Dekomposisi Kain

38
LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1 DEKOMPOSISI KAIN “Anyaman Polos, Anyaman Keper, Anyaman Satin, dan Anyaman Cele” Disusun Oleh : Nama : Rijali Nurman NRP : 11.K40061 Grup : K 4 Dosen : Dra. Ae Kusna Asisten dosen : Nani Mariana Ika Natalia Mauliza, S. ST.

description

Desain Tekstil 1

Transcript of Dekomposisi Kain

Page 1: Dekomposisi Kain

LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1

DEKOMPOSISI KAIN

“Anyaman Polos, Anyaman Keper, Anyaman Satin, dan Anyaman Cele”

Disusun Oleh :

Nama : Rijali Nurman

NRP : 11.K40061

Grup : K 4

Dosen : Dra. Ae Kusna

Asisten dosen : Nani Mariana

Ika Natalia Mauliza, S. ST.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2012

Page 2: Dekomposisi Kain

DEKOMPOSISI KAIN

I. MAKSUD dan TUJUAN

1.1. Maksud

Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,

anyaman keper, anyaman satin, dan anyaman cele pada kain contoh, sehingga

bisa membedakan satu anyaman dengan anyaman yang lain..

1.2. Tujuan

Menentukan selisih berat hasil pengukuran dan hasil perhitungan.

Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.

Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.

Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.

Untuk mengetahui konstruksi kain contoh.

II. TEORI DASAR

Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah

silangan antara benang ke arah panjang kain ( benang lusi/warp) dengan ke arah lebar

kain(pakan/weft). Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5 bagian :

1. Anyaman dasar, dimana terdiri dari :

Anyaman polos .

Anyaman Keper

Anyaman satin .

2. Anyaman turunan

Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos, yang pada anyaman

polos dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung .Sedangkan pada

satin hanya turunannya saja .

3. Anyaman campuran

4. Anyaman dengan benang berwarna

5. Anyaman dengan tenunan rangkap

6. Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman berbulu,

anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lain-lain.

Anyaman Polos

Page 3: Dekomposisi Kain

Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan

paling banyak digunakan diantara anyaman lainnya. Nama yang biasanya

digunakan pada anyaman polos diantaranya adalah; anyaman blacu, plat,

tabby, taffeta, atau plain.

Karakteristik anyaman polos adalah :

a. Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman

b. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik,

1 turun.

c. Ulangan raport kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah 2

helai pakan. Sedangkan kearah lusi ( vertical ) diulangi setelah 2 helai

lusi.

d. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.

e. Jika faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan

kain menjadi paling kuat dari pada dengan anyaman lain dan letak

benang lebih teguh atau tidak mudah berubah tempat.

f. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor

konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.

g. Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran

yang lebih besar dari pada anyaman lain. Demikian pula dengan

perpencaran berat kain lebih besar dari pada anyaman lain.

h. Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan

mengadakan perubahan-perubahan desain, baik desain structural maupun

desain permukaan dibandingkan dengan anyaman lain.

i. Pada umumnya, kain dengan anyaman polos penutupan kain berkisar

pada 25 – 75 %.

j. Anyaman polos dapat digunakan untuk kain yang jarang dan tipis

dengan hasil yang memuaskan dari pada menggunakan anyaman lain.

k. Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang

tinggi digunakan 4 gun atau lebih.

l. Anyaman polos banyak digunkan untuk kain dengan konstruksi medium,

dengan fabric covers 51 – 75 %. Penutupan lusi dan pakan berkisat 31 –

50 %. Jenis kain ini misalnya kain di print, sheeting dan lain – lain.

Page 4: Dekomposisi Kain

m. Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan

yang lebih kasar dari pada benang lusi. Fabric covers berkisar 76 – 100

%, dan warp covers 50 – 100 %, sedangkan filling covers 31 – 50 %.

Karakteristik dari jenis ini cenderung menunjukkan rip ( rusuk )

horizontal pada permukaan kain.

n. Rencana tenun anyaman polos, cucukan pada anyaman polos biasanya 2

helai benang tiap satu lubang sisir, secara teratur.

Ubahan pada anyaman polos dapat dilakukan dengan cara ;

Variasi tetal kain

Variasi Jenis bahan

Variasi Nomer benang

Variasi Warna benang

Variasi Teksture

Tegangan lusi yang berbeda

Pengaruh Twist

Pada anyaman polos pengaruh twist sangat mempengaruhi pada saat

terjadinya beating/pemukulan pada proses pertenunan dimana arah

penggintiran pada benang mempengaruhi kain yang mempunyai susunan dan

nomer benang yang sama. Untuk penganyaman yang mempunyai arah yang

berlawanan antara benang lusi dan pakan maka menyebabakan pada saat

proses pengetekan benang yang terjalin/teranyam kurang kompak dan kurang

tertutup. Jadi sebaiknya menggunakan arah gintir yang searah, untuk

mendapatkan efek yang baik/rapat.

Page 5: Dekomposisi Kain

Anyaman Keper

Anyaman keper merupakan anyaman dasar kedua. Anyaman keper

memiliki nama lain twill (USA), drill (Inggris) dan Koper (Jerman).

Karakteristik anyaman keper :

a. Pada permukaan kain terlihat garis miring atau ripe miring yang tidak

putus-putus, pada keper ada yang disebut dengan keper kiri dan keper

kanan, keper pakan dan keper lusi.

b. Garis miring membentuk sudut 45 0 terhadap garis horizontal.

c. Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan.

d. Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis

miring.

e. Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan

tetal pakan.

f. Dalam kondisi yang sama (factor lainnya sama), kekuatan kain dengan

anyaman polos lebih besar daripada kekuatan kain dengan anyaman keper.

g. Rencana tenun

Pada umumnya menenun kain dengan anyaman keper dilakukan dengan

keper pakan karena pengangkatan gun lebih ringan. Pada kain tenun untuk

memperoleh garis keper yang jelas maka digunkan benang lusi dan

benang pakan yang mempunyai putaran berlawanan dengan arah garis

keper.

Defleksi

Pada kain tenun dengan anyaman keper, float benang yang membentuk

garis keper akan menunjukkkan kecenderungan untuk merubah bentuk, dari

bentuk lurus ke bentuk belok pada ujung-ujungnya. Perubahan bentuk ini akan

tampak jika float dilihat dengan bantuan kaca pembesar atau loop. Selanjutnya

perubahan bentuk ini disebut “Defleksi”.

Apabila float terdiri dari benang dengan putaran S, maka defleksinya

akan sesuai dengan bentuk huruf S. Demikian pula float yang terdiri dari

benang dengan putaran Z, defleksinya akan sesuai dengan bentuk huruf Z.

Page 6: Dekomposisi Kain

Tetal benang dalam anyaman keper

Tetal maksimum ( firm setting ) dalam kain akan mengakibatkan setiap

silangan pakan mengurangi banyaknya lusi sebesar ± l diameter pakan (dp).

Sehingga apabila dalam 1 raport anyaman terdapat l = 8 maka tetal tetal lusi

berkurang sebanyak 8 dp dari tetal maksimum diluar kain.

Pada kain biasa, umumnya terdapat perbedaan antara tetal lusi dengan

tetal pakan. Tergantung benang mana yang akan ditonjolkan pada permukaan

kain, maka benang yang harus menonjol tersebut diberi tetal yang lebih tinggi.

Anyaman Satin

Anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga.

Nama-nama lain dari anyaman satin yang biasanya digunakan, yaitu :

Sateen , istilah umum untuk kain katun dalam anyaman satin 5 gun atau

8 gun, biasanya satin pakan.

Satinet , istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari

bahankatun yang dimercerisasi.

Satin , istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari

sutera filamen atau benang sintetis filamen.

Satinettes , dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wool

Satijn de chine , dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang.

Belakangan juga dibuat dari benang rayon.

Ciri-ciri / karakteristik anyaman satin :

a. Dalam 1 raport anyaman, banyak benang lusi = banyak benang pakan.

b. Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu, yaitu efek lusi dan efek

pakan pada permukaan kain.

c. Anyaman satin dengan efek lusi disebut dengan satin lusi, begitu juga

untuk anyaman satin dengan efek pakan disebut dengan satin pakan.

d. Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan.

e. Pada satin pakan, tetal pakan > tetal lusi.

f. Pada kain dengan anyaman satin, tidak tampak jelas atau menonjolkan

suatu garis seperti pada anyaman keper.

Page 7: Dekomposisi Kain

g. Banyaknya gun minimum sama dengan jumlah benang lusi atau benang

pakan dalam 1 raport anyaman.

h. Pada umumnya digunakan tetal yang tinggi pada lusi atau pakan, sehingga

kainnya tampak padat.

i. Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur

(paling sedikit 5 gun ) dan satin tak teratur (paling sedikit 4 gun).

j. Pada semua anyaman satin, satin teratur maupun satin tak teratur hanya

mungkin digunakan benang berwarna secara efisien hanya pada benang

yang nampak pada permukaan kain. Misalnya satin lusi, pengguanaan

benang berwarna hanya efisien pada benang lusi saja. Jika pada satin efek

lusi digunakan benang pakan berwarna, maka warna tersebut akan

merupakan bintik-bintik kecil yang tersebar pada permukaan kain, dimana

keadaan demikian jarang dikehendaki.

Angka Loncat ( V ) dalam anyaman satin :

a. Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari pada 1 ( V > 1 )

b. Angka loncat tidak sama dengan banyak benang lusi / pakan dalam 1 raport

anyaman dikurangi 1.

c. Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pembagi persekutuan

terhadap bilangan yang menunjukkan jumlah benang lusi atau pakan dalam

satu raport anyaman.

d. Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 raport masing – masing tidak

boleh terbagi oleh suatu angka yang sama.

Anyaman Kain Cele

Kain cele atau kain kotak – kotak merupakan sebuah hasil dari suatu

penelitian dan pengolahan pada disain anyaman polos.

Pada dasarnya pembuatan structural disain dilakukan dengan jalan

mengelola beberapa factor-factor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya

untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya. Struktur disain dibentuk pada

saat kain tersebut ditenun. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara

diantaranya dengan ubahan benang dalam disain yang dapat dilakukan dalam

sehelai kain.

Page 8: Dekomposisi Kain

Pengolahan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan benang

yang berbeda-beda warnanya.

Apabila benang lusi dan benang pakan suatu anyaman kain digunakan

anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau lebih, maka

permukaan kain akan nampak pola warna bergantung dari anyaman yang

digunakan dan susunan warna pada benang lusi atau pakan. Disini anyaman

cenderung merusak kontinuitas warna lusi atau pakan. Sedangkan warna lusi

atau pakan akan tampak dipermukaan kain ditentukan oleh efek lusi atau efek

pakan.

III. ALAT dan BAHAN

Alat

Lup untuk melihat tetal/inchi.

Gunting

Mistar

Timbangan

Bahan

Kain contoh yang akan diuji.

IV. CARA KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)

2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda (untuk anyaman kain

Cele dihitung berdasarkan warnanya) .

3. Potong kain contoh 10X10 cm, timbang berat kain.

4. Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 5 helai.

(10 helai lusi dan 10 helai pakan).

5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.

6. Panjang benang dari kain contoh = Pk

7. Panjang benang setelah diluruskan = Pb

8. Benang lusi dan pakan pada no 4 ditimbang.

Page 9: Dekomposisi Kain

9. Hitung nomor benang lusi dan pakan.

10. Panjang 10 lusi dan pakan setelah diluruskan =……..cm = ……..m

11. Berat 10 lusi dan pakan = ……..mg = ……..g

Untuk benang lusi dan benang pakan.

12. Hitung berat kain /m2

13. Dengan penimbangan

Berat kain/m2 = Berat contoh X 100 = B1

14. Dengan perhitungan

Panjang seluruh benang lusi atau pakan dalam 1 m2 kain, dibagi dengan Nm lusi

atau pakan:

Berat kain/m2 = B2 + B3 = B4

15. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (B4).

16. Menggambar anyaman dan rencana tenunan.

)(

)(

gBerat

mPanjangNm Ne1 = ……….

Tex = ……….

Td = ……….

Page 10: Dekomposisi Kain

V. DATA PERCOBAAN dan PEMBAHASAN

Anyaman Polos

Tetal ( hl/inchi ) Panjang benang setelah diluruskan

Berat kain 10 x 10 cm = 0,96 gram

Berat lusi 10 hl = 15 mg = 0,0175 gram

Berat pakan 10 hl = 17,5 mg = 0,01625 gram

Mengkeret lusi dan pakan

Nomor lusi dan pakan

Lusi

Panjang lusi = 1,016 m

Berat lusi = 0,0175 gram

Lusi (cm) Pakan (cm)

10,1 10,2 10,7 10,7

10,1 10,2 10,7 10,6

10,1 10,1 10,6 10,7

10,2 10,2 10,6 10,6

10,2 10,2 10,7 10,6

∑L = 101,6

Pjg lusi =

10,16

∑P = 106,5

Pjg pakan =

10,65

Page 11: Dekomposisi Kain

Pakan

Panjang Pakan = 1,065 m

Berat pakan = 0,01625 gram

Berat kain

a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 0,90 x 100 = 90 gram

Page 12: Dekomposisi Kain
Page 13: Dekomposisi Kain

b.

Gambar Anyaman

Anyaman polos naik 1 turun 1

Page 14: Dekomposisi Kain

Anyaman Keper

Tetal ( hl/inchi ) Panjang benang setelah diluruskan

Berat kain 10 x 10 cm = 1,32gram

Berat lusi 10 hl = 18,5 mg = 0,0225 gram

Berat pakan 10 hl = 20 mg = 0,033 gram

Mengkeret lusi dan pakan

Lusi (cm) Pakan (cm)

11 10,8 10,1 10,1

10,8 10,9 10,1 10,1

10,8 10,8 10,1 10,1

10,9 10,8 10,1 10,1

10,9 10,8 10,1 10,1

∑L = 108,5

Pjg lusi (PbL)

= 10,85

∑P = 101

Pjg pakan

(PbP) = 10,1

Page 15: Dekomposisi Kain

Nomor lusi dan pakan

Lusi

Panjang lusi = 1,085 m

Berat lusi = 0,0225 gram

Pakan

Panjang Pakan = 1,010 m

Berat pakan = 0,033 gram

Berat kain

a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 1,32 x 100 = 132 gram

Page 16: Dekomposisi Kain

b.

Anyaman Keper

Page 17: Dekomposisi Kain

Anyaman Satin

Tetal ( hl/cm ) Panjang benang setelah diluruskan

Berat kain 10 x 10 cm = 0,95 gram

Berat lusi 10 hl = 10 mg = 0,01 gram

Berat pakan 10 hl = 20mg = 0,02 gram

Mengkeret lusi dan pakan

Nomor lusi dan pakan

Lusi

Panjang lusi = 1,03 m

Berat lusi = 0,01 gram

Lusi (cm) Pakan

(cm)

10,3 10,3 10,3 10,2

10,3 10,3 10,3 10,2

10,3 10,3 10,3 10,2

10,3 10,3 10,3 10,2

10,3 10,3 10,2 10,2

∑L = 103

Pjg lusi

(PbL) =

10,3

∑P = 102,4

Pjg pakan

(PbP) =

10,24

Page 18: Dekomposisi Kain
Page 19: Dekomposisi Kain

Pakan

Panjang Pakan = 1,024 m

Berat pakan = 0,01 gram

Berat kain

a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 0,95x 100 = 95 gram

b.

Page 20: Dekomposisi Kain
Page 21: Dekomposisi Kain

Anyaman kain Cele

Tetal ( hl/inchi )

Lusi Pakan

Warna Pakan

Biru 8

Hijau 38

Kuning 8

Putih 20

Jumlah 1

rapot

74

Tetal

LUSI

(hl/inchi)

PAKAN

(hl/inchi)

47 41

47 41

47 41

∑tl = 141 ∑tp = 123

Jumlah Lusi dan Pakan / meter

a. Lusi = 100 x tetal lusi/cm = 100 x 18,50 = 1850 hl/meter

b. Pakan = 100 x tetal pakan/cm = 100 x 16,14 = 1614 hl/meter

Jumlah Rapot

Page 22: Dekomposisi Kain

a. Jumlah rapot Lusi/meter =

b. Jumlah rapot Pakan/meter =

Sisa Benang

a. Lusi = jumlah benang lusi/m – (∑ benang lusi/rapot × rapot utuh)

= 1850 – (74 × 25 )

Lusi = 1850 − 1850 = 0 helai

b. Pakan = jumlah benang lusi/m – (∑ benang lusi/rapot × rapot utuh)

Pakan = 1614 – (74 × 21 ) = 1614 – 1554 = 60 helai

Jumlah masing-masing warna / meter

a. Lusi :

Biru = (8 x 25)+0 = 200

Hijau = (38 x 25) + 0 = 950

Putih = (20x25)+0 = 500

kuning = (8 x 25)+0 =200

1850

b. Pakan :

Biru = (8 x 21) + 0 = 168

Hijau = (38 x 21) +12 = 810

Kuning = (8x21) + 0 = 168

putih = (20 x 21) + 2 =422

1568

Berat kain (10 x 10) cm = 1,41 gram

Page 23: Dekomposisi Kain

Berat kain/m2 = 1,41 x 100 = 141 gr/m2

Berat 10 hl benang lusi = 20 gram = 0,02gram

Berat 10 hl benang pakan = 45 mgram = 0,045 gram

Panjang 10 helai benang

Mengkeret lusi dan pakan

Nomor lusi dan pakan

Lusi

Panjang lusi = 1,062 m

Berat lusi = 0,042 gram

LUSI (cm) PAKAN (cm)

10,6 10,6 10,8 10,9

10,6 10,6 10,9 10,9

10,7 10,6 10,8 10,9

10,7 10,6 10,8 10,9

10,6 10,6 10,9 10,9

∑ = 106,2 cm

x = 101/10 = 10,62 cm

∑ = 108,7 cm

x = 108,7/10 = 10,87 cm

Page 24: Dekomposisi Kain

Pakan

Panjang Pakan = 1,087 m

Berat pakan = 0,045 gram

Berat masing-masing warna

a. Lusi =

Page 25: Dekomposisi Kain

Total= 77,7 gram

b. Pakan =

Massa Total: 77,7 + 70,56 = 148,26 gram

Page 26: Dekomposisi Kain
Page 27: Dekomposisi Kain

Kain Contoh Anyaman Polos Anyaman Keper Anyaman Satin Anyaman Kain Cele

VI. DISKUSI

Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan

berat kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling

baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata ≤ 5%. Pada beberapa percobaan

didapat selisih melebihi nilai rata-rata. Selisih tersebut kemungkinan disebabkan

beberapa hal :

Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat

penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan

terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih

banyak dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih

kasar dari pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran

kain maka lusi searah dengan pinggiran kain..

Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan

timbangannya kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap

dan ketelitiannya lebih besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-

hati, jangan sampai tidak rata bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan

mempengaruhi penimbangan Selain itu benang yang telah ditiras ada yang tidak

utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi berat saat penimbangan.

Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan

Pada kain Cele, semuanya dihitung berdasarkan warna penyusun anyamannya.

Page 28: Dekomposisi Kain

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Anyaman Polos

Nm Lusi = 58,057

Nm pakan = 65,538

Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 96 gram

Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 89,771 gram

2. Anyaman Keper

Nm Lusi = 48,22

Nm pakan = 30,606

Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 132gram

Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 153,146 gram

3. Anyaman Satin

Nm Lusi = 103

Nm pakan = 51,2

Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 95 gram

Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 100,99 gram

4. Anyaman Kain Cele

Nm Lusi = 25,28

Nm pakan = 24,15

Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 141 gram

Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 117,6 gram

Jumlah Lusi / m2 = 1850 helai

Jumlah Pakan / m2 = 1614 helai

5. Semakin kecil selisih beratnya semakin baik pengukuran yang dilakukan.

6. Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana diantara anyaman

lainnya dan anyaman Cele yang paling rumit perhitungannnya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Jumaeri,Bk.Teks dk. Textile Design. 1974. Bandung: Institut Teknologi Tekstil