Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk...
Transcript of Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk...
IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE
DALAM METODE PEMBELAJARAN FIKIH
DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ahmad Nasuki
NIM. 11140110000068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ABSTRAK
Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementasi Teori Multiple Intelligence
dalam Metode Pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara implementasi teori multiple
intelligence pada metode pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Subjek dari penelitian ini adalah guru fikih kelas 7 dan objek dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran fikih kelas 7 semester genap. Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data didapatkan melalui proses
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data diolah melalui tiga teknik, yaitu: (1)
meningkatkan ketekunan, (2) Triangulasi dan (3) menggunakan bahan referensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi metode
pembelajaran fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta sesuai dengan Multiple
Intelligence peserta didik. Hal ini dibuktikan dari empat buah metode pembelajaran
yang diimplementasikan, yaitu: (1) Metode movie learning yang sesuai dengan
kecerdasan musikal, linguistik dan visual-spasial dominan, (2) Metode tanya jawab
yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis dominan, (3) Metode demonstrasi
yang sesuai dengan kecerdasan kinestetis-jasmani dan interpersonal dominan, (4)
Metode peta konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial dan
intrapersonal dominan.
Kata Kunci: Metode, Multiple Intelligence, Fikih
ii
ABSTRACT
Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementation Theory of Multiple
Intelligence in Fiqh Learning Methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.
This study have a purpose to determine implement the theory of multiple
intelligence in the method of learning fiqh in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.
The subjects of this study is 7th grade fiqh teacher and the objects in this study is
the fiqh learning methods in the 7th grade second semester. The method used in this
study is descriptive qualitative. Data obtained through the process of interviews,
observation and documentation. Data is processed through three techniques, they
are: (1) increasing perseverance, (2) Triangulation and (3) using reference
materials.
The results of this study indicate that the implementation of fiqh learning
methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta is quite in accordance with the
Multiple Intelligence of students. This is evidenced from four learning methods
implemented, they are: (1) movie learning method that proper with dominant
musical, linguistic and visual-spatial intelligence, (2) question and answer method
that proper with dominant logical-mathematical intelligence, (3) Demonstration
method that proper with dominant kinesthetic-physical and interpersonal
intelligence, (4) Method of concept maps that proper with dominant visual-spatial
and intrapersonal intelligence.
Keyword: Method, Multiple Intelligence, Fiqh
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak pernah henti
memberikan nikmat, rahmat dan pertolongan kepada penulis. Atas nikmat, rahmat
dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyusun skripsi ini. Selawat dan salam
mudah-mudahan selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. karena dengan
kehadirannya di muka bumi ini dapat merubah zaman jahiliyah menjadi zaman
yang serba ilmiyah.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk memeroleh
gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Islam. Pada saat penyusunan
skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan tantangan yang
penulis hadapi. Berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. H. Satiri dan Hj. Suhadah selaku orang tua yang telah memberikan dukungan
moril dan materil kepada penulis selama ini.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Amany Lubis, MA. selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Sururin, M.Ag. selaku dekan FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)
4. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen penasehat akademik penulis yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Dr. Sapiudin Shidiq, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam menyusun skripsi ini
6. Momon Mujiburrahman, MA. selaku kepala MTs. pembangunan UIN Jakarta
yang telah membantu dan memudahkan penulis selama penelitian.
7. Mardi, MA. selaku wakil kepala madrasah bidang kurikulum yang telah
membantu penulis dalam proses pengambilan data.
iv
8. Idham Khalid, M.Ag. selaku guru mata pelajaran Fikih yang telah membantu
dan memfasilitasi penulis selama penelitian.
9. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama para dosen jurusan PAI
yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
10. Para staf pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama staf jurusan PAI
yang telah memberikan pelayanan yang baik selama masa perkuliahan
11. Teman-teman seperjuangan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2014 terutama kelas PUKIS B yang telah memberikan motivasi, kebersamaan
dan pengalaman berharga selama ini.
12. Teman-teman alumni Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences
terutama angkatan As-Suffah 16 yang telah memberikan motivasi, kebersamaan
dan pengalaman berharga selama ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memotivasi penulis yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya balasan kepada
mereka. Penulis memohon maaf jika dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Sebuah pepatah mengatakan,”Tak ada gading yang tak retak”, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
penulis harapkan kepada para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 13 Maret 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Teori Multiple Intelligence
1. Pengertian Teori Multiple Intelligence ......................................... 7
2. Macam-macam Multiple Intelligence........................................... 11
3. Identifikasi Multiple Intelligence Peserta didik ............................ 16
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran ................................................. 17
2. Macam-macam Metode Pembelajaran ........................................... 19
vi
C. Bidang Studi Fikih
1. Pengertian Fikih ............................................................................. 35
2. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah .................. 38
3. Ruang Lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah ............................ 39
D. Hasil Penelitian yang Relevan......................................................... 40
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
B. Metode Penelitian............................................................................. 42
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 42
D. Tekhnik Analisis Data...................................................................... 43
E. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat MTs. Pembangunan UIN Jakarta ....................... 46
2. Visi dan Misi MTs. Pembangunan UIN Jakarta .......................... 48
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs. Pembangunan ........... 49
4. Data Peserta Didik MTs. Pembangunan UIN Jakarta .................. 49
B. Temuan Penelitian
1. Implementasi Multiple Intelligence di MTs. Pembangunan .......... 50
2. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih di MTs. Pembangunan .............. 52
C. Pembahasan ...................................................................................... 61
1. Kegiatan Mengajar Fikih ............................................................... 61
vii
2. Analisis Implementasi Metode Pembelajaran Fikih dalam Multiple
Intelligence Peserta didik .................................................................. 63
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 73
B. Implikasi........................................................................................... 73
C. Saran ................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Data Peserta Didik MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran
2018/2019 ........................................................................................... 49
Tabel 4.2: Data Hasil MIR pada Penerimaan Peserta Didik Baru ........................ 51
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Perbedaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik
Pembelajaran .................................................................................. 19
Gambar 4.1: Membaca doa bersama sebelum belajar ........................................... 54
Gambar 4.2: Apersepsi dengan cara membaca ayat alquran yang berkaitan dengan
materi ............................................................................................... 56
Gambar 4.3: Peserta didik sedang menyiapkan siwak agar terasa nyaman saat
digunakan ......................................................................................... 57
Gambar 4.4: Peserta didik sedang menyimak video terkait dengan materi salat
jumat ............................................................................................... 58
Gambar 4.5: Peserta didik sedang mendengarkan khutbah jumat ........................ 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Observasi
Lampiran 2: Pedoman Wawancara Guru Fikih
Lampiran 3: Pedoman Wawancara Waka Kurilulum
Lampiran 4: Hasil Wawancara Guru Fikih
Lampiran 5: Hasil Wawancara Waka Kurikulum
Lampiran 6: Cara Mengidentifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik
Lampiran 7: Hasil Multiple Intelligence Reseach Peserta Didik Baru Tahun Ajaran
2018/2019
Lampiran 8: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10: Surat Keterangan MTs. Pembangunan
Lampiran 11: Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi yang amat penting dalam kehidupan
manusia, karena masa depan seseorang itu tergantung dengan pendidikan
yang ditempuh baik formal maupun informal. Sebagai suatu investasi,
pendidikan dapat menumbuhkan aset yaitu berupa kemampuan peserta
didik dan dapat pula menghilangkan aset tersebut walaupun sudah tertanam
sejak peserta didik dilahirkan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.1
Undang-undang di atas telah menjelaskan bahwa pendidikan harus
dilakukan dengan terencana agar peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan aktif sehingga tujuan pendidikan dapat terealisasi
dengan baik. Namun realitanya, para pendidik masih mengabaikan amanat
undang-undang ini sehingga pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya
maksimal. Misalnya, guru hanya memberikan ilmu yang dimilikinya tanpa
melakukan perencanaan dan strategi yang matang sehingga berpengaruh
pada menurunnya keaktifan peserta didik.
Sebelum melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru
dituntut untuk menyiapkan perencanaan matang yang dapat dituangkan
kedalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), didalam RPP terdapat
1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2
metode pembelajaran yang akan digunakan selama proses KBM
berlangsung. Apabila metode yang digunakan itu metode pembelajaran
yang membuat peserta didik menjadi aktif, maka keberhasilan KBM dapat
terealisasi dengan baik. Namun, apabila metode pembelajaran tersebut
biasa-biasa saja atau bahkan tidak dapat menarik perhatian para peserta
didik, maka kegiatan KBM pada hari itu dapat dikatakan gagal.
Seluruh guru mata pelajaran (terutama dalam hal ini guru mata
pelajaran fikih) dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam merencanakan
metode pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas. Sebelum
menerapkan metode, guru juga harus membuat media pembelajaran yang
kreatif dan menarik sesuai dengan metode yang akan diterapkan. Apalagi
banyak sekali pembahasan fikih yang harus dipraktikan, seperti: praktik
wudhu, praktik tayamum, praktik salat minta hujan (istisqa), praktik
penyembelihan hewan kurban, praktik pengurusan jenazah dan lain
sebagainya.
Namun realitas yang terjadi di lapangan bahwa jarang sekali kita
temukan guru fikih yang membuat media pembelajaran kemudian
diterapkan kedalam metode pembelajaran aktif. Sebagai contoh, penulis
mendapatkan data bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) atau
lebih spesifiknya pembelajaran fikih di MTs Darul Ulum Semarang2, SDIT
Al-Hikmah Depok3 dan MAN 3 Kulonprogo4 masih menggunakan metode
pembelajaran pasif. Guru fikih hanya menjelaskan materi dengan lisannya
dan sesekali memeraktikannya di dalam kelas tanpa melibatkan peserta
2 Siti Masri’ah, Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran The Power
of Two and Four Mata Pelajaran Fikih Materi Puasa di MTs Darul Ulum Ngaliyan Semarang,
Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2, 2016, h. 173.
3 Sukron Muhammad Toha, Model Pendidikan Agama Islam Menggunakan Pembelajaran
Active Learning Tingkat Sekolah Dasar, Ta’dibuna Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, 2017,
h. 231
4 Munji Jakfar, Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran Fikih melalui
Model Market Place Activity di MAN 3 Kulonprogo, Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 3 No.
1, 2018, h. 105
3
didik sehingga banyak terjadi kesalahfahaman dalam mencerna informasi
yang diberikan oleh guru.
Menurut Munif Chatib, kesalahan atau kegagalan dalam mencerna
informasi disebabkan akibat ketidaksesuaian antara gaya mengajar guru
dengan gaya belajar peserta didik.5 Selama ini, guru kurang menyadari hal
tersebut, sehingga ketika proses belajar berlangsung guru kurang
memperhatikan gaya belajar peserta didik.6 Apabila gaya mengajar guru
sesuai dengan gaya belajar peserta didik kemudian dipadukan dengan
metode pembelajaran aktif maka semua pelajaran akan dicerna dengan baik
dan proses KBM juga akan terasa menyenangkan.
Pada hakikatnya, setiap peserta didik berhak memeroleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan
sehari-hari tampak jelas bahwa setiap peserta didik itu memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat
mencolok antara seorang peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
umumnya hanya ditujukan kepada para peserta didik yang berkemampuan
rata-rata, sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau peserta
didik yang berkemampuan kurang itu terabaikan dan tidak mendapatkan
kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitasnya.7
Oleh karena itu Howard Gardner, seorang psikolog dari Benua
Amerika merumuskan teori tentang Kecerdasan ganda (multiple
intelligence). Kecerdasan ini meliputi: matematis-logis, visual-spasial,
kinestetik-jasmani, musikal, linguistik, interpersonal, intrapersonal dan
5 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung:Kaifa, 2015), h. 91
6 Febi Dwi Widayanti., Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran di Kelas, ERUDIO, vol. 2, No. 1, 2013, h. 8
7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 172
4
naturalis.8 Hal yang menarik dari teori ini adalah terdapat usaha
mendefinisikan ulang tentang kecerdasan. Karena sebelum munculnya teori
ini kecerdasan sering diartikan secara sempit yaitu sebatas kemampuan
menyelesaikan serangkaian tes psikologis kemudian hasil tes tersebut
diubah menjadi angka standar kecerdasan atau yang lebih kita kenal dengan
tes intelligence quotient (IQ).9 Gardner berpendapat sebagaimana yang
dikutip oleh Andyda Meliala bahwa kecerdasan manusia tidak dapat
disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena tes IQ hanya
menggambarkan dua kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan matematika.
Tes IQ tidak dapat mengukur kualitas yang dibutuhkan untuk sukses dalam
pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri, dan motivasi.10
Dalam pembelajaran, teori kecerdasan ini dapat dipadukan dengan
strategi dan metode yang bervariasi sesuai dengan materi yang sedang
dipelajarinya. Misalnya: pada pelajaran olahraga, guru memberikan materi
dengan mengintruksikan kepada peserta didik untuk membaca materi yang
akan dipelajari yaitu tentang cara menendang bola agar tepat sasaran
(linguistik). Setelah membaca, guru memberikan demonstrasi dihadapan
para peserta didik (visual-spasial) dan menginstruksikan kepada para
peserta didik agar mempraktekannya secara individu (kinestetis-jasmani),
lalu guru mengundi siapa yang akan lebih dahulu mempraktekannya dengan
bernyanyi bersama peserta didik sambil mengoper tongkat kecil (musikal).
Untuk mengatasi masalah pendidikan di atas diperlukan upaya
perbaikan kinerja pendidik yang peduli dengan keberagaman kecerdasan
peserta didik. Salah satu upaya memperbaiki kinerja pendidik adalah
dengan diberlakukannya sekolah berbasis multiple intelligence. Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
multiple intelligence. Madrasah Pembangunan UIN Jakarta merupakan
8 Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, terj. dari Multiple Intelligence in the Classroom oleh
Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa, 2003), h. 2
9 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 132
10 Andyda Meliala, Anak Ajaib, (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 31-32
5
laboratorium bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Jakarta.
Madrasah Pembangunan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis
multiple intelligence ini sejak tahun pelajaran 2016/2017. Sistem ini sesuai
dengan visi MP yang mengapresiasi semua kecerdasan peserta didik untuk
menghasilkan alumni yang terbaik dengan kecerdasan dan kemampuan
yang berbeda-beda.11
Dengan melihat latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih
terperinci dan menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul:
Implementasi Teori Multiple Intelligence dalam Metode Pembelajaran
Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
1. Guru tidak menerapkan metode pembelajaran yang aktif
2. Gaya mengajar guru tidak sesuai dengan gaya belajar siswa
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, maka
penulis membatasinya hanya pada metode pembelajaran movie learning,
tanya jawab, demonstrasi, dan peta konsep yang diimplementasikan pada
mata pelajaran Fikih kelas 7 semester genap di MTs Pembangunan UIN
Jakarta.
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep Multiple Intelligence?
2. Apakah implementasi metode pembelajaran fikih di MTs Pembangunan
UIN Jakarta sesuai dengan Multiple Intelligence peserta didik?
11 http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/sambutan-direktur diakses pada 13 Juli 2018
pukul 16.55 WIB
6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsep multiple intelligence
2. Mengetahui cara implementasi teori multiple intelligence pada metode
pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
3. Mengetahui kesesuaian implementasi metode pembelajaran fikih
dengan multiple intelligence peserta didik.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Melatih mahasiswa untuk memiliki kemampuan melakukan penelitian
ilmiah
2. Memperkaya khazanah keilmuan peneliti dan pembaca
3. Sebagai rujukan bagi para guru, sekolah dan praktisi pendidikan tentang
pentingnya implementasi teori multiple intelligence khususnya pada
metode pembelajaran Fikih
4. Sebagai salah satu solusi agar terciptanya pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Multiple Intelligence
1. Pengertian Teori Multiple Intelligence
Sebelum memasuki teori multiple intelligence, penulis akan
memaparkan sedikit pengertian umum tentang kecerdasan. Menurut
Feldam sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B.Uno mendefinisikan
bahwa kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berfikir
secara rasional dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada
saat dihadapkan pada tantangan.12 Menurut Henmon sebagaimana yang
dikutip oleh Hamzah B.Uno mendefinisikan bahwa kecerdasan sebagai
daya atau kemampuan untuk memahami.13 Sedangkan menurut David
Weshler sebagaimana yang dikutip oleh Syaifuddin Azwar
mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau totalitas
kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.14
Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk memahami dan berfikir saja (masih sebatas
kecerdasan kognitif) definisi ini yang difahami oleh mayoritas
masyarakat sampai saat ini.
Multiple Intelligence menurut etimologi terdiri dari dua kata, yaitu
Multiple dan Intelligence. Multiple berarti majemuk, ganda15
sedangkan Intelligence berarti kecerdasan.16 Adapun Multiple
Intelligence menurut terminologi sebagaimana yang didefinisikan oleh
Fleetham yang dikutip oleh Yaumi adalah berbagai keterampilan dan
12 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
h. 59 13 Ibid.
14 Syaifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 5
15 The Oxford Dictionary of English Etymology (London: Oxford University Press, 1966), h.
479
16 Ibid. h. 596
8
bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai
persoalan dalam pembelajaran.17
Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Dr. Howard Gardner, ia merupakan seorang psikolog dari Harvard
University.18 Gardner dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton
(sebuah kota bekas pertambangan batu bara) di Timur Laut
Pennsylvania, Amerika Serikat.19
Hal yang menarik dari teori ini adalah terdapat usaha
mendefinisikan ulang tentang kecerdasan. Karena sebelum munculnya
teori ini kecerdasan sering diartikan secara sempit yaitu sebatas
kemampuan menyelesaikan serangkaian tes psikologis kemudian hasil
tes tersebut diubah menjadi angka standar kecerdasan atau yang lebih
kita kenal dengan tes IQ.20 Gardner berpendapat sebagaimana yang
dikutip oleh Andyda Meliala bahwa kecerdasan manusia tidak dapat
disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena tes IQ hanya
menggambarkan dua kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan
matematika. Tes IQ tidak dapat mengukur kualitas yang dibutuhkan
untuk sukses dalam pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri,
dan motivasi.21
Sejauh ini, paradigma guru dan orang tua tentang kecerdasan
cenderung salah kaprah karena mereka hanya mendefinisikan
kecerdasan denga definisi yang sangat sempit. Anak yang berperilaku
baik (saleh/salihah), belum disebut sebagai anak yang pintar oleh
mayoritas guru dan orang tua. Anak yang mempunyai keterampilan
yang memadai dalam bidang melukis, bernyanyi, olahraga pun belum
disebut sebagai anak yang pintar. Adapun anak yang berperilaku
17 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 11 18 Munif Chatib, Gurunya Manusia, op. cit., h. 132 19 Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan
Karya, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 158
20 Munif Chatib, Gurunya Manusia, loc. cit.
21 Andyda Meliala, loc. cit.
9
“nakal” dan tidak mempunyai keterampilan psikomotorik namun ia
berhasil mendapatkan nilai matematika, IPA, dan bahasa Inggris yang
sempurna dalam ujian cenderung disebut “anak pintar”. Seharusnya,
sebutan anak pintar berlaku pada semua kemampuan baik kemampuan
afektif, kognitif maupun psikomotorik.22
Banyak sekali contoh tentang salah kaprah pelabelan kata
cerdas/pintar yang ditempelkan oleh guru dan orangtua kepada anak.
Penulis akan memberikan tiga contoh anak yang diusia belia sering
mendapatkan label “anak bodoh” yang dikutip dari buku 95 Strategi
Mengajar Multiple Intelligences23
a. Thomas Alva Edison, ia dikeluarkan dari sekolah formal karena
dianggap bodoh dan dianggap sering merepotkan gurunya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang nyeleneh. Namun, pada akhirnya
Edison menjadi ilmuwan yang paling bersinar karena berhasil
menemukan lampu yang dapat menyinari dunia.
b. Albert Einsten, siswa yang dianggap bodoh karena pertanyaan-
pertanyaan dan perilakunya dianggap aneh. Einsten kecil pernah
berperilaku seperti ayam dengan cara mengerami telur hanya untuk
mengetahui bagaimana proses ayam sampai menetaskan telurnya.
Namun siapa sangka, Einsten menjadi ilmuwan hebat yang berhasil
merumuskan teori relativitas dan teori-teori lain
c. Carl Sandburg, penulis cemerlang Amerika yang mengumpulkan
lagu-lagu rakyat Amerika menjadi sebuah antologi. Namun siapa
sangka, Sandburg pernah gagal saat ujian masuk di bidang
matematika dan grammar di West Point, semacam Akabri di
Indonesia.
22 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 7
23 Ibid.
10
Dari ketiga contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
seseorang sangat beragam dan tidak bisa dipaksa untuk disamakan atau
diseragamkan.
Teori Multiple Intelligence ini bukanlah teori untuk menentukan
satu kecerdasan yang sesuai untuk seseorang, melainkan untuk
menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan
kecerdasan. Tentu saja kedelapan kecerdasan ini berfungsi bersamaan
dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang.24
Ada empat poin yang harus diperhatikan dalam teori ini25, yaitu:
a. Setiap orang memiliki semua kecerdasan jamak
b. Setiap orang dapat mengembangkan kecerdasan tersebut sampai
tingkat yang optimal
c. Kecerdasan biasanya bekerja secara bersamaan dengan cara yang
kompleks dan selalu berinteraksi satu sama lain
d. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Teori Multiple Intelligence ini merupakan validasi tertinggi
gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya
dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan
penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing. Teori ini
juga bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan
praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu yang normal, wajar
dan sangat berharga.26
24 Thomas Amstrong, op.cit. h. 16
25 Ibid., h.16-19 26 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence, (Bandung: Nuansa,
2007), h. 11-12
11
2. Macam-macam Multiple Intelligence
Dalam teori multiple intelligence ini Gardner membagi ke dalam
delapan kategori kecerdasan, yaitu:
a. Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini
mencakup kemampuan sintaksis (struktur bahasa), fonologi (bunyi
bahasa), dan semantik (makna bahasa).27 Seorang anak yang
mempunyai kecerdasan linguistik yang baik akan merasa lebih
mudah untuk mempelajari pola huruf dan bunyi dari kata-kata yang
tertulis, terutama untuk mempelajari bahasa-bahasa asing.28
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
linguistik adalah suka membaca, menulis, belajar dengan
mendengar, berdiskusi, mengolah kata, memiliki kosakata yang
banyak, meringkas, menjelaskan apa yang ada di pikirannya
dengan baik, berdialog, bertanya jawab. Oleh karena itu, karier
yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan linguistik
adalah penyair, wartawan (jurnalis), ilmuwan, novelis, komedian,
pengacara, penceramah, pelatih, guru, motivator, dan lain-lain.29
b. Matematis Logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk
menggunakan angka dan pemikiran logis secara efektif.30
Seseorang yang mempunyai kecerdasan matematis-logis yang baik
sering tertarik dengan bilangan dari usia yang sangat muda. Mereka
menikmati berhitung dan dapat menghitung bilangan dengan cepat.
27 Thomas Amstrong, Op.Cit. h. 6 28 May Lwin, dkk. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, terj. dari How to
Multiply Your Child’s Intelligence: A Practical Guide for Parents of Seven-Year-Olds and Below
oleh Christine Sujana, S.Pd., (Jakarta: Indeks, 2008), h. 13 29 Muhammad Yaumi, op. cit. h. 14 30 Thomas Amstrong, loc.cit.
12
Selain itu, mereka juga dapat menjelaskan konsep secara logis dan
senang membuat kesimpulan ilmiah dari pengamaatan mereka.31
Kegiatan anak yang dominan memiliki kecerdasan matematis-
logis adalah sangat suka bermain dengan bilangan dan berhitung,
baik dalam memecahkan masalah (problem solving), suka
melakukan percobaan yang logis, mempunyai kemampuan untuk
berfikir abstrak, suka bermain teka-teki, selalu ingin mengetahui
bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam melakukan kegiatan
yang berdasarkan aturan, suka membuat peta konsep. Oleh karena
itu karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan
matematis-logis yang dominan adalah ilmuwan, insinyur,
programer komputer, akuntan, pekerja konstruksi, guru
matematika, fisikawan, dan lain-lain.32
c. Visual Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk
merasakan, membayangkan dunia gambar dan ruang secara
akurat.33 Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada diantara
unsur-unsur ini.34 Pesan-pesan keagamaan dapat disampaikan
kepada peserta didik melalui gambar, cerita, komik, yang berisi
pesan-pesan keimanan, akhlak, budi pekerti dan moral yang baik,
luhur dan mulia dengan menggunakan bahasa yang mudah
difahami sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman peserta
didik.35
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan visual
spasial adalah suka menggambar, melukis, mempresentasikan ide
31 May Lwin, dkk. op. cit. h. 43 32 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 15 33 Munif Chatib, op.cit. h. 136 34 Thomas Amstrong, op. cit. h. 6 35 Faisal Ismail, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 34
13
dengan gambar, memiliki imajinasi yang unik, suka dengan benda
yang berwarna-warni, pandai mencocokkan warna yang sesuai.
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan visual-spasial adalah arsitek, desainer, pemahat,
fotografer, dan lain-lain yang relevan.36
d. Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kepekaan dalam mengontrol
gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon dan refleks.37
Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas, dan
kecepatan. Contoh yang paling tampak untuk diamati adalah
aktivitas para atlet atau dalam pertunjukan seni seperti menari atau
bermain drama.38
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
kinestetik adalah suka berolahraga, berjalan, berlarian, menari,
membuat kerajinan tangan. Oleh karena itu, karier yang sesuai
dengan orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah atlet,
penari, aktor, artis, dan lain-lain.
e. Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk merasakan
(misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya
sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer
musik) dan mengekspresikan (misalnya sebagai pemain musik)
bentuk-bentuk musik.39
Musik juga memegang peranan yang signifikan dalam
menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada para peserta didik.
36 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 16 37 Munif Chatib, op.cit. h. 137 38 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, loc. cit. 39 Thomas Amstrong, op. cit. h. 7
14
Misalnya lagu religius yang berjudul “Tuhan” ciptaan Bimbo.
Ketika musik/lagu ini dilantunkan dengan suara yang merdu dan
syahdu maka lagu ini akan memiliki daya sentuh yang sangat
sensitif-inspiratif bagi para pendengarnya.40
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
musikal adalah memiliki sensitifitas untuk mendengarkan pola-
pola, bersenandung dan dapat memainkan sesuai dengan irama,
mencari dan menikmati pengalaman musik, sangat bagus dalam
mengambil nada, mempunyai suara merdu. Oleh karena itu, karier
yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan musikal
adalah penyanyi, musisi, pengamat lagu, pencipta lagu, dan lain
sebagainya. 41
f. Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kepekaan mencerna dan
merenspon secara tepat suasana hati, motivasi dan keinginan orang
lain.42 Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai
kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan
yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti
memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman,
memperoleh simpati dari peserta didik yang lain dan sebagainya.43
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan interpersonal adalah guru, organisatoris, diplomat,
aktivis, negosiator, mediator, dan lain sebagainya.
40 Faisal Ismail, op. cit. h. 34-35 41 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 18 42 Munif Chatib, op. cit. h. 137 43 Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 14
15
g. Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kepekaan memahami perasaan
sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri.44 Individu yang cerdas dalam
intrapersonal memiliki beberapa indikator kecerdasan,45 yaitu:
1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk bermeditasi,
merenung dan memikirkan berbagai masalah;
2) Pernah atau sering menghadiri acara konseling atau seminar
perkembangan kepribadian untuk lebih memahami diri
sendiri;
3) Mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan
dengan tabah;
4) Memiliki hobi atau minat dan kesenangan yang disimpan
untuk diri sendiri;
5) Memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup yang
dipikirkan secara kontinu;
6) Memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan
kelemahan diri yang diperoleh dari umpan balik sumber-
sumber lain;
7) Lebih memilih menghabiskan akhir pekan sendiri di
tempat-tempat pribadi dan jauh dari keramaian;
8) Menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan
berpikiran mandiri;
9) Memiliki buku harian untuk mengepresikan perasaan,
emosi diri dan menuliskan pengalaman pribadi;
10) Memiliki keinginan untuk berusaha sendiri.
44 Ibid. 45 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 19
16
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan intrapersonal adalah ahli terapi, penyair, psikolog,
filusuf, pemimpin spiritual, dan lain sebagainya.
h. Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali pola-pola alam
dan perbedaan-perbedaan diantara berbagai bentuk kehidupan dan
objek alami.46 Komponen inti kecerdasan naturalistik adalah
kepekaan terhadap alam seperti flora dan fauna, keahlian dalam
membedakan angota-anggota suatu spesies, memetakan hubungan
antara satu spesies dengan spesies lain, memelihara alam,
mengunjungi tempat yang banyak dihuni binatang, dan akrab
dengan hewan peliharaan. Oleh karena itu, karier yang sesuai
dengan orang yang mempunyai kecerdasan naturalistik adalah
petani, aktivis alam, ahli geologi, ahli biologi, pelaut, pemancing,
pendaki gunung, penyelam, dan lain-lain.47
3. Identifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik
Untuk dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan kecerdasan
peserta didik, guru atau tim yang dibentuk pihak sekolah harus
melakukan identifikasi terlebih dahulu. Identifikasi ini bukan
merupakan tes yang mendapatkan nilai, akan tetapi hanya sebatas
untuk mengetahui kecerdasan peserta didik (pre-tes). Adapun
instrumen ini penulis dapatkan dari buku Sekolah Para Juara karya
Thomas Amstrong (terlampir).48
46 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), h. 213 47 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 21-22 48 Thomas Amstrong, op. cit., h. 46-53
17
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Metode berasal bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata yaitu meta dan hodos. Meta yang memiliki arti melalui dan
Hodos yang memiliki arti jalan atau cara.49 Sedangkan pembelajaran
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.50
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta
didik mencapai kompetisi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam
memilih metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih
strategi belajar).51
Metode pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis
dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya para ahli
pendidikan sepakat bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di
sekolah, haruslah guru yang profesional yaitu yang ditandai oleh
penguasaan terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran,
mata pelajaran dapat disampaikan secara efesien, efektif dan struktur
dengan baik sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan
dengan tepat.52
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
hanya menggunakan satu metode, akan tetapi guru sebaiknya
menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran tidak
membosankan. Penggunaan metode yang bervariasi juga tidak akan
49 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner), (Jakarta: Buna Aksara, 2003), h. 65.
50 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 17 51 Iif Khoiru Ahmadi, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka.
2011), h. 101. 52 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, ( Jakarta : Kencana, 2009),
h. 176-177
18
menguntungkan apabila penggunaannya tidak tepat, oleh karena itu
kompetensi guru sangat diperlukan agar penggunaannya tepat sasaran.53
Metode pembelajaran berbeda dengan model, pendekatan, strategi,
dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran ada dua, yaitu pendekatan yang berpusat pada
siswa dan pendekatan yang berpusat pada guru.54
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama
proses pembelajaran.55 Teknik pembelajaran adalah jalan, alat atau
media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta
didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.56
Model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran
adalah satu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan
pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan
yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang
relevan selama proses pembelajaran berlangsung.57 Berikut ini adalah
ringkasan mengenai perbedaan antara model, pendekatan, strategi,
metode dan teknik pembelajaran:
53 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), h. 46
54 Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 11 55 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 3
56 Ibid. h. 2
57 Ibid.
19
Gambar 2.1
Perbedaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik
Pembelajaran.
2. Macam-macam Metode Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan banyak sekali metode pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru, baik berupa metode yang melibatkan peserta
didik (metode pembelajaran aktif) maupun metode yang tidak
melibatkan peserta didik (metode pembelajaran pasif). Dalam hal ini,
penulis akan memberikan beberapa contoh metode pembelajaran
berdasarkan kecerdasan peserta didik. Metode ini bisa juga digunakan
lebih dari satu kecerdasan.
a. Kecerdasan Linguistik
1) Diskusi
Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk peserta didik
yang mempunyai kecerdasan interpersonal.58 Berikut ini adalah
58 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 144
20
prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi metode
diskusi dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menyiapkan materi pelajaran
b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
c) Guru membagi tema materi pelajaran sesuai banyaknya
jumlah kelompok dalam satu kelas
d) Tiap kelompok menunjuk salah satu anggota nya untuk
menjadi ketua, sekretaris (notulen), moderator dan anggota
e) Tiap kelompok mendiskusikan tema materi pelajaran dan
mencatat hasilnya dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan
hasil diskusi
f) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di
depan kelas (depan kelompok lain).59
2) Debat
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode debat dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru membagi dua kelompok, kelompok pro dan kelompok
kontra
b) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan
didebatkan oleh kedua kelompok
c) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu
anggota kelompok pro untuk berbicara lalu ditanggapi oleh
kelompok kontra. Begitu seterusnya sampai sebagian besar
peserta didik bisa mengemukakan pendapatya
d) Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru
menulis inti gagasan dari setiap pembicaraan sampai
sejumlah gagasan yang diharapkan guru terpenuhi
e) Guru menambahkan gagasan yang belum terungkap
59 Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Jogjakarta: Ar Ruz Media,
2016), h. 194
21
f) Dari gagasan-gagasan tersebut, guru mengajak peserta didik
untuk membuat kesimpulan yang mengacu pada topik.60
3) Bercerita (Storytelling)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode bercerita (Storytelling) dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru membagi kelompok yang terdiri atas kelompok yang
membawakan cerita dan kelompok yang menyimak ide
cerita
b) Guru menentukan topik cerita atau meminta jenis cerita yang
diminati peserta didik
c) Guru membagi naskah cerita bersambung tersebut atau
meminta kepada peserta didik untuk mencari sendiri (jika
peserta didik mencari sendiri, sebaiknya tugas tersebut
diberikan beberapa hari sebelumnya dan menjelaskan aturan
mainnya)
d) Peserta didik meringkas dan mengambil intisari cerita yang
akan dipaparkan
e) Guru menyediakan daftar pertanyaan yang dapat dijawab
oleh peserta didik setelah cerita tersebut disajikan
f) Guru memeriksa dan menjelaskan jawaban yang benar.61
b. Kecerdasan Matematis-Logis
1) Klasifikasi
Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan media
dan alat pendukung berupa gambar atau potongan kalimat dan
alat perekat. Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk
60 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 50-51
61 Muhammad Yaumi, op. cit, h. 51-52
22
peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis.62 Berikut
ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi
metode klasifikasi dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru mengumpulkan data-data yang akan disebar (data
biasanya dalam bentuk potongan gambar atau potongan
kalimat).
b) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan materi yang akan diklasifikasikan. Contoh:
guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok, yaitu:
kelompok air yang dapat digunakan untuk bersuci dan
kelompok air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.
c) Guru memberikan informasi dan prosedur terkait materi
yang akan diklasifikasikan.
d) Guru menentukan area klasifikasi. Area klasifikasi sesuai
dengan jumlah kelompok. Tugas peserta didik adalah
mengelompokkan/mengklasifikasikan data-data kedalam
sebuah area.
e) Guru melakukan evaluasi dan penguatan materi.63
2) Eksperimen
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menentukan topik atau tugas yang dilakukan dengan
menggunakan aktivitas bereksperimen
b) Guru menjelaskan pola, strategi dan teknik pelaksanaan
perlakuan (mandiri atau kelompok tergantung dari jumlah
peserta didik)
c) Peserta didik menentukan objek yang diselidiki atau diteliti
62 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 153
63 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 150
23
d) Peserta didik mengumpulkan informasi tentang objek yang
diteliti termasuk konsep yang diperoleh melalui buku atau
pemahaman umum dari orang
e) Peserta didik merumuskan atau membuat catatan-catatan
kecil tentang aspek-aspek yang hendak diselidiki
f) Peserta didik melakukan pengamatan atau menyelidiki
tentang objek itu.64
3) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode pemecahan masalah (Problem Solving)
dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menyiapkan materi pelajaran sekaligus jenis masalah
atau kasus yang akan diberikan kepada peserta didik
b) Guru menyampaikan materi pelajaran pokok kepada siswa
sebagai pengantar
c) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kerja
sebagai langkah awal
d) Guru memberikan satu jenis masalah atau kasus pada setiap
kelompok kerja siswa untuk diselesaikan
e) Peserta didik bekerjasama dalam tiap kelompok untuk
menyelesaikan masalah dan kasus yang diberikan guru
f) Guru memberi pendampingan dan arahan yang diperlukan
agar siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
g) Selama belajar dan bekerja menyelesaikan masalah, siswa
diperbolehkan untuk mencari sumber referensi lain sebagai
acuan sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar
mandiri
64 Muhammad Yaumi, op. cit, h. 73
24
h) Setelah berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi,
peserta didik diminta membuat laporan dan kesimpulan
akhir
i) Setiap kelompok mempresentasikan hasil belajarnya di
depan kelas untuk berbagi pengetahuan dengan kelompok
lain.65
c. Kecerdasan Spasial-Visual
1) Peta Konsep (mind mapping)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode peta konsep dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
b) Peserta didik dapat membuat peta konsep di halaman kosong
buku atau kertas gambar dengan cara menuliskan kalimat
utama sebagai kata kunci yang akan menjadi pusat informasi
atau menggunakan gambar dan simbol dengan memberikan
warna yang berbeda
c) Sedapat mungkin gunakan kata kunci tunggal (key word),
tuliskan dengan huruf tebal/kapital
d) Menyusun urutan informasi yang ada dalam setiap kategori
e) Membuat korelasi melalui hubungan antar kategori yang
menunjukkan keterkaitan antar informasi (tiap kata/gambar
harus memiliki garis sendiri)
f) Tarik garis dan kaitkan dengan pusat informasi. Setiap garis
penghubung memiliki warna sendiri. Semakin banyak garis
penghubung yang dibuat, semakin banyak informasi yang
disampaikan.
g) Gunakan garis lengkung untuk menghubungkan antara topik
sentral dan subtopik.
65 Jasa Ungguh Muliawan, op. cit., h. 263
25
h) Kembangkan peta konsep sesuai kreasi anda.66
2) Membaca Gambar
Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk peserta didik
yang mempunyai kecerdasan intrapersonal.67 Berikut ini adalah
prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi metode
membaca gambar dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru memilih materi ajar yang mengandung gambar-gambar
dengan kompleksitas tinggi. Contoh: gambar peta, anatomi
tubuh, dan gambar denah masjid al haram
b) Guru menempelkan gambar di kertas karton atau di power
point agar dapat terlihat jelas
c) Dari setiap gambar yang ditampilkan, peserta didik
mempresentasikan pemahaman nya
d) Guru memberikan evaluasi terhadap pemahaman peserta
didik.68
3) Movie Learning
Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan
beberapa media pendukung, diantaranya: Laptop, Proyektor, dan
Sound System. Apabila film yang akan ditayangkan memakan
durasi lama, maka guru terlebih dahulu mengedit atau
memotong bagian-bagian penting dari film yang akan
ditayangkan.
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode Movie Learning dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
66 Alamsyah said, h. 173
67 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 177
68 Alamsyah Said, op. cit., h. 206
26
b) Setiap kelompok diberikan pertanyaan-pertanyaan penting
untuk dianalisis pada saat film berlangsung dan setelah film
selesai
c) Pada saat film ditayangkan, semua peserta didik serius
memerhatikan sambil memegang pulpen, sesekali mereka
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan
dengan pertanyaan yang dibagikan gurunya
d) Setelah film selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi
untuk membahas film dipandu oleh guru.69
d. Kecerdasan Kinestetik
1) Games Ular Tangga
Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan media
pendukung, yaitu: karpet ular tangga jumbo beserta dadu.
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode games ular tangga dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menyiapkan papan permainan ular tangga jumbo
beserta dadu yang mempunyai mata enam
b) Guru membuat pertanyaan di kertas lalu menempelkannya
pada setiap kotak papan permainan ular tangga
c) Pertanyaan disesuaikan dengan materi ajar yang akan
dipelajari
d) Setiap peserta didik bergantian melempar dadu
e) Jika dadu yang jatuh menunjukkan mata lima, maka peserta
didik harus berjalan lima kotak pada papan ular tangga
f) Jika sudah dijalankan, kotak yang berisi pertanyaan dijawab
oleh peserta didik. Jika benar peserta didik tersebut
mendapat poin
69 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, h. 114
27
g) Apabila kotak yang dituju didapati gambar ular dengan
posisi turun, maka pemain harus turun mengikuti posisi ular.
Begitupun apabila terdapat gambar tangga, maka peserta
didik harus naik mengikuti posisi tangga
h) Pemenang dari permainan ini adalah siswa yang paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar dan lebih dahulu
finish. 70
2) Seni Teatrikal Pantonim
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode seni teatrikal pantonim dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menentukan waktu, pemeran dan topik aktivitas
pembelajaran pembelajaran berpantonim
b) Guru menyediakan segala bahan dan peralatan yang
dibutuhkan oleh pemain termasuk menyusun naskah yang
diperankan oleh pemain pantonim
c) Peserta didik membagi kelompok yang terdiri atas lima
sampai delapan orang untuk mendiskusikan hasil interpretasi
kelompok sebelum didiskusikan dalam ruang kelas
d) Pemain pantonim memulai gerakan-gerakannya dan seluruh
peserta didik yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok
menyimak sambil mencatat hal-hal penting untuk
didiskusikan
e) Setelah selesai berpantonim, pemain pantonim menunggu
hingga dipanggil kembali untuk menjelaskan gerakan-
gerakannya, sementara peserta didik mendiskusikan secara
kelompok semua makna yang dikonstruksi melalui aktivitas
berpantonim
70 Alamsyah Said, op. cit., h. 240-241
28
f) Peserta didik mempresentasikan hasil interpretasi mereka
tentang pesan-pesan yang dimainkan melalui aktivitas
berpantonim
g) Guru memberikan penilaian terhadap hasil interpretasi
peserta didik
h) Guru mengumumkan kelompok terbaik yang paling
mendekati kebenaran dari seluruh aktivita pantonim.71
3) Demonstrasi
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode demonstrasi dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menjelaskan indikator pembelajaran
b) Guru menyajikan sekilas materi yang akan disampaikan
c) Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d) Guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk
mendemonstrasikan (atau guru yang mendemonstrasikan
materi terlebih dahulu) sesuai skenario yang telah disiapkan
e) Seluruh peserta didik memerhatikan demonstrasi dan
menganalisanya
f) Tiap peserta didik atau kelompok mengemukakan hasil
analisanya dan juga pengalaman peserta didik selama
mendemonstrasikan
g) Guru membuat kesimpulan.72
71 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 111-112
72 Cucu Suhana, op. cit., h. 54
29
e. Kecerdasan Musikal
1) Musik Suasana
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode musik suasana dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru meyiapkan musik yang dapat membangun suasana atau
suasana hati yang cocok dengan pelajaran. Musik ini bisa
berupa backsound, suara alam, musik religi dan sebagainya
yang dapat membangun kondisi emosional tertentu73
b) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mendengarkan
musik tersebut
c) Guru memutar musik tersebut hingga selesai
2) Parodi
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode parodi dalam kegiatan pembelajaran:
a) Memilih judul lagu (lirik lagu) yang akan digunakan sebagai
parodi
b) Guru membuat contoh parodi lagu (di dalam lagu berisi
materi ajar)
c) Atau, peserta didik secara kreatif dapat membuat parodi lagu
yang berisi materi ajar.74
f. Kecerdasan Interpersonal
1) Tim Ahli (Jigsaw)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran:
a) Peserta didik dikelompokkan kedalam empat anggota tim
b) Setiap orang dalam tim diberikan materi yang berbeda
73 Thomas Amstrong, op. cit., h. 119
74 Alamsyah Said, op. cit., h. 216
30
c) Anggota dari tim yang berbeda dan telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d) Setelah selesai diskusi, setiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang dikuasai
e) Guru memberikan evaluasi
f) Penutup.75
2) Kerja Kelompok
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode kerja kelompok dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru membentuk tim dan mendeskripsikan tujuan yang
hendak dicapai, baik secara perorangan maupun yang
dicapai dalam tim
b) Guru memberikan tugas yang hendak dilakukan secara tim
disertai dengan petunjuk-petunjuk teknis untuk
menyelesaikannya
c) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya
bekerja dalam tim, memiliki komitmen yang kuat, dan
merasa bangga tentang keberhasilan yang dibangun melalui
tim
d) Peserta didik menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan
kepada tim dan berupaya untuk saling memberi dan
menerima, mengajar, dan membangun kekompakan untuk
memperkuat kerja tim
e) Peserta didik mengeluarkan segala pengetahuan dan
keterampilan dalam upaya menyelesaikan tugas
75 Cucu Suhana, op. cit., h. 49
31
pembelajaran sehingga setiap anggota dalam tim dapat
memberi kontribusi yang berharga demi untuk keberhasilan
tim
f) Peserta didik berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan dan
membuat keputusan akhir tentang tugas yang dibebankan
secara bersama-sama.76
3) Cerdas Cermat Berantai
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode cerdas cermat berantai dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Atur deretan duduk siswa dengan rapi dan pastikan jumlah
setiap anggota kelompok sama dengan kelompok lain
b) Berikan nama setiap kelompok. Sebaiknya nama kelompok
diambil dari konten materi ajar. Contoh: materi ajar salat
sunah, nama kelompok: kelompok dhuha, kelompok
rawatib, dan kelompok tahajud
c) Minta setiap kelompok menunjuk ketua kelompoknya
d) Buat aturan main seperti berikut ini:
(1) Setiap deretan antarsiswa yang duduk bersebrangan
menjadi lawan dalam lomba cerdas cermat berantai
(2) Setiap deretan duduk siswa mendapat giliran berebut
menjawab pertanyaan
(3) Anggota kelompok dapat memberitahukan jawaban pada
anggotanya tiga sampai lima pertanyaan untuk setiap
deretan antar siswa yang duduk bersebrangan
e) Guru membuat soal yang mirip namun variatif.77
76 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 147
77 Alamsyah Said, op. cit., h. 276
32
g. Kecerdasan Intrapersonal
1) Melakukan Tugas Mandiri
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode melakukan tugas mandiri dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menyediakan materi atau tugas-tugas pembelajaran,
tujuan yang hendak dicapai setelah menyelesaikan pekerjaan
tersebut, dan jenis penilaian yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian hasil yang diperoleh peserta didik
b) Guru membacakan atau memperlihatkan di layar atau papan
tulis seluruh jenis tugas pembelajaran yang hendak
diselesaikan dengan peserta didik untuk memilih tugas
tersebut
c) Guru menjelaskan kembali tujuan yang hendak dicapai
untuk masing-masing tugas dan batas waktu untuk
menyelesaikannya
d) Peserta didik melaksanakan tugas tersebut sesuai ketentuan
yang telah disepakati
e) Peserta didik mengoreksi sendiri hasil pekerjaan tersebut
sebelum memperlihatkan kepada teman sebaya nya untuk
mengetahui jika terjadi kesalahan penulisan, penempatan,
atau berbagai jenis kesalahan lainnya
f) Peserta didik meminta teman sebayanya untuk mengedit atau
mengoreksi berbagai kesalahan yang telah dilakukan. Hasil
koreksi tersebut dicatat kemudian dilakukan revisi
g) Peserta didik menyerahkan tugas yang telah dilakukan untuk
mendapatkan nilai dari guru
h) Guru memberikan koreksi, penilaian, dan mengembalikan
pekerjaan tersebut kepada peserta didik.78
78 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 161
33
2) Jurnal Belajar
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode jurnal belajar dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
menuliskan apa yang mereka rasakan dan pikirkan tentang
materi dalam jurnal
b) Guru menginstruksikan peserta didik untuk membuat jurnal
tentang pertanyaan, komentar dan sesuatu yang ada di
pikiran mereka selama pembelajaran berlangsung. Contoh:
apa yang belum mereka pahami? Bagaimana kaitan antara
pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi mereka? Apa
yang dapat mereka petik dari kegiatan pembelajaran hari ini?
c) Peserta didik mengumpulkan jurnal tersebut kepada guru
d) Guru membaca jurnal tersebut sebagai evaluasi untuk
kedepannya.79
3) Kontrak Nilai
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode kontrak nilai dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Peserta didik diminta untuk memilih topik yang akan
dipelajari secara mandiri
b) Peserta didik membuat rencana studi, meliputi:
(1) Poin pengetahuan yang akan dikuasai
(2) Kegiatan belajar yang akan dikerjakan
(3) Tanggal penyerahan
79 Melvin L. Silberman, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2016), h. 205
34
c) Guru membimbing dan memeriksa kontrak yang ditulis
peserta didik
d) Guru dan siswa menandatangani kontrak yang dibuat dan
disepakati oleh kedua belah pihak.80
h. Kecerdasan Naturalis
1) Karyawisata
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode karyawisata dalam kegiatan pembelajaran:
a) Persiapan
Meliputi perencanaan awal tujuan karyawisata. Dalam
tahapan ini guru telah menetapkan objek tujuan yang sesuai
dengan materi pembelajaran
b) Pelaksanaan
Meliputi pengaturan lapangan secara keseluruhan, termasuk
agenda dan teknis pelaksanaan, serta kesiapan kelompok-
kelompok belajar peserta didik
c) Hasil Pelaksanaan
Berupa catatan, gambar/foto objek selama karyawisata.
Kelompok-kelompok belajar siswa mendiskusikan catatan
dan temuan serta membuat laporan hasil karyawisata.81
2) Belajar Melalui Alam
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode belajar melalui alam dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dan hal-hal
yang perlu dipelajari dari perjalanan alam
80 Alamsyah Said, h. 291
81 Ibid., h. 307
35
b) Guru memberikan penjelasan khusus mengenai tugas yang
akan dilakukan selama perjalanan
c) Guru dan peserta didik membuat sejumlah pertanyaan
sementara sebagai panduan dasar dalam melakukan
pengamatan dan penyelidikan
d) Peserta didik melaksanakan tugas secara berkelompok sesuai
ketentuan yang telah disepakati
e) Peserta didik berkumpul di suatu tempat yang telah
disepakati setelah selesai melakukan penyelidikan
f) Peserta didik mempelajari, mengkaji kembali, kemudian
merumuskan semua hasil temuan yang diperoleh selama
melakukan penyelidikan dan belajar melalui alam
g) Peserta didik boleh mendiskusikan hasil temuannya dengan
teman baik yang berada di dalam kelompok maupun yang di
luar kelompok
h) Peserta didik melaporkan hasil temuannya
i) Guru memeriksa, membahas di dalam kelas dan memberikan
penilaian terhadap hasil temuan yang diperoleh, kemudian
mengembalikannya kepada peserta didik.82
C. Bidang Studi Fikih
1. Pengertian Fikih
Fikih berasal dari bahasa arab yang memiliki arti yaitu
mengetahui dan memahami.83 Menurut Ibnu al Atsir kata bisa dibaca
menggunakan dua opsi, yaitu (huruf Qaf dibaca kasrah) dan
82 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 184-185
83 Ibnu Mandzur, Lisan al Arab, (Beirut: Dar al Shadir), h. 522
36
(huruf Qaf dibaca Dhammah) akan tetapi opsi yang kedua ini jarang
digunakan dan makna keduanya itu sama (tidak ada perubahan makna)
yaitu mengetahui dan memahami.84 Pemahaman ini dilakukan secara
mendalam yang membutuhkan pengerahan potensi akal.85
Kata fikih sendiri banyak disebutkan dalam alquran salah satunya
terdapat dalam surah Taha ayat 28 yang menceritakan ketika Nabi Musa
berdoa kepada Allah agar dimudahkan saat berdialog dengan Fir’aun:
Artinya: Dia (Nabi Musa as.) berkata: “Tuhan Pemeliharaku,
lapangkanlah untukku dadaku (hatiku) (25) dan mudahkanlah untukku
urusanku (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (27) supaya
mereka memahami perkataanku (28).(QS. Thaha: 25-28)86
Selain disebutkan dalam alquran, kata fikih juga seringkali
disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW. salah satunya adalah ketika
memberikan motivasi kepada para sahabatnya:
Artinya:
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwasanya ia mendengar
Muawiyah berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda: “Barangsiapa
84 Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi, Tuhfa al Habib ala Syarhi al Khatib: Hasyiyah al
Bujairimi ala al Khatib, (Beirut: Dar el Fikr, 1995), h. 51 85 Burhannudin, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h.12.
86 Alquran dan Maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 313 87 Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih al Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 1134
37
dikehendaki Allah kebaikan, maka Allah akan memahamkannya dalam
perkara agama”. (HR. Bukhari)
Sedangkan fikih secara terminologi adalah:
Artinya: Ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syariat
tentang perbuatan manusia yang ditemukan dari dalil-dalil yang
terperinci.88
Kata al ahkam pada definisi di atas merupakan bentuk jama’ atau
plural dari kata hukm yang berarti berbagai hukum. Jadi, ilmu fikih ini
membahas tentang hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh setiap umat islam.
Kata al Syar’iyah pada definisi di atas adalah bentuk penyandaran
kepada subjek yang memberlakukan hukum, yaitu Allah dan
Rasullullah SAW.89 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup
manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia dan alam sekitar berdasarkan alquran dan hadis.90 Adapun
hukum syariat islam itu terbagi menjadi 5 yaitu: wajib, mandub, haram,
makruh dan mubah.
Kata al ‘Amaliyah pada definisi di atas menunjukkan bahwa hukum
yang dibahas dalam fikih itu mengenai perbuatan manusia. Seperti
hukum mengerjakan salat, hukum membayar zakat dan sebagainya.
88 Syihabuddin al Ramli, Nihayah al Muhtaj ila Syarhi al Minhaj, (Beirut: Dar el Fikr, 1984), h.
31 89 Usman bin Muhammad Syatha al Dimyathi, Ianah al Thalibin ala hilli alfadzi Fathi al Mu’in,
(Beirut, Dar el Fikr: 1997), h. 21 90 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit. h. 1115
38
Kata al muktasab pada definisi di atas berarti yang diusahakan. Hal
ini dikarenakan bahwasanya fikih merupakan hasil usaha para fuqaha
dalam memahami syariat melalui pemikiran yang matang (Ijtihad).
Kata min adillah al Tafshiliyah pada definisi di atas memiliki arti
“dari dalil-dalil yang terperinci” dikarenakan ilmu fikih tidak
mengambil seluruh dalil yang terdapat di dalam alquran dan hadis, akan
tetapi hanya mengambil dalil yang dapat dijadikan hukum (muhkam).
Contoh:
Artinya: “Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat...”
Ayat di atas memerintahkan kepada umat muslim untuk
mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Pada ayat tersebut
mengandung perintah yaitu pada lafaz aqimu dan Atuu. Sedangkan
perintah disini menunjukkan kewajiban. Maka dapat disimpulkan
bahwa menunaikan salat dan membayar zakat hukum nya wajib.
Dengan demikian, kajian ilmu fikih itu adalah mengetahui hukum
dari setiap perbuatan mukallaf tentang halal, haram, wajib, mandub,
makruh, atau mubah nya beserta dalil-dalil yang menjadi dasar
ketentuan-ketentuan hukum tersebut, baik dalilnya itu dinyatakan
dalam alquran atau sunah.91
2. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi
91 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: LP2M UIN Jakarta, 2017), h. 7
39
muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah
(sempurna).
Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan
manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan
hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih
muamalah;
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.92
3. Ruang Lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT. dan
hubungan manusia dengan sesama manusia.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi:
1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah,
salat fardu, salat sunah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud,
azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa,
zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan
jenazah, dan ziarah kubur.
92 Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 165 Tahun 2014, h. 46
40
2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual
beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan
agunan serta upah.93
D. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, yang bernama Darul Kutuni Harahap pada tahun 2012 dengan
judul: “Pengembangan Multiple Intelligence Siswa oleh Guru Fiqh di
Madrasah Tsanawiyah Masmur Pekanbaru.” Dari penelitian ini
didapatkan kesimpulan bahwa: Guru fiqh MTs Masmur diantaranya
mempunyai latar belakang keguruan, akan tetapi kurang menguasai
pengembangan multiple intelligence siswa dalam KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar). Hal ini dibuktikan dengan hasil presentase penelitian
yang kurang baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang bernama Muhammad Munji pada tahun 2015 dengan
judul: “Analisis Strategi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran PAI
di MAN 12 Jakarta.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:
Terdapat unsur-unsur dalam strategi Multiple Intelligence dalam
pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta. Hal ini dilihat dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada saat KBM, yaitu: Fikih: melaksanakan
praktek shalat jenazah. Kegiatan pembelajaran ini dapat
mengembangkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal. Akidah
akhlak: melaksanakan kegiatan diskusi panel dengan alat peraga mading
dan power point yang di desain secara unik dan menarik. Kegiatan
pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,
linguistik, dan visual-spasial. Al-Quran Hadis: Melaksanakan kegiatan
pembelajaran diskusi kelompok dan pemutaran lagu nasyid serta
93 Ibid. h. 48
41
pembacaan ayat-ayat al-Quran yang disertai irama lagu. Kegiatan
pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,
linguistik dan musik. Sejarah Kebudayaan Islam: melaksanakan
kegiatan pembelajaran diskusi panel dan pemutaran film pendek.
Kegiatan pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan
interpersonal, intrapersonal dan linguistik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Walisongo Semarang,
yang bernama Hanifah Lutfiati pada tahun 2008 dengan judul: “Konsep
Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:
1) Multiple Intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul
untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur
dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja,
yaitu kecerdasan linguistik dan logis-matematis. Kemudian Gardner
mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak. 2) pelaksanaan
multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus
mempunyai daya kreatifitas dalam menerapkan pendekatan multiple
intelligence.
Dari ketiga penelitian diatas, penulis hanya menemukan satu penelitian
yang secara spesifik membahas tentang pengembangan multiple
intelligence yang dilakukan oleh guru fikih dalam KBM, adapun
penelitian yang lain membahas implementasi pada mata pelajaran PAI
saja tidak spesifik kedalam mata pelajaran Fikih.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat
di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan, Banten 15419 Indonesia. Penulis memilih MTs
Pembangunan UIN Jakarta karena madrasah ini merupakan madrasah berbasis
Multiple Intelligence. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12
November 2018 sampai 22 Februari 2019
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif
menurut Afrizal adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan)
dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian tidak
menganalisis angka-angka.94 Penulis juga menggunakan pendekatan deskriptif
analisis yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian
menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk
mengambil kesimpulan.95
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
apabila penelitian berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.96
94 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo, 2016), h. 13
95 Sudikin dan Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia, 2005), h. 24 96 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 203
43
Penulis menggunakan teknik ini untuk mengetahui langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam mengimplementasikan teori multiple intelligence ke
dalam metode pembelajaran Fikih, serta penulis juga mengamati kegiatan
yang dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam teknik ini, penulis membuat catatan lapangan untuk merekam
kejadian yang sedang diamati.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog
baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu
antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.97
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman guru mata
pelajaran Fikih terhadap teori multiple intelligence dan metode
pembelajaran Fikih serta untuk mengetahui sistem yang diterapkan pada
sekolah berbasis multiple intelligence. Pada teknik ini, penulis akan
membuat pedoman wawancara agar kegiatan wawancara berlangsung
secara sistematis dan mudah. Adapun kegiatan wawancara ini penulis
lakukan kepada guru mata pelajaran Fikih dan wakil kepala madrasah
bidang kurikulum.
3. Dokumentasi
Teknik ini penulis lakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen-
dokumen yang relevan dalam penelitian untuk mendukung dan menambah
bukti dari sumber yang sudah ada. Adapun dokumen-dokumen ini meliputi
RPP, foto-foto, hasil wawancara dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara induktif (dari
khusus ke umum), berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan
97 Wina Sanjaya, op.cit. h. 263
44
dilakukan secara terus menerus. Analisis data yang dilakukan meliputi:
mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan atau verifikasi.98
Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan memilah
dan memilih lalu menyederhanakan data dengan merangkum hal-hal yang
penting sesuai dengan fokus masalah penelitian.99 Reduksi data ini berlangsung
secara terus menerus selama penelitian berlangsung bahkan sampai setelah
penelitian di lapangan berakhir dan laporan akhir lengkap tersusun.100
Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman
yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut.101
Menarik kesimpulan adalah dengan mencari arti dari benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan juga
dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Secara sederhana, makna-
makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekuatan, dan
kecocokannya.102
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Penulis menggunakan tiga teknik untuk memeriksa keabsahan data dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan uji kepercayaan data dengan
jalan melakukan pengamatan dengan cermat dan berkesinambungan.
98 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 216 99 Ibid. 218
100 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016), h. 242-
243 101 Ibid. h. 244 102 Ibid. h. 248
45
Contoh: mayoritas manusia berpendapat bahwa olahraga pagi bermanfaat
untuk menyehatkan badan. Akan tetapi setelah peneliti meningkatkan
ketekunannya, olahraga pagi tersebut bagi sekelompok orang bermanfaat
untuk berniaga.
2. Triangulasi, teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Contoh: data yang diperoleh dengan wawancara lalu
di cek dengan observasi.
3. Menggunakan bahan referensi, yaitu adanya bahan pendukung untuk
membuktikan data yang telah kita temukan. Contoh: rekaman wawancara,
foto.103
103 Ibid. h. 268-273
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat MTs Pembangunan UIN Jakarta104
Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari
keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif
dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada awal tahun 1972, panitia pembangunan gedung madrasah
komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada
masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan
dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan untuk Madrasah
Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan
belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah
yang kemudian ditetapkan sebagai ‘Hari Kelahiran’ Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan
Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja
sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.
104 Sumber data: Buku Panduan Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta
47
Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan kurikulum
yang bermuatan pendidikan umum dan agama sehingga lulusan
madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum sederajat) oleh
Departemen Agama RI.
Tahun pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32
orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Setelah empat
tahun berjalan, berkenaan dengan pemerintah dalam hal pendidikan
(khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA
Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi.
Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari
MA Pembangunan IAIN Jakarta.
Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun
2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama
menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Tahun pelajaran 2006/2007 atas dorongan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah
peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik terbagi
dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun
2009 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan
hasil grade A kategori Memuaskan, sama dengan perolehan akreditasi
MI dan MTs
Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar
Nasional (MSN) di lingkungan kantor wilayah Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN
pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 kepala Kanwil Kemenag DKI
Jakarta kembali mengukuhkan status MSN.
48
Pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan program
bilingual di tingkat Tsanawiyah yang secara intens dievaluasi dan
disempurnakan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 MA Pembangunan
UIN Jakarta membuka Kelas Bahasa dengan program utamanya
penguasaan TOEFL (peserta didik kelas X) dan IELTS (peserta didik
kelas XI). Dan pada tahun pelajaran 2016/2017 MA Pembangunan UIN
Jakarta telah dicanangkan sebagai Madrasah Berbasis Riset. Pada aspek
manajemen Madrasah Pembangunan UIN mengimplementasikan
Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 No. QSC:00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh
satuan pendidikan.
2. Visi dan Misi MTs Pembangunan UIN Jakarta
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan
keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dengan mengapresiasi
potensi peserta didik
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan usia dini, dasar dan menengah
yang menghasilkan lulusan berakhlakul karimah, cerdas dan
terampil;
2) Melakukan inovasi kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas dalam bidang keislaman, keilmuan dan
keindonesiaan;
3) Melakukan pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam rangka
meningkatkan potensi peserta didik;
4) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan potensi peserta didik;
5) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
dalam rangka penjaminan mutu layanan pendidikan;
49
6) Menciptakan partisipasi aktif stakeholders madrasah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs Pembangunan UIN
Jakarta
a. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah 48
pendidik. Mereka merupakan alumnus perguruan tinggi negeri dan
swasta terkemuka di Indonesia.
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah
33 orang. Pendidikan minimal para tenaga kependidikan di
madrasah ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat).
4. Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta
Peserta didik di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2018/2019
berjumlah 715 orang yang terdiri dari 374 laki-laki dan 341 perempuan.
Adapun secara terperinci bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Ajaran 2018/2019105
No Kelas L P Jumlah
1. 7 111 109 220
2. 8 121 122 243
3. 9 142 110 252
TOTAL 374 341 715
105 Sumber data: Bagian Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta
50
B. Temuan Penelitian
1. Implementasi Multiple Intelligence di MTs Pembangunan UIN
Jakarta
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta merupakan madrasah
berbasis Multiple Intelligence. Perbedaan mencolok antara madrasah ini
dengan madrasah atau sekolah lainnya terletak pada pembagian kelas.
Sistem pembagian kelas di madrasah ini berdasarkan hasil tes MIR
(Multiple Intelligence Research) peserta didik. Dengan acuan hasil tes
tersebut, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kecerdasan
dominan yang mereka miliki.106
Pengelompokan kecerdasan peserta didik dalam satu kelas tidak
hanya dikelompokkan kedalam satu kecerdasan saja, akan tetapi terdiri
dari empat kecerdasan yang dominan. Misalnya kelas 7A terdiri dari
kecerdasan linguistik, musikal, kinestetik dan interpersonal. Alasannya
karena kecerdasan peserta didik masih dapat berkembang dan guru
wajib mengetahui kecerdasan siswa agar agar bisa menyesuaikan
pembelajaran di kelas. 107
Kelas tahfiz, kelas bilingual dan kelas reguler merupaka macam-
macam kelas yang tersedia di madrasah ini. Menurut data yang penulis
dapatkan dari kepala Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta kecerdasan
peserta didik kelas 7 dalam satu kelas rata-rata lebih dari empat
kecerdasan, hanya tiga kelas yang terdapat empat kecerdasan dominan
dalam satu kelas. Dari delapan kecerdasan, kecerdasan naturalis lah
yang mendominasi kecerdasan para peserta didik kelas 7. Berikut ini
adalah data pengelompokkan kelas 7 beserta pengelompokkan
kecerdasan dominan peserta didik yang didapat dari hasil MIR.
106 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum
107 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum
51
Tabel 4.2
Data Hasil MIR pada Penerimaan Peserta Didik Baru108
No. Kelas Kecerdasan dominan Jumlah
Peserta Didik
1. 7 A (Reguler)
1. Musikal: 10 orang
2. Linguistik: 7 orang
3. Kinestetik: 5 orang
4. Interpersonal: 3 orang
5. Tidak terdeteksi: 3
orang
28 orang
2. 7 B (Reguler)
1. Musikal: 11 orang
2. Kinestetik: 7 orang
3. Linguistik: 4 orang
4. Interpersonal: 3 orang
5. Tidak terdeteksi: 3
orang
28 orang
3. 7 C (Reguler)
1. Naturalis: 18 orang
2. Intrapersonal: 5 orang
3. Spasial: 4 orang
4. Tidak terdeteksi: 1
28 orang
4. 7 D (Reguler)
1. Naturalis: 20 orang
2. Intrapersonal: 4 orang
3. Spasial: 3 orang
4. Tidak terdeteksi: 1
orang
28 orang
5. 7 E (Tahfiz)
1. Interpersonal: 5 orang
2. Naturalis: 5 orang
3. Linguistik: 4 orang
4. Kinestetik: 3 orang
24 orang
108 Sumber data: Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta
52
5. Musikal: 3 orang
6. Spasial: 2 orang
7. Interpersonal: 1 orang
8. Matematis-logis: 1
orang
6. 7 F
(Bilingual)
1. Linguistik: 14 orang
2. Musikal: 9 orang
3. Interpersonal: 3 orang
4. Kinestetik: 2 orang
28 orang
7. 7 G
(Bilingual)
1. Naturalis: 12 orang
2. Intrapersonal: 8 orang
3. Spasial: 4 orang
4. Linguistik: 2 orang
5. Matematis-logis: 1
orang
27 orang
8. 7 H
(Bilingual)
1. Naturalis: 12 orang
2. Intrapersonal: 7 orang
3. Musikal: 3 orang
4. Spasial: 3 orang
5. Matematis-logis: 2
orang
27 orang
2. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih di MTs Pembangunan UIN
Jakarta
Kegiatan belajar mengajar fikih dilakukan di dalam kelas. Setiap ruang
kelas dilengkapi fasilitas yang dapat menunjang pelajaran dengan baik,
diantaranya adalah satu buah proyektor beserta layar, dua buah speaker
aktif, dua buah AC, satu buah papan tulis, sepasang bangku dan meja
guru, meja dan bangku peserta didik (sesuai dengan jumlah peserta didik
dalam kelas), dan dua buah lemari penyimpan. Adapun KBM ini dibagi
53
menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pembuka
Ketika melakukan kegiatan pembuka ini, guru melakukan salam
pembuka, pengkondisian kelas dan apersepsi. Penulis akan
menjabarkan kegiatan pengkondisian kelas dan apersepsi, karena
kedua kegiatan ini cukup bervariasi. Adapun perincian kegiatan
tersebut yaitu:
1) Pengkondisian Kelas
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru mengkondisikan
kelas terlebih dahulu. Adapun kegiatan pengkondisian kelas
yang dilakukan oleh guru fikih antara lain:
a) Gerakan Memungut Sampah
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru
menginstruksikan kepada peserta didik untuk memungut
sampah yang ada di dalam kelas agar kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan nyaman. Gerakan ini biasanya
diterapkan pada jam pelajaran yang berlangsung setelah jam
istirahat dan kelas-kelas yang banyak sampahnya saja.
b) Membaca Doa Bersama
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru
menginstruksikan kepada ketua kelas untuk memimpin
anggota kelasnya membaca doa secara bersama-sama.
Sebelum pembacaan doa, ketua kelas menginstruksikan
kepada anggotanya agar tertib dan pembacaan doa berjalan
dengan lancar. Adapun instruksi yang diucapkan
menggunakan bahasa arab. Berikut ini instruksi yang
diucapkan oleh ketua kelas:
!(siap!)
(berdiri!) !
54
(memberi hormat dan salam!) !
(membaca itikad!) !
(duduk!) !
(berdoa!) !
Gambar 4.1
Membaca doa bersama sebelum belajar
c) Melantunkan Asmaul Husna
Sebelum memulai materi pelajaran, guru seringkali
menginstruksikan kepada peserta didik untuk melantunkan
Asmaul Husna bersama-sama. Pengkondisian kelas seperti
ini dapat menenangkan siswa, hal ini terbukti ketika
pelantunan Asmaul Husna ini kondisi mayoritas peserta
didik sangat khidmat.
2) Apersepsi
Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif dan inovatif
apabila dimulai dengan apersepsi. Apersepsi merupakan
55
kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang
dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan
ditempuh peserta didik.109 Adapun kegiatan apersepsi yang
dilakukan guru fikih dalam pembelajaran antara lain:
a) Melantunkan Ayat Suci Alquran Secara Bersama-sama.
Adapun ayat yang dibaca adalah ayat yang sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru
menggunakan metode demonstrasi, yaitu guru membacakan
ayat suci Alquran dengan baik dan benar lalu peserta didik
mengikuti gaya bacaan guru. Sesekali guru membetulkan
dan menerangkan bacaan peserta didik yang terdengar tidak
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Setelah membaca ayat
suci Alquran yang akan dipelajari, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik yang bersedia untuk
membacakan terjemahan ayat tersebut. Setelah peserta didik
membaca terjemah, guru memberikan kesempatan kepada
beberapa peserta didik yang bersedia untuk menjelaskan isi
kandungan atau maksud ayat yang telah dibaca. Penjelasan
ini tidak merujuk kepada tafsir Alquran, akan tetapi peserta
didik menyampaikan hasil penalaran mereka terhadap
terjemahan yang telah dibacakan.
109 Cucu Suhana, op. cit., h. 23
56
Gambar 4.2
Apersepsi dengan cara membaca ayat alquran yang
berkaitan dengan materi
b) Menggunakan Siwak Bersama
Dalam materi salat jumat ada sub bab yang menjelaskan
tentang kesunahan yang dilakukan sebelum salat jumat,
diantaranya adalah bersiwak. Sebelum bersiwak, guru
menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyiapkan/mengupas siwak yang telah dibawa dari rumah
agar bisa dipakai dengan nyaman. Cara pengupasan kulit
siwak didemonstrasikan oleh guru di depan para peserta
didik menggunakan alat berupa pisau kecil yang telah
disiapkan. Ketika peserta didik megupas siwak, guru
menjelaskan tentang keutamaan bersiwak serta waktu yang
dianjurkan/disunahkan untuk bersiwak.
57
Gambar 4.3
Peserta didik sedang menyiapkan siwak agar terasa nyaman
saat digunakan
c) Contoh Kasus
Mengambil sebuah contoh kasus dalam kehidupan sehari-
hari juga merupakan strategi guru untuk menghidupkan
suasana kelas sebelum belajar. Dalam mengembangkan
apersepsi ini, pertama-tama guru menanyakan cita-cita
peserta didik. Sontak saja para peserta didik ada yang
menjawab ingin menjadi pengusaha, dokter hewan, dokter
spesialis jantung, guru dan profesi lainnya. Lalu guru
memilih profesi dokter spesialis jantung untuk dijadikan
contoh kasus yang dikaitkan dengan materi salat jamak.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini guru menggunakan metode pembelajaran yang
cukup bervariatif sesuai dengan materi, kegiatan yang direncanakan
58
di hari tersebut dan kecerdasan dominan siswa.110 Dibawah ini
penulis akan menjabarkan metode pembelajaran yang
diimplementasikan oleh guru Fikih beserta langkah-langkahnya
sesuai dengan hasil observasi penulis:111
1) Movie Learning
a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyimak film dengan baik dan tenang
b) Guru memutar film yang terkait dengan materi
c) Setelah film selesai, guru menunjuk beberapa peserta didik
untuk menjelaskan inti dari film tersebut
d) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain
yang ingin mengutarakan pendapatnya
Gambar 4.4
Peserta didik sedang menyimak video terkait dengan materi
salat jumat
110 Hasil wawancara dengan guru fikih
111 Hasil observasi
59
2) Tanya Jawab
a) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik
b) Para peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut
c) Guru memberikan penambahan terhadap jawaban peserta
didik yang belum maksimal
3) Demonstrasi
a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyusun meja dan bangku di pojok kelas
b) Peserta didik membersihkan ruangan kelas agar bisa
digunakan untuk salat
c) Guru membagi tugas kepada dua orang peserta didik untuk
menjadi muazin, khatib dan imam
d) Peserta didik mendemonstrasikan salat jumat berjamaah
e) Guru memerhatikan demonstrasi peserta didik
f) Guru memberikan evaluasi dan penguatan materi
Gambar 4.5
Peserta didik sedang mendengarkan khutbah jumat
60
4) Peta Konsep
a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyiapkan buku tulis
b) Guru menentukan materi yang akan dibuat peta konsepnya
c) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
membuat peta konsep sesuai dengan kreatifitas masing-
masing (perindividu)
d) Guru menilai peta konsep yang telah dibuat oleh peserta
didik dan mengembalikannya
c. Kegiatan Penutup
Setelah kegiatan inti berakhir, guru melakukan kegiatan penutup.
Adapun kegiatan penutup yang guru lakukan adalah membaca doa
bersama-sama dengan cara dilantunkan dengan irama. Doa ini
merupakan syair berbahasa Arab yang populer di kalangan
pesantren dan merupakan doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Berikut ini penggalan doa (syair) yang dibaca:
Berikut ini doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.:
112 Sulaiman bin Asyats, Sunan Abu Daud, Jilid 4, (Lebanon: Dar el Fikr), h. 264
61
C. Pembahasan
1. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih
Berdasarkan hasil observasi di kelas 7 MTs Pembangunan UIN
Jakarta dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar fikih melalui
tiga kegiatan, yaitu: kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Dalam kegiatan pembuka, guru melakukan pengkondisian
kelas dan apersepsi. Pengkondisian kelas ini dilakukan agar suasana
kelas nyaman saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun
kegiatan apersepsi dilakukan agar peserta didik dapat
menumbuhkembangkan minat dan perhatian dalam belajar, sehingga
keterbukaan untuk menerima pengalaman baru dalam belajar lebih siap
dan menyenangkan.113 Dalam kegiatan inti, guru menerapkan metode
pembelajaran yang sudah dirancang dalam RPP. Dalam kegiatan
penutup, guru melakukan evaluasi serta membaca doa bersama.
Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa ia
menggunakan media pembelajaran sesuai dengan metode dan
perencanaan pada hari itu.114 Berdasarkan hasil observasi, media
pembelajaran yang digunakan guru sesuai dengan metode yang akan
diterapkan, yaitu berupa video pada saat implementasi metode movie
learning, dan peralatan salat pada saat implementasi metode
demonstrasi.115 Media pembelajaran yang digunakan guru bertujuan
untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan proses pembelajaran itu
sendiri.116 Apabila dalam implementasi metode tidak menggunakan
media yang sesuai, maka kemungkinan besar implementasi metode
tersebut akan gagal.
113 Cucu Suhana, op. cit., h. 23
114 Hasil wawancara dengan guru fikih
115 Hasil observasi
116 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2013), h. 7-8
62
Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya menggunakan satu
metode, akan tetapi ia menggunakan metode yang bervariasi sesuai
dengan materi, kegiatan yang dilakukan pada hari itu dan sesuai dengan
kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik. Begitu pun dengan
media pembelajaran yang digunakan, ia menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan metode yang
digunakan.117 Pernyataan ini sesuai dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh penulis. Selama masa observasi, penulis menemukan
empat buah metode yang diterapkan oleh guru fikih, yaitu: metode
movie learning, tanya jawab, demonstrasi dan peta konsep.
Implementasi metode-metode tersebut sesuai dengan materi yang
diajarkan, yaitu salat jumat, salat jamak qashar, salat dalam keadaan
sakit dan salat dalam kendaraan. Akan tetapi, metode tersebut kurang
sesuai bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis yang
dominan. Padahal dari delapan kelas, lima kelas diantaranya diisi oleh
peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis yang dominan.118
Berdasarkan hasil wawancara, guru fikih menyatakan bahwa
kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas karena
banyak peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis.119 Namun
menurut hasil observasi, pembelajaran fikih pada materi salat jumat,
jamak qashar, salat dalam keadaan sakit dan salat dalam kendaraan
semua kegiatan pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas. Guru
fikih juga belum mengetahui metode apa yang cocok diimplementasikan
pada materi salat untuk peserta didik yang mempunyai kecerdasan
naturalis.120
117 Hasil wawancara dengan guru fikih
118 Sumber data: Dikjar
119 Hasil wawancara dengan guru fikih
120 Hasil observasi
63
2. Analisis Implementasi Metode Pembelajaran Fikih dalam Multiple
Intelligence Peserta Didik
Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode
movie learning sesuai dengan peserta didik yang mempunyai
kecerdasan visual, musikal dan linguistik yang dominan. Kandungan
gambar bergerak serta pencahayaan yang baik dalam film membuat para
peserta didik yang mempunyai kecerdasan visual dominan tentu sangat
senang dalam KBM, karena salah satu karakteristik mereka adalah
kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan-
hubungan yang ada diantara unsur-unsur ini. Suara latar yang menarik
dalam suatu film tentu membuat para peserta didik yang mempunyai
kecerdasan musikal dominan tentu sangat antusias, bahkan mereka akan
mengomentari film tersebut apabila suara latar tidak sesuai, karena
mereka memiliki sensitifitas ketika mendengarkan suara. Setelah
penayangan film tersebut selesai guru menunjuk beberapa peserta didik
untuk menjelaskan inti dari film tersebut, penyampaian gagasan
merupakan keahlian peserta didik yang mempunyai kecerdasan
linguistik dominan karena salah satu karakteristik mereka adalah dapat
menjelaskan apa yang ada di pikirannya dengan baik.
Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode
tanya jawab sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan
matematis-logis yang dominan. Peserta didik yang memiliki kecerdasan
matematis-logis yang dominan cenderung memiliki ide-ide dan
pertanyaan-pertanyaan abstrak didalam pikirannya. Melalui metode
tanya jawab inilah mereka dapat menyampaikan ide dan pertanyaan
tersebut kepada orang lain.
Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode
demonstrasi sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan
kinestetik jasmani dan interpersonal yang dominan. Mendemontrasikan
64
materi salat adalah salah satu materi yang disukai oleh peserta didik
yang mempunyai kecerdasan kinestetik jasmani yang dominan. Karena
karakteristik mereka adalah selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-
ngetuk, atau gelisah ketika duduk lama di suatu tempat. Oleh karena itu
mereka harus diikutsertakan dalam kegiatan demonstrasi agar apa yang
mereka pelajari dapat difahami seutuhnya. Ketika mendemonstrasikan
salat berjamaah, peserta didik yang mempunyai kecerdasan
interpersonal dominan akan mengajukan diri untuk menjadi petugas
salat berjamaah seperti menjadi muazin, imam salat karena salah satu
karakteristik mereka adalah suka memimpin kegiatan.
Jika dilihat menggunakan “kacamata” multiple intelligence, metode
peta konsep sesuai dengan peserta didik yang mempunyai kecerdasan
visual spasial yang dominan. Karena karakteristik mereka adalah suka
menggambar, melukis, mempresentasikan ide dengan gambar, memiliki
imajinasi yang unik, suka dengan benda yang berwarna-warni, pandai
mencocokkan warna yang sesuai. Hal inilah yang membuat mereka
sangat pandai dalam membuat peta konsep yang menarik. Metode peta
konsep ini juga sesuai bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan
intrapersonal apabila dikerjakan secara individual karena salah satu
karakteristik mereka adalah lebih memilih bekerja sendiri daripada
bekerja sama dengan orang lain.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Multiple Intelligence adalah teori yang ingin merubah paradigma klasik
tentang kecerdasan manusia karena sebelum lahirnya teori ini
kecerdasan sering diinterpretasikan dalam ruang lingkup yang terlalu
sempit yaitu berupa angka-angka hasil tes IQ saja. Melalui teori ini, kita
diajak untuk mengakui bahwa kecerdasan manusia sangat beragam dan
tidak bisa diseragamkan. Keberagaman kecerdasan manusia dibagi
menjadi delapan kecerdasan, yaitu: kecerdasan matematis-logis, visual-
spasial, kinestetis-jasmani, musikal, linguistik, interpersonal,
intrapersonal dan naturalis.
2. Implementasi metode pembelajaran fikih di MTs Pembangunan UIN
Jakarta cukup sesuai dengan Multiple Intelligence peserta didik. Hal ini
dibuktikan dari empat buah metode pembelajaran, yaitu:
a. Metode movie learning yang sesuai dengan kecerdasan musikal,
linguistik dan visual-spasial dominan
b. Metode tanya jawab yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis
dominan
c. Metode demonstrasi yang sesuai dengan kecerdasan kinestetis-
jasmani dan interpersonal dominan
d. Metode peta konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial
dan intrapersonal dominan
B. Implikasi
1. Wawasan guru seputar multiple intelligence peserta didik
2. Implementasi metode fikih bagi peserta didik yang mempunyai
kecerdasan naturalis dominan
66
3. Peningkatan sarana dan prasarana untuk pembelajaran peserta didik
yang mempunyai kecerdasan naturalis
C. Saran
1. Bagi Guru
Disarankan untuk mengetahui kecerdasan-kecerdasan peserta didik
ketika akan mengajar, terutama kelas yang dominan diisi oleh
kecerdasan naturalis.
2. Bagi Sekolah
Disarankan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran
bagi peserta didik yang mempunyai kecerdasan naturalis dominan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: RajaGrafindo, 2016
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2011
Alquran dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati, 2013
Al-Bujairimi, Sulaiman bin Muhammad. Tuhfa al Habib ala Syarhi al Khatib:
Hasyiyah al Bujairimi ala al Khatib, Beirut: Dar el Fikr, 1995
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir,
1987
Al-Ramli, Syihabuddin. Nihayah al Muhtaj ila Syarhi al Minhaj, Beirut: Dar el
Fikr, 1984
Al-Dimyathi, Usman bin Muhammad Syatha. I’anah al Thalibin ala Hilli Alfadzi
Fathi al Mu’in, Beirut, Dar el Fikr: 1997
Amstrong, Thomas. Sekolah Para Juara, terj. Yudhi Murtanto, Bandung: Kaifa,
2003
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoretis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner), Jakarta: Buna Aksara, 2003
Azwar, Syaifuddin. Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002
Bin Asyats, Sulaiman. Sunan Abu Daud, Jilid 4, Lebanon: Dar el Fikr
Burhannudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001
Chatib, Munif. Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa, 2013
. Sekolahnya Manusia, Bandung:Kaifa, 2015
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2013
68
http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/sambutan-direktur diakses pada 13
Juli 2018 pukul 16.55 WIB
Ismail, Faisal. Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2016
Jasmine, Julia. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence,
Bandung: Nuansa, 2007
Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran, Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 165 Tahun 2014
Lwin, May. dkk., Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, terj.
dari How to Multiply Your Child’s Intelligence: A Practical Guide for Parents
of Seven-Year-Olds and Below oleh Christine Sujana, S.Pd., Jakarta: Indeks,
2008
Mandzur, Ibnu. Lisan al Arab, Beirut: Dar al Shadir
Meliala, Andyda. Anak Ajaib, Yogyakarta: Andi, 2004
Muliawan, Jasa Ungguh. 45 Model Pembelajaran Spektakuler, Jogjakarta: Ar Ruz
Media, 2016
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Jakarta: Referensi, 2013
Naisaban, Ladislaus. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok
Pikiran, dan Karya, Jakarta: Grasindo, 2004
Nata, Abuddin. Persepektif Islam Tentang strategi pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2009
Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan; Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2016
69
Rosyada, Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: LP2M UIN Jakarta,
2017
S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Said, Alamsyah., dan Budimanjaya, Andi. 95 Strategi Mengajar Multiple
Intelligences, Jakarta: Kencana, 2016
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2014
Silberman, Melvin L. 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning,
oleh Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa Cendekia, 2016
Sudikin. dkk. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Bandung: Alfabeta, 2009
Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama, 2014
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 2014
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
The Oxford Dictionary of English Etymology London: Oxford University Press,
1966
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010
, Model Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2016
Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Yaumi, Muhammad., dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan
Jamak, Jakarta: Kencana, 2016
70
Jurnal:
Masri’ah, Siti. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran
The Power of Two and Four Mata Pelajaran Fikih Materi Puasa di MTs Darul Ulum
Ngaliyan Semarang, Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2, 2016
Jakfar, Munji. Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Pembelajaran
Fikih melalui Model Market Place Activity di MAN 3 Kulonprogo, Jurnal
Pendidikan Madrasah, Volume 3 No. 1, 2018
Toha, Sukron Muhammad. Model Pendidikan Agama Islam Menggunakan
Pembelajaran Active Learning Tingkat Sekolah Dasar, Ta’dibuna Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, 2017
72
Lampiran I
Instrumen Observasi
Kelas : 7 ( )
Kecerdasan Dominan : 1. 2.
3. 4.
Materi :
Metode Pemb. : 1.
2.
Kegiatan Pembuka
No. Indikator Ya Tidak
1 Guru Melakukan Pengkondisian Kelas
2 Guru Melakukan Apersepsi
Temuan baru:
Kegiatan Inti
No. Indikator Ya Tidak
1. Guru berinteraksi baik dengan peserta didik
73
2. Media pembelajaran sesuai dengan metode
pembelajaran
3. Metode pembelajaran sesuai dengan
kecerdasan peserta didik
4. Metode pembelajaran sesuai dengan materi
5. Gaya mengajar guru sesuai dengan gaya
belajar peserta didik
Temuan baru:
Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran:
Kegiatan Penutup
No. Indikator Ya Tidak
1 Guru Melaksanakan refleksi (evaluasi)
Temuan baru:
74
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Narasumber : Muhammad Idham Khalid, M.Ag.
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Fikih
Waktu Wawancara : 12 November 2018
Tempat Wawancara : Madrasah Pembangunan
1. Di madrasah ini bapak hanya mengajar di kelas 7 atau kelas 8 dan 9 juga?
2. Apakah dalam satu kelas itu hanya dikelompokkan satu kecerdasan saja?
misalnya bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik masuk di
kelas linguistik, bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal masuk
di kelas interpesonal dan lain sebagainya atau digabung seluruh kecerdasan
yang ada?
3. Dalam mengajar fikih di kelas 7, bapak memakai metode apa saja?
4. Atas dasar pertimbangan apa bapak memilih metode tersebut bukan metode
yang lain?
5. Apakah bapak mengunakan media pembelajaran?
6. Apakah proses KBM hanya dilaksanakan di dalam kelas? Terlebih ketika
berada di kelas yang dominan memiliki kecerdasan naturalis
7. Bagaimana cara bapak mengimplementasikan metode pembelajaran fikih di
kelas yang dominan memiliki kecerdasan musikal?
75
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Narasumber : Mardi, MA.
Jabatan : Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum
Waktu Wawancara : 24 Januari 2019
Tempat Wawancara : MTs. Pembangunan UIN Jakarta
1. Apakah benar madrasah ini berbasis multiple intelligence?
2. Apa perbedaan antara madrasah berbasis multiple intelligence dengan
madrasah biasa pada umumnya?
3. Bagaimana proses penerimaan siswa baru di madrasah ini?
4. Dalam satu kelas itu hanya ada satu kecerdasan atau lebih?
5. Apakah penerapan multiple intelligence di madrasah ini pernah mengalami
perubahan/penyempurnaan dari tahun ke tahun?
76
Lampiran 4
Hasil Wawancara
Narasumber : Muhammad Idham Khalid, M.Ag.
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Fikih
Waktu Wawancara : 12 November 2018
Tempat Wawancara : Madrasah Pembangunan
P: Peneliti
N: Narasumber
P: Di madrasah ini bapak hanya mengajar di kelas 7 atau kelas 8 dan 9 juga?
N: Selain kelas 7, saya juga mengajar di kelas 8
P: Apakah dalam satu kelas itu hanya dikelompokkan satu kecerdasan saja?
misalnya bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik masuk di
kelas linguistik, bagi siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal
masuk di kelas interpesonal dan lain sebagainya atau digabung seluruh
kecerdasan yang ada?
N: Kalau untuk pengelompokkan tidak satu kecerdasan dalam satu kelas,
hanya ada kelas yang mempunyai kecerdasan dominan. Misalnya di kelas
7A secara umum anak-anak yang dominan kecerdasan linguistik dan
musikal misalnya. Jadi satu kelas itu biasanya ada sekitar dua atau tiga
kecerdasan dominan, bukan satu kelas berisi satu kecerdasan saja.
P: Dalam mengajar fikih di kelas 7, bapak memakai metode apa saja?
N: Kalau metode, yang pasti tidak hanya satu. Jadi disesuaikan juga dengan
materi dan kegiatan yang direncanakan di hari tersebut. Misalnya, ada
praktiknya, ada membaca alquran nya, ada menayangkan video nya, ada
77
diskusi nya, ada praktik nya. jadi macam-macam metode yang saya
gunakan.
P: Atas dasar pertimbangan apa bapak memilih metode tersebut bukan
metode yang lain?
N: saya memilih metode tersebut atas pertimbangan materi yang diajarkan
dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki peserta didik, karena kasihan
apabila anak yang memiliki beragam kecerdasan tapi tidak dikembangkan
dengan baik.
P: Apakah bapak mengunakan media pembelajaran?
N: Iya, saya memakai media pembelajaran sesuai metode dan perencanaan
yang direncanakan di pertemuan itu. Misalnya, ketika membahas tentang
pelaksanaan salat jama dan qashar atau tentang salat berjamaah, berarti
penggunaan metode yang kita pakai adalah metode demonstrasi, ya kita
kasih contoh dulu atau kasih penjelasan dulu. Penjelasannya bisa dari
praktik kita atau bisa juga tayangan foto dan video di slide setelah itu baru
kita bagi-bagi. Lalu misalnya suasana kelasnya kalau memang shalat
dalam kendaraan berarti penggunaan kursi-kursi kelas disusun seolah-
olah sedang berada dalam kendaraan, jadi kita mensesuaikan. Atau
misalnya kayak kelas 8 ada praktik manasik haji untuk pembahasan
tentang materi haji, ya kebetulan di MP ada miniatur manasik, jadi kita
punya miniatur kabah, hijir ismail, tempat jumrah. Jadi, manasik pun kita
langsung kenakan pakaian ihram. Terus kayak misalnya praktik untuk
makanan halal di kelas 8, nah kita langsung praktik bagaimana
menyembelih hewan, media yang dipakai adalah ayam hidup. Jadi anak-
anak nanti langsung praktik cara menyembelih ayam dengan cara yang
halal. Jadi disesuaikan, engga semua materi dilaksanakan dengan praktik,
atau enggak selamanya materi dilaksanakan dengan diskusi.
78
P: apakah proses KBM hanya dilaksanakan di dalam kelas? Terlebih ketika
berada di kelas yang dominan memiliki kecerdasan naturalis
N: ya, ada beberapa materi yang kita laksanakan di luar kelas. Ketika materi
sujud sukur dan sujud tilawah kita laksanakan di masjid, atau ada juga
materi tentang menghitung zakat mal, maka kita pelajari teorinya dari
ensiklopedia yang ada di perpustakaan. Dan juga seperti tadi ketika materi
haji dan penyembelihan hewan maka kita laksanakan di luar kelas. Jadi
belajarnya tidak hanya di dalam kelas.
P: Bagaimana cara bapak mengimplementasikan metode pembelajaran fikih
di kelas yang dominan memiliki kecerdasan musikal?
B: Musikal itu kan kecenderungan di musik, salah satu penyalurannya adalah
lewat tugas membuat video. Karena konten video itu diiringi dengan
backsound lagu atau musik. Dan juga untuk setiap pertemuan kita
membaca doa nya dibaca dengan nada.
79
Lampiran 5
Hasil Wawancara
Narasumber : Mardi, MA.
Jabatan : Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum
Waktu Wawancara : 24 Januari 2019
Tempat Wawancara : MTs. Pembangunan UIN Jakarta
P: Peneliti
N: Narasumber
P: Apakah benar madrasah ini berbasis multiple intelligence?
N: Iya betul
P: Apa perbedaan antara madrasah berbasis MI dengan madrasah biasa
pada umumnya?
N: Biasanya perbedaan ini dipembagian kelas, sebelum pembagian kelas
anak-anak ada MIR nya, nanti dibagi-bagi berdasarkan MIR dan guru
diwajibkan tahu kondisi anak-anak kemana hasil MIR nya misalkan
bisa ke visual dan sebagainya sehingga guru-guru bisa menyesuaikan
pembelajaran di kelas.
P: Bagaimana proses penerimaan siswa baru di madrasah ini?
N: Penerimaan siswa baru sama seperti pada umum nya, yaitu tes tertulis
dengan materi pelajaran yang di UN kan, ada juga tes baca Alquran dan
tes MIR. Jadi tes MIR itu untuk menentukan kelas-kelas nya.
P: Dalam satu kelas itu hanya ada satu kecerdasan atau lebih?
N: Dalam satu kelas terdiri dari empat kecerdasan yang dimiliki oleh
siswa. Karena di tingkat MTs. ini kecerdasan mereka masih
berkembang, makanya tidak dikelompokkan kedalam satu kecerdasan.
80
P: Apakah penerapan multiple intelligence di madrasah ini pernah
mengalami perubahan/penyempurnaan dari tahun ke tahun?
N: Kalau di MTs. ini belum. Baru mau perubahan pada tahun ajaran ini.
81
Lampiran 6
Cara Mengidentifikasi Multiple Intelligence Peserta Didik
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Linguistik
(....) menulis dengan lebih baik dibandingkan teman-teman
sebaya
(....) bercerita panjang lebar atau menyampaikan lelucon dan
kisah-kisah
(....) dapat mengingat nama, tempat, tanggal atau hal-hal sepele
(....) suka game permainan kata
(....) suka membaca buku
(....) mengeja kata dengan tepat (atau pada anak prasekolah, bisa
mengeja kata-kata yang sulit yang biasanya belum dapat
dilakukan oleh anak seusianya)
(....) menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yang
sukar diucapkan
(....) suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita,
ulasan radio, buku bersuara)
(....) memiliki kosakata yang baik untuk anak seusianya
(....) berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang sangat
verbal
Kecerdasan Linguistik Lain:
82
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Matematis-Logis
(....) banyak bertanya tentang cara kerja suatu hal
(....) suka bekerja atau bermain angka
(....) suka pelajaran matematika (atau untuk anak prasekolah,
senang berhitung dan melakukan hal-hal yang melibatkan
angka)
(....) menganggap game matematika dan komputer menarik (atau
tidak terbiasa dengan komputer, suka game matematika atau
ilmu pasti lain.
(....) suka permainan catur, main dam atau game strategi lain
(....) suka mengerjakan teka-teki logika atau soal-soal yang sulit
(atau jika usia prasekolah, senang mendengarkan
percakapan tidak serius tetapi logis)
(....) suka membuat kategori, hierarki atau pola logis lain
(....) senang melakukan eksperimen selama pelajaran ilmu pasti
atau pada waktu luang
(....) menunjukkan minat pada mata pelajaran yang berhubungan
dengan sains
(....) dapat mengerjakan tes berpikir logis tipe piagetian
Kecerdasan Matematis-Logis Lain:
83
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Spasial
(....) dapat melaporkan bayangan visual dengan jelas
(....) lebih mudah membaca peta, diagram, dan grafik daripada
teks (apabila usia prasekolah, lebih suka menggambar
daripada teks)
(....) suka melamun
(....) suka kegiatan seni
(....) pandai menggambar
(....) senang melihat film, slide, atau presentasi visual lain
(....) suka mengerjakan puzzle, labirin, atau kegiatan visual
sejenis
(....) dapat membangun konstruksi tiga dimensi yang menarik
(misalnya bangunan LEGO)
(....) lebih mudah belajar dengan gambar daripada teks
(....) membuat coret-coret di buku kerja, kertas, atau bahan-bahan
lain
Kecerdasan Spasial Lain:
84
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Kinestetik Jasmani
(....) menonjol di salah satu atau lebih cabang olahraga (jika usia
prasekolah, menunjukkan keunggulan kemampuan fisik
untuk anak seusianya)
(....) selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-ngetuk, atau
gelisah ketika duduk lama di suatu tempat
(....) pandai meniru gerak isyarat atau tingkah laku orang lain
(....) suka membongkar pasang barang
(....) menyentuh (dengan tangan) barang-barang yang baru
ditemuinya
(....) suka berlari, melompat, gulat atau kegiatan semacam (jika
sudah lebih besar, akan menunjukkan minat pada kegiatan
semacam yang lebih terkendali. Misalnya, berlari ke
sekolah, melompati kursi)
(....) menunjukkan kemahiran dalam bidang keterampilan
(misalnya, pertukangan, menjahit, bengkel) atau memiliki
koordinasi motorik halus yang baik dalam hal lain-lain
(....) mampu mengekspresikan diri secara dramatis
(....) menampakkan berbagai macam sensasi fisik ketika berpikir
atau bekerja
(....) suka bekerja menggunakan tanah liat, atau pengalaman yang
melibatkan sentuhan tangan lain (misalnya, melukis dengan
menggunakan jari)
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Lain:
85
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Musikal
(....) dapat menunjukkan nada yang sumbang
(....) dapat mengingat melodi lagu
(....) memiliki suara yang merdu
(....) memainkan alat musik atau menyanyi bersama paduan suara
atau kelompok lain (atau apabila usia prasekolah, suka
bermain alat musik perkusi dan atau menyanyi dalam
kelompok)
(....) memiliki cara berbicara dan/atau bergerak yang berirama
(....) bersenandung tanpa sadar
(....) mengetuk-ngetuk meja berirama saat sedang bekerja
(....) peka pada bunyi-bunyian di sekitar (misalnya rintik hujan di
atas genting)
(....) bersemangat ketika musik dimainkan
(....) menyanyikan lagu yang tidak diajarkan di kelas
Kecerdasan Musikal Lain:
86
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Interpersonal
(....) suka bersosialisasi dengan teman sebaya
(....) berbakat menjadi pemimpin
(....) memberi saran kepada teman yang mempunyai masalah
(....) mudah bergaul
(....) menjadi anggota klub, panitia, atau kelompok informal
diantara teman sebaya
(....) senang mengajari anak-anak lain secara informal
(....) suka bermain dengan teman sebaya
(....) mempunyai dua atau lebih teman dekat
(....) memiliki empati yang baik atau perhatian kepada orang lain
(....) banyak disukai teman
Kecerdasan Interpersonal Lain:
87
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Intrapersonal
(....) menunjukkan sikap mandiri atau kemauan yang keras
(....) memahami dengan baik kekurangan dan kelebihan diri
(....) tidak mengalami masalah jika ditinggalkan bermain atau
belajar sendirian
(....) memiliki gaya hidup dan gaya belajar dengan irama
tersendiri
(....) memiliki minat dan hobi yang jarang ia bicarakan
(....) memiliki perencanaan diri yang baik
(....) lebih memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan
orang lain
(....) dapat mengepresikan perasaan secara akurat
(....) mampu belajar dari kegagalan dan keberhasilan yang pernah
dialami
(....) memiliki rasa penghargaan terhadap diri sendiri yang baik
Kecerdasan Intrapersonal Lain:
88
Berilah tanda ceklis (√) pada pernyataan yang cocok
dan tanda silang (X) bagi pernyataan yang tidak cocok.
Kecerdasan Naturalis
(....) berbicara banyak tentang binatang kesayangan, atau lokasi-
lokasi alam favorit ketika bercerita di kelas
(....) suka karya wisata di alam, ke kebun binatang, atau ke
museum purbakala
(....) peka pada bentuk-bentuk alam (misalnya, ketika berjalan-
jalan dengan teman sekelas, ia akan memerhatikan gunung-
gunung, awan-awan atau jika dalam lingkungan perkotaan,
kemampuannya ditunjukkan dengan kepekaan pada
“bentuk-bentuk” budaya populer, seperti model sepatu karet
atau model mobil)
(....) senang menyiram dan merawat tanaman di ruang kelas
(....) suka bermain di sekitar kandang kelinci, akuarium, atau
terarium yang ada di kelas
(....) menunjukkan minat pada ekologi, alam, tanaman, atau
binatang
(....) menyerukan hak-hak binatang atau perlunya melindungi
planet bumi di kelas
(....) suka melakukan proyek yang berhubungan dengan alam,
misalnya mengamati burung, mengumpulkan serangga atau
kupu-kupu, mempelajari pohon atau memelihara binatang
(....) membawa binatang kecil/serangga, bunga, atau benda alam
lain ke sekolah untuk dipamerkan kepada teman sekelas atau
guru
(....) dapat mengerjakan dengan baik tugas/pekerjaan yang
bersinggungan dengan sistem kehidupannya (misalnya,
topik biologi dalam pelajaran ilmu pasti, isu lingkungan
dalam pelajaran ilmu sosial)
89
DAFTAR HASIL SELEKSI PPDB
MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7A
1 30093 ABTHAL AKBAR L REGULER LING
2 30019 ACHMAD FAHREZA L REGULER LING
3 30243 AISYAH ALYA KAMILAH P REGULER LING
4 30039 AZAHRA NUR ISLAMI FARHAT
P REGULER LING
5 30101 BRIAN BIMA AKHTAR L REGULER MUS
6 30245 DANASTRI MADANIAH PRABANI
P REGULER MUS
7 30175 DEVINA PUTRI WARDANA
P REGULER KIN
8 30168 DHAFA NAZHWA ERYANTO
L REGULER MUS
9 30244 FADHLI AZIZ LUTFIANSYAH
L REGULER INTER
10 30251 FARDEEN NAUSHAD ASSHIDIQIE
L REGULER KIN
11 30112 HIKARI AUFA RAFIQI KUSNADI
L REGULER KIN
12 30048 HILYAH SULASI P REGULER MUS
13 30036 MIA AVRILIA P REGULER MUS
14 30203 MUHAMAD FAZLE MAULA AL HADDAD
L REGULER MUS
15 30138 MUHAMMAD FARIS GHALIB
L REGULER
16 30240 MUHAMMAD FARREL AHSAN RAMADHAN
L REGULER KIN
17 30122 MUHAMMAD HAFIDZ ALWY
L REGULER
90
18 30076 MUHAMMAD KHAYRU RASHAD HIDAYAT
L REGULER INTER
19 30008 MUHAMMAD NAUFAL RAMADHAN
L REGULER LING
20 30177 MUHAMMAD RAZAN NUGRAHA
L REGULER KIN
21 30106 MUHAMMAD SYAFIQ YULANDO
L REGULER MUS
22 30050 NAJA FALIQ SHULHAN L REGULER INTER
23 30191 RAFIALDY DIHARJO L REGULER LING
24 30130 RANIA ISYA THAHIRA P REGULER LING
25 30142 RATU AMANDA DIAZ FADHILLA
P REGULER MUS
26 30110 RAZKY GANENDYA CAPRIAWAN
L REGULER MUS
27 30035 SALFA AYU KARINTHYA P REGULER
28 SHEILA ERMITTA P REGULER MUS
91
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7B
1 30256 ALDEFAN YAZDAN ATTAQEE
L REGULER MUS
2 30091 ALDRIN ALMALCKY L REGULER KIN
3 30239 BAGASKORO NOVIAN WIDAYANTO
L REGULER MUS
4 30198 DAVI SATRIA PUTRA L REGULER LING
5 30260 DIAR ZHELYAN KARIMAH P REGULER KIN
6 30009 ERINA KIRANA DEWI P REGULER MUS
7 30129 FARAZ RAHMAN PUTRA L REGULER MUS
8 30201 FERNAND PRAYATA RICHSAN
L REGULER MUS
9 30011 GIFTALLA MAULY FAIDZA P REGULER MUS
10 30136 IBNU KENAN PRAWIRO L REGULER
11 30067 KHALID ISMAIL ALZAMZAMI
L REGULER LING
12 30113 MUBARAK AKMAL MAHENDROSENO
L REGULER
13 30194 MUHAMAD RAFFA MAULANA
L REGULER INTER
14 30044 MUHAMMAD DAFFA AURANDA
L REGULER KIN
15 30025 MUHAMMAD DAFFA REIFANSYA
L REGULER KIN
16 30065 MUHAMMAD FADIL FERDINANSYAH AISYAH KARIM
L REGULER INTER
17 30181 MUHAMMAD SHIDQI MUSYAFFA
L REGULER KIN
18 30156 NAJWA AQILA ARDIYANTO
P REGULER MUS
19 30166 NASYA SAFANI HIDAYAT P REGULER LING
20 30116 NAYLA NURWAHIDAH RISTIANY
P REGULER MUS
21 30231 NICHOLAS RAMADHAN L REGULER MUS
22 30056 NISRINA MARWA PUTRI SURYASA
P REGULER LING
92
23 30125 RAHMA FITRI ARSANDA P REGULER KIN
24 30052 RAJWA ARRAJAB NOOR L REGULER MUS
25 30062 REFITA OKTAVIERA RAZAK
P REGULER
26 30143 RIZKY FADHILAH MAULANA
L REGULER KIN
27 30097 SAID HILAL ASSAGAF L REGULER INTER
28 ZARA ANINDITA YUDIASARI
P REGULER MUS
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7C
1 30086 AHMAD ASRO SEPTIAN L REGULER INTRA
2 30088 AHMAD DANIAL ARFA L REGULER NAT
3 30155 AISYAH SANRINA PUTRI SITANGGANG
P REGULER NAT
4 30131 ALEA SALSABILA VIANIEDA
P REGULER INTRA
5 30223 ANISA ZAHWA KHASANAH
P REGULER SPA
6 30121 ATHAYA DZATTA MAWARDI
L REGULER SPA
7 30149 ATHTHAR MAULANA PURWASUNU
L REGULER NAT
8 30197 DAFFANDRA ADITYA RAMADHAN
L REGULER NAT
9 30046 DASTIN RAFFA PRAYATA L REGULER SPA
10 30141 DWIGIANTO DIMAS PRABOWO
L REGULER NAT
11 30105 ELDWIFA GRISSELDHA P REGULER SPA
12 30043 FATIHUL CHAIRA L REGULER NAT
13 30108 ISHLAH KHOIRI AHMAD L REGULER NAT
93
14 30217 JOVITO SAKHA L REGULER NAT
15 30133 KAMILATUL AZIZAH P REGULER NAT
16 30102 MUHAMMAD ABYAN HAFIZH
L REGULER NAT
17 30170 MUHAMMAD ADI PRATAMA
L REGULER NAT
18 30070 MUHAMMAD IZZAN ROMERO
L REGULER NAT
19 30114 MUHAMMAD LUFHKYZHA RAZZAN TANRERE
L REGULER NAT
20 30077 NAJWA SAKINAH ALDIANA
P REGULER NAT
21 30253 NAMIRA AMALIAH KUSMIARJA
P REGULER INTRA
22 30119 NIMA RAASYIDATUN NAZIA
P REGULER NAT
23 30190 RIDHO PRATAMA L REGULER
24 30225 SAKYLLA ZAHRA ZULKARNAIN
P REGULER NAT
25 30163 SATRIA ZAINUL BAHRI L REGULER NAT
26 SYAKIRA JUAN HANIFA P REGULER INTRA
27 VIZZYO MAULANA ZEAN L REGULER INTRA
28 YAQZAN IZZATUL WIJDAN
L REGULER NAT
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
94
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7D
1 30045 AHMAD HAIDAR PASHA L REGULER NAT
2 30199 AHMAD HASAN FITAIHI L REGULER NAT
3 30111 BERNESSA DEWI RUSLAN P REGULER NAT
4 30092 DANISWARA ABIYU BAYUPUTRO
L REGULER NAT
5 30134 DAVINA AULIA AZAHRA P REGULER NAT
6 30041 DENZEL OMAR LUBIS L REGULER NAT
7 30038 EMYR MUZAYYAK FIGO DAULAT
L REGULER SPA
8 30042 GALUH SHAFA AULIANA RAHMAN
P REGULER SPA
9 30078 GILDAN FERDINANDA SAEHO
L REGULER NAT
10 30029 HAIQAL HERDIANSYAH PUTERA
L REGULER NAT
11 30107 ILHAM ATTHALLAH FARSYAH
L REGULER INTRA
12 30100 KAFKHA SAIFAN NUGRAHA
L REGULER NAT
13 30290 KHALIFA SATRIO BILLY SUBEKTI
L REGULER NAT
14 30208 KIMI FARELLANDO PUTRA
L REGULER SPA
15 30226 MUHAMMAD DEFFA SYAFI`IE
L REGULER NAT
16 30174 MUHAMMAD FIRAS AZIS L REGULER NAT
17 30242 NASHA AISYAH ALATAS P REGULER NAT
18 30034 NASHWA NAZIRA GHAITSA
P REGULER INTRA
19 30140 NAZHIFA SHABIRA P REGULER NAT
20 30183 RADINO ARSYAD AVISYAL L REGULER NAT
21 30069 RIZKY AHMAD FAWWAZ SAPUTRA
L REGULER NAT
22 30073 RIZKY PUTRA PRIATNA L REGULER INTRA
23 30098 SABIAN AL GHAZALI L REGULER
95
24 30179 SARAH CHAIRUNNISA P REGULER INTRA
25 SYAKIRA NURAFIFAH MUSTAQIM
P REGULER NAT
26 YUSUF BAGAS MAULANA L REGULER NAT
27 ZAKY NURDAVA PUTRA L REGULER NAT
28 ZAZKIA KAYLA RASYA P REGULER NAT
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
96
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7E
1 30172 ADARA FAYZA AMABEL P TAHFIDZ NAT
2 30150 AHMAD YASIN MAULANA AHYUDDIN
L TAHFIDZ KIN
3 30072 AISYATURRIDHO KHAIKANINGRUM
P TAHFIDZ NAT
4 30153 ALIF PASHA L TAHFIDZ SPA
5 30017 ANISAPUTRI NAIRA SHARIFA
P TAHFIDZ INTRA
6 30123 AZKA ALYA FITRIANI P TAHFIDZ NAT
7 30185 CHIARA ALANAMELIA MERIZANTA
P TAHFIDZ LING
8 30139 DEWANGGA RAMADHAN HALIM
L TAHFIDZ LING
9 30193 FARREL HADI WIBIANTORO
L TAHFIDZ INTER
10 30195 FATIMAH NASYWA P TAHFIDZ LING
11 30090 GIGGSHE CALLISTA AGHNIYAYUSAN
P TAHFIDZ SPA
12 30182 HIKMAH SANI NADIA P TAHFIDZ NAT
13 30016 JIHAN ATHIFA AULIA P TAHFIDZ KIN
14 30178 MUHAMMAD ZHARFAN SHABRI
L TAHFIDZ MAT
15 30015 SABITHA MARSYARIRA NAYLA
P TAHFIDZ MUS
16 30236 SHAFIRA RAHMA CANTIKA
P TAHFIDZ KIN
17 30081 SHAOMI ANDINY WIBOWO PUTRI
P TAHFIDZ MUS
18 SHAQUILLA AUDREY ROSELYNN
P TAHFIDZ NAT
19 SOFIE RIZQA WIRANEGARA
P TAHFIDZ INTRA
20 SYAFA ANNISA FITRIANI RUKMANA
P TAHFIDZ INTRA
21 VALLENT PRIMERA CHANDRA
L TAHFIDZ LING
97
22 WIRA WINDRAYA BAYANAKA
L TAHFIDZ INTRA
23 ZHAFIRA AZ ZAHRA P TAHFIDZ MUS
24 ZIDNA ILMA TAQIYA P TAHFIDZ INTRA
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
98
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7F
1 30053 AFNAN AUFA KHALIF L BILINGUAL MUS
2 30033 AIMEE DEVINNE NAJAH P BILINGUAL INTER
3 30192 AINAHAQ SHABIRAH P BILINGUAL MUS
4 30158 ALIF BRAMANTIO ULAAN L BILINGUAL LING
5 30049 ALVISS DAVIE HUNAFA L BILINGUAL LING
6 30066 AQEELA RUBY ANDJANI RAMDHANI
P BILINGUAL LING
7 30109 ARIANNA YASMINE AULIA KANDELA
P BILINGUAL MUS
8 30207 AYSHA RAHMADANI SETIAWAN
P BILINGUAL LING
9 30006 CALISTA ZAHRAFILIA P BILINGUAL LING
10 30021 DECO AHZA DAFYANT L BILINGUAL MUS
11 30205 FAIRUZ NAILAH PUTRI P BILINGUAL MUS
12 30007 GHATAZKA FARRELL JOHAR IBRAHIM
L BILINGUAL INTER
13 30080 GHAZY NAVARO MIRAZA L BILINGUAL KIN
14 30241 HANIFA DWI NATHANIA P BILINGUAL MUS
15 30118 HANNAH ZUHAIRAH KINANTI
P BILINGUAL LING
16 30144 JELITA ZULFAHAYATI CHAVINN
P BILINGUAL MUS
17 30094 MAHIJA JAVAS NUGRAHA
L BILINGUAL INTER
18 30196 MUFTI GUSNAWAN DARMAJI
L BILINGUAL KIN
19 30124 MUHAMMAD HAKIM AL FADIL
L BILINGUAL LING
20 30154 NAILA HAURA SAUSAN P BILINGUAL LING
21 30082 NAURA TSANIYAH MELATI SYAKIRA
P BILINGUAL LING
22 30083 NAURAH TRI MUDAWWINAH
P BILINGUAL LING
23 30161 RAISHA PUTRI AQILA P BILINGUAL MUS
24 30059 RANIA ALISHA RIZKAN P BILINGUAL LING
99
25 30184 RANIA YAHYA KUDDAH p BILINGUAL MUS
26 30211 SALMAN RAFI MARDIANTO UMAEDI
L BILINGUAL LING
27 SITI AISHA ZASKIA DJUNAEDI
L BILINGUAL LING
28 SULTAN NOUVAL GHATFAN EL ANWARI
L BILINGUAL LING
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
100
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7G
1 30055 AFLAH RULLY ANTAR L BILINGUAL NAT
2 30258 AHMAD ATTAR HANIF L BILINGUAL INTRA
3 30071 AHMAD YAZID ARKAAN SYAMSUDIN
L BILINGUAL NAT
4 30068 ALIFYA AMIRA ARIFIN P BILINGUAL MAT
5 30180 CHELSY HAKIM P BILINGUAL NAT
6 30250 CHESSA BONITA ANGELIA P BILINGUAL NAT
7 30012 ERLINDA DEVI FARADIBA P BILINGUAL INTRA
8 30164 FATMA HALIMAH NAILA WAFI
P BILINGUAL SPA
9 30230 HANIFA JACINDA SUTIARSO
P BILINGUAL INTRA
10 30148 HUMAIRAH ABDAH SYAKURAH ALIF
P BILINGUAL NAT
11 30248 KALILA SJARAYYAN HOESIN
P BILINGUAL NAT
12 30246 KEVIN AJIE WIRAWAN L BILINGUAL INTRA
13 30063 MUHAMAD WILDAN RIADI
L BILINGUAL NAT
14 30171 MUHAMMAD AZRY FAWWAZA ANWAR
L BILINGUAL NAT
15 30219 MUHAMMAD DAFFA AXEL GHAISAN
L BILINGUAL INTRA
16 30128 MUHAMMAD DZAKY FAIZAL
L BILINGUAL SPA
17 30255 NADHIFA ABIWARDANI P BILINGUAL INTRA
18 30159 NAYLA KAMILIYA NAYA P BILINGUAL INTRA
19 30023 NAYLA NABILA FASYA P BILINGUAL NAT
20 30095 RADEN RAYHAN RAHMADI HERWINDO
L BILINGUAL NAT
21 30099 RARAS DIYANTI SULANJANI
P BILINGUAL SPA
22 30160 REINA AMELIA FAIZA P BILINGUAL LING
23 30167 SALSABILA RAFI AZZAHRA
P BILINGUAL NAT
101
24 30026 SHAKA PRIYA PRASETIO L BILINGUAL SPA
25 SYAHRA SHAKINA P BILINGUAL LING
26 SYAHROZAD ZALFA NADIA
P BILINGUAL INTRA
27 ZAHRA ZHAFIRA FATHEFI P BILINGUAL NAT
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS
102
NOMOR NAMA L / P KELAS
Kecerdasan Dominan
URT SELEKSI
KELAS : 7H
1 30117 ACHMAD ALFATH ILHANKARIM
L BILINGUAL MAT
2 30213 ADEEVA RASHIDA P BILINGUAL NAT
3 30087 ALMAS AZZAHRA P BILINGUAL INTRA
4 30014 ALZENA SALSABILA QUDS P BILINGUAL NAT
5 30074 DAFFA SYAFITRA L BILINGUAL MAT
6 30212 DHEA FAIZAH RAMADHANI
P BILINGUAL NAT
7 30189 DIAZ MAHARDIKA PUTRA HIDAYAT
L BILINGUAL INTRA
8 30027 FATIMA SEKARWANGI ARDIANSYAH
P BILINGUAL NAT
9 30209 HARRIDHI FATHI MAULANA
L BILINGUAL NAT
10 30187 HUWAIDAA RANIYYA PUTRI
P BILINGUAL SPA
11 30047 JAISY HADIYAN ABRAHAM
L BILINGUAL INTRA
12 30024 KAYLA ZAHRA ARIEF P BILINGUAL MUS
13 30057 KEENANDYO ADELGHASSAN XAVIER
L BILINGUAL NAT
14 30220 KHALISSA NAJWA FAHNINDRA
P BILINGUAL INTRA
15 30173 LALITA NAIFA ZADA P BILINGUAL INTRA
16 30058 Lathifa Kalya Nurshadrina Rahardjo
P BILINGUAL MUS
17 30210 MUHAMMAD FAIZ ALYAFI
L BILINGUAL NAT
18 30235 NAJWA HASANAH P BILINGUAL NAT
19 30075 NARISWARI NISMARA NITISARA
P BILINGUAL NAT
20 30010 NASYA AZZAHRA P BILINGUAL SPA
21 30137 PRAMATYA GATOT AULIA
L BILINGUAL NAT
22 30061 RAANIYA KHAIRIYYA ARINI
P BILINGUAL MUS
103
23 30206 RAFI DARMAWAN YUANA PUTRA
L BILINGUAL SPA
24 30037 RAISYA NADYA SYAKIRA AKBAR
P BILINGUAL INTRA
25 30146 SALMA QONITA ZAHRA P BILINGUAL INTRA
26 30060 SARAH GERI BOSHA P BILINGUAL NAT
27 VANISSA AULIA NURRAHMA
P BILINGUAL NAT
Keterangan:
MAT MATEMATIS-LOGIS LING LINGUISTIK
SPA VISUAL-SPASIAL INTRA INTRAPERSONAL
KIN KINESTETIK-JASMANI INTER
MUS MUSIKAL NAT NATURALIS