Destilasi

46
SATUAN OPERASI “MAKALAH DESTILASI” DISUSUN OLEH *** (***) KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I POLITEKNIK STMI JAKARTA JL.LETJEN SUPRAPTO NO.26-CEMPAKA PUTIH, JAKARTA 10510 TELP : (021) 42886064 EXT.133,107,115,119 FAX : (021) 42888206 www.stmi.ac.id 1

description

makalah destilasi

Transcript of Destilasi

SATUAN OPERASI

MAKALAH DESTILASI

DISUSUN OLEH

*** (***)

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I

POLITEKNIK STMI JAKARTA

JL.LETJEN SUPRAPTO NO.26-CEMPAKA PUTIH, JAKARTA 10510

TELP : (021) 42886064 EXT.133,107,115,119 FAX : (021) 42888206

www.stmi.ac.id

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Destilasi dengan lancar.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Satuan Operasi dan ingin mengenal lebih jauh mengenai proses pemisahan campuran dalam kimia.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan sabar memberikan bimbingannya serta dukungan hingga selesainya makalah ini .

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB I PENDAHULUANLatar Belakang 4Tujuan 4BAB II PEMBAHASANGambar Mesin Destilasi dan Keterangan......................................................................5Cara Kerja Mesin Destilasi13Perhitungan Theoritical Stage ( McCabe-Thiele )......................................................15Resume Jurnal dan Aplikasi Alat dalam Agroiundustri .............................................21Pabrik yang Menggunakan Alat Destilasi...................................................................26BAB III PENUTUPKesimpulan32Saran 32DAFTAR PUSTAKA 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4. Distilasiataupenyulinganadalah suatu metodepemisahanbahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memilikititik didihlebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasukunit operasikimia jenisperpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatularutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan padaHukum RaoultdanHukum Dalton.

Tujuan dari destilasi adalah memisahkan molekul air murni dari kontaminan yang punya titik didih lebih tinggi dari air. Destilasi, menyediakan air bebas mineral untuk digunakan di laboratorium sains atau keperluan percetakan. Destilasi membuang logam berat seperti timbal, arsenic, dan merkuri.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah tentang destilasi ini adalah untuk mengetahui gambar mesin serta deskripsinya, cara kerja dari mesin destilasi, contoh mesin dari proses destilasi. Serta mengetahui beberapa contoh perusahaan yang menggunakan proses destilasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambar Mesin Destilasi dan Keterangan

Berikut ini adalah skema tipe unit destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk

Beberapa komponen utama dari alat destilasi adalah sebagai berikut:

Sebuah shell vertical dimana pemisah komponen cairan dilakukan

Internal kolom seperti tray/pelat/packing yang digunakan untuk meningkatkan pemisahan komponen

Reboiler sebagai penyedia penguapan yang dbutuhkan bagi proses destilasi. Pemanas untuk boiler harus menghasilkan panas yang stabil.

Kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang meninggalkan bagian atas kolom

Sebuah drum reflux untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga cairan(reflix) dapat di daur ulang ke kolom

Rumah-rumah shel vertical, internal kolom dan bersama-sama dengan kondensor serta reboiler menyusun suatu kolom destilasi

Pembagian Destilasi

Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Distilasi kontinyu

Disebut distilasi kontinyu jika prosesnya berlangsung terusmenerus. Ada aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.

2. Distilasi batch

Disebut distilasi batch jika dilakukan satu kali proses, yakni bahan dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya (distilat dan residu).

Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :

1. Distilasi atmosferis ( 0,4-5,5 atm mutlak )

Destilasi atmosferis merupakan proses distilasi yang mana tekanan operasinya adalah tekanan atmosferis (1 atm) atau sedikit di atas tekanan atmosferis.Destilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan fraksi yang terkandung dari komponen yang akan dipisahkan pada tekanan atmosfer. Dari pemanasan awal suhu tidak boleh terlalu tinggi.Jika destilasi yang terjadi pada kondisi bertekanan atmosfer, maka titik didih dari larutan yang akan didistilasi sama dengan titik didih larutan tersebut di atmosfer. Contoh unit proses yang menggunakan proses destilasi atmosferis ini adalah pada Crude Distilling Unit (CDU).

2. Distilasi vakum ( 300 mmHg pada bagian atas kolom )

Destilasi vakum adalah destilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm ( 300 mmHg absolut). Proses destillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer. Prinsip dari destilasi vakum ini yaitu dengan cara menurunkan tekanan diatas permukaan cairan dengan bantuan pompa vakum, maka cairan yang didestilasi akan mudah menguap, karena cairan ini akan mendidih dibawah titik didih normalnya. Hal ini sangat menguntungkan untuk mendestilasi campuran yang senyawaan penyusunnya mudah rusak atau terurai pada titik didihnya atau untuk menguapkan campuran yang sangat pekat karena penguapannya tidak memerlukan panas yang tinggi. Produk-produk yang dihasilkan pada destilasi vakum antara lain :

a. Produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ),

b. Produk Light Vacum Sloop ( LVS ),

c. Produk Light Vacum Gas Oil ( LVGO ),

d. Produk Parafine Oil Distillate ( POD ),

e. Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue.

3. Distilasi tekanan

Destilasi tekanan merupakan proses pemisahan komponen dari campurannya dengan menggunakan panas / steam sebagai tenaga pemisah, dimana tenaga yang digunakan adalah tekanan tinggi.

Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Destilasi system biner

Teori dasar destilasi biner :

a. Jika suatu campuran biner padasuasana liquid dipanaskan pada tekanan konstant , maka pada saat tekanan uap yang dihasilkan campuran tersebut sama dengan tekanan sistem, maka akan terjadi kondisi didih, kondisi ini disebut titik didih (bubble point).

b. Jika campuran berada pada fasa uap didinginkan, maka pada kondisi tekanan uap pada campuran tersebut sama dengan tekanan sistem, maka campuran tersebut akan mengembun. Kondisi ini disebut titik embun (daw point).

2. Destilasi system multi komponen

Perhitungan destilasi multi komponen lebih rumit dibandingkan dengan perhitungan destilasi biner karena tidak adapat digunakan secara grafis. Dasar perhitungannya adalah penyelesaian persamaan-persamaan neraca massa, neraca energi dan kesetimbangan secara simultan. Bila destilasi melibatkan C komponen dengan N buah tahap kesetimbangan maka jumlah persamaan yang terlibat dalam perhitungan adalah N C persamaan neraca massa, N C relasi kesetimbangan dan N persamaan neraca energi. Perhitungan destilasi multi komponen dilakukan dengan 2 tahap :

a. Perhitungan awal, dilakukan dengan metode pintas ( Shortcut Calculation ). Perhitungan awal digunakan untuk analisis kualitatif dari suatu kolom distilasi atau perhitungan awal rancangan dengan tujuan :

Memperkirakan komposisi produk atas dan bawah

Tekanan system

Jumlah tahap kesetimbangan

Lokasi umpan masuk

b. Perhitungan tahap demi tahap dilakukan dengan metode eksak yang merupakan penyelesaian banyak persamaan aljabar :

Metode sederhana dengan kalkulator

Metode MESH dengan program komputer

Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Single-stage Distillation

Single stage distillation biasa juga disebut dengan flash vaporization atau equilibrium distillation, dimana campuran cairan diuapkan secara parsial. Pada keadaan setimbang, uap yang dihasilkan bercampur dengan cairan yang tersisa, namun pada akhirnya uap tersebut akan dipisahkan dari kolom seperti juga fase cair yang tersisa. Destilasi jenis ini dapat dilakukan dalam kondisi batch maupun kontinyu.

2. Multi stage Distillation

Multi stage distillationadalah proses penyulingair lautdengan berkedip sebagian air menjadi uap dalam beberapa tahapan dasarpenukar panas lawan.Multi stage distillationmemproduksi sekitar 60% dari seluruh air desalinated di dunia.

Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam destilasi, yaitu :

1. Destilasi sederhana

Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi, penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.

2. Destilasi bertingkat ( fraksional )

Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.

Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.

Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.

3. Destilasi azeotrop

Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya.

Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus Etanol dan air membentuk azeotrop pada komposisi 95.6%-massa etanol pada keadaan standar.

4. Refluks / destruksi

Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks.

5. Destilasi kering

Distilasi keringadalah suatu metodapemisahanzat-zat kimia. Dalam proses distilasi kering, bahanpadatdipanaskan sehingga menghasilkanproduk-produkberupacairanatau gas(yang dapat berkondensasi menjadi padatan). Produk-produk tersebut disaring, dan pada saat yang bersamaan merekaberkondensasidan dikumpulkan. Distilasi kering biasanya membutuhkan suhu yang lebih tinggi dibandingdistilasibiasa.

Metode ini dapat digunakan untuk memperolehbahan bakarcair daribatubaradankayu. Selain itu, distilasi kering juga digunakan untuk memecahgaram-garammineral. Misalnya pemecahansulfatmelaluitermolisis, menghasilkan gassulfur dioksidadansulfur trioksidayang dapatdilarutkandalam air membentukasam sulfat. Pada awalnya, ini adalah cara yang umum untuk memproduksi asam sulfat.

Berikut ada beberapa jenis alat destilasi beserta keterangannya:

2.2 Cara Kerja Mesin Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Pada dasarnya alat destilasi dibagi menjadi dua yaitu destilasi kering dan basah. Dan penggunaan alat destilasi pun tergantung dari siapa yang menggunakannya karena alat destilasi itu sendiri dapat berskala laboratorium dan skala komersil.

Cara kerja alat destilasi basah skala komersil adalah sebagai berikut:

Buka tutup ketel pemanas dan penyuling, masukkan air dan bahan yang akan didestilasi, bahan harus terendam dalam air, guna menghindari menggumpalnya bahan yang didestilasi karena pengaruh panas. Kemudian tutuplah ketel dan kuatkan pengunci.

Hubungkan ketel dengan kondensor melalui sebuah pipa

Hubangkan kondensor dengan alat penampung air pendingin dan usahakan aliran air pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran dari uap yang dikondensasikan

Pasanglah alat penampung kondensat dan pemisah cairan destilasi

Nyalakan api pemanas dan jangan sampai padam

Akibat dari pemanasan air dalam ketel pemanas dan penyuling akan mendidih dan bahan dalam air akan menguap, jagalah air jangan sampai kurang, bila kurang tambahlah melalui lubang penambahan air, kecilkan dulu api dan setelah beberapa waktu baru tutup lubang dibuka dan seterusnya diisi air air tambahan. Hal tersebut bertujuan guna menghindari semburan air panas keluar akibat tekanan uap

Uap bahan akan mengalir ke dalam kondensor, yang seterusnya akan mengalami kondensasi dan kondensat terapung dalam alat penampung. Kondensat selanjutnya dimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi (destilat) untuk diadakan pemisahan dengan air

Setelah pekerjaan selesai api dipadamkan dan alat dilepaskan dari rangkaian. Setelah dingin sisa bahan dikeluarkan dari dalam ketel pemanas dan penyuling

Selanjutnya adalah destilasi secara kering. Pada dasarnya alat destilasi kering adalah sama dengan alat destilasi basah. Perbedaannya hanya terletak pada alat ketel destilasi, sedangkan alat yang lain seperti kondensor adalah sama. Dalam destilasi kering, bahan yang didestilasi dipanasi dalam ketel destilasi dengan menggunakan udara panas atau asap panas. Udara panas atau asap panas dapat berasal dari sebuah dapur yang berada di luar ketel destilasi. Dapat pula dari bahan bakar yang langsung dibakar dalam ketel penyulingan. Uap bahan yang terjadi kemudian dialirkan ke dalam kondensor sehingga mengalami kondensasi. Kondensat yang terjadi ditampung dalam alat penampung yang kemudian dipisahkan dengan alat pemisah.

Cara kerja dari alat destilasi kering skala komersil adalah sebagai berikut:

Bukalah tutup ketel penyulingan dan masukkan bahan yang akan didestilasi kemudian tutup kembali dan eratkan baut-baut penguncinya

Hubungkan ketel penyuling dengan kondensor dan pasanglah alat penampung kondensat pada mulut pengeluaran kondensat dari kondensor

Alirkan air pendingin ke kondensor jangan sampai terbalik. Aliran air pendingin dalam kondensor harus berlawanan dengan aliran uap bahan dari ketel penyuling ke kondensor

Nyalakan api pemanas dan apabila sumber panas ada di luar ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel dengan membuka oemasukkan asap panas

Dengan adanya asap panas yang masuk ke dalam ketel penyuling, maka bahan yang akan didestilasi akan dipanasi dan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya akan menguap. Apabila sumber panas berada di luar ketel maka asap panas yang dialirkan melalui pipa ke dalam ketel akan memanasi udara di dalam ketel dan udara panas akan naik memanasi bahan yang akan didestilasi

Uap minyak akan dialirkan ke dalam kondensator melalui pipa penyuling, karena adanya air pendingin maka uap bahan akan mengalami kondensasi dan berubahlah menjadi kondensat, yang ditampung dalam alat penampung yang selanjutnya dipisahkan dari zat-zat yang lain dalam alat pemisah.

2.3 Perhitungan Theoritical Stage ( McCabe-Thiele )

Destilasi ada proses pemisahan secara fisik (physical separation) yang berdasarkan perbedaan titik didih, dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen. Proses pemisahan tidak dapat dilakukan apabila kedua komponen memiliki titik didih yang sama dan kondisi ini lazimnya disebut dengan azeotrop. Pemisahan destilasi dua komponen memang jarang ditemukan pada proses proses di industri, tetapi dengan mempelajari pemisahan destilasi dua komponen ini akan memberikan pemahaman yang cukup baik mengenai pengaruh pengaruh dari berbagai variable yang ada (seperti, reflux rasio, kondisi umpan, kemurnian produk dan lain lain).

Salah satu metode yang sering digunakan dalam menghitung jumlah stage ideal untuk destilasi dua komponen (binary distillation) adalah dengan menggunakan metode McCabe-Thiele, disamping itu terdapat metode lain yaitu metode ponchon Savarit. Bila dibandingkan dengan metode ponchon savarit, maka metode McCabe Thiele lebih mudah digunakan karena dengan metode McCabe-Thiele ini kita tidak memerlukan perhitungan Heat Balance ( necara panas ) untuk menentukan jumlah stage yang dibutuhkan. Metode McCabe-Thiele ini mengasumsikan bahwa laju alir molar baik liquid maupun vapour atau L/V konstant, atau dikenal juga dengan istilah Constant Molar Overflow ( CMO ), namun pada keadaan sebenarnya keadaan CMO tidaklah konstant.

Secara umum sebuah kolom distilasi terdiri dari :

Vessel atau kolom itu sendiri, dimana pada kolom ini lah terjadi pemisahan, aliran yang terjadi didalamnya secara countercurrent, uap yang berasal dari reboiler naik kebagian atas kolom, sedangkan liquid yang disupplai dari reflux turun kebawah. Didalam kolom terdapat plate atau piring ( disebut juga dengan stage ) pada plate ini lah terjadi proses pemisahan yang efektif.

Condenser, berfungsi untuk mengkondensasikan uap ( V ) yang berasal dari kolom, condenser dapat mengkondensasikan seluruh uap yang berasal dari kolom ( disebut juga dengan total kondenser, tidak dihitung sebagai 1 stage ), atau dapat pula mengkondensasikan sebagaian uap ( partial kondenser, dihitung sebagai 1 stage )

Accumulator, berfungsi sebagai penyedia reflux ( R )

Reboiler , menguapkan kembali liquid yang berasal dari kolom distilasi ( L ) dan ( umumnya dihitung sebagai 1 stage )

Gambar 1Kolom Destilasi

L adalah laju alir molar yang kembali ke kolom (ke stage pertama ), sedangkan V adalah uap yang keluar dari kolom menuju ke kondenser untuk di kondensasikan. L adalah liquid yang berasal dari kolom destilasi menuju ke reboiler untuk diuapkan kembali, sedangkan V adalah uap yang terbentuk dari L dan masuk lagi ke kolom. Untuk lebih memudahkan, bagian rectifying akan di tandai dengan subscript n, dan bagian stripping ditandai dengan subscript m.

Dalam perhitungan theoritical stage ada beberapa tahap yang harus dilakukan , yaitu :

1. Pembuatan kurva kesetimbangan uap cair ( biasanya untuk senyawa atau komponen yang lebih ringan )

2. Membuat garis operasi baik seksi rectifying ( enriching ) maupun stripping

3. Membuat garis umpan / feed ( q-line ), q- line ini akan menunjukkan kualitas dari umpan itu sendiri, apakah dalam keadaan uap jenuh, liquid jenuh dan lain lain

4. Membuat atau menarik garis stage yang memotong kurva kesetimbangan yang memotong kurva kesetimbangan xy, garis operasi rectifying dan stripping yang diawali dari XD dan berakhir pada XB,

Gambar 2Grafik McCabe-Thiele

Membuat kurva Kesetimbangan

Dalam membuat kurva kesetimbangan xy, umumnya kurva dibuat untuk komponen yang lebih ringan, misalkan pemisahan komponen benzene-toluene, maka kurva yang dibuat kesetimbangan xy adalah untuk komponen benzene. jika dalam soal telah tersedia data kesetimbangan xy , maka data tersebut dapat langsung digunakan , namun jika tidak data tersebut harus dibuat terlebih dahulu , terdapat beberapa cara dalam membuat kurva kesetimbangan ini :

Dengan menggunakan relatif volatilitas :

Jika diketahui tekanan operasi kolom ( dan biasanya diasumsikan tidak terjadi penurunan tekanan dalam kolom ) maka kurva kesetimbangan dapat dibuat dengan rumusan .

Membuat Garis Opersi Rectifying

Garis operasi rectifying dapat dijabarkan dengan :

Dimana

Ln = laju alir molar liquid stage ke n

Vn+1 = laju alir molar uap stage ke n+1

Xn = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan

XD = fraksi destilat komponen ringan

D = laju alir molar destilat

Garis operasi rectifying dimulai dari titik ( XD,YD ) atau ( XD, XD ), Penomoran stage umumnya dimulai dari atas lalu diteruskan ke bawah hingga berakhir pada reboiler sebagai stage terakhir. garis operasi rectifying juga dapat dijabarkan dalam persamaan lain yaitu :

Dimana :

R = rasio refluks

Rasio refluks didefenisikan sebagai :

R =(arus yang diumpan kembali ke kolom ( refluks, L )) / (arus produk atas yang diambil)

= L/D

Pada persamaan diatas ( persamaan kedua ) , perpotongan garis tersebut terhadap sumbu y adalah pada titik (0, ), seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3Garis Operasi Rectifying

Garis operasi stripping

Garis operasi stripping dapat di jabarkan dengan :

Dimana :

Lm = laju alir molar liquid stage ke m

Vm+1 = laju alir molar uap stage ke m+1

Xm = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan

XB = fraksi bottom produk komponen ringan

B = laju alir molar bottom produk

Jika slope Lm/Vm diketahui maka garis operasi stripping dapat dibuat, tetapi biasanya mudah membuat garis operasi stripping setelah garis umpan ( q line ) diketahui.

Gambar 4Garis Operasi Stripping

Garis umpan ( q line )

Feed yang masuk ke kolom destilasi dapat dalam berbagai kondisi antara lain :

Feed pada kondisi dingin , q > 1

Feed pada kondisi titik gelembung, saturated liquid, q = 1

Feed pada kondisi campuran uap cair 0 < q < 1

Feed pada kondisi titik embun, saturated vapour q = 0

Feed pada kondisi uap panas lanjut, saturated vapour q < 0

Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini :

Gambar 5Garis umpan ( q-line)

Garis umpan menunjukkan kualitas dari umpan tersebut, jika telah terbiasa dengan penggunaan istilah kualitas uap maka sebaiknya lebih di perhatikan lagi, mengingat pada pembahasan di termodinamika , jika suatu komponen tunggal atau campuran pada keadaan titik didih ( saturated liquid ) maka nilai kualitasnya adalah 0 , sedangkan pada destilasi , q line sama dengan 1.

Garis umpan dapat dijabarkan dengan :

Dimana :

q = nilai kualitas umpan

XF = fraksi umpan atau feed komponen ringan

Umumnya lebih mudah menggambarkan garis umpan ini dengan menggunakan slope yaitu : q/(q-1) , untuk q = 1, maka nilai slope akan menjadi tidak terhingga. Garis umpan ini berawal dari titik (XF,YF) dan berakhir pada perpotongan dengan garis operasi rectifying, sehingga dengan demikian alternatif lainnya untuk membuat garis umpan dapat dibuat yaitu dengan menentukan titik perpotongan antara garis umpan dan garis operasi rectiying, adapun titik perpotongan antara kedua garis tersebut adalah titik (Xpot,Ypot ).

Setelah semua grafik dan garis tersebut dibuat , kemudian jumlah theoritical stage yang dibutuhkan dapat dibuat yaitu dimulai dari XD dan berakhir pada XD.

2.4 Resume Jurnal dan Aplikasi Alat dalam Agroiundustri

Dalam jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 7-11 karya Widayat dan Hantoro Satriadi yang berjudul Optimasi pembuatan dietil eter dengan proses reaktif destilasi akan membahas pengaplikasian destilasi pada pembuatan dietil eter sebagai bahan pelarut lemak, minyak, resin, dll. DiEtil Eter merupakan salah satu dari eter komersial yang paling penting diantara eter yang lainnya. Dalam industri dietil eter banyak digunakan sebagai bahan pelarut untuk melakukan reaksi-reaksi organik dan memisahkan senyawa organik dari sumber alamnya. Penggunaan sebagai pelarut diantaranya untuk pelarut minyak, lemak, getah, resin, mikroselolosa, parfum, alkaloid, dan sebagian kecil dipakai dalam industri butadiena. Eter adalah senyawa tak berwarna dengan bau enak yang khas. Titik didihnya rendah dibanding alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama, dan kenyataannya mempunyai titik didih sama dengan hidrokarbon, dimana pada eter gugus CH2- digantikan oleh oksigen.

Proses reaktif destilasi merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE) (Taylor dan Krishna, 2000). Dalam proses pembuatan dietil eter dari etanol dengan katalis asam sulfat, menghasilkan senyawa dietil eter, etanosulfat. Senyawa dietil eter mempunyai titik didih yang sangat rendah dibandingkan komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian memungkinkan untuk membuat dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Dalam penelitian ini, dilakukan proses optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter dari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara batch.

Peralatan terdiri dari reaktor yang berbentuk labu leher tiga, kolom pemisahan/distilasi, pendingin produk, dan penampung produk. Respon yang dianalisa adalah kandungan dietil eter dalam produk yang dianalisa dengan gas kromatografi (GC). Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan perangkat lunak Statistica 6. Design percobaan seperti disajikan dalam tabel 2, dimana design percobaan ini juga diperoleh dariperangkat lunak Statistica 6.

Tabel 2. Design penelitian untuk optimasi dengan metode respon permukaan

Keterangan :

R : Perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat

C asam: Konsentrasi Asam sulfat

+1 : nilai atas ,

-1 : nilai bawah,

0 : nilai tengah

+v2 : nilai kritis atas

-v2 : nilai kritis bawah

Untuk memperoleh nilai parameter kondisi operasi dapat dihitung menggunakan persamaan 1 dan 2 atau dengan memasukkan nilai batas atas dan bawah ke dalam perangkat lunak Statistica 6.

Percobaan dilakukan dengan memasukkan etanol dan H2SO4 kedalam labu umpan distilasi. Reaksi dilangsung pada ondisi titik didihnya. Produk dan komponen-komponen ringan akan menguap. Uap akan berkontak dengan kondensat dalam kolom distilasi dan terbentuk kesetimbangan. Etanol dan air yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari dietil eter akan terkondensasi dan kembali kebawah. Proses pembentukan kesetimbangan juga dapat terbentuk dengan pendinginan dari udara luar. Suhu pada puncak distilasi dijaga dibawah 78 C. Pencapaian suhu operasi tersebut membutuhkan waktu 30 menit. Produk dietil eter akan mengalir ke labudistilat/produk melewati kondensor sehingga terkondensasi dan suhunya akan turun yaitu mencapai 33 C (dijaga agar dibawah 35 C). Dalam labu distilat/produk didinginkan dengan pendingin es yang berfungsi untuk menjaga dietil eter yang sudah tidak dapat larut dalam air tidak menguap. Suhu produk dalam labu distilat 10 C, dimana pada suhu tersebut diharapkan tidak ada dietil eter yang menguap. Produk dianalisa dengan alat gas kromatografi.

Hasil penelitian yang diperoleh seperti disajikan dalam tabel 3 yang merupakan perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan dengan model.

Tabel 3. Hasil penelitian dari percobaan dan hasil perhitungan dari model

Setiap nilai hasil penelitian pengamatan (Yo), dibandingkan dengan nilai hasil prediksi (Yp) yang dihitung dari model seperti yang digambarkan pada gambar 2. Gambar 2 menunjukan bahwa sebagian besar data terletak yang tidak pada garis. Hal menunjukkan bahwa data-data hasil percobaan dengan model yang kurang valid.

Hasil analisa dari model empiris diatas didapatkan kondisi operasi optimum, pada kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat 10,93 M. Data-data tersebut dimasukkan ke model matematika (Persamaan 1) diperoleh nilai konversi sebesar 31,83%. Secara teoritis semakin besar perbandingan mol reaktan etanol dan H2SO4 maka konversi yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi mol H2SO4 maka kemungkinan terkonversinya etanol menjadi dietil eter besar. Fenomena yang sama juga terjadi untuk konsentrasi katalis. Semakin tinggi konsentrasi katalis maka konversi reaksi semakin besar karena dengan tingginya konsentrasi katalis maka kemungkinan kontak antar molekul menjadi lebih besar. Namun dari grafik dapat dilihat bahwa titik perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi katalis 10,93 merupakan konversi optimum dimana peningkatan setelahnya akan menurunkan konversi reaksi. Hal ini disebabkan karena proses reaktif destilasi sangat berhubungan dengan titik didih campuran. Reaksi dehidrasi ethanol menjadi dietil eter terjadi pada suhu 130 C (Ullman, 1987). Dengan demikian konversi reaksi akan besar pada saat titik didih campuran berada disekitar suhu reaksi, dengan penambahan H2SO4 dan konsentrasi asam sulfat yang tinggi, akan mempengaruhi titik didih campuran secara signifikan yang mengakibatkan volume destilat kecil dan konversi reaksi kecil. Konversi reaksi yang kecil sangat mungkin, disebabkan oleh kondisi temperatur pada puncak distilasi yang bervariasi. Hal ini dikarenakan kesulitan mempertahankan temperatur kolom distilasi tetap pada temperatur di bawah 78 C. Jika dilihat titik didih dietil eter yang rendah, bisa jadi banyak dietil eter yang menguap ke atas (tidak masuk sebagai distilat). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi operasi optimum, pada kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat 10,93 M. Nilai konversi yang diperoleh sebesar 31,83%.

2.5 Pabrik yang Menggunakan Alat Destilasi

2.5.1 UD. Tirta Kencana Nusantara

UD. TKN dalam usahanya memproduksi minyak atsiri daun cengkeh menggunakan metode penyulingan dengan air dan uap dimana bahan olah tidak bercampur langsung dengan air, namun berada di atas rak/ saringan berlubang. UD. TKN menggunakan beberapa alat yang spesifikasinya didasarkan beberapa hal, diantaranya jenis dan jumlah bahan baku. Alat-alat uang digunakan dalam proses produksi antara lain:

A. Ketel Suling

Ketel suling atau biasa disebut tangki, berfungsi sebagai tempat air atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri. Penggunaan bentuk ketel tergantung metode penyulingannya. UD.TKN menggunakan metode uap dan air, sehingga bahan dan air menjadi satu tempat yang terpisah oleh rak atau saringan. Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa (gooseneck) untuk mengalirkan uap ke kondensor. Dasar keterl dilengkapi dengan suatu kran untuk saluran air saat mengadakan pembersihan. Sementara satu setengah meter dari dasar ketel terdapat kran untuk mengalirkan air yang digunakan untuk pengukusan. Spesifikasi dari ketel suling tersebut adalah:

Kapasitas: 7,5 10 Kwintal

Tinggi : 3 meter

Diameter : 1,9 meter

Tebal: 9 mm

Konstruksi : Besi baja

Tinggi saringan dari dasar ketel: 1 meter

Umur teknis: 5 tahun

B. Kondensor ( kolam pendingin )

Kondensor merupakan salah satu alat penyulingan yang berfungsi untuk mengubah seluruh komponen uap menjadi komponen cair, baik itu uap minyak maupun uap cair. Dalam proses penyulingan minyak atsiri ini, kondensor dalam bentuk kolam pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap minyak yang bercampur dengan uap air. Melalui kondensor ini uap minyak dan uap air akan terpisah sebab kedua bahan tidak saling melarut. Spesifikasi dari kondensor tersebut adalah:

Konstruksi : Beton

Panjang : 7 meter

Lebar : 4 meter

Kedalaman : 3 meter

Bentuk Pipa dalam kolam: Zig zag

Jumlah pipa: 8 buah

C. Drum ( kolam pemisah )

Alat ini berfungsi untuk menampung cairan minyak dan air yang sudah didinginkan dalam kondensor. Selanjutnya minyak dan air terpisah berdasarkan berat jenisnya. Untuk minyak atsiri daun cengkeh, karena berat jenisnya lebih tinggi dibandingkan dengan air, maka posisi minyak berada di dasar drum. Sementara air berada di bagian atas. Kemungkinan masih belum sempurnanya pemisahan tersebut, di UD. TKN dipasang 3 kolam pemisahan; yang memungkinkan alat tersebut menampung bagian minyak yang belum terpisah pada kolam pemisah pertama. Namun demikian dari segi jumlah, pada kolam pemisah kedua dan ketiga tidak sebanyak pada kolam pertama. Spesifikasi alat ini adalah:

Kapasitas : 100 kg

Konstruksi: besi baja

Tinggi : 1 meter

Diameter : 70 cm

Jumlah : 3 buah

D. Penyaring

Minyak yang sudah dipisahkan dari air selanjutnya didiamkan sementara untuk kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring. Ini bertujuan untuk menahan dan menghilangkan air yang mungkin terikut dengan minyak. Dan juga menyaring benda-benda asing yang mungkin terikut dalam bahan, seperti misalnya hasil reaksi antara minyak dengan bahan logam yang digunakan dalam proses. Spesifikasi alat ini adalah:

Konstruksi : kayu bertingkat

Bahan penyaring: kain cotton

Jumlah : 2 buah

E. Jerigen

Penggunaan wadah penyimpan minyak atsiri di UD. TKN berasal dari bahan jerigen plastik dengan kapasitas sekitar 40 kg minyak setiap jerigen. Wadah yang digunakan itu adalah wadah yang tidak tembus cahaya. Hal ini menjadi syarat yang perlu dilakukan sewaktu akan melakukan penyimpanan. Sebab jika terjadi kontak langsung dengan cahaya matahari akan menimbulkan reaksi kimia yang merusak komposisi zat yang terkandung.

2.5.2 PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.

PT. SMART merupakan perusahaan yang memproduksi minyak goreng, dimana dalam tahap pengolahan CPO menggunakan prinsip destilasi seperti pada proses deodorizing. Proses deodorasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak karena masih mengandung asam lemak bebas (FFA). Prosesnya adalah dengan destilasi, yaitu ketika minyak berada dalam tangki dilakukan proses steam dengan cara di spray. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses deodorizing adalah:

Pompa Packed Column (P-304)

Berfungsi untuk mengalirkan semi RBDPO (Refined Bleached Degummed Palm Oil) dari packed column ke Deodorizer

Deodorizer (T-302)

Berfungsi untuk menghilangkan bau khas kelapa sawit

Splash Oil Tank (V-307)

Berfungsi untuk menampung sebagian RBDPO yang keluar dari deodorizer untuk mengalirkan kembali ke deodorizer

Pompa Splash Oil Tank (P-315)

Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO kembali ke deodorizer

Pompa Deodorizer (P-302A, P-302B)

Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO dari deodorizer ke crystallizer (CR-01 CR-26) dengan melalui proses pendinginan (spiral heat exchanger (E-302), economic atau plate heat exchanger 1 (E-205), plate heat exchanger 4 (E-304)) dan proses penyaringan (catridge filter)

Plate Heat Exchanger 4 (E-304)

Berfungsi untuk mendinginkan RBDPO dengan menggunakan air pendingin

Catridge Filter 1 (CF-1)

Berfungsi untuk menjernihkan atau menyaring impurities yang masih terdapat dalam RBDPO (tahap akhir)

Tangki RBDPO (P-1, P-2, dan P-4)

Berfungsi untuk menampung RBDPO

2.5.3 PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang

Di PTPN XI Lumajang memproduksi etanol, dimana destilasi merupakan tahap terakhir dari proses produksi alkohol dari tetes tebu. Destilasi yaitu pemisahan dua komponen senyawa atau lebih berdasarkan pada titik didih masing-masing komponen dengan cara pemanasan penguapan, untuk memperoleh produk alkohol dengan kualitas prima. Setelah proses fermentasi selesai, maka cairan fermentasi masuk ke dalam destilator. Proses destilasi dilakukan pada suhu antara 79-81C. Pada suhu ini, etanol sudah menguap namun air tidak menguap. Maka uap etanol dialirkan ke destilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran destilator. Destilasi pertama biasanya di dapat kadar etanol masih 50-55%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, maka destilasi perlu diulangi lahi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila sudah mencapai 95% maka dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa digunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol dan biarkan selama semalam. Setelah itu didestilasi lagi hingga kadar etanolnya kurang lebih 99,5%.

2.5.4 PT Salim Ivomas Pratama Surabaya

BPO dari filtrate tank dilewatkan melalui plate heater (E701) kemudian dialirkan menuju zorro box economizer (E702) untuk meningkatkan temperature dan diteruskan ke final heater. Proses pemanasan yang terjadi di E703 menggunakan steam yang dialirkan dari high pressure boiler(G701). Dari E703, BPO dialirkan menuju deodorizer tank (DEO701) untuk dilakukan proses deodorisasi yang berdaya vacuum kuat.

Proses deodorisasi atau penyulingan juga dapat berfungsi untuk mengurangi kandungan FFA dari BPO. Kandungan FFA yang diharapkan sebesar 0.03-0.05%. DEO701 terdiri dari beberapa tray atau palka yang dilengkapi dengan steam sparging untuk membantu proses penguapan pada proses deodorisasi. RBDPO yang bersuhu tinggi kemudian dialirkan menuju E702, dan terjadi cross dengan BPO. Dari E702, RBDPO dialirkan menuju heat exchanger (E001). Di dalam E001 terjadi cross antara RBDPO yang bersuhu tinggi dengan CPO yang bersuhu rendah sehingga suhu RBDPO menjadi turun sedangkan suhu CPO menjadi naik. Apabila suhu CPO daro E001 masih kurang dari ketentuan maka dipanaskan kembali dengan bantuan E002. RBDPO yang keluar dari E001 kemudian dialirkan menuju cooler (E704) dengan media pendinginnya berupa air. Penurunan suhu RBDPO yng keluar dari E704 kemudian dilewatkan bag filter(F701 dan F702) untuk memastikan bahwa RBDPO yang dihasilkan bersih dari kotoran. Setelah itu, RBDPO ditampung dalam tangki timbun atau dialirkan langsung ke proses fraksinasi.

Hasil samping dari proses penyulingan yaitu berupa palm fatty acid destilate (PFAD) yang kemudian ditampung di intermediate tank (T703). Dari T703, PFAD dipompa menuju cooler (E705). Temperature di PFAD 60-80C. sebagian yang sudah berbentuk cair dialirkan kembali menuju DEO701 untuk menangkap atau mengkondensasi PFAD yang masih berbentuk uap atau gas dan sebagian lagi ditapung dalam tangki penyimpanan PFAD yang nantinya akan diekspor atau dijual kembali sebagai bahan baku sabun dan kosmetik. Dari proses deodorisasi terdapat tumpahan minyak yang masih mentah kemudian ditampung di tangki splash oil dan diproses kembali di dalam tangki T601

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Destilasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relatif jauh. Contoh jenis alat destilasi yaitu destilasi uap, destilasi air dan destilasi uap dan air. Cara kerja destilasi dibagi menjadi dua cara yaitu cara kerja destilasi basah dan cara kerja destilasi kering. Pada jurnal dijelaskan mengenai prosees reaktif destilasi yang merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE). Pada jurnal dilakukan proses optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Tujuan penelitian pada jurnal adalah untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter dari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara batch. Alat destilasi telah banyak digunakan pada perusahaan besar. Berikut adalah contoh perusahaan yang menggunakan alat destilasi pada proses produksinya antara lain UD. Tirta Kencana Nusantara, PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk., PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang dan PT Salim Ivomas Pratama Surabaya. Perusahaa tersebut menggunakan alat destilasi pada proses produksi produknya dengan jenis mesin destilasi yang berbeda-beda.

3.2 Saran

Dalam pembahasan yang disajikan perlu diperhatikan proses perawatan dalam mesin destilasi agar mesin dapat terjaga dengan baik. Sehingga masa pakai mesin destilasi dapat dipakai dalam jangka yang panjang.

DAFTAR PUSTAKA

J.F Richadson, J.H Harker dan J.R Backhurst, Chemical Engineering Vol 2 5th Ed. Particle Technology & Separation Process , 2002, Butterworth Heinemann

https://www.academia.edu/7624539/laporan_resmi_distilasi

Kartika, D. (2011). Penerapan Supply Chain Management dalam Pengadaan Bahan Baku untuk Produksi Etanol (Studi Kasus PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang). Skripsi Sarjana pada TIP. FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

Newmark, Ann. 2000. Jendela Iptek Seri 7: Kimia. Balai Pustaka Jakarta. Jakarta.

TIP FTP Universitas Brawijaya Malang: tidak diterbitkan.

RK Sinnot, Chemical Engineering Design Vol 6 4th Ed, 2005, Elsevier

Rosa, S.E. (2012). Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) pada Proses Produksi Minyak Goreng di PT. Sinar Mas Agro Resourches and Technology (SMART) Tbk. Surabaya. Laporan Praktek Kerja Lapang TIP FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

S. Purwono dkk, Pengatar Operasi Stage Seimbang, 2005, Gajah Mada university Press

W.L McCabe dkk, Operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi ke-4 Terjemahan, 1999, Erlangga

Wahyudi. (2005). Analisis Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Clove Leaf Oil) di UD. Tirta Kencana Nusantara. Laporan Praktek Kerja Lapang TIP FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

4