DESAIN JALUR INTERPRETASI EKOWISATA HUTAN …digilib.unila.ac.id/55276/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of DESAIN JALUR INTERPRETASI EKOWISATA HUTAN …digilib.unila.ac.id/55276/3/SKRIPSI TANPA BAB...
DESAIN JALUR INTERPRETASI EKOWISATA HUTAN MANGROVEDI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI
KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNGTIMUR
(Skripsi)
Oleh
Dendy Prasetyo
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
Dendy Prasetyo
ABSTRACT
DESIGN OF ECOTOURISM INTERPRETATION PATH OF MANGROVEFOREST IN LAMPUNG MANGROVE CENTER MARGASARI VILLAGE
OF EAST LAMPUNG REGENCY
By
Dendy Prasetyo
Lampung is one of Indonesian province which has mangrove forest. One of them
is mangrove forest in Margasari Village, Labuhan Maringgai District, East
Lampung Regency, which is known as LMC. LMC potentially become
ecotursim. One of supporting aspects is description about tourism area which is
presented in map. Based on that matter, this research is done with purpose to
know the ecotourism potency which can be seen by the tourism and make tourism
track design by observation method and literature study which is done on April
2017 in mangrove forest, LMc. The result of the research showed that LMC area
is classified in to 2 tracks, long track and short track.long track has one education
coast which be taken for 8 hours. Mean while short track has 6 tracks, education
mangrove track, economy creative track, scenery track, traditional catching tool
track, birdwatching track, and recreation to PGN island , it can be taken in 1-2,5
hours.
Dendy PrasetyoKeywords : Ecotourism, Line Design, Mangrove Forest, Margasari Village.
ABSTRAK
DESAIN JALUR INTERPRETASI EKOWISATA HUTAN MANGROVEDI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Dendy Prasetyo
Lampung adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki hutan mangrove.
Salah satunya hutan mangrove di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Kabupaten Lampung Timur yang lebih terkenal dengan Lampung
Mangrove Center (LMC). LMC berpotensi untuk dijadikan ekowisata. Salah satu
aspek pendukung dalam ekowisata adalah deskripsi mengenai area wisata yang
disajikan dalam bentuk peta. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan
yang bertujuan untuk mengetahui potensi ekowisata yang dapat dilihat wisatawan
dan membuat desain jalur ekowisata dengan metode observasi dan studi literatur
yang dilaksanakan pada bulan April 2017 di hutan mangrove, LMC. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wilayah LMC diklasifikasikan menjadi dua jalur,
yaitu jalur panjang dan jalur pendek. Pada jalur panjang terdapat satu jalur
pendidikan pesisir pantai yang dapat ditempuh selama delapan jam sedangkan
pada jalur pendek terdapat enam jalur yaitu jalur pendidikan mangrove, jalur
Dendy Prasetyoekonomi kreatif, jalur pemandangan alam, jalur alat tangkap tradisional, jalur
pengamatan burung (birdwatching) dan jalur rekreasi ke Pulau PGN dengan
waktu tempuh 1 -2,5 jam.
Kata kunci : Desa Margasari, Desain jalur , Ekowisata, Hutan Mangrove.
DESAIN JALUR INTERPRETASI EKOWISATA HUTAN MANGROVE
DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI
KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Oleh
DENDY PRASETYO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Bismillahirohmannirrohiim, penulis dilahirkan di Desa Sebarus
Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 10
Juli 1995. Penulis merupakan putra kedua dari Bapak Edy Suryadi
dan Ibu Alm. Syofyawanti. Jenjang Pendidikan dimulai pada tahun
2001 di SD Negeri Sebarus dan selesai pada tahun 2007, melanjutkan pendidikan
di SMPN 1 Liwa dan selesai pada tahun 2010. Melanjutkan pendidikan di SMA
Swasta YP Unila dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis diterima
dan terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Tahun 2016 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama ± 60 hari di
Desa Margajaya Kecamatan Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang dan
melakukan Praktek Umum selama ± 40 hari di RPH Pejaten BKPH Purworejo
KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Jawa Tengah.
Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas terselesaikan penulisan skripsi ini,kupersembahkan karya kecilku ini pada kedua orang tua serta kakak dan adikku yang
selalu memberikan yang terbaik untukku, terima kasih atas segala do’a, ketulusan,kesabaran, semangat dan motivasi yang tiada henti agar skripsi ini terselesaikan.
ii
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Desain jalur interpretasi ekowisata hutan mangrove di
Lampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Arief Darmawan, M.Sc., selaku pembimbing utama atas kesediaan
memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., selaku pembimbing kedua
atas kesediaan memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Gunardi D Winarno., M.Si., selaku penguji utama atas saran-
saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi.
iii
6. Bapak Warsono, Ph.D. selaku ketua LPPM yang telah memberikan izin
melakukan penelitian di Lampung Mangrove Center Desa Margasari.
7. Bapak Nanang selaku sekretaris Desa Margasari yang telah memberikan izin
melakukan kegiatan penelitian.
8. Bapak Subag selaku ketua Pamswakarsa yang telah memberikan waktunya
untuk mendampingi kegiatan penelitian di Desa Margasari.
9. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan kepada saya.
10. Kepada orang tua saya Bapak Edy Suryadi, M.Pd, dan Alm. Ibu Syofyawanti,
S.Pd, yang selalu mendukung saya selama ini, memberikan kasih sayang,
semangat, motivasi, dan doa.
11. Kepada kakak saya Kiki Syafdi Gustama, S.IP, serta adik-adik saya Dandy
Prasetya, S.Pd, dan Nevky Emiraj Saputra yang telah memberi motivasi,
semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi.
12. Keluarga besar Kehutanan angkatan2013 (FOCUS’13) atas kebersamaan,
serta dukungan dalam proses perkulihan hingga penyelesaian skripsi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam bidang kehutanan dan dalam bidang
yang jauh lebih luas lagi.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Dendy Prasetyo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1A. Latar Belakang ................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4E. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6A. Lampung Mangrove Center (LMC) ................................................. 6B. Interpretasi....................................................................................... 7C. Pendidikan Lingkungan .................................................................. 8D. Ekowisata ........................................................................................ 10
1. Prinsip Konservasi ..................................................................... 122. Prinsip Partisipasi Masyarakat ................................................... 133. Prinsip Ekonomi......................................................................... 144. Prinsip Edukasi .......................................................................... 155. Prinsip Wisata ............................................................................ 16
E. Desain Ekowisata ............................................................................ 18F. Pemetaan ......................................................................................... 18G. Sistem Informasi Geografis............................................................. 19
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 20A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 20B. Alat dan Objek Penelitian ............................................................... 21C. Batasan Penelitian ........................................................................... 21D. Jenis Data ........................................................................................ 21E. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 22F. Penentuan Jumlah Sampel Wawancara........................................... 23G. Analisis Data ................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 24A. Hasil Penelitian ............................................................................... 24
1. Potensi Ekowisata di Lampung Mangrove Center
Halaman
v
(LMC) Desa Margsari ................................................................. 242. Persepsi Masyarakat Terhadap Ekowisata di Lampung
Mangrove Center (LMC) Desa Margasari .................................. 31a. Individu Kunci (Key Person) ................................................. 31b. Wisatawan .............................................................................. 33
3. Desain Ekowisata ....................................................................... 34B. Pembahasan..................................................................................... 35
1. Potensi Ekowisata di Lampung Mangrove Center(LMC) Desa Margasari ............................................................... 35a. Birdwarching ......................................................................... 35b. Penanaman mangrove ............................................................ 37c. Melihat Ikan Gelodok (Periophthalmus argentilineatus)...... 38d. Sero ........................................................................................ 40e. Bubu....................................................................................... 42f. Pulau PGN ............................................................................. 44g. Ekonomi kreatif ..................................................................... 46h. Kuliner seafood...................................................................... 47i. Rumah Baca Desa Margasari................................................. 49j. Aktivitas memancing ............................................................ 50k. Homestay (tempat menginap) ................................................ 51l. Tempat pelelangan ikan dan tambak udang........................... 53m. Sunset dan sunrise.................................................................. 57n. Mangrove walk ...................................................................... 58
2. Persepsi mengenai potensi ekowisata di Lampung MangroveCenter (LMC) Desa Margasari ................................................... 59a. Persepsi Ekowisata Menurut Individu Kunci di Desa
Margasari ............................................................................... 59b. Persepsi ekowisata di Lampung Mangrove Center (LMC)
menurut wisatawan mencangkup masyarakat umumdan mahasiswa........................................................................ 61
3. Desain ekowisata........................................................................ 63a. Jalur panjang ........................................................................... 63
a.1. Jalur pendidikan pesisir pantai......................................... 64b. Jalur Pendek............................................................................ 67
b.1. Jalur pendidikan mangrove.............................................. 67b.2. Jalur ekonomi kreatif ...................................................... 70b.3. Jalur pemandangan alam................................................. 73b.4. Jalur alat tangkap tradisional .......................................... 76b.5. Jalur pengamatan burung/birdwatching.......................... 79b.6. Jalur rekreasi ke Pulau PGN ........................................... 82
4. Hambatan pengelolaan ekowisata Desain ekowisata ................. 84
V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 87A. Simpulan ........................................................................................ 87B. Saran............................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 89
Halaman
vi
LAMPIRAN .............................................................................................. 95
Kuesioner .................................................................................................... 95
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Potensi ekowisata di Lampung Mangrove Center Desa Margasari
yang diakses dengan berjalan kaki ....................................................... 25
2. Potensi ekowisata di Lampung Mangrove Center Desa Margasariyang diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua/roda empat .. 27
3. Potensi ekowisata di Lampung Mangrove Center Desa Margasariyang diakses dengan menggunakan perahu.......................................... 29
4. Persepsi individu kunci terhadap ekowisata di Lampung MangroveCenter Desa Margasari ........................................................................ 31
5. Persepsi wisatawan terhadap ekowisata di Lampung Mangrove CenterDesa Margasari .................................................................................... 33
6. Daftar jalur ekowisata hutan mangrove di Lampung Mangrove CenterDesa Margasari .................................................................................... 34
7. Jarak dari dari suatu objek ekowisata menuju ke objek ekowisatalainnya melalui jalur pendidikan pesisir pantai ................................... 71
8. Jarak dari dari suatu objek ekowisata menuju ke objek ekowisatalainnya melalui jalur pendidikan mangrove ......................................... 74
9. Jarak dari dari suatu objek ekowisata menuju ke objek ekowisatalainnya melalui jalur ekonomi kreatif .................................................. 78
10. Jarak dari dari suatu objek ekowisata menuju ke objek ekowisatalainnya melalui jalur pengamatan burung/birdwatching .................... 80
11. Jarak dari dari suatu objek ekowisata menuju ke objek ekowisatalainnya melalui Jalur rekreasi ke Pulau PGN...................................... 83
Gambar Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka Pemikiran pada Penelitian Desain Jalur Interpretasi
Ekowisata Hutan Mangrove di Lampung Mangrove Center DesaMargasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten LampungTimur.................................................................................................. 5
2. Lokasi Penelitian Desain Jalur Interpretasi Ekowisata Hutan Mangrove diLampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur. ................................................. 20
3. Lokasi Kegiatan Birdwatching Jalur Laut di Lampung Mangrove CenterDesa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten LampungTimur. ................................................................................................. 37
4. Keadaan Lokasi Penanaman Mangrove di Desa Margasari DesaMargasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.... 38
5. Ikan Gelodok (Periophthalmus Argentilineatus) di LampungMangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur ............................................................... 40
6. Sero Milik Masyarakat Desa Margasari Terletak di Pinggir PantaiDesa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai KabupatenLampung Timur ................................................................................... 42
7. Alat Tangkap Bubu yang telah diangkat Kepermukaan di Desa MargasariKecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. .................. 43
8. Alat Tangkap Bubu yang Tampak dari Permukaan Laut di Desa MargasariKecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur ..................... 43
9. Keadaan Gubuk/Tempat Singgah Para Nelayan di Lampung MangroveCenter Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai KabupatenLampung Timur ..................................................................................... 44
10. Keadaan Vegetasi di Pulau PGN Lampung Mangrove Center DesaMargasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur...... 45
Gambar Halaman
ix
11. Keadaan Pinggir Pantai Pulau PGN Lampung Mangrove Center DesaMargasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur...... 46
12. Salah satu Hasil Kegiatan Ekonomi Kreatif yaitu Pembuatan Terasi Udangdi Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten LampungTimur .................................................................................................... 47
13. Kuliner Seafood Buatan Rumah yang ada di Desa Margasari KecamatanLabuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur....................................... 48
14. Rumah Baca yang Berada di Desa Margasari Sebagai Penunjang AktivitasEkowisata .............................................................................................. 50
15. Aktivitas Memancing Ikan Laut yang dilakukan Warga di DekatPelelangan Ikan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 51
16. Homestay Milik Pak Subag di Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 52
17. Homestay Milik Pak Yani di Lampung Mangrove Center Desa MargasariKecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur ..................... 54
18. Pelelangan Ikan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 55
19. Pemandangan yang disajikan ketika Wisatawan Melihat AktivitasPemanenan Udang di Tambak Udang Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 56
20. Sunset di Tambak Udang Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 57
21. Aktivitas Mangrove Walk di Lampung Mangrove Center Desa MargasariKecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur ..................... 58
22. Wawancara Mendalam dengan Pak Subag Selaku Ketua KelompokNelayan dan Ketua Kelompok Margajaya Desa Margasari ....................... 61
23. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Pendidikan Pesisir Pantai diLampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 66
24. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Pendidikan Mangrove di LampungMangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 69
Gambar Halaman
x
25. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Ekonomi Kreatif di LampungMangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 72
26. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Pemandangan Alam di LampungMangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan MaringgaiKabupaten Lampung Timur..................................................................... 75
27. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Alat Tangkap Tradisional diLampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 78
28. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Alat Tangkap Tradisional diLampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 81
29. Peta Jalur Interpretasi Ekowisata Jalur Rekreasi Ke Pulau PGN diLampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur .................................................... 83
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara mega biodiversity dunia yang memiliki keanekaragaman
hayati paling tinggi setelah brasil, dengan keunikan, keaslian dan keindahan
alamnya (Indrawan dkk., 2007). Salah satu keberagaman ekosistem hutan di
Indonesia yaitu adanya hutan mangrove. Hutan mangrove banyak tersebar di
pesisir pantai Indonesia.
Lampung merupakan provinsi yang memiliki luasan hutan mangrove terkecil ke
tiga di Pulau Sumatera. Luasan hutan mangrove terbesar dimiliki oleh Provinsi
Riau kemudian disusul oleh Sumatera Selatan, sedangkan luasan hutan mangrove
terkecil dimiliki oleh Provinsi Bengkulu kemudian Sumatera Barat dan Lampung.
Hutan Mangrove di Lampung berada di sepanjang 896 km dari total panjang
pantai sepanjang 1.105 km (Watala, 2012). Salah satu ekosistem hutan mangrove
di Lampung berada di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur dengan luasan area 700 ha, telah mengalami peningkatan luas
117,59 ha sejak 2010 sampai 2013 (Yuliasamaya dkk, 2014; Cesario dkk, 2015 ;
Harianto dkk, 2015; Dewi dkk, 2016).
2Lampung Mangrove Center merupakan hutan mangrove yang terletak di pesisir
pantai di Kabupaten Lampung Timur. Tujuan didirikannya Lampung Mangrove
Center adalah untuk menjadi learning site sistem tata kelola wilayah pesisir secara
terpadu serta menjadi permodelan pengelolaan mangrove berskala nasional. Saat
ini, ekowisata telah menjadi alternatif pariwisata yang digemari masyarakat
karena menawarkan keindahan dan pendidikan lingkungan.
Ekowisata merupakan suatu perjalanan untuk memenuhi rasa keingintahuan
(curiousity), mengagumi (astonishing), menciptakan saling pengertian
(understanding), tentang sistem ekologi keindahan alam (natural beauty), warisan
budaya (culture heritage), adat istiadat masyarakat setempat (custom and
traditions), serta menghargai dan mengakui keberadaannya (appreciate).
Hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan
pariwisata yaitu ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup (Soebagyo, 2012).
Salah satu dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi adalah,
kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara. Menurut Soebagyo
(2012), pada tahun 2011 perolehan devisa dari pariwisata diperkirakan mencapai
USD 8.5 miliar, naik 11.8 % dibandingkan tahun 2010.
Dampak pariwisata dari segi sosial yaitu dapat memberikan kesempatan antara
pengunjung dan masyarakat setempat untuk saling mengenal kebudayaan masing-
masing dalam batas-batas tertentu, selain itu memberikan kesempatan untuk
mengenal sikap dasar yang dimiliki dalam pergaulan. Pariwisata dilihat dari segi
budaya yaitu wisatawan pada umumnya lebih menikmati budaya yang asli, khas,
tradisional. Hal ini merangsang masyarakat setempat untuk memelihara keaslian
3budaya untuk dipamerkan kepada wisatawan (Surwiyanta, 2003). Pariwisata
dilihat dari segi lingkungan yaitu kegiatan wisata khususnya ekowisata sangat pro
dan ramah lingkungan karena dilandasi atas rasa kepedulian terhadap lingkungan
(Parma, 2010).
Aspek pendukung ekowisata yang sangat penting adalah deskripsi mengenai area
wisata yang disajikan dalam bentuk peta. Keberadaan peta tracking wisata yang
terdapat disuatu wilayah akan memudahkan pengunjung untuk mengakses tempat
wisata tersebut. Peta jalur ekowisata dibuat dengan penguasaan teknik pemetaan
wisata alam dengan Sistem Informasi Geografis. Jalur ekowisata di Lampung
Mangrove Center perlu dipetakan dengan baik sehingga penelitian ini perlu untuk
dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja potensi wisata yang dapat wisatawan lihat ketika berkunjung di
Lampung Mangrove Center ?
2. Bagaimana persepsi individu kunci dan wisatawan mengenai ekowisata di
Lampung Mangrove Center ?
3. Bagaimana desain jalur interpretasi ekowisata di Lampung Mangrove Center ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian kali ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan potensi wisata di Lampung Mangrove Center
42. Menganalisis persepsi individu kunci dan wisatawan tentang ekowisata di
Lampung Mangrove Center
3. Membuat desain jalur interpretasi ekowisata di Lampung Mangrove Center
D. Manfaat Penelitian
Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi Jalur
interpretasi ekowisata bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Lampung
Mangrove Center (LMC).
E. Kerangka Pemikiran
Ekosistem hutan mangrove seluas 815 hektar di Lampung Mangrove Center
(LMC) Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur adalah sumberdaya milik bersama (Common Pool Resources). Potensi
yang ada di LMC, salah satunya adalah potensi ekowisata. Suatu kawasan
ekowisata dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan sarana dan
prasarana yang mendukung untuk kegiatan berwisata. Salah satu pendukung
kegiatan tersebut adalah adanya desain interpretasi jalur ekowisata di Lampung
Mangrove Center yang dimaksudkan untuk memudahkan para wisatawan untuk
mengunjungi tempat-tempat menarik di Lampung Mangrove Center. Desain jalur
interpretasi ekowisata dapat diketahui dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis yang didukung wawancara kepada individu kunci dan wisatawan.
Penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan memudahkan wisatawan mengetahui
potensi wisata serta memudahkan wisatawan dalam untuk mengunjungi objek
5wisata tersebut dengan adanya peta interpretasi jalur ekowisata. Bagan alir
kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran pada Penelitian Desain Jalur InterpretasiEkowisata Hutan Mangrove di Lampung Mangrove Center DesaMargasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten LampungTimur.
Lampung MangroveCenter (LMC)
Desa Margasari
Desain jalur interpretasiekowisata
Sistem InformasiGeografis (SIG)
Survei Studi literatur
Analisis data
Penentuan jalur interpretasiekowisata
Desain jalur intrepretasiekowisata LMC
Titk koordinatwaypoints jalur
interpretasi ekowisata
- Kondisi umum- Infrastruktur- Dokumentasi- kuesioner
Pemetaan jalurinterpretasi wisata
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lampung Mangrove Center (LMC)
Hutan mangrove merupakan salah satu formasi hutan yang habitatnya berada di
perbatasan daratan dan lautan. Hutan tersebut sebagian besar berada pada
kawasan lindung (Kustanti dkk., 2014). FAO (2007), mendeskripsikan bahwa
luas mangrove di seluruh dunia hanya mencapai 15,2 juta hektar atau tidak sampai
1% dari luas keseluruhan hutan global. Luas keseluruhan mangrove tersebut,
hampir setengahnya ada di Indonesia, Australia, Brazil, Nigeria dan Meksiko.
Mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir di
sebagian wilayah di Indonesia. Potensi ekonomi mangrove diperoleh dari tiga
sumber utama yaitu hasil hutan, perikanan estuari dan pantai (perairan dangkal),
serta wisata alam (Dewi dkk., 2016).
Berdasarkan informasi dari Wetlands (2009), Lampung merupakan provinsi yang
memiliki luasan hutan mangrove ketiga terkecil di Sumatera. Hutan Mangrove di
Lampung berada di sepanjang 896 km dari total panjang pantai sepanjang 1.105
km (Watala, 2012). Keberadaan hutan mangrove yang menutupi sekitar 81%
pantai Lampung ini dapat memberikan berbagai manfaat, di antaranya sebagai
stabilitator kondisi pantai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, sebagai
7sumber keanekaragaman biota akuatik dan non akuatik dan sebagai sumber bahan
yang dapat di konsumsi masyarakat.
Keberadaan hutan mangrove dapat memberikan banyak manfaat, baik secara fisik,
biologis, maupun ekonomi namun, pemanfaatan yang berlebihan (khususnya
pemanfaatan ekonomi) oleh masyarakat dapat menyebabkan kerusakan ekosistem
mangrove (Yuliasamaya dkk., 2014). Menurut Watala (2012), kerusakan
ekosistem mangrove disebabkan oleh adanya pembukaan kawasan untuk
dijadikan lahan tambak udang, kerusakan tersebut mencapai 48%. Atlas
Sumberdaya memuat wilayah pesisir Lampung (Wiryawan dkk., 1999), kawasan
pesisir sepanjang pantai Lampung Timur yang tidak termasuk Taman Nasional
Way Kambas (TNWK), hampir seluruh bagiannya telah diubah dari rawa-rawa
dan hutan mangrove menjadi lahan pertanian padi dan tambak udang windu.
Tambak-tambak tersebut di antaranya terdiri atas sebagian besar tambak
tradisional, dan sisanya adalah tambak semi-intensif dan intensif. Konversi lahan
tersebut diawali dari pinggir pantai, kemudian dilanjutkan dengan konversi lahan
yang menuju ke arah daratan.
B. Interpretasi
Interpretasi menurut Muntasib (2003), merupakan suatu kegiatan bina cinta alam
khusus ditujukan kepada pengunjung kawasan konservasi alam dan merupakan
kombinasi dari enam hal yaitu, pelayanan informasi, pelayanan pemanduan,
pendidikan, hiburan dan inspirasi serta promosi. Menurut Sukara dkk (2014),
menyatakan bahwa interpertasi alam adalah suatu seni dalam memberikan
8penjelasan tentang suatu kawasan wisata alam kepada pengunjung sehingga dapat
memberikan inspirasi, menggugah pemikiran untuk mengetahui, menyadari,
mendidik dan bila mungkin menarik minat pengunjung untuk ikut melakukan
konservasi, karena cara paling baik bagi masyarakat umum untuk mempelajari
kawasan yang dilindungi adalah melihatnya sendiri (Mackinnon dkk., 1994).
Tujuan interpretasi adalah sebagai berikut.
1. Membimbing pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi dan
pemahaman yang lebih tajam mengenai area yang dikunjunginya.
2. Mencapai tujuan manajemen
a. Interpretasi dapat mendorong penggunaan sumberdaya rekreasi secara
bijaksana oleh pengunjung, membantu memperkuat gagasan bahwa
kawasan rekreasi tersebut merupakan tempat khusus yang menuntut prilaku
khusus.
b. Interpretasi dapat digunakan untuk meminimalkan dampak manusia
terhadap sumberdaya dengan beragam cara.
3. meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai tujuan dan sasaran suatu
lembaga.
C. Pendidikan lingkungan
Pendidikan lingkungan hidup merupakan usaha melestarikan lingkungan dengan
mengajarkanya pada sekolah secara formal. Pendidikan lingkungan hidup
bukanlah suatu bidang studi yang berdiri sendiri. Namun, dapat diintegrasikan
kedalam suatu bidang studi di sekolah (Afandi, 2013). Perkembangan ilmu
9pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak negatif terhadap prilaku
manusia.
Kerusakan lingkungan masih mengakibatkan kerugian perikehidupan masyarakat,
tidak hanya dari sisi ekonomi namun, juga hingga merenggut jiwa manusia.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh ulah
manusia (Maarif, 2012). Oleh karena itu, tujuan jangka panjang dari pendikan
lingkungan hidup adalah megembangkan warga negara yang memiliki
pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan masalah yang saling berkaitan,
menumbuhkan kesadaran secara efektif dalam tindakan menuju pembangunan
masa depan yang lebih baik, dapat dihuni dan membangkitkan motivasi untuk
mengerjakannya (Stapp dkk., 1970).
Tujuan pendidikan lingkungan dapat dijabarkan menjadi enam kelompok, yaitu.
1. Kesadaran, yaitu memberi dorongan kepada setiap individu untuk
memperoleh kesadaran dan kepekaan terhadap lngkungan dan masalahnya.
2. Pengetahuan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh berbagai
pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan masalahnya.
3. Sikap, yaitu membantu setiap individu untuk meperoleh seperangkat nilai dan
kemampuan mendapatkan pilihan yang tepat, serta mengembangkan perasaan
yang peka terhadap lingkungan dan memberikan motivasi untuk berperan
serta secara aktif di dalam peningkatan dan perlindungan lingkungan.
4. Keterampilan, yaitu membantu setiap individu untuk memperoleh
keterampilan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah lingkungan.
105. Partisipasi, yaitu memberikan motivasi kepada setiap individu untuk berperan
serta secara aktif dalam pemecahan masalah lingkungan.
6. Evaluasi, yaitu mendorong setiap individu agar memiliki kemampuan
mengevaluasi pengetahuan ligkungan ditinjau dari segi ekologi, sosial,
ekonomi, politik dan faktor pendidikan (Adisendjaja, 1988).
D. Ekowisata
Pariwisata mulai dilirik sebagai salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi
perkembangan wilayah di skala global. Seiring dengan perkembangannya muncul
konsep ekowisata (Tanaya dan Rudiarto, 2014). Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar dalam pengembangan ekowisata kawasan hutan tropika yang tersebar
di kepulauan yang sangat menjanjikan untuk ekowisata dan wisata khusus (Flamin
dan Asnaryati, 2013). Salah satu pengelolaan hutan yang diyakini oleh para
pakar pembangunan maupun konservasi mampu memberikan manfaat ekonomi,
budaya dan sosial secara berkelanjutan adalah pengembangan ekowisata.
Menurut Latupapua (2007), ekowisata merupakan konsep dan istilah yang
menghubungkan pariwisata dengan konservasi, ekowisata sering dipahami
sebagai pariwisata berwawasan lingkungan, jenis wisata ini merupakan salah satu
bentuk pariwisata alternatif yang menonjolkan tangung jawab terhadap
lingkungan. Apabila banyak wisatawan yang datang pada objek wisata daerah
tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
tersebut (Ferdinan dkk., 2012).
11Ekowisata adalah suatu kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan yang umumnya dilakukan pada daerah yang masih alami (Nugraha
dkk., 2015). TIES (1990), mendefinisikan ekowisata adalah perjalanan
bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Dowling
(1996), dalam Hill dan Gale (2009), menyatakan bahwa ekowisata dapat dilihat
berdasarkan keterkaitannya dengan 5 elemen inti, yaitu bersifat alami,
berkelanjutan secara ekologis, lingkungannya bersifat edukatif, menguntungkan
masyarakat lokal, dan menciptakan kepuasan wisatawan. Berdasarkan definisi-
definisi dari berbagai tokoh, Fennell (2015), kemudian merangkum pengertian
ekowisata sebagai sebuah bentuk berkelanjutan dari wisata berbasis sumberdaya
alam yang fokus utamanya adalah pada pengalaman dan pembelajaran mengenai
alam, yang dikelola dengan meminimalisir dampak, non-konsumtif, dan
berorientasi lokal (kontrol, keuntungan dan skala).
Butcher (2007), menyatakan bahwa ekowisata merupakan bentuk perjalanan
menuju kawasan yang masih alami yang bertujuan untuk memahami budaya dan
sejarah alami dari lingkungannya, menjaga integritas ekosistem, sambil
menciptakan kesempatan ekonomi untuk membuat sumber daya konservasi dan
alam tersebut menguntungkan bagi masyarakat lokal. Terlihat jelas bahwa perlu
adanya keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat lokal, sehingga ekowisata
harus dapat menjadi alat yang potensial untuk memperbaiki perilaku sosial
masyarakat untuk tujuan konservasi lingkungan (Buckley, 2003).
12Secara sederhana konsep ekowisata menghubungkan antara perjalanan wisata
alam yang memiliki visi dan misi konservasi dan kecintaan lingkungan (Satria,
2009). Secara konseptual ekowisata menekankan pada prinsip dasar sebagai
berikut yang terintergrasi.
1. Prinsip Konservasi
Pengembangan ekowisata harus mampu memelihara, melindungi dan atau
berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam. Memiliki kepedulian,
tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya,
melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi
berkelanjutan.
a. Prinsip konservasi alam
Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam
serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis. Kriteria konservasi alam
antara lain.
1. Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui
zonasi.
2. Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung
lingkungan daerah tujuan.
3. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam
dan budaya.
4. Memanfaatkan sumber daya secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan
ekowisata.
135. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah
lingkungan.
6. Mengelola usaha secara sehat.
b. Prinsip konservasi budaya
Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat
Setempat. Kriteria Konservasi Budaya antara lain.
1. Menerapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha
ekowisata.
2. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainnya (multi stakeholders)
dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha
ekowisata.
3. Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari
tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai
langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata.
4. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat
setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata.
2. Prinsip Partisipasi Masyarakat
Pengembangan partisipasi masyarakat harus didasarkan atas musyawarah dan
persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai sosial budaya
dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat di sekitar kawasan
dengan kriteria sebagai berikut.
14a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan
ekowisata.
b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses
perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan
ekowisata.
d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak
pengembangan ekowisata.
e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan
ekowisata.
f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang
terlibat (multi- stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata.
g. Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan
pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
3. Prinsip Ekonomi
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat
setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk
memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan
pembangunan yang berimbang (balance development) antara kebutuhan
pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Pengembangan ekowisata
juga harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat
setempat dan berkelanjutan dengan kriteria sebagai berikut.
15a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha
ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara
aktif maupun pasif.
b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk
kesejahteraan penduduk setempat.
c. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang
berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
d. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Prinsip Edukasi
Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah
sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan
komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata juga harus
meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan
sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi
pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait dengan kriteria sebagai
berikut.
a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata.
b. Memanfaatkan dan mengoptimalkan pengetahuan tradisional berbasis
pelestarian alam dan budaya serta nilai-nilai yang dikandung dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sebagai nilai tambah.
c. Mengoptimalkan peran masyarakat sebagai interpreter lokal dari produk
ekowisata.
16d. Memberikan pengalaman yang berkualitas dan bernilai bagi pengunjung.
e. Dikemas ke dalam bentuk dan teknik penyampaian yang komunikatif dan
inovatif.
5. Prinsip Wisata
Pengembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada
pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selain itu,
pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan
memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung dengan
kriteria sebagai berikut.
a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata.
b. Membuat Standar Prosedur Operasi (SPO) untuk pelaksanaan kegiatan di
lapangan.
c. Menyediakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pengunjung,
kondisi setempat dan mengoptimalkan kandungan material lokal.
d. Memprioritaskan kebersihan dan kesehatan dalam segala bentuk pelayanan,
baik fasilitas maupun jasa.
e. Memberikan kemudahan pelayanan jasa dan informasi yang benar.
f. Memprioritaskan keramahan dalam setiap pelayanan.
Page dan Dowling (2002), meringkas konsep dasar ekowisata menjadi lima
prinsip inti. Mereka termasuk yang berbasis alam, berkelanjutan secara
ekologis,lingkungan edukatif, dan lokal wisatawan bermanfaat dan menghasilkan
kepuasan.
17a) Nature based (berbasis alam)
Pengembangan ekowisata didasarkan pada lingkungan alam dengan fokus pada
lingkungan biologi, fisik dan budaya.
b) Ecologically sustainable (berkelanjutan secara ekologis)
Ekowisata dapat memberikan acuan terhadap pariwisata secara keseluruhan dan
dapat membuat ekologi yang berkesinambungan.
c) Environmentally educative (pendidikan lingkungan)
Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan atau perilaku
seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen
terhadap pelestarian lingkungan.
d) Locally beneficial (manfaat bagi masyarakat lokal)
Pengembangan ekowisata harus dapat menciptakan keuntungan yang nyata
bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah
dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai
sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar
kawasan.
e) Generates tourist satisfaction (menghasilkan kepuasan wisatawan)
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan kepuasan pengalaman
kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
Oleh karena itu, diperlukan pengembangan dari pariwisata massal menuju
pariwisata alternatif yang merupakan cara bijak dalam pelaksanaan pariwisata
berkelanjutan (Parma, 2010).
18E. Desain Ekowisata
Perencanaan sumberdaya alam secara terpadu diartikan sebagai suatu upaya
secara bertahap dan terprogram untuk mencapai tingkat pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang
mungkin timbul (Dahuri dkk., 2001). Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan
pemanfaatan optimal adalah suatu cara pemanfaatan Mangrove yang dapat
menghasilkan keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat sekitar.
Lampung Mangrove Center memiliki jalur wisata yang cukup menarik dimana
akses wisata bisa ditempuh melalui jalur darat dan jalur laut. Dengan potensi
yang dimiliki alternatif jalur interpretasi ekowisata jadi beragam dan menarik.
F. Pemetaan
Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang
terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-
tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan dimengerti.
Peranan peta sebagai landasan pekerjaan pengukuran adalah sangat penting.
Dalam rangka kegiatan teknik sipil, maka peta yang seksama adalah merupakan
data dasar yang harus tersedia agar dapat dilakukan perencanaan (plan) serta
pembuatan rencana teknis/rekayasa (design) (Sendow dan Jefferson, 2012).
19G. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis adalah salah satu sistem informasi yang dibahas
dalam ilmu komputer, yang dalam pengintegrasiannya SIG merangkul dan
mempresentasikan sistem informasi lainnya. SIG menggunakan teknologi
komputer untuk mengintegrasikan, memanipulasi dan menampilkan informasi
atau karakteristik yang ada disuatu area geografi. SIG juga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan yang lebih baik (Sumaja , 2013). Sedangkan,
menurut Rice (2000), SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi
dipermukaan bumi.
Sistem informasi geografis merupakan sebuah sistem yang terdiri dari software
dan hardware, data dan pengguna serta institusi untuk menyimpan data yang
berhubungan dengan semua fenomena yang ada dimuka bumi. Data yang berupa
detail fakta, kondisi dan informasi disimpan dalam suatu basis data dan akan
digunakan untuk berbagai macam keperluan analisis, manipulasi, penyajian dan
sebagainya (Hamidi, 2008).
SIG telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan dekade 1980an, dan ini
telah dimanfaatkan diberbagai instasi pemerintahan pusat maupun daerah.
Teknologi SIG ini mendukung keperluan penyebaran informasi dalam bentuk
data atribut peta-peta untuk meningkatkan penyebarluasan informasi tentang
tracking wisata di Lampung Mangrove Center (LMC).
20
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lampung Mangrove Center (LMC), Desa Margasari,
Kecamatan Labuhan Maringgai. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017.
Berikut ini adalah gambar lokasi penelitian yang berada di Desa Margasari yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi Penelitian Desain Jalur Interpretasi Ekowisata HutanMangrove di Lampung Mangrove Center Desa Margasari KecamatanLabuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.
21B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: alat tulis, kamera, GPS,
laptop. Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah individu kunci dan
wisatawan yang mengerti tentang ekowisata di Lampung Mangrove Center dan
kawasan hutan mangrove di Lampung Mangrove Center, Desa Margasari.
C. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah kegiatan ekowisata yang terdapat di kawasan
hutan mangrove di Lampung Mangrove Center, Desa Margasari, Kecamatan
Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur.
D. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui
observasi langsung. Adapun data yang diambil melalui observasi langsung
meliputi, penitikan tracking wisata serta pengamatan fisik objek panorama alam
selain itu, menggunakan quesioner untuk mengetahui pendapat individu kunci
dan wisatawan tentang ekowisata di Lampung Mangrove Center.
222. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk catatan tertulis yang
dihimpun melalui studi literatur maupun laporan terkait dengan ekowisata di Desa
Margasari yang meliputi gambaran umum lokasi, luas hutan mangrove,
masyarakat yang terlibat dalam upaya konservasi, motivasi masyarakat, objek
ekowisata, pengunjung ebjek ekowisata, dan pengelola objek ekowisata.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek dalam periode tertentu dan mengadakan pencatatan
secara sistematis. Tujuanya adalah mengklarifikasi data primer yang didapat dari
wawancara dan studi pustaka. Observasi dilakukan dengan melakukan penitikan
di jalur wisata, dan survei objek ekowisata di hutan mangrove Desa Margasari.
2. Teknik wawancara
Wawancara merupakan metode tanya jawab langsung terhadap masyarakat Desa
Margasari. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam
untuk mengetahui persepsi, pengalaman dan harapan individu kunci dan
wisatawan terhadap pengembangan ekowisata di Desa Margasari.
3. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan kegiatan penelusuran literatur yang bersumber dari
buku, media, pakar dan juga hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk
meyusun dasar teori dalam melakukan penelitian. Studi pustaka yang dilakukan
23yaitu untuk medapatkan data gambaran umum lokasi, pengetahuan masyarakat
tentang ekowisata, keterlibatan masyarakat dalam mengelola ekowisata dan
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekowisata.
F. Penentuan Jumlah Sampel Wawancara
Pengambilan data persepsi, pengalaman dan harapan masyarakat dalam
pengelolaan ekowisata menggunakan metode wawancara mendalam sehingga
sampel ditentukan dengan teknik snowball sampling. Teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel data secara bertahap. Pertama-tama diidentifikasi orang yang
dianggap informan untuk wawancara, kemudian orang ini dijadikan informan
untuk mengidentifikasi orang lain sebagai sampel yang dapat memberi informasi
(Silalahi, 2009). Menggunakan pendekatan ini, beberapa orang yang berpotensi
mengetahui dan terlibat dalam kegiatan pengelolaan ekowisata hutan Mangrove
Desa Margasari akan dijadikan responden. Salah satu contoh masyarakat yang
memiliki kriteria tersebut yaitu ketua kelompok masyarakat yang terdapat di Desa
Margasari. Selain itu, persepsi dari wisatawan sangat dibutuhkan karena mereka
adalah objek dari kegiatan ekowisata.
G. Analisis Data
Analisis data mengenai identifikasi potensi wisata yaitu dengan menggunakan
analisis deskritif kualitatif, sedangkan analisis peta menggunakan Arcmap.
87
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian desain interpretasi tracking
ekowisata di Lampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut.
1. Potensi ekowisata yang ada di Lampung mangrove center Desa Margasari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur yaitu
birdwatching, bermain ombak, ekonomi kreatif, melihat ikan gelodok, bubu,
sero, kuliner seafood, sunset, sunrise, memancing, mangrove walk,
berperahu, berkeliling tambak dan bermain ombak.
2. Persepsi individu kunci dan wisatawan banyak yang berbeda mengenai
ekowisata di Desa Margasari, Individu kunci merasa pengelolaan sudah
berjalan baik, namun wisatawan merasa pengelolaan ekowisata masih buruk.
Tetapi untuk masalah sarana dan prasarana baik individu kunci maupun
wisatawan sama-sama merasa perlunya perbaikan di segala sektor.
3. Desain interpretasi tracking ekowisata di Lampung Mangrove Center Desa
Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur
terdapat dua jalur yaitu jalur panjang dan jalur pendek.
88B. Saran
Potensi ekowisata yang dimiliki Desa Margasari cukup beragam namun,
pengelolaan belum berjalan dengan baik membuat aktivitas ekowisata kurang
diminati. Pemerintahan desa bisa memanfaatkan secara optimal potensi tersebut
dengan menggerakkan masyarakat untuk ikut andil dalam aktivitas ekowisata.
Terlebih lagi pemerintah desa bisa menjalin hubungan dengan para stakeholder
untuk memajukan aktivitas ekowisata di Desa Margasari
Sarana dan prasarana juga kurang memadai mulai dari akses jalan raya yang
masih berlubang serta ketersediaan air bersih yang masih minim. Sarana
transportasi umum juga belum ada yang menjangkau hingga ke Desa Margasari.
Hal tersebut merupakan masalah yang harus dapat diatasi oleh pemerintahan Desa
Margasari agar aktivitas ekowisata di desa tersebut bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
89
DAFTAR PUSTAKA
Achmad., Maulinna. K. dan Wardhani. 2013. Kajian potensi ekowisata pesisirnepa kabupaten sampang dengan konsep mangrove park. Jurnal Kelautan.7 (2): 50-58.
Adisendjaja, Y.H. 1988. Hubungan antara Pemahaman IPA, PengetahuanLingkungan, dan Sikap terhadap Lingkungan dari Mahasiswa FPMIPAIKIP Bandung. Laporan Penelitian. IKIP Bandung. Bandung. 86 p.
Afandi, R. 2013. Integrasi pendidikan lingkungan hidup melalui pembelajaranips di sekolah dasar sebagai alternatif menciptakan sekolah hijau. JurnalPedagogia. 2(1): 98-108.
Agussalim, A.M. dan Hartoni. 2014. Potensi kesesuaian mangrove sebagaidaerah ekowisata di pesisir muara sungai musi kabupaten banyuasin. JurnalMaspari. 6(2): 148-156.
Ansofino. 2012. Potensi daya tarik obyek pariwisata dalam pembangunanekonomi sumatera barat. Jurnal Program Studi Pendidikan EkonomiSTKIP PGRI Sumatera Barat. 1(1): 150-158.
Ariftia, R.I., Qurniati, R. dan Herwanti, S. 2014. Nilai ekonomi total hutanmangrove desa margasari kecamatan labuhan maringgai kabupatenlampung timur. Jurnal Sylva Lestari 2(3): 19-28.
Asdhiana, M. 2014. Catat! Kuliner Faktor Penentu Wisatawan Memilih TempatPelesir. Diakses pada 24 agustus 2017. Http:// www. travel.kompas.com.
Bennett, D. 1995. A Little Book of Monitor Lizards. Viper Press. Aberdeen.352 p.
BTNB: Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Pemetaan jalur interpretasi wisatapengamatan burung di resort Bama, SPTNW I Bekol. Laporan KegiatanPengendali Ekosistem Hutan. Departemen Kehutanan, Dirjen PerlindunganHutan dan Konservasi Alam. Jakarta. 110 p.
Buckley, R. 2003. Case Studies in Ecotourism. Buku. Wallingford. UK. CABInternational. London. 264p.
90Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. Buku. Pradnya Pramita. Jakarta. 159 p.
Butcher, J. 2007. Ecotourism, NGO’s, and Development: A Critical Analysis.Buku. Routledge. New York. 208 p.
Cesario, E. A., Qurniati, R. dan Yuwono, S.B. 2015. Partisipasi masyarakatdalam pelestarian hutan mangrove di desa margasari kecamatan labuhanmaringgai kabupaten lampung timur. Jurnal Sylva Lestari. 3(3): 21-30.
Dahuri, R., Rais, Y., Putra, S.G. dan Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan SumberdayaPesisir dan Lautan Secara Terpadu. Buku. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.328 p.
Dewi, B.S., Hilmanto, R. dan Herison, A. 2016. Lampung Mangrove Center:Upaya Riset dan Pengabdian untuk Bangsa. Buku. Plantaxia. Yogyakarta.140 p.
FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980-2005. Forest Resources AssesmentWorking Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The UnitedNations. Roma. 53 p.
Fennell, D.A. 2015. Ecotourism: An Introduction. Buku. Routledge. New York.304 p.
Ferdinan, Y., Makmur, M. dan Ribawanto, H. 2012. Pengembangan wisata alamberbasis ekowisata dalam persfektif pelayanan publik. Jurnal AdministrasiPublik. 3(12): 2123-2127.
Flamin, A. dan Asnaryati. 2013. Potensi ekowisata dan strategi pengembangantahura nipa-nipa, kota kendari, sulawesi tenggara. Jurnal PenelitianKehutanan Wallacea. 2(2): 154-168.
Hadi. 2003. Studi tentang kebiasaan membaca pada masyarakat di kota tarakan.Jurnal Pemerintahan Integratif. 4(2): 155-165.
Haikal. 2008. Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Nipah PanjangKabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Tesis. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 93 p.
Hijriati, E. dan Mardiana, R. 2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakatterhadap perubahan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi di kampungbatusuhunan, sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2(3): 146-159.
Hamidi. 2008. Aplikasi sistem informasi berbasis web penyebaran danabantuan operasional sekolah. Jurnal Masyarakat Informatika. 2(3): 2086-4930.
91Harianto, P. S., Dewi, S. B. dan Wicaksono. D. M. 2015. Mangrove Pesisir
Lampung Timur Upaya Rehabilitasi dan Peran serta Masyarakat. Buku.Plantaxia. Yogyakarta. 80 p.
Hill, J., dan Gale. 2009. Ecotourism and Environmental Sustainability:Principles and Practice. Buku. Ashgate. Burlington. 259 p.
Howkins, J. 2001. Creative Economy, How People Make Money from Ideas.Buku. Penguin Book. London. 304 p.
Indrawan, M., Supriatna, J. dan Primack, R. 2007. Biologi Konservasi. Buku.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 625 p.
Kesuma, I.M., Dewi,S.B. dan Nurcahyani, N. 2013. Keanekaragaman jenisburung di lampung mangrove center desa margasari kecamatan labuhanmaringgai kabupaten lampung timur. Seminar Nasional Sains & TeknologiV Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 637-644.
King, M. 1995. Fisheries Biology Assessment and Management. Buku. FishingNews Book. Oxford. London. 341 p.
Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung untuk PengembanganWisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. Skripsi. Institut PertanianBogor. Bogor. 73 p.
Kustanti, A., Nugroho, B., Nurrochmat, D.R. dan Okimoto, Y. 2014. Evolusihak kepemilikan dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove di lampungmangrove center. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan.1(3): 143-158.
Latupapua, Y. 2007. Studi potensi kawasan dan pengembangan ekowisata ditual kabupaten maluku tenggara. Jurnal Agroforestri. 2(1): 65-71.
Liu, A. 2006. Tourism in rural areas: kedah, malaysia. Jurnal TourismManagement. 27(5): 878-889.
Maarif, S. 2012. Pikiran dan Gagasan Penanggulangan Bencana di Indonesia.Buku. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Jakarta. 229 p.
Mackinnon, J., Phillips, K., dan Van Ballen, B. 1994. Burung-Burung diSumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Serawak, danBrunei Darussalam). Buku. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. 521 p.
Manahampi, M. R., Rengkung, R. L., Rori, Y. P. I. dan Timban, J. F. J. 2015.Peranan ekowisata bagi kesejahteraan masyarakat bahoi kecamatanlikupang barat. Jurnal ASE. 11(3): 1-18.
92Mulyadi, E., Hendriyanto, O., dan Fitriani, N. 2010. Konservasi hutan
mangrove sebagai ekowisata. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 2(1): 51-58.
Muntasib, E. K. S. H. 2003. Interpretasi Wisata Alam. Buku. LaboratoriumRekreasi Alam Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 112 p.
Nawawi, A. 2013. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata pantaidepok di desa kretek parangtritis. Jurnal Nasional Pariwisata. 5(2): 103-109.
Nugraha, B., Banuwa, I.S. dan Widagdo, S. 2015. Perencanaan lanskapekowisata hutan mangrove di pantai sari ringgung desa sidodadokecamatan padang cermin kabupaten pesawaran. Jurnal Sylva Lestari. 3(2): 53-56.
Page, S., dan Dowling, R. K. 2002. Ecotourism. Buku. Prentice Hall, PearsonEducation. England. 379 p.
Pamungkas, G. 2013. Ekowisata belum milik bersama: kapasitas jejaringstakeholder dalam pengelolaan ekowisata (studi kasus: taman nasionalgunung gede pangrango). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 24(1):49–64.
Parma, I. P.G. 2010. Kontribusi pariwisata alternatif dalam kaitannya dengankearifan lokal dan keberlangsungan lingkungan alam. Jurnal MediaKomunikasi FIS. 9(2): 45-57.
Rahmayani, H. 2015. Ekowisata mangrove sebagai kawasan perlindungansumberdaya alam dan nilai budaya di bandar bakau kota dumai. Jurnal JomFISIP. 2(1): 1-15.
Ravi, V. dan Rajagopal, S. 2009. Mudskippers, centre of advanced study inmarine biology. Jurnal Annamalai. 9(3): 397-401.
Rice. 2000. GIS Data Center . Di akses pada 2 Januari 2017. http : // riceinfo.rice .edu / Fondren / GDC /gislink s.shtml.
Saputra, E. S. dan Setiawan, A. 2014. Potensi ekowisata hutan mangrove didesa merak belantung kecamatan kalianda kabupaten lampung selatan.Jurnal Sylva Lestari. 2(2): 49-60.
Saragih. 2013. Strategi pengembangan ekowisata melalui kajian ekosistemmangrove di pulau pramuka, kepulauan seribu. Jurnal Saintek Perikanan.10(2): 91-97.
93Sari, I. R. 2015. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan seloringgit
ecoturism di dusun mendiro desa panglungan kecamatan wonosalam.Jurnal Swara Bhumi. 2(3): 42-50.
Satria, D. 2009. Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokaldalam rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah kabupatenmalang. Jurnal Of Indonesian Apllied Economics. 3(1): 37-47.
Sedarmayanti. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku. PR. RefikaAditama. Bandung. 392 p.
Sendow, T. K. dan Jefferson, L. 2012. Studi pemetaan peta kota (studi kasuskota manado). Jurnal Ilmiah Media Engineering. 2(1): 35-46.
Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Buku. PT. Refika Aditama.Bandung. 484 p.
Soebagyo. 2012. Strategi pengembangan pariwisata di indonesia. JurnalLiquidity Universitas Pancasila. 1(2): 153-158.
Stapp, W., Bennet, D., Bryan, W., Fulton, J., Mcgregor., Nowak, D., Havlick, S.1970. The concept of environmental education. Jurnal of EnvironmentalEducation. 1(1): 30-31.
Suchaina. 2014. Pengaruh kualitas fasilitas sarana dan prasarana terhadappeningkatan jumlah pengunjung wisata danau ranu grati. Jurnal Psikologi.2(2): 89-109.
Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Buku. RinekaCipta. Jakarta. 211 p.
Sukara, N.G., Mulyani, A.Y. dan Muntasib, E.K.S.H. 2014. Potensi untukpengembangan wisata “birdwatching” di pusat konservasi tumbuhan kebunraya bogor. Jurnal Buletin Kebun Raya. 17(1): 44-56.
Sumaja, G.L. 2013. Sistem Informasi Geografis (SIG) Pencarian LetakRuangan Perkuliahan Di Universitas Widyatama. Tugas Akhir. InstitutTeknologi Bandung. Bandung. 125 p.
Surwiyanta, A. 2003. Dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupansosial budaya dan ekonomi. Jurnal Media Wisata. 2(1): 33-42.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Buku. Penerbit Andi.Yogyakarta. 108 p.
Tanaya, D. R. dan Rudiarto, I. 2014. Potensi pengembangan ekowisata berbasismasyarakat di kawasan rawa pening, kabupaten semarang. Jurnal TeknikPWK. 3(1): 71-81.
94TIES. 1990. What is Ecotourism?. Di akses pada 2 Januari 2017. http:// www.
Ecotourism.org /what-is-ecotourism.
Trigantiarsyah, R. dan Mulyadi, H. 2012. Pengembangan produk wisata denganmenggunakan teknik tourism opportunity spectrum terhadap keputusanberkunjung (survei pada pengunjung cukang taneuh/green canyonkabupaten ciamis). Jurnal Tourism and Hospitality Essentials (THE) . 2(1):157-177.
Triyanti, R . 2011. Peran tempat pelelangan ikan panimbang terhadappeningkatan pendapatan daerah kabupaten pandeglang. Jurnal BuletinSosek Kelautan dan Perikanan. 6(1): 23-27.
Vidya, D. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut MutuPelayanan Wisata Mancing Fishing Valley Bogor. Skripsi. InstitiutPertanian Bogor. Bogor. 98 p.
Vitasurya, R.V. 2016. Adaptive homestay sebagai bentuk partisipasi masyarakatuntuk melestarikan desa wisata pentingsari – yogyakarta. Jurnal Atrium.2(1): 17-30.
Watala. 2012. 48% Hutan ‘mangrove’ di Lampung Rusak. Harian Lampung Post.Diakses pada 2 januari 2017. Http://www.watala. org/new/?p=156.
Wetlands. 2009. Luas Kawasan Mangrove per Kabupaten. Diakses pada 2januari 2017. Http://www. indonesia. wetlands.org/ portal/28/PDF /Luas%20kawasan %20mangrove% 20per% 20Kabupaten.pdf.
Wiryawan, B., Marsden. B., Susanto, H.A., Mahi, A.K., Ahmad, M. danPoespitasari, H. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung.Buku. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan Proyek Pesisir(Coastal Resources Center, University of Rhode Island dan Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor). BandarLampung. 98 p.
Wulandari dan Sumarti, T. 2011. Implementasi manajemen kolaboratif dalampengelolaan ekowisata berbasis masyarakat. Jurnal TransdisiplinSosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 5(1): 32-50.
Yuliasamaya., Darmawan, A. dan Hilmato, R. 2014. Perubahan tutupan hutanmangrove di pesisir kabupaten lampung timur. Jurnal Sylva Lestari. 2(3):111-124.