perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang...

94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM KONSEP DINAMIKA PARTIKEL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Skripsi Oleh : Fita Maftuhah K2307026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM KONSEP

DINAMIKA PARTIKEL SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Skripsi

Oleh :

Fita Maftuhah

K2307026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM KONSEP

DINAMIKA PARTIKEL SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

Oleh :

Fita Maftuhah

K2307026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pada Hari : ………………………....

Tanggal : ………………………...

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Pujayanto, M.Si

NIP. 19650614 199203 1 003

Pembimbing II

Drs. Trustho Raharjo, M.Pd

NIP. 19510823 198103 1 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ……………………….

Tanggal : ……………………….

Tim Penguji Skripsi:

Ketua : Ahmad Fauzi M. Pd ……………

Sekretaris : Elvin Yusliana S. Pd., M. Pd ……………

Anggota I : Drs. Pujayanto, M. Si ……………

Anggota II : Drs. Trustho Raharjo, M. Pd ……………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP 19600727 198702 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Fita Maftuhah. IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM KONSEPDINAMIKA PARTIKEL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2SUKOHARJO. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kepemilikan miskonsepsi

siswa dalam pokok bahasan Dinamika Partikel, dan menjelaskan profil

miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa dalam pokok bahasan Dinamika Partikel.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode expostfacto. Populasi

dalam penelitian yaitu siswa kelas XI SMAN 2 Sukoharjo yang mengambil

jurusan IPA. Teknik pengambilan sampel yang duganakan yaitu teknik purposive

sampling. Sampel dalam penelitian terdiri dari 113 siswa. Data penelitian tentang

miskonsepsi siswa diperoleh dari instrumen penelitian berupa perangkat tes

identifikasi miskonsepsi berbentuk tes objektif dengan alasan sudah ditentukan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif-deskriptif.

Dari hasil tes identifikasi miskonsepsi dapat disimpulkan bahwa siswa

banyak yang mengalami miskonsepsi. Profil miskonsepsi yang dialami siswa dan

besar persentase rata-rata miskonsepsi sebagai berikut: gaya selalu menyebabkan

benda bergerak (30,97%); gerak benda akan mengikuti arah gaya terbesar yang

bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda

(72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam (29,20%); sebuah benda

akan melambat jika tidak ada gaya total yang bekerja pada benda (78,76%);

resultan gaya sebanding dengan kecepatan (52,21%); gaya konstan akan

mempercepat benda, sampai benda menggunakan semua kekuatan dari gaya

tersebut (47,79%); percepatan sebanding dengan perubahan gaya (53,1%);

besarnya gaya normal sama dengan gaya berat (35,84%); persamaan gaya gesek

statis = (91,15%); besarnya gaya gesek statis pada benda yang diam

ketika didorong adalah > (75,67%), arah gaya gesek pada benda yang

ditumpuk berlawanan dengan gaya (52,21%); pada gerak jatuh bebas, benda yang

lebih berat akan jatuh terlebih dahulu (76,99%); gaya berat dan gaya normal

adalah pasangan gaya aksi dan reaksi (72,13%)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Fita Maftuhah. IDENTIFICATION OF THE PARTICLE DYNAMICSCONCEPT STUDENTS MISCONCEPTIONS IN CLASS XI SMA SMANEGERI 2 SUKOHARJO. Skripsi. Surakarta: Faculty of Teacher Training andEducation of Sebelas Maret Surakarta University. July 2011.

The purposes of this research are to identify the ownership of student

misconceptions on the subject of Particle Dynamics, and describes the profile

misconceptions held by students in the subject of Particle Dynamics.

The research method used is expostfacto method. The population research

is the student class XI of SMAN 2 Sukoharjo who majored in science. The sample

techniques interpretation is purposive sample technique. The sample in the

research consisted of 113 students. Research data about students misconceptions

derived from the research instrument in the form of the test device identification

misconceptions shaped by reason of objective tests have been determined. Data

analysis technique used is quantitative-descriptive.

From the test identification of misconceptions results, can be concluded

that the students have many misconceptions. The misconceptions profile

experienced by students and a large percentage of the average misconceptions as

follows: the force always causes object has moved (30.97%); motion will follow

the direction of the largest force acting on the body (39.82%); there should be a

force acting unidirectional motion of objects (72.57%); no forces acting on

stationary objects (29.20%); an object will slow down if there is no total force

acting on the body (78.76%); resultant force is proportional to the speed

(52.21%); constant force will accelerate the object, until the object using all the

power of the force (47.79%); acceleration is proportional to the change force

(53.1%); magnitude of normal force equal to gravity (35, 84%); equation of static

friction is = (91.15%); the magnitude of static friction on a stationary

object when it is driven is > (75.67%); the direction of friction on objects

that are stacked unidirectional with the force (52.21%); in motion free fall, the

heavier object would fall first (76.99%); gravity and normal force is action and

reaction force pairs (72.13%).

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai

(dari satu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan

hanya kepeda Tuhanlah hendaknya kamu berharap." (Q.S. Alam Nasyrah: 6-8 )

"Hidup harus bermanfaat bagi Orang lain". (penulis)

"Hidup itu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jangan jatuh

karena kesalahan dimasa lalu, jangan terlena karena kejayaan dimasa sekarang,

tapi bermimpi dan rencanakan hidup dimasa yang akan datang". (penulis)

"Seribu kawan kurang, satu musuh itu lebih". (Anas Urbaningrum)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Makalah skripsi ini kupersembahkan kepada :

Keluarga Besar Mahrus Alwi

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehinnga

penyusunan skripsi yang berjudul : "IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM

KONSEP DINAMIKA PARTIKEL SISWA SMA KELAS XI SMA NEGERI

2 SUKOHARJO" dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan,

dorongan, dan fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Rini Budiarti, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan

P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. Koordinator skripsi Program Fisika

P.MIPA Universitas Sebelas Maret surakarta yang telah memberikan ijin

untuk menyusun skripsi ini.

5. Bapak Drs. Pujayanto, M.Si dan Drs. Trustho Raharjo, M.Pd. Dosen

pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan

makalah skripsi.

6. Ahmad Syaifudin, yang sudah merelakan waktunya untuk memberi bantuan

kepada saya

7. Warga SMAN 2 Sukoharjo.

8. Sahabat-sahabatku dan teman-teman Fisika angkatan 2007

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari

sempurna. Namun demikian penulis bergarap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….….

HALAMAN PENGAJUAN ………………...………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………

HALAMAN ABSTRAK ………………...………………………………….

HALAMAN MOTTO ………………………………………………………

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL …………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah ………………………………………... 4

C. Pembatasan Masalah ……………………………………….. 5

D. Perumusan Masalah ………………………………………...

E. Tujuan Penelitian ………………………………………....... 5

F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 5

1. Manfaat Teoritis ………………………………………...

2. Manfaat Praktis …………………………………………

BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………… 6

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………... 6

1. Pembelajaran Fisika ……………………………………. 6

a. Teori Belajar ………………………………………..

b. Pengertian Fisika ..………………………………….. 6 8

c. Konsep Fisika ……………………………………….

d. Belajar Konsep …………………………………….. 10

2. Miskonsepsi …………………………………………….

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

x

xiv

xv

xvi

1

1

6

7

7

7

8

8

8

9

9

9

9

11

12

14

16

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

a. Prakonsep …………………………………………...

b. Konsepsi …………………………………………….

c. Miskonsepsi ………………………………………...

1) Pengertian Miskonsepsi ………………………...

2) Sebab-sebab Miskonsepsi ……………………… 10

3) Beberapa fakta mengenai miskonsepsi …………

4) Saran Untuk Mengatasi Miskonsepsi …………... 12

3. Identifikasi Miskonsepsi ………………………………..

a. Alat Identifikasi Miskonsepsi ………………………

1) Peta Konsep …………………………………….

2) Tes Multiple Choice Dengan Reasoning Terbuka

3) Tes Esai Tertulis ………………………………..

4) Wawancara Diagnosis ………………………….

5) Diskusi Dalam Kelas ……………………………

6) Praktikum Dengan Tanya Jawab ………………..

b. Tes Diagnostik Miskonsepsi ………………………..

1) Tes Multiple Choice Dengan Reasoning Terbuka

2) Tes Objektif Dengan Alasan Sudah Ditentukan ..

3) Tes Esai Tertulis ………………………………..

4) Bentuk Tes yang Digunakan Dalam Penelitian ...

4. Dinamika Gerak ………………………………………... 14

a. Hukum I Newton ………………………………….. 14

b. Hukum II Newton …………………………………..

c. Hukum III Newton ………………………………….

d. Terapan Hukum Newton …………………………… 14

1) Gaya Berat Benda ……………………………… 16

2) Perbedaan Massa dan Berat Benda ……………..

3) Gaya Normal ……………………………………

4) Gaya Gesek ……………………………………..

5) Gaya Tekan Orang pada Lift ……………………

B. Penelitian Yang Relavan …………………………………....

16

16

17

17

18

19

20

21

21

21

21

21

22

22

22

23

23

24

24

25

25

25

25

26

28

28

29

30

30

32

33

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Miskonsepsi di Bidang Fisika ………………………….

2. Miskonsepsi Dinamika Partikel ………………………..

C. Kerangka Pemikiran ………………………………………..

D. Pertanyaan Penelitian……………………………………...... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 39 39

A. Jenis dan Desain penelitian ………………………………....

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 39

1. Tempat Penelitian ……………………………………....

2. Waktu Penelitian ………………………………………..

C. Sumber Data ……………………………………………….

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...…………………………..

1. Populasi …………………………………………………

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………………

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….

F. Intrument Penelitian ……………………………………....... 41

1. Intrument Tes …………………………………………..

2. Validitas Instrument …………………………………….

G. Analisis Data ………………………………………………..

1. Tahap Persiapan ………………………………………..

2. Tahap Tabulasi Data ……………………………………

3. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian …

BAB IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………….

A. Deskripsi Data ……………………………………………..

1. Hasil Tes Miskonsepsi ………………………………….

B. Hasil Analisis Data Penelitian ……………………………..

1. Pembahasan Konsep Tiap Kategori Miskonsepsi ………

2. Pembahasan Profil Miskonsepsi Siswa …………………

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………...

A. Kesimpulan …………………………………………………

B. Implikasi …………………………………………………….

C. Saran ………………………………………………………..

33

34

35

37

38

38

38

38

39

39

40

40

40

40

41

41

43

43

44

45

46

48

48

48

52

52

62

73

73

77

78

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

LAMPIRAN ………………………………………………………………...

79

82

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep ………………… 17

Table 2.2 Perbedaan Massa dan Berat Benda ……………………………… 28

Tabel 3.1 Persebaran Materi Instrument Tes Identifikasi Miskonsepsi

Dinamika Partikel ………………………………………………. 43

Tabel 3.1 Contoh Tabel Jumlah dan Persentase Pemahaman Siswa ………. 47

Tabel 3.2 Contoh Tabel Kategori Pemahaman Siswa ……………………… 47

Tabel 3.3 Contoh Tabel Persentase Tiap Miskonsepsi …………………….. 48

Tabel 3.4 Contoh Tabel Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa ..……….. 48

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Derajat Pemahaman Siswa ……………… 49

Tabel 4.2 Persentase Rata-Rata Miskonsepsi Siswa ……………………….. 41

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gaya Aksi dan Reaksi ………………………………………… 27

Gambar 2.2 Uraian Vektor Gaya Normal Balok (a) di atas Lantai, (b) bidang

Miring, (c) bidang tegak vertical ………………………………. 30

Gambar 2.3 Orang di Dalam Lift dengan ( ) = 0 ………………….………. 32

Gambar 2.4 Orang Dalam Lift yang Bergerak Naik dengan Percepatan ( ).. 32

Gambar 2.5 Orang Dalam Lift yang Bergerak Turun dengan Percepatan ( ) 32

Gambar 2.6 Paradigma Penelitian ………………………………………….. 38

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ………… 45

Gambar 4.1 Diagram Balok Tes Identifikasi Miskonsepsi Dinamika Partikel 50

Gambar 4.2 Diagram Persentase Rata-Rata Tiap Kategori Miskonsepsi ….. 52

Gambar 4.3 Lintasan Gerak Benda ………………………………………… 54

Gambar 4.4 Gaya-gaya yang Bekerja Pada Balok …………………………. 54

Gambar 4.5 Diagram Gaya yang Bekerja Pada Batu ………………………. 54

Gambar 4.6 Benda Ditarik Gaya F Membentuk Sudut α ………………….. 59

Gambar 4.6 Benda Ditarik Gaya F ………………………………………… 60

Gambar 4.8 Gaya Gesek Pada Benda yang Ditumpuk …………………….. 61

Gambar 4.9 (a) Gambar Lintasan Salah, (b) Gambar Lintasan yang Benar .. 64

Gambar 4.10 Lintasan benda Parabola ……………………….……………. 65

Gambar 4.11 Lintasan Benda Vertikal ……………………………………. 65

Gambar 4.12 Gaya Gesek Pada Benda yang Ditumpuk .…….……………. 69

Gambar 4.13 Dua Benda yang Ditumpuk ………………….………………. 71

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan …………………………………………..…… 82

Lampiran 2 Soal Tes Identifikasi Miskonsepsi Dinamika Partikel ..………. 83

Lampiran 3 Kunci Jawaban …………………………………………..……. 96

Lampiran 4 Lembar Jawaban ………………………………………………. 97

Lampiran 5 Persebaran Jawaban Siswa …………………………………….. 98

Lampiran 6 Persentase Jawaban Siswa …………………………………….. 106

Lampiran 7 Kategori Miskonsepsi …………………………………………. 108

Lampiran 8 Perhitungan Miskonsepsi Rata-rata Tiap Kategori Miskonsepsi 110

Lampiran 9 Surat Perizinan ………………………………………………… 112

Lampiran 10 Foto-foto Penelitian …………………………………………… 118

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman dan intuisi anak membentuk konsepsi atau teori anak

mengenai alam yang secara konsisten digunakan oleh anak tersebut untuk

menafsirkan peristiwa alam di sekitarnya. Konsepsi anak juga dapat dipandang

sebagai suatu kerangka atau jaringan yang mencerminkan hubungan antara

konsep-konsep dan yang dipakai untuk menafsirkan informasi mengenai alam.

Perlu disadari bahwa kerangka itu bukan sekedar hasil hafalan tetapi hasil

pengalaman dengan alam sepanjang umur hidup. Misalnya, seorang siswa

berumur 15 tahun sudah selama 15 tahun berpengalaman dengan peristiwa-

peristiwa alam di sekitarnya. Selama waktu itu anak sudah membangun konsep-

konsep di dalam kepalanya mengenai kecepatan, gaya, cara manusia melihat, dan

sebagainya, walaupun anak tersebut mungkin tidak menggunakan istilah-istilah itu

dan tidak menyadari apa sedang dibangun dalam kepalanya. Oleh sebab itu,

konsepsi siswa sulit untuk diubah sebab konsepsi tersebut merupakan hasil dari

sekian tahun perkembangan. Setelah menerima pendidikan di sekolah, ternyata

seringkali kerangka konsep yang telah dibangun oleh siswa tersebut menyimpang

dari konsep yang benar. Selanjutnya kerangka konsep siswa yang salah tersebut

akan disebut sebagai miskonsepsi.

Penyebab dari resistennya sebuah miskonsepsi karena setiap orang

membangun pengetahuan persis dengan pengalamannya. Sekali kita telah

membangun pengetahuan yang salah, maka tidak mudah untuk memberi tahu

bahwa hal tersebut salah dengan jalan hanya memberi tahu untuk mengubah

miskonsepsi itu. Terlebih bila miskonsepsi itu dapat membantu memecahkan

persoalan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan

itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan,

tantangan, dan bahan yang dipelajari. Oleh karena siswa sendiri yang

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengkontruksi, dapat saja terjadi siswa telah melakukan konstruksi itu sejak awal

sebelum mereka mendapatkan pelajaran formal tentang bahan tertentu. Mereka

mengonstruksi sendiri hal itu karena pengalaman hidup mereka. Sejumlah

miskonsepsi sangatlah bersifat resistan. Meskipun telah diusahakan untuk

menyangkalnya dengan penalaran yang logis dengan menunjukkan perbedaannya

dengan pengamatan-pengamatan sebenarnya, yang diperoleh dari peragaan dan

percobaan yang dirancang khusus untuk maksud itu. Miskonsepsi dapat meng-

halangi pembelajaran pada tingkatan yang lebih maju, sebab konsepsi-konsepsi itu

berbeda dengan konsepsi-konsepsi yang sebenarnya. Jumlah siswa yang ber-

pegang terus pada miskonsepsi cenderung menurun dengan bertambahnya umur

mereka dan makin tingginya strata pendidikan mereka. Menurut Watson

(Winfred, 2009:50) sudah menjadi fakta bahwa biasanya pelajar (learner) pada

awalnya lebih sering membuat respon yang keliru daripada respon yang benar,

namun hal tersebut tetap pembelajaran respon yang benar. Keterampilan siswa

dalam mengubah-ubah bentuk matematis rumus-rumus yang menyatakan hukum-

hukum fisika dan kelincahan mereka dalam menggunakan rumus untuk me-

mecahkan soal-soal kuantitatif dapat menyembunyikan miskonsepsi mereka

tentang hukum-hukum itu.

Terjadinya miskonsepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) buku

pelajaran, buku pelajaran memegang peranan penting karena buku merupakan

pedoman yang dipakai baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Kesalahan konsep

dalam buku ajar itu sendiri dikarenakan faktor buku tersebut bukan ditulis oleh

seorang ahli di bidangnya, buku yang memuat rumus atau uraian materi yang

salah dapat memicu miskonsepsi, selain itu penggunaan kata yang kurang tepat

dalam buku juga dapat memicu terjadinya miskonsepsi; (2) Guru-guru yang

mengalami miskonsepsi dengan sendirinya akan menjadi penyebab utama

munculnya miskonsepsi pada siswa, kesalahan konsep dalam buku ajar dapat

direduksi jika guru yang menyampaikan materi pelajaran tersebut menguasai

konsep yang benar namun jika pada guru itu sendiri mengalami miskonsepsi maka

miskonsepsi juga akan terjadi pada diri siswa; (3) Konteks seperti budaya, agama,

bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. kesalahan bahasa,

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dalam banyak kasus kesalahan bahasa ini muncul akibat budaya masyarakat yang

terlanjur salah-kaprah dalam mendefinisikan sesuatu secara ilmiah, misalnya

pengertian berat dan massa; (4) intuisi yang salah, ini merupakan faktor yang

paling dominan mengakibatkan miskonsepsi di kalangan siswa, misalnya

anggapan massa jenis zat padat selalu lebih besar dari zat cair; (5) metode

mengajar yang tidak tepat, metode mengajar yang tidak tepat akan dapat memicu

munculnya miskonsepsi pada siswa. (Paul suparno, 2005: 29)

Menurut banyak penelitian, miskonsepsi ternyata terdapat dalam semua

bidang sains, seperti matematika, fisika, biologi, kima, dan astronomi. Dibidang

metematika contohnya, siswa menganggap perkalian selalu membuat bilangan

menjadi lebih besar, sedangkan pembagian membuat bilangan menjadi lebih kecil,

padahal besarnya kecilnya hasil perkalian dan pembagian suatu bilangan

tergantung pada dua bilangan yang dioperasikan. (Daniel Muijs dan David

Reynolds, 2005: 212).

Miskonsepsi dalam bidang fisika pun meliputi banyak sub bidang seperti

mekanika, termodinamika, optika, bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, dan

fisika modern. Wandersee, Mintzes, dan Novak (1994), dalam artikelnya

mengenai Research on Alternative Conceptions in Science, menjelaskan bahwa

konsep alternative atau miskonsepsi terjadi dalam semua bidang Fisika. Dari 700

studi mengenai miskonsepsi bidang Fisika, ada 300 yang meneliti tentang

miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan

sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika

modern. Cukup jelas bahwa bidang mekanika berada di urutan teratas dari bidang-

bidang fisika yang mengalami miskonsepsi.

Pada konsep kelistrikan, Osborne (1982) mewawancarai siswa SD di

Amerika Serikat yang belum pernah dapat pelajaran mengenai kelistrikan.

Ternyata mereka sudah memiliki konsepsi mengenai arus listrik. Osborne

menemukan empat model mengenai arus listrik, yaitu "arus dari satu kutub saja

sudah cukup untuk menyalakan lampu, arus berlawanan arah dari dua kutub

bertabrakan dan menyalakan lampu, arus semakin berkurang karena digunakan

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

oleh lampu dan alat listrik lainnya, dan anggapan bahwa arus tetap" (van den

Berg, 1991: 63).

Pada konsep Optika, Stead dan Osborne (1980) serta Anderson dan

Karrqvist (1981) yang memperlihatkan bahwa banyak siswa atau mahasiswa

berpikir bahwa "cahaya tidak berjalan sama sekali atau hanya berjalan dalam

lingkungan gelap" (van den Berg, 1991: 93). Kebanyakan buku teks dan guru

tidak sadar akan konsepsi ini. Bahwa cahaya merambat dan kecepatan cahaya

hanya bergantung pada medium dan tidak bergantung pada sumber jarang

dinyatakan secara eksplisit baik oleh guru maupun pada buku teks. Demikian juga

dengan proses penglihatan. Guru dan buku menganggap bahwa siswa sudah tahu

bahwa manusia dapat melihat benda karena menerima sinar-sinar pantul dari

benda tersebut atau karena benda tersebut merupakan sumber cahaya sehingga

mata menerima sinar-sinar asli dari benda tersebut. Sebagian siswa ada yang

menganggap bahwa manusia dapat melihat karena mata memancarkan sinar yang

meraba-raba lingkungan.

Miskonsepsi terjadi tidak hanya di luar negeri saja, di Indonesia hal

tersebut juga terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nengah

Maharta di SMA Bandar lampung, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

tingkat miskonsepsi fisika siswa sangat tinggi yaitu sebanyak 65% siswa yang

mencangkup semua bidang dalam Fisika. SMAN 2 Bandar Lampung merupakan

sekolah yang paling kecil tingkat miskonsepsi fisikanya yaitu 53%. SMAN 3

Bandar Lampung sebanyak 78%, sedangkan SMAN 9 Bandar Lampung sebesar

66%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat miskonsepsi

fisika siswa SMA di Bandar Lampung lebih tinggi dari hasil penelitian ini.

Di bidang Dinamika Partikel, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Cicillia (1990) terdapat jenis-jenis miskonsepsi berikut mengenai gaya pada benda

rehat: (1) Sebagian siswa menganggap bahwa benda hanya dapat diam kalau sama

sekali tidak ada gaya yang bekerja padanya. Gaya gravitasi dan gaya normal

dianggap nol; (2) sebagian siswa menjawab gaya normal adalah nol, siswa sering

menganggap gaya normal sebagai lawan dari gaya gravitasi pada benda, maka

timbul jawaban bahwa gaya normal pada buku di atas meja miring tetap vertical;

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

(3) jika benda di dorong dan tidak bergerak, gaya gesekan dianggap lebih besar

daripada gaya dorong atau dianggap tidak ada gaya gesekan (van den Berg,

1991:34).

Miskonsepsi lain di bidang dinamika partikel yaitu benda yang berat akan

jatuh terlebih dahulu dibanding benda yang ringan pada gerak jatuh bebas.

Gustone (1994) melaporkan 63% mahasiswa pendidikan diploma mengalami

miskonsepsi tentang benda yang berat akan jatuh terlebih dahulu dari pada benda

yang lebih ringan. Sedangkan identifikasi untuk populasi anak umur 11 tahun,

mahasiswa fisika yang belum lulus, sarjana muda, dan bukan siswa remaja

frekuensinya meningkat menjadi 91% (Michael Allen, 2010:154).

Berdasarkan observasi penulis saat pelaksanaan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMAN 2 Sukoharjo, penulis menemukan banyak sekali

miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Meskipun penulis mengajar pada pokok

materi Usaha dan Energi Kelas XI namun dasar yang digunakan pada Pokok

Materi ini adalah Penguasaan materi pada pokok bahasan Dinamika Partikel,

seperti pengertian gaya normal, penguraian vektor pada bidang miring, dan gaya

gesekan. Tidak mengherankan jika pada siswa-siswa SMA banyak sekali terjadi

miskonsepsi tentang konsep fisika. Sebab sewaktu penulis duduk di bangku SMA,

penulis juga mengalami hal yang sama dan bahkan mungkin sampai sekarang

penulis sendiri belum lepas dari miskonsepsi.

Jika Miskonsepsi pada diri siswa ini dibiarkan terus berkembang tentu

sangat disayangkan. Jika siswa yang memiliki konsepsi yang salah mengenai

suatu konsep kelak menjadi seorang guru tentunya hal ini akan mempengaruhi

mutu pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

lagi tentang miskonsepsi yang terjadi pada pokok bahasan Dinamika Partikel yang

terjadi pada diri siswa. Selain bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada

siswa, penelitian ini juga berguna untuk penulis. Penulis dapat belajar tentang

konsep Dinamika Partikel dengan benar yang mana hal tersebut sangat penting

bagi penulis sebagai calon guru. Dengan harapan penulis kelak dapat menjadi

seorang guru yang dapat mengajarkan konsep dengan benar kepada siswa.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa miskonsepsi pada konsep fisika

yang lain juga terjadi pada diri penulis sendiri.

Mempertimbangkan alasan-alasan yang telah diuraikan, maka penulis

bermaksud untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi

kepemilikan miskonsepsi pada pokok bahasan Dinamika Partikel pada siswa SMA

di SMA Negeri 2 Sukoharjo Kelas XI. Adapun judul penelitian tersebut adalah

"Identifikasi Miskonsepsi Dalam Konsep Dinamika Partikel Siswa Kelas XI

SMA Negeri 2 Sukoharjo".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut,dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pengalaman dan intuisi anak membentuk konsepsi atau teori anak mengenai

alam yang secara konsisten digunakan untuk menafsirkan peristiwa alam di

sekitarnya.

2. Setelah menerima pendidikan di sekolah, ternyata konsepsi yang telah

dibangun oleh siswa menyimpang dari konsep yang benar.

3. Rendahnya motivasi belajar, cara belajar yang kurang baik dan kurang mampu

dalam mengaitkan antara konsep-konsep yang saling berhubungan merupakan

salah satu penyebab miskonsepsi.

4. Konsep yang dibangun guru saat mengenyam pendidikan, buku pedoman yang

digunakan oleh guru, ketidakjelasan dalam menyampaikan materi pelajaran,

penggunaan media pelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang

disampaikan, kurangnya kemampuan guru dalam mengelola dan

menyampaikan materi pelajaran dapat menyebabkan miskonsepsi.

5. Banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep fisika meliputi

konsep mekanika, kelistrikan, optik geometri dan sebagainya berdasarkan

hasil pnelitian.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di

atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini

dapat mencapai tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan

masalah tersebut adalah:

1. Penelitian dilaksanakan untuk mengidentifikasi ada dan tidaknya miskonsepsi

pada siswa dan menjelaskan profil miskonsepsi yang terjadi setelah mendapat

materi Dinamika Partikel.

2. Proses identifikasi miskonsepsi yang dilakukan terbatas pada sub konsep

Dinamika Partikel yang meliputi: Pengertian dan arah gaya, Hukum I Newton,

Hukum II Newton, Hukum III Newton, Gaya Normal, Gaya Gesekan, dan

Gaya Gravitasi.

3. Subyek penelitian adalah siswa SMA Kelas XI SMAN 2 Sukoharjo tahun

ajaran 2010/2011 yang telah menerima materi Dinamika Partikel.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah siswa memiliki miskonsepsi pada materi Dinamika Partikel?

2. Bagaimanakah profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa SMA kelas XI

pada materi Dinamika Partikel?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kepemilikan miskonsepsi pada materi Dinamika Partikel

pada siswa.

2. Menjelaskan profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa pada materi

Dinamika Partikel.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

F. Manfaat Penelitian

Sebagai pembelajaran alamiah, penelitian ini memberi sumbangan kon-

septual utamanya kepada pendidikan fisika, di samping juga kepada bidang

pembelajaran fisika. Sebagai penelitian pendidikan fisika yang aplikatif,

penelitian ini memberikan urunan substansial kepada lembaga pendidikan formal

maupun para guru/ siswa yang bersangkutan. Adapun manfaat yang diharapkan

dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada bidang

fisika terutama pada layanan perencanaan pembelajaran fisika. Perencanaan

pembelajaran fisika yang akan dibuat diharapkan relevan dan dapat digunakan

untuk mereduksi miskonsepsi yang terjadi.

2. Manfaat Praktis

Pada tataran praktis, penelitian ini memberikan sumbangan kepada

lembaga pendidikan maupun sekolah dan memberi masukan pada dosen, guru dan

calon guru fisika serta siswa itu sendiri agar memperhatikan konsep awal yang

sudah dimiliki siswa sebelum memberikan konsep baru agar tidak terjadi mis-

konsepsi.

Selain itu, penulisan makalah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut, sehingga dapat memberikan

sumbangan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya fisika.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika

a. Teori Belajar

Belajar bukan suatu kegiatan untuk menghafal dan mengingat, belajar

merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan sikap dan tingkah laku

pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti bertambahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan kemampuannya, daya kreasi, daya

penerimaannya dan aspek-apek lain dari individu tersebut.

Menurut pendapat Abdillah yang dikutip oleh Aunurrahman (2009: 35)

"Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya".

Slameto (2003) dalam bukunya Asep Jihad dan Abdul Haris ( 2008:2)

menyatakan bahwa "Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".

Sedangkan menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) "Belajar dapat

didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organism berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman".

Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:4) menyimpulkan bahwa "perbuatan

belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya

pengetahuan, sikap, dan keterampilan". Perubahan-perubahan yang terjadi

disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada

fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena

peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan, dan perubahan

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, ketrampilan,

pengetahuan, dan sebagainya.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Dalam Oemar Hamalik (2001:37) disebutkan bahwasanya:

1) Situasi belajar harus bertujuan. 2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri. 3) Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan,

rintangan-rintangan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan. 4) Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. 5) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar

apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari. 6) Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan

dengan tujuan dalam situasi belajar. 7) Siswa mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya. 8) Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam

lingkungan itu. 9) Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupun yang

tidak berkaitan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.

Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:13-14) menyatakan bahwa: pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual tersebut melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0;0-2;0 tahun), (ii) pra-operasional (2;0-7;0 tahun), (iii) operasional konkret (7;0-11;0 tahun), dan (iv) operasional formal (11;0- keatas).

1) Sensori motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan

motorik, yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran perabaan dan

menggerak-gerakkannya.

2) Pra-operasional (2 tahun - 7 tahun )

Pada tahap ini anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah

mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi,

membuat gambar, dan menggolongkan-golongkan.

3) Operasional konkret (7 tahun – 11 tahun)

Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis.

Walaupun terkadang ia memecahkan masalah secara “trial and error”.

4) Operasional formal (11 tahun – ke atas)

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pada tahap operasional formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang

dewasa.

Lebih lanjut Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002:13-14) menggolongkan belajar pengetahuan ke dalam 3 fase, fase-fase itu adalah 1) Fase eksplorasi Dalam fase ini siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. 2) Pengenalan konsep

Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala.

3) Aplikasi konsep Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.

Dari definisi di atas, dapat diterangkan bahwa belajar senantiasa me-

rupakan perubahan tingkah laku atau penampilan yang terjadi secara bertahap

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar akan lebih baik, jika

subjek belajar mengalami atau melakukan proses belajar sendiri, jadi tidak bersifat

verbalistik.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor

tersebut berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar

(faktor eksternal). Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses

belajar dan prestasi belajar siswa.

b. Pengertian Fisika

Kata Fisika berasal dari bahasa Yunani "Physic" yang berarti "alam" atau

"hal ikhwal alam", sedangkan Fisika (dalam bahasa inggris "Physic”) ialah ilmu

yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar

pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementernya. Fisika

adalah salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu ilmu yang

mempelajari alam dengan segala isinya, maka dari itu perkembangan Fisika

didasarkan atas pengamatan dan pengukuran.

Definisi Fisika yang lain adalah ilmu yang mempelajari suatu zat dan

gerakannya. Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang

pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan

tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilakunya telah dipelajari melalui

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengamatan-pengamatan terhadap gejala-gejala alam. Fisika menjelaskan gejala-

gejala alam tersebut secara sederhana sehingga mudah untuk dipahami (Sephtian,

2009: 1).

Sedangkan definisi Fisika dari wikipedia adalah ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang

menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu (Wikipedia, 2010: 1).

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Fisika

merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menganalisis struktur dan

peristiwa alam secara sederhana sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Fisika

menguraikan dan menganalisis struktur peristiwa alam semesta dan dari sini akan

ditemukan konsep-konsep, aturan-aturan atau hukum-hukum alam yang dapat

menerangkan gejala-gejala berdasarkan struktur logika.

c. Konsep Fisika

Van den Berg (1991: 8) menyatakan bahwa "Konsep adalah benda-benda,

kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas dan yang

terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau suatu simbol". Dalam Kamus

Ilmiah Kontemporer "Konsep adalah karya buram; pemikiran (dasar); rencana

dasar; rancangan; pengertian" (M.D.J. Al-Barry dan Sofyan Hadi A.T, 2008:176).

Definisi konsep menurut Rooser dalam Ratna Wilis (1989 : 80) adalah

"suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,

kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut

yang sama".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 456): "konsep adalah :

(1) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (2) Gambaran

mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan

oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain".

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep adalah

gagasan mengenai materi, pengalaman, peristiwa atau ciri-ciri khas suatu objek

yang diabstraksikan untuk memahami hal-hal lain dengan mengelompokkan atau

mengklasifikasikan benda-benda atau suatu nama dengan kelompok benda

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tertentu. Penguasaan konsep adalah mampu mengungkap arti serta mampu

menjelaskan konsep-konsep dari suatu materi.

Setiap konsep dapat dibedakan menurut bentuk dan tingkatannya. Menurut

Ratna Wilis (1989:88-89), berdasarkan tingkat pencapaiannya konsep dapat di-

bedakan menjadi empat yaitu :

1) Tingkat Konkret. Kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret, apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkret, siswa harus dapat memperhatikan benda itu, dan dapat membedakan benda itu dari stimulus-stimulus yang ada di lingkunganya.

2) Tingkat Identitas. Pada tingkat identitas seseorang akan mengenal suatu objek jika (a) sudah selang suatu waktu (b) bila orang itu mempunyai orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau (c) bila objek itu ditentukan melalui suatu indera yang berbeda, misalnya, mengenal suatu bola dengan cara menyentuh bagian dari bola itu bukan dengan melihatnya.

3) Tingkat Klasifikatori. Pada tingkat klasifikatori, siswa mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Operasi mental yang terlibat dalam pencapaian konsep pada tingkat klasifikatori ialah mengadakan generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas tertentu itu ekuivalen, mengklasifikasikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh dari konsep, sekalipun contoh-contoh dan non conto-non contoh itu mempunyai banyak atribut-atribut yang mirip.

4) Tingkat Formal. Untuk pencapaian konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Siswa telah mencapai tingkat formal bila siswa dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep dalam atribut-atribut yang membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh-contoh dan non contoh dari konsep.

Dari pengertian konsep dan Fisika, dapat disimpulkan bahwa konsep

Fisika adalah ide abstrak yang digunakan untuk memahami dan mempelajari

tentang teori yang menerangkan gejala-gejala alam sederhana dan hubungan

antara kenyataan-kenyataannya.

Dalam belajar fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat

mutlak untuk mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan penguasaan

konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan. Hal ini menunjukkan

bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut

pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

d. Belajar Konsep

Dasar dari belajar konsep adalah seperti hanya bentuk belajar yang lain

adalah asosiasi stimulus dan respon. Menurut Paul Suparno (2005:3) "biasanya

konsep awal itu kurang lengkap atau kurang sempurna, maka perlu dikembangkan

atau dibenahi dalam pelajaran formal. Disinilah pentingnya pendidikan formal".

Piaget menyatakan dalam pembelajaran konsep seorang anak tidak

terlepas pada proses akomodasi dan asimilasi. Proses akomodasi yang digunakan

anak-anak untuk memperbaiki skema mereka mirip yang digunakan oleh para

ilmuwan untuk memperbaiki skema teknis mereka, kita terkadang mendapati

bahwa pandangan kita mengenai dunia terbukti keliru. Sedangkan proses

asimilasi merupakan kebalikan dari proses akomodasi yaitu dimana seorang guru

dihadapkan pada fakta bahwa skemata seorang anak bersifat stabil. Seorang anak

cenderung untuk mempertahankan skema lamanya sebagai respon atas satu atau

dua input yang membuktikan kekeliruan konsepnya (Winfred, 2009:158).

Menurut Paulou dalam Ratna Wilis Dahar (1989:86) bahwa perbedaan utama

belajar konsep dengan belajar yang lain adalah dalam belajar konsep anak yang

belajar memberikan suatu respon terhadap sejumlah stimulus.

Dalam dunia pendidikan ada tiga ranah tujuan pendidikan yang sangat

dikenal, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut teori Gagne, kapabilitas

siswa pada ranah kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan menggunakan

aktivitasnya sendiri. Kemampuan tersebut meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah (Dimyati dan Mudjiono, 2002:12). Dari teori

kognitif Gagne dikatakan bahwa pengajaran yang baik tidak hanya memberikan

informasi tetapi juga menggerakkan siswa agar menaiki hierarki menuju level

pengetahuan yang semakin tinggi. Atau dengan kata lain struktur pengetahuan dan

keahlian kita secara bertahap dibangun disepanjang hidup kita (Winfred, 2009:

206).

Benyamin S. Bloom telah mengembangkan taksonomi untuk domain

kognitif. Kemudian oleh Anderson dan Krathwohl (2001) domain kognitif Bloom

tersebut direvisi dari satu dimensi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kognitif (cognitive process) dan dimensi pengetahuan (types of knowledge).

(http://repository.upi.edu. 25 Juni 2011)

Dimensi proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom

ranah kognitif. Anderson mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam

kategori, yaitu:

1) Pertanyaan mengingat (Remember) ialah kemampuan untuk menghafal,

mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan.

2) Pertanyaan Memahami (Comprehention) ialah kemampuan untuk me-

nafsirkan, meringkas, dan menjelaskan dengan menggunakan bahasa sendiri.

3) Menerapkan (Application) ialah kemampuan untuk menjalankan dan meng-

implementasikan suatu informasi, teori, dan prosedur (widodo, 2006).

4) Menganalisis (Analyze) ialah kemampuan menguraikan suatu permasalahan ke

unsur-unsurnya dan menentukan hubungan antar unsur-unsur tersebut

5) Mengevaluasi (Evaluate) ialah kemampuan untuk memeriksa dan mengkritik

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

6) Membuat (create) ialah kemampuan untuk membuat, me-rencanakan, dan

memproduksi.

Sedangkan dimensi pengetahuan diklasifikasi menjadi empat kategori,

yaitu:

1) Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge) ialah pengetahuan tentang

terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur

2) Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge) ialah pengetahuan tentang

klasifikasi dan kategorisasi, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta

pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

3) Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge) ialah pengetahuan tentang

prosedural, teknik, dan metode yang berhubungan dengan bidang tertentu.

4) Pengetahuan metakognitif (Metacognitive Knowledge) ialah pengetahuan

strategik, pengetahuan tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar konsep bukanlah

menghafal konsep tetapi memperhatikan konsep-konsep awal (pengetahuan awal)

yang dihubungkan dengan konsep baru atau konsep-konsep lain melalui proses

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

akomodasi dan asimilasi sehingga diperoleh konsep akhir yang diharapkan.

Dengan demikian konsep baru yang masuk dalam struktur kognitif tidak berdiri

sendiri melainkan satu kesatuan dan memiliki arti atau bermakna.

2. Miskonsepsi

a. Prakonsep

Van den Berg (1991:10) menyatakan bahwa "Prakonsep adalah konsepsi

yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka sudah pernah

mendapatkan pelajaran formal".

Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk

(dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan

bahan yang dipelajari. Paul Suparno (2005: 30-31) menyatakan, (... .) "oleh karena

siswa sendiri yang mengkontruksi, dapat saja terjadi siswa telah melakukan

konstruksi itu sejak awal sebelum mereka mendapatkan pelajaran formal tentang

bahan tertentu. Mereka mengonstruksi sendiri hal itu karena pengalaman hidup

mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa".

Pengetahuan awal di atas sering kali tidak cocok dengan pengetahuan yang

diterima oleh para pakar, dan menjadi suatu miskonsepsi. Sebagai contoh siswa

telah memiliki banyak pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang berkaitan

dengan konsep dinamika partikel, oleh karena itu siswa sudah banyak

mengembangkan konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi fisikawan.

Prakonsep yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal ini kurang atau bahkan

tidak dipehatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Prakonsep yang dimiliki

siswa akan mempengaruhi proses belajar mengajar siswa pada tahap selanjutnya.

b. Konsepsi

Dalam Kamus Lengkap bahasa Indonesia "Konsepsi adalah pendapat,

paham, pandangan, pengertian, cita-cita yang telah terlintas dipikiran" (EM Zul

Fajri dan Ratu A.S, 2003:483). Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Kontemporer

(M.D.J. Al-Barry dan Sofyan Hadi A.T, 2008:176) istilah konsepsi adalah

gambaran (benak); pemikiran (dasar); pendapatan; gagasan pokok".

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Van den Berg (1991: 10) menyatakan bahwa "Konsepsi adalah tafsiran

perorangan dari suatu konsep ilmu". Misal, inti konsep dari proses melihat sebuah

benda adalah benda dapat dilihat oleh mata sebab benda tersebut memancarkan

cahaya sendiri atau memantulkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya yang

mengenainya kemudian cahaya tersebut sampai ke mata. Akan tetapi banyak

siswa yang memiliki konsepsi berbeda, mereka cenderung berpikir bahwa benda

dapat dilihat oleh mata karena benda tersebut hanya memantulkan cahaya yang

mengenainya sampai ke mata.

c. Miskonsepsi

1) Pengertian Miskonsepsi

Menurut Alan K, Griffith, Kevin Thomey, Bren Cooke, dan Glen Normore

mendiskripsikan miskonsepsi sebagai: "Misconception are defined misunder-

standing which have probably accured during or as a result of recent instruction

in contrast to alternative conception which are more likely to have been held or

developed over a long period of time" atau bisa dikatakan miskonsepsi di-

definisikan sebagai kesalahan pemahaman yang terjadi selama atau sebagai hasil

dari pengajaran yang baru saja diberikan, berkembang dalam waktu yang lama.

Jadi, menurut pendapat tersebut miskonsepsi atau kesalahan pemahaman

merupakan pertentangan antara konsep yang diterima dengan konsep yang telah

dimiliki oleh orang lain atau siswa sebagai peserta didik (Saparini, 2009: 11).

Van Den Berg (1991:13) mendefinisikan miskonsepsi sebagai "konsepsi

siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan". Paul Suparno (2005:2)

menyatakan bahwa: "Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu

biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep". Sedangkan Fowler dalam

Suparno (2005:5) "memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat

akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang

salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-

konsep yang tidak benar".

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

miskonsepsi adalah hubungan yang tidak benar antara konsep satu dengan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

lainnya, atau gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Kesalahan pemahaman

(miskonsepsi) merupakan kesalahan konsep awal, kesalahan dalam meng-

hubungkan suatu konsep dengan konsep lain, antara konsep yang diberikan oleh

guru dengan konsep yang telah dimiliki oleh seorang ahli, atau gagasan intuitif

atau pandangan yang naif.

Abraham dan kawan-kawan (1994: 152) membagi derajat pemahaman

konsep menjadi tiga kelompok, yaitu derajat tidak memahami, derajat

miskonsepsi, dan derajat memahami konsep seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep

No. Kategori Derajat Pemahaman Kriteria 1. Tidak

memahami 2. Miskonsepsi 3. Memahami

- tidak ada respon - tidak memahami - Miskonsepsi - memahami sebagian dengan

miskonsepsi - memahami sebagian - memahami konsep

a. tidak ada jawaban / kosong b. menjawab “saya tidak tahu” c. mengulang pertanyaan d. menjawab tetapi tidak berhubungan dengan pertanyaan dan tidak jelas a. menjawab dengan penjelasan tidak logis b. jawaban menunjukkan adanya konsep yang dikuasai tetapi ada pertanyaan dalam jawaban yang menunjukkan miskonsepsi a. jawaban menunjukkan hanya sebagian konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi b. jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penejalasan benar

2) Sebab-sebab Miskonsepsi

Ada banyak penyebab terjadinya miskonsepsi seperti yang dikemukakan

oleh Paul Suparno (2005:29) berikut :

Secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berfikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.

Dalam pengertian konstruktivisme, tampak jelas bahwa miskonsepsi itu

merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukan pengetahuan oleh

seseorang yang sedang belajar. Dengan adanya miskonsepsi itu, sebenarnya

menunjukkan bahwa pengetahuan sungguh merupakan bentukan siswa sendiri.

Pra konsepsi siswa yang salah merupakan hal yang wajar dalam pembelajaran

kontruktivisme, namun proses kontruksi konsep yang salah oleh siswa ini

menjadikan miskonsepsi bersifat resisten.

3) Beberapa Fakta Mengenai Miskonsepsi

Berdasarkan definisi miskonsepsi yang telah dijelaskan, terdapat beberapa

fakta mengenai miskonsepsi (Van den Berg, 1991 : 17), yaitu :

a) Miskonsepsi sulit sekali untuk diperbaiki b) Seringkali siswa mengalami miskonsepsi terus-menerus. Soal-soal yang

sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit miskonsepsi akan muncul kembali.

c) Sering terjadi regresi, yaitu siswa yang yang sudah mengatasi miskonsepsi beberapa bulan kemudian salah lagi.

d) Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tidak dapat dihilangkan atau dihindari.

e) Siswa, mahasiswa, guru, dosen maupun peneliti dapat terkena miskonsepsi.

f) Siswa yang pandai dan yang lemah keduanya dapat terkena miskonsepsi.

Sebagai contoh miskonsepsi tentang panas dan termodinamika. Banyak

siswa mempunyai pengertian bahwa suatu benda yang mempunyai suhu lebih

tinggi selalu mempunyai panas yang lebih tinggi pula. Mereka menyamakan

begitu saja pengertian suhu dengan panas/kalor. Misalnya, sebuah besi dengan

massa 10 gr dan suatu aluminium dengan massa 10 Kg dipanaskan dari 00C. Besi

itu dipanaskan sampai 1000C, sedangkann aluminium dipanaskan sampai 100C.

Banyak siswa secara otomatis mengatakan bahwa besi membutuhkan kalor lebih

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

besar daripada aluminium, karena suhu akhirnya lebih tinggi daripada suhu akhir

aluminium. Para siswa, dalam perhitungannya lupa mempertimbangkan pengaruh

massa dan kapasitas panas masing-masing benda menurut rumusan kalor.

Miskonsepsi tentang kalor tersebut, tidak mudah untuk diperbaiki karena

dalam kehidupan sehari-hari, siswa cenderung menyamakan kalor dengan suhu.

Dan miskonsepsi tersebut tidak dapat dijelaskan hanya dengan ceramah saja,

sebagus apapun ceramah tersebut, miskonsepsi tersebut akan terulang kembali

oleh siswa. Terkadang siswa bersikap ganda menggunakan konsep kalor, ketika di

dalam kelas siswa dapat menggunakan konsep yang benar, namun dalam

kehidupan sehari-hari miskonsepsi tersebut terulang kembali.

4) Saran untuk Mengatasi Miskonsepsi

Ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi dalam

bidang fisika. Banyak penelitian telah dilakukan oleh para ahli pendidikan fisika,

biologi, kimia dan astronomi yang mengungkapkan bermacam-macam kiat yang

dibuat untuk membantu siswa memecahkan persoalan miskonsepsi.

Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi

miskonsepsi menurut Paul Suparno (2005:55) adalah (1) mencari atau meng-

ungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa; (2) mencoba menemukan penyebab

miskonsepsi tersebut; (3) mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi".

Sedangkan menurut van den Berg (1991: 22), terdapat beberapa saran

untuk mengatasi miskonsepsi, antara lain :

a) Mempelajari miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa b) Menyadari dalam diri ada miskonsepsi atau tidak c) Mencoba menggunakan demonstrasi d) Menentukan prioritas dan pengajaran remidial khusus untuk materi dasar

dan prasyarat untuk materi lain. e) Mencari soal-soal konsep tanpa mengabaikan perhitungan.

Selain itu untuk mencegah terjadinya miskonsepsi, penting bagi guru

mengajarkan konsep yang benar sejak awal kepada siswa. (Daniel Muijs dan

David Reynolds, 2005: 212).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3. Identifikasi Miskonsepsi

a. Alat Identifikasi Miskonsepsi

Identifikasi miskonsepsi adalah suatu cara yang dilakukan untuk meng-

identifikasi belajar siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep.

Kesalahan tersebut adalah konsep siswa yang berbeda dengan konsep para ahli.

Ada beberapa alat deteksi yang sering digunakan para peneliti dan guru, yaitu:

1) Peta konsep (Concept Maps)

Peta konsep Fisika dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa

dalam bidang Fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara

konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis,

dengan jelas dapat mengungkap miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta

konsep tersebut. Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah

hubungan antara konsep-konsep itu benar atau salah.

2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Amir dkk (1987), menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice)

dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa

ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan

ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya. Pada tes multiple choice

dengan reasoning terbuka, dibagian alasan siswa harus menuliskan alasan dari

jawaban yang ia pilih. Beberapa peneliti lain menggunakan pilihan ganda dengan

interview. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu,

mereka mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk meneliti

bagaimana siswa berfikir, dan mengapa mereka berfikir seperti itu.

3) Tes Esai Tertulis

Suatu tes yang berbentuk esai memuat beberapa konsep fisika yang

memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Tes berbentuk esai dapat

digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi, yaitu melalui tulisan atau jawaban yang

ditulis siswa. Sebelum guru memberikan suatu materi tertentu pada siswa, guru

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dapat melekukan tes tertulis untuk mengatahui konsepsi awal siswa (prakonsep).

Bentuk tes esai juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa terhadap materi yang sudah diajarkan oleh guru. Dengan demikian, seorang

guru dapat mengetahui siswa yang mengalami miskonsepsi dan dalam sub-bidang

materi apa.

4) Wawancara Diagnosis

Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu dapat dilakukan

juga untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika

yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang pokok

dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekpresikan

gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti

miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh

miskonsepsi tersebut. Wawancara diagnosis dapat berbentuk bebas atau berbentuk

terstruktur

5) Diskusi Dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang

konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi kelas itu

dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi

tersebut, guru atau peneliti dapat mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa.

Hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelas adalah membantu agar setiap

siswa berani bicara untuk mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang

dibahas.

6) Praktikum Dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa

yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa

mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama

praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa

menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Tes Diagnostik Miskonsepsi

Identifikasi miskonsepsi salah satunya dapat dilakukan dengan mem-

berikan tes diagnostik pada siswa. Slameto (1989: 27) menyatakan "tes diagnostik

adalah usaha penilaian untuk menelusuri kelemahan-kelemahan khusus yang

dimiliki siswa yang tidak berhasil dalam belajar, juga faktor-faktor yang

menguntungkan pada siswa tersebut, untuk dapat digunakan dalam menolong

mengatasi kelemahan siswa tersebut". Asep Jihad dan Abdul Haris (1996: 70)

menyatakan bahwa "Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar

yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep". Penekanan

tes diagnostik adalah pada proses belajar dan bukan pada hasil belajar.

Eric Mazur (1997: 26) menyatakan kriteria yang seharusnya dimiliki oleh

soal tes konsep adalah "1) focus on a single concept, 2) not be solvable by relying

on equations, 3) have adequate multiple-choice answers, 4) be unambiguously

worded, 5) be neither too easy nor too difficult". Atau dengan kata lain soal test

yang baik memiliki kriteria 1) fokus pada satu konsep, 2) tidak dapat diselesaikan

dengan mengandalkan persamaan matematis, 3) jawaban soal dapat dibuat dalam

bentuk pilihan ganda, 4) kata-katanya tidak ambigu, 5) tidak terlalu mudah dan

tidak terlalu sulit.

Ada beberapa macam tes diagnostik yang digunakan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa, diantaranya adalah dengan memberikan soal

tes berbentuk multiple choice dengan reasoning terbuka, beberapa peneliti lain

menggunakan pilihan ganda (multiple choice) dengan alasan yang sudah

ditentukan. Dan sebagian lagi menggunakan tes esai untuk mendeteksi

miskonsepsi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis tes

diagnostik tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Tes multiple choice dengan reasoning terbuka adalah soal tes konsep yang

berbentuk pilihan ganda dimana siswa diharuskan untuk menuliskan alasan dari

jawaban yang ia pilih. Tes multiple choice beralasan adalah suatu cara yang

ditempuh antara lain dengan mengontrol suatu item menggunakan suatu item lain

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dimana kedua item tersebut mempersoalkan hal yang sama. Dengan cara ini siswa

dianggap benar atau memahami jika pilihan dan alasan yang diberikan siswa juga

benar.

Kelebihan dari bentuk soal seperti ini adalah alasan yang ditulis siswa

bersifat terbuka, artinya siswa bebas menuangkan alasan berdasarkan ide

pikirannya sendiri.

Kelemahan dari bentuk tes ini adalah peneliti susah dalam menganalisis

karena akan diperoleh beranekaragam jawaban alasan dari siswa. Selain itu

peneliti juga harus memikirkan cara bagaimana menyuruh siswa untuk bersedia

menuliskan alasan dari jawaban yang ia pilih. Terutama siswa SMA, mereka

kecenderungan kesulitan menuangkan konsep mereka dalam bentuk kata-kata.

2) Tes Multiple Choice dengan Alasan Sudah Ditentukan

Tes multiple choise dengan alasan yang sudah ditentukan adalah tes

konsep yang berbentuk pilihan ganda beralasan dimana alasan sudah ditentukan

oleh peneliti. Siswa diharuskan memilih alasan yang sudah tersedia sebagai sebab

dari pilihan jawaban yang ia pilih.

Kelebihan lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang

diperoleh. Sedangkan kelemahannya adalah membatasi pemikiran siswa, alasan

siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak terungkap.

3) Tes esai tertulis

Bentuk tes esai tertulis ini biasanya menghendaki jawaban berupa

penjelasan. Dari penjelasan itulah dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada

diri siswa.

Kelebihan tidak ada batasan bagi jawaban siswa. Pada bentuk tes esai

tertulis ini siswa dibebaskan dalam menjawab dan memberikan alasan sesuai

dengan pemikirannya. Perbedaan mendasar dengan bentuk tes pilihan ganda

dengan alasan terbuka adalah pada tipe soal Tes multiple choice dengan reasoning

terbuka siswa masih dibatasi dalam memilih jawaban, sedangkan pada bentuk esai

tertulis selain siswa bebas dalam memberikan alasan siswa juga bebas dalam

memberikan jawaban sesuai pemikirannya.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Kelemahannya sulit dalam menganalisis data dan juga jawaban siswa

berisiko keluar dari kontek penelitian.

4) Bentuk Tes yang Digunakan Dalam Penelitian

Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini

peneliti menggunakan bentuk tes objektif dengan alasan sudah ditentukan.

Pemilihan bentuk tes tersebut didasarkan pada berbagai pertimbangan peneliti,

diantaranya:

a) Memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh.

b) Kondisi subyek penelitian. Kondisi subyek yang dimaksud adalah adanya

beberapa sikap dari subyek penelitian yang kurang baik, seperti sikap

malas mengerjakan dan tidak disiplin.

c) Untuk mencegah terjadinya siswa yang abstain dalam menjawab.

4. Dinamika Partikel

a. Hukum I Newton

Hukum pertama Newton menyatakan:

In the absence of external forces, when viewed from an inertial reference

frame, an object at rest remains at rest and an object in motion continues in

motion with a constant velocity (that is, with a constant speed in a straight line.

Atau dengan kata lain jika tidak ada gaya luar yang bekerja sebuah benda, benda

yang diam akan tetap diam dan benda bergerak akan terus bergerak dengan

kecepatan konstan pada lintasan lurus. (Serway, 2004:115).

b. Hukum II Newton

Hukum II Newton menyatakan "When viewed from an inertial reference

frame, the acceleration of an object is directly proportional to the net force

acting on it and inversely proportional to its mass". Yang artinya Ketika

dilihat dari suatu kerangka acuan inertial, percepatan sebuah benda berbanding

lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.

(Serway, 2004:117)

Secara metematik dituliskan:

䚀矗实毗矗⑸ …………………. (2.1)

Keterangan:

䚀矗 : Percepatan benda (ms-2)

付矗 : Gaya netto yang bekerja pada benda (N)

m : Massa benda (kg)

c. Hukum III Newton

Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya

memengaruhi gerak. Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan

seseorang mendorong meja, atau magnet menarik paku. Contoh tersebut me-

nunjukkan bahwa gaya diberikan pada sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan

oleh benda lain, misalnya gaya yang diberikan pada meja diberikan oleh tangan.

Newton menyadari bahwa hal ini tidak sepenuhnya seperti itu. Memang benar

tangan memberikan gaya pada meja, tetapi meja tersebut jelas memberikan gaya

kembali kepada tangan. Dengan demikian, Newton berpendapat bahwa kedua

benda tersebut harus dipandang sama. Tangan memberikan gaya pada meja, dan

meja memberikan gaya balik kepada tangan.

Hukum III Newton berbunyi : "ketika suatu benda memberikan gaya pada

benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi

berlawanan arah tehadap benda yang pertama".

Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi reaksi,

"untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah". Untuk meng-

hindari kesalahpahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa gaya "aksi" dan

gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda.

Secara matematis dapat dituliskan: 付渗aksi 实石 付渗reaksi ……………….. (2.2)

Keterangan:

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

N'

付渗aksi : Gaya yang dikerjakan benda pertama ke benda kedua (N)

付渗reaksi : Gaya yang dikerjakan benda kedua ke benda pertama (N)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hukum III Newton:

1) Gaya aksi dan reaksi hadir bila kedua benda berinteraksi dan bekerja pada

dua benda yang berbeda

2) Gaya aksi dan reaksi bekerja pada satu garis kerja yang sama

3) Arah gaya aksi aksi berlawanan dengan gaya reaksi dan besarnya sama

Perhatikan Gambar 2.1

Gambar 2.1 Gaya Aksi dan Reaksi

Pada kasus benda di atas meja, bukan berarti pada benda tersebut tidak

bekerja suatu gaya. Pada benda tersebut bkerja gaya-gaya sebagai berikut

1) Gaya Normal (棺)

Pada gambar ditunjukkan dengan gaya yang arahnya vertikal ke atas atau

gaya yang arahnya tegak lurus bidang.

2) Gaya tekan benda (棺')

Gaya ini adalah gaya yang diberikan benda ke meja.

3) Gaya berat (国)

Yaitu gaya tarik yang dilakukan oleh bumi ke benda. Arahnya selalu

menuju pusat bumi.

4) Gaya gravitasi bumi ke buku (付獮)

Yaitu gaya tarik yang dilakukan oleh benda terhadap bumi. Arahnya

menuju pusat benda.

Pasangan gaya aksi dan reaksi pada gambar tersebut adalah gaya berat (国)

dengan gaya gravitasi benda terhadap bumi (付苹). Dimana besarnya 国 = - 付苹.

w

Fg

N

Permukaan tanah

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pasangan gaya 棺 dan 棺' juga merupakan pasangan gaya aksi aksi dan reaksi yang.

Besarnya 棺 sama dengan 棺' namun arah kedua gaya tersebut saling berlawanan.

Perhatikan secara seksama, besarnya 国 = 棺, meskipun besar keduanya

sama dan arahnya saling berlawanan, kedua gaya tersebut bukanlah gaya aksi

reaksi karena kedua gaya tersebut bekerja pada benda yang sama, yaitu benda di

atas meja. Namun karena kedua gaya tersebut (besarnya sama dan arahnya

berlawanan) terbentuklah kesetimbangan gaya yang bekerja pada buku sehingga

buku diam di atas meja.

d. Terapan Hukum Newton

Hukum-hukum Newton dapat digunakan untuk menganalis atau

menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan gaya-gaya yang bekerja. Di alam

ini banyak sekali jenis gaya yang dapat bekerja pada benda. Tiga jenis gaya yang

perlu kalian ketahui adalah berat, gaya normal, dan gaya gesek. Gaya normal dan

gaya gesek merupakan proyeksi gaya kontak. Setiap ada dua benda yang

bersentuhan akan timbul gaya yang di namakan gaya sentuh atau gaya kontak.

Gaya kontak ini dapat di proyeksikan menjadi dua komponen yang saling tegak

lurus. Proyeksi gaya kontak yang tegak lurus bidang sentuh dinamakan gaya

normal. Sedangkan proyeksi gaya kontak yang sejajar bidang sentuh di namakan

gaya gesek.

1) Gaya Berat Benda

Setiap benda yang memiliki massa memiliki berat, seperti yang telah

disinggung di depan, berat disimbolkan w. Berat suatu benda di Bumi, Bulan,

planet lain, atau di luar angkasa besarnya berbeda-beda. Sebagai contoh,

percepatan gravitasi g di permukaan bulan kira-kira 1/6 percepatan gravitasi di

permukaan bumi. Sehingga massa 1 kg di permukaan bumi yang beratnya 9,8 N,

ketika berada di permukaan bulan beratnya menjadi 1,7 N. Ketika benda tersebut

berada di bumi maka gaya berat yang bekerja adalah gaya gravitasi bumi.

Sehingga berat benda tersebut didefinisikan sebagai gaya gravitasi yang bekerja

pada benda. Maka berat benda merupakan besaran yang harganya bergantung

pada kuat medan gravitasi di lokasi tempat benda itu berada.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Menurut Hukum II Newton, gaya ini menimbulkan percepatan. Percepatan

yang ditimbulkan oleh gravitasi ini disebut percepatan gravitasi (龟渗). Oleh karena

itu, di sini berat benda (国) sebagai gaya (付渗), dan percepatan gravitasi sebagai

percepatan (䚀渗 邹. Sesuai Hukum II Newton, 付渗 = 桂䚀渗, maka hubungan antara gaya

berat (国), massa (桂) dan percepatan gravitasi (龟渗) dapat dituliskan:

国紫紫渗 = m 龟渗 ………………... (2.3)

Keterangan:

国紫紫渗 = Berat benda (N) 桂 = Massa benda (kg)

龟渗 = Percepatan gravitasi (ms-2)

Gaya gravitasi bekerja pada sebuah benda tidak hanya ketika benda

tersebut jatuh. Ketika benda berada dalam keadaan diam di Bumi, gaya gravitasi

pada benda tersebut tidak hilang. Hal ini dapat diketahui, jika kita menimbang

benda tersebut dengan menggunakan neraca pegas.

2) Perbedaan Massa dan Berat Benda

Perbedaan antara massa dan berat benda ditunjukkan dalam Tabel 2.2

Table 2.2 Perbedaan Massa dan Berat Benda

No. Massa Berat

1. Massa adalah jumlah zat yang

terkandung dalam suatu benda

Berat adalah besarnya gaya tarik

gravitasi yang bekerja pada benda

2. Massa di semua tempat sama Berat benda dapat berubah,

tergantung pada percepatan gravitasi

(龟邹 di tempat benda berada

3. Merupakan besaran skalar Merupakan besaran vektor

4. Merupakan besaran pokok

dengan satuan dalam SI

kilogram (kg)

Merupakan besaran turunan dengan

satuan dalam SI Newton (N)

5. Dapat di ukur dengan neraca

Ohauss

Dapat diukur dengan neraca pegas

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

N

α

3) Gaya Normal

Gaya normal merupakan proyeksi gaya kontak yang tegak lurus bidang

sentuh. Perhatikan gambar-gambar berikut

Gambar 2.2a Uraian Vektor Gaya Normal Balok di atas Lantai

Gambar 2.2b Uraian Vektor Gaya Normal Balok di atas Bidang Miring licin

Gambar 2.2c Uraian Vektor Gaya Normal Balok yang Terletak pada Bidang Vertikal

Gaya normal terjadi jika ada kontak dua benda. Misalnya balok berada di

atas meja atau lantai, penghapus ditekankan pada papan saat menghapus. Besar

gaya normal ini sangat tergantung pada keadaan benda yang saling kontak

tersebut dan untuk menentukannya dapat menggunakan hukum I dan II Newton.

4) Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan benda yang

saling bersentuhan. Arah gaya gesek berlawanan arah dengan kecenderungan arah

gerak benda. Untuk benda yang bergerak di fluida, gaya geseknya bergantung

pada luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida. Makin besar luas

bidang sentuh, makin besar gaya gesek fluida pada benda tersebut sedangkan

untuk benda padat yang bergerak di atas benda padat, gaya geseknya tidak

tergantung luas bidang sentuhnya.

付矗 㶀紫紫紫矗

w

N w sin α

w cos α w

N

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gaya gesekan statis dan

gaya gesekan kinetis. Gaya gesek statis (⮈魄) adalah gaya gesek yang bekerja pada

benda selama benda tersebut masih diam. Menurut hukum I Newton, selama

benda masih diam berarti resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah

nol. Jadi, selama benda masih diam gaya gesek statis selalu sama dengan yang

bekerja pada benda tersebut. Secara matematis besarnya gaya gesek statis dapat

ditulis sebagai berikut:

⮈魄 屎 幌魄棺 ………………... (2.5)

Keterangan: ⮈魄 = gaya gesekan statis (N) 幌魄 = koefisien gesekan statis

Pada bidang miring yang memiliki sudut kritis 凰品 (sudut kritis adalah

sudut kemiringan bidang dimana bidang akan jatuh), gaya gesekan statis sama

dengan nilai maksimumnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: 幌魄实tan凰品 ……………….. (2.6)

Gaya gesek kinetis (⮈瓶) adalah gaya gesek yang bekerja pada saat benda

dalam keadaan bergerak. Gaya ini termasuk gaya dissipatif, yaitu gaya dengan

usaha yang dilakukan akan berubah menjadi kalor. Perbandingan antara gaya

gesekan kinetis dengan gaya normal disebut koefisien gaya gesekan kinetis (幌魄). Secara matematis besarnya gaya gesek kinetic suatu benda dengan lantai dapat di

tulis sebagai berikut.

⮈瓶实 幌瓶棺 ……………….. (2.7)

Keterangan: ⮈瓶= gaya gesekan kinetis (N) 幌瓶= koefisien gesekan kinetis

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

N

5) Gaya Tekan Orang Pada Dasar Lift Yang bergerak Vertikal

a) Bergerak tanpa percepatan (䚀矗 ) = 0, GLB

Gambar 2.3 Orang di Dalam Lift dengan percepatan (䚀紫紫矗 ) = 0

Pada saat lift naik dengan percepatan (䚀紫紫矗) = 0, maka

∑付紫紫矗实0

㶀紫紫紫矗石棺紫紫矗实0

㶀紫紫紫矗实棺紫紫矗 ………………... (2.8)

Pada saat lift turun dengan 䚀紫紫矗 = 0, maka 素 付紫紫矗实0

棺紫紫矗石㶀紫紫紫矗实0

棺紫紫矗实㶀紫紫紫矗 ………………... (2.9)

Artinya berat semu (棺紫紫紫矗) orang tersebut

sama dengan berat orang sesungguhnya.

b) Bergerak dengan percepatan (䚀紫紫矗 ) ≠ 0, GLBB

Gambar 2.4 Orang Dalam Lift yang Bergerak dengan percepatan (䚀紫紫矗 ) ≠ 0, GLBB

Pada saat lift naik dengan percepatan (䚀紫紫矗邹, ∑付紫紫矗实桂䚀紫紫矗 棺紫紫紫矗石㶀紫紫紫紫矗实 桂䚀紫紫矗 棺紫紫紫矗实 桂䚀紫紫矗十㶀紫紫紫紫矗 …………… (2.10)

棺 紫紫紫紫矗 > 㶀紫紫紫紫矗 ini artinya berat semu orang

tersebut lebih besar dari berat

sesungguhnya.

Pada saat lift turun dengan percepatan (䚀紫紫矗邹, ∑付紫紫矗实桂䚀紫紫矗 㶀紫紫紫紫矗石棺紫紫紫矗实 桂䚀紫紫矗 棺紫紫紫矗实㶀紫紫紫紫矗石桂䚀紫紫矗 …………. (2.11)

棺 紫紫紫紫矗< 㶀紫紫紫紫矗 ini artinya berat semu orang

tersebut lebih kecil dari pada berat

sesungguhnya.

w

w

N a

a

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

B. Penelitian Yang Relavan

1. Miskonsepsi Di Bidang Fisika

Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan

Novak (1994), dalam artikelnya mengenai Research on Alternative Conceptions

in Science, menjelaskan bahwa konsep alternative atau miskonsepsi terjadi dalam

semua bidang Fisika. Dari 700 studi mengenai miskonsepsi bidang Fisika, ada 300

yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70

tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta

10 studi mengenai fisika modern. Cukup jelas bahwa bidang mekanika berada di

urutan teratas dari bidang-bidang fisika yang mengalami miskonsepsi (Paul

Suparno, 2005:11)

Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Antonius Darjito dan euwe van den

berg dalam rangka mencari miskonsepsi siswa mengenai arus dan tegangan

elektrik diperoleh beberapa miskonsepsi, antara lain semakin jauh dari kutub

positif sumber, semakin kecil arus listrik, jadi sebagian arus diserap dalam lampu

dan resistor (disebut model konsumsi). Miskonsepsi yang lain jika ada komponen

yang ditambah, hanya arus sesudah komponen tersebut yag dipengaruhi, tetapi

besar arus sebelum komponen tetap sama seperti semula. Serta kebanyakan siswa

memandang sumber tegagan sebagai sumber arus tetap daripada sumber tegangan

tetap dan hal ini menyebabkan banyak kesalahan.

Miskonsepsi juga terjadi di bidang Mekanika Kuantum. Penelitian yang

dilakukan oleh Daniel F. Styer tentang miskonsepsi di bidang fisika kuantum

menyatakan ada 15 miskonsepsi yang terjadi di bidang Fisika Kuantum.

Miskonsepsi yang terjadi diantaranya "Energi eigenstates are the only allowed

states" and “The wavefunction is dimensionless” yang artinya energi eigenstate

hanya diizinkan pada suatu state tertentu dan fungsi gelombang bukan suatu

dimensi. (American Journal of Physics, 1996:31-34).

Selain itu, Pada Fisika modern miskonsepsi yang terjadi contohnya pada

konsep radiasi dan radioaktivitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elif

INCE (The Turkish Online Journal of Educational Technology, 2010: 94-100)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

pada 200 situs web di google ditemukan banyak miskonsepsi pada teks internet

tentang konsep radiasi dan radioaktifitas, diantaranya:

"Ionising radiation is not natural and it is always harmful. There are many sources which may cause radiation. The mobile phone, the radio, the television, electronic devices, X-ray for medical are the most commonly encountered” with 38.1 % . It is also found that some expressions like “While Some kind of radiations, such as natural sources and medical applications are helpful, some kind of radiations, such as irradiation and nuclear wastes are harmful” are with 30.1 %, “If the neutron numbers are higher than proton numbers in any nucleus, the nucleus has unstable structure, the neutrons in the nucleus emits alpha, beta and gamma-rays” is at 26.3 % ,“If an object is exposed to ionising radiation, it becomes radioactive" is at 24.3 %.

Pada teks journal tersebut dikatakan miskonsepsi yang terjadi pada teks

situs maya tentang radiasi dan radioaktivitas adalah :

a. Sebesar 38,1% dari 200 situs web menyatakan "radiasi ionisasi bukan berasal

dari alam dan selalu berbahaya. Ada banyak sumber yang menyebabkan

radiasi. Telepon seluler, radio, televisi, alat elektronik, sinar X untuk

pengobatan adalah yang paling sering ditemukan".

b. Sebesar 30,1% menyatakan "beberapa jenis radiasi alamiah dan aplikasi

kedokteran dapat bermanfaat atau berguna, sedangkan bebarapa diantaranya

seperti iradiasi dan limbah nuklir sangat membahayakan"

c. Sebesar 26,3% menyatakan "jika dalam sebuah inti atom, jumlah neutron lebih

besar dari jumlah proton, maka inti tersebut tidak stabil, neutron di dalam

atom akan memancarkan sinar alfa, beta, gamma".

d. Sebesar 24,3% menyatakan "jika sebuah benda terkena paparan radiasi

ionisasi, maka benda tersebut akan menjadi radioaktif".

Jika informasi-informasi dalam internet tersebut dibaca oleh para siswa,

hal tersebut tentunya akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.

2. Miskonsepsi Dinamika Partikel

Penelitian yang dilakukan oleh Cicillia (1990) dan penelitian di luar negeri

menemukan miskonsepsi-miskonsepsi berikut mengenai gaya pada benda rehat:

(1) Sebagian siswa menganggap bahwa benda hanya bisa diam kalau sama sekali

tidak ada gaya yang bekerja padanya, maka gaya gravitasi dan gaya normal

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dianggap nol. (2) sebagian siswa menjawab gaya normal adalah nol, sisiwa sering

menganggap gaya normal sebagai lawan dari gaya gravitasi pada benda, maka

timbul jawaban bahwa gaya normal pada buku di atas meja miring tetap vertical.

(3) Jika benda di dorong dan tidak bergerak, gaya gesekan dianggap lebih besar

daripada gaya dorong atau dianggap tidak ada gaya gesekan (van den Berg,

1991:34).

Miskonsepsi lain di bidang dinamika partikel yaitu benda yang berat akan

jatuh terlebih dahulu dibanding benda yang ringan pada gerak jatuh bebas.

Gustone (1994) melaporkan 63% mahasiswa pendidikan diploma mengalami

miskonsepsi tentang benda yang berat akan jatuh terlebih dahulu dari pada benda

yang lebih ringan. Sedangkan identifikasi untuk populasi anak umur 11 tahun,

mahasiswa fisika yang belum lulus, sarjana muda, dan bukan siswa remaja

frekuensinya meningkat menjadi 91% (Michael Allen, 2010:154).

Penelitian yang dilakukan oleh Ngadiyo tentang kepemilkan miskonsepsi

dalam Gaya Gesekan pada siswa dan guru di SMAN 1 Surakarta tahun 2008

diperoleh hasil adanya miskonsepsi yang terjadi pada guru dan siswa di SMAN 1

Surakarta. Subjek penelitian adalah 20 siswa terbaik dalam bidang fisika di SMA

tersebut dan para guru yang mengajar. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

miskonsepsi tentang (1) Arah gaya gesekan statis pada benda yang disusun

sebesar 96%; (2) Gaya gesekan statis tidak dapat menimbulkan gerak (100%); (3)

Koefisien gesekan statis kurang dari 1 (90%); (4) penulisan yang salah dari

persamaan gaya gesek statis. Penyebab miskonsepsi pada siswa adalah situasi

mental siswa, miskonsepsi pada guru, buku pegangan siswa, dan metode

pengajaran yang kurang tepat.

C. Kerangka Pemikiran

Di bidang pendidikan, filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan

bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak

dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari. Oleh karena siswa

sendiri yang mengkontruksi, dapat terjadi siswa dalam melakukan konstruksi

konsep diawali dengan sebelum mereka mendapatkan pelajaran formal tentang

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

bahan tertentu. Mereka mengonstruksi sendiri hal itu karena pengalaman hidup

mereka. Inilah yang disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa (Paul Suparno:

30-31).

Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002:13-14) menggolongkan belajar

pengetahuan ke dalam 3 fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan

konsep dan aplikasi konsep. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan

konsep yang ia miliki untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.

Pada dasarnya setiap siswa memiliki konsepsi sendiri-sendiri terhadap

suatu konsep yang baru, yang dipengaruhi oleh konsep yang telah dimiliki dan

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Selama proses pembelajaran fisika,

siswa dalam menerima konsep-konsep fisika tidak terlepas dari prakonsepsi yang

cenderung berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Percampuran konsep-konsep

baru yang diberikan guru dengan prakonsepsi serta adanya hambatan berupa

kelemahan mental, intelegensia, serta keterbatasan siswa dalam memanfaatkan

inderanya, hal-hal itulah yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami

miskonsepsi pada konsep fisika meliputi konsep kelistrikan, gerak, optik geometri

dan sebagainya. Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani program

praktek lapangan di SMA Negeri 2 Sukoharjo, penulis menemukan adanya

miskonsepsi pada pokok materi Usaha dan Energi yang dialami siswa kelas XI

jurusan IPA. Salah satu contohnya adalah besarnya usaha yang dilakukan saat

perpindahannya nol, siswa menganggap usahanya yang dilakukan tidak sama

dengan nol.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis menduga setiap siswa SMAN 2

Sukoharjo memilki konsepsi sendiri-sendiri terhadap suatu konsep yang baru yang

disampaikan oleh guru yang disebabkan oleh perbedaan prakonsepsi siswa,

intelegensia, keterbatasan siswa dalam memanfaatkan inderanya, serta

kemampuan mengaplikasikan konsep. Di bidang Fisika, adanya kemungkinan

perbedaan konsepsi tersebut, memungkinkan terjadinya miskonsepsi pada siswa

SMA Negeri 2 Sukoharjo dalam konsep-konsep fisika yang di ajarkan. Jika pada

pokok materi Usaha dan Energi siswa mengalami miskonsepsi, penulis menduga

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

siswa juga mengalami miskonsepsi pada pokok materi Fisika yang lain, terutama

materi Dinamika Partikel. Hal ini disebabkan dasar materi Usaha dan Energi

adalah materi Dinamika Partikel.

Berdasarkan hasil observasi dan pemikiran-pemikiran penulis yang telah

diuraikan di atas, penulis kembangkan menjadi sebuah penelitian. Obyek

penelitian adalah kepemilikan dan profil miskonsepsi yang dialami oleh siswa

SMA Negeri 2 Sukoharjo pada materi Dinamika partikel. Materi Dinamika

Partikel erat kaitannya dengan aktivitas gerak siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu besar kemungkinan pengalaman aktivitas gerak siswa sehari-hari

menimbulkan prakonsepsi siswa yang berpotensi besar menyebabkan terjadinya

miskonsepsi.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur paradigma

penelitiannya sebagai berikut

Gambar 2.6 Paradigma Penelitian

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dituliskan rumusan

pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

Apakah siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo memiliki miskonsepsi

pada setiap konsep Dinamika partikel dan bagaimana profil miskonsepsi yang

terjadi di setiap sub konsep dalam dinamika partikel.

Tes Diagnostik

Siswa

Kesimpulan

Pembuatan Instrumen

Kajian Literatur

Analisis data

Konsultasi dengan ahli

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian merupakan jenis penelitian kuantitatif yang didukung data

deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

fenomenologis. Melalui pendekatan fenomenologi, peneliti dapat memahami

secara emic konsep-konsep, pandangan-pandangan, nilai-nilai, ide-ide, gagasan-

gagasan, dan norma-norma yang berlaku di tempat penelitian, sehingga tidak

terjadi kekeliruan penafsiran atas makna objek yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode expostfacto.

Metode expostfacto adalah metode yang digunakan untuk menjelaskan fenomena-

fenomena dunia konseptual subjek yang diamati melalui tindakan dan

pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subjek disekitar kejadian

sehari-hari. Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah kepemilikan

miskonsepsi para siswa.

Strategi yang digunakan dalam penelitian adalah dengan mendeskriptifkan

data. Deskriptif data bertujuan untuk mendiskripsikan suatu objek, fenomena,

data, fakta dan keadaan yang ada sesuai kenyataan di lapangan. Kemudian untuk

memudahkan dalam pelaporan dijadikan data kuantitatif menggunakan

perhitungan statistik . Data-data yang dideskripsikan adalah profil miskonsepsi

siswa XI IPA SMAN 2 Sukoharjo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Penulis memilih

SMA tersebut karena didasarkan pada kegiatan program pengalaman lapangan

penulis. Dimana saat penulis menjalani program Program Pengalaman Lapangan

(PPL) tersebut, penulis menemukan banyak sekali kesalah pahaman siswa tentang

konsep dinamika partikel, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

di SMA 2 sukoharjo untuk mengetahui sebanyak apa miskonsepsi yang terjadi dan

bagaimana profil miskonsepsi tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan November 2010 sampai dengan

bulan Juni 2011. Secara operasional penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Persiapan

Meliputi: Pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan

proposal, permohonan ijin, dan pembuatan instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan

Meliputi pelaksanaan pengambilan data di lapangan yang ditunjuk sebagai tempat

penelitian

c. Tahap Penyelesaian

Meliputi : analisis data dan penyusunan laporan penelitian

Adapun jadwal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 82

C. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data informasi tentang

kemugkinan terjadinya miskonsepsi pada setiap sub konsep Dinamika Partikel

dilihat dari aspek kualitatif. Data penelitian yang dikumpulkan dari berbagai

sumber meliputi :

1. Informasi dosen, Guru Fisika di sekolah serta siswa SMA. Informasi dari

dosen berasal dari dosen pembimbing dan dosen yang mengajarkan mata

kuliah Fisika Dasar I. Informasi Guru Fisika diperoleh dari guru-guru SMA

yang mengajar Fisika di SMA Negeri 2 Sukoharjo. Sedangkan informasi dari

siswa diperoleh dari siswa kelas XI IPA.

2. Tempat peristiwa dan berlangsungnya aktivitas pembelajaran

3. Kajian literatur, berupa jurnal-jurnal penelitian miskonsepsi fisika pada

konsep Dinamika Partikel

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian penulis menggunakan teknik pengambilan sampel

purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel berdasarkan tujuan penelitian. Dalam proses seleksi untuk mendapatkan

sejumlah orang, situasi, kegiatan/aktivitas, dokumen, yang diperlukan didasarkan

pada tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan teknik purposive sampling hal ini

ditujukan untuk mengetahui perbedaan konsepsi antara para ahli dan kelompok

siswa. Sampel yang dipilih adalah semua kelas XI IPA. Hal ini didasarkan pada

tujuan peneliti untuk mengetahui sebanyak apa miskonsepsi yang terjadi pada

siswa kelas XI yang mengambil jurusan IPA. Diharapkan dengan pengambilan

sampel dari semua anggota populasi dapat diperoleh data yang lebih valid.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan data-

data yang dibutuhkan dan dapat diolah menjadi suatu data yang dapat disajikan

sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini,

teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes,

Teknik tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan

yang sudah ditentukan. Adapun test yang dilakukan adalah test diagnostik

miskonsepsi. Tes diagnostik ini mempunyai multi fungsi, yaitu pertama, untuk

mengidentifikasi siswa yang terindikasi mengalami miskonsepsi konsep dinamika

partikel, kedua menemukan sasaran penelitian, ketiga menemukan materi

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

manakah yang banyak muncul miskonsepsi, keempat mengidentifikasi profil

miskonsepsi. Penyusunan instrumen tes diagnostik didahului dengan konsultasi

kepada dosen yang berpengalaman mengajar Dinamika Partikel dan dilengkapi

dengan kajian literatur untuk mengetahui konsep mana saja yang sering salah

dipahami. Literatur yang digunakan adalah buku-buku, jurnal-jurnal penelitian

dan artikel-artikel yang berkaitan dengan miskonsepsi Dinamika Partikel.

Tes diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif

beralasan. Tes objektif beralasan adalah suatu cara yang ditempuh antara lain

dengan mengontrol suatu item menggunakan suatu item lain dimana kedua item

tersebut mempersoalkan hal yang sama atau mengontrol melalui pilihan beralasan.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen

pengambilan data, yaitu soal tes diagnostik kepemilikan miskonsepsi. Ada

beberapa tipe yang dapat digunakan dalam tes diagnostik kepemilikan

miskonsepsi. Pada penelitian ini, bentuk tes yang digunakan peneliti adalah

bentuk tes objektif beralasan, dimana pernyataan dan sebab ditentukan oleh

peneliti. Yaitu terdiri dari 2 alternatif jawaban dan empat alternatif sebab

Pemilihan bentuk instrument tersebut didasari oleh beberapa pertimbangan

diantaranya :

a. Kondisi Siswa yang Menjadi Subyek Penelitian

Kondisi siswa yang dimaksud diantaranya adalah kemungkinan terjadinya

sikap kurang menghargai sebagian siswa SMA terhadap penelitian yang dilakukan

penulis. Hal ini didasarkan pada pengalaman penulis dan teman-teman penulis

saat duduk dibangku sekolah SMA. Dan bahkan dari beberapa cerita teman

penulis, banyak siswa cenderung acuh tak acuh, sukar untuk diajak bekerjasama,

dan menjawab asal-asalan karena menganggap penelitian yang dilakukan tidak

berkaitan dengan nilai mata pelajaran siswa. Selain itu jika siswa disuruh untuk

menuliskan alasan, tidak semua siswa berkenan menuliskan alasan mereka, hal ini

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

disebabkan kemampuan siswa dalam menuliskan jawaban mereka dalam bentuk

kata-kata. Tidak hanya saat menjadi siswa SMA, sampai sekarang penulis dan

teman-teman penulis masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan

pemikiran dalam bentuk kata-kata dan tulisan. Untuk menghindari kemungkinan

terjadinya hal-hal di atas, maka penulis memutuskan memilih bentuk instrument

tes obyektif dengan alasan sudah ditentukan.

b. Mudah dalam Menganalisis

Dengan menggunakan tes objektif dengan alasan ditentukan, akan

memudahkan peneliti dalam mengolah data, karena jawaban tidak akan

menimbulkan alasan terbuka.

Pada tahap awal pembuatan instrument soal, jumlah soal yang penulis

ajukan adalah 35 soal. Hal tersebut didasarkan pada hasil pencarian penulis dari

berbagai literatur tentang miskonsepsi pada pokok bahasan Dinamika Partikel.

Adapun persebaran materi instrument tes identifikasi miskonsepsi yang diujikan

disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Persebaran Materi Instrument Tes Identifikasi Miskonsepsi

Dinamika Partikel

No. Pokok Materi Jumlah Soal

1. Pengertian dan arah gaya 5 2. Hukum 1 Newton 5 3. Hukum II Newton 5 4. Hukum III Newton 5 5. Gaya Normal 5 6 Gaya Berat 5 7 Gaya Gesekan 5

Jumlah 35

Setelah tahap konsultasi dengan pihak dosen pembimbing jumlah soal

pada instrument tersebut direduksi menjadi 25 soal. Terdiri dari 5 item soal

pengertian dan arah gaya, 10 item soal hukum-hukum Newton, 4 item soal konsep

gaya normal, 4 item konsep gaya gesek, dan 2 item konsep gaya berat.

Pengurangan jumlah soal menjadi 25 dilakukan agar soal yang diujikan tidak

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

saling tumpang tindih. Soal tersebut juga sudah disesuaikan dengan cakupan

materi miskonsepsi yang diujikan dan durasi waktu mengerjakan soal (45 menit).

2. Validitas Instrument

Validitas intrumen tes yang diukur adalah validitas isi. Kemudian untuk

menguji validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen

dengan materi yang diteskan. Pada penelitian ini, sebelum pengambilan data

penulis melakukan pengujian terhadap validitas tes dianostik dinamika partikel

yang sudah dibuat. Pengujian validitas isi instrumen tes dianostik dinamika

partikel yaitu konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai konsep dinamika

partikel. Sedangkan untuk pengujian kejelasan bahasa, instrument dikonsultasikan

pada rekan-rekan penulis.

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya miskonsepsi pada diri siswa

SMA Negeri 2 Sukoharjo setelah diberikan perlakuan yang berupa tes diagnosis

miskonsepsi yang berbentuk tes objektif beralasan.

Aktivitas dalam analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

statistik deskriftif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriftif antara lain

adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram,

perhitungan modus, median, mean, perhitungan persentase. Dalam penelitian

penulis menyajikan data penelitian ke dalam bentuk persentase miskonsepsi dan

pictogram (diagram batang) miskonsepsi siswa.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 235), langkah-langkah analisis secara

garis besar ditunjukkan pada Gambar 3.1

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data

1. Tahap Persiapan

Tahapan pertama dalam analisis data adalah persiapan. Pengumpulan data

atau informasi tentang kepemilikan miskonsepsi dilaksanakan melalui tes

diagnosis miskonsepsi yang berbentuk tes objektif dengan alasan yang ditentukan.

Data yang diperoleh melalui tes inilah yang kemudian diolah menjadi data

kuantitatif yang didukung data kualitatif berupa pendeskripsian profil miskonsepsi

pada diri mahasiswa pada pokok bahasan dinamika partikel. Kegiatan dalam tahap

persiapan antara lain:

a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisis untuk pengolahan data

lebih lanjut.

b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument pengumpulan

data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrument barangkali ada yang

terlepas atau sobek).

c. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrument termuat sebuah atau

beberapa item yang tidak dikehendaki peneliti, padahal item yang diharapkan

tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.

Persiapan

Tabulasi Data

Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Tahap Tabulasi Data

Pada tahap tabulasi data, penulis mengolah data hasil tes identifikasi

miskonsepsi dan mengelompokkan jawaban siswa menurut klasifikasi derajat

pemahaman siswa (data selengkapnya pada lampiran 5 halaman 98). Hal-hal yang

dilakukan penulis pada tahap tabulasi adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kode derajat pemahaman siswa

Kode 1: Memahami

Kode 2 : Miskonsepsi

Kode 3 : Tidak memahami

Adapun pengkategorian jawaban siswa tersebut berdasarkan pada:

1) Jawaban mahasiswa termasuk kategori tidak memahami bila:

a) Jawaban benar, namun tidak memberikan jawaban penjelasan.

b) Jawaban salah, demikian juga penjelasannya dan keduanya tidak ada

keterhubungan.

c) Jawaban benar, namun penjelasan atas jawaban tidak berhubungan dengan

pertanyaan.

2) Jawaban mahasiswa termasuk kategori memahami bila:

a) Jawaban benar, penjelasan menunjukkan bahwa konsep yang dipahami

sudah benar.

b) Jawaban benar, namun penjelasan jawaban menunjukkan hanya sebagian

konsep yang dipahami dan tidak menunjukkan adanya miskonsepsi.

3) Jawaban mahasiswa termasuk kategori miskonsepsi bila:

a) Jawaban benar, penjelasan menunjukkan jawaban yang tidak logis.

b) Jawaban dan penjelasan menunjukkan adanya miskonsepsi.

b. Memberi kode kategori miskonsepsi

Miskonsepsi 1 : untuk katogori miskonsepsi 1

Miskonsepsi 2 : untuk miskonsepsi 2, dan seterusnya

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian

Tahap analisis berikutnya yaitu penerapan data sesuai dengan pendekatan

penelitian. Pada tahap penerapan data, data yang diperoleh diolah dengan

menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan

pendekatan penelitian atau desain yang diambil.

Data yang didapat dari hasil tes penelitian dianalisis dengan cara statistik

deskriptif dan didukung data deskriptif profil miskonsepsi siswa. Langkah yang

dilakukan adalah menganalisis per item soal untuk diambil kesimpulan berupa

data kuantitatif persentase miskonsepsi tiap kategori miskonsepsi dinamika

partikel yang didukung deskripsi data profil miskonsepsi siswa.

Data yang dideskripsikan berupa persentase hasil tes miskonsepsi dan

distribusi jawaban siswa sebagai subjek penelitian, untuk setiap item soal tes

miskonsepsi tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis deskriptif

ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung persentase jawaban siswa tiap item soal

1) Kategori memahami

Persentase memahami : ꃐōꃐǴ ꅐod㸀 Ǵ : :od k㸀gꅐw h ꃐowgkgh ꃐōꃐǴ x 100%

2) Kategori miskonsepsi

Persentase memahami : ꃐōꃐǴ ꅐod㸀 Ǵ : ꅐōꃐ浓努dꃐo怒ꃐō㸀gꅐw h ꃐowgkgh ꃐōꃐǴ x 100%

3) Kategori tidak memahami

Persentase memahami : ꃐōꃐǴ ꅐod㸀 Ǵ : 疟ō拧 浓 ꅐoꅐ h ꅐō㸀gꅐw h ꃐowgkgh ꃐōꃐǴ x 100%

b. Membuat tabel frekuensi dan persentase derajat pemahaman siswa

Tabel 3.2 Contoh Tabel Jumlah dan Persentase Pemahaman Siswa

No

Soal

Memahami Miskonsepsi Tidak memahami

frekuensi % frekuensi % frekuensi %

1

2

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Pengkategorian jawaban siswa dalam tabel persentase

Tabel 3.3 Contoh Tabel Kategori Pemahaman Siswa

No. Soal Derajat pemahaman siswa (%) Jumlah Tidak memahami Memahami Miskonsepsi

1

d. Dari tabel 3.2 dan 3.3 kemudian dibuat tabel baru yang berisi distribusi

jawaban siswa untuk tiap-tiap soal yang diklasifikasikan lagi ke dalam tiap

kategori miskonsepsi yang sama.

Tabel 3.4 Contoh Tabel Persentase Tiap Miskonsepsi

No.soal Frekuensi Persentase 1 2

Rata-rata

e. Membuat tabel persentase rata-rata tiap miskonsepsi secara keseluruhan.

Tabel 3.5 Contoh Tabel Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa

No. Kategori miskonsepsi

No. Soal Presentase rata-rata

1. Miskonsepsi 1

2 Miskonsepsi 2

Dari data tabel 3.5 diperoleh data untuk kemudian di analisis bagaimana

profil miskonsepsi yang terjadi pada tiap sub konsep tersebut.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Hasil Tes Miskonsepsi

a. Persentase Derajat Pemahaman Siswa pada Tiap Soal

Gambaran yang jelas dari data yang dihasilkan dari tes identifikasi

miskonsepsi dinamika partikel dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Derajat Pemahaman Siswa

No

Soal

Persentase Derajat Pemahaman Siswa

Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 51 45,13 35 30,97 27 23,89 2 2 1,77 51 45,13 60 53,10 3 29 25,66 39 34,51 45 39,82 4 9 7,96 92 81,42 12 10,62 5 10 8,85 72 63,72 31 27,43 6 74 65,49 32 29,20 7 6,19 7 12 10,62 33 29,20 68 60,18 8 24 21,24 89 78,76 0 0,00 9 68 60,18 35 30,97 10 8,85

10 9 7,96 97 85,84 7 6,19 11 50 44,25 45 39,82 18 15,93 12 19 16,81 54 47,79 40 35,40 13 16 14,16 60 53,10 37 32,74 14 23 20,35 38 33,63 52 46,02 15 25 22,12 69 61,06 19 16,81 16 47 41,59 10 8,85 56 49,56 17 44 38,94 45 39,82 24 21,24 18 8 7,08 103 91,15 1 0,88 19 8 7,08 74 65,49 31 27,43 20 8 7,08 97 85,84 8 7,08 21 17 15,04 59 53,10 37 31,84 22 12 10,62 85 75,22 16 14,16 23 17 15,04 89 78,76 7 6,19 24 15 13,27 74 65,49 24 21,24 25 9 7,96 88 77,88 16 14,16

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan:

Jumlah sampel: 113 siswa

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada

semua soal yang diujikan.

paling besar adalah soal nomo

jawaban miskonsepsi paling besar adalah soal nomor 18 dengan persentase

(91,15%). Sedangkan soal yang memiliki persentase jawaban tida

paling tinggi adalah soal nom

Gambar 4.1 Diagram Balok Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi Dinamika Partikel

Gambar 4.1 Memperlihatkan diagram perbandingan tingkat pemahaman

siswa. Pada Gambar (4.1) terlihat bahwa rata

konsepsi yang tinggi pada tiap soal. Dari data jawaban soal, siswa diketahui

bahwa dari 113 siswa tidak ada satu pun siswa yang menjawab benar di semua

soal yang di ujikan (data sel

0102030405060708090

100

1 2 3 4 5

Pers

enta

se D

eraj

at P

emah

aman

Sis

wa

Diagram Derajat Pemahaman Siswa

Memahami

4.1 dapat diketahui bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada

semua soal yang diujikan. Soal yang memiliki persentase jawaban memaha

paling besar adalah soal nomor 6 (65,49%). Soal yang memiliki persentase

si paling besar adalah soal nomor 18 dengan persentase

15%). Sedangkan soal yang memiliki persentase jawaban tidak memaham

paling tinggi adalah soal nomor 7 (60,18%).

Gambar 4.1 Diagram Balok Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi Dinamika Partikel

Gambar 4.1 Memperlihatkan diagram perbandingan tingkat pemahaman

siswa. Pada Gambar (4.1) terlihat bahwa rata-rata siswa memiliki tingkat mis

konsepsi yang tinggi pada tiap soal. Dari data jawaban soal, siswa diketahui

bahwa dari 113 siswa tidak ada satu pun siswa yang menjawab benar di semua

data selengkapnya pada lampiran 5 halaman 98). Hal ini

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

No. Soal

Diagram Derajat Pemahaman Siswa

Memahami Miskonsepsi Tidak Memahami

49

4.1 dapat diketahui bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada

Soal yang memiliki persentase jawaban memahami

49%). Soal yang memiliki persentase

si paling besar adalah soal nomor 18 dengan persentase

k memahami

Gambar 4.1 Diagram Balok Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi Dinamika

Gambar 4.1 Memperlihatkan diagram perbandingan tingkat pemahaman

memiliki tingkat mis-

konsepsi yang tinggi pada tiap soal. Dari data jawaban soal, siswa diketahui

bahwa dari 113 siswa tidak ada satu pun siswa yang menjawab benar di semua

). Hal ini

24 25

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dapat terlihat dari tingginya persentase diagram batang pada Gambar (4.1).

Persentase miskonsepsi siswa ditunjukkan oleh diagram batang berwarna merah.

b. Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa

Setelah dilakukan pengolahan data derajat pemahaman siswa pada tiap

item soal, langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk mengetahui besarnya

persentase rata-rata pada tiap kategori miskonsepsi. Berikut data persentese rata-

rata pada tiap kategori miskonsepsi

Tabel 4.2 Persentase Rata-Rata Miskonsepsi Siswa

Kategori Miskonsepsi No.soal Persentase Rata-rata (%)

Miskonsepsi 1 1 30,97

Miskonsepsi 2 2, 3 39,82

Miskonsepsi 3 4, 5 72,57

Miskonsepsi 4 6, 7 29,20

Miskonsepsi 5 8 78,76

Miskonsepsi 6 9, 10, 11 52,21

Miskonsepsi 7 12 47,79

Miskonsepsi 8 13 53,10

Miskonsepsi 9 14, 15, 16, 17 35,84

Miskonsepsi 10 18 91,15

Miskonsepsi 11 19, 20 75,67

Miskonsepsi 12 21 53,10

Miskonsepsi 13 22, 23 76,99

Miskonsepsi 14 24, 25 72,13

Dari data tersebut diketahui bahwa 9 dari 14 kategori miskonsepsi yang

diujikan memiliki persentase rata-rata di atas 50%. Miskonsepsi yang memiliki

tingkat miskonsepsi di atas 50% persen adalah:

1) Miskonsepsi 3 tentang harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Miskonsepsi 5 tentang

yang bekerja.

3) Miskonsepsi 6 tentang r

4) Miskonsepsi 8 tentang

5) Miskonsepsi 10 yaitu tentang persamaan matematis gaya gesekan statis,

miskonsepsi ini merupakan miskonsepsi yang me

6) Miskonsepsi 11 tentang

ketika didorong.

7) Miskonsepsi 12 tentang

berlawanan dengan gaya

8) Miskonsepsi 13 tentang

gerak jatuh bebas.

9) Miskonsepsi 14 tentang

Gambar 4.2 memperlihatkan diagram persentase rata

kategori miskonsepsi yang diujikan.

Gambar 4.2 Diagram Persentase

0

20

40

60

80

100

M.1

M. 2

M. 3

M. 4

Pres

enta

se R

ata-

rata

Presentase Rata

iskonsepsi 5 tentang sebuah benda akan melambat jika tidak ada gaya total

resultan gaya sebanding dengan kecepatan.

iskonsepsi 8 tentang percepatan sebanding dengan perubahan gaya.

iskonsepsi 10 yaitu tentang persamaan matematis gaya gesekan statis,

miskonsepsi ini merupakan miskonsepsi yang memiliki persentase tertinggi.

iskonsepsi 11 tentang besarnya gaya gesek statis pada benda yang diam

iskonsepsi 12 tentang arah gaya gesek pada benda yang ditumpuk

berlawanan dengan gaya F.

iskonsepsi 13 tentang benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu pada

iskonsepsi 14 tentang gaya aksi dan reaksi yang bekerja pada suatu benda

emperlihatkan diagram persentase rata-rata pada tiap

kategori miskonsepsi yang diujikan.

Gambar 4.2 Diagram Persentase Rata-Rata pada Tiap Kategori Miskonsepsi

M. 4

M. 5

M. 6

M. 7

M. 8

M. 9

M. 1

0

M. 1

1

M. 1

2

M. 1

3

M.1

4

Kategori Miskonsepsi

Presentase Rata-rata Miskonsepsi Siswa

M = miskonsepsi

51

jika tidak ada gaya total

.

iskonsepsi 10 yaitu tentang persamaan matematis gaya gesekan statis,

miliki persentase tertinggi.

besarnya gaya gesek statis pada benda yang diam

arah gaya gesek pada benda yang ditumpuk

akan jatuh lebih dahulu pada

gaya aksi dan reaksi yang bekerja pada suatu benda.

rata pada tiap

Rata pada Tiap Kategori Miskonsepsi

miskonsepsi

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

B. Hasil Analisis Data Penelitian

1. Pembahasan Konsep Tiap Kategori Miskonsepsi

Langkah pertama dalam analisis data adalah mengelompokkan instrumen

soal ke dalam kategori miskonsepsi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam

analisis data secara kualitatif. Item soal yang mempermasalahkan miskonsepsi

yang sama dikelompokkan dalam kategori miskonsepsi yang sama. Kategori

miskonsepsi dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 108

a. Miskonsepsi 1

Soal No. 1 merupakan soal tes identifikasi miskonsepsi tentang gaya selalu

menyebabkan benda bergerak. Siswa beranggapan bahwa gaya selalu

menyebabkan benda bergerak, jika tidak ada gaya maka siswa menganggap tidak

ada gaya yang bekerja. Selain itu juga pemahaman siswa yang salah tentang

konsep hukum II Newton tentang gerak. Siswa beranggapan jika gaya diberikan

pada benda, benda dipastikan bergerak dengan percepatan yang konstan, tanpa

mempertimbangkan adanya gaya gesekan yang mungkin saja menyebabkan benda

itu tidak bergerak.

Tidak semua gaya menyebabkan benda bergerak, sebagai contoh ketika

seseorang mendorong tembok, dan tembok tidak bergerak. Dalam kasus ini bukan

berarti gaya yang dilakukan orang tersebut sama dengan nol, tetapi

perpindahannya yang bernilai nol.

Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya adalah dorongan atau tarikan yang

diberikan pada benda, tidak peduli benda tersebut bergerak atau tidak.

b. Miskonsepsi 2

Soal No. 2 dan 3 adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

arah gerak benda selalu mengikuti arah gaya terbesar yang bekerja pada benda.

Pada kasus soal No. 2 Jika sebuah balok bergerak ke utara dengan kecepatan

konstan 10 m/s, kemudian pada balok tersebut bekerja gaya 20 N dengan arah ke

timur maka benda tersebut akan bergerak menurut lintasan seperti Gambar 4.3.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.3

Hal ini disebabkan kecepatan benda tetap dan benda dipercepat searah

dengan gaya yang bekerja. Lintasan benda akan berbentuk bagian dari parabola

jika percepatan akibat gaya yang diberikan

berbentuk bagian dari hiperbola jika percepatan tersebut jauh lebih besar (

Pada soal no 3 siswa disuruh menentukan arah gerak benda jika dikenakan

dua gaya seperti pada Gambar 4.4

Gambar 4.4

Jika pada benda bekerja dua buah gaya, maka arah gerak benda tersebut

adalah searah dengan resultan gaya yang bekerja pada benda, bukan searah gaya

terbesar yang bekerja pada benda.

c. Miskonsepsi 3

Soal No. 4 dan 5 adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda.

Pada soal No. 4 diberikan soal batu yang dilempar

sehingga menghasilkan lintasan berbentuk

menentukan gambar diagram gaya yang bekerja pada batu.

Jawaban yang diharapkan adalah seperti yang terlihat pada

Gambar 4.5

horizontal

Gambar 4.3 Lintasan Gerak Benda

Hal ini disebabkan kecepatan benda tetap dan benda dipercepat searah

dengan gaya yang bekerja. Lintasan benda akan berbentuk bagian dari parabola

jika percepatan akibat gaya yang diberikan jauh lebih kecil (䚀矗 <<) dan akan

berbentuk bagian dari hiperbola jika percepatan tersebut jauh lebih besar (

Pada soal no 3 siswa disuruh menentukan arah gerak benda jika dikenakan

dua gaya seperti pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Gaya-gaya yang Bekerja pada Balok

Jika pada benda bekerja dua buah gaya, maka arah gerak benda tersebut

adalah searah dengan resultan gaya yang bekerja pada benda, bukan searah gaya

terbesar yang bekerja pada benda.

adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda.

4 diberikan soal batu yang dilempar ke arah horizontal,

lintasan berbentuk setengah parabola, siswa disuruh

diagram gaya yang bekerja pada batu.

Jawaban yang diharapkan adalah seperti yang terlihat pada Gambar 4.5

4.5 Diagram Gaya yang Bekerja pada Batu

A

20 N

10 N

U

53

Hal ini disebabkan kecepatan benda tetap dan benda dipercepat searah

dengan gaya yang bekerja. Lintasan benda akan berbentuk bagian dari parabola

<<) dan akan

berbentuk bagian dari hiperbola jika percepatan tersebut jauh lebih besar (䚀矗 >>).

Pada soal no 3 siswa disuruh menentukan arah gerak benda jika dikenakan

Jika pada benda bekerja dua buah gaya, maka arah gerak benda tersebut

adalah searah dengan resultan gaya yang bekerja pada benda, bukan searah gaya

adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

horizontal,

setengah parabola, siswa disuruh

Gambar 4.5

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Hal ini disebabkan pada titik A, hanya gaya grafitasi yang bekerja pada batu.

Tidak ada gaya F yang bekerja pada batu di titik A, dan gerak benda ke arah

horizontal disebabkan pengaruh kecepatan awal batu.

Pada soal No. 5 lintasan batu diganti dengan lintasan vertikal. Jawaban

yang di harapkan adalah hanya gaya gravitasi yang bekerja pada batu pada titik A.

Setelah batu lepas dari tangan, batu sudah tidak merasakan lagi gaya dorong dari

tangan. Jika gaya gesek udara diabaikan, maka yang berpengaruh hanyalah medan

gravitasi. Gaya gravitasi bekerja pada benda dengan arah berlawanan dengan

gerak benda, hal tersebut berarti gaya gravitasi memperlambat gerak benda sebab

gaya gravitasi menimbulkan percepatan yang berlawanan dengan arah kecepatan

batu. Karena adanya perlambatan tersebut maka suatu saat batu akan berhenti, dan

mulai bergerak turun kembali karena dipercepat oleh gravitasi ke arah bawah.

d. Miskonsepsi 4

Soal No. 6 dan 7 adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam.

Pada soal No.6, penulis menanyakan tentang gaya yang bekerja pada

benda yang diam di atas meja. Jawaban yang diharapkan adalah resultan gaya

yang bekerja pada benda nol. Pada benda yang diam di atas meja, benda

mengalami gaya gravitasi yang menariknya ke bawah yang menyebabkan buku

menekan meja. Penekanan atom-atom meja oleh buku menyebabkan deformasi

yang menghasilkan gaya Hooke dari meja pada buku. Inilah yang disebut gaya

normal. Karena buku diam maka resultan gaya yang bekerja pada benda adalah

nol ∑付 实0

㶀 实棺

Pada soal No. 7 penulis menanyakan konsep yang sama yaitu konsep

hukum I Newton, namun pada arah horizontal. Jika sebuah truk didorong dengan

sekuat tenaga, namun truk tersebut tidak bergerak maka jawaban yang diharapkan

dari pertanyaan tersebut adalah Gaya yang dilakukan sama dengan gaya gesek

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

mobil dengan lantai. Hal ini sesuai dengan dengan perumusan hukum I Newton,

yaitu pada benda yang diam maka resultan gaya yang bekerja sama dengan nol. ∑付 实0

付 实⮈5

e. Miskonsepsi 5

Soal No. 8 adalah soal identifikasi kepemilikan miskonsepsi tentang

sebuah benda akan melambat jika tidak ada gaya total yang bekerja. Pada soal

No.8 ditanyakan perbandingan kecepatan benda tepat ketika gaya dorong pada

benda dihentikan dengan kecepatan benda 1 menit kemudian. Jawaban yang

diharapkan dari soal tersebut adalah kecepatan benda tetap sebab ketika resultan

gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol. Hukum I Newton menyatakan

bahwa jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sebuah benda, benda akan

mempertahankan keadaannya. Benda yang diam akan tetap diam dan benda yang

bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan konstan pada lintasan lurus.

f. Miskonsepsi 6

Miskonsepsi 6 adalah miskonsepsi tentang Resultan gaya sebanding

dengan kecepatan.

Soal No. 9 menanyakan tentang apa yang harus dilakukan oleh Rani agar

kecepatan sepedanya tetap. Pada kasus gerak lurus beraturan untuk

mempertahankan agar kecepatannya tetap, maka yang perlu dilakukan adalah

menyeimbangkan gaya yang bekerja agar resultannya nol. Hal ini sesuai dengan

perumusan hukum I newton tentang gerak yaitu benda akan mempertahankan

keadaannya.

Pada soal No. 10 dikisahkan ada dua orang yang keduanya masing-masing

mendorong meja ke arah barat. Masing-masing meja orang tersebut, bergerak

dengan kecepatan konstan. Siswa di suruh menentukan perbandingan resultan

gaya yang bekerja pada kedua meja. Jawaban yang diharapkan adalah resultan

gaya yang bekerja adalah sama yaitu ∑付 实0. Hal ini disebabkan kedua benda

sama-sama bergerak dengan kecepatan konstan jadi resultan gayanya adalah nol.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Ada siswa yang menganggap gaya sebanding dengan kecepatan. Jadi

ketika suatu gaya yang konstan bekerja pada suatu benda, maka gaya konstan

tersebut akan menyebabkan benda bergerak dengan kecepatan konstan. Dengan

bertambahnya gaya menyebabkan berubahnya kecepatan atau dengan kata lain

perubahan gaya sebanding dengan percepatan. Untuk menguji kepemilikan

miskonsepsi tersebut, penulis menjadikannya pertanyaan soal No. 11.

Jawaban yang diharapkan dari soal No. 11 adalah benda bergerak dengan

percepatan konstan. Hal ini sesuai dengan hukum II Newton yang secara

matematis dirumuskan

䚀矗实毗矗⑸

Jadi besarnya percepatan sebanding dengan gaya. Jika suatu gaya konstan

dikenakan pada suatu benda, maka benda akan bergerak dengan percepatan

konstan searah dengan gaya yang bekerja.

g. Miskonsepsi 7

Miskonsepsi 7 adalah miskonsepsi tentang sebuah gaya konstan akan

mempercepat benda, sampai benda menggunakan semua kekuatan dari gaya

tersebut. Pada soal No. 12 diketahui sebuah pesawat ruang angkasa menembakkan

roketnya sehingga memberikan gaya dorong sebesar 1.000 N. siswa disuruh

menentukan pernyataan yang benar tentang gerakan pesawat ruang angkasa saat

roket dalam keadaan "On".

Jawaban yang diharapkan adalah pesawat akan dipercepat dengan

percepatan konstan. Hal ini sesuai dengan hukum II Newton, gaya sebanding

dengan percepatan. Jadi jika suatu gaya dikenakan pada suatu benda, maka benda

akan bergerak dengan percepatan konstan. Dan percepatannya akan tetap sama

seiring berjalannya waktu selama gaya tersebut masih bekerja.

h. Miskonsepsi 8

Miskonsepsi 8 adalah Miskonsepsi tentang percepatan sebanding dengan

perubahan gaya. Miskonsepsi 8 ada kaitannya dengan miskonsepsi 6 (gaya

sebanding dengan kecepatan).

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pada soal No. 13, ditanyakan gaya yang bekerja pada benda yang bergerak

dengan percepatan konstan. Jawaban yang diharapkan pada soal No. 13 adalah

gaya yang bekerja pada meja, tetap. Kecepatan bertambah 1 cm.s-1 tiap detik itu

artinya benda mengalami percepatan sebesar 1 cm.s-2. Karena percepatan meja

tetap, maka gaya yang bekerja juga harus tetap. Hal ini sesuai perumusan Hukum

II Newton, besarnya percepatan sebanding dengan gaya, jadi jika percepatan meja

tetap maka gaya yang bekerja juga harus tetap.

i. Miskonsepsi 9

Miskonsepsi 9 adalah miskonsepsi tentang besarnya gaya normal. Untuk

mengidentifikasi kepemilikan miskonsepsi besarnya gaya normal digunakan item

soal No. 14, 15, 16, dan 17.

Pada soal No. 14 ditanyakan besarnya gaya normal sebuah benda yang

dijatuhkan dari ketinggian h, dan benda memantul kembali. Untuk kasus benda

memantul kembali jawaban yang diharapkan dari pertanyaan tersebut adalah gaya

normal lebih besar dari gaya berat. Saat bola awalnya menuju ke bawah, bola

mengalami percepatan gravitasi. Setelah bola mengalami tumbukan dengan lantai,

bola memantul ke atas dan mengalami percepatan ke atas . Jadi gaya bersih juga

mengarah ke atas. Hanya dua gaya yang bekerja pada bola selama tumbukan yaitu

berat bola (menunjuk ke bawah) dan gaya normal yang mengarah ke atas. Untuk

gaya total mengarah ke atas, gaya ke atas harus melebihi gaya ke bawah, yaitu

gaya normal harus lebih besar dari berat (mg) bola. Hal ini disebabkan pada saat

bola menumbuk lantai terjadi perubahan momentum pada benda. Perubahan

momentum yang terjadi pada benda sama dengan impuls yang bekerja pada benda

tersebut. Besarnya dapat ditentukan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang

waktu gaya itu bekerja pada benda secara matematis

付. ∆棍实∆官

付. ∆棍实桂郭挠石桂郭囊

付 实纵桂郭挠石桂郭囊邹/∆棍 Jadi pada saat terjadi tumbukan lantai memberikan gaya sebesar F ke

benda sehingga benda memiliki gaya normal F+mg

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Soal No. 15 merupakan soal penguatan terhadap soal No. 14. Siswa yang

menderita miskonsepsi akan berkecenderungan untuk menjawab gaya normal

besarnya sama dengan gaya berat (mg).

Soal No.16 menanyakan tentang besarnya gaya normal yang dialami

benda pada bidang horizontal yang ditarik oleh gaya F yang membentuk sudut α

terhadap arah horizontal seperti pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Benda Ditarik Gaya F Membentuk Sudut α.

Jawaban yang diharapkan dari soal tersebut adalah N = mg - F sin α.

∑付仆实0

㶀石棺石 F sin α =0 , jadi

棺实国石付 sin 荒

Soal No.17 merupakan soal penguatan terhadap jawaban siswa pada

No.16. Pada soal ditanyakan tentang besarnya gaya normal pada bidang miring.

Jawaban yang diharapkan adalah N = mg cos α.

j. Miskonsepsi 10

Soal No.18 merupakan soal tes identifikasi miskonsepsi tentang per-

samaan gaya gesek statis. Persamaan matematis gaya gesek statis adalah

⮈魄 屎幌魄棺

Persamaan matematis ⮈魄 ⑸频瓶魄实幌魄棺 adalah persamaan gaya gesek statis

maksimum. Persamaan gaya gesek statis maksimum digunakan untuk mengetahui

keadaan benda ketika benda tersebut dikenai gaya. Jika gaya (F) lebih besar dari ⮈魄 ⑸频瓶魄, maka benda tersebut akan bergerak, namun sebaliknya jika F kurang dari ⮈魄 ⑸频瓶魄, maka benda akan tetap diam, dan jika F sama dengan ⮈魄 ⑸频瓶魄, benda akan

tepat bergerak (Serway, 2004: 132).

α

α

F

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

F

k. Miskonsepsi 11

Miskonsepsi 11 adalah miskonsepsi tentang besarnya gaya gesek statis

pada benda yang diam saat didorong. No. soal miskonsepsi 11 adalah 19 dan 20.

Pada soal No. 19, sebuah balok mula-mula diam di lantai mendatar yang

kasar, kemudian ditarik dengan gaya mendatar F seperti pada Gambar (4.7) dan

balok tetap diam. Yang ditanyakan adalah besarnya gaya gesek statis (⮈魄邹 antara

lantai dengan balok.

Gambar 4.7 Benda Ditarik Gaya F

Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah besarnya gaya gesek statis

balok dengan lantai adalah sama dengan F. Hal ini disebabkan keadaan balok

tetap diam.

Berdasarkan persamaan gaya gesekan statis dapat dijelaskan 1) jika gaya

yang bekerja pada benda lebih kecil dari gaya gesek maksimum, maka besarnya

gaya gesek statis sama dengan besarnya gaya yang bekerja pada benda. 2) jika

gaya yang bekerja pada benda mempunyai nilai lebih besar dari gaya gesek statis

maksimum, maka benda akan bergerak. Dan gaya gesek yang bekerja adalah gaya

gesek kinetik (Serway, 2004:132).

1) Gaya yang bekerja pada benda lebih kecil dari gaya gesek (⮈魄邹 maksimum

Gaya gesek statis maksimum sama dengan gaya minimum yang diperlukan

untuk menggerakkan benda. Jadi jika gaya yang bekerja pada benda lebih

kecil dari ⮈魄 maksimum, maka benda akan tetap diam dan berlaku resultan

gaya yang bekerja sama dengan nol (∑付 实0邹. ∑付 实0 付 石⮈魄实0

付 实⮈魄 Jadi, jika gaya yang bekerja pada benda lebih kecil dari gaya gesek

(⮈魄邹 maksimum, maka besarnya gaya gesek statis yang bekerja pada benda

sama dengan gaya yang diberikan.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

B

2) Gaya yang bekerja lebih besar dari gaya gesek ⮈魄 maksimum

Jika pada benda bekerja gaya yang lebih besar dari gaya gesek (⮈魄) maksimum, maka resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama dengan

nol (ada gaya bersih yang bekerja pada benda). Karena resultan gaya yang

bekerja pada benda tidak sama dengan nol, maka benda akan bergerak dengan

percepatan tetap (Hukum II Newton). Gaya gesek yang bekerja digantikan

oleh gaya gesek kinetik (⮈瓶) yang besarnya: ⮈瓶实幌瓶 棺

Besarnya ⮈瓶 selalu lebih kecil dari ⮈魄 maksimum.

Soal No. 20 adalah soal penguatan pada soal No. 19. Soal No.20

merupakan aplikasi soal No. 19 dalam bentuk contoh soal dengan perhitungan

matematis.

l. Miskonsepsi 12

Miskonsepsi 12 adalah miskonsepsi tentang arah gaya gesek pada benda

yang ditumpuk. Pada soal siswa disuruh menentukan arah gaya gesek yang

bekerja pada benda yang ditumpuk. Pada soal tersebut disampaikan balok B diam

terhadap balok A ketika ada gaya yang bekerja pada benda A.

Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan No. 21 sesuai konsep yang

benar adalah karena balok B diam terhadap balok A, maka balok B juga mendapat

percepatan ke kanan searah percepatan yang dialami balok A.

Gambar 4.8 Gaya Gesek Pada Benda yang Ditumpuk

Hukum I Newton menjelaskan suatu benda akan mempertahankan

keadaannya. Jadi ketika benda A ditarik ke depan, benda B akan berkecende-

rungan untuk bergerak ke belakang, karena ada gesekan antara B dan A maka

wA

F fs

NB NA

A wB

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

benda B, bisa tetap diam di atas benda A. Sesuai II Newton yang menjelaskan

bahwa "percepatan yang dialami benda akibat F, sebanding dan searah dengan F

tersebut". Sehingga gaya gesekan yang bekerja pada balok B adalah ⮈囊 (searah F).

Gaya gesekan ⮈囊 inilah yang menyebabkan balok B diam terhadap balok A dan

mengalami percepatan sebesar percepatan balok A.

m. Miskponsepsi 13

Miskonsepsi 13 adalah miskonsepsi tentang benda yang lebih berat akan

jatuh lebih dahulu pada gerak jatuh bebas. Pada soal No. 22 siswa disuruh me-

nentukan antara besi dengan alumunium mana yang akan jatuh terlebih dahulu.

Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan tersebut adalah kedua benda jatuh pada

waktu yang bersamaan.

Penjelasan dari jawaban tersebut adalah jika gesekan dapat diabaikan

dibandingkan dengan berat benda, massanya atau beratnya justru tidak

mempengaruhi sama sekali. Pada hubungan antara jarak (s) yang ditempuh dalam

gerak jatuh bebas dengan percepatan gravitasi (g) dan waktu (t) yang dirumuskan: 5 实f/2 龟棍挠

Persamaan matematis tersebut dapat dirubah menjadi bentuk :

t =瞬挠魄苹

Jadi jelas bahwa waktu jatuh hanya ditentukan oleh s dan g saja, massa

benda tidak berpengaruh (asal dengan syarat gesekan dapat diabaikan).

Soal No. 23 adalah soal penguatan terhadap soal No. 22 dengan mengganti

lintasan vertikal menjadi gerak pada bidak miring. Pada kasus bidang miring

massa benda tidak mempengaruhi besarnya kecepatan benda. Karena percepatan

benda pada bidang miring dirumuskan sesuai persamaan

∑付铺实桂.䚀

国sin荒实桂. 䚀

桂.龟sin荒实桂.䚀

䚀 实 龟sin荒

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Jadi besarnya massa tidak mempengaruhi besarnya kecepatan benda dan

lamanya waktu mencapai dasar bidang miring karena percepatannya sama.

n. Miskonsepsi 14

Miskonsepsi 14 adalah miskonsepsi tentang gaya aksi dan reaksi yang

bekerja pada suatu benda. Salah satu miskonsepsi yang terjadi adalah anggapan

gaya normal dan gaya gravitasi adalah pasangan gaya aksi dan reaksi. Maka dari

itu penulis menjadikan miskonsepsi tentang gaya aksi dan reaksi sebagai

instrumen soal dengan No. 24 dan 25.

Pada soal No. 24 siswa disuruh menentukan pasangan gaya aksi dan reaksi

yang bekerja pada benda yang terletak di atas meja. Jawaban yang benar

mengenai pasangan gaya aksi dan reaksi yang bekerja pada benda adalah gaya

berat dan gaya tarik benda terhadap bumi. Hal ini disebabkan pasangan gaya aksi

dan reaksi bekerja pada dua benda yang berbeda dan arahnya saling berlawanan.

Gaya normal dari meja ke benda dan gaya berat bekerja pada benda yang sama

jadi bukan pasangan gaya aksi dan reaksi.

Siswa yang mengalami miskonsepsi akan cenderung memilih gaya normal

dan gaya gravitasi sebagai pasangan gaya aksi dan reaksi.

Soal No. 25 mempersoalkan hal yang sama, hanya bidangnya yang

berbeda yaitu pada bidang miring. Jawaban yang benar adalah Gaya tekan benda

ke bidang miring dan gaya tekan bidang miring ke benda. Siswa yang mengalami

miskonsepsi akan cenderung memilih gaya normal dengan w cos α.

2. Pembahasan Profil Miskonsepsi Siswa

Uraian berikut akan menjelaskan konsepsi siswa pada tiap-tiap sub konsep

berdasarkan hasil tes diagnostik yang dilakukan

a. Miskonsepsi 1

Pada miskonsepsi 1, siswa diberi pertanyaan apa yang dimaksud dengan

gaya. Hasil jawaban siswa menunjukkan 30,97% dari 113 siswa yang dijadikan

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

sampel mengalami miskonsepsi. Profil jawaban siswa yang mengalami

miskonsepsi adalah sebagai berikut:

1) Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak karena

jika benda tidak bergerak dianggap tidak ada yang bekerja

2) Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak karena

jika suatu benda dikenai gaya, benda akan bergerak dengan percepatan

konstan.

Pernyataan gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda

bergerak, pernyataan tersebut tidak sepenuhya salah tetapi tidak semua gaya

menyebabkan benda bergerak. Ketika pernyataan tersebut diikuti oleh pernyataan

sebab yang menyatakan jika benda yang dikenai gaya tidak bergerak dianggap

tidak ada gaya, maka jawaban tersebut masuk dalam kategori miskonsepsi.

b. Miskonsepsi 2

No. soal miskonsepsi 2 adalah No. 2 dan No. 3. Berdasarkan hasil olah

data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi 39,82%. Profil jawaban siswa

yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai berikut:

1) Sebagian siswa (45,13%) beranggapan jika pada benda yang bergerak lurus

beraturan, tiba-tiba dikenakan gaya maka benda akan bergerak dengan lintasan

4.9a.

(a) (b)

Gambar 4.9 (a) Gambar Lintasan yang Salah, (b) Gambar Lintasan yang

Benar

Dengan alasan arah gerak benda adalah arah resultan gaya yang bekerja pada

benda. Siswa salah konsepsi dengan menganggap kecepatan awal benda

sebagai gaya yang bekerja pada benda. Sebagian siswa yang lain menjawab

lintasannya berbentuk 4.9b dengan alasan arah gerak benda adalah searah

dengan gaya terbesar yang bekerja pada benda. Lintasan pada Gambar (4.9b)

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

A

F

tersebut benar, namun alasan yang menyertai merupakan alasan yang salah.

Untuk jawaban yang terakhir siswa dianggap menderita miskonsepsi sebagian.

2) Pada soal No. 3, Sebagian siswa (34,51%) beranggapan bahwa arah gerak

benda adalah searah dengan gaya terbesar yang bekerja pada benda. Hal ini

disebabkan siswa menganggap arah gerak benda selalu mengikuti arah gaya

terbesar yang bekerja padanya sehingga siswa mengabaikan pengaruh

percepatan oleh gaya yang lain yang lebih kecil.

c. Miskonsepsi 3

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi

sebesar 72,57 %. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah

sebagai berikut:

1) Pada Soal no.4, jika sebuah batu dilempar ke arah horizontal dari ketinggian

tertentu, maka lintasan bola yang terbentuk adalah berupa lintasan setengah

parabola. Sebanyak 81,42% siswa menjawab diagram gaya yang bekerja pada

benda adalah seperti pada Gambar 4.10

Gambar 4.10 Diagram Gaya yang Salah pada Lintasan Parabola

Hal ini disebabkan siswa beranggapan bahwa agar benda bergerak sepanjang

lintasan parabola tersebut harus ada gaya yang bekerja pada benda yang

arahnya searah dengan gerak benda.

2) Pada kasus soal No. 5, batu dilempar ke atas (ke arah vertikal). Siswa disuruh

menentukan diagram gaya yang bekerja pada benda, seperti halnya pada kasus

soal No. 4, 63.72% siswa menjawab diagram gaya seperti pada Gambar 4.11

Gambar 4.11 Diagram Gaya yang Salah

A

B

F

w

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Untuk kasus soal No. 5, besarnya persentase miskonsepsi siswa mengalami

penurunan hal ini disebabkan sudah adanya perbaikan oleh guru mengenai

kasus miskonsepsi ini. Tetapi siswa tidak memahami sepenuhnya tentang

konsep yang diajarkan sehingga sebagian siswa masih terjebak kembali pada

kasus soal No. 4 dan No.5.

d. Miskonsepsi 4

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi

72,57%. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai

berikut:

1) Pada soal No. 6 sebesar 29,20 % siswa beranggapan bahwa pada buku yang

diam di atas meja tidak ada gaya yang bekerja pada benda. Alasan yang

mendasari jawaban siswa tersebut adalah karena siswa menganggap tidak ada

gaya yang bekerja pada benda. Alasan lain karena siswa menganggap semua

gaya yang bekerja pada buku sama dengan nol (F = 0). Jawaban lain yang juga

masuk kategori miskonsepsi adalah siswa yang menjawab resultan gaya yang

bekerja pada benda nol karena semua gaya yang bekerja sama dengan nol.

Jawaban siswa tersebut benar namun alasan yang di pilih merupakan

pernyataan yang salah karena tidak semua gaya pada benda tersebut sama

dengan nol.

2) Pada soal No. 7 sebesar 29,20 % siswa beranggapan bahwa jika sebuah truk

didorong dan truk tidak bergerak, maka siswa beranggapan bahwa gaya yang

dilakukan orang tersebut sama dengan nol. Alasan yang mendasari jawaban

siswa adalah siswa beranggapan bahwa gaya adalah dorongan atau tarikan

yang menyebabkan benda bergerak. Jadi jika truk tersebut tidak bergerak

siswa beranggapan gaya yang dilakukan orang tersebut sama dengan nol.

Sebagian alasan yang lain adalah karena siswa menganggap tidak ada gaya

yang bekerja pada benda yang diam.

Dibandingkan miskonsepsi yang lain, miskonsepsi 4 memiliki rata-rata

miskonsepsi paling rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemahaman

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

sebagian besar siswa yang sudah benar bahwa pada benda diam resultan gayanya

yang sama dengan nol bukan gayanya yang nol.

e. Miskonsepsi 5

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi 5

adalah 78,76 %. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah siswa

beranggapan kecepatan benda akan diperlambat dikarenakan tidak ada lagi gaya

dorong untuk mempertahankan geraknya. Alasan lain dikarenakan tidak ada gaya

dorong yang mempercepat benda sehingga kecepatan benda diperlambat.

f. Miskonsepsi 6

No. soal miskonsepsi 6 adalah No. 9, 10, dan 11. Berdasarkan hasil olah

data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi 52,21 %. Profil jawaban siswa

yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai berikut:

1) Pada soal No. 9, sebagian siswa (30,97%) beranggapan bahwa untuk

mendapatkan kecepatan sepeda yang tetap, yang harus dilakukan oleh Rani

adalah mengayunkan sepeda dengan lebih kuat, agar gaya dorong lebih besar

dari pada gaya gesekan. Alasan yang mendasari jawaban tersebut adalah

karena siswa menganggap jika gaya-gaya seimbang, maka sepeda Rani akan

berhenti. Sebagian siswa yang lain memilih alasan, jika gaya dorong yang

bekerja lebih besar dari gaya penghambat, maka benda akan bergerak dengan

kecepatan konstan. Bahkan ada siswa yang menganggap kecepatan hanya

akan bertambah jika resultan gaya pada benda bertambah.

2) Pada soal No. 10. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar

85,84 %. Sebagian besar siswa tersebut menjawab bahwa resultan gaya yang

bekerja pada meja Eva lebih besar. Hal tersebut dikarenakan besarnya gaya

sebanding dengan kecepatan. Alasan lain dikarenakan meja Eva bergerak

dengan kecepatan yang lebih besar, jadi resultan gaya yang bekerja juga lebih

besar dibanding meja Sue.

3) Pada soal No. 11, 39,82% siswa mengalami miskonsepsi. siswa tersebut

menganggap gaya sebanding dengan kecepatan. Siswa yang mengalami

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

miskonsepsi menjawab, jika suatu benda diam dikenai gaya, maka benda akan

bergerak dengan kecepatan konstan searah gaya.

g. Miskonsepsi 7

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase miskonsepsi siswa

sebesar 47,79 %. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah siswa

menganggap jika suatu gaya bekerja pada suatu pesawat dan pesawat bergerak,

maka pesawat mula-mula akan dipercepat dan kemudian mencapai kecepatan

akhir yang konstan seiring berjalannya waktu. Hal tersebut disebabkan siswa

beranggapan bahwa jika suatu gaya konstan dikenakan pada suatu benda, maka

benda akan dipercepat sampai gaya yang diberikan habis digunakan. Sebagian

siswa yang lain memilih alasan jika suatu gaya konstan dikenakan pada suatu

benda, benda akan mengalami percepatan yang semakin berkurang seiring dengan

berkurangnya kekuatan dari gaya yang bekerja.

h. Miskonsepsi 8

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase miskonsepsi siswa

sebesar 53,1 %. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah siswa

menganggap percepatan sebanding dengan perubahan gaya. Siswa menganggap

jika benda bergerak dengan percepatan konstan maka gaya yang bekerja pada

benda juga akan bertambah.

i. Miskonsepsi 9

No. soal miskonsepsi 9 adalah No. 14, 15, 16, dan 17. Berdasarkan hasil

olah data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi 35,84 %. Profil jawaban

siswa yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai berikut:

1) Pada soal No. 14 sebagian siswa (33,63%) menganggap besarnya gaya normal

pada bola yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan bola memantul kembali

ke atas sama dengan gaya berat.

2) Pada soal No. 15, besarnya miskonsepsi adalah 61,06%. Profil miskonsepsi

yang terjadi yaitu sebagian siswa menganggap gaya normal pada lift yang

bergerak turun sama dengan gaya berat. Hal ini disebabkan anggapan bahwa

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

besarnya gaya normal selalu sama dengan gaya berat. Sebagian siswa yang

lain ada yang memilih gaya normal lebih kecil dari gaya berat dengan alasan

pada lift besarnya gaya normal selalu lebih kecil dari gaya berat. Jawaban

siswa tersebut benar, namun alasan yang menyertainya kurang tepat karena

tidak selalu besarnya gaya normal pada lift lebih kecil dari gaya berat.

3) Pada soal No. 16, besarnya persentase miskonsepsi siswa hanya 8,85 %.

Sebagian besar jawaban siswa adalah tidak memahami. Siswa yang

teridentifikasi mengalami miskonsepsi menganggap besarnya gaya normal

pada bidang seperti pada Gambar di bawah adalah sama dengan gaya berat

(mg).

Gambar 4.12 Benda ditarik gaya F

Siswa yang teridentifikasi miskonsepsi menganggap gaya normal dan gaya

berat adalah pasangan gaya aksi dan reaksi. Sebagian siswa yang lain

menganggap gaya normal adalah gaya yang melawan gaya gravitasi. Jawaban

siswa yang lain menjawab gaya normal sama dengan gaya berat dengan alasan

gaya normal adalah gaya kontak yang bekerja pada benda dengan arah tegak

lurus bidang di mana benda berada. Jawaban yang disampaikan siswa tersebut

salah, namun siswa tersebut memberikan alasan yang benar maka profil

miskonsepsi yang diuraian terakhir tersebut masuk dalam kategori

miskonsepsi sebagian.

4) Pada soal No. 17. Siswa disuruh menentukan besarnya gaya normal pada

bidang miring. Sebagian siswa (39,82%) teridentifikasi miskonsepsi. Sama

dengan jawaban siswa sebelumnya siswa yang teridentifikasi miskonsepsi

menganggap gaya normal pada bidang miring sama dengan gaya berat. Alasan

yang dipilih juga sama yaitu siswa menganggap gaya normal dan gaya berat

adalah pasangan gaya aksi dan reaksi. Sebagian siswa yang lain menganggap

gaya normal adalah gaya yang melawan gravitasi.

α

α

F

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

j. Miskonsepsi 10

Pada soal No. 18, sebesar 91,15% siswa mengalami miskonsepsi tentang

persamaan gaya gesek statis. Siswa menganggap persamaan gaya gesek statis

yang benar adalah

⮈魄实幌魄棺

Siswa beranggapan bahwa gaya gesek statis adalah perkalian antara

koefisien gesekan satis dengan gaya normal yang bekerja pada benda. Bahkan ada

siswa yang lain menganggap setiap benda pasti mempunyai gaya gesek statis yang

besarnya 幌魄棺.

k. Miskonsepsi 11

Miskonsepsi 11 adalah miskonsepsi tentang besarnya gaya gesek statis.

Miskonsepsi 11 berhubungan dengan miskonsepsi 10. Jika siswa mengalami

miskonsepsi 10, maka hampir dipastikan siswa mengalami miskonsepsi 11.

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase rata-rata miskonsepsi

siswa sebesar 75,67 %. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah

sebagai berikut:

1) Pada soal No. 19, sebagian siswa (65,49 %) mengalami miskonsepsi tentang

besarnya gaya gesek statis benda. Jika pada benda yang diam, kemudian

dikenakan gaya mendatar F seperti pada Gambar 4.7 dan benda tidak

bergerak, siswa yang mengalami miskonsepsi menganggap besarnya gaya

gesekan statis (⮈魄) lebih besar dari Gaya F yang diberikan. Siswa menganggap

benda akan bergerak jika gaya dorong lebih besar dari gaya gesekan statis.

Jika benda tidak bergerak, maka siswa menganggap gaya gesekan statis lebih

besar dari gaya dorong yang bekerja pada benda. Sebagian siswa yang lain

menjawab ⮈魄实付 dengan alasan besarnya gaya gesek statis selalu sama

dengan gaya dorong atau gaya tarik. Jawaban yang dikemukakan siswa

tersebut benar, namun alasannya yang menyertainya tidak tepat. Selain itu ada

lagi anggapan siswa yang menganggap besarnya gaya gesek statis hanya

bergantung pada nilai F.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2) Pada soal No. 20 persentase miskonsepsi siswa meningkat menjadi 85,84 %

Soal No. 20 merupakan aplikasi soal No. 19 dalam bentuk soal perhitungan.

Siswa beranggapan bahwa besarnya gaya gesekan statis selalu dapat

ditentukan dari persamaan ⮈魄实幌魄棺. Siswa terpaku pada perhitungan

matematis gaya gesek, tanpa memperdulikan besarnya gaya yang bekerja pada

benda. Miskonsepsi yang lain menganggap besarnya gaya gesek statis selalu

sama dengan gaya tarik atau dorong yang bekerja.

Dari observasi yang dilakukan penulis saat guru mengajar, pihak guru

sudah mencoba menjelaskan tentang besarnya gaya gesek statis yang bekerja pada

benda. Namun faktanya ketika siswa diberi soal yang berbentuk hitungan, siswa

cenderung mengerjakannya dengan langsung memasukkan besaran yang diketahui

ke dalam persamaan matematis tanpa memahami soal tersebut lebih dahulu. Itulah

salah satu faktor meningkatnya persentase miskonsepsi pada soal No. 19. Secara

konsep siswa yang tadinya tidak mengalami miskonsepsi (memahami), namun

ketika konsep tersebut diaplikasikan ke dalam soal matematis siswa tersebut justru

mengalami miskonsepsi.

l. Miskonsepsi 12

Berdasarkan hasil olah data diperoleh persentase miskonsepsi siswa

sebesar 53,10%. Siswa mengalami miskonsepsi tentang arah gaya gesek statis

pada benda yang ditumpuk seperti pada Gambar 4.

Gambar 4.13 Dua Benda yang Ditumpuk

Siswa menganggap arah gaya gesek statis antara benda A dan benda B

berlawanan arah dengan F. Hal ini disebabkan siswa menganggap gaya gesek

wA

F fs

NB NA

A wB

B

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

arahnya selalu berlawanan dengan gaya penggeraknya. Pada dasarnya arah gaya

gesek memang berlawanan dengan gaya penggerak. Namun pada kasus soal di

atas gaya F tidak bekerja pada benda B melainkan benda A. Sebagian siswa yang

lain menjawab gaya gesek statis searah dengan gaya penggerak, karena gaya

gesek statis arahnya selalu searah dengan gaya penggeraknya. Pada profil

miskonsepsi kedua ini memang hanya dialami beberapa anak saja. Hal ini dapat

dipahami jika ada anggapan siswa yang menyatakan gaya gesek statis pada benda

yang ditumpuk selalu searah dengan gaya penggerak. Hal tersebut disebabkan

pada saat guru menerangkan siswa hanya memahami sebagian, sehingga siswa

tahu jawaban yang benar, namun tidak memahami alasan yang benar dari jawaban

tersebut.

m. Miskonsepsi 13

Persentase rata-rata miskonsepsi siswa adalah sebesar 76,99%. Profil

jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai berikut:

1) Pada gerak jatuh bebas (gesekan udara diabaikan) 77,22% siswa menganggap

benda yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu. Pada soal No.22, siswa

menjawab besi akan jatuh lebih dahulu dibandingkan aluminium. Hal tersebut

disebabkan siswa menganggap benda yang berat akan jatuh lebih cepat dari

pada benda ringan. Alasan yang lainnya benda yang memiliki massa lebih

besar akan jatuh lebih cepat dari pada benda yang massanya lebih kecil.

2) Pada kasus bidang miring (No.23), miskonsepsi yang sama juga terjadi pada

siswa. 78,76% siswa menjawab troli yang massanya lebih besar mempunyai

kecepatan yang lebih besar.

n. Miskonsepsi 14

Miskonsepsi 14 adalah miskonsepsi siswa tentang pasangan gaya aksi dan

reaksi. Persentase rata-rata miskonsepsi siswa pada miskonsepsi 14 adalah

71,69%. Profil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah sebagai

berikut:

1) Pada soal No.24, sebagian besar siswa (65,49%) teridentifikasi mengalami

miskonsepsi. Siswa menganggap bahwa gaya berat dan gaya normal adalah

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

pasangan gaya aksi dan reaksi. Hal ini disebabkan siswa menganggap gaya

aksi dan reaksi bekerja pada benda yang sama.

2) Pada soal No.25, sebagian besar siswa (77,88%) mengalami miskonsepsi.

Siswa menganggap vektor gaya berat w cos α dan gaya normal bidang ke

benda adalah pasangan gaya aksi dan reaksi.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan:

1. Siswa SMAN 2 Sukoharjo teridentifikasi mengalami miskonsepsi. Berdasar-

kan persentase miskonsepsi siswa menunjukkan, tidak semua siswa

mengalami miskonsepsi pada tiap-tiap konsep yang diujikan. Hal ini

menunjukkan pembelajaran yang dilakukan tidak sepenuhnya gagal.

Persentase miskonsepsi siswa pada tiap kategori miskonsepsi yang diujikan

adalah sebagai berikut:

a. Miskonsepsi gaya selalu menyebabkan benda bergerak, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 30,97%

b. Miskonsepsi gerak benda akan mengikuti arah gaya terbesar yang bekerja

pada benda, esarnya persentase miskonsepsi adalah 39,82%.

c. Miskonsepsi harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 72,57%.

d. Miskonsepsi tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 29,20%

e. Miskonsepsi sebuah benda akan melambat jika tidak ada gaya total yang

bekerja, besarnya persentase miskonsepsi adalah 78,76%

f. Miskonsepsi resultan gaya sebanding dengan kecepatan, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 52,21%.

g. Miskonsepsi gaya konstan akan mempercepat objek, sampai objek

menggunakan semua kekuatan dari gaya tersebut, besarnya persentase

miskonsepsi adalah 47,79%.

h. Miskonsepsi percepatan sebanding dengan perubahan gaya, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 53,1%.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

i. Miskonsepsi besarnya gaya normal sama dengan gaya berat, besarnya

persentase miskonsepsi adalah 35,84%.

j. Miskonsepsi persamaan gaya gesek statis, besarnya persentase

miskonsepsi adalah 91,15%.

k. Miskonsepsi besarnya gaya gesek statis pada benda yang diam ketika

didorong, besarnya persentase miskonsepsi adalah 75,67%

l. Miskonsepsi arah gaya gesek pada benda yang ditumpuk selalu ber-

lawanan dengan gaya F. Besarnya persentase miskonsepsi adalah 52,21%.

m. Miskonsepsi pada gerak jatuh bebas, benda yang lebih berat akan jatuh

lebih dahulu, besarnya persentase miskonsepsi adalah 76,99%

n. Miskonsepsi gaya aksi dan reaksi yang bekerja pada suatu benda.

Besarnya persentase miskonsepsi adalah 72,13%

2. Profil miskonsepsi siswa pada tiap kategori miskonsepsi adalah sebagai

berikut:

a. Miskonsepsi gaya selalu menyebabkan benda bergerak

- Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak

karena jika benda tidak bergerak dianggap tidak ada yang bekerja

- Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak

karena jika suatu benda dikenai gaya, benda akan bergerak dengan

percepatan konstan.

b. Miskonsepsi tentang arah gerak benda.

- Gerak benda akan mengikuti arah gaya terbesar yang bekerja pada

benda.

c. Miskonsepsi tentang harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda.

- Agar benda bergerak sepanjang lintasan harus ada gaya yang bekerja

pada benda yang arahnya searah dengan gerak benda.

d. Miskonsepsi tentang tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam.

- Pada buku yang diam di atas meja tidak ada gaya yang bekerja pada

benda.

- Resultan gaya yang bekerja pada benda nol karena semua gaya yang

bekerja sama dengan nol.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

- Gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak.

Jadi jika benda tidak bergerak, siswa beranggapan gaya yang

dilakukan orang tersebut sama dengan nol.

e. Miskonsepsi tentang sebuah benda akan melambat jika tidak ada gaya total

yang bekerja.

- Siswa beranggapan kecepatan benda akan diperlambat dikarenakan

tidak ada lagi gaya dorong untuk mempertahankan geraknya.

- Alasan lain dikarenakan tidak ada gaya dorong yang mempercepat

benda sehingga kecepatan benda diperlambat.

f. Miskonsepsi tentang resultan gaya sebanding dengan kecepatan

- Siswa beranggapan bahwa untuk mendapatkan kecepatan tetap, gaya

dorong harus lebih besar dari pada gaya gesekan karena jika gaya-gaya

seimbang, maka benda akan diam.

- Kecepatan hanya akan bertambah jika resultan gaya pada benda

bertambah.

- Benda yang bergerak dengan kecepatan yang lebih besar akan

mempunyai resultan gaya yang lebih besar dibandingkan benda yang

bergerak dengan kecepatan lebih rendah, meskipun kecepatan kedua

benda sama-sama konstan.

g. Miskonsepsi tentang sebuah gaya konstan akan mempercepat objek,

sampai objek menggunakan semua kekuatan dari gaya tersebut.

- Siswa menganggap jika suatu gaya bekerja pada suatu pesawat dan

pesawat bergerak, maka pesawat mula-mula akan dipercepat dan

kemudian mencapai kecepatan akhir yang konstan seiring berjalannya

waktu.

- Sebagian siswa yang lain menganggap jika suatu gaya konstan

dikenakan pada suatu benda, benda akan mengalami percepatan yang

semakin berkurang seiring dengan berkurangnya kekuatan dari gaya

yang bekerja.

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

h. Miskonsepsi tentang percepatan sebanding dengan perubahan gaya

- Siswa menganggap jika benda bergerak dengan percepatan konstan

maka gaya yang bekerja pada benda juga akan bertambah.

i. Miskonsepsi tentang besarnya gaya normal.

- Besarnya gaya normal pada bola yang dijatuhkan dari ketinggian

tertentu dan bola memantul kembali ke atas sama dengan gaya berat.

Karena siswa menganggap besarnya gaya normal selalu sama dengan

gaya berat.

- Besarnya gaya normal pada bidang miring sama dengan gaya berat.

Karena siswa menganggap gaya normal dan gaya berat adalah

pasangan gaya aksi dan reaksi.

j. Miskonsepsi tentang persamaan gaya gesek statis.

- Siswa menganggap persamaan gaya gesek statis yang benar adalah ⮈魄实幌魄棺

k. Miskonsepsi tentang besarnya gaya gesek statis pada benda yang diam

ketika didorong.

- Jika pada benda yang diam, kemudian dikenakan gaya mendatar F dan

benda tidak bergerak, siswa yang mengalami miskonsepsi menganggap

besarnya gaya gesekan statis (⮈魄) lebih besar dari Gaya F yang

diberikan.

- Sebagian siswa yang lain menjawab ⮈魄实付 dengan alasan besarnya

gaya gesek statis selalu sama dengan gaya dorong atau gaya tarik.

l. Miskonsepsi tentang arah gaya gesek pada benda yang ditumpuk

- Pada benda yang ditumpuk (benda A dan benda B), siswa menganggap

arah gaya gesek statis antara kedua benda berlawanan arah dengan F.

Hal ini disebabkan siswa menganggap gaya gesek arahnya selalu

berlawanan dengan gaya penggeraknya.

m. Miskonsepsi tentang benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu pada

gerak jatuh bebas.

- siswa menganggap benda yang berat akan jatuh lebih cepat dari pada

benda ringan.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

- benda yang memiliki massa lebih besar akan jatuh lebih cepat dari

pada benda yang massanya lebih kecil.

- Benda yang memiliki massa lebih besar mempunyai kecepatan yang

lebih besar.

n. Miskonsepsi tentang gaya aksi dan reaksi yang bekerja pada suatu benda.

- Siswa menganggap bahwa gaya berat dan gaya normal adalah

pasangan gaya aksi dan reaksi

- Pada bidang miring, siswa menganggap vektor gaya berat w cos α dan

gaya normal bidang ke benda adalah pasangan gaya aksi dan reaksi.

B. Implikasi

Dengan diperolehnya kesimpulan, maka sebagai implikasi dari penelitian ini

adalah:

1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari

miskonsepsi. Maka dari itu penelitian tentang miskonsepsi penting untuk

dikembangkan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran konsep yang

dilakukan.

2. Penelitian tentang miskonsepsi perlu dilakukan secara kontinyu agar

miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat segera terdeteksi sehingga dapat

segera diminimalisasi.

3. Prakonsepsi yang dimiliki siswa berpengaruh besar pada pemahaman siswa

pada konsep selanjutnya. Sehingga penting bagi seorang guru untuk lebih

memperhatikan konsepsi awal siswa saat akan memberikan konsep baru

kepada siswa.

4. Penting bagi seorang guru untuk terus membekali diri dengan cara terus

mengikuti perkembangan yang ada, seperti perkembangan metode mengajar

dan penelitian-penelitian mutakhir. Dengan terus mengikuti perkembangan

yang ada dapat menambah ilmu pengetahuan dan profesionalisme guru.

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · bekerja pada benda (39,82%); harus ada gaya yang bekerja searah gerak benda (72,57%); tidak ada gaya yang bekerja pada benda ... tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan model dan metode pembelajaran yang lebih

bervariasi dalam menyampaikan materi sehingga tercipta kondisi belajar yang

menyenangkan dan tidak membosankan.

2. Dalam mengajar, guru harus dapat memberi pengawasan dan pengarahan

kepada siswa dalam memilih buku pedoman pelajaran yang baik, sehingga

miskonsepsi siswa yang disebabkan oleh buku bahan ajar dapat di reduksi.

3. Guru terus membekali diri dengan cara banyak belajar konsep, membaca

journal-journal penelitian terutama tentang miskonsepsi agar dapat menambah

ilmu dan wawasan. Selain itu dengan terus belajar seorang guru dapat

mengungkap miskonsepsi yang mungkin juga guru sendiri alami, agar

nantinya miskonsepsi tersebut tidak ia tularkan ke siswa.

4. Guru lebih memperhatikan konsepsi awal siswa saat akan memberikan konsep

baru kepada siswa. Agar konsepsi siswa yang salah tidak akan menjadi

penghambat bagi siswa dalam memahami materi selanjutnya.

5. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengkaitkan aspek-

aspek yang belum diungkap antara lain: metode guru mengajar, buku bahan

ajar yang digunakan, prakonsepsi siswa dan lain sebagainya agar lebih

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

6. Supaya mendapatkan profil miskonsepsi yang lebih akurat pada penelitian

yang sejenis, maka gunakan bentuk intrument tes pilihan ganda dengan alasan

terbuka atau menggnakan bentuk tes esai.