perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan...perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL
SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
Skripsi
Oleh:
Christin Elin Wulandari
NIM K2307021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL
SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
Oleh:
Christin Elin Wulandari
NIM K2307021
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Christin Elin Wulandari. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR
SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI
BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : (1)
hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika
siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (2)
hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar
Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (3)
hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa
secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto.
Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 66 siswa. Pengumpulan data dengan
menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Teknik angket digunakan
untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas. Teknik
tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa sebagai
variabel terikat. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
kemampuan awal siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi ganda dengan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, uji
independensi dan uji linieritas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan yang
berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y)
hal ini ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 yang tergolong cukup berarti dan rhitung
lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, (2) ada hubungan yang
berarti antara kemampuan awal siswa (X2) dengan prestasi belajar Fisika siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
(Y) hal ini ditunjukkan dengan rhitung =0.5043 yang tergolong cukup berarti dan
rhitung lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, (3) ada hubungan
yang berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2)
secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y), hal ini ditunjukkan
Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14. Sumbangan relatif
(SR) motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar
%45.22 dengan sumbangan efektif sebesar 33.17 %. Sedangkan sumbangan relatif
kemampuan awal siswa (X2) terhadap hasil belajar Fisika siswa (Y) sebesar
%78.54 dengan sumbangan efektif sebesar 99.20 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Christin Elin Wulandari. THE CORRELATION BETWEEN STUDENT
MOTIVATION AND STUDENT PRIOR KNOWLEDGE WITH PHYSICS
ACHIEVEMENT OF CLASS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Thesis,
Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University ,
November 2011.
The purpose of this research is to find out: (1) the significant correlation
between student motivation with physics achievement of class X SMA Negeri 1
Karanganyar year 2010/2011. (2) the significant correlation between student prior
knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year
2010/2011. (3) the collectively significant correlation between student motivation
and student prior knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1
Karanganyar year 2010/2011.
This research is kind of correlation descriptive quantitative. This research
uses ex post facto method. The population is all student of class X SMA Negeri 1
Karanganyar year 2010/2011. The sample of this research is taken with simple
random sampling. The sample of this research amount of 66 students. Collection
of data uses technique of questionnaire, test, and documentation. The technique of
questionnaire used to collect student motivation data as independent variable. The
technique of test used to collect physics achievement data as dependent variable.
The technique of documentation used to collect prior knowledge data. The
technique of data analysis that used is multiple regression with normality test,
independency test, and linearity test.
According to the result of research can concluded: (1) there is the
significant correlation between student motivation (X1) and physics achievement
(Y) that shown raccount=0.4684 included enough significant and raccount more than
rtabel or raccount=0.4684> rtabel =0.244. (2) there is the significant correlation
between student prior knowledge (X2) and physics achievement (Y) that shown
raccount=0.5043 included enough significant and raccount more than rtabel or raccount
=0.5043> rtabel=0.244. (3) there is the collectively significant correlation between
student motivation (X1) and student prior knowledge (X2) with physics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
achievement (Y) that shown Faccount more than Ftabel atau Faccount =19.57> Ftabel
=3.14. The relative contribution of student motivation (X1) to physics
achievement (Y) is 45.22% with effective contribution is 17.33%. The relative
contribution of student prior knowledge (X2) to physics achievement (Y) is
54.78% with effective contribution is 20.99%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Jangan sekalipun melupakan tujuan dan jangan salah jalan. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ayah dan ibuku yang sangat ku hormati
dan sayangi
Kakak, adik, dan keluargaku terkasih
Teman-teman angkatan 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan
Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Karanganyar.”
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penulisan
Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang
timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi.
5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Pembimbing I yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Sri Budiawanti, S.Si, M.Si, Selaku Pembimbing II yang telah
membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Segenap dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
8. Bapak Drs. H. Sobirin M, M.Pd, Selaku kepala SMA Negeri 1 Karanganyar
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Bapak Drs. Bratha, M.Pd, Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1
Karanganyar yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
10. Orang tua dan keluargaku yang telah mencurahkan segenap kasih sayang dan
mendukung setiap langkah sehingga penyusunan Skripsi ini dapat
diselesaikan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangannya, namun penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………
PERSETUJUAN ………………………………………………………..……………….
PENGESAHAN ……………………………………………………….…………………
ABSTRAK ……………………………………………………………………………...
ABSTRACT …………………………………………………………………………….
MOTTO …………………………………………………………………………………
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………. ……………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………..……………………………………
B. Identifikasi Masalah ………………………..…………..………………..
C. Pembatasan Masalah ………………………..……………..…………….
D. Rumusan Masalah ………………………….………………..…………..
E. Tujuan Penelitian ………………………….……………………..………
F. Manfaat Penelitian …………………………..……………………..……
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………
1. Belajar …………………………………………………………………
a. Hakikat Belajar ………………….……….…………………………
b. Tujuan Belajar ………………….………….………………………
c. Prinsip- prinsip Belajar ……………………………………..………
d. Teori- teori Belajar …………………………………………………
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar ……………………….
2. Motivasi Belajar Siswa………………………………………..……….
a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa …….……………………………..
b. Macam- macam Motivasi Belajar Siswa ..……………………..…..
1
3
3
4
4
4
5
5
5
5
6
7
9
11
11
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III
c. Fungsi Motivasi Belajar Siswa .……………………..…………..….
d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ….…….………..…
3. Kemampuan Awal Siswa ..…………………………………………...
a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa .……….………………….…
b. Analisis Kemampuan Awal Siswa .………….………………….…
4. Prestasi Belajar Fisika …………………………………………………
5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik ……………….…….………
a. Suhu dan Kalor ………………………….…………………………
b. Alat Optik …………………………………………………..……..
B. Penelitian yang Relevan …………………………….……….……………
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………………..…..
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………..…….……
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………..….……
1. Tempat Penelitian ………………………………………………..…..
2. Waktu Penelitian ……………………………………………..………
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….………
1. Populasi Penelitian …………………………………………..……….
2. Sampel Penelitian ……………………………………………….……
D. Variabel Penelitian ……………………………………………..…..……
1. Variabel Bebas …………………………………………………..……
2. Variabel Terikat …………………………………………………..…..
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ………………………..…..…
1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….………..…
2. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………..…
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……………………………………...
G. Teknik Analisis Data ……………………………..……………….…….
1. Uji Prasyarat Hipotesis ……………………………….………………
2. Pengujian Hipotesis …………………………………….…….………
13
14
15
15
16
17
19
19
30
40
42
43
44
44
44
44
45
45
45
46
46
46
47
47
47
49
52
52
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data …………………………………………………………….
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ……………………….…………….
C. Pengujian Hipotesis ………………………………………………………
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………………..…………
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….…
B. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………..……………..….
C. Saran …………………………………………………………………..….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….………….….
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
58
60
64
69
71
72
72
74
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan
berbagai kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses belajar dapat dilihat melalui dua
sudut pandang yaitu guru dan siswa. Bagi siswa, belajar merupakan proses
internal yang komplek, proses internal tersebut melibatkan seluruh ranah mental
yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar
mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak
langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak
dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut
“tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar
tersebut tampak pada tindak- tindak belajar tentang matematika,
kesusasteraan, olah raga, kesenian, dan agama. Perilaku belajar tersebut
merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau tindak
pembelajaran dari guru. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:18)
Baik atau buruknya prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain : sikap belajar, motivasi belajar,
kemampuan awal, konsentrasi belajar, pengolahan bahan belajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk belajar, rasa percaya diri siswa, intelijensi dan keberhasilan
belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri siswa, antara lain guru, prasarana dan sarana pembelajaran,
kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah dan
lingkungan keluarga.
Menurut pendapat Mc Donald yang dikutip oleh Sardiman (2010:74):
“motivasi adalah perubahan energi dalam diri seeorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Pendapat yang lain, “Motivations help guide children’s activity” (Middleton and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Photini, 1999: 65- 88). Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
kegiatan. Dalam pendidikan motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar.
Motivasi belajar berhubungan erat dengan prestasi belajar. Apabila siswa
mempunyai motivasi belajar tinggi, akan diikuti dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar yang tinggi pula. Motivasi belajar yang tinggi dapat ditunjukkan
antara lain: perhatian dan ketertarikan terhadap proses pembelajaran di kelas,
keinginan untuk memperoleh nilai baik, dan kemauan untuk belajar. Begitu pula
sebaliknya apabila siswa mempunyai motivasi belajar rendah, maka tingkat
pencapaian prestasi belajar akan rendah. Rendahnya motivasi siswa antara lain
ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk belajar dan mengerjakan tugas/
PR.
Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar siswa. Kemampuan awal siswa
adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran.
Untuk mata pelajaran Fisika khususnya. kemampuan awal ini merupakan
prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya dengan lancar. Hal ini
disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya merupakan pembentukan
proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila siswa mengalami
kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya siswa tersebut
mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi selanjutnya yang
mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti dengan lancar.
Namun pada kenyataannya, siswa-siswa apabila menemui kesulitan dalam materi
Fisika tertentu akan cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada
guru atau teman. Akibatnya, pada materi selanjutnya siswa tersebut akan
menemui banyak kesulitan.
Oleh karena hal tersebut, penulis memandang perlu untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan
Kemampuan Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Karanganyar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas timbul permasalahan sebagai
berikut:
1. Prestasi belajar Fisika siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal siswa.
2. Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika.
3. Bagaimanakah menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tercapai prestasi
belajar Fisika siswa yang maksimal.
4. Banyak siswa cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada
guru atau teman apabila menemui kesulitan dalam materi fisika tertentu, yang
mengakibatkan banyaknya kesulitan yang ditemui pada materi selanjutnya.
5. Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan
prestasi belajar Fisika siswa.
6. Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi
belajar Fisika siswa.
7. Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama
berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis
membatasi agar penelitian ini dapat mencapai tujuan, ruang lingkup, dan arah
yang jelas. Adapun pembatasan masalah untuk penelitian ini :
1. Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan
prestasi belajar Fisika siswa.
2. Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi
belajar Fisika siswa.
3. Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama
berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.
Adapun perincian dari pembatasan masalah di atas sebagai berikut:
1. Kemampuan awal siswa yang dimaksud adalah nilai murni Fisika Semester I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Prestasi belajar Fisika siswa yang dimaksud adalah nilai mid Semester II
dengan pokok bahasan Alat Optik dan Suhu dan Kalor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?
2. Adakah hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?
3. Adakah hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar
siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Karanganyar?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada atau tidak adanya :
1. Hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar
Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.
2. Hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar
Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.
3. Hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa
dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Memberi sumbangan pemikiran kepada orang tua, guru, dan siswa dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar khususnya dalam mata pelajaran Fisika
2. Siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a. Hakikat Belajar
Banyak macam- macam aktivitas - aktivitas yang oleh setiap orang dapat
disebut sebagai perbuatan belajar. Belajar memiliki makna dan cakupan yang luas
dan komplek, sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori
belajar yang dianut oleh beberapa ahli, namun beberapa diantaranya mempunyai
kesamaan. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar, antara lain: menurut
Sardiman (2010:20): “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan perubahan tingkah laku …”. Sedangkan menurut Cronbach,
seperti yang ditulis oleh Sardiman (2010: 20), “Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience”. Dalam hal ini Cronbach berpendapat bahwa
cara atau proses belajar yang paling baik adalah dengan subjek pembelajar
mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dengan mempergunakan
pancainderanya. Senada dengan Cronbach, Geoh menyatakan, “Learning is a
change in performance as a result of practice” (Sardiman 2010: 20). Ahli yang
lain yaitu Harold Spears (Sardiman 2010: 20) menyatakan, “Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari subjek pembelajaran
akibat pengalaman yang diperoleh secara mandiri.
b. Tujuan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran ada komponen- komponen penyusun yaitu
tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai
tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis
kegiatan dan sarana prasarana yang tersedia. Salah satu komponen penting adalah
tujuan belajar. Karena berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan pembelajaran dapat
dilihat dari ketercapaian tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok
ranah, yaitu :
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi… Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi,
dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c)
kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan
ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana
Sudjana, 2005:22- 23)
Kemudian muncul revisi taksonomi Bloom yang diungkapkan oleh Anderson L.W
dan Krathwohl, ranah kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
(Ana Ratna Wulan, 2011 http://file.upi.edu/Direktori/SPS/ ).
Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2010:26) bahwa: “tujuan
belajar mencakup beberapa hal yaitu untuk (1) mendapatkan pengetahuan, (2)
penanaman konsep dan ketrampilan, (3) pembentukan sikap.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap mental/ nilai- nilai.
c. Prinsip- prinsip Belajar
Selama proses belajar pasti ditemukan kesulitan- kesulitan baik kesulitan
dalam memahami apa yang dipelajari maupun kesulitan dalam menghadapi
pengaruh- pengaruh dari luar maupun dari dalam diri sendiri, yang berpengaruh
terhadap keberhasilan proses belajar tersebut. Keberhasilan proses belajar dapat
dilihat dalam hasil belajar yang diperoleh. Oleh karena itu, seseorang yang
melakukan kegiatan belajar perlu mengetahui prinsip- prinsip belajar. Menurut
Dimyati dan Mudjiono prinsip- prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati dan
Mudjiono, 1999: 42). Sedangkan menurut Slameto, prinsip- prinsip belajar
dibedakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
a. Bedasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
3) belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif;
4) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery;
3) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan;
c. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya;
2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali- kali agar penertian/
ketrampilan/ sikap itu mendalam pada siswa. (Slameto, 2010:28)
d. Teori- teori Belajar
Seperti yang telah diuraikan didepan bahwa belajar mencakup makna
yang sangat luas dan kompleks, maka banyak para ahli yang mengemukakan teori
belajar. Teori belajar tersebut antara lain:
1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Sardiman (2010: 30) berpendapat bahwa dalam teori ini jiwa manusia
terdiri dari berbagai macam daya. Daya tersebut dapat dilatih sehingga dapat
melaksanakan fungsinya. Teori ini berpendapat bahwa hasil pembentukan dari
daya tersebut lebih penting dari pengusaan bahan/ atau materi. Teori ini jika
dikaitkan dengan kegiatan belajar, bahwa hasil belajar lebih penting daripada
proses untuk mendapatkan hasil belajar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpendapat bahwa kegiatan belajar harus diawali dengan
kegiatan observasi terhadap bahan/ materi yang akan dipelajari. Tokoh dari teori
belajar ini adalah Koffka. Menurut aliran ini,”… seseorang melakukan perbuatan
belajar jika mendapatkan insight.” (Sardiman, 2010: 31). Insight ini bisa timbul
karena adanya: kesanggupan, pengalaman, taraf kompleksitas suatu instansi,
latihan, dan trial and error.
Prinsip- prinsip belajar menurut teori belajar ini antara lain:
a) Manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak
hanya secara intelektual tetapi secara fisik, emosional, sosial,dst.
b) Belajar adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungannya.
c) Manusia berkembang sebagai proses keseluruhan sejak dari kecil sampai
dewasa, lengkap dengan segala aspek- aspek yang mengiringinya.
d) Belajar adalah perkembangan kearah differensial yang lebih luas.
e) Belajar akan berhasil jika ada tujuan belajar yang akan dicapai.
(Sardiman, 2010:31-32)
3) Teori Belajar Jiwa Asosiasi
Sardiman (2010: 33) mengungkapkan bahwa: “ilmu jiwa asosiasi
berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-
bagian atau unsur- unsurnya”. Teori belajar jiwa asosiasi ini, termasuk juga di
dalamnya teori konektionisme dan teori conditioning. Teori konektionisme
berpendapat bahwa hakikat dari belajar menurut Thorndike dalam Sardiman
(2010: 33) adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan
impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi.
Dari ketiga teori belajar di atas baik menurut Ilmu Jiwa Daya, Ilmu jiwa
Gestalt, dan Jiwa Asosiasi, ada beberapa persamaan antara lain:
a) Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting.
b) Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan/ kesulitan.
c) Dalam belajar memerlukan aktivitas.
d) Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacam-
macam respons. (Sardiman, 2010: 37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4) Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah konstruksi pembentukan kita sendiri.
Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan. Bettencourt (1989) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak
bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses
kita menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi dapat disimpulkan pengertian belajar
menurut pandangan dan teori konstruktivisme adalah proses pembentukan
pengetahuan secara mandiri.
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar
Seperti yang telah diuraikan di depan, belajar adalah suatu proses yang
menghasilkan perubahan tingkah laku. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar
dipengaruhi beberapa faktor, yang dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
(1) faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor
individual dan (2) faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor
sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor
kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan
rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan
dalam belajar- mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan
motivasi sosial. (Ngalim Purwanto, 1990:102)
Faktor psikologis dalam cukup berpengaruh terhadap proses belajar. Menurut
Thomas F. Staton membagi faktor psikologis menjadi 6 macam yaitu:
1) Motivasi
Motivasi meliputi dua hal yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan
memahami mengapa hal tersebut dipelajari.
2) Konsentrasi
3) Reaksi
4) Organisasi
5) Pemahaman
6) Ulangan
Menurut Wasty Soemanto (2003:113) yang dikutip dari Skripsi
“Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Semarang” oleh Setyowati, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar
namun dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar, dapat
digolongkan menjadi tiga macam yaitu:
(1) Faktor-faktor stimuli belajar
Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu
tersebut untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya suasana lingkungan.
(2) Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru mempengaruhi metode belajar
yang dipakai oleh pelajar. Oleh karena itu, metode yang dipakai oleh guru
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang
kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau mengingat, pengenalan
tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.
(3) Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual juga berpengaruh terhadap belajar seseorang. Yang
termasuk dalam faktor individual antara lain tentang kematangan individu,
usia, tingkat kecerdasan, motivasi, kondisi kesehatan.
Arden N. Frandsen seperti yang dituliskan oleh Sumadi Suryabrata dalam
bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang
untuk belajar:
(1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
(2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju
(3) adanya keinginan untuk mandapatkan simpati dari orang tua, guru, dan
teman
(4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun kompetisi
(5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
(6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Sumadi
Suryabrata, 2006:236)
Maslow dalam Psikologi Pendidikan (Sumadi Suryabrata: 2006) mengemukakan
motif- motif untuk belajar yaitu:
(1) adanya kebutuhan fisik
(2) adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran
(3) adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan
dengan orang lain
(4) adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat
(5) sesuai dengan sifat untuk mengemukakan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Motivasi Belajar Siswa
Seperti yang diuraikan di depan, keberhasilan suatu proses belajar
dipengaruhi dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu contoh
dari faktor internal adalah motivasi belajar.
a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa
Motivasi berasal dari kata motif. Sardiman (2010: 73) mengungkapkan
bahwa motif adalah daya penggerak dan pendorong dari dalam subjek untuk
melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari
kata motif tersebut maka, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dan
pendorong yang telah menjadi aktif. Banyak para ahli yang berpendapat mengenai
pengertian motivasi. Menurut Mc Donald dalam Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar (Sardiman, 2010:74) motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seeorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang diungkapkan oleh Mc.
Donald mengandung tiga (3) unsur penting:
1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada
organisme manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya feeling, afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. (Sardiman, 2010:74)
Menurut Winkel (1996: 151) yang dikutip dari Skripsi “Hubungan
Antara Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan
Pembelajaran Di Kelas Ii Smu Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun
2004/2005”oleh Herlin Febriana, berpendapat bahwa motivasi merupakan daya
penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan. Menurut Morgan dan ditulis
kembali oleh Sardiman A. M: “manusia hidup memiliki berbagai macam
kebutuhan yaitu (1) kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas, (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kebutuhan untuk menyenangkan oran lain, (3) kebutuhan untuk mencapai hasil,
dan (3) kebutuhan untuk mengatasi kesulitan”.
Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi 6 yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan akan rasa aman
3) Kebutuahn untuk dicintai dan dikasihi
4) Kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri
6) Kebutuhan akan pengetahuan. (Sardiman, 2010: 81)
Pembagian kebutuhan oleh Maslow diatas menunjukkan hierakis kebutuhan,
artinya kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar, dan
seterusnya.
Dari beberapa pengertian motivasi dari beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dan
pendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar
yang diinginkan. Apabila motivasi belajar seorang siswa rendah, maka akan
menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara individu dan
pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki motivasi
belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar ataupun
mengerjakan tugas- tugas. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi
belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diperoleh.
b. Macam-macam Motivasi Belajar Siswa
Bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Motivasi Belajar Intrinsik
Sardiman (2010: 89) mengungkapkan motivasi intrinsik adalah motif-
motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya menurut pendapat Deci yang ditulis kembali oleh Haris Mudjiman
(2008: 38), batasan motivasi instrinsik sebagai kebutuhan psikologis yang dalam,
untuk menguasai sesuatu kompetensi dan membuat keputusan- keputusan sendiri.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari dalam diri seseorang
untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam konteks ini adalah kegiatan belajar.
Contoh dari motivasi belajar instrinsik adalah adanya pemahaman akan
pentingnya belajar.
2) Motivasi Belajar Ekstrinsik
Berbeda dengan motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik adalah
keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari luar diri seseorang untuk
melakukan kegiatan tertentu. Sardiman (2010:90) berpendapat bahwa motivasi
ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Contoh dari motivasi belajar ekstrinsik adalah dorongan dari
orang tua atau teman untuk belajar.
Dari segi perspektif motivasi instrinsik lebih bersifat murni karena
muncul secara alamiah tanpa membutuhkan pengaruh orang lain. Dalam Hamzah
B. Uno, kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi intrinsik, bertujuan
memenuhi the need for competence (White: 1959) dan the need for self
determination (Deci: 2001). Sedangkan menurut Lepper (1988) yang ditulis
kembali oleh Haris Mudjiman (2008: 38), orang yang melakukan kegiatan belajar
dengan didorong motivasi ekstrinsik mengharapkan sesuatu reward, atau
menghindari punishment. Namun bukan berarti motivasi belajar ekstrinsik tidak
penting karena siswa mengalami senantiasa mengalami perubahan baik secara
jasmani maupun psikologis sehingga motivasi dari luar diri siswa sangat
dibutuhkan.
c. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Hasil belajar akan menjadi maksimal apabila siswa memiliki motivasi
belajar yang tinggi. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar
bagi para siswa.
Sardiman mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu:
(1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
(2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut…(Sardiman, 2010: 85)
Menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar sangat dibutuhkan dalam
belajar pembelajaran. Adapun peran motivasi belajar dalam belajar pembelajaran
yaitu Hamzah B. Uno (2008: 27-28):
(1) Menentukan penguatan belajar
(2) Memperjelas tujuan belajar
(3) Menentukan ketekunan belajar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi belajar
adalah mendorong seseorang dalam hal ini siswa untuk melakukan perbuatan
belajar.
d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik motivasi
instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, peserta
didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman
(2010: 92): “ada beberapa cara dan bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3)
saingan/kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui
hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan
yang diakui.”
Guru mempunyai peranan banyak dalam proses belajar mengajar, salah
satunya adalah sebagai motivator. Peranan guru sebagai motivator ini penting
artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan
belajar siswa. Selain itu, sebagai motivator seorang guru harus dapat merangsang
dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi
siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Hamzah B, Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan
Pengukurannya, mengungkapkan model pengembangan motivasi belajar yaitu:
a. Model “Time Continuum” (Wlodkowski: 1991)
Menurut model ini ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar yaitu:
(1) sikap (attitude), (2) kebutuhan (need), (3) rangasangan (stimulation), (4) emosi
(affect), (5) kompetensi (competence), (6) penguatan (reinforcement).
b. Model “ Tripartite” (Tuckman: 2001)
Sedangkan menurut Haris Mudjiman, model pengembangan motivasi
belajar adalah dengan menumbuhkan motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar
dan menyadari akan pentingnya belajar. Karena perbuatan belajar, seperti halnya
perbuatan- perbuatan sadar dan perbuatan tanpa paksaan pada umumnya, selalu
didahului oleh proses penbuatan keputusan- keputusan untuk berbuat atau tidak
berbuat.
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar
yaitu:
(1) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar
(2) Faktor kebutuhan untuk belajar
(3) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar
(4) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar
(5) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar
(6) Faktor hasil belajar
(7) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar
(8) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan
keputusan. (Haris Mudjiman, 2008: 43)
Dari uraian sebelumnya dikatakan bahwa motivasi belajar mempengaruhi
baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, menumbuhkan
motivasi belajar baik di sekolah maupun luar sekolah (misalnya: keluarga) sangat
dibutuhkan. Menumbuhkan motivasi belajar dapat dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain dengan cara member pujian, memberi hadiah, dan member
hukuman.
3. Kemampuan Awal Siswa
a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
kegiatan yang dilakukan. Hal tersebut juga berlaku dalam proses belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kemampuan awal siswa yang relevan terhadap tujuan instruksional tentang topik
atau konsep tertentu yang belum diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh. Siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih
mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan
dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah
tingkatannya. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Winkel (1996:134) yaitu
… setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau
berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk
dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan
instruksional (tingkah laku final). Oleh karena itu keadaan siswa pada awal
proses belajar mengajar tertentu mempunyai relevansi terhadap penentuan,
perumusan, dan pencapaian tujuan instruksional. (Winkel, 1996:134)
Ahli lain yang bernama Bloom menggunakan istilah lain untuk menyebut
kemampuan awal siswa yaitu perilaku kognitif awal. Menurut Bloom proses
belajar mempunyai 3 variabel pokok yaitu karakteristik siswa (perilaku kognitif
awal), pembelajaran, dan hasil belajar (Purwanto,2009:22). Perilaku kognitif awal
menurut Bloom adalah suatu kondisi berupa pengetahuan, ketrampilan yang
dimiliki seseorang pada awal studinya dan merupakan prasyarat bagi orang
tersebut dalam mengikuti proses belajar yang akan dihadapi dalam subjek tertentu.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum
mengikuti kegiatan pembelajaran. Atau bisa dikatakan kemampuan awal adalah
keadaan dasar/ alamiah dari siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Analisis Kemampuan Awal Siswa
Pada saat awal masuk ke suatu sekolah, siswa memiliki latar belakang
yang berbeda- beda. Termasuk juga kemampuan awal yang berbeda-beda. Dalam
hal ini, guru perlu memperhatikan dan mempelajari perbedaan- perbedaan tersebut
agar proses pembelajaran yang akan dijalani berjalan dengan baik. Karena apabila
guru salah dalam memprediksi kemampuan awal siswanya akan berakibat
terhadap proses pembelajaran. Apabila guru sebagai seorang pendidik dalam
memperkirakan kemampuan siswa baru tersebut terlalu rendah, maka akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mengakibatkan guru akan mengajarkan sesuatu yang sudah dikuasai siswa dan
berakibat sia-sia saja atau siswa merasa jenuh karena mengulang mempelajari
sesuatu yang sudah mereka pelajari. Sedangkan bila perkiraan tersebut terlalu
tinggi, maka akan berakibat siswa tidak dapat menguasai sesuatu yang diajarkan
guru karena latar belakang kemampuan awal siswa belum memenuhi.
Masalah tersebut dapat diatasi apabila guru sebagai seorang pendidik
mempunyai ketrampilan dan kemampuan untuk mengukur dan menganalisis
kemampua awal siswanya. Kemampuan awal siswa dapat diketahui diantaranya
dengan teknik pre tes atau tes awal sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
Kemampuan awal siswa juga dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh pada
proses pembelajaran sebelumnya, misalnya nilai pada tes semester sebelumya.
4. Prestasi Belajar Fisika Siswa
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah suatu hasil
yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan (W.J.S Poerwadarminta, 1993:768).
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (1994: 20- 21) dalam bukunya Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar,
bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang
sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan
tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada siswa”. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari sesuatu yang telah dikerjakan.
Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Yang termasuk ke dalam
faktor internal adalah tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat
yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi
yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang
dikembangkan guru. Sedangkan contoh dari faktor eksternal siswa adalah
lingkungan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Merson U Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004) yang
tertulis pada Skripsi “Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Terhadap Prestasi Belajar
Mata Diklat Program Produktif Siswa Kelas Ii Jurusan Administrasi Perkantoran
Di Smk Antonius Semarang” oleh Riris Marpaong, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara
lain:
a. Faktor kecerdasan
Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan
keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain
yang ada pada dirinya.
b. Faktor bakat
Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk
dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar
yang diharapkan.
c. Faktor minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian
adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.
Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu biasanya
cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian
yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi
prestasi belajar siswa.
d. Faktor motif
Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta
kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila
dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan
memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.
e. Faktor cara belajar
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara
belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.
f. Faktor lingkungan keluarga
Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi
pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi
semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.
g. Faktor sekolah
Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki
sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral,
mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. (Tulus Tu’u, 2004:78)
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan sebuah tes. Menurut
Anne Anastasi (1976) yang ditulis kembali oleh Saifuddin Azwar, mengatakan
bahwa tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
terhadap sampel perilaku. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1995: 51) tes
(sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis
dengan “test”) adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan- aturan
yang sudah ditentukan. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui hasil dari suatu proses
yang telah dilalui.
Menurut Saifuddin Azwar (2002: 8) tes prestasi belajar, secara luas tentu
mencakup ketiga kawasan tujuan pendidikan yang dibagi oleh Benyamin S.
Bloom dkk, yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.
Prinsip- prinsip pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund yang ditulis
kembali oleh Saifuddin Azwar:
a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan instruksional
b. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari
hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional
atau pengajaran
c. Tes prestasi harus berisi aitem- aitem dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan
d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya
e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan secara hati- hati
f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak
didik. (Saifuddin Azwar, 2002: 18)
5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik
a. Suhu dan Kalor
1) Suhu Dan Termometer
Suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau
benda. Misalnya panci yang sedang digunakan untuk memasak dikatakan bersuhu
tinggi, sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu rendah. Alat yang
dapat mengukur suhu suatu benda disebut termometer. Termometer bekerja
dengan memanfaatkan perubahan sifat-sifat fisis benda akibat perubahan suhu.
Termometer berupa tabung kaca yang di dalamnya berisi zat cair, yaitu raksa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung memuai sehingga
menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih
rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah
pada skala. Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu
skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.
Gambar 2.1 Termometer (Joko Sumarsono, 2009: 136)
Perbandingan beberapa skala termometer adalah sebagai berikut:
4:9:5:)32(: RFC TTT (2.1)
Konversi antara skala Celsius dan skala Fahrenheit dapat dituliskan:
)32(9
5FC TT (2.2)
Konversi antara skala Celsius dan skala Reamur dapat dituliskan:
)(4
5RC TT (2.3)
Konversi antara skala Fahrenheit dan skala Reamur dapat dituliskan:
)32(9
4FR TT (2.4)
2) Pemuaian
Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena
kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi
menyebabkan benda itu mendapat tambahan energi berupa kalor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menyebabkan molekul-molekul pada benda tersebut bergerak lebih cepat. Setiap
zat mempunyai kemampuan memuai yang berbedabeda.
a) Pemuaian Zat Padat
(1) Muai panjang
Percobaan menunjukkan bahwa perubahan panjang ΔL pada semua zat
padat, dengan pendekatan yang sangat baik, berbanding lurus dengan perubahan
suhu ΔT . Perubahan panjang sebanding dengan panjang awal L0, seperti Gambar
2.2 yaitu pada besi:
Gambar 2. 2 Pemuaian Panjang
(Joko Sumarsono, 2009: 138)
Besarnya perubahan panjang dapat dituliskan dalam suatu persamaan
TLL 0 (2.5)
dimana adalah konstanta pembanding, disebut juga koefisien muai linier
(koefisien muai panjang) untuk zat tertentu. Satuan untuk adalah /oC atau (
oC)
-1
Panjang benda ketika dipanaskan dapat dinyatakan sebagai berikut:
)1(0 TLL (2.6)
di mana L = panjang benda saat dipanaskan (m)
L0 = panjang benda mula- mula (m)
= koefisien muai linear/ panjang (/oC)
T = perubahan suhu (oC)
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔL = L – L0 juga negatif,
berarti panjang benda memendek (menyusut).
(2) Muai Luas
Apabila suatu benda berbentuk bidang atau luasan, misalnya bujur
sangkar tipis dengan sisi L0, dipanaskan hingga suhunya naik sebesar T , maka
bujur sangkar tersebut akan memuai pada kedua sisinya. Luas benda mula- mula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
adalah 2
00 LA Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda memuai sebesar L . Hal
ini berarti akan membentuk bujur sangkar baru dengan sisi )( 0 LL . Dengan
demikian, luas benda saat dipanaskan adalah
)1(0 TAA (2.7)
dengan
A = luas benda saat dipanaskan (m2)
0A = luas benda mula- mula (m2)
2 = koefisien muai luas (/oC)
T = perubahan suhu (oC)
Atau perubahan luas akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan TAA 0
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔA = A – A0 juga negatif,
berarti luas benda menyusut.
(3) Muai Volume
Apabila suatu benda berbentuk volume atau padatan, misalnya kubus
dengan sisi L0 dipanaskan hingga suhunya naik sebesar T , maka kubus tersebut
akan memuai pada setiap sisinya. Volume benda mula- mula adalah 3
00 LV .
Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda (kubus) memuai sebesar L . Hal ini
berarti akan membentuk kubus baru dengan sisi )( 0 LL . Dengan demikian,
volume benda saat dipanaskan adalah
)1(0 TVV (2.8)
dengan
V = volume benda saat dipanaskan (m3)
0V = volume benda mula- mula (m3)
3 = koefisien muai volume (/oC)
T = perubahan suhu (oC)
Atau perubahan volume akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan TVV 0
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔV = V – V0 juga negatif,
berarti volume benda menyusut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b) Pemuaian Zat Cair
Contoh pemuaian pada zat cair adalah ketika memasak panci yang berisi
penuh air, pada saat suhu sangat tinggi, sebagian dari air tersebut akan tumpah.
Hal ini menunjukkan bahwa volume air di dalam panci tersebut memuai atau
volumenya bertambah.
Sebagian besar zat akan memuai secara beraturan terhadap penambahan
suhu. Akan tetapi, air tidak mengikuti pola yang biasa. Bila sejumlah air pada
suhu 0oC dipanaskan, volumenya menurun sampai mencapai suhu 4
oC.
Kemudian, suhu di atas 4oC air berperilaku normal dan volumenya memuai
terhadap bertambahnya suhu. Pada suhu di antara 0oC dan 4
oC air menyusut dan
di atas suhu 4oC air memuai jika dipanaskan. Sifat pemuaian air yang tidak teratur
ini disebut anomali air. Dengan demikian, air memiliki massa jenis yang paling
tinggi pada 4oC.
Gambar 2. 3 Anomali Air
(Joko Sumarsono, 2009: 141)
c) Pemuaian Gas
Pemuaian gas tidaklah besar atau tidak dapat secara jelas teramati.
Volume gas sangat tergantung pada tekanan dan suhu. Dengan demikian, akan
sangat bermanfaat untuk menentukan hubungan antara volume, tekanan,
temperature, dan massa gas.
(1) Hukum Boyle
Grafik hubungan P - V pada suhu konstan ditunjukkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 2. 4 Grafik hubungan P- V pada suhu konstan
(Joko Sumarsono, 2009: 142)
Hukum Boyle dapat dituliskan:
PV konstan atau 2211 VPVP (2.9)
dengan:
P = tekanan gas pada suhu tetap (Pa)
V = volume gas pada suhu tetap (m3)
P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)
V1= volume gas pada keadaan I (m3)
V2= volume gas pada keadaan II (m3)
(2) Hukum Charles
Jacques Charles seorang ilmuwan Perancis menemukan bahwa ketika
tekanan gas tidak terlalu tinggi dan dijaga konstan, volume gas bertambah
terhadap suhu dengan kecepatan hampir konstan, seperti Gambar 2.5:
Gambar 2. 5 Hubungan Suhu dan Volume pada Tekanan Gas
Konstan dan Tidak Terlalu Tinggi
(Joko Sumarsono, 2009: 143)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Untuk semua gas, grafik hubungan antara volume V dan suhu T dapat
digambarkan seperti pada gambar di atas dan garis lurus selalu menuju kembali ke
-273 oC pada volume nol. Hal ini menunjukkan bahwa jika gas dapat didinginkan
sampai -273 oC, volumenya akan nol, lalu pada suhu yang lebih rendah lagi
volumenya akan negatif. Hal ini tentu saja tidak masuk akal. Bisa dibuktikan
bahwa -273 oC adalah suhu terendah yang mungkin, yang disebut suhu nol
mutlak, nilainya ditentukan -273,15 oC.
Hukum Charles dapat dinyatakan dengan persamaan:
2
2
1
1
T
V
T
V (2.10)
dengan V = volume gas pada tekanan tetap (m3)
T = suhu mutlak gas pada tekanan tetap (K)
V1 = volume gas pada keadaan I (m3)
V2 = volume gas pada keadaan II (m3)
T1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T2 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)
(3) Hukum Gay Lussac
Hukum Gay Lussac berasal dari Joseph Gay Lussac, menyatakan bahwa
pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak.
Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
2
2
1
1
T
P
T
P (2.11)
dengan P = tekanan gas pada volume tetap (Pa)
T = suhu mutlak gas pada volume tetap (K)
P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)
T1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T2 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(4) Persamaan Gas Ideal
Hukum- hukum diatas dapat digabungkan menjadi satu hubungan yang
lebih umum antara tekanan, volume, dan suhu dari gas dengan jumlah tertentu:
PV ∝T . Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:
nRTPV (2.12)
dengan n menyatakan jumlah mol dan R adalah konstanta gas umum.
3) Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
Setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem, maka akan terjadi
perpindahan kalor. Kalor mengalir dari sistem bersuhu tinggi ke sistem yang
bersuhu lebih rendah.
a) Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat berpindah dari
satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu. Sebaliknya, setiap
ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan kalor.
b) Kalor dapat Mengubah Wujud Benda
Kalor yang diberikan pada zat dapat mengubah wujud zat tersebut.
Perubahan wujud yang terjadi ditunjukkan oleh Gambar 2.6:
Gambar 2. 6 Perubahan Wujud Benda
(Joko Sumarsono, 2009: 146)
4) Kalor Sebagai Transfer Energi
James Prescott Joule (1818 - 1889). Joule melakukan sejumlah percobaan
yang penting untuk menetapkan pandangan bahwa kalor merupakan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
transfer energi. Salah satu bentuk percobaan Joule ditunjukkan secara sederhana
seperti pada Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2. 7 Percobaan Joule
(Joko Sumarsono, 2009: 147)
Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda
pedal menyebabkan suhu air naik sedikit (yang sebenarnya hampir tidak terukur
oleh Joule). Kenaikan suhu yang sama juga bisa diperoleh dengan memanaskan
air di atas kompor. Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang
dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara
kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekuivalen dengan 1 kalori (kal) kalor.
Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik.
4,186 J = 1 kal
4,186 × 103 J = 1 kkal
a) Kalor Jenis (c) dan Kapasitas Kalor (C)
Pada abad ke-18, sejumlah ilmuwan melakukan percobaan dan
menemukan bahwa besar kalor Q yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu zat
yang besarnya ΔT sebanding dengan massa m zat tersebut. Pernyataan tersebut
dapat dinyatakan dalam persamaan:
TmcQ (2.13)
dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kgoC)
ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC)
Kapasitas kalor (C) dapat dirumuskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mcC
T
QC
Besarkan kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat adalah
TmcQ (2.14)
dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kgoC)
ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC)
C = kapasitas kalor suatu zat (J/oC)
b) Hukum Kekekalan Energi Kalor (Asas Black)
Apabila dua zat atau lebih mempunyai suhu yang berbeda dan terisolasi
dalam suatu sistem, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya lebih tinggi
ke zat yang suhunya lebih rendah. Dalam hal ini, kekekalan energi memainkan
peranan penting. Sejumlah kalor yang hilang\ dari zat yang bersuhu tinggi sama
dengan kalor yang didapat oleh zat yang suhunya lebih rendah. Hal tersebut dapat
dinyatakan sebagai Hukum Kekekalan Energi Kalor yang berbunyi:
Kalor yang dilepas = Kalor yang diserap
21 QQ
c) Kalor Laten dan Perubahan Wujud Zat
Ketika suatu zat berubah wujud dari padat ke cair, atau dari cair ke gas,
sejumlah energi terlibat pada perubahan wujud zat tersebut. Sebagai contoh, pada
tekanan tetap 1 atm sebuah balok es (massa 5 kg) pada suhu -40oC diberi kalor
dengan kecepatan tetap sampai semua es berubah menjadi air, kemudian air
(wujud cair) dipanaskan sampai suhu 100 oC dan diubah menjadi uap di atas suhu
100 oC.
Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari padat menjadi cair
disebut kalor lebur, LB. Kalor lebur air dalam SI adalah sebesar 333 kJ/kg (3,33 ×
105 J/kg), nilai ini setara dengan 79,7 kkal/kg. Sementara itu, kalor yang
dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari wujud cair menjadi uap disebut kalor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
penguapan, dengan simbol LU. Kalor penguapan air dalam satuan SI adalah 2.260
kJ/kg (2,26 × 106 J/kg), nilai ini sama dengan 539 kkal/kg. Kalor yang diberikan
ke suatu zat untuk peleburan atau penguapan disebut kalor laten. Atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
mLQ (2.15)
dengan Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan selama perubahan wujud (J)
m = massa zat (kg)
L = kalor laten (J/kg)
5) Perpindahan Kalor
Ada tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu
konduksi, kenveksi, dan radiasi.
a) Konduksi
Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan
perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan kalor dengan cara
konduksi disebabkan karena partikel- partikel penyusun ujung zat yang
bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi
kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel
tersebut menyentuh partikeldi dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya
Anda merasakan panas. Besarnya aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut:
d
TkxAxH (2.16)
keterangan:
H = kelajaun hantaran (J/s)
k = konduktivitas termal daya hantar panas (J/ ms K)
d = tebal lapisan (m)
t = lamanya kalor mengalir (s)
b) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan
partikel-partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan
massa jenis zat.
Adapun secara empiris laju perpindahan kalor secara konveksi dapat
dirumuskan :
hAH (2.17)
keterangan:
H = laju perpindahan kalor (W)
A = luas permukaan benda (m2)
h = koefisien konveksi (Wm-2
K-4
)
c) Radiasi
Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara (medium)
disebut radiasi. Setiap benda mengeluarkan energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Laju radiasi dari permukaan suatu benda berbanding lurus
dengan luas penampang, berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlaknya,
dan tergantung sifat permukaan benda tersebut. Secara matematis dapat di tulis
sebagai berikut :
(2.18)
keterangan:
H = laju radiasi (W)
A = luas penampang benda (m2)
T = suhu mutlak (K)
e = emisitas bahan
= tetapan Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8
W/ m2 K
4)
b. Alat Optik
1) Mata
Mata merupakan indra penglihatan dan organ yang bekerja dengan cara
menerima, memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa untuk
menghasilkan bayangan objek yang dilihatnya. Struktur dasar mata manusia
tampak seperti pada Gambar 2.8 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2. 8 Mata Manusia (Joko Sumarsono, 2009: 112)
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
mata sehingga objek akan tampak jelas dan mata tidak silau. Pupil sebagai lubang
pada diafragma merupakan tempat/jalan masuknya cahaya, sehingga tidak ada
cahaya yang dipantulkan darinya karena ini merupakan lubang, dan sangat sedikit
cahaya dipantulkan kembali dari bagian dalam mata. Retina berada pada
permukaan belakang berfungsi sebagai tempat jatuhnya bayangan. Retina terdiri
atas serangkaian saraf dan alat penerima (reseptor) yang rumit, dinamakan dengan
sel batang dan sel kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi
sinyal listrik yang berjalan di sepanjang serabut saraf. Di pusat retina ada daerah
kecil yang disebut fovea, berdiameter sekitar 0,25 mm, di mana kerucut-kerucut
tersusun rapat, bayangan paling tajam dan pemisahan warna paling baik
ditemukan. Sistem saraf pada mata menganalisis sinyal untuk membentuk
bayangan dengan kecepatan sekitar 30 per detik.
Lensa mata hanya sedikit membelokkan berkas cahaya. Umumnya
pembiasan dilakukan di permukaan depan kornea (indeks bias = 1,376), yang juga
berfungsi sebagai pelindung. Lensa mata berfungsi sebagai penyetel untuk
pemfokusan pada jarak yang berbeda. Hal ini dilakukan oleh otot siliari yang
mengubah kelengkungan lensa sehingga panjang fokusnya berubah, yang
diilustrasikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 2. 9 Pemfokusan pada mata
(Joko Sumarsono, 2009: 113)
Gambar (a) menunjukkan bahwa untuk pemfokusan pada benda jauh,
otot akan rileks dan lensa memipih, sehingga berkas- berkas paralel terfokus pada
titik fokus (retina). Sedangkan untuk gambar (b) untuk pemfokusan pada benda
dekat, otot berkontraksi, menyebabkan lensa mata mencembung sehingga jarak
fokus menjadi lebih pendek, jadi bayangan benda yang dekat dapat difokuskan
padan retina, di belakang titik fokus. Kemampuan mata untuk mencembung atau
memipihkan lensa mata ini disebut daya akomodasi.
a) Mata Normal (Emetrop)
Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat mata (PP =
punctum proximum). Untuk orang dewasa muda biasanya mempunyai titik dekat
25 cm, walaupun anak-anak sering kali bisa memfokuskan benda pada jarak 10
cm. Selanjutnya, semakin tua usia seseorang, kemampuan berakomodasi makin
kurang dan titik dekat bertambah. Adapun jarak terjauh di mana benda masih
dapat terlihat jelas disebut titik jauh (PR = punctum remotum). Untuk mata normal
adalah mata yang memiliki titik dekat PP = 25 cm dan titik jauh PR = tak
berhingga.
b) Rabun Jauh (Miopi)
Mata miopi atau rabun jauh adalah mata yang hanya dapat memfokuskan
benda pada jarak dekat. Titik jauh mata (PR) tidak berada pada tak berhingga
tetapi jarak yang lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas. Rabun jauh
atau miopi biasanya disebabkan oleh lensa mata yang terlalu cembung, sehingga
bayangan benda yang jauh terfokus (jatuh) di depan retina. Dengan menggunakan
lensa divergen (cekung), dapat menyebabkan berkas sinar sejajar menyebar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sehingga memungkinkan berkas-berkas sinar biasnya terfokus pada retina, seperti
Gambar 2.10 berikut:
Gambar 2. 10 Pembentukan Bayangan Penderita Miopi
(Joko Sumarsono, 2009: 114)
c) Rabun Dekat (Hipermetropi)
Hipermetropi atau rabun dekat adalah mata yang tidak dapat
memfokuskan benda pada jarak dekat. Walaupun benda-benda jauh biasanya
terlihat jelas, titik dekat (PP) agak lebih besar dari mata “normal” 25 cm, yang
menyebabkan sulit membaca. Kelainan ini disebabkan lensa mata terlalu pipih
sehingga bayangan benda yang dilihat terbentuk di belakang retina. Cacat mata ini
dapat ditolong dengan lensa konvergen (cembung), seperti Gambar 2.11 berikut:
Gambar 2. 11 Pembetukan Bayangan Penderita Hipermetropi
(Joko Sumarsono, 2009: 114)
d) Astigmatisma
Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang
bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan
bayangan. Hal ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya
bertumpuk. Gambar di bawah ini menunjukkan lensa silindris memfokuskan titik
menjadi garis yang pararel dengan sumbunya. Astigmatisma dapat ditolong
dengan menggunakan lensa silindris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2. 12 Astigmatisma (Joko Sumarsono, 2009: 114)
2) Lup (Kaca Pembesar)
Sebuah kaca pembesar (lup) memungkinkan kita untuk meletakkan
benda lebih dekat ke mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar.
Seperti gamabr di bawah ini, perbandingan melihat sebuah objek dengan lup (a)
dan tanpa lup (b).
Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Lup
(Joko Sumarsono, 2009: 116)
a) Pemakaian Lup dengan Mata Tak Berakomodasi
Perbesaran anguler atau daya perbesaran, M, dari lensa didefinisikan
sebagai perbandingan sudut yang dibentuk oleh benda ketika menggunakan lensa,
dengan sudut yang dibentuk ketika mata tanpa bantuan lensa, dengan benda pada
titik dekat PP dari mata (PP = 25 cm untuk mata normal) dirumuskan sebagai
berikut:
M
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil), bayangan akan
berada pada tak berhingga dan benda akan tepat pada titik fokus, seperti Gambar
2.14 berikut:
Gambar 2. 14 Lup Mata tak Berakomodasi
(Joko Sumarsono, 2009: 117)
Maka didapat, fs dan f
h
f
PPM , dengan PP = 25 cm untuk mata normal. (2.19)
b) Pemakaian Lup dengan Mata Berakomodasi Maksimum
Perbesaran untuk lensa tertentu dapat diperbesar sedikit dengan
menggerakkan lensa dan menyesuaikan mata sehingga terfokus pada bayangan di
titik dekat mata.
1f
PPM (2.20)
3) Mikroskop
Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler. Lensa objektif adalah
lensa yang berhadapan dengan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler adalah
lensa yang langsung berhadapan dengan mata pengamat.
Benda yang ingin diamati diletakkan di luar titik fokus objektif.
Bayangan I1 yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, cukup jauh dari
lensa, dan diperbesar. Bayangan ini diperbesar oleh okuler menjadi bayangan
maya yang sangat besar, I2 yang terlihat oleh mata dan dibalik. Diagram berkas
cahaya pada mikroskop ditunjukkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2. 15 Pembentukan Bayangan Mikroskop
(Joko Sumarsono, 2009: 118)
Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang
dihasilkan oleh kedua lensa. Bayangan I1 yang dibentuk oleh objektif adalah
sebesar faktor Mob
ob
ok
ob
ob
ob
obob
s
fd
s
s
h
hM (2.21)
Dimana, obs dan obs adalah jarak benda dan bayangan untuk lensa objektif, d
adalah jarak antar lensa. Lensa okuler bekerja seperti pembesar sederhana (lup).
Jika kita anggap bahwa mata rileks (mata tak berakomodasi), perbesaran anguler
Mok adalah :
ok
okf
PPM (2.22)
Titik dekat PP = 25 cm untuk mata normal. Karena lensa okuler
memperbesar bayangan yang dibentuk oleh objektif, perbesaran anguler total M
adalah hasil kali antara perbesaran lateral lensa objektif Mob dengan perbesaran
anguler Mok dari lensa okuler, sehingga diperoleh perbesaran total:
obok xMMM
obok ff
dPPM
.
. (2.23)
4) Teleskop (Teropong Bintang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Teleskop digunakan untuk memperbesar benda yang sangat jauh
letaknya. Secara garis besar, teleskop atau teropong bintang (teropong astronomi)
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu teleskop pembias (Keplerian) dan
teleskop pemantul.
a) Teleskop Pembias (Keplerian)
Teleskop pembias terdiri dari dua lensa konvergen (lensa cembung) yang
berada pada ujung-ujung berlawanan dari tabung yang panjang, seperti Gambar
2.16 :
Gambar 2. 16 Pembentukan Bayangan Teleskop Pembias
(Joko Sumarsono, 2009: 121)
Lensa yang paling dekat dengan objek disebut lensa objektif dan akan
membentuk bayangan nyata I1 dari benda yang jatuh pada bidang titik fokusnya
fob (atau di dekatnya jika benda tidak berada pada tak berhingga). Walaupun
bayangan I1 lebih kecil dari benda aslinya, ia membentuk sudut yang lebih besar
dan sangat dekat ke lensa okuler, yang berfungsi sebagai pembesar. Dengan
demikian, lensa okuler memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif
untuk menghasilkan bayangan kedua yang jauh lebih besar I2, yang bersifat maya
dan terbalik.
Jika mata yang melihat rileks (tak berakomodasi), lensa okuler dapat
diatur sehingga bayangan I2 berada pada tak berhingga. Kemudian bayangan nyata
I1 berada pada titik fokus okf dari okuler, dan jarak antara lensa objektif dengan
lensa okuler adalah okob ffd untuk benda pada jarak tak berhingga.
Perbesaran anguler (daya perbesaran total) teleskop adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
ok
ob
f
fM (2.24)
Tanda minus (-) untuk menunjukkan bahwa bayangan yang terbentuk
bersifat terbalik.
b) Teleskop Pemantul
Umumnya teleskop paling besar merupakan jenis teleskop pemantul yang
menggunakan cermin lengkung sebagai objektif, seperti Gambar 2.17 berikut :
Gambar 2. 17 Cermin pada Teleskop Pemantul
(Joko Sumarsono, 2009: 122)
Keuntungan lain dari cermin sebagai objektif adalah tidak
memperlihatkan aberasi kromatik karena cahaya tidak melewatinya. Selain itu,
cermin dapat menjadi dasar dalam bentuk parabola untuk membetulkan aberasi
sferis. Teleskop pemantul pertama kali diusulkan oleh Newton.
5) Teropong Terestial (Teropong Medan)
Teropong terestrial atau teropong medan yang digunakan untuk melihat
benda-benda di Bumi, tidak seperti teropong bintang (teleskop), harus
menghasilkan bayangan tegak.
a) Teropong Galilean
Teropong Galilean memiliki lensa divergen (lensa cekung) sebagai
okuler yang memotong berkas yang mengumpul dariu lensa objektif sebelum
mencapai fokus, dan berfungsi untuk membentuk bayangan tegak maya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 2. 18 Pembentukan Bayangan Teropong Galilean
(Joko Sumarsono, 2009: 124)
b) Spyglass
Teropong jenis ini menggunakan lensa ketiga (lensa medan) yang
berfungsi untuk membuat bayangan tegak, seperti Gambar 2.19 berikut :
Gambar 2. 19 Pembentukan Bayangan pada Spyglass
(Joko Sumarsono, 2009: 125)
6) Kamera
Komponen-komponen dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang
rapat, shutter (penutup) untuk memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa
dalam waktu yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Gambar di
bawah ini menunjukkan desain sebuah kamera sederhana:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 2. 20 Bagan Kamera (Joko Sumarsono, 2009: 125)
Ketika shutter dibuka, cahaya dari benda luar dalam medan pandangan
difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada film. Film terdiri dari bahan kimia
yang peka terhadap cahaya yang mengalami perubahan ketika cahaya
menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia menyebabkan bagian yang
berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan terekam pada film. Benda
atau film ini disebut negatif, karena bagian hitam menunjukkan benda yang terang
dan sebaliknya. Proses yang sama terjadi selama pencetakan gambar untuk
menghasilkan gambar “positif ” hitam dan putih. Film berwarna menggunakan
tiga bahan celup yang merupakan warna-warna primer.
B. Penelitian yang Relevan
Dwi Rahayu Widiyati dalam skripsinya yang meneliti tentang hubungan
antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran
ekonomi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi.
Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar tahun
ajaran 2002/ 2003. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
korelasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product
moment yang dikonsultasikan r tabel pada tingkat signifikansi 5% dan n=70. Hasil
analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Terbukti dengan hasil
analisis data diperoleh r hitung > r tabel, atau r hitung = 0,523 > r tabel = 0,235 pada
taraf signifikansi 5% yang artinya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang
rendah.
James A. Middleton dan Photini A. Spanias dalam Journal for Research
in Mathematic Education 1999, Vol 30 No.1 menyimpulkan bahwa motivasi
terhadap mata pelajaran matematika dapat tumbuh dan berkembang dipengaruhi
oleh tindakan guru.
Hassan Hussein Zeitoun dalam International Journal of Science
Education 1989, Vol 11 No.2 menyimpulkan bahwa kemampuan awal dan
kemampuan berfikir formal mempunyai peranan penting dalam prestasi belajar
siswa khususnya dalam pemahaman konsep- konsep abstrak.
Purwanto dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.069 Tahun 2007
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh konsekuensi perilaku dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar.
Suwarkono, Soetopo, Lutfi dalam Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan
Volume 1 No.1 Tahun 2008 menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
dapat ditingkatkan melalui pemantapan kemampuan awal/ prasyarat. Pemantapan
kemampuan awal dilakukan dengan cara menguji dan menjelaskan ulang
kemampuan awal/ prasyarat untul materi atau pokok bahasan yang akan disajikan
disetiap awal pembelajaran atau tatap muka.
Seti Sayoga dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara
kemampuan awal , kreatifitas siswa dan ketrampilan menggunakan multimedia
dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif di SMK Muhammadiyah 3
Surakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi, uji t dan regresi
ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linearitas, pemeriksaan
multikolinearitas dan uji non otokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, salah satu kesimpulannya tentang hubungan motivasi belajar dan
prestasi belajar adalah ada hubungan antara kemampuan awal dengan prestasi
belajar produktif di SMK Muhammadiyah 3 Surakarta dengan r hitung > r tabel atau r
hitung = 0,645 > r tabel = 0,254 pada taraf signifikansi 5% .
Farah Christina Dewi dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara
fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar di SMK Murni 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Surakarta. Model analisis data yang digunakan adalah rumus korelasi product
moment dan regresi linear ganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan r hitung > r tabel
atau r hitung = 0,411 > r tabel = 0,361.
C. Kerangka Berpikir
Motivasi adalah daya penggerak dan pendorong diri seseorang untuk
melakukan sesuatu hal/ kegiatan. Dalam proses pembelajaran motivasi yang
dimaksud adalah motivasi untuk belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong
diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar yang
diinginkan. Motivasi belajar siswa ini merupakan salah satu dari banyak faktor
yang berhubungan dengan proses belajar. Apabila motivasi belajar siswa rendah,
maka akan menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara
individu dan pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki
motivasi belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar
ataupun mengerjakan tugas- tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
motivasi belajar siswa mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika
siswa.
Setiap siswa mempunyai latar belakang yang berbeda- beda, termasuk
juga kemampuan awal yang dimiliki juga bervariasi. Siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih
mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan
dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah
tingkatannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa
mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika siswa.
Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama
berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa. Siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dan kemampuan awal tinggi yang relevan dengan tujuan
instruksional akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran. Tentunya apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
proses pembelajaran berjalan baik dan lancar, maka prestasi belajar Fisika yang
tinggi akan mudah tercapai juga.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa,
kemampuan awal siswa, ataupun keduanya, baik motivasi belajar siswa dan
kemampuan awal siswa berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.
Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 21 Paradigma Pendidikan
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang penulis ajukan:
1. Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011.
3. Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar
siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas
X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
Kemampuan Awal
Siswa (X 2)
Motivasi
Belajar Siswa (X 1)
Prestasi
Belajar Fisika Siswa (Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif
korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto.
Ex post facto, bahasa Latin yang artinya “dari sesudah fakta,”
menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan- perbedaan
dalam variable bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara
alami. Kerlinger memberikan batasan penelitian ex post facto dengan cukup
ringkas: Penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak
mengendalikan variable bebas secara langsung karena perwujudan variable
tersebut telah terjadi, atau karena variable tersebut pada dasarnya memang
tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan di antara variabel
variabel itu dilakukan, tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan
yang mengiringi variable- bebas dan variable terikat itu. (Arief Furchan,
1982:382)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Karanganyar yang beralamat di Jalan AW Monginsidi No.3 Karanganyar. Hal ini
dilakukan dengan alasan:
a) Secara fasilitas, SMA Negeri 1 Karanganyar mempunyai fasilitas yang
memadai dan mendukung terlaksananya proses penelitian.
b) Secara kualitas, SMA Negeri I Karanganyar adalah sekolah terbaik di
Kabupaten Karangnyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada semester genap Tahun
Ajaran 2010/ 2011. Adapun langkah-langkah yang hendak penulis laksanakan
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan yaitu meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, seminar proposal, pengurusan perijinan, penyusunan
instrumen penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Tahap Pelaksanaan yaitu meliputi semua kegiatan yang berlangsung di
lapangan meliputi : uji coba instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen
penelitian, pengambilan data penelitian.
3. Tahap penyelesaian yaitu meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif; daripada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya. (Sudjana, 2005: 6)
Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah seluruh siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan jumlah 307 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006:117). Menurut Sugiyono (2010: 91) “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Bisa disimpulkan
bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk menjadi
sumber data. Syarat penting dari penentuan sampel adalah jumlah sampel yang
mencukupi dan profil sampel harus mewakili karakteristik populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling. Menurut Sugiyono (2010:120), dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian
ini sampel yang digunakan sebanyak 66 siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Gay (1981) yang dikutip oleh Ruseffendi dalam buku Dasar- dasar Penelitian
Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya, mengatakan bahwa untuk
penelitian deskriptif, sampel minimum 10% dari populasi, untuk populasi yang
lebih kecil 20%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik
penelitian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,2006:96). Pada penelitian ini
variabel- variabel yang terlibat didefinisikan sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi motivasi belajar siswa dan
kemampuan awal siswa.
a. Motivasi Belajar Siswa
1) Definisi Operasional : segala daya pendorong/ penggerak baik dari dalam
diri maupun luar siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
2) Indikator :
Motivasi belajar instrinsik
Motivasi belajar ekstrinsik
3) Skala Pengukuran : interval
b. Kemampuan Awal Siswa
1) Definisi Operasional : kemampuan yang dimiliki siswa sebelum
mengikuti proses pembelajaran.
2) Skala Pengukuran : interval
3) Indikator : nilai mata pelajaran Fisika murni semester I
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika siswa
yang diambil dari nilai murni mata pelajaran Fisika pada mid semester II kelas X.
1) Definisi Operasional : keseluruhan hasil dari proses pembelajaran yang
dialami siswa, biasanya berupa skor yang diberikan guru.
2) Skala Pengukuran : interval
3) Indikator : nilai mata pelajaran Fisika murni mid semester II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
menggunakan angket, tes, dan dokumentasi.
a. Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 24) angket juga sering disebut
kuesioner adalah sebuah daftar yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Senada seperti yang diungkapkan oleh Anas Sudijono dalam
bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan, bahwa pada umumnya angket dalam
proses pembelajaran digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang
siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses
belajar mereka.
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data dari
variable bebas yaitu motivasi belajar siswa.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar Fisika siswa. Tes yang
digunakan adalah tes mid semester untuk mata pelajaran Fisika.
c. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158), ”Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.” Sumber data yang berasal dari dokumen adalah prestasi belajar
Fisika siswa yang berupa skor murni mata pelajaran Fisika pada tes semester I.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data motivasi belajar siswa berupa angket dan
data prestasi belajar Fsika siswa berupa tes mid semester.
a. Angket
Adapun langkah- langkah penyusunan angket :
1) Spesifikasi data
Spesifikasi data disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian ruang lingkup dan tujuan dijabarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam aspek yang dapat diukur dan ditentukan indikator dan sumber datanya.
Indikator merupakan sesuatu yang akan menjadi pedoman pengukuran.
2) Menyusun kisi- kisi angket
Didalam kisi- kisi angket ini dituliskan aspek, indikator dan pengaturan
tata letak nomor soal.
3) Menyusun angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis angket
langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda menggunakan 4 pilihan
jawaban yang menunjukkan tingkatan- tingkatan. Angket dilengkapi dengan
pengantar, petunjuk pengisian angket. Pemberian skor angket menggunakan skala
Likert yang dimodifikasi yaitu skala 1 sampai 4.
Item yang mengarahkan jawaban positif pemberian skor ditunjukkan sebagai
berikut:
Skor 4 : Selalu
Skor 3 : Sering
Skor 2 : Kadang- kadang
Skor 1 : Tidak Pernah
Item yang mengarahkan jawaban negatif pemberian skor ditunjukkan sebagai
berikut:
Skor 4 : Tidak Pernah
Skor 3 : Kadang- kadang
Skor 2 : Sering
Skor 1 : Selalu
b. Tes
Langkah- langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes
2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan
4) Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek
tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut
6) Menuliskan butir- butir soal, didasarkan atas TIK dan aspek tingkah laku
yang dicakup. (Suharsimi Arikunto, 1995: 154)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tes prestasi belajar yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes
pilihan ganda (Multiple Choice Test). Multiple Choice Test terdiri atas
keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan
untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
yang disediakan.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum angket dan item soal dijadikan instrumen penelitian untuk
pengambilan data motivasi belajar dan prestasi belajar, harus diujicobakan
terlebih dahulu. Setelah diujicobakan akan diketahui instrumen tersebut layak
untuk penelitian.
1. Uji Validitas Item Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa
Uji validitas item berguna untuk mengetahui apakah suatu instrumen
valid atau tidak. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus product
moment, sebagai berikut:
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
keterangan :
xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item
x = Skor butir nomor tertentu
Jika r hitung > r tabel maka item valid, dan jika r hitung < r tabel item
dinyatakan tidak valid
2. Uji Reliabilitas Instrumen Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa
Suatu instrumen selain harus memenuhi syarat validitas juga harus
memenuhi syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus:
2
2
11 11
t
b
k
kr
Suharsimi Arikunto (1995:98)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b = jumlah varian butir
2
t = varian total
Kriteria reliabilitas :
11r < 0,20 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat rendah
0,20 11r < 0,40 = alat tes mempunyai reliabilitas rendah
0,40 11r < 0,60 = alat tes mempunyai reliabilitas cukup
0,60 11r < 0,80 = alat tes mempunyai reliabilitas tinggi
0,80 11r 1,00 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat tinggi
3. Menentukan Daya Pembeda Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa
Dalam instrumen untuk mengetes prestasi belajar siswa perlu dicari daya
pembeda dari soal. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pandai (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk
menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut :
BA
B
B
A
A PPJ
B
J
BD
( Suharsimi Arikunto, 1995: 218)
dengan :
D = besar daya pembeda
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar.
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
P = indeks kesukaran.
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai daya pembeda
antara 0,4 s.d 0,7.
Kriteria daya pembeda :
0,00 D 0,20 : jelek
0,20 D 0,40 : cukup
0,40 D 0,70 : baik
0,70 D 1,00 : baik sekali
4. Menentukan Taraf Kesukaran Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa
Derajat kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Derajat
kesukaran dicari dengan rumus :
P =J
B
(Suharsimi Arikunto, 1995:212)
dengan :
P = derajat kesukaran.
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
J = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria derajat kesukaran :
Soal dengan 0,00 p 0,30 : sukar
Soal dengan 0,30 p 0,70 : sedang
Soal dengan 0,70 p 1,00 : mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5. Kriteria Instrumen
a. Kriteria Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa
Item angket dipakai jika valid. Instrumen angket dipakai jika reliabilitas
minimal cukup.
b. Kriteria Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa
Item tes dipakai jika valid, daya pembeda minimal cukup, taraf kesukaran
sedang dan sukar. Instrumen tes prestasi belajar dipakai jika reliabilitas
minimal cukup.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik regresi linear dengan
langkah- langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas
digunakan uji Lilliefors, dengan hipotesis sebagai berikut :
1) Hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut digunakan rumus sebagai berikut
maksziSziFLo
dengan zi = dS
xx
F(zi) : p(z≤zi)
S(zi) : proporsi z≤zi terhadap seluruh cacah zi
2) Daerah kritik
Jika Lo> Ltab maka Ho ditolak
: taraf signifikansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Keputusan uji
Lo< Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Lo> Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
( Budiyono, 2000 : 170 )
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara
variable- variable bebas dan terikat bersifat linear.
1) Mencari Persamaan Regresi
Persamaan Regresi Linear sederhana , a dan b dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
2) Uji Linearnitas Persamaan Regresi Linear Sederhana
JK (T) =
JK (a) =
JK (b/a) = b
JK (S) = JK (T) - JK (a) - JK (a/b)
JK (G) =
JK (TC) = JK (S) - JK (G)
S2
TC = JK (TC)/ k-2
S2 Reg = JK (b/ a)
S2
G = JK (G)/ n-k
Prosedur Pengujian
akan di pakai untuk menguji tuna cocok regresi linier.
Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika
. (Sudjana, 2005: 331-332)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
F = bilangan F untuk uji linearitas
S2
TC = variansi tuna cocok
S2
G = variansi galat
JK (a) = jumlah kuadrat koefisien
JK (b/a) = jumlah kuadrat regresi
JK (S) = jumlah kuadrat sisa
JK (TC) = jumlah kuadrat tuna cocok
JK (G) = jumlah kuadrat galat
c. Uji Independensi
Uji independensi digunakan untuk menyelidiki kaitan antara variabel
bebas. Dalam uji ini digunakan rumus Product Moment
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
keterangan :
xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item
x = Skor butir nomor tertentu
Untuk menyelidiki kaitan antara variabel bebas dengan melihat ke tabel
harga r product moment dengan kriteria:
r hitung ≥ r tabel berarti antara variabel bebas saling terkait
r hitung < r tabel berarti antara variabel bebas tidak terkait
(Suharsimi Arikunto, 1995:71-72)
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1 dan 2
1) Product Moment Sederhana
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
keterangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item
x = Skor butir nomor tertentu
Jika r hitung > r tabel maka korelasi X dan Y bermakna.
2) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sederhana
Langkah- langkah :
JK (T) =
JK (a) =
JK (b/a) = b
JK (S) = JK (T) - JK (a) - JK (a/b)
JK (G) =
JK (TC) = JK (S) - JK (G)
S2
TC = JK (TC)/ k-2
S2 Reg = JK (b/ a)
S2
G = JK (G)/ n-k
S2res =
Jika lebih besar dari F tabel maka
dapat simpulkan model regresi yang di peroleh adalah berarti.
(Sudjana, 2005:325-332)
b. Hipotesis 3
Dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
1) Menentukan Persamaan Garis Regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
keterangan:
X1, X2 = prediktor
Y = kriteria
b0 = tetapan persamaan regresi
b1 = tetapan persamaan regresi prediktor 1
b2 = tetapan persamaan regresi prediktor 2
2) Uji Keberartian Regresi Linear Ganda
a) Hipotesis
H0 : Regresi ganda tidak berarti
H1 : Regresi ganda berarti
b) Statistik Uji
c) Keputusan Uji
H1 diterima jika Fhitung > Ftabel
3) Menentukan Koefisien Korelasi Ganda
4) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda
a) Hipotesis
H0 : Koefisien korelasi ganda tidak berarti
H1 : Koefisien korelasi ganda berarti
b) Statistik Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) Keputusan Uji
H1 diterima jika Fhitung > Ftabel
5) Menghitung Sumbangan Relatif dalam % (SR%)
Menghitung Sumbangan Efektif dalam % (SE%)
(Budiyono, 2000: 293)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : 1)
hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas
X SMA Negeri 1 Karanganyar, 2) hubungan antara kemampuan awal siswa
dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar, 3)
hubungan secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan
awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1
Karanganyar.
Untuk memperoleh data yang mendukung tujuan, penelitian ini
menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Sebelum mengumpulkan data
motivasi belajar siswa dengan angket, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap
64 siswa. Tryout ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item- item yang tidak
memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Dari hasil tryout terdapat 9 item
yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item
yang valid sebanyak 31. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan
penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, item angket yang dipakai untuk
penelitian berjumlah 30. Soal yang tidak valid yaitu nomor 1,
14,15,17,24,26,32,33,35.
Sebelum mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa dengan teknik
tes, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap 34 siswa. Tryout ini dimaksudkan
untuk mengetahui adanya item- item yang tidak memenuhi persyaratan validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Dari hasil tryout terdapat 11 item
yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item
yang valid sebanyak 29. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan
penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, ada 4 item soal yang tidak valid
dan kemudian diperbaiki. Soal yang tidak valid yaitu nomor
1,9,12,14,20,24,29,34,38,39,40. Adapun soal yang diperbaiki nomor14,38,39,40.
Item yang dipakai untuk instrumen penelitian mempunyai kriteria daya pembeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
soal baik dan cukup, sedangkan untuk tingkat kesukaran tinggi sebanyak 4 soal,
sedang 16 soal, dan mudah 13 soal. Jumlah item soal yang dipakai untuk
instrumen penelitian berjumlah 33 soal.
Pengumpulan data kemampuan awal siswa menggunakan teknik
dokumentasi yaitu mengambil nilai murni Fisika kelas X pada tes akhir semester
I. Data yang diperoleh skor tertinggi 85 dan terendah 60.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil populasi seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar sebanyak 307 siswa. Sedangkan sampel yang
diambil untuk penelitian ini sebanyak 66 siswa. Sebelum data diolah dengan
menggunakan analisis korelasi dan regresi ganda, terlebih dahulu peneliti
menjabarkan deskripsi data masing-masing variabel dalam penelitian ini.
1. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa (X1)
Dari data yang diperoleh dengan cara memberikan angket kepada 66
responden sebagai sampel penelitian maka dapat diketahui deskripsi data sebagai
berikut:
Rentang : 108 - 60
Mean : 83.8939
Standar deviasi : 9.6287 (lampiran 19 halm. 140).
Apabila dihitung dengan persentase skor tertinggi dari motivasi belajar siswa
yaitu jumlah item x skor tertinggi jawaban atau 30 x 4=120, dengan jumlah
responden sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi 66 x 120 = 7920.
Jumlah nilai variabel motivasi belajar siswa berdasarkan pengumpulan data yang
dilakukan adalah =5553 (lampiran 18 halm. 138). Dengan demikian tingkat
motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/
2011 adalah 5553 dibagi 7920 sama dengan 0,70 atau 70%.
2. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa (X2)
Data kemampuan awal siswa yang diperoleh dengan teknik dokumentasi
yaitu mengambil nilai murni mata pelajaran Fisika pada tes akhir semester I, dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Rentang : 85 - 60
Mean : 72.7121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Standar deviasi : 6.4391 (lampiran 20 halm. 141).
Apabila dihitung dengan persentase skor maksimal yang mungkin dicapai adalah
100 ,dengan jumlah responden sebanyak 66 siswa, maka dapat diperoleh nilai
tertinggi 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel kemampuan awal siswa
berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan adalah ∑ = 4791 (lampiran 18
halm. 138). Dengan demikian tingkat kemampuan awal siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Karanganyar Ttahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 4791 dibagi 6600 sama
dengan 0,72 atau 72%.
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y)
Prestasi belajar Fisika siswa adalah variabel terikat (Y). Data yang
terkumpul melalui teknik tes yaitu tes mid semester II dengan Pokok Bahasan
Alat Optik dan Suhu dan Kalor dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Rentang : 94 - 61
Mean : 78.6061
Standar deviasi : 6.4757 (lampiran 21 halm. 142).
Jika nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa dihitung dalam prosentase, dengan
diketahui nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, dan jumlah responden
sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi variabel prestasi belajar Fisika
siswa 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa
berdasarkan data yang terkumpul adalah =5209 (lampiran 18 halm. 138).
Dengan demikian, tingkat prestasi belajar Fisika kelas X SMA Negeri 1
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 5209 dibagi 6600 adalah 0.789
atau sebesar 78.9%.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Pengujian persyaratan analisis merupakan langkah dalam melakukan
analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier ganda. Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis regresi
linier ganda antara lain :
1. Uji normalitas dari populasi.
2. Uji linearitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Uji independensi variabel bebas.
Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Uji Normalitas untuk Setiap Variabel X1, X2, dan Y
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh
mempunyai sebaran yang normal maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang
mewakili telah mencerminkan populasinya. Uji yang digunakan adalah uji
Lilliefors dengan kriteria tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal
jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L daftar tabel.
a. Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa (X1)
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya
melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut :
Mean : 83.8939
SD : 9.6287
Lo : 0.0866
Ltab : 0.1091
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan
daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari
atau 0.0866 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel
diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di
lampiran 22 halm.143.
b. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa (X2)
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya
melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut :
Mean : 72.7121
SD : 6.4391
Lo : 0.0749
Ltab : 0.1091
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan
daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari
atau 0.0749 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel
diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di
lampiran 23 halm. 145.
c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y)
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya
melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut :
Mean : 76.6061
SD : 6.4757
Lo : 0.1027
Ltab : 0.1091
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan
daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa lebih kecil dari
atau 0.1027 < 0.1091, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari
populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 24
halm. 147.
2. Uji Linearitas X1 terhadap Y dan X2 dengan Y
Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah ada hubungan yang linier
antara variabel-variabel yang di ukur. Uji linieritas yang digunakan dengan jalan
melakukan ulangan terhadap variabel bebas X1 dan X2. Dari perhitungan tersebut
diperoleh:
JK (G) = menyatakan Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = menyatakan Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
df = derajat kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat
berbeda-beda)
Untuk Tuna Cocok (TC) : k – 2
Untuk Galat (G) : n – k
RJK (TC) = menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
RJK (G) = menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Galat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model linear yang diambil
betul-betul cocok dengan keadaan atau tidak. Kriteria : tolak hipotesis model
regresi linear jika F hitung ≥ F (1-α)(k-2, n-k). Dengan F hitung = RJK (TC) / RJK (G),
untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k - 2) dan dk
penyebut = (n - k).
a. Uji Linearitas X1 dan Y
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 25
halm. 149), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan
rumusnya (lampiran 27 halm. 153), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
1) JK (G) = 910.5571
2) JK (TC) = 1277.0485
3) df (G) = 34
4) df(TC) = 30
5) RJK (G) = 26.7811
6) RJK (TC) = 42.5683
7) Fhitung = 1.5895
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.5895.
Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang
30 dan dk penyebut 34 diperoleh Ftabel =1.80. Karena Fhitung = 1.5895 < Ftabel =
1.80 maka model regresi linier.
b. Uji Linearitas X2 dengan Y
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 26
halm. 151), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan
rumusnya (lampiran 28 halm. 155), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
1) JK (G) = 1231.217
2) JK (TC) = 858.7896
3) df (G) = 41
4) df(TC) = 23
5) RJK (G) = 30.0297
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
6) RJK (TC) = 37.3387
7) Fhitung = 1.2433
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.2433.
Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang
23 dan dk penyebut 41 diperoleh Ftabel =1.79. Karena Fhitung = 1.2433 < Ftabel =
1.79 maka model regresi linier.
3. Uji Independensi antara X1 dan X2
Untuk menguji independensi antara variabel X1 dan X2 digunakan rumus:
Kriteria : r x1x2 < r tabel maka tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2.
Dari hasil perhitungan sesuai dengan rumus (lampiran 29 halm. 157) diperoleh
harga rhitung sebesar 0.238, sebanyak 66 siswa pada taraf nyata 5% diperoleh rtabel
sebesar 0.244. Ini berarti bahwa rhitung = 0.238 < rtabel = 0.244. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2.
C. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis maka diperlukan langkah-langkah
analisis data, menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 terhadap Y dan
X2 terhadap Y, menghitung koefisien korelasi bersama-sama antara X1 dan X2
dengan Y, melakukan uji signifikansi korelasi X1 dan X2 dengan Y, menghitung
harga dari persamaan garis regresi linear, menghitung sumbangan relatif dan
sumbangan efektif X1 dan X2 dengan Y.
1. Data
Sebagai langkah awal dari analisis data adalah terlebih dahulu membuat
tabulasi data Motivasi Belajar Siswa (X1), Kemampuan Awal Siswa (X2) dan
Prestasi belajar Fisika siswa (Y) seperti terlihat pada lampiran 17 halm. 135. Dari
perhitungan data yang telah dilakukan sesuai dengan rumus diperoleh data sebagai
berikut :
N = 66 ∑X22 = 350405
∑X1 = 5553 ∑Y2 = 413919
2
2
2
2
2
1
2
1
2121 x1x2
XX . NXX . N
XX - XXN. r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
∑X2 = 4791 ∑X1X2 = 404080
∑Y = 5209 ∑X1Y = 440265
∑X12 = 473705 ∑X2Y = 379493
Setelah dilakukan tabulasi data mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi sederhana.
2. Menghitung Koefisien Korelasi
Sederhana antara X1 terhadap Y dan X2 dengan Y
a. Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y
Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30
ham. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
rx1y = 0.4684
rtabel = 0.244
1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx1y= 0.4684 tergolong
cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X1 dan Y adalah cukup berarti.
2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.4684 > rtabel
= 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X1 dan Y terdapat hubungan yang
berarti.
b. Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dan Y
Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30
halm. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
rx1y = 0.5043
rtabel = 0.244
1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx2y= 0.5043 tergolong
cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X2 dan Y adalah cukup berarti.
2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.5043 > rtabel
= 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X2 dan Y terdapat hubungan yang
berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Menghitung Koefisien Korelasi
Bersama- sama antara X1 dan X2 dengan Y
Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 32 halm. 161) diperoleh
nilai Ry(1,2) sebesar 0.6190 dengan sampel sebanyak 66 orang. Sedangkan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.3832 (lampiran 30 halm. 158). Ini berarti
bahwa motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2) berhubungan
secara bersama- sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 38.32%.
Adapun sisanya sebesar 61.68% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
tercakup dalam penelitian ini.
4. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi X1 dan X2 dengan Y
Dari perhitungan dengan teknik analisis varian (lampiran 32 halm. 161)
diperoleh harga Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14 pada taraf nyata 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara X1 dan X2 secara bersama- sama
dengan Y.
5. Menghitung Harga dari Persamaan Garis Regresi Linear
Dari hasil perhitungan (lampiran 31 halm. 159) diperoleh persamaan
sebagai berikut :
= 27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2
Dari persamaan tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa rata-rata satu unit prestasi
belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk setiap
peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan
meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan
satu unit kemampuan awal siswa (X2).
6. Menghitung Sumbangan Relatif
dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 dengan Y
Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 33 halm. 162) dapat
diketahui :
a. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika
siswa (Y) adalah sebesar 45.22%.
b. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) adalah sebesar 54.78%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) adalah sebesar 17.33%.
d. Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) adalah sebesar 20.99%.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan
prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/ 2011” dapat diterima.
b. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan
prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/ 2011”dapat diterima.
c. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa
dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung = 19.57 >
Ftabel = 3.14, sehingga hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang berarti secara
bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan
prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011” dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka
pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk koefisien korelasi sederhana X1 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar
0.4684, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup.
Maka dapat dikatakan hubungan X1 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung
dibandingkan rtabel pada N=66 dan taraf nyata 5% sebesar 0.244 maka rhitung =
0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Dalam
proses belajar mengajar motivasi belajar siswa sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar Fisika siswa. Oleh karena itu, sangat penting
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa. Salah satu cara
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa adalah dengan diberikan pujian
atau hadiah. Motivasi belajar siswa yang tinggi ditandai oleh perhatian yang tinggi
terhadap materi yang disampaikan guru, rajin mengerjakan PR atau tugas yang
diberikan oleh guru, dan timbulnya kesadaran untuk belajar tanpa adanya paksaan
dari pihak lain. Hasil dari motivasi belajar siswa yang tinggi akan tercermin ketika
diadakan evaluasi, yang kemudian menghasilkan skor. Skor yang meningkat
menggambarkan prestasi belajar Fisika siswa juga meningkat. Sumbangan relatif
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa sebesar 45.22% dan
sumbangan efektifnya sebesar 17.33%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak.
Masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa
yang tidak tercakup dalam penelitian ini.
2. Untuk koefisien korelasi sederhana X2 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar
0.5043, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup.
Maka dapat dikatakan hubungan X2 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung
dibandingkan rtabel dengan N=66 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0.244,
Dengan demikian maka rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan
bahwa ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
belajar Fisika siswa. Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar Fisika siswa. Kemampuan
awal ini merupakan prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya
dengan lancar. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya
merupakan pembentukan proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain.
Apabila siswa mengalami kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya
siswa tersebut mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi
selanjutnya yang mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti
dengan lancar. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar Fisika siswa sebesar 54.78% dan sumbangan efektifnya sebesar 20.99%.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak. Masih banyak faktor lain yang
berhubungan terhadap prestasi belajar Fisika siswa yang tidak tercakup dalam
penelitian ini.
3. Untuk hasil perhitungan korelasi X1 dan X2 terhadap Y pada Fhitung sebesar
19.57 sedangkan Ftabel sebesar 3.14 dengan taraf signifikansi 5% . Karena Fhitung =
19.57 > Ftabel = 3.14, maka dapat ditafsirkan bahwa ada hubungan yang berarti
antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama
dengan prestasi belajar Fisika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
R2 adalah sebesar 0.3832, hal ini berarti motivasi belajar siswa dan kemampuan
awal siswa memberikan sumbangan untuk prestasi belajar Fisika siswa sebesar
38.32%, dan selebihnya sebesar 61.68% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini. Bedasarkan penelitian oleh M.Sidin Ali yang
tertulis dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus II Tahun ke 13
Oktober 2007, variabel lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika
siswa yaitu kreativitas, kemampuan berfikir formal, dan motivasi berprestasi.
Untuk persamaan garis regresi linear multipel diperoleh persamaan sebagai
berikut: =27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2. Dapat dijelaskan bahwa rata-rata
prestasi belajar Fisika siswa akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk
setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan
satu unit kemampuan awal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan analisis data, maka
penelitian ini dapat disimpulkan:
1. Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/
2011.
2. Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi
belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/
2011.
3. Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar
siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas
X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
Selain kesimpulan tersebut, dalam penelitian ini ada penemuan antara
lain:
1. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah :
a. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) sebesar 45.22%.
b. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) sebesar 54.78%.
c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) sebesar 17.33%.
d. Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar
Fisika siswa (Y) sebesar 20.99%.
2. Persamaan garis regresi linier adalah =27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2
Ini berarti rata-rata prestasi belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau
menurun sebesar 0.243 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit
motivasi belajar siswa (X1) dan akan meningkat atau menurun sebesar 0.4304
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan awal siswa
(X2).
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, sebagai implikasi hasil
penelitian adalah :
1. Bagi kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai suatu referensi, bahwa prestasi belajar Fisika siswa
berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa
dengan memperhatikan faktor-faktor yang menunjang pelaksanaannya. Selain
itu, bagi tenaga pengajar khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai suatu inspirasi dalam menyusun kebijakan mengenai menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sehingga prsetasi belajar Fisika siswa yang tinggi
dapat dicapai.
2. Bagi para peneliti yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang
berhubungan dengan motivasi belajar siswa, kemampuan awal siswa dan
prestasi belajar Fisika siswa, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi maupun salah satu sumber teori yang dapat digunakan
sebagai materi penunjang dalam penelitian yang berhubungan dengan materi
tersebut.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak guru maupun pihak siswa di SMA Negeri
1 Karanganyar.
1. Bagi pihak guru
a. Dalam hal memberikan motivasi belajar siswa diharapkan guru lebih
peduli dengan siswanya agar perhatian siswa terhadap mata pelajaran
meningkat. Selain itu diharapkan guru memberikan dorongan kepada
siswa untuk rajin belajar (item nomor 26).
2. Kepada pihak siswa
a. Agar siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar dari dalam diri mereka
sendiri. Misalnya hal ini dapat dilakukan dengan cara memahami akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pentingnya belajar (item no 9), dan siswa diharapkan lebih fokus dan
memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung (item no 5)
sehingga dapat meningkatkan prestasi yang diraihnya.
b. Agar siswa dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang telah disediakan
oleh orang tua secara maksimal (item no 29).
3. Kepada pihak orang tua siswa
Orang tua diharapkan untuk memperhatikan kegaitan belajar siswa saat
dirumah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengingatkan untuk belajar, dan
menyediakan fasilitas belajar (item no 24 dan 25).