definition of basic chemistry

20

Click here to load reader

description

kimia dasar

Transcript of definition of basic chemistry

  • Titik lebur adalah suhu di mana zat padat mengalami perubahan menjadi cair. Pada

    titik lebur, getaran pada partikel zat padat dapat mengatasi kekuatan gaya tarik

    menarik yang beroperasi pada zat padat.

    Titik didih adalah suhu (temperatur) ketika tekanan uap sebuah zat cair sama dengan

    tekanan eksternal yang dialami oleh cairan.

    Tekanan uap adalah tekanan suatu uap pada kesetimbangan dengan fase bukan

    uap-nya. Semua zat padat dan cair memiliki kecenderungan untuk menguap menjadi

    suatu bentuk gas, dan semua gas memiliki suatu kecenderungan

    untuk mengembun kembali. Pada suatu suatu suhu tertentu, suatu zat tertentu

    memiliki suatu tekanan parsial yang merupakan titik kesetimbangan dinamis gas zat

    tersebut dengan bentuk cair atau padatnya. Titik ini adalah tekanan uap zat tersebut

    pada suhu tersebut.

    Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di permukaan yang

    memiliki cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan molekul-molekul tetangganya.

    Jika dalam cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati permukaan

    bukan hanya molekul pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut

    di permukaan makin sedikit, maka laju penguapan akan berkurang. Dengan pekataan

    lain, tekanan uap cairan itu turun. Makin banyak zat terlarut, makin besar pula

    penurunan tekanan uap.

    Pergeseran jumlah gelombang pada FTIR : Hukum hooke Semakin banyak

    besar tetapan gaya, semakin besar frekuensi vibrasi dan makin besar jarak, energi

    diantara tingkat-tingkat kuantum vibrasi. Tetapan gaya untuk ikatan tunggal atau

    rangkap- dua, dan rangkap tiga masing-masing 5x105, 10x105, dan 15x105

    dyne cm-1.

    Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang yang lebih pendek

    daripada C-H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen alkena mempunyai sifat

    lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana. Makin kuat ikatan, makin sukar

    bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih tinggi. Semakin banyak gugus alkil yang

    menempel, intensitas absorpsi berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan

    momen dipol yang lebih kecil. Untuk alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C

    sering mempunyai intensitas yang rendah atau tidak teramati.

  • Ikatan hidrogen menyebabkan puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah

    bilangan gelombang yang lebih pendek.

    Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap proton

    dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama.

    Setiap proton dalam molekul dikelilingi elektron, sehingga menimbulkan sedikit

    perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton lainnya.

    Proton-proton dilindungi oleh elektron-elektron yang mengelilingi, di dalam medan

    magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan

    magnet yang melawan medan magnet luar yang digunakan. Makin besar kerapatan

    elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang

    melawan medan luar yang digunakan (Bo).

    Pergeseran kimia adalah posisi penyerapan NMR akibat efek perlindungan elektron.

    Pengukuran dengan spektroskopi NMR pada umumnya menggunakan senyawa

    standar sebagai pembanding terhadap senyawa yang diuji. Tetrametilsilan (TMS)

    sering digunakan sebagai standar internal karena proton pada senyawa ini sangat

    terlindungi dibanding senyawa organik lain sehingga sinyal hasil analisis sampel

    biasanya muncul pada medan yang lebih rendah dari pada TMS. Semakin besar

    elektronegatifitas suatu gugus yang berdekatan, maka efek perlindungan elektron

    semakin besar sehingga semakin jauh pergeseran sinyal dari standar TMS

    Mekanisme kerja zat antibakteri

    Antibakteri obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri,

    khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada

    antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal aktivitas

    bakteriostatik. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat ertumbuhan bakteri

    atau membunuhnya, masing-masing dikenal dengan Kadar Hambat Minimal (KHM)

    dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat

    meningkatkan kemampuan bakterisida. Aktivitas antibakteri dibagi dalam lima

    kelompok :

    1) Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri

    Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam

    golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja

  • antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan

    asam folat untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan

    mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA).

    Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam

    folat. Sedang trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase

    (Setiabudy dan Gan, 1995).

    2) Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri

    Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan dihalangi oleh

    adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.

    Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel

    sedang yang lainnya menghambat di akhir sintesis peptidoglikan, sehingga

    mengakibatkan dinding sel menjadi tidak sempurna dan tidak mempertahankan

    pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih

    tinggi daripada tekanan di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan

    menyebabkan lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka

    (Setiabudy dan Gan, 1995).

    3) Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri

    Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang

    dengan permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan

    bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya

    bahanbahan

    lain. Jika terjadi kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan

    terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan Chan, 1986).

    4) Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri

    Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan

    asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat

    mengakibatkan terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa

    dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat

    mengakibatkan koagulasi (denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap

    komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelczar dan Chan, 1986).

    5) Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri

  • Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel

    bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat

    tersebut

    dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dan Chan, 1986).

    PEMBAGIAN JENIS ANTIBIOTIKA

    Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan

    adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni

    antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer

    bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin,

    kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam

    paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah

    pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat

    tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang

    secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin,

    aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.

    Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja

    antibiotika tersebut pada kuman, yakni :

    Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini

    adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.

    Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif

    sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin.

    Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol,

    eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.

    Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam

    nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim.

    Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling tidak

    akan mencakup jenis-jenis berikut ini :

    Golongan penisilin.

    Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis

    dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus

    asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.

  • Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan

    penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat

    terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:

    Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap

    Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan

    derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil

    penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak

    bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral.

    Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama

    meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus,

    meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang

    tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium

    diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.

    Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin,

    flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan

    untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.

    Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi

    rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin.

    Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam

    klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman

    penghasil enzim penisilinase.

    Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk

    karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-

    kuman Pseudomonas aeruginosa.

    Golongan sefalosporin.

    Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta

    laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi

    spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi

    3 kelompok, yakni:

    Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro.

    Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama

    kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.

    Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif

  • terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.

    Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk

    Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah

    sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.

    Golongan amfenikol

    Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya

    yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif

    terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta

    dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia

    aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.

    Golongan tetrasiklin

    Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif

    dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena

    masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama

    untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma.

    Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae.,

    termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,

    metasiklin dan demeklosiklin.

    Golongan aminoglikosida

    Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk

    kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan

    kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin,

    gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika

    ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.

    Golongan makrolida

    Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman,

    sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja

    dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap kuman-

    kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes.

    Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk

    infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit

    Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan

  • makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin,

    oleandomisin dan trioleandomisin.

    Golongan linkosamid.

    Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif

    termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman

    anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin

    antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal.

    Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam

    bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.

    Golongan polipeptida.

    Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok

    antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap

    kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang

    lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk

    neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali

    dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap

    obat-obat lain.

    Golongan antimikobakterium

    Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium.

    Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin,

    streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.

    Golongan sulfonamida dan trimetropim

    Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah

    resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi

    tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi

    sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman

    bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan

    Gram negatif.

    Golongan kuinolon

    Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan

    spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram

  • positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi

    nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin,

    pefloksasin dan lain-lain.

    Golongan lain-lain

    Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup

    dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin,

    basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat

    masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif

    untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga

    merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi

    karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak

    lagi efektif.

    A. Pengelompokkan secara kimia

    a. Antibiotik turunan beta laktam, antibiotik beta laktam dibagi menjadi dua kelompok

    yaitu:

    1. Turunan penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu siklik dengan satu

    rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan betalaktam. Rantai samping

    merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Dengan

    mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai

    jenis penisilin, misalnya pada penisilin G radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G

    untuk suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau K. Bila atom H pada gugus

    karboksil diganti dengan prokain, diperoleh Penisiln G prokain yang sukar larut dalam

    air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang lambat, dan masa

    kerjanya lambat.

    Beberapa penisilin akan berkurang aktifitas antimikrobanya dalam suasana asam

    sehingga penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang

    aktifitasnya bila dipengaruhi oleh enzim betalaktamase yang memecah cincin

    betalaktamase. Radikal tertentu pada gugus amino inti 6-APA dapat mengubah sifat

    kerentanan terhadap asam, penisilinase, spektrum antimikroba.

  • Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis

    dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan

    efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan

    metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga persisters, praktis tidak

    dipengaruhi oleh penisilin; kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik. Diantara

    semua penisilin, penisilin G mempunyai aktifitas terbaik terhadap kuman gram-positif

    yang sensitif. Penisilin merupakan senyawa pilihan untuk pengobatan infeksi yang

    disebabkan oleh bakteri gram-positif dan cocci gram-negatif,Streptococcus,

    Pneumococcus, Meningococcus, aktinomises yang bukan penghasil penisilinase.

    Penisilin G menghambat enterococcus (S. faecalis) tetapi untuk pengaruh daya

    (misalnya pada endokarditis enterococcus) perlu ditambahkan aminoglikosida.

    Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi

    aktifitasnya terhadap kokus gram-positif kurang daripada penisilin G. Semua penisilin

    golongan ini dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh kuman gram-positif dan

    kuman gram-negatif.

    Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L.monocytogenes sensitif

    terhadap obat ampicilin ini. Selain itu H. influenzae, E. colidan Pr. mirabilis merupakan

    kuman gram-negatif yang juga sensitif. Tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya

    kuman yang resisten di antara kuman yang semula sangat sensitif tersebut.

    Umumnya pseudomonas, Klebsiella, serratia, asinobakter danproteus indol positif

    resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya.

    Jumlah ampisilin dan senyawanya sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian

    oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna.

    Dengan dosis lebih kecil persentase yang diabsorpsi relatif lebih besar. Absorpsi

    ampisilin oral tidak lebih baik dari pada penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan

    dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat. Perbedaan absorpsi ampisilin

    bentuk trihidrat dan bentuk anhidrat tidak memberikan perbedaan bermakna dalam

    penggunaan di klinik. Sering absorpsi ampisilin oral tidak tidak cukup memuaskan

    sehingga perlu meningkatkan dosis. Ampisilin juga didistribusi luas di dalam tubuh

    dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20 %. Ampisilin yang masuk ke dalam

    empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja

    jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada

  • keadaan peradangan meningen. Pada pneumonia ampisilin disekresi ke dalam

    sputum sekitar 10 % kadar serum.

    Amoksisilin adalah turunan penisilin berspektrum luas, digunakan untuk

    pengobatan infeksi saluran nafas. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik

    daripada amoisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam

    darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin,

    sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin

    terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak. Distribusi

    amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Keduanya adalah turunan

    penisilin yang tahan terhadap enzim penisilinase. Akan tetapi kelebihan amoksisilin

    dibandingkan dengan ampisilin adalah amoksisilin absorbsinya yang lebih baik.

    2. Sefalosporin termasuk golongan antibiotik betalaktam. Sefalosporin berasal dari

    fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu.

    Fungus ini menghasilkan tiga macam antibiotik, yaitu sefalosporin P, N dan C. Dari

    ketiga antibiotik tersebut kemudian dikembangkan berbagai derivat sefalosporin

    semisintetik antara lain sefalosporin C.

    Inti dasar sefalosporin C adalah asam 7-amino sefalosporanat (7-ACA : 7-

    aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin betalaktam.

    Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase.

    Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat

    dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada

    posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktifitas mikroba, sedangkan

    substitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan

    farmakokinetiknya.

    Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan aktivitas mikrobanya yang

    secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Dewasa ini

    sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi

    ketiga.

    Seperi halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antibiotik sefalosporin

    menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin digunakan untuk pengobatan

    infeksi oleh bakteri yang telah tahan terhadap penisilin, terutama stafilokoki yang

    menghasilkan penisilinase dan basil gram-negatif.

    a. Sefalosporin generasi pertama

  • Sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang

    terutama aktif terhadap kuman gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah

    aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap

    sebagian besar Staphylococcus aureus dan Streptococcus termasukStreptococcus

    pyogenes, Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri gram-

    positif yang juga sensitif adalah Streptococcus

    anaerob,Clostridium, perfringens, Listeria monocytogenes dan Corynebacterium

    diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai sefalosporin generasi pertama sama satu

    dengan lainnya, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap Staphylococcus aureus.

    Mikroba yang resisten antara lain ialah strain Staphylococcus aureus, resisten

    metisilin, Staphylococcus epidermis dan Streptococcus faecalis.

    b. Sefalosporin generasi kedua

    Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram-positif dibandingkan dengan

    generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram-negatif;

    misalnya H.influenzae, Pr. mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Terhadap Ps. aerugonosa

    dananterokokus golongan ini tidak efektif.

    c. Sefalosporin generasi ketiga

    Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama

    terhadap kokus gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae,

    termasuk strain penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif

    terhadap Ps. aureginosa.

    Sefotaksim termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga dan berspektrum luas

    semisintetik yang diberikan secara parenteral. Setelah pemberian intramuskuler

    sefotaksim sebesar 500 mg atau 1 gram, kadar puncak serum tercapai sebesar 11,7

    dan 20,5 g/ml yang tercapai dalam waktu 30 menit dan kemudian menurun dengan

    waktu paruh eliminasi kira-kira 1 jam. Pada pemberian intravena sebesar 500 mg, 1

    gram, dan 2 gram terjadi peningkatan kadarnya dalam serum secara dose dependet

    yaitu sebesar 38,9; 101,7 dan 214,4 g/ml tanpa perubahan waktu paruh eliminasi.

    Kira-kira sebanyak 60 % dosis yang diberikan, ditemukan dalam urin dalam waktu 6

    jam pertama setelah pemberian infus. Kira-kira 20-36 % sefotaksim yang diberikan

    secara intravena diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang tidak diubah dan 15-25

    % sebagai metabolit utama yaitu turunan desacetyl. Metabolit desacetyl ini terbukti

    berpen terhadap aktivitas bakteri.

  • Aktivutas bakterisidal sefotaksim dihasilkan akibat penghambatannya terhadap

    sintesis dinding sel kuman. Secara in vitro, sefotaksim efektif terhadap berbagai

    mikroorganisme Gram-positif dan Gram-negatif. Sefotaksim mempunyai stabilitas

    yang tinggi terhadap betalaktame, baik penisilinase maupun cephalosporinase yang

    dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan Gram-positif.

    Sefotaksim efektif terhadap berbagai mikroorganisme seperti: Kuman aerob,

    Gram-positif: Staphylococcus aureus, Staphilococus epidermis, Enterococcus

    species, Streptococcus pyogenes (grup Streptococcus beta-

    hemolytic A),Streptococcus agalactiae (grup Streptococcus B) dan Sterptococcus

    pneumoniae.

    Kuman aerob, Gram-negatif: Citrobacter species, Enterobacter species,Escherichia

    coli, Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella

    species, Neiserria gonorrhoeae, Neiseria meningitides, Proteus mirabilis, Proteus

    rettgeri, Seraratia species dan Acinobacter species. Sefotaksim efektif terhadap

    beberapa strain Pseudomonas aeruginosa.

    Kuman aerob: Bacteroides species (termasuk beberapa

    strain B. fragilis),Clostridium species, Peptococus

    species, Peptostreptococus spesies danFusobacterium species (termasuk F.

    nucleatum)

    Sefotaksim diindikasikan untuk mengobati pasien dengan infeksi berat yang

    disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap berbagai infeksi seperti

    infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pnmeumonia. Sefotaksim tidak bersifat

    nefrotoksik, tetapi disebabkan kemungkinan terjadinya kadar antibiotik serum yang

    tinggi dan berkepanjangan akibat pemberian dosis lazim pada pasien dengan

    insufisiensi ginjal, maka dosis total harian sefotaksim perlu dikurangi pada pasien-

    pasien tersebut, seperti dengan antibiotik batalaktam yang lain, granolusitopenia dan

    lebih jarang lagi agranolusitoksis dapat timbul selama pengobatan dengan sefotaksim,

    terutama jika diberikan untuk jangka panjang.Untuk pengobatan yang melebihi 10

    hari, pemberian sefotaksim bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida dapat

    meningkatkan nefrotoksisitas.

    Seftriakson juga termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga, dimana spektrum

    antibakterinya lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Secara umum turunan

  • ini aktif terhadap bakteri gram-negatif yang telah resisten, lebih tahan terhadap beta

    laktamase tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram-positif. Waktu paruhnya mencapai

    8 jam. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain

    umumnya cukup satu kali sehari. Jumlah seftriakson yang terikat pada protein plasma

    umumnya sekitar 83-96 %. Pada peningkatan dosis, persentase yang terikat pada

    protein menurun cepat. Dosis lazim obat ini adalah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis

    tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat

    suntik 0,25; 0,5 dan 1 gram.

    Efek bakterisidal seftriakson dihasilkan akibat penghambatan dinding sel kuman.

    Seftriakson mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktamase, baik terhadap

    penisilinase maupun sefalosporinase yang dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan

    kuman Gram-positif. Seftriakson efektif terhadap miroorganisme yang sensitif di

    bawah ini :

    Kuman aerob Gram-negatif: Enterobacter

    aerogenes, Enterobacter cloacae,Escherichia coli, Haemophilus

    influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella species, Neisseria

    gonorrhoeae, Neiserria meningitidis, Proteus mirabilis, Proteus vulagaris, Morganella

    morganii dan Serratia marcescens. Seftriakson juga aktif terhadap

    kuman Pseudomonas aeroginosa. Kuman aerob Gram-positif: Staphylococcus

    aureus, staphylococcus epidermis, Streptococcus

    pyogenes, Streptococcus agalactiae dan Streptococcus pneumoniae.

    Seftriakson diindikasikan untuk pengobatan pada infeks pneumonia, infeksi kulit

    dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih dan infeksi ulang dan sendi. Seftriakson

    dapat menyebabkan peningkatan kreatinin serum secara transien. Seftriakson

    diekskresi melalui ekskresi bilier dan renal, karena itu pasien dengan gangguan fungsi

    ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis jika seftriakson diberikan dalam dosis

    lazim. Penyesuaian dosis juga tidak diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi

    hati. Meskipun demikian, jika pasien mengalami gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal

    yang bermakna, maka dosis seftriakson sehari tidak boleh melebih 2 gram tanpa

    disertai pengawasan kadarnya dalam serum secara ketat. Pasien dengan gangguan

    sintesis vitamin K atau cadangan vitamin K yang rendah (misalnya penyakit hati kronik

  • dan malnutrisi) perlu dilakukanpengukuran waktu protrombin selama pengobatan

    seftriakson. Pemberian seftriakson jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan

    secara berlebihan pada mikroorganisme yang tidak sensitif.

    b. Antibiotik turunan aminoglikosida

    Amnoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino

    yang terikat lewat ikatan glikosid pada inti heksosa. Heksosa tersebut atau

    aminosiklitol, ialah streptidin, (pada streptomosin) atau 2-deoksistreptamin (ciri

    aminoglokosida lain); berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan

    sangat polar; baik dalam bantuk basa maupun dalam bentuk garam; bersifat mudah

    larut dalam air, Sediaan suntikan berupa garam sulfat, sebab paling kurang nyeri

    untuk suntikan intramuskuler. Stabilitasnya cukup baik pada suhu kamar, terutama

    dalam bentuk kering. lainnya. Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotik

    yang mempunyai kemampuan membunuh bakteri. Aminoglikosida adalah obat-obat

    utama untuk pengobatan infeksi gram-negatif. Aminoglikosida bersifat bakterisid

    dengan menghambat sintesis protein.

    Gentamisin merupakan antibiotik turunan aminoglikosida yang sangat berarti

    terutama karena peranannya terhadap mukosa gram-negatif. Senyawa ini digunakan

    pada pasien yang resisten terhadap antibiotik lain. Mekanisme kerja gentamicin

    adalah dengan mengikat secara ireversibel sub unit 30S dari kuman, yaitu dengan

    menghambat sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik.

    Gentamicin bersifat bakterisidal. Gentamicin efektif terhadap berbagai strain kuman

    Gram-negatif termasuk

    spesies Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Proteus dan Pseudomonas. Terhadap

    mikroorganisme Gram-positif, gentamicin efektif terhadap Staphylococcus

    aureus danStaphylococcus epidermis.

    Gentamisin tidak diserap pada pemberian oral, tetapi secara cepat diserap

    setelah suntikan intramuskuler dengan kadar puncak yang tercapai dalam waktu 0,5-

    1 jam. Waktu paruh plasmanya adalah 1-4 jam pada orang dewasa, 2,3-3,3 jam pada

    neonatus, 1,5-2,5 jam pada bayi diatas 20 bulan, dan 1 jam pada anak-anak yang

    lebih tua. Pada gangguan fungsi ginjal yang lanjut, peningkatan ini dapat mencapai

    35 jam. Sejumlah kecil gentamicin diekskresi ke dalam empedu dan tidak ada bukti

    adanya sirkulasi enterohepatik pada antibiotik ini. Gentamicin menetap dalam jaringan

    untuk waktu yang lama. Gentamicin mengalami reabsorbsi pada lumen tubulus

  • proksimal dan kadarnya dalam jaringan kortikal ginjal kadang-kadang mencapai 100

    kali lebih tinggi ketimbang kadarnya dalam serum. Anribiotika ini didistribus i secara

    luas keseluruh tubuh, terutama ke dalam cairan ekstraseluler dengan volume

    distribusi 0,2 L/kg. Ikatan proteinya rendah yaitu berkisar antara 0-25 %. Ikatan protein

    serum gentamicin maupun aminoglikosida lain meningkat dengan meurunnya kadar

    magnesium dan kalisum.

    Gentamicin yang masuk ke dalam cairan otak, kadarnya hanya kecil

    sekali pada pasien dimana selaput otaknya tidak mengalami peradangan, tetapi jika

    terjadi peradangan kadarnya dapat sedikit lebih tinggi, meskipun demikian tidak cukup

    mencapai kadar terapi. Difusinya kejaringan mata buruk Gentamisin disekresi ke

    dalam sekret bronkus dengan kadar 25-50 % kadarnya dalam serum. Gentamicin

    menembus plasenta dan mencapai kadar puncak dalam serum maternal. 10 %

    gentamicin terikat dalam sel darah merah dan juga masuk ke dalam leukosit

    polimorfonuklear dimana kadarnya dapat mencapai 80 % dari kadar obat dalam cairan

    ekstraseluler. Kadar tertinggi ditemui dalam jaringan ginjal.

    C. Antibiotik Turunan amfenikol

    Turunan amfenikol adalah antibiotik yang terdiri kloramfenikol dan senyawa

    analognya. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces

    venezuelae. Karena ternyata mempunyai daya antimikroba yang kuat maka

    penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 diketahui bahwa obat

    ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol merupakan kristal

    putih yang sukar larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit.

    Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat

    adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk

    membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Efek toksik

    kloramfeniol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga

    berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol adalah antibiotik yang

    bersifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Pada konsentrasi tinggi kadang-

    kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakterial

    kloramfenikol meliputi D. pneumoniae, Str. pyogenes, Streptococus viridans,

    Neiserria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Mycoplasma dan kuman

    anaerob. Beberapa starin kuman D. Pneumoniae, H. influenzae, dan N. meningitidis

  • bersifat resisten; Staphylococcus aureus umumnya sensitif, sedang Entero

    bacteriaceae banyak yang telah resiten.

    Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam

    darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol

    palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami

    hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh eliminasi pada

    orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar

    24 jam. Kira-kira 50 % kloramfenkol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini

    didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk jarigan otak, cairan

    serebrospinal dan mata.

    Di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim

    glukuronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloramfenikol memanjang pada

    pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil kloramfenikol mengalami reduksi menjadi

    senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi. Dalam waktu 24 jam, 80-90 % yang diberikan

    oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kloramfenikol yang diekskresi melalui

    urin,, hanya 5-10 %dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau

    hidrolisis yang lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama

    melaluifiltrat glomerulus sedang metabolitnya dengan sekresi tubukus. Pada gagal

    ginjal, masa paruh kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah tetapi metabolitnya

    yang nontoksik mengalami kumulasi. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan

    fungsi hepar yang menyertai gagal ginjal. Untuk pemberian secara parienteral

    digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan

    membebaskan kloramfenikol.

    d. Antibiotik turunan tetrasiklin

    Turunan tetrasiklin didapat dari hasil isolasi kultur streptomyces Sp dan kemudian

    dikembangkan secara sintetik. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,

    tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan

    kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan,

    kebanyakan tetrasiklin sangat stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat

    labil jadi cepat berkurang potensinya.

    Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling

    sedikit terjadi 2 proses dalam msuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram-

  • negatif. Pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofolik, ke dua adalah

    sistem transpor aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S

    dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

    Turunan ini bersifat bakteriostatik dengan spektrum antibakteri luas yang meliputi

    kuman gram-positif dan negatif, aerobik dan anerobik. Selain itu juga aktif

    terhadapspiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu.

    Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi

    batang gram-positif, seperti B. anthracis, Erysipelothrix rhusiopathiae, Clostridium

    tetani dan Listeria monocytogenes. Efektifitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-

    negatif sepertiBrucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas

    pseudomallei, Vibrio cholerae, Camphylobacter fetus, Haemophylus

    ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella

    multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis,Bordetella

    pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzaemungkin

    sensitif, tetapi E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif

    danPseudomonas umumnya resisten

    Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorbsi ini sebagian besar

    berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Absorbsi berbagai jenis

    tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu

    komplekstetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium

    hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasid dan

    juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

    Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang

    bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar

    2,0-2,5 mcg/ml. Dalam cairan serebrospinal kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20 %

    kadar dalam serum. Penetrasi ke serebrospinal ini tidak tergantung dari adanya

    meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat

    golongan ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sum-sum

    tulang. Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan

    melalui empedu. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55 % golongan tetrasilin

    diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam

  • empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang

    diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini

    masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi

    obstruksi pada saluran empedu dan gangguan faal hati obat ini akan mengalami

    kumulasi darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

    e. Antibiotik turunan makrolida

    Antibiotik golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton

    yang besar dalam rumus molekulnya. Yang termasuk kelompok makrolida adalah

    eritromisin, spiramisin, linkomisin dan klindamisin. Senyawa ini di dapat

    dari streptomyces. Spektrum kerjanya terutama meliputi mikroba gram positif.

    Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein. Eritromisin merupakan antibiotik

    turunan makrolida yang aktif terhadap bakteri gram-positif dan bakteri gram-

    negatif. Antibiotik ini seringkali diberikan kepada pasien yang alergi terhadap penisilin.

    B.Pengelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya. yaitu :

    a. Antibiotik yang menginhibisi sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak

    dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan

    sering kali lisis.

    Penisilin, sefalosporin

    Sikloserin, vankomisn, ristosetin, basitrasin

    b. Antibiotik yang bekerja langsung terhadap membran sel, mempengaruhi

    permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa

    intraselular.

    Polimiksin, kolistimetat

    Antifungus polien, nistatin, amfoterisin B

    c. Antibiotik yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi

    sintesis protein secara reversibel. Senyawa bakteriostatik kloramfenikol :

    tetrasiklin, antibiotik makrolida, eritromisin, linkomisin, klindamisin

    d. Antibiotik yang difiksasi pada subunit ribosom 30 S menyebabkan timbunan

    kompleks pemula sintesis protein.

    Antibiotik aminoglikosida bakterisid

    e. Antibiotik yang mengganggu metabolisme asam nukleat

  • Rifampisin, dapat dikatakan bahwa antibiotik ini dapat mempengaruhi

    perkembangan bakteri pada enam lokasi :

    Dinding sel bakteri

    Membran sitoplasma

    Replikasi DNA

    Transkripsi DNA

    Translasi RNA

    Metabolisme intermedier

    C. Pengelompokkan berdasarkan manfaat dan sasaran kerjanya dapat

    dibedakan menjadi tiga. kelompok antibiotik yaitu :

    a. Antibiotik yang terutama bermanfaat terhadap kokus gram positif dan basil,

    cenderung memilik spektrum aktivitas yang sempit.

    Penisillin G; pensilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase.

    Makrolida, linkomisin, vankomisin, basitrasin

    b. Antibiotik yang terutama efektif terhadap basil aerob gram

    negatif.

    Polimiksin

    Aminoglikosida

    c. Antibiotik yang secara relatif memiliki spektrum kerja yang luas, bermanfaat

    terhadap kokus gram positif dan basil gram negatif.

    Penisilin spectrum luas : ampisillin, karbesilin

    Sefalosporin

    Tetrasilkin-tetrasiklin

    Kloramfenikol

    D. Pengelompokkan berdasarkan daya kerjanya.

    a. Antibiotik bakteriostatik;

    Antibiotik bakteriostatik menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan

    menghambat sintesis protein bakteri. Contoh obat kelompok tetrasiklin,

    kloramfenkol, eritromisin dan linkomisin.

    b. Antibiotik bakterisidik;

  • Antibiotik bakterisidik mematikan bakteri dan menghambat biosintesis dinding sel

    bakteri. Contoh obat : Penisilin dan derivatnya, basitrasin, kelompok aminoglikosida,

    polimiksin dan rimfapisin.

    E. Pengelompokkan berdasarkan daya membunuh bakteri

    a. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)

    Obat kemoterapeutika yang bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal atau

    grup mikroorganisme tertentu dikatakan memiliki spektrum sempit. Misalnya, izoniazid

    hanya aktif terhadap mikrobakteria.

    b. Antibiotik spektrum sedang

    Spektrum sedang adalah suatu terminologi yang dihasilkan pada antibiotik yang

    secara efektif melawan mikroorganisme gram positif dan sejumlah bakteri gram

    negatif. Misalnya, ampicillin dipertimbangkan sebagian spektrum sedang karena obat

    ini bekerja melawan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

    c. Antibiotik spektrum luas (broad spectrum)

    Obat-obat seperti kloramfenikol dan tetrasiklin mempengaruhi spesies mikroba

    secara luas dan dirujuk sebagai antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik

    spektrum luas secara drastis dapat merubah flora bakteral normal secara alamiah dan

    dapat mencetuskan superinfeksi suatu mikroorganisme seperti kandida yang

    perkembangannya secara normal dipengaruhi dengan adanya miroorganisme lain.