Desain Interior Rollaas Café di Perkebunan Teh Wonosari...
Transcript of Desain Interior Rollaas Café di Perkebunan Teh Wonosari...
Desain Interior Rollaas Café di Perkebunan Teh Wonosari Lawang Malang dengan Nuansa Rustic
Aldila Yuan Ditasari Jurusan Desain Produk, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp/Fax (031) 5931147
ABSTRAK Di era modern ini, bisnis cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan. Tak
sekadar sebagai area makan, banyak masyarakat yang menjadikan cafe sebagai
tempat untuk berkumpul. Hal itu ditinjau dari gaya hidup masyarakat yang cenderung
senang bertatap muka, bersantai dan berbincang. Sudah menjadi suatu kebutuhan
masyarakat untuk bersosialisasi, dan mereka membutuhkan sarana untuk
mewujudkan keinginan mereka. Oleh karena itu, dengan adanya café ini
dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat yaitu sarana berkumpul.
Selain itu, Rollaas Cafe memberikan beberapa fasilitas yang berbeda, seperti
merchandise outlet, area VIP serta area workshop meracik teh secara tradisional
yang diharapkan memberikan pengalaman yang berbeda. Banyaknya jumlah café
yang bermunculan mengakibatkan tidak adanya sebuah pembeda/ciri khas sehingga
tampak bersifat umum. Dengan menciptakan sebuah konsep dan inovasi yang baru,
diharapkan akan menarik dan dapat “mengikat” pengunjung. Biasanya para owner
café terlebih dahulu mensurvei apa yang sedang in di pasaran masyarakat atau dari
kebiasaan–kebiasaan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat perkotaan cenderung
bosan dengan hiruk pikuk dan rutinitas kota, sehingga mereka membutuhkan
suasana baru untuk sekedar refreshing. Hal itu dapat dilihat dari kecenderungan
masyarakat kota yang menyukai nuansa alam, sehingga mereka mencarinya di
daerah pedesaan atau pegunungan. Dari sana dapat disimpulkan apa keinginan
pasar sehingga Rollaas Cafe didesain untuk menampilkan sebuah nuansa alam
yang berada di area perkebunan teh yang diperkuat dengan nuansa rustic. Sebab
nuansa rustic lebih memberikan kesan “jujur”, apa adanya dan tampak sangat alami
serta diperkuat dengan karakter material rustic yang unfinished.
Adapun metode yang digunakan adalah dengan observasi/survey langsung di
sejumlah Rollaas Cafe di Mall Surabaya dan survey lingkungan perkebunan teh
Wonosari Lawang Malang. Selain itu juga dengan mewawancarai sejumlah
karyawan PTPN XII (Persero) dan karyawan serta pengunjung dari Rollaas Cafe.
Diperkuat pula dengan teori yang didapat dari buku dan internet. Dari data-data yang
diperoleh kemudian di olah sedemikian rupa dengan cara membandingkan café satu
dengan café yang lainnya yang diharapkan dapat memberikan sebuah referensi
pada desain.
Dengan adanya Rollaas Cafe di perkebunan teh Wonosari Lawang Malang,
dimaksudkan untuk memberikan sensasi yang berbeda kepada pengunjung. Dengan
memanfaatkan potensi lingkungan yang ada berupa perbukitan teh dan permainan
pepohonan, Rollaas Cafe didukung oleh nuansa rustic yang mengandalkan konsep
unfinished dan penggunaan material alami dengan permainan akar-akar pepohonan
teh dan material lokal dari PTPN XII (Persero) lainnya. Sehingga suasana interior
yang diperoleh adalah sebuah café yang berada di tengah hamparan perkebunan
teh dengan penonjolan material lokal perkebunan yang didesain dengan nuansa
rustic (unfinished) pada materialnya. Selain itu, dengan penambahan beberapa
fasilitas berupa merchandise outlet, ruang VIP serta area workshop meracik teh
secara tradisional memberikan nilai lebih pada Rollaas Café untuk wisata keluarga di
perkebunan teh Wonosari Lawang Malang ini.
ABSTRACT In this modern era, cafe businesses become a prospective one. People tend to use cafe as a place to gather around, not only as place to eat. It is started with people lifestyle nowadays which prefers to relax and have a chit chat. Those become a need and they need a medium to realize it. This cafe was built to fulfill people need as a place to gather around. More of it, Rollaas Cafe offers various facilities such as merchandise outlet, VIP area and a traditional tea-making workshop area which will give the customer different experience. In the other hand, a huge amount of cafe-built recently made most of them looked general without specific identity. By creating a new concept and innovation, it is hoped that the customer will fall in and have bind to it. It is usual that the cafe owner made a research about which is in today or made a survey of people habits. In this case, citizen prone to bored with routines so they need a new atmosphere for refreshing. It can be seen in fact that most of citizen prefer a natural atmosphere which they search over around village or mountain. Based on that thing, Rollaas Cafe is designed to show a natural atmosphere in tea plantation which strengthen by rustic nuance. Rustic is choosen to give a honest and natural impression as well since the rustic character materials are unfinished.
Methods which used are observation in some of Rollaas Cafee branches in mall around Surabaya, and also surveys in tea plantation which located in Wonosari Lawang Malang. Besides interviewing employees of PTPN XII (Peresro) as well as employees and customers of Rolaaas cafe. And also added by theories from internet and various books. The datas then processed with comparative study to other cafes which later become a design reference.
Rollaas Cafe at Wonosari Lawang Malang tea plantation was made to give a different sensation to customers. By using environmental potentials like tea plantation over the hills and also trees, Rollaas Cafe also supported by rustic nuance which is used unfinished concept and natural materials such as roots and another local material from PTPN XII (Persero). These things later impress a cafe located in the center of tea plantation with local materials using which designed by rustic nuance. In addition, some facilities like merchandise outlet, VIP room and a traditional tea-making workshop area gave additional value to Rollaas Cafe Wonosari Lawang Malang for family tourism.
KEYWORD Cafe, Tea Plantation, Rustic
PENDAHULUAN Latar Belakang
Di era modern ini, bisnis cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan. Tak sekadar
sebagai area makan, banyak masyarakat yang menjadikan cafe sebagai tempat untuk
berkumpul. Masyarakat kebanyakan suka dengan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang
sudah ada. Lagipula masyarakat perkotaan terkadang jenuh dengan hiruk pikuk kota
sehingga mereka mencari alternatif area rekreasi atau tempat berkumpul yang menawarkan
panorama alam. Selain indah, alam juga membuat lingkungan semakin asri dan
menyejukkan. Ketika masyarakat kota diperhadapkan dengan begitu banyak pekerjaan,
secara fisiologis andrenalin itu berdampak negatif jika digunakan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Maka, otomatis akan dapat merusak kesehatan. Stres bisa dikelola. Misalnya,
ketika diperhadapkan dengan suatu gangguan dan tidak tahan dengan gangguan itu, seperti
tidak tahan kebisingan suara motor dan suara lainnya, maka bisa dihilangkan dengan pergi
ke suatu desa. Suasana alam desa akan membuatnya bisa merasa tenang kembali. Atau
melakukan kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal itu dijadikan sebagai alasan dasar mengapa
Rollaas Café berada di perkebunan teh Wonosari Lawang Malang. Apalagi diperkuat
dengan nuansa rustic yang menggunakan konsep material unfinished. Konsep rustic yang
seluruh karakter materialnya tampak tidak difinishing dengan baik seakan menegaskan
bahwa café ini berusaha mendekatkan pengunjung kepada nuansa alam dari perkebunan
teh Wonosari Lawang Malang ini.
Tujuan Menghasilkan desain café dengan menghadirkan nuansa perkebunan teh yang secara
langsung kepada pengunjung Rollaas Café, selain itu dengan pemanfaatan material alam
dan material lokal yang karakternya ditonjolkan melalui kesan rustic yang tidak difinishing
dengan baik (unfinished), serta dengan penambahan fasilitas berupa area workshop teh
yang menunjukkan bagaimana cara meracik teh secara manual seperti pada jaman dahulu,
sehingga diharapkan dapat menambah wawasan pengunjung tentang teh dan PTPN XII
(Persero).
Masalah 1. Perlunya sarana berkumpul atau cafe di kawasan Wonosari Lawang Malang, sebab
belum adanya resto/café untuk masyarakat umum yang tersedia di kawasan ini.
2. Perlunya sebuah desain Rollaas Cafe yang di dalamnya terdapat indoor dan outdoor café
yang dilengkapi area outlet merchandise, ruang VIP serta area workshop meracik teh
secara tradisional. Sebab, dengan adanya fasilitas ini, diharapkan dapat memudahkan
pengunjung untuk lebih mengetahui tentang seluk beluk dunia teh.
3. Area workshop meracik teh secara tradisional perlu di studi dan di analisa dari segi
penataan dan penempatan barang-barangnya. Sehingga dapat diperhitungkan peletakan
layout ruang workshop teh ini, dan tidak mengganggu/menimbulkan asap (tungku kayu)
kepada para pengunjung.
4. Melakukan pemilihan lokasi/lahan yang sesuai sehingga view yang dihasilkan baik view
perkebunan teh hingga view para pemetik teh dapat terlihat jelas dan menjadi suguhan
utama untuk para pengunjung.
5. Sebuah desain denah eksisting yang mengutamakan view terbuka/banyak bukaan
sehingga pengunjung di dalam dapat merasakan suasana layaknya berada di luar area
café (membawa atmosfer dari luar cafe ke dalam café).
Manfaat 1. Mendesain Rollaas Café yang kemudian diharapkan dapat menunjang fasilitas dan
memberikan pengalaman yang baru serta tambahan wawasan bagi pengunjung yang
datang ke Rollaas Café ini dan dapat membantu dalam memperkenalkan perkebunan teh
Wonosari setempat ke masyarakat luas.
2. Sebagai alternatif wacana desain yang ditujukan untuk para mahasiswa desain interior
Despro karena masih memungkinkan adanya sebuah desain yang dapat diolah lagi.
3. Mengangkat pariwisata perkebunan teh Wonosari Lawang Malang kepada masyarakat
umum dengan studi aplikasi desain yang representatif.
Ruang Lingkup Lingkup kerja Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Denah yang digunakan adalah denah eksisting yang diperoleh dari denah sebuah
hotel yang nantinya akan dipergunakan sebagai eksisting Rollaas Café. Objek desain
meliputi area indoor dan outdoor café serta area workshop teh, yang didesain bagi para
pengunjung yang ingin menikmati view perkebunan teh. Menerapkan konsep dengan
nuansa rustic yang sangat menonjolkan kesan unfinished melalui aplikasi pada elemen
estetika, lighting, warna, material serta pengaplikasian elemen desain pada elemen interior
sesuai dengan sistematika desain dan analogi bentuk dari analogi dasar yang berhubungan
dengan tanaman teh.
Metodologi Desain Dalam perancangan ini, metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengamatan langsung (observasi), menganalisa data, serta wawancara (interview).
Observasi ini bertujuan untuk mengamati secara langsung terhadap kondisi lingkungan café,
terutama yang menggunakan material lokal dan berada di lingkungan bebas dan alam
terbuka, seperti Rollaas Café di Plaza Tunjungan dan Taman Indie Resto Malang. Tahap
wawancara dilakukan untuk mendapatkan data – data yang berkaitan dengan Rollaas Café
nantinya.
PEMBAHASAN Kajian Nuansa Rustic
Rustic dalam bahasa Indonesia berarti 'berkarat' atau tua, dan memiliki tekstur yang kasar
dan tidak difinishing dengan baik. Gaya rustic bisa diartikan sebagai gaya dalam desain
arsitektur dan interior yang menitikberatkan pada kesan alami, dari material yang tidak
difinishing atau dihaluskan, misalnya kayu, batu, logam, dan sebagainya. Menurut arsitek
Probo Hindarto, gaya rustic dapat diartikan sebagai gaya dalam desain arsitektur dan interior
yang menitikberatkan pada kesan alami. Dari segi material, gaya ini tidak mengalami proses
finishing atau dihaluskan. Hal serupa dikatakan arsitek Nugroho Widhi. Menurut dia, gaya
rustic adalah segala sesuatu yang mengekspos hal yang karatan dan terkesan tua. Meski
demikian, bukan berarti rustic selalu bisa diartikan kuno karena gaya rumah ini dapat pula
dipadukan dengan gaya modern.
Karakteristik Rustic
Rustic tidak terdapat patokan khusus, hanya dalam gaya rustic yang terkesan tua dan
hangat bisa menggunakan material yang kesan teksturnya kuat, misalnya lapisi dinding
dengan batuan, kayu, atau hanya bata ekspos. Daripada menggunakan keramik, bisa
menggunakan batu alam yang masih ada teksturnya untuk pengganti keramik.
Proses Desain
Gaya rustic langsung dapat terlihat dari desain teksturnya yang kasar dan berantakan,
dinding batu ekspos, furnitur dari bongkahan kayu yang tidak diamplas halus atau lampu
gantung berkarat, merupakan ciri gaya rustic. Di era desain Go Green sekarang ini, gaya
rustic sangat tepat ditambahkan dalam penataan interior karena dapat menggunakan
barang-barang bekas seperti ranting, kaleng atau barang kuno yang sudah tidak terpakai
menjadi pajangan penghias ruang.
Ciri-ciri gaya rustic terutama terlihat pada
penggunaan material yang alami dan tidak di-finishing.
Misalnya, seperti tampak pada gambar 1 yang hampir
keseluruhan dinding ruang pada hunian gaya ini
menggunakan tembok yang tidak diaci. Kemudian
memperkuat kesan rustic dengan penggunaan papan tulis
hitam yang sudah tidak utuh. Contoh lainnya ada pula
dinding yang ditutupi oleh unsur batu bertekstur kuat. Maka
itu, yang ditonjolkan pada gaya rustic adalah kesan tua dan
material yang kasar. Sementara untuk atap, biasanya model
yang digunakan cenderung tradisional.
Dalam arti, gaya ini lebih banyak menggunakan bahan yang memberi kesan alami, bukan
pabrikan. Ambil contoh, rumah-rumah di desa atau rumah adat yang terbuat dari kayu kasar.
Material pada rumah tersebut umumnya tidak difinish, diampelas, atau dilapisi acian semen.
Memang tak sembarang material dapat ditambahkan untuk menciptakan gaya rustic, salah-
salah ruangan malah terlihat kotor dan semrawut. Caranya dengan tidak mengekspos
berlebih pada elemen rustic-nya. Misalnya, pemakaian kayu yang teksturnya dibiarkan
terlihat jelas dan tidak dibuat glossy. Efeknya, tampilan kayu tetap tampil alami dan tidak
terpengaruh industrialisasi, namun justru di situlah seninya. Mengenai nilai seni yang
ditampilkan, tidak tergantung dari rumitnya bentuk dan mahalnya material, melainkan
bagaimana mengolahnya. Beberapa ranting dengan ukuran beragam dapat diikat rapi, dan
kemudian dipajang di meja konsol atau credenza modern. Dapat memadukan keeksotisan
bata ekspos dan kayu bertekstur dengan material yang halus seperti keramik dan kaca.
Untuk ranting berukuran besar dapat dikreasikan menjadi shutter, bingkai, hanging rack, dll.
Adapun klasifikasi karakteristik rustic:
a. Kajian warna rustic
Warna menjadi unsur utama dalam ruangan. Kehadiran warna menyeimbangkan
suasana dan elemen-elemen interior yang ada di dalamnya. Warna juga dapat
mengidentifikasi gender, usia, karakter, sifat, dll. Setiap warna memiliki aspek emosi dan
Gambar 1 Contoh interior rustic
psikologi, begitu pula dengan aspek dimensi warna (value, intonasi dan temperatur).
Sehingga warna merupakan elemen penting dan berpengaruh dalam penciptaan
suasana pada sebuah ruangan. Definisi warna adalah mutu cahaya yang dapat
ditangkap oleh indra penglihatan atau mata kita. Warna merupakan unsur penting dalam
desain, karena dengan warna, suatu karya desain akan mempunyai arti atau nilai lebih
(added value) dari utilitas karya tersebut. Keindahan sebuah warna tidak akan ada
artinya apabila hadir sendiri tanpa kehadiran warna-warna lain disekitarnya. Karena
warna-warna tersebut akan saling mempengaruhi. (Arniti Kusmiati dan Pramudji
Suptandar, 1997:1).
Berdasarkan buku Modern Rustic oleh Ali Hanan, kayu, batu bata, dan tanah liat
merupakan ekspresi dari nuansa netral. Kebanyakan kasus, material alam ketika berada
di lingkungan hunian dan mengalami proses dan termakan usia. Selain pengganti cat,
berikan sesuatu yang baru atau dipugar dengan cara seperti linseed oil atau minyak
lebah. Style rustic ini dominan menggunakan warna-warna alami material seperti abu-
abu, terakota, hitam, cokelat kayu, kuning buram, atau warna bata. Warna-warna ini
semakin menguatkan kesan rustic pada material unfinished yang digunakan. Beberapa
contoh warna pada gambar 2.
b. Aplikasi dalam desain modern
Dinding yang tidak difinishing dan hanya sekedar di cat putih ala kadarnya. Sehingga masih terlihat bata yang digunakan untuk pondasi dinding.
Gambar 2 Beberapa contoh warna rustic
Gambar 3 Aplikasi pada dinding rustic
Elemen estetika berupa kayu unfinished yang diatur sedemikian rupa memberikan kesan rustic dan artistik. Warna asli dari material kayu menguatkan kesan rustic.
Meja tanpa di pelitur dan dibiarkan apa adanya memberikan kesan rustic. Sebab, tekstur kayu dan warna meja sangat alami dan natural.
Susunan balok kayu yang dibentuk lingkaran dimanfaatkan untuk alas meja. Pemilihan berbagai bentuk lingkaran kayu menciptakan seni tersendiri. Kayu yang di unfinished juga memberikan kesan rustic.
Gambar 4 Aplikasi elemen estetika rustic
Gambar 5 Aplikasi furniture rustic
Gambar 6 Aplikasi furniture rustic
KONSEP DESAIN
Konsep Makro Sesuai dengan tujuan perancangan ini, maka Rollaas Café ingin menghasilkan desain untuk
memunculkan kesan kuat dari karakter rustic yang unfinished, “jujur” dan terkesan apa
adanya untuk mendukung nuansa alami dari perkebunan teh. Pemunculan karakter rustic
dihadirkan dalam setiap elemen interior seperti furnitur, dinding, lantai, plafon dan elemen
estetika. Penggunaan material yang unfinished dan dipadu dengan pemilihan warna yang
netral menciptakan dan menguatkan kesan apa adanya/natural. Pemanfaatan sumber daya
alam/material lokal dari PTPN XII pun ikut serta menciptakan nuansa rustic. Seperti
pemanfaatan besi bekas ayakan biji kopi, mesin-mesin penggiling kopi yang sudah tidak
terpakai, besi cetakan dari penggilingan karet, dan lain sebagainya.
Konsep Mikro
Bagan yang dilingkari adalah ruang terpilih yang akan didesain pada Rollaas Café yang
merupakan area public. Terdiri dari area café (terdiri dari area indoor, mini bar, area
informasi, area outdoor), dan area workshop teh.
Ruang-ruang terpilih ini adalah ruang yang akan didesain dengan nuansa rustic. Dengan
konsep terbuka, melalui area café dapat melihat pemandangan perkebunan teh. Area
workshop teh dihadirkan dengan nuansa layaknya pabrik/area kerja karyawan perkebunan.
Sehingga pesan dapat lebih cepat tersampaikan kepada para pengunjung.
Pada area utama yaitu area café indoor, terdiri dari sebuah ruangan luas yang mencakup
mini bar dan area informasi serta area workshop teh. Sehingga ruang tampak lapang.
Beberapa partisi membatasi fungsi area pada outlet merchandise. Lalu pada VIP room diberi
partisi juga agar kesan privat diperoleh pada ruangan ini. Namun tetap tidak meninggalkan
unsur bukaan yang memperlihatkan view perkebunan teh. Dan untuk outdoor terletak di sisi
luar dengan konsep sajian hamparan perkebunan teh.
Skema Ruang Terpilih
Hubungan Ruang
Konsep hubungan ruang pada area Rollaas Café disusun dan dihimpun dengan melihat
studi sirkulasi sehingga dapat diketahui penempatan dan peletakannya ketika dalam denah.
Tata ruang dan area sirkulasi sangat berpengaruh dalam konsep ini. Sebab permasalahan
café selalu berada pada tata ruang dan area sirkulasi antara pengunjung dan karyawan.
Sehingga dengan adanya skema hubungan ruang ini diharap dapat memberikan sebuah
solusi yang terbaik.
Area café indoor menjadi area utama sirkulasi yang berawal dari foyer sebagai area para
pengunjung masuk ke dalam café. Seluruh area semua tersambung pada café indoor ini.
Sehingga ruang yang diperlukan untuk area ini cukup besar dengan kapasitas yang besar
pula.
PENGEMBANGAN DESAIN
Merupakan Metode perencanaan elemen interior pada ruangan yang ada untuk mencapai
hasil yang sesuai dengan konsep yang diterapkan sejak awal. Metode ini berangkat dari
studi dan analisa sesuai kebutuhan proses perancangan desain interior, hingga
mendapatkan hasil desain dan pembagian ruang secara keseluruhan.
Skema Hubungan Ruang
Denah Layout Terpilih
Potongan A – A’ Potongan B – B’
INOUT
up
DENAH ROLLAAS CAFESKALA 1 : 100
INOUT
WANITA
VIP ROOM
AREA MERCHANDISE
WORKSHOP AREA
DAPUR
MINI BAR
CAFE INDOOR
CAFE OUTDOOR
RGKARYAWAN
RGMANAJER
GUDANG
LIFT
BALKON
PRIA
KASIR
DISPLAY CAKE
KASIR
DISPLAY AREA
DISPLAY AREA
DISPLAY AREA
meja penyajian & persiapan
AREA INFORMASI
TOILET
AREA PAMER
BALKON
BALKON
p + 0.15p + 0.30
p + 0.45
p + 0.60
p + 0.15p + 0.30
p + 0.45
p + 0.60
p 0.00p 0.00
LOKER KARYAWAN+ 0.60
+ 0.66+ 0.60
+ 0.60
+ 0.55
+ 0.55
+ 0.50
+ 0.50
+ 0.50
+ 0.50
+ 0.60
+ 0.60
+ 0.30
+ 0.15
+ 0.45
+ 0.60
S
T
U
B
Hanging lamptopi caping
Pintu koboimaterial: potongankayu daur ulang
Kayu batangunfinished
Tungku buatan,material semen unfinished
Partisi workshop areamaterial: bekas besiayakan kopi
Partisi besi denganelemen potongan kayu kopi
Partisi besi denganelemen potongankayu kopi
Uplight, sistem lampu tanam
Kayu ulin(2x20x400cm)
Parket kayu 15 x 115 (cm)Ubin kayu type Merbau FJLFin. UV coating warna natural
Stoolbar akar tehFin. clear Partisi pajang display produk
PTPN XII (Persero)
Batang kayu unfinisheduk. 6 x 8 (cm) Down Light, Yellow Light,
Halogen Bulbs, 20 watt
POTONGAN MEMANJANG KESELURUHAN A-A'SKALA 1 : 50
Sealant
Kaca tempered 12mmgray glass color
Tiang kayu 8/15Fin. clear
Kayu 8/15Fin. clear
Kawat baja Rangka ceilingkayu 5x7cm, non fin.
Profil TKayu penopang 8/15
Fin. clearBesi penopang
Fin. cat semprot warna merah besi
Plafon Kalsi board tebal 6mmFin. Nippon Paint S 3502 B,Nippon 3-in-1
Drop Ceiling, Kalsi board 4.5mm,Fin. Nippon Paint S 4005 R80B,Nippon 3-in-1
Railing akar tehfinishing natural Karung kopi dan teh
Hanging lamptopi capingLampu tanam
POTONGAN MELINTANG KESELURUHAN B-B'SKALA 1 : 50
Tiang kayu 8/15Fin. clear
Batu gunung Ijen, Warna hitam pekatKayu 8/15Fin. clear
Coakan dindingkaca mati
Batang kayu unfinisheduk. 6 x 8 (cm)
SealantKaca tempered 12mm, gray glass color
Rangka ceiling kayu 5x7cmnon fin.
Kolom induk 60 x 30 cm
Profil TKayu penopang 8/15
Fin. clearBesi penopang
Fin. cat semprot warna merah besi
Parket kayu 15 x 115 (cm)Ubin kayu type Merbau FJLFin. UV coating warna natural
Plafon Kalsi board tebal 6mmFin. Nippon Paint S 3502 B,Nippon 3-in-1
Drop Ceiling, Kalsi board 4.5mm,Fin. Nippon Paint S 4005 R80B,Nippon 3-in-1
FINAL DESAIN Area Entrance dan Area Informasi
Keterangan gambar: 1. Partisi besi hollow warna hitam dengan susunan potongan kayu kopi yang disusun
secara acak. Kesan dinamis terlihat dari ukuran yang berbeda tiap frame kotak pada
partisi.
2. Partisi kayu di belakang meja informasi adalah analogi dari akar kayu teh yang tidak
beraturan. Menggunakan material kayu recyle unfinished.
3. Meja area informasi dengan menggunakan material kayu yang hanya difinishing clear.
Mengambil analogi dari beberapa lembar pucuk daun teh yang disusun bertumpuk.
Dalam aplikasinya, susunan kayu tersebut diberi struktur berupa stainless steel di
dalamnya. Sehingga meja dapat berdiri kokoh.
4. Material lantai yang digunakan adalah material semen ekspos. Aplikasi semen ekspos
memberikan kesan modern pada cafe. Warna abu-abu memberikan kesan lapang,
hening, dan dingin. Dengan adanya karakter tersebut, maka kesan hening, dan dingin
dari warna abu-abu “dihangatkan” dengan material-material alam yang digunakan
sebagai elemen rustic dengan dominasi warna cokelat, hitam, merah, dll.
Area Entrance dan Area Informasi
1
2 3 4
Keterangan gambar: 5. Partisi besi bekas ayakan kopi yang menjadi pembatas antara area lift dan area
workshop teh. Partisi ini berada di tengah kedua entrance café. Partisi besi ini
merupakan material lokal dari PTPN XII (Persero). Dengan warna merah berkarat
sebagai warna dari besi semakin menguatkan kesan rustic pada Rollaas Café.
6. Area ini merupakan area workshop teh. Kaki pada partisi pajang sengaja didesain cukup
tinggi agar tidak terkesan penuh dan sesak. Sehingga batas fungsi area masih tetap
terlihat, baik pada partisi maupun pada perbedaan material lantai yang menggunakan
parket kayu dan batu kali.Selain itu terdapat beberapa karung goni yang berisi display
kopi produk PTPN XII (Persero).
5
6
Partisi besi pada area transisi (lift) di antara dua pintu masuk
Area Mini Bar
Keterangan gambar: 7. Perbedaan material pada plafon menunjukkan adanya perbedaan fungsi kegiatan. Plafon
kalsium silikat yang difinishing cat abu-abu adalah plafon utama. Sedangkan plafon kayu
adalah sebagai penanda area sirkulasi. Sehingga hanya di beberapa spot saja yang
menggunakan aplikasi plafon kayu.
8. Hanging lamp pada area café ini mengambil analogi dari topi caping pemetik teh. Material
yang digunakan adalah kain hitam tebal dan penggunaan kawat tembaga yang dianyam
secara acak untuk aksentuasi pada hanging lamp ini.
9. Dinding pada area sudut café ini menggunakan material batu dari Gunung Ijen yang
berwarna hitam pekat. Finishingnya cukup di coat dengan warna clear. Hal tersebut
dimaksudkan agar tekstur dan warna batu tetap seperti asli dan apa adanya. Pada area
ini juga terdapat mini galeri yang berisi pigura-pigura foto tentang perkembangan
perkebunan teh Wonosari.
10. Hanging lamp pada area bar mengambil analogi dari biji Camellia sinensis. Ketika lampu
dinyalakan, maka hasil bayangan yang diperoleh adalah bayangan sesuai biji Camellia
sinensis.
8
11 10
9
7
Area Mini Bar
11. Barstool menggunakan analogi akar daun teh pada sandarannya. Material yang
digunakan adalah kayu dengan finishing clear sehingga tampak seolah-olah tidak
difinishing dengan baik.
Area Café (Indoor dan Outdoor)
Keterangan gambar: 12. Salah satu entrance yang langsung mengarah kepada café dan lift.
13. Area ini adalah area outlet merchandise, dimana merupakan sebuah ruangan yang
menjual berbagai hasil perkebunan dari PTPN XII (Persero).
12
13
Area Cafe Indoor
Keterangan gambar: 14. Sofa menggunakan material kayu olahan unfinished dan bantalan sofa yang berwarna
merah. Sofa tipe ini terbagi menjadi 3 ukuran, yaitu single sofa, double sheet dan sofa
dengan daya tampung banyak seperti pada gambar.
15. Coffee table menggunakan kombinasi material kayu unfinished dan stainless steel serta
kaca. Pada coffee table ini terdapat coakan yang berisi kayu-kayu kopi yang tidak
difinishing yang kemudian ditutup oleh kaca tebal. Sedangkan untuk kaki coffee table
menggunakan stainless steel. Material stainless steel ini digunakan untuk
menyeimbangkan antara kesan modern dan rustic.
16. Material pada lantai café dibedakan menjadi dua. Untuk area duduk menggunakan
parket kayu. Sedangkan untuk area sirkulasi menggunakan semen ekspos. Adanya
perbedaan material tersebut menunjukkan perbedaan fungsi area dan perbedaan
atmosfer.
15
14
16
Area Cafe Indoor
Area Cafe Indoor
Area indoor cafe yang berbatasan langsung dengan outdoor cafe
17
18 19
Keterangan gambar: 17. Partisi pembatas antara sofa satu dengan sofa lainnya adalah mengambil analogi dari
akar tanaman teh. Material yang digunakan adalah jenis kayu unfinished. Pola akar
yang dipasang tidak beraturan namun tetap terlihat dinamis.
18. Single sofa ini menggunakan material stainless steel dengan pola anyaman. Pola
anyaman diperoleh dengan menggunakan plat stainless steel tipis. Sehingga sofa
terkesan modern dengan materialnya dan nature dengan pola anyamannya. Untuk
dudukannya sendiri menggunakan kain polos berwarna merah.
19. Single sofa ini menggunakan material kayu olahan unfinished dan bantalan sofa yang
berwarna merah. Sofa tipe ini terbagi menjadi 3 ukuran, yaitu single sofa, double sheet
dan sofa dengan daya tampung banyak seperti pada keterangan nomor 14.
Keterangan gambar: 20. Adalah partisi pembatas antara café indoor dan outdoor. Material yang digunakan pada
partisi ini adalah pipa hollow berbentuk kotak. Pola segitiga dengan susunan kayu kopi
diletakkan secara acak. Sehingga tampak pada gambar dengan pola segitiga kosong
dan segitiga terisi susunan kayu kopi.
21. Merupakan area entrance yang langsung berhadapan dengan ruang café dan
bersebelahan dengan area outlet merchandise.
20 22 21
Area indoor cafe yang berbatasan langsung dengan outdoor cafe
22. Sedangkan sisi satunya juga merupakan area entrance yang berhadapan dengan area
informasi dan partisi kayu kopi.
Keterangan gambar: 23. Kaca yang digunakan pada atap sosoran adalah kaca tempered dengan ketebalan
12mm. Agar pengunjung yang duduk di area outdoor tidak merasa gerah saat siang
hari, maka kaca diberi pelapis kaca film berwarna gelap dengan dominasi warna abu-
abu. Penggunaan kaca diharapkan dapat memberikan kesan seperti di luar ruangan
tanpa adanya sekat/partisi apapun yang menghalangi.
24. Tiang kayu sebagai struktur penopang dari kaca tempered dan kayu penopang lain di
atasnya. Kayu yang digunakan adalah yang berukuran 8/15 dan difinishing clear agar
tekstur kayu dapat tetap terlihat namun terlindungi dari cuaca di area outdoor.
25. Railing pada area balkon ini menggunakan material besi hollow berbentuk kotak dengan
pola akar tanaman teh. Terjadi perulangan pola akar tanaman teh pada partisi di area
indoor, area informasi, dan railing pada balkon.
26. Lampu dinding yang berada di area outdoor ini mengambil analogi dari akar tanaman
teh. Dengan kombinasi material stainless steel menunjukkan adanya unsur modern.
27. Material lantai yang digunakan di area outdoor menggunakan kayu ulin. Kayu ulin
digunakan pada area outdoor karena karakternya yang tahan terhadap segala cuaca.
23
24
25
27 26
Area Outdoor Cafe
Baik panas maupun hujan. Dari cuaca-cuaca tersebut, semakin memperkuat ketahanan
material kayu ulin ini.
Area Workshop Teh
Keterangan gambar: 28. Partisi pajang pada area workshop digunakan untuk memamerkan produk-produk hasil
PTPN XII (Persero) seperti teh dan kopi. Dikemas dengan toples-toples yang di tata
sedemikian rupa dan keterangan dari produk-produk tersebut. Material partisi pajang ini
adalah kayu jenis kamper yang difinishing clear agar tekstur kayu tetap terlihat dan besi
hollow yang difinishing cat warna hitam. Kaki partisi sengaja didesain cukup tinggi agar
ruangan tidak terkesan sesak dan penuh.
29. Meja pada area workshop menggunakan material kayu yang hanya difinishing clear.
Konsep layout meja pada area workshop disesuaikan dengan kondisi pada jaman
dahulu. Para pekerja teh selalu bekerja dengan posisi yang berhadapan satu sama lain.
Sehingga interaksi dan koordinasi lebih banyak.
30. Perbedaan material digunakan untuk membedakan fungsi ruang. Di sekeliling area
workshop menggunakan material kayu parket dan coakan lantai yang berisi batu-batu
kali berwarna hitam. Sehingga fungsi ruang terlihat jelas ketika akan menuju area
workshop.
28
29 30
Area Workshop Teh
Keterangan gambar: 31. Partisi besi bekas ayakan kopi menjadi pemisah antara area workshop teh dan area lift.
Partisi ini juga akan diberi pigura-pigura yang berisi tentang penjelasan seluk beluk teh.
32. Tungku kayu yang menjadi satu dengan area kerja pada area workshop teh. Tungku ini
didesain seperti tungku pada jaman dahulu. Kayu di dalam tungku merupakan elemen
estetika. Api berasal dari kompor portable yang terletak di dalam tungku.
33. Area kerja workshop the yang terdiri meja dan kursi kayu. Layout disesuaikan dengan
posisi para pekerja pada jaman dahulu agar pengunjung dapat merasakan secara
langsung situasi pada saat dulu. Lagipula, dengan posisi saling berhadapan, instruktur
dapat memberikan penjelasan dengan mudah serta interaksi pada sesama para
pengunjung lebih banyak.
33 32 31
Area Workshop Teh
Elemen Furniture
Kursi Cafe
Kursi pada area cafe indoor ini mengambil analogi dari anyaman keranjang bambu pemetik
teh. Penggunaan material yang agak berbeda terlihat pada kursi cafe ini. Material
menggunakan stainless steel dengan motif anyaman. Sehingga unsur modern tampak dari
jenis material yang digunakan walaupun dengan motif anyaman.
Hanging Lamp
Hanging lamp pada area cafe mengambil analogi dari topi caping pemetik teh. Adanya
penambahan elemen estetika berupa kawat tembaga pada sisi-sisi dalamnya dimaksudkan
agar bentukan topi caping tidak serta merta persis dengan topi caping, tetapi diolah lebih
lanjut. Unsur rustic ditunjukkan melalui penggunaan material kawat tembaga yang berwarna
merah dan motif dari kaitan antar kawat tembaga akan memberikan sinar bias berupa kotak-
kotak abstrak pada area sekitarnya.
Lighting Bar
Lighting bar mengambil analogi dari biji bunga Camellia sinensis. Pada saat lampu
dinyalakan pada lighting bar, maka lampu tersebut akan menghasilkan bayangan berbentuk
biji bunga Camellia sinensis. Material menggunakan plastik mika yang memiliki karakteristik
transparan dove/putih susu. Sehingga bias dari lampu akan terlihat jika dinyalakan.
Barstool dan lampu dinding
Bentukan barstool dan lampu dinding mengambil analogi dari akar tanaman teh. Akar-akar
tanaman teh dengan karakter tidak beraturan dianalogikan sebagai penutup lampu dinding
dan sebagai elemen estetis pada sandaran barstool. Material yang digunakan adalah kayu
tanaman teh yang telah mati. Yang kemudian difinishing sedemikan rupa agar sesuai
dengan desain lampu dinding dan barstool.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Sebuah café yang terletak di area perkebunan teh dapat ditonjolkan point view
alamnya sehingga menjadi nilai tambah dan ciri khas bagi cafe tersebut.
2. Konsep rustic ternyata dapat digunakan untuk menonjolkan serta mengangkat
material alam dan material lokal, yang kemudian diaplikasikan kepada desain
interior Rollaas Cafe.
3. Area workshop teh pada Rollaas Cafe menjadi sebuah sarana edukasi bagi
pengunjung. Selain untuk menambah wawasan tentang PTPN XII (Persero), cafe ini
juga dapat membantu mengangkat pariwisata agrowisata.
SARAN Desain dengan nuansa rustic masih dapat dikembangkan lagi, mengingat potensi alam
pada lahan eksisting yang masih dapat dieksplore. Mulai dari eksplore material baik material
alam maupun lokal, warna, bentukan, pencahayaan, dan lain sebagainya. Sehingga, hasil
desain lebih maksimal dan menarik.
DAFTAR PUSTAKA Hanan, Ali. 2000. Modern Rustic. Cassell & Co. United Kingdom.
Vranckx, Bridget. 2010. Modern Country Interiors. LOFT Publications. Barcelona
Etchetto, Mariana R. Eguaras. 2010. Materials. LOFT Publications. Barcelona.
Sukma, M. Indra. 2010. IDEA BOOKS, Kreatif Membangun Rumah Semen. PT. Samindra
Utama. Jakarta.
Akmal, Imelda. 2006. Lighting. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Panero, Julius, -at al-. 1979. Human dimension & Interior Space. Whitney Library of
Design. New York.
Rayati, Dini Jamia dan Widayat, Wahyu. 2009. More Than A Cup Of Tea. Pusat Penelitian
Teh dan Kina. Bandung.
Wardhana, Mahendra. 2002. Menciptakan Estetika Desain Dengan Metodologi Penelitian. Jombang.
S, Agustina Maria. 2010. 1001 Teh-Dari Asal Usul, Tradisi, Khasiat Hingga Racikan Teh.
C.V ANDI OFFSET. Jogjakarta.
Syahriyanti, Eti. 2009. I Love Coffee and Tea. DIVA Press. Jogjakarta.
Akmal. Imelda. 2007. Seri Rumah Ide, Plafon Kreatif. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Akmal. Imelda. 2007. Seri Rumah Ide, Lantai. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sinaga, Antonius dan Tim Redaksi Rumah. 2008. Kaca dan Aplikasinya. PT Prima
Infosarana Media. Jakarta.
Koch, Robert. Dkk. 1997. Pedoman Gambar Kerja. Kanisius (Anggota IKAPI). Jogjakarta.
Kamus besar bahasa Indonesia
Wikipedia esiklopedia bebas
www.google.com
www.petra.ac.id
www.ptpn12.com
http://www.ideaonline.co.id/
http://glasschoice.blogspot.com/
http://www.housing-estate.com/