definition of basic chemistry
Click here to load reader
-
Upload
aulia-vellarani -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
description
Transcript of definition of basic chemistry
-
Titik lebur adalah suhu di mana zat padat mengalami perubahan menjadi cair. Pada
titik lebur, getaran pada partikel zat padat dapat mengatasi kekuatan gaya tarik
menarik yang beroperasi pada zat padat.
Titik didih adalah suhu (temperatur) ketika tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan.
Tekanan uap adalah tekanan suatu uap pada kesetimbangan dengan fase bukan
uap-nya. Semua zat padat dan cair memiliki kecenderungan untuk menguap menjadi
suatu bentuk gas, dan semua gas memiliki suatu kecenderungan
untuk mengembun kembali. Pada suatu suatu suhu tertentu, suatu zat tertentu
memiliki suatu tekanan parsial yang merupakan titik kesetimbangan dinamis gas zat
tersebut dengan bentuk cair atau padatnya. Titik ini adalah tekanan uap zat tersebut
pada suhu tersebut.
Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di permukaan yang
memiliki cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan molekul-molekul tetangganya.
Jika dalam cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati permukaan
bukan hanya molekul pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut
di permukaan makin sedikit, maka laju penguapan akan berkurang. Dengan pekataan
lain, tekanan uap cairan itu turun. Makin banyak zat terlarut, makin besar pula
penurunan tekanan uap.
Pergeseran jumlah gelombang pada FTIR : Hukum hooke Semakin banyak
besar tetapan gaya, semakin besar frekuensi vibrasi dan makin besar jarak, energi
diantara tingkat-tingkat kuantum vibrasi. Tetapan gaya untuk ikatan tunggal atau
rangkap- dua, dan rangkap tiga masing-masing 5x105, 10x105, dan 15x105
dyne cm-1.
Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang yang lebih pendek
daripada C-H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen alkena mempunyai sifat
lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana. Makin kuat ikatan, makin sukar
bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih tinggi. Semakin banyak gugus alkil yang
menempel, intensitas absorpsi berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan
momen dipol yang lebih kecil. Untuk alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C
sering mempunyai intensitas yang rendah atau tidak teramati.
-
Ikatan hidrogen menyebabkan puncak melebar dan terjadi pergeseran kearah
bilangan gelombang yang lebih pendek.
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap proton
dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama.
Setiap proton dalam molekul dikelilingi elektron, sehingga menimbulkan sedikit
perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton lainnya.
Proton-proton dilindungi oleh elektron-elektron yang mengelilingi, di dalam medan
magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan
magnet yang melawan medan magnet luar yang digunakan. Makin besar kerapatan
elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang
melawan medan luar yang digunakan (Bo).
Pergeseran kimia adalah posisi penyerapan NMR akibat efek perlindungan elektron.
Pengukuran dengan spektroskopi NMR pada umumnya menggunakan senyawa
standar sebagai pembanding terhadap senyawa yang diuji. Tetrametilsilan (TMS)
sering digunakan sebagai standar internal karena proton pada senyawa ini sangat
terlindungi dibanding senyawa organik lain sehingga sinyal hasil analisis sampel
biasanya muncul pada medan yang lebih rendah dari pada TMS. Semakin besar
elektronegatifitas suatu gugus yang berdekatan, maka efek perlindungan elektron
semakin besar sehingga semakin jauh pergeseran sinyal dari standar TMS
Mekanisme kerja zat antibakteri
Antibakteri obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri,
khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada
antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal aktivitas
bakteriostatik. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat ertumbuhan bakteri
atau membunuhnya, masing-masing dikenal dengan Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat
meningkatkan kemampuan bakterisida. Aktivitas antibakteri dibagi dalam lima
kelompok :
1) Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri
Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam
golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja
-
antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan
asam folat untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan
mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA).
Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam
folat. Sedang trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase
(Setiabudy dan Gan, 1995).
2) Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan dihalangi oleh
adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel
sedang yang lainnya menghambat di akhir sintesis peptidoglikan, sehingga
mengakibatkan dinding sel menjadi tidak sempurna dan tidak mempertahankan
pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih
tinggi daripada tekanan di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan
menyebabkan lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka
(Setiabudy dan Gan, 1995).
3) Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri
Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang
dengan permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan
bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya
bahanbahan
lain. Jika terjadi kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan Chan, 1986).
4) Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri
Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan
asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat
mengakibatkan terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa
dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat
mengakibatkan koagulasi (denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap
komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelczar dan Chan, 1986).
5) Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri
-
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel
bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat
tersebut
dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dan Chan, 1986).
PEMBAGIAN JENIS ANTIBIOTIKA
Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan
adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni
antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer
bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah
pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat
tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang
secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.
Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja
antibiotika tersebut pada kuman, yakni :
Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini
adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.
Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif
sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin.
Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol,
eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.
Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam
nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim.
Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling tidak
akan mencakup jenis-jenis berikut ini :
Golongan penisilin.
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis
dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus
asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.
-
Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan
penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat
terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:
Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap
Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan
derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil
penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak
bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral.
Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama
meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus,
meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang
tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium
diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.
Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin,
flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan
untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.
Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi
rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin.
Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam
klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman
penghasil enzim penisilinase.
Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk
karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-
kuman Pseudomonas aeruginosa.
Golongan sefalosporin.
Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta
laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi
spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi
3 kelompok, yakni:
Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro.
Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama
kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.
Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif
-
terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.
Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah
sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.
Golongan amfenikol
Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya
yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif
terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta
dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia
aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.
Golongan tetrasiklin
Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif
dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena
masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama
untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma.
Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae.,
termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin,
metasiklin dan demeklosiklin.
Golongan aminoglikosida
Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk
kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan
kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin,
gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika
ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik.
Golongan makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman,
sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja
dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap kuman-
kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes.
Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk
infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit
Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan
-
makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin,
oleandomisin dan trioleandomisin.
Golongan linkosamid.
Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif
termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman
anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin
antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal.
Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam
bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal.
Golongan polipeptida.
Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok
antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap
kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang
lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk
neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali
dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap
obat-obat lain.
Golongan antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium.
Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin,
streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
Golongan sulfonamida dan trimetropim
Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah
resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi
tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi
sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman
bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan
Gram negatif.
Golongan kuinolon
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan
spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram
-
positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi
nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin,
pefloksasin dan lain-lain.
Golongan lain-lain
Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup
dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin,
basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat
masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif
untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga
merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi
karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak
lagi efektif.
A. Pengelompokkan secara kimia
a. Antibiotik turunan beta laktam, antibiotik beta laktam dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
1. Turunan penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu siklik dengan satu
rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan betalaktam. Rantai samping
merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Dengan
mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai
jenis penisilin, misalnya pada penisilin G radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G
untuk suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau K. Bila atom H pada gugus
karboksil diganti dengan prokain, diperoleh Penisiln G prokain yang sukar larut dalam
air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang lambat, dan masa
kerjanya lambat.
Beberapa penisilin akan berkurang aktifitas antimikrobanya dalam suasana asam
sehingga penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang
aktifitasnya bila dipengaruhi oleh enzim betalaktamase yang memecah cincin
betalaktamase. Radikal tertentu pada gugus amino inti 6-APA dapat mengubah sifat
kerentanan terhadap asam, penisilinase, spektrum antimikroba.
-
Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan
efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan
metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga persisters, praktis tidak
dipengaruhi oleh penisilin; kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik. Diantara
semua penisilin, penisilin G mempunyai aktifitas terbaik terhadap kuman gram-positif
yang sensitif. Penisilin merupakan senyawa pilihan untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram-positif dan cocci gram-negatif,Streptococcus,
Pneumococcus, Meningococcus, aktinomises yang bukan penghasil penisilinase.
Penisilin G menghambat enterococcus (S. faecalis) tetapi untuk pengaruh daya
(misalnya pada endokarditis enterococcus) perlu ditambahkan aminoglikosida.
Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi
aktifitasnya terhadap kokus gram-positif kurang daripada penisilin G. Semua penisilin
golongan ini dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh kuman gram-positif dan
kuman gram-negatif.
Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L.monocytogenes sensitif
terhadap obat ampicilin ini. Selain itu H. influenzae, E. colidan Pr. mirabilis merupakan
kuman gram-negatif yang juga sensitif. Tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya
kuman yang resisten di antara kuman yang semula sangat sensitif tersebut.
Umumnya pseudomonas, Klebsiella, serratia, asinobakter danproteus indol positif
resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya.
Jumlah ampisilin dan senyawanya sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian
oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna.
Dengan dosis lebih kecil persentase yang diabsorpsi relatif lebih besar. Absorpsi
ampisilin oral tidak lebih baik dari pada penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan
dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat. Perbedaan absorpsi ampisilin
bentuk trihidrat dan bentuk anhidrat tidak memberikan perbedaan bermakna dalam
penggunaan di klinik. Sering absorpsi ampisilin oral tidak tidak cukup memuaskan
sehingga perlu meningkatkan dosis. Ampisilin juga didistribusi luas di dalam tubuh
dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20 %. Ampisilin yang masuk ke dalam
empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja
jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada
-
keadaan peradangan meningen. Pada pneumonia ampisilin disekresi ke dalam
sputum sekitar 10 % kadar serum.
Amoksisilin adalah turunan penisilin berspektrum luas, digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran nafas. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik
daripada amoisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam
darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin,
sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin
terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak. Distribusi
amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Keduanya adalah turunan
penisilin yang tahan terhadap enzim penisilinase. Akan tetapi kelebihan amoksisilin
dibandingkan dengan ampisilin adalah amoksisilin absorbsinya yang lebih baik.
2. Sefalosporin termasuk golongan antibiotik betalaktam. Sefalosporin berasal dari
fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu.
Fungus ini menghasilkan tiga macam antibiotik, yaitu sefalosporin P, N dan C. Dari
ketiga antibiotik tersebut kemudian dikembangkan berbagai derivat sefalosporin
semisintetik antara lain sefalosporin C.
Inti dasar sefalosporin C adalah asam 7-amino sefalosporanat (7-ACA : 7-
aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin betalaktam.
Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase.
Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat
dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada
posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktifitas mikroba, sedangkan
substitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan
farmakokinetiknya.
Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan aktivitas mikrobanya yang
secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Dewasa ini
sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi
ketiga.
Seperi halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antibiotik sefalosporin
menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin digunakan untuk pengobatan
infeksi oleh bakteri yang telah tahan terhadap penisilin, terutama stafilokoki yang
menghasilkan penisilinase dan basil gram-negatif.
a. Sefalosporin generasi pertama
-
Sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang
terutama aktif terhadap kuman gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah
aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap
sebagian besar Staphylococcus aureus dan Streptococcus termasukStreptococcus
pyogenes, Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri gram-
positif yang juga sensitif adalah Streptococcus
anaerob,Clostridium, perfringens, Listeria monocytogenes dan Corynebacterium
diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai sefalosporin generasi pertama sama satu
dengan lainnya, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap Staphylococcus aureus.
Mikroba yang resisten antara lain ialah strain Staphylococcus aureus, resisten
metisilin, Staphylococcus epidermis dan Streptococcus faecalis.
b. Sefalosporin generasi kedua
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram-positif dibandingkan dengan
generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram-negatif;
misalnya H.influenzae, Pr. mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Terhadap Ps. aerugonosa
dananterokokus golongan ini tidak efektif.
c. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama
terhadap kokus gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae,
termasuk strain penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif
terhadap Ps. aureginosa.
Sefotaksim termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga dan berspektrum luas
semisintetik yang diberikan secara parenteral. Setelah pemberian intramuskuler
sefotaksim sebesar 500 mg atau 1 gram, kadar puncak serum tercapai sebesar 11,7
dan 20,5 g/ml yang tercapai dalam waktu 30 menit dan kemudian menurun dengan
waktu paruh eliminasi kira-kira 1 jam. Pada pemberian intravena sebesar 500 mg, 1
gram, dan 2 gram terjadi peningkatan kadarnya dalam serum secara dose dependet
yaitu sebesar 38,9; 101,7 dan 214,4 g/ml tanpa perubahan waktu paruh eliminasi.
Kira-kira sebanyak 60 % dosis yang diberikan, ditemukan dalam urin dalam waktu 6
jam pertama setelah pemberian infus. Kira-kira 20-36 % sefotaksim yang diberikan
secara intravena diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang tidak diubah dan 15-25
% sebagai metabolit utama yaitu turunan desacetyl. Metabolit desacetyl ini terbukti
berpen terhadap aktivitas bakteri.
-
Aktivutas bakterisidal sefotaksim dihasilkan akibat penghambatannya terhadap
sintesis dinding sel kuman. Secara in vitro, sefotaksim efektif terhadap berbagai
mikroorganisme Gram-positif dan Gram-negatif. Sefotaksim mempunyai stabilitas
yang tinggi terhadap betalaktame, baik penisilinase maupun cephalosporinase yang
dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan Gram-positif.
Sefotaksim efektif terhadap berbagai mikroorganisme seperti: Kuman aerob,
Gram-positif: Staphylococcus aureus, Staphilococus epidermis, Enterococcus
species, Streptococcus pyogenes (grup Streptococcus beta-
hemolytic A),Streptococcus agalactiae (grup Streptococcus B) dan Sterptococcus
pneumoniae.
Kuman aerob, Gram-negatif: Citrobacter species, Enterobacter species,Escherichia
coli, Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella
species, Neiserria gonorrhoeae, Neiseria meningitides, Proteus mirabilis, Proteus
rettgeri, Seraratia species dan Acinobacter species. Sefotaksim efektif terhadap
beberapa strain Pseudomonas aeruginosa.
Kuman aerob: Bacteroides species (termasuk beberapa
strain B. fragilis),Clostridium species, Peptococus
species, Peptostreptococus spesies danFusobacterium species (termasuk F.
nucleatum)
Sefotaksim diindikasikan untuk mengobati pasien dengan infeksi berat yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap berbagai infeksi seperti
infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pnmeumonia. Sefotaksim tidak bersifat
nefrotoksik, tetapi disebabkan kemungkinan terjadinya kadar antibiotik serum yang
tinggi dan berkepanjangan akibat pemberian dosis lazim pada pasien dengan
insufisiensi ginjal, maka dosis total harian sefotaksim perlu dikurangi pada pasien-
pasien tersebut, seperti dengan antibiotik batalaktam yang lain, granolusitopenia dan
lebih jarang lagi agranolusitoksis dapat timbul selama pengobatan dengan sefotaksim,
terutama jika diberikan untuk jangka panjang.Untuk pengobatan yang melebihi 10
hari, pemberian sefotaksim bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida dapat
meningkatkan nefrotoksisitas.
Seftriakson juga termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga, dimana spektrum
antibakterinya lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Secara umum turunan
-
ini aktif terhadap bakteri gram-negatif yang telah resisten, lebih tahan terhadap beta
laktamase tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram-positif. Waktu paruhnya mencapai
8 jam. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain
umumnya cukup satu kali sehari. Jumlah seftriakson yang terikat pada protein plasma
umumnya sekitar 83-96 %. Pada peningkatan dosis, persentase yang terikat pada
protein menurun cepat. Dosis lazim obat ini adalah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis
tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat
suntik 0,25; 0,5 dan 1 gram.
Efek bakterisidal seftriakson dihasilkan akibat penghambatan dinding sel kuman.
Seftriakson mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktamase, baik terhadap
penisilinase maupun sefalosporinase yang dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan
kuman Gram-positif. Seftriakson efektif terhadap miroorganisme yang sensitif di
bawah ini :
Kuman aerob Gram-negatif: Enterobacter
aerogenes, Enterobacter cloacae,Escherichia coli, Haemophilus
influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella species, Neisseria
gonorrhoeae, Neiserria meningitidis, Proteus mirabilis, Proteus vulagaris, Morganella
morganii dan Serratia marcescens. Seftriakson juga aktif terhadap
kuman Pseudomonas aeroginosa. Kuman aerob Gram-positif: Staphylococcus
aureus, staphylococcus epidermis, Streptococcus
pyogenes, Streptococcus agalactiae dan Streptococcus pneumoniae.
Seftriakson diindikasikan untuk pengobatan pada infeks pneumonia, infeksi kulit
dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih dan infeksi ulang dan sendi. Seftriakson
dapat menyebabkan peningkatan kreatinin serum secara transien. Seftriakson
diekskresi melalui ekskresi bilier dan renal, karena itu pasien dengan gangguan fungsi
ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis jika seftriakson diberikan dalam dosis
lazim. Penyesuaian dosis juga tidak diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi
hati. Meskipun demikian, jika pasien mengalami gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal
yang bermakna, maka dosis seftriakson sehari tidak boleh melebih 2 gram tanpa
disertai pengawasan kadarnya dalam serum secara ketat. Pasien dengan gangguan
sintesis vitamin K atau cadangan vitamin K yang rendah (misalnya penyakit hati kronik
-
dan malnutrisi) perlu dilakukanpengukuran waktu protrombin selama pengobatan
seftriakson. Pemberian seftriakson jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan
secara berlebihan pada mikroorganisme yang tidak sensitif.
b. Antibiotik turunan aminoglikosida
Amnoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino
yang terikat lewat ikatan glikosid pada inti heksosa. Heksosa tersebut atau
aminosiklitol, ialah streptidin, (pada streptomosin) atau 2-deoksistreptamin (ciri
aminoglokosida lain); berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan
sangat polar; baik dalam bantuk basa maupun dalam bentuk garam; bersifat mudah
larut dalam air, Sediaan suntikan berupa garam sulfat, sebab paling kurang nyeri
untuk suntikan intramuskuler. Stabilitasnya cukup baik pada suhu kamar, terutama
dalam bentuk kering. lainnya. Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotik
yang mempunyai kemampuan membunuh bakteri. Aminoglikosida adalah obat-obat
utama untuk pengobatan infeksi gram-negatif. Aminoglikosida bersifat bakterisid
dengan menghambat sintesis protein.
Gentamisin merupakan antibiotik turunan aminoglikosida yang sangat berarti
terutama karena peranannya terhadap mukosa gram-negatif. Senyawa ini digunakan
pada pasien yang resisten terhadap antibiotik lain. Mekanisme kerja gentamicin
adalah dengan mengikat secara ireversibel sub unit 30S dari kuman, yaitu dengan
menghambat sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik.
Gentamicin bersifat bakterisidal. Gentamicin efektif terhadap berbagai strain kuman
Gram-negatif termasuk
spesies Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Proteus dan Pseudomonas. Terhadap
mikroorganisme Gram-positif, gentamicin efektif terhadap Staphylococcus
aureus danStaphylococcus epidermis.
Gentamisin tidak diserap pada pemberian oral, tetapi secara cepat diserap
setelah suntikan intramuskuler dengan kadar puncak yang tercapai dalam waktu 0,5-
1 jam. Waktu paruh plasmanya adalah 1-4 jam pada orang dewasa, 2,3-3,3 jam pada
neonatus, 1,5-2,5 jam pada bayi diatas 20 bulan, dan 1 jam pada anak-anak yang
lebih tua. Pada gangguan fungsi ginjal yang lanjut, peningkatan ini dapat mencapai
35 jam. Sejumlah kecil gentamicin diekskresi ke dalam empedu dan tidak ada bukti
adanya sirkulasi enterohepatik pada antibiotik ini. Gentamicin menetap dalam jaringan
untuk waktu yang lama. Gentamicin mengalami reabsorbsi pada lumen tubulus
-
proksimal dan kadarnya dalam jaringan kortikal ginjal kadang-kadang mencapai 100
kali lebih tinggi ketimbang kadarnya dalam serum. Anribiotika ini didistribus i secara
luas keseluruh tubuh, terutama ke dalam cairan ekstraseluler dengan volume
distribusi 0,2 L/kg. Ikatan proteinya rendah yaitu berkisar antara 0-25 %. Ikatan protein
serum gentamicin maupun aminoglikosida lain meningkat dengan meurunnya kadar
magnesium dan kalisum.
Gentamicin yang masuk ke dalam cairan otak, kadarnya hanya kecil
sekali pada pasien dimana selaput otaknya tidak mengalami peradangan, tetapi jika
terjadi peradangan kadarnya dapat sedikit lebih tinggi, meskipun demikian tidak cukup
mencapai kadar terapi. Difusinya kejaringan mata buruk Gentamisin disekresi ke
dalam sekret bronkus dengan kadar 25-50 % kadarnya dalam serum. Gentamicin
menembus plasenta dan mencapai kadar puncak dalam serum maternal. 10 %
gentamicin terikat dalam sel darah merah dan juga masuk ke dalam leukosit
polimorfonuklear dimana kadarnya dapat mencapai 80 % dari kadar obat dalam cairan
ekstraseluler. Kadar tertinggi ditemui dalam jaringan ginjal.
C. Antibiotik Turunan amfenikol
Turunan amfenikol adalah antibiotik yang terdiri kloramfenikol dan senyawa
analognya. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces
venezuelae. Karena ternyata mempunyai daya antimikroba yang kuat maka
penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 diketahui bahwa obat
ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol merupakan kristal
putih yang sukar larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit.
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat
adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Efek toksik
kloramfeniol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga
berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol adalah antibiotik yang
bersifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Pada konsentrasi tinggi kadang-
kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakterial
kloramfenikol meliputi D. pneumoniae, Str. pyogenes, Streptococus viridans,
Neiserria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Mycoplasma dan kuman
anaerob. Beberapa starin kuman D. Pneumoniae, H. influenzae, dan N. meningitidis
-
bersifat resisten; Staphylococcus aureus umumnya sensitif, sedang Entero
bacteriaceae banyak yang telah resiten.
Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam
darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol
palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami
hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh eliminasi pada
orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar
24 jam. Kira-kira 50 % kloramfenkol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini
didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk jarigan otak, cairan
serebrospinal dan mata.
Di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim
glukuronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloramfenikol memanjang pada
pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil kloramfenikol mengalami reduksi menjadi
senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi. Dalam waktu 24 jam, 80-90 % yang diberikan
oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kloramfenikol yang diekskresi melalui
urin,, hanya 5-10 %dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau
hidrolisis yang lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama
melaluifiltrat glomerulus sedang metabolitnya dengan sekresi tubukus. Pada gagal
ginjal, masa paruh kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah tetapi metabolitnya
yang nontoksik mengalami kumulasi. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan
fungsi hepar yang menyertai gagal ginjal. Untuk pemberian secara parienteral
digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan
membebaskan kloramfenikol.
d. Antibiotik turunan tetrasiklin
Turunan tetrasiklin didapat dari hasil isolasi kultur streptomyces Sp dan kemudian
dikembangkan secara sintetik. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,
tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan
kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan,
kebanyakan tetrasiklin sangat stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat
labil jadi cepat berkurang potensinya.
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam msuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram-
-
negatif. Pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofolik, ke dua adalah
sistem transpor aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S
dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Turunan ini bersifat bakteriostatik dengan spektrum antibakteri luas yang meliputi
kuman gram-positif dan negatif, aerobik dan anerobik. Selain itu juga aktif
terhadapspiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu.
Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi
batang gram-positif, seperti B. anthracis, Erysipelothrix rhusiopathiae, Clostridium
tetani dan Listeria monocytogenes. Efektifitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-
negatif sepertiBrucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas
pseudomallei, Vibrio cholerae, Camphylobacter fetus, Haemophylus
ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella
multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis,Bordetella
pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzaemungkin
sensitif, tetapi E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif
danPseudomonas umumnya resisten
Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorbsi ini sebagian besar
berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Absorbsi berbagai jenis
tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu
komplekstetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium
hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasid dan
juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar
2,0-2,5 mcg/ml. Dalam cairan serebrospinal kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20 %
kadar dalam serum. Penetrasi ke serebrospinal ini tidak tergantung dari adanya
meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat
golongan ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sum-sum
tulang. Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55 % golongan tetrasilin
diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam
-
empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini
masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi
obstruksi pada saluran empedu dan gangguan faal hati obat ini akan mengalami
kumulasi darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
e. Antibiotik turunan makrolida
Antibiotik golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton
yang besar dalam rumus molekulnya. Yang termasuk kelompok makrolida adalah
eritromisin, spiramisin, linkomisin dan klindamisin. Senyawa ini di dapat
dari streptomyces. Spektrum kerjanya terutama meliputi mikroba gram positif.
Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein. Eritromisin merupakan antibiotik
turunan makrolida yang aktif terhadap bakteri gram-positif dan bakteri gram-
negatif. Antibiotik ini seringkali diberikan kepada pasien yang alergi terhadap penisilin.
B.Pengelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya. yaitu :
a. Antibiotik yang menginhibisi sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak
dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan
sering kali lisis.
Penisilin, sefalosporin
Sikloserin, vankomisn, ristosetin, basitrasin
b. Antibiotik yang bekerja langsung terhadap membran sel, mempengaruhi
permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa
intraselular.
Polimiksin, kolistimetat
Antifungus polien, nistatin, amfoterisin B
c. Antibiotik yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi
sintesis protein secara reversibel. Senyawa bakteriostatik kloramfenikol :
tetrasiklin, antibiotik makrolida, eritromisin, linkomisin, klindamisin
d. Antibiotik yang difiksasi pada subunit ribosom 30 S menyebabkan timbunan
kompleks pemula sintesis protein.
Antibiotik aminoglikosida bakterisid
e. Antibiotik yang mengganggu metabolisme asam nukleat
-
Rifampisin, dapat dikatakan bahwa antibiotik ini dapat mempengaruhi
perkembangan bakteri pada enam lokasi :
Dinding sel bakteri
Membran sitoplasma
Replikasi DNA
Transkripsi DNA
Translasi RNA
Metabolisme intermedier
C. Pengelompokkan berdasarkan manfaat dan sasaran kerjanya dapat
dibedakan menjadi tiga. kelompok antibiotik yaitu :
a. Antibiotik yang terutama bermanfaat terhadap kokus gram positif dan basil,
cenderung memilik spektrum aktivitas yang sempit.
Penisillin G; pensilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase.
Makrolida, linkomisin, vankomisin, basitrasin
b. Antibiotik yang terutama efektif terhadap basil aerob gram
negatif.
Polimiksin
Aminoglikosida
c. Antibiotik yang secara relatif memiliki spektrum kerja yang luas, bermanfaat
terhadap kokus gram positif dan basil gram negatif.
Penisilin spectrum luas : ampisillin, karbesilin
Sefalosporin
Tetrasilkin-tetrasiklin
Kloramfenikol
D. Pengelompokkan berdasarkan daya kerjanya.
a. Antibiotik bakteriostatik;
Antibiotik bakteriostatik menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan
menghambat sintesis protein bakteri. Contoh obat kelompok tetrasiklin,
kloramfenkol, eritromisin dan linkomisin.
b. Antibiotik bakterisidik;
-
Antibiotik bakterisidik mematikan bakteri dan menghambat biosintesis dinding sel
bakteri. Contoh obat : Penisilin dan derivatnya, basitrasin, kelompok aminoglikosida,
polimiksin dan rimfapisin.
E. Pengelompokkan berdasarkan daya membunuh bakteri
a. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)
Obat kemoterapeutika yang bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal atau
grup mikroorganisme tertentu dikatakan memiliki spektrum sempit. Misalnya, izoniazid
hanya aktif terhadap mikrobakteria.
b. Antibiotik spektrum sedang
Spektrum sedang adalah suatu terminologi yang dihasilkan pada antibiotik yang
secara efektif melawan mikroorganisme gram positif dan sejumlah bakteri gram
negatif. Misalnya, ampicillin dipertimbangkan sebagian spektrum sedang karena obat
ini bekerja melawan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
c. Antibiotik spektrum luas (broad spectrum)
Obat-obat seperti kloramfenikol dan tetrasiklin mempengaruhi spesies mikroba
secara luas dan dirujuk sebagai antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik
spektrum luas secara drastis dapat merubah flora bakteral normal secara alamiah dan
dapat mencetuskan superinfeksi suatu mikroorganisme seperti kandida yang
perkembangannya secara normal dipengaruhi dengan adanya miroorganisme lain.