DEPRESI RINGAN.doc
-
Upload
saudianingrum -
Category
Documents
-
view
66 -
download
0
Transcript of DEPRESI RINGAN.doc
Topik : Episode Depresi Ringan (F.32.0)
Tanggal (kasus) : 27 Maret 2015 Presenter : dr. Ula Faza Nayli Rasyad
Tanggal presentasi : Pendamping :
I. dr. Kurmin Hadi Darsono
II. dr. Arief Purwanto
Tempat presentasi : RSUD Rehatta, Kab Jepara
Objektif presentasi :
Keilmuan □ Ketrampilan □ Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi : Nn. MD datang ke UGD RSUD Rehatta dengan keluhan lemas setelah minum 20 butir
obat influenza yang dibeli di warung.
Tujuan :Deteksi dini Episode dan penatalaksanaan Depresi Ringan (F.32.0)
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Cara membahas : □ Diskusi Presentasi dan diskusi □ e-mail □ Pos
Data pasien : Nama : Ny. S No registrasi : 13010346
Nama klinik : RSUD Kelet Umur : 30 tahun
Telp : -
Terdaftar sejak :
27 Maret 2015
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Episode Depresi Ringan (F.32.0)
Deskripsi umum, KU: Tampak perempuan usia 40 tahun, wajah sesuai umur, penampilan rapi,
perawatan diri cukup, status gizi cukup. Kesadaran: Composmentis. Perilaku dan aktivitas
psikomotor: normoaktif. Pembicaraan: Menjawab pertanyaan yang diajukan dengan spontan
dengan volume suara yang cukup. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif.
Keadaan afektif, Mood: eutimik, Afek: appropiate. Roman muka: normomimik, Perhatian:
mudah ditarik, mudah dicantum
TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu:36,7°C.
2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
o Faktor Organis
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan yang mengenai kepala yang menyebabkan
pasien dirawat di rumah sakit. Pasien juga tidak pernah mengalami panas yang lama 1
serta riwayat kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami keracunan. Riwayat
stroke tidak ada.
o Penyalahgunaan Alkohol dan NAPZA
Pasien tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan memakai obat-obatan
terlarang.
4. Riwayat Keluarga :
a. Pola Asuh Keluarga
Pasien tinggal dan dibesarkan oleh neneknya. Meskipun pasien tinggal dengan neneknya,
pasien merasa tidak kekurangan kasih sayang karena pasien merasa sudah mendapatkan
kasih sayang yang utuh dari neneknya dan orangtuanya.
b. Silsilah keluarga
Pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara dan anak perempuan satu-satunya. Pasien
memiliki satu orang anak dari hasil pernikahanya dengan suaminya. Di dalam keluarga
pasien, tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Genogram
Keterangan
Pasien
Laki-laki tanpa gangguan jiwa
Perempuan tanpa gangguan jiwa
Tinggal satu rumah dengan pasien
2
Perempuan tanpa gangguan jiwa meninggal
Laki – laki tanpa gangguan jiwa meninggal
5. Riwayat Pribadi (Autoanamnesis Dan Alloanamnesis)
o Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Tidak diketahui.
o Masa Kanak-kanak awal ( 0-3 tahun )
Tidak diketahui.
o Masa kanak-kanak tengah ( 3-5 tahun )
Tidak diketahui.
o Masa kanak-kanak akhir ( 5-12 tahun )
Pasien masuk SD pada usia 7 tahun. Saat masuk pertama kali pasien bisa mandiri,
tanpa ditunggu oleh neneknya. Pasien tidak pernah tinggal kelas dan prestasinya
cukup.
o Masa remaja ( 12-18 tahun )
Setelah lulus SD pasien melanjutakan ke jenjang SMP. Ketika SMP hubungan dengan
teman- teman sekolah baik dan prestasi dalam batas rata-rata. Pasien tidak pernah
tinggal kelas semasa SMP. Kemudian pasien melanjutkan ke jenjang SMA, hubungan
dengan teman sekolahnya baik, dan prestasinya cukup.
Aktifitas social
Pasien tidak pernah memilih teman dalam bergaul dan sering mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh sekolah. Hubungan dengan teman baik.
Aktifitas psikoseksual
Pasien sejak kecil menggunakan pakaian perempuan. Diperlakukan oleh lingkungan
layaknya perempuan, berperilaku seperti perempuan. Pasien mulai menyukai lawan
jenis. Pertumbuhan fisik pasien selayaknya perempuan normal ( pertumbuhan
sekunder menampakkan ciri sekunder perempuan). Pasien tidak pernah mengalami
kekerasan maupun penyimpangan seksual.
o Masa Dewasa
o Perkembangan jiwa.
Meskipun pasien tinggal dengan neneknya, pasien merasa tidak kekurangan
3
kasih sayang karena pasien merasa sudah mendapatkan kasih sayang yang
utuh dari neneknya dan orangtuanya. Kedua orang tuanya tinggal dirumah
yang berbeda dengan pasien dan setiap sebulan sekali mengunjungi pasien di
rumah neneknya. Saat SD pasien sering ditakut – takuti oleh temannya
mengenai kejadian kematian. Pasien merasa ketakutan setiap mendengar
berita orang yang meninggal.
o Riwayat Psikososial
Hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitar dan suami cukup baik.
Namun hubungan pasien dengan keluarga suami kurang dekat tetapi empat
tahun terakhir hubungan mereka menjadi lebih harmonis.
o Riwayat Pekerjaan
Sebelum menikah pasien bekerja di pabrik konveksi di Jakarta. Setelah
menikah pasien berhenti bekerja dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah
tangga.
o Riwayat Pernikahan
Pasien menikah dengan laki – laki pilihannya sendiri yang dikenalkan oleh
saudara sepupunya yang berasal dari Temanggung. Pada saat itu pasien
berusia 31 tahun dan sang suami berusia 32 tahun.pasien menikah umur 31
tahun karena sebelumnya pasien belum menemukan orang yang cocok untuk
dijadikan sebagai pendamping hidup. Kemudian setelah satu tahun menjalin
hubungan dengan suami baru merasakan keyakinan untuk ke jenjang lebih
serius. Dari hasil pernikahannya pasien dikarunia satu orang anak laki – laki
dan sekarang berumur sembilan tahun. Pasien belum berencana untuk
menambah momongan lagi melihat kondisi pasien yang seperti itu. Pasien
tinggal serumah dengan suami dan anaknya di Temanggung. Setiap pasien
mendapat masalah, pasien bercerita dengan suaminya dan sang suami hannya
bisa menyarankan pasien untuk sabar. Kegiatan Moral Spiritual
Pasien beragama islam dan sejak kecil rajin melaksanakan ibadah.
o Kebiasaan
Pasien tidak pernah merokok dan mengkonsumsi alkohol maupun obat –
obatan terlarang.
4
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
a. Faktor Predisposisi
i. Kepribadian
Pasien cenderung orang yang mudah bersosialisasi dan mudah berteman.. Saat SMP dan
SMA pasien memiliki teman dekat dan biasa bercerita tentang keluh kesahnya sehari –
hari.
ii. Kasih Sayang
Walaupun pasien tinggal bersama neneknya, tetapi pasien tidak pernah merasa
kekurangan kasih sayang baik dari neneknya maupun dari orangtuanya. Orang tuanya
pasien tinggal agak jauh dari rumah pasien tetapi sering menjenguk pasien dan
menunjukan kasih sayangnya kepada pasien.
iii. Sosial Ekonomi
Setelah menikah pendapaan keluarga berasal dari suami yang bekerja sebagai takhmir
masjid sekaligus sebagai penjaga keamanan di masjid yang sama. Selain itu untuk
membantu keuangan keluarga pasien membuat keripik dan dipasarkan ke beberapa toko
kecil disekitar rumah. Pendapatan mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
serta kebutuhan satu anak mereka yang masih duduk di bangku kelas 3 SD.
b. Faktor Pencetus
Setelah menikah hubungan pasien dengan ibu kandungnya lebih dekat, tetapi tidak lama
kemudian ibu kandung pasien meninggal dunia dan membuat pasien sangat terpukul. Satu
tahun kemudian sang nenek yang sangat dekat dengan pasien meninggal dunia dan hal ini
semakin membuat keadaan pasien terpuruk. Setelah menikah pasien tinggal bersama
suaminya di Temanggung. Sekarang pasien tinggal menumpang dirumah adik iparnya yang
terletak di samping rumah pasien karena rumah pasien sedang diperbaiki. Sebelumnya
Pasien merasa kurang nyaman tinggal bersama dengan keluarga adik iparnya. Tetapi
semenjak empat tahun yang lalu hubungan mereka menjadi lebih harmonis. Satu tahun
terakhir pasien merasa ketergantungan oleh obat-obatan yang diberikan dokter. Jika tidak
minum obat, penyakitnya kambuh.
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
5
KETERANGAN
Tahun 2004 pasien mengeluh dada sering berdebar-debar, mengalami kesulitan dalam
bernapas, cemas, sakit perut, mudah lelah dan sakit kepala. Hal itu terjadi ketika ibu pasien
meninggal dunia. Pasien masih dapat bekerja dan bersosialisasi dengan masyarakat
Tahun 2005 pasien mengeluh dada berdebar-debar hampir setiap hari disertai dengan cemas,
gelisah, sesak napas sakit perut dan pasien sering termenung. Nafsu makan menurun, aktifitas
terbatas, jarang keluar rumah dan bertemu dengan tetangga. Hal itu terjadi semenjak nenek
pasien meninggal.
Tahun 2007 Pasien berobat ke RSSM. Keluhan berdebar-debar, sesak napas, lemas dan
ketakutan mulai berkurang. Nafsu makan meningkat .
Tahun 2010 keluhan berdebar-debar perasaan takut mati, sulit tidur jika tidak mengkonsumsi
obat , nafsu makan menurun mulai muncul kembali. Hal itu dikarenakan pasien merasa sangat
tergantung dengan obat dan takut efek samping obat jika dikonsumsi terlalu lama.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status gizi : kesan cukup
b. Tanda Vital
6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 º Celcius
c. Keadaan tubuh
Kepala : mesochepal, tidak ditemukan bekas luka
Kulit : sawo matang
Mata : pupil isokor ka=ki, D ±2mm, CA: -/-, SI: -/-, reflek cahaya +/+
Hidung : tidak ada kelainan
Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan
dada :
o jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
o paru : vesikuler (+) N, ronkhi (-/-), weezhing (-/-)
Abdomen : supel, bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
8. Status Neurologi
o Kesadaran : Komposmentis
o GCS : E4M6V5 = 15
o Pemeriksaan motorik Superior Inferior
o Kekuatan 5/5 5/5
o Gerakan Bebas/bebas Bebas/bebas
o Tonus N/N N/N
o Trofi eu/ eu eu/eu
o Refeks Fisiologis +/+ +/+
o Reflek Patologis -/- -/-
o Klonus -/-
o Pemeriksaan Sensibilitas +/+ +/+
o Vegetatif : dbn
7
o Nervi cranialis : dbn
Status Psikiatrik
Deskripsi umum
1. Kesan umum
Tampak perempuan usia 40 tahun, wajah sesuai umur, penampilan rapi, perawatan diri
cukup, status gizi cukup.
2. Kesadaran
Komposmentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Menjawab pertanyaan yang diajukan dengan spontan dengan volume suara yang cukup.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
Keadaan afektif
1. Mood : eutimik
2. Afek : appropiate
3. Roman muka : normomimik
4. Perhatian : mudah ditarik, mudah dicantum
Fungsi intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Pendidikan sampai tamat SMA, tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan
intelegensi.
2. Daya konsentrasi: Baik
3. Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : baik
4. Daya ingat
Jangka pendek: baik
Jangka sedang : baik
8
Jangka panjang : baik
5. Pikiran abstrak: Baik
Gangguan persepsi
1. Halusinasi dan Ilusi tidak ditemukan
2. Depersonalisasi dan Derealisasi tidak ditemukan
Proses Pikir
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir :
Produktivitas : cukup ide
Kontinuitas : spontan, relevan
Hendaya berbahasa : tidak ada
3. Isi Pikir
Preokupasi : pasien ingin sembuh dari penyakitnya dan tidak tergantung
dengan obat
Obsesi : tidak ada
Gangguan pikiran
o Waham bizzare
- Tought broadcasting ( siar pikir ) : ( - )
- Tought insertion ( sisip pikir ) : ( - )
- Tought withdrawal ( kendali pikir ) : ( - )
- Tought of echo : ( - )
- Waham magik mistik : ( - )
o Waham non bizarre
- Waham curiga : ( - )
- Waham kebesaran : ( - )
- Waham kejar : ( - )
- Waham cemburu : ( - )
- Waham dosa / bersalah : ( - )
- Waham somatik : ( - )
- Waham tak berguna : ( - )
Pengendalian impuls: Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
9
Daya Nilai
Norma sosial : saat ini pasien bersosialisasi dengan baik.
Uji daya nilai : tidak terganggu
Penilaian realitas : derealistik ( - ), depersonalisasi ( - )
Persepsi ( tanggapan ) pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin segera sembuh dari sakitnya dan ingin sekali tidak ketergantungan dengan obat
yang diberikan oleh dokter.
Tilikan ( insight ): Baik
Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya
Daftar Pustaka :
1. PPDGJ III
2. Kaplan jilid 1 dan 2
Hasil Pembelajaran :
Dapat melakukam diagnosa dini pada kasus episode depresi ringan (F.32.0)
Dapat memberikan penatalaksanaan dengan tepat pada kasus episode depresi ringan
(F.32.0)
1. Subjektif :
( Riwayat perjalanan penyakit diperoleh dari Alloanamnesis, autoanamnesis, dan catatan
medis)
Sejak enam tahun yang lalu pasien mengeluh dadanya sering berdebar – debar,
bahkan mengalami kesulitan dalam bernafas, cemas, sakit perut, mudah lelah dan merasa
sakit kepala. Keluhan muncul pertama kali saat pasien mendengar berita kematian ibunya.
Hal ini juga dipicu oleh keadaan dimana pasien baru merasakan kedekatan dengan ibu
kandungnya karena semenjak kecil pasien tinggal dan dibesarkan oleh nenek dari pihak ibu.
Pasien dibesarkan oleh neneknya sejak usia 1 tahun. Awalnya pasien sejak lahir tinggal
bersama ayah, ibu, paman,bibi dan neneknya. Saat pasien berusia satu tahun, orang tua
pasien pindah rumah. Tetapi oleh neneknya pasien tidak diijinkan tinggal bersama orang
tuanya karena pada waktu itu sang nenek hanya tinggal bersama kedua anaknya dan
keinginan sang nenek untuk merawat cucu pertamanya. Biarpun tidak tinggal satu rumah,
orang tua pasien sering menjenguk satu bulan sekali. Pasien tidak pernah merasa
kekurangan kasih sayang, karena neneknya sangat menyayagi pasien, begitu juga dengan 10
orangtua pasien walaupun tinggal berpisah. Sebelum menikah pasien belum merasa dekat
dengan orangtua terutama ibunya karena tidak tinggal satu rumah sehingga pasien tidak
pernah cerita tentang kehidupan pribadi maupun masalahnya kepada orangtua.
Setelah menikah nenek pasien mengijinkan pasien tinggal bersama suaminya, dan
semenjak menikah sang suami sering mengajak pasien untuk berkunjung ke rumah ibu
pasien sehingga terjalin kedekatan antara pasien dengan ibu kandungnya. Setelah 3 tahun
pernikahan saat anak pasien baru berusia dua tahun, mendadak ibu pasien meninggal.
Ketika itu, ibu pasien meninggal di semarang, pasien berada di Temanggung dan suaminya
di Jakarta. Pasien merasa sendirian karena tidak bisa berbagi penderitaan dengan orang lain.
Semenjak itu pasien merasa dada sering berdebar-debar jika mendengar atau melihat berita
tentang kematian, pasien merasa takut mati, pasien juga sering mengeluh sesak nafas ketika
serangan itu muncul. Namun, pasien masih dapat bekerja dan bersosialisasi dengan
masyarakat.
Rasa berdebar-debar itu semakin manjadi-jadi setelah neneknya meninggal setahun
kemudian, tepatnya pada tahun 2005. Pasien merasa sangat kehilangan dan sangat terpukul.
Setiap hari pasien merasa termenung dan sedih jika teringat neneknya yang meninggal.
Pasien sering merasa cemas, gelisah, mengeluh sesak nafas, sakit perut disaat serangan itu
muncul, dada berdebar semakin kencang disaat pasien mendengar dan mengingat tentang
kematian. Terkadang pasien merasa bersalah karena belum dapat membahagiakan neneknya
yang semasa hidupnya menyayanginya dengan penuh kasih sayang. Terkadang terngiang di
pikirannya bahwa dia merasa sendirian. Sejak saat itu frekuensi serangan semakin
meningkat. Pada saat serangan pasien merasa sesak nafas, lemas, sampai pasien merasa
takut jika sampai mati dan tidak bisa menjalankan aktivitas sehari – hari sebagai ibu rumah
tangga. Nafsu makan pasien menurun dimana sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan
porsi cukup. Dan ketika sakit hanya dua kali dengan porsi sedikit. Jika timbul keluhan
pasien tidak bisa pergi ke pasar seperti biasanya dan jarang keluar rumah bertemu dengan
tetangga.
Tahun 2005-2007 gejala lebih nyata dan parah. Rasa berdebar-debar muncul hampir
tiap hari terutama bila mendengar kabar kematian seseorang atau melihat berita kematian di
TV. Apabila keluhan muncul pasien mudah capek dan malas-malasan bila bekerja. Pada
awalnya pasien menganggap rasa berdebar-debar itu hanya keluhan biasa dan dapat
menghilang dengan sendirinya. Tetapi lama kelamaan rasa berdebar-debar itu semakin
sering dan sangat mengganggu sehingga pasien memutuskan untuk memeriksakan dirinya
11
ke dokter penyakit dalam. Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh tidak
didapatkan kelainan yang berarti. Dari dokter penyakit dalam diberikan terapi untuk
mengurangi rasa berdebar-debarnya, tetapi pasien merasa keluhan tersebut tidak berkurang
sama sekali. Pasien kemudian pergi ke pengobatan alternative dengan rukiyah tapi tidak
membuahkan hasil. Karena rasa berdebar-debarnya semakin mengganggu, maka pasien
mencoba berobat ke puskesmas terdekat dan disarankan untuk periksa ke psikiatri. Sejak
saat itu, tepatnya pada tahun 2007, pasien memutuskan untuk berobat ke RSSM.
Tahun 2007 pasien berobat ke RSSM dan mendapatkan terapi Amitriptilin 1x25 mg
dan Zypras 1x0,5 mg, pasien merasa lebih enak. Keluhan sering berdebar-debar, sesak
napas, lemas dan ketakutan mulai berkurang. Nafsu makan meningkat dan perasaan
menjadi lebih baik. Jika obat yang diberikan habis pasien kembali mengalami keluhan
seperti sebelumnya. Sehingga pasien harus rutin minum obat dan selalu kontrol sampai
sekarang.
Tahun 2010 gejala mulai meningkat lagi karena pasien merasa sangat tergantung
dengan obat. Jika tidak minum obat pasien merasa tidak bisa tidur dan muncul keluhan
berdebar-debar, takut jika mendengar, melihat, atau mengingat tentang kematian, cemas
karena sakitnya yang tidak sembuh-sembuh sejak tahun 2004 serta pasien takut jika mati.
Pasien merasa sangat khawatir karena tidak bisa lepas dari obat dan takut akan efek samping
obat jika pasien mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama. Keluhan lebih sering
dan tidak tentu dan berlangsung lama sampai berhari-hari. Nafsu makan semakin menurun.
Sehingga aktifitas sebagai ibu rumah tangga terganggu karena mudah lelah dalam bekerja.
2. Objektif :
Seorang perempuan, 40 tahun, sudah menikah, pendidikan terakhir SMA, datang ke RSJ
Magelang dengan keluhan dada sering berdebar-debar, sesak napas, lemas dan takut jika
medengar, melihat, atau mengingat tentang kematian. Pasien juga merasa khawatir dan takut
mati karena sakitnya yang tidak sembuh-sembuh sejak tahun 2004. Keluhan sering terjadi dan
tidak tentu tanpa sebab yang jelas serta berlangsung lama sampai seharian penuh. Sehingga
aktifitas sebagai ibu rumah tangga terganggu karena mudah lelah dalam bekerja. Nafsu makan
semakin menurun. Setelah berobat keluhan sering berdebar-debar, sesak napas, lemas dan
ketakutan mulai berkurang. Nafsu makan meningkat dan perasaan menjadi lebih baik. Jika obat
yang diberikan habis pasien kembali mengalami keluhan seperti sebelumnya. Sehingga pasien
harus rutin minum obat dan selalu kontrol sampai sekarang. Beban pikiran pasien yang merasa
12
khawatir karena sakitnya tidak sembuh – sembuh, tidak bisa lepas dari obat dan takut akan efek
samping jika pasien mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama diduga menjadi
penyebab keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sejak satu tahun terakhir.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :
TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,
suhu:36,7°C.
Pemeriksaan neurologis: dbn.
GEJALA YANG DIDAPAT
o Sindrom Depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Mudah lelah
Nafsu makan menurun
Tidur terganggu
o Sindrom Anxietas
cemas
Berdebar – debar
Sakit kepala
Sakit perut
Sesak nafas
Rasa takut mati
3. Assessment (penalaran klinis) :
Berdasarkan PPDGJ III, depresi merupakan kondisi emosional yang gejala afek depresif;
kehilangan minat dan kegembiraan; berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah; konsentrasi dan perhatian berkurang; gagasan tentang rasa bersalah
pesimistis; gagasan untuk melakukan hal yang membahayakan; tidur terganggu; nafsu
makan berkurang.
Pada gangguan ansietas menyeluruh, keluhan cemas dan kekhawatiran yang terjadi
hampir sepanjang hari, menetap dan berlangsung lama (beberapa minggu atau bulan),
sakit kepala, berdebar-debar, gangguan tidur, sakit perut, sesak napas, dan rasa takut
mati. Sehingga diagnosis banding yang dapat diajukan pada kasus ini adalah Gangguan
13
Cemas Menyeluruh dan Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi.
Pada Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi terdapat gejala-gejala anxietas, di mana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
4. Plan :
Pembahasan
Episode Depresif Ringan (F. 32.0)
No Kriteria Diagnostik Pada Pasien
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala gejala
utama depresi
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
Terpenuhi
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari ggejala lainnya:
(a) sampai dengan (g).
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
Terpenuhi
14
g) Nafsu makan berkurang
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya Terpenuhi
4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu
Terpenuhi
5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
social yang biasa dilakukan
Terpenuhi
Gangguan Cemas Menyeluruh (F.41.1)
No Kriteria Diagnostik Pada pasien
1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
Terpenuhi
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsure-
unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasip buruk,
merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (elisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai), dan
c) Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
Terpenuhi
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan
berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta
Terpenuhi
15
keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara
(untuk beberapa hari, khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-),
gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik
(F41.0), atau gangguan obsesi kompulsif (F42.-)
Terpenuhi
Gangguan Campran Anxietas dan Depresi (F.41.2)
No Kriteria Diagnostik Pada pasien
1. Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi,
dimana masing – masing tidak menunjukkan rangkai
gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik
harus ditemukan walaupun tidak terus menerus,
disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Tidak terpenuhi
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang
lebih ringan, maka harus dipertimbangkan ketegori
gangguan anxietas lainnya atau anxietas fobik.
Terpenuhi
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang
cukup berat untuk menegakkan masing – masing
diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran
tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya
dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresi harus diutamakan.
Tidak terpenuhi
4. Bila gejala tersebut berkaitan erat dengan stress Tidak terpenuhi
16
kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori
F43.2 gangguan penyesuaian.
DIAGNOSIS KERJA
Aksis I : Episode depresi ringan (F32.0)
Aksis II : Ciri kepribadian ekstrovert
Aksis III : Tidak ditemukan adanya kelainan fisik
Aksis IV : Penyakit yang tidak kunjung sembuh
Aksis V : GAF Scale 70 – 61 = beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan cemas menyeluruh ( F41.1)
2. Gangguan campuran anxietas dan depresi ( F41.2)
3. Episode depresi ringan (F32.0)
Terapi dan Tindakan:
Tempat
Tanggal
Jam Monitoring Tindakan
Poli umum
18/11/2013
08.30 TD: 110/70
HR: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36,7 oC
kutoin 10 mg
olandoz 2mg
sandepil 10mg
B1B12 1/3 1/3
Haloperidol 2x1,5mg
Thp 2x2mg
5. Edukasi
Jika keluhan – keluhan muncul kembali, pasien dibimbing untuk relaksasi diri dengan cara
menarik nafas dalam - dalam kemudian menghembuskannya pelan - pelan. Lakukan hal
tersebut berkali – kali sampai keluhan mereda.
Pasien diberi keleluasaan untuk menceritakan tentang kehidupannya dan membangun rasa
percaya pasien terhadap orang lain serta mengungkapkan segala permasalahannya.
17
Mf pulv 1dd1
Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh dan masalah yang
dihadapinya dapat segera teratasi, memberikan motivasi dan semangat kepada pasien agar
menjalani hidup dengan baik.
Terapi reduktif terdiri dari :
o Terapi kerja: memotivasi pasien untuk tetap bekerja dan melakukan hobi – hobinya.
o Terapi keluarga dan relaksasi: keluarga diberikan informasi tentang keluhan – keluhan
yang dialami oleh pasien dan diberi pemahaman bagaimana cara memahami dan
memotivasi pasien dengan benar.
TINJAUAN PUSTAKA1. Episode Depresif Ringan (F. 32.0)
18
No Kriteria Diagnostik
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala gejala utama depresi
Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari ggejala lainnya: (a) sampai dengan (g).
h) Konsentrasi dan perhatian berkurangi) Harga diri dan kepercayaan diri berkurangj) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunak) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistisl) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirim) Tidur terganggun) Nafsu makan berkurang
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukan
2. Gangguan Cemas Menyeluruh (F.41.1)
No Kriteria Diagnostik
1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsure-unsur berikut:
d) Kecemasan (khawatir akan nasip buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
e) Ketegangan motorik (elisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai), dan
f) Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
19
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari, khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesi kompulsif (F42.-)
3. Gangguan Campran Anxietas dan Depresi (F.41.2)
No Kriteria Diagnostik
1. Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, dimana masing – masing tidak menunjukkan rangkai gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan ketegori gangguan anxietas lainnya atau anxietas fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing – masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresi harus diutamakan.
4. Bila gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
Aspek Terapi
ALPRAZOLAM
20
a. Cara Kerja
Farmakodinamik
Alprazolam merupakan derivat triazolo benzodiazepin dengan efek cepat dan sifat umum yang mirip dengan diazepam. Alprazolam merupakan anti ansietas dan anti panik yang efektif. Mekanisme kerjanya yang pasti belum diketahui. Efek tersebut diduga disebabkan oleh ikatan alprazolam dengan reseptor-reseptor spesifik yang terdapat pada susunan saraf pusat. Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat yang bervariasi tergantung pada dosis yang diberikan.
Farmakokinetik
Pada pemberian secara oral, alprazolam diabsorpsi dengan baik dan absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1 - 2 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh eliminasinya adalah 12 - 15 jam. Waktu paruh ini berbeda-beda untuk pasien usia lanjut (16,3 jam), orang dewasa sehat (11 jam), pasien dengan gangguan fungsi hati (antara 5,8 - 65,3 jam) serta pada pasien dengan masalah obesitas (9,9 - 40,4 jam). Sekitar 70 - 80% alprazolam terikat oleh protein plasma. Alprazolam mengalami metabolisme di hati menjadi metabolit aktifnya dan metabolit lainnya yang tidak aktif. Metabolit aktif ini memiliki kekuatan 1½ kali dibandingkan dengan alprazolam, tetapi waktu paruh metabolit ini hampir sama dengan alprazolam. Ekskresi alprazolam sebagian besar melalui urin, sebagian melalui ASI dan dapat melalui sawar plasenta.
b. Indikasi
Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas
Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi
Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia
c. Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap benzodiazepin, penderita glaukoma sudut sempit akut, penderita insufisiensi pulmonari akut
d. Efek Samping
- Yang sering terjadi: drowsiness, kekeringan, sakit kepala ringan
- Yang jarang terjadi: perubahan berat badan, nervousness, gangguan memori/amnesia, gangguan koordinasi, gangguan gastrointestinal dan manifestasi autonomik, pandangan kabur, sakit kepala, depresi, insomnia tremor
21
- Seperti benzodiazepin yang lain, dapat terjadi: stimulasi, agitasi, kesulitan berkonsentrasi, konfusi, halusinasi, peningkatan tekanan intraokular
- Pernah dilaporkan pada penggunaan benzodiazepin ansiolotik, seperti : distonia, iritabilitas, anoreksia, fatique, gangguan bicarajaund/'ce lemah otot, gangguan libido, irregularitas menstruasi, inkontinensia, retensi urin dan abnormal fungsi hati.
e. Peringatan dan perhatian
- Pasien-pasien dengan kecenderungan ketergantungan obat dan alkohol harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena dapat meningkatkan resiko ketergantungan
- Tidak dianjurkan untuk pasien dengan diagnosa utama schizophrenia
- Seperti obat-obat CNS lainnya, pasien yang menggunakan Alprazolam tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin
- Tidak boleh digunakan pada wanita hamil atau menyusui
- Penggunaan Alprazolam belum dipastikan pada depresi yang disertai psikiatri, pada gangguan bipolar atau pada depresi 'endogeneous' (seperti pada pasien depresi berat)
- Dianjurkan untuk memberikan dosis efektif terkecil untuk menghindari berkembangnya ataksia atau sedasi yang berlebihan
- Hati-hati pemberian obat ini pada pasien gangguan fungsi ginjal dan hati, insufisiensi pulmonari kronik
- Keamanan dan efektifitas penggunaan pada anak-anak di bawah 18 tahun belum diketahui dengan pasti
f. Dosis dan Cara Pemberian
1. Dosis awal harus rendah dan penyesuaian dosis dilakukan setiap minggu
2. Pengobatan anxietas akut tidak boleh melebihi 4 minggu
3. Obat ini dapat diberikan jika diperlukan, dan jika beberapa kali pemberian secara akut diperlukan, maka periode bebas obat selama 2-4 minggu harus diberlakukan diantara waktu pemberian obat. Gejala yan tetap muncul dapat diatasi dengan antidepresan atau buspirone
4. Pada usia lanjut dosis yang diberikan harus rendah
g. Interaksi Obat :
22
Golongan benzodiazepin termasuk Alprazolam dapat meningkatkan efek CNS depresan bila digunakan bersamaan dengan obat-obat psikotropik lain, antikonvulsan, antihistamin, etanol dan obat-obat lain yang mempunyai efek CNS depresan
h. Alasan pemilihan Alprazolam
Potensi sebagai antianxietas tinggi dan memiliki waktu paruh yang panjang yaitu berkisar antara 10-15 jam. Keuntungan obat dengan waktu paruh panjang dibandingkan dengan waktu paruh yang pendek adalah dosis yang lebih jarang, konsentrasi plasma yang kurang bervariasi dan fenomena putus obat yang lebih ringan. Alprazolam juga mempunyai “onset of action” lebih cepat dan mempnyai komponen afek anti depresif.
23