DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL …dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · (contohnya...

24
DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR) KAITANNYA DENGAN INVESTOR RAFRINI AMYULIANTHY Abstract The purpose of this study is to examine the determinant factors of the quality of Internet Financial Reporting (IFR) associated with investor relations. Factors to be determined are the condition of the company characteristics and mechanisms of corporate governance in Indonesia to 200 after the company first alphabetical sorting code on the Indonesia Stock Exchange (BEI) listed companies during January 2010 through December 2010. The findings of this study is a research instrument index Geerings et al. (2003) which has been modified is valid and feasible for use as a reliable index of quality assessment IFR investor relations. Further, the results of hypothesis showed that firm’s charcteristics variables, except Leverage, has a positive effect on quality of IFR significantly associated with investor relations. Corporate governance mechanisms, the two variables are independent commissioners and Auditor Type Big-4, both has a significant positive effect on quality of IFR significantly associated with investor relations. Keywords: disclosure, internet financial reporting, investor relations, firm’s charcteristics, corporate governance mechanisms Abstrak Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor determinan dari kualitas Internet Financial Reporting (IFR) terkait dengan hubungan investor. Faktor-faktor yang akan diuji adalah kondisi karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance di Indonesia terhadap 200 perusahaan pertama setelah dilakukan pengurutan abjad kode emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Januari 2010 sampai Desember 2010. Hasil temuan penelitian ini adalah indeks instrumen riset Geerings et al. (2003) yang telah dimodifikasi adalah valid dan handal layak untuk digunakan sebagai indeks penilaian kualitas IFR hubungan investor. Hasil temuan pengujian hipotesis menunjukkan variabel karakteristik perusahaan kecuali variabel hutang, berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor. Untuk mekanisme corporate governance, kedua variabel yaitu komisaris independen dan KAP Big-4, keduanya berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor. Kata Kunci: pengungkapan, internet financial reporting, hubungan investor, karakteristik perusahaan, mekanisme corporate governance Pendahuluan Investor dan badan regulasi pemerintah telah menciptakan standar dalam bentuk undang- undang bagi perusahan dalam pengungkapan laporan keuangan bagi pemegang saham. Standar

Transcript of DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL …dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · (contohnya...

DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)

KAITANNYA DENGAN INVESTOR

RAFRINI AMYULIANTHY

Abstract

The purpose of this study is to examine the determinant factors of the quality of Internet Financial

Reporting (IFR) associated with investor relations. Factors to be determined are the condition of

the company characteristics and mechanisms of corporate governance in Indonesia to 200 after

the company first alphabetical sorting code on the Indonesia Stock Exchange (BEI) listed

companies during January 2010 through December 2010. The findings of this study is a research

instrument index Geerings et al. (2003) which has been modified is valid and feasible for use as a

reliable index of quality assessment IFR investor relations. Further, the results of hypothesis

showed that firm’s charcteristics variables, except Leverage, has a positive effect on quality of

IFR significantly associated with investor relations. Corporate governance mechanisms, the two

variables are independent commissioners and Auditor Type Big-4, both has a significant positive

effect on quality of IFR significantly associated with investor relations.

Keywords: disclosure, internet financial reporting, investor relations, firm’s charcteristics,

corporate governance mechanisms

Abstrak

Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor determinan dari kualitas Internet Financial

Reporting (IFR) terkait dengan hubungan investor. Faktor-faktor yang akan diuji adalah kondisi

karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance di Indonesia terhadap 200

perusahaan pertama setelah dilakukan pengurutan abjad kode emiten di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode Januari 2010 sampai Desember 2010. Hasil temuan penelitian ini adalah

indeks instrumen riset Geerings et al. (2003) yang telah dimodifikasi adalah valid dan handal

layak untuk digunakan sebagai indeks penilaian kualitas IFR hubungan investor. Hasil temuan

pengujian hipotesis menunjukkan variabel karakteristik perusahaan kecuali variabel hutang,

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor. Untuk

mekanisme corporate governance, kedua variabel yaitu komisaris independen dan KAP Big-4,

keduanya berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor.

Kata Kunci: pengungkapan, internet financial reporting, hubungan investor, karakteristik

perusahaan, mekanisme corporate governance

Pendahuluan

Investor dan badan regulasi pemerintah telah menciptakan standar dalam bentuk undang-

undang bagi perusahan dalam pengungkapan laporan keuangan bagi pemegang saham. Standar

ini telah berkembang sejalan dengan berkembangnya paradigma komunikasi perusahaan dan

ditambah dengan kemajuan. Agar dapat berhasil didalam lingkungan bisnis yang semakin

kompetitif, maka penting bagi perusahaan untuk meningkatkan transparansi keuangan kepada

pasar dan masyarakat (Mendes dan Christensen, 2004).

Di masa lalu, pengungkapan informasi laporan keuangan lebih banyak disajikan melalui

media tradisional (contohnya bentuk cetak dari annual report) atau melalui intermediaries

(contohnya press release dari media tertentu). Dengan sistem komunikasi semacam itu, informasi

sering menjadi kurang tepat sasaran dan menghabiskan banyak biaya untuk produksinya. Namun

selama beberapa tahun terakhir, dengan kemunculan teknologi internet maka penggunaan

komersial dari internet yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tumbuh dengan pesat,

semakin banyak perusahaan yang membuat website untuk mempublikasi informasi. Tipenya

adalah sukarela dan tidak diatur oleh regulator terutama di negara berkembang. Isinya

kebanyakan telah ada di media dalam bentuk cetak.

Perusahaan menggunakan world wide web (www) homepage sebagai media untuk

menampilkan informasi keuangan dan laporan keuangan atau hal ini biasa dikenal dengan istilah

Internet Financial Reporting (IFR). Hal ini dilakukan untuk lebih mendekatkan hubungan mereka

dengan investor, analis dan juga stakeholder lainnya (Cormier et al, 2008). IFR yang terkait

dengan hubungan investor yang meningkat saat ini telah menjadi perhatian bagi akademisi

maupun regulator (Lymer et al. 1999). Namun eksistensi perusahaan belum tentu menjamin

keberadaan kuantitas dan kualitas informasi yang dibutuhkan masyarakat, terutama investor.

Pengungkapan informasi yang kurang memadai dapat merugikan pemegang saham, dan informasi

yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah, karena itu perlu diketahui

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas IFR. Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor

determinan dari kualitas IFR terkait dengan hubungan investor yang pada penelitian terdahulu

hasilnya belum konsisten. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah kondisi karakteristik perusahaan

dan mekanisme corporate governance di Indonesia dengan menggunakan data emiten di Bursa

Efek Indonesia. Diharapkan hasil studi ini dapat menambah literatur mengenai pengungkapan di

Internet di Indonesia yang masih sedikit, serta dapat digunakan oleh perusahaan untuk

mengetahui bagaimana seharusnya website perusahaan yang diinginkan oleh masyarakat,

terutama terkait dengan hubungan investor, sehingga akan semakin meningkatkan penilaian

perusahaan oleh investor. Untuk badan regulator hasil penelitian ini akan menambah saran untuk

mempertimbangkan pembuatan peraturan pengungkapan melalui website terkait dengan

hubungan investor

KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Internet Financial Reporting (IFR)

Marston (2004) menjelaskan hubungan investor sebagai penghubung antara perusahaan

dan masyarakat keuangan, menyediakan informasi untuk membantu masyarakat keuangan dan

masyarakat yang berinvestasi dalam mengevaluasi perusahaan. Dalam pandangan ini, peran IFR

terkait hubungan investor adalah melengkapi aliran informasi yang ada, tidak menambah

informasi baru namun hanya mengembangkan metode penyampaian informasi. Dalam konteks

hubungan investor, IFR dapat digunakan sebagai alternatif melaksanakan aktivitas hubungan

investor tradisional, namun juga sebagai bentuk komunikasi baru menggunakan teknologi terbaru

(Deller et al., 1999)

Debreeceny dan Gray (1999) memprediksi bahwa world wide web (www) akan menjadi

alat utama mengkomunikasikan informasi keuangan, implementasi beberapa pengembangan

teknologi terbaru (termasuk cookies dan XBRL) dan menggunakan bentuk komunikasi langsung

seperti mailing list dan partisipasi online dalam forum diskusi dan rapat. Tujuan utama

penggunaan IFR terkait hubungan investor adalah menyediakan informasi komprehensif dan tepat

waktu kepada investor individu yang sebelumnya hanya tersedia untuk grup tertentu seperti

investor institutional dan analis (Ettredge et al. 2002). Xiao et al. (2002) melakukan studi trend

pada pelaporan keuangan di internet dengan menambah luas kegunaan internet yang akan

mengubah praktik pelaporan perusahaan. Beberapa pihak yang disurvey didalam studi ini

(akademis, auditor, penyedia informasi, regulator dan pengguna) setuju bahwa dampak IFR akan

signifikan dan menghasilkan pertumbuhan signifikan pada informasi non keuangan dan non audit,

menambah tipe informasi pada internet, meningkatkan masalah auditor, meningkatkan provisi

informasi pihak ketiga, dan keuntungan untuk penyedia dan pengguna.

IFR dan Karakteristik Perusahaan

Beberapa studi telah meneliti alasan dari pengungkapan informasi IFR terkait dengan

hubungan investor di beberapa negara. Studi deskriptif penggunaan internet untuk aktivitas

hubungan investor yang telah dilakukan untuk menguji atau menjelaskan hubungan antara jumlah

dan tipe informasi keuangan pada website dan faktor karakteristik perusahaan atau lingkungan

yang mungkin berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk terlibat pada aktivitas hubungan

investor pada internet. Asbaugh et al. (1999) menemukan bahwa ukuran perusahaan adalah satu-

satunya variabel signifikan untuk penyebaran laporan keuangan elektronik oleh perusahaan US.

Variabel dependen dalam studi mempunyai 1 dari 3 kemungkinan nilai berdasarkan adanya (1)

publikasi langsung laporan keuangan pada website perusahaan, (2) hubungan ke laporan tahunan

di sumber lain di internet, (3) hubungan dengan laporan tahunan pada database EDGAR di SEC.

Marston dan Polei (2004) melakukan studi aktivitas pelaporan keuangan internet di perusahaan

Jerman dan menemukan hanya ukuran perusahaan sebagai variabel penjelas signifikan untuk

jumlah informasi tersedia di website perusahaan. Pada studi ini karakteristik perusahaan yang

akan diteliti adalah size, proporsi saham, leverage, growth dan kinerja perusahaan.

Size

Perusahaan yang lebih besar memiliki asimetri informasi yang lebih tinggi antara pihak

manajer dan pemegang saham dan karena itu, biaya agensi yang timbul menjadi lebih tinggi.

Untuk mengurangi biaya agensi, perusahaan besar mengungkapkan informasi lebih banyak dari

pada perusahaan kecil. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk

mendapatkan modal sehingga dapat diharapkan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat

yang lebih tinggi. Perusahaan yang lebih besar juga cenderung memiliki biaya kepemilikan yang

lebih rendah terkait dengan keterbukaan informasi sebagai kegiatan mereka yang terkena oleh

sumber lain dari informasi (Hossain et al., 1995).

Lebih lanjut, hipotesis political cost menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar

memiliki insentif yang kuat untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Mereka juga menarik

perhatian dari lembaga pemerintah. Peningkatan pengungkapan umumnya mengurangi intervensi

pemerintah (Firth, (1979); Chow dan Wang, (2003)).

Mengingat kebutuhan untuk pengungkapan yang lebih banyak oleh perusahaan besar,

diharapkan bahwa besar perusahaan akan cenderung untuk mengadopsi metode pengungkapan

berbagai termasuk pegungkapan laporan keuangan di internet, yang memungkinkan melakukan

pengungkapan yang sejumlah banyak dengan biaya tambahan rendah dan dengan penggunaa

userfriendly. Perusahaan-perusahaan besar memiliki pemegang saham lebih banyak dan

penyebaran pemegang saham yang lebih besar, dalam keadaan ini melakukan pengungkapan

melalui IFR akan sangat efektif karena informasi dapat disebarluaskan kepada khalayak luas

dengan efisien. Sehingga dapat dirumuskan hipotesa yang pertama,

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor

Proporsi saham

Debreceny et al. (2002) berpendapat bahwa IFR merupakan langkah yang efektif

menyebarkan informasi dengan cara yang efisien kepada masyarakat luas. Karena dengan adanya

IFR, investor dapat dengan cepat dan biaya yang murah mengumpulkan informasi sehingga

mereka dengan mudah dapat melakukan transaksi investasi di pasar efek. Selain itu investor dapat

membeli saham di banyak perusahaan, bukan hanya di negeri sendiri tetapi juga di seluruh dunia.

Hal ini menunjukkan, sehubungan dengan kualitas informasi IFR, perusahaan publik harus

berpikir dan bertindak secara global. Sehingga dapat dikatakan IFR menjadi cara yang semakin

efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan investor.

Ashbaugh et al. (1999) menemukan hubungan positif antara IFR dan proporsi dari

jumlah saham yang tersedia untuk investor individu. Oleh karena itu perusahaan diharapkan

untuk berinvestasi lebih banyak dalam kualitas informasi website IFR jika proporsi saham

perusahaan lebih besar tersedia untuk untuk investor individu. Oleh karena itu, hipotesis kedua

adalah:

H2: Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh terhadap kualitas IFR

terkait hubungan investor

Leverage

Schipper (1981) menegaskan bahwa pembatasan eksplisit dapat mengurangi potensi

konflik antara pemegang obligasi dan pemegang saham. Manajemen dengan sukarela melakukan

pengungkapan untuk tujuan pemantauan dan membantu menjamin pemberi hutang tentang

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. Sejalan dengan kenaikan utang,

manajemen dapat menggunakan langkah-langkah tambahan, seperti memberikan informasi

tentang pembayaran hutang, informasi jumlah hutang debitur dan informasi lain melalui IFR

sehingga dapat memungkinkan pemberi hutang untuk terus memantau dan berinteraksi dengan

perusahaan (Debreceny et al. 2002). Kemudian diturunkan hipotesa yang ketiga yaitu:

H3: leverage berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor

Growth

Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi atau perusahaan dengan

prospek pertumbuhan yang tinggi jika melakukan pengungkapan akuntansi secara tradisional

mungkin kurang cocok sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan investor, mengingat efek dari

pertumbuhan perusahaan mungkin tidak cukup tercermin dalam tindakan akuntansi tradisional.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ini mungkin mencoba untuk mengkompensasi dengan

aktif menggunakan IFR sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih relevan

informasi kepada investor. Namun, Debreceny et al. (2002) secara konsisten menemukan

hubungan negatif antara prospek pertumbuhan dan IFR untuk perusahaan yang sedang

berkembang pesat. Hal ini dikarenakan biaya kepemilikan menyebabkan kebutuhan

pengungkapan informasi menjadi lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang berkembang pesat.

Di lain pihak, perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan sedang berkembang

mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan atau manusia untuk mengembangkan fasilitas

IFR yang memadai. Dalam banyak kasus, perusahaan yang sedang berkembang harus

mencurahkan perhatian dan dana untuk mengelola pertumbuhan perusahaannya, sebagai hasilnya

investasi dalam bentuk fasilitas yang mungkin berguna - seperti pembuatan IFR di website

perusahaan - tidak dapat direalisasikan (Xiao et al, 2004). Karena hasil penelitian-penelitian yang

terdahulu masih belum dapat ditentukan maka hipotesa selanjutnya adalah:

H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor

Kinerja Perusahaan

Penelitian sebelumnya dari Lang dan Lundholm (1993) dan Cormier dan Magnan (2008)

menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja yang baik memiliki insentif untuk

mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang kinerjanya

kurang baik. Dalam penelitian mengenai penyebaran informasi melalui corporate websites,

Ettredge et al. (2002) menunjukkan hubungan yang negatif, namun tidak signifikan. Dengan hasil

ini, tidak diketahui dengan jelas apakah hubungan antara kinerja perusahaan adalah bersifat

positif atau negatif dengan penyebaran informasi melalui IFR. Perusahaan dengan kinerja yang

baik cenderung untuk melakukan publikasi tentang kinerja perusahaan mereka di website. Mereka

mungkin akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari yang diminta oleh badan regulasi dan

peraturan, dan akan menggunakan perkembangan teknologi terkini untuk berhubungan dengan

investor, misalnya, untuk berpartisipasi dalam rapat conference (Xiao et al. 2004).

Di sisi lain, perusahaan juga memperhatikan posisi mereka di pasar kompetitif dan

sehingga akan menahan beberapa informasi yang mungkin akan memberikan keuntungan untuk

mereka. Pengungkapan informasi juga dapat mengakibatkan hilangnya posisi keuntungan

kompetitif perusahaan karena memberikan informasi yang terlalu banyak ke pasar. Hal ini pula

yang menjadi salah satu alasan penyebab manajer akan kurang bersedia melakukan

pengungkapan (Debreceny et al., 2002). Sehingga masih belum dapat ditentukan apakah kinerja

perusahaan akan memiliki pengaruh positif atau negatif pada pembuatan IFR tekait dengan

hubungan dengan investor.

H5: Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor

IFR dan Mekanisme Corporate Governance

Problem keagenan terjadi ketika timbul konflik antar tujuan pemilik (principal) dengan

para direksi/top management sebagai agen. Para pemilik mengalami kesulitan untuk

memverifikasi apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh manajemen. Konflik kepentingan tersebut

dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme yang mampu mensejajarkan kepentingan pemegang

saham selaku pemilik dengan kepentingan manajemen. Mekanisme tersebut dikenal dengan

istilah good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dalam menjalankan

bisnisnya (Tjager, 2003).

Corporate governance merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan

mengelola perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran dan akuntabilitas

perusahaan, yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan shareholders value. Banyak penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan corporate governance yang baik akan

dihargai lebih tinggi oleh investor (Black et al, 2003;. Gompers, 2003). Lebih lanjut lagi, Kelton

dan Yang (2008) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi perilaku

pengungkapan informasi keuangan perusahaan di internet.

Secara umum mekanisme corporate governance terdiri atas dua jenis yaitu: (1) The

internal mechanisms of corporate governance; dan (2) The external mechanismst of corporate

governance. Mekanisme internal adalah cara-cara pengendalian perusahaan dengan menggunakan

berbagai elemen yang ada di dalam organisasi misalnya komposisi dewan komisaris. Mekanisme

eksternal adalah cara-cara mengendalikan perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme

internal perusahaan diantaranya menghadirkan para agen yang dikenal karena reputasinya

(reputational agent) dalam hal ini termasuk “profesi akuntan” (World Bank, 1999). Faktor

eksternal dimaksudkan untuk mendisiplinkan perilaku fihak insider agar lebih transparan,

akuntabel dalam mengelola korporasi.

Komposisi anggota Dewan Komisaris

Peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik dewan, salah satunya adalah

komposisi keanggotaannya. Crutchley et al., (1999) menyimpulkan bahwa ukuran dewan

komisaris yang besar dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif

dibandingkan ukuran dewan direksi yang kecil. Efektivitas fungsi pengawasan dewan tercermin

dari komposisinya, apakah pengangkatan anggota dewan berasal dari dalam perusahaan dan/atau

dari luar perusahaan. Komposisi keanggotaan dewan dalam hal ini, semakin besar persentase

anggota yang berasal dari luar perusahaan, akan mejadikan peranan dewan komisaris semakin

efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, karena

dianggap semakin independen. Di Indonesia anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan

digunakan terminologi komisaris “ekstern“ atau “independen”.

Barnhart & Rosenstein (1998) membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari

outside director (komisaris independen) maka semakin tinggi independensi dan efektivitas board

of commisioner dalam menjalankan perannya. Disamping itu, Komisaris independen dapat

berfungsi untuk menselaraskan kepentingan para pemegang saham dalam rangka melindungi hak-

hak pemegang saham minoritas. Penelitian Willekens et al. (2003), Lueng (2005), Cheng et al.

(2004), dan Susilowati et al. (2005) memberikan simpulan bahwa komposisi dewan komisaris di

perusahaan dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan yang sifatnya sukarela. IFR terkait

hubungan investor dapat menjadi salah satu cara bagi perusahaan untuk melakukan

pengungkapan informasi yang sifatnya sukarela. Karena itu hipotesa selanjutnya adalah:

H6: Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor

Kantor Akuntan Publik

Teori keagenan menyebutkan audit dapat mengurangi konflik yang timbul antara

manajemen dan investor. Pada umumnya, kantor akuntan publik besar memiliki insentif yang

lebih besar untuk mempertahankan independensi dan reputasi, serta akan berusaha memaksakan

pengungkapan yang lebih ketat dan ekstensif (DeAngelo, 1981; Malone et al., 1993). Ini dapat

diartikan kantor akuntan publik besar lebih disukai untuk digunakan oleh pihak manajemen

dengan tujuan memberikan pandangan mengenai proses pengendalian perusahaan dari sudut

pihak eksternal. Penemuan dari Craswell dan Taylor (1992) dan Inchausti (1997) mendukung

teori bahwa adanya hubungan positif antara perusahaan dengan kantor akuntan publik besar

terkait isu tingkat pengungkapan laporan keuangan. Tingkat pengungkapan informasi yang tinggi

akan dilakukan oleh perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik besar. IFR terkait

dengan hubungan investor menjadi salah satu cara pengungkapan informasi yang akan dilakukan

oleh perusahaan. Sehingga hipotesa yang dapat diturunkan adalah:

H7: Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor

METODE

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu: (b) data kualitas IFR

yang diperoleh dari website perusahaan; dan (c) data keuangan dari Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh Institute for Economic and Financial Research (ECFIN).

Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel

Penelitian dilakukan terhadap semua perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar di

tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling untuk mendapatkan sampel

yang dapat mewakili kriteria yang ditentukan. Kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan sampel

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang go public dan telah terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun pengamatan penelitian yaitu tahun 2010;

2. Perusahaan terdaftar sebagai 200 emiten pertama setelah dilakukan pengurutan abjad

kode emiten di Bursa Efek Indonesia;

3. Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan audited pada tahun 2010;

4. Perusahaan yang diteliti telah memiliki dan menggunakan website dalam

mempublikasikan laporan keuangannya selama tahun pengamatan 2010

Berdasarkan kriteria diatas, dari 200 sampel perusahaan, 62 perusahaan tidak memiliki

website dan 21 perusahaan tidak lengkap data laporan keuangannya sehingga terpilih 117 sampel

perusahaan yang dianalisis, yang disajikan pada tabel berikut. Daftar perusahaan sampel dapat

dilihat pada lampiran.

Tabel Pemilihan Sampel

Proses Pemilihan Sampel

Jumlah Perusahaan Sampel 200 Tidak punya website -62 Jumlah Perusahaan Sampel punya website 138

Perusahaan yang tidak lengkap data laporan

keuangannya -21 Jumlah Perusahaan yang dianalisis 117

Model Penelitian

IFR = α + 1 SIZE + 2 PUBSHR + 3 LEVERAGE +4 GROWTH + 5 PERFORMNC + 6

COMMISNR +7 KAP

Operasional Variabel

Kualitas IFR terkait Hubungan Investor (IFR)

Yang digunakan sebagai proksi adalah indeks instrumen riset yang dikembangkan oleh

Geerings et al. (2003) yang telah dimodifikasi dengan menambah 1 karakteristik. Masing-masing

karakteristik diukur dari jumlah beberapa indikasi. Masing-masing indikasi dinilai 1 apabila ada

dan 0 untuk lainnya:

Tabel Pengukuran Kualitas IFR Terkait Hubungan Investor

Karakteristik IFR Indikasi IFR

1 Laporan tahunan dan interim di internet 1 Neraca

(ANNPRT) 2 Laporan laba/rugi

3 Catatan laporan keuangan

4 Laporan aliran kas

5 Laporan interim

6 Laporan tahun sebelumnya

7 Data keuangan time series

8 Highlight data keuangan

2 Press release dan informasi lain di internet 1 Press release

(PRESSREL) 2 Kalender kegiatan investor

3 Harga saham sekarang

4 Struktur organisasi

5 Link ke website terkait

6 Update terakhir dalam 24 jam

3 Keuntungan presentasi pada internet 1 Data akuntansi hyperlink

(PRESADV) 2 Laporan perusahaan dalam bentuk PDF

3 Data keuangan dalam bentuk Excel agar dapat

diproses

4 Laporan perusahaan dengan format XBRL

5 Bahasa lebih dari 1

6 Cookies

4 Kontak langsung melalui email 1 Email ke bagian hubungan investor

dan mailing lists (DIRECT) 2 Mailing list

3 Frequently asked question (FAQ) terkait data

keuangan

4 Pesanan online oleh investor

5 Rekaman video/audio dan 1 Indikasi partisipasi online dalam rapat

partisipasi online dalam rapat (VIDEO) 2 Rekaman video/audio rapat

3 Presentasi oleh eksekutif perusahaan

6 Kemudahan untuk investor (EASY) 1 Mudah dicari dengan Google (3 halaman pertama)

2 Terpisah dari entitas lain/perusahaan induk

*karakteristik tambahan dalam studi ini 3 Halaman hubungan investor khusus

Determinan Kualitas IFR

(1) Ukuran Perusahaan (SIZE) : Diukur dengan logaritma normal dari total aset perusahaan

tersebut. (Bollen et al. 2006)

(2) Proporsi Saham Publik (PUBSHR) : Diukur dengan proporsi saham yang dimiliki oleh

publik, yang berarti dimiliki oleh individu dengan besaran < 5%. (Bollen et al. 2006)

(3) Hutang Perusahaan (LEVERAGE) : Diukur dengan rasio antara total hutang dan total asets

perusahaan. (Debreceny et al. 2002)

(4) Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) : Diukur dengan rasio antara nilai pasar dan nilai buku

dari saham. (Debreceny et al. 2002)

(5) Kinerja perusahaan (PERFRMNC) : Diukur dengan Berbasis Akuntansi menggunakan Return

on Equity (ROE). (Bollen et al. 2006)

(6) Komposisi anggota Dewan Komisaris (COMMISNR) : Diukur dengan presentase jumlah

anggota komisaris independen perusahaan. (Susilowati et al, 2005)

(7) Kantor Akuntan Publik (KAP) : Diukur melalui variabel dummy untuk kantor akuntan publik

Big-4, 0 untuk tidak diaudit KAP Big-4, 1 untuk diaudit dengan KAP Big-4. (Veronica,

2004)

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengumpulan data dan pengajuan hipotesis maka selanjutnya akan

dijelaskan hasil pengujian empiris terhadap data tersebut dengan menggunakan model penelitian

yang sudah dijelaskan.

Statistika Deskriptif

Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu dikemukakan statistik deskriptif seperti yang

terlihat pada tabel berikut ini.

IFR SIZE

PUBSHR

LEVERAGE

4

GROWTH

PRFORMN

COMMSNR 7 KAP

Mean 51.481 14.156 0.50178 3.98504 4.62461 0.04158 0.71414 0.58974

Median 46.666 14.194 0.52539 1.24000 1.48000 0.03093 0.75000 1.00000

Maximum 100.00 17.966 0.99567 254.880 295.670 0.62157 0.87500 1.00000

Minimum 0.0000 10.037 -0.29664 -13.8600 -0.82000 -0.32807 0.33000 0.00000

Std deviasi 27.690 1.6716 0.22852 23.6722 27.2188 0.10326 0.11171 0.49399

Skewness 0.2229 0.0505 -0.32281 10.3133 10.5832 1.77632 -0.86279 -0.36490

N 117 117 117 117 117 117 117 117

Dari tabel statistika deskriptif dapat dilihat:

Rata-rata (mean) dari kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah 51,48%,

sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) adalah 14,15. Rata-rata proporsi saham individu

adalah (PUBSHR) 0,50%, rata-rata dari tingkat hutang perusahaan (LEVERAGE)

adalah 3,98, rata-rata tingkat pertumbuhan perusahaan (GROWTH) adalah 4,62

dan rata-rata kinerja perusahaan (PERFORMANCE) adalah 0,041%. Sedangkan

rata-rata dari dewan komisaris (COMMSNR) adalah 0,71% dan rata-rata dari KAP

big-4 yang digunakan oleh perusahaan (KAP) adalah sebanyak 0,58.

Nilai tengah (median) yang merupakan ukuran yang robust untuk pemusatan

distribusi. Nilai tengah dari kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah

46,66%, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) adalah 14,19. Nilai tengah proporsi

saham individu adalah (PUBSHR) 0,52%, nilai tengah dari tingkat hutang

perusahaan (LEVERAGE) adalah 1,24, nilai tengah tingkat pertumbuhan

perusahaan (GROWTH) adalah 1,48 dan nilai tengah kinerja perusahaan

(PERFORMANCE) adalah 0,030%. Sedangkan nilai tengah dari dewan komisaris

(COMMSNR) adalah 0,75% dan nilai tengah dari KAP big-4 yang digunakan oleh

perusahaan (KAP) adalah sebanyak 1.

Standar deviasi yang merupakan ukuran penyebaran dari data. Nilai standar dari

kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah 27,69 dan standar deviasi untuk

ukuran perusahaan (SIZE) adalah 1,67. Standar deviasi untuk proporsi saham individu

adalah (PUBSHR) , tingkat hutang perusahaan (LEVERAGE), tingkat pertumbuhan

perusahaan (GROWTH) ,kinerja perusahaan (PERFORMANCE) , dewan komisaris

(COMMSNR) dan KAP big-4 yang digunakan oleh perusahaan (KAP) secara

berturut-turut adalah sebesar 0,22; 23,67; 27,21; 0,10; 0,11; dan 0,49.

Kecondongan (skewness) menunjukkan penyimpangan dari bentuk distribusi

simetris. Jika nilai kecondongan mendekati nol berarti makin simetris. Dari kelima

variabel tersebut maka yang menunjukkan bentuk simetris adalah data LEVERAGE dan

GROWTH. Untuk data PUBSHR, COMMSNR DAN KAP memiliki nilai skewness yang

negatif, berarti data cenderung condong ke kiri.

Uji Normalitas

Asumsi data terdistribusi normal didasarkan pada teori central limit theorem (McClave-

Sincich, 2003:275) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel maka bentuk distribusi

binomial akan semakin menyerupai distribusi/kurva normal yang merupakan distribusi kontinyu

dari distribusi binomial apabila jumlah observasi diperbesar. Dengan demikian maka asumsi

bahwa data terdistribusi normal telah terpenuhi karena jumlah sampel lebih dari 30.

Uji Pelanggaran Asumsi Klasik OLS

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik

terhadap parameter untuk melihat apakah ada asumsi-asumsi dari regresi yang dilanggar dalam

penelitian ini. Hal ini harus dilakukan karena didalam metode Ordinary Least Square (OLS),

setiap parameter penelitian harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Uji pelanggaran asumsi yang dilakukan adalah:

1. Uji Multicollinearity

Pengujian deteksi multicollinearity dilakukan dengan metode Correlation Matrix.

Tabel berikut ini merupakan hasil pengujian.

Tabel Metode Correlation Matrix

IFR SIZE

PUBSHR

LEVE

RAGE

GROWTH

PERFOR

MNC

COMMISN KAP

IFR 1.00000 0.07922 0.05289 0.67551 0.69221 0.03828 0.05972 0.02380

SIZE 0.07922 1.00000 0.21233 0.04409 0.07485 0.32592 0.19927 0.31049

PUBSHR 0.05289 0.21233 1.00000 0.19828 0.20639 0.05376 0.01613 0.20760

LEVERAGE 0.67551 0.04409 0.19828 1.00000 0.68758 0.35844 0.02089 0.11135

GROWTH 0.69221 0.07485 0.20639 0.68758 1.00000 0.30416 0.02957 0.11107

PERFORMNC 0.03828 0.32592 0.05376 0.35844 0.30416 1.00000 0.05792 0.23153

COMMISN 0.05972 0.19927 0.01613 0.02089 0.02957 0.05792 1.00000 0.11230

KAP 0.02380 0.31049 0.20760 0.11135 0.11107 0.23153 0.11230 1.00000

Dilihat dari tabel, koefisien korelasi tersebut tidak ada yang bernilai lebih dari 0.8

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kolinearitas berganda

2. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White

Heteroscedasticity. White Heteroscedasticity merupakan salah satu tes untuk residual dari hasil

regresi dengan OLS. Diketahui hasil awal pengujian heteroskedastisitas ternyata ditemukan

masalah heterokedastisitas. Dilakukan treatment dengan membuang data menjadi 95.

3. Uji Autokorelasi / Korelasi Serial

Pengujian deteksi Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji LM Test. Dari hasil

regresi awal dengan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test didapatkan nilai probabilitas

yang kurang dari 5%, maka dengan hasil ini ditentukan tidak ada masalah korelasi serial.

Analisis Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan regresi berganda kemudian

dapat dilakukan uji hipotesis dalam penelitian ini. Kesimpulan hasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan metode regresi disajikan dalam tabel. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan

melalui uji signifikansi t value dengan membandingkan nilai signifikansi t atau probabilitas t-

statistik terhadap tingkat kepercayaan atau signifikansi yang. Tabel berikut merupakan hasil

analisis regresi model pengujian hipotesis.

Tabel Hasil Analisis Regresi (n=95)

Variabel Hipotesa Coefficient t statistik p-value Signifikansi

Konstanta - 2.101088 0.089144 0.9291 -

SIZE ? 1.583221 2.823987 0.0117** Signifikan

PUBSHR ? 20.62558 6.798621 0.0487** Signifikan

LEVERAGE ? 0.867820 1.382700 0.5296 Tidak Signifikan

GROWTH ? 0.496560 2.918284 0.0360** Signifikan

PERFORMANCE ? 33.55496 1.375104 0.0871* Signifikan

COMMSNR ? 48.34930 1.015296 0.0663* Signifikan

KAP ? 0.391798 4.069361 0.0448** Signifikan Adjusted R-squared 0.260824

F-statistic 2.073220

Prob(F-statistic) 0.002412

SIZE = logaritma dari total asset, PUBSHR = proporsi saham untuk investor individu, LEVERAGE = rasio antara total

hutang dan total asets perusahaan, GROWTH = rasio antara nilai pasar dan nilai buku dari saham, PERFORMANCE =

return on equity perusahaan, COMMSNR = presentase jumlah anggota komisaris independen perusahaan, KAP =

diaudit oleh KAP big-4. nilai p-value bersifat two-tail. **signifikan 5% *signifikan 10%

Hasil treatment akhir menunjukkan nilai Adjusted R Square-nya adalah 0.260824.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa model ini dapat menjelaskan faktor determinan dari

kualitas IFR terkait hubungan investor sebesar 26,08%. Variasi dalam faktor determinan

dari kualitas IFR terkait hubungan investor dapat dijelaskan oleh karakteristik

perusahaan dan mekanisme corporate governance dalam model ini sebesar 26,08%.

Tabel Pengujian Hipotesis

Hipotesis Sig t Estimasi

Koefisien Arah/

Tanda Kesimpulan

H1 SIZE IFR 2.823987 1.583221 + Signifikan (H1 diterima)

H2 PUBSHR IFR 6.798621 20.62558 + Signifikan (H2 diterima)

H3 LEVERAGE IFR 1.382700 0.867820 + Tidak Signifikan (H3 ditolak)

H4 GROWTH IFR 2.918284 0.496560 + Signifikan (H4 diterima)

H5 PERFORMNCE IFR 1.375104 33.55496 + Signifikan (H5 diterima)

H6 COMMSNR IFR 1.015296 48.34930 + Signifikan (H6 diterima)

H7 KAP IFR 4.069361 0.391798 + Signifikan (H7 diterima)

Pembahasan

Karakteristik Perusahaan

Hipotesa 1 diterima. Ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β1 = 1.583221) signifikan (p-value

= 5%) . Ini berarti bahwa ukuran perusahaan akan mempengaruhi kualitas IFR terkait

hubungan investor .

Hipotesa 2 diterima. Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh

terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β2 =

20.62558) signifikan (p-value = 5%). Ini berarti bahwa proporsi saham tersedia untuk

investor individu akan mempengaruhi kualitas IFR terkait hubungan investor .

Hipotesa 3 ditolak. Leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan

investor (β3 = 1.382700). Namun dengan nilai koefisien positif hal ini menunjukkan,

bahwa berdasarkan sampel penelitian, tingkat hutang perusahaan memiliki pengaruh

positif terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor tetapi tidak signifikan.

Hipotesa 4 diterima. Pertumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh terhadap kualitas

IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β4 = 0.496560 )

signifikan (p-value = 5%). Ini berarti bahwa Pertumbuhan perusahaan berpengaruh

terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.

Hipotesa 5 diterima. Kinerja perusahaan (performance) berpengaruh terhadap kualitas

IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β5 = 33.55496) dan

berpengaruh signifikan (p-value = 10%). Ini berarti bahwa kinerja perusahaan

berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.

Hipotesa 6 diterima. Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap

kualitas IFR terkait hubungan investor. Pengaruh tersebut bersifat positif (β6 = 48.34930)

signifikan (p-value = 10%). Ini berarti bahwa komposisi anggota Dewan Komisaris

berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.

Hipotesa 7 diterima. KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor. Pengaruh tersebut bersifat positif (β7 = 0.391798) dan

berpengaruh signifikan (p value = 5%). Ini berarti bahwa perusahaan yang diaudit

oleh KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.

SIMPULAN

Kesimpulan

Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor determinan dari kualitas IFR terkait

dengan hubungan investor yang pada penelitian terdahulu hasilnya belum konsisten. Faktor-

faktor yang akan diteliti adalah kondisi karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate

governance di Indonesia terhadap 200 perusahaan pertama setelah dilakukan pengurutan abjad

kode emiten di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2010 sampai Desember 2010. Data

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdapat dalam Indonesian

Capital Market Directory yang diperoleh dari Pusat Data Ekonomi dan Bisnis di Universitas

Indonesia dan juga website perusahaan dengan tahun pengamatan 2011. Setelah dikurangi

perusahaan yang tidak punya website dan yang tidak lengkap data laporan keuangannya, maka

jumlah perusahaan yang dianalisis sebanyak 117 perusahaan.

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan dengan menggunakan prosedur Ordinary

Least Square (OLS) dengan menggunakan regresi berganda. Hasil analisis penelitian

menunjukkan bahwa:

1. Hasil studi ini membuktikan bahwa indeks instrumen riset Geerings et al. (2003) yang

telah dimodifikasi valid, handal dan layak untuk digunakan sebagai indeks penilaian

kualitas IFR terkait hubungan investor.

2. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Ini

mendukung pernyataan Hossain et al., (1995) bahwa ukuran perusahaan akan

mempengaruhi kualitas IFR terkait hubungan investor. Perusahaan yang lebih besar

memiliki asimetri informasi yang lebih tinggi antara pihak manajer dan pemegang saham

dan karena itu, biaya agensi yang timbul menjadi lebih tinggi. Untuk mengurangi biaya

agensi, perusahaan besar mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan

kecil.

3. Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh terhadap kualitas IFR

terkait hubungan investor. Ini mendukung hasil dari Debreceny et al. (2002) dan

Ashbaugh et al. (1999) yang berpendapat bahwa IFR merupakan langkah yang efektif

dalam menyebarkan informasi dengan cara yang efisien kepada masyarakat luas. Karena

dengan adanya teknologi IFR, investor dapat dengan cepat dan biaya yang murah

mengumpulkan informasi sehingga mereka mudah dapat melakukan transaksi investasi di

pasar efek.

4. Leverage berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor. Ini menunjukkan, bahwa berdasarkan sampel penelitian, investor

tidak terlalu membutuhkan informasi tingkat hutang perusahaan. Hasil ini merupakan

kontra opini dari hasil penelitian Schipper (1981) dan (Debreceny et al. 2002) yang

sebelumnya menegaskan bahwa manajemen dengan sukarela melakukan pengungkapan

untuk tujuan pemantauan dan membantu menjamin pemberi hutang tentang kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajibannya.

5. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.

Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang

tinggi, yang dilihat dari PBV tinggi, akan meningkatkan kualitas website hubungan

investor yang diharapkan dapat meningkatkan penilaian publik terhadap perusahaan

tersebut. Hal ini bertentangan dengan penelitian Debreceny et al. (2002) dan (Xiao et al,

2004).

6. Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Hal ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Lang dan Lundholm (1993), Clarkson et al,

(1994) dan Xiao et al. (2004) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja yang

baik mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang

kinerjanya kurang baik. Perusahaan dengan kinerja yang baik cenderung untuk

melakukan publikasi tentang kinerja perusahaan mereka di website. Mereka mungkin

akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari yang diminta oleh badan regulasi dan

peraturan, dan akan menggunakan perkembangan teknologi terkini untuk berhubungan

dengan investor.

7. Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait

hubungan investor. Hal ini sejalan dengan pernyataan Willekens et al. (2003), Lueng

(2005), Cheng dan Courteney (2004), dan Susilowati et al. (2005) memberikan simpulan

bahwa komposisi dewan komisaris di perusahaan dapat mempengaruhi tingkat

pengungkapan yang sifatnya sukarela.

8. KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Ini sejalan

dengan temuan DeAngelo (1981) , Malone et al. (1993), Craswell dan Taylor (1992) dan

Inchausti (1997) yang menyatakan kantor akuntan publik besar akan berusaha

memaksakan pengungkapan yang lebih ketat dan ekstensif terkait isu tingkat

pengungkapan laporan keuangan.

Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam studi ini antara lain adalah :

1. Jumlah sampel perusahaan kurang proporsional terhadap populasi, walaupun telah

memenuhi kriteria uji statistik. Sehingga model yang akurat dari hasil penelitian

belum dapat digeneralisasi.

2. Adanya pengembangan instrumen indeks penilaian riset untuk mengukur kualitas

IFR terkait hubungan investor meskipun dalam studi terbukti bahwa indeks yang

dipakai sudah valid dan handal.

3. Sampel yang diteliti hanya perusahaan yang memiliki website.

4. Karakteristik perusahaan hanya diteliti ukuran, proporsi saham, tingkat hutang,

pertumbuhan dan kinerja pertumbuhan saja.

5. Mekanisme corporate governance yang diteliti hanya komisaris independen dan

KAP Big-4.

6. Penelitian tidak melengkapi data primer yang berkaitan dengan kualitas struktur

corporate governance misalnya, frekuensi rapat dewan komisaris dan dewan

direksi dan sebagainya yang dipandang sangat bermanfaat bagi kontribusi teori .

Adapun penelitian lebih menekankan pada segi kuantitas dan pengembangan

penelitian empiris terdahulu.

7. Periode data karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance

yang digunakan merupakan data tahun 2010, akan tetapi pengamatan Internet

Financial Reporting (IFR) dilakukan 2011 hal ini merupakan salah satu

keterbatasan studi, karena itu diasumsikan antara tahun 2010 dan 2011 IFR dari

setiap perusahaan tidak banyak berubah.

8. Adanya pengaruh dari saham tidur yang memberikan hasil bias untuk penilaian

data pertumbuhan perusahaan.

Saran

Dari seluruh penelitian dalam studi ini penulis merekomendasikan hal-hal berikut ini :

1. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak, dengan

harapan bahwa temuannya akan dapat lebih kuat. Penggunaan sampel yang lebih

banyak memungkinkan untuk memisah sampel berdasarkan ukurannya (total

aset).

2. Diharapkan adanya pengembangan instrumen penilaian dalam mengukur kualitas

IFR terkait hubungan investor serta karakteristik perusahaan dan mekanisme

corporate governance dengan kemajuan teknologi yang ada.

3. Memperbanyak jumlah variabel untuk karakteristik perusahaan dan mekanisme

corporate covernance yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan pelaporan

sukarela melalui IFR.

4. Perlu bagi penelitian selanjutnya kiranya melakukan penelitian dengan didukung

data primer yang fokus pada segi kualitas dari variabel mekanisme corporate

governance, misalnya latar belakang pendidikan dewan komisaris, komite audit, ,

ketaatan dengan peraturan yang dikeluarkan Bappepam. Perlu diamati masalah

budaya, mengingat sistem corporate governance di Indonesia berbeda di negara

Barat.

5. Melakukan uji analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh independen variabel

terhadap dependen variabel. Sehingga hasil penelitian dapat dikatakan handal dan

konsisten.

6. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kerangka pemikiran yang sama namun

menggunakan data dari negara yang berbeda untuk melakukan perbandingan

dengan mengeksploitasi perbedaan kualitas internet reporting.

DAFTAR PUSTAKA

Ashbaugh, H., Johnstone, K.M. 1999. Corporate Reporting On The Internet. Accounting

Horizon, 13 (3), 241-257

Barnhart, S.W. dan Rosenstein S. 1998. Board Composition, Managerial Ownership, and Firm

Performance: An Empirical Analysis. Financial Review 33, pp. 1-16

Black, B., Jang, H. and Kim, W. 2003. Does Corporate Governance Affect Firm Value?.

Working Paper.

Bollen, L., Hassink, H., Bozic, G. 2006. Measuring And Explaining The Quality Of Internet

Investor Relations Activities: A Multinational Empirical Analysis. International Journal

Of Accounting Information System, 7, 273-298

Cheng, Eugene C.M. and Stephen M.C. 2004. Board Composition, Regulatory Regime and

Voluntary Disclosure. Working paper research projects. Nanyang Technological

Univercity. http://www.business.Utuc.edu/ciera/conference

Cormier, D., Ledoux, M., Magnan, M. 2008. The Use Of Web Sites As A Disclosure Platform For

Corporate Performance. International Journal of Accounting Information Systems.

Craswell, A.T., Taylor, S.L. 1992. Discretionary Disclosure Of Reserves By Oil And Gas

Companies: An Economics Analysis. Journal of Business, Finance, and

Accounting 19, 295–309.

Crutchley, Claire E. Marlin R.H Jensen, Jhon S. Jahera, Jr. dan Jennie E. Raymond. 1999. Agency

Problem And The Simultaneity Of Financial Decicion Making The Role Of Institutional

Ownership. International Review Of Financial Analysis 8:2.pp.177-197.

DeAngelo, L.E., 1981. Auditor Size And Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3

(December), 183–199.

Debreceny, R., Gray, G.L. 1999. Financial Reporting On The Internet And The External Audit.

European Accounting Review, 8 (2), 321-222

Debreceny, R., Gray G.L., Rahman, A. 2002. The Determinants Of Internet Financial Reporting.

Journal of Accounting & Public Policy, 371-394

Deller, D., Stubenrath, M., Weber, C., 1999. A Survey On The Use Of The Internet For Investor

Relations In The USA, UK and Germany. European Accounting Review 8 (2), 351–364.

Ettredge M., Richardson V.J., Scholz S. 2002. Dissemination Of Information For Investors At

Corporate Web Sites. Journal of Accounting & Public Policy, 357-369

Firth, M., 1979. The Impact Of Size, Stock Market Listing, And Auditors On Voluntary Disclosure

In Corporate Annual Reports. Accounting and Business Research 9 (36), 273–280.

Geerings, J., Bollen, L., Hassink, H. 2003. Investor Relations On The Internet: A Survey Of The

Euronext Zone. European Accounting Review, 12 (3), 567-579

Gompers, A., J. L. Ishii, and A. Metrick,. 2003. Corporate Governance and Equity Prices.

Quarterly Journal of Economics, 118, 107–55.

Hossain, M., Berera, M., Rahman, A. 1995. Voluntary Disclosure in the Annual Reports of New

Zealand Companies. Journal of International Financial Management and Accounting, vol.

6, n.1, p.69-87.

Inchausti, B.G., 1997. The Influence Of Company Characteristics And Accounting Regulation On

Information Disclosed By Spanish Firms. European Accounting Review 6 (1), 45–68.

Kelton, A. S. and Y. Yang. 2008. The Impact Of Corporate Governance On Internet Financial

Reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 27: 62-87.

Lang, M., Lundholm, R., 1993. Cross-Sectional Determinants Of Analysts Rating Of

Corporate Disclosure. Journal of Accounting Research 31, 246–271.

Lymer, A., Debreceny, R., Gray, G.L., Rahman, A. 1999. Business Reporting On The Internet.

Working paper. IASC.

Lueng ,C.,Stephen et al. 2005. Determinants of Corporate Disclosure and Transparency:

Evidance from Hong Kong and Thailand. City University of Hong Kong.

[email protected]

Malone, D., Fries, C., Jones, T., 1993. An Empirical Investigation Of The Extent Of Corporate

Financial Disclosure In The Oil And Gas Industry. Journal of Accounting, Auditing &

Finance 8 (new series, Summer), 249–273.

Marston, C. Polei, A. .2004. Corporate Reporting On The Internet By German Companies.

International Journal of Accounting Information System, 5, 285-311

McClave, J.T. and Sincich, T. 2003. Statistics. Prentice Hall, 4nd

Edition

Mendes. Silva W. and T. E. Christensen. 2004, Determinants of Voluntary Disclosure of

Financial Information On the Internet by Brazilian Firms, Working paper

Schipper, K., 1981. Discussion Of Voluntary Disclosure Corporate Disclosure: The Case Of

Interim Reporting. Journal of Accounting Research 19 (Supplement), 85–88.

Susilowati, Isabelly, Richrd D.Morris, Sidney J.Gray. 2005. Factors influencing Corporate

Transparency: A Comparative Empirical. University Working paper

Tjager. 2003. Corporate governance. Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis

Indonesia. PT. Prenhalindo, Jakarta.

Veronica, Sylvia NPS. 2004. Good Corporate Governance, Information Asymetry, and

Earnings Management. Seminar Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali, hal. 57-

69.

Wang, J.W., 2003. Governance Role Of Different Types Of State-Share Holders: Evidence From

China’s Listed Companies. Unpublished PhD dissertation, Hong Kong University of

Science and Technology.

Willekens, Marleen, Heidi Vader Bauhede, Ann Gaeremynck, Linda Van De Gucht,. 2003. The

Impact of Internal and External Governance Mechanisms on the Voluntary Disclosure of

Financial and Non-financial Performance. University Working paper

World Bank. 1999. Corporate Governance: Framework for Implementation, Overview.

www.wordbank.org.pp.5

Xiao, Z., Jones, M.J., Lymer, A. 2002. Intermediate Trends In Internet Reporting. European

Accounting Review, 11 (2), 245-275.

Xiao, Z., Jones, M.J., Lymer, A. 2004. The Determinants And Characteristics Of Voluntary

Internet-Based Disclosures By Listed Chinese Companies. Journal of Accounting and

Public Policy 23 (2004) 191–225.