SAMBARAN PETIR LANGSUNG PADA SALURAN UDARA TERBUKA DENGAN KAWAT LINDUNG
Desain Saluran Udara
description
Transcript of Desain Saluran Udara
113
(7.1)
Tujuan Instruksional
Dalam bab ini dijelaskan mengenai perhitungan perencanaan system saluran udara, kerugian
tekanan pada saluran udara dan metode perhitungan pada saluran udara. Diharapkan setelah
memahami bab ini mahasiswa mampu untuk ;
1. Menghitung kerugian tekanan pada system saluran udara.
2. Menentukan ukuran saluran udara.
3. Mendesain system saluran udara menggunakan metode yang ada.
Sistem saluran udara komersil, industri, perumahan maupun bandara harus
mempertimbangkan (1) ketersediaan ruang, (2) difusi ruang udara, (3) tingkat kebisingan, (4)
kebocoran pipa, (5) beban panas dalam ducting dan kerugian yang terjadi, (6) balancing, (7)
pengendalian kebakaran, (8) biaya investasi awal, dan (9) biaya operasional
Kesalahan dalam desain saluran udara dapat menghasilkan sistem tidak baik, dan mahal
biaya operasinya. Kekurangan distribusi udara dapat menyebabkan ketidaknyamanan ; sementara
kurangnya peredam suara attenuators akan meningkatkan tingkat kebisingan.
Saluran udara yang buruk menghasilkan system yang tidak seimbang (tidak balance).
Pemasangan konstruksi ducting atau kurangnya duct sealing untuk mejaga kekedapan
menghasilkan system saluran udara yang mahal biaya operasinya. Insulasi saluran udara yang
benar dapat mengurangi kerugian panas.
7.1. Karakteristik Aliran Dalam Ducting
7.1.1. Hukum Bernoulli
Bab VII.Desain Saluran Udara
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
114
(7.2)
(7.3)
(7.4)
Dimana
v = kecepatan aliran udara lokal, m/sP = tekanan absolute, Pa (N/m2) = kerapatan udara, kg/m3
g = percepatan gravitasi, m/s2
z = selisih ketinggian, m
dengan assumsi densitas fluida dalam system adalah konstan, maka persamaan 7.1 menjadi :
Untuk analisa system saluran udara, maka persamaan 7.2 harus memperhatikan kedua section
dari system saluran udara, sehingga persamaannya menjadi :
Dimana,
V : kecepatan rata – rata aliran udara dalam ducting, m/s
pt,1-2 : kerugian tekanan total karea gesekan dan kerugian dinamis pada section 1 dan 2,
Pa.
Pada persamaan 7.3, kecepata rata – rata aliran V, menggantikan nilai v (kecepatan aliran
streamline) karena sesuai dengan percobaan untuk menghindari error yang terjadi pada aliran
streamline pada saat menghitung rv2/2. Selanjutnya pada sisi kiri persamaan 7.3 ditambahkan
pz1; dan pada sisi kanan ditambahkan pz2, dimana pz1 dan pz2 adalah tekanan atmosphere pada
ketinggian z1 dan z2. Sehingga persamaan menjadi ;,
Tekanan atmosphere pada ketinggian tertentu ( pz1 dan pz2) didapatkan dari nilai tekanan
atmosphere sebagai berikut :
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
115
(7.5)
(7.6)
(7.7a)
(7.7c)
(7.7b)
Dengan memasukan persamaan 7.5 dan 7.6 kedalam persamaan 7.4 maka didapatkan perubahan
tekanan total antara titik 1 dan titik 2. Dengan asumsi tidak ada perubahan suhu antara titik 1 dan
2 maka 1 = 2 atau = 1 = 2, sehingga persamaan menjadi
Dimana ;
ps,1 = tekanan statis pada ketinggian z1, Pa
ps,2 = tekanan statis pada ketinggian z2, Pa
V1 = kecepatan rata – rata pada titik 1, m/s
V2 = kecepatan rata – rata pada titik 2, m/s
a = massa jenis udara luar, kg/m3
= massa jenis udara atau gas dalam ducting, kg/m3
pse = tekanan karena effect grafitasi thermal, Pa
pt = perubahan tekanan total antara section 1 dan 2, Pa
pt,12 = kerugian tekanan total karena gesekan dan loses dinamik antara setion 1 dan 2, Pa
7.1.2. Head dan Tekanan
Istilah head dan tekanan seringkali digunakan secara bergantian, namun pengertian head
sebenarnya adalah ketinggian suatu fluida yang didukung oleh suatu gaya ataupun aliran fluida
tersebut, sementara tekanan adalah gaya per satuan luas. Untuk cair adalah sangat sesuai
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
116
(7.8)
(7.10)
(7.11)
(7.12)
(7.9)
penggunaan istilah head untuk fluida yang mengalir, sementara untuk udara dan gas, istilah
tekanan lebih tepat digunakan untuk mengukur tekanannya.
a. Tekanan static
Dari persamaan Bernoulli istilah p/g adalah static head; sementara p adalah static pressure.
b. Tekanan karena aliran atau kecepatan fluida
Dari persamaan Bernoulli, istilah V2/2g mengacu pada velocity head, dan istilah V2/2
adalah velocity pressure. Dari persamaan diatas nampak bahwa velocity head tidak tergantung
pada densitas, sementara velocity pressure tergantung pada densitas.
Dimanapv : velocity pressure, Pa
V : kecepatan rata – rata fluida, m/s
Untuk kondisi udara standar, = 1,20 kg/m3, maka persamaan menjadi
Sementara V dihitung dari persamaan :
dimana
Q : jumlah aliran udara, L/s
A : luas penampang ducting, mm2.
c. Tekanan Total
Tekanan total system merupakan penjumlahan dari tekanan static dan velocity pressure :
Atau
(7.13)
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
117
(7.13)
(7.14)
Dimana,
Pt : tekanan total, Pa
Ps : tekanan static, pa
Pv : velocity pressure, Pa
7.2. Analisa sistem saluran udara
Tekanan total dari system saluran udara akan berubah – ubah dikarenakan adanya gesekan,
fitting, peralatan dan efek gravitasi thermal,yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut ;
Dimana,
pi j= tekanan total untuk i-section, Pa
pij = kerugian tekanan karena gesekan untuk i-section, Pa
pij = kerugian tekanan j-fittings, termasuk efek fan (FSE), untuk i-section, Pa
pij = kerugian tekanan karena k-peralatan untuk i-section, Pa
pij = efek gravitasi thermal untuk i-section, Pa
m = jumlah fitting dalam i-section
n = jumlah peralatan dalam i-section
= jumlah cerobog dalam i-section
nup = jumlah section ducting pada sisi keluar fan (exhaust/return air subsystems)
ndn = jumlah sections ducting pada sisi masuk fan (supply air subsystems)
Dari persamaan 7.13, efek gravitasi thermal pada setiap ducting vertical dengan massa jenis udara
lebih berat dari pada masss jenis udara lingkungan di hitung dengan persamaan sebagai berikut ;
Dimana ;
pse = efek gravitasi thermal, Pa
z1 dan z2 = ketinggian dari dasar arah aliran (gambar 7.1.), m
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
118
(7.15)
a = massa jenis udara lingkungan, kg/m3
= massa jenis udara atau gas dalam ducting, kg/m3
Untuk menentukan kebutuhan tekanan total fan system saluran udara, digunakan persamaan
berikut ;
Dimana ;
Fup dan Fdn = bagian ducting pada sisi keluar dan sisi hisap dari fan
Pt = tekanan total fan, Pa
Gambar 7.2 menunjukan penggunaan persamaan 7,15. Sistem memiliki 2 supplai dan 3
return terminal yang dihubungkan dengan 9 section membentuk 6 jalur, yaitu ; 1-3-4-9-7-5, 1-3-4-
9-7-6, 1-3-4-9-8, 2-4-9-7-5,
2-4-9-7-6, and 2-4-9-8.
Gambar 7.1. Efek Gravitasi Thermal
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
119
(7.16)
Untuk menentukan kebutuhan tekanan fan, maka enam persamaan 7.16 dapat digunakan
dengan memperhatikan bahwa untuk tiap perhitungan tekanan total harus dibuat sama untuk
kesetimbangan system. Sehingga pada umumnya untuk desain system saluran udara akan diambil
jalur ducting yang paling panjang.
7.3. Perubahan Tekanan Pada Sistem Saluran Udara
Gambar 7.3. menunjukan perubahan tekanan total dan tekanan statis didalam suatu
system fan dan system ducting , dan menunjukan gradient perubahan tekanan total dan tekanan
statis dengan tekanan atmosphere sebagai tekanan referensi. Untuk ducting dengan luas
penampang yang sama, maka kerugian tekanan total dan tekanan statis akan sama, namun karena
adanya belokan, dan fitting makan tekanan akibat kecepatan akan menurun dan tekanan total
turun sementara tekanan statis akan naik, hal ini dinamakan static regain.
Gambar 7.2. Ilustrasi sistem saluran udara dengan 6 jalur dan 9 section.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
120
(7.15)
Pada converging transitions, velocity pressure naik searah dengan aliran udara dan
tekanan total absolute dan tekanan statis absolute akan turun. Sementara pada sisi keluar (titik
6), kerugian tekanan total tergantung pada bentuk dari fitting dan sifat – sifat aliran. Sementara
tekanan static dapat lebih atau kurang dari satu, jika tekanan static kurang dari satu berarti
tekanannya dibawah tekanan atmosphere, atau udara dalam ducting lebih ringan dari pada udara
luar. Tekanan static fan dapat di ketahui dari perhitungan sebagai berikut ;
Dimana
Ps = fan static pressure, Pa
Pt = fan total pressure, Pa
pv,o = fan outlet velocity pressure, Pa
Gambar 7.3. Perubahan tekanan pada aliran udara dalam ducting.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
121
(7.16)
(7.17)
7.4. Losses Pada Ducting
Kerugian pada system saluran udara (ducting) merupakan suatu proses perubahan
irreversible dari energy mekanik menjadi panas. Ada dua macam kerugian dalam ducting yaitu
kerugian gesek (friction) dan kerugian dinamis (dynamic losses).
7.4.1. Friction Losses
Kerugian gesek timbul karena adanya kekentalan dan adanya perubahan momentum antara
molekul – molekul dalam aliran laminar dengan partikel individual yang menghalangi gerakan
lapisan fluida pada kecepatan yang berbeda dalam aliran turbulen. Sehingag kerugian gesek terjadi
sepanjang saluran ducting. Untuk aliran fluida dalam ducting, kerugian gesek dapat dihitung
menggunakan rumus Darcy sebagai berikut ;
Dimana :
pf = kerugian gesekan, Pa
f = factor gesekan
L = panjang ducting, m
Dh = diameter ducting, mm
V = kecepatan aliran, m/s
= massa jenis fluida, kg/m3
Dalam aliran laminar (Reynolds numbers kurang dari 2000), maka factor gesekan hanya
merupakan fungsi dari angka Reynolds. Sementara untuk aliran turbulen, factor gesekan dapat
sebagagi fungsi dari angka Reynolds, kekasaran permukaan dan gangguan / halangan pada saluran
udara semisal ada nya filter.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
122
(7.18)
(7.19)
(7.20)
Dimana :
= factor kekasaran material, mm
Re = angka Reynolds
Kekasaran Permukaan
Suatu persamaan untuk menghitung factor kekasaran yang telah disederhanakan
olehAltshul (Altshul et al. 1975) dan Tsal, adalah sebagai berikut :
Faktor gesekan yang didapat dari persamaan Altshul-Tsal equation adalah 1.6% dari yang
didapatkan melalui persamaan Colebrook’s. Nilai angka Reynolds dapat dihitung menggunakan
persamaan ;
Dimana = viskositas kinematis, m2/s.
Untuk udara standar, Re dapat dihitung menggunakan rumus ;
Nilai kekasaran permukaan absolute dari ducting sangat ditentukan oleh material yang digunakan,
dan nilai kekasaran tersebut dapat dilihat pada table 7.1.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
123
Tabel 7.1. Factor kekasaran permukaan ducting
Friction Chart
Tahanan fluida yang ditimbulkan oleh gesekan dalam suatu ducting yang bulat dapat ditentukan
menggunakan grafik pada gambar 7.4. Pada grafik tersebut dapat kita tentukan kerugian gesekan
per panjang ducting jika diketahui diameter ducting dan kecepatan aliran dalam ducting.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
124
(7.21)
Luas Penampang Ducting
Non Circular DuctingDengan menggunakan suatu analisa momentum kita dapat menentukan hubungan antara
tegangan geser pada dinding ducting rata – rata per unit panjang ducting dengan aliran turbulen
dalam suatu bidang ducting. Dari analisa tersebut dihasilkan istilah diameter hidrolis dari ducting,
sebagai berikut ;
Dimana ;
Gambar 7.4. Perubahan tekanan pada aliran udara dalam ducting.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
125
(7.22)
(7.23)
(7.24)
(7.25)
(7.26)
Dh = diameter hidrolis, mm
A = luas penampang ducting, mm2
P = keliling lingkaran penampang ducting, mm
Ducting Persegi (Rectangular Ducting)Untuk ducting persegi (kotak) maka dapat dicari diameter equivalennnya dengan menggunakan
rumus 7.22, atau menggunakan appendix 7.2 dan selanjutnya digunakan untuk menentukan
koefisien gesekan ducting.
Dimana ;
De = diameter ekuivalen dari ducting persegi, mm
a = lebar ducting persegi, mm
b = panjang ducting persegi, mm
Flat Oval DuctingUntuk ducting dengan penampang oval, maka diameter equivalent bisa didapatkan menggunakan
rumus 7.24 sebagai berikut ;
Dimana A adalah luas penampang melintang dari ducting oval dan dirumuskan sebagai ;
Dan keliling ducting oval P dihitung sebagai berikut ;
Dimana ;
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
126
(7.27)
(7.28)
P = keliling ducting oval, mm
a = dimensi major dari ducting oval, mm
b = dimensi minor dari ducting oval, mm
7.3.2. Dynamic Losses
Kerugian dinamis timbul dari aliran yang diakibatkan adanya fitting, outlet yang mengubah bentuk,
arah dan laju aliran. Fitting termasuk elbow, transition, dan sambungan. Parameter nilai koefisien
gesekan local karena fitting tersebut dapat dihitung menggunakan table (appendix 7.3), kurva
maupun persamaan (7.27)
Local Loss Coefficient
Koefisien kerugian local C digunakan menentukan tahanan pada aliran fluida dan di tampilkan
sebagai hubungan antara ratio kerugian tekanan total terhadap tekanan kecepatan suatu titik.
where
C = koefisien kerugian local
pj = total kerugian tekanan, Pa
= massa jenis, kg/m3
V = kecepatan, m/s
pv = tekanan karena kecepatan, Pa
Sehingga untuk semua fitting kecuali sambungan, maka kerugian tekanan total nya dapat dihitung
menggunakan rumus ;
Nilai Co dapat dilihat pada appendix 7.3.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
127
(7.29)
Duct Sectional Losses
Kerugian tekanan total dalam satu section ducting dihitung dengan menggunakan rumus Darcy –
Weisbach sebagai berikut ;
Dimana ;
C adalah total losses koefisien ducting sepanjang section ducting.
7.5. Desain Sistem Saluran Udara
7.5.1. Pertimbangan Desain
Tujuan dari sistem saluran udara adalah untuk mengalirkan sejumlah udara melalui tiap
outlet kedalam suatu ruangan yang dikondisikan pada tekanan total yang telah ditentukan. Hal ini
bertujuan untuk menjamin bahwa beban udara ruangan yang diserap dan aliran udara yang baik
dapat dicapai. Metode yang digunakan untuk menentukan lay out ducting dan ukuran ducting
harus menghasilkan suatu sistem saluran udara yang tidak bising dan mampu mengalirkan udara
dengan baik ke setiap ruangan. Tingkat kebisingan yang rendah biasanya dicapai dengan
kecepatan aliran yang rendah, sementara kecepatan aliran udara yang tinggi cenderung untuk
menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat dikurangi dengan menggunakan material yang
lebih halus, menggunakan peredam kebisingan, dan menghindari perubahan (penyempitan) yang
mendadak pada ducting.
Ducting harus bebas dari kebocoran dimana kebocoran bisa berasal dari kekurang
kedapan ataupun kondensasi udara dingin, untuk itu seal dan insulasi adalah sangat penting untuk
dipasang pada ducting guna mencegah kebocoran ini. Selain itu ducting juga harus
mempertimbangkan aspek keselamatan dan bahaya kebakaran. Secara otomatis biasanya sistem
saluran udara memiliki hubungan dengan sistem pemadam kebakaran, dimana jika terjadi
kebakaran maka sistem saluran udara secara otomati harus menutup dan menghentikan suplly
udara ke dalam ruangan.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
128
7.5.2. Konstruksi Ducting
Maximum Pressure Difference
Sistem saluran udara dibedakan berdasarkan perbedaan tekanan maksimum antara udara
didalam ducting dengan udara luar (atmosphere). Biasanya untuk system saluran udara di gedung,
tekanannya adalah kurang dari 750 Pa. Namun pada umumnya aplikasi tekanan system saluran
udara dapat dibedakan menjadi 3, yaitu tekanan rendah, tekanan menengah dan tekanan tinggi.
Untuk tekanan rendah biasanya digunakan pada gedung – gedung komersial maupun kantor,
tekanannya kurang dari 500 Pa, dengan kecepatan aliran udara sekitar 12 m/s. Untuk tekanan
sedang berkisar antara 500 Pa sampai dengan 1500 Pa, dengan kecepatan aliran udara sekitar 17,5
m/s. Untuk system saluran udara di Industri, dimana seringkali digunakan ventilasi mekanik dan
untuk mengontrol polusi digunakan system saluran udara dengan tekanan yang lebih tinggi dari
1500 Pa.
Material Ducting
Underwriters Laboratory (UL) mengklasifikasikan system saluran udara berdasarkan
kemampuan materialnya untuk mudah terbakar dan menjalar serta menghasilkan asap, untuk itu
UL membaginya menjadi 3 kelas ;
Class 0. Ducting tahan api, tidak bisa terbakar dan tidak menghasilkan asap.
Class 1. Ducting bisa terbakar namun tidak lebih dari 25% dan tidak berlanjut.
Class 2. Suatu ducting bisa terbakar dengan kecepatan 50% dan rate asap yang dihasilkan diberi
nilai 100.
Sementara untuk bentuk ducting bisa dibedakan menjadi ducting persegi (kotak), ducting bulat,
ducting oval dan ducting fleksible sebagaimana di tunjukan pada gambar 7.5.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
129
7.5.3. Prosedur Desain
Prosedur untuk merencanaan suatu sistem saluran udara secara umum bisa dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pelajari layout gedung atau ruangan yang akan dipasangi saluran udara, rencanakan
system suplai dan ekhaust untuk mendapatkan distribusi udara untuk tiap ruangan dengan
memperhitungkan jumla udara yang dibutuhkan untuk ruangan termasuk untuk
mengatasi beban panas dan kebocoran. Tentukan jumlah suplai (inlet) dan ekhaust
(outlet) yang dibutuhkan sesuia dengan tekanan yang dibutuhkan.
2. Pilih ukuran outlet sesuai dengan yang ada di pasaran.
3. Pilih system saluran udara, hubungan inlet dan outlet yang telah ditentukan posisi nya
dengan system saluran udara tersebut, gunakan saluran udara tipe bulat jika
memungkinkan.
Gambar 7.5 Berbagai tipe bentuk ducting, (a). Kotak, (b). bulat, (c). oval,dan (d). Ducting fleksible
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
130
4. Bagi system saluran udara dalam section, tentukan suplai dan ekhaust terminal, fitting,
dan komponen – komponen ducting yang lain (contoh : gambar 7.7 dan 7.8)
5. Tentukan ukuran ducting dengan menggunakan metode desain yang tepat. Hitung
tekanan total dari system, dan pilih fan.
6. Gambar layout system saluran udara dengan detail, jika ducting dan fitting berubah hitung
kembali kerugian tekanan total dan pilih kembali fan.
7. Sesuaikan ukuran ducting untuk memenuhi criteria balancing.
8. Analisa ducting yang sudah direncanakan terhadap noise.
7.5.4. Metode Desain Saluran Udara
Desain saluran udara (ducting) adalah untuk menentukan dimensi masing – masing section
pada saluran udara. Setelah setiap section ditentukan ukurannya maka tekanan total dari system
saluran udara dapat dihitung dan tekanan suplai dari fan dapat ditentukan dari kerugian tekanan
total dalam system pengkondisian udara. Ada 4 metode desain system saluran udara yang sering
kali digunakan, yaitu :
1. Metode gesekan sama dengan kecepatan maksimum (Equal-friction method with
maximum velocity)
2. Metode kecepatan konstan (Constant-velocity method)
3. Static regain method
4. T method
1. Metode gesekan sama dengan kecepatan maksimum (equal friction method with
maximum velocity)
Pada metode gesekan sama ini, ducting ditentukan ukurannya sedemikian rupa sehingga
kerugian gesekan per satuan panjang ducting untuk tiap section adalah sama / konstan. Setelah
dihitung/dipilih dimensi akhir dari ducting biasanya akan diambil ke pendekatan yang ada sesuai
dengan ukuran ducting standard. Kerugian total tekanan dari system ducting pt sama dengan
jumlah dari kerugian gesek dan kerugian dinamis pada berbagai section sepanjang system ducting
yang kritis (biasanya diambil system ducting yang paling panjang).
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
131
(7.30)
(7.31)
(7.32)
Dimana ;
L1, L2, . . . , Ln panjang ducting pada section 1, 2, . . . , n, (m)
Le1, Le2, . . . , Len panjang equivalent fitting pada section 1, 2, . . . , n, (m)
Jika kerugian dinamis dari suatu fitting saluran udara sama dengan kerugian gesek dari suatu
ducting dengan panjang equivalent Le, dalam m, maka ;
Dan panjang equivalent dapat dicari sebagai berikut ;
Pemilihan pf,u biasanya berdasarkan pengalaman, misalnya untuk system tekanan rendah
digunakan nilai sebesar0.82 Pa / m. Dan kecepatan maksimum aliran udara dalam ducting
digunakan sebagai pembatas. Metode gesekan sama ini biasanya tidak optimal dalam biaya, dan
damper seringkali diperlukan untuk membuat system balance. Dan karena perhitungan yang
digunakan cukup sederhana, system ini banyak digunakan untuk mendesain system saluran udara
yang kecil.
2. Metode kecepatan konstan (constant velocity method)
Metode kecepatan konstan seringkali digunakan pada system saluran udara buang
(exhaust system) yang membuang partikel emsisi keluar ruangan, jadi aplikasi pada system
pengkondisian udara pada industry. Pertama – tama dari metode ini adalah menentukan minimum
kecepatan aliran udara pada masing – masing section ducting dengan mengacu pada partikel yang
harus dibuang (semakin berat partikel, semakin besar kecepatan / tekanan yang dibutuhkan)
sesuai dengan pengalaman ataupun data yang ada. Berdasarkan kecepatan ini, maka luas
penampang ducting dan dimensi ducting dapat ditentukan. Kerugian tekanan total dari system
ducting pt (Pa) dapat dihitung sebagai berikut :
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
132
(7.33)
Dimana
v1, v2, . . . , vn adalah kecepatan rata –rata aliran udara pada ducting section 1, 2, . . . , n, (m/ s)
C1, C2, . . . , Cn adalah koefisien gesekan local pada section 1, 2, . . . , n,
Nilai K = 5.35 x 105 for I-P unit (1 for SI unit)
3. Static regain method
Pada metode ini ukuran ducting didesain sedemikian rupa sehingga kenaikan tekanan
static (static region) akibat penurunan kecepatan didalam cabang utama setelah masing – masing
cabang keluar mendekati / hamper sama dengan kerugian tekanan section ducting sepanjang
cabang utama secara berututan. Akibatnya, tekanan statis dari ujung ducting akan sama dengan
tekanan pada section sebelumnya.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
133
(7.34)
(7.36)
(7.37)
(7.38)
Sebagai contoh, suatu ection dari ducting persegi pada titik 1 – 2 ditunjukan pada gambar.
Ukuran dari ducting ini ditentukan sehingga v1 dan v2 kecepatan rata – rata pada bidang 1 dan 2,
dan V1 dan V2 adalah laju aliran vlume, dan A1 and A2 luas penampang melintang. Kerugian
tekanan total pada section 1 – 2 terdiri atas kerugian gesekan pf1-2 dan kerugian dinamik pada
aliran yang melewati diverging tee p1c,s. Hubungan antara tekanan total pada bidang 1 dan 2
dapat dituliskan sebagai berikut :
Karena pt = ps+ pv , dan densitas udara 1 dan 2 diabaikan maka pf1-2 = pf,u.L1-2. Disini L1-2
menunjukan panjang ducting pada section 1 – 2. Jika tekanan static pada bidang 1 dan 2 sama,
maka ps1 = ps2, sehingga:
Jika v adalah kecepatan aliran udara dalam m/sm dan pf,u dalam Pa per meter, dan adalah 1,20
kg/m3, dan gc adalah 9,81 kg.m/s2. Maka kecepatan rata – rata aliran udara pada ducting dengan
ukuran tertentu adalah :
Untuk setiap section ducting pada bidang n – 1 dan n, jika kerugian koefisien total pada fitting
adalah cn, dan koefisien kerugian adalah C(n-1)c,s maka kecepatan aliran pada ducting tersebut ;
0,5
2( 1) , 1 ,1
1
n c s n f u n
nn
C v p Lv
C
Karena nilai vn-1, Ln, dan Cn diketahui, maka dengan menggunakan metode iterasi, vn dapat
ditentukan, sehingga dimensi dari ducting dapat ditentukan. Dengan metode static regain ini ada
suatu kecenderungan untuk menghasilkan tekanan static pada tiap section, cabang maupun fitting
dari system saluran udara sama, sehingga system juga akan cenderung lebih balance.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
134
4. T – method
T – method diaplikasikan berdasarkan ide tree staging sehingga dinamakan sebagai T
method. Tujuan dari methode ini adalah untuk mengoptimasikan ratio antara kecepata pada
setiap section saluran udara. T method ini terdiri dari prosedure sebagai berikut ;
a. System condensing, menyederhanakan berbagai section ducting menjadi satu sistem yang
lebih sederhana dengan karakteristik hidrolik yang sama.
b. Fan selection, pemilihan fan untuk mendapatkan tekanan yang optimum.
c. Ekpansi system - mengembangkan section ducting menjadi sistem seperti sebelumnya
dengan distribusi kerugian tekanan total yang optimum pada berbagai section ducting.
T – method dapat digunakan untuk menentukan dengan pasti kerugian tekanan total pada cabang
ducting. Namun begitu, koefisien kerugian total yang bervariasi pada saat iterasi juga harus
dipertimbangkan pada saat optimasi.
7.5.5. Contoh Perencanaan Saluran Udara
1. Dari gambar 7.7 dan 7.8 tentukan ukuran ducting menggunakan metode equal friction, dengan
tekanan balance karena perubahan ukuran ducting adalah 10 mm. Tentukan tekanan total
system. Volume aliran udara digunakan untuk mengatasi beban panas, ducting kedap (asumsi
tidak ada kebocoran), galvanized dengan sambungan 1200 mm (factor kekasaran = 0,09 mm).
Massa jenis udara 1,204 kg/m3. Suplai system berbentuk ducting kotak, sementara return
system berbentuk bulat.
Penyelesaian.
Perhatikan gambar 7.7. dimana ducting telah diberi nomor sesuai section – section. Masing –
masing ukuran dari section ditentukan dari grafik gesekan. Tabel 2 dan table 3 menunjukan
ringkasan hasil perhitungan kerugian tekanan total dan koefisien losses sesuai section. Untuk
ducting lurus, kerugian tekanan total dari system dihitung menggunakan rumus 7.16 dan 7.17.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
135
Gambar 7.7. Skematik system saluran udara untuk contoh 1.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
136
Gambar 7.8.Penyederhanaa Skematik system saluran udara untukcontoh 1 (gambar 7.7) dilengkapi dengan nomor section
Gambar 7.9.Gradient tekanan total pada system saluran udara contoh 1.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
137
Tabel 2. Kerugian Tekanan total pada system saluran udara contoh 1.
Tabel 3. Losses coefficient system saluran udara contoh 1.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
138
Tabel 3.(lanjutan) Losses coefficient system saluran udara contoh 1.
Sistem Saluran Udara Bab VII. Desain Saluran Udara
139
Dari grafik tekanan pada gambar 7.9 didapatkan bahwa tekanan total dari sistem adalah 679 Pa.Sehingga tekanan static fan dihitung menggunakan persamaan 7.15 dan didapatkan ;
Ps = 679 – 119 = 560 Pa