu bubuk dapat larut air.
7) Raftilosa, malto dekstrin dan Frukto Oligosakarida (FOS), diberikan
sebagai prebiotik.
8) Madu dan sukrosa, diberikan untuk memberi rasa manis pada susu,
terutama susu formula bubuk untuk balita.
9) Kalsium karbonat, penambahannya bertujuan untuk pengkayaan
kalsium pada susu formula bubuk.
Tabel dibawah ini menunjukan ringkasan perbedaan pada ASI, susu sapi
dan susu formula.
No Property ASI Susu sapi Susu formula
1. Kontaminasi
bakteri
Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada
apabila
dicampur
2. Faktor anti
infeksi
Ada Tidak ada Tidak ada
3. Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sumber : WHO/UNICEF/BKPP-ASI januari 2008
C. Lama Amenorea
1. Pengertian
Amenorea adalah suatu keadaan atau kondisi dimana pada seorang
wanita tidak mengalami haid sebagaimana mestinya (Wiknyosastro, 2005).
Lama amenorea postpartum adalah rentan waktu dimana seorang
wanita tidak mengalami haid setelah melahirkan/tidak haid sebagaimana
mestinya (Dimasmis, 2008).
pertumbuhan
4. Protein Jumlah
sesuai dan
mudah
dicerna
Terlalu banyak
dan sukar dicerna
Sebagian
diperbaiki
Kasein:whey
40:60
Kasein : whey
80:20
Disesuaikan
dengan ASI
Whey: Alfa Betalaktoglobulin
5. Lemak Cukup
mengandung
asam lemak
esensial
(ALE), DHA
dan AA
Mengandung
lipase
Kurang ALE
Tidak ada lipase
Kurang
ALE, tidak
ada DHA
dan AA
Tidak ada
lipase
6. Zat Besi Jumlah kecil
tapi mudah
dicerna
Jumlah lebih
banyak tapi tidak
diserap dengan
baik
Ditambahkan
ekstra
Tidak
diserap
dengan baik
7. Vitamin Cukup Tidak cukup
vitamin
A,vitamin C
Vitamin
ditambahkan
8. Air Cukup Perlu tambahan Mungkin
perlu
tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Macam Amenorea
a) Amenorea primer
Amenorea primer aadalah tidak terdapatnya haid pada pasien
berusia 16 tahun dengan ciri-ciri seksual sekunder yang normal atau
tidak terdapatnya menstruasi pada pasien berusia 14 tahun tanpa tanda-
tanda pematangan seksual ( Heffner, Schust, 2008)
b) Amenorea sekunder
Tidak adanya haid pada seorang wanita yang sebelumnya pernah
mendapat haid. Atau tidak terdapatnya 3 siklus haid dan atau tidak adanya
perdarahan haidselama 6 bulan. Disebabkan oleh: malnutrisi, kontrasepsi,
penyakit, kehamilan, laktasi, gangguan psikologi (Whitehead, 2003).
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan
menurut Cunningham (2005), haid merujuk kepada pendarahan yang
menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus non-fertil dan
menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita tidak hamil
sebagai perdarahan uterus atau endometrium.
Haid yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus haid yang melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium
dan uterus (Wiknjosastro, 2007).
Siklus haid yang berlangsung secara teratur tiap bulan, tergantung
kepada serangkaian perubahan hormonal siklik yang melibatkan sekresi
hormon pada berbagai tingkat dalam sistem yang terintegrasi (Kodrat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2010). Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah
hipotalamus yang mensekresikan gonadotropin releasing hormone
(GnRH). GnRH merangsang sekresi 2 hormon yaitu follicle stimulating
hormone releasing hormone (FSH-RH) dan luteinizing hormone releasing
hormone (LH-RH) (Wiknjosastro, 2007).
Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk
mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone
(LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan
terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan
memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan
gonadotropin (Llewllyn, 2002).
3. Menurut Wiknjosastro (2005), mekanisme terjadinya perdarahan haid
dalam satu siklus ada 4 fase, yaitu :
a. Fase Proliferasi
Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus haid. Ditandai
dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar
hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam
ovarium serta membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel
folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan
menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari
hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat
memperbaiki dinding endometrium yang robek. Pada akhir dari fase ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat dan
menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
b. Fase Prahaid (Fase Sekresi)
Terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 siklus haid. Pada fase ini
menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum
dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel
telur pada saat terjadinya proses ovulasi. Terjadi peningkatan hormon
progesteron yang bermakna yang diikuti oleh penurunan kadar
hormon-hormon FSH, LH dan estrogen. Keadaan ini digunakan
sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding
rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan.
c. Fase Haid
Terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 siklus haid.
Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan
dengan dinding endometrium yang robek yang diwujudkan dalam
pengeluaran darah dari dalamnya. Pada fase ini terjadi kembali
peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen
yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena
produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon
progesteron secara maksimal.
d. Fase Regenerasi (Fase Pascahaid)
Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5 siklus haid. Pada fase ini
terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
endometrium. Sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali
membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui
pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah
dihasilkan kembali di ovarium.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amenorea menurut Wiknjosastro
(2005), antara lain :
a. Status gizi
Kelebihan berat badan : terjadi gangguan metabolisme estrogen
berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita dengan kelebihan
berat badan sehingga menyebabkan siklus haid menjadi tidak teratur.
Kekurangan nutrisi : pada seseorang yang tidak cukup makan,
tubuh akan berasumsi bahwa tubuh tidak cukup bugar dan kadar
estrogen bisa menurun serta bisa berhenti berovulasi (Evan, 2011).
b. Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi : penyakit reproduksi
seperti polycsytic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor
ovarium, kanker leher rahim dapat menyebabkan perubahan hormon.
c. Faktor psikososial : stress atau kecemasan bisa mengacaukan siklus
haid perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya
dengan pusat pengaturan haid di otak. Gangguan kejiwaan, stress,
lingkungan sosial, tekanan-tekanan dapat menyebabkan siklus haid
tidak teratur (Heffner, Schust, 2008).
d. Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan,
sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner, sindrom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
asherman dan sindrom testicular feminization dapat menyebabkan
terjadinya amenorea primer.
e. Olahraga berat : seorang perempuan dengan latihan yang dilakukan
adekuat atau berlebihan dapat menyebabkan kehilangan berat badan
beberapa kilogram (Baziad, 2009).
f. Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang
dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan
perubahan siklus haid. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus
haid karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh untuk
membentuk siklus buatan (Evan, 2011)
g. Laktasi atau pemberian ASI eksklusif
Selama masa laktasi, kadar prolaktin akan tetap tinggi sebagai
respon terhadap rangsangan isapan bayi yang berlangsung terus
menerus. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada otak
dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan
hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan
melawan efek gonadotropin pada ovarium (Nindya, 2001). Kedua
hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang
selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan
terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan
memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan
gonadotropin (Llewllyn, 2002). Walaupun prolaktin bertanggungjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam memulai mereproduksi air susu, penyampaian dan pemeliharaan
laktasi bergantung pada stimulasi isapan bayi pada putting susu
sehingga terjadi pengeluaran air susu dikenal sebagai ejeksi. Reflek
hisap juga mempengaruhi aktivitas generator denyut GnRH, dan
biasanya tidak terjadi ovulasi. Efektivitas laktasi dalam menekan
fungsi gonad secara langsung berhubungan dengan frekuensi dan
durasi menyusui (Heffner, Schust, 2008).
Kesuburan tidak akan terjadi apabila laktasi yang ketat
dipertahankan. Jika bayi mangisap ASI sebanyak 6x atau lebih dalam
24 jam, lama menyusu >60 menit per 24 jam dan menyusu pada
malam hari, merupakan faktor penting dalam menunda ovulasi
(Hartanto, 2004).
Menurut Nindya (2001) prolaktin merupakan penyebab utama
anovulasi pada laktasi atau amenore pada laktasi, atas dasar efek
penghambatan di tingkat otak maupun ovarium sebagai berikut:
1) Penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap umpan balik positif dari
estrogen.
2) Hambatan sekresi GnRH oleh hipotalamus.
3) Penurunan sekresi gonadotropin.
4) Penurunan sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas terdapat alternatif
penghambatan ovulasi yang lain oleh prolaktin yaitu hambatan sintesis
progesteron oleh sel-sel granulosa dan perubahan rasio testosteron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dihidrotestosteron oleh prolaktin sehingga berakibat penurunan zat-zat
teraromatisasi yang berarti peningkatan kadar zat antiestrogen lokal (Lisal,
2004).
Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan umpan balik positif jalur
pendek terhadap sekresi dopamin oleh hipotalamus. Kadar dopamin yang
tinggi akan menurunkan sekresi GnRH. Pada efek di otak dan di ovarium,
tampaknya efek hambatan ovulasi oleh prolaktin selama laktasi paling
dominan adalah penyebab di otak (Kodrat, 2003).
Pada seorang wanita yang memberikan ASI eksklusif, selama 6-8
minggu masa laktasi akan terjadi penurunan respon LH terhadap GnRH,
sementara respon FSH tetap normal, meskipun demikian pada ovarium
tidak terjadi fase folikuler dan tidak terjadi sintesis estrogen. Sintesis
estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke-4 postpartum pada
wanita yang memberikan ASI-nya, sebagian besar wanita yang
memberikan susu formula pada minggu ke-8 postpartum memperlihatkan
tanda-tanda perkembangan folikel dan akan berovulasi tidak lama
kemudian (Gebbie;Glasier, 2006).
Pemberian GnRH atau hormon gonadotropin eksogen dalam jumlah
besar ternyata mampu merangsang perkembangan folikel ovarium dan
pembentukan hormon estrogen. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada
ovarium terjadi penurunan sensitivitas terhadap hormon gonadotropin,
mungkin karena reseptor gonadotropin pada ovarium ditempati oleh
prolaktin, atau karena hambatan fungsi sel-sel theka oleh prolaktin. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menerangkan efek kadar prolaktin yang tinggi terhadap ovarium
(Whitehead, 2003).
Ovulasi akan tertunda lewat 10 minggu dan mungkin selama masa
laktasi. Atau 28 hari setelah melahirkan apabila ibu tidak menyusui
bayinya. Saat makanan atau minuman tambahan mulai diberikan, dan
frekuensi mengisap berkurang, kurang lebih 75% ibu mengalami
perkembangan folikel dan 50% akan mengalami ovulasi dalam waktu 16
minggu yang akan datang meskipun laktasi masih diberikan (Hartanto,
2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Kerangka Konseptual
Ibu postpartum
Perbedaan
Lama amenore
Yang memberi
susu formula
Yang memberi
ASI Ekslusif
Isapan bayi
prolaktinemia
hipotalamus
Hambat GnRH pada ovarium
FSH dan LH rendah
Estrogen dan progesteron rendah
Tidak terjadi ovulasi selama 6
bulanTerjadi ovulasi
Lh dan FSH
normal
Kerja hipotalamus seperti
biasa
Tidak terjadi
prolaktinemia
Tidak ada isapan bayi
1. Kelainan genital
2. Kelainan genetik
3. Malnutrisi
4. Kontrasepsi
5. Kehamilan
6. Psikologi
7. laktasi
Keterangan : : diteliti
: tidak diteliti
Gambar 3.1 konseptual menurut Nindya, 2001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
E. Hipotesa
“Ada perbedaan lama amenorea pada ibu postpartum yang memberi ASI
Eksklusif dengan yang memberi susu formula?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko)
dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan lama
amenorea (efek) yang dialami ibu postpartum yang memberi ASI Eksklusif
dan ibu yang memberi susu formula (faktor risiko).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kartasura. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan
percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti
(Arief, 2008).
1. Populasi target
Menurut Arief (2008), populasi target adalah populasi yang menjadi
sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati. Populasi
target dalam penelitian ini adalah ibu postpartum.
2. Populasi aktual
Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga lebih
memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi
sasaran (Arief, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu
postpartum periode November tahun 2010- Januari 2011 yang melahirkan
di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura sebanyak 80 orang.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Murti (2010) sampel didefinisikan sebagai bagian (subset) dari
populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang akan diamati atau diukur
peneliti hingga dianggap dapat mewakili populasinya.
Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik simple random
sampling, yaitu dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi aktual
yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor dan dipilih
sebagian dari mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian
(kertas) yang telah dikocok terlebih dahulu (Sastroasmoro, 2008). Hal ini
sesuai dengan definisi teknik simple random sampling adalah teknik
pengambilan subjek dengan mendasarkan pada setiap anggota dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
E. Estimasi Besar Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menghitung ukuran sampel yang
populasinya kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus:
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05
Dari populasi aktual didapatkan populasi sebanyak 80 orang yang
kemudian dilakukan seleksi pemilihan sampel menggunakan kriteria restriksi,
setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus didapatkan besar
sampel sebanyak 67 orang.
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada
populasi target dan pada populasi terjangkau/aktual (Sastroasmoro, 2008).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a) Ibu post partum yang memberikan ASI eksklusif atau hanya memberi
susu formula periode November tahun 2010 – Januari 2011, yang
bersalin di Puskesmas Kartasura.
b) Tidak memakai alat kontrasepsi hormonal
c) Ibu postpartum yang bersedia menjadi responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek yang memenuhi kriteria
inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena perbagai sebab
(Sastroasmoro, 2008).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Ibu postpartum dengan penyakit kandungan meliputi infeksi
kandungan (endometritis, infeksi radang panggul) dan keganasan
(kista ovarium, kanker leher rahim).
G. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel
No. Variabel Definisi operasional Pengukuran
Alat ukur Skala
1. Variabel
bebas :
memberi
ASI
eksklusif
atau
memberi
susu
formula
Pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu,air
teh dan tanpa tambahan
makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur susu,
biscuit, bubur, nasi dan tim
selama 6 bulan.
Pemberian susu formula
adalah sejak lahir bayi tidak
diberikan ASI melainkan
diganti dengan susu formula
wawancara Nominal
2. Variabel
tergantung :
lama
amenorea
Lama amenorea postpartum
adalah rentan waktu dimana
seorang wanita tidak
mengalami haid setelah
melahirkan .
wawancara Rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
H. Cara Kerja
1. Alat ukur
a. Pertanyaan Panduan Wawancara
Meliputi nama, usia, pekerjaan, jumlah anak, alamat, lama pemberian
ASI, dan penyebab berhenti memberikan ASI dan pernyataan lain
tentang pemberian ASI eksklusif.Untuk mendapatkan data lama
amenorea postpartum responden, meliputi tanggal persalinan, tanggal
haid kembali.
2. Cara Pengukuran
a. Pemberian ASI Eksklusif atau hanya Susu formula
1) Cara : melakukan wawancar kepada ibu responden sesuai
panduan lalu mengklasifikasikan responden.
2) Hasil ukur : pemberian ASI eksklusif dan hanya pemberian
susu formula
3) Skala ukur : nominal dikotomik
b. Lama amenorea postpartum
1) Cara : Melakukan wawancara dengan menggunakan
lembar observasi yang berisikan nama ibu, tanggal persalinan,
tanggal pertama haid setelah melahirkan pada ibu postpartum yang
dijadikan subjek penelitian
2) Hasil ukur : Berapa lama ibu mengalami amenorea postpartum
dalam hitungan hari
3) Skala ukur : Rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Gambar cara kerja penelitian
b hari
ASI eksklusif
Amenorea
Ibu post partum
Amenorea
a hari
Uji t
Hanya susu formula
wawancara
Gambar 3.1 kerja penelitian
Keterangan
Setelah didapatkan responden, peneliti mengutarakan tujuan
penelitian. Lalu meminta kesediaan ibu sebagai responden dan
memberikan lembar kepada ibu untuk menanyakan point-point
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dengan peneliti
menemani jika terjadi pertanyaan dari responden peneliti bisa
menyamakan persepsi. Atau dengan wawancara pada ibu
secara langsung dengan beberapa pertanyaan, dan
mengklasifikasikan ibu yang memberi ASI eksklusif dan ibu
yang hanya memberi susu formula. Kemudian peneliti mencari
berapa hari lama amenorea pada ibu yang memberi ASI
eksklusif dan lama amenorea pada ibu yang hanya memberi
susu formula, dicari rata-rata hitung dari keduanya dengan
menggunakan uji independent T test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
I. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian secara langsung (data
primer) diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan pada saat wawancara dan data sekunder dari rekam medik
yang dimiliki puskesmas.
2. Pengolahan Data
Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Fajar, 2009):
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah
dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.
b. Coding (pemberian kode) yaitu merubah data ke dalam bentuk yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu terutama data
klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Untuk pemberian susu
formula memiliki kode=1 dan pemberian ASI eksklusif memiliki
kode=0. Sedangkan lama amenorea dimasukkan sesuai data yang
diperoleh tanpa adanya penggolongan/klasifikasi.
c. Data entry (pemasukan data) yaitu membuat file dan memasukkan satu
persatu ke dalam file data komputer sesuai paket program statistik
komputer yang digunakan (Hidayat, 2007).
d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan
mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan
dianalisis (Notoatmodjo, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Analisis Data
Setelah data diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian yang
ada. Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
1) Analisis Univariate
Menganalisis tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis
secara univariate dalam penelitian ini adalah karakteristik
responden.
2) Analisis Bivariate
Uji normalitas data diperlukan sebelum menggunakan uji t
independent untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data ini
menggunakan uji parametrik kolmogorov smirnov z (K-S). Proses
uji normalitas data dibantu dengan menggunakan program SPSS.
Kriteria yang digunakan pada uji kolmogorov smirnov z pada
signifikansi 0,05 (Dahlan, 2009) adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, artinya data
yang akan diuji tidak mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan data normal baku. Jadi, kesimpulannya data tersebut
berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Bila nilai p < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya data
yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data
normal baku. Jadi, kesimpulannya data tersebut tidak berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada proses pengumpulan data yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura pada bulan Juli 2011. Berdasarkan atas kriteria sampel dan
persyararatan dalam pemilihan sampel ditemukan jumlah sampel yang terdiri dari
dua kelompok yaitu lama amenorea (efek) yang dialami ibu postpartum yang
memberi ASI Ekslusif sebesar 31 orang dan ibu yang hanya memberi susu
formula (factor resiko) sebesar 36 orang. Pengumpulan data dengan observasi
dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui lama
amenorea yang dialami ibu postpartum yang memberi ASI Ekslusif dan yang
hanya memberi susu formula. Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut:
A. Data Demografi
1. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden
Ibu Postpartum yang memberi ASI Ekslusif Ibu Postpartum yang memberi Susu Formula
Umur Frekuensi Persen Umur Frekuensi Persen
< 20 tahun
20-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
> 35 tahun
3
13
10
3
2
9,7 %
41,9 %
32,2 %
9,7 %
6,5%
< 20 tahun
20-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
> 35 tahun
3
18
6
4
5
8,3 %
50,0%
16,7%
11,1%
13,9%
Jumlah 31 100 % 36 100 %
Sumber: data primer yang diolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
ASI Eksklusif Susu Formula
< 20 th 20-25 th 26-30 th 31-35 th > 35 th
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas diketahui bahwa responden
ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif sebagian besar berusia 20-25
tahun dengan frekuensi 13 orang (41,9%) dan paling sedikit berusia < 35
tahun dengan frekuensi 2 orang (6,5%). Sedangkan pada ibu postpartum
yang memberi susu formula sebagian besar berusia 20-25 tahun dengan
frekuensi 18 orang (50%) dan paling sedikit berusia < 20 tahun dengan
frekuensi 3 orang (8,3%).
2. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden.
Ibu Postpartum yang memberi ASI
Eksklusif
Ibu Postpartum yang memberi Susu
Formula
Pendidikan Frekuensi Persen Pendidikan Frekuensi Persen
SD
SMP
SMA
PT
4
7
18
2
12,90 %
22,59 %
58,06 %
6,45 %
SD
SMP
SMA
PT
6
10
15
5
16,67 %
27,78 %
41,67 %
13,89 %
Jumlah 31 100,00 % 36 100,00 %
Sumber: data primer yang diolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
ASI Eksklusif Susu Formula
SD SMP SMA PT
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa latar
belakang pendidikan formal dari ibu postpartum yang memberi ASI
ekslusif sebagian besar berpendidikan tamat SMA dengan frekuensi 18
orang (58,06%), tamat SMP frekuensi 7 orang (22,58%), tamat SD
sebanyak 4 orang (12,90%) dan Perguruan Tinggi frekuensi 2 orang
(6,45%). Ibu postparpum yang memberi susu formula sebagian besar
berpendidikan tamat SMA dengan frekuensi 15 orang (41,67%), tamat
SMP frekuensi 10 orang (27,78%), tamat SD sebanyak 6 orang (16.67%)
dan perguruan tinggi frekuensi 5 orang (13,89%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden.
Ibu Postpartum yang memberi ASI
Ekslusif
Ibu Postpartum yang memberi Susu
Formula
Pekerjaan Frekuensi % Pekerjaan Frekuensi %
PNS
Peg.Swasta
Wiraswasta
IRT
1
6
10
14
3,23 %
19,35 %
32,26 %
45,16 %
PNS
Peg. Swasta
Wiraswasta
IRT
3
15
7
11
8,33 %
41,67 %
19,44 %
30,56%
Jumlah 31 100 % 36 100 %
Sumber: data primer yang diolah.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
ASI Eksklusif Susu Formula
PNS Peg.Sw asta Wirasw asta IRT
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa ibu postpartum
yang memberi ASI ekslusif sebagian besar ibu rumah tangga dengan
frekuensi 14 orang (45,16%), wiraswasta dengan frekuensi 10 orang
(32,26%), pegawai swasta dengan frekuensi 6 orang (19,35%), PNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
frekuensi 1 orang (3,23%). Pada ibu postparpum yang memberi susu
formula sebagian besar pegawai swasta dengan frekuensi 15 orang
(41,67%), wiraswasta dengan frekuensi 7 orang (19,44%), ibu rumah
tangga 11 orang (30,56%) dan PNS frekuensi 3 orang (8,33%).
4. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anak
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden
Ibu Postpartum yang memberi ASI Eksklusif Ibu Postpartum yang memberi susu formula
Jumlah anak Frekuensi Persen Jumlah anak Frekuensi Persen
1 orang
2 orang
≥ 3 orang
5
17
9
16,13 %
54,84 %
29,03 %
1 orang
2 orang
≥ 3 orang
4
18
14
11,11%
50,00%
38,89%
Jumlah
31
100%
36
100 %
Sumber: data primer yang diolah.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Asi Eksklusif Susu Formula
1 orang 2 orang ≥ 3 orang
Gambar 4.4. Distribusi Frekuensi Jumlah .
Berdasarkan gambar dan tabel diatas diketahui bahwa responden ibu
postpartum yang memberi ASI ekslusif sebagian besar mempunyai anak 2
orang dengan frekuensi 17 orang (54,84%), dan ≥ 3 anak dengan
frekuensi 9 orang (29,03%). Pada ibu postpartum yang memberi susu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
formula sebagian besar mempunyai anak 2 orang dengan frekuensi 18
orang (50,00%), 1 anak dengan frekuensi 4 orang (11,11%) dan ≥ 3 anak
dengan frekuensi 14 orang (38,89%).
B. Data Hasil Penelitian.
Dari data observasi yang telah dilakukan pada 31 kasus ibu postpartum
yang memberi ASI eksklusif dan 36 kasus ibu postpartum yang memberi susu
formula. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuesioner tentang
lama amenore pada ibu postpartum. Untuk membuktikan hipotesis pada
penelitian ini digunakan analisis bivariat yaitu uji statistik parametrik yaitu
independent t-test untuk membedakan antara dua sampel atau dua kelompok
yang berbeda. Sebelum melangkah ke uji parametrik maka dilakukan terlebih
dahulu uji kenormalan data dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov.
Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
31 36
147.45 57.22
46.517 17.418
.177 .164
.089 .164
-.177 -.161
.987 .985
.284 .287
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Lama
Amenora
(ASI)
Lama
Amenora
(Susu
Formula)
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa data lama amenorea pada ibu
yang memberi ASI eksklusif didapat p-value sebesar 0,284 > 0,05 (α), dan
data lama amenorea pada ibu yang hanya memberi susu formula mempunyai
p-value sebesar 0,287 > 0,05 (α), hal ini dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal, dan selanjutnya dapat dianalisis dengan uji parametrik
yaitu uji t-test independen.
Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Lama Amenore Pada Ibu Postpartum
Data Lama Amenore Mean SD
Ibu Postpartum Yang Memberi ASI Ekslusif 147,45 57,22
Ibu Postpartum Yang Memberi Susu Formula 46,52 17,42
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata lama amenorea ibu
pospartum yang memberi ASI ekslusif sebesar 147,45 dengan stadart deviasi
sebesar 57,22, sedangkan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula
mempunyai nilai rata-rata sebesar 46,52 dengan standart deviasi sebesar 17,42.
Nilai t hitung sebesar 10,803 dengan p-value 0,000 < 0,05 (α), maka hasil
perhitungan ini bermakna. Kesimpulan dengan kepercayaan 5%, lama amenorea
pada ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dan ibu postpartum yang hanya
memberi susu formula mempunyai perbedaan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat
mempengaruhi pemberian ASI ekslusif pada ibu postpartum , diantaranya
adalah faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman responden
sehingga lama pemberian ASI ekslusif yang didapat benar-benar sesuai
dengan pengerian pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Faktor-faktor
yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya
sebagaimana dibahas dibawah ini.
Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok responden usia
terbanyak baik pada kelompok ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif
maupun kelompok ibu postpartum yang hanya memberi susu formula,
adalah usia 20-25 tahun sebasar 50%. Menurut Heffner, Schust (2008) usia
20 hingga 30 tahun merupakan usia ideal untuk masa reproduksi wanita.
Menurut Budiasih (2010) para ibu sekarang baanyak yang
beranggapan bahwa susu formula lebih lengkap gizinya dibanding ASI
sehingga dari responden didapatkan lebih banyak ibu yang memberi susu
formula yaitu 36 orang. Pemberian ASI ekslusif lebih rendah yaitu 31
orang dikarenakan pengetahuan ibu tentang ASI kurang dan salah persepsi
tentang ASI eksklusif (Roesli, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pemberian ASI yang sering, membawa kedekatan siang dan malam
antara ibu dan bayi (Nichol, 2005). Secara otomatis waktu ibu banyak
tercurah untuk bayi jadi dalam penelitian ini 45,16% pemberi ASI
eksklusif adalah ibu rumah tangga, alasan lain (Indiarti, Sukaca, 2009)
yaitu ibu lebih sering mendengar saran tenaga kesehatan bahwa ASI lebih
sempurna dan lebih sehat. Sedangkan pendapat Hassan (2005) susu
formula diberikan sebagai subtitusi ASI dengan alasan ibu tidak
mempunyai kesempatan menyusui dikarenakan pekerjaan yang
mengharuskan meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama. Dari
penelitian ini didapatkan 41, 67% ibu yang memberi susu formula
berprofesi sebagai pegawai swasta.
Pengalaman ibu sebelumnya juga mempengaruhi pemberian ASI
ekslusif, dalam penelitian ini ibu yang memberikan ASI ekslusif 54,84%
telah memiliki 2 anak (Suradi, 2004). Namun akhir-akhir ini banyak ibu
yang beralih memberikan susu formula karena penagaruh iklan dan gaya
hidup (kosmo dalam BPOM, 2007). Kemungkinan besar ibu yang dulunya
memberi ASI bisa berganti dengan susu formula akibatnya banyak juga
ibu pemberi susu formula 50% memiliki 2 anak.
B. Perbedaan lama amenorea pada ibu postpartum yang memberi ASI
ekslusif dengan yang hanya memberi Susu Formula
Dari data observasi yang telah dilakukan pada 31 kasus ibu
postpartum yang memberi ASI eksklusif didapatkan nilai rata-rata lama
amenorea sebesar 147,45 hari, sedangkan kasus ibu postpartum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata amenorea sebesar
57,22 hari. Hasil uji t-test independen menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada lama amenorea antara ibu postpartum yang memberi
ASI eksklusif dengan ibu postpartum yang memberi susu formula. Ibu
yang menyusui eksklusif artinya memberi ASI saja selama 6 bulan, maka
kemungkinan haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan.
Sedangkan ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan,
80% diantaranya mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke 10 setelah
melahirkan, kesuburan tidak akan terjadi apabila laktasi yang ketat
dipertahankan (Hartanto, 2004).
Kadar prolaktin yang tinggi karena menyusui akan berefek pada
otak dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan
menimbulkan hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada
hipofisis dan melawan efek gonadotropin pada ovarium (Kodrat, 2003).
Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang
selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya
produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan
umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin.
Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke-4 setelah
melahirkan pada ibu yang memberi ASI eksklusif (Gebbie;Glasier, 2006)
Pada ibu yang tidak menyusui atau menggantikan dengan susu
formula sejak bayi lahir, kemungkinan haid atau ovulasi kembali segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
setelah 1 bulan (Nindya, 2001) jadi sesuai teori tersebut rata-rata ibu yang
hanya memberi susu formula mengalami amenorea selama 57,22 hari
setelah melahirkan karena 75% ovarium ibu tersebut telah mengalami
perkembangan folikel (Hartanto, 2004). Dikarenakan pada ibu yang
memberi susu formula, hormon prolaktin kembali normal dan sistem kerja
hipotalamus pun normal. Sekresi hormonal GnRH, FSH dan LH normal
mengakibatkan kembalinya kesuburan ibu ditandai terjadinya haid
(Nindya, 2001).
Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Milaza (2010), dengan judul “Hubungan Pemberian ASI
eksklusif dengan Amenorea Laktasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan”, uji korelasi Chi Square diperoleh bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi
dengan nilai p=0,00 berarti p < 0,05.
Penelitian ini menggunakan analisis parametrik. Alasan penelitian ini
menggunakan teknik analisis parametrik karena syarat penggunaan teknik
tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang dikemukakan oleh Dahlan (2009),
menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis parametrik adalah uji yang
menggunakan asumsi data terdistribusi normal, varien homogen dan
sampel yang acak menggunakan uji Independent T-test bertujuan
membandingkan nilai rata-rata dari perlakuan dua sampel yang ada, data
yang digunakan rasio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Keterbatasan
Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan masalah dikarenakan
masa menyusui ekskluisif selama 6 bulan lamanya jadi berkendala pada
ketepatan ibu dalam menuliskan tanggal haid pertama setelah melahirkan.
Namun disini penulis mengatasi dengan cara memberikan solusi pada ibu
dengan mengigat saat usia anak ibu berapa bulan ibu mendapatkan haid
kembali setelah melahirkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ibu postpartum yang memberi ASI Ekskusif mempunyai nilai rata-rata
lama amenorea 147,45 hari dengan standart deviasi 57,22 dibandingkan
dengan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula mempunyai nilai
rata-rata lama amenorea 46,52 hari dengan standart deviasi 17,42. Dan hasil
uji T test Independent dari keduanya adalah 10,803 mempunyai Pvalue 0,000 <
0,05, sehingga hasil perhitungan bermakna.
A. Saran
1. Bagi Puskesmas.
Bekerja sama dengan Kader Posyandu untuk selalu memberi pengarahan dan
pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif yang dapat digunakan sebagai
metode amenorea laktasi.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel yang
diteliti terutama tentang faktor lama amenorea pada ibu postpartum.
3. Bagi Masyarakat
Para ibu diharapkan lebih mengutamakan pemberian ASI ekslusif karena
dapat menunda kembalinya kesuburan dengan adanya amenorea. Manfaat lain
adalah ASI itu praktis, ekonomis, aman, menyehatkan, dan mencerdaskan.