Diagnosa Keperawatan

download Diagnosa Keperawatan

of 20

Transcript of Diagnosa Keperawatan

Makalah Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Di samping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.

Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun potensial.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kategori Diagnosa Keperawatan

Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejatera, dan sindrom.

a. Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosa keperawatan aktual memiliki empat komponen diantaranya : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.Faktor yang berhubunga terdiri dari empat komponen yaitu :1. Patofisiologi (biologis atau psikologis)2. Tindakan yang berhubungan3. Situasional (lingkungan, personal)4. Maturasional Penulisan rumusan ini adalah PES (problem + etiologi + simtom). Contoh pernyataan diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan transport oksigen sekunder akibat tirah baring lama dan menurun, tekanan diastolik meningkat >15 mmHg, puccat, sianosis, lemah.

b. Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.

Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan risiko terhadap atau risiko tinggi terhadap. Validasi untuk menunjang diagnosa risiko tinggi adalah faktor risiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik.Penulisan rumusan diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE (problem + etiologi).Contoh penulisan diagnosa risiko tinggi : Risiko terhadap penularan infeksi yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang menurunnya risiko penularan virus AIDS.

c. Diagnosa keperawatan kemungkinan

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor risiko.Contoh penulisan diagnosa kemungkinan : Kemungkinan gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kehilangan peran tanggung jawab.

d. Diagnosa keperawatan sejatera

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejatera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosa keperawatan sejatera menunjukkan terjadi peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaporkan fungsi positif dalam perannya pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirlah bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif.

Contoh penulisan diagnosa keperawatan sejatera : Perilaku mencaari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orang baru (Linda Jual Carpenito,1995).e. Diagnosa keperawatan sindrom

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.Contoh penulisan diagnosa keperawatan sindrom : Sindrom disuse yang berhubungan dengan tindakan pembedahan (amputasi).Penulisan dokumentasi diagnosa keperawatan beertujuan untuk : Mengomunikasikan masalah pasien pada tim kesehatan Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam identifikasi masalah pasien Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.

B. Metode Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokumentasi yaitu : Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah risiko Catat diagnosa keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau format diagnosa keperawatan Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA, atau lainnya Mulai pernyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi informasi tentang data untuk diagnosa keperawatan. Masukan pernyataan diagnosa keperawatan ke dalam daftar masalah Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Diagnosa keperawatan memberikan dasar intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa keperawatan atau bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah. Untuk memudahkan dalam membuat diagnosa keperawatan harus diketahui tipe diagnosa keperawatan yang meliputi, aktual, resiko tinggi / resiko kemungkinan, sejatera dan sindrom.

B. Saran

Kami berharap agar mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar (media dan berita) yang terkait dengan materi ini. Dengan demikian belajar Dokumentasi menjadi pembelajaran yang menarik, kreatif dan berwibawa.

Asma

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Asma adalah penyakit paru yang didalamnya terdapat obstruksi jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial (Betz, 2002). Asma bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus dan menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Sylvia, 2004).Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara reversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan (Suriadi, 2001).2. Etiologi Faktor ektrinsik : reaksi antigen atibodi karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).Faktor instrinsik : infeksi pada influenza virus, pneumonia, mycoplasmal, kemudian dari fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan : kimia. Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional : takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus (Suriadi, 2001).3. Anatomi dan fisiologi

Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan menurut Saifudin (2008) antara lain :a. Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung.b. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan tersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.c. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.d. Laring terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.e. Trakhea atau batang tenggorokan kira-kira sembilan sentimeter panjangnnya. Kedua bronkhus yang terbentuk dari belahan dua trakhea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.f. Paru paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan useralis. Kedua paru paru sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga thorak, sifatnya ringan terapung di dalam air.Masing masing paru paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm diatas klavikula, fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding dada pada fasies mediastinal yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan dimana bronkus pembuluh darah dan saraf masuk paru paru membentuk radik pulmonalisApek pulmo berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang lebar melewati apertura torasis superior 2,5 4 cm diatas ujung sternal iga pertama.Basis pulmo bagian yang berada diatas permukaan cembung diafragma, karena kubah difragma lebih menonjol ke atas pada bagian kanan dari paru kiri maka basis paru kanan lebih kontak dari paru kiri.Insisura atau fisura dengan adanya fisura tekik yang dalam pada permukaan, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus diperukan dala penentuan diagnosaParu-paru kiri pada paru-paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obliqua. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu:1) Lobus Superior, bagian yang terletak di atas dan di depan insisura.2) Lobus Inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura. Paru-paru kiri pada paru-paru kanan terdapat dua insisura, yaitu insisura obliqua dan insisura interlobalis sekunder.a. Insisura Obliqua (Interlobalis primer), mulai di daerah terus ke atas dan ke belakang sampai hilus setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah iga ke-6 sampai linea aksilaris media ke ruangan intercostal ke-6, memotong margo inferior setinggi artikularis media iga ke-6 kembali ke hilus.b. Insisura Interlobalis Sekunder, mulai dari insisura obliqua pada aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulatio kosto kondralis ke-4 terus ke hilus. Insisura obiqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.Radiks Pulmonalis susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dan dikelilingi oleh garis pleura, susunan alat utma bronkus, arteri pulmonalis dan vena pulmonalis segmen pulmonar.Dari bronkus lobalis bercabang menjadi bronkus segmentarum. Segmen bronkopulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentarum, mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentarum yang berdekatan dan darah vena durus oleh vena-vena yang terletak intersegmental.

4. PatofisiologiAsma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya allergen, IgE dimunculkan pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma. Respon asma terjadi dalam tiga tahap : tahap pertama immediate yang ditandai dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana berkonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus- menerus 2-5 jam lebih lama : tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, udara dingin. Selama serangan asma, bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan (Suriadi, 2001).

Menurut Sylvia (2004) Pathway asma sebagai berikut :

AlergenDitangkap oleh makrofag APC (Antigen Presenting Cell) yang ada pada leukositMenempel pada reseptor dinding sel mastOrang yang dianggap disensitisasi/rentan terhadap alergenTerpapar alergen yang sama oleh IgE (Mastosit & Basofil)Terjadi degranulasi selSel mengeluarkan mediotar(Histamin, Eosinofil, Tripsin & Kinin)Peningkatan Permeabilitas kapilerCairan menumpuk di paruEdema Peningkatan produksi mukosaPola nafas tak efektifGangguan aliran udara ke alveoliGangguan pertukaran gas

5. Tanda dan gejala Menurut Betz (2002) tanda dan gejala asma sebagai berikut :a. Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara mengi (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas) b. Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah c. Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket d. Perasaan menjadi gelisah dan cemas e. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor.f. Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan nafas sempit.g. Takikardia, pernafasan sulitDisebabkan karena peningkatan kerja pernafasan, keletihan dan peningkatan konsumsi oksigen .h. Sputum kental dan lengket warna hijau dan kuning, karena adanya peningkatan produksi sputum, dehidrasi dan demam yang dihubungkan dengan infeksi.i. Spasme bronkusj. Karena adanya inflamasi.k. Tachypnea, orthopneal. Gelisah m. Diaphorosisn. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasano. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan bicara.p. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaranq. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barrel chest )r. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur6. Komplikasi Menurut Betz (2002) komplikasi asma sebagai berikut :a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas.b. Chronic persistent bronchitisBronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.c. PneumoniaProses inflamatori parenkin paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius.d. Emfisema :Emfisema paru didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.e. Hipoksia : kekurangan oksigen dalam jaringanf. Penyakit asma yang berat dan tidak terkendali akan menyebabkan hipoksia kronis / intermitten yang menimbulkan pengaruh pada penderita.g. Retensi karbondioksida.h. Pada serangan asma yang berat akan terjadi retensi karbondioksida dan kerja pernapasan menjadi begitu meningkat sehingga timbul penumpukan asam laktat .i. Serangan asma yang akut7. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Suriadi (2001) komplikasi asma sebagai berikut :a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisikb. Foto rontgenc. Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volum, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum.d. Pemeriksaan alergi ( Radioallergosorbent Test; RAST )e. Pulse oximetryf. Analisa gas darah8. Penatalaksanaan medik Penatalaksanaan medis ditujukan pada pencegahan eksaserbasi asma dengan menghindari pemicu asma dan dengan menurunkan obstruksi jalan nafas, inflamasi, dan reaktifitas dengan obat. Agonis adrenergik B yang bekerja sistemik, seperti epinefrin HCL (1:1000) dan terbutalin, diberi secara subkutan, meskipun begitu lebih disukai agonis adrenergik B yang diinhalasi, seperti albuterol yang diberikan bersama oksigen. Kortikosteroid intravena, seperti Solu-Medrol atau Solu-cortef dapat ditambah untuk mengurangi edema mukosa. Aminofilin atau teofilin terkadang diberikan sebagai bronkodilator tambahan (Betz, 2002).9. Pencegahan Pencegahan asma menurut Bruner dan Suddarth (2002) yaitu asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentifikasi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan. Penyebab tersebut antara lain : bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, detergen, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.

B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Pengakajian adalah tahap awal dan dasar dalam poses keperawatan. Pengakajian adalah tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan.Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien (Rohman, 2010).Menurut Doengoes (2002) pengkajian keperawatan pada anak dengan asma meliputi :a. Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi dan masalah pernafasan.b. Fase akut : tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada, penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, pulse oximetry. Suara nafas : wheezing, menurunnya suara nafas. Kaji status neurologi, perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku., dan kaji status hidrasi.c. Riwayat psikososialFaktor pencetus: stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan sebelumnya.

d. Aktivitas / IstirahatGejala: kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan /atau berkeringat, mimpi burukTanda: Takikardia, Takipnea / dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)e. Integritas EgoGejala: adanya / faktor stres lama, masalah keuangan, rumah perasaan tak berdaya / tak ada harapan, populasi budaya / etnik.Tanda: menyangkal, ansietas, ketakutan, mudah terangsangf. Makanan / CairanGejala: kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan berat badanTanda: Turgor kulit buruk, keringat / kulit bersisik, kehilangan otot / hilang lemak subkutang. Nyeri / KenyamananGejala: Nyeri dada meningkat karena batuk berulangTanda: Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisahh. PernapasanGejala: Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat alergi pada pajanan tertentuTanda: Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura)i. KeamananGejala: Adanya kondisi penekanan imun contoh: AIDS, KankerTes HIV PositifTanda: Demam rendah atau sakit panas akutj. Interaksi SosialGejala: Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan perank. Penyuluhan / PembelajaranGejala: Riwayat keluarga asma bronchial, ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk, gagal untuk membaik / kambuhnya asma bronchial, tidak berpatisipasi dalam terapi.2. Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan respons manusia dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohman, 2010).Pernyataan diagnosis keperawatan menurut GordonP : Problem/masalah, menjelaskan status kesehatan dengan singkat dan jelas.E : Etiologi/penyebab, penyebab masalah yang meliputi faktor penunjang dan faktor resiko yang terjadi dari :1) Patofisiologi yaitu semua proses penyakit yang dapat menimbulkan tanda/gejala yang menjadi penyebab timbulnya masalah keperawatan.2) Situasional yaitu situasi personal (berhubungan dengan klien sebagai individu), dan environment (berhubungan dengan lingkungan yang berinteraksi dengan klien).3) Medicatin/treatment yaitu pengobatan atau tindakan yang diberikan yang memungkinkan terjadinya efek yang tidak menyenangkan yang dapat diantisipasi atau dicegah dengan tindakan keperawatan.4) Maturasional yaitu tingkat kematangan atau kedewasaan klien, dalam hal berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan.S : Symtom/tanda yaitu definisi karakteristik tentang data subyektif atau obyektif sebagai pendukung diagnosis aktual. Menurut Rohman (2010) tipe diagnosis keperawatan sebagai berikut :1) Diagnosis keperawatan aktualAdalah diagnosis yang menjelaskan masalah yang nyata terjadi saat ini. Harus ada unsur PES. Simtom harus memenuhi kriteria mayor (80-100%) dan sebagai kriteri minor.2) Diagnosis keperawatan risikoDiagnosis keperawatan risiko adalah keputusan klinis bahwa individu, keluarga/komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding yang lain pada situasi yang sam atau hampir sama.3) Diagnosis keperawatan kemungkinanDiagnosis keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga akan terjadi, masih memerlukan data tambahan.4) Diagnosis keperawatan sindromDiagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual/risiko yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian tertentu.5) Diagnosis keperawatan sejahteraKeputusan klinis yang divalidasi oleh ungkapan subyektif yang positif dimana pola fungsi dalam keadaan efektif.(Rohman, 2010).Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, dianalisa, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul. Menurut Carpenito (2006) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien asma adalah :a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme.b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan dan kental.c. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia sekunder dipnea, kelemahan.d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.e. Ansietas berhubungan dengan kesukaran bernafasf. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas dan keletihan.3. D. Perencanaan KeperawatanPerencanaan menurut Rohman (2010) adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauhmana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien.Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan itu adalah :a. Menentukan prioritas masalah keperawatanb. Menetapkan tujuan dan kriteria hasilc. Merumuskan rencana tindakan keperawatand. Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatanAdapun beberapa tehnik membuat skala prioritas menurut Rohman (2010) yaitu :a. Standar V, standar asuhan keperawatanDalam standar V asuhan keperawatan prioritas dititikberatkan pada masalah yang mengancam kehidupan. Skala prioritasnya ditentukan dengan konsep :1) Prioritas pertama masalah mengancam kehidupan2) Prioritas pertama masalah mengancam kesehatan3) Prioritas pertama masalah yang mempengaruhi perilaku manusiab. Depkes RI, 1992, pedoman asuhan keperawatanPedoman asuhan keperawatan menetapkan bahwa :1) Proritas pertama diberikan pada masalah aktual2) Prioritas kedua pada masalah potensialc. Hierarki MaslowMaslow telah membuat 5 hierarki kebutuhan dasar manusia, dimana hierarki yang menjadi prioritas pertama terletak pada pemenuhan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis. Kebutuhan ini meliputi : oksigenasi, cairan dan elektrolit, eliminasi, nutrisi, istirahat tidur, aktivitas dan mobilitas, seks, dan lain-lain. Prioritas kedua rasa aman nyaman, dilanjutkan dengan cinta dan kasih sayang pada prioritas ketiga. Prioritas berikutnya kebutuhan harga diri dan aktualisasi.d. Pendekatan Body sistemPendekatan ini menitikberatkan pada fungsi sistem tubuh, dimana fungsi pernafasan merupakan proritas pertama, karena gangguan pada fungsi ini dapat mengancam jiwa klien. Fungsi pernafasan ini terdiri dari jalan nafas dan pernafasan. Prioritas terakhir pada sistem kulit, selaput lendir, dan tulang.Perencanaan keperawatan klien dengan asma secara teori menurut Doengoes (2002) diuraikan pada tabel 1.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. (2002). Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGCBrunner dan Sudarth . (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol-2 . Jakarta : EGCCarpenito, Lynda Jual. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGCDoenges, Marilynn. ( 2002) . Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGCSaifudin. (2008). Anatomi dan fisiologi. Jakarta : EGCSuriadi. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Perpustakaan Nasional RISylvia, Price. (2002). Patofisiologi. Jakarta : EGC