Dens It As

download Dens It As

of 11

Transcript of Dens It As

Densitas

Densitas merupakan derajat kehitaman dari suatu radiograf. Kehitaman yang dihasilkan berhubungan langsung dengan banyaknya paparan yang diterima film sinar-X atau penerangan cahaya yang berasal dari intensifying screen, sehingga densitas atau derajat kehitaman radiografi dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Bushong dkk, 1998):

D = log(I0/Ii)

Dengan D adalah densitas pada film, I0 adalah intesitas sinar-X mula-mula yang datang pada film, I1 adalah intensitas sinar-X yang diteruskan. Densitas diukur menggunakan suatu alat yang dinamakan densitometer. Alat ini menggunakan suatu berkas sinar yang secara langsung sistem optiknya memperlihatkatkan intensitas sinar yang dipancarkan dalam bentuk densitas. Densitas yang terjadi pada suatu film dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis film, energy radiasi, jumlah paparan dan kondisi pemerosesan (Curry, 1990). Hasil densitas yang semakin baik terdapat pada area dimana sinar-x ditangkap oleh film dan dikonversikan ke warna hitam, silver metalik.

Karakteristik fisik bahan yang paling ditemui di x-ray imaging dibandingkan dalam tabel berikut : Tabel 1. Karakteristik Fisik Bahan Kontras (P. Sprawls, Ph.D, 2010)

Material Air Otot Lemak Udara Kalsium Iodine Barium

Nomor Atom Efektif (Z) 7,42 7,46 5,93 7,64 20,0 53,0 56,0

Density (gr/cm) 1 1 0,91 0,00129 1.55 4.94 3,5

Tabel 2. Menunjukkan hubungan antara jumlah cahaya yang ditransmisikan dan densitas film yang dihitung (P. Sprawls, Ph.D, 2010).

Transmitansi (It/I0)

Persen Transmitansi

Invers Transmitasnsi (I0/It)

Densitas Film (I0/Ii) 0 1 2 3 4 5 6 7

1 0.1 0.001 0.0001 0.00001 0.000001 0.000001 0.0000001

100% 10% 1% 0.1% 0,01% 0,001% 0.0001% 0.00001%

1 10 100 1000 10000 100000 1000000 10000000

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa apabila 1.0 adalah 100% transmisi sinar X dan transmisi terbaliknya adalah 1 tercatat sebagai densitas dengan menggunakan densitometer adalah 0 dan seterusnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Densitas Film Radiografi (Chesney,1989) :

1. Voltage dan Kilovoltage Voltage adalah pengukuran kekuatan berdasarkan perbedaan potensial antara dua muatan listrik. Dalam tabung dental sinar X, voltage adalah pengukuran kekuatan listrik yang menyebabkan elektron bergerak dari katoda negatif ke anoda positif. Voltage menunjukan kecepatan elektron berpindah dari katoda ke anoda. Saat voltage ditambah, maka kecepatan elektron bertambah. Saat kecepatan eletron bertambah, elektron akan menembus target dengan kekuatan dan energi yang kuat, sehingga menghasilkan penetrasi sinar X dengan panjang gelombang yang pendek. Voltage diukur dalam volt atau kilovolt. Volt (V) adalah unit pengukuran yang digunakan untuk menggambarkan potensial listrik dalam sirkuit. Peralatan dental sinar X menggunakan voltage yang tinggi. Kebanyakan unit radiografik beroperasi menggunakan kilovolt; 1 kilovolt (kV) sebanding dengan 1000 volt.

Dental radiografi menggunakan 65 sampai 100 kV. Penggunaan kurang dari 65 kV menghasilkan penetrasi yang kurang adekuat, sedangkan penggunaan lebih dari 100 kV akan menghasilkan over penetrasi. Kilovolt dapat disesuaikan dengan kebutuhan diagnostik individu setiap pasien. Penggunaan 85 sampai 100 kV menghasilkan penetrasi dental sinar X dengan energi yang lebih baik dan panjang gelombang yang lebih pendek, sedangkan 65 sampai 75 kV menghasilkan penetrasi dental sinar X dengan energi yang kurang dan panjang gelombang yang lebih panjang. Kilovoltage yang lebih tinggi digunakan pada area yang padat atau tebal.

2. Amperage dan miliamperage Amperage menentukan jumlah elektron yang melewati filamen katoda. Penambahan angka ketersediaan elektron yang berpindah dari katoda ke anoda menghasilkan produksi pertambahan angka sinar X. Kuantitas sinar X yang diproduksi dikontrol oleh miliamperage. Ampere (A) adalah satuan unit pengukuran yang digunakan untuk menggambarkan angka elektron atau yang mengalir pada filamen katoda. Angka dari ampere yang dibutuhkan untuk mengoperasikan unit dental sinar X adalah kecil, sehingga amperage diukur dalam miliampere. Satu miliampere (mA) sebanding dengan 1/1000 ampere. Beberapa unit dental sinar X memiliki setting miliampere yang tetap, dan yang lainnya perlu penyesuaian miliampere pada kontrol panel. Pada dental radiografi, digunakan 7 sampai 15 mA, setting diatas 15 mA tidak direkomendasikan karena menghasilkan panas yang kuat pada tabung sinar X. Miliamperage meregulasi temperatur pada filamen katoda. Setting miliampere yang lebih tinggi menambah temperatur pada filamen katoda dan juga menambah angka elektron yang diproduksi. Penambahan angka elektron akan menambah angka emisi sinar X dari tabung. Kuantitas atau angka emisi sinar X dari kepala tabung dikontrol oleh miliamperage. Miliamperage mengkontrol amperage pada filamen dan amount elektron yang melewati filamen. Saat miliamperage ditambah, banyak elektron yang melewati filamen, dan lebih banyak sinar X yang diproduksi. Sebagai contoh, bila miliamperage ditambah dari 5 ke 10 mA, dua kali lebih banyak elektron yang akan berpindah dari katoda ke anoda dan dua kali lebih banyak sinar X yang diproduksi. 3. Miliampere-Second Antara miliampere dan waktu paparan secara langsung berpengaruh pada angka elektron yang diproduksi oleh filamen katoda. Produk miliampere dan waktu paparan disebut miliamperesecond (mAs). Dengan rumus: Miliampere x Waktu paparan (detik) = Miliampere-second

Saat miliamperage ditambah, waktu paparan harus dikurangi. Jika pasien sulit diatur selama paparan, sebagai contoh, dental radiografer dapat menambah miliamperage dan mengurangi waktu paparan untuk mengkompensasi pergerakan pasien. 4. Jarak Fokus Ke Film (FFD) Jarak fokus ke film (FFD) adalah jarak antara titik tumbuk sinar-X (fokus) dengan letak film radiograf. Perubahan pada FFD akan selalu berakibat pada perubahan nilai paparan sinar-X yang mencapai film, karena intensitas sinar-X balik dengan jarak (invers square law). Apabila d merupakan jarak dari fokus ke film maka paparan sin-X dapat dituliskan menjadi : (I1/I2) (d1/d2)

Penilaian Densitas Radiografi

Foto Periapikal

Teknik periapikal, ada dua cara,yaitu: 1. Teknik bidang bagi (bisektris) Prinsipnya adalah penempatan arah sinar rontgen tegak lurus terhadap bidang bisektris. Bidang bisektris yaitu bidang yang terletak di tengah-tengah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi objek dengan film. Cara kerjanya yaitu: 1. Penentuan posisi kepala Posisi kepala untuk foto rahang atas yaitu tegak lurus dengan garis khayal yang ditarik dari cuping hidung ke tragus atau posisi garis khayal sejajar lantai. Posisi kepala untuk foto rahang bawah yaitu tegak lurus dengan garis khayal yang ditarik dari sudut mulut ke tragus atau posisi garis khayal sejajar lantai. 2. Penentuan titik penetrasi gigi yang dijadikan objek foto Titik penetrasi pada gigi-gigi rahang atas yaitu: Gigi I: pada fosa nasalis Gigi C: pada tepi cuping hidung Gigi P1: pertemuan bagian tengah pupil mata dengan garis khayal rahang atas Gigi P2: 1cm lebih ke posterior dari gigi P1

Gigi M1: pertemuan sudut akhir mata dengan garis khayal rahang atas Gigi M2: 1cm lebih ke posterior dari gigi M1 Gigi M3: 1cm lebih ke posterior dari gigi M2

Titik penetrasi pada gigi-gigi rahang bawah adalah proyeksi titik-titik penetrasi rahang atas pada garis khayal rahang bawah (0,5 cm dari batas bawah rahang bawah) 3. Penempatan film Untuk gigi-gigi anterior rahang atas posisi film vertikal, sedangkan untuk gigi-gigi anterior rahang bawah dan gigi-gigi posterior rahang atas dan rahang bawah posisi film horizontal. Panjang film disisakan 0,5 cm dari tepi insisal atau oklusal gigi. Bagian peka dari film menghadap ke gigi. Cara memegang film yaitu: Rahang atas: kanan ibu jari kiri yang memegang film kiri ibu jari kanan yang memegang film Rahang bawah: kanan telunjuk kiri yang memegang film kiri telunjuk kanan yang memegang film 4. Pengaturan sudut Sudut vertikal yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar rontgen dengan bidang oklusal, sedangkan sudut horizontal adalah sudut yang dibentuk oleh sinar rontgen dengan bidang sagital. Sudut vertikal rahang atas: I : 55-60 C : 45 P : 45-50 M : 25-30

Sudut vertikal rahang bawah: I : 0- -10 C : -10- -15 P : -10- -20 M : 0- -20

Sudut horizontal rahang atas dan rahang bawah: I: 0 C : 45 P : 75 M : 90

Kekurangan teknik bisektris yaitu: Sulit menentukan bidang bisektris Penyebaran sinar rontgen yang mengenai film akibat tidak sejajar poros panjang gigi dan film Tersebarnya sinar rontgen akibat jarak antara tabung rontgen dan film makin kecil Sulit dilakukan untuk pasien anak-anak

2. Teknik kesejajaran (paralel) Prinsipnya adalah arah sinar rontgen tegak lurus terhadap film dan sumbu panjang gigi. Jarak tabung dengan film yaitu 41 cm, sedangkan jarak antara gigi dengan film kurang lebih 2,5 cm. Jika jarak terlalu dekat, maka bayangan akan lebih besar, sebaliknya jika jarak terlalu jauh, maka bayangan akan lebih kecil dari aslinya. Untuk teknik ini dibutuhkan alat bantu yang disebut sebagai extension cone paralleling. Cara kerja dari teknik ini yaitu: Kepala pasien diatur sehingga bidang oklusal sejajar dengan lantai Film dimasukkan dengan posisi yang sesuai dengan gigi yang dituju (horizontal atau vertikal) ke dalam extention cone paralleling yang sesuai Operator mengobservasi inklinasi gigi untuk mensejajarkan film dengan bidang bukal gigi yang dituju Bite block dimasukkan ke mulut pasien dengan bagian peka dari film menghadap gigi yang dituju dan bagian tepi film berkontak dengan palatum Sejajarkan bite block dengan bagian oklusal supaya film sejajar dengan sumbu panjang gigi Pasien diminta menggigit bite block dan dibatasi cotton roll Locator ring digeser dan diatur agar sesuai dengan kebutuhan sehingga fokus pada film, kemudian tabung diarahkan ke locator ring tersebut dan dilaakukan penyinaran.

Radiografi PanoramikPanoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial.5,7,10,11 Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya.12 Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks.13 Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral. 1

Definisi

Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral.14,15 Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film.16 Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.

Indikasi

Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti:

1. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang menghalangi gambaran pada intra-oral. 2. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm. 3. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan. 4. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi. 5. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula. 6. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height.17

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik

Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya. Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat dirangkum meliputi: Persiapan Alat : 1. Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan kedalam tempatnya. 2. Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan. 3. Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA. 4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan. 5. Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan. 17

Persiapan pasien 1. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting, aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya. 2. Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak. 3. Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala. 4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk memegang handel agar tetap seimbang. 5. Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan pada tempat dagu. 6. Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.

7. Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar. 8. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat penyinaran.17,18 Persiapan Operator : 1. Operator memakai pakaian pelindung. 2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-ray ketika waktu penyinaran. 3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak ada pergerakan. 4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada tempatnya. 5. Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses. 17,18,19 Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi 1. Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar. 2. Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopaque. 3. Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp. 18,19

Cone Beam Computed Topography

Cone Beam Computed Topography adalah suatu alat x-ray yang menggunakan metode computer dengan gambaran tiga dimensi yang ditujukan untuk rahang dan gigi. Kualitas yang dihasilkan menyerupai gambaran dari medica CT (CAT CT) tetapi memiliki kelebihan dimana dosis penggunaannya lebih kecil dibandingkan dengan dosis pada medical CT. CBCT saat ini merupakan alat yang diunggulkan dalam kedokteran gigi karena menghasilkan gambar yang lebih baik dan waktu pelaksaan hanya berkisar 10 - 70 detik saja. CBCT menggunakan data volumetri yang terdiri dari struktur kuboid kuboid kecil 3D yang dikenal dengan nama voxels yang masing-masing sangat sensitif dengan sinar X. Pada alat konvensional kuboid yang ada bersifat anisotonik dimana dimensinya meliputi panjang dan lebar dan kemampuan membacanya hanya pada daerah tertentu saja. Tetapi pada CBCT kuboid bersifat isotonik dengan dimensi lebih banyak yaitu 3dimensi dan memiliki kemampuan membaca hampir disemua bagian. CBCT menggunakan teknologi sinar yang berbentuk kerucut dan rekontruksi volumetrik berbasis komputer dengan gambaran 3 dimensi yaitu : sagital, coronal dan Axial.

Arah Sinar dengan CBCT, Diambil dari www. E-wootech.Co

Dengan kontras tinggi dan kemampuan menampilkan detail kepadatan jaringan lunak, CT sangat berguna untuk mendiagnosa penyakit kompleks malsilofasial, meliputi kelenjar saliva ataubahkan TMJ CBCT masih relatif baru alat pertama yang pertama di produksi di Italia dengan nama New Tom 3G dengan waktu scan 34 detik dan dipasarkan di Amarika sekitar 5-6 tahun yang lalu.

Indikasi penggunaan CBCT maksilofasial, yaitu : maksilla Analisis ruang jalan napas (gangguan saat tidur) Visualisasi TMJ Tulang Wajah karena infeksi, trauma, deformitas perkembangan dan congenital Kualitatif dan kuantitatif tulang residual karena osseointegrasi impalan

Aplikasi khusus dilakukan untuk operasi daerah mulut, rencana pemasangan implan, perencanaan ortodonti, analisis chepalometri, analisis TMJ, tumor rahang, gigi impaksi, penyakit periodontal dan kelainan endodoktik. Teknologi CBCT menghasilkan gambaran isotropik, dimana sinar akan berputar 360 mengelilingi kepala pasien dena mengambil gambar dengan sensor flat panel selama 14 detik. Kemudian potonganpotongan gambar yang telah dipisahkansecara kompuerisasi menjadi beberapa matriks hingga 1024x1024 voxel. Setiap voxel dilintasi sinar selama proses pemindahan (scan) dan intensitas radiasi diukur oleh detektor. Dari intensitas ini, densitas jaringan setiap bagian dapat dihitung. Image direkonstruksi menjadi beberapa gambar 3 dimensi.