DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian...

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 LAPORAN TUGAS AKHIR HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA MELTING DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA Susan Nabila Putri Taufiq NIM. R0009094 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Transcript of DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian...

Page 1: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

LAPORAN TUGAS AKHIR

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN

KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA MELTING

DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA

JAKARTA

Susan Nabila Putri Taufiq

NIM. R0009094

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ii

Page 3: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

iiI

Page 4: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

ABSTRAK HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA MELTING DI FOUNDRY PLANT 1 PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA Susan Nabila Putri Taufiq1 2, Cr. Siti Utari2

Tujuan: Penggunaan teknologi yang semakin canggih dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, salah satunya ialah bising. Selain itu kebisingan juga dapat menimbulkan keluhan seperti kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja melting di foundry plant I PT. Komatsu Indonesia Jakarta. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 26 orang tenaga kerja melting. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan Sound Level Meter, sedangkan kelelahan kerja diukur menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I (KAUPK2 I). Analisis data menggunakan SPSS 16.0. Hasil: Dari hasil penelitian yang dilakukan di bagian melting di Foundry Plant 1 PT. Komatsu Indonesia Jakarta memiliki Intensitas Kebisingan 100 dBA > NAB. Dimana dari 26 sampel tenaga kerja di bagian yang memiliki Intensitas Kebisingan > NAB terdapat 16 (61%) orang mengalami tingkat kelelahan kerja ringan, 9 (35%) orang mengalami tingkat kelelahan kerja sedang, dan 1 (4%) orang mengalami tingkat kelelahan kerja berat. Diuji dengan menggunakan Pearson Product Moment didapatkan nilai p value = 0,16 . Oleh karena nilai p < 0,05 dinyatakan signifikan. Simpulan: Dari penelitian didapatkan ada hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada tenaga kerja melting di Foundry Plant 1 PT. Komatsu Indonesia. Rekomendasi yang perlu dilaksanakan adalah sebaiknya perusahaan memperketat pengontrolan ketertiban K3 serta memberikan sanksi tegas kepada tenaga kerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri berupa ear plug dan ear muff. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja *) Prodi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

iv

Page 5: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRACT

RELATION INTENSITY NOISE WITH FATIGUE WORKING ON MELTING LABOR IN FOUNDRY PLANT 1 PT.

KOMATSU INDONESIA JAKARTA

Susan Nabila Putri Taufiq1 2, Cr. Siti Utari2

Objectives: The use of increasingly sophisticated technology can lead to occupational diseases, one of which is noisy. Addition of noise can also lead to complaints such as fatigue. This study aims to determine whether there is noise intensity relationship with fatigue work on labor melting in the foundry plant I PT. Komatsu Indonesia Jakarta. Methods: The research use an analytic observational method using cross sectional design. The sample this research of 26 person melting labor. The measurement noise intensity using a Sound Level Meter, while the fatigue work were measured using the Questionnaire Measuring Feelings of Fatigue Work I (KAUPK2 I). Data analysis using SPSS 16.0. Results: The results of research conducted at the melting at the Foundry Plant 1 PT. Komatsu Indonesia Jakarta has the Intensity Noise > NAB. Where from 26 samples workers in the labor who have the Intensity Noise 100 dBA > NAB there are 16 (61%) people experience a mild level of fatigue work, 9 (35%) people experience fatigue levels of medium, and 1 (4%) people experience severe levels of fatigue work. Tested using the Pearson Product Moment obtained value p value = 0.16. Because the value of p <0.05 revealed significant Conclusion: From the study found association Intensity Noise with the Fatigue of Work melting at Foundry Plant 1 PT. Komatsu Indonesia. The recommendations should be implemented is the company's order to tighten control of K3 and give strict punishment to those labors who do not use the Personal Protective Equipment in the form of ear plugs and ear Muff. Keywords: Intensity Noise, Work Fatigue *) EducaPon program of Diploma III H9alth and Saf9ty, Faculty of M9dicin9,

Univ9rsity of S9b9las Mar9t Surakarta.

v

Page 6: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puiji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Melting di Foundry Plant . Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Serta demi mendapatkan gelar Ahli Madya Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis menyadari jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai penguji.

3. . selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Dra. Cr,. Siti Utari, M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

5. Bapak Ali selaku Pengelola Yayasan Komatsu Indonesia Peduli dan Ibu Radhitya Dini Rosa selaku Mnager HR. Development PT. Komatsu Indonesia yang telah menerima dan memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan tempat magang.

6. Bapak Rofiur Rutab selaku Manager Environment Health and Safety yang telah memfasilitasi penulis untuk kepentingan magang.

7. Bapak Dede, Bapak Syamsudin, Bapak Dedi dan Ibu Anita selaku Staff Environment Health and Safety atas segala ilmu dan bimbingannya selama magang.

8. Bapak Sutoyo selaku Safety Officer di Foundry Plant 1 yang telah memberikan arahan, bimbingan dan informasi.

9. Seluruh karyawan bagian proses melting di Foundry Plant 1 PT. Komatsu Indonesia atas kerja samanya dalam memberikan informasi untuk penelitian yang dilakukan penulis.

10. Seluruh Staff HRD, General Affair, Management Development dan Personalia yang telah memberikan bantuan, informasi, motivasi dan pertemanan yang terjalin baik (Bapak Usam, Bapak Ridwan, Bapak Fhajar, Mbak Ochi, Mbak Kiki, Mbak Feby, Mbak vera, Mbak Meri, Mbak Tri, Mbak Ari, Mbak Intan, Mbak Evita, Bapak Agus, Bapak Nardi, Bapak Heri, Mr. Mizukami, Bapak Hendro, Bapak Priyan, Bapak Kosasi, Bapak Muid, Mas Galih, Mas Winarno, Mas Ikhsan, Mas Aris, Zaenal dan Ivo).

vi

Page 7: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

11. Dr. Lucy, Ibu Tutik dan Ibu Ria selaku Pengelola Klinik Kesehatan PT. Komatsu Indonesia yang selalu memberikan nasihat, motivasi dan pengobatan kepada penulis.

12. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang, dukungan moril dan materiil.

13. Anci dan Uncle Rudy, Bang Rico dan Tante Tasy beserta keluarga, Oma (Rudy S. Liey family), Ami Syarif dan Ameh Sukriah yang banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil dalam memenuhi kebutuhan penulis selama magang.

14. Sischa selaku teman seperjuangan yang selalu menemani dalam suka duka selama kegiatan magang.

15. Untuk orang-orang terdekat saya Huda, Mila, Amalia, Ratu, Emil, Nadia, Sella, Kak Fahmi, Syakier, Umar dan Rifky yang selalu memberikan motivasi dan support selama kegiatan magang.

16. Patricia, Arif, dan seluruh teman-teman Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009 atas kerja samanya.

17. Seluruh staff Prodi. D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kalimat yang kurang berkenan dalam laporan ini.

Surakarta, 7 Juni 2012

Penulis,

Susan Nabila Putri Taufiq

vii

Page 8: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv ABSTRAC ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6 A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6 B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 52 C. Hipotesis ................................................................................... 53

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 54 A. Jenis Penelitian ......................................................................... 54 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 54 C. Populasi Penelitian ................................................................... 54 D. Teknik Sampling ...................................................................... 55 E. Sampel Penelitian ..................................................................... 55 F. Variabel Penelitian ................................................................... 56 G. Definisi Operasional ................................................................. 56 H. Sumber Data ............................................................................. 57 I. Instrumen Penelitian ................................................................. 58 J. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 59 K. Analisi Data ............................................................................ 62

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 64 A. Hasil Penelitian ......................................................................... 64 B. Pembahasan ............................................................................ 72

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 80 A. Simpulan ................................................................................... 80 B. Saran ......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83 LAMPIRAN

viii

Page 9: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Menunjukkan skala intensitas kebisingan. Kebisingan dalam

perusahaan dengan intensitas 60 dB berarti 106 X intensitas

kebisingan standard. ............................................................... 9

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja ................... 20 Tabel 3. Tingkat Hubungan Korelasi (r) ................................................ 63 Tabel 4. Tabel Intensitas Kebisingan ..................................................... 68 Tabel 5. Penilaian Kuesioner Kelelahan Kerja ...................................... 70 Tabel 6. Uji Statistik Pearson Product Moment .................................... 71

ix

Page 10: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model teorikal untuk mengilustrasikan mekanisme

neurofisiologis atau neraca keseimbangan aktivasi dan

inhibisi kelelahan. .................................................................... 41

Gambar 2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya

kelelahan (Setyawati, 2010). .................................................... 47

Gambar 3. Kerangka Pemikiran ................................................................. 52

Gambar 4. Sound Level Meter NL-20 ........................................................ 61

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia .................................... 66

Gambar 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja ......................... 67

Gambar 7. Diagram Persentase Kelelahan Kerja ....................................... 70

x

Page 11: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR SINGKATAN

SDM : Sumber Daya Manusia dB : Desibel NAB : Nilai Ambang Batas SLM : Sound Level Meter

xi

Page 12: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Magang

Lampiran 3. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I

(KAUPK2 I).

Lampiran 4. Hasil Out Put SPSS

xii

Page 13: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia

mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang

ditunjang dengan teknologi yang telah maju dan modern. Salah satu

konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan

yang ketat antar perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya

proses produksi kerja dalam perusahaan supaya terus-menerus berproduksi

selama 24 jam. Dengan demikian diharapkan adanya peningkatan kualitas serta

kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal.

Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan

peralatan yang beranekaragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh

kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Keterbatasan manusia sering menjadi

faktor penentu terjadinya musibah seperti: kecelakaan, kebakaran, peledakan,

pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi

tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik

bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk

mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka

diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai

dari tahap perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu

mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat

Page 14: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

proses produksi, sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman,

aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar yang ada misalnya bising

yang melebihi NAB merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Kebisingan

selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga

akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi dan efek kelelahan

pada pekerja (Hadian, 2000).

Kelelahan (Fatigue) merupakan salah satu risiko terjadinya penurunan

derajat kesehatan tenaga kerja. Budiono (2003) menyatakan kelelahan kerja

ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau

kegiatan, sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan

dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan laporan

survei di Negara maju diketahui bahwa 10-15% penduduk mengalami

kelelahan akibat kerja. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya

prevalensi kelelahan sekitar 20% pasien yang membutuhkan perawatan.

Di Indonesia khususnya wilayah Jakarta merupakan salah satu daerah yang

memiliki banyak industri. PT. Komatsu Indonesia merupakan salah satu

perusahaan manufacturing yang memproduksi alat-alat berat. Perusahaan ini

menghasilkan beberapa alat berat seperti escavator dan dumptruck yang sangat

diperhatikan kualitasnya. Dalam menjalankan fungsinya PT. Komatsu

Indonesia memiliki mesin-mesin yang beroperasi terus-menerus yang memiliki

2 shift kerja. Berdasarkan pada hasil pengukuran yang dilakukan terdapat

Page 15: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kebisingan yang melebihi NAB yaitu 100 dBA di Foundry Plant pada proses

melting.

Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah tenaga kerja pada bagian proses

melting dalam menjalankan pekerjaannya setiap hari terpapar kebisingan yang

disebabkan dari mesin. Menurut data pengukuran yang telah dilakukan,

intensitas kebisingan yang didapatkan melebihi nilai ambang batas. Bagian

melting merupakan bagian utilitas yang sangat berperan penting dalam proses

produksi dan sebagai pengolahan peleburan bahan baku sebelum dicetak

menjadi komponen-komponen dalam alat berat. Kondisi dari ketidakstabilan

lingkungan fisik berupa kebisingan pada saat bekerja membuat para tenaga

kerja merasa menjadi lebih cepat mengalami kelelahan. Hal ini yang

menjadikan dasar penulis untuk meneliti di PT. Komatsu Indonesia dengan

bungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga

Kerja Bagian Melting, Foundry Plant

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut :

h hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja pada tenaga

kerja bagian melting, Foundry Plant

Page 16: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja

pada tenaga kerja bagian melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia, Jakarta.

2. Untuk mengetahui kelelahan kerja suyektif pada tenaga kerja bagian

melting, Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia, Jakarta.

3. Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja

pada tenaga kerja bagian melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia, Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi mahasiswa

a. Mampu melakukan suatu pengukuran untuk mengetahui intensitas

kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan pengukuran

kelelahan kerja.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan kebisingan

dengan kelelahan kerja.

c. Menambah pengalaman dan dapat menjadi sebuah pembelajaran yang

nyata bagi penulis.

d. Meningkatkan pengetahuan dan sarana pengembangan teori yang

telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh pengalaman

langsung khususnya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 17: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Bagi perusahaan

a. Mengetahui hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan

dan kelelahan kerja tenaga kerja di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia pada proses melting.

b. Mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja

pada tenaga kerja bagian melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia.

c. Memperoleh informasi yang bermanfaat dalam mengambil tindakan

koreksi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

d. Digunakan sebagai pengembangan serta penerapan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) untuk meningkatkan derajat kesehatan kerja

khususnya tenaga kerja bagian melting di Foundry Plant I PT.

Komatsu Indonesia, Jakarta.

3. Bagi Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Mengetahui informasi yang digunakan sebagai bahan pustaka guna

pengembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik dan meningkatan

kualitas mahasiswa dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan.

c. Menjalin hubungan kerjasama antara Program Studi Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja UNS dengan PT. Komatsu

Indonesia, Jakarta.

Page 18: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Pengertian kebisingan.

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

(Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/X/2011).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel

saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang

ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang

tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan

manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena

mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan,

maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai

mur, 2009).

Sedangkan intensitas bunyi/suara adalah besarnya tekanan

atau energi yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi (Soeripto,

2008).

Bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai

berikut:

6

Page 19: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1) Infra sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz. Suara

ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya

ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan, frekuensi <16 Hz

akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-

kadang perubahan penglihatan.

2) Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz, merupakan

frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.

3) Ultra sonic, bila gelombang suara >20.000 Hz. Frekuensi diatas

20.000 Hz sering digunakan dalam bidang kedokteran, seperti

untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena

dengan frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai daya tembus

jaringan yang cukup besar, sedangkan suara dengan frekuensi

yang sebesar ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia.

Seorang cenderung mengabaikan kebisingan yang dihasilkannya

sendiri bila kebisingan itu secara wajar menyertai pekerjaan, seperti

kebisingan mesin kerja. Sebagai patokan, kebisingan mekanik atau

elektrik, yang disebabkan kipas angin, transformator, motor, pompa,

pembersih vakum atau mesin cuci, selalu lebih mengganggu dari pada

kebisingan yang hakekatnya alami (angin, hujan, dan air terjun)

(Prasetio, 2006).

Definisi lain tentang kebisingan menurut Wahyu (2003) :

1. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-

getaran yang tidak teratur dan periodik.

Page 20: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang komplek yang

mempunyai sedikit atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang

tidak dapat diikuti atau diproduksi dalam waktu tertentu.

3. Spooner, bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas

music.

4. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak

dan tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.

5. Burn, Littler, dan Wall bising adalah suara yang tidak

dikehendaki kehadirannya oleh yang mendengar dan

mengganggu.

Pengaruh kebisingan itu sendiri tergantung pada intensitas dan

frekuensi nada (Soeripto, 2008).

Terdapat 2 hal yang menentukan kualitas suatu bunyi,

yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah

getaran perdetik atau disebut Hertz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-

golongan yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu

kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang

sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan

oleh frekuensi-frekuensi yang ada. Intensitas atau arus energi

persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang

disebut desibel (dB) dengan membandingkannya dengan kekuatan

dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi

Page 21: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1.000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Dalam

rumus:

dB = 2010 log

p = tegangan suara yang bersangkutan.

Po = tegangan suara standar (0,0002 dyne/cm2).

Tabel 1. Menunjukkan skala intensitas dari kebisingan. Kebisingan dalam perusahaan dengan intensitas 60 dB berarti 106 X intensitas kebisingan standar.

Desibel Batas dengar tertinggi

Menulikan 120 110 100

Halilintar Meriam Mesin uap

Sangat hiruk 100 90 80

Jalan hiruk pikuk

Perusahaan sangat gaduh

Pluit polisi Kuat 80

70 60

Kantor gaduh Jalan pada

umumnya Radio Perusahaan

Sedang 60 50 40

Rumah gaduh Kantor

umumnya Percakapan

kuat Radio perlahan

Tenang 40 30 20

Rumah tenang Kantor

perorangan Auditorium Percakapan

Sangat tenang 20 10 0

Suara daun-daun

Berbisik Batas dengar

terendah

Page 22: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

Perlu diketahui secara jelas, bahwa desibel merupakan skala

logaritmis. Maka dari itu, 3 dB diatas 60 dB sangat berbeda. Telinga

manusia mampu mendengar.

a. Sumber kebisingan.

Menurut Tambunan, (2005) di tempat kerja, sumber

kebisingan berasal dari peralatan dan mesin-mesin. Peralatan dan

mesin-mesin dapat menimbulkan kebisingan karena :

1) Mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup

tua.

2) Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada

kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi yang

cukup panjang.

3) Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala

kadarnya. Misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin

mengalami kerusakan parah.

4) Melakukan modifikasi/perubahan/pergantian secara parsial

pada komponen-komponen mesin produksi tanpa

mengidahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk

menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.

Page 23: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5) Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin

secara tidak tepat, (terbalik atau tidak rapat/longgar),

terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad

conection).

6) Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES dan KESSOS RI,

2000 dalam Subaris dan Haryono (2008) sumber kebisingan

dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Bising Industri

Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel dan

sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh tenaga kerja

maupun masyarakat di sekitar industri dan juga setiap orang

yang secara tidak sengaja berada di sekitar industri tersebut.

Sumber kebisingan bising industri dapat diklasifikasikan

menjadi 3 macam, yaitu :

a) Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.

b) Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran

yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau

ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada

roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, dan lain-

lain.

Page 24: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c) Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara,

gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri

misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas

buang, dan lain-lain.

2) Bising Rumah Tangga

Bising disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu

tinggi tingkat kebisingannya, misalnya pada saat proses

masak di dapur.

3) Bising Spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus,

misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

Menurut Wisnu dalam Subaris dan Haryono (2008) sumber

bunyi dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Sumber kebisingan statis seperti pabrik, mesin, tape dan lain-

lain.

2) Sumber kebisingan dinamis seperti mobil, pesawat terbang,

kapal laut dan lainnya

b. Jenis-jenis kebisingan.

erdasarkan sifat dan spektrum

frekuensi bunyi, bising dibagi atas :

1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus

(kontinyu) dengan spektrum frekuensi yang luas (steady

Page 25: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

state, wide band noise), misalnya bising mesin, kipas angin,

dapur pijar dan lain-lain.

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit

(steady state, narrow band noise), misalnya bising gergaji

sirkuler, katup gas dan lain-lain.

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent noise) ialah

kebisingan yang berlangsung tidak terus-menerus. Misal :

bising lalu-lintas suara kapal terbang di bandara.

4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) ialah

kebisingan dengan intensitas rendah sangat cepat. Misal :

bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan

ledakan.

5) Kebisingan impulsif berulang ialah kebisingan dengan

intensitas yang agak cepat berubah tetapi terjadi berulang-

ulang. Misal : bising mesin tempa di perusahaan atau

tempaan tiang pancang bangunan.

Menurut Tambunan (2005) klasifikasi kebisingan di tempat

kerja dibagi dalam dua jenis golongan besar, yaitu :

1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua

yaitu :

a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete

frequency noise), kebisingan ini merupakan nada-nada

Page 26: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

murni pada frekuensi yang beragam. Contohnya : suara

mesin, suara kipas angin dan sebagainya.

b) Kebisingan tetap (Broad band noise), kebisingan dengan

frekuensi terputus dan Broad band noise sama-sama

digolongkan sebagai kebisingan tetap (Steady noise).

Perbedaannya adalah Broad band noise terjadi pada

frekuensi yang lebih bervariasi (bukan nada murni).

2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi

tiga yaitu :

a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan

yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan

besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu

lintas.

c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas

tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,

misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat

sejenisnya.

c. Tingkat kebisingan.

Terdapat dua karakterisitik utama yang menentukan

kualitas suatu bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya.

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan

satuan Herz (Hz), yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai di

Page 27: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

telinga setiap detiknya. Sesuatu benda jika bergetar menghasilkan

bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang merupakan ciri

khas dari benda tersebut. Biasanya suatu kebisingan terdiri atas

campuran sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi.

Nada suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran sumber

, 2009).

Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya

dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel

(dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan standar

0,0002 dine (dyne) /cm2 yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi

1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal ( ,

2009).

Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat

mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang

lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-

kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkat kebisingan (NR =

noise rating) pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf

yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising yang diukur

yang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR

kebisingan tersebut (Harrington dan Gill, 2005).

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp,

(Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang

Page 28: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992, 1994/1995), tingkat

kebisingan diuraikan sebagai berikut :

1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous

Noise Level=Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus

(steady noise) dalam ukuran dB (A), berisi energi yang sama

dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode

atau interval waktu pengukuran.

2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang

diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat

kebisingan pada siang, petang, dan malam hari.

3) Tingkat ambien kebisingan (Background noise level) atau

tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat

suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan

pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil

nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.

d. Pengukuran kebisingan.

kebisingan adalah :

1) Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan

di perusahaan atau dimana saja.

2) Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk

mengurangi intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak

menimbulkan gangguan dalam rangka upaya konservasi

Page 29: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pendengaran tenaga kerja, atau perlindungan masyarakat atau

tujuan lainnya.

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah

Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan pada intensitas

30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Suatu sistem

kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi

mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri.

Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan

suaranya dapat diatur oleh amplifier atau suatu piston phone

dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari

tekanan udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan

tekanan barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi (125 dB)

lebih disukai, oleh karena alat pengukur intensitas kebisingan

demikian mungkin dipakai untuk mengukur kebisingan yang

Sebagaimana telah dinyatakan untuk mengukur

intensitas dan menentukan frekuensi kebisingan diperlukan

peralatan khusus yang berbeda bagi jenis kebisingan dimaksud.

Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk

mengendalikan kebisingan, seperti misalnya untuk melakukan

isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan dinding yang

mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung telinga,

pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan

Page 30: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada

suatu mesin dengan tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui

pembuatan desain yang dipakai dasar konstruksi bentuk mesin

dengan tingkat kebisingan yang kurang intensitasnya dan

Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat

pengukur kebisingan adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk

melakukan pengukuran terhadap kebisingan dan juga waktu yang

dialokasikan untuk hal tersebut. Sebagaimana sering dialami

kenyataan bahwa lebih disenangi pengumpulan data tentang

kebisingan secara merekamnya (recording) yang kemudian data

rekaman dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis

2009).

Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap

berkelanjutan, biasanya diukur intensitas menyeluruh yang

dinyatakan dengan dB (A), pengukuran intensitas menyeluruh

demikian menggunakan jaringan A dari Sound Level Meter.

Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa kepekaan alat

pengukur kebisingan sesuai dengan garis kepekaan sama yaitu 40

dB, sehingga tidak memberi reaksi kepada intensitas kebisingan

rendah, melainkan memungkinkan diukurnya intensitas

kebisingan

2009).

Page 31: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

e. Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas kebisingan.

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya

di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang

waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja

tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam

sehari atau 40 jam seminggu (Permenakertrans RI. No.

PER.13/MEN/X/2011). Nilai Ambang Batas kebisingan adalah

intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata yang

masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya

daya dengar yang menetap untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40

jam seminggu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI No. PER.13/MEN/X/2011 tentang nilai

ambang batas kebisingan ditempat kerja adalah 85 dB (A), dan

merupakan standar dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-

7063-2004 Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan,

getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja.

SNI dimaksud juga memberikan informasi tentang pengendalian

kebisingan yang dilakukan sehubungan dengan tingkat paparan

sebagaimana substansinya dimuat pada Tabel 1 yang mengatur

lamanya waktu paparan terhadap tingkat intensitas kebisingan

Page 32: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Standar kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.13/MEN/X/2011 adalah

sebagai berikut :

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja

Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan (dB)

8 Jam 4 Jam 2 Jam 1 Jam

30 Menit 15 Menit 7,5 Menit

3,75 Menit 1,88 Menit 0,94 Menit 28,12 Detik 14,06 Detik 7,03 Detik 3,52 Detik 1,76 Detik 0,88 Detik 0,44 Detik 0,23 Detik 0,11 Detik

85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139

Sumber : Permenakertrans RI No. Per.13/MEN/X/2011. Keterangan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA,

walaupun sesaat.

f. Dampak kebisingan.

Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri

terhadap kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena

dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stress, kelelahan,

hilangnya efisiensi kerja dan ketidaktenangan (Sutaryono, 2002).

Disamping itu menurut Budiono (2003), pengaruh sumber

kebisingan yang tinggi terhadap tenaga kerja adalah:

Page 33: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja

2) Mengganggu komunikasi dan percakapan antar pekerja

3) Mengurangi konsentrasi

4) Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau

permanen.

5) Tuli akibat kebisingan.

Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan

adalah kerusakan indera-indera pendengar yang menyebabkan

dkk., (2000) pengaruh

kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisis,

waktu berlangsung, dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut

berbentuk gangguan yang dapat menurunkan kesehatan,

kenyamanan, dan rasa aman manusia. Beberapa bentuk gangguan

yang diakibatkan oleh kebisingan adalah sebagai berikut :

1) Gangguan pendengaran

Pendengaran manusia merupakan salah satu

indera yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara.

Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai

fonoreseptor yang mampu merespons suara pada kisaran

antara 0-140 dBA tanpa menimbulkan rasa sakit. Kerusakan

pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan penurunan

sensitivitas yang berlangsung secara terus-menerus. Tindak

pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan

Page 34: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan

maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima.

2) Gangguan komunikasi

Kebisingan bisa menganggu percakapan sehingga

mempengaruhi komunikasi yang berlangsung (tatap muka/via

telepon) dan dari alat komunikasi lainnya.

3) Gangguan psikologis

Gangguan fisiologis lama kelamaan bisa

menimbulkan gangguan psikologis (Wahyu, 2003).

Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi

psikologis seperti, rasa khawatir, jengkel, takut dan

sebagainya. Menurut Budiono, dkk (2003) pengaruh

kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi

kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi,

mengganggu konsentrasi, dan menurut Benny dan Adhi

dalam Sarwono (2002), kebisingan dapat mengganggu

pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena

tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu

konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa

perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas.

Kebisingan mengganggu perhatian tenaga kerja yang

melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu

proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-

Page 35: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang

tidak terkendalikan dengan baik juga dapat menimbulkan

efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan

Stabilitas mental adalah kemampuan seseorang

untuk berfungsi atau bertindak normal. Suara yang tidak

dikehendaki memang tidak menimbulkan mental illness akan

tetapi dapat memperberat problem mental dan perilaku yang

sudah ada (Jain, 1981).

Reaksi terhadap gangguan ini sering

menimbulkan keluhan terhadap kebisingan yang berasal dari

pabrik, lapangan udara, dan lalu lintas. Umumnya kebisingan

pada lingkungan melebihi 50-55 dB pada siang hari dan 45-

55 dB akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila

kenyaringan kebisingan meningkat maka dampak terhadap

kebisingan psikologis juga akan meningkat. Kebisingan

dikatakan menganggu apabila pemaparannya menyebabkan

orang tersebut berusaha untuk mengurangi, menolak suara

tersebut atau meninggalkan tempat yang bisa menimbulkan

suara yang tidak dikehendakinya (Rosidah, 2003).

4) Gangguan fisiologis

Adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising,

dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat

Page 36: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak

dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan

gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan terpaksa

berteriak-teriak sehingga memerlukan tenaga ekstra dan juga

menambah kebisingan. Disamping itu kebisingan juga dapat

Cardiac Out Put ,

2003). Contoh gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah,

nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vasokontriksi

pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang atau

metabolisme tubuh meningkat. Menurut Benny dan Adhi

dalam Sarwono (2002), semua hal ini sebenarnya merupakan

mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan

bahaya secara spontan.

Pada berbagai penelitian ditemukan bahwa

pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan

reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan darah,

metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh

darah. Reaksi ini terutama terjadi pada permulaan pemaparan

terhadap bunyi kemudian akan kembali pada keadaan semula.

Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi

sehingga perubahan itu tidak tampak lagi.

Page 37: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

5) Gangguan Produktivitas Kerja

Kebisingan menimbulkan gangguan terhadap

pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang memulai

gangguan psikologis dan gangguan konsentrasi sehingga

menurunkan produktivitas kerja.

6) Gangguan patologis organis

Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah

pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang

dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara

sehingga permanen (Wahyu, 2003). Menurut Budiono, dkk

(2003), kebisingan dapat menurunkan daya dengar dan tuli

akibat kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan kepada

kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar

yang menyebabkan ketulian progresif. Pemulihan terjadi

secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising untuk

2009). Di tempat

kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat

merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan

kesehatan (tingkat kebisingan 80 s/d 90 dB (A) atau lebih

dapat membahayakan pendengaran). Seseorang yang terpapar

kebisingan secara terus-menerus dapat menyebabkan dirinya

menderita ketulian. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono

Page 38: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(2002), ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat

pemaparan terus menerus dibagi menjadi dua yaitu :

a) Temporari deafness, yaitu kehilangan pendengaran

sementara.

b) Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran

secara permanen atau disebut ketulian saraf. Pada

pekerja permanent deafness harus dapat dikompensasi

oleh jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa

kesehatan.

Menurut Tambunan (2005), secara umum tingkat bahaya

yang ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi

oleh beberapa hal, seperti :

a) Intensitas dan frekuensi kebisingan.

b) Jenis kebisingan (steady atau non steady noise).

c) Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration).

d) Umur pekerja.

e) Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran

pada pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan).

f) Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban

udara di mana bahaya kebisingan tersebut berada.

g) Jarak antara pekerja dan sumber kebisingan.

h) Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan).

7) Gangguan kesehatan

Page 39: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Kebisingan berpotensi untuk menganggu

kesehatan manusia apabila terpapar suara dalam satu periode

yang lama dan terus-menerus. Selain gangguan terhadap

sistem pendengaran, kebisingan juga dapat menimbulkan

gangguan terhadap mental dan emosional serta meningkatkan

frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah.

8) Gangguan pola tidur

Pola tidur merupakan pola alamiah, kondisi

istirahat yang berulang secara teratur, dan penting untuk

tubuh normal dan pemeliharaan mental serta kesembuhan.

Kebisingan dapat menganggu tidur dalam hal kelelapan,

kontinuitas dan lamanya tidur (Fahmi, 1997).

Seorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah

tidur tetapi belum terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara

yang akan menganggu tidurnya, maka orang tersebut mudah

marah/tersinggung, berperilaku irasional dan ingin tidur.

Terjadinya pergeseran kelelapan tidur dapat menimbulkan

kelelahan (Fahmi, 1997).

Menurut Tarwaka, dkk (2004), pengaruh pemaparan

kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang

didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan

lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan

kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah

Page 40: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah

NAB).

a) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi

(1) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas

NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera

pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya

dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat

permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan

pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan

pendengaran yang bersifat sementara yang dapat

mengganggu kehidupan yang bersangkutan baik di

tempat kerja maupun di lingkungan keluarga dan

lingkungan sosialnya.

(2) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis

kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak

diketahui.

(3) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi

dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti,

meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko

serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan.

(4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu

proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat

Page 41: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut

dihentikan dan lain-lain.

b) Pengaruh kebisingan intensitas rendah

Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di

bawah NAB banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti

perkantoran, ruang administrasi perusahaan dan lain-lain.

Intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut

secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran.

Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan

penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab

stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan

karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya

kelelahan dini, kegelisahan, dan depresi.

g. Pengendalian kebisingan.

Kebisingan dapat dikendalikan dengan:

Menurut Pramudianto (1994), pada prinsipnya

pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari:

1) Pengendalian secara teknis

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada

sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak sumber

bising terhadap tenaga kerja.

Pengendalian bising pada sumbernya merupakan

pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan

Page 42: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pada sumber bising yang paling tinggi. Cara-cara yang

dilakukan adalah:

a) Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau

bagian yang bergerak, menambah muffler pada masukan

maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang

telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan

yang lebih baik.

b) Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti

bagian yang bersuara dan melumasi bagian semua yang

bergerak.

c) Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber

dari pekerja/penerima, menutup mesin atau pun membuat

barrier/penghalang.

d) Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan

karet untuk mengurangi getaran peralatan dari logam,

mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam

bak maupun pada sabuk roda.

e) Menambah sekat denga bahan yang dapat menyerap

bising pada ruang kerja. Pemasangan peredam ini dapat

dilakukan pada dinding suatu ruangan yang bising.

2) Pengendalian secara administrasi

Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada tenaga

kerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi

Page 43: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, pelatihan bagi

pekerja terhadap bahaya kebisingan, cara mengurangi

paparan bising dan melindungi pendengaran.

3) Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pengendalian ini untuk mengurangi kebisingan

meliputi ear plug dan ear muff. Pengendalian ini tergantung

terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat

kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

4) Pemeriksaan Audiometri

Dilakukan pada saat awal masuk kerja secara

periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja (Budiono

dkk, 2003), pemeriksaan berkala audiometri pada pekerja

yang terpapar (Sarwono, 2002).

5) Pelatihan dan penyuluhan

Pada pekerja semua orang di perusahaan tentang

manfaat, cara pemakaian dan perawatan alat pelindung

telinga, bahaya kebisingan di tempat kerja dan aspek lain

yang berkaitan (Budiono dkk, 2003).

Menurut Tarwaka, dkk (2004), sebelum dilakukan

langkah pengendalian, langkah pertama yang harus dilakukan

adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil

penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana

pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui

Page 44: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

perspektif manajemen risiko kebisingan. Manajemen risiko yang

dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk

mengendalikan risiko yang mungkin timbul. Langkah manajemen

risiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di

tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau

cidera akibat kerja.

2) Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap

penyakit dan cidera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk

mengendalikan atau meminimalisasi risiko kebisingan.

Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah

selanjutnya adalah melaksanakan langkah pengendalian

kebisingan dengan dua arah pendekatan yaitu pendekatan jangka

pendek (Short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (Long-

term gain) dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian

kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik

pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber

kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian secara

administrative dan terakhir penggunaan alat pelindung diri

(Tarwaka dkk, 2004). Sedangkan untuk orientasi jangka pendek

menurut Tarwaka dkk (2004) adalah sebaliknya, secara

berurutan:

Page 45: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Eliminasi sumber kebisingan

a) Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan

penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya

pengendalian dapat diminimalkan.

b) Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus

mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang

dikeluarkan dari mesin baru.

c) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin,

konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan

serendah mungkin dan lain lain.

2) Pengendalian kebisingan secara teknik

a) Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan

kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan

menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah

dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan

mendesain mesin memakai remote control. Selain itu

dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan

anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan

biaya yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit

diimplementasikan.

b) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi

kebisingan. Apabila teknik pengendalian pada sumber

suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah

Page 46: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan

pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau

melapisi dinding, plafon dan lantai dengan bahan

penyerap suara. Menurut Sanders dan McCormik dalam

Tarwaka, dkk (2004) cara tersebut dapat mengurangi

kebisingan antara 3-7 dB.

3) Pengendalian kebisingan secara administratif

Apabila teknik pengendalian secara teknik belum

memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya

adalah merencanakan teknik pengendalian secara

administratif. Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada

manajemen pemaparan. Langkah yang dapat ditempuh adalah

dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising

dengan tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada

intensitas kebisingan yang diterima pada tabel 1.

4) Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja

Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila

seluruh teknik pengendalian di atas (eliminasi, pengendalian

teknik dan administratif) belum memungkinkan untuk

dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan

pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga).

Menurut Pulat dalam Tarwaka, dkk (2004) pemakaian

sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 dB,

Page 47: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit

lebih besar yaitu antara 40-50 dB. Pengendalian kebisingan

pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-

perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih

murah. Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam

pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat

kedisiplinan pekerja, mengurangi kenyamanan kerja,

mengganggu pembicaraan dan lain lain. Berikut adalah alat

pelindung telinga menurut Tarwaka (2008) :

a) Sumbat telinga (Ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu

dan bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama

adalah berbeda. Untuk itu ear plug harus dipilih

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan

bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya

diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga

pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Ear

plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan

bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari kapas,

spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk

sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat dari

bahan karet dan plastik yang dicetak (Molded

rubber/plastic) dapat digunakan berulang kali (Non

Page 48: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20

dB (A).

b) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 (dua)

buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup

telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk

menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk

waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat

menurunkan karena bantalannya menjadi mengeras dan

mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan

minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat

mengurangi intensitas suara sampai 30 dB (A) dan juga

dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda

keras atau percikan bahan kimia.

Menurut Tarwaka (2008), perlu diperhatikan beberapa

kriteria dalam pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri

sebagai berikut :

1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan

efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di

tempat kerja.

2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,

nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi

pemakainya.

Page 49: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu

memakainya.

4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik

karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam

pemakaian.

5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan

serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam

waktu yang cukup lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-

tanda peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup

tersedia dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang

ditetapkan.

Disamping pemenuhan terhadap kriteria-kriteria tersebut,

pekerja juga harus terus-menerus diberikan penyadaran, diberikan

instruksi baik secara tertulis maupun lisan tentang kapan dan

dalam keadaan bagaimana alat pelindung diri wajib dipakai.

Penyadaran melalui tulisan atau gambar dan poster tentang

kewajiban memakai alat pelindung diri yang dipasang di tempat-

Page 50: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

tempat kerja juga sangat baik untuk mengingatkan pekerja

(Tarwaka, 2008).

h. Kelelahan

1) Pengertian kelelahan

Pengertian kelelahan secara sempit memang

hanya sebatas pada lelah fisik yang dirasakan saja. Hal ini

dikarenakan setiap orang yang merasakan kelelahan hanya

terbatas pada keluhan-keluhan fisik yang mereka rasakan

saja. Gejala yang ditimbulkan, perubahan fisik dan perasaan

yang dirasakan memang berbeda pada masing-masing

individu. Dari sudut pandang keselamatan kerja, medis dan

psikologi pun memilki definisi atau pengertian yang berbeda-

beda mengenai kelelahan yang tepat, maka penulis

mempelajari referensi yang berkaitan dengan kelelahan pada

tenaga kerja.

Kelelahan adalah perpaduan dari wujud

penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan

berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan

efektivitas dan efisiensi kerja menurun (Yoshitake, 1999).

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan

mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada

penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Page 51: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kelelahan merupakan hasil dari akumulasi produk

yang dihasilkan akibat metabolisme tubuh dan ditambah

dengan mekanisme kontraksi otot. Job dan Dalziel (2001)

mendefinisikan kelelahan berdasarkan pada tingkatan

keadaan otot tubuh, viscera atau sistem syaraf pusat, dimana

didahului oleh aktivitas fisik dan proses mental, serta waktu

istirahat yang mencukupi, sebagai hasil dari kapasitas sel

yang tidak mencukupi atau cakupan energi untuk memelihara

tingkatan aktivitas yang alami dan atau proses dengan

menggunakan sumber-sumber yang normal (Australia Safety

and Compensation Council, 2006). Berdasarkan teori tersebut

maka penulis merumuskan kelelahan adalah sebagai suatu

sinyal alamiah yang diberikan tubuh karena adanya

penurunan dari fungsi tubuh akibat proses kerja yang

membutuhkan keterpaduan pada seluruh sistem didalam

tubuh. Saat sistem tersebut mulai mengalami perubahan dari

kondisi baik ke kondisi buruk maka, pada tahapan ini muncul

sinyal kelelahan yang memberikan tanda tubuh sedang

memerlukan pemulihan untuk mengatasinya. Sinyal yang

diberikan ini berbentuk gejala-gejala yang dirasakan tubuh

baik fisik maupun mental dan pada setiap individu berbeda-

beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Page 52: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Kelelahan diatur secara terpusat diotak. Terdapat

struktur susunan syaraf pusat yang berperan penting dalam

mengontrol fungsi secara luas dan konsisten yaitu reticular

formation atau sistem penggerak pada medulla yang

berfungsi meningkatkan dan mengurangi sensitivitas dari

cortex cerebri. Cortex cerebri berfungsi sebagai pusat

kesadaran meliputi persepsi, perasaan subjektif, reflex,

kemauan (Rodahl, 1992). Keadaan dan perasaan lelah

merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu

cortex cerebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat

(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling

bergantian. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus

yang bekerja menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan

mengakibatkan kecenderungan untuk tidur, sedangkan sistem

penggerak terdapat formation reticularis yang dapat

merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis

dari peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi,

melarikan diri, dan lain-lain.

Keadaan seseorang sangat tergantung kepada hasil

kerja diantara dua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem

penghambat lebih kuat, seseorang akan berada pada

kelelahan. Sebaliknya apabila sistem aktivasi lebih kuat maka

seseorang akan dalam kedaan segar untuk melakukan

Page 53: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

aktivitas. Kedua sistem harus berada dalam kondisi yang

memberikan stabilitas ke dalam tubuh, agar tenaga kerja

berada dalam keserasian dan keseimbangan (Grandjean,

1995;Rodahl, 1986). Seperti terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 1 . Model teorikal untuk mengilustrasikan

mekanisme neurofisiologis atau neraca keseimbangan aktivitas dan inhibisi kelelahan.

Kelelahan kerja tidak dapat didefiniskan secara jelas

namun dapat dirasakan oleh pekerja (Grandjean, 1995).

Terdapat beberapa definisi kelelahan kerja, antara lain:

1) Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya

penurunan kesiagaan (Grandjean, 1995).

2) Dari sudut neurofisiologis diungkapkan bahwa kelelahan

dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral,

akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara

Page 54: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara

sistem aktivasi dan sistem inhibisi pada batang otak

(Grandjean, 1995).

3) Perasaan lelah pada pekerja adalah semua perasaan yang

tidak menyenangkan yang dialami oleh pekerja serta

merupakan fenomena psikososial. Latar belakang

psikososial sangat berpengaruh terhadap terjadinya

kelelahan kerja bahwa terdapat hubungan erat antara

derajat gejala kelelahan dan derajat perasaan lelah.

4) Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap

stres psikososial yang dialami dalam satu periode

tertentu dan kelelahan kerja tersebut cenderung

menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja

bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang

lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat

fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan

adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,

penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.

5) Chavalitsakulchai dan Shahvanas (1991), mengutarakan

bahwa kelelahan kerja adalah suatu fenomena yang

kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada

proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal

maupun eksternal.

Page 55: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Klasifikasi kelelahan berdasarkan kapasitas kerja

menurut Kroemer (1997) adalah sebagai berikut:

1) Kelelahan lokal

Kelelahan yang disebabkan oleh jenis pekerjaan.

Kelelahan lokal ini sering disebut dengan kelelahan

otot. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau

nyeri diotot. Berdasarkan jenis pekerjaan, penyebab

kelelahan otot yaitu:

a) Kerja statis

Pada kerja otot statis suatu otot menetap

berkontraksi pada suatu periode waktu secara

terus-menerus. Pada pekerjaan statis, panjang otot

tetap, dan seolah tidak terlihat dari kerja luar,

sehingga energi tidak dapat diperhitungkan dari

besarnya kekuatan. Otot yang berkontraksi statis

tidak mendapat glukosa dan oksigen dari darah dan

harus menggunakan cadangan-cadangan yang

tersedia. Sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan,

hal ini menyebabkan terjadi penimbunan pada sisa

metabolisme tubuh.

b) Kerja dinamis

Kerja otot yang dinamis, memiliki kadar kerja

yang dapat diukur sebagai hasil dari memendekkan

Page 56: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

otot dengan tenaga yang dipakai. Pada kerja otot

dinamis, kerutan dan pengenduran suatu otot

terjadi silih berganti. Kerja otot dinamis

memperoleh banyak glukosa dan oksigen, sehingga

kaya akan tenaga dan sisa metabolisme yang

dibuang oleh tubuh.

2) Kelelahan umum

Yaitu kelelahan yang biasanya ditandai dengan

berkurangnya kemampuan untuk bekerja yang

disebabkan oleh monotoni, intensitas, lamanya kerja

fisik, kondisi mental, status kesehatan, kedaan gizi,

dan keadaan lingkungan. Kelelahan umum dapat

diklasifikasikan berdasarkan tingkatannya,

diantaranya:

a) Kelelahan fisik, terjadi ketika seseorang mulai

mengurangi kemampuan fisik yang digunakan

dari biasanya karena jenis pekerjaan yang sangat

banyak pada setiap jam kerjanya.

b) Circadian fatigue, ditandai dengan denyut nadi

lemah, pelan atau cepat.

c) Kelelahan akut, terjadi pada suatu aktivitas

tubuh/otot, terutama dikarenakan banyak

menggunakan otot, gangguan kebisingan, dan

Page 57: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

sebagainya. Hal ini terjadi karena tubuh bekerja

secara terus-menerus dan melebihi kapasitas

tubuh.

d) Cummulative fatigue, kelelahan yang disebabkan

kelelahan fisik atau mental yang terjadi pada

periode waktu tertentu. Salah satu penyebabnya

adalah kurangnya istirahat.

e) Chronic fatigue, kelelahan akut yang terus

terakumulasi dalam tubuh akibat dari tugas yang

terus-menerus tanpa pengaturan jarak tugas yang

baik atau teratur. Salah satu pekerja yang sudah

mengalami kelelahan kronis adalah sudah merasa

lelah sebelum melaksanakan tugasnya, ketika

bangun tidur perasaan lelah sudah ada. Keadaan

seperti ini istirahat saja tidak cukup untuk

memulihkan, dan jika dibiarkan maka akan

membahayakan tugas yang sedang dilakukannya

atau jangka panjang dapat menimbulkan bahaya

kecelakaan kerja.

Kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang

menyebabkan penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan

kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan

Page 58: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja (Schultz, 1982

dalam Eralisa, 2008).

i. Faktor yang mempengaruhi kelelahan

Kelelahan di industri disebabkan oleh beban kerja yang

berlebihan dan ketidakteraturan dari hubungan siklus siang dan

malam dalam hidup (Saito, 1999).

Dianalogikan bahwa tingkat kelelahan di industri seperti air

dalam tong. Dan faktor-faktor penyebab seperti intensitas dan

durasi kerja fisik dan mmental, lingkuungan, ritme circadian,

masalah fisik, penyakit, dan nutrisi sebagai tambahan air yang

mengisi tong. Sementara itu pemulihan adalah sebagai aliran air

yang keluar dari tong yang dapat mengurangi tingkat kelelahan

(Kroemer, 1997).

Menurut Siswanto (2006) faktor penyebab kelelahan kerja

berkaitan dengan:

1) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan

rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang

tidak serasi dengna pekerjaannya.

2) Faktor psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir

yang berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun.

3) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja

serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan

pekerja.

Page 59: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

4) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

5) Monoton (pekerjaan atau lingkungan kerja yang

membosankan).

Gambar 2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kelelahan

(Grandjean (1995), dalam Setyawati (2010) ).

Faktor-faktor yang memperngaruhi kelelahan kerja menurut

Setyawati (2010), umumnya berkaitan dengan:

1) Sifat pekerjaan yang monoton.

2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang

tinggi.

3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta

lingkungan kerja lain yang tidak memadai.

Page 60: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

4) Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, khawatir, ketegangan-

ketegangan serta konflik.

j. (2009) gejala atau perasaan atau tanda yang

ada hubungannya dengan kelelahan :

1) Perasaan berat di kepala;

2) Menjadi lelah seluruh badan;

3) Kaki merasa berat;

4) Menguap;

5) Merasa kacau pikiran;

6) Mengantuk;

7) Merasa berat pada mata;

8) Kaku dan canggung dalam gerakan;

9) Tidak seimbang dalam berdiri;

10) Mau berbaring;

11) Merasa susah berfikir;

12) Lelah berbicara;

13) Gugup;

14) Tidak dapat berkonsentrasi;

15) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu;

16) Cenderung untuk lupa;

17) Kurang percaya diri;

18) Cemas terhadap sesuatu;

19) Tidak dapat mengontrol sikap;

Page 61: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

20) Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan;

21) Sakit kepala;

22) Kekakuan di bahu;

23) Merasa nyeri di punggung;

24) Merasa pernafasan tertekan;

25) Merasa haus;

26) Suara serak;

27) Merasa pening;

28) Spasme kelopak mata;

29) Tremor pada anggota badan;

30) Merasa kurang sehat.

Gejala 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, 11-20

menunjukkan melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran

kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang

melelahkan.

Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara yaitu

melakukan rotasi sehingga tenaga kerja tidak melakukan

pekerjaan yang sama selama berjam-jam, memberi kesempatan

kepada tenaga kerja untuk berbicara dengan rekannya,

meningkatkan kondisi lingkungan kerja seperti mereduksi

kebisingan, memperbaiki lingkungan kerja (Budiono dkk, 2003),

memberikan waktu istirahat yang cukup.

Page 62: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

k. Pengukuran kelelahan

Menurut (Tarwaka, 2004), pengukuran kelelahan dapat

dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Dapat dilihat dari hasil prestasi hasil kerja yang dinyatakan

dalam banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan

kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti

jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material dan lain-

lain.

2) Pencatatan perasaan subjektif kelelahan kerja yaitu, dengan

cara Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja

(KAUPK2).

3) Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan

Electroenchepalography (EEG).

4) Uji psiko-motor, dengan melibatkan fungsi persepsi,

interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital

reaction timer.

5) Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan

kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman

Test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menguji

kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi.

Page 63: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Alat ukur yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2).

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran. C. Hipotesis

Ada Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja pada

Tenaga Kerja bagian Melting di Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia,

Jakarta.

Mesin Produksi

Intensitas Kebisingan Sumber Bising

Jenis Bising

Kebisingan

Gangguan Kebisingan dan Waktu Pemaparan

Faktor eksternal :

a. Lingkungan Kerja

b. Beban Kerja

c. Iklim Kerja

d. Penerangan

e. Tekanan panas

f. Getaran mekanis

g. Masa Kerja

Sistem Penghambat

Faktor internal :

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Riwayat

Kesehatan

d. Status Gizi

e. Psikis

Rangsangan cortex cerebri terhadap raeksi fungsional

Kelelahan Kerja

Page 64: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yaitu penelitian yang

menjelaskan adanya pengaruh antara varabel-variabel melalui pengujian

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sugiyono, 2008).

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional dimana data

yang menyangkut variabel bebas atau risiko, dan variabel terikat atau

variabel akibat dikumpulkan dalam waktu yang bersama (Notoatmodjo,

2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi p9n9liPan dalam p9n9liPan ini adalah PT.Komatsu Indon9sia pada

bagian pros9s mel︃ng di Foundry Plant I.

v9n9liPan dilaksanakan tanggal 1 F9bruari sampai d9ngan 5 April 2012

pada s9Pap hari k9rja yaitu S9nin - 7.00 - 16.00 WIB.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoadmodjo, 2002). Menurut Sugiyono dalam Sumardiyono (2010)

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja laki-laki yang bekerja di

Foundry Plant I di PT.Komatsu Indonesia yang berjumlah 271 orang.

52

Page 65: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

D. Teknik Sampling

T9knik sampling yang digunakan pada saat p9n9liPan adalah Purposive

sampling. Purposive sampling b9rarP p9milihan subj9k b9rdasarkan atas ciri-ciri

atau sifat t9rt9ntu yang b9rkaitan d9ngan karakt9risPk populasi. Karakt9risPk

populasi harus sudah dik9tahui l9bih dahulu dari p9n9liPan-p9n9liPan s9b9lumnya

(Ari9f, 2007).

E. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang

jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit

satu sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan

(Sumardiyono, 2010). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah tenaga

kerja bagian proses melting sebanyak 26 orang. Dalam penelitian ini sampel

penelitian adalah tenaga kerja di bagian proses melting yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

1. Usia 17-46 Tahun.

2. Masa Kerja : 1-21 Tahun.

3. Seluruh tenaga kerja yang menjadi sampel tidak mempunyai riwayat

penyakit pendengaran sebelumnya.

4. Seluruh tenaga kerja yang menjadi sampel tidak sedang mengkonsumsi

obat-obatan menahun dan tidak sakit.

5. Status Gizi = normal.

Page 66: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah

intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kelelahan kerja.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam

penelitian ini ada dua, yaitu:

a) Variabel pengganggu terkendali: jenis kelamin, usia, kondisi

kesehatan, riwayat kesehatan, status gizi, dan masa kerja.

b) Variabel pengganggu tidak terkendali: lingkungan, beban kerja,

iklim kerja, penerangan, tekanan panas, getaran mekanis, waktu

pemaparan, dan psikis.

G. Definisi Operasional

1. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh suatu mesin atau alat

kerja dalam proses produksi. Dalam penelitian ini yang diukur adalah

Page 67: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

kebisingan dari mesin dan alat kerja terhadap tenaga kerja di area melting

di Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia, Jakarta.

a. Alat ukur : Sound Level Meter RION NL-20.

b. Satuan : dB (desibel)

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di

Tempat Kerja menyebutkan bahwa intensitas

kebisingan 85 dBA selama 8 jam kerja dalam

sehari.

c. Skala pengukuran : Interval

2. Kelelahan Kerja

Adalah ukuran kelelahan Kerja pada tenaga kerja di bagian melting di

Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia, Jakarta.

a. Alat Ukur : Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja

I (KAUPK2 I).

b. Hasil pengukuran : Jumlah skor

c. Skala pengukuran : Interval.

H. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diambil dari hasil pengukuran

kebisingan di tempat kerja, wawancara dengan para tenaga kerja baik yang di

office maupun yang di plant, dokumen perusahaan, dan hasil dari pengisian

kuesioner. Sumber data ada dua yaitu data primer dan data sekunder:

Page 68: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1. Data primer adalah pengukuran yang dilakukan secara langsung di

tempat mengambil data, yaitu data tentang identitas responden: umur,

jenis kelamin, riwayat kesehatan, dan lama bekerja. Dan data tentang

lingkungan kerja tempat proses produksi berlangsung.

2. Data sekunder adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara meminta

data perusahaan yang sudah ada atau dari data orang lain, contohnya:

Profil perusahaan, Lingkungan kerja, Data tenaga kerja, Lay out dan lain-

lain.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai

dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan

untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound Level Meter NL-20, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur

intensitas kebisingan.

2. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I (KAUPK2 I) menurut

Setyawati (2010) .

3. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk

menentukan subjek penelitian.

4. Alat tulis, untuk mencatat hasil dari pengukuran.

5. Wawancara digunakan untuk memperoleh data dari sampel yang diteliti.

Dilakukan teknik komunikasi langsung dengan wawancara. Data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan tenaga kerja di plant dan office

adalah data mengenai keluhan seputar pekerjaan.

Page 69: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

6. Data umum diperoleh dari dokumen perusahaan yang terdiri dari data

laporan penelitian, dokumentasi, satuan kerja, dan standar peraturan yang

ada kegiatannya dengan magang. Selain itu, penulis juga mengambil

beberapa literatur dari buku maupun internet.

7. Validasi

a) Sound Lever Meter yang digunakan adalah alat yang sesuai dengan

standar yang dipergunakan sebagaimana mestinya. Merupakan

peralatan resmi yang digunakan oleh Departemen Tenaga Kerja

dalam melakukan survey kebisingan di tempat kerja atau perusahaan.

b) Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I (KAUPK2 I) yang

berisi 17 daftar pertanyaan yang berisi daftar gejala kelelahan kerja

merupakan indikator utama adanya gejala kelelahan yang digunakan

untuk mengukur tingkat kelelahan tenaga kerja.

J. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengukuran kebisingan

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan

alat Sound Level Meter RION NL-20 di bagian proses melting di

Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia, Jakarta. Pengukuran dilakukan

pada jam kerja yaitu antara jam 07.00 sampai dengan jam 16.00.

Pengukuran kebisingan dilakukan di titik dimana setiap tenaga kerja

berada di titik tersebut. Terdapat 4 titik pengukuran dimana titik 1 berada

1 meter dari sumber bising, titik 2 berada 2 meter di sumber bising, titik

Page 70: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3 berada 3 meter dari sumber bising dan titik 4 berada 4 meter dari

sumber bising.

Sound Level Meter RION NL-20, yaitu alat untuk mengukur

kebisingan, yang dilengkapi dengan mikrofon yang mendekati suara,

mengkonversikannya ke dalam signal listrik dan memperbesar signal

sampai pada tingkat tekanan suara.

Cara kerja :

a. Baterai dipasang.

b. Tombol power ditekan untuk menyalakan alat.

c. Dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu, dengan menekan tombol

d. Kemudian melakukan pengukuran :

1) Dipilih mode pengukuran yang akan dilakukan dengan

menekan tombol mode

2) Dipilih mode tampilan yang dibutuhkan

3) Ditentukan waktu pengukuran

4) Dip Fast/Slow Fast continue Slow

bising yang impulsive Fast

5) Start ditekan

6) Dan dit Stop untuk menghentikan pengukuran.

Page 71: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

e. Catat hasil pengukuran

Catatan : setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan

selama 1-2 menit. Dengan ± 4 kali pengamatan. Hasil pengukuran

adalah angka yang tertera pada monitor.

Gambar 4 . Sound Level Meter NL-20

2. Kelelahan kerja

Dilakukan dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan oleh

tenaga kerja di bagian melting process. Kuesioner diambil dari Setyawati

(2010), yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada tahun 1994 di

Yogyakarta. Cara pengukurannya:

a. Masing-masing pertanyaan diberi 6 alternatif jawaban, yaitu:

1) Skor 6 :Ya, sangat sering

2) Skor 5 : Ya, sering

3) Skor 4 : Ya, agak sering

4) Skor 3 : Jarang

5) Skor 2 : Jarang sekali

Page 72: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

6) Skor 1 : Tidak pernah

b. Data yang diperoleh dari kuesioner ini berupa nilai/skor. Dengan

ketentuan:

1) Mengalami Kelelahan Kerja Berat = 75-102

2) Mengalami Kelelahan Kerja Sedang = 46-74

3) Mengalami Kelelahan Kerja Ringan = 17-45.

Ketentuan ini didapatkan dari perhitungan dengan skala likert.

Berdasarkan desain penilaian kelelahan subyektif dengan

menggunakan 6 skala likert ini, akan diperoleh skor individu terendah

sebesar 17 dan skor individu tertinggi sebesar 102. Maka total skor

individu tersebut dapat langsung digunakan dalam entry data statistik.

K. Analisis Data

T9knik p9ngolahan dan analisis data dalam p9n9liPan ini dilakukan

d9ngan uji staPsPk Pearson Product Moment d9ngan m9nggunakan program

komput9r SvSS v9rsi 17.0, d9ngan int9rpr9tasi hasil s9bagai b9rikut :

1. Jika p value signifikan.

2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan Pdak signifikan (Sumardiyono,

2010).

S9lanjutnya untuk m9n9ntukan arP nilai kor9lasi (r) antara dua variab9l

yang dit9liP m9nurut Sumardiyono (2010), uji kor9lasi m9nunjukkan arah kor9lasi

dapat dirumuskan s9bagai b9rikut:

1. Jika nilai r b9rtanda + (posiPf), b9rarP kor9lasi s9arah, maka s9makin b9sar pula

nilai variab9l yang lain.

Page 73: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2. Jika nilai r b9rtanda (n9gaPf), b9rarP kor9lasi b9rlawanan arah, maka s9makin

b9sar nilai satu variab9l, s9makin k9cil pula nilai variab9l yang lain, atau

s9baliknya.

Dalam Sumardiyono (2010), k9kuatan hubungan dua variab9l s9cara

kualitaPf dapat dibagi dalam 9mpat ar9a, yaitu :

Tab9l 3. Tingkat Hubungan Nilai Kor9lasi (r)

o.

Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat L9mah

0,20 - 0,399 L9mah

0,40 - 0,599 S9dang

0,60 0,799 Kuat

0,80 1,000 Sangat Kuat

Sumb9r : Sumardiyono, 2010.

Page 74: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Komatsu Indonesia bersamaan dengan

pelaksanaan Magang pada tanggal 1 Februari sampai dengan 5 April 2012.

Sebelum pengukuran, diadakan pengamatan langsung terhadap lingkungan

kerja, jalannya proses produksi dan keadaan dari tenaga kerja. Berikut adalah

hasil dari penelitian :

1. Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia

Foundry adalah tempat atau pabrik yang menghasilkan logam

pengecoran yang berbahan baku logam perpaduan ferrous/paduan non

ferrous.

Logam perpaduan ini dicairkan pada temperatur tertentu kemudian

logam cair tersebut dituangkan ke dalam rongga cetakan (casting).

Setelah memadat, logam coran dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan

proses finishing. Bentuk logam coran ditentukan oleh bentuk rongga

cetakannya (molding).

Pada prinsipnya proses produksi yang terjadi di Foundry Plant I

dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : Molding (proses pembuatan

cetakan), Melting (peleburan bahan-bahan untuk pouring) dan Finishing

(penyelesaian).

Dalam Tugas Akhir ini data yang diambil dari pengukuran pada

proses melting. Melting adalah proses peleburan (logam berubah dari

62

Page 75: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

padat menjadi cairan) logam pada temperatur tertentu yang dilakukan

pada furnace (tungku perapian). Logam yang dilebur berasal dari

bongkahan logam paduan, scrap logam dan logam utama.

Cakupan proses melting adalah sebagai berikut:

a. Peleburan logam

Peleburan terjadi karena energi panas yang diserap oleh logam

tersebut. Energi ini bersumber dari proses pembakaran oleh gas

(bahan bakar), listrik (arc atau induction).

b. Pemurnian leburan

Dilakukan untuk mengurangi kandungan gas dan unsur logam yang

dapat merusak sifat logam yang diharapkan.

c. Penyesuaian komposisi kimia leburan

Penambahan logam (baik paduan / logam utama) selama proses

melting bertujuan untuk menghasilkan komposisi kimia akhir

berdasarkan rentang batas yang ditentukan oleh standar mutu.

d. Penuangan ke ladle

Berfungsi sebagai alat bantu untuk menuangkan leburan kedalam

rongga mold. Di proses ini masih masih terjadi penyesuaian

komposisi kimia akhir.

2. Karakteristik responden

Page 76: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini adalah sampel

populasi di Foundry Plant I yang berjumlah 271 orang. Dan yang

dilakukan penelitian diambil dari proses melting yang berjumlah 26

responden. Berikut data yang diperoleh peneliti tentang keadaan

umum responden penelitian :

a. Usia

Dari hasil wawancara dengan 26 responden di Foundry Plant

I PT. Komatsu Indonesia tentang usia dari masing-masing

responden diperoleh hasil sebagai berikut :

27%

38%

8%

4%

15%

8%

17-21

22-26

27-31

32-36

37-41

42-46

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 21 dan 27 Februari 2012.

Usia tenaga kerja responden dalam penelitian ini antara 17-46

tahun. Usia responden yang paling muda adalah 17 tahun, usia paling

tua adalah 46 tahun.

b. Masa kerja

Page 77: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Dari hasil wawancara dengan 26 responden tentang masa

kerja dari masing-masing responden diperoleh hasil sebagai

berikut :

15%

85%

1-10

11-21

Gambar 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 21 dan 27 Februaru 2012

Masa kerja responden dalam penelitian ini adalah antara 1-21

tahun. Masa kerja minimal responden adalah 1 tahun dan masa

kerja maksimal 21 tahun.

c. Jenis kelamin

Hasil wawancara dengan bagian proses melting di Foundry

Plant I PT. Komatsu Indonesia diperoleh bahwa jenis kelamin

tenaga kerja yang bekerja adalah laki-laki, sehingga 26 sampel

semuanya berjenis kelamin laki-laki.

d. Intensitas kebisingan

Page 78: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Hasil pengukuran intensitas kebisingan pada bagian

proses melting di Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Tabel Intensitas Kebisingan No Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan

(dBA) 1 1 95,5 2 2 104,8 3 3 104,5 4 4 95,2 Rata-rata 100

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 27 dan 29 Februari 2012. Keterangan : Rata-rata intensitas kebisingan dihitung menggunakan rumus Leq.

Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata intensitas

kebisingan sebesar 100 dB (A), dengan intensitas tertinggi

sebesar 104,8 dB (A) dan terendah sebesar 95,2 dB (A). Menurut

Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/X/2011 dalam NAB

Kebisingan di tempat kerja, untuk intensitas kebisingan sebesar

100 dB waktu pemaparan terhadap tenaga kerja hanya

diperbolehkan selama 15 menit. Maka untuk

mengimplementasikan peraturan ini maka di area melting terdapat

control room yang digunakan tenaga kerja untuk tempat transisi,

beristirahat, dan mengontrol proses produksi dari dalam ruangan,

sehingga meminimalisir terpaparnya oleh intensitas kebisingan

yang tinggi tersebut. Intensitas Kebisingan di control room telah

sesuai dengan NAB yaitu sebesar 70 - 84 dB, sehingga aman

untuk para tenaga kerja. Akan tetapi, dalam kegiatannya ada

Page 79: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

tenaga kerja yang berada di area kerja lebih dari 15 menit, hal ini

tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Namun

perusahaan telah memberikan APD berupa ear plug kepada

tenaga kerja tersebut, sehingga tenaga kerja aman dalam bekerja

dan telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

e. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dari seorang pasien adalah informasi yang

diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu,

dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Tenaga kerja

pada bagian proses melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran

sebelumnya.

f. Status gizi

Tenaga kerja pada bagian proses melting di Foundry Plant I

PT. Komatsu Indonesia memiliki keadaan gizi yang baik, hal ini

terdapat dari hasil IMT pada medical check up yang dimiliki oleh

tiap tenaga kerja.

g. Kelelahan kerja

Dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan Kuesioner

Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja I (KAUPK2 I), maka

diperoleh hasil penilaian kelelahan kerja yang ditunjukkan pada

tabel berikut ini:

Tabel 5. Penilaian Kuesioner Kelelahan Kerja

Page 80: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Klasifikasi Kelelahan Kerja

Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 16 61

Sedang 9 35

Berat 1 4

Total 26 100 Sumber : Data primer kelelahan kerja tahun 2012 (lengkapnya di lampiran). Berdasarkan data di atas, hasil penilaian Kuesioner Kelelahan

Kerja pada tenaga kerja proses melting di Foundry Plant yang

tertinggi adalah 109 dan hasil terendah adalah 19 .

.

61%

35%

4%

ringan

sedang

berat

Gambar 7. Diagram Presentase (%) Kelelahan Kerja.

Sumber : hasil perhitungan pendataan, 2012

Dari data di atas didapatkan hasil kelelahan kerja ringan

sebesar 61%, kelelahan kerja sedang sebesar 35% dan kelelahan

kerja berat sebesar 4%.

h. Hubungan kebisingan dengan kelelahan

Hasil uji statistik hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja

pada proses melting di Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia

Page 81: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dengan menggunakan uji Pearson Product Moment SPSS versi

17.0 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Uji Statistik Pearson Product Moment

Intensitas

Kebisingan Kelelahan

kerja Kebisingan Pearson Correlation 1 -.467* Sig. (2-tailed) .016 N 26 26 Sistolik Pearson Correlation -.467* 1 Sig. (2-tailed) .016 N 26 26

** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Hasil output SPSS.

Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan

dengan Kelelahan Kerja pada prose melting di Foundry Plant I

PT. Komatsu Indonesia pada uji Pearson Product Moment,

diperoleh nilai r = -0.467; dan p = 0.016. Oleh karena nilai p =

0.016 kurang dari 0.05(p < 0.05), hasil uji dinyatakan signifikan,

Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk

kebisingan dengan kelelahan kerja diperoleh nilai r = -.0467.

Untuk membandingkan nilai r dengan patokan kekuatan uji, maka

tanda (negatif) pada hasil uji diabaikan, karena tanda tersebut

hanya menunjukkan arah hubungan. Jadi kesimpulannya nilai r

hasil uji terletak pada kategori 0.40-0.599 oleh karena itu

hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja

pada tenaga kerja termasuk sedang.

Page 82: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Hasil penelitiann sebelumnya yang dilakukan oleh Arif Yoni

Setiawan (2000) di bagian machine moulding dan floor moulding

Unit Produksi Departemen Foundry PT. Texmaco Perkasa

Engineering Kaliwungu bahwa dengan range kebisingan 98-105

dBA pada bagian machine moulding 22,2% mengalami kelelahan

ringan, 51,9% mengalami kelelahan sedang, 25,9% kelelahan

berat dan pada bagian floor moulding dengan intensitas

kebisingan 74-80 dBA terjadi kelelahan ringan sebesar 70%,

kelelahan sedang 25% dan kelelahan berat 5%. Hubungan antara

intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja termasuk lemah.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

a. Usia

Responden dalam penelitian ini berusia antara 17-46 tahun dengan

usia responden yang paling muda adalah 17 tahun, usia paling tua

adalah 46 tahun. Faktor usia merupakan hal yang tidak diabaikan dalam

penelitian ini karena mengingat usia berpengaruh terhadap kekuatan

fisik dan psikis seseorang serta pada usia tertentu seorang pekerja akan

mengalami perubahan prestasi kerja (Setyawati, 2010).

Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) bahwa kekuatan otot

pada laki-laki dan wanita sekitar usia 25-35 tahun.

Menurut David dan Lambert (1996) kebanyakan kinerja fisik

mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian

Page 83: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

menurun dengan bertambahnya usia. WHO menyatakan batas usia

lansia adalah 60 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia usia 55 tahun

sudah dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan, 2009).

Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek

penelitian masih dalam keadaan normal untuk melaksanakan pekerjaan

dalam intensitas kebisingan tertentu.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah suatu identitas seseorang, laki-laki atau wanita.

Kelelahan akan cepat terjadi dialami wanita dibandingkan dengan laki-

laki. Namun disini semua tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki.

c. Masa kerja

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana tenaga kerja telah

memegang pekerjaan tersebut. Masa kerja responden dalam penelitian

ini berkisar antara 1-21 tahun, sehingga semakin lama seseorang

bekerja maka semakin besar pula kemungkinan tenaga kerja tersebut

mengalami gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja. Kelelahan yang

berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang berasal

dari tugas kerja, kondisi fisik, kondisi kimia, dan sosial di tempat kerja.

Tekanan yang konstan terjadi dengan bertambahnya masa kerja seiring

dengan proses adaptasi. Proses adaptasi memberikan efek positif yaitu

dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan aktivitas kerja atau

performasi kerja, sedangkan efek negatifnya batas ketahanan tubuh

Page 84: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang berlebihan pada proses kerja. Kelelahan berasal dari kelebihan

usaha selama beberapa tahun dapat dipulihkan dengan liburan.

d. Riwayat kesehatan

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

peningkatan produktivitas kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi

kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas

yang baik pula. Kesehatan bukan satu-satunya faktor yang menentukan

produktivitas tenaga kerja, namun begitu tanpa kesehatan tidak

mungkin produktivitas tenaga kerja yang baik dapat diwujudkan

Berdasarkan referensi tersebut kondisi fisik responden tidak

mempengaruhi kelelahan kerja, karena keadaan fisik seluruh responden

dalam keadaan sehat.

e. Status Gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi

merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dalam

keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Budiono dkk, 2003).

Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja yang berat akan

menganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahan tubuh sehingga

mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan.

Page 85: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks

Massa Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau

status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan. IMT dihitung dengan rumus berat badan dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Supariasa,

2002).

Maka menurut referensi diatas tenaga kerja yang bekerja pada

bagian melting di Foundry Plant I sudah sesuai. Dan IMT tiap pekerja

telah diukur dalam pemeriksaan medical check up yang dilaksanakan

oleh PT. Komatsu Indonesia.

2. Intensitas kebisingan

Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh

telinga (Sritomo, 2003). Rangsangan bunyi bising yang diterima oleh

telinga akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging.

Timbulnya sensasi suara ini akan menggerakkan atau menguatkan sistem

inhibisi atau penghambat yang berada pada thalamus (Ganong, 1999).

Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan alat sound level meter

NL-20 pada proses melting di Foundry Plant I didapatkan hasil rata-rata

intensitas kebisingan sebesar 100 dB (A). Sehingga intensitas kebisingan

yang ada di bagian proses melting melebihi NAB yaitu sebesar 85 dB (A).

Berdasarkan Permenakertrans RI. No. PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Faktor Fisika di Tempat Kerja, untuk waktu pemajanan 8 jam

Page 86: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

perhari intensitas kebisingan yang dapat diterima tanpa menggunakan

APD adalah maksimal 85 dB (A).

Sedangkan untuk waktu pemajanan intensitas kebisingan sebesar 100

dB (A) lebih dominan ke intensitas sebesar 100 dB (A) yang artinya tenaga

kerja maksimal berada di area tersebut selama 15 menit secara terus

menerus tanpa menggunakan APD. Selama penelitian diketahui kebisingan

disebabkan karena suara proses peleburan scrap oleh tungku pembakaran

dalam proses melting. Besarnya intensitas kebisingan dipengaruhi oleh

mesin dan alat yang beroperasi serta proses produksi lainnya yang ada di

area Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia.

Tenaga kerja bagian melting tidak terlalu lama berada di area melting

tersebut. Kebanyakan tenaga kerja berada di area sekitar 10-15 menit

karena untuk memantau dan mengecek produk yang dihasilkan, dan

pemantauan lainnya dilakukan dalam control room. Sedangkan intensitas

kebisingan di control room masih dalam NAB yaitu sebesar 80 dB.

Penggunaan APD juga diperhatikan oleh tenaga kerja, semua tenaga kerja

yang beraktivitas pada bagian proses melting menggunakan ear plug jadi

hal ini dapat mengurangi intensitas kebisingan terhadap tenaga kerja

melting.

3. Kelelahan Kerja

Kelelahan Kerja responden diukur dengan Kuesioner Alat Ukur Perasaan

Kelelahan Kerja I (KAUPK2 I). Tingkat kelelahan tiap tenaga kerja

Page 87: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

berbeda-beda. Hasil rata-rata kelelahan kerja di bagian melting Foundry

Plant I adalah 41,46 dan ini termasuk kategori kelelahan kerja sedang.

Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2004), bahwa faktor penyebab

terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi contohnya lingkungan

(kebisingan), dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan

efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan.

4. Uji statistik dengan Pearson Product Moment

Dalam penelitian ini hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan

kerja diuji dengan uji statistik Pearson Product Moment. Alasan

penggunaan pearson product moment karena kedua variabel yang diuji

adalah variabel numerik dan kedua variabel terdistribusi normal.

5. Hubungan kebisingan dengan kelelahan kerja

Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment diperoleh hasil

p value = 0,016 sehingga p < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan,

karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukkan

hubungan dan dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r kebisingan

dengan kelelahan kerja sebesar 0,467 (tingkat hubungan korelasi (r) berada

diantara 0,40 0,599), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang

sedang, sehingga hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja

pada tenaga kerja bagian melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia, Jakarta termasuk dalam kategori sedang. Untuk menilai arah

korelasi r bertanda negatif (-) maka, semakin besar nilai satu variabel,

semakin kecil pula variabel yang lain atau sebaliknya. Oleh karena itu,

Page 88: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

semakin tinggi intensitas kebisingan maka parah tingkat kelelahan kerja

pada tenaga kerja.

Hal tersebut didukung dengan hasil pengukuran kebisingan yang

menunjukan hasil rata-rata intensitas kebisingan adalah 100 dB (A) di

bagian melting di Foundry Plant 1 yang melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB) faktor fisik tempat kerja menurut Permenakertrans RI No.

PER.13/MEN/X/2011 sebesar 85 dB (A), sedangkan untuk hasil

pengukuran kelelahan kerja didapatkan 16 responden mengalami kelelahan

kerja ringan, 9 responden mengalami kelelahan kerja sedang dan 1

responden mengalami kelelahan kerja berat. Hal ini mempunyai arti bahwa

semakin tinggi intensitas kebisingan, semakin tinggi pula kelelahan kerja.

Hal tersebut telah membuktikan bahwa intensitas kebisingan

yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) berpengaruh pada kelelahan

kerja.

6. Keterbatasan penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan.

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

a. Pada penelitian ini hanya meneliti hubungan kebisingan dengan

kelelahan kerja.

b. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor yang lain seperti

lingkungan kerja, beban kerja, iklim kerja, penerangan, tekanan panas,

dan getaran mekanis tidak diteliti.

Page 89: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

c. Penulis sangat terbatas untuk meneliti di lapangan karena adanya

prosedur yang harus dipatuhi oleh peserta magang yang telah ditetapkan

oleh PT. Komatsu Indonesia, untuk kepentingan keselamatan peserta

magang di perusahaan.

Page 90: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Intensitas kebisingan rata-rata di bagian proses melting Plant Foundry I

PT. Komatsu Indonesia adalah sebesar 100 dB (A). Intensitas kebisingan

tertinggi sebesar 104,5 dB (A) dan intensitas kebisingan terendah sebesar

95,2 dB (A).

2. Berdasarkan pada Pengukuran kelelahan kerja diperoleh hasil responden

yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 16 orang (61%), yang

mengalami kelelahan kerja sedang 9 orang (35%) dan mengalami

kelelahan kerja berat sebanyak 1 orang (4%).

3. Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment diperoleh hasil p

value = 0,016 sehingga p < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan,

karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan

hubungan linier positif lemah dan dari hasil uji tersebut diketahui pula

bahwa nilai r sebesar 0,467 sehingga nilai r berada diantara 0,40 0,599

maka hasil uji menunjukan tingkat hubungan sedang, sehingga ada

hubungan intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja bagian melting di

Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia hal ini mempunyai arti bahwa

semakin tinggi intensitas kebisingan, maka kelelahan kerja akan

meningkat.

78

Page 91: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

B. Saran

1. Sebaiknya perusahaan mengadakan pengecekan berkala terhadap mesin-

mesin, sehingga mesin dapat bekerja dengan baik, sehingga tidak

menimbulkan intensitas kebisingan yang tinggi.

2. Sebaiknya perusahaan redesain lingkungan kerja pada bagian melting di

Foundry Plant I agar intensitas kebisingan dapat dikurangi.

3. Sebaiknya memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada karyawan

bagian melting di Foundry Plant I PT. Komatsu Indonesia, Jakarta

tentang pentingnya penggunaan APD ear plug dan gangguan terhadap

kesehatan manusia akibat terpapar bising yang melebihi Nilai Ambang

Batas (NAB).

4. Hendaknya kedisiplinan tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

berupa ear plug ditingkatkan lagi dengan mengadakan pengawasan

terhadap APD tersebut dan apabila ada yang melanggar diberi sanksi

yang tegas.

5. Sebaiknya perusahaan melakukan pengukuran intensitas kebisingan di

control room, sehingga control room menjadi ruangan yang kedap suara

dan dapat dijadikan tempat yang aman bagi tenaga kerja untuk

mengurangi waktu pemajanan intensitas kebisingan selama bekerja, yang

dihasilkan dari proses melting di Foundry Plant I PT. Komatsu

Indonesia.

Page 92: DI FOUNDRY PLANT I PT. KOMATSU INDONESIA JAKARTA/Hubungan... · selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen, juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

6. Perlu dilakukan rotasi kerja pada tenaga kerja bagian melting yang

terpapar intensitas kebisingan yang tinggi ke tempat atau bagian lain

yang lebih rendah intensitas kebisingannya.

7. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan pengukuran kelelahan kerja

tidak hanya menggunakan kuesioner perasaan kelelahan kerja, namun

dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat reaction timer.