Desk Rip Tife Pide Mio Log i
-
Upload
sarah-silaen -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
description
Transcript of Desk Rip Tife Pide Mio Log i
PENDAHULUAN
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang
bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
dengan yang lain. Misalnya studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab
suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi,
mikrobiologi dan genetika. Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat
digunakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan,
atau meramalkan hasil pengobatan.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus
demi kasus sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu.
Jelaslah bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks. Walaupun
epidemiologi telah dikenal dan dilakasanakan sejak zaman dahulu, tetapi dalam
perkembangannya mengalami banyak hambatan sehingga baru pada beberapa
dasawarsa terakhir ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Oleh karena
itu epidemiologi seolah-olah merupakan ilmu yang baru.
Epidemiologi terbagi dua yaitu epidemiologi deskriptif dan epidemiologi
analitik. Epidemiologi deskriptif adalah merupakan bagian dari epidemiologi yang
meneragkan tentang pola kejadian penyakit pada suatu populasi (defined community)
berdasarkan faktor-faktor waktu, tempat dan orang.
1
Secara sepintas tujuan menguraikan cara deskriptif ini mungkin dapat
dianggap tidak berarti dan tidak berguna untuk ilmu medis. Namun, penelitian
deskriptif ini sebenarnya memiliki kepentingan yang mendasar dan dapat memenuhi
berbagai ragam tujuan terutama menimbulkan kewaspadaan kepada masyarakat
medis untuk mengetahui apakah ciri-ciri manuasia tertentu (misalnya tua, muda, laki-
laki, perempuan, pekerjaan halus atau kasar) cenderung untuk terkena penyakit
tertentu dan apakah jenis serta kapan terjadinya penyakit tersebut diramalkan.
Penelitian deskriptif juga membantu dalam perencanaan penyediaan fasilitas
pelayanan medis dan kesehatan yang rasional (misalnya tempat tidur dalam unit
pelayanan tertentu) dan dapat memberikan petunjuk-petunjuk mengenai etiologi
penyakit serta permasalahan atau hipotesa untuk penelitian selanjutnya yang
bermanfaat.
2
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian, distribusi (yang
bersifat dinamis), dan determinan dari masalah kesehatan dan penyakit-penyakit
dalam populasi manusia atau suatu komunitas. Satuan perhatian primer adalah
sekelompok orang, bukan per individu. Sehingga, epidemiologi berhubungan dengan
patologi atau penyakit populasi dan bukan patologi secara klinik (atau penyakit dari
seseorang), juga bukan patologi secara mikroskopis (penyakit sel atau jaringan).
Semua penyakit atau kelainan pada populasi berhubungan kembali dengan komunitas
sebagai sumber bahan penelitian, dan hasil dari penelitian epidemiologik
diinterpretasikan dalam bentuk kelompok, bukan individual.
Diantara populasi umum unit terkecil adalah keluarga atau sekelompok orang
yang hidup bersama. Ukuran populasi bervariasi, dapat terdiri dari orang-orang yang
menempati apartemen, rumah, kampung, distrik, kota, propinsi, negara atau benua,
bersama-sama lingkungan sekitarnya.
Kata “epidemiologi” berasal dari kata dalam bahasa Yunani :
Epi : pada
Demos : masyarakat
Logos : ilmu pengetahuan, doktrin, sains
Dengan demikian, epidemiologi dalam artian luas adalah studi terhadap efek dari
berbagai hal pada masyarakat.
3
1. Perkembangan Definisi Epidemiologi
Definisi 1: Digunakan khusus untuk epidemiologi :
Definisi lama : “ Ilmu pengetahuan atau doktrin epidemi”
(New Standard Dictionary of the English Language)
Definisi 2: Pertama kali diperluas dari studi tentang epidemi menjadi
pertimbangan adanya fase endemik dari penyakit-penyakit epidemik
“.Ilmu pengetahuan tentang epidemi dan penyakit-penyakit
epidemik”(Stedman’s Practical Medical Dictionary)
Definisi 3: Diperluas dari hanya penyakit-penyakit epidemik (communicable
disease) menjadi penyakit-penyakit yang tidak terlalu berkarakter
epidemik ( contoh : tuberkulosis, malaria, lepra, reumatik fever, dan
lain-lain);
a. “Ilmu pengetahuan tentang penyakit-penyakit menular, penyebab
utamanya, perkembangbiakannya dan pencegahannya” (Stallybrass,
1931)
b. “Ilmu pengetahuan tentang fenomena masyarakat mengenai penyakit-
penyakit menular atau riwayat alami dari penyakit-penyakit infeksi”
(Frost, 1927)
Definisi 4: Mengarah pada fenomena masyarakat dan asal usul penyakit atau
keadaan fisiologis (contoh : kanker, arteriosklerosis, hipertensi, dan
lain-lain).
a. “Studi berbagai penyakit, sebagai sebuah fenomena pada
masyarakat” (Greenwood, 1935)
4
b. “Studi mengenai kondisi-kondisi yang diketahui atau diperkirakan
mempengaruhi prevalensi suatu penyakit (Lumsden, 1936)
Definisi 5: Penggunaan pada saat ini, dimana termasuk studi seluruh kondisi
dansirkumstansi penting pada kesehatan manusia dan keselamatan
(contoh : kecelakaan, bunuh diri, pelayanan kesehatan, masalah-
masalah administrasi)
“Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari hubungan berbagai
faktor dan kondisi yang menentukan frekuensi dan distribusi dari suatu
proses menular, suatu penyakit, atau status fisiologis pada komunitas
manusia”. (Maxcy)
Arti Modern
Definisi 1: “Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang menitikberatkan pada
asal usul penyakit yang diekspresikan dalam sekelompok orang yang
dihubungkan dengan beberapa faktor umum usia, jenis kelamin, ras,
tempat atau pekerjaan yang berbeda dari perkembangan penyakit
secara individual”. (American Epidemiological Society)
Definisi 2: “Epidemiologi adalah ilmu mengenai pola-pola penyakit dan faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit pada manusia” (Center for Disease
Control, U.S. Public Health Services)
Definisi 3: “Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan dari
frekuensi penyakit pada manusia” (Mac Mahon dan Pugh)
Kelompok pertama menggambarkan distribusi atas pola status
kesehatanyang berkaitan dengan usia, jenis kelamin, ras, geografi, dan lain-lain.
5
Kelompok kedua melibatkan penjelasan faktor risiko atau faktor kausal penyakit dari
masalah-masalah kesehatan.
2. Tujuan dan Kegunaan Epidemiologi
A. Menggambarkan dan menganalisa kejadian penyakit dan distribusi
berhubungan dengan berbagai variabel seperti umur, ras, jenis kelamin,
pekerjaan, frekuensi kejadian temporal, fluktuasi periodik, tren jangka
panjang (analisa tren waktu) dan distribusi geografis, untuk membuat
diagnosis komunitas dan memperkirakan risiko morbiditas dan mortalitas.
B. Untuk menganalisa secara hati-hati karakteristik dan interaksi agen, host dan
faktor lingkungan dalam rangka mencari kausa, menentukan seluruh detail
asal usul penyakit dan pencegahan serta ukuran kontrol, dan menyingkap
kesenjangan dalam ilmu pengetahuan.
C. Untuk meningkatkan pelayanan kedokteran dan menyediakan panduan
administratif untuk pelayanan kesehatan komunitas.
D. Merangsang penggunaan pendekatan sistemik dari riset ilmiah untuk
mempelajari masalah-masalah lain dalam kesehatan masyarakat
bekerjasama dengan lapangan ilmu lainnya seperti kedokteran gigi,
kesejahteraan masyarakat, pendidikan, administrasi dan bidang-bidang ilmu
penting lainnya.
Jadi, tugas epidemiologi adalah menemukan faktor yang berhubungan dengan
status kesehatan untuk perencanaan dan manajemen yang efektif.
6
3. Ruang Lingkup dan Muatan Epidemiologi
Epidemiologi saat ini mencakup seluruh penyakit utama dalam masyarakat,
termasuk penyakit kronis degeneratif, metabolik dan neoplasma, defisiensi gizi,
cedera, gangguan mental dan perilaku dan masalah-masalah populasi. Metode
epidemiologi telah mengalami kemajuan dari observasi sederhana menjadi disain
analitik untuk mengidentifikasi penyebab asal dan perilaku penyakit masyarakat.
Epidemiologi saat ini terfokus pada :
3.1. Geografik Patologi
Salah satu pendekatan tertua untuk pemahaman epidemiologi adalah dengan
membandingkan insiden dan karakteristik penyakit pada tempat-tempat berbeda.
Hipokrates mengemukakan prinsip-prinsip geografik patologi lebih dari 2000 tahun
yang lalu. Pekerjaan geografik patologi awalnya terfokus terutama dengan penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan gambaran fisik dari kompleks lingkungan.
Transportasi modern mengakibatkan masalah-masalah kesehatan di suatu negara
menjadi masalah dunia, dengan akibat timbulnya kembali minat pada geografi
penyakit di tingkat nasional dan internasional.
3.2. Epidemiologi Klinis
Pengertian klinis dari penyakit atau cidera adalah dasar dari epidemiologi,
untuk penyakit yang tidak dapat dipelajari secara kelompok-kelompok manifestasi
kecuali secara nyata teridentifikasi pada banyak orang. Minat epidemiologik telah
meluas dari epidemik skala luas ke fokal infeksi yang sporadik dan terisolasi hingga
perilaku pasien dalam kaitan dengan keluarganya, lingkungannya, dan teman
7
dekatnya. Prinsip ini, sering dilengkapi prosedur laboratoris, telah diadaptasi menjadi
kontrol terhadap penyakit di seluruh dunia.
3.3. Identifikasi Agen Penyakit
Para ahli epidemiologi, dahulu kala, menambah prosedur laboratorium untuk
mendukung temuan-temuan studi lapangan melalui identifikasi agen penyebab.
Prinsip laboratorium dan penelitian lapangan dalam epidemiologi diturunkan
terutama dari penyakit-penyakit menular akut. Keuntungan dan kelebihannya telah
pula diperlihatkan pada proses degeneratif kronis, malnutrisi, keracunan, kelainan
kongenital, dan cidera. Sebelum spesimen atau sampel dikumpulkan untuk
pemeriksaan laboratorium, peneliti harus berkonsultasi dengan petugas laboratorium
untuk menanyakan tentang bahan yang diperlukan, kuantitas, metode pengambilan,
transportasi dan pengiriman spesimen atau sampel.
3.4. Epidemiologi Statistik
Dengan mengabaikan metode atau teknik penelitian, seluruh prosedur
epidemiologik melibatkan matematika, kadang hanya aritmatika sederhana, tetapi
pada banyak hal metode statistik yang rumit dibutuhkan untuk membuktikan korelasi.
Pada penelitian-penelitian epidemiologik, prosedur statistik digunakan sepanjang
pelaksanaan studi, turut berperan pada disain, selama pengumpulan data, pada analisa
dan akhirnya pada interpretasi hasil.
Metode-metode statistik sering merupakan alat epidemiologik utama dan dapat
dipakai pada data dari hampir seluruh sumber. Tren pada frekuensi sepanjang ,masa,
8
angka kejadian berkaitan dengan tempat, dan perbedaan jenis orang yang terpengaruh
dapat diketahui. Epidemiologi statistik juga mempertimbangkan perubahan-
perubahan karakteristik suatu penyakit dan penyulit yang ditimbulkan.
Sumber-sumber data termasuk laporan resmi kematian dan kesakitan pada
masyarakat, riwayat kasus klinis, dan rekaman otopsi, dapat dikatakan sebagai
macam-macam informasi pelengkap. Beberapa data dikumpulkan untuk tujuan
spesifik, yang lainnnya berasal dari laporan periodik resmi, sukarelawan, atau agen
kesehatan industrial, dan lain-lain.
Epidemiologi statistik telah menyumbang epidemiologi teoritis melalui model-
model statistik yang menjelaskan fenomena epidemiologi, mengembangkan konsep-
konsep baru, atau mengkonfirmasi hal-hal lainnya yang timbul dari eksperimen atau
observasi.
3.5. Survei Lapangan untuk Tujuan Spesifik
Survei lapangan adalah sebuah studi cross sectional mencari jumlah kasus
penyakit atau orang-orang dengan beberapa atribut, dilakukan pada waktu khusus dan
berhubungan dengan ukuran populasi dari mana mereka diambil. Secara teknis, ini
merupakan studi prevalensi, dan dalam bentuk paling sederhana, suatu cara
menentukan point prevalence atau prevalensi dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya
bermacam-macam, contonya untuk menilai kesehatan komunitas pada kondisi
normal, untuk menentukan angka kejadian penyakit-penyakit tertentu, dan lain-lain.
Pendekatan utama pada survei lapangan dapat secara klinis, laboratoris atau
penelitian lapangan tradisional dengan kuesioner. Bila ketiganya digabung,
kelebihannya adalah bertambahnya tingkat ketelitian studi. Survei lapangan selalu
9
mengarah ke faktor-faktor kausal, yang kadang-kadang dikonfirmasi oleh studi
laboratorium selanjutnya, atau membenarkan studi insidensi jangka panjang. Survei
lapangan lebih hemat waktu dibanding studi insidensi, tapi sering digunakan karena
ringkas. Survei dapat diulang secara interval untuk menentukan prevalensi periodik
dan untuk meningkatkan kemampuan menentukan faktor kausatif.
3.6. Incidence Study (Studi Longitudinal)
Studi lapangan prospektif jangka panjang lebih menitikberatkan insiden
dibanding prevalens dan biasanya tujuannya adalah mencari kausal dibanding
distribusi dan perilaku penyakit. Jika prinsip eksperimen digunakan pada studi
lapangan, data dikumpulkan dalam bentuk perencanaan yang teliti, dengan
menetapkan kondisi-kondisi, konstanta, dan kontrol.
3.7. Epidemiologi Eksperimental
Usaha untuk menggali hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari penyakit
masyarakat melalui eksperimen langsung dengan subgroup populasi merupakan
evolusi alami dari epidemiologi eksperimental. Epidemiologi eksperimental adalah
salah satu metode untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu hipotesa.
Menggunakan model dasar untuk penelitian pengaruh variasi-variasi pada faktor-
faktor dibawah kriteria kontrol.
3.8. Pelacakan Reservoir Sumber Penyakit (Tracing)
Lapangan kerjanya mirip epidemiologi operasional pada CDC (Communicable
Disease Control). Tujuan praktisnya adalah mengidentifikasi sumber infeksi untuk
10
memperkenalkan ukuran kontrol yang tepat, dan untuk memformulasikan pencegahan
secara praktis untuk menghindari ledakan penyakit berikutnya . Nama lainnya adalah
“shoe-leather epidemiology”; metodenya adalah penelitian rumah ke rumah, dan
prosedurnya adalah observasional dan deskriptif. Bila sumber epidemik ditelusuri,
identifikasi sumber infeksi nyaris selalu cukup untuk menetapkan ukuran kontrol
yang tepat. Pengenalan lebih jauh reservoir infeksi, biasanya manusia (sebagai pasien
ataupun carrier), meningkatkan kemungkinan menghindari epidemik di masa
mendatang.
3.9. Kontrol Penatalaksanaan Penyakit
Pada banyak departemen kesehatan, penetapan ukuran kontrol, seperti
ditentukan oleh analis lingkungan, juga kewajiban epidemiologist, khususnya ukuran
darurat untuk mengatasi kekurangan penyediaan air, produksi susu, distribusi
makanan atau manajemen dari carrier penyakit. Tugas-tugas administratif lainnya
termasuk perencanaan dan pengadaan program untuk imunisasi spesifik yang
didasari, pada gilirannya, pada evaluasi tingkat proteksi sebelumnya.
Tindakan pencegahan yang berhasil memerlukan pemahaman sifat biologis
penyakit secara luas. Jadi, bagian epidemiologik dari departemen kesehatan,
bertanggungjawab atas penelitian, dengan kompleksitas yang tinggi atau rendah,
biasanya bekerjasama dengan organisasi-organisasi non pemerintah atau pusat-pusat
pendidikan yang berkecimpung dalam penelitian kedokteran.
11
4. Macam – macam Epidemiologi
Ada 3 pendekatan dalam epidemiologi.
4.1. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan yang paling sering digunakan.
Biasanya melibatkan penentuan insidensi, prevalensi dan angka kematian dalam
kelompok-kelompok populasi yang berbeda-beda, diklasifikasikan oleh karakteristik
kelompok seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, pendidikan, tingkat sosial,
tempat tinggal dan waktu. Dengan cara ini, distribusi masalah-masalah kesehatan
dalam suatu komunitas digambarkan dibawah 4 garis besar :
a. jenis penyakit atau masalah kesehatan (WHAT)
b. orang (WHO)
c. tempat (WHERE)
d. waktu (WHEN)
Karakteristik epidemiologi deskriptif :
a. Merupakan karakterisasi penyakit, mempertimbangkan semua variabel dari
parameter.
- Penyakit atau masalah kesehatan apa yang terjadi di masyarakat ?
- Siapa saja yang terkena ?
- Di mana terjadinya penyakit ?
- Kapan terjadinya ?
b. Memiliki aplikasi yang luas dalam menyelidiki ledakan penyakit infeksi
sama seperti penyakit non infeksi. Memberikan petunjuk bagi epidemiologi
12
analitik dan memberikan panduan ke arah penelitian kedokteran (mencari
kausa penyakit).
Mengapa dan bagaimana terjadinya ?
c. Sebagai tambahan, epidemiologi deskriptif memiliki peranan dalam wilayah
pelayanan kedokteran, dimana karakterisasi penyakit dalam populasi
merupakan dasar bagi perencanaan dan evaluasi terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan.
Jadi apa yang mesti dilakukan untuk mencegah atau mengontrol penyakit?
4.2. Epidemiologi Analitik / Etiologik
Epidemiologi analitik menggunakan studi tambahan untuk menguji suatu
hipotesis. Melibatkan evaluasi dari determinan-determinan distribusi penyakit dalam
mencari faktor-faktor kausa yang mungkin. Pada dasarnya ada 2 pendekatan, case
control dan cohort studi.
Epidemiologi analitik merupakan aspek krusial dari disiplin, sejak
epidemiologi analitik menyediakan dasar ilmiah bagi penerapan ilmu kedokteran
pencegahan untuk mengendalikan sekaligus eradikasi penyakit.
4.3. Epidemiologi Operasional
Kegiatan-kegiatan lapangan yang terdapat pada epidemiologi operasional
adalah :
1. Penelitian terhadap ledakan penyakit
2. Penatalaksanaan pencegahan dan kontrol penyakit-penyakit atau
masalah-masalah kesehatan.
13
Fungsi utamanya adalah mendukung pekerjaan praktis dari agen-agen kesehatan
masyarakat.
4.4. Epidemiologi Eksperimental
Termasuk studi-studi yang mencari bukti untuk efikasi dan/atau efektifitas
dari ukuran kontrol, metode pengobatan baru, ukuran profilaktif/preventif.
Epidemiologi eksperimental dapat diklasifikasikan sbb :
1. Clinical trial
2. Field trial
3. Community trial
Tabel 1.1 Ringkasan kemampuan fungsi pelengkap dari klinis dan epidemiologis
dalam perkembangan kedokteran komunitas.
Prosedur Klinis (individual) Epidemiologis(komunitas)
Pemeriksaan
Diagnosis
Pemeriksaan pasien.
Interview dan pemeriksaan
individual melalui anamnesa,
P.Fisik, P.Psikologis termasuk
P.Lab, X-ray, atau cara
lainnya
a. Biasanya dari seorang
pasien, diagnosis
banding untuk
menentukan
Survei keadaan kesehatan sebuah
komunitas dan keluarga
menggunakan kuesioner, tes fisik
dan psikologis dan fasilitas
khusus untuk pem. massal
a. Diagnosis komunitas
b. Status kesehatan
komunitas secara
keseluruhan atau segmen
tertentu. Contoh : ibu
14
Penatalaksanaan
Observasi lanjut
penyebab utama
keluhan pasien
b. Penilaian status
kesehatan dari orang
yang tidak sakit.
Contoh : wanita
hamil, anak-anak
sekolah
Sesuai dengan diagnosis dan
bergantung kemampuan
pasien dan badan kesehatan.
Intervensi biasanya dilakukan
setelah pasien berobat.
Evaluasi kemajuan pasien dan
kadang diagnosis lanjut
hamil, akibat kehamilan,
kelahiran dan kematian,
dll.
c. Biasanya berorientasi
masalah. Distribusi
banding dari keadaan
khusus pada suatu
komunitas dan penyebab-
penyebab distribusi
tersebut.
Sesuai diagnosis komunitas dan
tergantung pada kemampuan
sistem pelayanan kesehatan.
Pencegahan sering dilakukan
sebelum terjadinya penyakit.
Berkelanjutan untuk :
a. menjamin kelanjutan
b. mengikuti perubahan
status kesehatan
komunitas.
Metode-metode survei yang baru
berperanan pada praktek
15
kedokteran komunitas dan
pelayanan kesehatan primer di
masa mendatang.
Tabel 1.2 Bagan untuk diagnosis dan penatalaksanaan klinis dan komunitas
Diagnosis klinis Diagnosis komunitas
1. Anamnesa
2. Pem. Fisik
3. Tes laboratorium
a. Studi populasi dan struktur
demografik
b. Studi lingkungan, geografik, iklim,
dan faktor-faktor lain dalam
komunitas
a. Studi lebih lanjut faktor yang
mempengaruhi lingkungan dengan metode
inspeksi
b. Survei sampel dan sensus untuk mengukur
prevalensi kondisi penyakit, tingkat
imunisasi, dll.
c. Menginventarisasi apa yang telah dilakukan
pada komunitas dengan memperhatikan
kesehatan dan masalah-masalah kesehatan
melalui seluruh orang dan agen.
a. Penggunaan alat diagnosis komunitas
16
4. Pembuatan diagnosa
5. Penatalaksanaan
6. Fase evaluasi atau
followup
umumnya berkenaan dengan statistik vital
dan angka morbiditas.
b. Penggunaan standar untuk kegunaan
perbandingan
c. Studi-studi khusus dalam epidemiologi
penyakit.
a. Dalam hal kebutuhan dari kesehatan
komunitas.
a. Beberapa kegiatan sosial dapat dilembagakan
untuk tujuan khusus, seperti klinik-klinik,
program-program khusus atau ukuran-ukuran
kesehatan masyarakat lainnya.
a. Hub penatalaksanaan dengan eliminasi,
koreksi atau tindakan perbaikan yang
diindikasikan oleh diagnosis.
b. Hubungan dari manfaat yang menyertai
atau efek samping yang berbahaya.
c. Pertimbangan biaya.
17
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Epidemiologi menurut Mac Mahon (1970), didefinisikan sebagai berikut:
epidemiology is study of distribution and determinants disease frequency in man. Di
Indonesia diartikan sebagai ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit yang sering pada manusia, distribusi tersebut dapat berdasarkan waktu,
tempat, dan orang. Epidemiologi juga memiliki aspek yang lain, yaitu determinan
yang menerangkan pola kejadian penyakit dalam masyarakat berdasarkan
penelusuran atau mencari faktor-faktor kausal.
Determinan penyakit yang dikenal ada dua yaitu determinan genetic dan
determinan lingkungan. Determinan genetik merupakan faktor penyebab dari suatu
penyakit karena kelainan genetik yang diturunkan, misalnya hemofilia A, sindrom
down. Sedangkan determinan lingkungan merupakan faktor penyebab auatu penyakit
yang timbul karena keadaan lingkungan, dimana penderita berdiam, misalnya
gastroentritis, pneumokoniosis.
Epidemiologi terbagi dua yaitu epidemiologi deskriptif dan epidemiologi
analitik. Epidemiologi deskriptif adalah merupakan bagian dari epidemiologi yang
menerangkan tentang pola kejadian penyakit pada suatu populasi (defined
community) berdasarkan faktor-faktor waktu, tempat dan orang.
Secara sepintas tujuan menguraikan cara deskriptif ini mungkin dapat
dianggap tidak berarti dan tidak berguna untuk ilmu medis. Namun, penelitian
deskriptif ini sebenarnya memiliki kepentingan yang mendasar dan dapat memenuhi
18
berbagai ragam tujuan terutama menimbulkan kewaspadaan kepada masyarakat
medis untuk mengetahui apakah ciri-ciri manuasia tertentu (misalnya tua, muda, laki-
laki, perempuan, pekerjaan halus atau kasar) cenderung untuk terkena penyakit
tertentu dan apakah jenis serta kapan terjadinya penyakit tersebut diramalkan.
Penelitian deskriptif juga membantu dalam perencanaan penyediaan fasilitas
pelayanan medis dan kesehatan yang rasional (misalnya tempat tidur dalam unit
pelayanan tertentu) dan dapat memberikan petunjuk-petunjuk mengenai etiologi
penyakit serta permasalahan atau hipotesa untuk penelitian selanjutnya yang
bermanfaat.
Dalam upaya mencari frekwensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi
deskriptif timbul berbagai pertanyaan, diantaranya siapa yang terkena, bila mana hal
tersebut terjadi, bagaimana terjadinya, dimana kejadian tersebut, berapa jumlah orang
yang terkena, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana ciri-ciri orang yang terkena.
1. Variabel Orang, Tempat, dan Waktu
Analisis data epidemiologis berdasarkan variabel diatas digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang dihadapi.
Dengan demikian memudahkan untuk mengadakan penanggulangan, pencegahan
atau pengamatan.
Untuk menentukan adanya peningkatan atau penurunan insiden atau
prevalensi penyakit yang timbul, harus diperhatikan kebenaran perubahan tersebut.
Perubahan yang terjadi dapat disebabkan perubahan semu sebagai akibat perubahan
19
dalam teknologi diagnostik, perubahan klasifikasi, atau kesalahan dalam perhitungan
jumlah penduduk.
Sebagai contoh, dilaporkan adanya kecendrungan penurunan prevalensi
karsinoma hepatis di negara-negara maju dalam beberapa dasawarsa terakhir, tetapi
setelah dilakukan penelitian secara seksama ternyata perubahan tersebut disebabkan
kemajuan teknologi untuk mendeteksi penyakit kanker hepatis hingga ditemukan
karsinoma primernya yang berarti laporan sebelumnya termasuk juga karsinoma
sekunder sebagai metastase. Laporan insiden dan prevalensi karsinoma hepatis yang
dilakukan berdasarkan karsinoma primernya tampaknya seolah-olah terjadi
penurunan insiden.
1.1 Variabel Orang
Untuk dapat mengidentifikasikan seseorang terdapat variabel yang tak
terhingga banyaknya, tetapi hendaknya dipilih variabel yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan ciri seseorang. Untuk menentukan variabel mana yang
dapat digunakan sebagai indikator, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan serta sarana yang ada.
Faktor orang meliputi ubahan-ubahan yang melekat seseorang sebagai
anggota populasi masyarakat. Ubahan-ubahan yang sering digunakan dalam
penelitian epidemiologii ialah umur, sex, suku bangsa/ kelompok etnis, status
perkawinan, sosial ekonomi, agama, dan macam pekerjaan.
20
1. umur
kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap
orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang
lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Umur merupakan faktor yang
penting pada proses terjadinya penyakit. Penyakit campak, penyakit cacar air,
batuk rejan, pada umunya diderita pada masa kanak-kanak. Penyakit karsinoma
prosta sering terjadi pada usia lanjut. Penyulit suatu penyakit berbeda diantara
golongan umur. Penyakit mumps dapat mengakibatkan radang buah pelir
(orchitis) pada orang dewasa, hal ini tidak terjadi pada penderita anak-anak.
Banyak penderita penyakit kronis atau degeneratif memperlihatkan
peningkatan prevalensi secara progresif yang mengikuti pertambahan umur,
seperti penyakit jantung koroner atau osteoartritis. Penyakit yang berhubungan
dengan pola ini cenderung dianggap terjadi hanya karena proses penuaan sendiri.
Tetapi perlu diingat pertambahan umur juga berarti lewatnya waktu dan selama
itu tubuh dapat terkena terus menerus pengaruh lingkungan yang berbahaya.
Lebih baik tidak menerima begitu saja pandangan fatalistik tersebut yang
mengatakan bahwa penyakit merupakan akibat proses penuaan yang tidak bisa
dihindari, tetapi dicari faktor penyebab lain. Salah satu contoh pembuktian ahli-
ahli epidemiologi mengenai penyebab penyebab utama artritis sklerosis bukanlah
hanya proses penuaan seperti perkiraan sebelumnya, melainkan kebiasaan dan
cara hidup seseorang turut berperan.
Contoh lain yaitu stenosis pilorik hipertropik hanya terjadi pada bayi atau
karsinoma prostat sering terjadi pada orang-orang usia lanjut. Penyakit-penyakit
21
infeksius sering terjadi pada periode kehidupan tertentu yang dipengaruhi faktor-
faktor derajat terkena penyakit pada berbagai tigkat umur, variasi kerentanan
seseorang menurut umur, dan lamanya kekebalan yang timbul setelah terkena
penyakit infeksi, misalnya cacar yang hanya menyerang anak-anak kecil satu kali
saja dan penyakit gonoroe yang bisa terjadi berulang kali dan terutama dijumpai
pada anak remaja dan dewasa muda.
Hubungan antara umur dan penyakit tidak hanya pada frekwensinya saja,
tetapi pada tingkat beratnya penyakit, misalnya stphilococcus dan escheria coli
akan menjadi lebih berat bila menyerang bayi dari pada golongan umur lain
karena bayi masiih sangat rentan terhadap infeksi.
Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan
rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur. Walaupun
secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan umur, tetapi dari
berbagai catatan diketahui bahwa frekwensi kematian pada setiap golongan umur
berbeda-beda, yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan
kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat
lagi pada umur 40 tahun ke atas. Dapat dikatakan bahwa secara umum kematian
akan meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor,
yaitu pengalaman terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor pekerjaan,
kebiasaan hidup atau terjadi perubahan dalam kekebalan.
22
2. jenis kelamin
peluang terjadinya penyakit sering tidak sama antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaan sex dalam insiden penyakit akan menimbulkan pemikiran awal tentang
kemungkinan adanya faktor hormonal atau reproduktif yang menjadi faktor
predisposisi atau pelindung.
Wanita dan laki-laki memiliki perbedaan dalam banyak hal, termasuk
kebisaan, hubungan sosial, terkenanya oleh pengaruh lingkungan. Prevalensi
sirosis hepatis dan bronkhitis yang lebih tinggi pada pria, sebagian dihubungkan
dengan kenyataan bahwa rat-rata kaum pria lebih sering meminum minuman
keras (alkohol) dan lebih banyak merokok dibanding wanita. Ada beberapa faktor
hormonal yang mungkin berperan dalam menerangkan adanya perbedaan antara
pria dan wanita yaitu kaumwanita dilindungi oleh hormon estrogen sebelum
terjadi menopause.
Seperti penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi pada laki-laki muda
dibandingkan wanita muda. Juga prevalensi batu empedu lebih banyak pada
wanita dibandingkan laki-laki. Hal ini dikaitkan dengan pengaruh kehamilan yang
berkali-kali, selain pengaruh hormonal terhadap komposisi empedu. Tingkat
kematian lebih tinggi pada pria sedangkan tingkat penyakitan lebih tinggi pada
wanita. Hal ini mungkin disebabkan oleh perjalanan penyakit yang kurang
progresif pada wanita atau karena wanita cenderung berobat pada tahap awal dari
penyakit.
23
3. ras
perbedaan ras pada prevalensi penyakit sering ditemui pada beberapa kasus
penyakit (perbedaan kulit putih dan hitam pada sickle cell anemia dan kanker
kulit). Terlihat perbedaan ras yang ditentukan secara genetika. Penyakit-penyakit
lain, penjelasan tidak sesederhana ini, khususnya kalau perbedaan status sosial
ekonomi, misalnya prevalensi hipertensi lebih banyak pada orang kulit hitam
dibandingkan orang kulit putih di USA.
Prevalensi hipertensi dan komplikasinya yang lebih tinggi pada orang kulit
hitam dibandingkan orang kulit putih di USA. Hal ini dijelaskan sebagai berikut,
meningkatnya kerentanan genetik pada orang berkulit hitam, meningkatnya stress
emosional diantara orang berkulit hitam yang terjadi akibat dikriminasi ras,
tingkat sosial ekonomi yang ratarata lebih rendah pada orang berkulit hitam, dan
jangkauan pelayanan medis yang lebih sempit bagi orang berkulit hitam.
4. status perkawinan
status perkawinan merupakan pokok perhatian dalam penelitian etiologi
penyakit kanker tertentu, misalnya perbedaan kanker payudara dan kanker cervix
uteri. Kanker payudara lebih cenderung terjadi pada wanita yang menikah
terlambat, sedangkan kanker cervix lebih sering dijumpai pada wanita dengan
perkawinan dini. Pada penelitian lebih lanjut, dapat ditunjukkan bahwa kanker
cervix mempunyai kaitan dengan kegiatan senggama pada waktu usia muda dan
juga kehamilan pertama pada usia muda dapat membantu melindungi seorang
wanita terhadap kanker payudara.
24
5. status sosial ekonomi
pada status sosial ekonomi yang rendah dijumpai insiden penyakit tertentu
meningkat yaitu penyakit jantung rematik, bronkhitis kronis, tuberkulosis, ulkus
lambung, kanker lambung dan penyakit-penyakit kekurangan gizi.
Pada keadaan status sosial ekonomi rendah juga terlihat memberikan
perlindungan dalam melawan beberapa penyakit. Hal ini dapat dilihat pada kasus
epidemi poliomielitis pada tahun 1947, dimana golongan sosial ekonomi tinggi
yang paling banyak terserang. Hal ini karena keadaan sosial ekonomi jelek dan
yang memiliki sanitasi yang buruk, mereka telah mengakibatkan tersebarnya
infeksi subklinis pada bayi yang kemudian menghasilkan kekebalan.
1.2 Variabel Tempat
Tempat dapat dibatasi oleh alam, seperti gunung, lembah, sungai, laut, atau
dibatasi berdasarkan wilayah administratif. Batas alamiah lebih memudahkan
pemahaman asal usul penyakit.
Ragam penyakit disuatu tempat berhubungan dengan ciri-ciri lingkungan fisik
seperti suhu, kelembaban, curah hujan, ketinggian, kandungan mineral tanah dan
tersedianya air. Batas-batas alam yang tangguh mengakibatkan isolasi penduduk
sehingga ciri-ciri genetik tertentu semakin menonjol dan adat istiadat tetap bertahan
dari pengaruh asing.
Hal ini mempengaruhi penyakit di wilayah tersebut. Kondisi alam
menentukan macam-macam kegiatan ekonomi dan transportasi yang berhubungan
25
dengan jangkauan fasilitas pelayanan kesehatan. Penyakit yang memiliki penyebaran
khas dapat berhubungan dengan kandungan mineral tanah (gondok endemik), dengan
kecocokan lingkungan bagi vektor penyakit (malaria dan skistomiasis), dengan
pengaruh sosial budaya setempat (penyakit kuru di Guinea Baru yang berhubungan
dengan kanibalisme).
Deskripsi ragam penyakit berdasarkan wilayah administrasi lebih sering
dilakukan, karena kemudahan memperoleh data yang berasal dari statistik rutin
pelayanan kesehatan. Perbandingan ragam penyakit internasional perlu dilakukan
dengan hati-hati, mengingat perbedaan dalam kriteria diagnostik serta kecermatan
pencatatan dan pelaporan antar negara. Penelitian yang membandingkan diagnosis
penyakit jiwa di New York dan London telah menunjukkan para ahli kedokteran jiwa
di New York lebih cenderung untuk memilih diagnosis skizofrenia, sedangkan di
London para ahli jiwa lebih menyukai diagnosis manik depresif untuk gejala-gejala
yang sama.
1.3 Variabel Waktu
Variabel waktu harus diperhatikan ketika melakukan analisis morbiditas
dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan laporan insiden dan prevalensi
penyakit selalu didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan, atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi
karena didasarkan pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau
estimasi. Selain itu, dengan pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya
perubahan-perubahan insiden dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat
digunakan untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan msalah kesehatan.
26
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui
hubungan antara waktu dan insiden penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena
terjadinya perubahan kelembaban udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian
besar terjadi pada waktu malam hari.
Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri dari kecendrungan sekuler,
variasi siklik, variasi musim, variasi random. Kecendrungan sekular ialah terjadinya
perubahan penyakit atau kejadian luar biasa dalam waktu yang lama. Lamanya waktu
dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecendrungan sekular dapat terjadi
pada penyakit menular maupun penyakit non-menular. Misalnya terjadi pergeseran
pola penyakit yang tidak menular yang terjadi di negara maju pada beberapa
dasawarsa terakhir. Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam
penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecendrunan
sekuler juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
mortalitas. Dalam mempelajari kecendrungan sekular tentang mortalitas, harus
dikaitkan dengan sejauh mana perubahan pada insiden dan sejauh mana perubahan
tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita. Angka kematian akan
sejalan dengan angka insiden pada penyakit fatal dan bila kematian terjadi tidak lama
terjadi tidak lama setelah diagnosis misalnya karsinoma paru-paru.
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang
setelah dua-tiga tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit
menular karena penyakit non-infeksi tidak mempunyai variasi siklik. Perubahan pola
27
penyakit disebut siklik jika tingkat penyakitan naik turun selang beberapa hari,
minggu dan bulan atau bersifat musiman. Dirasakan sesak nafas pada penyakit
bisinosis karena debu kapas, memuncak pada hari pertama masuk kerja, setelah
penderita terbebas dari kapas selama liburan akhir minggu. Tingkat penyakitan
berbagai penyakit endemik, misalnya penyakit tifoid, naik turun selang beberapa
bulan.
Variasi musiman ialah terulangnya perubahan frekwensi insiden dan
prevalensi penyakit yang terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan
mortalitas, variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus
penyakit terjadi sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun. Variasi
musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologis tentang kejadian luar
biasa untuk menentukan peningkatan insiden suatu penyakit yang diakibatkan variasi
musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim tidak
diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang timbulnya kejadian
luar biasa. Disamping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada
penelitian epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda
akan menghasilkan frekwensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-
penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain diare, influenza, dan tifus
abdominalis.
Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam
seperti banjir dan gempa bumi.
28
Berbagai fenomena berkaitan dengan perubahan waktu. Sejalan dengan
perjalanan waktu, musim silih berganti, keadaan lingkungan berubah, situasi sosial
ekonomi berbeda, jumlah dan mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat atau
merosot. Jika suatu penyakit terus menerus ditemukan pada sekelompok masyarakat,
baik dalam bentuk klinik yang berat, bentuk ringan maupun subklinik, penyakit
tersebut disebut endemik. Penyakit-penyakit kolera, malria, tuberkulosa, filariasis,
demam berdarah, bersifat endemik diberbagai daerah di Indonesia.
Penyakit endemik tiba-tiba dapat meledak dengan tingkat penyakitan yang
tinggi, sehingga terjadilah suatu wabah. Misalnya penyakit dipteri yang pada suatu
saat merajalela di dalam sekelompok masyrakat, tiba-tiba dapat muncul dan menjadi
wabah. Sebagai contoh, wabah penyakit kaki gajah (filariasis) diantara para
transmigan yang di daerah asalnya tidak mengenal penyakit tersebut.
Epidemi atau wabah merupakan kejadian penyakit pada anggota-anggota
suatu populasi tertentu yang jumlahnya jelas melebihi kasus yang biasanya ditemukan
pada populasi itu. Epidemi ini biasanya hanya mengenai anggota yang rentan dan
anggota populasi ini bisa tidak terbatas jumlahnya.
2. Survailens Epidemiologi
Tingkat terbebasnya dari penyakit menular merupakan suatu survailens yang
menetap terminologi survailens pertama kali digunakan pembatasan tertentu pada
individu sesudah kontak dengan penyakit menular yang serius. Orang yang tersangka
di tempatkan dibawah pengawasan medik untuk periode yang sama pada periode
inkubasi dari penyakit untuk deteksi beberapa tanda dan gejala dari penyakit. Jika hal
29
ini jelas, orang tersebut diobati sebagai kasus. Sejak tahun 1950 konsep survailens
diperluas dan di aplikasikan untuk mengatur hubungan suatu penyakit dengan jelas
dari penderita atau kontak.
Saat ini, survailens terdiri dari beberapa aktivitas pada lapangan penelitian
tertentu. Seluruh kasus yang dicurigai bersama-sama dengan konfirmasi laboratorium
untuk diagnosis persuasif, untuk menentukan sumber infeksi, rute transmisi,
identifikasi, siapa-siapa yang terkena infeksi dan yang mempunyai resiko, akhirnya
untuk mengetahui penyebaran penyakit, penelitian ini idealnya dilakukan oleh
epidemiologis atau dokter.
Komparabilitas data survailens tergantung daari sensitivitas, reabilitas,
representatif sepanjang waktu dan daerah yang satu ke daerah lain, dan perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi dalam sistim survailens.
Ada beberapa jenis survailens yaitu survailens aktif dan survailens pasif.
Survailens aktif merupakan usaha khusus yang dilakukan untuk memperoleh kejadian
yang lebih lengkap dengn sumber-sumber yang ada. Sedangkan survailens pasif
merupakan kejadian-kejadin yang dilaporkan/diterima tanpa ada usaha khusus untuk
memperoleh data yangn lebih lengkap.
Survailens komprehensif memiliki ciri-ciri dimana seluruh jenis kasus berasal
dari seluruh sumber yang ada, biasanya dilaksanakan secara pasif, insidens yang
diperoleh masih under estimate dan kecendrungan dapat dimonitor. Survailens
sentinel memiliki sumber yang terbatas, biasanya dilaksanakan secara aktif dan
kecendrungan dapat dimonitor.
30
Langkah-langkah di dalam aktivitas survailens adalah tentukan masalah
secara jelas terlebih dahulu, tentukan populasi studi, tempat dan periode waktu
observasi kemudian tentukan unit observasi dan spesifikasi data apa yang ingin
dikumpulkan lalu tentukan strategi studi dan tentukan metode pengumpulan data.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pelaksanaan pengumpulan data, analissa dat dan
interpretasi data. Tentukan strategi pencegahan dan pemberantasan. Berikan hasilnya
kembali kepada pemberi data dan orang lainnya yang membutuhkan. Selanjutnya
tentukan riset apa lagi yang dibutuhkan.
3. Ukuran Morbiditas
Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau
kesakitan. Dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih
kompleks, tidak saja terbatas pada statistik atau ukuran yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut, tetapi juga faktor determinan termasuk antara lain faktor sosial,
ekonomi, budaya yang melatarbelakanginya.
Rasio
Rasio merupakan suatu angka yan menunjukkan besar perbandingan antara
jumlah tertentu dengan jumlah lainnya. Bentuk rasio yang paling umum digunakan
dalam hubungannya dengan ukuran frekwensi penyakit adalah rasio antara jumlah
penduduk yang menderita penyakit dari jumlah penduduk yang tidak menderita
penyakit. Sebagai contoh, rasio antara jumlah bayi dengan berat lahir dibawah 2500g
dengan jumlah bayi dengan berat lahir diatas 2500g.
31
Rate
Rate adalah menyatakan frekwensi penyakit per satuan penduduk. Untuk
tujuan epidemiologi, rate perlu dinyatakan dengan kurun waktu dimana pengamatan
terhadap kasus penyakit. Contoh, rate penyakit tuberkulosis pada kota A pada tanggal
1 Januari 1993 adalah 500 per 2000000 penduduk. Untuk tujuan perbandingan
penyakit dengan jumlah penduduk , biasanya dinyatakan dalam kelipatan sepuluh.
Jadi rate TBC di kota A dapat dinyatakan sebagai 0,025/100; 0,25/100; 250/ sejuta
penduduk. Rate memerlukan tiga item infomasi yaitu pembilang yangn menunjukkan
jumlah penduduk yang mengalami kejadian, penyebut yang merupakan jumlah
penduduk yang diamati dan kurun waktu pengamatan.
Pembilang dan penyebut pada suatu rate perlu mempunyai batasan yang sama,
apabila pembilang membatasi penduduk dengan umur, jenis kelamin, dan kelompok
etnik tertentu, maka penyebut juga harus membatasi pada hal yang sama. Apabila
penyebut membatasi hanya pada penduduk yang mempunyai resiko untuk mengalami
penyakit, maka penyebut sering disebut sebagai population at risk.
Jumlah kasus suatu penyakit kadang-kadang dinyatakan secara relatif
terhadap penduduk, yang disebut sebagai proportional rate. Contoh, proporsi
kematian akibat penyakit tertentu terhadap seluruh kematian, yang disebut
proportional mortality rate. Contoh lain, insiden suatu penyakit dilaporkan sebagai
proporsi penderita penyakit tersebut terhadap seluruh penderita yang berkunjung.
32
Insiden
Insiden suatu penyakit didefinisikan sebagai jumlah kasus baru penyakit
tersebut selama kurun waktu tertentu. Rate insiden merupakan insiden per population
at risk nya. Konsep population at risk penting dalam hubungannya dengan
pemahaman rate insiden. Population at risk diartikan sebagai jumlah orang-orang
yang mempunyai resiko terkena penyakit. Secara toritis, population at risk merupakan
jumlah lama waktu ’sehat’ dalam tahun yang dijalani bersama-sama oleh semua
anggota penduduk dari awal sampai akhir suatu kurun waktu pengamatan. Dalam
praktek besar population at risk umumnya diperkirakan dengan jumlah penduduk
tengah kurun waktu. Perkiraan ini didasarkan pada asumsi netral bahwa dari jumlah
kasus baru yang terjadi selama kurun waktu pengamatan, separuh terjasi sebelum dan
separuh terjadi sesudah tengah kurun waktu pengamatan. Penentuan insiden suatu
penyakit umumnya didasarkan pada mulainya gejala timbul, waktu diagnosis
penyakit, tanggal pelaporan atau tanggal dirawat. Perlu dicatat bahwa insiden adalah
frekwensi kejadian selama suatu kurun waktu.
Jadi insiden adalah upaya untuk menjelaskan faktor kausal, menitik bertakan
pada penjelasan tetang kejadian penyakit, dan ukuran deskriptif yang paling mengena
untuk keadaan ini adalah insiden rate. Faktor kausal bekerja sebelum dimulainya
serangan penyakit dideteksi dimana insiden dihitung, berarti pengukuran semakin
langsung atau semakin dekat dengn faktor kausal.
33
Attack Rate
Resiko terhadap suatu penyakit pada suatu penduduk mungkin saja terbatas
pada kurun waktu pendek. Hal ini dapat terjadi karena faktor etiologi penyakit hanya
muncul sebentar, yaitu hanya selama epidemi, atau resiko penyakit hanya terdapat
pada kelompok masyarakat tertentu. Sebagai contoh, suatu studi terhadap 194000
bayi yang baru lahir, ternyata 578 diantaranya mengalami hipertropik pilorok
stenosis. Karena kejadian ini terutama terjadi pad umur dibawah 3 bulan dan hampir
tidak pernah ditemukan pada bayi umur lebih dari 6 bulan, maka kurun waktu
pengamatan yang relatif pendek sudah cukup memadai. Dalam hal ini, rate insiden
pilorik stenosis adalah 578x1000/194000 atau 3 per 1000 kelahiran, tanpa perlu
memberikan spesifikasi lama kurun waktu pengamatan.
Secondary Attack Rate
Rate ini mengukur kejadian suatu penyakit menular diantara orang-orang
yang dicurigai terkontak dengan kasus primer. Secondary Attack Rate SAR)
diperoleh sebagai berikut:
SAR=jumlah kasus terkontak dg kasus primer dalam periode inkubasi maksimal x100Population at risk
Prevalensi
Point prevalen merupakan suatu ukuran sensus atau survei, yaitu mengenai
frekwensi suatu penyakit pada suatu saat tertentu. Pada suatu penduduk, pada suatu
saat point prevalensi rata-rata suatu penyakit merupakan proporsi dari penduduk
tersebut yang pada saat itu menderita penyakit tanpa memandang kapan penyakit
34
telah mulai. Penyebut adalah semua penduduk baik yang menderita maupun yang
tidak menderita penyakit.
Periode prevalen merupakan suatu ukuran yang menunjukkan jumlah kasus
penyakit yang ada, baik yang lama maupun yang baru selama kurun waktu tertentu.
Peride prevalen merupakan jumlah antara point prevalen (jumlah kasus yang ada pada
awal dan akhir suatu kurun waktu). Periode prevalen kurang bermanfaat karena
secara umum diperlukan perbedaan antara kasus lama dan kasus baru. Dengan
demikian, ukuran frekwensi penyakit yang banyak digunakan adalah point prevalen
dan insiden. Point prevalen untuk selanjutnya disebut sebagai prevalen.
Terdapat hubungan penting antara prevalen dan insiden. Prevalensi bervariasi
menurut hasil perkalian antara insiden dan lama penyakit (D). D dihitung sejak awal
penyakit sampai berakhirnya penyakit yang diukur dari dalam kurun waktu yang
sama. Lama penyakit diukur dari titik yang sama (misalnya tanggal diagnosis) dan
prevalen hanya memasukkan kasus pada titik atau setelah titik tersebut.
Perubahan prevalen dari suatu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya dapat
terjadi karena perubahan dalam insiden, lama penyakit, atau kedua-duanya. Sebagai
contoh; kemajuan pengobatan suatu penyakit yang mencegah kematian bayi tetapi
tidak menghasilkan kesembuhan, justru akan memberi pengaruh paradoks yaitu
meningkatnya prevalen penyakit. Penurunan suatu prevalen boleh jadi bukan saja
karena penurunan insiden tetapi dapat juga karena lama penyakit yang memendek
atau jumlah penderita yan meninggal semakin banyak. Selanjutnya apabila lama
penyakit memendek secara nyata, prevalen dapat turun walaupun insiden meningkat.
35
Penurunan prevalen penderita yang dirawat di rumah sakit jiwa yang banyak
dilaporkan merupakan contoh fenomena yang disebut terakhir.
Pada keadaan dimana insiden dan lama penyakit menetap dalam dimensi
waktu, dikatakan penyakit dalam keadaan stabil. Hubungan antara prevalen, insiden
dan lama penyakit dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = I x D
P= prevalen
I= insiden
D= durasi penyakit
Pada persamaan tersebut apabila dua nilai diketahui maka nilai yang lain diketahui,
maka nilai yang lain dapat diketahui.
4. Ukuran Mortalitas
Data kematian dapat digunakan sebagai pengukur derajat kesehatan
masyarakat yaitu merupakan salah satu indeks status kesehatan penduduk. Makin
besar kematian, khususnya dari golongan umur anak dan dewasa muda, berarti makin
rendah derajat kesehatan masyarakat. Memang kematian merupakan salah satu
kejadian kehidupan yang harus terjadi pada setiap orang, akan tetapi saat terjadinya
tentu akan lebih baik setelah mencapai umur lanjut. Sedangkan apabila terjadi pada
umur muda berarti banyak faktor yang mempengaruhi kejadian kematian ini, yang
perlu diusahakan untuk diatasi melallui kegiatan kesehatan masyarakat dan teknologi
36
kedokteran yang kini dapat diterapkan. Data kematian juga digunakan untuk menilai
keberhasilan usaha kesehatan dan usaha pengobatan yang dijalankan.
Dari sudut statistik, definisi mati atau kematian ialah hilangnya secara
permanen semua tanda-tanda kehidupan pada setiap waktu setelah kelahiran hidup
(lenyapnya fungsi-fungsi hidup sesudah dilahirkan tanpa kemungkinan resusitasi.
Dalam mengukur kematian pada suatu populasi biasanya diperhatikan hal-hal
antara lain jumlah orang yang mati (nilai absolut dari kejadian kematian), umur orang
yang mati (distribusi menurut golongan umur), golongan etnik orang yang mati
(distribusi menurut golongan etnik), dan sebab kematian (penyakit atau gangguan
kesehatan yang menyebabkan kematian).
Crude Death Rate
Angka kematian kasar adalah ukuran kematian yang diperhitungkan untuk dan dasar
seluruh penduduk, dan diperoleh dengan jalan membandingkan kejadian kematian
terhadap seluruh penduduk tanpa memperhatikan sifat-sifat tertentu penduduk
tersebut.
CDR= jumlah kematian yang terjadi diantara populasi dalam daerah tertentu selama setahun x1000Populasi total pertengahan tahun pada daerah tertentu pada tahun yang sama
Dari data ini jelas bahwa CDR merupakan angka perkiraan kasar mengenai
probabilitas kematian dalam masyarakat. Disebut perkiraan kasar karena
perbandingan diambil terhadap seluruh penduduk dari semua umur dan tentang
37
kematian dari semua sebab. Angka ini sering dipakai sebagai indeks berbagai
masalah kesehatan dalam masyarakat.
Specific Death Rate
Angka kematian khusus adalah suatu ukuran untuk salah satu sifat yang ada
pada penduduk seperti golongan umur, golongan sex, golongan pekerjaan, status
pekerjaan, status perkawinan dan lain-lain.
SDR= jumlah kematian yg terjadi diantara populasi kelompok daerah tertentu selama setahun x1000Populasi total pertengahan tahun pada daerah tertentu pada tahun yang sama
Maksud kata tertentu/khusus pada rumus diatas karena rate adalah salah satu
segmen daripada penduduk yang mempunyai banyak kerentanan yang berbeda
terhadap kematian.
Cause Specific Mortality Rate
SDR= jumlah kematian oleh penyakit tertentu dalam satu periodex1000Jumlah penderita penyakit tersebut dalam periode yang sama
38
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF MASALAH KANKER
1. Definisi
Epidemiologi deskriptif masalah kanker adalah studi yang mempelajari besarnya
masalah kanker dan distribusinya menurut variabel orang, tempat, dan waktu di
dalam masyarakat.
2. Tujuan Epidemiologi deskriptif:
1. agar dapat dilakukan evaluasi kecendrungan-kecendrungan masalah kanker
sehingga dapat dilakukan perbandingan antar negara dan antar daerah di
dalam satu negara
2. untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sebagai dasar perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan sehubungan dengan masalah
kanker
39
3. untuk mengidentifikasikan masalah kanker, yang dapat ditelusuri lebih lanjut
dengan epidemiologi analitik, dan untuk mengidentifikasikan penyebab-
penyebab yang mungkin menyebabkan masalah ini.
Untuk mendeskriptifkan adanya masalah kanker, pertanyaan utama yang
harus dijawab adalah siapa yang terkena, dimana kasus ini terdapat, dan kapan kasus
ini terjadi.
a. orang
terjadinya masalah kanker di masyarakat mungkin dapat dihubungkan dengan usia,
jenis kelamin, kelompok etnik/ ras, status sosial ekonomi, pekerjaa, pendidikan,
daerah geografi tertentu, dan pemilihan atau tigkat penghasilan.
b. tempat
lokasi dapat dideskriptifkan di dalam kaitannya dengan bangsa, daerah geografi, unit
administratif atau unit polotik. Tempat juga dapat diklasifikasikan menurut
karakteristik lingkunngan, tingkat pertumbuhan ekonomi dan lokasi rural/ urban.
c. waktu
masalah kanker dapat diekspresikan sebagai kejadian per periode waktu tertentu
misalnya tahun. Kejadian-kejadian kanker sepanjang waktu dapat tidak regular,
40
konstan, meningkat, menurun, ada pola siklis, musim, dan sebagainya. Pembahasan
di dalam terjadinya penyakit sepanjang waktu tertentu, dapat menunjukkan adanya
perubahan di dalam faktor lingkungan, dan atau efektivitas dari proggram intervensi
yang dilaksanakan. Penentuan insiden dari kondisi sebelum dan sesudah intervensi
program tertentu, sangat berguna untuk menilai efek dari intervensi.
3. Survailans Kanker
3.1 Definisi
Survailans kanker merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, interpretasi data
mejadi informasi yang kemudian disebarluaskan kepada pihak yang berkepentingan
dan kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Kegiatan ini
dianggap studi deskriptif yang terus menerus berlangsung.
3.2 Tujuan:
1. mendeskripsikan masalah kanker menurut orang, tempat dan waktu
2. memonitor perubahan dari pola yang ada
3. menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat
4. evaluasi dari pemaparan yang khusus
5. evakuasi program pencegahan dan pemberantasan
6. pembuatan hipotesa untuk penelitian lebih lanjut dengan studi analitik
3.3 Sumber Data:
41
1. record/catatan rumah sakit/fasilitas kesehatan
2. record/catatan baha-bahan patologi baik dari otopsi maupun biopsi
3. survei:
-survei dalam rangka penemuan kasus
-suvei kanker
4. pemakaian obat-obat anti kanker
5. record/catatan dari populasi yang khusus seperti ketentaraan dan kelompok
industri tertentu
6. registrasi kanker
7. record/catatan sertifikat kematian
komparabilitas data survailans tergantung dari sensitivitas, reabilitas, representif
sepanjang waktu dan dari daerah yang satu ke daerah yang lain dan perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi dalam sistim survailens.
4. Ukuran Frekwensi Kejadian Kanker
Data tentang frekwensi penyakit dan macam-macam aspek penyakit dalam
masyarakat, sangat penting artinya dalam merencanakan pelayanan kesehatan dan
mengevaluasi tentang efektivitasnya, untuk mencari penyebab penyakit, untuk
mengevaluasi cara pemberantasan penyakit, dan lain sebagainya.
Penggambaran frekwensi penyakit yang paling sederhana, adalah dengan
menyatakan banyaknya kasus yang ada. Misalnya pada tahun 1966 ada 699 kasus
kanker paru di Peru. Ini menunjukkan beban yang dipikul oleh Dinas Kesehatan Peru
yang disebabkan oleh penyakit kanker paru. Dengan data ini Pemerintah Peru dapat
42
merencanakan seberapa obat yang disediakan untuk menolong penderita kanker paru
di negeri itu. Bila ternyata bahwa pada tahun 1960 jumlah kasus kanker paru yang
ada hanya 500 orang, dapatkah kita simpulkan bahwa keadaan di Peru bertmbah
buruk? Memang bila dilihat dari beban terhadap Dinas Kesehatan, memang
bertambah berat, tetapi bila dilihat dari keseluruhan penduduk, ternyata bahwa kasus
dari tahun 1966 merupakan 699/9000000 penduduk sedangkan kasus pada tahun
1960 merupakan 500/5000000 penduduk. Nyatalah bahwa untuk membandingkan
dua hal/kelompok/populasi yang berbeda, nilai mutlak saja tidak dapat dipakai, tetapi
haruslah dilihat kuantifikasinya terhadap keseluruhan populasi.
Ukuran frekwensi penyakit yang memungkinkan untuk mengadakan
perbandingan inilah yang penting dalam epidemiologi.. untuk itu dapat dipakai rate
atau ratio.
5. Rate dan Rasio
Rate dan rasio merupakan cara penggambaran penyakit yang paling sering
digunakan dalam epidemiologi karena dapat dipakai untuk membandingkan. Rasio
merupakan istilah yang sangat umum, dapat diterjemahkan sebagai “dibanding
dengan”. Misalnya rasio antar orang sakit dengan orang sehat, sama dengan jumlah
orang sakit dibanding dengan orang yang sehat atau dapat dituliskan sebagai:
Jumlah orang yang sakitJumlah orang yang sehat
43
Rasio menunjukkan perbandingan antara dua kualitas yaitu kuantitas pembilang
(numerator) dan kuantitas penyebut (denominator)nya. Kedua kuantitas tersebut tidak
harus mempunyai sifat/ciri yang sama. Apabila pembilang merupakan sebagian dari
penyebut, maka bentuk ini disebut proporsi. Contoh dari proporsi yang paling sering
dipakai adalah persentasi, misalnya persentasi dari penderita kanker paru di rumah
sakit A yang dapat dihitung dari:
Jumlah penderita kanker paru yang datang berobat ke RS Ajumlah orang yang berobat ke SR A(kanker paru+bukan kanker paru)
keistimewaaan lain dari proporsi adalah apabila unsur waktu diperhitungkan, maka
unsur tersebut harus ada dan sama besarnya pada pembilang maupun penyebut.
Apabila pembilang dikumpulkan dalam waktu satu tahun penanggalan; maka
penyebut pun harus dikumpulkan pula dalam waktu satu tahun penanggalan.
Dalam prakteknya, hal ini tak selalu mungkin untuk dikerjakan. Misalnya
perhitungan frekwensi penyakit. Jumlah penderita penyakit akan dihitung selama
periode waktu tertentu (misalnya saru penangggalan), sedangkan jumlah penduduk
yang ada akan diperhitungkan rata-ratanya. Ini sama dengan jumlah populasi pada
pertengahan periode waktu tersebut. Rasio dimana pembilangnya merupakan
sebagian dari penyebut, dan merupakan hasil pengumpulan data dalam satu periode
waktu sedangkan penyebutnya hasil dari perhitungan sesaat, disebut rate. Jadi dalam
perhitungan rate tersebut, ada tiga faktor yang penting yaitu pembilang (numerator),
penyebut (denominator), dan waktu.
44
Morbidity rate=jumlah orang sakit tertentu pada periode tertentu Jumlah penduduk penderita berasal pada pertengahan periode
Bila dalam suatu rate penyebutnya hanya terbatas pada mereka yang
mempunyai resiko untuk mengalami “event” yang dimaksud maka denominator ini
disebut population at risk. Rate yang penyebutnya population at risk ini mengukur
kemungkinan/resiko dari setiap individu dalam populasi tersebut untuk mengalami
“event” itu.
Dalam menginterpretasikan rate, rasio atau proporsi ini penting untuk
memperhatikan sumber angka-angka pembilang san penyebut yang dipakai, dan cara
pengumpulan datanya. Data tentang penyakit umumnya lebih susah didapatkan dari
pada data kematian. Ini desebabkan karena tidak semua penyakit di laporkan kepada
Dinas Kesehatan, lagi pula penyakit mempunyai sifat yang sangat berlainan dari
kematian yaitu, kematian merupakan hal yang pasti dan mudah ditentukan, kematian
terjadi pada satu saat yang dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan waktu
berlangsungnya penyakit sukar ditentukan, kematian hanya terjadi satu kali pada
setiap individu sedangkan penyakit bisa menyerang orang yang sama beberapa kali
dalam satu periode.
Disamping itu penyakit mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi. Jadi
agar dapat diperbandingkan haruslah jelas apa yang diukur dalam pembilangnya
misalanya jumlah orang yang sakit atau jumlah sakitnya atau dua-dua nya. Karena
penyakit tidak berlangsung sesaat tetappi berjalan dalam periode waktu misalany 3
hari, 5 bulan, 6 tahun dan sebagainya maka bila waktu pengamatan telah ditentukan,
45
misalnya pada tahun penanggalan, penyakit yang diamati dapat digolongkan atas
beberapa golongan yaitu penyakit yang dimulai pada tahun penanggalan tersebut dan
sembuh dalam tahun itu juga, penyakit yang dimulai dalam tahun penanggalan itu
dan terus berlangsung walaupun tahun penanggalan sudah selesai, penyakit yang
belum dimulai sebelum tahun penanggalan tersebut tapi sembuh dalam tahun itu, dan
penyakit yang dimulai sebelum tahun penanggalan tersebut dan terus berlangsung
walaupun tahun itu sudah berlalu.
Oleh karena perhitungan kasus lama dan baru mempunyai kegunaan yang
berbeda maka dalam epidemiologi tersedia dua macam ukuran yang dapat dipakai
untuk menggambarkan frekwensinya yaitu prevalensi dan insiden.
6. Prevalensi dan Insiden
Prevalensi rate dan insiden merupakan ukuran penyakit yang sering dicampur
adukkan pemakaiannya. Prevalensi merupakan ukuran yang mengurusi data tentang
kasus lama. Ada dua macam ukuran yaitu point prevalence dan period prevalence.
Dimana point prevalence merupakan data penyakiy yang serupa dengan sensus. Dia
menyatakan jumlah penderita yang ada pada suatu waktu. Point prevalence rate
adalah proporsi dari penduduk yang sakit pada waktu tersebut. Pembilangnya terdiri
atas semua oran sakit, tanpa dibedakan sejak kapan mulainya dia sakit; sedangkan
penyebutnya adalah jumlah penduduk yang diperiksa baik yang sakit maupun yang
sehat. Jadi point prevalence rate menggambarkan apa yang ada pada waktu itu.
Periode prevalence menunjukkan jumlah penderita pad satu periode waktu.
Periode prevalence rate adalah jumlah tersebut persatuan penduduk yang diperiksa.
46
Insiden merupakan ukuran penyakit yang mengurusi kasus baru saja. Insiden
dari suatu penyakit adalah jumlah kasus baru yang timbul pada satu periode waktu
yang telah ditentukan, jadi dia menunjukkan frekwensi ”event” yang timbul dalam
periode tersebut. Insiden rate adalah jumlah kasus baru yang timbul dalam satu
periode waktu per population at risk. Insiden rate ini diperlukan untuk
membandingkan perkembangan penyakit pada populasi/kelompok yang berbeda dan
mencari etiologi dari suatu penyakit.
7. Ukuran-ukuran Kematian
Ukuran ukuran kematian banyak juga dipakai dalam epidemiologi oleh karena
ini kematian ini merupakan salah satu hasil akhir dari penyakit. Tidak berbeda dengan
rate dari suatu penyakit, untuk menghitung rate dari suatu kematian pun diperlukan
pembilang, penyebut, dan waktu yang ditentukan.
Crude Death Rate
Angka kematian kasar adalah ukuran kematian yang diperhitungkan untuk dan dasar
seluruh penduduk, dan diperoleh dengan jalan membandingkan kejadian kematian
terhadap seluruh penduduk tanpa memperhatikan sifat-sifat tertentu penduduk
tersebut.
CDR= jumlah kematian yang terjadi diantara populasi dalam daerah tertentu selama setahun x1000Populasi total pertengahan tahun pada daerah tertentu pada tahun yang sama
47
Dari data ini jelas bahwa CDR merupakan angka perkiraan kasar mengenai
probabilitas kematian dalam masyarakat. Disebut perkiraan kasar karena
perbandingan diambil terhadap seluruh penduduk dari semua umur dan tentang
kematian dari semua sebab. Angka ini sering dipakai sebagai indeks berbagai
masalah kesehatan dalam masyarakat.
Specific Death Rate
Angka kematian khusus adalah suatu ukuran untuk salah satu sifat yang ada
pada penduduk seperti golongan umur, golongan sex, golongan pekerjaan, status
pekerjaan, status perkawinan dan lain-lain.
SDR= jumlah kematian yg terjadi diantara populasi kelompok daerah tertentu selama setahun x1000Populasi total pertengahan tahun pada daerah tertentu pada tahun yang sama
Maksud kata tertentu/khusus pada rumus diatas karena rate adalah salah satu
segmen daripada penduduk yang mempunyai banyak kerentanan yang berbeda
terhadap kematian.
Cause Specific Mortality Rate
SDR= jumlah kematian oleh penyakit tertentu dalam satu periodex1000Jumlah penderita penyakit tersebut dalam periode yang sama
48
KESIMPULAN
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang
bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
dengan yang lain. Misalnya studi epidemiologi bertujuan mengungkapkan penyebab
suatu penyakit atau program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang
membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi,
mikrobiologi dan genetika. Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat
digunakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan,
atau meramalkan hasil pengobatan.
Epidemiologi terbagi dua yaitu epidemiologi deskriptif dan epidemiologi
analitik. Epidemiologi deskriptif adalah merupakan bagian dari epidemiologi yang
menerangkan tentang pola kejadian penyakit pada suatu populasi (defined
community) berdasarkan faktor-faktor waktu, tempat dan orang.
Dalam upaya mencari frekwensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi
deskriptif timbul berbagai pertanyaan, diantaranya siapa yang terkena, bila mana hal
49
tersebut terjadi, bagaimana terjadinya, dimana kejadian tersebut, berapa jumlah orang
yang terkena, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana ciri-ciri orang yang terkena.
Analisis data epidemiologis berdasarkan variabel digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang dihadapi.
Dengan demikian memudahkan untuk mengadakan penanggulangan, pencegahan
atau pengamatan.
Untuk menentukan adanya peningkatan atau penurunan insiden atau
prevalensi penyakit yang timbul, harus diperhatikan kebenaran perubahan tersebut.
Perubahan yang terjadi dapat disebabkan perubahan semu sebagai akibat perubahan
dalam teknologi diagnostik, perubahan klasifikasi, atau kesalahan dalam perhitungan
jumlah penduduk.
Tingkat terbebasnya dari penyakit menular merupakan suatu survailens yang
menetap terminologi survailens pertama kali digunakan pembatasan tertentu pada
individu sesudah kontak dengan penyakit menular yang serius. Orang yang tersangka
di tempatkan dibawah pengawasan medik untuk periode yang sama pada periode
inkubasi dari penyakit untuk deteksi beberapa tanda dan gejala dari penyakit.
Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau
kesakitan. Dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih
kompleks, tidak saja terbatas pada statistik atau ukuran yang berkaitan dengan
peristiwa tersebut, tetapi juga faktor determinan termasuk antara lain faktor sosial,
ekonomi, budaya yang melatarbelakanginya.
Data kematian dapat digunakan sebaia pengukur derajat kesehatan masyarakat
yaitu merupakan salah satu indeks status kesehatan penduduk, juga untuk menilai
50
keberhasilan usaha kesehatan, usaha pengobatan yang dijalankan dan menilai
keganasan suatu penyakit. Ukuran mortalitas antara lain crude death rate, age
specific death rate, sex specific death rate.
DAFTAR PUSTAKA
Muti,Bhisma. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Surakarta: Gajah Mada University Press,1995
Sutrisno, Bambang. Epidemiologi Lanjut Volume 1. Jakarta: Dian Rakyat, 1990
Watik, Ahmad. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003
Epidemiology. Available from: URL: F:\ikm\Informasi Sistem E-Learning Management Informastion System And Others Materials Epidemiology.htm
Epidemiology in Health Services Manegement. Available from: URL: F:\ikm\Epidemiology in Health Services ___ - Google Book Search.htm
Introduction to Epidemiology. Available from: URL: F:\ikm\Introduction to Epidemiology3 - Google Book Search.htm
51