DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · kita dapat bertemu dalam melaksanakan tugas-tugas...
-
Upload
nguyennguyet -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … · kita dapat bertemu dalam melaksanakan tugas-tugas...
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT KERJA KOMISI VII DPR RI
DENGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI
Tahun Sidang : 2016-2017
Masa Persidangan : IV (empat)
Rapat ke- :
Jenis Rapat : Rapat Kerja
Hari, Tanggal : Selasa, 4 April 2017
Waktu : 13.20 WIB – 18.12 WIB
Tempat : R. Rapat Komisi VII
Ketua Rapat :
Ir. H. Mulyadi (Wakil Ketua Komisi VII/F-PD)
Sekretaris Rapat :
Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi
VII)
Acara : 1. Perkembangan Pelaksanaan APBN Tahun 2017
2. Pelestarian Lingkungan Hidup dalam kaitan dengan
pemanfaatan sumber daya alam.
3. Laporan permasalahan lingkungan di lokasi
pertambangan , industri dan lain-lain.
4. Konsistensi penegakka hukum terhadap pelanggaran
lingkungan hidup (Perusahaan-perusahaan yang telah
diperiksa dan telah dipenalti)
5. Dan lin-lain
Hadir : .....Anggota
Dengan rincian:
Fraksi PDI-P 6 orang dari 10 Anggota
Fraksi Partai Gerindra 5 orang dari 6 Anggota
Fraksi Partai Golkar 4 orang dari 6 Anggota
Fraksi PAN 5 orang dari 5 Anggota
Fraksi Partai Demokrat 5 orang dari 6 Anggota
Fraksi PKB 1 orang dari 4 Anggota
Fraksi PKS 2 orang dari 3 Anggota
Fraksi PPP 3 orang dari 4 Anggota
Fraksi Partai Hanura ... orang dari 2 Anggota
Fraksi Partai Nasdem 3 orang dari 3 Anggota
JALANNYA RAPAT:
KETUA RAPAT (Ir. H. MULYADI/F-PD):
Kita mulai ya Pak Harry, Pak Farial.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang kami hormati Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang kami hormati Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia beserta seluruh jajarannya.
Serta hadirin sekalian.
Pertama-tama kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini
kita dapat bertemu dalam melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas perhatian serta kehadiran
Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI serta undangan yang hadir dalam acara
Rapat Kerja Komisi VII DPR RI. Sesuai undangan yang telah disampaikan dan
berdasarkan jadwal 2017, pada hari ini Komisi VII DPR RI akan melaksanakan
Rapat Kerja dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka
pelaksanaan fungsi pengawasan. Dengan agenda:
1. Perkembangan pelaksanaan APBN 2017.
2. Pelestarian lingkungan hidup dalam kaitan dengan pemanfaatan sumber
daya alam.
3. Laporan permasalah lingkungan hidup di lokasi pertambangan, industri
dan lain-lain.
4. Konsistensi penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungna hidup,
perusahaan-perusahaan mana saja yang telah diperiksa dan telah
diberikan sanksi atau pinalti.
5. Lain-lain.
Perlu juga kami informasikan pada seluruh Anggota pada kesempatan ini,
waktu itu Pimpinan di undang oleh Pimpinan DPR RI untuk rapat koordinasi dengan
pemerintah. Salah satu agendanya adalah yang terkait dengan retribusi lahan atau
tanah dan reforma agraria, di mana didalamnya ada sekitar 4,1 juta hektar wlayah
hutan yang akan dilepaskan kepada masyarakat. Oleh karena itu bisa juga
disinggung nanti di nomor 5 Bu Menteri terkait dengan rencana pemerintah tersebut
karena kita juga semua Anggota DPR RI di daerah pemilihannya sangat terkait
dengan permasalahan-permasalahan yang disampaikan oleh pemerintah pada saat
rapat koordinasi tersebut.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan.
Sekalian mungkin poin 5 tadi datanya dipersiapkan Bu Menteri.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Iya mungkin sambil berjalannya rapat bisa diinformasikan, dipersiapkan oleh
stafnya kementerian.
Berdasarkan data dari Sekretariat Komisi VII DPR RI yang telah hadir dan
menandatangani daftar hadir adalah 6 Fraksi, sehingga sesuai dengan Pasal 251
ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib rapat ini telah memenuhi kuorum.
Oleh karena itu dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim izinkan saya
membuka rapat Komisi VII DPR RI.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.20 WIB)
Sesuai dengan Pasal 246 ayat (1) Tata Tertib DPR RI menyatakan bahwa
setiap rapat DPR bersifat terbuka kecuali dinyatakan tertutup. Kami mengusulkan
agar Rapat Kerja Komisi VII pada hari ini bersifat terbuka dan terbuka untuk umum.
Apakah dapat disetujui?.
(RAPAT:SETUJU)
Terima kasih.
Bapak-ibu yang kami hormati.
Pada tahun 2017 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
memperoleh anggaran sebesar Rp. 6,772 trilyun termasuk anggaran badan restorasi
gambut. Adapun program dan kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada tahun 2017 diarahkan untuk melaksanakan 4 program prioritas
nasional dan pelaksanaan program percepatan tahun 2017 yang meliputi
pengendalian kebakaran hutan dan lahan, peningkatan akses kelola hutan oleh
masyarakat, termasuk peningkatan kapasitas lembaga dan permodalan, tiga
pemanfaatan potensi wisata dan energi untuk mendukung pembangunan wilayah.
Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam salah satu sektor yang
berkontribusi dalam menimbulkan kerusakan lingkungan adalah sektor
pertambangan. Saat ini data Maret 2017 terdapat sekitar 8.620 perusahaan IUP,
6.058 UV CNC dan 2.562 UV non CNC. 34 perusahan pemegang kontrak karya dan
74 perusahaan TKP2B yang melaksanakan aktivitas pertambangan Indonesia,
belum lagi industri ....food manufactur yang semakin meningkat jumlahnya tentunya
memberikan dampak terhadap kualitas lingkungan hidup sekitar, sehingga upaya
pengawasan terhadap perusahaan pertambangan dan industri tersebut perlu
dilakukan untuk meningkatkan peraturan pelaku usaha di bidang lingkungan hidup.
Pada tahun 2016 berdasarkan capaian kinerja Ditjen Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan disebutkan terdapat 150 kasus P21 yang telah
diselesaikan dan 145 perusahaan mendapatkan sanksi administrasi, walaupun 150
kasus berkasnya sudah P21 namun dalam proses persidangan kasusnya sebagian
besar dimenangkan oleh perusak lingkungan. Sehingga diperlukan startegi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak dan memberikan
efek jera bagi perusak lingkungan tersebut.
Terkait hal tersebut maka pada hari ini Komisi VII DPR RI ingin memperoleh
penjelasan terutama yang berkaitan dengan agenda rapat pada hari ini. selanjutnya
demi efektifnya waktu rapat waktu Rapat Kerja kami berikan kesempatan kepada
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyampaikan paparannya.
Pada Bu Menteri kami persilakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore salam sejahtera.
Ohm suastiastu.
Yang kami hormati Pimpinan Komisi VII DPR RI.
Yang terhormat Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Kami bersyukur juga kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terima kasih atas
undangan Rapat Kerja hari ini dalam rangka fungsi pengawasan Komisi VII DPR RI
kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sesuai dengan undangan
izinkan kami melaporkan bahwa ada materi tertulis yang kami sampaikan dan saya
mohon izin untuk menyampaikan highlight beberapa persoalan seperti tadi yang
telah disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan Rapat Kerja. Berkaitan dengan
perkembangan pelaksanaan APBN tahun 2017, berkaitan dengan pelestarian
lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam, kemudian masalh-masalah
lingkungan terkait perkembangan industri dan sebagainya serta penegakan hukum
dan annti juga tentang reforma agraria ke dalam program-programnya.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Untuk bagian pertama terkait dengan perkembangan pelaksanaan APBN
tahun 2017, kami laporkan seperti tadi yang telah disampaikan yang terhormat
Pimpinan bahwa sampai dengan 31 Maret realisasi penyerapan anggaran KLHK
sebesar 9,68% dari pagu Rp. 6,775 trilyun. Sebagai catatan bahwa pada, di halaman
2 pada program yang ke-13 sebetulnya realisasi Direktorat Jenderal Pengendarian
Pencemaran Kerusakan Lingkungan itu 10% lebih, tetapi karena dana Badan
Restorasi gambut melekat di situ dan masih dalam tahap persiapan, maka kemudian
realisasinya kelihatan menjadi drop sampai di bawah 1%.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Izinkan saya melaporkan masing-masing program sebagaimana dapat dilihat
pada halaman 3 dan seterusnya yaitu pertama program pengelolaan hutan produksi
lestari dan usaha kehutanan, dengan pagu Rp. 89 milyar dan realisasi 7,31% pada
halaman 3 dan halaman 4 yang kita bisa lihat secara rinci di sana, isinya berkaitan
dengan kelembagaan kawasan produksi hutan produksi, kesatuan pengelolaan
hutan produksi yang kita persiapkan. Kemudian dalam program ini juga terkait
dengan bio energi, penyiapan, kemudian pembinaan produksi kayu dan pembinaan-
pembinaan secara keseluruhan yang secara rinci tertera pada halaman 3 dan 4.
Selanjutnya berkaitan dengan program pengendalian DAS, daerah aliran
sungai dan hutan lindung dengan pagu Rp. 1,062 trilyun dengan realisasi 7,85%.
Sebagai gambaran catatan realisasinya dapat kita lihat pada halaman 5-7, yang
isinya juga penguatan kelembagaan kesatuan pengelolaan hutan lindung. Jadi
kelembagaan untuk perlindungan hutan, kemudian langkah-langkah dan pekerjaan
rehabilitasi hutan, kemudian pekerjaan-pekerjaan konservasi tanah dan air,
pengadaan bibit 51 juta batang, juga pembinaan eko wisata dan jasa lingkungan dari
kawasan hutan lindung.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya pada program konservasi sumber daya alam dan ekosistem
dengan pagu Rp. 1,811 trilyun realisasi 12,52%. Secara rinci dapat kita lihat di
halaman 8-16 yang intinya adalah pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan
perlindungan kawasan konservasi, kemudian bagaimana taman nasional atau
kawasan konservasi sebagai pusat ekonomi atau menjadi resorces untuk kegiatan
masyarakat dan pertumbuhan daerah. Kemudian kegiatan yang berkaitan
keanekaragaman hayati dan satwa yang dilindungi termasuk penangkarannya, juga
tentang mangrove, juga berkaitan dengan jasa lingkungan dan terutama mikrohydro
dan panas bumi, serta pariwisata. Jadi dan demikian pula terkait dengan pembinaan
desa penyangga di sekitar kawasan-kawasan tersebut.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya program planologi dan tata lingkungan dengan pagu anggaran
Rp. 333,6 milyar dan realisasi 14,12% yang secara rinci catatan target dan realisasi
bisa kita lihat pada halaman 17-20, yang isinya berkaitan dengan penyiapan lahan
untuk pangan dan juga penyiapan areal untuk reforma agraria, tadi seperti yang
disampaikan oleh yang terhormat Pimpinan. Kemudian terkait dengan penyiapan
transmigrasi, lalu evaluasi dan pelayanan perizinan, kemudian pengarahan dan
penataan KLHS, jadi kajian lingkungan hidup strategis, kemudian penetaan hutan
setelah penyelesaian tata batas dan penyelesaian tata batas hutan sebanyak 86,59
juta hektar yang hingga saat ini sudah 86% dan kegiatan-kegiatan perpetaan serta
penguatan kelembagaan untuk perencanaan tapak bagi kawasan hutan.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya program penyuluhan dan pengembangan SDM dengan pagu Rp.
307,8 milyar dengan realisasi 16,48% yang secara rinci catatan kegiatan target dan
realisasinya pada halaman 20-24. Isinya terutama berkaitan dengan bagaimana kita
meningkatkan budaya lingkungan ke ruang-ruang pendidikan, ke kampus, juga
upaya peningkatan sumber daya manusia lingkup LHK baik aparat maupun dari
masyarakat, penyiapan tenaga-tenaga teknis muda, penyiapan pendamping bagi
pembinaan desa hutan dan hutan sosial juga perkaderan di tengah-tengah
masyarakat, seperti kader konservasi, lingkungan dan sebagainya.
Selanjutnya program perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan dengan
pagu Rp. 165,2 milyar dengan realisasi 9,95% yang catatannya dapat kita lihat pada
halaman 22-23, yang isinya adalah pembinaan pada komunitas untuk komunitas
kawasan hutan agar produktif dia diberikan akses. Jadi seperti tadi yang terhormat
Pimpinan katakan ada reforma agraria, ada perhutanan sosial. Jadi bedanya yang
satu dapet type link, dapat h, kalau hutan sosial hanya dapat akses. Jadi di dalam
program ini juga ada upaya pembinaan persutraan kemudian juga bagaimana juga
upaya kita menggali temuan inovasi masyarakat dalam hal ini Kalpataru, juga
pengelolaan hutan oleh masyarakat yang diproyeksikan seluas 330 ribu hektar dan
baru selesai 193 ribu dalam catatan kami sudah bumbuh 591 ribu hektar lagi
sebetulnya. Kemudian juga pembinana kelompok masyarakat dengan pemberian
sarana ekonomi produktif. Jadi tahun ini memang diharapkan ada percepatan lagi,
kalau lihat progresnya saya lihat usulan-usulan untuk perhutanan sosial itu
masuknya memang cukup deras dan ini sedang kita selesaikan.
Selanjutnya program penegakan hukum lingkungna hidup dan kehutanan
dengan pagu anggaran Rp. 235,7 milyar dengna realisasi 13,67%. Catatan detil
target dan realisasi terlihat pada halaman 24-26 yang isinya berkenaan dengan
pengamanan hutan, di situ ada datanya, kemudian operasi pencegahan, lalu
penanganan pengaduan masyarakat, kemudian pengawasan perizinan, pemberian
sansi, termasuk sanksi administrasi juga pidana dan perdata, kemudian penguatan
sarana dan pra sarana polisi hutan maupun satuan polisi reaksi cepat serta
pembinaan pejabat pengawas lingkungan hidup dan PPNS, jadi penyidik pegawai
negeri sipil.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Izinkan selanjutnya kami melaporkan program pengendalian perubahan iklim
dengan pagu Rp. 393 milyar dengan realisasi 6,2% catatannya pada halaman 27-28
dan ini berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan. Izinkan kami melaporkan
bahwa untuk kebakaran hutan dan lahan per tanggal 14 Maret, kami laporkan bahwa
terdeteksi sebanyak 188 hotspot dibandingkan dengan 2016 pada waktu yang sama
506 hotspot dibandingkan dengan 2015-nya pada rentang waktu yang sama itu
1.624 hotspot. Jadi sampai dengan sekarang juga masih musim hujan juga
kelihatannya masih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, akantetapi
kita terus melakukan langkah-langkah antisipasi.
Kami laporkan bahwa upaya pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan
merupakan penyiapan langkah-langkah organisasi dan penataan daerah, operasi
manggala aghni terutama untuk Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel,
Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulut dan peningkatan personil
pembinaan dan sebagainya. Kami telah menempatkan satu helikopter dan
Pekanbaru Riau sebagai sarana patroli pencegahan yang digunakan oleh Satgas
dan juga kita mempersiapkan patroli terpadu yang mencakup 450 desa yaitu Sumut
30 desa, Riau 136 desa dan seterusnya, jadi yang paling banyak memang di Riau
yang sedang terus kita tangani. Langkah-langkah kampanye pencegahan juga terus
dilakukan, kami laporkan bahwa Riau telah menetapkan status siaga darurat pada
tanggal 24 Januari dan Sumater Selatan juga telah menetapkan status siaga darurat
pada tanggal 31 Januari dan Gubernur Jambi juga telah menginstruksikan kepada
bupati, walikota se-provinsi Jambi untuk kewaspadaan kebakaran hutan, Kalimantan
Barat telah memberikan warning kewaspadaan bupati walikota, demikian pula
Kalimantan Selatan.
Bapak Pimpinan.
Langkah-langkah dan upaya pemadaman udara ternyata juga ada karena
secara sporadiks terjadi juga kebakaran hutan, jadi masih ada walaupun di musim
hujan. Jadi sampai dengan minggu ketiga Maret sudah ditumpahkan 45 ribu liter
water bombing dan terjadi kebakaran secara sporadik masih kecil-kecil dan kita
berupaya untuk terus kita kendalikan.
Kemudian dalam program perubahan iklim ini juga ada desa-desa kelurahan
rentan perubahan iklim yang dibina dan juga ada desa-desa untuk contoh
pemantauan penurunan emisi gas rumah kaca. Jadi ini semua bisa dilihat pada
halaman 28.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya terkait dengan program pengelolaan sampah, limbah dan B3
dengan pagu Rp. 129,86 milyar dan realisasi 10,58%. Kegiatan ini dikaitkan dengan
zero mercuri, jadi sudah ada rapat terbatas kabinet tentang penanganan mercuri dan
sudah diwaspadai peredaran dan perdgangan mercuri ini. kami juga sudah meminta
kepada para kepala daerah untuk mewaspadai mercuri ini dan menghentikan izin-
izin yang menggunakan mercuri dan dari kehutanan sendiri yang izin pelepasan
untuk tambang itu kita minta betul supaya jangan menambangnya jangan pakai
mercuri. Jadi upaya-upaya ke situ ada dan kelihatannya kita juga nanti kami mohon
arahan dan mohon dukungan untuk kita mungkin harus melihat kembali ratifikasi
untuk Minamata, Konvensi Minamata akan bahaya mercuri an nanti kami mohon izin
untuk konsultasi kepada yang terhormat Pimpinan Komisi VII untuk kita mulai
melihat kembali persoalan Konvensi Minamata ini.
Kemudian selain itu juga dalam program ini terkait dengan bank sampah
kelihatannya memang untuk melihat atau mengajak masyarakat sadar sampah untuk
melakukan yang sederhana reduce, reuse dan recycle melalui bank sampah
kelihatannya cukup efektif karena dalam satu tahun kalau tahun 2005 akhir itu
jumlah abnk sampah sekitar 2.800-an, sekarang sudah 4.200-4.300 bank sampah.
Kemudian juga kita konsentrasikan penanganan sampah di destinasi wisata, seperti
yang tahun ini yang kami dorong di Danau Toba dan kita sedang melihat yang di
pulau Komodo Labuan Bajo. Juga pemantauan sampah melalui sistem penilaian
Adipura dan pelayanan perizinan limbah.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Tentu ada juga usaha-usaha mengurangi angkutan sampah, kemudian pusat
daur ulang dan sebagainya.
Selanjutanya program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan,
secara rinci pagunya dulu sebesar Rp. 476,186 milyar dan realisasinya 0,93%.
Sebagaimana tadi kami laporkan bahwa kalau tanpa BRG, tanpa ada dana BRG
masuk di situ realisasinya sebetulnya sudah di atas 10%. Di halaman 33-37
kegiatannya secara umum adalah instalasi pengelolaan air limbah baik untuk
komunal maupun untuk penduduk, kemudian pemantauan kualitas air sungai,
kemudian pemulihan kawasan, kemudian evaluasi mutu industri melalui baku mutu,
kemudian pemulihan lahan-lahan pertambangan, terutama pertambangan emas
tanpa izin, ini di halaman 34-37.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya pada bagian kedua, kita bisa, kami ingin mohon izin untuk
melaporkan hal-hal berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup dan kaitannya
dengan pemanfaatan sumber daya alam. Di Indonesia kawasan konserrvasi bisa
dilihat sebagaimana tertera pada halaman 39, kalau lihat petanya yang kawasan
konservasi itu yang warnanya violet yang warna ungu, kemudian tercatat sebanyak
220 agar alam sebanyak 77 suaka margasatwa. Kita punya 51 taman nasional dan
seterusnya, dan sebagainya yang dan taman-taman nasional yang baru seperti
jamrud di Riau juga gunung Maros di Babel dan Gandang Dewata di Sulawesi Barat.
Ada nilai strategis dalam kawasan konservasi itu yaitu karena kita punjya
komitmen untuk mencegah kepunahan flora dan fauna, jadi komitmen
keanekaragaman hayati, Konvensi Nagoya. Kemudian dia juga bisa menjadi seperti
tadi kami laporkan menjadi resources untuk pusat pertumbuhan daerah dan ini bisa
kelihatan di halaman 41 dan seterusnya. Jadi ada kawasan-kawasan yang masuk
dalam kawasan konservasi, yang masuk dalam daerah wisata prioritas yaitu
kepulauan seribu di halaman 42, Bapak-Ibu yang terhormat. Taman nasional Bromo
Tengger Semeru, Komodo, Wakatobi.
Demikian pula kawasan konservasi ini merupakan tempat potensi panas
bumi, jadi kalau kita lihat datanya di halaman 43 itu di, di situ ada sebarannya 23 titik
di Sumatera, kemudian 11 titik di Pulau Jawa dan seterusnya. Jadi di sini kami
sudah pernahv di undang rapat di Pimpinan DPR RI tentang komitmen kita,
komitmen Kehutanan untuk energi geothermal dari kawasan hutan pada dasarnya
regulasinya memungkinkan dan tidak akan sulit, jadi itu sudah bisa kelihatan.
Demikian pula kawasan konservasi ini merupakan tempat di halaman 45
untuk tumbuhan dan satwa liar dengan nilai yang cukup besar. Kemudian selama ini
beberapa sanctuary atau pusat suaka juga kita kembangkan seperti di taman
nasional Bogani Naniwartabone di Sulawesi Tengah, kemudian di Sumatera Utara,
suaka margasatwa Barumun untuk harimau, kemudian di Sulawesi Utara Maleo, di
Sulawesi Selatan Anoa, Banti Murung, kemudian Baluran Jawa Timur, juga untuk
penyu, enggang dan rangkong di Kalimantan Barat serta kakatua paruh bengkok di
taman nasional Agepajawe dan rusa Timor untuk NTB dan elang untuk halimun
salak.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Tadi seperti disampaikan beberapa persoalan lingkungan yang paling
menonjol terkait industri dan kota-kota besar adalah terkait dengan pencemaran
udara yang mengakibatkan hujan asam. Sebetulnya kita lihat di halaman 47 dan
seterusnya hujan asam ini mengakibatkan percepatan korosi, beberapa material,
juga konstruksi sebetulnya. Kalau ada konstruksi ambruk itu sangat besar
kemungkinan karena terjadi karat akibat hujan asam. Jadi kalau kita gambarkan kora
Jakarta misalnya atau Tangerang dengan hujan, dengan Ph atau nilai derajat
keasaman 5,6-4,31 Ph-nya nilai kenetralan air karena kalau air netral itu Ph-nya
7kalau ke atas makin basah, kalau ke bawah berarti makin asam. Dalam catatan
kami di Tangerang Serpong itu 4,31-5,6 ph-nya dan di Bandung itu 4,46-5,46,
sebagai perbandingan sebetulnya aklau jeruk nipis kita isep itu kira-kira Ph-nya 3,5.
Jadi kalau dari 3,5 ke 7 nah yang di Tangerang Serpong ini kira-kira 4,3 jadi rada-
rada asem gitu. Kemudian di sini juga dilakukan beberapa penilaian tekait energi.
Selanjutnya terkait pencemaran saya mohon izin ini datanya masih terbatas
yang dilaporkan tertulis, nanti kami akan lengkapi lagi terkait tadi permintaan yang
terhormat Pimpinan untuk hal-hal menyangkut lingkungan yang terkait dengan
pencemaran dalam industri dan pemukiman. Di sini memang banyak laporan-
laporan dugaan kasus pencemaran limbah cair, kemudian air limbah ke laut,
kemudian pencemaran perusahaan, kemudian yang banjir di area Chevron dan
sebagainya termasuk yang di Indramayu pelabuhan batubara dan sebagainya itu
kita sudah coba tangani, paling tidak ketika ada pengaduan sudah diturunkan.
Kemudian terkait dengan terumbu karang yang kabupaten Raja Ampat yang
kena oleh kapal Croise, kami laporkan bahwa pada saat kejadian hari Sabtu, dirjen,
2 dirjen sebetulnya turun di sini, langsung melakukan rapat dengan para ahli dan
keesokan harinya turun ke lapangan melakukan penelitian. Jadi dari penelitian
pertama mula-mula diperkirakan 1.600 meter persegi terus ketika nyelem lagi masuk
menjadi 13 ribu dan terakhir dengna dikoordinasikan dengan Kemenko Maritim
perkiraan kerusakan terumbu karang menjadi 18 ribu meter persegi.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Selanjutnya berkenaan dengan reforma agraria, ini penjelasannya di halaman
55-88 tapi saya ingin menyampaikan beberapa highlight saja. Kita lihat di halaman
57, reforma agraria ini ada di dalam RPJMN pemerintah untuk 2015-2019 di dalam
RPJMN itu dikatakan bahwa reforma agraria itu kegiatannya berupa legalitas dan
pemberian akses lahan. Jadi aktivitasnya ada di Kementerian ATR karena
pemberian sertifikasi dan ada yang untuk redistribusi lahan, jadi land reform. Jadi
redistribusi lahan yang dari kawasan hutan sudah diidentifikasi di halaman 57 yaitu
di provinsi-provinsi sebagai berikut.
Dalam catatan ini tidak ada provinsi-provinsi yang di pulau Jawa, juga Bali
karena menurut Undang-undang 41 kalau forest cover-nya kurang dari 30%, maka
lahannya tidak boleh dilepas. Sedangkan prinsip reforma agraria atau redistribusi
dari kawasan hutan itu prinsipnya dia dilepas dari hutan, lalu diberikan kepada
komunitas dengan hak titleng, jadi dikasih ada sertifikat di situ. Memang desain
pelaksanaannya sedang di rancang oleh di kantor Menko Perekonomian karena
diharapkan sebetulnya selain didistribusikan, juga ekonomi produktifnjya itu di
desain, jadi dia akan berkelompok. Ini provinsi-provinsinya yang paling banyak dari
Kalimantan Tengah, kemudian Papua, Roau, Sumatra Utara, kemudian Kalimantan
Timur. Kalau kita lihat sebetulnya redistribusi land reform ini akan berkaitan dengan
kekurangan lahan, penduduknya banyak. Maka sebetulnya Jawa, seluruh Jawa,
kemudian Sulawesi Selatan, Sumatera Utara itu sebetulnya provinsi yang
membutuhkan, oleh karena itu ini kombinasi antara ATR dan Kehutanan, itu dia akan
berjalan, itu yang pertama.
Yang kedua, di kementerian kita juga ada program yang namanya hutan
sosial, hutannya boleh dipakai, yang tidak boleh adalah dilepas dan menjadi ada hak
di atasnya. Oleh karena itu di beberapa tempat terutama nanti di Pulau Jawa, Bali,
NTB, Lampung itu bisa dikombinasi kalau ada land reform atau redistribusi dari ek
GU atau tanah-tanah terlantar dari ATR, maka dengan kehutanannya bisa hutan
sosial. Jadi dapet akses masuk tapi hanya boleh memanfaatkan, tapi dia legal
berada di situ. Jadi konsepnya seperti itu.
Nah kalau lihat di halaman 58 maka sebetulnya yang tersedia lahannya dari
kawasan hutan itu di halaman 58 itu ada untuk pencadangannya 4,85 juta hektar,
baik dari pelepasan kawasan untuk perkebunan yang dalam aturannya sebetulnya
sudah ditegaskan 20%, juga dari hutan produksi yang dapat dikonversi yang sudah
tidak produktif dan juga ada pemukiman transmigrasi, cetak sawah, ada pemukiman
lama yang ada di dalam hutan, juga ada sawah tambak dan pertanian lahan kering.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Bagaimana skema dan pentahapannya itu bisa dilihat pada halaman-halaman
berikutnya dan izinkan saya melaporkan yang hutan sosial. Dia berbeda dengan
reforma agraria karena tadi seperti saya sampaikan kita lihat di halaman 66. Untuk
reforma agraria dapat diberikan alas title hak dari BPN, kalau untuk hutan sosial
dapat diberikan hak pengelola atau pemanfaatan. Jadi di situ bedanya dan kita lihat
sekarang yang hutan sosial berbeda arealnya dengan yang tanah reforma agraria
yaitu pada halaman 70. Jadi di halaman 70 itu areak hutan sosial yang bisa menjadi
program untuk kepentingan masyarakat ini bisa dilihat dengan pencadangannya
kira-kira 13,4 juta walaupun di RPJMN-nya disbeut 12,7 juta hektar. Jadi bisa kita
lihat provinsinya yang gede-gede ini Sumatera Utara, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel,
Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, NTB, NTT dan Papua, ini yang gede-gede yang di
atas 400 ribuan hektar. Jadi itu gambarannya usaha-usaha percepatannya sedang
kita lakukan dan faslitasinya juga sudah terus kita lakukan dan kita lihat di halaman
83.
Bapak-Ibu yang terhormat.
Di halaman 83 ini bahwa target RPJMN untuk hutan sosial adalah 12,7 juta
hektar, kemudian peta area indikatifnya 13,4 juta dan realisasinya, Bapak-Ibu yang
kami hormati. Agenda pemberdayaan masyarakat desa hutan itu sebetulnya sudah
ada sejak tahun 2007, tetapi konsepnya masih sanya konsep pemberdayaan
masyarakat. Jadi dia diberi akses, sesudah itu nggak terlalu intens. Kalau sekarang
yang disebut hutan sosial itu kita intensifkan produktif dan utuh gitu, jadi kita ikuti
betul. Jadi pada saat ini sudah realisasinya sudah 845 ribuan hektar, tetapi yang
periode 2007-2014 nya memang sudah ada 351 ribu, ini nanti kita revitalisasi,
kelompoknya, pembinaannya dan sebagainya. Nah realisasi selama 2015, 2016,
2017 itu kelihatan di halaman 83 ini.
Bapak-Ibu yang kami hormati.
Izinkan saya melaporkan untuk hutan sosial ini sangat cukup deras termasuk
didalamnya hutan adat. Itu sampai dengan Maret ini dalam catatan kami usulan
untuk 591 ribu, sedangkan yang untuk hutan adat kami laporkan bahwa yang telah
dikeluarkan sebagaimana terlihat pada halaman 84 dan 85, dan itu sudah
diselesaikan masing-masing masih berkelompok melalui verifikasi, penetapan Perda
dan sebagainya Bulukumba, Morowali, Sigi, Kerinci, di Jambi, kemudian Merangin,
Lebak dan Sekandau Kalbar, juga yang di Sumatera Utara kita keluarin dari arealnya
Toba .....Inti Indo Rayon dan dipersiapkan untuk hutan adat. Kemudian sementara
itu sedang dipersiapkan juga masih untuk Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, di tanah
datar, Kalbar, kemudian NTT, Kalimantan Selatan, Papua Barat, Sulawesi, Kaltara,
Bali dan Maluku Tenggara.
Bapak-Ibu, Pimpinan yang kami hormati.
Itu terkait dengan reforma agraria dan hutan sosial. Selanjutnya untuk
eksekusi penegakan hukum pidana dan perdata serta pendampingan proses hukum.
Izinkan kami melaporkan bahwa sampai saat ini usaha untuk pengambilalihan aset
putusan pidana DL Sitorus seluas 47 ribu hektar sedang dilakukan pendampingan
peradilan dan pengelolaan barang bukti juga yang terus diupayakan, pelaksanaan
eksekusi, seperti terlihat pada halaman 90 Kalista alam, kemudian Indo ....Indo
Kuasa, Simpang Kesak, kemudian juga MPL dan bumi mekar hijau. Jadi
penanganan, pengaduan pengawasan dan operasi pengamanan dari laporan yang
banyak kami meneruskan kepada direktorat jenderal lalu terjadi interaksi di dalam
proses pengaduan itu dan hal-hal yang harus ditindaklanjuti dengan proses hukum
dilakukan tindak lanjut berikutnya.
Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu Anggota yang kami hormati.
Demikian beberapa highlight yang ingin kami laporkan dan mohon berbagai
catatan dan pertimbangan-pertimbangan untuk penyempurnaan agenda kerja lebih
lanjut.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ohm shanti-santi ohm.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Bu Menteri.
Mungkin sedikit Bu, sebelum kita lanjutkan ke fase pendalaman, ada
beberapa hal yang mungkin perlu agak sedikit diberikan gambaran termasuk ini
program yang dicanangkan di daerah pemilihan kita masing-maisng Ibu.
Kelihatannya sampai saat ini kita belum dengar, apa masih dipersiapkan atau
bagaimana, sampai saat ini belum ada koordinasi sama sekali terkait dengan
program yang berbasis untuk kepentingan rakyat. Saya ggak tahu kalau ada yang di,
kalau saya sendiri saya belum dengar sebagai Pimpinan.
Kemudian nanti kalau di sini nggak memungkinkan data yang terkait dengan
Tora ini Bu, reformasi agraria ini dan retribusi aset atau tanah, kan ini per provinsi
sudah ada, tapi mohon kiranya itu di breakdown secara detil dan mohon kiranhya
juga bersifat partisipatif Bu, jangan data sepihak oleh masyarakat, nanti kita juga
memberikan masukan, kan bisa kita verifikasi di lapangan gitu, mana yang lebih
akurat karena ini menyangkut 4,1 juta hektar ini, mungkin kalau masukan, saya yakin
kalau kementerian mungkin melakukan itu pasti masukan dari pemerintah daerah.
Pemerintah daerah juga tidak luput juga Bu dari kepentingan-kepentingan, jadi
mohon kiranya ini 4,1 juta hektar ini.
Silakan Pak.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan.
Mungkin itu yang tadi saya minta dirjen yang bersangkutan menyiapkan data
yang tersebut supaya kita tahu di mana saja lokasi-lokasi tersebut, berapa
penyerapan anggaran yang akan dilakukan di sana. Nah itu perlu, jadi secara detil
kita minta, mungkin itu Pimpinan, supaya dipersiapkan.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Yuda tambahin.
WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Jadi gini, masalah reformasi tadi, reformasi agraria tadi kan melibatkan tidak
hanya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tapi juga BPN. Saya yakin
nanti dari teman-teman Komisi yang membidangi untuk BPN itu Komisi V ya, Komisi
II, mereka pasti akan menanyakan yang sama, supaya ada sinkronisasi saja Bu
karena jangan sampai nanti yang dimaksud dengan Pak Mul tadi, sifatnya partisipasi
aktif bertabrakan sesama komisi gitu. Jadi lebih bagus kalau itu transparan, jadi nanti
kerjasama antara BPN dengan KLHK diinformasikan utuh ke kita, supaya kita
mengetahui persis pemetaannya, lantas di mana letak di mana kita bisa melakukan
partisipasi aktif itu.
Terima kasih.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Sedikit Pimpinan, mungkin mempertegas saja karena lokasi yang akan dibagi
inikan kita ingin tahu juga, apakah lokasi yang sudah siap untuk dikelola masyarakat
atau yang akan mau dikelola Bu Menteri, itu yang perlu kita tahu juga gitu. jadi lokasi
ini lokasi yang hutan, memang hutan atau yang memang lokasi yang sudah
perusahaan-perusahaan yang bermasalah yang mungkin lahannya sudah ditarik
oleh pemerintah diserahkan, mungkin ada sebagian itu, nah itu yang perlu kita
fahami, di mana-mana saja lokasi ini dan berapa luas di setiap lokasi, nah ini yang
perlu kita tahu Bu Menteri.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Nasir.
Jadi sebagai contoh di Sumatera Barat ada 122.501 hektar ya, kalau saya
lihat yang Tora ini. tentu yang untuk pelepasan .... untuk pertanian, perkebunan,
permukiman, Fasos, Fasum dan juga pariwisata. Salah satunya di sini sebagai
contoh adalah eko wisata Bu Menteri, jadi saya pernah mengatakan Padang
Pariaman itu diperlukan pelepasan hutan itu untuk kepentingan eko wisata di daerah
Padang Pariaman, apakah itu juga sudah masuk. Kalau untuk wilayah tambang
seperti apa, jadi di inventaris bukan hanya berdasarkan provinsi juga tapi
berdasarkan fungsi atau kegiatan karena di sini ada untuk wilayah tambang,
pertanian, perhubungan, permukiman, Fasol, fasum dan lain-lain. Kita bisa lihat kita
cek di daerah kita ada yang tertinggal nggak, kita uji apakah yang masuk daftar ini
lebih prioritas dibandingkan misalnya ada kita temukan data lain karena kami yakin
Bu, dalam prakteknya jangankan kementerian dari pusat Pak, provinsi saja kadang-
kadang lebih tahu kita karena kita sehari-hari itu kalau di dapil 9 hari minimal itu pasti
muter-muter masuk ke kampung-kampung dan lain sebagainya. Ada juga untuk
kepentingan infrastruktur jalan, sebetulnya hutannya udah nggak ada tapi dia
dianggap masih hutan. Waktu itu kita mau bikin jalan nggak bisa karena dianggap
masih belum dilepaskan sebagai wilayah hutan, padahal nggak hutan di sana. Ini
juga apakah sudah dimasukkan, inilah kalau fungsi pengawasan kita di masing-
masing Dapil kita lakukan ini Bu, masalah ini ada koordinasi dengan berbagai komisi
dan kementerian ini kita ikut saja, yang paling penting kita adalah pengawasan kita
bisa kita lakukan dalam program ini.
Terus yang berikutnya juga perusak lingkungan ini kelihatannya perlu
diumumkan Bu karena saya lihat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sering kalah di pengadilan, perlu diumumkan karena biasanya itu lebih menakutkan
karena bisa-bisa produknya di. Ini yang juga strateginya ini yang sebetulnya kami
lakukan karena berdasarkan fakta dan yang terjadi itukan kelihatannya Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sering kalah di pengadilan. Tentu harus ada
strategi baru supaya proses pencemaran atau perusakan lingkungan ini nggak
berjalan terus.
Saya rasa beberapa catatan nanti teman-teman akan melakukan pendalaman
terutama dari catatan Pimpinan yang akan melakukan pendalaman apa bolehb itu
interaktif juga silakan atau boleh juga tidak interaktif kepada Ibu Andi Paris yang
pertama dan bersiap-siap Pak Muhammad Nasir.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Pak Ketua, saya mau interupsi sebentar.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Tjatur, sebelum pertanyaan interupsi.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Saya tadi Pak Ketua menyampaikan soal penegakan hukum, saya nggak lihat
Pak Dirjen Penegakan Hukum di mana ya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Bisa dilanjut Pak Tjatur.
Silakan Bu Andi.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Bu Menteri, Bu Dirjen dan staf Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Bu saya interaktif, saya mohon izin agak detil ya. Saya halaman 3 Bu, tentang
pemanfaatan hutan produksi untuk bio energi. Ini di sini tanamannya ada dari mulai
ekualitus sampai kemiri, ini bagaimana sih proses di sini kan disebutkan 20 ribu
hektar, ada berapa pertanyaan untuk nomor 3 ini. Pertama di mana sudah di uji coba
ini, lokasinya di mana, kemudian di sinikan masih ada 18 ribu itu rencananya mau
dilakukan di mana itu pertanyaan kedua untuk nomor 3.
Terus pertanyaan ketiga untuk nomor 3 ini, saya ingin tahu Bu apakah
memang untuk menghasilkan bio energi itu harus komposisi semua tanaman atau
tanaman-tanaman tertentu. Kemudian saya juga ingin tahu misalnya untuk Lamtoro,
uji coba hanya Lamtoro saja, di mana, jadi kita ingin tahu, kita juga ingin belajar. Ini
bisa dijawab dulu nggak Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Yang uji di NTB dan di Madura.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Terus inikan masih.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tanamannya nggak harus semua, jadi tergantung aja. Yang di Litbang Jawa
Timur itu Nyamplung yang dicoba, kemudian di Bali juga kantor PPE kita sudah
pakai juga bio energi. Yang Madura itu tanamannya Kaliandra, jadi berbeda-beda
dan tidak harus bersama-sama.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Iya Bu, karena begini Bu karena Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ini harus bisa membuat laporan dengan jenis tanaman berbeda itu, dia
menghasilkan berapa mega watt tentu kan ada perbandingan-perbandingannya,
mana yang lebih strong middle atau lower. Saya ingin punya laporan ini, kemudian
per jenis tanaman ini tadi Ibu tadi katakan di Madura, Bali itu berapa hektar di
masing-masing yang sudah dilakukan.
Pertanyaan selanjutnya Bu, adakah rencana untuk karena tadi Pak Ketua,
Pak Pimpinan Rapat mengatakan bagaimana program di Dapil-dapil, apakah akan
ada uji di Dapil-dapil Anggota Komisi VII terkait dengan bio energi karena kita di
Komisi VII selalu berbicara tentang bio energi dengan Kementerian ESDM juga
dengan Kementerian Ristek.
KETUA RAPAT:
Silakan kalau itu interaktif bisa langsung Bu.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Iya Bu, adakah rencana.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sebetulnya bjuat saya sih nggak ada masalah di mana saja asalkan memang
kan ketahuan prioritasnya, itukan sangat detil mungkin di Rapat Dengar Pendapat
saja diintensifkan karena pada dasarnya sih tidak ada batasannya, harus di sini,
harus di situ nggak ada batasannya, kecuali memang catatan-catatan prioritas. Saya
kira itu sangat detil ya mungkin didalami di Rapat Dengar Pendapat saja.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Oke siap, berarti bisa dimana saja ya Bu.
Kemudian untuk di sini ada target 1000 hektar untuk rehabilitasi hutan dan
lahan di Sebadan sungai 15 DAS prioritas. Realisasi fisiknya 1000 hektar ini apakah
berapa hektar. Pertama pertanyaannya berapa hektar yang sudah terealisasi, untuk
halaman 5 nomor 4, 15 DAS prioritas dan di DAS mana saja yang sudah terlaksana
kan realisasi fisiknya ukurannya kuantitatif juga di sini, di sini nggak kuantitatif di sini
baru tahap, atau baru memang belum selesai karena di sini baru pengukuran lokasi
ya Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Di situkan bunyinya masih rancangan teknis, kalau 15 DAS prioritasnya ya di
15 DAS itu yang.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Jadi semua serentak di 15 DAS prioritas itu baru pada tahap itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Arahnya 15 DAS.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Iya, kemudian pertanyaan selanjutnya nomor halaman 6 nomor 9, di sini
hanya disebutkan secara general tersedianya bibit berkualitas. Di sini kami harapkan
disebutkan bibit apa, kemudian di mana saja, apakah ini tentu pembibitannya di
lokasi, di sini ada penyapihan proses pembuatan bibit 51 ribu batang, ini bibit apa
Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Pertanyaannya apa, komoditasnya.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Iya bibit jenis apa.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ya banyak, jenis-jenis kayunya banyak, kemudian tambahannya adalah
tanaman produktif buah-buahan. Jadi ada duren, alpukat, sekarang ini
masyarakatnya justru minta 70% buah-buahan dan 30% kayu-kayuannya. Kalau
kayu-kayunya ya banyak ada gemelima, ada sengon, ada macam-macam.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Oke Bu, maksud saya pembicaraan teman-teman di sini tolong di perinci BU,
jadi kami bisa mendapatkan gambaran, oh ternyata ada bibit durian, ada bibit ini,
bibit ini dan ada lagi yang disebut di mana lokasinya Bu. Jadi kalau Pak Nasir mau
bibit duren buat di Dapilnya bisa ambil bibit durennya di mana, kira-kira begitu, oh di
Kaltim, ini saya sudah bnatu ya ditanyakan.
Kemudian pertanyaan nomor 10 Bu, untuk hutan mangrove 500 hektar. Ini
baru proses penyusunan rancangan, kami minta ini Bu di mana saja karena saya
terutama pernah pertanyaan saya pada rapat yang lalu balai mangrove kan sudah
tidak ada. Nah tentunya ada kesulitan juga ketika kami meminta bibit mangrove
dalam jumlah tertentu, seperti saya minta di Sulsel, memang tidak ada tersedia,
adapun hanya sedikit sekali. Ini untuk pertanyaan nomor 10.
Kemudian untuk pertanyaan nomor 11 jumlah sarana pra sarana pariwisata
alam. Di sini ada 6 kafeail, inikan berkoordinasi dengan dinas provinsi, tadi Pak
Ketua mengatakan kadang-kadang dinasnya nggak tahu mau di mana untuk pra
sarana wisata, jenisnya apa, nggak ada shelter, track market, kanopi bridge, ini kami
minta di-detail-kan. Jadi ketika ada surat ke Anggota, sudah bisa tune in kira-kira
apa yang ada dalam program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait
jumlah sarana dan pra sarana parawisata.
Nomor 15 Bu halaman 7, tadi malam kami rapat sampai jam 21.00 malam
dengan Badan Informasi Geospasial terkait dengan one map policy. Memang kami
bisa menyadari bahwa sangat sulit sekali untuk, jadi ego masing-masing
kementerian itu besar sekali. Nah di sini ada kompilasi peta DAS-nya 1:250.000 ini
sudah progresnya seperti apa Bu, kaitannya dengan koordinasi dengan BIG, sudah
dilakukan kah Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Laporan untuk BIG one map policy, saya bisa katakan bahwa data yang
paling lengkap dan terbaik dari KLHK karena GIS system-nya saya lihat di
situmemang yang terbaik. Jadi di laporan BIG kepada Bapak Presiden dalam one
map policy itu juustru peta yang paling banyak dan sudah jadi itu dari KLHK. Jadi
datanya lengkap, daftarnya nanti saya berikan saja.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pak Satya ini bisa didengarkan straight dengan kesimpulan rapat kita tadi
malam ya, jadi menurut Bu Menteri yang terlengkap adalah data yang dimiliki oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait dengan data.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
One map policy.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
One map policy, ini perlu disandingkan juga. Kemudian Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tadi di lab-nya juga boleh dilihat saya kira di Bakosurtanal, di BIG di Cibinong
maupun yang dari kita. Jadi itu saya nggak apakah mereka menyampaikan juga
laporan lengkap tentang one map policy-nya, map-nya apa saja ada, kalau nggak
salah ada 83 jenis atau 93 jenis begitu, itu kebanyakan itu yang lengkap itu yang dari
KLHK.
WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Saya tambahkan sedikit ya, jadi kemarin itu Bu BIG mengatakan dia harus
mensinkronisasi 84 tematik, data tematik. Nah sekarang sudah hampir
tersinkronisasi ini, tapi begitu mau diimplementasikan mereka mempunyai hambatan
dengan sektor-sektor itu. Padahal saya sudah katakan bahwa di dalam Undang-
undang Geospasial itu, BIG itu harus menjadi institusi rujukan. Jadi seharusnya apa
yang dikeluarkan oleh BIG, seluruh sektor harus mengikuti karena itu perintah dari
Undang-undang Geospasial. Walaupun dalam konteks ini yang terbesar mungkin
dari Kementerian Lingkungan Hidup sama Kehutanan gitu, tapi kan yang
diamanahkan ini oleh Undang-undang untuk mereka menjadi rujukan kan BIG. Jadi
kita mengharap supaya yang 84 itu terimplementasi dengan baik, itu kemarin
menjadi diskusi kami pada waktu dengan Kementerian Riset Teknologi & Pendidikan
Tinggi.
Terima kasih.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Mungkin apa nanti Pimpinan, perlu dihadirkan Menteri Riset Teknologi &
Pendidikan Tinggi atau BIG untuk, karena takutnya kan anggarannya tumpang
tindih, ada anggaran di sana, ada anggaran di sini, tapi iya, mereka sudah memiliki.
Tapi kalau menurut mereka Bu Menteri, izin Pimpinan, mereka yang share itu
semua. Nah itu yang perlu kita nanti kita luruskan supaya jangan nanti Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan softcopy saja dari mereka, tapi mengeluarkan
anggaran yang. Itu yang perlu yang nanti kita perjelas mungkin Pimpinan.
Mungkin itu.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Saya lanjut dulu Pak.
KETUA RAPAT:
Silakan.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Jadi Bu, untuk halaman 10 tentang peningkatan populasi keandekaragaman
hayati ini karena inikan, sebenarnya Bu Menteri ini sudah bagus, sudah
memperlihatkan target, tapi maksud saya di dalam penulisannya konsisten Bu. Jadi
ketika misalnya targetnya karena kalau dia nggak bisa Bu digabungkan, penyu
selisik, penyu belimbing, berbagai jenis ikan itu harus spesifik karena inikan
kaitannya juga dengan anggaran iya kan, kemudian juga dengan wilayah. Nah nanti
tolong misalnya targetnya 2%, 2% apanya, 2% penyunya, 2%ikannya, 2% penyu
selisik atau penyu belimbing. Ini mungkin diperbaiki Bu Menteri supaya bisa terukur
dengan baik.
Kemudian coba Ibu Menteri perhatikan di halaman 13 tentang sarana pra
sarana parawisata alam. Ini terjadi pengulangan di halaman sebelumnya coba
diperhatikan baik-baik ya.
Terus kemudian di sini Bu yang belum dikerjakan di halaman 15, kawasan
hutan konservasi pada zona tradisional yang dikelola dengan kemitraan dengan
masyarakat. Kami ingin tanya Bu teman-teman di Komisi VII ini, cara memilih, di
sinikan ada program dengan kelompok, dengan LSM ya, cara memilih kelompoknya
itu dengan LSM-nya itu bagaimana sih Bu kriterianya, supaya kami juga tahu. Nah di
sinikan halaman 45 juga menyebutkan luas kawasan konservasi pada zona
tradisional yang dikembangkan ya caranya adalah melalui kemitraan dengan
masyarakat, ini 20 ribu hektar dan belum dikerjakan. Nah ini kami ingin tahu
rencananya seperti apa terkait dengan lokasi dan luasan di masing-masing lokasi.
Kemudian halaman 16 tentang asesment aman lingkungan terhadap 20
produk rekayasa genetik. Di sini targetnya hanya 44 produk rekayasa genetika,
mungkin disebutkan saja rekayasa genetikanya apa saja, bisa dibantu Bu ini 44
produknya apa Bu ini, produk rekayasa genetika, halaman 16.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ini terus terang pekerjaannya bersama Komisi Keanekaragaman Hayati, saya
tidak ingat sekarang apa saja itu, tapi kita tertulis bisa berikan. Ini pekerjaannya
bersama Komisi Keanekaragaman Hayati yang ketuanya Pak DR. Agus Pakpahan.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pimpinan, izin di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu ada
program planologi dan tata lingkungan. Ini dari nomor 1-9 itu terkait dengan peta,
banyak yang terkait dengan peta. Nah ini memang kita harus dorong bagaimana
duduk bersama antara BIG dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Apalagi terkait dengan misalnya peta-peta di sini peta untuk perhutnanan sosial dan
penetapan kawasan hutan. Kita baru punya 85% ya penetapan kawasan hutan ini,
ini belum selesai 100%.
Kemudian Bu, di halaman 20 tentang jumlah sekolah akmpus yang peduli dan
berbudaya lingkungan. Di sini ada 500 sekolah ini teman-teman Komisi VII ini, 500
sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Ini mungkin bisa ditanyakan
mungkin Pimpinan juga apakah ini program wilayahnya sudah ditentukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau seperti yang disebutkan oleh
Bu Menteri tadi, still open mungkin bisa discuss mau di mana saja gitu kan.
Kemudian Bu, di sini nomor 3 di halaman 20 jumlah tenaga bakti rimbawan
yang meningkat kapasitasnya. Indikatornya apa Bu kalau meningkat kapasitasnya
karena ini terkait dengan program yang akan Ibu, kita dukung untuk tahun-tahun
yang akan datang. Mungkin ada dirjen yang bisa menjawab, jangan Bu Menteri
semua kasihan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Standarnya kita ada, ada SK menteri tentang standar kompetensi penyuluh
itu. Saya kira nanti bisa saya sertakan saja.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Oh iya Bu, karena kami juga sering di lapangan sering cari-cari rimbawan juga
ketemu-ketemu dengna rimbawan sambil ngobrol-ngobrol juga.
Kemudian di sini yang belum dikerjakan di halaman 21, jumlah kelas
kelompok tani. Jadi ada 450 kelas akan diadakan untuk meningkatkan kemampuan
kelompok tani, dari kelompok tani pemula ke madya melalui pengelolaan usaha. Ini
140 unit ini kami ingin tahu ini akan dilakukan mana saja. Ini semua banyak yang
belum dikerjakan juga, jumlah unit koperasi kelompok tani hutan yang dibentuk. Jadi
pembentukan baru ada 10 unit koperasi, kemudian jumlah lembaga pelatihan
pemagangan usaha kehutanan swadaya ada 10 unit. Nanti ada pertanyaan general
saya tadi Bu, bagaimana memilih kelompk-kelompok dan lembaga-lembaga itu.
Nah ini juga terkait dengan halaman 22 tentang perhutanan sosial, ada
komunitas penyelamat sumber daya alamnya, termasuk Kars. Kemarin saya sudah
diskusi juga dengan Pak Anung tentang Kars, di Maros itukan di Dapil saya ada
Kars, nanti mungkin bulan Mei kita akan ke sana dan untuk melihat dampak pabrik
semen terhadap kawasan Kars di kabupaten Maros. Ini ada 48 komunitas, berarti
ada komunitas-komunitas ini yang akan diberdayakan.
Pertanyaan halaman 22 nomor 3 Bu, saya sebenarnya tidak setuju juga impor
ulat sutera, tetapi sekarang stokl untuk benang sutranya tidak ada Bu. Apa kebijakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait dengan penyediaan ulat
sutera untuk, terutama di Sulawesi Selatan kita punya lebih dari 25 ribu pengrajin. Itu
pengrajinnya saja, sentranya, belum lagi orang-orang yang bekerja di pengrajin
tersebut. Ini apakah ada rencana untuk membuka kran impor pada batas tertentu,
sehingga tersedia bahan untuk pengrajin sutra.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya sudah disiapkan surat keputusan menteri, sedang finishing untuk
pengaturan impor ulat sutra.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Oke Pak ya, draftnya kan kita ikut bikin bersama ya, ya mudah-mudahan bisa
segera Bu, supaya setiap pulang ke Dapil saya 2 kabupaten nanti saya dikasih golok
Bu, jangan datang lagi, sampai tadi bupatinya telpon saya, udah dikasih tahu itu
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhenti bikin FGD, berhenti bikin
diskusi, jangna lagi datangi orang perhutanan sosial ke sini kalau tidak bisa kami izin
untuk sementara. Saya pun sebenarnya tidak terlalu setuju ya Pak, Pak Dirjen kan
sudah tahu untuk izin, tapi batas waktunya ada. Perhutaninya juga harus digenjot
Pak untuk menghasilkan kokon ini.
Kemudian Bu di halaman 23 nomor 3 ini, kalau bisa diperinci kan ada 330 ribu
hektar karena ada HKM-nya berapa, HD-nya berapa, HTR-nya berapa,
kemitraannya berapa. Jadi inikan seperti Ibu katakan tadi kita fungsi pengawasan
juga ingin tahu untuk jenis-jenis HKM ya, kemudian sampai kemitraan hutan-hutan
jenis ini di halaman 23 nomor 7. Apalagi di sini ada jumlah kelompok usaha, ini
sebenarnya nomor 7 sama 9 ini harus link di halaman 23.
Kemudian Bu, saya tertarik juga dengan sistem pengendalian perubahan
iklim. Tadi Ibu sudah menjelaskan ada adaptasi berbasis ekosistem untuk halaman
28 nomor 7, ini sampai di mana progresnya karena masih kosong di sini. Kemudian
nomor 9 halaman 28, tersedianya sistem inventarisasi gas rumah kaca 15 kabupaten
kota. Bisa nggak Bu, sistem inventarisasi rumah kacanya, gas rumah kacanya
seperti apa yang dilakukan. Kemudian di sini karena saya baca ada region Sulawesi,
di sini jumlah rumah sakit yang mula kapasitas untuk mengolah medis untuk region
Sulawesi di sini ada satu fasilitas belum dilaksanakan. Itu rencananya di mana Bu.
Kemudian di halaman 30 jumlah sampah yang berkurang, ini apa bedanya Bu
antara halaman 30 nomor 3 dengan halaman 32 nomor 9, inikan atau penerapannya
memang berbeda, yang satu dengan penerapan FPR, yang satu dengan sistem
urban farming atau seperti apa Bu, yang ini saya ingin dijelaskan.
Mungkin itu dulu yang saya ingin minta jawabannya secara detil dan terima
kasih atas perhatian Bu Menteri dan Bapak-Ibu Dirjen dan semua jajaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Berikutnya tadi sudah saya sampaikan Pak Muhammad Nasir, siap-siap Bu
Ari.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Terima kasih Pimpinan.
Yang saya hormati Pimpinan Rapat beserrta rekan-rekan teman-teman Komisi
VII.
Yang saya hormati Saudara Menteri beserrta jajarannya.
Mungkin ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada Bu Menteri,
mungkin interaktif, tapi tadi pertanyaan saya Pak Tjatur saya ingin mempertanyakan
juga tadi Dirjen Hukumnya kok tidak datang karena poin yang kita tanyakan poin 4
itu kita ingin mendalami proses-proses hukum yang kita sampaikan sampai sekarang
tidak ada kejelasan. Ada beberapa kasus yang saya sampaikan juga kepada Pak
Roy dan kunjungan kita, kunjungan spesifik juga pada waktu itu yang beberapa kali
kita lakukan, itu juga tidak ada kejelasan proses hukumnya. Nah ini bagaimana kira-
kira Bu Menteri, kita kan ingin minta jawaban ini, kepastian hukum di Dirjen Ibu ini
seperti apa kan harus tegas dan jelas, bagaimana menindak perusahaan-
perusahaan yang cukup merusak lingkungan, terutama yang pada waktu itu kita
sudah 2 kali kunjungan ke Riau, yaitu perusahana kayu yang cukup besar, yang
sudah merusak lingkungan yang cukup besar dan merambah hutan yang cukup
besar, tapi proses hukumnya sampai sekarang tidak jelas. Saya juga sudah
melakukian kunjungan spesifik, ini bagaimana bu pertanggungjawaban Ibu sebagai
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan terutama kepada Dirjen yang
bersangkutan dan dirjen tersebut juga ikut pada waktu kunjungan tersebut.
Ini mungkin saya izin Pimpinan, mungkin interaktif pada Bu Menteri untuk
minta jawaban dari kunjungan kita yang sampai sekarang itu belum ada hasilnya,
apa tindakan hukum yang dilakukan kepada perusahaan tersebut. Pada waktu itu
kita secara lisan sudah menyampaikan kepada Pak Dirjen, apa sanksi perusahaan
ini dari yang kita lakukan peninjauan sekarang, saya bilang pada waktu itu dengan
Pak Dirjen. Ada 2 jawaban yang diberikan kepada Pak Dirjen, perusahaan ini ditutup
sementara atau dilakukan proses pidana, tapi sampai sekarang kita tidak pernah
mendapat laporan secara tertulis maupun di dalam Rapat Kerja dengan Ibu Menteri
ini maupun Rapat Dengar Pendapat. Mungkin mohon izin Pimpinan, interaktif
dengan Bu Menteri untuk memintha jawaban dari hasil kunjungan spesifik yang kita
lakukan pada perusahaan-perusahaan tersebut.
KETUA RAPAT:
Silakan kalau interaktif.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Pertama Pak Roy itu sedang menjalankan tugas diklat.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Di mana Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Di LAN, dia satu-satunya dirjen yang belum mengikuti diklat, jadi memang
wajib mengikuti. Pelaksana tugasnya adalah Pak Dirjen Planologi.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Saya butuh jawabannya saja Bu, Ibu sebagai menteri saya minta jawaban
atas hasil kunjungan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya, nanti saya akan cek kasus-kasus yang dipersoalkan nanti portofolionya
akan saya cek di direktoratnya yang bersangkutan, nanti kita akan buat aja
laporannya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Kunjungan ini sudah setahun lebih kita lakukan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya saya akan cek.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Kalau Ibu sebagai menteri juga sudah 2 tahun, seharusnya Ibu sudah bisa
menjawab pertanyaan yang kita lakukan selama setahun lebih sudah melakukan
kunjungan ini karena sampai sekarang saya jadi bertanya sendiri, kenapa
perusahaan ini tidak tersentuh dengan proses hukum yang dilakukan dari lingkungan
maupun pihak-pihak lain gitu. Nah ini yang kami sangat kecewa karena perusahaan
ini cukup besar, apakah perusahaan ini punya kekuatan yang besar, nah untuk
melobi para-para menteri atau para-para dirjen atau para-para hukum yang lain, ini
adalah perusahaan .....yang cukup besar dan 2 kali waktu itu dipimpin oleh Pimpinan
juga, kita kunjungan spesifik ke sana tapi haislnya hampir ini hari tidak ada Bu. Nah
Ibu jawab kapan ini akan kita dapat putusan hasil yang Ibu putuskan dari
kementerian Ibu, apakah Ibu sudah memanggil perusahaan tersebut, apa yang
sudah dilakukan dengan kementerian tersebut dari perusahan tersebut yang sudah
kita lakukan peninjauan di lapangannya karena mereka mengambil kayu yang
katanya dari areal Kalimantan, pada waktu itu kayu hutan, itu juga tidak ada
jawabannya dan keputusan bagaimana keputusan hukumnya tidak ada dan proses
limbah yang merusak sungai Siak itu sudah cukup parah dan sampai sekarang juga
tidak ada keputusan hukumnya. Nah ini yang kita inginkan apa keputusan hukum
yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Saya
kunjungan terakhir dengan Pamk Satya ke luar negeri itu studi banding, saya melihat
proses hukum yang dilakukan negara itu jelas, kalau salah ya salah, kalau ditutup ya
ditutup gitu. saya tidak tahu apakah ini ada negosiasi, ada kepentingan atau ada
apa. Nah sampai sekarang ini sudah hampir 2 tahun, ini tidak ada kepastian hukum
yang dilakukan oleh kementerian gitu. saya minta kapan Ibu berikan jawaban ini
untuk Komisi VII karena kita sudah mengeluarkan anggaran untuk kunjungan
spesifik ke daerah tersebut dan hasil kunjungan itu sudah ada dari Komisi VII-nya,
tapi jawaban yang untuk tindak lanjut penindakan tentang perusahaan tersebut tidak
dilakukan sampai ini hari.
Yang kedua juga saya minta kunjungan pada waktu itu oleh Dirjen Hukum,
ada salah satu di Sumatera Utara itu juga tidak ada kejelasan yang merusak hutan
kurang lebih 3 ribu hektar di kabupaten Simalumun, itu juga tidak ada kepastian
hukumnya sampai ini hari. Padahal saya sudah minta kepada dirjen untuk
melakukan proses hukum, siapapun saya minta dilakukan proses hukum yang jelas,
tapi sampai sekarang saya tidak tahu apa yang dilakukan kementerian tersebut, tapi
biayanya terus keluar. Saya minta pertanggungjawaban Ibu sebagai Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak perusahaan-perusahana
tersebut, dcabut nggak izinnya, dipidanakan perusahaan tersebut, nah itu harusnya
ada proses. Saya sangat ibu Bu, saya pernah dateng ke Ibu dengan proses
masyarakat menggarap 2 hektar saja dilakukan penahanan oleh dirjen tersebut, tapi
dengan perusahaan sebesar itu tidak ada sentuhan sedikit pun kepada kementerian.
Nah saya tanda tanya ada apa di kementerian ini, pada waktu itu saya ngadep
kepada Ibu minta dilepaskan masyarakat yang Ibu tangkap melalui dirjen yang
ditahan sampai ke Mabes Polri hanya gara-gara lahan 2 hektar yang bahasanya
merusak lingkungan, tapi ini perusahaan yang cukup besar raksasa tidak tersentuh
dengan proses hukum, tapi masyarakat Riau Bu ngeluh dengan kondisi ini apa yang
bisa dilakukan karena rusak semua alamnya dan melakukan perambahan lahan
sawit 6 ribu hektar yang sudah ditanam masyarakat dengan kekuasaan-kekuasaan
perusahaan ini menumbang 6 ribu lahan kebun sawit masyarakat, yang memang di
kawasan hutan lindung. Tapi harusnya ada kebijakan menteri yang dilakukan di
sana, tapi lebih kuat perusahaan ini dengan oknum aparat, dikawal aparat
menumbang 6 ribu hektar kawasan yang sudah ditanam masyarakat, yang sudah
tumbuh ekonomi di sana untuk kehidupan masyarakat tersebut. Tapi perusahaan ini
tetap dilindungi, nah ada apa dengan perusahaan ini.
Saya ingin Bu minta jawaban Ibu sebagai menteri dan bertanggung jawab
tentang kasus ini. ini sudah hampir 2 tahun kita kunjungan resmi Bu ke perusahaan
tersebut dan kita sudah ambil airnya, kita coba ikan hidup di situ, ikan itu tidak
beberapa lama ikan itu mati, berarti kan memang mengandung zat-zat yang tidak
baik pada limbah tersebut dan itu sudah dilepas itungan detik puluhan ribu mungkin
per jam ya, nah itu setiap hari dan itu saya sudah berangkat dengan dirjen dan
rombongan, tapi tidak ada hasilnya sampai ini hari. Saya juga minta di kampung
halaman saya sendiri, ada satu pabrik yang saya bilang tolong ini ditindak. Kalau dia
bisa memperbaiki silakan, tapi kalau tidak memperbaiki tutup pabrik ini. itu juga nanti
kita bina dulu Pak, sementara masyarakat saya dia sudah mengambil area DAS
yang cukup besar karena kalau tumpah limbah dia itu langsung ke sungai karena
areal DAS yang dipakainya, tapi tidak ada tindakan hukum yang jelas. Jadi seperti
main-main saja saya lihat, dirjen ini pergi, pulang abisin anggaran, seminar-seminar,
tidak jelas.
Mungkin yang kedua Pimpinan, ini catatan penting pada waktu Rapat Dengar
Pendapat besok jawaban ini sudah saya minta. Silakan Bu Menteri sampaikan mau
dalam bentuk tertulis boleh, silakan, kalau tidak nanti di Rapat Kerja berikutnya saya
minta sudah ada tindak lanjut tentang ketegasan kementerian dari perusahaan-
perusahaan tersebut. Saya mohon izin Bu Menteri, ini penegasan Ibu sebagai
menteri supaya Ibu punya kinerja yang baik dalam kementerian ini. jadi punya
ketegasan jangan ada ya kalau memang dirjennya bisa dipakai, dipakai, kalau tidak
bisa dipakai diganti saja, masih banyak dirjen yang lain yang bisa jadi dirjen.
Mungkin menurut saya itu Bu, yang lebih bagik gitu, jadi nggak seperti ini, mungkin
negosiasi. Ini 2 hektar ditangkep di bawa ke Mabes Polri, saya pernah ngadep Bu
Menteri, Bu tolong lepaskan masyarakat ini, itu di Bangka Belitung karena teman
saya Ketua DPD di sana dan ketepatan Anggota Komisi VII. Waktu itu saya pegang
juga di HP-nya, saya bilang Bu ini 2 hektar. Nah dengan kebijakan Bu Menteri
memang dilihat kasusnya, saya bilang gelar Bu. Kalau memang kasus ini benar-
benar perusahaan tolong, saya di depan untuk membela kementerian. Tapi kalau ini
masyarakat dan sesuai Undang-undang itu ada dan harus dilepaskan dan sesuai
Undang-undang itu ada dan harus dilepaskan karena dia masyarakat, dia butuh
hidup.
Mungkin yang kedua Pimpinan, dari penyampaian bahan-bahan ini saya
minta nanti bahan-bahan berikutnya disampaikan secara detil supaya kita tahu di
mana fungsi anggaran ini diletakkan, di mana-mana lokasinya, berapa jumlah
pemakaiannya. Mungkin kalimat target ini bisa lebih terinci, nah mungkin bisa dibuat
di Rapat Dengar Pendapat tapi kita minta secara terinci dan secara terperinci,
semua kita tahu dan kita sebagai Anggota DPR RI ini harus tahu bagaimana
kegiatan ini dilaksanakan sampai tidak dilaksanakan oleh kementerian, disitulah
fungsi kami sebagai Anggota DPR RI dan kami ingin melihat bahwa ini sampai tidak
gitu karena kalau dilihat dari angka-angka yang cukup besar ini, pemanfaatan kayu-
kayu yang cukup besar nah saya tidak tahu juga perusahaan mana yang
memanfaatkan kayu ini, dimanfaatkan ke mana perusahaan ini kayunya, apakah di
ekspor ataukah digunakan sendiri ataukah ini benar atau tidak, ini kami ingin lihat
kondisinya dan ini mungkin tindak lanjut yang paling penting Bu tadi Dirjen Hukum
Ibu harus menjelaskan proses hukum yang sudah dilakukan.
Silakan Bu, kalau Ibu mau menambahi.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya ingin menjawab Ketua.
KETUA RAPAT:
Siapa yang interupsi, satu-satu dulu, yang Pak Nasir dulu nanti baru Pak Mat
Nasir.
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ada yang penting yang ingin saya sampaikan.
KETUA RAPAT:
Ini interaktif ya, silakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Bahwa pertama tidak benar ada satu perusahaan manapun yang
mempengaruhi keputusan kami di kementerian. Yang kedua, bahwa selama 3 tahun
sejak 2015, itu penerapan sanksi sudah diberikan kepada 306 perusahaan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Datanya Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ada 2015 48, 2016 217, 2017 selama sampai dengan sekarang 41, ini
kelihatannya akan masih nambah. Tadi yang di minta .....
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Maaf Bu, kita tolong di-print-kan saja data tersebut, di share saja ke teman-
teman, jadi supaya faham gitu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Yang tadi disebutkan RAPP yang di kabupaten Siak.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Peralawan Bu, kita sudah kunjungan spesifik, Pak Dirjen sendiri yang
mendampingi kita waktu itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya akan cek karena di saya ada daftar 42, ada yang di Simalungun tadi
yang ditanya apakah juga cocok yang di kepala sawit ya, Simalungun.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Bukan, yang di kecamatan Dolo Ayam 3 ribu hektar Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Karena ini daftar keputusannya juga sudah ada, nanti saya tinggal cocokkan
data saja Ketua.
KETUA RAPAT:
Mungkn sebelum diinterupsi begini, saran Bu Menteri inikan pertanyaan Pak
Nasir juga mungkin ada juga pertanyaan dan teman yang lain mungkin Pka Nasir.
Kalau bisa mungkin sistemnya Bu Menteri diubah, bagaimana sistemnya sifatnya
lebih terbuka. Misalnya kita akan website tertentu yang dibuka oleh Bu Menteri
misalnya, perusahaan ini dilaporkan, ininya apa statusnya, nama perusahaannya
apa, dilaporkan, terus prosesnya sedang apa, investigasi atau apa. Jadi dengan
adanya satu website tertentu kita setiap saat bisa memonitor, karena kmi melihat
perusak lingkungan inikan memang faktanya di lapangan mereka itukan ya kalau
istilahnya Pak Muh. Nasir tadi banyak juga yang kuat-kuat ya, kuat-kuat mungkin
ada backing-nya dan sebagainya. Dengan adanya transparansi itu akan
memudahkan semua pihak melakukan monitoring Bu, sifatnya hanya monitoring BU
yang diperlukan. Jadi sifanya pengawasan itu prinsipnya yang paling mendasar
adalah begitu terbuka dan transparan itu nggak ada celah. Jadi kalau Cuma yang
tahu saja hanya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, itu belum
transparan. Jadi begitu dibuka dan kita bisa mengakses secara online, up date,
kapan saja kita bisa tahu oh sekarang ini, ini dan begitu masyarakat melapor,
langsung juga ada tindak lanjutnya, dianggap laporannya setelah diverifikasi tidak
terbukti disampaikan tidak terbukti apa yang dilaporkan. Jadi kalau pelapor tidak
puas, dia bisa membawa data lain misalnya.
Jadi ini menurut saya masalah sistem Bu, kami usulkan supaya sistem ini bisa
dibikin lebih ini bisa nanti kita semua bisa memonitor.
Silakan Pak Mat Nasir interupsi ya, sebelum masuk yang lain
F-PD (H. MAT NASIR, S.Sos.):
Iya interupsi saya Pimpinan.
Terima kasih Pimpinan.
Yang terhormat Ibu Menteri.
Mungkin saya juga waktu itu ikut waktu ke RAPP, mungkin yang dimaksud
Bang Nasir ini adalah karena inikan memang ada pelanggaran di sana. Jadi kita
benar kata Bang Nasir, mungkin hampir 2 tahun ini kita nggak tahu sampai mana
prosesnya dan seperti apa prosesnya. Jadi mungkin tadi nggak jauh beda dengan
Pak Mul, mungkin kita per 2 bulan atau per 3 bulan lah paling lama kita itu dapat
laporan dari Dirjen Gakum. Setidaknya ini setiap tempat yang kita kunjungi dan ada
masalah, ini prosesnya sudah sampai mana. Jadi mungkin Pak Nasir nggak akan
emosi seperti ini kalau kita dapat laporan ini juga bahwa memang ini RAPP diproses.
Kalau sekarang kan kalau saya jujur memang tidak tahu prosesnya sudah sampai
mana, tapi kalau nggak salah sudah 2 kali kunjungan ke RAPP dan kita ambil
sampel air juga secara manual, terus kita lihat juga pohon-pohon yang di luar, di luar
semestinya yang katanya ngambil dari luar itu dan itu mungkin yang kita butuhkan
adalah setiap kita kunjungan ke lokasi yang bermasalah itu kita dapat laporannya
dari kementerian bahwa prosesnya sudah sampai mana. Kalau memang tidak
masalah ya laporkan tidak ada masalah, tapi kalau ada masalah prosesnya sudah
sampai mana, minimal paling lama 3 bulan lah kita dapet perbaruan proses, jadi
nggak 2 tahun kaya gini kita hambar nggak tahu apa-apa, tapi dibawah tetap aja
kesalahan-kesalahan terjadi. Mungkin tadi Pak Mul bilang tadi secara online,
mungkin ini secara manual saja Bu kirim ke DPR RI, ke Anggota, bisa jadi kita bisa
tahu prosesnya sampai mana gitu Bu.
Terima kasih.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Bisa saya lanjut Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Terima kasih.
Mungkin yang lainnya Bu, tadi menindaklanjuti penyampaian teman saya, dari
jawaban tertulis yang sudah disampaikan Bu Menteri pada waktu Rapat Kerja yang
sebelumnya, bahwa saya menanyakan pada waktu itu ada bibit durian. Tadi Ibu
menyampaikan di sini, bahwa dalam, hasil kesimpulan rapat kemarin bahwa
disepakati untuk 70% itu dilakukan bibit buah-buahan. Di jawaban itu saya
mendapatkan jawabannya, berarti kan ada ekonomi yang akan tumbuh di sana
sebenarnya, tapi jawaban itu saya melihat kita bukan nyari buahnya, tapi nyari
kayunya. Saya ingin mempertegas Bu, bahwa anggaran ini dipergunakan untuk
sebaik-baiknya, jadi pake 2 kualitas dong, kualitas yang baik saya sudah
memberikan masukan ada kultur-kultur jaringan yang baik. Nah ini bisa di sharing
dengan kementerian, supaya hasil anggaran itu bermanfaat dan bisa dipergunakan
untuk masyarakat karenakan bibit-bibit ini kami dari Komisi VII bisa ikut membagikan
di Dapil-dapil kami dan ini sangat bermanfaat untuk ekonomi masyarakat, karena
kalau sudah pakai kultur jaringan di situ pasti kualitasnya lebih baik, bisa menjadikan
tumbuh ekonomi yang baik dan nanti kalau sudah tua puluhan tahun kayunya bisa
dimanfaatkan oleh kehutanan.
Di sini yang mungkin saya perlu garisbawahi Bu Menteri dan Ibu tadi sudah
menyampaikan masukan saya ini, Ibu sudah sampaikan tadi 70% sudah kita sepajati
untuk dilakukan buah-buahan. Nah ini mungkin yang perlu dibenahi Bu Menteri.
masukan saya tadi karena sudah Ibu sampaikan dan pertanyaan teman saya tadi
dari Fraksi PAN, saya meluruskan saja supaya saya membaca hasil jawaban
pertanyaan saya yang Ibu jawab kemarin. Di situ yang menjadi saya ketawa sendiri
melihat jawaban itu, saya menjawabnya ini, dijawab ini, sekarang dijawab lagi
sekarang ini hari begini. Saya minta diluruskan proses ini, dilakukan anggarannya
dengan baik karena anggaran ini kita ingin feedback-nya segera cepat kembali ke
negara karena jangan sampai seperti kita membuang anggaran ke laut saja nati
percuma gitu.
Mungkin yang berikutnya tadi mungkin masalah hukum saya minta perincian
secara detil seperti yang disampaikan teman saya tadi, per triwulan mungkin per
masa reses kita sudah diberikan hasil kinerja seperti kita kalau di Komisi XI dulu tri
wulan laporan bank itu kita terima, bagaimana perkembangan ekonomi, bagaimana
pergerakan bank yang ada di Indonesia ini. saya berharap kementerian lingkungan
ini dan kehutanan bisa melaporkan seperti yang disampaikan Ketua tadi, seperti
yang dibuat Kementerian ESDM itu kita di forward Bu, apa kejadian yang, dia
melaporkan ke kita kondisi-kondisi energi yang ada di republik kita ini.
Terus masalah tadi pengendalian pencemaran tadi, ini Bu perlu penegasan
dari kementerian Ibu karena lingkungan ini kalau sebenar-benarnya dilakukan
dengan baik, saya rasa dampaknya untuk kita sendiri, tapi saya minta penegasan
tadi kepada semua dirjen saya minta melakukan proses kerjanya dengan baik
karena di sini saya melihat anggarannya cukup besar satu dirjen ada yang hampir
1,8 hampir 2 trilyun ya, tapi saya minta perinciannya setelah terperinci terutama
.....membuat bahan-bahannya harus jelas dan tegas, saya bisa membaca dan
mengerti tentang bahan ini, tapi dengan kondisi ini kita tidak mengerti bahan ini apa
rincian di dalamnya.
Mungkin itu saja Pimpinan, kita minta nanti dalam kesimpulan minta perincian
secara terperinci data-data dari kementerian lingkungan untuk kita bahas di Rapat
Dengar Pendapat mungkin.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Mungkin begini Bu Menteri, mungkin Pak Roy nggak hadir, tapi mungkinkan
kan Eselon II-nya ada yang hadir. Jadi nanti dia, mungkin tidak harus sekarang
menyiapkan catatannya secara lengkap babu nanti diberikan kan sambil Ibu tanya
kan biasanya yang di belakang tuh menyiapkan jawaban yang terkait dengan, itu
kebetulan saya sendiri yang mimpin ke Indah Kiat itu, dibuat apa yang sudah
dilakukan dan lain sebagainya nanti baru dikasihkan ke Bu Menteri gitu, karena
selain Pak Roy juga Eselon II-nya pasti menindaklanjuti ya. Yang menjadi
pertanyaan kita ini Bu Menteri, sejauhmana perusahaan-perusahaan besar itu bisa
ditindak ya dan saya sendiri mungkin kurang informasi. Maka dari itu mohon kiranya
sistemnya Bu, saya nggak tahu perusahaan besar mana yang sudah pernah ditindak
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang pernah ditutup. Itu yang
mungkin yang ditanya oleh Pak Nasir itu, silakan untuk interupsi nanti kita .....
Silakan.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO):
Masalah yang sama yang ditanyakan oleh Pak Nasir.
Boleh pendalaman sedikit, interupsi Pak.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mungkin nanti data yang akan diberikan kepada kami dilengkapi, tadi Bu
Menteri saya menyimak bahwa ada 200 lebih perusahaan yang sudah ditindak dan
saya sangat amat mendukung apabila Bu Menteri memberikan tindakan yang benar-
benar tegas. Kan itu bukan menjadi rahasia Bu, apa yang harus tindakan-tindakan
yang harus diberikan atau efek jera yang diberikan kepada mereka. Oleh karenanya
di seluruh perusahaan yang sudah diberikan sanksi itu, kami ingin dapatkan di dalam
data ini sanksinya apa. Kalau Cuma surat peringatan saja itu bukan efek jera
namanya, kami ingin tahu juga dan selama ini saya juga belum pernah melihat
bahwa dampak yang diberikan kepada kebakaran hutan itu ada beberapa
perusahan yang ditutup dan seharusnya pada kejadian itu bahkan presiden sudah
turun tangan langsung, nah ini tanggung jawabnya Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Jadi sekali lagi data yang akan diberikan itu akan harus
selengkaplengkapnya, sanksi apa saja yang diberikan terhadap perusahaan-
perusahaan itu.
Itu saja Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Hampir sama lah pertanyaan semua.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Ketua, izin mendaftar Ketua.
KETUA RAPAT:
Iya Bu Mercy, oke.
Jadi Bu Menteri pasti menangkap pertanyaan Anggota hampir sama lah
informasi Bu sebetulnya, informasi yang sebetulnya nggak sampai gitu, apalagi ke
masyarakat, Anggota DPR RI saja tidak dapat informasi. Jadi artinya dari 200 itu
apakah ada yang besar-besar itu juga yang kita nggak tahu. Jadi kita berharap
memang jangan tajamnya ke bawah Bu, tumpul ke atas itu yang sebetulnya. Yang
kita harapkan sebetulnya Anggota DPR RI mendorong Bu, secara politik Bu. Ibu
untuk melakukan siapapun yang ada di belakangnya, ya kalau melakukan kerusakan
ya kalau istilahnya Mat Nasir hajar.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Iya Pak Sekjen, Pak Sekjen harus mendukung ini, Pak Sekjen banyak
datanya ini Pimpinan, Cuma disimpen-simpen katanya, lagi biar kita panggil juga
perusahaan-perusahaan ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi itu Bu ya secara prinsip saya yakin Bu Menteri sudah menangkap, kami
secara politik mendukung Bu, jangan ragu. Saya rasa pemerintah juga harusnya
juga kuat, pemerintah sekarang kan sangat kuat kami melihat, jadi masa nggak bisa
sama yang besar-besar itu.
Selanjutnya kami persilakan dari Nasdem Bu Ari Yusnita, siap-siap Pak
Zulkifliemansyah.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Terima kasih Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore dan salam sejahtera.
Bu Menteri saya ingin menanyakan tentang, ada 3 pertanyaan saya yang
pertama tentang kajian, halaman 48 tentang kajian hujan asam di kota Jakarta,
Bandung dan Tangerang, apa ini cuma hanya di sini aja atau bisa diterapkan di
Dapil-dapil Bu, itu satu.
Terus yang kedua, saya mau menanyakan tentang bagaimana kelanjutan
pabrik semen yang di Kendeng kajian dari LHK, kapan ya Bu ya itu. Terus yang
ketiga sesuai dengan amanah konstituen, bahwa di daerah Kalimantan Utara,
tepatnya di kabupaten Nunukan abrasi itu ada terjadi di daerah pesisir pantai wilayah
di 2 kecamatan yang ada di pulau Sebatik, di Sebatik Timur dan Sebatik, eh Sebatik
Timur. Dampak yang terjadi dirasakan oleh warga desa Tanjung Aru, desa Sayu
Manurung dan desa Tanjung Karang. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan
daratan antara 2 hingga 10 meter per tahun dan sekarang dari panjang 114 km telah
tergerus 50 km yaitu dari 2 kecamatan serta 3 desa yang memiliki kawasan pantai.
Ini ada aspirasi dari masyarakat Kaltara untuk disampaikan kepada Ibu Siti Nurbaya
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, izinkan saya untuk
menyampaikan.
KETUA RAPAT:
Sudah ya, mau menyerahkan ya, foto dulu bukti ke Dapil ini, tapi bukan
persiapan UN ini kan, ini baru lulus SMA kelihatannya. Pak Kurtubi mau foto tuh,
mau lapor ke Pak Surya Paloh soalnya. Mudah-mudahan Bu Menteri sempat
membacanya, pasti kata Bu Menteri. jadi sudah selesai Bu Ari ya karena sudah
diserahkan, berarti sudah selesai tugasnya menyampaikan aspiras.
Selanjutnya Pak Zulkieflimansyah, siap-siap Bu Peggi.
F-PKS (Dr. ZULKIEFLIMANSYAH, S.E., M.Sc.):
Terima kasih Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ada 4 poin yang saya ingin tanyakan Bu Menteri, pertama ini di halaman 16
ya. Indonesia inikan cita-citanya maju, sejahtera, untuk maju sejahtera itu memang
mensyaratkan pembangunan itu harus berkesinanbungan, ada sustainability. Saya
kebetulan belajar ekonomi, persyaratan utama kesinambungan itu ada 2 variabel
yang penting yaitu inovasi teknologi dan kelestarian lingkungan hidup. Saya kira
kami berungtung di Komisi VII ini, kami punya mitra kerja yang kebetulan
berkecimpung dengan 2 variable yang penting untuk kesinambungan pembangunan.
Yang ingin saya tanyakan di nomor 50 itu kementerian yang Ibu pimpin itu ada
asesment terhadap produk rekayasa genetik. Yang ingin saya tanyakan yang
pertama ada kolaborasi yang hangat antara kementerian yang ibu pimpin dengan
Kementerian Riset Teknologi & Pendidikan Tinggi dan LPNK yang ada di bawahnya.
Serta produk rekayasa genetik apa yang sudah dinilai oleh kementerian yang ibu
pimpin ini karena jangna sampai nanti biotek itu memang dulu orang sangat anti
karena persepsinya negatif, tapi untuk kesinambungan padahal dibutuhkan. Nah
kalau tidak ada informasi yang simetris antara kementerian ibu dengan LPNK yang
memahami ini secara teknis dan Kementerian Riset Teknologi & Pendidikan Tinggi
takutnya nanti akan atas nama ketidaktahuan, kenaifan, kemudian kita menelan
buah pahit yang tidak perlu sebenarnya. Itu yang pertama.
Yang kedua di halaman 4, di halaman 4 nomor 9 itu memang menarik buat
saya karena kita ini ekonomi yang terbuka. Ekonomi yang terbuka itu mensyaratkan
hadirnya industrialisasi dan industrialisasi yang benar tidak semata secara
konvensional itu ditandai dengan peningkatan proporsi, sektor industri dalam GDP,
tapi sejatinya atau secara subtansif adalah adanya pendalaman struktur industri di
berbagai macam. Saya menarik atau tertarik ketika ada istilah forest base cluster
industry. Ini sebenernya apa, di mana, kemudian impact-nya terhadap industrialisasi
seperti apa dan apakah tidak ada bertentangan di satu sisi industrialisasi yang
biasanya eksploitatif dengan kelestarian lingkungan di sisi yang lain. Nah bagaimana
kira-kira 4 unit forest base cluster industriy yang menjadi target 2017 ini
direalisasikan di mana dan saya ingin tahu sebenarnya seperti apa.
Yang ketiga karena disamping Kementerian Riset Teknologi & Pendidikan
Tinggi, kemudian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, LPNK,
Kementerian ESDM. Jadi kalau mitra kerja kita apalagi kami yang ada di Badan
Anggaran ini Pimpinan, ini bisa ada pertemuan khusus diantara menteri-menteri
yang ada di menjadi mitra Komisi VII yang sangat menarik ini. yang ketiga
pertanyaan saya itu apakah di bawah kementerian yang Ibu pimpin itu ada proyek
yang namanya science techno park, ada ya Bu, nggak ada ya, syukur kalau nggak
ada.
Berarti saya Anggota keempat yang terakhir karena mitra kita juga
Kementerian ESDM, di berbagai tempat itu sering persoalan pertambangan ini
bersentuhan dengan Kehutanan. Mungkin kita bisa diberikan informasi tidak kira-kira
area pertambangan mana yang kadang-kadang sudah di eksplorasi gitu, tetapi tidak
jalan karena masih ada sangkut pautnya dengan persoalan kehutanan. Nah ini kira-
kira bisa diberikan kepada kami nggak kira-kira di mana saja, tambang itu tidak bisa
di eksploitir itu karena hanya bersentuhan dengan persoalan kehutanan. Saya kira
ini pertanyaan sederhana dari kami, mudah-mudahan bisa diberikan jawaban yang
singkat dan tepat.
Terima kasih Bu.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Selanjutnya kami persilakan Bu Peggy, siap-siap Pak Kurtubi.
F-PKB (PEGGI PATRICIA PATTIPI):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Pak Ketua.
Yang terhormat Ibu Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, para Dirjen,
para Direktur serta jajarannya.
Teman-teman Komisi VII.
Sebelum saya membacakan, menyampaikan aspirasi ini saya mau interaktif
dulu kepada Bu Menteri bahwa 3 pertanyaan ini saya minta untuk dijawab secara
tertulis karena ini aspirasi dari Fraksi saya. Dari 3 pertanyaan ini Ibu, salah satunya
sama seperti Ibu Ari sudah menanyakan tentang izin lingkungan yang Ibu berikan
kepada pabrik semen di Rembang tadi, apakah izin ini sudah sesuai atau
bagaimana.
Yang kedua karena di beberapa media memberitakan bahwa kajian
lingkungan hidup strategi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu kok
bisa berbeda ya dengan Kementerian ESDM dari Badan Geologi. Padahal kita tahu
bahwa Badan Geologi itu isinya itu orang-orang profesional seperti itu Bu Menteri.
Dan yang ketiga, kami berharap agar kajian ini dapat dilakukan secara hati-hati dan
profesional. Itu pertanyaan aspirasi dari Fraksi kami yang saya minta dijawab secara
tertulis.
Kedua, pertanyaan dari saya, saya melihat di halaman 54 ini tadi dalam kasus
dan tindak lanjut dari pengrusakan terumbu karang yang dilakukan kapal pesiar ya
Ibu, sudah sampai sejauhmana langkah-langkah hukum yang diambil oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan pihak pemilik kapal, itu satu
Bu. Dan yang kedua, apakah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sudah menyiapkan anggaran untuk merehabilitasi kerusakan terumbu karang ini. itu
saja pertanyaan saya.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Kurtubi, siap-siap Pak Bara.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Terima kasih Pak Ketua.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Rekan sejawat Anggota Komisi VII.
Yang terhormat Ibu Menteri berikut jajaran Bapak-Ibu Dirjen.
Pertanyaan saya menyangkut mungkin tadi sudah sebagian ada yang sudah
menyinggung tentang hujan asam di 3 kota, termasuk Jakarta ya. Nilai Ph di Jakarta
misalnya 4,31 Bu ya, yang normal itu mestinya 5,6. Nah ini apakah sudah termasuk
warning nggak hujan asam di Jakarta ini, mengingat ini akan terus meningkat
kayanya hujan asam ini karena kendaraan yang ada di Jakarta ini luar biasa
pertambahannya. Sehingga mungkin ini perlu dikaitkan nanti dengan kebijakan di
ESDM maupun Pertamina untuk suatu standar bahan bakar yang bisa mengurangi
efek terhadap hujan asam ini karena adanya polusi yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor yang begitu banyak. Pertanyaannya sekali lagi apakah sampai level
berapa hujan asam ini berbahaya dengan menggunakan indikator Ph ini, ini Jakarta
misalnya 4,31 terendah, Tangerang 465 dan seterusnya sampai level berapa aman
udaranya ini, jangan-jangan banyak warga Jakarta batuk ini karena udara yang
sudah tercemar ini. Dari penelitian ini, apakah ini melulu disebabkan karena polusi
dari kendaraan bermotor, apakah ada dampak dari katakanlah PLTU pembangkit
listrik tenaga batubara yang juga merupakan produsen dari pencemaran udara,
apakah ada penelitian dari LHK tentang dampak PLTU terhadap pencemaran udara,
mudah-mudahan kecil dampaknya, tidak sebesar dampak dari kendaraan bermotor.
Itu satu.
Kita sudah meratifikasi Paris Agreement itu, tentu indikasi-indikasi ini,
indikator-indikator ini bisa menjadi alat kebijakan ke depan tentang pengembangan
energi kita. Di sini disarankan untuk terus lebih banyak menggunakan non fosil ya,
bio energi. Nah berkaitan dengan ini lahan-lahan hutan yang tadinya merupakan
lahan tambang ada IUP, terus IUP-nya sudah selesai tidak ditambang lagi, mungkin
ini butuh pengaturan untuk diarahkan menjadi ladang energi lah, hutan energi untuk
bisa menghasilkan bio energi. Contohnya misalnya di Lombok maupun di Sumbawa
itu banyak terjadi ilegal logging maupun ilegal mining, terutama di wilayah-wilayah
yang tadinya ada IUP terus tidak ada kelanjutan IUP-nya, nambang begitu. Lalu
ilegal mining itu terjadi dan terang-terangan, pertanyaannya seperti rekan kami
sebelumnya, Gakkum-nya bagaimana, penegakan hukumnya sebab ini terang-
terang saja kalau mau lihat itu di Sumbawa maupun di Lombok Barat, sepotong, itu
terjadi terang-terangan itu. Lebih menyedihkan lagi mungkin di kabupaten Dompu
Bima, hutannya itu sudah gundul pacul, dampak dari pada ilegal logging yang
terlampau lama, sehingga hujan sedikit saja Bima itu tenggelam itu, apalah hujan
lebat. Hujan lebat itu Bima, Dompu, Sumbawa itu kebanjiran luar biasa Bu dan ini
perlu penataan atau upaya-upaya dari KLHK bagaimana agar solusinya ya harus
reboisasi kelihatannya itu karena air hujan begitu turun langsung saja menyapu ke
kota-kota itu, nggak ada penahannya. Ini tolong Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ini menaruh perhatian lebih serius terhadap kondisi hutan yang ada
kabupaten Bima, Dompu dan Sumbawa untuk mencegah banjir yang berulang-ulang
setiap hujan besar pasti banjir di daerah sana.
Berikutnya kurang lebih setahun yang lalu kami sudah sampaikan aspirasi
dari masyarakat pantai di Lombok Timur bagian selatan yang pantainya itu tergerus
karena hutan mangrove-nya itu rusak, sehingga solusinya harus ada penghutanan
kembali mangrove itu. Apakah dalam laporan halaman 6 nomor 10 tentang luas
areal rehabilitasi mangrove sebesar 500 hektar ini sudah termasuk penanaman
mangrove di kawasan Lombok Timur, pantai Lombok Timur bagian selatan, apakah
sudah masuk atau belum, mudah-mudahan sudah.
Terus ketiga, di Lombok itu khususnya ada burung yang menjadi ikon.
Lombok itu tahun 50, 60, 70-an, itu burung kadang hilang, apakah kok tidak
termasuk dalam daftar burung yang satu wayang dilindungi, namanya burung
Kuakaok, RRI Mataram itu selama 3 dekade itu selalu siarannya didahului oleh
suara burung kuakaok, sekarang burungnya nggak tahu di mana, hilang kayanya itu,
kok nggak termasuk burung yang dilindungi, mungkin masih ada 1-2 ekor di sekitar
Rinjani atau gunug sangkariang nggak tahu saya, tapi kok nggak termasuk dalam
daftar burung yang dilindungi gitu.
Demikian Bu Menteri, sekian.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Kurtubi.
Selanjutnya kami persilakan Pak Bara, siap-siap Pak Tjatur tapi lagi keluar.
Silakan Pak Bara.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Terima kasih Pak Ketua.
Selamat sore Bu Menteri dan jajarannya.
Saya igin me-refer pada presentasi Bu Menteri pada halaman 43 mengenai
konservasi geothermal panas bumi dan ini kaitannya dengan potensi geothermal
sebagai sumber energi re-newable energy dan memang kebetulan Indonesia ini
sangat kaya Bu ya dengan geothermal dan kebetulan di daerah pemilihan saya itu
Sulawesi Utara ini di peta yang Ibu sampaikan ini ada 10 titik itu di Sulawesi Utara
saja ada 10 titik karena banyak sekali gunung berapi di sana. Menurut data yang
pernah saya lihat memang 40% dari potensi geothermal dunia itu ada di Indonesia.
Jadi kalau sekarang ini tren dunia mengarah kepada clean energy, tentu ini bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber untuk kita Indonesia men-develop re-
newable energy berdasarkan geothermal. Tapi memang masalahnya hampir semua
atau mungkin semua dari titik geothermal tersebut terletak di wilayah konservasi
lingkungan hidup. Jadi pertanyaan saya bu, bagaimana kita bisa menciptakan
balance antara bagaimana kita bisa mempromosikan geothermal ini sebagai sumber
clean energy untuk masa depan yang potensi tidak diragukan lagi, juga dengan
bahwa ada kebutuhan untuk kita tetap memproteksi lingkungan hidup, jadi
bagaimana balance-nya di situ dan presentasi ini memang kurang begitu detil
menyampaikan bagaimana approach atau sikap dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan mengenai pemanfaatan potensi kawasan konservasi panas bumi,
mungkin bisa lebih detil ibu sampaikan dan memang dalam berbagai kunjungan
saya di daerah pemilihan itu banyak sekali komplain yang saya dengar mengenai,
mereka menyebut istilah sikap kaku dari, maaf Pak Dirjen Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan mengenai proses perizinan terhadap wilayah-wilayah
konservasi panas bumi. Jadi apakah ada juga koordinasi dengan Kementerian
ESDM, ini potensi luar biasa sekali Bu. Jadi kalau tidak dimanfaatkan dan Indonesia
kan bisa menjadi pusat dari geothermal dunia. Jadi kalau dunia mengarah kepada
clean energy tentu itu sesuatu yang Indonesia sudah ikuti dan sudah ikuti. Saya pikir
juga menjadi komitmen dari pemerintahan sekarang ini dan ini menjadi salah satu
sumber yang bisa kita manfaatkan, bagaimana kita bisa ....dan balance antara
mempromosikan geothermal sebagai sumber energi baru dan juga kebutuhan untuk
memperoteksi lingkungan hidup.
Yang kedua Bu, saya ingin bertanya juga soal perkembangan dari kasus
kebakaran hutan. Yang saya tahu yang saya baca di media ada 2 kasus yang
pemerintah kalah di pengadilan, bagaimana strategi, the next strategy dari
kementerian untuk bagaimana kita bisa betul-betul mendapatkan keadilan dari kasus
kebakaran hutan ini dan saya juga ingin bertanya tadi ada 2 atau 3 rekan saya yang
mempertanyakan soal legal enforcement di bidang lingkungan hidup, apakah
kementerian merasa bahwa kapasitas dan otoritas yang dimiliki sekarang itu cukup
untuk melakukan enforcement dalam bidang lingkungan hidup, khususnjya legal
enforcement ya. Dalam arti .....terjadi kemudian dilakukan penindakan hukum atau
memang kapasitas dari kementerian ini harus ditingkatkan lagi. Kalau mesti
ditingkatkan bagaimana dan mungkin DPR RI bisa juga bersuara untuk
mengusulkan bahwa untuk supaya bagi kita bisa lebih efektif dalam memproteksi
lingkungan hidup mungkin kapasitas dalam hal enforcement dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini bisa kita tingkatkan, begitu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Bara.
Pak Tjatur nggak ada ya, Pak Totok nggak ada, Pak Primus juga nggak ada.
F-PAN (BARA K. HASIBUAN, MA):
Enforcement dalam menghadapi perusahaan-perusahaan besar ya, yang
melakukan kerusakan lingkungan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kalau gitu langsung Bu Mercy nih.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Daftar Pimpinan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Terima kasih Pimpinan.
Teman-teman Komisi VII yang saya hormati.
Ibu Menteri dan seluruh jajaran yang saya hormati dan saya hargai.
Saya punya beberapa catatan berkaitan dengan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, dari sisi realisasi penyerapan anggaran tahun 2017 saya kira
karena ini baru triwulan pertama ya 2 sektor di Eselon I yang menyerap anggaran
yang lumayan, satu di Irjen Inspektorat Jenderal dan satu lagi itu di Litbang-nya,
sementara sisi yang lain masih kerja-kerja administratif. Kita berharap bahwa di sisa
triwulan-triwulan selanjutnya mungkin bisa digenjot sehingga serapan anggaran itu
dia maksimal sampai dengan akhir tahun anggaran. Mungkin ini yang pertama Bu
sebagai atensi.
Yang kedua bu, berkaitan dengan persoalan Freeport hari ini Poksi PDI
Perjuangan memberikan perhatian yang sangat serius berkaitan dengan masalah
tailing Freeport. Di tingkat level kebijakan hari ini sementara dibahas sejumlah
persoalan-persoalan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport sendiri berkaitan
dengan divestasi 51% dan seterusnya, dan seterusnya. Itu artinya bahwa pada
waktu yang hendak kita harapkan Pemerintah Indonesia akan menjadi pemegang
saham terbesar di sana, dengan demikian itukan pasti ada evaluasi aset dan
seterusnya termasuk kondisi lingkungan yang ada pasca tambang, setelah dialihkan
dari apa namanya kontrak karya ke IUPK yang turun sampai dengan 25 ribu. Sisi
yang lain ini berkaitan dengan pasca tambang sendiri menjadi perhatian serius dari
Poksi PDI Perjuangan.
Dalam catatan kami Bu, dapat kami sampaikan bahwa masalah tailing yang
ada di Freeport sendiri, ini sudah sangat amat masif. Laporan yang kami terima dari
PT Freeport di Panja Migas sendiri, di Panja Minerba maupun di Komisi dari seluruh
tailing yang dihasilkan harian dari Freeport sendiri tidak banyak yang terserap untuk
dialihfungsikan menjadi semen dan seterusnya lah seperti itu. Sementara dari
catatan yang kita punya foto potret dari atas itu bu, Mimika sendiri itu sudah jauh di
bawah dari tembok tanggul pemisah dengan tailing itu sendiri. jadi kalau ada apa-
apa ini bisa jebol, hancur ini Mimika secara keseluruhan.
Yang kedua, penampungan tailing itu sendiri, itu dengan luas lahan 230 ribu
hektar Bu. Sementara jarak dengan bibir pantai itu kurang lebih sekitar 120 km, nah
diantara jarak 120 km ini tailing yang jatuh itu jatuhnya ke sungai Akcua. Sungai
akcua sendiri dari data yang kami punya kami coba searching itu sungai yang
lumayan sangat besar dengna lebar itu kurang lebih sekitar 200 m Bu, tetapi dengan
tailing harian yang dihasilkan oleh Freeport dalam kerja normal harian itu bisa
dihasilkan 200-230 ton per hari Bu, 200-230 ton per hari dan itu dia kalau misalnya
musim hujan dan telah melampaui batas dia akan turun mengalir ke sungai-sungai,
sementara sungai akcua sendisi itu dia mempunyai banyak sekali, lebih dari 20 anak
sungai Bu dan seluruh endapan ini dia mengalir sampai ke laut. Nah yang menjadi
persoalan kami begitu air surut Bu, yang tertinggal dari 200 lebar meter, 200 meter
lebar tinggal hanya kurang lebih hanya 5 meter. Masyarakat Freeport punya
beberapa persoalan yang sangat mendasar di tingkat Das di bawah itu, daerah
aliran sungai yang ada di bawah. Yang pertama transportasi mobilisasi antar
kampung yang menggunakan aliran DAS itu dan yang kedua adalah rusaknya
seluruh ekosistem yang ada. Kemudian kehidupan masyarakat sehari-hari untuk
bertanam, bercocok tanam, bertani, mencari ikan dan seterusnya, dan seterusnya.
Di luar ada persoalan yang cukup serius data yang kami terima yaitu
rusaknya sumber-sumber air untuk kehidupan kesejahteraan masyarakat yang ada
di sana. Terkait dengan persoalan itu sendiri Bu, kami ingin mendapat gambaran
dari ibu sendiri berkaitan dengan yang pertama ini penanganannya pasca tambang
dengan Freeport. Sekiranya ini divestasi saham ini dia terus berjalan, LHK sudah
harus mengantisipasi pasca tambang, kelebihan area yang luasnya begitu besar itu
hubungannya dengan Freeport ini, hari ini modelnya bagaimana Bu karena Freeport
lapor ke kami itu yang bagus-bagus saja, tapi kami tahu bahwa dari semua tailing
yang dikeluarkan, yang dihasilkan harian itu tidak banyak yang terserap untuk di apa
namanya, detil lebih lanjut seperti itu. Nah kalau ini tidak kita antisipasi segera, ini
akan menjadi bom waktu bagi kami di kemudian hari bagi masyarakat yang ada di
sekitar pesisir Mimika.
Yang kedua bu, sejak tahun 2013 Pemda Mimika kalau mengeluarkan
keputusan untuk daerah bantara sungai yang ada di Mimika, itu sekitar 600 hektar
lahan dipakai sebagai kawasan industri pesisir, untuk pelabuhan, untuk industri
perkapalan dan sebagainya, dan sebagainya, jalan dan seterusnya. Ini juga menjadi
perhatian dari kami Bu, kalau sekiranya ini kemudian dimanfaatkan habis-habisan
untuk kawasan pesisir ini. ini juga akan menjadi persoalan yang sangat serius, kami
tidak tahu apakah LHK sendiri sudah melakukan koordinasi dengan Pemda Mimika
berkaitan dengan mengatasi persoalan tailing. Dan yang kedua adalah penanganan
terhadap izin-izin yang dikeluarkan di bantara pesisir Mimika itu sendiri. itu yang
pertama bu, berkaitan dengan masalah Freeport.
Yang kedua, ini berkaitan dengan izin-izin penanganan pulau-pulau kecil Bu,
tidak saja masakah reklamasi yang ada di Jakarta, tetapi seluruh pulau-pulau kecil
yang ada di Indonesia. Kemarin di dalam rapat bersama dengan Kementerian Riset
Teknologi & Pendidikan Tinggi, terutama dengan BIG kita bicara tentang apa yang
namanya one map service ya policy. Dari data-data yang kita punya Bu, ternyata
izin-izin pengelolaan pulau-pulau kecil Bu, berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat, untuk pulau-pulau kecil itu pembagiannya 30% menjadi milik
negara, 70% itu perizinan dalam bentuk hak pengelolaan. Didalamnya ada 30%
untuk ruang hijau, di luar pengeluaran izin-izin khusus kepada hak ulayat
masyarakat. Persoalan yang ada di provinsi-provinsi yang berbasis kepulauan ini Bu,
kita punya persoalan yang sangat serius terhadap pulau-pulau kecil. Saya kasih
contoh di Maluku misalnya hari ini kita punya persoalan dengan izin pertambangan
Romang yang ada di Maluku Barat Daya misalnya. Ibu kalau sampai di pulau
Romang, itu sudah tidak ada hutan lagi Bu, itu sudah lubang-lubang besar untuk
mereka drilling dalam rangka untuk pertambangan emas yang ada di sini, dan
semuanya hancur dari sisi lingkungan hidup.
Beberapa waktu yang lalu kami sudah berkoordinasi dengan Pak Roy dan tim
dari berbagai dari masyarakatnya sendiri, masyarakat adat, dari gerakan sipilnya,
sudah kita koordinasikan ketemu dengan Pak Roy dan jajarannya. Kami ingin minta
update penanganannya juga Bu, waktu itu Ibu siapa pernah mengontak saya Beliau
mau turun juga ke sana ya, tapi waktu itu tapi karena tabrakan waktu tidak bisa
bersama-sama. Kami ingin minta kejelasan soal ini Bu dan terutama kejelasan soal
izin-izin yang dikeluarkan untuk pulau-pulau kecil ini Bu. Mungkin Ibu bisa
menjelaskan sedikit ke kami supaya kami juga ada gambaran dari sisi lingkungan
hidup sendiri, perizinan yang dikeluarkan untuk Amdal-nya itu juga kami tidak tahu,
bentuknya seperti apa, bagian mana yang mengeluarkan izin untuk penanganan
khusus untuk yang pulau-pulau kecil karena untuk yang provinsi-provinsi kepulauan
rata-rata provinsi kepulauan yang masuk di dalam kaukus provinsi kepulauan yang
daratannya paling terbanyak itu yang akan masuk itu Sulawesi Tenggara Bu, sisa
yang lain kita punya darat itu rata-rata di bawa 9% Bu, Maluku sendiri hanya 6,3%
darat, 93 koma sekian persen itu laut semua. Jadi kalau penanganan pulau-pulau
kecil dengan seluruh izin-izin tidak terpadu ini akan menjadi persoalan yang sangat
serius.
Yang ketiga tentang one map policy, data-data yang saya coba lihat di sini
ada beberapa contoh one map policy dari LHK bekerjasama dengan BIG, baik untuk
DAS nasional, mungkin untuk hutan dan lain-lain. Kita ingin minta juga itu data
terpadu yang berkaitan dengan persoalan lingkungan hidup one map policy-nya Bu.
Jadi kalau kita klik di Maluku misalnya dari ribuan pulau kita tahu bahwa di
kabupaten ini ada kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan sampah atau
wilayah pesisir atau kehutanan atau pulau-pulau kecil, langsung klik langsung bisa
dapet datanya Bu, ini datanya agak susah diakses berkaitan dengan one map policy
khusus untuk kerusakan lingkungan satu Indonesia. Kalau di Komisi VII, kita bisa
mendapatkan data one map policy ini, ini jauh lebih bagus bagi kami dalam rangka
penyusunan kebijakan di waktu-waktu yang akan datang. Lebih membantu kami
untuk menganalisis persoalan-persoalan lingkungan hidup secara lebih
komprehensif dan integratif.
Jadi saya kira itu 3 hal yang dapat kami sampaikan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Pak Tjatur sudah datang, silakan Pak Tjatur.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Terima kasih Pak Ketua.
Mohon maaf tado sholat, sesuai arahan Kiai Imam sholat tepat waktu.
Bu Menteri dan jajaran yang saya hormati.
Ada beberapa hal dari saya, pertanyaan, ada komentar, ada masukan, ada
sedikit kesedihan dan kemarahan ada di ujungnya, tapi ii untuk kebaikan semuanya.
Yang pertama saya menghimbau untuk next laporan atau next paparan itu
disamping ada kegiatan, ada target juga disertakan lokasinya di mana. Jadi di sini
ditambahkan satu tabel lagi, satu lajur lagi lokasi di mana sehingga kita semua
aware. Banyak teman-teman nggak tahu di Dapilnya ada kegiatan gitu.
Yang berikutnya adalah saya meng-appeal 2 saja di 5 tahun kepemimpinan
Bu Menteri. ada 2 hal, yang pertama buat suatu pilot proyek yang signifikan tentang
badan air yang bisa kita bersihkan. Kalau boleh saya mengusulkan itu Citarum
sebagai proyek nasional karena itu terkenal terpoluted sedunia itu. Ini sudah ada tapi
anggarannya terlalu kecil, saya dulu Pak Rahmat Witoelar saya challenge untuk
tolong 5 tahun bersihkan sungai ciliwung, ternyata memang berat. Saya berharap
dengan bergabungnya kekuatan LH dan Kehutanan itu bisa, satu saja ini kalau kita
ke Korea dulu sungai Handu kotor, tetapi sekarang jadi tempat yang indah untuk
dijadikan wisata.
Kedua, buat pilot proyek paska tambang yang baik yang bagus, kalau kita ke
Kuala Lumpur ini sedikit keluar itu ada kawasan namanya sunway. Sunway itu dulu
bekas tambang timah kalau nggak salah itu, sekarang menjadi area permainan,
perhotelan dan luar biasa itu bekas tambang yang sangat buruk pada waktu itu. Tadi
menyambung beberapa teman yang lain soal pencemaran udara, saya berharap ini
ujung-ujungnya adalah penegakan hukum juga karena di sini saya lihat
rekomendasinya agak soft ini, kalau bisa betul-betul termasuk yang tadi, saya
berharap dulu itu kami Komisi VII dan LH itu buat Undang-undang 32 itu khususnya
Pasal 88 itu sangat keras dan sangat memihak pemerintah. Kalau bisa dibaca itu
ada namanya strick liability di situ, kalau sudah membuat kerusakan itu tanpa
pembuktian bisa itu, itu betul-betul keras dan itu sebetulnya suatu senjata
pamungkas buat LH untuk menegakkan hukum secara kuat itu. Saya berharap itu
dipakai itu Pasal 88 itu, itu azaz strick liability di dalam penegakan hukum, hukum
pidana khususnya. Jadi tadi juga Ketua juga menyampaikan semua hampir, kita
hampir sama ini Komisi VII memiliki pandangan yang sama terhadap soal ini.
Kemudian ini juga Pasal 88 ini ada juga yang 30-50 kasus non ligitasi tahun 2016,
kalau bisa jangan terlalu banyak lah ini karena dengan kerusakan lingkungan yang
luar biasa ini penegakan hukum itu mungkin lebih efektif gitu.
Berikutnya adalah saya mempertanyakan, tadi Mba Peggy juga
mempertanyakan tentang KLHS di Kendeng. Itu kita sertakan juga di 32 itu Pasal 15
khususnya karena Amdal harus diperluas untuk kita bisa mempengaruhi kebijakan
maka lahirlah KLHS ini. Maka saya minta betul, kalau boleh saya interaktif apakah
sudah selesai Bu untuk yang di Kendeng itu ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sesuai PP KLHS itu setelah jadi harus ke QE quality essurance, jadi sekarang
sudah selesai di KLHS. Kemarin dan hari ini sedang dibahas oleh tim ahli quality
essurance, kan di KLHS kan juga tim ahli, ada 16 profesional ahli-ahlinya. Kemudian
masuk ke quality essurance tim, jadi 2 hari ini sedang berproses.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Terima kasih penjelasannya.
Saya juga apresiasi ya, saya kira November 2016 itu jadi tongngak gitu KLHK
itu memang di kasasi. Nah yang saya perlu tanyakan itu apakah tindak lanjut dari
kasasi itu sudah di eksekusi itu dari kasasi yang menang 16 trilyun itu, di PT Merbau
itu Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Eksekusinya sedang, memang kan faktanya eksekusi dari proses-proses
hukum belum pernah ada yang terjadi. Jadi sekarang sedang saya minta dirjen
untuk mempelajari seluruh prosedur eksekusi itu supaya jadi. Memang selama ini
yang namanya hutan, yang namanya lingkungan hampir, bukan hampir belum
pernah ada yang jadi eksekusinya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Makanya inim saya berikan apresiasi dan ini tonggak sejarah, kita berharap
negara bisa melakukan eksekusi dari kekuatan hukum yang sudah inkrah di
Mahkamah Agung itu.
Yang berikutnya adalah lagi-lagi soal sampah ini Bu, saya apresias apa yang
sudah diperbuat dikerjkan oleh Bu Tuti ya, tapi ini negara urusan sampah ini tidak
urusan melulu KLHK. Sesuai Undang-undang yang, memang sesuai Undang-
undang menteri yang dimaksud itu LH waktu itu, tapi kenyataannya kan di lapangan
anggaran terbesar tidak di kita. Maka dan saya juga appeal Bu, beberapa peraturan
pelaksanaan yng mungkin belum ditindaklanjuti, pertama misalnya PP tentang
sampah spesifik ini mohon, terus kemudian Perpres Jakstranasnya, tentang EPR,
peraturan payung hukum EPR. EPR itu environmental poleted responsibility, ini
tindak lanjut dari poluter base principal, kalau yang pernah kuliah lingkungan tahu itu
Pak. Juga saya meng-appeal ada PP pembiayaan persampahan karena di Pemda-
pemda itu tidak ada suatu standar, standar APBD tentang pengelolaan
persampahan. Surabaya itu bagus lah 2,5% tapi kalau Bekasi 0,5% ya itu jauh
banget jomplangnya. Jadi kalau bisa ada satu PP khusus tentang pengelolaan
persampahan ini. Juga saya minta apa respon dari pemerintah setelah Perpres
Nomor 18 itu dibatalkan oleh Mahkamah Agung.
Ini terakhir Pak Ketua ini penting, ini penting terutama untuk Pak Gus. Jadi
begini, ini yang saya sedih dan sekaligus marah ini, tahun 2006, marah sama kita ini
semua, marah sama saya juga ini. 2006, 2005 komisi ini menelorkan suatu kebijakan
memperkenalkan DAK lingkungan hidup. Pada waktu itu sekitar 100, untuk pertama
kali sekitar 118 milyaran lah itu, terus kemudian naik terus, naik 200% hampir 300
milyar. Terus kemudian karena ada supply morgit itu anggaran kita agak berat tahun
2008-2009 itu tidak nambah, tapi setelah itu nambah terus sampai terakhir 2016 itu
hampir 900 milyar dan ini sangat berguna untuk daerah-daerah. nah tahun 2017 ini
DAK ini hilan, kok berani-beraninya itu pemerintah menghilangkan DAK lingkungan
hidup dan kehutanan ini. Saya cari tahu ke Kementerian Keuangan, Bappenas, ke
ESelon I-nya saya langsung telepon itu dan jawabannya itu lucu karena dianggap
bukan fisik, tidak boleh itukan DAK lingkungan hidup. Itu kenyataannya di daerah
juga jadi fisik juga terutama tentang persampahan gitu dan ini mempermalukan
komisi ini sebetulnya gitu. Saya berharap ini menjadi keputusan politik kita, Komisi
VII dan KLHK bersepakat untuk memperjuangkan kembali adanya DAK lingkungan
dan kehutanan ini iya nggak Bu. Ini jangan sampai hilang ini 2017, saya sudah
undang juga Pimpinan salah satu dua Pimpinan Badan Anggaran untuk
menghidupkan teman Bappenas untuk menghidupkan, kalau perlu Komisi VII
bersurat ke Pimpinan DPR RI ini, dihidupkan kembali ini. Ini isu besar ini DAK LHK
hilang itu, kita harus bersama-sama, kementerian juga harus berjuang ini di level
pemerintah untuk menghidupkan kembali ini DAK LH dan Kehutanan ini. Itu usul
yang pertama.
Usul yang kedua adalah Bapak Pimpinan, buatlah suatu saat Raker bersama
Kementerian LHK, ESDM dan Ristek. Ini ada yang perlu kita bahas bersama tentang
3 mitra kita ini terutama ya karena saling kait-mengait ada beberapa hal yang perlu
kita bicarakan tentang hubungan pertambangan dan lingkungan dan kehutanan dan
juga dengan teknologi-teknologi yang kita harusnya bisa di bidang pertambangan
dan migas itu, tetapi impornya terlalu banyak di situ. Itu saja usul yang bisa saya
sampaikan masukan kepada Ibu Menteri dan jajarannya.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Selanjutnya Pak Andi, oh Pak Primus dulu.
F-PD (H. MAT NASIR, S.Sos.):
Interupsi sebentar Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Silakan.
F-PD (H. MAT NASIR, S.Sos.):
Ingin menambah tadi Kandaku Pak Tjatur tadi, kemenangan KLHK itu bukan
hanya 16 milyar, malah saya pernah dengar KLHK.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
16 trilyun.
F-PD (H. MAT NASIR, S.Sos.):
16 trilyun dan terakhir saya dengar itu 78 milyar dan anehnya KLHK tidak
menerima Salinan putusan dari pengadilan, itu benar atau nggak itu karena yang
saya tahu KLHK menang di pengadilan 78 milyar, tapi KLHK tidak menerima Salinan
putusan dari pengadilan.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Itu mungkin sekaligus bisa kan itu penegakan hukum ya, itu sekaligus nanti
Bu Menteri merespon, tadi juga Pak Muh. Nasir data-data yang kunjungan.
Selanjutnya kami persilakan Pak Primus baru Pak Andi.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO):
Terima kasih Pimpinan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak-Ibu yang saya hormati.
Pertama saya ingin memperkenalkan diri nama saya Primus Yustisio saya
wajah baru Bu di Komisi VII ini tapi stok lama. Sebelumnya saya di Komisi VI kalau
sekarang Komisi VII artinya naik kelas Bu, biasanya yang lain turun kelas saya naik
Insya Allah. Saya dari Partai Amanat Nasional, Dapilnya Jawa Barat V cuma satu
kabupaten, kabupaten Bogor, luas sekali Ibu. Kalau ditanya bagaimana kondisi
hutannya di sana dan bagaimana ekosistem di sana, miris sekali. Saya yakin dulu
Jakarta banjir karena arus air dari daerah Bogor itu 5 tahun sekali, sekarangsatu
tahun 5 kali Bu. Artinya ada masalah serius ini yang harus segera ditangani dan
saya beberapa kali juga ke Dapil terkait hutan-hutan yang ada di sana dan
bagaimana mengantisipasi kerusakan yang ada di sana, pencemaran atau apapun
itu ternyata kementerian yang ibu pimpin ini belum memberikan dampak yang serius.
Terbukti ya dari volume air yang hadir ke ibu kota ini, salah satunya seperti itu.
Baik saya ke substansi pertama, saya tidak banyak-banyak karena undangan
hari ini terkait dengan anggaran. Jadi saya langsung anggaran Kementerian KLHK
ini adalah 6,7 triliun, itu kalau dibandingkan dengan Komisi VI yang lalu, semua ada
4 kementerian di sana dan jumlahnya cuma 8 triliun. Tetapi penyerapan
anggarannya di sana jauh lebih baik dari pada kementerian ibu ini. IIni sudah kuartal
pertama dan masih di bawah 10%. Saya tidak tahu bagaimana strategi yang akan
diterapkan, apakah sama seperti kebanyakan Pemda-Pemda juga bahwa di kuartal
terakhir, artinya di bulan November dan Desember itu dikebut. Apalagi yang paling
ya, yang paling berbahaya anggarannya adalah yang poin 13, saya cukup 1
halaman saja halaman 2 Bu di sini. Ditjen Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan itu hampir 1 trilyun, tapi penyerapannya tidak sampai 1%, ini
kenapa bu. Padahal nama Ditjen-nya itu sudah pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan, apakah memang tidak sanggup mengatasi atau
mengantisipasi masalah ini. Ini, ini tidak bisa dipandang sebelah mata bu, ini harus
dianggap sangat amat serius. Bu, saya ingin sedikit memberikan informasi bahwa
target penerimaan pajak kita meleset. Artinya dari 100% target itu cuma terealisasi
cuma 80% dan saya seyakin-yakinnya haqul yakin bahwa di APBNP 2017 ini akan
ada pemotongan di KL semuanya. Memang sistem anggaran kita seperti itu, apakah
ibu …… strategi akan, sebelum dipotong tapi meminta untuk dipotong anggaran ini.
Kalau melihat cara penyerapan seperti ini, ini sudah pasti menjadi prioritas Menteri
Keuangan untuk dipotong. Padahal kita ketahui betapa pentingnya anggaran ini
untuk lingkungan kita.
Nah saya ingin mendapatkan jawaban nanti secara komprehensif dari Ibu,
mudah-mudahan jawabannya bisa saya terima insya Allah.
Itu saja pimpinan terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Sudah Pak, selanjutnya Pak Andi selanjutnya Pak Aryo.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Baik, terima kasih.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ibu Menteri dan seluruh jajarannya yang saya hormati.
Teman-teman Pimpinan dan Anggota Komisi VII yang saya hormati.
Saya ke halaman 22 Bu, halaman 22 ini juga tadi sudah disampaikan oleh Bu
Andi Yuliani Paris. Pertama-tama saya menyampaikan apresiasi yang luar biasa
atas kerja serius dari kementerian terutama Pak Dirjen Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan mengenai revisi Kepmen yang terkait dengan impor bibit ulat
sutra. Saya dengar progress-ya sudah sampai ibu menteri saja, saya berharap betul
bahwa progress ini semakin cepat karena memang hal ini urgent dipertanyakan oleh
masyarakat kami di Sulawesi Selatan. Saya berharap bahwa Kepmen ini sudah
selesai sebelum kita mengadakan apa namanya FGD nanti di Makassar. Itu yang
pertama.
Yang kedua mungkin secara teknis nanti saya ingin mendapatkan penjelasan
dari pejabat terkait mengenai prosedur untuk masuk pada hutan, hutan sosial itu
yang tadi peminatnya deras sekali mungkin akan bertambah nanti kalau saya tahu
prosedurnya akan bertambah peminat ini karena di daerah kami sangat banyak yang
merasakan pentingnya. Mereka masuk di lahan itu karena selalu berhadapan
dengan aparat hukum, jika masuk pada hal yang dilakukan adalah menurut mereka
adalah hal yang legal saja. Itu yang kedua.
Yang ketiga mengenai kasus-kasus hukum, saya melihat tadi ini di halaman
90. Ini yang pertama itu adalah pelaksanaan eksekusi mengenai PT Silap Nasik Indo
Kuarsa dan PT Simpang Pesak Indo KUarsa terkait dengan areal yang sudah
dimenangkan oleh negara tentang sejumlah 47 ribu hektar. Ini untuk mengeksekusi
lahan seperti ini yang sawit yang sudah produktif, saya kira memang negara akan
mengalami kesulitasn karena ini menyangkut pengambilalihan sebuah perusahaan
yang sudah berjalan dengan karyawan yang begitu besar jumlahnya dengan
katakanlah alat-alat berat yang ada di sana. Lalu kemudian itu ditarik oleh yang
kalah, yang kalah lalu kemudian negara harus megganti semua itu dengan segera
beroperasi kembali dengan luasan 47 ribu hektar itu. Pertanyaan saya sejauhmana
progress yang disiapkan oleh kementerian, apakah ini diserahkan kepada BUMN di
bawah Kementerian LHK atau harus menggandeng pihak lain, pihak lain yang kira-
kira punya modal untuk itu, karena kalau ini tidak dianggarkan oleh negara
bagaimana proses pengambilalihan itu, lalu kemudian pasti akan terjadi chaos.
Kalau segera diambilalih karyawan puluhan ribu lalu kemudian kalau negara tidak
siap mangeksekusi itu lalu kita tidak siap, siapa yang akan mengganti itu maka akan
terjadi sesuatu yang mungkin secara sosial akan berdampak di daerah sana. Saya
berharap ini bisa kami dapat penjelasan tapi mungkin bisa saja tertulis penjelasan
itu.
Saya kira itu saja 3 yang saya sampaikan kepada forum terhormat ini.
Terima kasih Ibu Menteri.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Aryo, terakhir Pak Harry kelihatannya, penutup supaya afdhol.
Silakan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Terima kasih Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Ohm suastiastu nama budhaya rahayu.
Bu Menteri mohon maaf kalau saya tadi datangnya terlambat, masih agak
macet Jakarta, untuk dan juga saya mohon maaf di rapat kerja kita yang terakhir
tanggal 20 Februari pembahasan implementasi Paris Aggreement saya tidak ada
karena kesibukan kampanye juga, sekali lagi saya mohon maaf. Saya ada beberapa
pertanyaan tentang pertama-tama tentang tindak ketindaklanjutan dari Raker
terakhir, pertama-tama terimakasih bahwa tentang mass.......contribution sudah kami
terima, sudah kami terima dan juga yang lainnya sudah kami terima juga. Saya ingin
tanya di poin 4 kesimpulan nomor 4 di Raker kita terakhir tanggal 20 Februari lalu,
Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk
menyusun metriks tentang skema penurunan emisi gas karbon di masing-masing
kementerian terkait dan itu akan disampaikan paling lambat tanggal 27 Februari.
Saya ingin tanya apakah itu sudah dikirim atau tidak, karena seingat saya belum ada
itu, belum, berapa lama lagi kira-kira lebih kurang.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sinerginya rencana minggu depan, sebenernya yang KLHK kan juga sudah
ada beberapa sub itu sudah selesai, yang dengan ESDM, dengan perindustrian dan
Pertanian itu yang masih disinergikan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kementerian Pertanian, ESDM dan Perindustrian ya, boleh diingatkan lagi
nggak kalau tidak salah yang terbesar di LHK kan 19% ya, apa atau 30%, 17%.
Kemudian ESDM 11%, Perindustrisn dan Pertanian ada lagi, ada lagi sisanya. Oke
terima kasih itu, saya ingin tanya itu terkait notulensi terakhir.
Kemudian, mohon maaf kalau kita bicara tentang lingkungan hidup dan kalau
kita, kalau kita bicara Dapil saya masalah lingkungan hidup terbesar ada 2 yaitu
banjir karena daerah aliran sungai dan yang kedua reklamasi Bu. Saya percaya
bahwa Bu Menteri profesional dalam hal ini, oleh karena itu saya akan Dapil ini udah
tahu Bu, Bu Menteri sudah tahu Dapilnya .....baru gabung sama kita, jadi kalau Bu
Menteri sudah sangat tahu karena karena sudah saya ingatkan terus-menerus.
Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa saya percaya bahwa Bu Menteri
profesional dalam hal ini, saya percaya Bu Menteri menjunjung tinggi dan sangat
peduli dengan lingkungan hidup dan dalam hal ini saya akan lupakan bahwa Ibu itu
kebetulan dari Partai Nasdem yang mendukung petahana. Saya yakin ibu bisa, bisa
profesor dalam hal ini dan saya menanyakan ini karena kebetulan di Dapil saya di
Jakarta Barat, Utara dan Kepulauan Seribu itu mayoritas, dalam hal mayoritas
maksud saya adalah lebih dari 60% warga Jakarta itu menolak reklamasi. Bahkan
kalau di Jakarta Utara hampir 80% menolak reklamasi, saya baca di berita bahwa
tanggal 16 Maret 2017 yang lalu keputusan PTUN membatalkan surat izin
pelaksanaan reklamasi pulau K. Pulau K itu yang menempel dengan Dufan itu yang
di utaranya Puteri Duyung Cottage di situ, dekat Marinka. Tetapi saya ingin
mengingatkan kembali bahwa PTUN membatalkan keputusan PTUN tanggal 31
pada tanggal 31 Mei 2016 tentang Pulau G. Berarti saya asumsi Pulau G ini izinnya
masih ada, saya ingin tanya karena kebetulan beberapa kali saya debat di TV
dengan Jubir dari paslon sebelah banyak yang mengeluarkan pernyataan-
pernyataan tertentu. Saya ingin menggunakan forum untuk mengklarifikasi posisi
pemerintah pada saat ini, saya ingin tanya sama sekali lagi posisi pemerintah
tentang reklamasi mengingat bahwa di banyak Raker sebelumnya berulangkali
Kementerian LHK itu mengangkat bahwa reklamasi itu pulau-pulaunya itu tidak
memenuhi, tidak lolos Amdal. Jadi saya ingin tanya lagi, posisi hukum terkini terkait
pulau-pulau yang reklamasi yang ada saat ini. Sekali lagi ini adalah aspirasi dari
Dapil saya Bu, para nelayan ini, sms-sms yang kirim whatsup ke saya bahwa
mereka menolak reklamasi dan kebetulan partai saya menolak reklamasi. Tetapi
sekali lagi ini tidak lebih dari aspirasi masyarakat. Itu yang poin kedua.
Yang ketiga, Ibu Menteri menterinya beberapa kali saya mengingatkan bahwa
saya sangat malu dengan anggaran polisi hutan kita, forest rangers. Beberapa
konsinyering, pernah kita konsinyering di puncak di Kopo, waktu itu saya lihat bahwa
anggaran untuk polisi hutan 42 miliar, 3 million dolar, 3 juta dolar untuk negara
dengan hutan tropis terbesar di dunia kedua setelah Republik Demokratik Kongo.
Saya ingin tanya saya belum lihat di ..... yang kami dapat, saya lihat itu untuk
KSDAE di halaman 8, 9, 10 tidak dijelaskan penambahannya bagaimana. Yang ada
adalah kunjungan wisatawan dan sebagainya realisasi, tetapi saya tidak lihat karena
di halaman 9 poin 13 kan ditulis bahwa persen target 2017 adalah, persentase
peningkatan populasi 25 jenis satwa yang terancam punah berdasarkan IUCN
ratelist inikan baru realisasinya masih kecil sekali. Saya ingin tanya dan ini pasti
tidak terlepas dari komitmen Kementerian Lingkungan Hidup untuk menambah gaji
dan anggaran para polisi hutan kita. Saya sudah tanya 2-3 kali di 2, 3 Raker yang
sebelumnya saya tanya di sini, bagaimana pelaksanaan anggaran ini.
Itu saja Bu Menteri, pertama tentang kesimpulan di rapat terakhir, yang kedua
tentang reklamasi dan yang ketiga tentang anggaran untuk polisi hutan atau forest
rangers kita.
Sekian Pimpinan.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Aryo.
Selanjutnya kami persilakan Pak Daryatmo, lalu Pak Harry penutup lah.
Silakan Pak Daryatmo.
F-PDIP (Ir. H. DARYATMO MARDIYANTO):
Terima kasih.
Yang terhormat Ketua Komisi dan yang terhormat Anggota Komisi VII.
Yang terhormat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan serta para
jajarannya.
Data saya dalam perjalanan sebentar, tadi saya mengikuti terus terang,
berkeliling tapi mengikuti semua pembicaraan dan izin bagian yang mungkin belum
disampaikan, barangkali data-data yang bisa saya sampaikan. Yang pertama adalah
soal anggaran di 2017 tadi disampaikan, terakhir saya mendengar dari yang
terhormat Pak Aryo tadi sudah disebut bahwa masih di bawah 10%. Jadi pertama
menghargai bahwa bahan ini diberikan satu hari sebelumnya, jadi ada kesempatan
kita mempelajari dan sedikit menelusuri secara detil tentang bahan-bahan tersebut
dan ini adalah hal yang baik. Namun dengan hadirnya buku ini satu hari sebelumnya
tentu pembahasan bisa semakin mendalam. Ini mendalam tentu bagi kami adalah
baik untuk membangun suasana kolektif kemitraan kerja sama ini karena jauh
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam, catatan-catatan yang
didalami, serta terhindar sepenuhnya dari kondisi tiba waktu tiba akal karena kita
dasarnya adalah data-data. Oleh karenanya menyangkut soal penyerapan anggaran
proses yang dilakukan oleh pemerintahan yang sekarang adalah meningkatkan
penyerapan anggaran seawal mungkin. Dengan demikian tidak menumpuk pada
tahun-tahun pertengahan ketika diasumsikan anggarannya turun. Bahkan pada
bulan-bulan Desember sudah langkah-langkah melakukan lelang, walaupun
uangnya belum ada keputusan-keputusan bisa diambil. Oleh karenanya
mengharapkan memberikan pertimbangan saran agar nilai ini menjadi pemacu
karena beberapa kemitraan kita lainnya sudah sampai pada tahap yang di atas 10%,
bahkan sudah mencapai hampir 15%. Maka usul kami agar ada target gradual
selama 1 tahun ataupun salam triwulan-triwulan dalam bentuk grafik yang
menggambarkan penyerapan ini. Saya kira itu harapan kami berkaitan dengan
anggaran.
Kemudian yang kedua, teman-teman lain sudah menyinggung, Bu Mercy, Pak
Tjatur dan sebagainya. Soal Freeport tadi saya kira sudah disinggung saya kira itu
kami garisbawahi untuk memperoleh data lengkapnya dan bahkan pada singgungan
kalau menyangkut soal penegakan hukum. Kadangkala kita di lapangan di Freeport
pada periode lalu diberikan kegiatan penghiburan yaitu di belakang kota Mimika ada
wilayah yang dipenuhi dengan tailing yang sudah mendekati laut, lalu setiap
Anggota Komisi VII diberi jatah untuk menanam pohon dan pohon-pohon itu diberi
nama Anggota-anggota Komisi VII. Dan sebelumnya kita ditunjukkan pohon-pohon
yang ditanami oleh para tokoh-tokoh sebelumnya yang hadir di sana, di ujung dari
pembuangan tailing yang sudah hampir sampai ke laut di belakang kota Mimika. Jadi
Tembagapura dulu karena namanya tambang emas, jadi Tembagapuranya di,
terpaksa di Boner atau disimpan gitu. Jadi tentu ini tidak menghalangi keinginan dari
kita atau pendataan, jadi karena itu kita kemarin dengan Badan Informasi
Geospasial karena menyangkut pada butir selanjutnya. Kiranya dapat dilakukan
kerja sama dan kami harap kami masuk pada bagian yang dapat simpulkan pada
pertemuan ini sebagai kesimpulan yang sama terhadap soal Badan Informasi
Geospasial yang kemarin kita putuskan.
Jadi Badan Informasi Geospasial menyusun data dan memperoleh
penugasan dari pemerintah soal memetakan, mendata sawah baku di seluruh
wilayah nasional. Maka melentas sedikit pada soal mangrove yang belum
disinggung atau kita kembali pada lingkungan hidup tadi karena kita juga ingin
memperoleh data yang berhubungan dengan ini yang diinisiatif oleh LHK yang bisa
memanfaatkan Tupoksi yang dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial untuk
melihat peta sebenarnya, baris-baris batas sebenarnya tentang sebaran
pembuangan tailing tersebut. Ibu Mercy tadi menyinggung bahan dalam bentuk
tonase yang cukup besar, saya kira bisa dikonversikan dengan mudah. 1 gram
emas, 1 gram lembaga atau konsentrat itu ekuivalen dengan berapa ton ataupun
volume tailing yang dibuang. Nah demikian akan mudah sekali kalkulasi
matematisnya. Maka ini saya kira perlu yang kedua yang kami sampaikan.
Kemudian yang ketiga, izin ini pinjem Pak Harry Poernomo tadi halamannya
saya agak loncat itu adalah soal mangrove, Bapak-Ibu sekalian. Di dalam
keterangan ini mangrove ini ada, tetapi sungguh menjadi pertanyaan kita ketika
masuk pada data ini di kolom ketika realisasi fisik itu pada program pemetaan
mangrove kosong. Ini sedang saya telusuri tadi, saya sedang dalam perjalanan.
Jadi dengan demikian saya menggarisbawahi yang disampaikan oleh anggota yang
terdahulu tadi Pak Tjatur mendengar dari luar bahwa kelengkapan hal ini saya
usulkan untuk juga disajikan. Kalau Pak Tjatur menambah kolom, saya barangkali
menambah kolom horizontal, menambah vertikalnya karena soal mangrove-nya
tidak dituliskan rinciannya. Sementara di kolom ketiganya, mohon maaf ibu saya
pelan-pelan mencari buktinya yaitu pada kolom ketiga. Dengan demikian apakah
realisasi visi sampai bulan ini tidak ada sama sekali yang menyangkut soal
mangrove, apakah memang itu yang di titik-titik tempat lainnya tidak dilaksanakan
ataukah memang belum dilaksanakan. Jadi kalau belum dilaksanakan tentu sifatnya
perencanaan saja. Apakah 3 bulan melakukan perencanaan itu sesuatu waktu yang
cukup tepat ataukah bisa mengarah pada pekerjaan meja yang tidak bisa diukur
tentang pekerjaan lapangannya.
Jadi dengan demikian kalau ini dikaitkan dengan program kemarin yang kita
putuskan di dalam kesimpulan yaitu dengan Ristek ada bagian yang BIG akan
memetakan sawah baku. Maka kami mengusulkan juga dapat dimungkinkan bekerja
sama dengan BIG adalah memetakan mangrove secara nasional. Kalau sawah baku
yang menjadi tema tersebut, saya kira ini ketemu di halaman 10, ibu-bapak sekalian
nomor 14, jumlah kawasan mangrove yang dikelola sebagai kawasan ekosistem
esensial targetnya 12 kawasan mangrove, realisasi fisiknya sementara masih ......
jadi ini lalu menjadi pertanyaan kita. Maka kami nanti pada bagian itu sejajar dengan
keputusan yang kemarin adalah tentu harus menjadi urusan kita untuk dapat
memetakan mangrove ini, supaya ada progress karena kecenderungannya sawah
baku makin berkurang, tapi kalau mangrove kan sangat mungkin sekali untuk
dilakukan pertambahannya pada suatu wilayahnya.
Kemudian yang keempat adalah soal yang berhubungan dengan, saya
mohon maaf karena bagian-bagiannya sudah cukup lengkap oleh Anggota yang
terhormat. Jadi saya mengambil detil soal semen Indonesia di Jawa Tengah bagian
utara. Jadi proses inji sekarang masih berkembang terus, lalu ada sinyalemen dari
Kementerian ESDM yang menyangkut soal kepastian adanya aliran sungai bawah
tanah. Untuk memastikan itu lebih baik saya mengusulkan menggarisbawahi usulan
Anggota yang terdahulu, mitra kita kita undang sekaligus Ketua untuk soal semen
ini, Lingkungan Hidup, ESDM dan Ristek khusus yang menyangkut yang
berhubungan dengan pendirian pabrik semen di pegunungan Kendeng, sehingga
ada kepastian supaya pembicaranya yang muncul kepada kita tidak berbeda hari
dan berbeda jam, tetapi dalam sebuah instansi yang sama.
Kemudian yang terakhir adalah soal sampah yang juga sudah disinggung
oleh yang terhormat Anggota yang lainnya. Soal otonomi daerah memang menjadi
masalah yang cukup serius, beberapa kunjungan spesifik kita yang meninjau
pemanfaatan maupun penggunaan sampah maupun kawasan TPA tempat
pembuangan akhir sampah yang kemudian dikonversi menjadi energi. Itu contoh
yang paling populer kan adalah yang ada di Bantargebang. Bantar Gebang ini
menjadi susah karena berada di 2 wilayah administrasi pemerintahan daerah, tukang
buangnya orang Jakarta, yang mengerjakan harus kabupaten atau kota Bekasi. Kita
barusan melakukan kunjungan spesifik ke Jawa Timur, ke Surabaya, penyelesaian
itu bisa dengan baik karena yang membuang sampah orang Surabaya, yang
menentukan tempat pembuangan akhir sampah juga Kota Surabaya. Sehingga Ibu
Risma bisa mengalokasikan dengan baik karena berada di tingkat 1 kepala
pemerintahan. Tetapi di beberapa tempat lain yang juga sama ketika menyangkut 2
wilayah kabupaten Bandung, kota Bandung misalnya dengan kabupaten Bandung
itu tentu akan menjadi persoalan yang panjang sekali. Oleh Karenanya inisiatif ini
kita usulkan kepada LHK di sini soal Perpres, soal peraturan pemerintah lainnya
untuk pelaksanaan Undang-Undang ini agar dapat mensiasati, mengatur dengan
katakanlah usul pengelolaan dana daerah dan sebagainya itu. Sehingga sebagai
leader, leading sektor atau kementerian yang menjadi pimpinannya ini dapat
menembus kondisi-kondisi soal otonomi daerah atau wilayah-wilayah yang sangat
berbeda antara 1 kabupaten dan 1 katakanlah kotamadya. Jadi Surabaya sangat
baik menjadi contoh, tetapi itu bisa terjadi karena di sebuah wilayah ya sehingga
sangat dimungkinkan kota Surabaya membuat alokasi, kemudian membuat daerah
pelindung yang bisa membebaskan bau-bau dan sebagainya dari daerah
pemukiman. Contoh ini menjadi baik, tetapi itu berpulang kepada kementerian yang
menjadi leading sektor atau kementerian yang menjadi pimpinannya.
Saya kira itu Bapak sekalian yang ingin kita sampaikan. Lalu yang terakhir,
salah satu kesimpulan di dalam Raker kita bulan Januari. Tadi sedang di bawah
stafnya kalau tidak salah nomor 4 atau nomor 5, itu kita mengambil kesimpulan
untuk mendorong agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
meningkatkan alokasi dan perhatian untuk 15 danau prioritas dan mata air. Di sini
sama sekali belum tercantum sampai dengan pada bulan April karena kita ingin
minta rinciannya, karena Bapak-bapak mata air buat kami sangat serius setelah
saya sampaikan beberapa waktu yang lalu, tetapi pendekatan yang dibuat oleh
kementerian adalah merawat, di sini ada angka-angka 100 hektar, 30 hektar dan
sebagainya daerah lindung. Itu ukurannya ukuran hektar, dengan asumsi di
dalamnya ada beberapa, situs beberapa hal-hal yang sangat penting antara lain
mata air. Jadi basisnya adalah wilayah-wilayah itu kita ingin mengingatkan bahwa
basisnya itu harus dilengkapi dengan fokus pada titik mata airnya, bukan pada
wilayah hutan lindungnya. Jadi pada fokus mata air, sehingga ini saya kira ke depan
sebagai bagian yang sangat penting untuk dapat kita tinggalkan sebagai warisan
sejarah bagi ke depan karena kalau soal mata air kan kita telah menyampaikan
selalu hubungannya antara LH dan PU. Maka kita ingin berapa sih sebenarnya
jumlah mata air nasional per kabupaten dan provinsi. Data ini sampai sekarang
belum kita peroleh dan masuk di dalam kesimpulan kami ingin menagih kembali.
Tentu dengan harapan dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga program-
program perawatan mata air itu menjadi sangat penting. Saya sudah berulang-ulang
kali mengatakan Undang-Undang Desa menegaskan mata air itu milik desa, mata air
itu milik desa. Maka sekarang kita akan bertemu, mata air itu diusahakan secara
komersial sebagai sumber-sumber air minum dan masyarakat setempat menjadi
sangat sulit memperoleh air dari mata air tersebut. Pelaksanaan Undang-Undang
Desa menegaskan hal ini. Saya kira sudah berapa kali melakukan peninjauan
dengan para dirjen periode yang lalu sampai ke Kudus di atas gunung Muria, antrilah
truk-truk tangki yang isinya mengambil air, berderet-deret untuk air minum komersial,
mungkin itu masuk di pendapatan daerah. Tetapi kemudian ketika waktu merawat
mata air itu yang dia punya desa sekarang ini, maka pengaturan-pengaturan ini
sangat diperlukan. Kalau tadi menyangkut soal penegakan hukum lingkungan saya
kira ini bagian-bagian ke depan yang harus menjadi perhatian dan concern dari
petugas lingkungan hidup yang menyangkut soal penegakan lingkungan.
Saya kira itu, Bapak-Ibu sekalian beberapa poin yang melengkapi yang
disampaikan oleh kawan-kawan yang terhormat semua.
Terima kasih.
F-PD (H. IHWAN DATU ADAM, SE.):
Interupsi Pimpinan, izin, terima kasih Pimpinan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat Pimpinan Komisi, teman-teman sejawat Komisi VII yang saya
hormati.
Ibu Menteri dan jajaran yang saya hormati.
Izin Bu Menteri untuk menyambung senior kita tadi Pak Daryatmo. Memang
untuk Semen Indonesia itu mereka sudah ke sini Bu, kalau bisa kita bisa kunjungan
spesifik Pak Ketua. Kita ke zsana, apa hasilnya kita minta pada pemerintah, kalau
toh memang pemerintah, dalam hal ini Presiden bisa menggunakan hak prerogatif
nya karena itu saya lihat masalahnya sudah sangat ruwet di sana.
Yang kedua, penyajian yang disampaikan ini kalau saya lihat sudah bagus
sekali, mulai pengantar dan penutupnya mungkin karena Ibu Menterinya perempuan
jadi penyajian ini sudah cukup lengkap. Hanya lebih lengkap lagi kalau ada
rinciannya, lebih lagi karena kami ini ya Bu Menteri waktu kami disumpah sebagai
Anggota DPR RI itu salah satunya itu kami akan memperjuangkan Dapil kami. Jadi
kalau kami pulang kami dituntut oleh masyarakat, jadi kalau masalah lingkungan
kami ya kalau tidak dikasih bahan apa saja yang akan dilakukan, kami enggak bisa
menjawab karena LSM di sana kritis. Kemarin waktu saya mendampingi Pak
Muhiddin dengan Pak Hadi itu kami sebetulnya sosialisasi 4 pilar MPR RI, kami
ditungguin Bu sampai selesai, kami dibawa ke salah satu tempat yang menurut
masyarakat itu merusak lingkungan ada tambang di bawah tanah dan itu longsor Bu
Menteri di ......... Ini kelihatannya menurut masyarakat mereka ini ada yang mem-
back-ngi. Mereka boleh laporan sudah ke mana-mana, tidak ada tanggapan dan di
atas itu sawah dan penduduk. Ada beberapa rumah yang sudah longsor dan malam
hari mereka tidak bisa tidur.
Demikian Pimpinan, terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih sudah lengkap semua, tinggal kita tanya Pak Harry mau.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Terima kasih Pimpinan.
Saya tarik kembali karena sudah diangkat oleh Pak Daryatmo dan Pak Datuk.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Dari meja Pimpinan.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Maaf Pimpinan, sedikit koreksi tadi saya sebut tadi saya bilang Indonesia
negara tropis terbesar kedua di dunia, yang benar yang pertama itu Brazil, yang
kedua Kongo dan Indonesia yang ketiga, Pimpinan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Beda-beda tipis lah.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
2 dan 3 tidak terlalu beda tipis dalam hal ini Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Tadi dari Anggota sudah cukup lengkap Bu Menteri, hanya beberapa
penekanan saja yang perlu kami sampaikan sedikit dari meja pimpinan. Tadi kami
ingin menekankan terkait dengan inventarisasi data itu nanti Bu Menteri. Misalnya
kalau Sumatera Barat itu dari berapa tadi 255 ribu hektar ya yang masuk wilayah
pelepasan hutan itu, berapa yang dimanfaatkan untuk permukiman, berapa untuk
pertanian, berapa untuk perkebunan, berapa untuk pariwisata, Pasos, Fasum,
pertambangan per kabupatennya itu kita mengetahui. Sehingga pada saat data itu
kita terima, kami juga bisa memberikan masukan. Bahwa pemerintah sudah punya
data memang seharusnya begitu, tapi tanpa juga mengenyampingkan kami yang
mewakili rakyat ini juga punya hak untuk menyampaikan masukan-masukan,
sehingga program retribusi lahan dan reforma agraria ini bisa berjalan pptimal sesuai
dengan harapan kita semua.
Itu yang perlu penekanan dari kami terkait dengan reforma agraria ini karena
ini termasuk program yang strategis Pak. Strategis apabila ini betul-betul bisa
dilaksanakan secara baik ini dampaknya sangat luar biasa bagi masyarakat karena
saya sampaikan ada waktu itu kita, waktu saya di Komisi V membangun jalan dari
daerah Agam itu ke Maninjau itu masuk ke wilayah hutan, padahal kami langsung
lihat itu sudah nggak ada hutannya, itu sudah kaya jalan, jalan tanah gitu ya dan di
sana enggak ada hutan. Tapi karena statusnya masih seperti itu, sehingga
anggarannya sudah dialokasikan enggak bisa dilaksanakan karena tentu prosesnya
panjang lagi. Nah dengan adanya program ini, kami minta ke Bu Menteri kami
jadikan ini sebagai sebuah momentum untuk menyelesaikan beberapa persoalan
yang terkait dengan Dapil kita Bu. Kalau dulu mungkin perlu, perlu dengan jalan
yang sedikit berliku, sekarang sudah ada jalan tolnya disiapkan pemerintah. Kalau
bisa ini kami ikut memanfaatkan dalam rangka untuk pembangunan kemajuan di
daerah pemilihan kami. Jadi pada prinsipnya kami mendukung programnya.
Terkait dengan penegakan hukum tadi sudah sampaikan itu di, supaya
enggak setiap rapat menanyakan Bu Menteri data detil seperti itu, lebih bagus ibu
siapkan website dan kami di sini tinggal menyuruh sekretariat untuk setiap rapat
mengakses dan mem-print-nya. Jadi sehingga data itu pada saat kita rapat tinggal
menanyakan saja karena memang penegakan hukum ini termasuk yang paling
sering ditanyakan oleh anggota karena persoalan lingkungan inikan sudah menjadi
persoalan klasik di mana-mana Bu. Jadi kita harapkan dari sisi penegakan hukum ini
pemerintah tidak ragu-ragu, supaya ada efek jera. Kalau nggak kualitas lingkungan
dari tahun ke tahun saya yakin menurun terus ya Pak Tjatur ya, saya rasa Pak Tjatur
sebagai dari teknik lingkungan ya Pak dulu, Beliau mengamati terus permasalahan
lingkungan hidup ini. Sementara beban bumi ini semakin berat, lingkungan semakin
menurun, sehingga kualitas hidup juga semakin menurun. Sementara tadi Pak Gus
bilang sama saya kita ingin hidup lebih lama ya Pak Gus ya, harus di dukung oleh
kualitas lingkungan yang bagus katanya, udaranya bagus, suasananya bagus. Jadi
mohon kiranya masalah lingkungan ini betul-betul diperhatikan, terutama penegakan
ini Bu, ada beberapa kunjungan-kunjungan itu tentu menjadi perhatian khusus Bu,
yang dikunjungi khusus oleh Komisi VII.
Tadi saya ada melihat di sini ada programnya yang apa ya limpahan minyak
di mana ya saya melihat sepintas, kok menjadi beban anggaran Lingkungan Hidup.
Ini jadi yang berbuat salah siapa, kok yang membersihkan lautnya kok Kementerian
Lingkungan Hidup. Ini sedikit Bu, sebelum masuk saya interaktif saja Bu, oh
pengawasan, soalnya di sini judulnya bukan pembersihannya Bu ya, jangan Bu,
jangan sampai orang yang melakukan perusakan tapi yang menanggung biayanya
Lingkungan Hidup ini enggak boleh Bu, ini APBN.
Terus yang terakhir itu yang program daerah pemilihannya Bu yang paling
penting lagi yang seperti disampaikan Pak Idham ini. Kalau dulu kita bisa apa, ada
namanya becak motor dan mesin pencacah sampah dan khusus untuk mesin
pencacah sampah Bu, tolong itu supaya itu bermanfaat, apakah sudah dilakukan
pelatihannya melalui Bu Menteri, Ibu Tuty ini juga tolong dimasukkan, jangan sampai
mereka diberi mesin pencacah tapi di situ mereka bingung bagaimana tata caranya,
bagaimana supaya mereka mengerti karena itu yang mengelola masyarakat. Apakah
yang 2015 itu sudah mereka di training, itu dulu pertanyaan saya Bu khusus untuk
mesin pencacah sampah. Khusus untuk program 2017 mohon kiranya segera
dikonsolidasikan karena kita ini setiap ke Dapil sudah disampaikan tadi nanya lagi,
apa lagi nih yang perlu kita sampaikan. Kemarin kan hanya sebagian kota saja yang
bisa kita bantu karena Dapil kita banyak, diantara kita ini kan ada yang Dapilnya 8
kabupaten kota, ada yang 6, saya 8. Saya 8 kabupaten kota itu semua minta semua,
tapi enggak mungkin kita beri semua karena jumlah yang diberikan juga terbatas.
Untuk 2016, eh 2017 ini mohon kiranya direspon, sehingga persiapan ke depan lebih
baik lagi dari pada yang sudah pernah kita lakukan di tahun 2016 yang lalu.
Saya rasa itu sedikit catatan dari saya, mungkin kalau ada dari Pak Gus, pas
ya. Untuk itu kita beri kesempatan Bu Menteri untuk merespon kan nanti bisa
dikelompokkan pertanyaannya saya lihat ada yang mirip-mirip, setelah itu kita
simpulkan.
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih Ketua.
Saya sudah mencatat dengan baik, banyak yang saya catat keseluruhan.
Mohon izin saya merespon beberapa highlight nanti seluruhnya akan kita selesaikan
secara tertulis. Pertama soal reforma agraria dan hutan sosial, saya kira memang
seharusnyalah Komisi VII dan Komisi IV itu lebih faham dari pada yang lain tentang
ini karena ini core kita. Data dan peta provinsi 1:250 ribu ya Pak Dirjen saya kira
kami akan serahkan ke komisi. Jadi kalau sekarang kan susah dilihat petanya
karena itu mungkin 1 banding 5, 3 juta kali tapi kalau 1:250 ribu itu maka akan
kelihatan adanya di sebelah mana. Kriterinya tadi sudah kita berikan, jadi data dan
peta akan kami serahkan, tapi itu juga kelihatannya kalau tidak diterangkan agak
susah juga nanti mungkin kami akan konsul yang terhormat Pimpinan, mungkin kita
diskusi di luar Rapat Kerja atau Rapat Dengar Pendapat kita diskusi, kita berinteraksi
di satu tempat untuk lebih khusus bicara tentang ini bagaimana. Jadi semacam apa,
konsinyering atau diskusi khusus tentang program, baik hutan sosial maupun
reforma agraria. Jadi dia akan bisa dikuasai dan kami juga tentu akan merasa
tertolong, karena ini konsepnya memang partisipatif dan rata-rata hutan sosial itu
yang saya sudah kunjungi mungkin lebih dari 30 spot, itu pendampingannya
memang harus kuat. Jadi apakah pendampingan dari akademisi atau dari civil
society dan sekarang berarti kita kontrol juga, kita awasi juga. Saya kira ini akan
semakin baik, itu yang pertama.
Yang kedua soal program, buku ini akan kami sempurnakan karena memang
kalau baca tabel-tabelnya tidak mudah, saya akan minta semua dirjen memberikan
narasi supaya clear. Tadi ditambahkan lagi dengan lokasi memang kalau enggak ya
enggak terlalu jelas begitu, jadi saya akan, saya minta waktu untuk nanti sambil
menjawab yang tertulis ini kita clear-kan apa sih narasinya dan di mana lokasinya di
luar persoalan jawaban yang ditanyakan. Saya mohon izin menyampaikan tadi
bahwa sebetulnya kalau kita keluarkan dana BRG yang 976 miliar, maka
realisasinya KLHK itu sebetulnya sudah 11,3%. Kita menjadi drop terutama di
Direktorat Jenderal Pemulihan, Pengendalian Pencemaran dan Pemulihan yang
0,3% itu karena dana terbesarnya kan dari dana BRG 976 milyar, kalau dananya .....
sendiri paling 110 miliar. Jadi mohon izin karena kan yang BRG walaupun
nempelnya di KLHK pelaksanaannya ada lembaganya tersendiri, jadi untuk
understanding saja.
Kemudian terkait dengan apa namanya infrastrukturnya hijau dan berbagai
hal lainnya, tadi saya sudah cek ke Pak Sekjen kegiatannya sedang berjalan,
konsultasi-konsultasi dengan tenaga ahli sedang berlangsung, proses-proses
pengadaannya juga sedang berlangsung, mungkin akan intens di bulan Juli ya Pak
Sekjen, di bulan Juli dia akan mulai intens di lapangannya.
Kemudian selanjutnya soal Freeport saya berterima kasih dengan catatan-
catatan yang ada dari yang terhormat. Kita, saya memang sudah mengikuti
perkembangan Freeport yang ada dan tentu dari aspek lingkungannya kita juga
mesti stand by. Ada beberapa hal kunci terkait lingkungan, pertama memang tailing
atau pasir sisa tambang dia dialirkannya ke modified aqua deposition area modada.
Kemudian di hulu sungai, kemudian dia malahan bikin tanggul kiri-kanan kira-kira
100 kilo ya. Itu menurut mereka pembiayaannya tuh kira-kira 100 juta US per tahun
dan ini saya bicarakan juga, terus terang saya sudah coba antisipasi dan saya bicara
dengan Menteri BUMN, saya bilang Bu Rini harus betul-betul hati-hati dengan
beberapa hal terkait lingkungan. Memang betul tadi yang disampaikan bahwa ini
berbahaya betul ketika dia jebol atau luber itu yang kena malahan bahkan bisa
sampai ke taman nasional Lorens. Ini juga sedang kita ikuti, yang kedua air asam
tambangnya yang selama ini memang belum dikelola dengan baik, masuk ke sungai
dan sebagainya. Kemudian rencana penambangan ambrukan atau blok keving di
dalam itu juga ada potensi apa namanya Pirit, jadi itu veroksida juga dan itu juga
cukup rawan. Belum lagi soal-soal, selama ini memang di dalam kaitannya dengan
LH sendiri ada persoalan karena Permen, Keputusan Menteri 431 itu memang kami
harus pelajari lagi karena sifatnya tidak mempertegas bahwa ini izin atau bukan. Jadi
ini kita juga sedang pelajari.
Kemudian juga soal kompensasi tailing-nya kan selama ini ke pemerintah
daerah, tetapi di Pemda pun ketika terlacak juga enggak jelas harus bagaimana dan
ke mana. Jadi sudah ada pemeriksaan BPK kelihatannya tentang ini dan kami
sedang coba konsultasikan. Saya sedang minta Pak Dirjen Planologi untuk meminta
kepada Freeport seluruh hasil auditnya, audit lingkungannya dan nanti kami coba
konsul juga dengan BPK. Jadi Bapak-Ibu yang terhormat, pada prinsipnya kami
sebagaimana arahan Bapak-Ibu yang juga mengikuti perkembangan ini.
Saya mohon maaf tadi kembali ke soal anggaran untuk 2018 baru tadi di
Sidang Kabinet Paripurna itu diberikan pengarahan akhir kepada seluruh menteri
oleh Bapak Presiden dan penjelasannya dari Menteri Keuangan dan Menteri
Bappenas. Di antara lain tadi memang beberapa prioritas disebutkan termasuk
reforma agraria ini. Terkait dengan pendanaan DAK Pak Tjatur yang terhormat,
memang ketika 2017 hilang itu saya worry berat begitu ya dan sekarang 2018 sudah
dibahas kembali. Jadi kemungkinan untuk hidup juga ada, jadi kami mohon didukung
dari yang terhormat Bapak-Ibu Pimpinan, terutama nanti terkait dengan apa
pembahasan di Badan Anggaran. Jadi dari pemerintah sebetulnya sudah ada
intention untuk itu, jadi diproyeksikan sebetulnya kebutuhan dananya untuk DAK sub
bidang lingkungan itu 2018 kira-kira 1,5 triliun dan untuk DAK Kehutanan itu
diproyeksikan kebutuhannya kira-kira 3,402 trilyun. Jadi ini sebetulnya dari
pemerintah pembahasannya sudah ada dan nanti mohon dukungan karena di 2017
kemarin nggak ada begitu. Terima kasih diingatkan dan di dukung tadi oleh yang
terhormat Pak Tjatur dan Bapak-Ibu Anggota yang terhormat.
Kemudian tentang Romang kami sudah mengikuti perkembangannya,
memang bolak-balik ingin ke lapangan tapi katanya angin barat berat dan tim LHK
sesuai jadwal akan berangkat tanggal 5, kelihatannya paralel karena pemerintah
daerah maunya juga pergi dengan Menteri ESDM, dengan Kementerian ESDM yang
Irjen Inspektur Tambang yang mereka sebut, tapi saya meminta kepada Ibu Vivin tim
pengaduan kita, itu untuk datang tapi lengkap dengan LET karena kan di lapangan
kan terjadi ya saling curiga dan sebagainya. Jadi saya bilang datang bawa tim LET
sendiri dan sebagainya. Tentang perizinan Ibu Mercy yang terhormat, itu sudah
dihentikan oleh pak gubernur. Kami memang menulis surat khusus kepada Pagub
bahwa terhadap pertambahan pertambangan yang membuat komplikasi ini saya
minta dicabut dulu, jadi sampai ini dan pak gubernur sudah cabut izinnya.
Kemudian yang saran dan catatan untuk one map policy saya kira kami
perhatikan dan memang yang, kalau yang kehutanan yang cukup lengkap karena
memang tematiknya ada dan karena kementeriannya juga, kementerian tua ya, apa
ya setting GIS-nya sudah cukup baik. Hanya yang one map policy dengan tema
lingkungan itu ya belum termasuk yang, termasuk yang mata air-mata air walaupun
saya sudah bicara dengan Pak Menteri PU Pak Basuki, saya bilang ini ada catatan
sangat penting dari Komisi VII untuk kita lakukan inventory tentang mata air dan PU
sangat mendukung ini nanti menjadi catatan dan perhatian kami. Sekalian berarti 2
tema awal dari lingkungan yaitu terkait dengan kerusakan Pak Carly ya dan terkait
dengan sources mata air Pak Dirjen DAS ..... ..
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Izin Pimpinan, sebentar saja.
Bu Menteri, saya ingin tanya untuk one map policy itu yang melaksanakan
BIG atau PU atau LHK.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Koordinatornya adalah Menko Perekonomian, kemudian hariannya di
Bappenas, pelaksananya adalah BIG. Yang lain-lain sebetulnya menjadi
narasumber, kelihatannya sampai dengan sekarang narasumber utamanya di LHK,
tetapi kalau tema-temanya lebih banyak hutan, banyak sekali sampai 50 berapa.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Kalau untuk minta, izin lagi Pimpinan.
Untuk me-request contohnya permintaan untuk peta-peta tematik itu, apakah
sudah ada anggarannya atau harus mengajukan anggaran lagi, terus mengajukan
anggarannya itu di BIG, alokasinya melalui Bappenas atau bagaimana.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Anggarannya masing-masing di kementeriannya.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Masing-masing, oke terima kasih.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, mungkin ada interupsi tambahan juga masih berkaitan dengan
one map policy ini. khusus untuk yang pulau-pulau kecil ini Bu, karena kita
memberikan serius juga terhadap blok Marsela yang ada di Maluku dengan daya
dukung pulau-pulau kecil ini memang sangat-sangat rentan sekali. Jadi kalau
memang bisa ada one map policy khusus untuk yang pulau-pulau kecil ini juga
sangat membantu kami yang ada di Maluku untuk penyusunan safe guard-nya Bu.
Daya dukung pulau, lingkungan hidup, tata ruang kabupaten dan provinsi bisa
nyantol nanti dengan yang di pusat bu. Mungkin kalau ada gambaran soal ini Bu,
bisa interaktif sebentar.
Terima kasih.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya minta maaf terkait dengan pulau-pulau kecil karena ada Undang-
Undangnya, Undang-undang tentang Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di situ
ditegaskan bahwa yang dimaksud menteri adalah Menteri Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Jadi saya memperhatikan pulau-pulau kecil ini termasuk yang NTB,
NTT dan lain-lain itu dalam konteks perubahan iklim saja, tapi kalau sudah masuk ke
ekosistemnya itu otoritasnya ada di Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan,
mereka malah ada satu dirjen namanya Dirjen Pulau-pulau Kecil.
Terkait Amdal, itu pun kalau Amdal menurut skala project jadi kalau skala
project provinci, di provinsi skala project kabupaten di kabupaten. Untuk projek-
projek terkait dengan kelautan itu juga pakai batas 12 mil, jadi kalau dibawa 12 mil
projeknya, Amdalnya dinilai oleh province, kalau dia di bawah 5 mil dinilainya oleh
kabupaten. Tapi saya kira catatan dari yang terhormat Ibu Mercy saya akan teruskan
secara tertulis kepada Menteri KKP dan nanti selesai langsung ke Direktur Jenderal
Pulau-pulau Kecilnya.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Baik, mungkin ada sedikit tambahan juga Pak. Pertama ini berkaitan dengan
pulau-pulau kecil karena belakangan ini ada kecenderungan bahwa pulau-pulau
kecil ini apa ya terjadi penggerusan dan pencaplokan karena investasi. Nah saya
enggak tahu ini mungkin ada multi izin yang keluar dari lintas kementerian gitu ya.
Jadi jangan sampai akhirnya apa wilayah-wilayah seperti provinsi kepulauan di
antaranya Maluku, akhirnya kita kena imbas karena izin-izin yang saling membelit
antara satu kementerian dan kementerian yang lainnya terjadi tumpang tindih. Dan
ini kan yang akan kita, dari peta gas, blok Migas dalam rapat kami di provinsi Maluku
beberapa waktu yang lalu kurang lebih ada sekitar 26 blok Migas Bu, yang ada di
Maluku. Satu yang hendak kita kembangkan ya ini blok Marcela, belum lagi tambang
dan lain-lain bu. Jadi kalau ini tidak dari awal kita antisipasi saya enggak bisa
membayangkan suatu saat mungkin masyarakat Maluku kita kan migrasi mungkin ke
mana gitu karena pulau-pulau kita yang sangat kecil seperti itu. Ini saya punya
kegelisahan saja bu.
Yang kedua tadi apa namanya soal pemutusan izin, pencabutan izin terhadap
perusahaan yang ada di Romang Bu. Informasi yang kami terima adalah ada
perusahaan lain yang mau masuk. Nah ini dia jadi jangan sampai cuma berganti
warna, berganti nama bu, ini yang kami takutkan dan informasi itu kita sudah dapat
bu. Dan saya kira memang harus ada tindakan tegas, contoh misalnya seperti
gunung botak. Gunung botak sudah berkali-kali dan berkali-kali tetapi yang terjadi
sampai dengan hari ini terus menimbulkan polemik, sudah dikatakan bahwa terjadi
penutupan pasca tambang apa itu, tambang liar yang ada di gunung botak tetapi
kemudian dengan apa namanya mereka menggunakan proyek yang sekarang untuk
pasca tambang penutupan apa namanya, penggalian-penggalian yang ada juga
tetapi sepertinya di dalam tanda petik karena itu cuma tunggal, satu perusahaan
yang ada di dalamnya itu dia mengeluarkan jumlah pasir yang begitu banyak. Saya
baru dari Buruk kemarin apa namanya Reses dan itu sangat meresahkan
masyarakat dan kalau hitung-hitungan, kalau dinominalkan dalam rupiah itu triliunan
rupiah bu dari sekian satu karung apa namanya pasir yang dikeluarkan itu dan ada
hasil emasnya gitu lho bu. Jadi buat saya pencabutan izin ini mungkin di atas kertas
resmi, tetapi dalam prakteknya ternyata tidak demikian Bu, baik yang ada di Romang
maupun yang ada di gunung botak hari ini. Ini sebagai masukan saja buat Ibu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya akan cek karena memang tentang merkuri dan pertambangan emas ini
saya meminta khusus untuk rapat terbatas di kabinet dan sudah dilakukan pada
tanggal 9 Maret dan diberikan atensi khusus termasuk yang di NTB yang tadi
disampaikan dan di ....... saya sendiri sudah meminta kepada para gubernur tadi
sudah saya sampaikan bahwa harus menghentikan hal-hal yang terkait dengan
merkuri, sinabar dan lain-lain, tapi saya kira nanti bagaimana posisi lapangannya ini
memang pengawasannya harus terus dilakukan. Jadi kami catat dan untuk kami
tindak lanjuti.
Kemudian terkait dengan penegakan hukum saya mencatat dan untuk
menindaklanjuti terkait dengan kondisi, pertama memang dasar hukumnya sangat
kuat. Jadi setelah sinergi antara, setelah Kehutanan dan LH ini disatukan sih
memang kondisinya kelihatan saling menguatnya itu kelihatan. Di Kehakiman sendiri
walaupun ada kalah, ada menang dan sebagainya tapi ketika masuk ke MA gitu
rata-rata kondisinya cukup positif. Saya memperhatikan untuk ini tadi strick liability
kita yang terakhir itu menang dan ini kawan-kawan di tim ahli hukum di Gakkum juga
semakin berorientasi untuk itu dan tadi seperti yang disampaikan oleh yang
terhormat Pimpinan bahwa keterbukaan informasinya menjadi sangat penting. Kita
akan develop web-nya, data agar terinformasi ke Komisi III dalam evaluasi 3
bulanan. Bahkan mungkin kalau perlu nanti saya minta SK-SK nya di lampirin aja
jadi ketahuan, daftar, nomor SK dan sebagainya sih pasti ada, tapi kan tadi
ditanyakan kira-kira dia sanksinya apa begitu nanti itu akan kelihatan di
keputusannya.
Terakhir untuk sinergi kami mendukung apabila dilakukan pertemuan
bersama dengan ESDM dan Menristek karena pada dasarnya beberapa kegiatan
kita sangat perlu untuk bersama-sama. Sebetulnya tidak ada pertentangan antara
tentang Kendeng, antara pendapat Menteri ESDM dengan pendapat KLHS karena
sama-sama ahli juga yang bikin. Kendeng menurut ESDM menurut data yang
mereka collect, seperti saya sampaikan tadi ada 2 indikator itu untuk kasus menjadi
kawasan bentang alam karst. Pada dasarnya KBAK itu merupakan penetapan
kawasan bentang alam karst itu merupakan otoritasnya Menteri ESDM. Menurut
ESDM dalam suratnya kepada kami itu dikatakan bahwa berdasarkan hasil yang dia
data sementara itu.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Bu suratnya kapan itu Bu dari mana.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tanggal 24 Maret kemarin hari Jumat, eh 26, 24 Maret suratnya tapi di dalam
suratnya itu dikatakan menurut mereka sementara itu bukan KBAK, tetapi lebih baik
di teliti lebih lanjut. Sedangkan yang hasil dari ahli-ahli KLHS menurut kriteria exo
karst ada ini, ada ini, ada ini, beberapa ada 6 atau 7 kriteria itu sudah kars dan
endonya dari dalam ada gua kelelawarnya ada dengannya jalur terbang sampai 5
kilo, 10 kilo kembali dan sebagainya. Kemudian sudah dari risetnya juga, dia nabur 5
ton garam dari setnya juga ya dia nabur 5 ton garam plus air laut di satu tempat,
kemudian keluar di mata air di brubulanya itu konduktifity meternya menunjukkan
jumping-nya tinggi sampai 10 ribuan angkanya dari semuanya 4 atau 5.
Jadi inidikasi-indikasinya ada tetapi pemetaan yang utuhnya belum ada
karena kan sampling-nya yang tidak lengkap jadi pakai ekstrapolasi, jadi
pemetaannnya putus-putus. Oleh karena itu rekomendasi kami juga sindikasi
sementara itu adalah kars tetapi harus diteliti kembali begitu kira-kira. Jadi sama
sebetulnya di ujungnya ketemu, oleh karena itu saya kira kalau sama, sudah sama
nggak ada masalah cuma beda apa namanya pendekatannya. Kemudian selain itu
dengan ESDM juga ada soal-soal tadi emisi seperti yang ditanyakan oleh yang
terhormat Pak Aryo dan lain-lain. Kemudian dengan Ristek kita sebetulnya sedang
mempersiapkan apa bahan kimia substitusi merkuri untuk dipakai dalam
pertambangan emas. Menurut Ristek itu ada namanya larutan tio, jadi larutan tio itu
misalnya apa namanya tiosulfat H2S2 ..... dan sebagainya itu sudah ada trial-nya di
Sulawesi Tengah di Poboya. Jadi kita, saya sedang coba terus berinteraksi dengan
BPPT, supaya jangan pakai merkuri tapi harus ada penggantinya seperti itu. Oleh
karena itu saya kira kami mendukung apabila langkah-langkah untuk sinergi ini.
Saya kira Bapak Pimpinan itu dan saya mohon dukungan untuk program
reforma agraria dan hutan sosial ini untuk kita bisa mengerti bersama-sama dan
mungkin perlu ada pertemuan khusus untuk itu di luar.
Demikian Bapak Pimpinan, lain-lainnya saya kira secara lengkap akan tertulis,
saya juga akan cek lagi untuk narasi posisi narasi terakhir dari dokumen.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Interupsi Pimpinan, satu detik.
Bu Siti Nurbaya Bu Menteri, saya mau menanyakan apakah bisa dari Dirjen
Lingkungan Hidup untuk melihat abrasi yang ada di Sebatik, bersama-sama saya
langsung melihat lokasinya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Abrasi pantai itu sebetulnya otoritasnya Menteri PU.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Jadi bukan lingkungan hidup.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tidak di LH< tetapi sayabiasanya kalau ada persoalan dan aspirasi itu saya
tulis surat resmi kepada menterinya. Jadi tadi semua masukan yang di luar otoritas
LHK itu saya buat tertulis kepada menterinya dan biasanya sih dapat perhatian juga.
Terima kasih Ketua.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Ketua sedikit.
Saya sebetulnya menunggu jawaban dari Bu Menteri dari pertanyaan Mas
Aryo, mengenai sikap pemerintah terhadap reklamasi. Itu yang pertama, yang kedua
saya bersama dengan Pak Awang ke Kendari. Saya dengarkan betul statement
tegas Beliau bahwa proyek ini dihentikan dulu karena Amdalnya belum ada,
dokumen lingkungannya belum ada, PLN di Sulawesi Tenggara. Lalu kemudian
statement itu juga di dilanjutkan bahwa dokumen Amdal itu bukan penyertaan di
dalam proses pembangunan tetapi prasyarat. Nah prasyarat, dokumen Amdal itu
adalah pra syarat. Saya terkait dengan reklamasi di kawasan Jakarta Utara ini,
apakah prasyarat Amdal ini sudah terpenuhi lalu mereka berjalan. Jangan-jangan
karena kemarin saya juga sampaikan waktu kami di Kendari bahwa jangan karena
BUMN ya, merasa bahwa ini milik negara lalu merasa boleh saja lanjut tanpa
dokumen Amdal. Padahal kita sepakat bahwa dokumen Amdal adalah prasyarat
terjadinya sebuah pembangunan, jangan-jangan juga kita juga terpaksa saja seperti
reklamasi di kawasan pantai sana bahwa dokumen Amdal itu adalah mengikuti saja
maunya mereka. Mereka sudah berjalan sampai sejauh mana sekarang, apakah
dokumen Amdal-nya sudah terpenuhi atau tidak.
Terima kasih Bu Menteri, saya melanjutkan saja apa yang disampaikan Mas
Aryo.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu, di respon.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tentang Amdal memang saya baru juga menulis surat kepada seluruh
kementerian dan seluruh pemerintah daerah bahwa meskipun proyek pemerintah, itu
harus ada Amdal kalau dia complicated atau UKL, UPL planning untuk mengelola
dampak atau SPPL surat pernyataan pengelolaan lingkungan dan itu dari gradasi
komplikasi project-nya. Banyak yang, ini muncul sebetulnya karena kritik dari yang
terhormat Pimpinan DPR kepada saya pada saat bertemu, ada problem di NTB jadi
saya kemudian mengikuti, lalu memang harus diberi tahu bahwa meskipun proyek
pemerintah itu harus pakai Amdal. Untuk yang PLN Kendari itu sedang dalam proses
penjatuhan sanksi administrasi untuk paksaan pemerintah, jadi ada poin-poin yang
dia harus selesaikan, ini harus, ini harus, ini harus seperti itu Bapak Andi.
Kemudian Pantura, saya mohon izin untuk menyampaikan catatan saja
secara ringkas nanti lengkapnya bisa tertulis. Pertama soal pulau C dan D itu
mereka kena sanksi dari kita dengan 11 perintah dan sudah dipenuhi 9 perintah.
Jadi sanksinya bulan Mei sekarang sudah hampir 1 tahun berarti, nah 2 perintah
yang belum dipenuhi adalah perubahan dokumen lingkungan, itu yang pertama.
Yang kedua yang belum dipenuhi adalah kegiatan menangani pengelolaan
sedimentasi pendangkalan, itu pengerukannya dia belum selesai, jadi dia belum
lepas dari sanksi. Kemudian yang pulau G itu ada 11 perintah di dalam sanksi
administrasi, 9 sudah dilaksanakan dan 2 yang juga belum diproses yaitu pertama
perubahan dokumen lingkungan dan pengerukannya. Di perubahan dokumen
lingkungan ini beberapa kriteria memang disebutkan harus mengikut frame nasional
untuk NCICD. Itu yang pertama, yang kedua dia harus mengintegrasikan kondisi-
kondisi sosial masyarakat. Jadi ini sekarang masih berproses, jadi posisinya untuk
kita terhadap reklamasi Jakarta seperti itu.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Mohon maaf Pimpinan, izin Pak sebentar ini Dapil saya.
Terkait perubahan dokumen lingkungan itu, apakah nanti kalau sudah selesai,
sudah diubah atau bagaimana kami dari Komisi VII bisa melihat dapat akses ke
dokumen itu atau tidak.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya jawab ya, prosedurnya kan dokumennya dibuat oleh pemrakarsa lalu
dinilai oleh DKI, Komisi Amdal DKI, lalu kita yang menilai lagi. Saya kira pada saat
kita menilai nggak ada.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Maksudnya menilai apakah sudah memenuhi kriteria atau tidak.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Menilai itu artinya kelayakannya secara keseluruhan jadi analitis sekali itu
bisa, kemarin saja 2 hari kali ya waktu yang jauh, yang Kendeng bisa 2 hari.
F-GERINDRA (ARYO P.S. DJOJOHADIKUSUMO):
Karena bagi saya, terima kasih atas jawabannya Bu Menteri karena bagi saya
kan yang terpenting adalah mengintegrasikan dampak kepada warga, kepada
nelayan dan ini penting sekali karena ada yang bilang ini ranahnya Kementerian
Kelautan dan Perikanan, ada yang bilang ini ranahnya Lingkungan Hidup dan lain
sebagainya. Jadi bagi saya yang penting adalah nelayan-nelayan di Jakarta masih
ada nelayan, banyak sekali, nelayan-nelayan ini pada mengeluh semua dan belum
lama ini kan ada video yang saya posting di halaman facebook saya ada ikan paus
tutul di Teluk Jakarta. Jadi masih ada biota laut itu masih ada, jadi jangan sampai
nanti green peace atau apa gedor-gedor pintu saya di lantai 17 tanya Mas Aryo
katanya peduli lingkungan, tapi kok ternyata ya. Jadi saya ingin tahu saja bahwa
yang saya ingin pastikan adalah semua kriteria lingkungannya sudah terpenuhi dan
keinginan warga itu sudah terpenuhi.
Itu saja dari saya, jadi apapun bentuk dokumennya saya ingin tahu rinciannya
saja terima kasih Bu Menteri.
Terima kasih Pimpinan.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Sedikit Pimpinan, ini menarik saya.
Satu pertanyaan saja melanjutkan apa yang disampaikan Mas Aryo, di dalam
Amdal itu ada dampak sosial, ada social impact di situ. Apakah ada saksi dari
pemerintah terhadap pemrakarsa terkait dengan dampak sosial itu karena di
samping lingkungan reklamasi itu lebih besar adalah dampak sosial. Itu yang saya
minta tanggapi secara langsung.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu, langsung interaktif.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Di dalam Undang-Undang 32/2009 itu ada pasal yang sangat ampuh
sebetulnya untuk KLHK turun. Pertama dalam hal terjadi pencemaran, kedua dalam
terjadi kerusakan lingkungan, yang ketiga dalam hal terjadi keresahan sosial. Jadi
sebetulnya kita, kita masuk di reklamasi Jakarta sebetulnya karena yang pasal ini.
Terus saya masuk di Kendeng juga sebenarnya karena pasal yang ini, tapi sering ini
mohon maaf kalau ada pers saya minta tidak dipublikasikan di pers. Tapi masa iya
ini kita sebut terus sehingga kita dorong orang untuk rusuh kan enggak mungkin
begitu. Jadi memang instrumennya ampuh, tapi menanganinya yang harus sejuk
kira-kira seperti itu. Jadi yang terhormat Pak Tjatur prinsip itu bisa.
KETUA RAPAT:
Belakang dulu Pak Muhammad Nasir baru Pak Andi Jamaro.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Terima kasih Pimpinan.
Bu, izin Pimpinan interaktif, Bu saya ingin menanyakan masalah, ini sampai
sekarang kan belum selesai saya lihat. Masalah tata ruang Riau Bu, kapan akan
selesai karena tersangkut masalah Amdal tadi juga karena saya ingin kepastian
waktu kita terakhir rapat dengan Komisi VII waktu itu kunjungan ke Riau. Waktu
itubjuga dihadiri juga dengan Dirjen Hukum, masih ada beberapa hal yang perlu
dibahas pada waktu itu. Nah tapi kan perlu ada kepastian Bu Menteri, tentang tata
ruang ini karena kalau itu pun kasus masih ditangani KPK, tapi kan bisa bagaimana
penyelesaian supaya penyelesaian tata ruang ini selesai. Apa yang menjadi kendala
ya segera diselesaikan karena ini yang menyangkut pembangunan dan
perkembangan industri yang ada di Riau, terutama masalah untuk urusan-urusan
Amdal ini dan pengembangan daerah tersebut.
Mungkin saya interaktif minta dijawab Bu Menteri dan yang satu satu lagi
mungkin tadi yang Ibu bilang bisa turun langsung mengenai pencemaran, nah
pencemaran tadi juga harus segera Bu, diselesaikan jawabannya juga harus
diselesaikan dan diserahkan ke Komisi VII, mungkin masalah tata ruang tadi Bu
karena saya di setiap pertemuan di Dapil yang dipertanyakan ini terus.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tata ruang Riau itu enggak ketemunya kita dengan Pemda itu, karena Pemda
minta dilepaskan 1,6 juta hektar. Yang menurut identifikasi kami itu ke arah
pemutihan dan itu kita enggak mau, sudah rapat di DPD, rapat di Komisi IV itu
posisinya seperti itu. Sekarang sudah ada pansus DPRD dan Pansus juga sudah
nyerahin belum ke Pak Dirjen Planologi Pansus DPRD Riau, nanti kita cek.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Begini Bu maksud saya Pansus itukan nggak satu penyelesaian yang bisa
menyelesaikan kan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan karena di bawah
struktur Ibu. Saya waktu itu disampein oleh Pak Dirjen Hukum, ada beberapa
permasalahan yang, ada lahan-lahan perkebunan yang masukin kawasan-kawasan
tersebut. Nah ini mau dimasukkan dalam tata ruang tersebut, nah kalau ini
menyalahi aturan atau memang ini ada titipan, nah ini segera dirapikan diselesaikan
tapi harus selesai Bu karena Riau itu perlu pembangunan dan saya sampaikan juga
dengan Pak Dirjen, saya bilang ya sesuai aturan saja, harus selesai, tapi Ibu harus
kasih jangka waktu kapan akan selesai, ini sudah mau 5 tahun periode gubernur
kasus ini, tata ruang ini. Kalau menteri tidak bisa menyelesaikan 5 tahun kan, yang
kena dampak imbasnya kan Provinsi Riau gitu, bagi ibu yang bertanggung jawab,
kita minta pertanggungjawabannya kapan akan selesai gitu.
Nah kalau perlu kita, saya minta nanti rapat bareng gubernur dengan menteri
di Komisi VII ini untuk mencari titik temu dari masalah ini. Mungkin itu Bu karena
sudah 3 tahun ini proses ini terhambat, mungkin itu Bu Menteri.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau yang diminta 1 blok 1,6 juta harus keluar, jawabannya tetep enggak
bisa. Tapi ada solusinya, solusinya dan itu sudah kita lakukan yang pertama ya
kalau enggak salah yang minta kota ya, nggak di Komisi Ombudsman juga ini sudah
dibahas. Yang sudah ada solusinya adalah, nggak usulan parsial, penyelesaian
parsial istilahnya. Pada wilayah-wilayah mana itu diperlukan, nah itu bisa parsial
diselesaikan. Ada yang sudah kita selesaikan 70 ribu hektar, itu sudah kita
selesaikan, kita keluarkan karena verifikasi lapangannya masuk segala macam itu
bisa. Jadi pada dasarnya usulan-usulan parsial itu bisa dilakukan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Jadi pengeluarannya bertahap.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya enggak mau bilang bertahap, pokoknya parsial karena 1,6 juta itu belum
tentu 1,6 juta keluarnya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Iya setuju.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Jadi parsial saja Pak istilahnya, kalau pakai bdertahap nanti seolah-olah 1,6
juta pasti diselesaikan dan itu sebetulnya sudah pasti ada yang nggak beres.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Saya tidak menginginkan 1,6 itu kalau dia menyalahi aturan, Ibu ngak usah
ngeluarin gitu maksud saya. Tapi yang harus keluar, keluar Bu, jangan dihambat ini
karena Dumai ini kan mau dijadikan potensi pelabuhan sangat baik untuk
internasional, tapi itu terhambat gara-gara Amdal tersebut. Nah ibu buat aturan apa
berikan payung hukumnya, itu jalan gitu, nah termasuk beberapa daerah-daerah
pengembang di sana. Nah ini yang menjadi kendala gitu, kalau ibu gantung terus
nanti ini jadi masalah jadinya gitu, daerah ini tidak berkembang dengan anggaran
yang cukup besar tapi dia tidak bisa dikembangkan karena tidak ada hulu dan
hilirnya nyambung gitu. itu keinginan aspirasi masyarakat terutama pengembang di
Riau gitu. kalau saya sampaikan laporan terakhir kita Rapat Kerja kita kemarin rapat
dengan gubernur, itu belum mendapat titik terang yang jelas, waktu itu kita diundang
seluruh Anggota DPR RI juga dari dapil Riau, Beliau menyampaikan itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya akan cek deh Pak ke ATR ya sebab kita kerjanya erat sih dengan ATR,
jadi ada yang memang otoritasnya ATR, tapi kalau dia terkait sama hutan ATR-nya
juga nunggu hutan juga kadang-kadang, jadi nanti saya akan cek persisnya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Apapun lah Bu putusannya tapi segera maksud saya begitu dan termasuk
yang pernah saya sampaikan ke ibu di kawasan hutan Tesomilo yang daerah
Pelalawan yang pada waktu itu 6 ribu kebunnya dibongkar oleh perusahaan RAPP
tadi, coba saya minta kasus itu juga ditinjau kembali dan kawasan yang sekarang
sudah ditanami masyarakat, nah itu bagaimana payung hukumnya karena itu sudah
menjadi perkebunan dan sudah berdiri desa, beberapa desa saya di sana. Nah ini
perlu keputusan kalau tidak ini akan menjadi proses yang ngambang, tapi statusnya
tidak jelas. Takutnya nanti ada timbul sertifikat di sana, tapi status itu masih tidak
jelas gitu, nah ini kan BPN dengan lingkungan dan yang ibu yang berwenang
sebagai melepaskan kawasan ini tapi di situ bisa timbul sertifikat kan kita aneh juga
nanti.
Itu Bu yang perlu diluruskan mungkin supaya prosesnya jelas, mungkin itu Bu
ya terima kasih.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Pimpinan, satu detik lagi.
Saya masih belum puas tentang jawaban abrasi tadi, Bu Menteri.
KETUA RAPAT:
Pak Andi dulu Bu, jadi abrasi tadi nani dilanjutkan ya.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Tapi kalau Ibu Ari mau, silakan.
KETUA RAPAT:
Kewenangannya Menteri PU kan.
Pak Andi dulu silakan.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Saya kalau perempuan selalu ngalah saya.
Baik, saya hanya usul satu ya, selama ini kan kita kunjungan spesifik selalu di
luar Jakarta, gimana kalau pimpinan, kita sekali-sekali kunjungan spesifik di pulau-
pulau yang sedang bersoal itu, katakanlah kita ya menunjuk aspek lingkungan yang
terjadi di pulau G atau di mana gitu. Kalau bisa kita kunjungan spesifiklah ke sana,
Jakarta ini tidak pernah di peduli oleh mungkin semua komisi, tidak pernah ada
kunjungan spesifik di DKI Jakarta, selalu kita ke provinsi lain. sungai. Nah kalau
boleh saya usulkan kita kunjungan spesifik terkait dengan aspek lingkungan di
pulau-pulau reklamasi itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu Ari, sedikit 1 detik ya.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Iya Pak, saya masih belum puas soal jawabannya.
KETUA RAPAT:
Ini sudah 1 detik ini.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Sebentar, terima kasih Pimpinan atas pengertiannya.
Bu Menteri, tadi yang masalah abrasi tadi kan baca tadi itu, kenapa. Nah di
sini ada untuk melakukan pembangunan alat pemecah ombak salah satu untuk
mengatasi abrasi. Terus yang kedua adalah penanaman pohon mangrove, nah
waktu kemarin waktu saya kunjungan kerja di pasir bersama dengan Pak Dirjen yah,
Pak Dirjen bilangnya oke, bilangnya Pak Dirjen nanti mungkin bisa ditinjau untuk
melihat apa lokasi, apakah bisa mungkin untuk pemecah gelombangnya itu dari
penanaman apa pohon mangrove gitu.
Mungkin itu aja Bu Menteri, ini masalahnya amanah konstituen untuk
menyampaikan karena saya satu-satunya orang Kaltara di sini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ini udah ada usulan yang tertulis, saya akan teruskan saja ke Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Saya pernah di pemerintah daerah dan pernah mengurus
juga soal pemecah gelombang ini dan konstruksinya bukan murah. Jadi
konstruksinya besar dan biaya mahal dan ini memang paling pas diteruskan ke PU.
Saya akan teruskan surat ini secara tertulis ke Menteri PU ya Bu Ari.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Terima kasih Bu Menteri.
KETUA RAPAT:
Puasnya nanti kalau pemecah gelombangnya jadi, baru puas, kalau belum
jadi pemecah gelombangnya nggak puas-puas ini Bu Arsitek.
Saya rasa demikian ya, tadi sudah disampaikan. Terkait dengan reforma
agraria kita akan lakukan konsinyering khusus membahas yang 4,1 juta hektar nanti,
sehingga detail, dilakukan konsinyering Pak khusus. Jadi yang 4,1 itu nggak bisa
kayanya sambil-sambilan itu. Jadi saya sudah sampaikan sekretariat kita akan
jadwalkan konsinyering.
Terus terkait program yang 2017 itu masih penanggungjawabnya masih Pak
Ade sama Pak, dulu Pak Dirman Pak, Pak Ade ya. Jadi biar koordinasinya masalah
mengundang staf ahli, segala macam itu kan sangat teknis pak. Yang paling penting
dulu ininya prinsip-prinsip dasarnya dulu, bukan mengundang tenaga ahlinya Pak.
Jadi kita koordinasikan dengan Pak Ade supaya apa sinkron dengan maunya
anggota seperti apa gitu karena yang tahu persis Dapil itu anggota, staf ahli itu
hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Anggota.
Jadi demikian sehingga kita sudah masuk pada tahap kesimpulan rapat, coba
ditayangkan. Biasanya kalau sudah memasuki kesimpulan rapat Pak Totok sudah
datang biasanya, ada nggak Pak Totok, Beliau ini Pimpinan Badan Legislasi
soalnya.
1. Komisi VII DPR RI telah menerima penjelasan serapan anggaran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari per 31 Maret 2017
sebesar Rp. 665.713.165.498,- atau 9,68% dari pagu anggaran Rp.
6.775.397.102.000.
Turun terus ini detilnya, saya arsa itu sudah ngambil dari datanya
kementerian, tolong di cek Pak Dirjen takut angkanya ada yang salah. Saya rasa itu
ambil dari persentasenya Bu Menteri.
2. Komisi VII DPR RI mendesak Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI untuk membuat website khusus yang membuat data lengkap laporan
perusahaan perusak dan pencemar lingkungan, di antaranya nama
perusahaan, indikasi pencemaran atau perusakan lingkungan yang
dilakukan, proses yang sedang berjalan, apakah itu baru pada saat
sidang, saat penuntutan atau verifikasi atau sudah putus pengadilan di
sana terlihat. Kalau sudah putus pengadilan sudah keluar sanksinya dan
lain-lain yang terkait dengan pencemaran dan perusakan lingkungan ini
atau sekaligus saja ya karena nggak banyak kesimpulan cuma 6.
3. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
agar seluruh data informasi geospasial tematik di bidang lingkungan hidup
dan kehutanan harus mengacu pada informasi geospasial dasar untuk
mendukung kebijakan 1 peta sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
Kalau ada koreksi tolong dikoreksi.
4. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
untuk menyampaikan data terperinci per provinsi dan kabupaten dari 4,1
juta hektar pelepasan kawasan hutan dalam program retribusi aset dan
reforma agraria. Distribusi dan reforma agraria.
Jadi nanti ini, data ini buat modal kita untuk rapat nanti Bu, dilengkapi dengan
data nanti kita konsinyering nanti.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Anggaran yang 2017 ini secara terperinci untuk dibahas pada waktu
konsinyering nanti bos.
KETUA RAPAT:
Nanti kalau mau ditambahkan di atas, kita agendakan khusus saja, masuk
genda saja ya, masuk kesimpulan apa agenda.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Kesimpulan saja untuk dibahas nanti di RDP dengan Eselon I.
KETUA RAPAT:
Kita selesaikan dulu 6, habis itu kita tambahin yang disampaikan Pak Nasir
tadi.
Jadi redistribusi aset dan reforma agraria termasuk kriteria dan fungsi
pemanfaatannya pertanian, perkebunan, permukiman, fasilitas sosial, umum dan
lain-lain.
5. Komisi VII mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
untuk memperjuangkan kembali adanya, yang dari Pak Tjatur Pak ya,
DAK, lingkungan hidup dan kehutanan.
Tapi harus dari pemerintah dulu, kan polanya penganggaran APBN kan dari
pemerintah, baru DPR RI mendukung secara politik.
6. Komisi VII DPR RI meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
untuk menyampaikan jawaban tertulis atas seluruh pertanyaan Anggota
Komisi VII paling lambat.
Kemudian yang atas tadi masukan dari Pak ini, setelah coba ke nomor 1 di
bawah tabel itu nomor, mungkin pengganti nomor 2, nomor 2 menjadi nomor 3.
Komisi VII DPR RI meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
menyampaikan data terperinci 13 program tersebut di atas termasuk progres dan
hambatannya, termasuk progres dan hambatan dalam pelaksanaan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Dan lokasinya ya.
KETUA RAPAT:
Termasuk progress dan hambatan dalam pelaksanaannya, nanti kita
agendakan soal, nggak perlu kita simpulkan, itu sudah menjadi. Komisi VII DPR RI
meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan data
kepada Komisi VII, kepada Komisi VII DPR RI, setelah pelaksanaan itu, kepada
Komisi VII paling lambat tanggal, berapa Pak, Pak tanggal paling lambat data
terperinci itu.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Sama saja dengan yang Ristek kemarin kan minggu depan ya.
KETUA RAPAT:
Minggu depan ya, satu minggu lah, coba dihitung tanggal 11 April ya 2017,
nanti yang belum ini termasuk juga Dapil kan nanti kan bisa di itu belakangan nggak
ada masalah harus dikonsolidasikan yang Dapil dengan Anggota DPR RI di daerah
masing-masing.
Saya rasa ada 7 kesimpulan yang sudah kami sepakati ya, dari Anggota DPR
setuju ya.
(RAPAT:SETUJU)
Tinggal dari pemerintah kalau ada tambahan, perbaikan dari 1 sampai 7.
Silakan Bu.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ketua sebentar sebelum Bu Menteri ya, itu yang poin perusak lingkungan itu,
saya kira perusakan lingkungan. Itu saja, kan yang merusak kan bukan hanya
perusahaan, bisa jadi banyak sumber pencemaran, perusak itu tidak hanya.
KETUA RAPAT:
Perusak ditambah menjadi perusakan, perusakan. Apa bedanya perusakan
dengan pencemaran Bu, sama, beda ya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Beda itu di Undang-undang udah jelas beda, kalau pencemaran yang tidak
dikendalikan bisa jadi perusakan.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Ketua, itu yang dimaksud kerusakan lingkungannya apa perusakan yang
menimbulkan kerusakan lingkungan, maksud kalimat ini yang mana.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Itu kasus saja Ketua.
KETUA RAPAT:
Kalau yang tadi itu, itu meminta yang paling banyak nama-nama perusahaan
yang melakukan perusakan lingkungan, yang mencemarkan lingkungan dan
merusak, nama-nama perusahaannya sebetulnya arah rapat kita tadi.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Menyampaikan kasus perusakan dan pencemaran lingkungan, jadi kalau
kasus yang ditangani maksudnya kan, yang ditangani oleh penegakan hukum itu.
Jadi tidak hanya perusahaan saja gitu, bisa jadi perorangan bisa, bisa kelompok
masyarakat bisa, tapi yang ditangani oleh Kementerian Lingkungan Hidup itu.
Termasuk jelas, termasuk perusahaan-perusahaan itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Bagaimana kira-kira kalimat perbaikannya, tolong dibantu. Tapi di sana juga
yang laporan juga diberi Pak, supaya terlihat kalau ada laporan yang tidak di dia
terbuka, laporan yang tidak ditindaklanjuti karena dianggap tidak cukup bukti juga
disampaikan terbuka, supaya yang melapor juga bisa melakukan, misalnya kalau dia
yakin dia bisa menyampaikan data yang lebih ini, kalau dia nggak puas gitu. ini yang
sifatnya itu adalah keterbukaan begitu. Kalau yang ditangani saja takutnya dianggap
tidak memenuhi syarat tidak tangani gitu. Ini semuanya disampaikan informasinya,
baik yang laporan yang ditangani maupun laporan yang nggak ditangani akibat
dianggap tidak memenuhi syarat, masyarakat juga jangan sampai tidak ditahan itu
mereka punya persepsi wah ini ada backing di belakangnya, tapi karena betul-betul
tidak menurut syarat dari aspek hukum dan lain sebagainya lah. Jadi terinformasi
dengan lengkap gitu.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Begini saja Ketua,Komisi VII mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk membuat website khusus yang memuat data kasus perusakan dan
pencemaran lingkungan, baik yang ditindaklanjuti maupun yang tidak ditindaklanjuti.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Diketik tadi kalimatnya tadi, staf ahli yang belakang.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Data lengkap kasus perusakan dan pencemaran lingkungan.
KETUA RAPAT:
Kasus perusakan dan.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Yang terakhir baik yang ditindaklanjuti maupun tidak ditindaklanjuti.
KETUA RAPAT:
Lingkungan itu koma, baik yang ditindaklanjuti maupun yang tidak
ditindaklanjuti beserta alasannya, supaya yang melapor itu, supaya ini sifatnya
terbuka saja.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Alasan hukumnya.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Ketua, saya mau bertanya sebab tadi tidak ikut mendiskusikan supaya
kalimatnya ini jelas dan terukur. Jadi yang dimaksud ini seluruh laporan yang
ditangani oleh kementerian ataukah ada kriteria-kriteria khusus. Jadi besaran
kerusakan misalnya gitu atau pokoknya seluruh yang dilaporkan itu dimasukkan
website.
KETUA RAPAT:
Seluruh yang melaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dimasukin.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Kementerian saya kira tugasnya bukan hanya menerima laporan, tapi juga
yang ditemukan sendiri oleh, jadi mesti, jadi bagaimana yang dimaksud seluruhnya
itu apa hanya yang laporan saja.
KETUA RAPAT:
Bukan juga harusnya.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Kalimatnya saya kira harus jelas apa maksudnya ini kalimat ini.
KETUA RAPAT:
Itukan kasus.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Mas Totok tidak ada, laporan itu sudah ada di situ.
KETUA RAPAT:
Itu kasus Pak.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Semua berarti.
KETUA RAPAT:
Kasus kerusakan lingkungan, perusakan dan pencemaran lingkungan Pak.
Kalau kasus itu ada yang dilaporin maupun yang ditemukan sendiri oleh kementerian
ya, dalam kurungnya masih perlu, perlu ya, oke.
Saya rasa cukup ya, silakan Bu, tadi sudah gilirannya Bu Menteri untuk
memperbaiki mulai nomor 1, kalau setuju saya ketok, memperbaiki.
F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, SE.):
Ketua, masukan saja ini untuk direnungkan. Kalau semua harus dilaporkan itu
nanti khawatir saya malah data itu tidak bermanfaat, informasi itu tidak bermanfaat
karena seluruh laporan perusakan lingkungan dilaporkan. Jadi mesti ada kriteria
kerusakan lingkungan yang misalnya menonjol, yang menjadi perhatian publik. Itu
yang wajib dilaporkan di situ, tapi kalau yang kecil-kecil tidak berarti, ini Indonesia
lho ya. Jadi saya membayangkan website itu nanti isinya perusakan tidak penting
menurut saya tidak perlu. Jadi kerusakan-kerusakan yang menonjol, misalnya
apakah dampak, misalnya kerusakan lingkungan oleh Freeport misalnya kerusakan
semacam itu, chevron kalau mau yang gede-gede, lalu apalagi, apalagi gitu, tapi
kalau semuanya dilaporkan nanti justru informasi itu tidak penting, bagi komisi juga
nggak penting karena kita akan memberi perhatian khusus pada kerusakan
lingkungan yang punya dampak besar dan jadi perhatian publik, apa iya diberi
kriteria seperti itu misalnya.
KETUA RAPAT:
Pak, persoalan penting nggak pentingnya menjadi subjektif nanti.
Silakan Pak.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ketua, kalau mau mengakomodir Mas Totok ditambah sedikit, yang
mempunyai dampak penting buat lingkungan. Itu kalau di Amdal itu ada dampak
penting, itu kalau sudah tahu orang lingkungan dampak penting itu seperti apa
sudah tahu. Kalau mau ditulis teknis gitu.
KETUA RAPAT:
Kalau saya, menurut saya itu kan enggak banyak itu Pak, tadi aja cuma 200.
Kalau menurut saya ini kan aspek keterbukaan saja, jangan sampai orang yang
melaporkan itu ditanya, dia nanya itu enggak penting padahal setelah diperiksa
penting. Jadi menurut saya sih hanya laporan karena website ini, ini bukan terus apa
bukan, website yang ada. jadi kalau menurut saya sih enggak apa-apa Pak Totok,
yang penting laporin, nanti tinggal, kadang-kadang bagi seseorang di Dapilnya yang
kecil itu lebih penting dari pada Freeport Pak, kerusakan longsor saja.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ini Pak Ketua……Mas Totok juga, Mahkamah Agung itu ada websitenya itu
ya, itu 14 ribu kasus per tahun. Jadi enggak apa-apa gitu, maksud saya kalau mau
sebanyak-banyaknya juga nggak apa-apa.
KETUA RAPAT:
Kalau ini nggak banyak, cuma tadi Bu Menteri menyampaikan 200 cuma 200,
jadi enggak banyak. Cuma yang 200 itu yang besar memang nggak banyak mungkin
sedikit sekali.
Silakan Bu Menteri, diperbaiki kalau ada mulai dari nomor 1, kalau ada yang
mau diperbaiki, kalau nggak kita ketok kita setujui bersama.
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih.
Pimpinan yang terhormat dan Bapak-Ibu Anggota Komisi VII yang kami
hormati.
Saya kalau boleh mau minta tolong untuk persetujuan karena ini menyangkut
lembaga dan memang BRG kan dia sebetulnya lembaga sendiri, menangani sendiri
cuma uangnya dititipin di kita. Dan ternyata di bagian akhirnya itu kalau boleh dikasih
foot note di total tadi. Nah di foot note-nya itu di Dirjen Pengendalian Pencemaran itu
kalau tanpa BRG dia realisasinya 9,38%. Oleh karena itu total, secara total jadi
11,09% sebab kalau di bawah 10% itu kuadrannya nanti berbeda gitu, jadi kita kelas
berapa gitu.
KETUA RAPAT:
termasuk di rapat kabinet Bu ya.
KETUA KOMISI (H. GUS IRAWAN PASARIBU, SE., Ak., MM., CA./F-GERINDRA):
Bu, saya mau Tanya Bu Menteri, ini apa namanya Badan Restorasi Gambut
memang bener- benar bukan ada di subordinasi dari kementerian ya. Saya kira di
presentasi Ibu pun nanti ke depan begini aja, jadi kita ikut saja. Saya kira fair lah, fair
itu saya kira.
KETUA RAPAT:
Ini sudah ada badannya, mitra kerjanya siapa.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kepalanya ada, strukturnya ada sampai ke Eselon II ada cuma untuk
pengguna anggarannya nitip dulu di KLHK.
KETUA RAPAT:
Jadi sekarang dia belum ada rapat-rapat di DPR RI Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sudah di Komisi IV, malah dia sudah rapat duluan.
KETUA RAPAT:
Oh sudah ada berarti.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Dia rapatnya terpisah dengan kami.
KETUA RAPAT:
Oh dia sendiri ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Jadi kalau boleh footnote-nya catatan di butir 13 dikasih bintang angkanya, di
situ dikasih bintang catatannya bahwa.
KETUA RAPAT:
Dibikin saja.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Realisasi, realisasi fisik tanpa BRG.
KETUA RAPAT:
Realisasi fisik tanpa BRG sebesar.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Maaf realisasi anggaran tanpa BRG sebesar 9,38%, realisasi anggaran tanpa
anggaran BRG. Jadi realisasi tanpa anggaran BRG sebesar 9,38, saya tadi mohon
izin lihat diatasnya ada totalnya nggak, atasnya ada nggak, nggak ada persennya,
ya udah berarti atau.
WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Pak Ketua, bisa nanya sebentar, yang BRG ini bukan semacam BLU gitu Bu
ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Bukan, BLU kita punya.
WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Karena kana da Badan Pengelola Sawit gitu kan, dana sawit, jadi beda ya
dengan. Kalau Badan Pengelola Dana Sawit itu masuk di sini nggak, nggak sama
sekali, terpisah ya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Coba turun ke bawah, itu realisasi anggaran, realisasi anggaran tanpa
anggaran BRG.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya realisasi anggaran tanpa anggaran BRG sebesar 9,38% atau penyerapan
seluruh program KLHK sebesar 11,09%. Jadi totalnya tanpa dana BRG itu jadi
11,09%.
KETUA RAPAT:
Ini kok sama dengan yang di atas ya, di atas 9,38, coba lihat yang di atas tadi.
Jadi berarti di bawah nggak usah lagi 9,8 dibawahnya jadi 11 saja, turun ke bawah.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tadi yang di atas 9,68-nya diganti menjadi 11,09.
KETUA RAPAT:
Nggak Bu, yang diatasnya kan tetap Bu, diatasnya kan dari total seluruhnya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Nggak kalau program program 13 berubah maka 9,68-nya harus berubah.
Jadi yang di bawah nggak usah, jadi di atas saja ditukar angka 9,68 menjadi 11,69
jadi kata-katanya cukup di sebesar koma yang note-nya cukup 9,38% itu.
KETUA RAPAT:
Jadi karena anggarannya ada di Ibu, tetap disebutkan dua-duanya Bu. Jadi
yang total adanya BRG 9,38 tanpa BRG 11 koma, jadi supaya terlihat Bu. Kalau
hanya 11 saja seakan-akan, iya di atas saja, terus yang ada BRG-nya di mana 6,77
ini tanpa anggaran BRG ini Bu. Nah makanya nggak nyambung Bu, makanya
harusnya di footnote-nya Bu. Harusnya yang disebutkan di atas 9,8 kita kan bicara
APBN resmi nih Bu, kan di nota keuangan itu kan memang di Kementerian
Lingkungan Hidup Bu masuknya. Enggak bisa kita ubah kecuali Kementerian
Keuangan-nya merubah. Jadi kalau bahwa catatan itu boleh Ibu ubah, Ibu
sampaikan jadi kembali lagi 9,8 di atasnya balik 9,8, tapi di catatan bawah tanpa
BRG dia 11 koma sekian Bu. Jadi dibawahnya yang perlu diberi catatan karena
struktur anggarannya BRG ini masuk ke Kementerian Lingkungan HIdup Bu di nota
keuangan Presiden itu. Makanya nanti bisa saja Ibu 2018 mengusulkan supaya
nggak mengganggu kinerja kementerian, turun di bawah, di catatan bawah, nah ini
baru 11 ya. Realisasi anggaran tanpa anggaran BRG 9,8-nya hilangin 11,09
langsung.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau gitu tanda bintangnya jangan di nomor 13, ya bintangnya kana da yang
di atas itu. Nah kalau dikasih bintang karena sebetulnya kan BRG-nya melekat di
situ.
KETUA RAPAT:
Bagaimana footnote-nya bagaimana.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
BRG-nya kan melekatnya diprogram 13.
KETUA RAPAT:
Jadi masuk di 13 gitu, yang di bawah tabel itu udah betul itu Bu, mengatakan,
13 itu kalau mau dikasih bintang dikasih 13 itu pake bintang 13 di nomor 13 itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Iya 13-nya dikasih bintang.
KETUA RAPAT:
Dikasih bintang supaya terlihat, coba 13 dikasih bintang, oh sudah ada ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Bintangnya didekat anggarannya.
KETUA RAPAT:
Jadi inikan hanya memberikan informasi saja ini Bu, sebetulnya tanpa BRG
itu 11,09, tapi secara struktur anggaran itu karena memang dititipkan, itu kan soal
menjelaskan saja Bu itu, tapi saya nggak tahu 2018 bisa nggak dikeluarkan gitu.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ditulisnya ditambahi sehingga realisasi anggaran KLHK tanpa BRG sebesar
11,8%.
KETUA RAPAT:
Sudah Pak catatannya, di catatan saja. Realisasi anggaran tanpa.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Ditambahkan sehingga sudah itu.
KETUA RAPAT:
Enggak perlu sehingga Pak karena, kalau sehingga kan ada kalimat
sebelumnya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Jadi sehingga anggaran KLHK tanpa BRG sebesar 11 apa, realisasi
anggaran KLHK tanpa BRG sebesar 11,09%.
KETUA RAPAT:
Sudah, ini hanya memberi informasi saja Pak Tjatur. Inikan memang karena
nasibnya dititipkan Bu, nasibnya kurang baik Bu, tapi yang ngerjainnya, kinerjanya
masih 0 Bu ya.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Kalau tulisannya begitu, itu artinya Pak Dirjen aja yang 11,09, kalau itu
tulisannya itu. Makanya ada informasi untuk kita ya bahwa penyerapan anggaran
KLHK itu berapa yang sebenarnya tanpa BRG itu.
KETUA RAPAT:
Bagaimana nulisnya, sudah kan.
KETUA KOMISI (H. GUS IRAWAN PASARIBU, SE., Ak., MM., CA./F-GERINDRA):
Inikan memang tidak kinerjanya di KLHK gitu loh, tapi kelihatan seolah-olah
rendah, padahal ada BRG yang itu betul-betul terpisah, sesungguhnya badan
khusus. Saya usul begini realisasi anggaran KLHK tanpa, di situ mungkin
ditambahkan KLHK-nya tanpa anggaran BRG adalah sebesar 11,09.
KETUA RAPAT:
BRG itu di nomor berapa Bu, dalam kurung nomor 9 ya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Sebetulnya nomor 13, itu sebetulnya konteksnya lingkungan, jadi harusnya
juga bisa dipanggil.
KETUA RAPAT:
Jadi begini realisasi anggaran KLHK tanpa anggaran BRG pada nomor 13 ya,
dalam kurung BRG nomor 13. BRG dalam kurung biar kita tahu bahwa yang BRG itu
13 sebesar 11,09%. Itu cukup kan Bu karena yang penting 11 komanya.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau footnote-nya ini maka buyinya realisasi anggaran tanpa anggaran BRG
adalah tadi 9,38%, sehingga realisasi seluruh KLHK sebetulnya 11,09%.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Saya boleh bantu sedikit Ketua, realisasi anggaran Dirjen Pengendalian
Penyelenggaraan dan Perusakan Lingkungan tanpa BRG adalah 11,09%. Nah
sehingga anggaran KLHK tanpa BRG secara keseluruhan penyerapan anggaran
KLHK sebesar 11,09, nah itu urutan kalimatnya begitu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
9,38% sehingga.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Sehingga realisasi anggaran secara keseluruhan 11,09%.
KETUA RAPAT:
Jadi bagaimana sudah cukup jelas, apalagi Bu yang di nomor berikutnya
sudah.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih Ketua.
Untuk nomor 1, nomor 2 kami setuju, nomor 3 nggak masalah ya kami setuju
Ketua, nomor 4.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
13 itukan buat 13 program ya, 13 Eselon I.
KETUA RAPAT:
Nomor urut, nomor itu, nomor 13 yang 0,93 itukan, itu memperjelas, kalau
nggak hilangin aja nomor 13-nya hilangin aja supaya nggak, sudah jelas.
Lanjut nomor 4 Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Mohon izin nomor 3 Ketua, terus deh. Kalau boleh mungkin ini kita mesti lihat
juga ya kalau dia masih berproses, lalu diumumin lengkap itu secara informasi dan
azaz praduga tak bersalah, kita kena apa enggak secara hukum, nanti kami mohon
izin melihat, kalau boleh ketua.
F-PD (H. IHWAN DATU ADAM, SE.):
Kalau bisa ya tertutup saja.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Bukan tertutup, saya setuju banget yang disampaikan oleh Pak Ketua, bahwa
harus terbuka. Bunyinya mungkin Komisi VII DPR RI mendesak Kementerian LHK
untuk membuat website khusus yang memuat laporan pengaduan dan penyelesaian
kasus-kasus terkait perusakan dan pencemaran lingkungan. Jadi misalnya mana
yang harus pakai kode, mana yang nama lengkap nanti itu bisa dilihat menurut strata
hukum saja gitu.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, untuk yang bagian ini kan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Kalau udah bicara pengaduan berarti seluruhnya mau yang ditindaklanjuti,
mau yang enggak ditindaklanjuti, malahan sebetulnya bagus karena ini kan
mendorong untuk diselesaikan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, izin Pak Ketua, sebelah kiri ya.
Tadi itu kan di dalam pembahasan kita kasih 2 stressing Pak Ketua. Yang
satu berkaitan dengan one map policy yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan
di Indonesia ini. Jadi per masing-masing provinsi, kabupaten kota dengan
kerusakannya entah karena limbah B3, masalah hutan dan sebagainya dan itu ada
kodifikasinya gitu. Dan yang kedua adalah dan dari sisi aspek hukum yang berkaitan
dengan data base khusus untuk apa namanya pengaduan, kemudian proses yang
sementara berlangsung dan mana yang sudah terminasi Pak Ketua. Inikan yang kita
harapkan sehingga ada integrasi apa namanya one map policy dari sisi lingkungan
hidup juga secara menyeluruh Pak Ketua, itu tadi pikirannya.
Terima kasih, tidak sekedar pengaduan saja Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Jadi yang nomor 3 kan, Komisi VII DPR RI mendesak Menteri Lingkungan
Hidup da Kehutanan untuk membuat website khusus yang memuat laporan
pengaduan dan penyelesaian kasus-kasus terkait data, terkait kerusakan ini,
penyelesaian kasus-kasus terkait perusakan dan pencemaran lingkungan, baik yang
ditindaklanjuti.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ketua, mohon izin. Keterangan selanjutnya jadi nggak perlu karena
seluruhnya sudah menyeluruh di depan, begitu Ketua. Kalau koreksinya kan setia
saat bisa dikoreksi Ketua, kalau sudah muncul begitu, itu yang memang isinya
akhirnya ya itu. Jadi perusakan dan pencemaran lingkungan titik, berarti
keseluruhannya dengan segala kriteria masuk di situ.
KETUA RAPAT:
Kalau masalah laporannya Bu, kalau menurut saya boleh saya apakah itu
boleh atau tidak, kalau menurut saya boleh saja Bu, kan di sana kan tidak
disampaikan dia bersalah atau tidak bersalah, kan progressnya dia dalam verifikasi,
dalam proses penuntutan, dalam proses pengadilan. Jadi informasinya tidak ada
yang kita langgar, maksudnya laporan itu kita ingin mengetahui yang dikerjakan
lingkungan hidup itu sudah sampai mana. Kalau enggak disampaikan, prosesnya
sampai mana nanti kita enggak bisa melihat. Misalnya orang sudah lapor setahun
yang lalu, di informasinya hanya mengatakan ada pelapor tapi nggak sudah sampai
di mana. Itu yang sebetulnya diperlukan oleh DPR dan sampai mana, di sana tidak
dikatakan, begitu lapor sudah dinyatakan bersalah, tidak begitu Bu. Begitu
dilaporkan statusnya sedang di verifikasi, sedang diteliti sesudah itu ternyata terbukti
sedang diajukan oleh Menteri Lingkungan Hidup ke pengadilan, terus sudah putusan
pengadilan, jadi enggak ada yang dilanggar Bu. Jangan sampai nanti informasinya
itu kita enggak tahu kapan ngadunya, terus sudah sampai mana prosesnya, itu yang
kita maksud penekanan ini Bu. Jadi tidak ada hak-hak yang terlapor.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, interupsi Pak Ketua.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Ketua, tambahkan saja di situ laporan pengaduan, perkembangan dan
penyelesaian kasus-kasus. Sehingga setelah lingkungan titik itu dibuang saja.
Sehingga kita tambah saja pengaduan, perkembangan dan penyelesaian kasus-
kasus, sudah. Jadi di belakang koma itu dihilangkan saja.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu Mercy.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Iya, sebenarnya dari tadi kan kita membahas tentang masalah lingkungan
hidup ini kan 2 aspek. Satu kerusakan yang berbasis geospasial, jadi kalau kita buka
apa namanya peta atau data one map policy itu, kita dapat data geospasialnya dan
itu yang paling penting untuk kita gitu lho. Yang kedua data yang berkaitan dengan
legal standing dan legal prosesnya, ini kan 2 hal yang sangat berbeda Pak Ketua. Ini
yang mau kita harapkan, sehingga bisa keluar dari kementerian maksudnya itu Pak
Ketua. Kalau cuma ini berkaitan dengan aspek legalnya aja Pak Ketua, dari aspek
geospasial kerusakan lingkungan se-Indonesia ini enggak keluar Pak Ketua.
Padahal ini yang kita harapkan dia bisa keluar gitu Pak Ketua.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi ini yang disampaikan Pak Tjatur tadi ini, Pak Totok ya, ini tidak hanya
laporan pengaduan Bu. Ada juga hasil dari tadi, dari kementerian misalnya melalui
peta geospasial. Dengan melalui peta geospasial kan sebetulnya kementerian bisa
melihat yang katanya di sini hutan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Itu baru hutan saja Pak Ketua, padahal tadi kita kan minta one map policy.
Jadi kerusakan lingkungan bukan cuma masalah hutan, tadi itukan kita stressing.
Jadi ada masalah sampah, masalah limbah B3, masalah segala macam. Jadi bisa
keluar gitu loh dengan kodevikasinya, saya nggak tahu itu namanya dengan basis
GIF atau apa namanya, tapi mestinya sistem itu dia ada Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Itu khusus kayanya tuh, kesimpulannya enggak bisa disatukan di sini Bu,
harus terpisahkan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Yang penting ada Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Boleh Bu, nanti kita masukkan tolong dibantu.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Siap.
KETUA RAPAT:
Jadi ini dulu Bu Mercy, nanti dimasukka itu. Komisi VII DPR RI mendesak
Menteri Lingkungan HIdup dan Kehutanan RI membuat website khusus yang
membuat laporan pengaduan dan perkembangan penyelesaian kasus-kasus terkait
perusakan dan pencemaran lingkungan titik ya, baik yang ditindaklanjuti maupun
yang tidak ditindaklanjuti ya, tidak usah, titik aja ya.
Silakan Pak Hadi.
WAKIL KETUA RAPAT (H. HADI MULYADI, S.Si., M.Si./F-PKS):
Walaupun titik, tetapi konten dalam ….. tetap termuat, tidak jangan sampai ini
jadi abu-abu. Okelah kita tapi itu tetap termuat karena masalah-masalah lingkungan
Kalimantan Timur Pak, banyak sekali yang ketika kita mau memvderifikasi kita tidak
punya data, sudah disampaikan di mana. Nah kalau data ini cukup, kita bisa
mengakses sebagaimana disampaikan tadi MA itu lengkap contohnya dan mudah-
mudah ini sebuah kemajuan buat Bu Menteri dalam prudent.
Terima kasih.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Koreksi kata dan-nya itu di belakang, pengaduan koma perkembangan dan
penyelesaian kasus-kasus.
KETUA RAPAT:
Karena udah mau maghrib kita, bagaimana Bu membuat pengaduan.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Usulannya Pak Andi Jamaro, pengaduan koma perkembangan dan
penyelesaian.
KETUA RAPAT:
Perkembangannya kayanya.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Apakah perkembangan penyelesaian yang dari saya ikuti tadi.
KETUA RAPAT:
Saya rasa nggak perlu ada perkembangan, pengnaduan dan penyelesaian.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Tadi kan kita minta supaya tahapan-tahapannya kita tahu, kalau tahapan-
tahapannya kita tahu itu namanya perkembangan. Kalau tidak ada kata
perkembangan, cukup pengaduan saja dan hasilnya, progesnya nggak ada.
KETUA RAPAT:
Itu ada di dalam kurung Pak, proses yang sedang berjalan Pak, itu dalam
kurung nama perusahaan dikasih pencemaran, perusakan lingkungan yang
dilakukan, proses yang sedang berjalan dan lain-lain. Memang kalau mau kita muat
banyak sekali ini.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Tadi kan kita, saya mengusulkan setelah pencemaran lingkungan titik, nggak
ada lagi kaliat di belakangnya.
KETUA RAPAT:
Nggak, ini tadi Pak Hadi meminta kalau kalimatnya berhenti di lingkungan
takut konten di dalam website-nya itu nggak pasti. Makanya kita tekankan di dalam
website itu harus ada nama perusahaannya, yang merusak itu apa terus indikasi apa
yang dilakukan terkait perusakan itu. Indikasi perusakannya apa, terus prosesnya
darimana, apakah prosesnya verifikasi, proses di pengadilan atau proses putusan
pengadilan atau legal standing-nya tadi disampaikan di sana dan lain-lain gitu lah.
F-PPP (Dr. ANDI JAMARO DULUNG, M.Si.):
Saya tidak keberatan dengan kalimat itu Ketua, tetapi yang di dalam kurung
itu tidak memuat seluruh aspek yang kita mau lihat di situ. Yang penting sebetulnya
ya kita ingin, pertama pengaduannya, lalu kemudian progressnya, kemudian
hasilnya. Nah yang dimaksud dengan 3 kata ini sudah termasuk semua yang ada di
dalam kurung itu.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Tjatur.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Terima kasih Ketua.
Di dalam penegakan hukum itu tidak semua perkembangan itu harus
terpublikasi. Itu ada penyelidikan, ada penyidikan, nah penyelidikan dalam rangka
penyidikan itu wajib hukumnya KLHK sebagai aparat penegak hukum itu PNS-nya
itu untuk tidak mem-publish itu, itu KUHAP itu. Jadi tidak semua, nggak cocok ini
kalimat ini, tidak semua perkembangan detail dilaporkan, kata-kata ini sudah pas
menurut saya.
Terima kasih.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Ketua sebentar Ketua.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Saya sama sekali tidak terkait dengan perusahaan, tapi saya juga tidak ingin
kementerian tidak comply dengan apa yang diperintahkan oleh komisi. Oleh karena
itu di dalam kurang itu kalau masih harus ada bunyinya bukan nama perusahaan
karena nanti bisa-bisa kita bertentangan juga secara hukum pidana, bisa kena juga,
kalau mau kita harus ada bunyinya indikasi pelaku. Indikasi pelaku karena indikasi
pencemaran, indikasi, jadi masih indikatif semua kecuali yang sudah ingkrah baru
bisa kita sebut begitu Ketua.
KETUA RAPAT:
Itu di objeknya Bu, indikasi pencemaran.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Nggak itu nama perusahaannya yang nggak, saya enggak mau disebut nama
perusahaan itu.
KETUA RAPAT:
Jadi perusahaannya dirahasiakan.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Nggak karena ada kepala desa juga, ada orang-orang juga, ada segala
macam.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Objek pencemaran, indikasi, indikasi pelaku.
KETUA RAPAT:
Saya mau merujuk karena Pak Tjatur pernah di Komisi III Bu, kita aja
Anggota DPR RI dilaporkan itu tersebar di ini, tersebar di media cetak itu tidak
padahal belum bersalah apa, enggak ada masalah Bu. Kan hukum itu kami yakin
nggak bersalah atau tidak dibuktikan pengadilan. Sekarang Anggota DPR ada yang
indikasinya baru di ini, beritanya di mana-mana, enggak ada yang melanggar tuh Bu.
Namanya indikasi tapi kalau sudah di sana di vonis, perusahaan ini dinyatakan
melanggar itu yang namanya indikasi kan, tapi kalau nama perusahaan yang
dilaporkan oun dirahasiakan ini menurut saya aneh juga ya Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Tidak dirahasiakan Ketua, disebutkan mislanya perusahaan apa yang lengkap
inisialnya atau apa, tergantung kan kita bisa lihat juga sebetulnya yang orientasi
yang bakal tren atau apa begitu, soalnya bisa terjadi dia mempersoalkan juga secara
hukum pencemaran dan lain-lain jadi memang mesti dilihat betul.
KETUA RAPAT:
Pak Tjatur Komisi III pernah, memangnya kalau orang dilaporkan terus atau
perusahaan dilaporkan itu ke publikasi itu enggak boleh Pak, bukan dinyatakan
bersalah Pak.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Kalau misalnya ….. ditulis dia mencemari, dia bisa, tapi kalau dia ditulis di situ
dia terindikasi mencemari ya gitu bisa.
KETUA RAPAT:
Nggak yang saya maksud Bu Menteri nggak mau menyebutkan nama, ini
yang bagi saya itu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Di sini jangan disebut nama perusahaan, tetapi bunyinya indikasi pelaku. Jadi
bisa perusahaan, bisa desa. Maksud saya di kesimpulan ini Ketua, bukan di web-
nya. Kalau di web-nya nanti tetapi pasti tetapi pasti anak-anak saya akan minta
kontrol dari aspek hukum, jangan jadi bumerang, hati-hati dan lain-lain.
F-PD (H. IHWAN DATU ADAM, SE.):
Iya Ketua…..apa yang diinstruksikan Bu Menteri tadi, betul itu.
KETUA RAPAT:
Indikasi pelaku saja, nanti pelakunya ada perusahaan, ada orang, boleh
nggak ada masalah. Terus juga indikasi pencemaran, jadi semuanya enggak ada
yang final Bu, semuanya baru yang namanya orang dilaporin itu itu belum tentu
bersalah gitu, jadi nanti pengadilan yang membuktikan.
Saya rasa cukup ya.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Pak, izin Pak. Kan di sini hanya lingkungan, bagaimana dengan kehutanan.
Jadi perlu ditambah di lingkungan dan.
KETUA RAPAT:
Kehutanan bukan bidang kita Bu, Komisi X Bu, bukan kita.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Tapi kan kerusakannya kita bukan kita, kalau kasus-kasus kerusakan.
KETUA RAPAT:
Nggak sebetulnya itu lingkungannya kan yang besarnya, di dalam lingkungan
itu kalau kerusakan hutan yang menimbulkan kerusakan lingkungan masuk ke kita,
pasti itu.
F-PAN (Ir. H. TJATUR SAPTO EDY, MT.):
Hutan itu bagian dari lingkungan Bu.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Yang penting sama pikirannya. Terus pertanyaan yang di atas itu 13 program
setuju nggak Bu Menteri, memang namanya 13 program.
KETUA RAPAT:
Memang iya.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Karena itukan nama-nama direktorat jenderal sebenarnya, 13 program.
KETUA RAPAT:
Jadi nomenklatur APBN perlu saya terangkan, APBN itu tidak mengenal
namanya Eselon I, yang dia kenal itu namanya program. Kalau kita membahas BBM,
satu Eselon I itu ada yang punya 2 program, ada punya 1 program jadi begitu Bu.
Jadi yang dibahas itu di program, kalau dulu kan waktu DPR masih belum di
Mahkamah Konstitusi menyetujuinya sampai kegiatan satuan III, kalau enggak lagi
cuma per program saja.
Jadi nomor, yang lain sudah oke Bu ya, Bu Menteri. Nomor 4 oke Bu, nomor 5
silakan, nomor 5, ada enggak nomor 5, lama sekali naiknya nih. Kalau di kita tadi
sudah diketok ya di Komisi VII sudah diketok.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
5 kami setuju.
KETUA RAPAT:
6.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
6, oh terima kasih yang nomor 6 setuju.
KETUA RAPAT:
7 oke. Saya rasa demikian ya rapat kita setujui ya karena dari pihak
pemerintah sudah setuju dan DPR tadi juga sudah setuju. Maka 7 kesimpulan dapat
disepakati.
(RAPAT:SETUJU)
Terima kasih.
Tahap akhir dari rapat kita sudah kita lalui, sebelum kita tutup kami beri
kesempatan kepada Bu Menteri untuk menyampaikan kata penutup Bu.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI:
Terima kasih.
Yang terhormat Bapak-bapak Pimpinan Komisi VII DPR RI.
Yang terhormat Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Saya menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih atas
interaksi dan berbagai catatan yang sangat penting. Kami akan tindaklanjuti catatan-
catatan sebagaimana dimaksud juga kesimpulan seperti yang disepakat di dalam
rapat kerja. Saya minta maaf untuk hal-hal yang kurang tepat dan sekali lagi terima
kasih.
Wabillahi taufiq walhidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Kami sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya pada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang sudah hadir dalam rapat kerja ini, begitu
juga kepada rekan-rekan kelihatannya aktif sekali ini, hari ini saya lihat, energy ini
cukup berlebih kelihatannya, jadi semangatnya juga tinggi. Mudah-mudahan apa
yang kita hasilkan pada hari ini dapat mendorong Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan RI dalam rangka meningkatkan kinerjanya, sekaligus meningkatkan
penyerapannya Bu, supaya masuk kuadran yang lebih tinggi lagi Bu, tadi karena Ibu
menyinggung kuadran Bu ya dan kami juga menyampaikan permohonan maaf
apabila ada hal yang kurang berkenan karena apabila tidak ada yang perlu kita
diskusikan, maka rapat saya tutup dengan ucapan alhamdulillah.
Wabillahit taufiq walhidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 18.12 WIB)
a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
Dra. Nanik Herry Murti
NIP. 19650506199403200