Review Article Global Epidemiology of Dementia: Alzheimer ...
Dementia Alzheimer
description
Transcript of Dementia Alzheimer
DEMENTIA ALZHEIMER
REFARAT GERIATRI
Pembimbing :
Dr. N. Saelan Tadjudin, Sp.KJ
Disusun oleh :
Natalia
406148134
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Sasana Tresna Werdha
Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan Cibubur
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
22 Juni – 25 Juli 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini. Referat
dengan judul Dementia Alzheimer ini dibuat sebagai salah satu tugas dari
kepaniteraan geriatri Universitas Tarumanagara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Noer Saelan Tadjudin Sp.KJ sebagai dosen pembimbing geriatri dan
kejiwaan di fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara.
2. Pimpinan dan pengurus Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria
Pembangunan Cibubur yang telah menyediakan fasilitas dan memberikan izin
penulis untuk menjalankan kepaniteraan geriatri sehingga mendapatkan ilmu dan
pengalaman yang berharga.
3. Para dokter klinik, perawat dan pihak lainnya yang membantu selama dalam
menjalankan kepaniteraan.
4. Para opa oma penghuni Sasana Tresna Werdha yang telah bersedia memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mempelajari hal terkait geriatri.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan.
6. Semua teman sejawat maupun tidak sejawat yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat dan saran sehingga
referat ini dapat selesai.
Akhir kata, penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dalam sikap,
tingkah laku, perbuatan dan kata-kata selama penulisan makalah ini. Penulis juga
mohon kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 14 Juli 2015
Natalia
NIM : 405148134
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit yang ireversibel, progresif pada otak
yang berkaitan dengan perubahan sel-sel saraf dan kematian sel-sel saraf pada
otak. Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap dan bukan merupakan bagian
normal dari proses penuaan serta merupakan penyebab umum dementia. Dementia
adalah hilangnya intelektual kemampuan seperti berpikir, mengingat, dan
penalaran yang cukup mengganggu fungsi sehari-hari termasuk juga perubahan
dalam kepribadian, suasana hati, dan perilaku.
Sekitar 4 juta orang Amerika yang berusia di atas 65 tahun (90%)
memiliki penyakit Alzheimer. Menurut data yang didapat, prevalensi penyakit
Alzheimer menjadi dua kali lipat setiap lima tahun setelah usia 65. Dalam 25
tahun terakhir para ilmuwan telah membuat kemajuan besar dalam studi penyakit
Alzheimer, namun masih banyak hal yang belum diketahui. Menurut perkiraan,
jumlah penduduk Amerika dengan penyakit Alzheimer bisa mencapai 14,3 juta 50
tahun dari sekarang, hal ini hanya dapat dicegah jika pengobatan dan pencegahan
dapat ditemukan.1
Dari data perbandingan lansia yang di panti jompo dan yang tinggal di
rumah, jumlah lansia yang menderita dementia lebih tinggi pada penghuni panti
jompo. Lebih dari setengah (51%) lansia penghuni panti jompo menderita
dementia. Dementia adalah yang paling umum di antara penduduk usia 85 dan
lebih tua. Dari data yang di dapat, penduduk usia diatas 85 telah mengalami
dementia yaitu 54% dibandingkan dengan penduduk usia 65-74 yaitu 37% dan
hingga sepertiga dari penghuni panti jompo mungkin memiliki penyakit
Alzheimer. Peningkatkan kesadaran mengenai Alzheimer telah memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan dramatis dalam jumlah unit perawatan khusus di
panti jompo untuk penderita dementia.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Alzheimer merupakan salah satu tipe dementia terbanyak (60-80%).
Penyakit ini mempengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir atau
intelektual dan personalitas. Gejala umumnya timbul perlahan dan
bertambah parah dengan bertambahnya waktu hingga dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari.2 Dementia menyebabkan gangguan satu atau lebih
gangguan kognitif termasuk afasia, afraksia, agnosia dan fungsi eksekutif.3
Perubahan pada otak2,3
o Ciri khas kelainannya berupa deposit dari fragmen protein beta-
amyloid (plak) dan “twisted strands” protein (kusut) serta terdapat
bukti kerusakan sel saraf dan kematian otak.
o Meskipun para ahli belum mengetahui secara pasti peran deposit
plak amyloid dan twisted strands protein tetapi diduga dapat
memblok komunikasi antar sel saraf dan menganggu proses sel
untuk bertahan hidup.
o Kerusakan sel saraf dan kematian otak menyebabkan gangguan
daya ingat, perubahan sikap dan gejala lain dari alzheimer.
4
Gambar 2.1 Sel otak pada Penyakit Alzheimer dibandingkan dengan
sel otak normal.4
Gambar 2.2 Penyakit Alzheimer. Tampak secara jelas plak senilis
disebelah kiri. Beberapa serabut neuron tampak kusut disebelah
5
kanan. Menjadi catatan tentang adanya kekacauan hantaran listrik
pada sistem kortikal.4
6
Gejala
Gejala-gejala dementia alzheimer yang sering muncul adalah
sebagai berikut:4
- Penurunan daya ingat
Pada awalnya penderita akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang
dimulai dengan sulit mengingat informasi baru dan mudah melupakan
informasi yang baru saja didapat. Semakin lama individu menderita
Alzheimer, penurunan fungsi kognitif ini akan semakin parah. Pada gejala
ini biasanya juga disertai dengan gejala agnosia, yaitu: kesulitan
mengenali orang-orang yang disayanginya, seperti keluarga dan teman.
- Apraxia
Hal ini ditandai dengan penderita sulit mengerjakan tugas yang familiar.
Penderita sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-
hari yang sangat mereka ketahui, contohnya mereka tidak mengetahui
langkah-langkah untuk menyiapkan makanan, berpakaian, atau
menggunakan perabot rumah tangga.
- Gangguan bahasa
Pada awalnya penderita akan terlihat sulit untuk mencari kata yang tepat
dalam mengungkapkan isi pikirannya. Semakin parah penyakitnya, maka
ucapan dan/ atau tulisan penderita jadi sulit untuk dimengerti karena
penderita menggunakan kalimat dengan substitusi kata-kata yang tidak
biasa digunakan. Contohnya: jika penerita sulit menemukan sikat giginya,
maka ia akan bertanya "sesuatu untuk mulut saya".
Disfungsi visuo-spatial
Ditandai dengan disorientasi waktu dan tempat. Penderita dapat tersesat di
jalan dekat rumahnya sendiri, lupa di mana ia berada, bagaimana ia sampai
ke tempat tersebut, dan tidak tahu bagaimana caranya kembali ke rumah.
Disfungsi eksekutif
Hal ini disebabkan karena lobus frontalis penderita mengalami gangguan,
ditandai dengan: sulit menyelesaikan masalah, reasoning, pembuatan
keputusan dan penilaian. Misalnya penderita mengenakan baju tanpa
7
mempertimbangkan cuaca, memakai beberapa kaos di hari yang panas/
memakai pakaian yang sangat minim ketika cuaca dingin.
Bermasalah dengan pemikiran abstrak
Menyeimbangkan buku cek dapat menjadi begitu sulit ketika tugas
tersebut lebih rumit dari biasanya. Namun demikian, pada penderita,
mereka akan benar-benar lupa berapa jumlah atau angkanya, dan apa yang
harus mereka lakukan terhadap angka-angka tersebut.
Salah menempatkan segala sesuatu
Penderita akan meletakkan segala sesuatu pada tempat yang tidak
sewajarnya, contoh: meletakkan gosokan di dalam freezer atau meletakkan
jam tangan di dalam mangkuk gula.
Perubahan moody atau tingkah laku
Setiap orang dapat menjadi sedih atau moody dari waktu ke waktu, tetapi
penderita menampilkan mood yang berubah-ubah dari tenang menjadi
ketakutan kemudian menjadi marah secara tiba-tiba tanpa ada alasan yang
jelas.
Perubahan kepribadian
Merupakan bentuk lanjutan dari perubahan moody, ditandai dengan gejala
psikitrik dan perilaku. Penderita dapat sangat berubah, menjadi benar-
benar kacau, penuh kecurigaan, cemas, ketakutan atau menjadi bergantung
pada anggota keluarga. Menurut Ethical Digest, untuk gejala psikitrik,
sekitar 50% penderita mengalami depresi. Selain itu penderita juga sering
mengalami delusi paranoid dan terkadang juga mengalami halusinasi
(dengar, visual, dan haptic). Sedangkan untuk gangguan perilaku, meliputi
agitasi (aktivitas verbal maupun motorik yang berlebihan dan tidak
selaras), wandering (mondar-mandir, mencari-cari/ membututi caregiver
ke mana pun mereka pergi, berjalan mengelilingi rumah, keluyuran), dan
gangguan tidur (berupa disinhibisi, yaitu perilaku yang melanggar norma-
norma sosial, yang disebabkan oleh hilangnya fungsi pengendalian diri
individu).
8
Kehilangan inisiatif atau apatis
Penderita jadi pasif, duduk di depan televisi selama berjam-jam, tidur lebih
dari biasanya atau tidak ingin melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan
Faktor risiko
o Usia
Usia merupakan risiko utama terjadinya alzheimer terutama
yang berusia > 65 tahun. Risiko meningkat 2x lipat setiap 5 tahun
setelah usia 65 tahun. Setelah usia 85 tahun risiko hampir
mencapai 50%.2
o Riwayat keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko penting
alzheimer baik dari segi genetik maupun lingkungan.2
o Genetik / keturunan
Terdapat 2 macam gen berperan utama terhadap terjadinya
alzheimer yaitu gen risiko dan gen determinan.2
Gen risiko meningkatkan kemungkinan angka kejadian
namun tidak menjamin akan terjadi. Gen risiko yang ditemukan
berhubungan dengan terjadinya alzheimer yaitu apolipoprotein E-
e4 (APOE-e4) yaitu sebesar 20-25% terjadinya alzheimer. Selain
APOE-e4 juga didapatkan gen lain yang berperan yaitu APOE-e2
dan APOE-e3. Risiko meningkat jika APOE-e4 didapatkan dari
kedua orang tua. Selain menjadi faktor risiko, gen tersebut juga
diduga mempercepat usia terjadinya alzheimer.2
Gen determinan merupakan gen yang pasti, menunjukkan
bahwa orang yang memiliki atau mewarisi gen tersebut pasti akan
menimbulkan gangguan. Gen tersebut adalah : amyloid precursor
protein (APP), presenilin-1 (PS-1) dan presenilin-2 (PS-2).3
9
Ketika alzheimer disebabkan oleh variasi determinan
diatas, maka disebut “autosomal dominant alzheimer’s disease
(ADAD)” atau “familial alzheimer’s disease” yang dapat
menurunkan ke beberapa generasi. Gejala hampir selalu muncul
sebelum usia 60 tahun, banyak yang muncul pada usia 30-40tahun.
Kelainan alzheimer yang disebabkan oleh gen determinan turunan
ini hanya di temukan <5% kasus alzheimer di dunia.2
o Hormonal
Beberapa penelitian observasional menunjukkan
penggunaan hormon esterogen postmenopause berhubungan
dengan penurunan risiko 50% kejadian dementia alzheimer, namun
dalam percobaan menggunakan terapi pengganti hormonal pada
penderita dementia alzheimer tidak menunjukkan manfaat.
Namun kombinasi hormon esterogen dan progesteron
maupun esterogen meningkatkan angka kejadian dementia hampir
dua kali lipat pada wanita usia ≥65 tahun melalui mekanisme
vaskular.3
o Ras
Ras amerika latin dan amerika-afrika memiliki risiko
timbulnya alzheimer yang lebih tinggi.2
o Trauma kepala
Terdapat hubungan kuat antara luka kepala yang hebat dan
risiko terjadinya alzheimer. Terutama ketika trauma terjadi
berulang dan melibatkan penurunan kesadaran. Lindungi kepala
dengan menggunakan sabuk pengaman dan memakai helm saat
berolahraga.2
10
o Hubungan Jantung – Otak
Otak merupakan salah satu organ yang padat jaringan
pembuluh darahnya. Setiap denyut jantung mensuplai 20 - 25%
darah ke otak dan sel otak menggunakan sedikitnya 20% dari darah
tersebut sebagai nutrisi dan oksigen.
Risiko terjadinya alzheimer dementia dan vaskular
dementia meningkat pada beberapa kondisi yang merusak jantung
atau pembuluh darah. Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, stroke, diabetes dan kolestrol tinggi.
Studi menunjukkan plak dan tautan lebih menimbulkan
gejala alzheimer jika disertai stroke atau kerusakan pembuluh
darah otak.2
Tahapan-tahapan pada Demensia
o Stadium I / awal : Berlangsung 2-4 tahun dan disebut stadium
amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas
spontan menurun.” Fungsi memori yang terganggu adalah memori
baru atau lupa hal baru yang di alami,” dan tidak menggangu
aktivitas rutin dalam keluarga.
o Stadium II / pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan disebut fase
demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan bahasa
(afasia). Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih
berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai
selesai, Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar,
Gangguan siklus tidur ganguan, Mulai terjadi inkontensia, tidak
mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan suatu
tindakan sehingga mengulanginya lagi ” Dan ada gangguan
visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan
”.
o Stadium III/akhir : Berlangsung 6-12 tahun. ” Penderita menjadi
vegetatif, tidak bergerak dangangguan komunikasi yang parah
11
(membisu), ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan
teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan
untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan
peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air
besar/ kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain
dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Stadium 2,3
Gejala alzheimer bertambah parah seiring berjalan waktu,
walaupun kecepatan progresi penyakit bervariasi. Rata-rata seseorang
dengan alzheimer dapat hidup 4 – 8 tahun setelah didiagnosis, namun
dapat juga hidup selama 20 tahun tergantung dari faktor lainnya.
Perubahan otak pada alzheimer dimulai sejak beberapa tahun
sebelum timbul gejala. Saat tersebut dapat berlangsung bertahun yang
disebut alzheimer preklinis.
Stadium pada alzheimer terbagi menjadi 3 :
o Stadium ringan (tahap awal)
Pada stadium awal, fungsi kehidupan pasien masih dapat
mandiri atau tidak ketergantungan. Kegiatan sehari-hari seperti
menyetir, kerja, aktivitas sosial masih dapat dilakukan. Meskipun
penurunan daya ingat sudah mulai terjadi seperti : lupa dengan
kata-kata familiar atau lokasi benda yang digunakan setiap hari.
Keluarga, teman dan tetangga mulai merasakan kelainan.
Saat pemeriksaan wawancara dengan dokter, dokter dapat
mendeteksi kelainan berupa ingatan atau konsentrasi.
Kelainan yang umumnya terjadi seperti:
Sulit menyebutkan nama atau kata yang tepat
Sulit mengingat nama ketika dikenalkan dengan orang baru
Sulit dalam bekerja atau fungsi sosial
Lupa akan hal yang baru saja dibaca
12
Kehilangan benda penting
Kesulitan dalam perencanaan dan pengaturan
o Stadium sedang (tahap menengah)
Stadium menengah merupakan stadium terpanjang yang
dapat berlangsung beberapa tahun. Pada tahap ini, pasien alzheimer
dapat terlihat bingung dengan penggunaan kata-kata, mudah
marah, bersikap dengan cara yang tidak terduga seperti tidak mau
mandi, dll. Kerusakan sel saraf pada otak membuatnya sulit
mengekspresikan pikiran dan melakukan rutinitas sehari-hari.
Kelainan yang dapat terjadi seperti :
Lupa terhadap suatu kejadian atau kejadian masa lalu
seseorang maupun dirinya
Merasa gelisah dan menarik diri terutama pada situasi
sosial atau tantangan mental
Tidak dapat mengingat alamat atau nomor telepon sendiri
Bingung mengenai dimana dirinya dan hari apa
Perlu bantuan untuk memilih pakaian untuk suatu musim
maupun acara
Kesulitan mengontrol BAK dan BAB pada pasien tertentu
Perubahan pola tidur seperti tidur pada siang hari dan tidak
bisa tidur pada malam hari
Peningkatan risiko wandering dan hilang
Perubahan sikap dan kepribadian, termasuk mudah curiga,
delusi, kompulsif dan repetitive behavior
o Stadium berat (tahap lanjut)
Pada tahap lanjut ini, pasien kehilangan kemampuannya
untuk menanggapi lingkungannya, untuk melakukan
pembicaraan, hingga pengendalian gerakan. Mereka dapat
mengucapkan kata atau kalimat namun sulit berkomunikasi.
13
Dengan bertambah buruknnya keadaan ingatan maupun
kognitif, perubahan kepribadian dapat terjadi dan perlu bantuan
ekstensif dalam kegiatan sehari-hari.
Pada tahap ini, pasien tersebut dapat :
Memerlukan pendamping sepanjang waktu dengan
kebutuhan sehari-hari
Kehilangan kesadaran tentang kejadian yang baru
berlangsung maupun tentang lingkungan sekitar
Perlu bantuan ekstensif untuk kegiatan sehari-hari
Perubahan kemampuan fisik termasuk kemampuan
bejalan, duduk hingga menelan
Peningkatan kesulitan komunikasi
Rentan infeksi terutama pneumonia
Evaluasi dementia
Evaluasi dementia umumnya mencakup pemeriksaan neurologis,
neuropsikologis, dan psikiatris. Walaupun pemeriksaan tersebut tidak
diperlukan pada pasien dengan riwayat yang jelas dan gejala lanjut, individu
dengan gejala yang meragukan memerlukan pemeriksaan yang lengkap untuk
mendapatkan gejala awal dari gangguan kognitif ringan pada tahap awal
dementia alzheimer.3
o Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) yang
terdiri dari 11 poin untuk mengukur ingatan, bahasa, perhatian,
kalkulasi, pengetahuan dan orientasi. Penilaian menggunakan skoring
dalam range 0-30. Dementia ringan jika skor 20 atau lebih. Dementia
sedang jika skor antara 10-19. Dementia berat jika skor antara 0-9.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan berkelanjut untuk menilai progresi
penyakit.3
14
o Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan untuk menyingkirkan gangguan
metabolik atau keadaan lain yang menyebabkan gangguan kognitif.
Pemeriksaan standar meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
BUN dan kreatinin, fungsi hati, fungsi tiroid, dan kadar vitamin B12
dalam darah. Pemeriksaan yang optimal meliputi rapid plasma reagin
atau serum VDRL/FTA, laju endap darah, lyme dan pemeriksaan HIV.
Gangguan yang dapat diobati seperti metabolik, infeksius, dan lesi
otak struktural ditemukan dalam presentasi kecil (<13%) pada pasien
dengan gangguan kognitif atau dementia.3
o Punksi lumbal
Pemeriksaan dengan punksi lumbal sudah tidak menjadi pemeriksaan
rutin, punksi lumbal hanya dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu
seperti pasien dicurigai dengan keganasan, infeksi CNS, reactive
serum syphilis serology, serologi sifilis serum yang reaktif, dementia
dengan progresi cepat, imunosupresi, kecurigaan vaskulitis CNS pada
pasien dengan kelainan jaringan ikat dan pasien yang kurang dari 55
tahun. Terdapat tiga biomarker untuk alzheimer yang dapat di ambil
melalui cerebrospinal fluid (CSF) : total-tau (T-tau), phospo-tau (P-
tau), β-amyloid (1-42). Penelitian menunjukkan kadar CSF-F β-
amyloid 1-42 yang rendah dan CSF T-tau dan P-tau yang tinggi pada
penderita alzheimer. Kombinasi kadar CSF-F β-amyloid 1-42 yang
rendah dan CSF T-tau dan P-tau yang tinggi menunjukkan sensitivitas
dan spesifitas yang tinggi pada dementia alzheimer.3
o Pemeriksaan neuroimaging
Neuroimaging struktural di rekomendasikan. CT kepala dan MRI otak
berguna untuk mendeteksi keadaan yang dapat diobati seperti tumor,
hematoma subdural, hidrosefalus dan stroke yang dapat menyebabkan
15
gangguan kognitif atau dementia. CT nonkontras pada kepala dapat
mendeteksi lesi struktural luas, tetapi lesi kecil seperti infark akan
terlihat lebih jelas dengan MRI. Atrofi kortikal merupakan suatu
temuan nonspesifik dan nondiagnostik yang berhubungan dengan
umur. Imaging volumetrik dan fungsional bukan evaluasi dementia
yang rutin. Penurunan metabolisme glukosa regional pada lobus
temporal dan parietal yang terlihat pada positron emission tomography
(PET) scan, dan penurunan aliran darah pada single photon emission
computed tomography (SPECT) scan berhubungan dengan demetia
alzheimer.3
o Pemeriksaan neuropsikolgis
Pemeriksaan neuropsikologis merupakan opsional. Pemeriksaan
meliputi orientasi, ingatan (mengingat kembali dan pengenalan),
kemampuan berbahasa, praxis (kemampuan membangun), perhatian,
persepsi penglihatan dan kemampuan memecahkan masalah dapat
menunjukkan pola gangguan. Pemeriksaan neuropsikologis berguna
untuk identifikasi masalah dengan pengelompokkan nama dan memori
verbal untuk memprediksi dementia. Pemeriksaan ini dapat berguna
untuk identifikasi gejala awal dementia maupun progresi penyakit.
Dan dapat juga untuk membedakan dementia dengan depresi.3
Diagnosis Demensia
Dianostik DSM – IV menggunakan kriteria4:
a. Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan
memori dan satu atau lebih dari gangguan kognitif berikut ini: (i)
afasia (gangguan berbahasa), (ii) apraksia (gangguan kemampuan
untuk mengerjakan aktivitas motorik, sementara fungsi motorik
normal), (iii) agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasikan
benda walaupaun fungsi sensoriknya normal), dan (iv) gangguan
dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
abstraksi, membuat urutan).
16
b. Defisit kognitif pada kriteria (a) yang menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan okupasional yang jelas.
c. Tanda dan gejala neurologik fokal (reflex fisiologik meningkat, refleks
patologik positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah,
kelumpuhan anggota gerak) atau bukti laboratorium dan radiologik
yang membuktikan adanya gangguan peredaran darah otak (GPDO),
misal infark multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang
dapat menjelaskan kaitannya dengan munculnya gangguan.
d. Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
Diagnosis banding
Onset akut dan subakut dari gangguan kognitif dan fungsional
dengan gejala fokal meningkatkan kemungkinan dementia selain
alzheimer. Dementia lainnya termasuk dementia vaskular, hidrosefalus
tekananan normal, dementia frontotemporal, dementia dengan badan lewy,
dementia yang berhubungan dengan penyakit parkinson dan gangguan
ganglia basal lainnya.
Jika gangguan terjadi dengan cepat dan disertai dengan fluktuasi
kesadaran dan perhatian, maka pasien kemungkinan mengalami delirium
(keadaan konfusi akut). Delirium harus di evaluasi dan tangani sebelum
diagnosa dementia di pertimbangkan. Infeksi, dehidrasi, obat-obatan dan
hipoperfusi serebral merupakan penyebab umum delirium pada usia lanjut.
Gangguan akut (hari hingga minggu) pada fungsi dan kognitif
umumnya sekunder akibat infeksi, stroke, racun maupun gangguan
metabolik lainnya.
Jika dementia terjadi subakut (minggu hingga bulan) maka
kemungkinan penyebabnya oleh lesi masa, Creutzfeldt-Jakob disease dan
hidrosefalus.
Pengobatan
17
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang memuaskan untuk
penyakit alzheimer.5
Terapi terdiri atas:
o Pencegahan gejala yang berhubungan dengan alzheimer :
Pengobatan depresi, agitasi, gangguan tidur, halusinasi dan delusi.5
o Pencegahan atau penundaan progresi : Termasuk terapi dengan
inhibitor asetilkolinesterase seperti donazepil atau rivastigmin dan
beberapa golongan baru seperti memantine yang merupakan
antagonis reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA).5
o Profilaksis : Tidak ada data penelitian yang mendukung. Namun
penggunaan vitamin E, NSAID, dan esterogen sudah diajukan.5
Inhibitor kolinesterase
Inhibitor kolinesterase digunakan unuk
meningkatkan efek kolinergik dengan menghambat atau
memecahkan asetilkolinesterase. FDA telah menyutujui 4
macam inhibitor kolinesterase sebagai terapi dementia
alzheimer ringan-sedang. Yaitu donezepil HCl, Galantamin
HBr ER, Rivastigmin tartat, Memantine HCl.
Takrin merupakan inhibitor asetilkolinesterase aktif
sentral dan perifer yang reversibel. Takrin merupakan agen
pertama yang di setujui untuk terapi alzheimer ringan-
sedang dan pasien mendapatkan dosis 160mg/hari dalam
suatu studi eksperimental terkontrol yang menunjukkan
perbaikan signifikan dalam hasil tes kognitif. Takrin tidak
lagi di resepkan oleh karena memerlukan dosis 4x/hari
sehingga menyebabkan peningkatan transaminase hati yang
reversibel.
Donezepril HCl merupakan inhibitor
asetilkolinesterase tinggi dengan efek minimal pada perifer
dan reversibel. Donezepril tidak terdapat efek hepatotoksik
18
seperti takrin. Dalam penelitian didapatkan hasil
peningkatan kemampuan kognitif dan skala global.
Donezepril oral diberi 1x/hari dengan dosis awal 5mg/hari
dan meningkat hingga 10mg/hari dalam 4 minggu jika
terjadi toleransi. Jika terjadi efek samping gangguan tidur
makan dapat dicegah dengan pemberian pada pagi hari.
Rivastigmin tartat merupakan inhibitor selektif pada
asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase. Dalam
penelitian 26 minggu, juga didapatkan peningkatan hasil
kognitif diba
ndingkan dengan penggunaan plasebo. Efek
samping dapat dikurangi dengan pemberian bersama
makan, dan peningkatan dosis secara bertahap dalam
interval 4 minggu dan penurunan dosis bertahap sementara
jika efek samping terjadi.
Galantamin H3r merupakan inhibitor kolinesterase
yang selektif, kompetitif dan meningkatkan neurotransmisi
kolinergik nikotinik dengan modulasi reseptor nikotinik.
Absorpsi lambat dan efek samping dapat dikurangi dengan
pemberian bersama makan.
19
20
Obat Golongan
Indikasi
(stadium
alzheimer)
Dosis Range
Dosis
target
perhari
(mg)
Efek
samping
Donezepril
HCl
(Aricept)
Inhibitor
kolinesterase
Ringan -
sedang
1x/hari Dimulai
5mg/harim
tingkatkan
hingga
10mg/hari
dalam 4
minggu
jika
diperlukan
5-10 Mual,
muntah,
diare, rasa
tidak enak
pada
perut,
insomnia,
mimpi
aneh.
Galantamin
HBr ER
Inhibitor
kolinesterase
Ringan -
sedang
1x/hari
dengan
makanan
8mg per
hari;
tingkatkan
hingga
8mg per
hari dalam
4 minggu.
16-24 Mual,
muntah,
diare,
penurunan
berat
badan,
anorexia.
Rivastigmin
tartat
(Exelom)
Inhibitor
kolinesterase
Ringan -
sedang
2x/hari
dengan
makanan
Dimulai
1,5mg
2x/hari;
tingkatkan
hingga
1,5mg
2x/hari
dalam 4
minggu.
6-12 Mual,
muntah,
pusing,
diare,
sakit
kepala,
penurunan
berat
badan,
anorexia.
Memantine
HCl
Antagonis
reseptor
NMDA
Sedang -
berat
2x/hari 5mg tiap
pagi untuk
1 minggu,
kemudian
tingakatkan
hingga
5mg
2x/hari
untuk 1
minggu,
kemudian
20 Pusing,
sakit
kepala,
konstipasi,
konfusi.
21
Antagonis reseptor NMDA
Reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA) merupakan
reseptor glutamat yang berhubungan dengan penyebab
perubahan patologik dari alzheimer. Hambatan pada
reseptor glutamat dapat melindungi asam amino eksitatori
yang memediasi toksisitas yang dapat menyebabkan
kematian sel.
Memantine merupakan antagonis reseptor NMDA
yang non-kompetitif dengan afinitas ringan-sedang yang
secara selektif menghambat efek eksitotoksik yang
berhubungan dengan transmisi abnormal dari glutamat
disamping memberikan transmisi fisiologik yang
berhubungan dengan fungsi sel yang normal. Memantine
disetujui oleh FDA sebagai pengobatan alzheimer sedang-
berat. Dari hasil penelitian didapatkan memantine
memperlambat penurunan kemampuan kognitif dan
fungsional dan menunjukkan keuntungan dengan terapi
memantine-donezepril dibanding hanya dengan terapi
donezepril.
Antioksidan
Antioksidan α-tacopherol (vitamin E) pada dosis 2000
IU/hari menunjukkan penundaan waktu mencapai stadium
berat yang diberikan pada pasien alzheimer stadium sedang.
Terapi vitamin E tidak memperbaiki kognitif juga gagal
menunjukkan keuntungan pada penelitian pasien dengan
alzheimer ringan. Dua penelitian menunjukkan peningkatan
mortalitas dan gangguan jantung akibat penggunaan
vitamin E dosis tinggi. Meskipun dalam penelitian pada
alzheimer ringan tidak menunjukkan hasil, namun dapat
digunakan dengan terbatas pada pasien tanpa penyakit atau
22
resiko penyakit jantung.
Agen anti-inflamatori
Penelitian terapi alzheimer dengan menggunakan
Dosis rendah prednison, NSAID dan inhibitor COX-2
untuk mengobati dan mencegah progresi pada gangguan
kognitif ringan menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Esterogen
Meskipun pada studi kohort menunjukkan terapi
pengganti hormonal pada wanita post-menopause
menurunkan risiko dementia alzheimer, penelitian
prospektif kontrol tidak menunjukkan hasil perbaikan
fungsi kognitif pada wanita dengan dementia alzheimer.
Prognosis
Meskipun durasi dementia alzheimer umumnya sekitar 3-20 tahun,
7-10 tahun dalam progresi lambat. Studi sebelum pengobatan
menunjukkan pasien dalam stadium awal sekitar 1-2 tahun, stadium
menengah 2-12 tahun dan stadium lanjut 1-2 tahun, tergantung perawatan
yang diterima.3
MMSE berkurang 2-3 poin setiap tahun. Studi juga menunjukkan
terjadi kekakuan, halusinasi, delusi meningkatkan gangguan kognitif dan
fungsional. Pasien dengan dementia alzheimer rentan terhadap luka dan
infeksi, kematian terjadi akibat pneumonia, malnutrisi, dehidrasi dan
sepsis akibat ulkus dekubitus ataupun infeksi saluran kemih.3
23
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit alzheimer merupakan suatu penyakit yang menyebabkan hilangnya
intelektual dan kemampuan bersosialisasi yang cukup mempengaruhi aktivitas
sehaei-hari. Pada penyakit Alzheimer, kesehatan jaringan otak mengalami
penurunan, menyebabkan menurunnya daya ingat dan kemampuan mental.
Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom
dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak
tampak mengerut dan mengecil.
Alzheimer bukan merupakan bagian dari proses penuaan secara normal,
akan tetapi risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Lima persen orang
berusia di antara 65-74 tahun mengidap penyakit Alzheimer, dan hampir 50
persen orang yang berusia lebih dari 85 tahun memiliki penyakit Alzheimer.
Meskipun penyakit merupakan penyakit yang ireversibel, beberapa obat
dan perawatan yang baik dapat memperbaiki kualitas hidup pengidap Alzheimer.
Mereka yang didiagnosis Alzheimer membutuhkan dukungan dan kasih sayang
dari teman, keluarga, health-provider untuk mengatasinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. National Academy on An Aging Society. Alzheimer’s disease and
dementia. Washington DC: National Academy on An Aging Society;
2000.
2. Alzheimer’s association. Alzheimer’s disease and dementia [Internet].
Chicago: Alzheimer’s association; 2015. (Di unduh 2015 Juni 27).
Tersedia dari : www.alz.org
3. Brust JC. Lange current diagnosis & treatment Neurology. Edisi kedua.
New York: Mc Graw Hill; 2012. p78-85
4. Sadock BJ, Virginia AS. Kaplan & sadock comprehensive text book of
psychiatry. Edisi kesembilan. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2009. p1167-1184
5. Drislane FW, Acosta JA, Benatar M, Chang B, Croom J, Caplan LR.
Blueprints in neurology. USA: Blackwell Publishing; 2002. p96-97
25