DESAIN KRITERIA BUSHING FIX(Revisi)
-
Upload
rintoko-setyo-wibowo -
Category
Documents
-
view
716 -
download
15
Transcript of DESAIN KRITERIA BUSHING FIX(Revisi)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bushing merupakan suatu komponen kritikal yang terdapat pada peralatan
tenaga listrik seperti trafo tenaga, CT ataupun PT. Kerusakan bushing dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan dimana bushing itu terpasang. Hal ini
juga akan berdampak pada kerugian secara ekonomi karena proses bisnis
terhenti.
Pada saat ini PLN P3B Jawa-Bali menggunakan 2 tipe impregnasi bushing
yaitu Oil Impregnated Paper bushing untuk trafo konvensional dan Resin
Impregnated Paper bushing untuk trafo GIS.
Data jumlah trafo konvensional dan GIS yang terpasang di PLN P3B Jawa
Bali [1] adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Jumlah trafo terpasang di PLN P3B JB
Ratio Tegangan Trafo
Jumlah fasa
Trafo Konvensiona
lTrafo GIS
500/150 1 20 10 3 5
150/70 3 58 3150/30/20 3 7
150/30 3 2 150/20 3 413 128150/7,5 3 3 70/30 3 2 70/25 3 1 70/20 3 116 170/6 3 8 1
70/30/6 3 8 70/20/6 3 1
30/6 3 1 20/12 3 2
Jumlah 647 143
1
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diketahui jumlah bushing
yang terpasang adalah :
Tabel 1.2 Jumlah bushing terpasang di PLN P3B-JB
Level Tegangan
Jumlah Unit
Persentase (%)
OIP RIP
JumlahPersentase
(%)Jumlah
Persentase (%)
500 kV 45 1.0 35 0.8 10 0.2150 kV 1887 40.4 1484 32.0 403 8.770 kV 597 13.0 582 12.6 15 0.330 kV 60 0.7 60 1.3 0 0.025 kV 3 0.6 3 0.1 0 0.020 kV 1990 42.8 1603 34.6 387 8.3
< 20 kV 54 1.5 51 1.1 3 0.1Total 4636 100.0 3818 82.4 818 17.6
381882%
81818%
Perbandingan jumlah bushing OIP dan RIP yang terpasang
OIPRIP
Gambar 1.1 Perbandingan persentase jumlah bushing OIP dan RIP
Dari perbandingan di atas terlihat bahwa populasi bushing OIP lebih banyak
dibanding bushing RIP. Berdasarkan data Global Report dari FOIS (Forced
Outage Information System) dan laporan gangguan dari rentang waktu
antara tahun 2004-2009 tercatat 22 gangguan bushing tipe OIP.
Berdasarkan data tersebut dapat dicari nilai failure rate dengan perhitungan:
Failure Rate = Jumlah Gangguan = 22 = 3,67
Periode 6
Jadi, rata-rata terjadi 4 gangguan/tahun.
2
B. RUANG LINGKUP
1. Telaahan staf ini hanya membahas pemakaian bushing tipe oil
impregnated paper pada trafo tenaga, karena populasi tipe ini paling
banyak serta failure rate cukup tinggi.
2. Dalam telaahan staf ini bushing failure belum dapat dikategorikan
sebagai sebab atau akibat dari trafo failure dikarenakan keterbatasan
rincian laporan gangguan yang ada dari FOIS sehingga perspektif
permasalahan hanya dari satu sisi yaitu bushing failure.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Telaahan staf ini bertujuan untuk membuat:
1. FMEA dan FMECA dari bushing trafo tenaga yang terjadi di PLN akhir-
akhir ini.
2. Desain kriteria bushing trafo tenaga sesuai kebutuhan dan kondisi
lingkungan di PLN P3B Jawa Bali.
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penulisan telaah staf ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
masalah, tujuan pembahasan, dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bagian ini berisi tentang bushing meliputi definisi bushing, tipe
bushing, dan standar-standar dalam pembuatan desain kriteria
bushing. Bagian ini juga menunjukkan bagian – bagian dari
bushing.
BAB 3 PEMBAHASAN
Bagian ini memuat hasil analisa FMEA, FMECA, serta desain
kriteria untuk bushing.
BAB 4 PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian akhir dari penulisan telaah staf yang
berisi kesimpulan akhir penulis serta saran – saran yang bisa
diambil untuk menekan angka kerusakan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI NORMATIF
Bushing merupakan peralatan yang memungkinkan satu atau beberapa
konduktor untuk melewati penyekat seperti tangki dan dinding, serta
menginsulasi konduktor dari penyekat tersebut [2]
Bushing dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :
1. Tipe kapasitor/kondenser
Bushing dengan konduktor lapisan silinder disusun secara coaxial
dengan konduktor didalam material insulasi.
Gambar 2.1. Konstruksi konduktor di dalam material insulasi
Bushing kondenser dapat dikelompokkan menjadi 3 macam:
a. Oil impregnated paper
b. Resin impregnated paper
c. Resin bonded paper
2. Tipe non-kondenser
Bushing tipe non-kondenser terdiri dari konduktor, lapisan gabungan dari
isolasi padat dan cair, dan material lain. Bushing non-kondenser dapat dikelompokkan menjadi 3 macam :
Solid Alternate layer of solid and liquid insulation Gas filled
4
Gambar 2.2. Non-condenser bushing
B. OIL IMPREGNATED PAPER BUSHING
OIP merupakan bushing dengan inti konduktor yang dibelit media isolasi
kertas, dengan pemasangan tertentu, sehingga memiliki lapisan kapasitansi
di antara konduktor (bagian yang bertegangan), dan ground flange (bagian
yang tidak bertegangan), serta diimpregnasi dengan cairan isolasi yang
biasanya menggunakan minyak trafo [2].
1. Spesifikasi Umum[2]
a. Temperatur maksimum konduktor yang bersentuhan dengan isolasi
- Temperatur maksimum : 105o C (Class A)
- Kenaikan temperatur maksimum : 75 K
(di atas temperatur udara sekitar)
b. Temperatur maksimum udara di sekitar : 30o C
(Rata-rata dalam 1 hari)
c. Nilai maksimum tan
- Pada 1,05 Um/√3 : 0,007
- Kenaikan antara 1,05 Um/√3 - Um : 0,001
d. Partial Discharge maksimal yang terukur pada
- Um : 10 pC
- 1,5 Um/√3 : 10 pC
- 1,05 Um/√3 dan 1,1 Um/√3 Um : 5 pC
2. Kelebihan
Kemampuan dari cairan dielektrik (minyak) untuk kembali normal dari
partial discharge intensitas kecil.
Harga relatif lebih murah.
3. Kekurangan
Posisi pada saat operasi terbatas, untuk posisi horizontal (>30o)
membutuhkan desain khusus.
Minyak yang bocor dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
5
Resiko terjadi kerusakan pada saat transportasi (untuk material
isolator porcelain).
C. PENGUJIAN DAN MONIITORING BUSHING
Macam-macam pengujian dan monitoring dalam pemeliharaan umum bushing adalah sebagai berikut [5] :
1. Pengujian power factor (tan delta)
Fungsi
Untuk mengetahui nilai kapasitansi dan disipasi faktor bushing.
Metoda
a. Grounded Speciment Test (GST)
b. Ungrounded Speciment Test (UST)
c. Hot Collar Test
Kondisi tidak wajar
a. Jika dari data historical pengujian mengindikasikan kenaikan
nilai disipasi faktor, maka bushing telah mengalami deteriosasi.
b. Nilai kapasitansi >5% nilai kapasitansi asli dari pabrikan.
2. Pengujian Minyak
Fungsi
Untuk mengetahui kualitas minyak bushing.
Metoda
a. DGA (Dissolve Gas Analyzes)
b. Oil Quality
Kondisi tidak wajar
a. Jumlah kandungan gas dari tiap gas yang diukur melebihi batas
yang ditentukan.
b. Karakteristik minyak masuk dalam kategori kondisi jelek
berdasarkan standar [4].
3. Thermographic Scanning
Fungsi
Untuk mengetahui nilai suhu pada tiap bagian bushing.
Metoda
- Thermovisi
6
Kondisi tidak wajar
a. Hotspot
b. Korona
BAB III
PEMBAHASAN
A. DATA GANGGUAN
Klasifikasi jenis gangguan pada bushing berdasarkan Global Report dari
FOIS (Forced Outage Information System) dan laporan gangguan :
1. Isolator pecah/retak
2. Overheat atau hotspot pada konduktor
3. Arus beban lebih
4. Minyak bocor/rembes
5. Kerusakan pada seal
6. Lead konduktor putus
Pecah
/Reta
k
Overh
eat/
Hotspot
Arus b
eban
lebih
Minyak R
embes/
Bocor
Kerusak
an Se
al
Lead
Rusak0246
Gangguan Bushing
Jenis Gangguan
Jum
lah
Gang
guan
Gambar 3.1 Jumlah dan persentase gangguan bushing [1].
B. ANALISA GANGGUAN
Dalam menganalisa gangguan yang terjadi perlu dibuat failure path dari
masing-masing kejadian. Data yang digunakan dalam analisa ini adalah
gabungan data yang didapat dari laporan gangguan, dan data Global Report
dari FOIS dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.
7
Baut tidak kencang
Panas
Aging
Terkontaminasi
Material seal rusak
Minyak rembes /bocor
Bushing Meledak
Flashover
Kekuatan dielektrik menurun
Isolasi kertas rusak
Dapat menyebabkan kebakaran jika ada pemicu api
Volume minyak berkurang
Porcelain retak /pecahBeban Mekanik
Gangguan AlamBushing Breakdown
(Isolasi rusak)Dampak kerusakan peralatan lain
1. Kerusakan Seal (4 kejadian) & Minyak Rembes/Bocor (2 kejadian)
Gambar 3.2 Failure Path pada Lapisan Isolasi Bushing
Berdasarkan Gambar 3.2 , fungsi isolasi rusak akibat kerusakan material
seal pada tiap sambungan. Kerusakan material seal ini dapat disebabkan
oleh 3 hal yaitu baut yang tidak kencang pada sambungan, aging seal
karena usia, atau karena panas akibat arus beban lebih yang
menyebabkan accelerated aging pada seal.
Ada suatu kasus dimana seal yang rusak pada bushing adalah seal pada
kaca penduga indikator level minyak. Indikator level minyak yang ada
pada bushing ini adalah tipe prismatic yang berupa kaca penduga yang
dipasang dengan seal dan dibaut.
2. Isolator Porcelain pecah (5 kejadian)
Gambar 3.3 Failure Path pada Isolator Bushing Porcelain
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dianalisa bahwa breakdown bushing
dapat terjadi karena kerusakan material isolator. Hal ini disebabkan,
isolator dengan material porcelain merupakan bahan yang dapat pecah
akibat beban mekanik. Beban mekanik dapat berupa gangguan alam
8
Material stud (Al) mengelas material center rod (Cu)LocalizeOverheat pada sambungan center rod dan stud
Hotspot pada Klem
Overheat pada sambungan windingLead ke winding trafo rusak
Perbedaan material stud dan center rod
Perbedaan material klem dan baut klem
Perbedaan material klem dan stud
Arus beban lebih
Klem tidak sempurnaBaut tidak kencang
Pemasangan stud tidak sempurna
atau dampak kerusakan peralatan lain yang memberikan tekanan
mekanik ke isolator.
3. Overheat\Hotspot (6 kejadian), Arus Beban Lebih (1 kejadian), & Lead
Rusak (1 kejadian)
Gambar 3.4 Failure Path pada Konduktor Bushing
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat diketahui bahwa overheat dapat terjadi
pada :
a. Center rod dengan stud
Terdapat kasus dimana stud berbahan aluminium, mengelas center
rod yang berbahan tembaga. Dari analisa diketahui ada perbedaan
titik muai antara aluminium dan tembaga. Hal ini menyebabkan timbul
celah pada saat proses pemuaian dan penyusutan, sehingga terjadi
localize overheat. Ini juga bisa dikarenakan lapisan bimetal yang
kurang berfungsi dengan baik pada sambungan antara stud dan
center rod.
b. Lead bushing dengan winding
Overheat dapat terjadi karena arus beban lebih. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan sambungan antara lead bushing dengan
winding trafo.
9
c. Stud bushing dengan klem
Dari hasil thermovisi ditemukan hotspot pada klem bushing. Ini bisa
dikarenakan perbedaan material klem dan baut klem, atau karena
baut pada klem yang tidak kencang, akibat pemasangan yang kurang
kencang atau beban mekanik.
C. FMEA & FMECA
FMEA (Failure Mode Effects Analyzes) adalah sebuah metodologi untuk
menganalisa kemungkinan potensi kegagalan sistem yang terjadi dan
mencari akar dari permasalahan sehingga dapat dilakukan pencegahan
terhadap masalah yang lebih besar [6]. FMEA digunakan untuk membuat
daftar dari jenis kegagalan yang mungkin terjadi, menentukan efek dan
resiko kegagalan tersebut pada sistem, dan menentukan langkah untuk
mencegah kegagalan tersebut. Langkah dalam mencegah kegagalan dapat
juga dilakukan dengan memperbaiki desain kriteria dari komponen di dalam
sistem itu.
FMECA (Failure Mode Effects and Criticallity Analyzes) didefinisikan sebagai
prosedur yang dilakukan setelah menemukan hasil analisa efek kegagalan
untuk mengelompokkan tiap efek potensi kegagalan berdasarkan dampak
kerusakan yang ditimbulkan dan kemungkinan terjadinya [6].
Berdasarkan data gangguan dapat diketahui frekuensi dari gangguan yang
terjadi. Berdasarkan dampak yang ditimbulkan dapat dikategorikan menurut :
- Safety : Dampak yang ditimbulkan pada keselamatan personil
- System : Dampak yang ditimbulkan pada keandalan sistem
- Environment : Dampak yang ditimbulkan pada lingkungan sekitar
- Cost : Dampak yang ditimbulkan pada kerugian materiil
Dari hasil FMECA dapat diklasifikasikan tingkat kekritisan peralatan
berdasarkan tiap sub-sistem. FMECA juga berguna untuk melakukan
prioritas monitoring parameter penyebab kegagalan.
.
10
Failure Mode Effects Analyzes
Tabel 3.1 Pembagian sub-sistem bushing berdasarkan fungsi
SISTEM FUNGSI KEGAGALAN FUNGSI SUB SISTEM FUNGSI KEGAGALAN FUNGSI
BUSHING
Menghubungkan kumparan trafo dengan jaringan
listrik
Tidak dapat menghubungkan
kumparan trafo dengan jaringan listrik
ISOLASIMengisolasi bagian yang bertegangan dari ground
Tidak mampu mengisolasi bagian yang bertegangan
KONDUKTORMenyalurkan tegangan dari jaringan luar menuju ke winding trafo
Tidak dapat menyalurkan tegangan dari jaringan luar menuju ke winding trafo
Tabel 3.2 FMEA Bushing Oil Impregnated Paper
END RESULT ROOT OF CAUSE SUBSYSTEMDEVIATED SITUATION
EFFECTPROPOSED ACTION
MONITORING DESIGN
Hotspot klemmaterial baut klem dan
klem tidak samaKonduktor Baut klem kendor
Timbul panas berlebih pada satu titik yaitu klem bushing
yang berpotensi menyebabkan sambungan lead bushing dan
konduktor putus
Thermovisi Standarisasi material klem baut dan baut
Sambungan lead winding dengan bushing putus
Arus beban lebih Konduktor OverheatPutusnya sambungan lead ke winding dapat menyebabkan
kerusakan pada trafoThermovisi
Material stud mengelas center rod
Perbedaan material stud dan center rod
Konduktor Localize Overheat
Timbul panas berlebih pada satu titik yaitu sambungan
center rod dan stud bushing yang berpotensi menyebabkan
accelerated aging pada seal
ThermovisiPenggunaan material yang sama antara stud dan
center rod
11
END RESULT ROOT OF CAUSE SUBSYSTEMDEVIATED SITUATION
EFFECTPROPOSED ACTION
MONITORING DESIGN
Isolator bushing pecah Beban mekanik Isolasi
Gangguan alam
Bushing breakdown Pemakaian isolator dengan bahan yang memiliki
ketahanan mekanik tinggi (silicone rubber)Dampak kerusakan peralatan lain
Seal rusak
Panas Isolasi Arus beban lebih
Seal yang rusak dapat menjadi jalan masuk kontaminasi dari luar yang berakibat kekuatan
dielektrik isolasi menurun
Thermovisi
Baut tidak kencangIsolasi
Pemasangan baut tidak kencang
Pengecekan kekencangan baut
secara berkala
Isolasi Getaran trafo
Aging Isolasi Seal getasPenggantian seal bushing secara
berkala
Flashover
Kertas lapuk (rusak/cacat) Isolasi Terkontaminasi air
Bushing breakdown
Pengujian Dielectric Response Analyzer
Creepage distance tidak terpenuhi
Isolasi Polutan pada isolatorPembersihan isolator
bushing secara berkala
Pemilihan creepage distance yang sesuai dengan environment
Tegangan lebih (> BIL) Isolasi Sambaran petir Pemilihan BIL bushing > BIL Trafo
Minyak bushing rembes/bocor
Seal rusak Isolasivolume minyak
berkurangkekuatan dielektrik minyak
menurunthermovisi
Nilai kapasitansi tidak sesuai
Kesalahan pemasangan kertas pada saat produksi
Isolasi Kapasitansi berubahNilai kapasitansi lebih besar dari 5% nilai kapasitansi asli
Pengujian tan delta dan kapasitansi
Harus dilengkapi test tap/voltage tap
12
Failure Mode Effect and Criticality Analyzes
Tabel 3.3 FMECA Bushing Oil Impregnated Paper
SUB-SUB SYSTEM
FAILURE MODEJUMLAH
KERUSAKANFREKUENSI EFFECT
WEIGHT% SCORE SAFETY SYSTEM ENVIRONMENT COST
Isolator bushing Retak/ Pecah 5 26.32 4 2 5 2 5 400Minyak bushing Rembes / bocor 5 26.32 4 1 1 2 1 8
Isolasi kertasIsolasi kertas rusak / cacat
1 5.26 3 1 5 1 5 75
Sambungan lead ke jaringan luar
Hotspot pada klem 4 21.05 4 1 4 1 2 32Overheat 2 10.53 4 1 5 1 3 60
Sambungan lead dengan winding
trafo
Sambungan lead dengan winding trafo putus
1 5.26 3 1 5 1 3 45
Arus beban lebih 1 5.26 3 1 5 1 3 45Total 19 100.00 665
Keterangan :
POINTFREQUENCY
S (Safety)SYS (System)
E (Environment)C (Cost)
(%) (minutes) (million)1 >0.1 No Personal Safety Impact No System Impact No Environment Impact <12 0.1 - 1 Impact on Personal Around Transformer < 30 Impact on Environment 1 - 103 1 - 10 Impact on Personal in Switchgear 30 - 120 (Short Time) 10 - 504 10 - 50 Impact on Personal Around Switchgear 120 - 480 (Long Time) 50-2005 50 - 100 Impact on Personal Outside Switchgear Total out of operation 200 -5006 500 - 10007 1000 - 30008 > 3000
Berdasarkan hasil FMECA, didapatkan bahwa seal merupakan komponen kritis pada sub-sistem isolasi bushing, dan perbedaan
material merupakan hal kritis pada sub sistem konduktor bushing.
13
D. DESAIN KRITERIA BUSHING
1. Material isolator luar
Berdasarkan FMEA pada subsistem isolasi, isolator dengan bahan
keramik (porcelain) akan retak atau pecah jika terkena beban mekanik.
Baik yang berupa gangguan alam maupun, maupun karena dampak
kerusakan peralatan lain. Pecahan dari keramik itu sendiri, dapat
merusak peralatan lain, dan melukai orang di sekitar bushing.
Diusulkan isolator luar bushing dengan bahan silicone rubber untuk
daerah rawan gempa seperti Tasikmalaya, Yogyakarta dan daerah
daerah yang dekat dengan pesisir.
Keuntungan silicone rubber :
- Memiliki ketahanan tinggi terhadap beban mekanik
- Air yang jatuh pada permukaan isolator tetap menjadi droplet dan
tidak membentuk continuous film, karena bersifat hydrophobic
- Apabila terjadi ledakan tidak akan pecah,
- Arus bocor lebih rendah <1 mA sedangkan porcelain ±10mA
Kerugian
- Mahal (selisih harga sebesar 90 %)
2. Material untuk center rod, stud dan klem
- Material stud diusulkan dengan bahan tembaga, sehingga sama
dengan material center rod. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
localize overheat, yang dikarenakan perbedaan titik muai, apabila
stud memakai bahan aluminium.
Tabel 3.3 Perbandingan sifat kimia Aluminium dan Tembaga [7,8].
Copper AluminiumLambang Kimia Cu AlKepadatan 8.94 g/cm3 2.70 g/cm3
Titik Leleh 1357.77 K (1084.62 °C) 933.47 K (660.32 °C)
Panas peleburan 13.26 kJ/mol 10.71 kJ/molKetahanan Elektrik (20 °C) 16.78 nΩ·m (20 °C) 28.2 nΩ·m
Konduktifitas thermal (300 K) 401 W/m.K (300 K) 237 W/m.K
Ekspansi thermal (muai) (25 °C) 16.5 µm/m.K (25 °C) 23.1 µm/m.K
14
- Pada klem bushing perlu distandarisasi agar baut yang terpasang
pada klem memiliki jenis material yang sama dengan material klem.
- Pada sambungan antara stud dan klem menggunakan lapisan
bimetal. Dapat juga digunakan material klem dengan bahan bimetal.
3. Jenis / tipe Oil Indicator Level
Oil level indicator menggunakan tipe magnetic joint, yaitu indikator yang
dalam penunjukkan level minyak menggunakan magnet yang terhubung
dengan sistem pelampung di dalam kepala bushing.
Oil level indicator tipe magnetic joint dapat mengurangi peluang
kebocoran seal bushing yang terjadi, karena dengan sistem magnet
maka tidak memerlukan sambungan yang membutuhkan seal seperti
pada oil level indicator tipe prismatic.
(a) (b)
Gambar 3.5 Indikator level minyak (a) Tipe Prismatic (b) Tipe Magnetic Joint
15
4. Creepage distance sesuai kebutuhan
Pemilihan creepage distance harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dimana bushing dipasang di wilayah PLN P3B Jawa Bali.
Level Polusi Contoh Lingkungan(mm/kV)
I Ringan 16
Daerah tanpa industri dan memiliki kepadatan rendah dari rumah yang memakai pemanasDaerah dengan kepadatan industri rendah tetapi sering terkena angin atau hujan
Daerah pegunungan
Daerah pertanianSemua daerah yang terletak setidaknya 10-20 km dari laut dan tidak terkena angin laut secara langsung
IISedan
g20
Daerah industri yang tidak menghasilkan polusi asap pembakaran dan/atau dengan tingkat kepadatan sedang dari rumah yang memakai pemanas
Daerah dengan kepadatan rumah dan industri yang tinggi tapi sering terkena angin dan hujan
Daerah yang terkena angin laut tapi tidak terlalu dekat dengan pantai (setidaknya berjarak beberapa kilometer)
III Berat 25Daerah dengan kepadatan industri dan penduduk tinggi dari kota besar dengan kepadatan tinggi dari pemanas yang menghasilkan polusi
Daerah yang dekat laut atau terkena angin laut yang relatif kuat
IVSangat Berat
31
Daerah tingkat moderat, terkena debu-debu konduktif dan asap industri yang menghasilkan endapan konduktif
Daerah tingkat moderat, sangat dekat ke laut, dan terkena angin laut yang sangat kencang dan mengandung polusiDaerah gurun, yang dikarakteristik dengan tidak adanya hujan dalam waktu yang lama, terkena angin laut yang mengandung pasir dan garam, dan terkena kondensasi regular
Tabel 3.4 Standar Creepage Distance [3].
Apabila ada tujuan untuk mengantisipasi agar bushing dapat dipakai di
daerah manapun, maka cukup bushing spare saja yang diberi nilai
creepage distance maksimal.
BAB IV
16
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan FMEA yang telah dibuat hal-hal yang dapat disimpulkan
adalah :
a. Isolator porcelain tidak memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
beban mekanik.
b. Perbedaan material dari stud dan center rod dapat mengakibatkan
localize overheat pada sambungan stud dan center rod.
c. Perbedaan material dari klem dan baut klem, serta klem dan stud
dapat menimbulkan hotspot pada klem.
d. Kerusakan pada seal dapat mengakibatkan penurunan kekuatan
dielektrik bushing.
2. Berdasarkan FMECA yang telah dibuat, komponen kritis pada bushing
trafo tenaga di PLN P3B Jawa-Bali adalah:
a. Isolator (porcelain)
b. Seal
c. Material stud dan klem bushing.
B. SARAN
17
1. Berdasarkan FMEA yang telah dibuat, dapat dilakukan monitoring dan
treatment sebagai berikut :
a. Pengecekan hotspot pada bushing, menggunakan thermovisi.
b. Pengecekan kekencangan baut pada tiap sambungan seal secara
berkala.
c. Penggantian seal bushing secara berkala, dengan memprediksi
usia aging seal.
d. Pembersihan isolator luar secara berkala.
2. Berdasarkan desain kriteria yang telah dibuat, hal - hal yang
direkomendasikan adalah :
a. Isolator luar berbahan silicone rubber untuk daerah rawan gempa.
b. Penggunaan material yang sama untuk stud dan center rod.
c. Penggunaan material bimetal untuk sambungan klem dan stud.
d. Penggunaan oil level indicator tipe magnetic joint.
e. Pemilihan creepage distance yang sesuai dengan environment.
3. Sebagai sarana penunjang dalam menganalisa dan mengevalusasi
desain kriteria yang lebih baru, pendataan laporan gangguan yang lebih
lengkap akan sangat membantu.
C. DAFTAR PUSTAKA
18
1. SE-060 TW 03
2. “Insulated Bushings for Alternating Voltage above 1000 V”, IEC 60137,
Edition 6.0 2008-07
3. “Guide for the selection of insulators in respect of polluted conditions”,
IEC 60815, First Edition 1986
4. “Mineral insulating oils in electrical equipment - Supervision and
maintenance guide”, IEC 60422, Third Edition, 2005-10
5. “Testing And Maintenance of HV Bushing”, Dennis A. Schurman,
February 1999
6. “FMEA-FMECA”, Bernhard Huber, Management Center Innsbruck, 2005
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Copper 8. http://en.wikipedia.org/wiki/Aluminium
19