perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG...

104
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM ADOPSI TUMPANGSARI TANAMAN SALAK DENGAN CABAI DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG Oleh: Charlina Febriantie H0407027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

DALAM ADOPSI TUMPANGSARI TANAMAN SALAK DENGAN CABAI

DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG

KABUPATEN MAGELANG

Oleh:

Charlina Febriantie

H0407027

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

DALAM ADOPSI TUMPANGSARI TANAMAN SALAK DENGAN CABAI

DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG

KABUPATEN MAGELANG

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Oleh : Charlina Febriantie

H0407027

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI

DALAM ADOPSI TUMPANGSARI TANAMAN SALAK DENGAN CABAI

DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG

KABUPATEN MAGELANG

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Charlina Febriantie

H0407027

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : ...... Januari 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Ir. Kusnandar, MSi NIP. 19670703 199203 1 004

Anggota I

Emi Widiyanti, SP, MSi NIP. 197803252 200112 2 001

Anggota II

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi NIP. 19601226 198602 2 001

Surakarta, Januari 2012

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak

dengan Cabai di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir Totok Mardikanto MS selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Ir. Kusnandar, MSi selaku pembimbing utama dalam penulisan skripsi.

5. Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing pendamping penulisan skripsi

dan selaku pembimbing akademik penulis.

6. Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku penguji tamu dalam ujian skripsi.

7. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

8. Kepala Badan KesbangPolPB dan Kepala BPPT Kabupaten Magelang, Camat

Srumbung dan Kepala Desa Mranggen yang telah mempermudah perijinan

dan pengumpulan data.

9. PPL Kecamatan Srumbung yang telah memberikan bantuannya dalam

pengumpulan data.

10. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

iv

11. Ibu Agustin Mariyani, Ayah Lasni Suprayitno, Kak Dewi, Dik Gayuh dan Kak

Novi atas segala kasih sayang dan dukungan yang membuat penulis

bersemangat dalam menjalani perkuliahan.

12. Keluarga besar PMPA KOMPOS atas segala kekeluargaan, hiburan,

dukungan, dan semangat yang diberikan.

13. Teman-teman wisma putri Sekartaji I atas dukungan dan semangat

kekeluargaan selama ini.

14. Teman-teman jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2007

atas kebersamaan dan kerjasamanya.

15. Kakak-kakak Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atas berbagai

masukan yang disampaikan.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-

pihak yang memerlukan.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

RINGKASAN ................................................................................................. xi

SUMMARY .................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5 B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 23 C. Hipotesis............................................................................................... 24 D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 25 E. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel ................................... 25

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 33 B. Teknik Penentuan Lokasi ..................................................................... 33 C. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel .............................................. 33 D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 35 E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36 F. Metode Analisis Data ........................................................................... 36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ............................................................................... 38 B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 39 C. Keadaan Pertanian ................................................................................ 44 D. Keadaan Sarana Perekonomian ............................................................ 46 E. Gambaran Umum tentang Tumpangsari Tanaman Salak dengan

Tanaman Cabai di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang .............................................................................................. 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

vi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ............................................................................. 49 B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi

Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai ........................................ 52 C. Proses Keputusan Petani ...................................................................... 68 D. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai dengan Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai ........................................ 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 88 B. Saran..................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

LAMPIRAN .................................................................................................... 94

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengukuran variabel faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai .................................................................................... 28

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai ............................................................ 31

Tabel 3.1 Jumlah populasi dan petani sampel di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang .................................. 34

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ........................................ 35

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ....................................................................... 38

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Umur dan Jenis Kelamin ........................................................................................... 40

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Tingkat Pendidikan . 42

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Mata Pencaharian.. .. 43

Tabel 4.5 Luas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ................. 44

Tabel 4.6 Jumlah Binatang Ternak di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ..................................................... 45

Tabel 4.7 Sarana Perekonomian di Desa Mranggen........................................ 46

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden................................................................ 49

Tabel 5.2 Jumlah Anggota Keluarga Responden ............................................ 50

Tabel 5.3 Jumlah ragam tanaman yang dibudidayakan oleh responden ......... 51

Tabel 5.4 Luas Usahatani Responden .............................................................. 52

Tabel 5.5 Besarnya pendapatan responden perkapita per tahun ...................... 53

Tabel 5.6 Pendidikan Formal Responden ........................................................ 54

Tabel 5.7 Pendidikan non Formal Responden ................................................. 55

Tabel 5.8 Penilaian Responden terhadap Sifat Inovasi ................................... 56

Tabel 5.9 Penilaian Responden terhadap Keuntungan Relatif ........................ 57

Tabel 5.10 Penilaian Responden terhadap Kompatibilitas ................................ 59

Tabel 5.11 Penilaian Responden terhadap Kompleksitas .................................. 60

Tabel 5.12 Penilaian Responden terhadap Triabilitas ....................................... 62

Tabel 5.13 Penilaian Responden terhadap Observabilitas ................................. 63

Tabel 5.14 Penilaian Responden terhadap Lingkungan Ekonomi ..................... 64

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

viii

Tabel 5.15 Penilaian Responden terhadap kredit usahatani .............................. 65

Tabel 5.16 Penilaian Responden terhadap penyedia saprodi ............................ 66

Tabel 5.17 Penilaian Responden terhadap jaminan pasar ................................. 67

Tabel 5.18 Tingkat pengenalan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai .................................................................................... 69

Tabel 5.19 Tingkat persuasi petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai .................................................................................... 70

Tabel 5.20 Tingkat keputusan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai .................................................................................... 71

Tabel 5.21 Tingkat konfirmasi petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai .................................................................................... 73

Tabel 5.22 Aktifitas pencarian kembali informasi untuk menguatkan keputusan adopsi ............................................................................. 73

Tabel 5.23 Kesediaan petani untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya ................................... 74

Tabel 5.24 Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Tanaman Salak dengan Cabai ................................................................................... 76

Tabel 5.25 Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dengan proses pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai ............................................................ 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai .......................... 24

Gambar 2 Lahan pertanaman salak pasca erupsi Gunung Merapi ................. 137

Gambar 3 Pertanaman salak yang di tumpangsari dengan tanaman sayuran .......................................................................................... 137

Gambar 4 Tanaman salak yang baru ditanam dan ditumpangsari dengan cabai .............................................................................................. 138

Gambar 5 Pertanaman salak yang ditumpangsari dengan cabai .................... 138

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................. 95

Lampiran 2 Identitas Responden .................................................................. 107

Lampiran 3 Tabulasi Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai .......................................................................................... 114

Lampiran 4 Tabulasi Data Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai ................................................... 117

Lampiran 5 Frequency Table ........................................................................ 118

Lampiran 6 Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) .................... 128

Lampiran 7 T Hitung .................................................................................... 130

Lampiran 8 Peta Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ................................................................................... 132

Lampiran 9 Foto-foto Penelitian ................................................................... 133

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 135

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

xi

RINGKASAN

Charlina Febriantie, H0407027. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Kusnandar, MSi dan Emi Widiyanti, SP, MSi.

Pembangunan pertanian mengandung pengertian prioritas pembangunan pertanian ditujukan untuk kesejahteraan petani. Namun, terdapat hal-hal yang dapat menghambat pembangunan pertanian. Salah satu hal yang menghambat pembangunan pertanian berasal dari faktor lingkungan yaitu terjadinya erupsi gunung merapi. Hal tersebut merugikan petani dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas serta berakibat turunnya pendapatan petani. Salah satu upaya yang dilakukan petani adalah dengan melakukan tumpangsari tanaman cabai di sela-sela tanaman salak.

Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani, keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proportional random sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan lebar interval dan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan lahan usahatani tergolong dalam kategori sangat sempit, yaitu kurang dari 2500m2. Tingkat pendapatan perkapita per tahun rata-rata petani responden adalah Rp 2.739.441,- yang tergolong dalam kategori tinggi. Tingkat pendidikan tergolong dalam kategori sedang, yaitu lulusan SMP atau SMA sederajad. Tingkat pendidikan non formal sebagian besar responden dalam kategori rendah, yaitu frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan yang kurang dari empat kali. Penilaian petani terhadap sifat inovasi dalam kategori sedang (45%). Keuntungan relative dalam kategori sedang (47,5%). Kompatibilas dalam kategori tinggi (57,5%). Kompleksitas dalam kategori sedang (42,5%). Triabilitas dalam kategori tinggi (37,5%). Observabilitas dalam kategori tinggi (65%). Penilaian petani terhadap lingkungan ekonomi dalam kategori sedang (77,5%). Pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai berada dalam kategori tinggi (47,5%).

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sifat inovasi, kompatibilitas, kompeksitas, triabilitas, observabilitas dan penyedia saprodi dengan keputusan petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, keuntungan relatif, lingkungan ekonomi, kredit usahatani, dan jaminan pasar dengan keputusan petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

xii

SUMMARY

Charlina Febriantie, H0407027. “The factors that affect the farmer’s decision of the adoption of intercropping barking with chili in Mranggen village, Srumbung subdistrict, Magelang regency”. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under guidance of Dr. Ir. Kusnandar, MSi dan Emi Widiyanti, SP, MSi.

Agriculture development is purposed to success the farmer’s prosperities. However, there are some obstacles which hinder the Agriculture development. One of the obstacle which able to hinder the agriculture development is environment factor – the eruption from Merapi mount. It can make the farmers have the detriment of quality, quantity and continuity and also reduce their income. Therefore the farmers make the chili intercropped on the side lines bark plants to solve the obstacle.

The objectives of this research are to study the factors which effect to the farmers’ decision, farmers’ decision of the adoption of intercropping barking with chili and to study the relationship between the factors which effect to the farmer in making decision and farmers’ decision of the adoption of intercropping barking with chili. The basic method used is descriptive method with survey technique. The location of the research takes purposely (purposive). The sample in this research is done by proportional random sampling. In this research, the writer takes 40 people for the sample. Data analysis method used is width of interval and the Rank Spearman correlation analysis (rs).

The research show that the farm for the agriculture belonging to very narrow categorize; less than 2500m2. The income per capita level of the respondent farmer every year is average around Rp 2,739,441,- and it is belonging into the high category. The level of education is classified in medium, there are the graduations of junior high school and senior high school equals. In the non-formal education level, the most respondents are low category – frequency is following the outreach activities that are less than four times. The assessment of the famers to the innovation nature is in the medium category (45%). Relative advantage is in the medium category (47%). The compatibles is in the high category (57.5%). the complexity is in the medium category is 42,5%. Triability is in the high category (37,5%). The observability is in the high category (65%). The assessment of the farmers to the economic environment is in the medium category (77%). The process of farmers decision making the bark plant intercropping with chili is in the high category (47,5%).

Based on Rank Spearman correlation test, on the 95% confidence level shows that there is any significant relationship between innovation nature, compatibility, complexity, triability, observability and infrastructure for rice production providers by farmers’ decision in adopting bark plant intercropping with chili. However, there is no significant relationship between the area of farm, the level of income, formal education, non-formal education, relative advantage, economic environment, farm credit, and market guarantee with farmers’ decision in adopting the bark plant intercropping with chili.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting di Indonesia. Sektor

pertanian merupakan penyedia bahan pangan, penyerap tenaga kerja,

penyumbang pendapatan nasional dan merupakan salah satu penghasil devisa

negara melalui ekspor produk-produk pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya

pembangunan di bidang pertanian.

Pembangunan pertanian mengandung pengertian prioritas pembangunan

pertanian ditujukan untuk kesejahteraan petani. Meningkatnya kesejahteraan

petani akan mendorong petani untuk meningkatkan keadaan sosial

ekonominya. Disisi lain, terdapat hal-hal yang dapat menghambat

pembangunan pertanian. Hal tersebut dapat disebabkan dari individu petani

yang tidak mau berkembang, kurangnya sarana dan prasarana pelancar

pembangunan, maupun karena faktor lingkungan yang tidak mendukung

pembangunan pertanian.

Faktor lingkungan yang dapat menghambat pembangunan pertanian

adalah cuaca yang tidak menentu, bencana alam seperti banjir dan lutusan

gunung berapi. Seperti halnya yang terjadi di area Gunung Merapi pada tahun

2010. Erupsi Gunung Merapi mengakibatkan banyak petani mengalami

kerugian besar. Kerugian ini disebabkan oleh material vulkanik yang berasal

dari Gunung Merapi. Material vulkanik ini menyebabkan kerusakan pada

lahan pertanian. Kerusakan yang terjadi menyebabkan banyak lahan pertanian

yang gagal panen.

Salah satu wilayah yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi adalah

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang yang merupakan sentra produksi

Salak Nglumut. Salak Nglumut merupakan komoditas unggulan di Kecamatan

Srumbung karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Namun akibat erupsi

Gunung Merapi, tanaman salak di Kecamatan Srumbung banyak yang rusak

bahkan mati sehingga tidak dapat berproduksi dalam waktu dekat. Salah satu

desa yang mengalami kerusakan lahan salak yang luas dan cukup parah adalah

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

2

di Desa Mranggen. 100% lahan pertanaman salak di Desa Mranggen rusak

akibat erupsi Gunung Merapi. Rusaknya tanaman salak mengakibatkan

penduduk harus mencari sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sumber pendapatan yang banyak dipilih petani adalah melakukan

tumpangsari tanaman sayuran pada sela-sela tanaman salak yang belum bisa

berproduksi. Komoditas yang ditumpangsarikan pada tanaman salak antara

lain : kacang panjang, jagung, cabai, tomat, sawi, dan sebagainya. Komoditas

yang banyak ditumpangsarikan adalah tanaman cabai karena nilai ekonomi

tanaman ini dianggap cukup tinggi.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai ini dapat dilakukan selama

tanaman salak belum dapat berproduksi secara normal kembali. Tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dilakukan untuk memanfaatkan lahan di sela-sela

tanaman salak. Tumpangsari dilakukan pada lahan tanaman salak yang telah

dipangkas pelepah daunnya yang rusak atau pada lahan tanaman salak yang

telah dibongkar untuk ditanami dengan tanaman salak yang baru.

Tumpangsari ini mulai dilakukan pada bulan Desember 2010.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai merupakan suatu inovasi bagi

petani di Desa Mranggen. Inovasi ini berasal dari Balai Pengkajian Teknologi

Petanian (BPTP) Jawa Tengah. Menurut Syafruddin (2005), inovasi

mempunyai tiga komponen, yaitu: ide atau gagasan, metode atau praktek, dan

produk yang bersifat baru. Sifat "baru" tersebut tidak harus berasal dari hasil

penelitian mutakhir. Hasil penelitian yang lalu dapat disebut inovasi apabila

diintroduksikan kepada masyarakat petani yang belum pernah mengenal

sebelumnya. Proses adopsi didahului oleh proses pengenalan suatu inovasi

(introduksi) kepada masyarakat tani, selanjutnya terjadi proses mental untuk

menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut

adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka terjadilah adopsi.

Keputusan merupakan hal yang penting dalam proses adopsi. Keputusan

petani untuk melakukan adopsi akan memberikan dampak dimasa yang akan

datang untuk dirinya sendiri, keluarganya maupun lingkungannya. Petani

melakukan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

3

dalam dirinya sendiri, maupun dari lingkungannya. Oleh karena itu, perlu

diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai di Desa Mranggen Kecamatan

Srumbung Kabupaten Magelang.

B. Perumusan Masalah

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang merupakan sentra produksi

salak. Luas lahan pertanaman salak seluas 1190 Ha dengan produktifitas 110

Kw/Ha (BPPK Kecamatan Srumbung, 2010). Sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian utama sebagai petani salak. Namun akibat bencana

erupsi Gunung Merapi, tanaman salak rusak akibat material vulkanik yang

membebani pelepah tanaman salak sampai patah. Meski tanaman salak tidak

mati, tetapi tanaman salak membutuhkan waktu setidaknya 2 tahun untuk

menumbuhkan pelepah baru dan berbuah normal lagi. Kerusakan tersebut juga

mengakibatkan tanaman salak gagal panen. Selain gagal panen, terdapat juga

tanaman salak tidak dapat berbuah lagi karena titik tumbuh tanaman salak

mati. Hal tersebut sangat merugikan petani salak. Salah satu daerah yang

mengalami kerugian besar adalah di Desa Mranggen. Di desa ini terdapat

124,5 Ha lahan kebun salak yang mengalami kerusakan lahan total 100%

sehingga tanaman salak tidak dapat berproduksi.

Berbagai upaya dilakukan oleh petani salak untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan petani salak adalah

dengan melakukan tumpangsari tanaman salak dengan tanaman sayuran. Salah

satu komoditas tanaman yang banyak dibudidayakan petani dalam

tumpangsari adalah tanaman cabai. Tumpangsari ini bersifat sementara untuk

memanfaatkan lahan disela-sela tanaman salak. Tumpangsari tanaman salak

dengan cabai merupakan inovasi bagi petani. Dalam proses adopsi suatu

inovasi terjadi pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau tidak

mengadopsi suatu inovasi. Untuk mengetahui keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai, perlu diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

4

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang

akan diangkat dalam penelitian ini, antara lain :

1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam

adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai?

2. Bagaimanakah proses pengambilan keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai?

3. Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam

adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

2. Mengkaji proses pengambilan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai.

3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar yang ditempuh

peneliti sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian sekaligus untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

3. Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian

selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini.

4. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan mengenai tumpangsari

tanaman salak dengan cabai di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan pertanian

Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana untuk

melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan

ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga

masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah

yang didukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan

teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1993).

Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dijelaskan bahwa

pembangunan pertanian dan pedesaan mempunyai peranan yang

menentukan dalam pembangunan nasional. Titik berat dalam

pembangunan jangka panjang adalah pembangunan bidang ekonomi

dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang pertanian

dan industri (Prayitno dan Lincolin Arsyad,1987).

Menurut Mubyarto (1982) dalam Prayitno dan Lincolin Arsyad

(1987), syarat mutlak bagi berhasilnya pembangunan pedesaan adalah

berupa pembangunan pertanian. Pertanian adalah matapencaharian dan

lapangan kerja pokok bagi penduduk pedesaan, sehingga dalam

pembangunan pedesaan perhatian utamanya harus ditujukan pada

pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang

menonjol.

Menurut Randall (1981) dalam Wibowo (1999), upaya

pembangunan yang sedang ditempuh pada saat ini dapat dilakukan

dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia

di setiap wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang

bersangkutan. Diantara sumberdaya potensial tersebut, ada yang berupa

sumberdaya alam (natural resource), sumberdaya manusia (human

resource) serta sumberdaya buatan (man-made resource).

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

6

Menurut Mosher (1966), pembangunan pertanian tidak dapat

dilaksanakan hanya oleh petani sendiri. Untuk meningkatkan

produktivitas pertanian, petani semakin lama semakin tergantung

kepada sumber-sumber dari luar lingkungannya. Diperlukan Fasilitas

dan jasa yang harus tersedia untuk terjadinya pembangunan pertanian

yang disebut dengan syarat pokok pembangunan pertanian. Syarat

pokok tersebut adalah pasaran untuk hasil usahatani, teknologi yang

selalu berubah, tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal,

perangsang produksi bagi petani, dan pengangkutan.

Usaha meningkatkan produksi pertanian di suatu daerah dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan hasil dan meningkatkan

luas panen. Meningkatkan hasil dilakukan dengan mengatur semua

faktor produksi sebaik mungkin. Meningkatkan luas panen dapat dapat

dilakukan dengan meningkatkan luas tanam dan menekan kegagalan

panen. Meningkatkan luas tanam dapat dengan jalan memperluas lahan

pertanian yang biasa disebut dengan ekstensifikasi atau meningkatkan

frekuensi tanam pada lahan yang sama dengan tumpangsari, tumpang

gilir, atau memperpendek sampai meniadakan bero (Mardjuki, 1990).

Pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia adalah petani-

petani (pekebun, peternak dan nelayan) kecil, yang tergolong pengusaha

lemah, tidak saja lemah permodalan atau asset yang dimilikinya, tetapi

terutama lemah dalam pendidikan, ketrampilan, teknologi yang

digunakan dan sering juga lemah dalam semangatnya untuk maju

(Mardikanto, 2009).

2. Pengambilan keputusan

Keputusan adalah proses pengakhiran dari proses pemikiran

tentang sesuatu yang dianggap sebagai masalah dengan menjatuhkan

pilihan pada salah satu alternative pemecahannya. Keputusan

merupakan pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang

sadar dan terarah baik secara individual, maupun secara berkelompok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

7

Keputusan bersifat futuristic, artinya mengenai hari kemudian, efeknya

akan berlangsung di hari yang akan datang (Atmosudirdjo, 1982).

Zeleny (2010) menyatakan :”There are essentially two basic approaches to modeling human decision making: 1. The outcome oriented approach, based on the view that if

one can correctly predict the outcome of the decision process, then obviously understand the decision process. The decision outcome and its correct prediction are at the center of this approach.

2. The process oriented approach, based on the view that if one understand the decision process, one can correctly predict the outcome. Essentially descriptive, this approach has perspective and normative features as well. Knowing how decisions are made can teach us how they should be made.”

Terdapat dua pendekatan yang mendasari pengambilan keputusan

yaitu pendekatan yang berorientasi hasil dan pendekatan yang

berorientasi proses. Pendekatan yang berorientasi hasil, apabila

seseorang dapat memprediksi hasil dari proses pengambilan keputusan

dengan benar maka akan memahami proses pengambilan keputusan.

Hasil dari pengambilan keputusan dan prediksi yang benar merupakan

inti dari pendekatan ini. Pendekatan yang berorientasi proses, apabila

seseorang memahami proses pengambilan keputusan maka dapat

memprediksi hasilnya dengan benar. Mengetahui bagaimana keputusan

itu dibuat akan mengajarkan bagaimana seharusnya membuat

keputusan.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), keputusan untuk

pemecahan suatu masalah membutuhkan :

a. Analisis yang jelas mengenai sifat masalah dan penyebabnya. Suatu

masalah dapat berakar dari situasi yang berubah.

b. Kemungkinan pemecahan masalah.

c. System control yang menunjukkan apakah masalah dapat dipecahkan

melalui cara tertentu.

Menurut Rogers dan Floyd Shoemaker (1971), terdapat beberapa

tipe keputusan inovasi, yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

8

a. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada

seseorang oleh individu yang berada pada posisi atasan.

b. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang

bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan

individual terdiri dari :

1) Keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat oleh seseorang,

terlepas dari keputusan yang diambil oleh anggota system.

2) Keputusan kolektif, yaitu keputusan yang dibuat oleh individu-

individu yang ada dalam system sosial melalui consensus.

c. Keputusan Kontingen, yaitu pemilihan untuk menerima atau

menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.

Tipe keputusan inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi. Inovasi yang

diputuskan secara otoritas akan diadopsi lebih cepat karena orang yang

terlibat dalam pengambilan keputusan lebih sedikit. Keputusan opsional

biasanya lebih cepat daripada keputusan kolektif, tetapi lebih lambat

daripada keputusan otoritas. Tetapi yang lebih lambat adalah tipe

keputusan kontingen karena harus melibatkan dua urutan keputusan

inovasi atau lebih.

Menurut Rogers dan Floyd Shoemaker (1971), proses keputusan

inovasi terdiri dari 4 tahap, yaitu :

a. Pengenalan, dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan

memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu

berfungsi.

b. Persuasi, dimana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak

berkenaan dengan terhadap inovasi.

c. Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam kegiatan yang

membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi.

d. Konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan

inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi

seseorang merubah keputusannya jika ia memperoleh informasi yang

bertentangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

9

Rogers (1983) menyatakan: “The decision stage in the innovation-decision process occurs when an individual (or other decision-making unit) engages in activities that lead to a choice to adopt or reject the innovation. Adoption is a decision to make full use of an innovation as the best course of action available. Rejection is a decision not to adopt an innovation.”

Pengambilan keputusan dalam inovasi terjadi ketika individu atau

pembuat keputusan melakukan aktivitas yang membawanya kepada

keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Mengadopsi

adalah keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi sebagai jalan

yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Penolakan adalah

keputusan untuk tidak mengadopsi suatu inovasi.

Eveland (1979) dalam Rogers (1983) menyatakan: “Two different types of rejection can be distinguished: 1. Active rejection, which consists of considering adoption of

the innovation (including even its trial) but then deciding not to adopt it.

2. Passive rejection (also called nonadoption), which consists of never really considering use of the innovation.”

Dua jenis penolak dalam inovasi, yaitu: penolak aktif dan penolak

pasif. Penolak aktif terdiri dari orang yang mempertimbangkan inovasi

(bahkan mencobanya) tetapi kemudian memutuskan untuk tidak

mengadopsinya. Penolak pasif atau juga disebut tidak mengadopsi

terdiri dari orang-orang yang tidak pernah mempertimbangkan untuk

menggunakan inovasi.

Menurut Samsudin (1982), yang dimaksud dengan petani adalah

mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang

tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa

cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri

maupun dengan tenaga bayaran.

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan,

perikanan dan pemungutan hasil laut. Petani sebagai pengelola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

10

usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-

faktor produksi yang sesuai dengan pilihannya (Hernanto, 1993).

Menurut Hadisapoetro (1970) dalam Mardikanto (2007), petani

atau orang yang disebut manajer mempunyai kewajiban untuk

mengambil keputusan, yang menguasai dan mengatur penggunaan

sumber-sumber produktif yang ada di dalam usahatainya secara efektif

sehingga dapat menghasilkan benda dan pendapatan seperti yang

direncanakan. Disamping sebagai manajer, sekaligus juga merupakan

juru tani, yang harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan di

dalam bidang teknik pertanian, sehingga dia akan mampu untuk

melaksanakan pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, pengambilan

dan pengolahan hasil, serta penyimpanan dengan sebaik-baiknya.

3. Adopsi

Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian) pada hakekatnya

dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa:

pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan

(phsycomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang

disampaikan oleh penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan

disini mengandung arti tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar

dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta

menghayatinya dalam kehidupan dan usaha taninya. Penerimaan

inovasi tersebut biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan:

sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya (Mardikanto, 1993).

Ray (1998) menyatakan : “Adoption is a decision to make full use of an innovation as the best course of action available. An innovation is an idea, practice or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. Farmers themselves may develop some new practices which are also innovations. Inspective of the time period the idea or practice was originally developed, when a person first becomes aware of it, it is an innovation to that person”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

11

Adopsi adalah keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi

sebagai jalan terbaik dari pilihan yang ada. Inovasi adalah suatu ide,

praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh

individu atau suatu kelompok. Petani yang mencoba praktek baru juga

disebut inovasi. Ketika seseorang baru mengetahui suatu idea tau

praktek, maka idea tau praktek tersebut merupakan inovasi baginya.

Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang

terjadi pada diri petani pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana

terjadi proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar

sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada proses adopsi akan

terjadi perubahan-perubahan dalam perilaku sasaran umumnya akan

menentukan suatu jarak waktu tertentu. Cepat lambatnya proses

adopsi akan tergantung dari sifat dinamika sasaran (Syafruddin, 2009).

Dalam adopsi inovasi, individu harus memilih suatu alternative

baru untuk menggantikan sesuatu yang telah ada dan dilakukannya

sebagai kebiasaan. Kebaruan alternative merupakan aspek khusus

dalam pengambilan keputusan inovasi (Rejeki dan Anita Herawati,

1999). Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto (2009) menyebutkan

bahwa adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang

berkelanjutan dan tidak kenal berhenti untuk : memperhatikan,

menerima, memahami, menghayati, dan menerapkan teknologi yang

terpilih.

Samsudin (1982) menyebutkan, adopsi adalah suatu proses yang

dimulai dari keluarnya ide-ide dari sati pihak, disampaikan kepada

pihak kedua, sampai diterimanya ide tersebut oleh masyarakat sebagai

pihak kedua. Seseorang menerima suatu hal atau ide baru selalu melalui

tahapan-tahapan. Tahapan ini dikenal sebagai tahap proses adopsi,

secara bertahap mulai dari:

a. Tahap kesadaran. Petani mulai sadar tentang adanya sesuatu yang

baru, mulai terbuka akan perkembangan dunia luarnya, sadar apa

yang sudah ada dan apa yang belum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

12

b. Tahap minat. Tahap ini ditandai oleh adanya kegiatan mencari

keterangan-keterangan tentang hal-hal yang baru diketahuinya.

c. Tahap penilaian. Setelah keterangan yang diperlukan diperoleh,

mulai timbul rasa menimbang-nimbang untuk kemungkinan

melaksanakannya sendiri.

d. Tahap mencoba. Jika keterangan sudah lengkap, minat untuk meniru

besar, dan jika ternyata hasil penilaiannya positif, maka dimulai

usaha mencoba hal baru yang sudah diketahuinya.

e. Tahap adopsi. Petani sudah mulai mempraktekkan hal-hal baru

dengan keyakinan akan berhasil.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi

Menurut Hasan (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan adalah faktor internal yang meliputi

ketersediaan dana dan sumber daya manusia, faktor eksternal yang

meliputi keadaan ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu tersedianya

informasi yang diperlukan dan kepribadian serta kecakapan pengambil

keputusan.

Menurut Lionberger (1960) dalam Mardikanto (1993) faktor yang

mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi:

a. Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi

karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik

b. Tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan biasanya

akan semakin cepat mengadopsi inovasi.

c. Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak

selalu berhasil seperti yang diharapkan. Karena itu, individu yang

memiliki keberanian mengambil resiko biasanya lebih inovatif.

d. Umur, semakin tua (diatas 50 th) biasanya semakin laban

mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang sudah biasa diterapkan warga masyarakat setempat.

e. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/ organisasi diluar

lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

13

dengan orang-orang diluar system sosialnya sendiri, umumnya lebih

inovatif disbanding mereka yang hanya melakukan kontak kontak

pribadi dengan warga masyarakat setempat.

f. Aktifitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat

yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru biasanya lebih inovatif

dibanding dengan orang-orang yang yang pasif apalagi yang selalu

skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru.

g. Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif,

biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi seperti

lembaga pendidikan/ Perguruan Tinggi, lembaga penelitian, dinas-

dinas terkait, media massa, tokoh-tokoh masyarakat setempat ,aupun

dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial (pedagang, dll)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan

petani untuk melakukan perubahan dalam usahataninya antara lain: latar

belakang pendidikan, lingkungan masa kanak-kanak, pendidikan dan

pekerjaan orang tua, serta kondisi fisik dari lahan pertaniannya.

Karakteristik dalam setiap individu sangatlah beragam tergantung pada

sifat bawaan yang diwarisinya serta pengalaman belajar yang

diperolehnya. Selain itu terdapat pula faktor eksternal diluar keluarga

petani yang dapat mempengaruhi perubahan, yaitu : kelompok-

kelompok sosial dalam masyarakat, sistem kepercayaan, kesiapan pasar,

pelayanan dan sarana yang diperlukan, sistem komunikasi, serta tujuan

yang ingin dicapai oleh petani (Lionberger dan Paul H Gwin, 1982).

Menurut Musyafak dan Tatang M. Ibrahim (2005), keberhasilan

adopsi dan difusi inovasi dipengaruhi oleh pemilihan inovasi yang tepat

guna, pemilihan metode pertanian yang efektif, dan pemberdayaan agen

penyuluhan secara optimal. Fakor lain yang berpengaruh adalah faktor

lingkungan perekonomian dan faktor internal petani. Faktor lingkungan

perekonomian meliputi jaminan pemasaran, harga produk, harga input,

biaya transportasi, dan lain-lain. Faktor internal petani meliputi umur,

pendidikan, sikap terhadap resiko, sikap terhadap perubahan, pola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

14

hubungan petani dengan lingkungannya, motivasi berkarya, dan

karakteristik psikologi.

Menurut Mardikanto (1993), kecepatan adopsi dipengaruhi oleh

banyak faktor, yaitu:

a. Sifat inovasi, baik sifat intrinsik yang meliputi informasi ilmiah,

nilai-nilai, tingkat kompleksitas (kompleksitas), kekomunikatifan,

triabilitas dan observabilitas, maupun sifat ekstrinsik yang meliputi

kesesuaian (compability) dan keunggulan relatif.

b. Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna.

c. Pengambilan keputusan inovasi.

d. Saluran komunikasi yang digunakan.

e. Keadaan penyuluh.

f. Ragam sumber informasi.

Menurut Azizi dan Hikmah (2008), faktor-faktor yang memiliki

hubungan yang erat dalam pengambilan keputusan terdiri dari faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain umur,

pendidikan formal,tingkat pendapatan, kekosmopolitan, pengalaman

berusaha, pola nafkah, dan tingkat kepercayaan. Faktor eksternal yang

mempengaruhi adalah keuntungan, kemudahan untuk diusahakan,

referensi grup, akses modal dan ketersediaan informasi.

National Institute of Agricultural Extension Management (2007) menyatakan : “Identification of adopter characteristics is one of the objective of a great majority of diffusion studies. These studies have been concerned with personal, situational and social faktors associated. Personal faktors consist of age, education, psychological characteristics, values and attitudes (cultural characteristics). Situational faktors consist of the nature of the practice, farm income, size of farm, tenure status, sources of farm information used and level of living. Social faktors consist of social values.”

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adopsi dari inovasi

terdiri dari faktor personal, situasional dan faktor sosial. Faktor personal

terdiri dari umur, pendidikan, karakter psikologis, nilai dan norma

(karakteristik budaya). Faktor situasional terdiri dari kebiasaan dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

15

petani, pendapatan usahatani, ukuran usahatani, status kepemilikan

lahan, sumber informasi usahatani yang digunakan, dan tingkat

kehidupan. Faktor sosial yang mempengaruhi adalah nilai sosial dalam

kelompok masyarakat.

Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan dibedakan menjadi 3

yaitu, pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan

nonformal. Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang

panjang, diperoleh dan dikumpulkan oleh seseorang, berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap hidup dan segala sesuatu yang

diperoleh dari pengalaman pribadi sehari-hari dari kehidupannya

didalam masyarakat. Pendidikan formal adalah struktur dari suatu

sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan

mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan

nonformal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir diluar sistem

pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan

khusus.

Singh (2006) menyatakan: “Formal education starts form a theoretical or conceptual framework and leads to practical or actual field work. In this type of education there is a fixed or pre-decided cirriculum. Extension education is practical, field and farmer's problem-oriented, thus it starts from a practical and develops into a theorotical or basic understanding. In extension education there is no fixed cirriculum. It has also possible flexibilities depending on the needs of the learners.”

Pendidikan formal berasal dari kerangka teori atau konsep dan

mengarah pada praktek kerja lapang. Pendidikan jenis ini terdapat

kurikulum yang pasti. Pendidikan penyuluhan adalah praktek,

berorientasi masalah petani dan lapangan, sehingga dimulai dari praktek

dan berkembang menjadi teori atau pemahaman dasar. Dalam

pendidikan penyuluhan tidak ada kurikulum yang pasti. Bersifat

fleksibel dan tergantung kebutuhan peserta didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

16

Menurut Rogers dan Floyd Shoemaker (1971), sifat-sifat inovasi

dalam pengamatan penerima yang mempengaruhi kecepatan adopsi

suatu inovasi adalah :

a. Keuntungan-keuntungan relatif (relatif advantages) adalah tingkatan

dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-

ide yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif sering

dinyatakan dalam bentuk keuntungan ekonomis.

b. Keselarasan (compatibility) adalah sejauh mana inovasi dianggap

konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan

kebutuhan penerima. Kompatibilitas memberikan jaminan lebih

besar dan resiko lebih kecil bagi penerima dan membuat ide baru itu

lebih berarti bagi penerima.

c. Kompleksitas (complexity) adalah tingkat dimana suatu inovasi

dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kerumitan

suatu inovasi berhubungan negative dengan kecepatan adopsinya.

Semakin rumit suatu inovasi bagi seseorang maka akan semakin

lambat pengadopsiannya.

d. Triabilitas (triability) adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi

dapat dicoba dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya

diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba

terlebih dahulu. inovasi yang dpat dicoba akan memperkecil resiko

bagi adopter.

e. Observabilitas (observability) adalah tingkat dimana hasil-hasil

suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Observabilitas suatu

inovasi berhubungan positif dengan kecapatan adopsinya

Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan

relatif tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam arti ekonomi, tetapi

mencakup:

a. Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi, ketahanan

terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang

menyebabkan ketidakberhasilannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

17

b. Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan atau

keuntungan yang lebih tinggi.

c. Kemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan,

fisiologis (pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan/ penghargaan

dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri), maupun

kebutuhan-kebutuhan sosiologis (pakaian, papan, status sosial dan

lain-lain).

Menurut Dillon dan Brian Hardaker (1980), keunggulan

komparatif menjelaskan lokasi produk pertanian. Berbagai jenis

tanaman dan ternak dengan syarat-syarat yang berbeda harus

diusahakan di daerah-daerah atau pada usahatani yang keadaan fisik

dan sumber daya lainnya secara ekonomik sangat sesuai. Oleh karena

itu, usahatani dengan sumberdaya yang sangat miskinpun dapat

memiliki keunggulan komparatif untuk beberapa komoditi. Prinsip

keunggulan komparatif berlaku untuk wilayah yang luas ataupun untuk

perbandingan antar usahatani. Faktor-faktor yang dapat mengubah

keunggulan komparatif antara lain :

a. Pengembangan pola usahatani baru atau perbaikan teknologi

b. Perubahan biaya produksi dan harga relatif berbagai komoditi

usahatani.

c. Perubahan biaya angkutan

d. Perbaikan kualitas lahan karena drainase, irigasi, dsb

e. Pengembangan produk substitusi yang lebih murah

Menurut Mardikanto (1993), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perubahan pada petani antara lain: keadaan pribadi

petani, keadaan lingkungan fisik, dan lingkungan kelembagaan.

Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan

dalam diri petani adalah kebudayaan, opini publik, pengambilan

keputusan dalam keluarga dan kekuatan lembaga sosial. Lingkungan

sosial juga dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi, kekuatan politik dan

kekuatan pendidikan. Lingkungan ekonomi terdiri dari : lembaga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

18

perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil,

produsen dan pengaku sarana produksi/ peralatan tani, pedagang serta

lembaga pemasaran yang lain dan pengusaha/industri pengolahan hasil

pertanian.

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti mengambil dari

teori: Lionberger (1960) dalam Mardikanto (1993) yang menyatakan

bahwa luas usahatani dan tingkat pendapatan mempengaruhi kecepatan

seseorang dalam mengadopsi suatu inovasi, Lionberger dan Paul H

Gwin, (1982) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan juga

mempengaruhi petani untuk melakukan perubahan dalam kegiatan

usahataninya. Sejalan dengan hal tersebut Suhardiyono (1992)

menyatakan bahwa pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal

dan nonformal. Menurut Rogers dan Floyd Shoemaker (1971),

kecepatan adopsi juga dipengaruhi oleh sifat inovasi. Sifat inovasi

dalam pengamatan penerima terdiri dari keuntungan relatif (relatif

adventages), kompatibilitas (compatibility), kompleksitas (complexity),

triabilitas (triability), dan observabilitas (observability). Menurut

Mardikanto (1993), lingkungan ekonomi juga mempengaruhi

perubahan dalam diri petani. Lingkungan ekonomi terdiri dari lembaga

perkreditan, produsen saprodi dan jaminan pasar.

5. Budidaya Tanaman Cabai

Cabai atau lombok adalah tanaman semusim berbentuk perdu.

cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun

dataran tinggi. Pemeliharaan cabai tidak terlalu sulit yaitu dengan cara

membersihkan rumput pengganggu, menjaga ketersediaan air dan

memberantas hama serta penyakit. Cabai dapat dipanen setelah berumur

4 bulan. Tanaman yang baik dapat menghasilkan 4-10 ton buah/ Ha

(Sunarjono, 2004).

Lahan yang diusahakan untuk budidaya cabai merah hendaknya

memiliki tingkat kesuburan yang baik dan mengandung bahan organic

sesuai yang diharapkan (minimal 2%). Bila kesuburan tanahnya rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

19

maka perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk organic sesuai dengan

kebutuhan tanaman. Cabe merah menghendaki curah hujan yang cukup

antara 100-200 mm/bulan dengan temperature antara 18-270C

(Departemen Pertanian, 2005).

Menurut Wardani dan Jamhari Hadi Purwanta (2008), Cabai

termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak tahan

terhadap genangan air. Air diperlukan dalam jumlah yang cukup, tidak

berlebihan atau kurang. Kelembaban tanah yang ideal 60-80% kapasitas

lapang. Masa kritis yaitu saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembungaan

dan pembuahan. Jumlah kebutuhan air per tanaman selama

pertumbuhan vegetatif 250 ml tiap 2 hari, dan meningkat jadi 450 ml

tiap 2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan.

Tanah yang paling sesuai untuk tanaman cabai merah (terutama

cabai hibrida) adalah tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu

liat, dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Derajat

kemasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8 dengan

pH optimum 6,0-6,5. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan

penambahan kapur pertanian pada pH rendah dan belerang (S) pada pH

tinggi. Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah

adalah angin, curah hujan,cahaya matahari, suhu dan kelembaban.

Angin sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi tanaman dari

terik matahari sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang.

Angin juga berperan penting sebagai perantara penyerbukan. Curah

hujan yang diperlukan adalah 1500-2500 mm/tahun. Lamanya

penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara

10-12 jam/hari, intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis,

pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah

(Zulkifli et al, 2001).

6. Budidaya Tanaman Salak

Salak pondoh Nglumut berkembang di Desa Lumut, Kec.

Slumbung Kab. Magelang. Salak Nglumut memiliki bentuk buah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

20

seperti bulat telur terbalik, dengan ukuran pajang 6-7,5cm, diameter 5-

6cm, dan dalam 1Kg terdapat 9-13 butir. Salak pondoh Nglumut

memilki ukuran yang paling besar dibandingkan salak pondoh yang

lainnya. Sehingga dipasaran dikenal dengan nama Salak Pondoh Super.

Kulit buah berwarna coklat kekuningan, sedangkan daging buah

berwarna krem, renyah, dan tampak masir. Buah yang masih muda

rasanya manis agak asam dan setelah masak rasanya manis. Salak

Nglumut memperoleh Status Kultivar sebagi Varietas unggul nasional

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.462/Kpts/TP/240/193

(Hanny, 2005).

Teknik budidaya tanaman salak nglumut tidak sulit karena

tanaman salak nglumut dapat tumbuh dari dataran rendah sampai

ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan yang

mendukung untuk budidaya tanaman salak nglumut antara lain : tidak

tahan terhadap genangan air, lebih menyenangi naungan (sekitar 50-

70% dari jumlah penyinaran penuh), suhu udara antara 20-300C, jenis

tanah yang paling cocok adalah liat berpasir, kemasaman tanah (pH)

berkisar 5-7 (BIPP Magelang, 2000).

Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan

pada tingkat kemasakan yang baik. Pemanenan dilakukan dengan cara

petik pilih. Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon,

biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini

ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman

atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah

(bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Masa panen

tanaman salak terdiri dari 4 musim:

a. Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari

b. Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli

c. Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.

d. Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan

Oktober.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

21

(BAPPENAS, 2000).

7. Sistem Tumpangsari

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis

tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa

dalam barisan-barisan tanaman. Tumpangsari sangat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, antara lain: ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar

matahari dan hama penyakit. Faktor lingkungan mempengaruhi dalam

hal persiangan air, hara dan sinar matahari antar tanaman yang

ditumpangsarikan. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan

dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif

dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal

(Warsana, 2008).

University of Manitoba (2004) menyatakan : “Intercropping adds diversity to the cropping system and diversity tends to lead to stability. Intercropping may allow for lower input levels in a cropping system by reducing fertilizer and pesticide requirements. Overyielding occurs when the yield produced by an intercrop is larger than the yield produced by the component crops grown in monoculture on the same total land area.”

Tumpangsari dapat menambah keragaman pertanaman yang

mengarah pada stabilitas kondisi lahan. Sistem tumpangsari

memungkinkan untuk penurunan input usahatani dengan mengurangi

kebutuhan pupuk dan pestisida. Tumpangsari juga dapat meningkatkan

hasil panen pada luasan yang sama dibandingkan dengan tanaman yang

tumbuh secara monokultur.

OISAT (2010) menyatakan : “Advantages of intercropping : a. Reduces the insect/mite pest populations because of the

diversity of the crops grown. When other crops are present in the field, the insect/mite pests are confused and they need more time to look for their favorite plants.

b. Reduces the plant diseases. The distance between plants of the same species is increased because other crops (belonging to a different family group) are planted in between.

c. Reduces hillside erosion and protects topsoil, especially the contour strip cropping.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

22

d. Attracts more beneficial insects, especially when flowering crops are included the the cropping system

e. Minimizes labor cost on the control of weeds. A mixture of various crops gives often a better coverage of the soil leaving less space for the development of weeds.

f. Utilizes the farm area more efficiently. Results in potential increase for total production and farm profitability than when the same crops are grown separately.

g. Provides 2 or more different food crops for the farm family in one cropping season.”

Keuntungan dari tumpangsari adalah sebagai berikut: mengurangi

populasi hama karena terdapat keanekaragaman tanaman dalam satu

lahan, mengurangi penyakit tanaman karena jarak antara tanaman

sejenis lebih lebar karena terdapat tanaman jenis lainnya diantar

tenaman tersebut, mengurangi erosi dan melindungi tanah lapisan atas,

menarik serangga yang bermanfaat, meminimalkan biaya tenaga kerja

untuk pengendalian gulma, memanfaatkan lahan pertanian lebih efisien,

dan meningkatkan potensi hasil dan keuntungan daripada ketika

tanaman ditanam secara terpisah.

Sullivan (2003) menyatakan : “Many combinations of crops have been grown or experimented with as mixed or relay intercrops. Frequently these cropping combinations involve a short and a tall crop both planted at the same time. Another pattern would be planting two tall crops with different growth rates. distinct aspects to successful multiple cropping. These are 1) detailed planning, 2) timely planting of each crop, 3) adequate fertilization at the optimal times, 4) effective weed and pest control, 5) efficient harvesting.”

Berbagai kombinasi tanaman dapat dilakukan dalam sistem

tumpangsari. Kombinasi dapat dilakukan antara tanaman pendek dan

tanaman yang lebih tinggi. Selain itu dapat dilakukan pada tanaman

yang memiliki umur yang berbeda. Aspek yang harus diperhatikan agar

sistem tumpangsari memperoleh hasil yang maksimal adalah :

perencanaan yang rinci mengenai varietas yang akan ditanam, waktu

penanaman yang tepat untuk masing-masing tanaman, pemupukan yang

memadai, pengendalian hama, penyakit dan gulma yang efektif, serta

pemanenan yang efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

23

B. Kerangka Berpikir

Kerusakan pada tanaman salak akibat erupsi Gunung Merapi pada

tahun 2010 menyebabkan petani salak harus mencari sumber pendapatan

yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber pendapatan

yang banyak dipilih petani adalah melakukan tumpangsari tanaman salak

dengan tanaman sayuran. Tumpangsari tersebut dapat dilakukan petani

untuk memanfaatkan lahan di sela-sela tanaman salak, selama tanaman

salak belum dapat berproduksi secara normal kembali. Salah satu

komoditas tanaman sayuran yang banyak ditanam oleh petani adalah

tanaman cabai. Tanaman cabai ini ditumpangsarikan dengan tanaman salak

yang sudah ada. Tumpangsari tanaman salak dengan cabai merupakan

suatu inovasi bagi petani di Kecamatan Srumbung.

Keputusan memegang peran penting dalam proses adopsi inovasi.

Keputusan untuk mengadopsi atau tidak mengadopsi akan berdampak di

masa yang akan datang. Dalam proses pengambilan keputusan, petani akan

dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang melingkupinya.

Faktor internal yang mempengaruhi keputusan petani antara lain luas

usahatani, tingkat pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan non

formal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan

petani terdiri dari sifat inovasi dan lingkungan ekonomi. Sifat inovasi

terdiri atas keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan

observabilitas. Lingkungan ekonomi terdiri atas kredit usahatani, penyedia

saprodi dan jaminan pasar.

Tahapan proses pengambilan keputusan terdiri dari tahap pengenalan,

persuasi, keputusan dan konfirmasi. Petani yang menilai tumpangsari

tanaman salak dengan cabai menguntungkan dari segi ekonomi dan teknis,

serasi dengan keadaan lingkungan petani dan kebutuhan petani, mudah

dipahami dan diterapkan, mudah untuk dicoba dan diamati, serta adanya

dukungan dari kondisi lingkungan ekonomi akan memutuskan untuk

melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Namun apabila petani

menilai sebaliknya, maka petani akan memutuskan untuk tidak melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

24

tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Keputusan merupakan faktor

penentu dalam proses usahatani. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-

faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai.

Agar lebih mudah dipahami, maka disusun kerangka berfikir sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka pikir hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

C. Hipotesis

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai oleh petani di Desa Mranggen

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

Ket : ____ : Variabel yang diteliti _ _ _ : Variabel yang tidak diteliti

Faktor Internal petani : 1. Luas usahatani 2. Tingkat pendapatan 3. Tingkat pendidikan formal 4. Tingkat pendidikan non formal

Faktor eksternal petani: 1. Sifat inovasi 2. Lingkungan ekonomi

Proses Keputusan Inovasi : 1. Pengenalan 2. Persuasi 3. Keputusan 4. Konfirmasi

Tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tumpangsari salak dengan cabai

Budidaya Cabai

Pendapatan Petani Turun

Pembangunan Pertanian Kesejahteraan Petani

Erupsi Gunung Merapi

Penurunan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Salak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

25

D. Pembatasan Masalah

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai yang diteliti pada penelitian ini meliputi

faktor internal dan eksternal petani. Faktor internal petani meliputi luas

usahatani, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan formal, dan tingkat

pendidikan non formal. Faktor eksternal petani meliputi sifat inovasi

dan lingkungan ekonomi.

2. Proses pengambilan keputusan petani meliputi tahap pengenalan,

persuasi, keputusan dan konfirmasi.

3. Responden penelitian adalah petani salak yang terkena dampak erupsi

gunung merapi di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten

Magelang yang melakukan tumpangsaritanaman salak dengan cabai.

4. Penelitian ini dapat dilakukan selama tanaman salak belum dapat

berproduksi secara normal kembali.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai adalah:

1) Faktor internal petani yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri

petani yang mempengaruhi petani dalam pengambilan

keputusan. Faktor internal petani meliputi :

a) Luas usahatani, yaitu luas lahan yang diusahakan petani

baik milik sendiri, menyewa, maupun menyakap yang

dinyatakan dalam hektar (Ha).

b) Pendapatan, yaitu tingkat pendapatan petani dari hasil

usahatani dan non usahatani dalam satu musim tanam yang

digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, diukur

berdasarkan besarnya pendapatan petani yang dinyatakan

dalam Rupiah (Rp).

c) Tingkat pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan formal/

sekolah yang telah ditempuh oleh petani yang berdasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

26

ijazah terakhir yang dimiliki, diukur dengan tingkat

pendidikan tertinggi yang telah ditempuh oleh petani di

lembaga pendidikan formal.

d) Tingkat pendidikan non formal, yaitu tingkat pendidikan di

luar sekolah atau selain pendidikan formal yang telah

ditempuh dalam kurun waktu satu tahun terakir, diukur

dengan menghitung frekuensi petani mengikuti kegiatan

penyuluhan.

2) Faktor eksternal petani yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar

petani yang mempengaruhi petani dalam pengambilan

keputusan. Faktor eksternal petani meliputi

a) Sifat inovasi, yaitu sifat-sifat yang melekat pada inovasi

yang diukur berdasarkan penilaian petani terhadap sifat

inovasi, meliputi:

(1) Keuntungan relatif (relatif advantages), yaitu tingkat

dimana tumpangsari tanaman salak dengan cabai

merupakan suatu inovasi yang menguntungkan bagi

petani, diukur berdasarkan penilaian petani terhadap

keuntungan teknis dan ekonomis dari tumpangsari

tanaman salak dengan cabai.

(2) Kompatibilitas (compatibility), yaitu tingkat

keselarasan tumpangsari tanaman salak dengan cabai

dengan pengalaman usahatani sebelumnya, kebutuhan

petani dan kondisi lingkungan fisik.

(3) Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kemudahan

tumpangsari tanaman salak dengan cabai untuk

diterapkan dalam kegiatan usahatani, diukur

berdasarkan penilaian petani terhadap kemudahan

dalam teknis tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

(4) Triabilitas (triability), yaitu tingkatan dapat dicobanya

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dalam skala

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

27

kecil, diukur berdasarkan dapat atau tidaknya

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dicoba dalam

skala kecil.

(5) Observabilitas (observability), yaitu tingkatan dapat

diamatinya hasil tumpangsari tanaman salak dengan

cabai, diukur berdasarkan penilaian petani terhadap

keteramatan hasil tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

b) Lingkungan ekonomi, yaitu keberadaan kekuatan ekonomi

dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi dalam

pengambilan keputusan.

(1) Kredit usahatani, yaitu tersedianya sarana untuk

mendapatkan modal pada masa sekarang untuk

dikembalikan di kemudian hari, diukur berdasarkan

jumlah sumber kredit usahatani dan kemudahan

persyaratan untuk mengakses kredit.

(2) Penyedia saprodi, yaitu tersedianya input produksi

(benih, pupuk dan pestisida) yang dapat mendukung

tumpangsari tanaman salak dengan cabai, diukur

berdasarkan sumber input, waktu ketersediaan input

dan jumlah input.

(3) Jaminan pasar, yaitu tersedianya hal-hal yang dapat

menjamin pemasaran hasil tumpangsari tanaman salak

dengan cabai, diukur berdasarkan keberadaan jaminan

pembelian, jaminan harga dan sistem pembayaran.

b. Proses pengambilan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai, meliputi:

1) Pengenalan, yaitu tahapan petani mengetahui adanya inovasi

dan mengetahui bagaimana inovasi itu berfungsi, diukur

berdasarkan kesadaran/pengetahuan petani tentang adanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

28

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dan teknik

tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

2) Persuasi, yaitu ketika petani membentuk sikap berkenaan atau

tidak berkenaan terhadap inovasi tersebut, diukur berdasarkan

aktivitas petani dalam mencari informasi mengenai tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dan penilaian petani terhadap

tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

3) Keputusan, yaitu ketika petani melakukan tindakan menerima

atau menolak inovasi, diukur berdasarkan tindakan yang

dilakukan petani terhadap tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

4) Konfirmasi, yaitu ketika petani mencari penguatan atas

keputusan inovasi yang telah dibuatnya, diukur berdasarkan

aktivitas pencarian informasi mengenai tumpangsari tanaman

salak dengan cabai untuk menguatkan keputusan yang telah

dibuat dan kesediaan untuk mengadopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai.

2. Pengukuran Variabel

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tabel 2.1 Pengukuran variabel faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

No. Variabel Indikator Kriteria Skor 1 Luas usahatani Luas lahan yang

digarap baik milik sendiri, menyewa, maupun menyakap

· < 0,25 Ha · 0,25-0,49 Ha · ≥ 0,5 Ha

1 2 3

2 Tingkat pendapatan

Besarnya pendapatan petani per kapita per tahun

· < Rp 1.440.000,- · Rp 1.440.000,- sampai

Rp 1.920.000,- · > Rp 1.920.000,-

1 2

3

3 Pendidikan formal

Tingkat pendidikan formal yang ditempuh petani

· Tidak tamat SD- tamat SD/ sederajad

· SMP-SMA/ sederajad · Akademi/ D3/ Sarjana

1

2 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

29

4 Pendidikan non formal

Frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan selama satu tahun terakhir

· Maksimal 3 kali · 4-7 kali · > 8 kali

1 2 3

5 Sifat inovasi a. Keuntungan

relatif (Relatif advantages)

Produktifitas tanaman

· Rendah · Sedang · Tinggi

1 2 3

Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit

· Tidak tahan hama dan penyakit

· Cukup tahan hama dan penyakit

· Tahan hama dan penyakit

1

2

3

Biaya usahatani tumpangsari

· Tinggi · Sedang · Rendah

1 2 3

Pendapatan usahatani tumpangsari

· Rendah · Sedang · Tinggi

1 2 3

b. Kompatibilitas (Compatibility)

Tingkat keselarasan dengan pengalaman usahatani sebelumnya

· Tidak selaras · Kurang selaras · Selaras

1 2 3

Tingkat keselarasan dengan kebutuhan petani

· Tidak selaras · Kurang selaras · Selaras

1 2 3

Tingkat keselarasan dengan lingkungan fisik

· Tidak selaras · Kurang selaras · Selaras

1 2 3

c. Kompleksitas (Complexity)

Pembibitan · Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

Pengolahan lahan · Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

Penanaman · Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

Pemeliharaan · Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

Pengendalian OPT · Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

30

Panen dan pasca panen

· Sulit · Sedang · Mudah

1 2 3

d. Triabilitas (Triability)

Dapat dicobanya tumpangsari tanaman salak dengan cabai oleh petani dalam skala kecil

· Tidak dapat dicoba · Kurang dapat dicoba · Dapat dicoba

1 2 3

e. Observabilitas (Observability)

Dapat diamatinya hasil tumpangsari tanaman salak dengan cabai oleh petani

· Tidak dapat diamati · Kurang dapat diamati · Dapat diamati

1 2 3

6 Lingkungan ekonomi a. Kredit

usahatani

Sumber kredit usahatani (KUD, BRI, PUAP, dan lain-lain seperti lintah darat)

· Terdapat 1/ tidak ada sumber kredit

· Terdapat 2- 3 sumber kredit

· Terdapat >3 sumber kredit

1

2

3

Persyaratan memperoleh kredit usahatani

· Tidak dapat dipenuhi oleh petani

· Terdapat persyaratan yang tidak bisa dipenuhi oleh petani

· Persyaratannya mudah dipenuhi petani

1

2

3

b. Penyedia saprodi

Sumber input (kelompok tani, KUD, kios saprodi, pasar dan lain-lain)

· Terdapat 1/ tidak ada sumber input

· Terdapat 2- 3 sumber input

· Terdapat >3 sumber input

1

2

3

Waktu ketersediaan input usahatani

· Tersedia setelah masa tanam

· Tersedia 2 minggu sebelum masa tanam

· Tersedia > 2 minggu sebelum masa tanam

1

2

3

Jumlah ketersediaan input usahatani mencukupi kebutuhan petani

· Mencukupi · Kurang mencukupi · Tidak mencukupi

1 2 3

c. Jaminan pasar Jaminan pembelian · Tidak jaminan pembelian

· Ada jaminan tanpa perjanjian

· Ada perjanjian

1

2

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

31

Jaminan harga · Tidak jaminan harga · Ada jaminan tanpa

perjanjian · Ada perjanjian

1 2

3

Sistem pembayaran · Dibayar setelah panen · Dibayar saat panen · Dibayar sebelum panen

1 2 3

b. Proses keputusan Petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

No. Variabel Indikator Kriteria Skor 1. Pengenalan Kesadaran

/pengetahuan tentang adanya tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani tidak mengetahui adanya tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani kurang mengetahui adanya tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani mengetahui adanya tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

Teknik tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani tidak mengetahui teknik tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani kurang mengetahui teknik tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani mengetahui teknik tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

2. Persuasi Aktivitas mencari informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani tidak mencari informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani mencari informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai secara pasif

· Petani aktif mencari informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

32

Penilaian terhadap tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Tidak tertarik (tidak memberikan keuntungan relatif, tidak cocok dengan kondisi setempat, sulit untuk diterapkan, tidak dapat dicoba, dan hasilnya tidak dapat diamati)

· Kurang tertarik (Memberikan keuntungan relatif, cocok dengan kondisi setempat, sulit untuk diterapkan, tidak dapat dicoba, dan hasilnya sulit untuk diamati)

· Tertarik (memberikan keuntungan relatif, cocok dengan kondisi setempat, mudah diterapkan, dapat dicoba dan hasilnya mudah diamati)

1

2

3

3. Keputusan Tindakan yang dilakukan petani

· Petani tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani merencanakan akan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya

· Petani mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

4 Konfirmasi Aktivitas pencarian kembali informasi untuk menguatkan keputusan melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani tidak mencari informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani mendapat informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Petani aktif mencari informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

Kesediaan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

· Melakukan tumpangsari dengan tanaman lainnya

· Mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

1

2

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang

saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya untuk mendeskripsikan, mencatat,

menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang saat ini terjadi atau ada.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi

menegenai keadaan saat ini dan melihat kaitan-kaitan antara variable yang ada

(Mardalis, 2002).

Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik survei, yaitu teknik

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Pada umumnya unit

penelitian survey adalah individu (Singarimbun dan Effendi, 2006).

B. Teknik Penentuan Lokasi

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian

(Singarimbun dan Effendi, 2006). Penelitian dilakukan di Desa Mranggen

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang karena merupakan salah satu

wilayah yang terkena dampak merapi cukup parah, terutama pada bidang

pertanian khususnya tanaman salak. Berdasarkan keterangan dari kepala Desa

Mranggen, Desa Mranggen memiliki luas lahan pertanaman salak 124,5 Ha.

Keseluruhan lahan tersebut mengalami kerusakan total 100%.

C. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1993).

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki lahan yang

ditanami tanaman salak, baik yang ditumpangsari dengan tanaman cabai

maupun yang tidak di tumpangsari dengan tanaman cabai di Desa

Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

34

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Penelitian yang meneliti sebagian dari populasi disebut dengan penelitian

sampel. Penelitian sampel dapat dilakukan apabila keadaan subyek dalam

populasi benar-benar homogen. (Arikunto, 1993).

Sampel yang diperoleh agar representatif, pengambilan subyek dari

setiap golongan ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya

subyek dalam masing-masing golongan (Arikunto, 1993). Penentuan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proportional random

sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 orang.

Untuk mengetahui jumlah sampel secara proporsional digunakan rumus

sebagai berikut :

ni =Nnk

x n`

Dimana

ni : jumlah petani sampel masing-masing golongan petani

nk : jumlah petani dari masing-masing golongan petani yang memenuhi

syarat sebagai responden

N : jumlah petani dari seluruh populasi

n : jumlah petani sampel yang diambil yaitu 40 petani

Adapun jumlah sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Jumlah populasi dan petani sampel di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

No. Penggolongan petani Populasi Sampel 1 Petani yang mengadopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai 358 23

2 Petani yang tidak mengadopsi tumpangsari dengan cabai

273 17

Jumlah 631 40

Sumber: data primer

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

35

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner sebagai alatnya.

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi atau lembaga

yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung data

yang bersumber dari dokumentasi yang ada.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data

pendukung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data yang digunakan Sifat Data

Sumber Pr Sk Kn Kl

I Data Pokok A. Identitas responden √ √ Responden B. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani

1. Factor internal petani a. Luas usahatani √ √ Responden b. Tingkat pendapatan √ √ Responden c. Tingkat pendidikan formal √ √ Responden d. Tingkat pendidikan non

formal √ √ Responden

2. Factor eksternal petani a. Sifat inovasi √ √ Responden b. Lingkungan ekonomi √ √ Responden C. Proses pengambilan keputusan

petani dalam tumpangsari

1. Pengenalan √ √ Responden 2. Persuasi √ √ Responden 3. Keputusan √ √ Responden 4. Konfirmasi √ √ Responden II Data Pendukung A. Keadaan alam

B. Keadaan penduduk C. Keadaan pertanian

√√ √

√ √ √

√ √ √

Instansi Instansi Instansi

Keterangan :

Pr = primer Kn = kuantitatif

Sk = sekunder Kl = kualitatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

36

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode sebagai berikut :

1. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan panduan

berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

2. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang

berhubungan dengan penelitian.

3. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara

pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait

dengan penelitian.

F. Metode analisis

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, rendah. Guna mengkaji

tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam tumpangsari tanaman

salak dengan tanaman cabai dan proses pengambilan keputusan petani dalam

tumpangsari tanaman salak dengan tanaman cabai digunakan rumus interval,

yaitu:

(K)kelasjumlahterendahskorjumlahtertinggiskorjumlah

(I)intervalLebar-

=

Sedangkan untuk mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan dengan keputusan petani dalam tumpangsari

tanaman salak dengan tanaman cabai digunakan uji korelasi rank spearman

(rs). Menurut Siegel (1997) rumus koefisien korelasi Rank Spearman (rs)

adalah sebagai berikut :

NN

dir i

s --=å=31

261

Dimana :

rs : Koefisien korelasi rank spearman

N : Jumlah sampel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

37

di : Selisih ranking antar variabel

Guna menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t student

karena sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan

95% dengan rumus (Siegel, 1997)

t= rs2)(1

2rs

N--

Keputusan :

1. Jika t hitung > t tabel (a = 0,05) berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan

yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

dengan keputusan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai

oleh petani di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten

Magelang.

2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) berarti Ho diterima, artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan dengan keputusan petani dalam tumpangsari tanaman salak

dengan cabai oleh petani di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung

Kabupaten Magelang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

38

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

Desa Mranggen merupakan salah satu desa dari 17 desa yang berada di

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Desa Mranggen terletak pada

6051’46” – 7011’47” LS dan 109040’19” – 110003’06” BT. Desa Mranggen

merupakan desa yang berada paling atas di Kecamatan Srumbung, yang

berada dalam radius 10 km dari puncak Gunung Merapi. Adapun batas-batas

wilayah Desa Mranggen adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi)

Sebelah Timur : Sungai Putih

Sebelah Selatan : Desa Bringin

Sebelah Barat : Sungai Judel

Luas wilayah Desa Mranggen adalah 416,8 Ha yang terbagi menjadi 14

Dukuh, dengan 13 RW (Rukun Warga) dan 58 RT (Rukun Tangga).

Pembagian luas lahan di Desa Mranggen menurut penggunaannya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%) 1 Pertanian subur 286,693 68,784 2 Pertanian sedang 53,632 12,868 3 Saluran irigasi 1,250 0,300 4 Perumahan 61,750 14,815 5 Sarana olahraga 1,117 0,268 6 Makam 2,500 0,600 7 Tempat ibadah 5,447 1,307 8 Sarana pendidikan 4,112 0,987 9 Sarana kesehatan 0,300 0,072

Jumlah 416,801 100,000

Sumber: Monografi Desa Mranggen 2010

Lahan sawah di Desa Mranggen terdiri dari 15% sawah irigasi teknis

dan 85% sawah irigasi setengah sederhana. Lahan bukan sawah terdiri dari

25,20% lahan bukan sawah dan selebihnya adalah perkebunan, hutan Negara,

kolam dan padang rumput.

38

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

39

Desa Mranggen berada pada ketinggian wilayah 515-550 mdpl (meter

diatas permukaan laut) dengan kemiringan tanah 7,5-8%. Data curah hujan 10

tahun terakhir menunjukkan bahwa Desa Mranggen memiliki jumlah hari

hujan 153 hari/thn , rata-rata curah hujan 2579 mm/thn dengan curah hujan

terbanyak pada bulan Januari. Tanah di desa Mranggen terbentuk dari abu

vulkanik gunung merapi dengan struktur tanah liat sampai remah, sedangkan

pada daerah lahan sawah yang berdekatan dengan daerah aliran sungai

kebanyakan berstruktur pasir.

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi kepadatan penduduk per

luasan wilayah tertentu. Kepadatan penduduk dibedakan menjadi

kepadatan penduduk geografis dan agraris. Kepadatan penduduk geografis

adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah dalam km2,

sedangkan kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan jumlah

penduduk dengan luas lahan pertanian.

Jumlah penduduk di Desa Mranggen adalah 4216 jiwa. Luas

wilayah di Desa Mranggen adalah 416,801 Ha setara dengan 4,16801km2.

Luas lahan pertanian di Desa Mranggen adalah 340,325 Ha yang terdiri

dari lahan pertanian subur dan lahan pertanian sedang. Berdasarkan data

tersebut dapat dilakukan perhitungan kepadatan penduduk geografis dan

kepadatan penduduk agraris sebagai berikut:

kepadatan penduduk geografis = jumlah penduduk (jiwa)

luas wilayah (km2ō

侠 4216jiwa4,16801km2 侠1012 jiwa/km2

kepadatan penduduk agraris = jumlah penduduk樀jiwaōluas lahan pertanian樀Haō 侠 4216jiwa340,325Ha 侠12 jiwa/Ha

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

40

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa

kepadatan penduduk di Desa Mranggen adalah 1012 jiwa/km2 artinya

dalam setiap 1 km2 luasan wilayah, terdapat 1012 jiwa yang menempati

wilayah tersebut. Perhitungan kepadatan penduduk agraris menunjukkan

bahwa kepadatan penduduk agraris di Desa Mranggen adalah 12 jiwa/Ha

artinya dalam setiap 1 Ha luasan lahan pertanian terdapat 12 jiwa.

2. Keadaan penduduk menurut umur

Penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14

tahun), usia produktif (15-59 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 60

tahun). Keadaan penduduk Desa Mranggen menurut umur dapat dilihat

dalam table berikut:

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur (tahun)

Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

0-4 181 172 353 5-9 186 177 363

10-14 174 172 346 15-19 187 166 353 20-24 151 162 313 25-29 179 197 376 30-39 322 337 659 40-49 240 262 502 50-59 165 174 339 60+ 188 230 418

Jumlah 2056 2160 4216

Sumber: Kecamatan Srumbung dalam Angka 2010

Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk

menghitung angka beban tanggungan (ABT) di suatu wilayah. ABT adalah

perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif (penduduk umur

<14 tahun dan penduduk umur >60 tahun) dengan jumlah penduduk usia

produktif (penduduk umur 15-59 tahun). Jumlah penduduk yang berusia

<14 tahun adalah 1062 jiwa dan yang berusia > 60 adalah 418 jiwa.

Jumlah penduduk usia non produktif adalah 1480 jiwa atau 36,80% dari

jumlah seluruh penduduk. Jumlah penduduk usia produktif berjumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

41

2542 jiwa atau 63,20% jumlah seluruh penduduk. Berdasar data jumlah

penduduk usia produktif dan non produktif dapat dihitung ABTnya yaitu

perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah

penduduk usia produktif, dengan rumus sebagai berikut:

ABT = 脓úƼǴ 钮䝀ersúsú浓úBT rĖr䝀暖Ėsú浓fT牛脓úƼǴ 钮䝀ersúsú浓úBT 䝀暖Ėsú浓fT牛时100

= 囊难淖挠嫩恼囊馁挠闹恼挠时100

= 58,22

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai ABT sebesar 58,22 persen

artinya setiap 100 jiwa penduduk berusia produktif menanggung 58

penduduk yang tidak produktif. Semakin besar rasio antara jumlah

kelompok non produktif dan jumlah kelompok produktif berarti semakin

besar beban tanggungan bagi kelompok yang produktif.

3. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk

menghitung sex ratio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan. Jumlah penduduk laki-laki di Desa Mranggen adalah 2056

jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 2160 jiwa. Berdasarkan

angka tersebut maka dapat dihitung nilai sex ratio : 滚n.8棍轨跪侠 jumlahpenduduklaki 石lakijumlahpendudukperempuan 时100

侠 20562160

时100

= 95,2

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai sex

ratio di Desa Mranggen adalah 95. Artinya dalam setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan mempengaruhi dalam pembagian

pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam bidang pertanian, laki-

laki memiliki peranan yang lebih besar daripada perempuan. Laki-laki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

42

mengerjakan pekerjaan yang lebih berat dan sebagai pengambil keputusan

dalam usahatani. Berdasarkan nilai sex ratio, jumlah penduduk perempuan

lebih banyak daripada laki-laki mengakibatkan banyak perempuan yang

berperan dalam kegiatan usahatani. Pekerjaan yang dikerjakan perempuan

biasanya lebih ringan daripada laki-laki namun lebih banyak menyita

waktu.

4. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber daya

manusia dalam suatu wilayah. Hal ini dapat juga digunakan untuk

mengetahui potensi penduduk secara umum. Keadaan penduduk menurut

tingkat pendidikan di Desa Mranggen adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Tingkat Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 442 36,47 2 Tamat SD- SMP / sederajat 572 47,19 3 Tamat SMA/ SMK/ sederajat 168 13,86 4 Tamat Akademi (PT) 30 2,48

Jumlah 1212 100,00

Sumber: Kecamatan Srumbung dalam Angka 2010

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di

Desa Mranggen sebagian besar telah menempuh pendidikan sampai

jenjang tamat Sekolah Dasar- tamat SMP/sederajad dengan presentase

47,19%. Tamat SMA sebanyak 13,86% dan tamat akademi (Perguruan

Tinggi) sebanyak 2,48. Jumlah penduduk yang telah tamat sekolah lebih

besar dibandingkan penduduk yang tidak tamat Sekolah Dasar. Hal ini

menunjukkan penduduk telah menganggap penting arti pendidikan.

Sebagian besar penduduk di Desa Mranggen telah mengenyam

pendidikan, ini berarti tingkat pendidikan di Desa Mranggen berada pada

kondisi yang baik, meskipun terdapat 36,47 persen penduduk yang tidak

tamat Sekolah Dasar. Penduduk yang tidak tamat sekolah tersebut tetap

termasuk dalam penduduk yang telah mengenyam pendidikan di bangku

sekolah. Banyaknya penduduk yang tidak tamat sekolah ini disebabkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

43

karena usia mereka telah lanjut, dimana dahulu sekolah itu terbatas,

kekurangan dana untuk bersekolah, dan kesadaran akan pendidikan yang

kurang.

5. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian

Penduduk di Desa Mranggen bekerja di berbagai sektor guna

mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Sektor yang paling dominan

sebagai mata pencaharian penduduk adalah sektor pertanian. Berikut ini

adalah gambaran penduduk menurut mata pencaharian.

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Desa Mranggen menurut Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1. PNS 54 1,64 2. ABRI/POLRI 20 0,61 3. Pensiunan 19 0,58 4. Petani 2295 69,61 5. Swasta 253 7,67 6. Pedagang 73 2,21 7. Buruh tani 188 5,70 8. Tukang Batu 67 2,03 9. Tukang kayu 17 0,52 10. Tukang jahit 2 0,06 11. Tukang kue 6 0,18 12. Tukang anyaman 69 2,09 13. Tukang rias 1 0,03 14. Pengrajin industri RT 79 2,40 15. Sopir 68 2,06 16. Pembantu RT 15 0,45 17. Pedagang keliling 7 0,21 18. Karyawan perusahaan swasta 56 1,70 19. Perawat 6 0,18 20. Dosen 1 0,03 21. Anggota DPRD 1 0,03

Jumlah 3297 100

Sumber: Monografi Desa Mranggen 2010

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa 69,61% penduduk di

Desa Mranggen bermatapencaharian sebagai petani. Penduduk banyak

yang bermatapencaharian sebagai petani karena didukung oleh kondisi

lingkungan, yaitu tanah yang subur karena berada di lereng Gunung

Merapi, ketersediaan air, cuaca dan iklim yang mendukung untuk kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

44

pertanian. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian di bidang

pertanian menunjukkan bahwa bidang pertanian merupakan mata

pencaharian pokok bagi penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup.

C. Kadaan Pertanian

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian di

Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Peran penting

tersebut dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Sektor

pertanian juga menjadi tumpuan perekonomian, hal ini karena sektor

pertanian mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar dan

merupakan penyumbang pendapatan utama bagi penduduk di Desa Mranggen

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.

Ketersediaan pangan tidak terlepas dari jenis komoditi tanaman yang

ditanam oleh para petani. Luas areal panen dan produksi tanaman pangan

suatu wilayah dapat menggambarkan potensi yang dimiliki suatu daerah serta

kemampuannya dalam menghasilkan makanan pokok bagi penduduk. Berikut

adalah luas areal panen serta produksi tanaman di Desa Mranggen Kecamatan

Srumbung Kabupaten Magelang :

Tabel 4.5 Luas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

No. Komoditas Luas tanaman (Ha) Jumlah produksi (KW/Ha) 1 Padi 108 60 2 Tomat 7 91 3 Cabai 13 107,9 4 Jagung 4 18,4 5 Ubi jalar 12 216 6 Salak 133 5kg/rumpun/th 7 Kelapa 58 - 8 Ubi kayu 2 38

Sumber: data PPL 2007

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa potensi paling besar adalah

tanaman salak. Jumlah produksi dalam waktu satu tahun mencapai 5

kg/rumpun/tahun. Harga jual rata-rata tanaman salak adalah Rp 2.500-Rp

5.000/Kg. komoditas salak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Komoditas

salak didaerah ini adalah salak nglumut. Komoditas yang juga memiliki nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

45

ekonomi yang tinggi adalah komoditas cabai. Jumlah produksi cabai dalam

waktu satu tahun mencapai 107,9 KW/Ha. Harga jual cabai cenderung tidak

stabil. Komoditas yang juga terdapat di daerah ini adalah padi, tomat, jagung,

ubi jalar, kelapa dan ubi kayu. Prioritas komoditi yang dibudidayakan oleh

penduduk di suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk di

wilayah tersebut serta tingkat kebutuhan penduduk terhadap suatu komoditi

tertentu. Penduduk di Desa Mranggen lebih memprioritaskan tanaman salak

sebagai komoditas dalam usahataninya karena memiliki nilai ekonomi yang

tinggi dan tidak memerlukan banyak biaya dan waktu untuk pemeliharaannya.

Usaha pertanian tidak terlepas dari usaha peternakan. Usaha peternakan

merupakan pekerjaan sampingan bagi petani. Limbah-limbah organik dari

usaha pertanian dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan untuk pembuatan

pupuk. Selain komoditas pertanian, di Desa Mranggen juga terdapat berbagai

binatang yang diternakkan. Banyaknya binatang ternak di Desa Mranggen

dapat dilihat dalam tebel berikut:

Tabel 4.6 Jumlah Binatang Ternak di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

No. Ternak Jumlah 1 Sapi 108 2 Kerbau 28 3 Kambing/Domba 1356 4 Ayam Buras 4417 5 Ayam Ras 2425 6 Itik 392 7 Angsa 75

Sumber: Kecamatan Srumbung dalam Angka 2010

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwabinatang ternak yang paling

banyak dipelihara oleh penduduk Desa Mranggen adalah Ayam Buras yaitu

sejumlah 4417 ekor. Selain ayam buras, binatang yang juga banyak

diternakkan adalah ayam ras yaitu sejumlah 2425 ekor. Ayam banyak

diternakkan karena umur penennya relatif pendek dan harga pasarannya

cenderung stabil. Selain ayam, binatang yang banyak diternakkan adalah

kambing/domba yaitu sejumlah 1358 ekor. Binatang lainnya yang diternakkan

penduduk adalah itik, sapi, kerbau dan angsa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

46

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian yang ada di suatu wilayah akan mempengaruhi

tingkat pertumbuhan ekonomi. Misalnya, dengan adanya pasar akan

mempermudah kegiatan jual beli yang dilakukan oleh masyarakat. Sarana

perekonomian yang terdapat di Desa Mranggen akan memudahkan

masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Berikut adalah gambaran

sarana perekonomian di Desa Mranggen:

Tabel 4.7 Sarana Perekonomian di Desa Mranggen

No. Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar 4 2. Industri mabelair 5 3. Swalayan 1 4. Koperasi 1 5. Penggilingan padi 4 6. Counter HP 6 7. Simpan Pinjam- Usaha Ekonomi Desa 1

Sumber: Monografi Desa Mranggen 2010

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa di Desa Mranggen

terdapat beberapa sarana perekonomian. Sarana perekonomian yang banyak

terdapat di Desa Mranggen adalah counter HP, yaitu terdapat 6 buah. Di Desa

Mranggen juga terdapat 5 industri mabelair. Desa Mranggen yang terletak

tidak jauh dari Hutan memudahkan untuk memperoleh kayu sebagai bahan

pembuatan mebelair. Sarana perekonomian lainnya adalah pasar. Pasar

merupakan salah satu sarana perekonomian yang penting karena tempat untuk

mencari barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Selain sarana tersebut juga terdapat penggilingan padi, swalayan,

koperasi, dan simpan pinjam- Usaha Ekonomi Desa. Di Desa Mranggen juga

terdapat sarana perekonomian lain seperti warung makan dan toko-toko

kelontong yang jumlahnya cukup banyak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

47

E. Gambaran Umum tentang Tumpangsari Tanaman Salak dengan Tanaman Cabai di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

Tumpangsari merupakan suatu sistem pertanaman dengan menanam

beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur

sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Di Desa Mrangggen,

tumpangsari dilakukan dengan menanam tanaman semusim di sela-sela

tanaman salak yang belum dapat berproduksi. Tumpangsari ini dilakukan

oleh sebagian besar petani yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi tahun

2010.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai mulai dilakukan setelah

terjadinya erupsi Gunung Merapi. Tumpangsari banyak dilakukan oleh petani

yang pemenuhan kebutuhan sehari-harinya sangat tergantung dari sektor

pertanian. Saat penelitian dilakukan, sebagian petani telah memasuki musim

tanam kedua, dan sebagian masih pada musim tanam pertama. Petani yang

masih pada musim tanam pertama adalah petani yang menanam tanaman

yang memiliki umur cukup panjang seperti cabai dan kacang panjang. Petani

yang telah memasuki musim tanam kedua adalah petani yang pada musim

tanam pertama menanam tanaman sayuran yang berumur pendek seperti

caisim, kol, dsb.

Saat ini tanaman salak yang menjadi tanaman pokok bagi sebagian

besar petani di Desa Mranggen masih dalam proses pemulihan. Tanaman

salak pelepahnya banyak yang patah akibat debu-debu dan pasir vulkanik

yang berasal dari Gunung Merapi. Setelah erupsi, dilakukan pemangkasan

pada pelepah-pelepah daun salak yang patah. Pelepah salak yang tersisa di

tanaman adalah 3-4 pelepah. Pada saat penelitian dilakukan, jumlah pelepah

tanaman salak adalah 6-7 pelepah. Tanaman salak baru bisa berbunga dan

dilakukan penyerbukan jika pelepahnya telah berjumlah lebih dari 9 pelepah.

Petani akan memanen buah salak setelah 6 bulan pasca penyerbukan.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai banyak dilakukan oleh

petani yang memiliki tanaman salak yang umurnya masih muda sehingga

pelepah daunnya belum terlalu lebat. Pada tanaman yang daunnya mulai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

48

lebat, petani mengikat tanaman salak agar pelepahnya tidak menghalangi

sinar matahari menuju ke tanaman yang ditanam di sela tanaman salak. petani

berharap dengan melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai akan

membantu pemulihan tanaman salak karena tanaman salak juga akan

memperoleh nutrisi dari pemupukan yang dilakukan pada tanaman cabai atau

tanaman lainnya yang ditanam disela-sela tanaman salak. Tanaman yang juga

ditanam disela-sela tanaman salak antara lain tanaman kacang panjang, pare,

bunga kol, tembakau, tomat, ketela pohon, buncis, dan sebagainya.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai memiliki potensi hasil yang

cukup bagus. Berdasarkana data PPL tahun 2007, tanaman salak memiliki

potensi hasil 5kg/rumpun/tahun. Berdasarkan wawancara dengan responden

penelitian, setiap luasan 1000m2 lahan salak terdapat ±250 rumpun tanaman

salak. Setiap tahun tanaman salak dapat menghasilkan 1250kg buah salak

dengan harga jual di tingkat petani Rp3000-Rp5000. Tanaman cabai yang

ditanam disela-sela tanaman salak juga memiliki potensi hasil yang cukup

bagus. Tanaman cabai yang banyak ditanam adalah varietas Gorga. Jarak

tanaman salak yang cukup lebar yaitu 2x2m, memungkinkan dibuat guludan

untuk ditanami tanaman sela. Setiap luasan 1000m2 lahan salak, dapat

ditanami cabai sampai dengan 1000 tanaman. Dalam satu musim tanam,

tanaman cabai dapat dipanen sampai dengan 15 kali panen dengan produksi

rata-rata 50 kg. Jadi selama satu musim tanam dapat menghasilkan sampai

dengan 750 kg cabai. Harga jual cabai dipasaran sangat fluktuatif. Harga jual

ini sangat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh petani.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Identitas responden merupakan hal yang dapat menunjukkan keadaan

responden secara umum. Identitas responden dalam penelitian ini terdiri dari

jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, dan banyaknya ragam jenis tanaman

yang dibudidayakan oleh responden.

1. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin menunjukkan kemampuan fisik dalam berusahatani.

Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemampuan

memimpin dan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan termasuk

dalam kegiatan usahatani. Jenis kelamin responden dapat dilihat pada

tabel:

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden Frekuensi (orang) Presentase (%) Laki-laki 29 72,5 Perempuan 11 27,5

Total 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 72,5%

atau 29 responden berjenis kelamin laki-laki dan 27,5 % atau 11 responden

berjenis kelamin perempuan. Responden yang berjenis kelamin laki-laki

jumlahnya lebih besar daripada responden perempuan karena dalam

kegiatan pertanian, laki-laki memiliki peran yang lebih besar daripada

perempuan. Pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki juga lebih berat

daripada perempuan. Pada umumnya pekerjaan yang dilakukan oleh laki-

laki adalah pengolahan lahan dan pengendalian hama atau penyakit yang

dilakukan dengan penyemprotan. Pekerjaan usahatani lainnya biasa

dilakukan oleh petani laki-laki maupun perempuan. Sebagian perempuan

memiliki peranan yang besar dari tahap penanaman sampai panen karena

suaminya bekerja disektor non pertanian.

49

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

50

2. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga

responden yang tinggal dalam satu rumah tangga. Adapun jumlah anggota

keluarga responden adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi (orang) Presentase (%) 2 3 7.5 3 8 20.0 4 16 40.0 5 10 25.0 6 2 5.0 7 1 2.5

Total 40 100.0

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki 4 anggota keluarga, yaitu sebanyak 40% atau 16

responden. Sebanyak 25% atau 10 responden memiliki 5 anggota keluarga.

Sebanyak 20% atau 8 orang responden memiliki 3 anggota keluarga.

Sebanyak 7,5% atau 3 orang responden memiliki 2 anggota keluarga.

Sebanyak 5% atau 2 orang responden memiliki 6 anggota keluarga. Serta

sebanyak 2,5% atau 1 orang responden memiliki 7 anggota keluarga.

Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi

perekonomian keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka

kebutuhan dalam keluarga juga akan semakin banyak sehingga biaya yang

diperlukan juga semakin besar. Semakin banyak jumlah anggota keluarga

akan memerlukan pendapatan yang semakin besar untuk mencukupi

kebutuhan keluarga.

3. Jumlah ragam jenis tanaman yang dibudidayakan

Jumlah ragam jenis tanaman yang dibudidayakan adalah

banyaknya jenis tanaman yang ditanam oleh responden pada lahan

pertanian yang digarapnya. Responden dalam penelitian ini adalah petani

salak. Namun selain menanam tanaman salak, sebagian besar responden

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

51

juga membudidayakan tanaman lainnya. Tanaman yang dapat

dibudidayakan di daerah penelitian selain tanaman salak adalah tanaman

padi dan palawija. Adapun jumlah ragam jenis tanaman yang

dibudidayakan oleh responden dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.3 Jumlah ragam tanaman yang dibudidayakan oleh responden

Jumlah ragam tanaman Frekuensi (orang) Presentase (%) 1 3 7.5 2 5 12.5 3 8 20.0 4 14 35.0 5 7 17.5 6 3 7.5

Total 40 100.0

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menanam 4 jenis tanaman, yaitu sebanyak 35% atau 14

responden. Sebanyak 20% atau 8 responden membudidayakan 3 jenis

tanaman. Sebanyak 17,5% atau 7 responden membudidayakan 5 jenis

tanaman. Sebanyak 12,5% atau 5 responden membudidayakan 2 jenis

tanaman. Sebanyak 7,5% atau 3 responden membudidayakan 1 jenis

tanaman dan juga sebanyak 7,5% atau 3 responden membudidayakan 6

jenis tanaman. Tanaman yang banyak ditanam oleh responden adalah

tanaman salak, cabai, kacang panjang, sawi dan tanaman sayuran lainnya.

Tanaman yang ditanam responden sangat beragam. Terdapat pula tanaman

tomat, terung, kol, padi, ubi jalar, ketela pohon, buncis, tembakau, pare,

dan sebagainya.

Keberagaman jenis tanaman yang dibudidayakan oleh petani akan

mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh petani untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberagaman jenis tanaman juga

mengurangi resiko jika terjadi kegagalan panen karena kegagalan panen

salah satu jenis tanaman akan digantikan dengan tanaman yang lainnya.

Sebaliknya jika jenis tanaman yang dibudidayakan semakin sedikit, maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

52

resiko jika terjadi kegagalan panen akan semakin besar. Semakin banyak

ragam jenis tanaman yang dibudidayakan, maka akan semakin besar

pendapatan yang diperoleh meskipun dengan biaya atau modal usahatani

yang lebih besar pula.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

1. Faktor Internal Petani

a. Luas usahatani

Luas usahatani, yaitu luas lahan yang diusahakan petani baik

milik sendiri, menyewa, maupun menyakap yang dinyatakan dalam

hektar (Ha). Luas lahan usahatani responden dapat dilihat dalam tabel

berikut ini :

Tabel 5.4 Luas Usahatani Responden

Kriteria Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

<0,25 Ha Sangat sempit 20 50.0 0,25-0,49 Ha Sempit 7 17.5 >0,5 Ha Sedang 13 32.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki lahan usahatani dengan luasan kurang dari 2500m2

atau tergolong dalam katagori sangat sempit yaitu sebanyak 50% atau

20 responden. Jumlah responden yang memiliki lahan usahatani dalam

kategori sedang sebanyak 17,5% atau 7 responden. Responden yang

memiliki luas lahan dalam kategori luas sebanyak 32,5% atau 13

responden.

Lahan usahatani yang terluas yang dimiliki responden adalah

8000 m2 sedangkan yang tersempit adalah 250 m2. Luas lahan rata-rata

yang dimiliki oleh responden adalah 3350 m2. Lahan usahatani di

daerah penelitian sebagian besar merupakan lahan pertanaman salak.

Selain digunakan untuk pertanaman salak, lahan usahatani digunakan

untuk pertanaman padi pada musim penghujan dan pada musim

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

53

kemarau digunakan untuk bertanam palawija seperti jagung, cabai,

kacang panjang, dan sebagainya. Luasan lahan usahatani dapat

menunjukkan tingkat perekonomian keluarga. Lahan usahatani yang

luas biasanya dimiliki oleh petani yang memiliki perekonomian yang

baik.

b. Tingkat pendapatan

Pendapatan, yaitu tingkat pendapatan petani dari hasil usahatani

dan non usahatani dalam satu tahun yang digunakan untuk mencukupi

kebutuhan keluarga. Besarnya pendapatan responden per kapita per

tahun dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.5 Besarnya pendapatan responden perkapita per tahun

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

< Rp 1.440.000,- Rendah 7 17.5 Rp 1.440.000-Rp 1.920.000 Sedang 10 25.0 > Rp 1.920.000,- Tinggi 23 57.5

Total 7 17.5

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa besarnya

pendapatan responden per kapita per tahun pada kategori tinggi yaitu

lebih dari Rp 1.920.000,- per kapita per tahun. Banyaknya responden

yang berada pada kategori tinggi adalah 57,5% atau 23 responden.

Pendapatan perkapita pertahun tertinggi adalah senilai Rp 6.326.000,-

dan pendapatan terendah adalah Rp 1.072.200,-. Pendapatan rata-rata

petani responden adalah Rp 2.739.441,-.

Pendapatan petani dihitung dari total penerimaan usahatani

dikurangi biaya usahatani. Penerimaan usahatani dihitung dengan

mengalikan produksi untuk tiap-tiap jenis usahatani dengan harga tiap-

tiap jenis pula. Pendapatan usahatani responden berasal dari kegiatan

usahatani responden sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung

Merapi selama kurun waktu satu tahun. Pendapatan responden selain

berasal dari usahatani juga berasal dari non usahatani. Pendapatan non

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

54

usahatani merupakan total pendapatan yang diperoleh dari sektor non

pertanian selama kurun waktu satu tahun. Sebagian besar responden

penelitian ini memiliki pendapatan dari sektor non usahatani.

Pendapatan tersebut sangat menunjang untuk pemenuhan kebutuhan

sehari-hari. Pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan input

usahatani untuk menaikkan output dari usahataninya.

c. Pendidikan formal

Tingkat pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan formal/

sekolah yang telah ditempuh oleh petani yang berdasarkan ijazah

terakhir yang dimiliki. Tingkat pendidikan formal responden dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.6 Pendidikan Formal Responden

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

Tidak tamat SD- tamat SD/ sederajad

Rendah 17 42.5

SMP-SMA/ sederajad Sedang 19 47.5 Akademi/ D3/ Sarjana Tinggi 4 10.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar

respoden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori sedang, yaitu

lulusan SMP atau SMA sederajad. Responden yang memiliki tingkat

pendidikan formal dalam kategori sedang sebanyak 47,5% atau 19

responden. Banyaknya responden yang memiliki pendidikan dalam

kategori rendah (tidak tamat SD-tamat SD sederajad) tidak jauh

berbeda dengan responden yang berpendidikan sedang, yaitu sebanyak

42,5% atau 17 responden. Responden yang memiliki pendidikan tinggi

(lulusan Akademi/ D3/ Sarjana) sebanyak 10% atau 4 responden.

Pendidikan terendah responden adalah sampai kelas 5 Sekolah Dasar,

sedangkan pendidikan tertinggi responden adalah lulusan S-2.

Banyaknya responden yang berpendidikan dalam kategori

sedang menunjukkan keadaan ekonomi responden yang sudah cukup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

55

baik. Selain itu, kesadaran akan pentingnya pendidikan formal juga

cukup baik. Tingkat pendidikan formal juga sangat didukung oleh

ketersediaan sarana pendidikan.

d. Pendidikan non Formal

Tingkat pendidikan non formal, yaitu tingkat pendidikan di luar

sekolah atau selain pendidikan formal yang telah ditempuh dalam

kurun waktu satu tahun terakir, diukur dengan menghitung frekuensi

petani mengikuti kegiatan penyuluhan. Frekuansi kegiatan penyuluhan

yang diikuti oleh responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.7 Pendidikan non Formal Responden

Kriteria Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

≤ 3 kali Rendah 21 52.5 4-7 kali Sedang 6 15.0 ≥8 kali Tinggi 13 32.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan non formal dalam kategori

rendah, yaitu frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan yang kurang

dari 4 kali dalam setahun. Responden yang berada dalam kategori

rendah sebanyak 52,5% atau 21 responden. Responden yang berada

dalam kategori sedang atau frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan

sebanyak 4-7 kali adalah 15% atau 6 responden. Responden yang

berada dalam kategori tinggi atau frekuensi mengikuti kegiatan

penyuluhan lebih dari 8 kali adalah 32,5% atau 13 responden.

Beberapa orang responden tidak pernah mengikuti kegiatan

penyuluhan pertanian. Frekuensi tertinggi dalam kegiatan penyuluhan

adalah 8 kali.

Kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Mranggen dilakukan

rutin setiap bulan di balai desa. Materi yang diberikan dalam kegiatan

penyuluhan terkait dengan masalah-masalah usahatani yang dihadapi

oleh petani. Kegiatan penyuluhan tidak diikuti oleh seluruh petani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

56

namun hanya beberapa orang saja yang merupakan perwakilan dari

dusun tempat meraka tinggal. Kegiatan penyuluhan sempat terhenti

selama 2 bulan ketika terjadi erupsi Gunung Merapi. Selama satu

tahun terakhir, kegiatan penyuluhan diadakan sebanyak 10 kali.

Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan di bidang

pertanian, maka informasi yang diperoleh akan semakin banyak. Hal

ini akan berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam pengelolaan

usahataninya.

2. Faktor Eksternal Petani

a. Sifat Inovasi

Sifat inovasi, yaitu sifat-sifat yang melekat pada inovasi yang

diukur berdasarkan penilaian petani terhadap sifat inovasi, meliputi

keuntungan relatif (relatif advantages), kompatibilitas (compatibility),

kompleksitas (complexity), triabilitas (triability), dan observabilitas

(observability). Penilaian responden terhadap sifat inovasi secara

umum dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.8 Penilaian Responden terhadap Sifat Inovasi

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

26 –30 Rendah 16 40.0 31 – 36 Sedang 18 45.0 37 – 41 Tinggi 6 15.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap sifat inovasi dalam kategori

sedang, yaitu sebanyak 45% atau 18 responden. Responden menilai

sedang karena menganggap inovasi yang ditawarkan cukup baik untuk

diterapkan dalam usahataninya. Responden yang memberkan penilaian

dalam kategori rendah sebanyak 40% atau 16 responden. Responden

menilai rendah karena menganggap inovasi yang ditawarkan kurang

baik untuk diterapkan dalam usahataninya. Responden yang

memberikan penilaian tinggi sebanyak 15% atau 6 responden.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

57

Responden menilai tinggi karena menganggap inovasi yang

ditawarkan baik untuk diterapkan dalam usahataninya. Penilaian secara

khusus terhadap sifat inovasi terdapat dalam pembahasan berikut:

1) Keuntungan relatif (relatif advantages)

Keuntungan relatif (relatif advantages), yaitu tingkat dimana

tumpangsari tanaman salak dengan cabai merupakan suatu inovasi

yang menguntungkan bagi petani. Penilaian responden terhadap

keuntungan relatif tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9 Penilaian Responden terhadap Keuntungan Relatif

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

4 –5,6 Rendah 12 30.0 5,7–7,3 Sedang 19 47.5 7,4 – 9 Tinggi 9 22.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian terhadap keuntungan relatif meliputi penilaian

petani terhadap produktifitas tumpangsari, ketahanan terhadap

hama dan penyakit, biaya usahatani dan pendapatan yang diperoleh

dari tumpangsari. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa

sebagian besar responden memberikan penilaian terhadap

keuntungan relatif dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 47,5%

atau 19 responden. Responden yang memberkan penilaian dalam

kategori rendah sebanyak 30% atau 12 responden. Responden yang

memberikan penilaian tinggi sebanyak 22,5% atau 9 responden.

Responden memberikan penilaian rendah karena biaya

usahatani yang dikeluarkan cukup besar dan harga panen pada saat

penelitian dilakukan rendah akibatnya pendapatan yang diperoleh

petani tidak terlalu besar. Tanaman cabai memiliki produksi yang

tinggi apabila tidak terserang hama dan penyakit. Tanaman cabai

kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Agar memperoleh

produksi yang tinggi maka perlu dilakukan pemeliharaan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

58

intensif yang memerlukan biaya yang cukup besar. Tanaman cabai

banyak ditanam oleh petani karena tanaman cabai dapat dipanen

sampai 15 kali dalam sekali tanam. Oleh karena itu sebagian besar

responden memberikan penilaian dalam kategori sedang.

Sebagian besar responden menilai produktifitas tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dalam kategori rendah karena tanaman

cabai yang ditanam petani banyak diserang hama dan penyaki

sehingga hasil panen yang diperoleh juga rendah. Tanaman salak,

saat ini tidak dapat berproduksi sehingga petani menilai

produktifitasnya rendah. Sebagian besar responden menilai

ketahanan terhadap hama dan penyakit dalam kategori sedang. Pada

tanaman salak, tidak terdapat hama dan penyakit yang

menimbulkan banyak kerugian bagi petani. Pada tanaman cabai

terdapat hama dan penyakit yang merugikan petani.

Sebagian besar responden menilai biaya usahatani dan

pendapatan usahatani tumpangsari tanaman salak dengan cabai

dalam kategori rendah karena dalam membudidayakan tanaman

cabai diperlukan biaya yang cukup besar sedangkan harga jual pada

saat itu rendah. Harga jual cabai di petani mencapai Rp 3000,-.

Menurut petani, laba akan diperoleh apabila harja jual cabai diatas

Rp 5000,-. Harga jual cabai yang rendah sangat merugikan petani.

2) Kompatibilitas (compatibility)

Kompatibilitas (compatibility), yaitu tingkat keselarasan

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dengan pengalaman

usahatani sebelumnya, kebutuhan petani dan kondisi lingkungan

fisik. Penilaian responden terhadap kompatibilitas tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

59

Tabel 5.10 Penilaian Responden terhadap Kompatibilitas

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

5 – 6,2 Rendah 9 22.5 6,3–7,7 Sedang 8 20.0 7,8 – 9 Tinggi 23 57.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap kompatibilitas dalam

kategori tinggi, yaitu sebanyak 57,5% atau 23 responden.

Responden yang memberkan penilaian dalam kategori rendah

sebanyak 22,5% atau 9 responden. Responden yang memberikan

penilaian sedang sebanyak 20% atau 8 responden.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai memiliki

kompatibilas yang tinggi karena dinilai selaras dengan pengalaman

usahatani yang sebelumnya, kebutuhan petani dan kondisi

lingkungan fisik. Petani pernah membudidayakan tanaman salak

dan tanaman cabai secara terpisah. Selaras dengan kebutuhan

kerena usia panen tanaman cabai tidak terlalu lama dan dapat

dipanen sampai 15 kali sehingga dapat menjadi sumber pendapatan

petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika tanaman salak

belum dapat berproduksi. Selaras dengan kondisi lingkungan fisik

karena Desa Mranggen berada di lereng Gunung Merapi sehingga

memiliki tanah yang subur. Kondisi iklim di daerah tersebut juga

mendukung untuk kegiatan pertanian.

3) Kompleksitas (complexity)

Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kemudahan

tumpangsari tanaman salak dengan cabai untuk diterapkan dalam

kegiatan usahatani. Penerapan tersebut dilakukan melalui

saptausahatani. Penilaian responden terhadap kompleksitas

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel

berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

60

Tabel 5.11 Penilaian Responden terhadap Kompleksitas

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

10 –12 Rendah 13 32.5 13-15 Sedang 17 42.5 16–18 Tinggi 10 25.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian terhadap kompeksitas meliputi pembibitan,

pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian OPT,

panen dan pasca panen. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa

sebagian besar responden memberikan penilaian terhadap

kompleksitas dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 42,5% atau 17

responden. Responden yang memberkan penilaian dalam kategori

rendah sebanyak 32,5% atau 13 responden. Responden yang

memberikan penilaian tinggi sebanyak 25% atau 10 responden.

Sebagian besar responden menilai pembibitan tanaman cabai

mudah dilakukan karena tidak memerlukan proses yang rumit.

Namun, untuk mendapatkan bibit yang produksinya tinggi,

sebagian petani memilih untuk membeli bibit daripada

membibitkan sendiri. Hasil dari pembibitan sendiri biasanya

produksinya lebih rendah dari indukannya karena petani kurang

telaten untuk memilih benih yang bagus.

Sebagian besar responeden menilai pengolahan lahan dalam

kategori sedang. Pengolahan lahan memerlukan banyak tenaga dan

waktu. Pengolahan lahan biasanya tidak dilakukan sendiri oleh

petani tetapi dengan memperkerjakan buruh tani. Pada tahap

pengolahan lahan juga dilakukan pemupukan dasar dan

pemasangan mulsa. Hambatan yang ditemui petani pada tahap

pengolahan lahan adalah pada saat membersihkan lahan dari

pelepah-pelepah daun salak yang telah ditebang karena pelepah-

pelepah salak tersebut memiliki duri yang tajam. Petani harus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

61

berhati-hati pada saat membersihkan lahan dari pelepah tanaman

salak yang ditebang agar tidak terkena duri pada pelepah tersebut.

Sebagian besar responden menilai penanaman tanaman cabai

yang ditumpangsari pada tanaman salak mudah dilakukan.

Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan bibit cabai pada

lubang tanam yang telah dibuat kemudian ditutup dengan tanah.

Setelah itu, bibit yang baru ditanam disiram air. Sebagian besar

responden tidak mengalami kesulitan pada tahap penanaman.

Sebagian besar responden menilai pemeliharaan tanaman

cabai yang ditumpangsari pada tanaman salak dalam kategori

sedang. Pemeliharaan yang dilakukan petani adalah dengan

pemasangan ajir, pengikatan batang tanaman pada ajir, penyiraman

dan pemangkasan apabila diperlukan. Hambatan yang sering

dihadapi petani adalah kurangnya ketersediaan air untuk

penyiraman tanaman karena mata air yang ada mengalami

kekeringan. Petani yang mengalami kekurangan ketersediaan air

harus mengambil air dari sumber air yang letaknya lebih jauh.

Sebagian besar responden menilai pengendalian OPT

(organisme pengganggu tanaman) cabai yang ditumpangsari pada

tanaman salak dalam kategori sedang. Pengandalian OPT yang

dilakukan oleh responden adalah dengan penyemprotan pestisida.

OPT yang banyak menyerang tanaman adalah thrip, ulat, pathek

dan keriting daun. OPT yang paling merugikan bagi petani adalah

pathek karena buah cabai yang terkena pathek tidak laku dijual.

Petani belum dapat mengatasi derangan pathek pada tanaman

cabainya.

Sebagian besar responden menilai panen dan pasca panen

tanaman cabai yang ditumpangsari pada tanaman salak mudah.

Panen dilakukan setidaknya tiga hari sampai satu minggu sekali.

Tanaman cabai yang mendapat pemeliharaan baik, dapat dipanen

sampai 15 kali dalam satu musim tanam. Cabai yang dipanen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

62

adalah cabai yang sudah berwarna merah kerana harga jualnya

lebih tinggi daripada cabai yang masih berwarna hijau. Petani tidak

melakukan pengolahan pasca panen pada cabai. Cabai yang telah

dipanen dijual dalam keadaan segar.

4) Triabilitas (triability)

Triabilitas (triability), yaitu tingkatan dapat dicobanya

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dalam skala kecil.

Penilaian responden terhadap triabilitas tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.12 Penilaian Responden terhadap Triabilitas

Kriteria Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

Tidak dapat dicoba Rendah 12 30.0 Kurang dapat dicoba Sedang 13 32.5 Dapat dicoba Tinggi 15 37.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap triabilitas dalam kategori

tinggi, yaitu sebanyak 37,5% atau 15 responden. Responden yang

memberkan penilaian dalam kategori sedang sebanyak 32,5% atau

13 responden. Responden yang memberikan penilaian rendah

sebanyak 30% atau 12 responden.

Sebagian petani mencoba membudidayakan dalam skala

kecil telebih dahulu, apabila pertumbuhan tanamannya bagus,

petani membudidayakan dalam jumlah yang besar. Sebagian petani

tidak membudidayakan dalam skala kecil karena petani

beranggapan kurang efisien waktu dan biaya jika harus mencoba

terlebih dahulu.

5) Observabilitas (observability)

Observabilitas (observability), yaitu tingkatan dapat

diamatinya hasil tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

63

Penilaian responden terhadap observabilitas tumpangsari tanaman

salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.13 Penilaian Responden terhadap Observabilitas

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

Tidak dapat diamati Rendah 1 2.5 Kurang dapat diamati Sedang 13 32.5 Dapat diamati Tinggi 26 65.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap observabilitas dalam

kategori tinggi, yaitu sebanyak 65% atau 26 responden. Responden

yang memberkan penilaian dalam kategori sedang sebanyak 32,5%

atau 13 responden. Responden yang memberikan penilaian rendah

sebanyak 2,5% atau 1 responden.

Sebagian responden menilai pertumbuhan dan perkembangan

serta hasil tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat diamati.

Tanaman cabai yang tumbuh disela-sela tanaman salak terlihat

subur dengan hasil buah yang bagus. Pertumbuhan tanaman terlihat

subur karena petani melakukan pemeliharaan tanaman dengan baik

sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara, air dan cahaya

matahari dapat terpenuhi. Tanaman cabai tumbuh subur disela-sela

tanaman salak yang belum terlalu tua. Responden menilai

pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tumpangsari tanaman

salak dengan cabai kurang dapat diamati karena pertumbuhan dan

perkembangan tanaman tampak kurang bagus, daun tanaman cabai

banyak yang terkena keriting daun sehingga pertumbuhannya

terhambat. Responden menilai pertumbuhan dan perkembangan

serta hasil tumpangsari tanaman salak dengan cabai tidak dapat

diamati karena tanaman cabai tidak tumbuh dengan baik akibat

kurangnya pemeliharaan tanaman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

64

b. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi, yaitu keberadaan kekuatan ekonomi

dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan. Penilaian responden terhadap lingkungan ekonomi secara

umum dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.14 Penilaian Responden terhadap Lingkungan Ekonomi

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

12 –13 Rendah 5 12.5 14 – 16 Sedang 31 77.5 17 – 18 Tinggi 4 10.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian kondisi lingkungan ekonomi meliputi kredit usahatani,

penyedia saprodi dan jaminan pasar. Berdasarkan tabel tersebut

diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan penilaian

terhadap lingkungan ekonomi dalam kategori sedang, yaitu sebanyak

77,5% atau 31 responden. Responden menilai sedang karena

menganggap lingkungan ekonomi yang ada cukup mendukung dalam

kegiatan usahatani. Responden yang memberkan penilaian dalam

kategori rendah sebanyak 12,5% atau 5 responden. Responden menilai

rendah karena menganggap lingkungan ekonomi yang ada tidak

mendukung dalam kegiatan usahatani. Responden yang memberikan

penilaian tinggi sebanyak 10% atau 4 responden. Responden menilai

sedang karena menganggap lingkungan ekonomi sangat mendukung

dalam kegiatan usahatani. Penilaian secara khusus terhadap lingkungan

ekonomi terdapat dalam pembahasan berikut:

1) Kredit Usahatani

Kredit usahatani, yaitu tersedianya sarana untuk

mendapatkan modal pada masa sekarang untuk dikembalikan di

kemudian hari. Penilaian responden terhadap kredit usahatani dapat

dilihat pada tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

65

Tabel 5.15 Penilaian Responden terhadap kredit usahatani

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

2 – 3,2 Rendah 6 15.0 3,3 – 4,7 Sedang 19 47.5 4,8 – 6 Tinggi 15 37.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian terhadap kredit usahatani meliputi jumlah sumber

kredit usahatani dan kemudahan persyaratan untuk mengakses

kredit. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap kredit usahatani dalam

kategori sedang, yaitu sebanyak 47,5% atau 19 responden.

Responden yang memberkan penilaian dalam kategori tinggi

sebanyak 37,5% atau 15 responden. Responden yang memberikan

penilaian rendah sebanyak 15% atau 6 responden.

Sebagian besar responden menyatakan jumlah sumber kredit

usahatani yang diketahui dalam kategori sedang, yaitu berjumlah 2-

3 sumber kredit. Sumber kredit yang banyak diketahui oleh petani

adalah lembaga perkreditan desa yang disebut Usaha Ekonomi

Desa - Simpan Pinjam (UED-SP) Surya Buana yang terdapat di

Desa Mranggen, Bank BRI yang terdapat di kecamatan dan dana

PNPM. Selain itu, terdapat juga dusun yang memiliki usaha simpan

pinjam yang dikelola oleh dusun tersebut dan terdapat koperasi

yang kurang berfungsi dengan baik.

Sebagian besar responden menyatakan persyaratan

memperoleh kredit usahatani dalam kategori tinggi, yaitu

persyaratannya mudah dipenuhi oleh petani. Persyaratan untuk

melakukan simpan pinjam di UED, PNPM, dan koperasi adalah

dengan menggunakan foto copy kartu keluarga (KK) dan kartu

tanda penduduk (KTP) suami istri. Persyaratan untuk peminjaman

di Bank adalah dengan menggunakanfoto copy KTP dan KK serta

jaminan yang dpat berupa sertifikat kepemilikan tanah atau BPKB.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

66

Di Desa Mranggen terdapat beberapa sumber kredit yang

dapat dimanfaatkan oleh petani dan persyaratannya juga mudah

dipenuhi oleh petani, namun petani jarang yang memanfaatkan

keberadaan sumber kredit tersebut. Petani beranggapan melakukan

pinjaman memiliki resiko yang tinggi untuk pengembalian

pinjaman tersebut. Petani memiliki kekhawatiran ketika jatuh

tempo peminjaman, harga panen sedang rendah ataupun petani

mengalami gagal panen sehingga tidah dapat membayar pinjaman

tersebut. Petani lebih memilih menggunakan modal seadanya untuk

keperluan usahataninya maupun untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

2) Penyedia saprodi

Penyedia saprodi, yaitu tersedianya input produksi (benih,

pupuk dan pestisida) yang dapat mendukung tumpangsari tanaman

salak dengan cabai. Penilaian responden terhadap penyedia saprodi

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.16 Penilaian Responden terhadap penyedia saprodi

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

5 – 6,2 Rendah 10 25.0 6,3-7,7 Sedang 24 60.0 7,7 – 9 Tinggi 6 15.0

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian terhadap penyedia saprodi meliputi sumber input

usahatani, waktu ketersediaan input dan jumlah input usahatani.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap penyedia saprodi dalam

kategori sedang, yaitu sebanyak 60% atau 24 responden.

Responden yang memberkan penilaian dalam kategori rendah

sebanyak 25% atau 10 responden. Responden yang memberikan

penilaian rendah sebanyak 15% atau 6 responden.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

67

Sebagian besar responden menyatakan sumber input

usahatani yang banyak dimanfaatkan oleh petani dalam kategori

rendah, yaitu setidaknya terdapat satu sumber input. Sumber input

tersebut adalah berasal dari kios saprodi atau yang biasa disebut

dengan toko pertanian. Sumber input yang lainnya adalah pedagang

keliling, KUD, pasar dan terdapat juga kelompok tani yang

menyediakan input usahatani.

Sebagian besar responden menyatakan waktu ketersediaan

dan jumlah input usahatani dalam kategori tinggi, yaitu input

usahatani telah tersedia lebih dari 2 minggu sebelum masa tanam

dan dalam jumlah yang mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan

usahatani. Input usahatani yang dibutuhkan oleh petani selalu

tersedia di kios saprodi sehingga kapanpun petani membutuhkan

input tersebut, petani bisa mendapatkannya. Jumlah input juga

mencukupi sehingga petani tidak mengalami kekurangan input

usahatani.

3) Jaminan pasar

Jaminan pasar, yaitu tersedianya hal-hal yang dapat

menjamin pemasaran hasil tumpangsari tanaman salak dengan

cabai. Penilaian responden terhadap jaminan pasar dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 5.17 Penilaian Responden terhadap jaminan pasar

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

3 – 3,6 Rendah 8 20.0 3,7-4,3 Sedang 25 62.5 4,2 - 5 Tinggi 7 17.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Penilaian terhadap penyedia saprodi meliputi keberadaan

jaminan pembelian, jaminan harga dan sistem pembayaran.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan penilaian terhadap jaminan pasar dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

68

kategori sedang, yaitu sebanyak 62,5% atau 25 responden.

Responden yang memberkan penilaian dalam kategori rendah

sebanyak 20% atau 8 responden. Responden yang memberikan

penilaian rendah sebanyak 17,5% atau 7 responden.

Sebagian besar responden menyatakan keberadaan jaminan

pembelian dan jaminan harga dalam kategori rendah, yaitu tidak

adanya jaminan pembelian dan tidak adanya jaminan harga. Hasil

panen petani biasanya dijual kepada pedagang pengumpul.

Terdapat beberapa pedagang pengumpul yang biasa mendatangi

petani untuk membeli hasil panen. Sebagian petani memilih

menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul yang

menawarkan harga tinggi, meskipun terdapat juga petani yang

menjual hasil panennya kepada pedagang yang sudah menjadi

langganan petani tersebut. Namun terdapat juga petani yang

memilih mendatangi pedagang pengumpul agar mendapat harga

jual yang lebih tinggi. Harga jual hasil panen berubah-ubah sesuai

dengan harga di pasaran. Ketika sedang panen raya, harga jual akan

turun sehingga petani tidak mendapatkan banyak keuntungan.

Sebagian besar responden menyatakan sistem pembayaran

dalam kategori sedang, yaitu pembayaran dilakukan pada saat

panen. Pada saat panen, petani akan didatangi oleh pedagang

pengumpul. Pedagang pengumpul tersebut membeli hasil panen

petani dan langsung melakukan pembayaran pada saat itu juga.

C. Proses keputusan petani

1. Pengenalan

Pengenalan, yaitu tahapan petani mengetahui adanya inovasi dan

mengetahui bagaimana inovasi itu berfungsi. Pengenalan diukur

berdasarkan kesadaran/pengetahuan petani tentang adanya tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dan teknik tumpangsari tanaman salak dengan

cabai. Tingkat pengenalan petani terhadap tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

69

Tabel 5.18 Tingkat pengenalan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

2 – 3,2 Rendah 6 15.0 3,3 – 4,7 Sedang 7 17.5 4,8 – 6 Tinggi 27 67.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada tahap pengenalan berada pada kategori tinggi yaitu

responden mengetahui adanya inovasi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai dan mengetahui teknik tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Responden yang pada tahap pengenalan berada pada kategori tinggi

sebanyak 67,5% atau 27 responden. Responden yang berada pada kategori

sedang sebanyak 17,5% atau 7 responden. Responden yang berada pada

kategori rendah sebanyak 15% atau 6 responden.

Pada tahap pengenalan, responden banyak yang telah mengetahui

adanya inovasi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dan mengetahui

teknik tumpangsari tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Sistem

tumpangsari merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan

penghasilan ketika tanaman salak belum dapat berproduksi dan pelepah

tanaman salak belum tumbuh secara normal. Sebagian petani menganal

inovasi tersebut dari penyuluh yang disampaikan kepada perangkat desa,

kemudian tersebar antar penduduk desa. Sebagian petani menggagas

sendiri untuk melakukan tumpangsari karena tertarik untuk memanfaatkan

lahan di sela-sela tanaman salak. Petani mengetahui teknik tumpangsari

karena sebagian petani pernah menanam tanaman cabai yang

ditumpangsari dengan tanaman sayuran lainnya.

2. Persuasi

Persuasi, yaitu ketika petani membentuk sikap berkenaan atau tidak

berkenaan terhadap inovasi tersebut. Tahap persuasi diukur berdasarkan

aktivitas petani dalam mencari informasi mengenai tumpangsari tanaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

70

salak dengan cabai dan penilaian petani terhadap tumpangsari tanaman

salak dengan cabai. Tingkat persuasi petani terhadap tumpangsari tanaman

salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.19 Tingkat persuasi petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

2 – 3,2 Rendah 14 35.0 3,3 – 4,7 Sedang 9 22.5 4,8 – 6 Tinggi 17 42.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada tahap persuasi berada pada kategori tinggi yaitu responden

tertarik untuk melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Responden yang pada tahap persuasi berada pada kategori tinggi sebanyak

42,5% atau 12 responden. Responden yang berada pada kategori rendah

sebanyak 35% atau 14 responden. Responden yang berada pada kategori

sedang sebanyak 22,5% atau 9 responden.

Pada tahap persuasi, sebagian besar responden tidak melakukan

pencarian informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Responden merasa melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai

atas inisiatif mereka sendiri. Responden melihat orang disekitarnya

melakukan tumpangsari, kemudian mereka menirukan melakukan

tumpangsari tanaman cabai di sela-sela tanaman salak. Sebagian lainnya

melakukan pencarian informasi dengan bertanya kepada tetangga maupun

kepada perangkat desa.

Meskipun sebagian besar responden tidak melakukan pencarian

informasi, tetapi banyak yang tertarik untuk melakukan tumpangsari

tanaman salak dengan cabai. Petani tertarik karena petani menilai

tumpangsari tanaman salak dengan cabai memberikan keuntungan relatif,

cocok dengan kondisi setempat, mudah diterapkan, dapat dicoba dan

hasilnya mudah diamati. Selain itu, dengan melakukan tumpangsari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

71

tanaman salak dengan cabai dapat menambah penghasilan petani dan

petani merasa sayang jika lahan kosong di sela-sela tanaman salak tidak

dimanfaatkan untuk ditanami.

3. Keputusan

Keputusan, yaitu ketika petani melakukan tindakan menerima atau

menolak inovasi. Keputusan petani terhadap tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.20 Tingkat keputusan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

Petani tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Rendah 17 42,5

Petani merencanakan akan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya

Sedang 2 5

Petani mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tinggi 21 52,5

Total 40 100

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada tahap keputusan berada pada kategori tinggi yaitu

responden mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Responden yang pada tahap keputusan berada pada kategori tinggi

sebanyak 52,5% atau 21 responden. Responden yang berada pada kategori

rendah atau tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

sebanyak 42,5% atau 17 responden. Responden yang berada pada kategori

sedang atau yang merencanakan akan mengadopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya sebanyak 5% atau 2

responden.

Responden tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai karena responden tidak memiliki banyak waktu dan biaya untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

72

melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Responden juga

memiliki sumber penghasilan lain yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Selain itu, responden beranggapan bahwa tanaman

yang ditumpangsarikan pada tanaman salak tidak akan tumbuh subur

karena perakaran tanaman salak telah memenuhi lahan petani. Responden

merencanakan akan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

pada musim tanam berikutnya karena memiliki hambatan keterbatasan

waktu dan biaya usahatani pada saat musim tanam pertama. Pada musim

tanam pertama, petani menanam tanaman yang berumur pendek sehingga

bisa cepat dipanen. Tanaman yang ditanam adalah tanaman sawi dan

bunga kol.

Responden mengadopsi tumpangsari salak dan cabai karena

menilai dapat memberikan keuntungan relatif, cocok dengan kondisi

setempat, mudah diterapkan, dapat dicoba dan hasilnya mudah diamati.

Selain itu, dengan melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai

dapat menambah penghasilan petani dan petani merasa sayang jika lahan

kosong di sela-sela tanaman salak tidak dimanfaatkan untuk ditanami.

Selain itu, petani berharap ketika panen cabai harga dipasaran tinggi.

4. Konfirmasi

Konfirmasi, yaitu ketika petani mencari penguatan atas keputusan

inovasi yang telah dibuatnya. Tahap konfirmasi diukur berdasarkan

aktivitas pencarian informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan

cabai untuk menguatkan keputusan yang telah dibuat dan kesediaan untuk

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Konfirmasi petani

terhadap tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel

berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

73

Tabel 5.21 Tingkat konfirmasi petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

2 – 3,2 Rendah 20 50.0 3,3 – 4,7 Sedang 11 27.5 4,8 – 6 Tinggi 9 22.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pada tahap konfirmasi berada pada kategori rendah yaitu

responden tidak melakukan pencarian informasi dan tidak melakukan

tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya.

Responden yang pada tahap konfirmasi berada pada kategori rendah

sebanyak 50% atau 20 responden. Responden yang berada pada kategori

sedang sebanyak 27,5% atau 11 responden. Responden yang berada pada

kategori tinggi sebanyak 22,5% atau 9 responden.

Aktifitas pencarian kembali informasi untuk menguatkan keputusan

melakukan tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 5.22 Aktifitas pencarian kembali informasi untuk menguatkan keputusan adopsi

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

Petani tidak mencari informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Rendah 29 72.5

Petani mendapat informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Sedang 4 10.0

Petani aktif mencari informasi untuk menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tinggi 7 17.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

74

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berada pada kategori rendah yaitu responden tidak melakukan

pencarian informasi mengenai tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Responden yang pada tahap konfirmasi berada pada kategori rendah

sebanyak 72,5% atau 29 responden. Responden yang berada pada kategori

rendah sebanyak 17,5% atau 7 responden. Responden yang berada pada

kategori sedang sebanyak 10% atau 4 responden.

Petani tidak mencari informasi untuk menguatkan keputusan

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai karena petani

merasa dalam pengambilan keputusan tidak ingin dipengaruhi oleh orang

lain. Petani beranggapan keputusan petani lainnya belum tentu dapat

diterapkan pada usahataninya. Petani mengambil keputusan berdasarkan

apa yang dilihat dan diamati serta telah dilakukan pada usahataninya.

Petani yang melakukan pencarian kembali informasi karena petani ingin

membandingkan usahatani yang telah dijalaninya dan usahatani yang

dijalani oleh petani lain untuk mengetahui usahatani manakah yang lebih

menguntungkan.

Kesediaan petani untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai pada musim tanam berikutnya dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 5.23 Kesediaan petani untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya

Kriteria Kategori Frekuensi (orang)

Presentase (%)

Tidak mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Rendah 19 47.5

Mengganti tumpangsari dengan tanaman lainnya

Sedang 2 5.0

Tetap mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

Tinggi 19 47.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

75

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berada pada kategori rendah dan tinggi. Responden yang

berada pada kategori rendah memutuskan untuk tidak mengadopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya.

Responden yang berada pada kategori tinggi yaitu responden yang

memutuskan untuk tetap mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai pada musim tanam berikutnya. Responden yang pada tahap

konfirmasi berada pada kategori rendah sebanyak 47,5% atau 19

responden. Responden yang berada pada kategori tinggi juga sebanyak

47,5% atau 19 responden. Responden yang berada pada kategori sedang

sebanyak 5% atau 2 responden.

Petani memutuskan untuk tidak mengadopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya karena petani khawatir

jika hasil tanaman cabai pada musim tanam berikutnya tidak bagus. Hal

tersebut disebabkan pelepah tanaman salak yang mulai bersemi akan

mengurangi intensitas cahaya matahari yang sampai ke tanaman cabai.

Namun disisi lain, meskipun pelepah tanaman salak telah mulai bersemi,

tanaman salak belum dapat berproduksi dalam waktu dekat.

Petani yang memutuskan untuk tetap mengadopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya karena petani

masih memerlukan tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-harinya. Petani yang tetap mengadopsi ini adalah petani yang

memiliki tanaman salak yang belum terlalu besar sehingga pelepah

tanaman salaknya tidak terlalu menutupi lahan disela-selanya. Sebagian

petani mengikat pelepah tanaman salak agar tetap memberikan ruang

untuk pertumbuhan tanaman yang ditanam si sela-sela tanaman salak.

Petani yang memutuskan untuk tetap mengadopsi tumpangsari

namun mengganti dengan tanaman lain karena petani khawatir

pertumbuhan tanaman yang ditanam disela-sela tanaman salak kurang

bagus. Petani mengganti tumpangsari tanaman salak denga tanaman yang

memiliki karakter batang lebih tinggi sehingga dapat mengatasi perebutan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

76

cahaya matahari. Tanaman yang ditanam oleh petani adalah tanaman

papaya dan tanaman ketela pohon. Petani mengganti tumpangsari tanaman

salak dengan tanaman lainnya karena petani berharap dapat menambah

penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

5. Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Proses pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai meliputi tahap pengenalan, tahap persuasi, tahap

keputusan dan tahap konfirmasi. Proses pengambilan keputusan dalam

adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5.24 Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Tanaman Salak dengan Cabai

Kriteria skor Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%)

7 - 11,67 Rendah 14 35.0 11,67- 16,33 Sedang 7 17.5 16,33 - 21 Tinggi 19 47.5

Total 40 100.0

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berada pada kategori tinggi yaitu responden menunjukkan sikap

positif terhadap inovasi yang ada. Responden yang berada pada kategori

tinggi sebanyak 47,5% atau 19 responden. Responden yang berada pada

kategori rendah yaitu responden menunjukkan sikap kurang baik terhadap

inovasi yang ada karena petani khawatir jika inovasi tersebut tidak dapat

diterapkan dalam usahataninya atau memberikan hasil yang kurang baik

jika diterapkan. Responden yang berada pada kategori rendah sebanyak

35% atau 14 responden. Responden yang berada pada kategori sedang

yaitu responden menunjukkan sikap ragu-ragu terhadap inovasi yang ada

karena petani khawatir jika inovasi tersebut tidak dapat diterapkan dalam

usahataninya atau memberikan hasil yang kurang baik jika diterapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

77

Responden yang berada pada kategori sedang sebanyak 17,5% atau 7

responden.

Proses pengambilan keputusan inovasi terdiri dari tahap

pengenalan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. Pada setiap tahap proses

pengambilan keputusan terjadi perubahan jumlah petani dalam setiap

kategorinya. Pada tahap pengenalan, responden yang berada dalam

kategori tinggi sebanyak 27 responden. Pada tahap persuasi, responden

yang berada dalam kategori tinggi menurun menjadi 17 responden. Hal ini

disebabkan petani yang telah mengenal tumpangsari salak dan cabai tidak

berusaha mencari informasi mengenai tumpangsari salak dan cabai.

Meskipun demikian, banyak petani yang tertarik untuk mengadopsi karena

tumpangsari salak dan cabai dinilai memberikan keuntungan relatif, cocok

dengan kondisi setempat, mudah diterapkan, dapat dicoba dan hasilnya

mudah diamati. Selain itu, dengan melakukan tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dapat menambah penghasilan petani dan petani merasa

sayang jika lahan kosong di sela-sela tanaman salak tidak dimanfaatkan

untuk ditanami.

Pada tahap keputusan, responden yang berada dalam kategori

tinggi meningkat menjadi 21 responden. Peningkatan ini terjadi karena

terdapat beberapa petani yang tidak melakukan pencarian informasi namun

memutuskan untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Petani yang tidak melakukan pencarian informasi, membudidayakan

tumpangsari salak dan cabai dengan cara mereka sendiri dan tidak ingin

dipengaruhi oleh orang lain. Petani banyak yang memutuskan untuk

mengadopsi tumpangsari salak dan cabai karena pada saat itu harga cabai

tinggi. Petani berharap ketika panen, harga cabai masih tinggi.

Pada tahap konfirmasi, responden yang berada dalam kategori

tinggi menurun menjadi 9 responden. Penurunan ini terjadi karena

sebanyak 29 responden tidak mencari informasi untuk menguatkan

keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai karena

petani merasa dalam pengambilan keputusan tidak ingin dipengaruhi oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

78

orang lain. Meskipun tidak melakukan pencarian informasi untuk

menguatkan keputusan mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai, petani yang mengkonfirmasi untuk mengadopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai pada musim tanam berikutnya cukup banyak

yaitu sebanyak 19 responden. Jumlah petani yang mengkonfirmasi akan

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam

berikutnya menurun dari jumlah petani yang pada tahap keputusan

memutuskan untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

Hal ini disebabkan karena petani khawatir jika hasil tanaman cabai pada

musim tanam berikutnya tidak bagus.

Pengambilan keputusan dalam tumpangsari tanaman salak dengan

cabai dilakukan berdasarkan keputusan individual petani, dimana individu

yang bersangkutan mengambil peranan dalam proses pengambilan

keputusan. Keputusan yang diambil juga merupakan keputusan opsional

yaitu terlepas dari keputusan yang diambil oleh anggota sistem sosial.

Petani responden telah melalui proses pengambilan keputusan dalam

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dengan tahapan

yang kurang sesuai dengan proses pengambilan keputusan. Tahapan

pengambilan keputusan yang tidak sesuai prosesnya mengakibatkan sulit

untuk memprediksi apakah menolak atau menerima suatu inovasi yang

telah diberikan. Inovasi yang dapat diterima menunjukkan bahwa inovasi

tersebut dapat bermanfaat bagi petani untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

D. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai dengan Proses Pengambilan Keputusan dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai dengan proses pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan

program SPSS 17,0 for windows. Untuk menguji tingkat signifikansi terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

79

nilai yang diperoleh, menggunakan besarnya nilai thitung dan ttabel dengan

tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil analisis hubungan tersebut dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.25 Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai dengan proses pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai

No. Variabel Y (Keputusan)

rs thitung

1 X1 ( Luas Usahatani) -0,101 侨0,626 2 X2 (Tingkat Pendapatan) -0,149 侨0,929 3 X3 (Pendidikan Formal) 0,050 0,309 4 X4 (Pendidikan non Formal) 0,164 1,025 5 X5 (Sifat Inovasi) 0,820* 8,826 6 X5.1 (Keuntungan Relatif) 0,055 0,340 7 X5.2 (Kompatibilias) 0,600* 4,623 8 X5.3 (Kompleksitas) 0,719* 6,377 9 X5.4 (Triabilitas) 0,325* 2,119 10 X5.5 (Observabilitas) 0,557* 4,134 11 X6 (Lingkungan Ekonomi) 0,063 0,389 12 X6.1 (Kredit Usahatani) -0,167 侨1,044 13 X6.2 (Penyedia Saprodi) 0,540* 3,956 14 X6.3 (Jaminan Pasar) -0,207 侨1,304

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2011 Keterangan :

T tabel : 2,031 (α= 0,05)

rs : Korelasi rank Spearman

* : Signifikan pada α=0,05

Berdasarkan tabel 5.27 dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan

hubungan yang signifikan dan tidak signifikan antar variabel. Untuk

mengetahui makna angka-angka hasil analisis diatas dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Hubungan antara Luas Usahatani (X1) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27, dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan keputusan petani

dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

80

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar -0,101 dan t hitung -0,626 lebih kecil

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Petani yang memiliki lahan sempit maupun lahan yang luas

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai untuk

memanfaatkan lahan disela-sela tanaman salak yang belum bisa

berproduksi sehingga dapat menambah penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa luas usahatani tidak

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

2. Hubungan antara Tingkat Pendapatan (X2) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan keputusan

petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar -0,149 dan t hitung -0,929

lebih kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Petani akan berusaha memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya

untuk menambah penghasilan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

dengan menanam tanaman di sela-sela tanaman salak yang belum bisa

berproduksi. Petani mengintensifkan lahan yang mereka miliki agar dapat

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dapat disimpulkan bahwa

pendapatan tidak mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

3. Hubungan antara Pendidikan Formal (X3) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan Tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan keputusan

petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,050 dan t hitung 0,309 lebih

kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

81

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh responden tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak dengan cabai. Pendidikan formal yang ditempuh sebagian

besar responden tidak terkait dengan kegiatan pertanian. Pendidikan

formal pada umumnya tidak diajarkan mengenai hal-hal yang terjkait

dalam bidang pertanian.

4. Hubungan antara Pendidikan non Formal (X4) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan keputusan

petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,164 dan t hitung 0,164 lebih

kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Pendidikan non formal yang berupa kegiatan penyuluhan tidak

diikuti oleh semua petani. Hal ini menyebabkan informasi mengenai suatu

inovasi tidak tersebar secara merata kepada petani. Kegiatan penyuluhan

yang ada, belum bisa membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi

petani. Dapat disimpulkan, pendidikan non formal tidak mempengaruhi

keputusan petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

5. Hubungan antara Sifat Inovasi (X5) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara sifat inovasi dengan keputusan petani yang

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,820 dan t hitung 8,826 lebih besar

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi penilaian petani terhadap sifat inovasi maka

semakin memiliki kecenderungan untuk mengadopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

82

Penilaian terhadap sifat inovasi meliputi keuntungan relatif,

kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas dan observabilitas suatu inovasi.

Petani yang menilai unsur-unsur dari sifat inovasi tersebut baik, akan

mengadopsi inovasi yang ada. Dapat disimpulkan bahwa sifat inovasi

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

6. Hubungan antara Keuntungan Relatif (X5.1) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keuntungan relatif dengan keputusan

petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,055 dan t hitung 0,340 lebih

kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Petani menilai membudidayakan tanaman cabai akan

menguntungkan jika tidak terserang penyakit pathek dan harga jual

panennya tinggi. Pada saat menanam cabai, petani berharap harga jual

ketika panen cabai masih tinggi sehingga banyak petani yang menanam

cabai. Namun, saat panen, harga jual cabai terus merosot sehingga

penilaian petani terhadap keuntungan relatif tanaman cabai yang ditanam

disela-sela tanaman salak menjadi kurang baik. Selain itu, biaya usahatani

tanaman cabai juga tinggi mengakibatkan pendapatan yang diperoleh

petani menjadi rendah. Dapat disimpulkan bahwa keuntungan relatif tidak

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

7. Hubungan antara Kompatibilitas (X5.2) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kompatibilitas dengan keputusan petani yang

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,600 dan t hitung 4,623 lebih besar

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

83

bahwa semakin tinggi penilaian petani terhadap kompatibilitas maka

semakin memiliki kecenderungan untuk mengadopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai. Inovasi yang memiliki kompatibilitas yang tinggi

dengan kondisi lahan, pengalaman usahatani dan kebutuhan akan lebih

mudah diadopsi oleh petani.

Menurut petani, lahan di daerah mereka adalah lahan yang subur,

sehingga baik untuk budidaya tanaman apa saja termasuk tanaman sayuran

seperti cabai. Petani juga telah memiliki pangalaman usahatani sehingga

mereka telah mengerti bagaimana membudidayakan tanaman tanaman

cabai yang ditumpangsari dengan tanaman salak. Petani juga menganggap

tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat untuk memenuhi

kebutuhan karena umur panen tanaman cabai yang tidak terlalu lama dan

dapat dipanen beberapa kali. Dapat disimpulkan bahwa kompatibilitas

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

8. Hubungan antara Kompleksitas (X5.3) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kompleksitas dengan keputusan petani yang

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,719 dan t hitung 6,377 lebih besar

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang signifikan

ini menunjukkan bahwa semakin mudah penerapan tumpangsari tanaman

salak dengan cabai semakin memiliki kecenderungan untuk diadopsi oleh

petani.

Petani menganggap teknis budidaya tanaman cabai yang ditanam di

sela-sela tanaman salak dapat diterapkan dalam usahataninya sehingga

petani mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Inovasi yang

memiliki kompatibilitas yang tinggi atau memiliki kemudahan untuk

diterapkan dalam kegiatan usahatani akan lebih mudah diadopsi oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

84

petani. Dapat disimpulkan bahwa kompleksitas mempengaruhi keputusan

petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

9. Hubungan antara Triabilitas (X5.4) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara triabilitas dengan keputusan petani yang

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,325 dan t hitung 2,119 lebih besar

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. %. Hubungan yang

signifikan ini menunjukkan bahwa inovasi yang dapat dicobakan semakin

memiliki kecenderungan untuk diadopsi oleh petani.

Tumpangsari tanaman salak dengan cabai dapat dicobakan dalam

skala kecil, yaitu dengan menanam dalam jumlah kecil terlebih dahulu.

apabila pertumbuhan tanamannya terlihat bagus, maka petani akan

menanam dalam jumlah yang besar. Dapat disimpulkan bahwa triabilitas

mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

10. Hubungan antara Observabilitas (X5.5) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara observabilitas dengan keputusan petani yang

mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal tersebut

ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,557 dan t hitung 4,134 lebih besar

dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang signifikan

ini menunjukkan bahwa inovasi yang dapat diamati semakin memiliki

kecenderungan untuk diadopsi oleh petani.

Pertumbuhan dan perkembangan tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dapat diamati oleh petani. Pertumbuhan tanaman cabai

disela-sela tanaman salak terlihat bagus, tidak banyak terserang hama.

Dapat disimpulkan bahwa triabilitas mempengaruhi keputusan petani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

85

dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Seperti hanya

yang

11. Hubungan antara Lingkungan Ekonomi (X6) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keberadaan lingkungan ekonomi dengan

keputusan petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,063 dan t hitung

0,389 lebih kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Petani yang mengadopsi maupun yang tidak mengadopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai memiliki penilaian yang hampir

sama terkait kebaradaan lingkungan ekonomi. Keadaan lingkungan

ekonomi sebelum dan sesudah adanya inovasi tidak terdapat perbedaan

sehingga keberadaan lingkungan ekonomi tidak mempengaruhi keputusan

untuk mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

12. Hubungan antara Kredit Usahatani (X6.1) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keberadaan kredit usahatani dengan

keputusan petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar -0,167 dan t hitung

-1,044 lebih kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

Layanan kredit untuk petani selalu tersedia untuk membantu petani

yang mengalami permasalahan perekonomian, namun petani tidak

memanfaatkan keberadaan layanan tersebut. Petani khawatir menanggung

resiko peminjaman kredit. Keberadaan layanan kredit usahatani ini tidak

mempengaruhi keputusan petani dalam tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

86

13. Hubungan antara Penyedia Saprodi (X6.2) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara keberadaan penyedia saprodi dengan keputusan

petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar 0,540 dan t hitung 3,956 lebih

besar dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%. Hubungan yang

signifikan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penilaian terhadap

keberadaan penyedia saprodi semakin memiliki kecenderungan untuk

diadopsi oleh petani.

Salah satu syarat pokok pembangunan pertanian adalah tersedianya

sarana produksi secara lokal. Pembangunan pertanian menghendaki bahan-

bahan dan alat-alat produksi tersedia setempat atau di dekat pedesaan,

dalam jumlah cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang

mau menggunakannya (Mosher, 1978). Penyedia saprodi yang ada di Desa

Mranggen mampu memenuhi kebutuhan petani yang berupa bibit, pupuk

dan pestisida serta alat- alat pertanian lainnya. Penyedia saprodi juga

menyediakan input usahatani dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap

waktu. Keberadaan penyedia saprodi ini sangat mendukung adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai karena mampu mempermudah

pemenuhan kebutuhan usahatani. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan

penyedia saprodi mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi

tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

14. Hubungan antara Jaminan Pasar (X6.3) dengan Keputusan Petani (Y) dalam Adopsi Tumpangsari Tanaman Salak dengan Cabai

Berdasarkan tabel 5.27 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara keberadaan kredit usahatani dengan

keputusan petani yang mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rs sebesar -0,207 dan t hitung

-1,304 lebih kecil dari t tabel 2,031 pada taraf kepercayaan 95%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

87

Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena petani merasa

tidak memiliki jaminan harga atas hasil usahataninya, meskipun petani

tidak mengalami kesulitan untuk penjualan hasil panennya. Keberadaan

jaminan pasar yang ada tidak membantu petani untuk memperoleh harga

yang sesuai. Perubahan harga yang cenderung merosot saat panen sangat

merugikan petani. Keberadaan jaminan pasar ini tidak mempengaruhi

keputusan petani dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji faktor-

faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam adopsi tumpangsari

tanaman salak untuk pemanfaatan lahan sementara untuk pemanfaatan lahan

sementara untuk pemanfaatan lahan sementara dengan cabai di Desa

Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah:

a. Lahan usahatani yang diusahakan oleh sebagian besar petani memiliki

luasan kurang dari 2500m2 atau tergolong dalam kategori sangat

sempit.

b. Tingkat pendapatan perkapita per tahun rata-rata petani responden

adalah Rp 2.739.441,- yang tergolong dalam kategori tinggi.

c. Tingkat pendidikan sebagian besar respoden dalam kategori sedang,

yaitu lulusan SMP atau SMA sederajad.

d. Tingkat pendidikan non formal sebagian besar responden dalam

kategori rendah, yaitu frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan yang

kurang dari empat kali.

e. Penilaian petani terhadap sifat inovasi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dalam kategori sedang karena menganggap inovasi yang

ditawarkan cukup baik untuk diterapkan dalam usahataninya. Penilaian

secara khusus terhadap sifat inovasi :

1) Keuntungan relatif dinilai sebagian besar responden dalam

kategori sedang karena tanaman cabai memiliki produksi yang

tinggi apabila tidak terserang hama dan penyakit, namun biaya

usahatani cukup besar dan pendapatan yang diperoleh rendah

akibat harga jual yang terus menurun.

2) Kompatibilas dinilai sebagian besar responden dalam kategori

tinggi karena selaras dengan pengalaman usahatani sebelumnya

88

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

89

yang pernah membudidayakan tanaman salak dan tanaman cabai

secara terpisah, selaras dengan kebutuhan petani dan selaras

dengan kondisi lingkungan fisik

3) Kompleksitas dinilai sebagian besar responden dalam kategori

sedang karena proses budidaya tanaman yang meliputi pembibitan,

pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian OPT,

panen dan pasca panen sudah biasa dilakukan oleh responden

sehingga hambatan yang dialami dapat diatasi.

4) Triabilitas dinilai sebagian besar responden dalam kategori tinggi

karena dapat dalam skala kecil telebih dahulu.

5) Observabilitas dinilai sebagian besar responden dalam kategori

tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tumpangsari

tanaman salak dengan cabai dapat diamati.

f. Penilaian petani terhadap keberadaan lingkungan ekonomi dalam

kategori sedang karena menilai keberadaan kredit usahatani, penyedia

saprodi, dan jaminan pasar cukup mendukung dalam kegiatan

usahatani.

2. Pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai berada dalam kategori tinggi. Pengambilan keputusan tersebut dapat

dilihat dari:

a. Tahap pengenalan berada pada kategori tinggi yaitu sebagian besar

responden mengetahui adanya inovasi tumpangsari tanaman salak

dengan cabai dan mengetahui teknik tumpangsari tanaman salak

dengan cabai.

b. Tahap persuasi berada pada kategori tinggi yaitu sebagian besar

responden tertarik untuk melakukan tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

c. Tahap keputusan berada pada kategori tinggi yaitu sebagian besar

responden mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan cabai.

d. Tahap konfirmasi berada pada kategori rendah yaitu sebagian besar

responden tidak melakukan pencarian informasi mengenai tumpangsari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id FAKTOR-FAKTOR .../Faktor... · FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI ... Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

90

tanaman salak dengan cabai dan sebagian responden tidak melakukan

tumpangsari tanaman salak dengan cabai pada musim tanam

berikutnya.

3. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani

dengan proses pengambilan keputusan dalam adopsi tumpangsari tanaman

salak dengan cabai:

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara sifat inovasi, kompatibilitas,

kompeksitas, triabilitas, observabilitas dan penyedia saprodi dengan

keputusan petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

b. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara luas usahatani, tingkat

pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, keuntungan

relatif, lingkungan ekonomi, kredit usahatani, dan jaminan pasar dengan

keputusan petani dalam mengadopsi tumpangsari tanaman salak dengan

cabai.

B. Saran

Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya dapat diberikan

saran :

1. Untuk meningkatkan adopsi petani terhadap inovasi, sebaiknya petani

melakukan proses pencarian informasi menganai tumpangsari tanaman

salak dengan cabai untuk pemanfaatan lahan sementara sehingga dapat

diketahui apakah inovasi tersebut dapat diadopsi ataukah tidak.

2. Perlunya dukungan dari pemerintah setempat untuk memberikan informasi

yang terkait tumpangsari tanaman salak dengan cabai untuk pemanfaatan

lahan sementara kepada petani tanaman salak yang terkena dampak erupsi

Gunung Merapi.

3. Perlunya mengoptimalkan keberadaan penyedia saprodi yang ada,

misalnya melalui kelompok tani sehingga lebih memudahkan petani untuk

mengakses penyedia saprodi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user