dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
Embed Size (px)
Transcript of dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
1/24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarh Dengue (DBD) merupakan penyakit yang masih
menimbulkan masalah kesehatan di negara yang sedang berkembang,
khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya angka
morbiditass dan mortilitas.
Sejak tahun 1962, di Indonesia sudah mulai mulai ditemukan penyakit
menyerupai demam dengue yang terjadi di Filipina (1953) dan Muangthai
(1958). Dan baru pada tahun 1968 dibuktikan dengan pemeriksaan serologis
untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, tamapk jelas kecenderungan
peningkatan jumlah penderita. Demikian juga dengan makin meluassnya
penyakit tersebut, yang terlihat semula hanya dikota-kota besar, kemudian
menyebar ke semua kotabesar di Indonesia, bahkan sampai ke pedesaan
dengan penduduk yang padat dalam waktu relatif singkat. Penyakit ini
sebenarnya telah ditemukan di jakarta pada tahun 1779 oleh Dr. David
Baylon dan beliau menamakan penyakit ini knokkel koorts karena pasiennye
mengeluh sakit pada sendi-sendi.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 1
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
2/24
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan epidemologi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi,dan klasifikasi Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF)?
3. Apa sajakah manifestasi klinis dan komplikasiyang terjadi padaDengue
Haemorrhagic Fever (DHF)?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis
padaDengue Haemorrhagic Fever (DHF)?
5. Bagaimana asuhan keperawatanDengue Haemorrhagic Fever (DHF)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan epidemologi Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan klasifikasi Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF).
3. Mengetahui apa sajakah manifestasi klinis dan komplikasiyang terjadi
padaDengue Haemorrhagic Fever (DHF).
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis
padaDengue Haemorrhagic Fever (DHF).
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 2
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
3/24
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong orbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty (betina).(Christantie effendy,Skp,1995,hal 1)
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2
hari pertama. (Hendarwanto,1992,hal 142)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan
melalui gigitan nyamukaedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini
juga sering menimbulkan kejadiaan luar biasa atau wabah.
2.2 Epidemologi
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara asean dan
pasifik barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk aedes. Di indonesia dikenal dua jenis nyamuk aedes, yaitu :
1. Aedes aegepty
a. Paling sering ditemukan
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 3
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
4/24
b. Nyamuk yang hidup didaerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak didalam rumah, yaitu ditempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air disekitar rumah.
c. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik-bintik putih.
d. Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
e. Jarak terbang 100 meter.
2. Aedes albopictus
a. Tempat habitatanya ditempat air jernih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, tempat yang menampung air hujan yang bersih, seperti
pohon pisang, pandan, kaleng bekas.
b. Menggigit pada waktu siang hari.
c. Jarang terbang 50 meter
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam
berdarah dengue adalah virus dengue.Virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang,
stabil pada suhu 37C.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 4
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
5/24
2.4 Patofisiologi
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 5
DHF/DBD
Viremia
Demam Sakit kepala Mual Nyeri otot
petekhie
Pembesaran
kelenjar
getah bening
Trombositopenia Pembesaran
limfa
(splenomegali
Hepatomegali Hiperemia
Vaskulitis
Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
6/24
2.5 Klasifikasi DHF
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya
dengan pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DHF dalam 4 derajat
setelah laboratorik terpenuhi, yaitu:
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 6
Kebocoran
plasma
Hemokonsentrasi (peningkatan
HCT >20 %), hipoproteinemia,hiponatremia, efusi serosa
Hipovolume
Peningkatan reabsorpsi air dan Na
oleh ginjal danpenurunan
ekskresi Na urine serta
peningkatan osmolalitas
Syok
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
Pendarahan masif
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
7/24
1. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain atau
perdarahan spontan, uji turniket positif. Trombositopenia dan
hemakonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Derajat II disertai kegagalan sirkulasi ringan, yaitu: denyut
nadi cepat, lemah, dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi (sistolik 80 mmHg) disertai kulit yang dingin,
lembab, dan penderita gelisah.
4. Derajat IV : Derajat III disertai syok berat dengan nadi yang tak teraba dan
tekanan darah yang tidak terukur dapat disertai dengan penurunan
kesadaran, sianosis, dan asidosis.
Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan, sedangkan derajat III
dan IV adalah DHF/DBD dengan rejatan atau DSS.
2.6 Manifestasi Klinis
Demam dengue menyerang semua golongan, umur, dan akan
bermanifestasi lebih berat pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-
anak. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai
dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada orang dewasa penyakt ini
dikenal dengan sindrom trias dengue, yaitu demam tinggi mendadak, nyeri
pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan sendi), dan timbulnya
ruam makulo papular. Pasien dengan penyakit demam dengue biasanya
sembuh tanpa adanya gejala sisa.
Kasus DHF ditandai dengan:
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 7
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
8/24
1. Demam tinggi mencapai 40oC atau lebih selama 5-7 hari, terkadang
disertai kejang demam
2. Sakit kepala
3. Mual, muntah-muntah (vomitting), tidak nafsu makan, diare, konstipasi
4. Epigastric discomfort
5. Perdarahan, terutama perdarahan kulit (ptechie, ekimosis, hematoma)
6. Nyeri pada otot, tulang sendi, abodemen, ulu hati
7. Suara serak, batuk
8. Epistaksis serta disuria
9. Pembengkakan sekitar mata
10. Pembesaran htai, limpa, dan kelenjar getah bening
11. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dinggin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refil lebih dari dua detik nadi lebih cepat dan
lemah)
Perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa
perdarahan spontanmulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, muka, tubuh,
epistaksis dan perdarahan gusi. Selain perdarahan gastrointestinal masif lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi dengan kasus dngan syok yang
berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak
menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telingan dan hidung teraba dingin dan
lembab. Denyut nadi teras cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan
tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 8
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
9/24
Menurut patokan WHO pada tahun 1975, diagnosis DBD (DHF) harus
berdasarkan adanya gejala klinis sebagai berikut:
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
2) Menifestasi perdarahan; paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
3) Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurunsampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki; pasien menjadi
gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut.
2.7 Komplikasi
1) Anemia
2) Perdarahan spontan
3) Efusi pleura
4) Syok
5) penurunan kesadaran
6) Kematian
2.8 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 9
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
10/24
1) Hb dan PCV meningkat (20%)
2) Trombositopenia ( 100.000/ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4) Ig D dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolik : pCO2
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
11/24
liter dalam 24 jam. Dapat diberi teh manis, sirop, susu dan bila mau lebih
baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai
yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena risiko
merangsang terjadinya perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang-kejang di beri luminal atau antikonvulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM; anak
lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Anak di atas 1 tahun di beri 50 mg,
dan di bawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital.
Infus diberikan pada pasien DBD tanpa rejatan apabila:
1. Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2. Hematokrit yang cenderung meningkat
Hematokrit mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinis perubahan fungsi vital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi); sedangkan turunya nilai trombosit biasanya
mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga
menderita DBD harus diperiksa Ht, Hb dan trombosit setiap hari mulai hari
ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai Ht itulah yang
menentukan apakah pasien perlu di pasang infus atau tidak.
DBD disertai rejatan (DSS)
Pasien yang mengalami rejatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respons diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 11
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
12/24
Pada pasien dengan rejatan berat pemberian infus harus diguyur dengan cara
membuka klem infus; tetapi karena biasanya vena-vena telah kolaps sehingga
kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan maka untuk mengatasinya
dimasukkan cairan secara paksa ialah dengan spuit dimasukkan cairan
sebanyak 100-200 ml, baru kemudian diguyur.
Apabila rejatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi
sudah jelas teraba, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 80
mmHg/lebih, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam.
Mengingat kebocoran plasma biasanya berlangsung sampai 24-48 jam, maka
pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupun tanda-tanda
vital telah nyata-nyata baik. Karena hematokrit merupakan indeks yang
terpercaya dalam menentukan kebocoran plasma, maka pemeriksaan Ht perlu
dilakukan secara periodik. Selanjutnya kecepatan tetesan diberikan sesuai
dengan keadaan gejala klinik dan nilai hematokrit.
Pada pasien dengan rejatan berat atau rejatan berulang perlu dipasang
CVP (central venouspressure, pengaturan tekanan vena sentral) untuk
mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan
biasanya pasien dirawat di ICU. Dalam masa penyembuhan, cairan yang ada
dalam ruang ekstravaskuler akan diresorbsi kembali ke dalam ruang vaskuler,
maka dalam hal pemberian cairan harus hati-hati. Perlu diketahui, bahwa
penurunannya nilai hematokrit dan hemoglobin pada masa ini tidak diartikan
sebagai tanda terjadinya perdarahan gastrointestinal. Evaluasi klinis, nadi
(amplitudo dan frekuensi), tekanan darah, pernapasan, suhu dan pengeluaran
urine di lakukan lebih sering.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat
dapat di duga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan
perdarahannya sendiri tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinis
yang telah disebut, maka dalam keadaan inipun dianjurkan pemberian darah.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 12
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
13/24
Evaluasi pengobatan
Untuk memudahkan mengikuti perjalanan klinik pasien dengan
renjatan, dibuat catatan dalam klinik yang mencantumkan tanggal dan jam
pemeriksaan serta hasil pemeriksaan nilai Ht dan Hb, trombosit, tekanan
darah, nadi (frekuensi dan amplitudo), pernapasan, suhu dan pengeluaran
urine. Juga jenis dan jumlah cairan yang diberikan(kecepatan tetesan) juga
bila terjadi perdarahan gastrointestinal jumlah dan warna perdarahannya. Bila
rejatan tidak teratasi dengan pengobatan biasa atau terjadi rejatan berulang
pasien di rawat di ICU.
BAB III
Asuhan Keperawatan pada Bayi atau Anak dengan DHF
3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF plaing sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjo pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit yaitu panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Terkadang disertai dengan
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 13
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
14/24
keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendiannyeri ulu hati, pergerakan bola mata
terasa pegalserta adanya perdarahan pada kult, gusi (grade III, IV) dan
melena/hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekbalan tubuh yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak menderita DHF dat bervariasi. Semua anak dengna status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini makin
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air ynag menggenang dan gantungna baju di kamar)
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang.
2) Eliminasi alvi (buang air besar) : terkadang anak mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 14
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
15/24
3) Eliminasi urine (buang air kecil) : perlu diaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Todur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami syok/nyeri otot dan persendiaan kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihaan :upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti
6) Perilakudan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisikanak adalah sebagai berikut:
1. Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2. Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahn spontan petekia, perdrahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur
3. Grade III : kesadran apatis, somnolen, keadaan lemah, nadi lemah dan
tidka teratur, serta tensi menurun
4. Grade IV : kesadarn koma, tanda-tanda vital : nadi tidka teraba, tensi
tidak terukur, pernafasna tiddak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru
j. Sistem integumen :
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 15
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
16/24
1. Adanya petekiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan mucul
keringatdingin dan lembab.
2. Kuku sianosis/tidak.
3. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) ada
grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade I, III, IV)
4. Dada
Bentuk simestris dan kadang-kadang terasa sesak. Ada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade IIIdan IV.
5. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan asietas.
6. Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 16
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
17/24
3.2 Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
b. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
c. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
d. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
e. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh akibat perdarahan.
(Doengoes, 2000)
3.3 Perencanaan Asuhan keperawatan
Dx I : Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus).
Tujuan : Hipertermia dapat teratasi
Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 C).
2. Mukosa lembab
3.Tidak ada sianosis atau purpura
Intervensi Rasional
Mandiri :1. Kaji saat timbulnya demam
2. Observasi tanda-tanda vital: suhu,
nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
atau lebih sering.
3. Anjurkan klien untuk banyak
minum 2,5 liter/24 jam dan
Mandiri :1. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
2. Tanda-tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan
umum klien.
3. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 17
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
18/24
jelaskan manfaatnya bagi klien.
4. Lakukan Tepid Water Sponge.
5. Anjurkan untuk tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi :
6. Berikan terapi cairan IVFD dan
obat antipiretik.
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
4. Tepid Water Sponge dapat
menurunkan penguapan dan
penurunan suhu tubuh.
5. Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi panas dalam tubuh.
Kolaborasi :
6. Pemberian cairan dan obat
antipiretik sangat penting bagi
klien dengan suhu tinggi yaitu
untuk menurunkan suhu tubuhnya.
DX II : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil : 1. Berat badan stabil dalam batas normal.
2. Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji mual, sakit menelan, dan
muntah yang dialami oleh pasien.
2. Kaji cara/bagaimana makanan
dihidangkan.
3. Berikan makanan yang mudah
ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Mandiri :
1. Untuk menetapkan cara
mengatasinya.
2. Cara menghidangkan makanan
dapat mempengarauhi nafsu makan
klien.
3. Membantu mengurangi kelelahan
pasien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 18
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
19/24
4. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi
bagi klien terutama saat klien sakit.
5. Berikan umpan balik positif pada
saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
6. Catat jumlah/porsi makan yang
dihabiskan oleh klien setiap hari.
7. Lakukan oral hygiene dengan
menggunakan sikat gigi yang
lunak.
8. Timbang berat badan setiap hari
Kolaborasi :
9. Bererikan obat-obatan antasida
(anti emetik) sesuai
program/instruksi dokter.
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diit yang tepat.
4. Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang nutrisi sehingga motivasi
makan meningkat.
5. Motivasi dan meningkatklan
semangat pasien.
6. Untuk mengetahui pemenuhan
nutrisi.
7. Meningkatkan nafsu makan.
8. Mengetahui perkembangan status
nutrisi klien.
Kolaborasi :
9. Dengan pembarian obat tersebut
diharapkan intake nutrisi klien
meningkat karena mengurangi rasa
mual dan muntah.
10. Membantu proses penyembuhan
klien.
DX III : Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 19
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
20/24
Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda vital normal.
2. Jumlah trombosit klien meningkat.
3. Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor tanda-tanda perdarahan
dan trombosit yang disertai dengan
tanda-tanda klinis.
2. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat.
3. Berikan penyelasan pada keluerga
untuk segera melaporkan jika ada
tanda-tanda perdarahan.
4. Antisipasi terjadinya perdarahan
dengan menggunakan sikat gigi
lunak, memberikan tekanan pada
area tubuh setiap kali selesai
pengambilan darah.
Mandiri :
1. Penurunan jumlah trombosit
merupakan tanda-tanda adanya
perforasi pembuluh darah yang
pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis
berupa perdarahan (petekie,
epistaksis, dan melena).
2. Aktivitas yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
3. Mendapatkan penanganan segera
mungkin.
4. Mencegah terjadinya pendarahan.
DX IV : Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil : 1. Keadaan umum membaik
2. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan,
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 20
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
21/24
minum, dan personal hyiene (mandi, menggosok
gigi, dan bershampoo).
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji kebutuhan klien.
2. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan
klien berhubungan dengan
kelemahan fisiknya.
3. Bantu klien memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti
mandi, makan, dan eliminasi.
Mandiri :
1. Mengidentifikasi masalah klien.
2. Mengetahui tindakan keperawtan
yang akan diberikan sesuai dengan
masalah klien.
3. Pemberian bantuan sangat
diperlukan oleh klien pada saat
kondisinya lemah dan perawat
mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
DX V : Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Keadaan umum baik.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 21
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
22/24
3. Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum kilen.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4
jam.
3. Monitor tanda-tanda perdarahan.
4. Anjurkan keluarga/klien untuk
segera melapor jika ada tanda-
tanda perdarahan.
5. Segera puasakan jika terjadi
perdarahan saluran pencernaan.
6. Perhatikan keluhan klien seperti
pusing, lemah, ekstremitas dingin,
sesak nafas.
Kolaborasi :
7. Berikan therapi cairan intra vena
jika terjadi perdarahan.
8. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito).
Mandiri :
1. Untuk mengetahui jika terjadi
tanda-tanda syok.
2. Untuk memastikan tidak terjadi per
syok.
3. Perdarahan yang cepat diketahui
dapat segera teratasi.
4. Untuk membantu tim perawat
untuk segara menentukan tindakan
yang tepat.
5. Untuk membantu mengistirahatkan
saluran pencernaan untuk
sementara selama perdarahanberasal dari saluran cerna.
6. mengetahui seberapa jauh
pengaruh perdarahan.
Kolaborasi
7. Untuk mengetahui kehilangan
cairan tubuh yang hebat yaitu
untuk mengatasi syok
hipovolemik.
8. Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yang
dialami klien, dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 22
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
23/24
9. Berikan trasfusi sesuai instruksi
dokter.
9. Untuk menganti volume darah
serta komponen yang hilang.
4. Evaluasi
a. Hipertermia dapat teratasi.
b. Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
c. Perdarahan tidak terjadi.
d. Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
e. Tidak terjadi syok hipovolemik.
Askep Pada Bayi atau Anak dengan masalah DHF | 23
-
7/23/2019 dhf jadiiiiiiiiiiiiiii
24/24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.
Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever
( DHF ).
4.2 Saran
Demam Berdarah Dengue atau DBD biasa menyerang saat musim
penghujan. Terlebih negara kita termasuk negara beriklim tropis yang
merupakan tempat hidup favorit bagi nyamuk. Demam ini bisa menjadi
penyakit yang mematikan jika tidak segera ditangani. Khususnya, anak-anak
seringkali menjadi sasaran dari gigitan nyamuk yang menyebabkan penyakit
ini. Sebagai orangtua, sebaiknya berusaha mencegah agar anak dan seluruh
anggota keluarga agar terhindar dari penyakit ini. Juga perlu bersikap sigap jika
ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala penyakit demam berdarah.
Bekali diri dengan informasi seputar penyakit ini agar dapat membantu akibat
negatif dari penyakit demam berdarah dengue.