Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar...

89
PROSES SOSIAL DALAM TERBENTUKNYA KEPERCAYAAN WARGA PERUMAHAN TERHADAP KOPERASI (STUDI KASUS : WARGA PERUMAHAN TREVISTA CIPUTAT) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh: Oktanta Tri Hatmoko 1113111000061 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar...

iv

PROSES SOSIAL DALAM TERBENTUKNYA KEPERCAYAAN

WARGA PERUMAHAN TERHADAP KOPERASI

(STUDI KASUS : WARGA PERUMAHAN TREVISTA CIPUTAT)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Oktanta Tri Hatmoko

1113111000061

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PROSES SOSIAL DALAM TERBENTUKNYA KEPERCAYAAN WARGA

PERUMAHAN TERHADAP KOPERASI (STUDI KASUS : WARGA

PERUMAHAN TREVISTA CIPUTAT)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 April 2018

Oktanta Tri Hatmoko

vi

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa;

Nama : Oktanta Tri Hatmoko

NIM : 1113111000061

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PROSES SOSIAL DALAM TERBENTUKNYA KEPERCAYAAN WARGA

PERUMAHAN TERHADAP KOPERASI (STUDI KASUS : WARGA

PERUMAHAN TREVISTA CIPUTAT)

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 19 April 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul jamilah, M.Si

NIP. 197609182003122033 NIP. 196808161997032002

vii

vi

Abstrak

Skripsi ini menganalisa proses sosial terbentuknya kepercayaan warga

perumahan terhadap Koperasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

proses sosial terbentuknya kepercayaan warga perumahan terhadap Koperasi.

Peneliti menemukan bahwa persoalan kepercayaan kerja sama ekonomi Koperasi

dapat terbentuk dari rutinitas anggota di lingkungan sosial yang menanamkan

kepentingan tujuan yang sama berdasarkan nilai-nilai kekeluargaan serta konsep

yang sesuai dengan keinginan anggota. Kaitan atau permasalahan terhadap isu

menurunnya tingkat pertumbuhan dan existensi Koperasi dikarenakan tujuan yang

berbeda serta fungsi kekeluargaan dan sistem Koperasi yang tidak praktis

membuat masyarakat kurang meminati Koperasi. Argument ini dirumuskan

melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat sistem kerja Koperasi warga

Perumahan Trevista dengan aktifitas lingkungan yang terbentuk serta dikaitkan

dengan isu permasalahan Koperasi yang ada. Setelah melihat permasalahan

Koperasi yang ada selanjutnya di analisa dengan kerangka teoritik.

Kerangka teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah keterlekatan

dari Granovetter dan kepercayaan dari Fukuyama. Dari hasil analisa

menggunakan 2 teori tersebut, disimpulkan bahwa Koperasi dapat membentuk

kepercayaannya melalui 2 dimensi yaitu adanya keterlekatan pada lingkungan

budaya serta sistem kepercayaan yang terserap oleh fungsi dan tujuan Koperasi

yang dibentuk. Sehingga Koperasi perlu membentuk 2 dimensi tersebut untuk

mendapatkan kepercayaan dan loyalitas dari para anggota Koperasi, sehingga

Koperasi dapat meningkatkan pertumbuhan serta existensinya pada lingkup

ekonomi.

Kata Kunci: Proses Sosial, Keterlekatan, Kepercayaan, Koperasi

vii

Kata Pengantar

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin

dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Proses Sosial

Terbentuknya Kepercayaan Warga Perumahan Terhadap Koperasi (Studi Kasus :

Warga Perumahan Trevista Ciputat).

Oleh karena itu, atas segalanya penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah

memberi saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekertaris Prodi Sosiologi dan Dosen

Pembimbing saya yang sangat baik hati telah membimbing saya dengan

sabar dan sangat membantu saya dalam melancarkan skripsi ini.

4. Drs. Sarifudin Asrori, sebagai dosen yang telah memberikan saya

pemahaman mengenai ilmu berkoperasi di perkotaan.

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Prodi

Sosiologi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran

berharganya.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda Puji Iriani, serta ketiga

Kakak penulis, Mba Yeni, Novita dan Oktanti yang tiada henti

mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan pikiran kepada penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

viii

8. Pengurus Koperasi Warga Trevista Mandiri, Pak Oscar, Pak Junarto, serta

Pak ridwan dan warga trevista lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

9. Pengurus paguyuban Pak Bahtra serta Kepala DKM Pak Iding.

10. Senior-senior FISIP, Bang Rafsan, Bang Khairi Fuady, Bang Hakim, Bang

Uki, Bang Entis dan senior-senior lainnya yang tidak bias disebutkan satu

persatu.

11. Sahabat WSS, Arif, Huzaifi, Amal, Rifnu, Alif, Mustofa, Fakri, Gaung,

Malik, Novi, Wahyu, yang telah banyak memberi energi positif dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat Sosiologi B Ayip, Amalia, Aisyah, Sandi, Reza, Ical, dll

yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat DEMA FISIP 2016 Hendri, Wiya, Vita, dll

14. Sahabat Al-Mahabbah Ustadz Juhda, Gina, Ahmad Bun Yani, Adib dll .

15. Partner Kerja Smart karya production Pinan Wicaksono, Wisnu Budiman

16. Sahabat Jaringan Pemuda Jakarta Dicky, Ali, Tisa dll

Demikianlah ucapan terima kasih, semoga segala bantuan dan dukungannya

mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat.

Oktanta Tri Hatmoko

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Pernyataan masalah ........................................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 11

E. Kerangka Teoritis .......................................................................................... 15

1. Definisi Konseptual .................................................................................. 17

a. Koperasi ............................................................................................... 17

b. Proses Sosial ....................................................................................... 18

c. Perilaku Kepercayaan .......................................................................... 20

d. Paguyuban ............................................................................................ 20

2. Landasan Teori ......................................................................................... 21

1. Teori Kepercayaan/Trust ..................................................................... 21

2. Teori Keterlekatan ............................................................................... 22

F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 24

x

BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 29

A. Letak Geografis Koperasi Dan Warga Perumahan Trevista ........................ 29

B. Sejarah Perkembangan Koperasi Warga Trevista Mandiri .......................... 30

BAB III PROSES SOSIAL DALAM MEMBENTUK KEPERCAYAAN

WARGA TERHADAP KOPERASI WARGA TREVISTA CIPUTAT

A. Proses Sosial Warga Trevista Ciputat .......................................................... 36

B. Peran Paguyuban Dalam Membangun Proses Sosial Warga ....................... 37

C. Paguyuban Warga Trevista Ciputat Sebagai Wadah Dalam Meningkatkan

Kepercayaan Terhadap Koperasi ................................................................. 44

D. Internalisasi Nilai-Nilai ................................................................................ 45

E. Hubungan Koperasi Dalam Membangun Kepercayaan Warga Perumahan . 48

F. Tindakan Kerja Sama Ekonomi Koperasi ..................................................... 51

G. Faktor Pendukung Alasan Warga Berkoperasi ............................................. 55

H. Keterlekatan Nilai Moral Dalam Terbentuknya Kepercayaan Warga

Terhadap Tindakan Ekonomi koperasi ....................................................... 56

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 57

Kesimpulan dan Saran....................................................................................... 61

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62

Lampiran-Lampiran ............................................................................................. 65

xi

Daftar Bagan

Gambar I.E.1. Siklus Dimensi Kepercayaan ………………………………..…21

Gambar III.A.1 Kerangka Terbentuknya Kepercayaan ………………………..35

Gambar III.B.2 Pertemuan Bulanan Warga …………………………………....38

Gambar III.B.3 Kegiatan Kerja Bakti Lingkungan …………………………….41

xii

Daftar Tabel

Tabel I.A.1 Indikator Perkembangan Koperasi ………………………………..2

Tabel I. D. 2. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….11

I.G.3 Tabel Tahap-Tahapan Pelaksanaan Penelitian ………………………….27

Tabel III.D.1 Tabel Internalisasi Nilai & Norma Warga Perumahan .………...47

Tabel III.F.2 Faktor Pendukung Alasan Warga Berkoperasi ……….…………55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan masalah

Hal yang akan di teliti oleh peneliti merupakan, proses sosial terbentuknya

kepercayaan warga perumahan terhadap Koperasi dengan studi kasus Warga

Perumahan Trevista Ciputat. Peneliti melihat permasalahan di masyarakat kota,

yaitu menurunya daya tarik masyarakat kota dalam menjalankan kerjasama

ekonomi antar warga, terutama terhadap lembaga koperasi, sehingga kepercayaan

terhadap koperasi semakin sulit untuk dibentuk.

Koperasi merupakan sebuah gerakan ekonomi kerakyatan yang terdapat pada

salah satu pilar ekonomi yang memiliki peran sangat penting dalam memberikan

kesejahteraan, sedangkan dalam praktiknya membangun koperasi dibutuhkan

kepercayaan dari pada anggotanya karena kepercayaan merupakan salah satu

unsur terpenting, yang akan selalu muncul pada proses-proses ekonomi.

Jika ditinjau dari sifat individualisme warga perumahan pada masyarakat kota,

terdapat kecenderungan tidak memiliki perhatian terhadap lingkungan sekitar.

Ditambah dengan kesibukan yang begitu padat terhadap kondisi pekerjaan.

Seperti yang dikatakan oleh Bintarto bahwa kesibukan setiap warga kota dalam

tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatian terhadap sesamanya.

Sehingga membatasi diri terhadap relasi yang dianggap potensial membahayakan

2

baginya. Akibatnya ialah seringnya terjadi kontak personal yang ditandai oleh

semacam reserve, acuh tak acuh dan kecurigaan.1

Dikarenakan sifat warga perumahan yang acuh tak acuh tersebut menjadikan

kerja sama ekonomi antar warga semakin tidak terlihat, pada saat ini. Khususnya

pada bidang Koperasi, bahkan ditemukan data bahwa di Indonesia, pada

perkembanganya mengalami penurunan dari tahun ketahun. Hal ini dapat dilihat

dari tabel indikator statistik pertumbuhan UMKM yang bertambah, tetapi tidak

meningkatkan, pertumbuhan sumbangan PDB UMKM, serta indikator

pertumbuhan koperasi yang tidak mengalami peningkatan.

Tabel I.A.1 Indikator Perkembangan Koperasi

Indikator 2011 2012 2013

Jumlah UMKM 55.206.444 56.534.592 57.895.721

Pertumbuhan sumbangan PDB UMKM 6.76 % 6.00 % 5.89 %

Pertumbuhan Koperasi Aktif 7,06 % 4,23 % 2,65 %

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan perkembangan koperasi di negara

maju yang saat ini mendominasi sistem ekonomi, seperti Swedia, Amerika

Serikat, dan Korea Selatan sehingga mereka menjadi terus semakin maju dan

sejahtera. Karena masih sedikit kesadaran dan kepercayaan kelompok usaha

1 Bintarto, Interaksi Desa-Kota. Jakarta : Ghalia Indonesia.

3

terhadap sebuah sistem koperasi, permasalahan ini membuat buruknya peran

koperasi pada ekonomi nasional Indonesia. 2

Jika di perhatikan dari data yang ada, bahwa koperasi sangat lemah dalam

ekonomi nasional, disebutkan pada tahun 2014 Koperasi hanya berkontribusi 2%

dari total PDB.3 Seharusnya sebuah Koperasi kehadiranya diharapkan akan

menghasilkan kemandirian dan kerjasama antar masyarakat, berdasarkan asas

kekeluargaan, serta menjadikan masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera.

Jika diinjau mengenai makna koperasi itu sendiri terdapat kandungan makna

“Kerja sama”. Sedangkan arti kerja sama menurut ilmu sosial merupakan suatu

organisasi yang merupakan suatu unsur dinamika kehidupan bermasyarakat.4

Koperasi berhubungan dengan individu dan individu lain-nya sebagai pelaku

ekonomi didalam kehidupan bermasyarakat. Setiap manusia pada dasarnya juga

tidak dapat melakukan kerjasama sebagai satu unit, dia memelukan orang lain

dalam suatu kerja sosial.5 Oleh karena itu dalam bermasyarakat manusia

membangun kehidupan dengan saling bekerjasama antara satu dengan yang lain.

Dalam membangun kerjasama, hal yang terpenting dan mendasar adalah

timbulnya sebuah rasa kepercayaan terhadap rekan kerja/mitra. Dengan

bekerjasama, berarti masing-masing pihak sudah saling bergantung, satu sama

lain dalam mencapai tujuan. Kepercayaan yang tumbuh dapat menghasilkan

2 Muhammad Idham Maulana, Analisis perkembangan koperasi di Indonesia dibandingkan

dengan Negara-negara maju dalam perspektif ekonomi politik, skripsi : Institute Pertanian Bogor. 3 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi Dan Koperasi Membangun, Jakarta : Kompas

(2015), xxviii 4 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori Dan Praktik. Jakarta : Erlangga, (2001),

13-14. 5 Ibid,.

4

kerjasama, antara individu dengan individu lain-nya, serta akan meningkatkan

rasa keamanan dan potensi kerjasama. Pemberian kepercayaan terhadap pihak

lain, menjadi sangat penting karena, kesalahan dalam memberikan kepercayaan

akan menghasilkan risiko pengkhianatan dan kegagalan.6 Dalam masyarakat luas

sebagian besar masyarakat mengetahui apa itu kepercayaan, hal ini diketahui

tanpa melalui penalaran rasional atau disebut naluriah dan intuitif.7

Selain itu fenomena perkembangan peran Koperasi itu sendiri, menurut

Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga yang dimuat

oleh artikel liputan 6 mengatakan, “Sejak dulu Koperasi menjadi salah satu dari

tiga pilar perekonomian Indonesia, selain Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dan swasta. Namun saat ini peran Koperasi semakin mengecil".8

Sedangkan jika dilihat data dari survei yang dilakukan oleh indo barometer

pada tahun 2017 memperlihatkan hasil data, mengenai tingkat kepercayaan publik

terhadap lembaga koperasi yang hanya 61,7%.9 Jika 38,3% yang tidak memiliki

kepercayaan terhadap lembaga koperasi, hal ini menandakan bahwa koperasi

masih memiliki permasalahan dalam memberikan kepercayaan kepada

masyarakat. Sehingga berdampak terhadap rendahnya perkembangan dan peran

6 Ward,Aidan dan Smith, Trust And mistrust: Radical Risk Dan Strategis In Buisnees In

Relationship. John Willy And Johns [buku on-line] tersedia di https://play.google.com/books/reader?id=4PjbXwzrnh8C&printsec=frontcover&output=reader&hl=id&pg=GBS.PA11. Diunduh pada 15 juni 2017 15:20 WIB.

7 Ibid.,

8 Septian denny, Peran Koperasi Terhadap Ekonomi RI Makin Mengecil, [Artikel Berita On-

Line] , http://bisnis.liputan6.com/read/2421021/peran-koperasi-terhadap-ekonomi-ri-makin-mengecil , Di akses pada 17 Juni 2017 20:00 WIB.

9 Hasil Survei Tingkat Kepercayaan Terhadap Pemerintah, [jurnal on-line], tersedia di

http://www.indobarometer.com Di akses pada 22 Juni 2017 21:00 WIB.

5

Koperasi di Indonesia, jika dibandingkan dengan perkembangan Badan Usaha

Milik Negara ataupun badan swasta yang ada.

Berangkat dari pentingnya peran kepercayaan tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti sebuah Koperasi yang tumbuh di dalam Komplek/Perumahan dengan

partisipasi warga yang cukup tinggi. Sehingga peneliti melihat terdapat hal-hal

mendasar dalam mekanisme-mekanisme sosial yang memiliki pengaruh besar

dalam terbentuknya kepercayaan, sehingga membuat warga komplek Trevista

Ciputat untuk aktif dalam Koperasi.

Hal yang membuat menarik penelitian ini adalah saat warga komplek yang

cenderung dianggap dalam persepsi masyarakat luas, sebagai warga yang terkenal

individualis bahkan acuh, tetapi dengan melihat komplek Trevista menunjukan

bahwa masih terdapat kepedulian dalam membangun kemakmuran warga dengan

cara saling memberikan kepercayaan terhadap Koperasi. Sehingga hal ini menjadi

daya tarik peneliti untuk meneliti warga Trevista tersebut. Hal ini sangat penting

karena tanpa kepercayaan terhadap Koperasi tersebut, mereka tidak akan

membangun kerjasama apapun dengan warga ataupun masyarakat.

Dengan penelitian ini juga peneliti berharap masyarakat dapat memahami

proses terbentuknya kepercayaan, agar kepercayaan akan semakin mudah di

bentuk oleh Koperasi. Dengan penjelasan tersebut dirasa penting untuk dilakukan

penelitian dengan menganalisis bagaimana proses dan mekanisme sosial dalam

terbentuknya kepercayaan warga terhadap koperasi.

6

Dengan ketertarikan tersebut penulis akan mengambil tema: PROSES

SOSIAL TERBENTUKNYA KEPERCAYAAN WARGA PERUMAHAN

TERHADAP KOPERASI (STUDI KASUS : WARGA PERUMAHAN

TREVISTA CIPUTAT).

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana proses sosial terbentuknya kepercayaan warga perumahan terhadap

koperasi?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui

bagaimana proses sosial terbentuknya kepercayaan warga terhadap koperasi.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan kepada

kalangan akademis serta dapat menambah hasil karya, literatur ilmiah

sosiologi ekonomi, kususnya pada fokus analisis tentang proses social

terbentuknya kepercayaan warga terhadap koperasi.

b. Penelitian ini di harapkan berguna bagi pedoman pengembangan koperasi di

perkotaan

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi seputar pola interaksi

masyarakat dalam membentuk kepercayaan.

d. Penelitian ini diharapkan mampu menanggulangi permasalahan krisis

kepercayaan yang terjadi dalam masyarakat kepada koperasi.

7

e. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Lembaga Pemerintahan

seperti Kementrian Koperasi dan UKM ataupun non pemerintahan baik dalam

menangani permasalahan krisis-krisis kepercayaan yang terjadi dalam pelaku

usaha kecil khususnya di persaingan pasar bebas serta bagaimana

pengaruhnya terhadap lingkungan, jika dilihat dari sisi sosiologis agar dapat

meminimalisir dampak negatif dan membantu memberikan keuntungan bagi

masyarakat Indonesia.

f. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penyadaran kepada koperasi

agar terus dapat meningkatkan kualitas koperasi yang ada, agar anggota loyal.

D. Tinjauan Pustaka

Terkait dengan skripsi yang penulis buat, dalam hal ini penulis telah membaca

beberapa refrensi terkait dengan masalah kepercayaan dan masalah koperasi.

Adapun perbedaan dari peneliti sebelumnya yaitu tesis dari Tito Edy Priandono,

2010 dari Universitas Indonesia, dengan judul “Proses Pembentukan Kepercayaan

Dalam Konteks Relasi Klien dengan Konsultan Hubungan” dalam penelitian ini

ditemukan bahwa seseorang akan mengkaji sebelum dia memberikan kepercayaan

kepada pihak konsultan hubungan masyarakat, selain itu memiliki tujuan yang

sama keduanya memaksimalkan manfaat, bahwa hal ini dapat dikatakan sebagai

aktor rasional.

Masing-masing menggunakan kalkulasi rasional agar merujuk pada sifat yang

dapat di percaya sehigga dapat saling tukar menukar kebutuhan. Pihak PT.Prifzer

Indonesia membutuhkan konsultan hubungan di karenakan SDM diperusahaan

tidak cukup dan terbatas. Tetapi dalam penelitian pihak konsultan menutup rapat-

8

rapat informasi kegagalan konsultan karena bertujuan menjaga reputasi. Dan

mahalnya biaya konsultasi hubungan membuat banyak perusahaan berfikir ulang

untuk mengajukan kerjasama secara total, bahkan konsultan hubungan dianggap

tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi strategis perusahaan.10

Maka dari itu

awal hasil kalkulasi rasional dan harapan dapat mengurangi standar-standar yang

ditawarkan sehingga mengurangi resiko kerugian dalam memberikan

kepercayaan.

Pembahasan mengenai perkembangan proses sosial terbentuknya kepercayaan

banyak perbedaan oleh penelitian yang sebelumnya yaitu Reza Ashari Nasution &

Angela Saskia Widjajanto dari Instutit Teknologi Bandung, dengan jurnal

penelitian Business Strategy And Marketing Research Group Volume 6 2007.

Dengan judul jurnal penelitian proses Pembentukan Kepercayaan Konsumen

(Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Percetakan Di Bandung).

Dalam hal ini analisa kepercayaan konsumen, merupakan fokus awal

terbentuknya kepercayaan dari konsumen yang sedang mencari tempat yang

sesuai harapan, dalam memberikan kerjaan konsumen kepada pihak jasa, kepada

jasa percetakan, dengan berbagai harapan yang akhirnya memunculkan suatu

keyakinan yang merupakan proses menuju kepercayaan. Setelah menetapkan

keyakinan disnilah analisa terbentuknya kepercayaan konsumen.11

Tapi pada

10

Tito Edy Priandono, Proses Pembentuan Kepercayaan Dalam Konteks Relasi Klien Dengan Konsultan Hubungan Masyarakat Tesis : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Departement Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia, 2010.

11 Reza Ashari Nasution & Angela Saskia Widjajanto, jurnal penelitian proses Pembentukan

Kepercayaan Konsumen (Studi Kasus Usaha Kecil Menengah Percetakan Di Bandung).Instutit Teknologi Bandung, Business Strategy And Marketing Research Group Volume 6 2007.

9

tahap ini konsumen akan melakukan tindakan, agar harapan dan keyakinan itu

terbukti. Hal tersebut membutuhkan proses interaksi yang lumayan lama untuk

konsumen melakukan tindakan loyalitas. Sekitar 2 tahun interaksi konsumen

mengenal jasa percetakan tersebut baru memunculkan loyalitas kepercayaan.

Lalu terdapat juga perbedaan penelitian yang dilakukan oleh, Kusumantoro,

2010 dalam jurnal Vol. V, No. 2, dengan judul Minat Mahasiswa Untuk Menjadi

Anggota Koperasi Mahasiswa. Dari penelitian yang berdasarkan kelangsungan

kehidupan KOPMA yang tidak berjalan dengan baik di Fakultas Ekonomi

Univeristas Negeri Semarang yang hanya 32% anggota semester 2 yang

mengikuti dikarenakan minat ataupun daya ketertarikan yang rendah, ataupun

manfaat yang kurang akhirnya ditemukaan kesimpulan bahwa dilakukan

penelitian kepada 92 mahasiswa diperoleh hasil yang signifikan bahwa minat

mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi untuk menjadi anggota

KOPMA dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pengetahuan tentang KOPMA,

manfaat yang diperoleh dari KOPMA dan pembelajaran mata kuliah

perkoperasian.12

Selain itu penelitian sebelumnya juga terdapat perbedaan oleh skripsi peneliti

yang bernama Ance Trio Marta, 2010 dari Institute Pertanian Bogor dengan judul

Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakat Di

Ciampea Bogor Jawa Barat. Terdapat analisa mengenai struktur dan pola

berjalanya koperasi serta terdapat strategi yang harus dikembangkan agar faktor-

12

Kusumantoro, Minat Mahasiswa Untuk Menjadi Anggota Koperasi Mahasiswa, Fakultas Ekonomi UNES : jurnal Vol. V, No 2 (2010).

10

faktor ancaman dalam pengembangan koperasi dapat teratasi. Salah satu strategi

umum agar masyarakat dapat terus percaya dengan koperasi adalah dengan

melakukan penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.

Adapun manajemen Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakat yang selalu

dilakukan yaitu menjalankan lima dasar aktifitas dasar manajemen seperti

perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf serta

pengendalian.13

Selain itu penelitian sebelumnya juga terdapat perbedaan oleh disertasi

Joharatul Jamillah disertasi, dari Institute Pertanian Bogor tentang Ketahanan

Industri Bordir di Tasikmalaya: Studi Etika Moral Ekonomi Islami Pada

Komunitas Tatar Sunda. Terdapat analisa mengenai perkembangan industri bordir

di tasikmalaya. Dengan didalamnya terdapat keterlekatan nilai moral, serta

karakteristik tindakan ekonomi pengusaha yang berkarakter Sunda-Islami.14

13

Ance Trio Marta, Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakat Di Ciampea Bogor Jawa Barat, skripsi fakultas ekonomi dan manajemen, department agribisnis Institute Pertanian Bogor, (2010).

14 Joharatul Jamilah, Ketahanan Industri Bordir Di Tasikmalaya: Studi Etika Moral

Ekonomi Islami Pada Komunitas Tatar Sunda, disertasi sekolah pascasarjana Institute Pertanian Bogor, (2016).

11

Tabel I. D. 2. Tinjauan Pustaka

No Penulis &

Fokus Kajian

Temuan Persamaan Perbedaan

1. Tito Edy

Priandono

(Tesis, 2010)

Analisis Proses

Pembentuan

Kepercayaan

Dalam Konteks

Relasi Klien

Dengan

Konsultan

Hubungan

Masyarakat

Terdapat temuan

dalam proses

pembentukan

kepercayaan dari

penilaian klient

yang ditinjau

dari aspek

kompetensi

konsultant dan

kalkulasi

efektifitas kerja.

Sehingga

masing-masing

menggunakan

kalkulasi

rasional agar

merujuk pada

sifat yang dapat

di percaya agar

dapat saling

tukar menukar.

Metode Penelitian

Kualitatif

Fokus kepada

kajian ilmu

komunikasi

consultant

hubungan

masyarakat

dan berbeda

topik studi

kasus. Serta

menggunakan

Teori

Tindakan

Rasional

Coleman

2. Reza Ashari

Nasution &

Angela Saskia

Widjajanto

(Jurnal

Penelitian,

2007)

Proses

Pembentukan

Kepercayaan

Konsumen

(Studi Kasus

Usaha Kecil

Menengah

Percetakan Di

Bandung)

Terdapat analisa

terhadap sebuah

proses sosial dari

sebuah harapan

konsumen, yang

membuatnya

memiliki

tindakan, yang

menghasilkan

keyakinan, hasil

dari keyakinan

yang terbukti

konsumen akan

loyal dan yakin

terhadap

terhadap

percetakan

tersebut.

Metode Penelitian

Kualitatif dengan

analisa

pembentukan

proses

kepercayaan.

Perbedaan

topik studi

kasus karena

lebih ke

konsumen

dari penyedia

jasa

percetakan

digital di

bandung.

Serta

menggunakan

teori pilihan

rasional yang

berbeda yaitu

menurut

Becker.

12

3. Kusumantoro

(Jurnal

Penelitian,

2010)

Minat

Mahasiswa

Untuk Menjadi

Anggota

Koperasi

Mahasiswa

Dari penelitian

yang dilakukan

kepada 92

mahasiswa

diperoleh hasil

yang signifikan

bahwa minat

mahasiswa

Program Studi

Pendidikan

Ekonomi, untuk

menjadi anggota

KOPMA

dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu

pengetahuan

tentang

KOPMA,

manfaat yang

diperoleh dari

KOPMA dan

pembelajaran

mata kuliah

perkoperasian

Sama-sama

menggunakan

topik koperasi

Perbedaan

menggunakan

metode

Kuantitatif

dan fokus

analisa yang

berbeda.

4. Ance Trio

Marta (Skripsi,

2010)

Strategi

Pengembangan

Usaha Koperasi

Simpan Pinjam

Warga Sepakat

Di Ciampea

Bogor Jawa

Barat

Terdapat analisa

mengenai

strategi yang

harus

dikembangkan

agar factor-faktor

ancaman dalam

pengembangan

koperasi dapat

teratasi.

Terdapat

persamaan tentang

gambaran umum

mengenai pola

pendekatan

koperasi terhadap

masyarakat.

Terdapat

perbedaan

dalam

menggunakan

metode yaitu

metode

kuantitatif

13

5. Joharatul

Jamillah

(Disertasi,

2016)

Ketahanan

Industri Bordir

Di

Tasikmalaya:

Studi Etika

Moral Ekonomi

Islami Pada

Komunitas

Tatar Sunda

Terdapat analisa

mengenai

perkembangan

industri bordir di

tasikmalaya.

Dengan

didalamnya

terdapat nilai

moral, serta

karakteristik

tindakan

ekonomi

pengusaha bordir

yang

membuatnya

tetap bertahan

puluhan tahun

dalam industri di

Indonesia.

Terdapat

persamaan teori

yaitu teori

keterlekatan dan

persamaan

terhadap

penggunaan

metode kualitatif.

Terdapat

perbedaan

dalam fokus

analisis dan

studi kasus.

6. Muhammad

Idham

Maulana,

skripsi 2016

Analisis

Perkembangan

Koperasi Di

Indonesia

Dibandingkan

Dengan

Negara-Negara

Maju Dalam

Perspektif

Ekonomi

Politik

Terdapat analisa

mengenai

analisis ekonomi

politik seperti

liberal, sosial-

demokrat, dan

heterodoks.

Adapun

perkembangan

koperasi dan

karakteristik

koperasi disetiap

negara

Terdapat

persamaan yaitu

metode kualitatif

dan data

perkembangan

koperasi indonesia

Terdapat

perbedaan

dalam analisis

dan studi

kasus

14

Dari beberapa literature review yang telah dijelaskan, pada umumnya

membahas mengenai proses terbentuknya kepercayaan dengan unit studi kasus

yang berbeda-beda, serta membahas koperasi dengan analisa keadaan dan teori

yang berbeda. Adapun perbedaannya dari masing-masing penelitian adalah pada

penelitian pertama lebih berfokus pada analisis penilaian kompetensi konsultan

hubungan dengan kalkulasi rasional sehingga membentuk kepercayaan.

Penelitian kedua lebih memfokuskan masalah pada faktor harapan, keyakinan

dan tindakan. Penelitian ketiga berfokus pada faktor-faktor ketertarikan

mahasiswa dan tingkat partisipasi mahsiswa terhadap koperasi mahasiswa

sedangkan penelitian keempat lebih fokus pada pola manajemen peningkatan

kualitas dan perkembangan pemberdayaan pada koperasi simpan pinjam agar

masyarakat bertahan pada koperasi. Penelitian kelima fokus kepada analisa

mekanisme-mekanisme histori budaya dalam perkembangan usaha bordir di

Tasikmalaya.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah peneliti ingin mengembangkan

konsep kepercayaan dengan keterlekatan pada kondisi masyarakat kota yang

memiliki kecendrungan memiliki sifat individualis dalam keberagaman yang ada

dalam lingkungan masyarakat kota.

15

E. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

a. Koperasi

Koperasi bersumber dari kata co-operation yang artinya “kerja sama” ada

juga yang mengartikan koperasi dalam makna lain seperti Enriques memberikan

pengertian koperasi yaitu menolong satu sama lain atau saling bergandengan

tangan. Sedangkan arti kerja sama menurut ilmu sosial suatu organisasi yang

merupakan suatu unsur dinamika kehidupan bermasyarakat. Koperasi berkenaan

dengan manusia sebagai individu dan dengan kehidupan bermasyarakat. Manusia

juga tidak dapat melakukan kerjasama sebagai satu unit, dia memelukan orang

lain dalam suatu kerja sosial.15

b. Proses Sosial

Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat

apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan

sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada

perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah

ada. Atau dengan perkatan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal

balik antara pelbagai segi kehidupan bersama.16

Proses sosial secara garis besar dibagi dalam 2 bentuk proses sosial

asosiatif dan proses sosial disasosiatif. Adapun proses sosial yang asosiatif dibagi

15

Arifin Sitio, Halomoan Tamba, “Koperasi : Teori Dan Praktik”. Jakarta : Erlangga, 2001 Hal 13-14

16 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar 2007: Jakarta hal 55.

16

ke dalam tiga macam, yaitu (1) Kerja sama (co-operation) (2) akomodasi

(accommodation), dan (3) asimilasi (asimilation), sedangkan proses sosial yang

disasosiatif juga dibagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu: (1) persaingan

(competition), (2) kontravensi (contravention) dan (3) pertentangan atau

pertikaian (conflic).17

1) Proses Sosial Asosiatif

Proses sosial yang asosiatif adalah proses sosial yang di dalam realitas

sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang mengarah

pada pola-pola kerjasama. Harmoni sosial ini menciptakan kondisi sosial yang

teratur atau disebut social order.

a) Kerja sama merupakan proses yang dapat terjadi karena

didorong oleh kesamaan tujuan dan manfaat yang akan diperoleh dalam

kelompok tersebut.

b) Akomodasi merupakan upaya untuk mencapai penyelesaian

dari suatu pertikaian atau konflik oleh pihak-pihak yang bertikai yang

mengarah kepada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik atau

pertikaian tersebut.

c) Asimilasi merupakan proses sosial yang di tandai oleh adanya

upaya-upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang

perorangan atau antarkelompok sosial yang diikuti pula usaha-usaha untuk

mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan

memerhatikan kepentingan bersama.

17

Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Hal 77

17

2) Proses Sosial Disasosiatif

Proses sosial disasosiatif ialah keadaan realitas sosial dalam keadaan

disharmoni sebagai akibat ada-nya pertentangan antar-anggota masyarakat.

Proses-proses sosial yang disasosiatif diantaranya:

a) Persaingan : merupakan proses sosial dimana orang perorang

atau kelompok manusia yang terlibat dalam proses tersebut saling berebut

untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada

masa tertentu menjadi pusat perhatian public (khalayak) dengan cara

menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah

ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

b) Kontravensi : merupakan proses sosial yang berada diantara

persaingan dengan pertentangan atau pertikaian yang ditandai oleh gejala-

gejala adanya ketidakpastian tentang diri seseorang atau rencana dan

perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan-

keraguan terhadap kepribadian seseorang.

c) Konflik : merupakan proses sosial dimana masing-masing

pihak yng berinteraksi berusaha untuk saling menghancurkan,

menyingkirkan, mengalahkan karena berbagai alasan seperti rasa benci

atau permusuhan.

c. Perilaku Kepercayaan

Deutsch mendefinisikan perilaku mempercayakan sebagai tindakan yang

meningkatkan kerentanan seseorang terhadap orang lain yang perilakunya tidak

dalam kendali seseorang itu dalam jenis situsi tertentu, suatu situasi dimana

18

kerugian yang diderita seseorang jika pihak lain, (trustee) menyalahgunakan

kondisi kerentanan tersebut adalah lebih besar dibanding keuntungan yang

diterima seseorang itu jika pihak lain tidak menyalahgunakan kerentanan itu.18

d. Paguyuban

Paguyuban menurut Ferdinand tonnies dan Charles P. Loomis merupakan

bentuk kehidupan bersama, dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan

batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut

adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan.

Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana

dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban

terutama dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun

tetangga, dan lain sebagainya.19

2. Landasan Teori

a. Teori Kepercayaan/Trust

Kepercayaan menurut Fukuyama adalah harapan yang tumbuh di dalam

sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan

kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial

merupakan penerapan terhadap pemahaman ini.20

Maka dari itu Fukuyama

mendefinisikan kepercayaan sebagai unsur dasar modal sosial yang muncul dari

18

James S Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial Terjemahan Foundation Of Social Theory nusa media : 2011 Hal.134-135

19 Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

20 John Field. Modal sosial. Terj. Nurhadi. ( Bantul: Kreasi Wacana, 2010). Hlm. 75

19

kepercayaan abadi di tengah-tengah masyarakat atau pada bagian tertentu dari

masyarakata tersebut.21

Fukuyama juga mengatakan bahwa kepercayaan adalah efek samping

yang sangat penting dari norma-norma sosial yang kooperatif yang memunculkan

modal sosial. Jika masyarakat bisa di andalkan untuk tetap menjaga komitmen,

norma-norma saling menolong dan saling menghormati, serta menghindari

perilaku oportunistik, maka suatu kelompok akan terbentuk secara lebih cepat,

dan kelompok yang terbentuk itu akan mampu mencapai tujuan-tujuan bersama

secara lebih efisien. 22

b. Teori Keterlekatan

Keterlekatan menurut Granovetter (1985), merupakan tindakan ekonomi

yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial

personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Hal ini tidak hanya

terbatas pada tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku

ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi,

yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial.23

Konsep keterlekatan sebagai review, merupakan alternative konsep dalam

memahami pemikiran tentang perilaku ekonomi yang sebelumnya telah

berkembang dalam sosiologi dan ekonomi. Granovetter (1985) menemukan,

dalam literatur sosiologi dan ekonomi, perdebatan antara kubu oversoscialized,

21

Field. Modal Sosial, Hlm. 102 22

Fajri Ihsan. Dalam Skripsi Analisa Modal Sosial Kelompok Sosial Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Jakarta Hlm. 11

23 Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Jakarta : Kencana 2009, Hal 39.

20

yaitu tindakan ekonomi yang kultural dituntun oleh aturan berupa nilai dan norma

yang diinternalisasi dan kubu undersocialized, yaitu tindakan ekonomi yang

rasional dan berorientasi pada pencapaian keuntungan individual (self-interest),

dalam menentukan apa yang sebenarnya menuntun orang dalam perilaku ekonomi

seperti memilih pekerjaan, melaksanakan profesi, menjual, membeli menabung

dan sebagainya tunduk dan patuh terhadap segala sesuatu yang diinternalisasi

dalam kehidupan sosial seperti nilai, norma, adat kebiasaan, dan tata-kelakuan. 24

Ada yang membuat teori ini berhubungan dan relevan terhadap penelitian,

karena dalam penelitian konsep keterlekatan terlihat dari cara mereka berinterkasi

dalam sebuah relasional, baik dari paguyuban warga, kegiatan-kegiatan olahraga

warga, ataupun kegiatan keagamaan seperti, pengajian majelis ta’lim, ataupun

kegiatan agama lain-nya. Sehingga dari mekanisme-mekanisme yang dibangun

secara terus-menerus pada sebuah lingkungan bermain, belajar, dan beribadah.

Membuat tindakan ekonomi tersebut menjadi kuat dan berjalan, sehingga nilai-

nilai yang terdapat di masyarakat dapat membentuk sebuah hubungan sosial yang

kuat pada jaringan ekonomi.

24

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, hal 40.

21

Gambar I.E.1. Siklus Dimensi Kepercayaan

Sumber: Observasi (diolah)

Gambar diatas merupakan gambaran siklus dimensi terbentuknya

kepercayaan warga perumahan terhadap koperasi. Warga perumahan merupakan

sebuah lingkungan yang dihuni oleh sejumlah keluarga dan memiliki proses sosial

seperti kegiatan-kegiatan antar warga. Melalui Proses interaksi dalam

kegiatan/aktifitas warga tersebut masyarakat menciptakan nilai-nilai dan norma

yang di anut oleh warga. Proses internalisasi nilai tersebut membuat kesadaran

akan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Jadi Koperasi terbentuk dari aspirasi

warga yang di tampung oleh paguyuban perumahan yang diyakini sebagai

penerima aspirasi yang di percaya oleh warga, sehingga terbentuk Koperasi.

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah metode

kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang menjelaskan secara ilmiah, rinci, dan

sistematis mengenai proses terbentuknya kepercayaan warga perumahan terhadap

koperasi.

Warga Perumahan Paguyuban Koperasi adalah hasil dari sebuah

kepercayaan antar warga

22

Penggunaan metode kualitatif didasarkan pada kepentingan penelitian

yang ingin mendapatkan data secara mendalam mengenai proses social dalam

terbentuknya kepercayaan terhadap koperasi Warga Trevista Mandiri (Studi kasus

: Perumahan Warga Trevista Ciputat) Data tersebut yang kemudian akan diolah

dan dianalisa dalam bentuk deskriptif analitis.

G. Sistematika Penulisan

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Teknik pengumpulan data bersumber kepada data primer, dimana data

primer didapatkan melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan

informan melalui penelitian lapangan langsung. Data Primer diperoleh dari

narasumber utama, yakni: (1) Pak Bahtra, selaku ketua paguyuban (2) Pendiri dan

anggota Koperasi, Pak Ridwan dan (3) Wakil Ketua Koperasi, Pak Junarto.

Narasumber pendukung, yakni masyarakat seperti DKM dan Ibu rumah tangga.

Penentuan narasumber utama di atas adalah bahwa warga Trevista

merupakan narasumber yang lebih memahami kondisi kesehariang lingkungan

warga maupun koperasi. Asumsi yang diambil, adalah bahwa warga merasakan

dan mengetahui lebih bagaimana kepercayaan terhadap koperasi dapat terbentuk

di masyarakat.

23

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan melalui studi literatur baik dari buku terkait

dengan proses sosial, kepercayaan, serta peran koperasi. Data Sekunder juga

dapat diperoleh dari koperasi Trevista dan instansi terkait lainnya, berupa

dokumen, data, dan statistik mengenai Koperasi. Data yang akan diambil adalah

data mengenai jumlah anggota koperasi serta pengembangan koperasi tersebut.

Seluruh data baik primer maupun sekunder dikumpulkan dengan

mempergunakan:

1) Penelitian Lapangan (field research), dilakukan untuk

menghimpun data primer dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa:

a) Observasi yang dilakukan adalah non participant observation,

yakni mengamati proses interaksi warga di dalam koperasi serta dalam

lingkungannya. Observasi dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis mengenai fenomena-fenomena yang terjadi pada aktivitas

keberlangsungan para pengusaha yang menggunakan jaringan sebagai modal

sosial.

b) Wawancara, yakni dengan mengajukan serangkaian

pertanyaan secara langsung kepada warga Trevista.

2) Studi Pustaka (library research)

Studi Pustaka (library research) digunakan untuk mendapatkan data sekunder

berupa dokumen, artikel, dan literatur yang berkaitan dengan Koperasi.

24

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perumahan Trevista Ciputat Tanggerang

Selatan, yang merupakan tempat transaksi dan pengembangan koperasi.

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Penunjukan lokasi

tidak menjadi kendala karena lokasi yang terbilang dekat. Penentuan waktu

penelitian yang diperlukan berkisar satu sampai dua bulan, dalam waktu tersebut

akan dilakukan proses wawancara mendalam dengan narasumber

d. Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul melalui field research dan library

research selanjutnya dianalisis secara kualitatif, dan penarikan kesimpulan

dengan mempergunakan logika berfikir deduktif sehingga diperoleh gambaran

yang jelas dan menyeluruh mengenai proses sosial terbentuknya kepercayaan

koperasi warga Trevista.Analisis data dengan cara mengumpulkan data-data dari

hasil observasi, wawancara, yang direduksi membentuk suatu kesimpulan atau

penyajian data informasi dari data yang ada, diambil berdasarkan hasil

pemahaman dan pengertian, yang menghasilkan suatu interpretasi gejala-gejala,

fakta-fakta secara sistematis dan akurat, sehingga membentuk sebuah kesimpulan

berdasarkan data-data yang terkumpul.

25

I.G.3 Tabel Tahap-Tahapan Pelaksanaan Penelitian

No Tahapan Penelitian Kegiatan Waktu

1. Analisa Dokumen Melakukan pengumpulan data, referensi

buku, jurnal ilmiah, koran dan majalah

terkait tema penelitian.

Maret-Juli

2017

2. Pra Survei Melakukan penelusuran ke tempat objek

penelitian, agar memperoleh gambaran

situasi dan kondisi sosial untuk

menentukan kerangka wawanncara.

Agustus-

September

2017

3. Penelitian Lapangan,

Observasi Partisipan

dan Wawancara

Mendalam

Mengamati perilaku, aktifitas dan

interaksi sosial koperasi Trevista dengan

para anggota yang terjalin, serta

mewawancarai secara mendalam terkait

pertanyaan penelitian.

Desember

2017-

Februari

2018

4. Analsisi dan

Penyusunan Penelitian

Menganalisis dan mereduksi data/fakta

dari temuan lapangan

Februari -

Maret

5. Verivikasi Hasil

Penelitian

Memferifikasi hasil penelitian sebelum

dipublikasi

Mei

6. Publikasi Mempublikasikan hasil penelitian. Mei

26

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis Koperasi Dan Warga Perumahan Trevista

Koperasi Warga Trevista Mandiri merupakan koperasi yang berada di

sebuah perumahan Trevista. Koperasi Trevista ini terbentuk sejak tanggal 1 bulan

november tahun 2016 dengan mendapatkan akta pengesahan keputusan menteri

koperasi dan usaha kecil dan menengah dengan nomor SK

003169/BH/M.KUKM.2/1/2017. Untuk lokasi koperasi ini sendiri, terletak di

Komplek Trevista Ciputat Tanggerang Selatan, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Dibangun di atas tanah seluas 400 meter dengan luas bangunan 200 meter, dengan

keanggotaan sebanyak 200 orang.25

Peumahan Trevista merupakan salah satu perumahan di wilayah

Kecamatan Ciputat, salah satu kecamatan dari kabupaten tangerang selatan

provinsi banten. Untuk alamat lebih tepatnya di Jl. Cipunegara Raya No.99,

Rukun Tetangga 003 Rukun Warga 007 Kelurahan Cipayung, Kecamatan

Ciputat, Kota Tangerang Selatan, provinsi Banten dengan kode pos 15411.

Jika di tinjau perumahan Trevista merupakan sebuah cluster yang berada

berdekatan dengan pusat perkotaan. Komplek Trevista ini juga memiliki lahan

seluas sekitar 4,2 hektar.

25

Akta Pengesahan Koperasi Warga Trevista Mandiri, Tangerang Selatan 2017.

27

Dalam memasuki komplek Trevista Ciputat, masyarakat akan melewati

komplek Kejaksaan Agung RI, setelah itu akan mengarah kepada perumahan

Trevista, dan saat akan memasuki perumahan Trevista terdapat gapura besar

dengan suasana yang nyaman dengan konsep ataupun sistem keamanan satu

pintu. Setelah melewati gapura tersebut terdapat perumahan yang berderet

panjang tanpa ada gerbang setiap rumahnya.

Di komplek Trevista juga terdapat masjid serta pusat olahraga seperti

gym, kolam renang dan lapangan olahraga. Untuk gedung koperasi sendiri

memiliki lokasi strategis karena bersebelahan dengan TPA, lapangan basket, serta

lapangan futsal yang setiap hari menjadi tempat warga beraktifitas.

Setelah berada di lingkungan perumahan Trevista, akan terlihat keindahan

di sepanjang jalan karena perumahan ini didukung dengan kesejukan yang asri,

karena pepohonan dan rumput yang ada di setiap rumahnya membuat perumahan

Trevista memiliki pemandangan yang indah. Di dalam perumahan warga Trevista,

terdapat latar belakang warga dengan berbagai macam pekerjaan antara lain

seperti dosen, pegawai swasta, pegawai negeri, dokter serta berbagai jenis latar

belakang pekerjaan lainnya.

Disamping fasilitas olahraga yang ada, perumahan Trevista juga memiliki

TPA dan pusat perbelanjaan yaitu adanya koperasi ritel warga. Gedung koperasi

yang ada di perumahan Trevista di investasikan oleh pengembang guna di

manfaatkan oleh warga secara positif serta menata kegiatan jual beli dalam

perumahan agar terciptanya tatanan yang baik.

28

B. Sejarah Perkembangan Koperasi Warga Trevista Mandiri

Pembangunan Koperasi Trevista Ciputat pada awalnya terbentuk karena

kesadaran sekelompok warga yang memiliki pemikiran progresif terhadap masa

depan Perumahan Trevista, kesadaran tersebut membuahkan suatu pemikiran

tentang kemandirian ekonomi yang harus dibangun untuk menunjang kebutuhan

dan kesejahteraan warga perumahan. Berlandaskan cita-cita tersebut warga

berinisiatif untuk membangun koperasi Warga Trevista.

Pada awal tahun 2016 koperasi trevista telah memulai menjalankan

koperasi tersebut. Walaupun pada saat itu Koperasi Trevista Mandiri masih belum

memiliki akte legalitas pendirian yang berbadan hukum. Ditambah keadaan

Koperasi masih terbatas menggunakan modal beberapa anggota. Keterbatasan

modal tersebut di dasarkan karena sulitnya akses terhadap pemerintah dan

lembaga lainnya, seperti dinas koperasi ataupun pihak swasta yang memiliki

syarat rumit dalam memberikan modal.

Beberapa kesulitan tersebut diantaranya merupakan syarat perizinan serta

harus sudah berdiri dua tahun. Keterbatasan tersebut tidak membuat warga

menyerah dalam mengembangkan koperasi. Peran aktif warga terhadap koperasi,

memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan koperasi, sehingga

pada saat itu terkumpul modal dari sumbangan anggota, kurang lebih lima puluh

juta. Dalam proses pengembangan koperasi tersebut, setiap warga memiliki peran

masing-masing yang sangat membantu perkembangan koperasi. Karena di dalam

perumahan tersebut, masing-masing warga memiliki kemampuan yang dapat

bermanfaat bagi koperasi.

29

Beberapa sistem yang dibangun oleh koperasi tersebut di buat oleh warga

yang memang memiliki kemempuan dalam dunia kerjanya pada bidang tersebut.

Seperti sistem keuangan, management, ataupun marketing. Dalam beberapa bulan

berjalan koperasi mendapatkan hasil yang baik karena sebagian besar warga

memiliki peran aktif dalam kontribusinya terhadap koperasi.

Pada tahun pertama koperasi berdiri yang memegang jabatan sebagai

ketua koperasi adalah bapak Sarifudin, dalam kepemimpinan beliau, koperasi

masih terbebani oleh sewa rumah, karena gedung serbaguna yang didirikan oleh

pengembang perumahan masih proses pembangunan. Dalam kepemimpinan

bapak Sarifudin, koperasi terbantu dalam membentuk legalitas koperasi dan

penataan sytem koperasi. Sehingga pada bulan November koperasi telah

menyerahkan berkas kepada notaris. Berkas yang berisikan syarat-syarat

pendirian badan usaha koperasi mendapatkan kabar baik, karena pada tanggal 17

januari 2017, koperasi telah resmi dan menerima surat keputusan legalitas

perizinan koperasi dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Setelah perizinan koperasi selesai warga memutuskan untuk

menggantikan ketua koperasi agar dapat memberikan kesempatan kepada warga

dalam mengelola koperasi, setelah melakukan musyawarah yang mendapatkan

hasil bahwa kepemimpinan tahun kedua koperasi berjalan akan di pimpin oleh

bapak oscar.

Koperasi dalam perkembangannya tetap mempertahankan sifat dalam

pengelolaan koperasi. Sifat tersebut berdasarkan berdirinya koperasi. Diantaranya

30

Koperasi Warga Trevista Mandiri memiliki sifat dalam pengelolaan. Sifat dari

koperasi tersebut diantaranya memiliki keanggotaan yang terbuka dan sukarela

dengan pengelolaan yang dilakukan secara demokratis serta pembagian hasil yang

dilakukan secara adil dan terbuka.

Koperasi Warga Trevista Mandiri didirikan dengan tujuan dan

kepentingan bersama, diantaranya agar hasil penjualan dapat di nikmati warga

perumahan trevista, sehingga warga perumahan memiliki lingkungan yang

mandiri dalam perawatan lingkungan, peningkatan ekonomi warga, serta

menunjang kebutuhan-kebutuhan kegiatan warga dan membantu warga agar lebih

mudah dalam membeli kebutuhan pokoknya.

Pada awal Koperasi Trevista terbentuk, koperasi ini hanya di ikuti oleh

sebagian warga, karena pada saat itu kesadaran warga akan pentingnya koperasi

masih sangat rendah. Karena letak koperasi berdekatan dengan pusat kegiatan

seperti tempat ibadah, taman dan, TPA, membuat aktifitas koperasi dengan

sendirinya meningkat. Beberapa pendekatan dilakukan untuk memberikan

penyadaran terhadap pentingnya dan manfaat berkoperasi.

Dengan aktifitas koperasi yang terus meningkat upaya-upaya

pengembangan dilakukan oleh pengurus. Dalam mengembangkan koperasi,

pengurus memberikan sistem semi company yang baik dalam mengelola

keuangan, dengan laporan yang terbuka. Selain itu pengurus juga memberikan

pelatihan kepada karyawan yang bertugas untuk menjaga koperasi agar

31

terciptanya koperasi yang memiliki management yang baik. Serta berencana

memberikan beasiswa bagi karyawan untuk dapat meneruskan pendidikannya.

Dalam pemilihan karyawan, pengurus koperasi mengorganisir serta

memberikan kesempatan kepada warga sekitar perumahan, agar dapat bekerja

guna memberikan manfaat koperasi tersebut kepada warga sekitar yang tidak

memiliki pekerjaan. Tujuan progresif lain nya dari koperasi Trevista adalah ingin

menjadi koperasi terbaik di Indonesia dalam mengembangkan potensi dan inovasi

untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Bebeberapa unit usaha koperasi Trevista antara lain unit iuran perawatan

Lingkungan (IPL), unit usaha ritel minimarket, dan unit usaha service. Dalam unit

usaha koperasi tersebut. Koperasi Trevista memiliki misi untuk memberikan

pelayanan kebutuhan warga yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Selain itu

pada koperasi ini juga harga serta produk memiliki kualitas yang baik serta harga

yang lebih murah dari market pembelanjaan lainnya. Selain itu Koperasi Warga

Trevista Mandiri, juga memiliki misi dalam memberikan peran yang aktif dalam

meningkatkan kualitas kehidupan warga.

Jika ditinjau untuk unit usaha ritel minimarket ini, warga terbantu dalam

membeli kebutuhan pokok serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan

memberikan kesempatan warga untuk menitipkan produsi usaha rumah tangga,

serta dalam pembeli juga dapat menghemat perbelanjaan karena mendapatkan

harga ritel yang lebih murah jika dibandingkan minimarket konvensional, jadi

warga juga dapat mendapatkan barang yang lebih murah, warga terbantu dalam

32

pelayanan pengiriman belanjaan kebutuhan sehari-hari, jadi semua barang

dikoperasi adalah barang yang murah dan dapat dikirim tanpa harus keluar rumah

untuk belanja.

Untuk iuran perawatan lingkungan sendiri warga terbantu dalam

perbaikan dan pengelolaan lingkungan seperti membayar satpam, sampah,

kebersihan lingkungan dan perawatan sarana olahraga seperti lapangan basket,

lapangan futsal dan kolam renang. Untuk unit usaha service membantu warga

dalam membuat kanopi, repair rumah, sevice ac, kedepan akan ada service motor,

dll.

Dalam kepengurusanya, Koperasi Warga Trevista terbantu oleh

paguyuban dalam menyatukan kerja sama antar warga. Diantaranya dengan

memiliki agenda rapat setiap bulan-nya agar masyarakat dapat meningkatkan tali

persaudaraan sesama anggota koperasi, sehingga koperasi manfaat dan fungsinya

lebih maksimal, efisien, efektif serta produktif dalam perkembanganya.

Selain dari pertemuan setiap bulan koperasi memiliki group media

whatsapp agar warga dapat tersambung baik dengan anggota koperasi lainnya.

Dalam group whatsapp tersebut, terdapat kordinasi seperti laporan keuangan,

rapat koperasi serta perkembangan koperasi di sampaikan setiap saat.

Koperasi memiliki hubungan sangat erat terhadap paguyuban, karena

paguyuban merupakan wadah pemersatu warga dan penerima gagasan warga

yang ingin berkontribusi dalam mengembangkan serta merawat lingkungan

Perumahan Trevista.

33

BAB III

PROSES SOSIAL DALAM MEMBENTUK KEPERCAYAAN WARGA

TERHADAP KOPERASI WARGA TREVISTA CIPUTAT.

A. Proses Sosial Warga Trevista Ciputat

Dalam menjelaskan pola terbentuknya kepercayaan warga perumahan

terhadap koperasi, peneliti membentuk kerangka yang menggambarkan proses

sosial yang ada di dalamnya. Dibawah ini terdapat kerangka yang dapat

menjelaskan dan menggambarkan bagaimana proses sosial dalam membangun

kepercayaan sehingga terbentuknya koperasi warga perumahan.

Gambar III.A.1 Kerangka Terbentuknya Kepercayaan

Sumber: Observasi (Diolah)

34

Pola Sirkulasi Linear yang berjalan searah pada gambar III.A.1 terjadi

pada sebuah paguyuban warga perumahan yang menghasilkan proses sosial, serta

dapat ditinjau bahwa dalam gambar III.A.1, menjelaskan warga perumahan yang

membentuk sebuah paguyuban telah menghasilkan kedekatan antar warga

sehingga membuat warga perumahan sepakat membentuk nilai dan norma, agar

masyarakat dapat memiliki keteraturan dalam lingkungan, selain itu dengan

terciptanya nilai dan norma, warga mulai memiliki kesepakatan dalam menggapai

tujuan untuk kepentingan bersama dengan membentuk dan mengembangkan

lingkungan seperti mendukung kegiatan-kegiatan olahraga, keagamaan, kerja

bakti bahkan kegiatan kenegaraan.

Terbentuknya proses asimilasi tersebut, menciptakan kepercayaan antar

warga karena dengan intensitas pertemuan dan pemahaman tujuan yang sama,

warga memiliki kepedulian terhadap sesama warga, sehingga dalam proses

kedekatan tersebut dengan mudah warga perumahan saling menumbuhkan

kepercayaan. sehingga dalam terbentuknya kepercayaan dan ketidakcurigaaan

tersebut suatu kerjasama terhadap koperasi dapat berjalan.

B. Peran Paguyuban Dalam Membangun Proses Sosial Warga

Paguyuban warga Trevista merupakan suatu perkumpulan yang memiliki

peran dalam memberikan wadah aspirasi kepada warga, jika di tinjau dari bentuk

paguyuban yang terdapat di perumahan Trevista ciputat, paguyuban ini terbentuk

dalam satu kesatuan rukun tetangga. Dalam hal ini, paguyuban beranggotakan

warga perumahan Trevista yang berasal dari satu perumahan yang sama,

sehingga warga perumahan dapat berinteraksi dan berjejaring dengan baik.

35

Dalam berinteraksi di paguyuban, setiap warga memiliki sudut pandang

yang berbeda dari masing-masing individu, hal tersebut yang membuat

paguyuban menjadi wadah aspirasi warga dalam memberikan pendapat ataupun

pandangan terhadap lingkungan perumahan Trevista. Paguyuban memberikan

ruang terbuka bagi gagasan-gagasan warga. Dalam wawancara pribadi kepada

bapak bahtra selaku ketua paguyuban yang memaparkan sebagai berikut :

“Pada awalnya paguyuban perumahan Trevista dibentuk untuk mewadahi

keluhan warga, dan menampung pendapat serta ide-ide masyarakat. Serta

dapat menjadi jembatan yang menghubungkan warga ke developer, dan

setiap keputusan-keputusan tersebut akan di sharing ke warga. Adapun

Masalah-masalah yang ada dilingkungan perumahan akan diselesaikan

paguyuban secara musyawarah.”26

Gambar III.B.2 Pertemuan Bulanan Warga

Sumber: Observasi

26

Wawancara Pribadi dengan Bahtra, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

36

Dalam keterangan wawancara dan gambar III.A.2 diatas dapat dianalisa

bahwa paguyuban memberikan wadah agar ide dan pendapat warga dapat

disalurkan sehingga, mendapatkan solusi dalam setiap masalah yang ada. Hal ini

merupakan suatu unsur dinamika yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga keadaan selesainya suatu masalah dalam musyawarah warga, membuat

paguyuban memberikan peran penting dalam proses sosial. Hal ini diperkuat

kembali dalam wawancara pribadi kepada pak bahtra selaku ketua paguyuban,

yang memaparkan bahwa :

“Paguyuban ada untuk menjaga keberagaman, kerukunan, serta kita

fasilitasi kegiatan, dan kita membuat forum masing-masing blok, Agar

warga disini menyatukan ide dan membuka peluang dalam pertukaran

informasi sehingga paguyuban menyatukan warga agar warga dapat

bekerjasama diluar dari perusahaanya, seperti dokter-dokter disini dapat

berkumpul, design graphic, ataupun yang keahlianya pada bagian

keuangan dalam profesinya, sehingga dapat memberikan kontribusi

kepada kegiatan koperasi. ”27

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa hubungan rukun tetangga

perumahan diikat oleh sebuah paguyuban yang memiliki dasar tujuan yang

mengedepankan rasa cinta dan rasa kesatuan dalam menjaga keberagaman serta

kerukunan antar warga. Paguyuban tersebut memberikan peran yang sangat besar

dalam terbentuknya proses sosial warga yang harmoni. Sehingga kegiatan-

kegiatan warga dalam mempererat hubungan satu sama lain dapat berjalan dengan

baik.

Dalam menjaga keharmonisan warga, paguyuban mencoba untuk menjaga

keteraturan sosial. Dalam hal ini keteraturan sosial merupakan suatu kondisi

27

Wawancara Pribadi dengan Bahtra, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

37

sosial di mana masing-masing anggota masyarakat dalam kehidupannya,

mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di dalam kelompok sosial tersebut.

Apabila kehidupan sosial telah berjalan berdasarkan norma-norma sosial yang

berlaku maka nilai-nilai sosial akan terwujud.28

Untuk mewujudkan keteraturan sosial tersebut, paguyuban yang ada di

lingkungan perumahan Trevista, dalam analisisnya melakukan upaya-upaya

dalam mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara sesama warga yang

diikuti pula usaha-usaha untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-

proses mental dengan memperhatikan kepentingan bersama, hal ini disebut

dengan asimilasi.29

Jika ditinjau menurut syarat terbentuknya asimilasi yaitu

1. Kelompok manusia yang berbeda kebudayaanya

2. Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara

langsung dan intensif untuk waktu yang lama.

3. Kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan

saling menyesuaikan diri.30

Dalam analisanya warga perumahan Trevista telah membentuk asimilasi

ini karena berdasarkan hasil dilapangan, warga Trevista memiliki berbagai latar

belakang kebudayaan yang berbeda, serta pada perumahan tersebut individu

dengan individu lainnya, memiliki interaksi yang saling menghubungkan warga

28

Elly M Setiadi, Usman Kolip, “Pengantar Sosiologi”, Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Jakarta : Kencana 2011, Hal 97.

29 Setiadi, “Pengantar Sosiologi”, hal 81

30 Setiadi, “Pengantar Sosiologi, Hal 83

38

dalam lingkungan pergaulan, seperti sering dilakukan aktifitas paguyuban yang

menjadikan komunikasi tersebut berlangsung secara intensif. Hal tersebut yang

membuat lingkungan perumahan saling menyesuaikan dirinya terhadap nilai-nilai

yang berlaku dilingkungan.

Penjelasan mengenai proses asimilasi tersebut diperkuat dengan

keterangan salah satu narasumber yaitu pak Iding selaku kepala Dewan

Kemakmuran Masjid Trevista sebagai berikut :

“Nah yang unik dan yang membuat trevista memiliki peluang bagus itu,

dikarena ada paguyuban, justru paguyuban itulah yang membuat seluruh

warga itu sering berkumpul, bikin acara bareng, seperti 17 agustusan,

keagamaan dll”31

Gambar III.B.3 Kegiatan Kerja Bakti Lingkungan

Sumber: Observasi

Aktivitas warga perumahan Trevista dengan didukung kegiatan aktif

seperti kegiatan keagamaan, kegiatan sosial serta kegiatan olahraga, akan

membuat warga secara alamiah saling bertemu dan dengan saling bertemu, warga

dapat menentukan tindakan-tindakan untuk mencapai sesuatu yang

31

Wawancara Pribadi dengan Iding, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 4 Januari 2018.

39

mengedepankan kepentingan bersama. Jika warga dapat menjalin kerja sama

dengan baik, hal ini berpotensi akan menumbuhkan kerukunan serta dapat saling

menolong satu sama lain.

Dari syarat terbentuknya asimilasi tersebut, keberadaan perumahan

Trevista telah menghasilkan lingkungan yang menunjang keteraturan, serta

keharmonisan antar warga. Proses-proses terbentuknya kondisi sosial seperti ini,

akan membuat masyarakat perkotaan yang tinggal dalam perumahan, serta

cenderung memiliki sifat individualis yang tinggi, tanpa mempedulikan

lingkungan, dapat menjadi pedoman untuk masyarakat kota agar dapat mengatasi

masalah-masalah tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempermudah bagi jalannya asimilasi pada warga

diantaranya :

1. Toleransi. Dalam hal ini toleransi merupakan sikap dan tindakan yang

saling memberikan peluang atau kesempatan kepada warga untuk

melakukan sesuatu, sehingga benih-benih pertentangan antar individu atau

antarkelompok dapat di cegah.

2. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang. Kesempatan-

kesempatan dalam bidang ekonomi yang imbang akan menekan terjadinya

ketimpangan antarwarga secara ekonomi, sehingga ketimpangan-

ketimpangan yang sering menjadi benih-benih pertentangan dapat di

cegah.

40

3. Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaanya. Sikap saling

menghargai orang asing dan kebudayaanya akan mempermudah jalannya

asimilasi

4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.

5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.32

Jika di tinjau dilapangan serta dikaitkan dengan analisa mengenai faktor-

faktor tersebut, yang terdapat pada keterangan diatas dapat ditemukan di dalam

perumahan Trevista. Karena perumahan Trevista mengedepankan toleransi,

keterbukaan, persamaan, saling menghargai serta memberikan kesempatan dalam

pengelolaan ekonomi. Salah satunya diperkuat dalam keterangan narasumber

bapak bahtra selaku ketua paguyuban, yang mengungkapkan bahwa ;

“Warga disini sangat mengedepankan toleransi, sempat waktu kita sedang

puasa, warga yang berbeda keyakinan dengan agama islam

membangunkan sahur, ada juga warga yang beragama kristen, dalam

menjalankan ibadahnya di bantu oleh keyakinan lain dalam penataan

parkiran dan mengarahkan tamu-tamu kepada acara”33

Dalam hal ini paguyuban warga Trevista juga melewati proses sosial

dalam menjaga keberagaman dan kerukunan dalam lingkungan, sehingga rasa dan

sikap toleransi hadir dalam keharmonisan proses sosial warga. Warga saling

memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang memiliki keyakinan beragama

berbeda dalam melaksanakan kegiatan ibadah. Tolong-menolong saling

memberikan cinta kasih dalam menjaga lingkungan yang harmoni membuat

warga memiliki hubungan baik dalam proses sosial.

32

Setiadi, “Pengantar Sosiologi, hal 83 33

Wawancara Pribadi dengan Bahtra, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

41

Proses sosial tersebut yang membuat warga perlahan dapat menumbuhkan

rasa kepercayaan. Menurut Giddens kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan

kepada risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Dugaan akan keyakinan

melibatkan “kebaikan” (penghargaan) atau cinta kasih. Giddens melihat bahwa

cinta kasih akan kebaikan seseorang dapat memberikan keyakinan terhadap

integritas.34

Kepedulian warga perumahan terhadap aktifitas warga yang berbeda-

beda, membuat warga merasakan moral baik yang tercipta pada lingkungan.

Moral baik tersebut yang membuat psikologis individu menumbuhkan

rasa ketidakhawatiran terhadap lingkungan. Menurut Giddens bahwa setiap

kepercayaan memiliki suatu lingkungan.35

C. Paguyuban Warga Trevista Ciputat Sebagai Wadah Dalam

Meningkatkan Kepercayaan Terhadap Koperasi

Dalam penelitian ini warga Trevista Ciputat memiliki paguyuban yang

memiliki fungsi sebagai penata kerukunan dan pengembangan lingkungan

perumahan Trevista Ciputat. Paguyuban mengatur pembentukan lingkungan

dengan memberikan nilai-nilai dan norma, agar nilai-nilai tersebut di pahami

warga sebagai sesuatu yang dapat membuat dan membentuk lingkungan yang

mandiri dan bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Sehingga dari intensitas

paguyuban tersebut, kepercayaan dan rasa aman terbentuk, sehingga

menghasilkan tindakan-tindakan kerja sama salah satunya adalah koperasi.

34

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Jakarta : Kencana 2009, Hal 185-186. 35

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Hal 187.

42

D. Internalisasi Nilai-Nilai

Paguyuban dalam perumahan Trevista mencoba memberikan tatanan, dan

makna pada kehidupan sosial masyarakat agar mencapai ketertiban. Dalam hal

ini, tercapainya ketertiban masyarakat dapat tercapai, apabila antara nilai-nilai

sosial dan norma-norma sosial sudah terdapat keselarasan.36

Beberapa indikator dalam menilai ketertiban sosial antara lain

1. Adanya sistem nilai dan norma yang jelas

2. Masing-masing anggota masyarakat mengetahui dan memahami norma-

norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

3. Masing-masing individu dalam masyarakat menyesuaikan tindakan-

tindakannya dengan norma dan nilai yang berlaku.

Internalisasi yang telah dilakukan oleh paguyuban terhadap warga setiap

pertemuan, membuat warga memiliki kesadaran terhadap nilai dan noma yang ada

di lingkungan perumahan, sehingga warga memiliki harapan-harapan akan

kondisi perumahan dengan lingkungan yang bermoral. Hal tersebut di perkuat

dengan wawancara kepada ketua paguyuban bapak bahtra yang mengatakan ;

“Dengan adanya paguyuban ini kami ingin menjaga budaya timur, seperti

sopan santun, ramah tamah, kemanusiaan, jiwa sosial yang jarang terjadi

di lingkungan perumahan kota. Kita disini saling menjaga, mengawasi dan

membantu satu sama lain.”37

36

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Hal 99. 37

Wawancara Pribadi dengan Bahtra, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

43

Berdasarkan penjelasan bapak bahtra, paguyuban memiliki fungsi dalam

memfasilitasi agar warga dapat berinteraksi baik dengan menjaga nilai-nilai

budaya timur, yang dipahami sebagai budaya yang memiliki nilai sopan santun,

ramah tamah, memiliki jiwa kemanusiaan, serta memiliki rasa peduli satu sama

lain, yang pada saat ini sulit ditemukan pada lingkungan perumahan di perkotaan,

yang seringkali terlihat adanya interaksi yang rendah terhadap masing-masing

warga.

Permasalahan perkotaan tersebut salah satunya dapat ditemukan di dalam

penelitian dengan study kasus Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan

Masyhur Kecamatan Medan Johor. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa

Interaksi sosial para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dan Interaksi

sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan masyarakat sekitar

komplek perumahan jarang terjadi. Pada kasus tersebut warga komplek

perumahan Bukit Johor Mas mereka memiliki kesibukan akan pekerjaan yang

sangat padat sehingga waktu berinteraksi sangat terbatas dan mereka jarang

keluar komplek perumahan Bukit Johor Mas hal ini menyebabkan kepedulian

serta kerjasama antar warga jarang terjadi.38

Dengan menghindari permasalahan tersebut, paguyuban di perumahan

Trevista menjadi solusi warga, agar dapat terbantu dalam berinteraksi serta

melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya bersama-sama. Manfaat lain dari hasil

38

Ryan Parlindungan Nasution, “Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan (Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)” departemen sosiologi Fakultas ilmu sosial dan ilmu politikUniversitas sumatera utara Medan 2010.

44

interaksi di paguyuban juga dirasakan oleh koperasi, sehingga konsep koperasi

dapat dengan mudah di perkenalkan dan di dukung oleh warga, seperti

keterangan dari salah satu narasumber yaitu bapak Junarto sebagai wakil ketua

koperasi yang memaparkan bahwa.

“Setiap bulan paguyuban ada pertemuan warga, disini paguyuban

menyampaikan apa yang terjadi sebulan ini serta memberikan informasi-

informasi lain seperti Koperasi, disini pengurus-pengurus seperti pengurus

koperasi, menyampaikan apa manfaatnya, pemahaman akan masa depan

komplek, seperti kita bekerja paling sampe umur berapa, apalagi kita jika

sudah tua tidak produktif dikantor, kita jadi tidak memiliki kegiatan, jadi

kita bisa memberikan kegiatan untuk bisa dimanfaatkan orang-orang yang

berumur sehingga akan ada kegiatan di hari tua nanti.”

Berikut ini merupakan tabel yang berisikan internalisasi nilai yang

dilakukan oleh paguyuban warga perumahan Trevista untuk menciptakan

kepercayaan terhadap terbentuknya semangat membangun lingkungan yang

mandiri dan bermoral ;

Tabel III.D.1 Tabel Internalisasi Nilai & Norma Warga Perumahan

Nilai Norma

Kekeluargaan Mengedepankan cinta kasih terhadap

kepentingan bersama

Toleransi Memberikan pengertian terhadap perbedaan

Keadilan Memberikan kesempatan yang sama bagi

kesejahteraan warga

Jujur Dilarang berbuat kebohongan

Sopan Santun Saling menghormati satu sama lain

Kepedulian Saling peduli akan masa depan lingkungan

45

Tenggang Rasa Sikap rasa saling menghargai gagasan warga

Gotong Royong Membangun lingkungan dengan kerja

bersama-sama

Tolong-menolong Saling memberikan pertolongan saat

tetangga sedang mengalami kesulitan

Kemanusiaan Saling membantu jika ada warga yang

sedang mendapatkan musibah

Keterbukaan Memberikan informasi-informasi terkait

kondidi lingkungan secara terbuka

Kerukunan Menjaga keharmonisan antar warga

Sumber: Hasil Wawancara (Diolah)

Kepercayaan menurut Fukuyama adalah harapan yang tumbuh di dalam

sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan

kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial

merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Berdasarkan internalisasi nilai

pada tabel III.D.1 tersebut, koperasi tanpa waktu lama, mendapatkan kepercayaan

yang baik oleh warga dalam mengelola kegiatan usaha warga, karena sebelumnya

paguyuban telah membentuk paham-paham akan nilai dan norma yang berlaku di

masyarakat.39

E. Hubungan Koperasi Dalam Membangun Kepercayaan Warga Perumahan

Dalam beberapa hal, sistem kepercayaan merupakan generalisasi dari

relasi kepercayaan bersama. Sistem kepercayaan ini muncul ketika sejumlah

pelaku terlibat kedalam aktivitas yang memberikan hasil yang menjadikan

kepentingan bersama. Disamping itu, masing-masing berkepentingan untuk tidak

39

John Field. Modal sosial. Terj. Nurhadi. ( Bantul: Kreasi Wacana, 2010). Hlm. 75

46

mengorbankan kepentingan orang lain agar berpartisipasi dalam aktivitas demi

kepentingan umum.40

Hal yang membedakan koperasi dari bentuk-bentuk kerja sama ekonomi

yang lain itu ialah, bahwa badan-badan tersebut seperti perseroan terbatas atau

firma wujudnya yang utama ialah mencari keuntungan, sedangkan pada koperasi

titik berat terletak pada membela keperluan bersama. Pada organisasi-organisasi

tersebut diserahkan kepada direksi atau dewan pimpinannya, sedangkan anggota

atau peserta yang banyak hanya menunggu hasilnya saja habis tahun. Sedangkan

pada koperasi tiap-tiap anggota ikut serta menyumbangkan tenaganya.

Keuntungan yang diperoleh tidak terutama dibagi menurut besarnya modal

pesertaan, melainkan menurut jasa yang diberikan kepada koperasi.41

Dalam koperasi, pada dasarnya perjuangan kelas itu tidak ada, karena

koperasi adalah bentuk kerja sama antara mereka yang sama tujuannya dan

kepentingannya. Segala keputusan pada koperasi dicapai dengan jalan

bermusyawarat diatas dasar satu orang satu suara, memiliki hak yang sama dalam

memberikan pendapat dalam pengelolaan koperasi.42

Kedekatan warga akibat dari seringnya berkumpul pada paguyuban

menjadi pendukung berkembangnya kepercayaan terhadap pengelolaan koperasi.

Karena koperasi dapat mensosialisasikan konsep koperasi pada paguyuban.

Bahkan dalam konteks pemilihan ketua koperasi, warga memilih orang-orang

40

James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, Referensi bagi Reformasi, Restorasi dan Revolusi, Bandung : Nusa Media, 2011. Hal 257

41 Mohammad Hatta, Membangun Koperasi Dan Koperasi Membangun Gagasan &

Pemikiran Dr. Mohammad hatta Jakarta : Kompas, 2015, Hal 205-206. 42

Hatta, “Membangun Koperasi”, Hal 208.

47

yang sering berkontribusi terhadap paguyuban, karena warga menilai bahwa

warga yang memiliki komunikasi aktif pada lingkungan, lebih paham dan dapat

dipercaya dalam mengelola lingkungan. Hal tersebut dapat berdasarkan

pemaparan narsumber yaitu bapak Iding yang memaparkan bahwa,

“Kepercayaan warga, mungkin dilihat dari siapa yang mengelola,

masyarakat mempercayai ketua dari latarbelakang yang aktif dalam

paguyuban, karena sering berhubungan dengan warga serta sering tampil

diacara. Karena pertemuan paguyuban sangat rutin setiap bulan, disini

bahkan masalah-masalah dibicarakan termasuk jika ada masalah di

koperasi.”

Ketua koperasi dipilih warga karena warga percaya jika diberikan amanah

dalam mengelola akan fokus untuk membangun. Hal ini karena keaktifan pada

paguyuban merupakan bentuk dari perhatian dan konsistensi seseorang dalam

kepeduliannya terhadap lingkungan, selain itu karakter dari seseorang dapat

diketahui jika seseorang sering terlibat aktif dilingkungan sehingga sifat tersebut

menjadi syarat seseorang dipercayai akan amanah jika diberikan tanggung jawab

sebagai ketua.

Menurut pengertiannya amanah adalah gabungan dari sifat kejujuran,

kemampuan, konsisten dan tanggung jawab, sehingga amanah ini menjadi

persyaratan utama untuk seorang pemimpin. Karena orang baik dan jujur saja

tidak cukup untuk dianggap mampu menjadi pemimpin, karena pemimpin juga

harus memiliki kemampuan mengorganisir dan memberdayakan orang-orang

yang dipimpinnya. Pemimpin yang amanah harus konsisten terhadap apa-apa

48

yang sudah direncanakan dan dijanjikan artinya mereka juga harus menepati atau

menepati janji-janjinya.43

Berdasarkan penjelasan di atas kepemimpinan koperasi sangat melekat

kaitannya terhadap etika moral dalam hubungan sosial. Sehingga seseorang yang

aktif pada paguyuban menjadi faktor penting terhadap tindakan warga untuk

memberikan kepercayaan warga terhadap kepemimpinan koperasi.

F. Tindakan Kerja Sama Ekonomi Koperasi

Tindakan kerja sama ekonomi koperasi di perumahan Trevista merupakan

kegiatan usaha yang memiliki tindakan ekonomi yang memiliki keterkaitan pada

hubungan sosial yang erat akan nilai dan norma yang berlangsung di lingkungan.

Menurut Weber tindakan ekonomi dapat dilihat sebagai suatu tindakan sosial

sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain. Oleh sebab itu,

tindakan ekonomi dapat berlangsung dengan melibatkan kerjasama, kepercayaan,

serta jaringan.44

Charles H Cooley memberikan gambaran tentang kerja sama dalam

kehidupan sosial. Kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai

cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan ini melalui kerja sama, kesadaran akan adanya kepentingan yang

43

Dedi Mahardi,”Integritas Bangsaku”, Jakarta : Gramedia 2015, Hal24-25. 44

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Jakarta : Kencana 2009, Hal 43-45

49

sama dan adannya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam

kerjasama yang sama. 45

Berdasarkan penelitian dilapangan bahwa di perumahan Trevista warga

memiliki kepentingan yang sama dalam membentuk koperasi. Karena koperasi

dapat bermanfaat pada kehidupan warga perumahan. Berikut adalah wawancara

pribadi dengan wakil ketua koperasi bapak junarto yang memaparkan bahwa,

Koperasi dibentuk dari warga, karena warganya sendiri, kalo ga kompak

ga akan terjadi koperasi, semua yang ada disini hasil dari warga. Semua

pengawasan dari paguyuban, kalo ada masalah apa, akan diselesaikan

paguyuban. Kenapa warga menginginkan membentuk koperasi, karena di

perumahan semuanya membutuhkan maintenance, seperti jalanan,

lingkungan, walaupun memang milik pemda, tapi untuk perawatan tidak

di kelola pemda. Maka dari itu agar tidak membebani warga dalam

perawatan, koperasi ini dibentuk, agar hasil penjualan dapat di nikmati

warga. selain itu harga ritel di koperasi ini lebih murah jika dibandingkan

minimarket seperti alfamart, jadi warga juga dapat mendapatkan barang

yang lebih murah, jadi warga terbantu dalam kebutuhan sehari hari, jadi

semua barang dikoperasi adalah barang yang murah.46

Dengan tumbuhnya koperasi Warga Mandiri Trevista, menandakan dan

memperlihatkan bahwa ada tindakan warga yang memberikan kepercayaan

terhadap koperasi, hal tesebut dapat ditinjau dari tindakan ekonomi kultural yang

memperlihatkan bahwa warga percaya terhadap aktifitas ekonomi di koperasi

yang didasarkan oleh kepercayaan kepada paguyuban, karena paguyuban

memberikan paham-paham akan nilai moral kemanusiaan dan kebermanfaatan

untuk masa depan lingkungan warga. Selain itu konsep dengan pengelolaan

sistem transparansi yang baik pada warga sangat menunjang kepercayaan warga

45

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar 2007: Jakarta, Hal 77 46

Wawancara Pribadi dengan Junarto, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

50

dalam berkoperasi. Hal ini juga di perkuat oleh salah satu warga yang bernama

Yulianti selaku ibu rumah tangga yang mengatakan bahwa,

“dulu ada musyawarah dengan omongan ke omongan tentang koperasi,

kita melihat sekema pola nya seperti apa, karena niatnya memang baik,

untuk kekeluargaan.”47

Niat membangun kekeluargaan pada Koperasi membuat tindakan kerja

sama ekonomi di Perumahan Trevista dapat berjalan, dengan ditandai dengan

partisipasi ke aktifan warga yang tinggi. Tindakan kerja sama ekonomi Koperasi

di Perumahan Trevista juga ditandai dengan partisipasi warga, dalam membangun

sistem dan struktur. Sistem yang dibangun oleh koperasi warga merupakan hasil

kerja dari beberapa warga yang memiliki keahlian dalam bidang baik dalam

manajemen organisasi, maupun manajemen keuangan. Hal tersebut dapat di tinjau

dari pernyataan pak bahtra yang mengatakan bahwa,

“Kita membuat koperasi semi company, struktur kami bentuk semi

company, dengan sistem accounting yang dibuat oleh warga juga, yang

memang pekerjaan dikantornya itu. Untuk pemasukan Koperasi terbagi 3

bagian yang pertama ada dari kepengurusan Iuran Perawatan Lingkungan

(IPL), Ritel minimarket, Service, seperti membuat kanopi, repair rumah,

sevice ac agar dapat di kelola warga. Untuk omset ritel satu bulan rata-rata

bisa sampai 60 juta bahkan Untuk IPL bisa ratusan juta belum untuk

pendapatan service. Kita tidak akan membuat simpan pinjam. Karena akan

memunculkan ketidakpercayaan.”48

Dapat ditinjau bahwa koperasi menginginkan, pembangunan serta

pengembangan koperasi dilakukan secara mandiri oleh warga, agar dari tindakan

partisipasi tersebut, warga memiliki kontribusi dan keterikatan dengan rasa

kepemilikan koperasi yang tinggi karena sesuai dengan pondasi awal koperasi

47

Wawancara Pribadi dengan Yulianti, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, Februari 2018. 48

Wawancara Pribadi dengan Bahtra, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

51

berdiri, agar senantiasa warga dapat menjalin kerja sama agar masing-masing

terbantu dalam meningkatkan kesejahteraan dan menjadi warga yang mandiri. Hal

tersebut juga diperkuat oleh keterangan bapak junarto yang mengatakan bahwa,

“Harapan kami, koperasi berkembang dengan sumber dayanya warga

sendiri, walaupun banyak yang investor yang menawarkan pendanaan,

tapi bukan harapan kami.”49

Dalam keterangan wawancara di atas, memperlihatkan bahwa masyarakat

menjaga harapan-harapan yang dibentuk dari nilai-nilai moral, serta kepentingan

yang sama, etika tersebut terus menjadi pedoman agar sebuah kepercayaan dalam

melakukan tindakan tersebut dapat terus terjaga. Sehingga Fukuyama dalam teori

nya melihatkan bahwa kepercayaan merupakan harapan yang tumbuh di dalam

sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan

kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Berikut ini merupakan

faktor yang membuat warga mendukung dan memiliki kepercayaan dalam

melakukan tindakan ekonomi di perumahan.

Tabel III.F.2 Faktor Pendukung Alasan Warga Berkoperasi

Faktor Internal Faktor External

Berada dilingkungan perumahan Bercita-cita ingin menjadi

koperasi percontohan perumahan

Kegiatan berkoperasi di awasi oleh

paguyuban

Harga lebih murah dari

supermarket lainnya

Keuntungan digunakan untuk

kepentingan bersama

Tidak perlu berjalan jauh ke

supermarket diluar sana

Koperasi memberikan sistem

transparasi dalam mengelola

keuangan

Memberikan lapangan kerja bagi

warga diluar perumahan

Memiliki sistem pesan antar gratis

Sumber: Hasil Wawancara (Diolah)

49

Wawancara Pribadi dengan Junarto, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018.

52

Jika di tinjau pada tabel III.F.2 merupakan faktor pendukung alasan warga

berkoperasi. Pada masyarakat modern khusunya di perkotaan warga mengininkan

hal yang praktis seperti sistem pesan antar, karena dengan sistem ini warga

merasa terbantu, sehingga warga tidak perlu memakan waktu untuk belanja

sehingga peneliti melihat ada faktor pendukung untuk warga melakukan tindakan

ekonomi di koperasi. Selain itu letak koperasi yang dekat dengan warga menjadi

faktor pendukung juga, karena tidak perlu jauh-jauh untuk belanja ataupun

menunggu lama dalam membeli. Adapun faktor sistem transparasi yang dilakukan

oleh pengurus agar warga dapat meninjau langsung keuntungan serta pengeluaran

koperasi.

G. Keterlekatan Nilai Moral Dalam Terbentuknya Kepercayaan Warga

Terhadap Tindakan Ekonomi koperasi

Tindakan ekonomi yang melibatkan kepercayaan, berkaitan terhadap

hubungan sosial. Karena unsur-unsur terbentuknya kepercayaan terpengaruh oleh

nilai-nilai moral yang di pahami warga, sehingga warga memiliki antusias yang

tinggi. Dalam hal ini terdapat contoh kasus yang melatarbelakangi seseorang

terlekat pada nilai dalam melakukan suatu tindakan.

Pada saat observasi, terdapat temuan yaitu adanya suatu pertemuan rutin

pada paguyuban, disini paguyuban memberikan wadah aspirasi bagi semua yang

ingin memberikan masukan bagi perkembangan lingkungan, dalam diskusinya

paguyuban mendapatkan garis besar untuk mendukung berdirinya koperasi. Pada

saat itu yang mendukung koperasi masih sedikit, warga masih sering melakukan

pertanyaan. Seiring berjalannya waktu pengenalan, koperasi dengan dilakukannya

53

sosialisasi melalui pendekatan acara-acara keagamaan, yang diselenggarakan oleh

pengurus masjid ataupun acara-acara yang diselenggarakan oleh paguyuban.

Pada saat sosialisasi konsep koperasi diperkenalkan dengan nilai-nilai

moral yang disesuaikan dengan lingkungan di masyarakat. Nilai-nilai moral

tersebut terdapat pada nilai budaya warga Trevista sehingga mempengaruhi

kepercayaan terhadap tindakan ekonomi.

Pada praktiknya setiap acara-acara keagamaan pak Iding selaku ketua

dewan kemakmuran masjid membantu memberikan pemaknaan akan koperasi

terhadap kebermanfaatan warga. Dalam wawancaranya pak Iding sebagai

narasumber memberikan pernyataan bahwa,

“Jika ada kegiatan-kegiatan keagamaan saya juga sering menyampaikan

hal-hal mengenai koperasi”

Paguyuban sebagai perekat antara warga terhadap aktifitas koperasi, sehingga

warga percaya dengan adanya koperasi. Selain itu paguyuban juga mengawasi

serta membentuk kesadaran akan koperasi, sehingga berdampak terhadap

terbentuknya kekompakan dan kerjasama yang baik antara individu dan individu

lain-nya, sehingga koperasi dapat tumbuh dan berkembang dalam membantu

kehidupan yang mandiri. Berikut adalah pernyataan mengenai kekompakan warga

terhadap koperasi, dalam wawancara pribadi dengan wakil ketua koperasi, beliau

menyatakan bahwa,

“Koperasi dibentuk dari warga, karena warganya sendiri, kalo ga kompak

ga akan terjadi koperasi, semua yang ada disini hasil dari warga. Semua

54

pengawasan dari paguyuban, kalo ada masalah apa, akan diselesaikan

paguyuban.”50

Dalam hal ini wakil ketua koperasi menyatakan bahwa warga juga

mendukung dengan adanya koperasi sehingga hasil dari berdirinya sebuah

koperasi di karenakan kesadaran dan keinginan warga serta kepercayaan terhadap

paguyuban. Hal ini juga diperkuat oleh salah satu narasumber selaku kepala

Dewan Kemakmuran Masjid, yaitu bapak iding yang mengatakan bahwa ;

“Kedekatan pengurus paguyuban kepada warga bisa menjadi pendukung

dalam kemajuan kepercayaan warga terhadap koperasi” 51

Kedekatan pengurus paguyuban menjadi faktor penting dalam memberikan

kepercayaan terhadap warga, hal ini kembali di perkuat oleh pernyataan pak

Iding,

“Kepercayaan warga, mungkin dilihat dari siapa yang mengelola,

masyarakat mempercayai ketua dari latarbelakang yang aktif dalam

paguyuban, karena sering berhubungan dengan warga serta sering tampil

diacara. Karena pertemuan paguyuban sangat rutin setiap bulan, disini

bahkan masalah-masalah dibicarakan termasuk jika ada masalah di

koperasi.”52

Dalam pernyataan ini terdapat Keterlekatan menurut Granovetter

merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat

(embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para

aktor. Ini tidak hanya terbatas pada tindakan aktor individual sendiri tetapi juga

50

Wawancara Pribadi dengan Junarto, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 18 Januari 2018. 51

Wawancara Pribadi dengan Iding, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 4 Januari 2018. 52

Wawancara Pribadi dengan Iding, Koperasi Warga Trevista Mandiri Tangerang Selatan, 4 Januari 2018.

55

mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan

institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan.53

Nilai-nilai yang melekat di masyarakat terhadap koperasi dalam temuanya

menjadi kunci penting dalam pengembangan koperasi. Seperti keterkaitan antara

nilai kekeluargaan yang mengedepankan cinta kasih terhadap kepentingan

bersama, dalam hal ini nilai tersebut membuat warga memahami betapa

pentingnya nilai-nilai kekeluargaan agar kepentingan bersama dapat tercapai.

Selain itu dalam konsep pengenalannya, koperasi mengedepankan keadilan

terhadap warga dengan memberikan kesempatan yang sama bagi warga yang

ingin menjual produk ataupun jasa yang di miliki warga agar menunjang

kesejahteraan warga.

Adapun nilai-nilai yang melekat seperti sifat jujur, dalam hal ini pengurus

koperasi mengedepankan kejujuran dengan tidak menyalahgunakan wewenang

ataupun berbuat kebohongan terhadap warga, sebagai contoh kasus komitmen

tersebut didukung dengan sifat keterbukaan pengurus koperasi mengenai

informasi-informasi yang ada, baik tentang internal koperasi seperti managemen

keuangan maupun terkait kondisi anggota koperasi. Dalam keterbukaannya

pengurus koperasi membuatkan data yang di sebarkan melalui grup whatsapp

secara terbuka dengan data yang dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk kondisi lingkungan pada perumahan Trevista, warga selalu

menjunjung tinggi kegiatan gotong royong dalam membangun lingkungan dengan

53

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Jakarta : Kencana 2009, Hal 39.

56

kerja bersama-sama seperti kerja bakti bersih-bersih lingkungan, gotong royong

saat ada agenda-agenda besar. Dengan kondisi lingkungan yang penuh dengan

nilai-nilai kekeluargaan, sifat kepedulian dengan saling peduli akan masa depan

lingkungan telah tumbuh di lingkungan warga perumahan Trevista. Hal ini

berdampak positif terhadap nilai-nilai lainnya karana dengan memiliki rasa

kekeluargaan, warga dapat memiliki sikap tenggang rasa, disini warga dapat

memiliki sikap rasa saling menghargai gagasan warga.

Adapun nilai Tolong-menolong antar warga hal ini ditandai dengan saling

memberikan pertolongan saat tetangga sedang mengalami kesulitan, seperti

satpam yang mendapatkan musibah kehilangan kendaraan di rumahnya saat

sedang bertugas menjaga perumahan warga, disini warga memiliki inisiatif untuk

memberikan sumbangan agar satpam perumahan tersebut dapat memiliki motor

kembali ataupun pada suatu kasus ada warga yang sedang jatuh sakit, warga

lainnya dengan cepat tanggap membantu untuk mengantarkan warga yang sedang

sakit tersebut ke rumah sakit.

Nilai kemanusiaan yang ada pada warga perumahan perlahan membuat

warga memiliki perhatian lebih terhadap kondisi lingkungan. Dengan nilai-nilai

yang sudah dijelaskan diatas, warga dapat dengan mudah untuk saling

mempercayakan kegiatan-kegiatan lingkungan terhadap warga lainnya. Selain itu

nilai-nilai tersebut membuat suasana warga menjadi harmonis, dan kerukunan

dapat terjaga.

57

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses sosial terbentuknya kepercayaan warga perumahan terhadap

koperasi berawal dari sebuah paguyuban warga, yang menciptakan berbagai

macam nilai-nilai kehidupan pada perumahan, sehingga berpengaruh terhadap

respon keaktifan kegiatan warga. Pengaruh kegiatan warga tersebut menghasilkan

komunikasi serta tumbuhnya keharmonisan pada lingkungan warga, sehingga

kerja sama antar warga dapat dengan mudah terlaksana.

Respon keaktifan warga terhadap lingkungan paguyuban, menjadikan

keterlekatan tersebut, menumbuhkan hubungan rasa saling percaya antar warga

menjadi semakin besar. nternalisasi nilai-nilai kehidupan tersebut juga dapat

dengan mudah terserap kedalam koperasi warga, sehingga tumbuh semangat

kerjasama dalam ekonomi koperasi. Adanya semangat berkoperasi tersebut

berpengaruh terhadap penerimaan kepercayaan yang baik, oleh warga perumahan,

hal ini ditandai dengan seluruh warga yang memiliki partisipasi secara aktif

terhadap pengembangan koperasi.

58

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan analisa yang didapatkan dalam penelitian,

terdapat saran, untuk peneliti rekomendasikan. Bahwa sistem Koperasi seperti ini

akan sulit untuk dikembangkan pada wilayah perkampungan umum. Konsep

seperti ini kurang mempengaruhi kepercayaan warga perkampungan terhadap

Koperasi. Karena pada wilayah perkampungan, masyarakat masih memiliki usaha

dagang untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga, dengan adanya Koperasi,

kemungkinan akan terjadi persaingan dan permasalahan baru di masyarakat.

selain itu perawatan lingkungan tidak terlalu membebani masyarakat

perkampungan.

Berdasarkan pada keterbatasan yang ada pada penelitian ini, maka

penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian untuk lebih

meneliti terhadap konsep kepercayaan warga terhadap koperasi dengan kondisi

lingkungan yang berbeda, sehingga dapat memperlihatkan varian dalam Koperasi.

59

Daftar Pustaka

Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta : Bumi Aksara.

A Hasymi Ali, Sosiologi Dan Bisnis. Bina Aksara, 1988.

Ahmad Hartadi Syuryavin, Proses Internalisasi Straight Edge Sebagai Identitas

Sosial (Studi Kasus Pada Kelompok Hardcore Straight EDGE Depok),

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2017.

Arifin Sitio, Halomoan Tamba, “Koperasi : Teori Dan Praktik”. Jakarta :

Erlangga, 2001 Hal 13-14

Ance Trio Marta, Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Simpan Pinjam

Warga Sepakat Di Ciampea Bogor Jawa Barat, skripsi fakultas ekonomi

dan manajemen, department agribisnis Institute Pertanian Bogor, (2010).

Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan, Jakarta : Prenadamedia Group, 2005.

Basrowi, Pengantar Sosiologi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Bintarto, Interaksi Desa-Kota. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Bps.go.id, Di akses pada 17 oktober 2017 20:00 WIB.

Cyntia Putri Devanty Ida Ayu Nyoman Saskara, Peran Koperasi Wanita Dalam

Upaya Pemberdayaan Perempuan Pada Koperasi Wanita Di Kecamatan

Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Udayana (Unud), Bali, Indonesia, E-Jurnal Issn: 2303-0178.

Clifford Geertz, “Penjaja Dan Raja”, Gramedia : 1977

Damsar, “Pengantar Sosiologi Ekonomi”, Jakarta : Kencana 2009, Hal 39

Dwi Wahyu Saputro, Peran Modal Sosial Dalam Kelompok Ekonomi Sale Lestari

Dusun Krajan, Sirnoboyo, Jawa Timur, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, 2017.

Freek Colombin, Johny A. Khusyairi, Joost Cote, La OdeRabani, Kampung

Perkotaan Indonesia : Kajian Historis-Antropologis terhadap Kesenjangan

Sosial dan Ruang Kota.

Harum Kurniawan, Motif Ekonomi Dan Pendidikan Pada Gerakan Sosial

Keagamaan Di Indonesia, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, 2011.

I.B Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi

Sosial, Dan Perilaku Sosial). Jakarta : Kencana

60

Ifdhal Kasim, Johanes Da Masenus Arus (ed.). Hak Ekonomi, Ekonomi, Sosial

dan Budaya Esai-esai pilihan. Jakarta: ELSAM, 2001.

Indobarometer, Hasil Survei Tingkat Kepercayaan Terhadap lembaga

Pemerintah, [jurnal on-line], tersedia di http://www.indobarometer.com,

diakses pada 22 Juni 2017 21:00 WIB.

James S Coleman, “Dasar-Dasar Teori Sosial Terjemahan Foundation Of Social

Theory” nusa media : 2011 Hal.134-135.

James M. Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Erlangga.

Joharatul Jamilah, Ketahanan Industri Bordir Di Tasikmalaya: Studi Etika

Moral Ekonomi Islami Pada Komunitas Tatar Sunda, disertasi sekolah

pascasarjana Institute Pertanian Bogor, 2016.

M. Amin Nurdin, Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi Pengantar Untuk

Memahami Konsep-Konsep Dasar. UIN JAKARTA PRESS.

M Luthfi Malik. Etos Kerja, pasar dan masjid: Transformasi sosial-keagamaan

dalam mobilitas ekonomi kemasyarakatan. Jakarta: LP3ES, 2013.

Moh Ali Aziz, Suhartini, A. Halim (ed.) Dakwah Pemberdayaan

Masyarakat:Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2009.

Mohammad Hatta, Membangun Koperasi Dan Koperasi Membangun, Jakarta :

Kompas (2015).

Monica Priscila Mumek, Jurnal Analisis Likuiditas Koperasi Simpan Pinjam

Kamangtawaya Desa Sendangan Kecamatan Remboken Kabupaten

Minahasa, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Sam

Ratulangi Manado 2014.

Neuman W, Lawrence. ed. 7. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks, 2013.

Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi : Dasar Analisa Teori & Pendekatan

Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-

Kajian Strategis. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016.

Umiarso Elbadiansyah, INTERAKSIONISME SIMBOLIK : Dari Era Klasik

Hingga Modern. Jakarta : Rajawali Pers, 2014.

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 1995.

61

Refnoldy Bradanto, Pola Terbentuknya Trust Pada E-Commerce (Studi Kasus,

Fabelhast Stuff Online Shop. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, 2016.

Ritzer, George dan Goodman J, Douglas. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2004.

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial Dasar- Dasar Dan Aplikasi.

Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007.

Sindung Haryanto, Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2011.

Soejono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar 2007 : Jakarta hal 55.

Septian denny, Peran Koperasi Terhadap Ekonomi RI Makin Mengecil, [Artikel

Berita On-Line], http://bisnis.liputan6.com/read/2421021/peran-koperasi-

terhadap-ekonomi-ri-makin-mengecil, Di akses pada 17 Juni 2017 20:00

WIB.

Sri Zulharti, Jurnal Peranan Ekonomi Dalam Perekonomian Indonesia , IPS

FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak,

Titin Wirdati, Asimilasi Sosial Budaya Komunitas Keturunan Arab Di Kelurahan

Condet Balekembang Jakarta Timur, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, 2010.

Veithzal Rivai, Boy Rafli Amar, Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam

Organisasi. Jakarta : Rajawali Pers 2014

Ward,Aidan dan Smith, Trust And mistrust: Radical Risk Dan Strategis In

Buisnees In Relationship. John Willy And Johns [buku on-line] tersedia di

https://play.google.com/books/reader?id=4PjbXwzrnh8C&printsec=frontco

ver&output=reader&hl=id&pg=GBS.PA11, Diunduh pada 15 juni 2017

15:20 WIB.

Yesmil Anwar, Adang, Sosiologi Untuk Universitas. Bandung : Refika Aditama,

2013.

62

Lampiran

Identitas Informan

a) Nama : Iding

b) Agama : Islam

c) Pekerjaan : Dosen FISIP UIN Jakarta, Pendiri

Koperasi, Kepala DKM Masjid Trevista

d) Tempat Wawancara : Kantor Kepala Prodi Jurusan Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta

e) Tanggal/Waktu : 4 Januari 2018

f) Lama Wawancara : 40 Menit

Pendiri koperasi, penanam modal koperasi serta kepala DKM

1. Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya koperasi Trevista?

Sebetulnya koperasi didirikan karena kenekatan tiga orang berfikir agak

progresif, untuk membantu agar warga tidak jauh-jauh belanja keluar

rumah, untuk belanja. Ide pertama pak ridwan dan yang kedua ada pak

wanto ya saya juga ikut mendirikan. Bikin koperasi tidak mudah, awalnya

masih kumpul di mushollah, membicarakan koperasi, menyempatkan waktu

untuk berkumpul. Secara fasilitas koperasi memang sudah ada tempat yang

diberikan oleh pengembang perumahan, kalo untuk modal ada yang dari

warga, ya investornya warga juga. Pertahun ada rapat anggota, dan disini

akan ada share kembali ke penanam modal. Walaupun belum ada

63

keuntungan yang di dapat oleh investor, ya mungkin karena masih

setahunan, saya juga kebetulan sebagai penanam modal walaupun kecil.

2. Apakah kegiatan warga berpengaruh terhadap perkembangan koperasi?

Nah yang unik dan yang membuat Trevista memiliki peluang bagus itu,

karena ada paguyuban, justru paguyuban itulah yang membuat seluruh

warga itu sering berkumpul, bikin acara bareng, seperti 17 agustusan,

keagamaan dll. Kalo itu koperasi dikelola dengan benar peluang untuk

sukses itu pasti sangat besar. Karena kan acara-acara itu butuh konsumsi dan

sebagainya jadi koperasi bias memasok.

3. Apa yang membuat masyarakat percaya kegiatan berkoperasi?

Kepercayaan warga, mungkin dilihat dari siapa yang mengelola, masyarakat

mempercayai ketua dari latarbelakang yang aktif dalam paguyuban, karena

sering berhubungan dengan warga serta sering tampil diacara. Karena

pertemuan paguyuban sangat rutin setiap bulan, disini bahkan masalah-

masalah dibicarakan termasuk jika ada masalah di koperasi.

d) Apa yang membuat masyarakat antusias terhadap koperasi?

Ya antusias warga, terhadap belanja di koperasi lebih antusias, seperti jual-

beli kebutuhan pokok, peluangnya sangat bagus, karena masyarakat

komplek tetap diuntungkan karena kita memiliki sistem delivery. Kami juga

sempat merencanakan mau dibuatkan kartu dan deposit satu juta/ kepala

keluarga, tetapi itu tidak berjalan. Mungkin karena kurangnya kepercayaan

64

warga terhadap deposit atau kepengurusan sebelumnya, kalo ide deposit ini

dipercaya warga, pasti sekarang jalan pasti mereka mau ya.

Identitas Informan

a) Nama : Bahtra

b) Agama : Islam

c) Pekerjaan : Marketing Gas

d) Tempat Wawancara : Koperasi Trevista

e) Tanggal/Waktu : 18 Januari 2018

f) Lama Wawancara : 50 Menit

1. Bagaimana sejarah paguyuban terbentuk?

Pada awalnya paguyuban perumahan Trevista dibentuk untuk mewadahi

keluhan warga, dan menampung pendapat serta ide-ide masyarakat. Serta

dapat menjadi jembatan yang menghubungkan warga ke developer, dan

setiap keputusan-keputusan tersebut akan di sharing ke warga. Adapun

Masalah-masalah yang ada dilingkungan perumahan akan diselesaikan

paguyuban secara musyawarah.

2. Seperti apa visi-misi paguyuban?

Paguyuban ada untuk menjaga keberagaman, kerukunan, serta kita fasilitasi

kegiatan, dan membuat forum masing-masing blok, Agar warga disini

menyatukan ide dan membuka peluang dalam pertukaran informasi

sehingga paguyuban menyatukan warga agar warga dapat bekerjasama

diluar dari perusahaanya, seperti dokter-dokter disini dapat berkumpul,

65

design graphic, ataupun yang keahlianya pada bagian keuangan dalam

profesinya, sehingga dapat memberikan kontribusi kepada kegiatan

koperasi.

3. Oh seperti itu mas, lalu apakah ada tujuan lainya mas, untuk masa depan

lingkungan komplek?

Dengan adanya paguyuban ini kami ingin menjaga budaya timur, seperti

sopan santun, ramah tamah, kemanusiaan, jiwa sosial yang jarang terjadi di

lingkungan perumahan kota. Kita disini saling menjaga, mengawasi dan

membantu satu sama lain.

4. Berarti disini mengedepankan keharmonisan seperti toleransi dalam

keberagamaan ya mas?

Iya benar warga disini sangat mengedepankan toleransi, sempat waktu kita

sedang puasa, warga yang berbeda keyakinan dengan agama Islam

membangunkan sahur, ada juga warga yang beragama kristen, dalam

menjalankan ibadahnya di bantu oleh keyakinan lain dalam penataan

parkiran dan mengarahkan tamu-tamu kepada acara.

5. Apa alasan paguyuban untuk mendukung terbentuknya lembaga koperasi?

Alasan nya karena koperasi sendiri untuk dapat mensupport kegiatan-

kegiatan warga, perawatan lingkungan, serta meningkatkan perekonomian

warga. bukan hanya sekedar berbisnis, tapi nilai kemanusiaan,

berkumpulnya warga, bersama gotong royong, menyambungkan warga

dengan yang lainya. kita ada dana CSR seperti kematian. Kita juga merekrut

66

warga sekitar untuk bekerja. Konsep koperasi disini konsep nya beda,

karena untuk mensupport warga. Kita berharap semua kegiatan jasa yang

ada di trevista ini kita bisa handle.

6. Selain paguyuban mensupport koperasi karena manfaatnya untuk kegiatan

sosial, apakah ada motif lain seperti meningkatkan perekonomian warga?

Koperasi ini sebenarnya juga membantu warga yang punya home industry,

kita juga meminta warga sebagai suplaier disini, dari kebutuhan pokok

pangan, conventional, walaupun ada yang kita dapat dari distributor, tetapi

semua dari warga, warga yang memasok, kita meningkatkan ekonomi warga

juga, walaupun mereka semua bekerja kantoran, tapi kita disitu memberikan

wadah kepada ibu-ibu nya agar dapat meningkatkan home industry.

67

Identitas informan

a) Nama : Junarto

b) Agama : Islam

c) Pekerjaan : Kontraktor

d) Tempat Wawancara : Koperasi

e) Tanggal/Waktu : 18 Januari 2018

f) Lama Wawancara : 40 Menit

Bapak Junarto Wakil Koperasi Trevista

1. Seperti apa awal perkembangan terbentuknya koperasi di komplek travista?

Koperasi dibentuk dari warga, karena warganya sendiri, kalo ga kompak ga

akan terjadi koperasi, semua yang ada disini hasil dari warga. Semua

pengawasan dari paguyuban, kalo ada masalah apa, akan diselesaikan

paguyuban. Kenapa warga menginginkan membentuk koperasi, karena di

perumahan semuanya membutuhkan maintenance, seperti jalanan,

lingkungan, walaupun memang milik pemda, tapi untuk perawatan tidak di

kelola pemda. Maka dari itu agar tidak membebani warga dalam perawatan,

koperasi ini dibentuk, agar hasil penjualan dapat di nikmati warga. selain itu

harga ritel di koperasi ini lebih murah jika dibandingkan minimarket seperti

alfamart, jadi warga juga dapat mendapatkan barang yang lebih murah, jadi

warga terbantu dalam kebutuhan sehari hari, jadi semua barang dikoperasi

adalah barang yang murah.

2. Seperti apa sistem yang dibuat oleh koperasi kepada warga?

68

Kita membuat koperasi semi company, struktur kami bentuk semi company,

dengan sistem accounting yang dibuat oleh warga juga, yang memang

pekerjaan dikantornya itu. Untuk pemasukan Koperasi terbagi 3 bagian yang

pertama ada dari kepengurusan Iuran Perawatan Lingkungan (IPL), Ritel

minimarket, Service, seperti membuat kanopi, repair rumah, sevice ac agar

dapat di kelola warga. Untuk omset ritel satu bulan rata-rata bias sampai 60

juta bahkan Untuk IPL bisa ratusan juta belum untuk pendapatan service.

Kita tidak akan membuat simpan pinjam. Karena akan memunculkan

ketidakpercayaan. Kita punya sistem yang dibentuk warga, semua

berdasarkan warga, dan paguyuban coba merealisasikan apa yang warga

mau, kita memiliki konsep berdasarkan kemanusiaan. Pointnya adalah

bahwa dengan adanya koperasi nanti kita akan bagi ke managemen IPL

untuk tidak membayar IPL yang lebih besar. Seperti fasilitas cctv dll

playground, agar semua warga menikmati juga. Dengan adanya terbentuk

koperasi, juga bermanfaat untuk penataan lingkungan, agar warga tidak

membuka toko di dalam rumah, karena itu dilarang oleh pihak development,

jika warga ingin berjualan shilakan dititipkan di koperasi biar kita yang

jualin.

3. Pendekatan apa yang dilakukan oleh pengurus terhadap antusias warga

untuk mengembangkan koperasi?

Setiap bulan paguyuban ada pertemuan warga, disini paguyuban

menyampaikan apa yang terjadi sebulan ini serta memberikan informasi-

informasi lain seperti koperasi, disini pengurus-pengurus seperti pengurus

69

koperasi, menyampaikan apa manfaatnya, pemahaman akan masa depan

komplek, seperti kita bekerja paling sampe umur berapa, apalagi kita jika

sudah tua tidak produktif dikantor, kita jadi tidak memiliki kegiatan, jadi

kita bisa memberikan kegiatan untuk bisa dimanfaatkan orang-orang yang

berumur sehingga akan ada kegiatan di hari tua nanti. Kami tidak pernah

memaksakan warga, dalam bersosialisasi. Harapan kami, koperasi

berkembang dengan sumber dayanya warga sendiri, walaupun banyak yang

investor yang menawarkan pendanaan, tapi bukan harapan kami.

70

Identitas informan

a) Nama : Ridwan

b) Agama : Islam

c) Pekerjaan : Inspektor kelayakan udara di kementrian

perhubungan udara

d) Tempat Wawancara : Koperasi

e) Tanggal/Waktu : 15 Februari 2018

f) Lama Wawancara : 80 Menit

1. Seperti apa awal perkembangan terbentuknya koperasi di komplek

travista?

Awalnya ada IPL yang nantinya akan menjadi beban penghuninya dari

situ kita berfikir untuk tidak memberatkan warga kita berfikir agar dapat

memiliki usaha agar bias membantu kebutuhan warga. Tercetuslah

terbentuknya koperasi, awalnya ide nya subsidi, cita-citanya dapat

mensubsidi 50%-100%. Kita melihat teman-teman disini memiliki

potensi. Seperti satu orang ingin berjualan susu, atau ada rekan kita yang

di media dibayarkan dalam bentuk barang, kita butuh wadah. Ibu-ibu yang

berdiam dirumah tidak melakukan pekerjaan dapat kita bantu untuk

produktif.

71

2. Seperti apa sistem yang dibuat oleh koperasi kepada warga?

Pertama-tama kita rundingkan Koperasi kita ini arahnya mau kemana, jasa

kah atau kita ritel. Kita lihat disini hampir 300 perumahan, salah satunya

kita ingin bermain retail. Kita tidak perlu mencari market kita punya

pelanggan sendiri. Yang membedakan koperasi kita, yaitu memiliki

teman-teman yang progresif, kretif dan memiliki kemampuan dalam

mengelola. Teman-teman berfikir bagaimana kedepan, salah satu nya kita

melihat bahwa IPL akan di kelola warga, next kedepan kita akan

menawarkan jasa kepada perumahan-perumahan baru agar bisa kita

aplikasikan ke warga dengan konsep dan design, dari kita.

3. Bagaimana cara meyakinkan warga terhadap koperasi?

Kita ingin menularkan hal-hal yang baik, kita ingin menjadikan

perumahan mandiri, karena banyak sekali pembayaran-pembayaran seperti

keamanan, lingkungan dll. Koperasi ini kan berjalan dengan modal,

pemerintah tidak bisa memberikan suntikan dana ke koperasi. karena

pemerintah daerah memiliki syarat yang cukup sulit. Kita lemparkan

konsep, apa yang kita berikan ke mereka masuk akal tidak muluk-muluk

karena ini milik bersama Kalo kalian percaya bisa ga kalian memberikan

modal.

4. Pendekatan apa yang dilakukan oleh pengurus terhadap kepercayaan

warga terhadap koperasi?

72

Awalnya kita memiliki kebiasaan untuk kumpul, guyub. Awalnya

terbentuknya lingkungan karena paguyuban, ini yang utama, karena kalo

kita bisa kumpulin warga kita bias menawarkan konsep koperasi dan

memberikan kepercayaan kepada warga agar antusias. Cita cita koperasi

kita ingin mengalahkan alfamart. Kita harus punya konsep yang berbeda,

bagaimana orang belanja, dia tidak capek, menghindari sifat boros, bapak

ibu tinggal duduk dirumah dengan komunikasi whatsaap agar tinggal

minta di antar. Yang pertama kali kita tekankan adalah kita ini bukan

hanya tetangga kita ini adalah sebuah keluarga. Karena setiap pertemuan

akan kita berikan nilai-nilai seperti ini. Maka akan tumbuh rasa saling

percaya. Bahwa kita adalah keluarga besar, bagaimana bisa warga dapat

percaya jika koperasi ini awalnya terbentuk tidak dalam legalitas kalo

tanpa keyakinan kekeluargaan. Saat kita list ternyata banyak yang ingin

menyumbangkan uangnya sehingga terkumpul 60 juta. Walikota tangsel

mengetahui dan mendukung koperasi kita termasuk izin nya. Koperasi

wartama menjadi contoh bahkan menjadi leader dalam seminar beberapa

orang seperti pak iput & pak bahtra telah mengisi seminar. Karena

memang kita punya konsep yang cukup unik yaitu konsep kekeluargaan.

Kita komitmen disini saya menganggap semuanya keluarga yang ada

disini walaupun kita sibuk, kita tetap akan menjaga komunikasi dan wajib

mengurus lingkungan karena kita keluarga. Bagaimanapun yang

terpenting adalah kmunikasi, kita memberikan wadah group whatsapp dan

pertemuan tiap bulan, jika ada informasi akan kita sampaikan disini.

73

g) Nama : Yulianti

h) Agama : Islam

i) Pekerjaan : Inspektor kelayakan udara di kementrian

perhubungan udara

j) Tempat Wawancara : Koperasi

k) Tanggal/Waktu : 18 Maret 2018

l) Lama Wawancara : 40 Menit

1. Pendekatan apa yang dilakukan oleh pengurus terhadap kepercayaan warga

terhadap koperasi?

Kebetulan anggota perumahan ini otomatis menjadi anggota koperasi disini

saya belajar jualan. Untuk sistem cukup baik, tapi masih ada beberapa

kekurangan, namanya koperasi masih muda tapi untuk kelebihan kita bisa taro

barang disini tanpa batasan mas, dulu ada musyawarah dengan omongan ke

omongan tentang koperasi, kita melihat sekema pola nya seperti apa, karena

niatnya memang baik, untuk kekeluargaan. Apalagi apa-apa harus keluar ribet

pas ada koperasi sangat terbantu banget mas. Kita kan punya group whatsapp

disini kita sering bicarakan koperasi, kita memang disini berdasarkan

kekeluargaan agar lebih mandiri,

2. Kenapa ibu memilih aktif dalam berkoperasi?

Koperasi ini mungkin bentuk dari tindak lanjut paguyuban untuk menjaga

kebersamaan. Lebih memudahkan akses belanja, apalagi siap memberikan

74

pelayanan antar jemput, hal ini memberikan solusi kepada warga yang sedang

tidak bias keluar untuk belanja bulanan. Untuk keterbukaan sangat welcome,

untuk ibu-ibu sibuk mengurusi rumah tangga.

3. Apakah Fasilitas Olahraga menunjang kebersamaan?

Dengan adanya sport center memiliki nilai tambah, lokasi sangat berpengaruh

kepada koperasi. Disini kesadarannya lebih guyub, kekeluargaannya lebih

terbentuk dari perumahan biasanya. Pondasi sudah terbentuk. Untuk IPL juga

masuk akal dengan jumlah segitu dibandingkan dengan kakak ipar saya, lebih

mahal. Apalagi disana ga ada fasilitas seperti disini. Permintaan kita yang

belum terealisasi pada IPL adalah kamera CCTV, untuk lingkungan anak-

anak lumayan bagus.

75

DOKUMENTASI

76

77

78