Dasek Debora
-
Upload
sukro-nizheers -
Category
Documents
-
view
96 -
download
9
Transcript of Dasek Debora
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
Disusun oleh:
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2010
Nama : Debora Ria PurbaNIM : PN/11260Gol./Kel. : A5/1Asisten : Harimurti Buntaran
ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas
yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi ialah kajian mengenai antaraksi timbal balik jasad individu diantara dan di
dalam populasi spesies yang sama, atau diantara komunitas populasi yang berbeda-beda,
dan berbagai faktor nir-hidup (abiotik) yang jumlahnya merupakan lingkungan efektif
tempat hidup jasad, populasi atau komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup
kesemrawutan pada antaraksi antara jasad hidup itu sendiri. Kaji ekologi itu
memungkinkan seperti bagaimana jasad tertentu berperilaku di dalam alam, bagaimana
mana mereka hidup di tempat-tempat tertentu serta apa yang menyebabkan jumlah
mereka begitu banyak. Guna memastikan kenyataan ini perlu kiranya diadakan beberapa
percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua lingkungan itu sekaligus (Ewusie,
1990).
Sumber daya ekosistem mangrove termasuk dalam sumber daya wilayah pesisir,
merupakan sumber daya yang bersifat alami dan dapat terbaharui (renewable resources)
yang harus dijaga keutuhan fungsi dan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan
pengelolaan yang lestari. Mangrove menghendaki lingkungan tempat tumbuh yang agak
ekstrim yaitu membutuhkan air asin (salinitas air), berlumpur dan selalu tergenang, yaitu
di daerah yang berada dalam jangkauan pasang surut seperti di daerah delta (Irwan,
2007).
Garam merupakan elemen alami tanah dan air. Garam terbentuk dari tumpukan
tanah yang sudah lama tertimbun. Tanah yang salin adalah tanah yang mengandung
garam. Tanah mengandung garam karena adanya penumpukan garam di permukaanya
dan semakin lama akan turun ke dalam tanah. Garam dapat berpindah ke permukaan
tanah oleh transportasi kapilaritas dari dalam tanah lalu menumpuk di permukaan dan
mengalami evaporasi; konsentrasi garam dapat bertambah karena aktivitas manusia.
Apabila salinitas tanah meningkat, garam akan mempengaruhi dan mengakibatkan
degradasi tanah dan vegatasinya (Setiawan, 2010).
Salinitas merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut.
Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah,
dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk
mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara
langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
curah hujan, pengaliran air tawar secara langsung maupun lewat sungai dan gletser,
penguapan, arus laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Suharto, 2005).
Secara sederhana ada dua hal penting yang berpengaruh terhadap salinitas yaitu
evaporasi dan presipitasi. Jika penelitian dilakukan pada musim kering, maka faktor yang
paling berpengaruh adalah evaporasi. Evaporasi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur. Perubahan salinitas akan berpengaruh terhadap kehidupan
biota laut (Setiyo, 2004).
Salinitas alami merupakan fenomena luas yang terjadi di bumi, dan evolusi dari
kehidupan telah menghasilkan sejumlah organisme yang tahan terhadap salinitas dan
dapat berkembang di lingkungan yang salin. Umumnya tumbuhan sensitif terhadap
garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak toleran terhadap kondisi salinitas yang
permanen. Walaupun demikian, telah terjadi perkembangan khusus pada beberapa famili
tumbuhan sehingga toleran terhadap kondisi salin (Kramer, 1984).
Jadi, tumbuhan dibedakan atas tumbuhan yang toleran terhadap salinitas dan
tumbuhan yang tidak toleran terhadap salinitas. Tumbuhan yang tidak tahan terhadap
salinitas dalam prosesnya menjamin bahwa garam mencapai akar tanaman hanya dalam
jumlah sedikit. Sedangkan tumbuhan yang toleran terhadap salinitas mengasorpsi dan
menyimpan garam dalam jumlah besar di daun. Umumnya tumbuhan yang toleran
terhadap salinitas, berair banyak (Lutge, 1984).
Secara umum, tingkat salinitas tanah yang tinggi mempunyai efek ganda pada
tumbuhan, yaitu menguraikan potensial air pada jaringan karena meningkatnya potensial
osmotic pada media perakaran dan memberikan efek racun secara langsung karena
tingginya konsentrasi Na+ dan Cl- yang yang berakumulasi dalam jaringan tanaman. Tanah
merupakan salah satu faktor yang penting bagi perumbuhan tanaman. Tanaman akan
mengabsorbsi unsur-unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat di sekitar daerah
perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersebida dan dalam kondisi harus
berada dalam keseimbangan. Faktor tanah yang dianggap sebagai faktor sebenarnya
terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dapat menentukan keadaan tanah,
salah satunya adalah faktor garam atau salinitas (Kurniasih, 2002).
\
III. METODOLOGI
Praktikum Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik dilaksanakan di laboratorium
Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 12 Maret 2010. Bahan yang digunakan dalam
praktikum acara 1 ini adalah tiga macam tanaman; padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine
max), dan mentimun (Cucumis sativus); polybag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas
label. Sedangkan alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, gelas ukur,
erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam dan penggaris.
Langkah pertama, polybag disiapkan dan diisi tanah sebanyak kurang lebih 3 Kg.
Bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan
diperlakukan, selanjutnya ditanam lima biji ke dalam masing-masing polybag,
penyiraman dilakukan setiap hari dengan air biasa. Setelah berumur 1 minggu, bibit
dijarangkan menjadi 2 tanaman / polybag, dipilih bibit yang sehat. Lalu dibuat larutan
NaCl dengan konsentrasi 2000 dan 4000 ppm. Sebagai pembanding digunakan air
aquades. Masing-masing perlakuan diulang enam kali (sesuai dengan jumlah kelompok
dalam satu golongan). Masing-masing konsentrasi larutan garam dituangkan pada tiap-
tiap polybag sesuai perlakuan, sampai kapasitas lapang. Lalu tiap polybag diberi label
sesuai perlakuan dengan volume tiap-tiap polybag harus sama. Label harus mudah
dibaca, untuk mencegah tertukarnya pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan
setiap dua hari sekali sampai 7 kali pemberian. Selang hari diantaranya tetap dilakukan
penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan sampai
tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan permanen. Usahakan akar jangan sampai
rusak/terpotong. Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata
dari semua ulangan pada tiap perlakuan, lalu dibuat grafik: a). Grafik tinggi tanaman pada
masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman. b).
Grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk
masing-masing tanaman. c). Grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi garam
vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman. d). Histogram berat segar dan berat
kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
IV. HASIL PENGAMATAN
TABELA. TINGGI TANAMAN
PADI
PerlakuanTinggi Tanaman Padi Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 9.2 17.03 18.75 19.77 22.17 23.62 24.72
2000 ppm 10.67 18.22 20.29 21.45 22.49 24.67 25.894000 ppm 9.87 18.59 19.05 19.78 20.54 21.57 22.63
Kedelai
PerlakuanTinggi Tanaman Kedelai Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 16.73 23.41 26.54 32.97 37.53 44.13 47.77
2000 ppm 18.57 21.78 23.67 32.74 37.89 46.08 54.154000 ppm 16.07 23.95 26.81 34.19 36.42 41.53 47.42
Mentimun
PerlakuanTinggi Tanaman Mentimun Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 7.88 9.12 9.77 11.96 12.7 14.26 15.7
2000 ppm 8.32 11.18 11.67 14.43 14.1 15.93 17.244000 ppm 7.78 10.13 11.35 12.57 13.54 14.82 15.3
B JUMLAH DAUN
PADI
PerlakuanJumlah Daun Padi Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 1.83 2 2.58 2.92 3 3.17 3.25
2000 ppm 1.83 2.25 2.67 3 3.25 3.25 3.424000 ppm 1.67 2.08 2.33 2.42 2.58 3.08 3.17
KEDELAI
PerlakuanJumlah Daun Kedelai Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 16.73 23.41 26.54 32.97 37.53 44.13 47.77
2000 ppm 18.57 21.78 23.67 32.74 37.89 46.08 54.154000 ppm 16.07 23.95 26.81 34.19 36.42 41.53 47.42
MENTIMUN
PerlakuanJumlah Daun Mentimun Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 70 ppm 7.87 9.12 9.77 11.96 12.77 14.26 15.7
2000 ppm 8.32 11.18 11.67 14.43 14.1 15.92 17.25
4000 ppm 7.78 10.13 11.35 12.57 13.55 14.82 15.3
C. PANJANG AKAR TANAMAN
PADI
PerlakuanPanjang Akar(cm)
0 ppm 7.022000 ppm 7.584000 ppm 6.6
KEDELAI
PerlakuanPanjang
Akar Kedelai(cm)
0 ppm 21.142000 ppm 24.334000 ppm 23.32
MENTIMUN
Perlakuan
Panjang Akar
Mentimun(cm)
0 ppm 16.062000 ppm 17.554000 ppm 10.68
D. BERAT BASAH, BERAT KERING TANAMAN
PADI
Perlakuan 0 ppm2000 ppm
4000 ppm
BB(g) 0.3 0.38 0.23
BK(g) 0.13 0.21 0.10KEDELAI
Perlakuan 0 ppm2000 ppm
4000 ppm
BB(g) 3.37 3.55 3.18
BK(g) 0.69 0.87 0.80TIMUN
Perlakuan 0 ppm2000 ppm
4000 ppm
BB(g) 2.98 3.26 3.77BK(g) 0.60 0.55 0.44
V. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tanggapan tanaman
terhadap pengaruh tingkat kadar garam yang berbeda serta pengaruhnya bagi
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut akan dibahs sebagai berikut :
Tabel Tinggi Tanaman
Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari tabel didapat hasil bahwa pertumbuhan terjadi pada semua perlakuan baik
konsentrasi 0 ppm,2000 ppm, maupun 4000 ppm. Untuk pengamatan hari ke-1 tinggi
tanaman tertinggi pada konsentrasi 2000 ppm, hal ini terjadi sampai hari ke-3.
Sedangkan tertinggi kedua yaitu perlakuan 0 ppm dan yang terakhir 2000 ppm
(sampai pada hari ke-2). Pada hari ke-3, terjadi pergeseran perlakuan 0 ppm menjadi
lebih sedikit pertumbuhannya daripada 4000 ppm. Sedang untuk hari ke-7 (hari
terakhir), pada konsentrasi 2000 ppm mencapai keadaan maksimum melampaui
konsentrasi yang lain. Dari fenomena di atas, kita dapat mengatakan bahwa tanaman
padi mengalami pertumbuhan optimum dalam perlakuan konsentrasi garam 0 ppm,
hal ini berarti padi mempunyai toleransi yang rendah terhadap salinitas.
Tanaman Mentimun (Cucumber sp)
Dari tabel dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi terjadi pada semua perlakuan
konsentrasi dari 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm. Pengamatan hari ke-1 sampai ke-6
tinggi tanaman tertinggi pada konsentrasi 0 ppm, pada hari ke-7 tinggi tanaman
tertinggi pada konsentrasi 2000 ppm. Pada hari ke-8, tanaman dengan perlakuan
konsentrasi 0 ppm kembali menjadi tanaman tertinggi. Secara umum dapat dikatakan
bahwa urutan panjang yang pertama yaitu 0 ppm, rata-rata kedua yaitu konsentrasi
2000 ppm baru kemudian perlakuan pada konsentrasi 4000 ppm. Sehingga dikatakan
ketimun mempunyai toleransi rendah terhadap salinitas.
Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Dari tabel didapat hasil bahwa pertambahan tinggi terjadi pada semua perlakuan
konsentrasi dari 0 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm. Untuk pengamatan hari ke-1 tinggi
tanaman tertinnggi pada konsentrasi 0 ppm, sampai pengamatan hari terakhir yang
tertinggi juga masih konsentrasi 0 ppm. Kemudian diikuti konsentrasi 2000 ppm dan
4000 ppm. Hal ini menunjukan bahwa tanaman kedelai mempunyai toleransi yang
rendah terhadap salinitas.
Tabel Panjang Akar
Padi (Oryza sativa)
Dari data tabel, hasil terpanjang pada salinitas 2000 ppm sebesar 7,56 cm; ke-2
pada salinitas 0 ppm 7,02 cm; ke-3 pada salinitas 4000 ppm 6,6 cm. Dari hasil data ini
diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm .Hal ini
menyatakan padi mempunyai titik tumbuh akar maksimum pada konsentrasi 2000
ppm. Oleh karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman padi adalah dalam keadaan yang sedikit garam. (2000 ppm).
Mentimun(Cucumber sp)
Dari data tabel hasil terpanjang pada salinitas 0 ppm sebesar 16,06 cm ; ke-2 pada
salinitas 2000 ppm 17,55 cm ; ke-3 pada salinitas 4000 ppm 10,68 cm. Dari hasil data
tersebut diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm.
Dari hasil data diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000
ppm, oleh karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman mentimun adalah dalam keadaan yang kadar garam rendah.
Kedelai (Glycine max L.)
Dari data tabel hasil terpanjang pada salinitas 0 ppm sebesar 21,14 cm, ke-2 pada
salinitas 2000 ppm 24,33 cm , ke-3 pada salinitas 4000 ppm 23,32 cm. Dari hasil data
diperoleh panjang akar terpanjang pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm, oleh
karena itu menunjukan bahwa keadaan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman
kedelai adalah dalam keadaan normal kadar garam rendah sama halnya padi dan
mentimun.
Tabel Berat Basah
Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 0,3 gram, berikutnya
kadar 2000 ppm sebesar 0,38 gram dan 4000 ppm sebesar 0,23gram.. Dari
pengamatan tersebut ditunjukkan bahwa konsentrasi kadar garam juga
mempengaruhi organ internal tanaman. Berat basah tersebut menunjukkan padi lebih
dapat hidup dengan baik dalam lingkungan bukan garam, sehingga memiliki berat
yang lebih sedikit pada perlakuan 4000 ppm.
Tanaman Mentimun (Cucumber sp)
Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 2,98 gram, berikutnya
kadar 2000 ppm sebesar 3,26 gram dan 4000 ppm sebesar 3,77 gram. Jika dilihat dari
berat basahnya toleransi terhadap kadar salinitas relatif sama dengan tanaman padi.
.
Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Dari data tabel hasil terbesar pada kadar 2000 ppm sebesar 3,55 gram; ke-2 pada
kadar 0 ppm 3,37 gram; yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 3,18 gram. Dan dari data
tersebut diperoleh hasil tertinggi pada kadar salinitas 2000 ppm. Oleh karena itu
keadaan optimum diperoleh pada salinitas 2000 ppm..
Tabel Berat Kering
Tanaman Padi (Oryza sativa)
Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm yaitu 0,13 gram, kemudian 2000
ppm yaitu 0,21 gram dan 4000 ppm yaitu 0,10 gram. Dari pengamatan tersebut dapat
diketahui bahwa konsentrasi kadar garam juga mempengaruhi organ internal
tanaman. Berat kering tersebut menunjukkan padi lebih dapat hidup dengan baik
dalam lingkungan bukan garam, sehingga memiliki berat yang lebih sedikit pada
perlakuan 4000 ppm.
Tanaman Mentimun (Cucumber sp)
Dari data tabel, hasil terbesar pada kadar 0 ppm sebesar 0,60 gram, berikutnya
kadar 2000 ppm sebesar 0,55 gram dan yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 0,44 gram.
Jika dilihat dari berat basahnya toleransi terhadap kadar salinitas relatif sama dengan
tanaman padi.
. Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Dari data tabel hasil terbesar pada kadar 0 ppm 0,69 gram ; ke-2 pada kadar 2000
ppm sebesar 0,87 g; yang ke-3 pada 4000 ppm sebesar 0,80 gram. Dan dari data
tersebut diperoleh hasil tertinggi pada kadar salinitas 2000 ppm. Oleh karena itu
keadaan optimum diperoleh pada salinitas 2000 ppm.
GRAFIK
TINGGI TANAMAN
Padi (Oryza sativa)
1 2 3 4 5 6 70
5
10
15
20
25
30
Grafik Tinggi Tanaman Padi
0 ppm
2000 ppm
400 ppm
Hari
Ting
gi T
anam
an
Dari grafik terlihat bahwa ketiga tanaman menunjukkan pertumbuhan yang pesat
pada awal pengamatan sampai pengamatan hari ke-2, dan kemudian grafik cenderung
landai dengan kenaikan yang tidak begitu besar. Pada pengamatan hari ke-8 ketiga
grafik hampir menyatu, dengn grafik 2000 ppm dan 4000 ppm mengalami kenaikan
yang lebih banyak daripada grafik 0 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kdar garam
2000 ppm dan 4000 ppm melampaui batas maksimum kebutuhan tanaman padi
terhadap kadar garam. Seperri kita ketahui, salinitas yang tinggi dapat menyebabkan
menurunnya pertumbuhan tanaman dengan cepatdan dapat meracuni mekanisme
metabolik tertentu dan secara tidak langsung mengganggu serapan berbagai unsur
hara dalam metabolisme. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan
tanaman yang rentan terhadap salinitas atau termasuk tanaman glikofit sehingga
perawatan tanaman padi dapat dilakukan dengan mudah karena pengairannya tanpa
kadar garam. Hal ini menyebabkan petani lebvih suka menanam padi daripada jenis
tanaman lainnya.
Mentimun (Cucumber sp)
1 2 3 4 5 6 70
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Grafik Tinggi Tanaman Mentimun
0 ppm
2000 ppm
400 ppm
Hari
Ting
gi T
anam
an
Pada grafik pengamatan hari pertama sampai ke-4 0 ppm berada paling atas,
namun dari pengamatan hari ke-5 dan7, 2000 ppm berada di atas. Kemudian pada
hari ke-8, 2000 ppm turun drastis yang berarti mentimun memiliki kadar toleransi
cukup terhadap salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa mentimun merupakan tanaman
halofit yang toleran terhadap salinitas. Konsentrasi 0 ppm kurang dari batas minimum
dan konsentrasi 4000 ppm melamopaui batas maksimum kebutuhan tanaman
mentimun akan kadar garam sehingga akan mednghambat pertumbuhan batang
(pertumbuhan batang menjadi tidak optimal). Kekurangan dan kelebihan kadar garam
akan mempengaruhi kerja jaringan dalam tubuh tanaman maka kadar garam harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
Kedelai (Glycine max L.)
1 2 3 4 5 6 70
10
20
30
40
50
60
Grafik Tinggi Tanaman Kedelai
0 ppm
2000 ppm
400 ppm
Hari
Ting
gi T
anam
an
Dari grafik terlihat bahwa grafik menunjukkan juga hampir linier sampai
pengamatan hari ke-4. Pertumbuhan terjadi untuk semua kadar salinitas. Pengamatan
mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-8 terjadi kenaikan yang cukup tinggi untuk
perlakuan konsentrasi 0 ppm . Sebenarnya kenaikan grafik semua tanaman hampir
sama, akan tetapi untuk 2000 ppm dan 4000 ppm startnya sudah tertinggal.dari awal
pengamatan hingga terakhir, grafik 0 ppm selalu diatas konsentrasi yang lainnya. Pada
pengamatan hari ke-3 sampai ke-4 grafik 0 ppm dan 2000 ppm berhimpit kemudian
selanjutnya 0 ppm terus di atas dengan grafik 2000 ppm dan 4000 ppm mengikuti
dibawahnya. Hal ini menunjukkan tanaman kedelai memiliki toleran yang cukup
terhadap salinitas dan termasuk ke dalam golongan euhalofit.
JUMLAH DAUN
Padi (Oryza sativa)
1 2 3 4 5 6 70
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Grafik Jumlah Daun Padi
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
Hari
Jum
lah
Dau
n
Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman padi pada konsentrasi 0 ppm,
2000 ppm dan 4000 ppm hampir sama setiap harinya Jumlah daun pada konsentrasi 0
ppm dan 4000 ppm sama dari hari pertama hingga terakhir, sehingga garisnya pun
menyatu. Pada tanaman padi dengan perlskusn konsentrasi 2000 ppm, terdapat
kekonstanan jumlah daun dari hari ketiga pengamatan hingga gari kedelapan. . Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tanaman yang rentan terhadap salinitas.
Mentimun (Cucumber sp)
1 2 3 4 5 6 70
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Grafik Jumlah Daun Mentimun
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
Hari
Jum
lah
Daun
Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman mentimun pada setiap konsentrasi
hampiur selalu mengalami peningkatan. Pada perlakuan konsentrasi 0 ppm, terjadi
peningkatan jumlah daun dari hari ke-2 hingga hari ke-3, dari hari ke-4 hingga hari ke-5,
dan dari hari ke-5 hingga hari ke-6. Selebihnya, terjadi kekonstanan jumlah daun, yaitu
pada hari pertama hingga hari ke-2, dari hari ke-3 hingga hari ke-4, dari hari ke-6 hingga
hari ke-8. Sedangkan pada perlakun 2000 ppm, jumlah daun mengalami peningkatan dari
hari ke-2 hingga ke-3, dari hari ke-5 hingga hari ke-6, dan hari hari ke-6 hingga ke-7.
kekonstanan terjadi pada hari pengamatan pertama hingga ke-2, hari ke-3 hingga ke-5,
dan dari hari ke-7 hingga hari ke-8. Pada perlakuan konsentrasi 4000 ppm, jumlah daun
bertambah dari hari ke-2 hingga hari ke-3, dari hari ke-4 hingga hari ke-5, dan dari hari ke-
6 hingga hari ke-7. Kemudian, terjadi kekonstanan jumlah daun pada hari pertama hingga
hari ke-2, dari hari ke-3 hingga hari ke-4, dari hari ke-5 hingga hari ke-6, dan dari hari ke-7
hingga hari ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa mentimun merupakan tanaman yang
toleran terhadap salinitas.
Kedelai (Glycine max L.)
1 2 3 4 5 6 70
10
20
30
40
50
60
Grafik Jumlah Daun Kedelai
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
Hari
Jum
lah
Daun
Dari grafik dapat diketahui jumlah daun tanaman kedelai pada semua konsentrasi
hampir selalu mengalami peningkatan. Pada konsentrasi 0 ppm, jumlah daun selalu
mengalmi peningkatan sehingga grafik membentuk garis lurus. Pada konsentrasi 2000
ppm terjadi peningkatan jumlah daun, tetapi pada hari ke-3 hingga ke-4 jumlah daunnya
tetap. Sedangkan pada konsentrasi 4000 ppm juga terjadi peningkatan jumlah daun,
tetapi pada hari ke-2 hingga ke-3 jumlah daunnya konstan. Pada hari terakhir jumlah
daun untuk semua perlakuan sama, yaitu 8. Hal ini menunjukkan tanaman kedelai
memiliki toleran yang cukup terhadap salinitas.
HISTOGRAM
PANJANG AKAR
Padi (Oryza sativa)
6
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
7.8
Histogram Panjang Akar Padi
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
Konsentrasi
Pan
jang
Aka
r (c
m)
Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas dapat diketahui bahwa panjang
akar tanaman padi terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm. Tanaman padi
merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitas maka tanaman ini dapt
tumbuh dengan baik pada konsentrasi 2000 ppm, yaitu tisak terlalu banyak kandungan
garamnya.
Mentimun (Cucumber sp)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Histogram Panjang Akar Mentimun
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
Konsentrasi
Panj
ang
Aka
r (c
m)
Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas dapat diketahui bahwa panjang
akar tanaman mentimun konsentrasi 0 ppm dan 2000 ppm hampir sama. Sehingga
hampir sejajar. Jadi panjang akar terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm dimana
pada konsentrasi ini tanaman mentimun dapat tumbuh dengan baik dan subur.
Kedelai (Glycine max L.)
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
Histogram Panjang Akar Kedelai
0ppm
2000 ppm
4000 ppm
Konsentrasi
Pan
jang
Aka
r (c
m)
Dari histogram panjang akar tanaman kedelai di atas dapat diketahui bahwa
panjang akar tanaman padi terpanjang terjadi pada konsentrasi 2000 ppm. Sehingga pada
konsentrasi ini tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik dan subur karena mendapat
konsentrasi garam yang cukup
BERAT TANAMAN
Padi (Oryza sativa)
0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Histogram Berat Basah dan Kering Padi
BB(g)
BK(g)
Konsentrasi
Ber
at (g
r)
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman padi tertinggi
adalah pada konsentrasi 20000 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa padi termasuk ke
dalam tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitaas. Dimana pada konsentrasi
tersebut (2000 ppm), tanaman padi dapat menyerap unsur hara essensial dengan baik.
Ketika tanaman padi diberi konsentrasi garam yang terlalu tinggi maka dapat menurunkan
berat basah tanaman padi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kadar garam yang
semakin tinggi maka penyerapan unsur hara essensial juga semakin terhambat dan juga
semakin sedikit. Sedangkan berat kering tanaman padi tertinggi terdapat pada
konsentrasi 2000 ppm. Sehingga pada konsentrasi tersebut padai dapat menyerap unsur
hara secara optimal sehingga kandungan air dan garamnya cukup.
Mentimun (Cucumber sp)
0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Histogram Berat Basah dan Kering Mentimun
BB(g)
BK(g)
Konsentrasi
Ber
at (g
r)
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman mentimun
tertinggi adalah pada konsentrasi 4000 ppm. Padahal seharusnya berat basah tertinggi
terjadi pada konsentrasi 0 karena pada konsentrasi 0 ppm tidak ada kadar garam yang
dapat diserap oleh tanaman sehingga faktor salinitas tidak terpenuhi. . Kesalahan ini
terjadi karena kekurangtelitian praktikan dalam menimbang berat tanaman setelah
pemanenan. Dan pada konsentrasi 4000 ppm, kadar garam terlampau tinggi sehingga
menyebabkan terganggunya serapan unsur hara essensial dalam proses metabolisme.
Sedangkan berat kering tertinggi ada pada konsentrasi 0 ppm, yang berarti pada
konsentrasi ini tanaman mentimun dapat menyerap unsur hara secara optimal sehingga
kandungan air dalam tubuh tanaman juga banyak.
Kedelai (Glycine max L.)
0 ppm 2000 ppm 4000 ppm0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Histogram Berat Basah dan Kering Kedelai
BB(g)
BK(g)
Konsentrasi
Ber
at (g
r)
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa berat basah tanaman kedelai tertinggi
adalah pada konsentrasi 2000 ppm karena pada konsentrasi ini tanaman kedelai dapat
menyerap unsur hara dengan optimal karena tanaman kedelai merupakan tanaman
euhalofit yang toleran terhadap salinitas. Sedangkan pada konsentrasi 0 ppm tidak ada
kadar garam yang dapat diserap oleh tanaman sehingga faktor salinitas tidak terpenuhi.
Dan pada konsentrasi 4000 ppm, kadar garam terlampau tinggi sehingga menyebabkan
terganggunya serapan unsur hara essensial dalam proses metabolisme. Sedangkan berat
kering tertinggi ada pada konsentrasi 2000 ppm, tetapi perbandingannya tidak terlalu
bersar dengan konsentrasi 0 ppm dan 4000 ppm. Hal ini berarti tanaman kedelai dapat
menyerap unsur hara secara optimal sehingga kandungan air dalam tubuh tanaman juga
banyak.
VI. KESIMPULAN
1. Salinitas mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Tanaman padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max L.), dan mentimun
(Cucumber sp) termasuk tanaman yang toleran terhadap salinitas, tetapi
masing-masing mempunyai toleransi yang berbeda.
3. Padi (Oryza sativa) pertumbuhan optimum relatif terjadi pada konsentrasi 0
ppm, mentimun (Cucumber sp) pada 2000 ppm, dan kedelai (Glycine max L.)
pertumbuhan optimum terjadi pada 2000 ppm.
Jika kebutuhan tanaman akan salinitas terpenuhi, tidak kekurangan maupun
kelebihan atau tepat pada keadaan optimumnya maka perkembangan, pertumbuhan
keadaan jaringan, produksi, sampai pada kualitas hasil akan menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, Y.1990. Ekologi Tropika. Penerbit ITB, Bandung.
Irwan, 2007. Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan biji. Jurnal Litbangda NTT Flobamora 2(2) : 43 – 51.
Kramer, D. 1994. Salinity Tolerance in Plants. Environment Science and Technology, New York.
Kurniasih, B. 2002. Sifat perakaran beberapa kultivar padi gogo di bawah kadar garam tinggi. Jurnal-jurnal Ilmu Pengetahuan 10(1) : 14 – 15.
Lutge, U. 1984. Structural, Biophysical, and Biochemical Aspects of The Role of Leaves in Plant Adaptation to Salinity and Water Stress. Environment Science and Technology, New York.
Setiawan. 2010. Salinity.(http://wikipedia.com). Diakses tanggal 12 Maret 2010.
Setiyo, H. 2004. Analisis sebaran temperatur dan salinitas air limbah. Jurnal Floratek.40-45.
Suharto, I. 2005. Studi penurunan salinitas air dengan menggunakan zeolit. Jurnal Gradien 1: 38-42.
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA IIKOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI
FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
Disusun oleh:
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2010
Nama : Debora Ria PurbaNIM : PN/11614Gol./Kel. : A5/1Asisten : Harimurti Buntaran
ACARA II
KOMPETISI INTRA DAN INTER SPESIFIK
SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I.TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap kompetisi inter dan intra spesifik.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Faktor pembatas adalah suatu keadaan yang membatasi untuk melampaui batas
toleransi. Faktor pembatas pada setiap hewan dan tumbuhan berbeda tergantung nilai
ekosistem maksimum. Unsur-unsur faktor pembatas antara lain (Djufri,2004):
a. unsur hara
b. cahaya
c. kedalaman
d. CO2 dan N2
Faktor biotik lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Keseimbangan
populasi tertentu sangat tergantung pada faktor biotik. Dibandingkan dengan faktor
abiotik, faktor biotik lebih kompleks dan lebih sulit untuk dimengerti. Faktor biotik terdiri
dari intraspesifik dan interspesifik. Faktor interspesifik terdiri dari beberapa jenis interaksi
yang terjadi diantara spesies. Interaksi tersebut mempengaruhi pertambahan atau
berkurangnya anggota dari suatu populasi. Salah satu contoh dari faktor interspesifik
adalah kompetisi (Clapham, 1973).
Kompetisi merupakan interaksi antarorganisme yang berada pada habitat yang
sama dan menggunakan sumber daya yang sama pula. Organisme yang menang dalam
kompetisi akan terus bertahan hidup dan bereproduksi. Kemampuan untuk bertahan
hidup dan bereproduksi merupakan kecocokan hidup organisme tersebut dalam
lingkungan. Salah satu kecocokan parameter hidup suatu makhluk hidup adalah waktu
generasi (Prijambada, 2001).
Kompetisi terdiri dari kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifik. Kompetisi
intraspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies yang sama.
Sedangkan kompetisi interspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies
yang berbeda. Apabila ada dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka kedua tumbuhan
akan saling menaungi sehingga terjadi persaingan memperebutkancahaya, terjadi juga
persaingan memperebutkan unsur hara, persaingan memperebutkan air (Putnan, 2002).
Sistem penanaman ganda (tumpang sari, dll) merupakan salah satu pilihan dalam
meningkatkan efisiensi produktivitas lahan, air, dan cahaya matahari. Tapi ada masalah
yang timbul yaitu persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur-unsur hara, air
dan cahaya. Masalah tersebut dapat ditekan dengan pengaturan populasi, jarak tanam
dan waktu tanam. Jarak tanam dalam suatu budidaya memegang peranan penting
terutama untuk mendapatkan kualitas produksi yang optimal. Jarak tanam berpengaruh
pada kerapatan tanaman yang mempengaruhi tanaman dalam persaingan mendapatkan
cahaya matahari dan faktor lainnya, sedangkan sistem pertanaman (cropping system) atas
penataan tanaman adalah cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan
pada sebidang tanah tertentu selama satu jangka waktu tertentu (Sarjiah, 1999).
Kompetisi yang terjadi dapat dilihat pada tanaman tumpang sari. Kompetisi yang
terjadi selain persaingan yang berlokasi di bawah tanah (unsur hara), juga terjadi di atas
tanah seperti ruang tumbuh dan cahaya. Dengan bentuk kompetisi demikian tanaman
akan mempertahankan hidupnya berusaha mencari cahaya yang lebih banyak secara
vertikal yakni dengan mempertinggi batangnya. Akibatnya ada tanaman menjadi tinggi
dengan kondisi penampakan agak lemah (sukulen). Kompetisi di bawah lapisan tanah juga
terjadi seperti bentuk tajuk, banyaknya akar dan luas daerah penyerapan akar.
Pertambahan jumlah daun pada tanaman sangat menguntungkan, karena dengan
semakin banyak daun yang melakukan proses fotosintesis, dengan demikian akan
semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan sejauhpermukaan daun yang ada mampu
menangkap cahaya matahari (Prasetyo,2010).
Jarak tanam juga mempengaruhi kompetisi, jarak tanam akan meningkatkan daya
saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman akan menghambat cahaya matahari
ke permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma terhambat. Sebaliknya, jarak tanaman
yang lebar akan menyebabkan pertumbuhan gulma lebih leluasa karena mendapatkan
cahaya matahari yang banyak dan ruang tumbuh yang cukup (Setiadi dan Tjondronegoro,
1989).
Sifat morfologi dan fisiologi tumbuhan menentukan kemampuan tumbuhan untuk
bersaing memperebutkan air, antara lain sistem perakaran dan lintasan fotosintetis. Bila
ketersediaan air menjadi terbatas, maka sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai, hadirnya gulma akan memberikan pengaruh yang lebih buruk terhadap
tanan kedelai, apabila tumbuh pada keadaan kekurangan air, yang ditandai dengan
kelayun tanaman (Rizal, 1997).
III.METODOLOGI
Praktikum Acara II Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor Pembatas
Biotik ini dilaksanakan di laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada hari Selasa, 18 Maret 2008. alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain timbangan analitik, penggaris, peralatan
tanam, dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
benih 3 macam tanaman, yaitu kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), dan kacang
tanah (Aranchis hypogea), serta polybag, pupuk kandang, kantong kertas, dan kertas
label.
Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : pertama
disiapkan polybag yang diisi tanah sebanyak kurang 3 Kg. bila ada kerikil, sisa-sisa akar
tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya pertumbuhan tanaman tidak
terganggu. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya
ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag. Sesuai perlakuan : a). Monokultur
kedelai sejumlah 2, 4 dan 6 tanaman b). Polikultur kedelai-jagung sejumlah (-1 + 1, 2+2,
dan 3 + 3 ) tanaman. C). Polikultur kedelai-kacang tanah sejumlah ( 1+1, 2+2, dan 3+3)
tanaman d). Masing-masing perlakuan diulang 6 kali (sesuai jumlah kelompok dalam
satu golongan ). Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label
harus mudah dibaca, untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat
pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari,
selanjutnya dilakukan pemanenan. Setelah diamati selanjutnya tanaman dikering
anginkan, dimasukkan kantong kertas dan dioven 800 C 2 hari sampai berat konstan. Pada
akhir percoban, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata tiga ulangan pada tiap
perlakuan,lalu dibuat gambar: a). grafi garis tinggi tanaman dan jumlah daun masing-
masing perlakuan vs maing-masing tanaman. b). grafik berat segar dan berat kering
tanaman masing-masing perlakuan vs hari pengamatan.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tinggi Tanaman
SampelTinggi Tanaman Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai
2 13,77 16,88 20,00 22,93 27,56 31,40 33,884 11,57 15,13 18,11 20,49 23,74 26,51 28,046 14,54 17,49 16,15 22,45 24,11 25,77 27,97
Kedelai-Kc. tanah
KD 1+1 14,25 18,31 20,70 23,20 26,73 28,35 32,96
KT 1+1 9,90 12,04 13,78 18,96 21,18 22,89 24,00KD 2+2 14,49 16,16 19,38 21,50 23,30 24,41 26,04
KT 2+2 8,68 9,84 11,81 18,08 20,36 21,41 23,36KD 3+3 16,11 19,00 24,61 26,42 29,40 31,26 33,44
KT 3+3 2,27 3,55 4,99 6,33 7,14 8,43 9,59
Kedelai-Jagung
KD 1+1 17,31 20,66 25,18 30,01 34,77 43,11 37,18
J 1+1 26,54 32,78 37,36 41,35 44,29 46,02 49,36KD 2+2 14,17 17,30 19,68 23,16 26,18 29,26 32,86
J 2+2 26,79 32,77 39,28 43,04 46,08 49,19 51,46K 3+3 15,91 19,14 22,23 26,04 27,69 29,44 31,53
J 3+3 23,69 28,71 35,41 38,61 46,81 44,15 46,81
B. Jumlah Daun
SampelJumlah Daun Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai
2 1,67 2,25 3,50 5,00 5,08 6,25 6,834 2,08 3,04 3,79 4,83 5,17 5,79 6,136 1,64 2,42 3,35 3,86 4,12 4,93 5,74
Kedelai-Kc. tanah
KD 1+1 1,50 2,33 3,58 4,42 5,17 6,33 7,67
KT 1+1 6,67 10,50 12,33 13,42 18,17 18,83 20,50KD 2+2 1,83 3,10 3,75 4,50 5,00 5,70 6,20
KT 2+2 5,33 8,88 10,83 13,33 14,21 14,92 15,50KD 3+3 1,70 2,77 3,81 4,66 5,28 5,99 6,43
KT 3+3 4,67 7,72 10,11 11,61 12,27 12,38 12,83
Kedelai-Jagung
KD 1+1 1,67 3,08 3,25 4,33 4,75 6,08 6,25
J 1+1 2,25 3,25 4,00 4,67 5,00 5,25 5,58KD 2+2 1,58 2,42 3,50 4,25 4,83 5,00 5,67
J 2+2 2,00 2,67 3,58 3,92 4,75 4,92 5,42K 3+3 1,50 2,60 3,33 3,99 4,33 4,53 4,93
J 3+3 2,60 3,07 4,00 4,33 4,66 5,06 5,60C. Berat Segar dan Berat Kering
Perlakuan Berat Basah Baerat Keringmonokultur Kedelai 2 3.44 1.44monokultur Kedelai 4 3.92 1.19monokultur Kedelai 6 4.70 1.26Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 1+1 2.35 0.89
Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 2+2 3.75 1.43
Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 3+3 5.31 2.65
Polikultur Kedelai-Jagung 1+1 5.44 1.36
Polikultur Kedelai- Jagung 2+2 5.15 1.40
Polikultur Kedelai- Jagung 3+3 6.28 1.93
V.PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
Kedelai Monokultur
1 2 3 4 5 6 70.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tinggi Tanaman Kedelai Monokultur
Kedelai 2Kedelai 4Kedelai 6
Hari
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Dari grafik dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman kedelai untuk tiap perlakuan
tidak jauh berbeda. Monokultur 2 mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibanding
dengan monokultur yang lain. Sedangkan yang paling pendek tinggi tanamannya adalah
monokultur 4 dan 6. Hal ini disebabkan karena pada monokultur 2 persaingan atau
kompetisi antar tanamannya tidak terlalu berat sehingga dalam memperoleh air, hara,
mineral-mineral dalam tanah dan cahaya matahari untuk setiap tanaman bisa
dioptimalkan karena hanya ada dua pesaing. Sedangkan pada monokultur 6
pertumbuhannya lambat dikarenakan lebih banyak tanaman yang terdapat di dalam satu
tempat tumbuhnya, sehingga tanaman berebut untuk memperoleh unsur hara, air, dan
mineral-mineral dalam tanah (terjadi kompetisi yang yang lebih besar daripada
monokultur 2). Semakin banyak tanaman yang berada dalam satu tempat (daerah)
tumbuh, maka akan semakin tinggi tingkat kompetisinya, yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman. Persaingan antara 2 individu atau lebih dalam
spesies yang sama seperti ini disebut intraspesifik.
Polikultur Kedelai + Jagung
1 2 3 4 5 6 70.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai-Jagung
KD 1+1KD 2+2KD 3+3
Hari
Ting
gi T
anam
an (c
m)
1 2 3 4 5 6 70.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai-Jagung
Jagung 1+1Jagung 2+2Jagung3+3
Hari
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman
polikultur jagung 2+2, sedangkan tanaman yang paling pendek ada pada tanaman
polikultur kedelai 3+3. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi faktor biotik pada tempat
tumbuh yang sama, dalam percobaan ini kompetisi yang terjadi adalah interspesifik, yaitu
kompetisi yang terjadi pada 2 individu atau lebih dalam spesies yang berbeda. Dalam hal
ini adalah antara kedelai dan jagung. Sedangkan pada polikultur kedelai 3+3
pertumbuhannya paling lambat, lebih lambat daripada polikultur kedelai 2+2, seharusnya
semakin banyak jumlah tanaman yang berkompetisi dalam suatu tempat, maka semakin
lambat pertumbuhannya. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh adanya gulma,
penyiraman yang tidak teratur, atau terjadi persaingan antar organ.
Polikultur Kedelai + Kacang Tanah
1 2 3 4 5 6 70.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai -Kacang Tanah
Kedelai 1+1Kedelai 2+2Kedelai 3+3
Hari
Ting
gi T
anam
an (c
m)
1 2 3 4 5 6 70.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tinggi Tanaman Polikultur Kedelai -Kacang Tanah
Kacang Tanah 1+1Kacang Tanah 2+2Kacang Tanah 3+3
Hari
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang sejak awal pengamatan memiliki
tinggi paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai 1+! Dam kedelai 2+2 dan yang
paling pendek adalah pada tanaman polikultur kacang tanah 3+3. Hal ini sesuai dengan
teori karena tanaman yang paling tinggi adalah pada tanaman polikultur 1+1. Seperti kita
ketahui bahwa semakin banyak jumlah individu, maka semakin tinggi tingkat
kompetisinya, dan semakin banyak jumlah spesies (dalam hal ini tanaman), maka
pertumbuhan spesies tersebut kurang optimal.
Tinggi Tanaman Kedelai Seluruh Perlakuan
1 2 3 4 5 6 70
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Grafik Gabungan Tinggi Tanaman
Kedelai 2
Kedelai 4
Kedelai 6
kedelai-tanah 1+1
Kedelai-tanah 2+2
Kedelai-tanah 3+3
Kedelai-jagung 1+1
Kedelai-jagung 2+2
Kedelai-jagung 3+3
Hari Pengamatan
Ting
gi T
anam
an (c
m)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tanaman yang paling tinggi adalah pada
polikultur kedelai-kacang jagung 2+2, sedangkan yang paling pendek adalah polikultur
kedelai-kacang tanah 3+3,. Hal ini sesuai dengan teori, karena seharusnya tanaman
kedelai tumbuh optimal jika ditanam bersama dengan jagung karena kedelai memiliki
perakaran serabut sedangkan jagung perakarannya tunggang. Hal ini mengakibatkan jalan
keduanya dalam memperoleh air dan hara dalam tanah berbeda. Selain itu, daun kedelai
berbentuk menjari sedangkan daun jagung berbentuk menyirip, sehingga untuk
memperoleh cahaya mataharinya pun berbeda. Sebaliknya, jika digabungkan dengan
kacang tanah yang mempunyai morfologi sama dengan kedelai, seharusnya itu dapat
menghambat pertumbuhan kedelai karena berkompetisi melalui jalan yang sama dalam
memperoleh air, hara dalam tanah dan cahaya matahari.
B. Jumlah Daun
Monokultur Kedelai
1 2 3 4 5 6 70.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
Jumlah Kedelai Monokultur
Kedelai 2Kedelai 4Kedelai 6
Hari
Jum
lah
Daun
(cm
)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa urutan jumlah daun tanaman monokultur
kedelai dari yang paling sedikit adalah monokultur 6, monokultur 4, monokultur 2. Jumlah
daun berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam memperoleh cahaya matahari.
Tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak berarti intensitas matahari yang
didapatnya juga lebih banyak. Jika pada grafik ditunjukan tanaman yang mempunyai
jumlah daun paling banyak adalah pada monokultur 2 berarti pada tanaman ini intensitas
matahari yang diperoleh lebih banyak dibanding dengan tanaman lain. Hal ini sesuai
dengan teori, karena dalam tempat ini hanya ada dua tanaman yang mengakibatkan
faktor pembatas biotiknya (kompetisi) tidak begitu terlihat
Polikultur Kedelai + Jagung
1 2 3 4 5 6 70.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Jumlah Daun Polikultur Kedelai-Jagung
KD 1+1KD 2+2KD 3+3
Hari
Jum
lah
Dau
n (c
m)
1 2 3 4 5 6 70.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jumlah Daun Polikultur Kedelai-Jagung
Jagung 1+1Jagung 2+2Jagung3+3
Hari
Jum
lah
Dau
n (c
m)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki daun paling banyak
adalah pada polikultur 1+1 dan yang paling sedikit adalah pada polikultur 3+3. Hal ini
sesuai dengan teori , yaitu urutan tanaman dari yang memiliki daun paling sedikit adalah
polikultur 3+3, polikultur 2+2, polikultur 1+1. Sehingga menyebabkan tanaman dapat
tumbuh optimal karena mendapat nutrisi yang cukup.
Polikultur Kedelai + Kacang Tanah
1 2 3 4 5 6 70.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Jumlah Daun Polikultur Kedelai -Kacang Tanah
Kacang Tanah 1+1Kacang Tanah 2+2Kacang Tanah 3+3
Hari
Jum
lah
Daun
(cm
)
1 2 3 4 5 6 70.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Jumlah Daun Polikultur Kedelai -Kacang Tanah
Kedelai 1+1Kedelai 2+2Kedelai 3+3
Hari
Jum
lah
Daun
(cm
)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tanaman yang mempunyai jumlah daun paling
banyak adalah pada tanaman polikultur 1+1 lalu 2+2 dan yang paling sedikit adalah pada
polikultur 3+3. Jika diamati grafik diatas dapat dilihat bahwa pada polikultur 3+3 terjadi
penurunan jumlah daun, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, semisal tumbuhnya
gulma yang menghambat pertumbuhan, adanya perlakuan yang tidak sama praktikum,
dan dapat juga dikarenakan kompetisi dengan hama (dalam hal ini serangga) hasil
percobaan ini sudah sesuai dengan teori, karena persaingan pada polikultur 1+1
merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan perlakuan polikultur 2+2 dan
polikultur 3+3, sehingga menyebabkan tanaman dapat tumbuh optimal karena mendapat
nutrisi yang cukup.
Jumlah Daun Tanaman Kedelai Seluruh Perlakuan
1 2 3 4 5 6 70.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Grafik Gabungan Jumlah Daun
Kedelai 2Kedelai 6Kedelai Tanah 1+1Kedelai Tanah 2+2Kedelai Tanah 3+3Kadelai Jagung 1+1Kedelai Jagung 2+2
Hari Pengamatan
Juml
ah D
aun(
cm)
Dari grafik dapat dilihat bahwa tanaman yang memiliki daun paling banyak adalah
pada polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 dan paling sedikit adalah polikultur kedelai-
jagung 3+3. Seharusnya tanaman yang memiliki daun paling banyak adalah polikultur
kedelai-jagung 1+1, sedangkan yang memiliki daun paling sedikit adalah polkultur kedelai-
kacang tanah 3 +3. Hal itu terjadi karena jumlah tanaman yang terdapat dalam satu
tempat dan kemampuan untuk menumbuhkan daunnya.
C. Berat Segar dan Berat Kering
Monokultur Kedelai
10
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Kedelai Monokultur
BS Kedelai 2BK Kedelai 2BS Kedelai 4BK Kedelai 4BS Kedelai 6BK Kedelai 6
Berat basah diperoleh langsung setelah tanaman dipanen, dilihat pada histogram
berat segar dan berat kering kedelai diatas, maka berat segar yang paling besar ada pada
perlakuan 6 tanaman. Sedangkan yang paling rendah berat segarnya adalah monokultur
2. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya berat segar yang paling besar ada di
perlakuan 2 dan paling rendah di perlakuan 6 tanaman. Sebab dengan 2 tanaman dapat
menyerap secara optimal zat hara tersedia yang didukung populasi yang tidak terlalu
banyak (hanya dua), sedangkan tingkat kompetisi yang tinggi mengakibatkan tanaman
tidak bisa menyerap zat hara secara optimal dan membuat berat segar tanaman
berkurang. Lalu setelah itu tanaman di oven, setelah kering dan ditimbang maka
diperoleh hasil, berat kering yang paling tinggi juga ada pada perlakuan 6 tanaman, hal ini
juga tidak sesuai dengan teori.
Polikultur Kedelai + Jagung
10.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Polikultur Kedelai - Jagung
BS Poli KD-J 1+1BK Poli KD-J 1+1BS Poli KD-J 2+2BK Poli KD-J 2+2bs Poli KD-J 3+3BK Poli KD-J 3+3
Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa berat segar dan berat kering yang paling
tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-jagung tanah 3+3, sedangkan yang paling
rendah adalah polikultur kedelai-jagung tanah 2+2. Hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori, adalah karena seharusnya tanaman berat segar dan berat kering yang
paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 sebab pada
perlakuan ini penyerapan air dan unsur-unsur hara dalam tanah sedikit, sehingga
menghambat perkembangan volumenya.
Polikultur Kedelai + Kacang Tanah
10.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Polikultur Kedelai - Kacang Tanah
BS Poli KD-KT 1+1BK Poli KD-KT 1+1BS Poli KD-KT 2+2BK Poli KD-KT 2+2bs Poli KD-KT 3+3BK Poli KD-KT 3+3
Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa berat segar dan berat kering yang paling
tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 3+3, sedangkan yang paling
rendah adalah polikultur kedelai-kacang tanah 2+2. Hasil percobaan ini tidak sesuai
dengan teori, adalah karena seharusnya tanaman berat segar dan berat kering yang
paling tinggi adalah pada tanaman polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 sebab tanaman
yang kandungan air dan kandungan hasil fotosintesis yang ada lebih banyak maka berat
segar dan berat keringnya juga tinggi. Hal itu juga disebabkan karena populasi
tanamannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang lainnya.
VI.KESIMPULAN
1. Faktor biotik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
serta hasil produksi tanaman.
2. Tanaman kedelai monokultur hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
tanaman kedelai polikultur.
3. Polikultur kedelai yang baik adalah jika ditanam dengan jagung.
4. Semakin banyak jumlah tanaman maka semakin tinggi tingkat kompetisinya,
begitu pula sebaliknya.
5. Jumlah daun dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu air, unsur-unsur hara, daya
serap tanaman, dan kondisi tanaman.
6. Tanaman sebaiknya ditanam pada jarak tanam yang sesuai untuk megoptimalkan
hasil produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Clapham, W.B.1973. Naural Ecosystem. Mae Millian Publishing co, New York.
Djufri.2004. Acasia niletica dan permasalahannya di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biodiversitas 5:96-104.
Prasetyo.2007. Growth and yield Jatropha at some cropping system of marginal land. Jurnal ilmu-ilmu pertanian 4:409-417
Prijimbada, D.I.2001. Kompetisi dalam Populasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Putnan. 2002. Kompetisi Tanaman. (http://Fp.uns.ac.id/hama sains/dasar perlintan_4 htm). Diakses pada tanggal 21 Maret 2010.
Rizal, A. 1997. Pengaruh Ketersediaan air dan macam gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Agrivet 1(1) : 40.
Sarjiah. 1999. Kajian jarak tanam kacang pada system pertanaman tumpangsari. Agr UMY 2(2) : 17 – 20.
Setiadi, D. dan P.D. Tjondronegoro. 1989. Dasar-Dasar Ekologi. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Bogor.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA III
DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP
PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA
Disusun oleh:
Nama : Debora Ria Purba
NIM : PN/11614
Gol./Kel. : A5/1
Asisten : Harimurti Buntaran
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
ACARA III
DAMAPAK HUJAN ASAM TERHADAP
PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan
tanaman budidaya
2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman
budidaya pada kondisi asam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Unsur-unsur yang menyebabkan kemasaman air hujan antara lain SO2 dan NOx.
Oksida belerang dan Oksida nitrogen yang ada dalam udara mengalami proses kimia
menjadi asam dan turun ke bumi bersama hujan atau salju. Kedua partikel ini bersama-
sama partikel-partikel air membentuk embun kemudian menjadi awan yang akan
menghasilkan tetesan-tetesan air hujan dengan pH < 6 atau disebut juga hujan asam.
Akibat hujan asam dalam waktu lama akan membuat tanah, sungai, dan danau menjadi
asam yang nantinya akan membunuh kehidupan yang ada didalamnya (Soemarwoto,
1994).
Penyebab utama dari hujan asam adalah limbah dari industry dan polusi dari
kendaraan bermotor. Salah satu gas buangan dari industri adalah sulfur dioksida. Gas ini
teroksidasi di udara menjadi sulfur trioksida. Di udara sulfur trioksida bereaksi dengan
uap air membentuk larutan sulfat asam yang sangat asam, jika mengenai kulit bisa jadi
gatal, sekedar informasi saja larutan asam sulfat adalah isi dari accu basah. Desposisi
asam adalah kata yang lebih tepat daripada hujan asam untuk menggambarkan jatuhnya
asam yang ada di atmosfer baik dalam bentuk gas maupun cairan ke dalam tanah, sungai,
hutan, dan tempat lainnya melalui tetes air hujan, kabut, embun, salju, butiran-
butirancairan (aerosol) ataupun jatuh bersama angin. Asam yang menjadi penyebab
desposisi asam adalah hasil reaksi dari gas SO2, NOX, dan HCl. Dengan reaksi yang cukup
banyak dan kompleks. Jenis desposisi asam (Cox, 200):
2. Desposisi kering yaitu terendapkannya asam-asam yang ada
di udara dan mengenai tanah, benda, dan makhluk hidup
tanpa melalui air hujan.
3. Desposisi basah yaitu turunnya asam-asam yang ada dalam
udara melalui tetes air hujan, kabut, embun atau butiran-
butiran air di awan.
Masalah hujan asam bertambah parah karena jumlah total SO2 yang dilepaskan ke
udara meningkat sejalan dengan menungkatnya jumlah permintaan energi listrik. Sebagai
akibatnya adalah terjadi peningkatan secara cepat derajat keasaman hujan. Hujan sam
dapat menarik logam beracun seperti merkuri dari sedimen masuk ke dalam air dan
membahayakan kehidupan (Hash, 2009).
Derajat keasaman tanah menentukan pertumbuhan di atas tanah. Tanah yang
sangat asam dapat melepas kation yang berbahaya bagi perakaran karena tarjadi
keracunan disebabkan oleh kation tertentu seperti Al. pH yang kurang dari 5.5 akan
mengakibatkan racun bagi tanaman. Selain itu pengikatan nitrogen dapat terganggu.
Tanah yang sangat asam dapat direklamasi dengan pengapuran (Nurhandoyo, 2003).
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai cara. Lapisan lilin pada
daun rusak sehingga nutrisi menghilang dannn tanaman tidak tahan terhadap keadaan
dingin, jamur, dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit
nutrisi yang bisa diambil dan mineral-mineral penting menjadi hilang (Budiawati, 2006).
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan
tersebut sebelum tumbuhan dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan
melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium yang akan bercampur didalam nutrisi.
Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan
mempercepat keguguran daun, selebihnya daun akan terserabg penyakit, kekeringan dan
mati. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tanah juga semakin menurun (Sargiman,
2003).
III. METODOLOGI
Praktikum Dampak Hujan Asam terhadap Perkecambahan Tanaman Budidaya
dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 26 Maret 2010. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max),
jagung (Zea mays), H2SO4 , aquades, kertas filter. Sedangkan alat yang digunakan adalah
petridish, sprayer plastik, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, dan pH tester.
Pertama-tama dibuat larutan asam dengan menggunakan aquades sebanyak 1000
ml yang ditetesi dengan H2SO4 , sampai mencapai keasaman tertentu, yang dapat
diketahui dengan pH tester. Banyaknya larutan H2SO4 dicatat yang digunakan untuk
mempermudah pembuatan larutan tersebut selanjutnya. Dengan cara tersebut dibuat
larutan asam dengan keasaman yang berbeda-beda yaitu : pH3, pH4, pH5 dan pH6.
setelah itu larutan dengan kadar asam berbeda-beda tersebut dimasukkan dalam sprayer
plastik berlainan yang telah ditempeli label. 36 petridish disiapkan untuk 4 perlakuan
keasaman dan 3 jenis tanaman budidaya. Masing-masing diulang 3 kali. Biji yang telah
disiapkan diatur dalam cawan petridish yang telah dilapisi kertas filter. Masing-masing
petridish dipakai untuk 10 benih. Benih yang telah diatur dalam petridish disiram dengan
larutan dari sprayer sesuai perlakuan dengan jumlah semprotan yang sama untuk tiap
petridish. Pengamatan dilakukan selama 7 hari, yang diamati yaitu : jumlah biji
berkecambah; panjang batang; panjang akar, lalu pada hari ke-7, diamati : kecepatan
berkecambah; gaya berkecambah; ratio akar / batang. Setelah itu dibuat grafik
perkecambahan dalam berbagai perlakuan, lalu dibuat histogram ratio akar / batang.
IV.HASIL PENGAMATAN
TABEL
A. Tabel Jumlah Biji Berkecambah
Padi (Oryza sativa)
Hari ke-
Banyaknya Biji yang Berkecambah
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,172 5,67 5,83 6,17 5,833 9,00 9,17 9,67 9,174 9,83 9,67 10,00 9,835 10,00 10,00 10,00 9,836 10,00 10,00 10,00 9,837 10,00 10,00 10,00 9,83
Kedelai (Glycine max L.)
Hari ke-
Banyaknya Biji yang Berkecambah
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 1,67 1,67 2,33 1,832 10,00 3,00 10,00 9,003 8,67 7,83 8,83 8,834 9,00 9,33 9,33 9,675 9,33 9,50 10,00 9,836 9,33 9,67 10,00 9,837 9,33 9,67 10,00 9,83
Jagung (Zea mays)
Hari ke-
Banyaknya Biji yang Berkecambah
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 1,33 1,5 1,67 1,332 6,67 7,67 8,5 8,333 8,67 9,83 10 9,174 9,33 9,83 10 9,835 9,5 9,83 10 9,836 9,5 9,83 10 9,837 9,5 9,83 10 9,83
B. Tabel Panjang Batang
Padi (Oryza sativa)
Hari ke-
Panjang Batang Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,16 0,18 0,20 0,223 0,49 0,53 0,64 0,504 1,48 1,27 1,45 1,205 2,70 2,17 2,49 2,456 3,57 3,01 3,33 3,327 4,24 3,91 4,32 4,52
Kedelai (Glycine max L.)
Hari ke-
Panjang Batang Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,75 0,00 0,00 0,003 0,50 0,03 0,66 0,514 0,70 0,24 1,09 0,785 1,46 0,34 1,28 1,556 1,82 0,90 1,89 2,377 2,06 1,20 2,31 3,23
Jagung (Zea mays)
Hari ke-
Panjang Batang Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0 0 0 02 0,1 0,14 0,31 0,353 0,93 0,81 1,22 1,344 2,4 2 2,02 2,195 2,93 2,45 2,98 2,936 4,4 3,23 3,77 3,647 5,08 3,94 4,49 4,49
C. Tabel Panjang Akar
Padi (Oryza sativa )
Hari ke-
Panjang Akar Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,072 0,32 0,41 0,42 0,443 1,22 1,36 0,92 1,104 2,10 2,12 2,27 2,625 3,24 2,56 2,87 3,636 3,78 3,09 3,55 4,357 4,24 3,87 4,25 5,06
Kedelai (Glycine max L.)
Hari ke-
Panjang Akar Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,28 0,15 0,56 0,452 2,40 0,30 2,95 2,253 3,71 2,88 4,38 4,984 5,42 4,38 6,95 7,025 6,83 5,69 8,15 9,516 8,78 6,71 9,38 10,877 9,81 7,98 10,92 12,34
Jagung (Zea mays)
Hari ke-
Panjang Akar Hari ke- (cm)
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,23 0,31 0,39 0,32 1,88 1,72 2,5 2,273 3,87 3,96 5,01 4,744 7,12 6,38 8,28 8,125 9,68 9,1 12,62 13,316 11,1 11 13,65 13,847 12,03 12,35 15,38 16,22
D. Tabel Gaya Berkecambah ( GB )
Padi (Oryza sativa)
Hari ke -
Gaya berkecambah
pH 4 pH5 pH 6 pH 7
1 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%2 57% 58% 62% 58%3 90% 92% 97% 92%4 98% 97% 100% 98%5 100% 100% 100% 98%6 100% 100% 100% 98%7 100% 100% 100% 98%
Kedelai (Glycine max L.)
Hari ke -
Gaya berkecambah
pH 4 pH5 pH 6 pH 7
1 16,67% 16,67% 23,33% 18,33%2 63% 47% 58% 63%3 87% 75% 87% 88%4 90% 87% 93% 97%5 93% 95% 100% 98%6 93% 97% 100% 98%7 93% 97% 100% 98%
Jagung (Zea mays)
Hari ke -
Gaya berkecambah
pH 4 pH5 pH 6 pH 7
1 13% 15% 17% 13%2 67% 77% 85% 83%3 87% 98% 100% 92%4 93% 98% 100% 98%5 95% 98% 100% 98%6 95% 98% 100% 98%7 95% 98% 100% 98%
Contoh perhitungan:
Jagung pH 3 hari ke-2.
Gaya Berkecambah (GB) = 9.33 x 100 %10
= 93.3%
E. Tabel Indeks Vigor ( IV )
Padi (Oryza sativa)
Hari ke -
Indeks vigor
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,172 2,72 2,78 2,86 2,863 2,76 2,77 3,16 3,004 2,08 2,00 2,08 2,085 1,67 1,67 1,67 1,63
6 1,39 1,39 1,39 1,367 1,19 1,19 1,19 1,17
Kedelai (Glycine max L)
Hari ke -
Indeks vigor
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 1,67 1,67 2,33 1,832 3,17 2,33 2,92 3,173 2,66 2,49 2,88 2,834 1,97 2,22 2,10 2,145 1,53 1,77 1,67 1,636 1,28 1,50 1,39 1,367 1,41 1,60 1,51 1,48
Jagung (Zea mays)
Hari ke -
Indeks vigor
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 1,33 1,50 1,67 1,332 3,33 3,83 4,25 4,173 2,61 3,04 3,04 3,244 1,96 2,04 2,08 2,085 1,78 1,85 1,88 1,856 1,31 1,36 1,39 1,367 1,12 1,17 1,19 1,17
F. Tabel Rasio Akar / Batang
Padi (Oryza sativa)
Hari ke -
Rasio
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,06 0,12 0,08 0,083 0,96 1,11 0,74 0,914 1,84 2,18 2,53 2,675 1,88 1,96 1,57 1,566 1,22 1,43 1,20 1,317 1,22 1,63 1,21 0,97
Kedelai (Glycine max L)
Hari ke -
Rasio
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,002 0,53 0,00 0,00 0,003 0,93 2,67 0,73 0,834 1,88 3,37 1,56 2,525 37,62 34,45 27,77 22,556 12,75 10,58 14,45 10,887 8,72 9,18 9,55 9,03
Jagung (Zea mays)
Hari ke -
Rasio
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
1 0,00 0,00 0,00 0,002 1,05 1,30 2,60 1,883 2,72 3,56 2,62 2,654 3,52 2,50 2,54 2,545 3,50 8,40 8,69 5,596 2,56 6,59 3,85 4,257 2,41 3,98 3,53 3,64
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan yang derajat
keasamannya rendah terhadap perkecambahan dan tanggapannya pada beberapa
tanaman budidaya.
Biji dalam berkecambah memerlukan kondisi tertentu yang mendukung proses
berkecambahnya biji diantaranya kondisi lingkungan yang sesuai. Kadar keasaman tanah
sangat mempengaruhi mudah tidaknya suatu biji berkecambah. Tanaman satu dengan
yang lain berbeda dalam keperluan pH. Bahkan dalam satu tanaman untuk proses
pertumbuhan (perkecambahan, pertumbuhan panjang akar, pertumbuhan panjang akar
dan lain-lain) memiliki kebutuhan pH yang berbeda.
Benih yang paling toleran dan cocok pada lingkungan pH tertentu yaitu benih yang
memiliki gaya berkecambah lebih dari 80%, biji yang digunakan hampir atau bahkan
tumbuh semua.
Pada dasarnya keadaan yang sangat asam misalnya disebabkan oleh hujan asam
dapat mencuci hara dari tanah yang subur sehingga akan terjadi penurunan produktivitas.
Selain itu keadaan sangat asam dapat melepaskan logam berat yang dapat meracuni
tanaman yang semula terikat dalam garam. Oleh karena itu meski tanaman toleran pada
keadaan asam, ketoleranan ini dalam arti tidak ekstrem asam sekali atau sangat basa
sekali, tapi keadaan yang mendekati ke asam atau mendekati ke basa.
Apabila lingkungan amat sangat asam/basa biji, akar, tunas dapat busuk dan tidak
lagi dapat berkecambah, serta tumbuh, karena pada dasarnya perkecambahan
membutuhkan keadaan yang medium.
Grafik Panjang Batang
A. Padi
1 2 3 4 5 6 70.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Panjang Batang Padi Hari ke- (cm)
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Bat
ang
Dari grafik di atas dapat dilihat padi untuk setiap perlakuannya mengalami
pertambahan panjang batangnya. Pertambahan panjang batang ini terus meningkat
untuk setiap harinya. Dapat dilihat padi yang mengalami pertambahan panjang batang
yang paling relatife cepat adalah pada Ph 7 dan Ph ini juga yang memiliki batang paling
panjang pada hari terakhir. Sedangkan batang padi yang paling rendah adalah pada Ph 5.
Hal itu dikarenakan padi dalam kondisi yang asam atau terkena hujan asam sukar untuk
berkecambah. Ini sesuai dengan teori yaitu biji atau tanaman yang berada di daerah yang
terkena hujan asam ( hujan dengan Ph kurang dari 5.6 ) akan mengalami penghambatan
dalan pertumbuhan dan perkembangannya.
B.Kedelai
1 2 3 4 5 6 70.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Panjang Batang Kedelai Hari Ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pan
jang
Bat
ang
(cm
)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jagung yang berkecambah dengan batang
yang paling panjang adalah pada pH 7, sedangkan untuk pH 4 dan 5 mempunyai panjang
batang yang hampir sama. pH 5 paling pendek karena biji kedelai dapat berkecambah
dengan baik dalam lingkungan yang netral atau lingkungan dengan kadar asam yang
rendah ( Ph 6-7 ).
C. Jagung
1 2 3 4 5 6 70
1
2
3
4
5
6
Panjang Batang Jagung Hari Ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pa
nja
ng
Ba
tan
g (
cm)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jagung yang berkecambah dengan batang
yang paling panjang adalah pada Ph 4, sedangkan untuk pH 6 dan 7 mempunyai panjang
batang yang hampir sama tetapi paling rendah adalah Ph 5. Hasil yang seperti ini berbeda
dengan teori yang ada karena berdasarkan teori biji yang berada di lingkungan yang asam
atau terkena hujan asam akan terhambat perkecambahan dan pertambahan panjang
batangnya.
2. Grafik Panjang Akar
A. Padi
1 2 3 4 5 6 70.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Panjang Akar Padi Hari ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pan
jang
Aka
r (c
m)
panjang akar pada biji padi yang berkecambah dar hari ke hari untuk setiap
perlakuan mengalami pertambahan. Dan panjang akarnya pada hari pertama untuk setiap
perlakuan hampir sama. Tetapi pada hari terakhir biji yang mempunyai akar paling
panjang adalah pada pH 7. Hal ini sesuai dengan teori karena pada pH tersebut akar akan
lebih optimum dalam pertumbuhannya sebab keadaannya netral.
B. Kedelai
1 2 3 4 5 6 70.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Panjang Akar Kedelai Hari Ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Panj
ang
Aka
r (c
m)
Panjang akar pada biji kedelai yang berkecambah untuk setiap perlakuan selalu
mengalami peningkatan. Dan di sini akar yang paling panjang adalah pada pH 7
sedangkan paling pendek akrnya adalah pada pH 5. padA pH 5 panjang akarnya yang
terpendek karena pada keadaan asam atau pada keadaan yang terkena hujan asam, biji
akan terhambat perkecambahannya. Dan ini semua sesuai dengan teori yang ada.
C. Jagung
1 2 3 4 5 6 70
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Panjang Akar Jagung Hari ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pan
jang
Aka
r (c
m)
Panjang akar biji jagung yang berkecambah pertambahannya hampir sama. Dan
yang megalami pertambahan panjang akar yang tinggi adalah pada pH 7, sedangkan Yang
paling pendek akarnya adalah pada pH 5. Akar pada pH 5 pendek karena pada kondisi ini
biji akan terhambat dalam berkecambah dan pertumbuhan akar dan batangnya.
3. Grafik Gaya Berkecambah
A. Padi
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Grafik Gaya Berkecambah Padi
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pers
enta
se
Dari grafik dapat dilihat gaya berkecambah pertambahannya hampir sama dan
konstan pada hari ke 3 hingga hari terakhir. Sedangkan untuk pH tertingginya sama
semua. Dengan begitu pH tidak mempengaruhi gaya berkecambah tanaman.
B. Kedelai
1 2 3 4 5 6 70.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Gaya Berkecambah Kedelai Hari ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Pers
enta
se
Dari grafik dapat dilihat bahwa untuk pH 6 dan 7 perkecambahannya konstan mula
hari pertama hingga terakhir, sedangkan untuk pH 5 keadaan konstan baru pada hari ke
5. Hal ini karena biji akan terhambat perkecambahannya jika dalam keadaan yang asam.
Karena lingkungan yang asam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan biji.
C. Jagung
1 2 3 4 5 6 70%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Gaya Berkecambah Jagung
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Per
sent
ase
Dari grafik dapat dilihat gaya berkecambah pertambahannya hampir sama dan
konstan pada hari ke 3 hingga hari terakhir. Sedangkan untuk pH tertingginya sama
semua. Dengan begitu pH tidak mempengaruhi gaya berkecambah tanaman.
4. Grafik Indeks Vigor ( IV )
A. Padi
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Indeks Vigor Padi
ph 4
ph 5
ph 6
ph 7
Hari Pengamatan
Ind
eks
Vig
or
Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH
hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi
dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat
smpai hari terakhir terus menurun. Hal tersebut karena perkecambahan biji sangat
ditentukan olek kondisi lingkungan. Bila lingkungan mempunyai keasaman tinggi maka
perkecambahannya pun akan lambat.
B. Kedelai
1 2 3 4 5 6 70.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Indeks Vigor Kedelai Hari ke-
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Inde
ks V
igor
Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH
hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi
dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat
smpai hari terakhir terus menurun. Tetapi paling tinggi adalah biji pada pH 5. Ini dapat
diartikan kalau pada pH ini biji dapat berkecambah dengan baik dan cepat
C. Jagung
1 2 3 4 5 6 70.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Indeks Vigor Jagung
PH 4
PH 5
PH 6
PH 7
Hari Pengamatan
Inde
ks V
igor
Dari grafik dapat dilihat bahwa kecepatan berkecambahnya masing-masing pH
hampir sama semua. pada hari pertama dan kedua, biji mempunyai kecepatan tinggi
dalam berkecambah.selanjutnya pada hari ketiga terjadi konstan. Lalu pada hari keempat
smpai hari terakhir terus menurun.
5. Grafik Rasio Akar/Batang
pH 4 pH 5 pH 6 pH 70.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Rasio Tanaman Hari Terakhir
Padi
Kedelai
Jagung
Hari Pengamatan
Ras
io
A. Padi
Rasio akar/batang yang terbesar pada tanaman padi adalah pada perlakuan pH 5 ,
sehingga menunjukkan tanaman Padi tumbuh dengan baik pada pH tersebut karena pada
pH tersebut unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan sudah tercukupi.
Sedangkan yang paling rendah adalah pada perlakuan pH 6 dan pH 7.
B. Kedelai
Sedangkan rasio akar/batang terbesar pada kedelai terjadi pada tanaman kedelai
yang ditanam pada pH 6, tetapi dibandingkan dengan pH lainnya hampir sama semua..
C. Jagung
Pada tanaman jagung rasio akar/batang paling tinggi berada pada lingkungan pH 6 .
Sedangkan yang paling rendah ada pada perlakuan pH 4. Pertumbuhan jagung tercepat
pada lingkungan dengan pH 6, karena pada pH tersebut tanaman jagung berusaha
menetralkan asam yang ada dengan mempercepat pertumbuhan akar.
VII. KESIMPULAN
1. Tanaman Padi (Oryza sativa) toleran terhadap perlakuan berbagai pH,
kebutuhan pH tertentu berbeda pada fase pertumbuhan yang berbeda.
2. Tanaman Kedelai (Glycine max L) mengalami perkecambahan dan
pertumbuhan toleran dengan hasil sangat baik pada pH mendekati netral
(dalam hal ini pH 5 dan pH 6).
3. Tanaman Jagung (Zea mays) toleran dan tumbuh dengan baik pada pH 5
dan atau pH 6 (pH yang mendekati netral).
4. Perkecambahan Tanaman Padi (Oryza sativa) sangat cocok pada pH
asam (pH 3), Tanaman Kedelai (Glycine max L) cocok pada pH 5 dan pH6
sedangkan,Tanaman Jagung (Zea mays) perkecambahannya toleran atau
baik pada pH 5 dan pH 6 (pH mendekati netral) dan kurang dapat
berkecambah dengan baik pada pH asam (pH3).
DAFTAR PUSTAKA
Budiawati, T. 2006. Pengaruh ozon terhadap hujan asam di Bandung. Jurnal of Aerospace sciences 3: 45-53.
Cox, A. N. Allen’s Astrophysical Quantities. Springer Nerlag, New York.
Hash, J.S. hujan Asam. (http//hujan asam.yang.memusnahkan tanaman-files). Diakses tanggal 28 Maret 2010.
Nurhandoyo, 2003. Pengaruh batang dan jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil jagung diversitol. Buletin Pertanian dan PeternakanIV: 100-108.
Sargiman, G.K., Rochiman, T. Susanto, M. Muljo. 2003. Pengaruh pemberian sulfur pada tanah alfisol terhadap kandungan asam-asam lemak pada biji tanaman kacang. Agrivita 6: 35-38.
Soemarwoto. 1994. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Yogyakarta.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA IV
DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN
BUDIDAYA
Disusun oleh:
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
ACARA IV
ADAPTASI TANAMAN PADA FAKTOR AIR
I. TUJUAN
1. Mengetahui macam macam adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air.
Nama : Debora Ria Purba
NIM : PN/11614
Gol./Kel. : A5/1
Asisten : Harimurti Buntaran
2. Untuk mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang
beradaptasi pada kandungan air yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air. Tidak satu pun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air.
Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal
ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua
faktor diatas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi
melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap oleh akar
tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF (kemampuan
partikel tanah mamegang air), dankemampuan akar untuk menyarapnya (Jumin, 1992).
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sters air yang ringan sekalipun pada suatu
tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan
beberapa proses metabolism. Kekurangan air menurunkan perkembangan vegetatif dan
hasil panen dengan cara mengurangi pengembangan daun dan penurunan fotosintesis
daun, yang berakibat menurunnya fotosintesis tajuk. Tergantung pada parahnya,
pengaruh ini dapat menurunkan kemampuan tanaman untuk mempertahankan hidup
dan bereproduksi. Oleh karena itu sangatlah penting pada seluruh spesies tanaman untuk
menghindarkan stres air ataupun untuk mengembangkankan adaptasi secara anatomis
maupu biokimia agar dapat mentolerir stress air (Zoko. 2009).
Adaptasi adalah suatu proses penyesuain dirisecara bertahap yang dilakukan
organism terhadap kondisi yang baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan adaptasi dari organism adalah faktor abiotik dan biotic. Faktor tersebut
dapat berubah secara harian dan musiman.
Jenis tanaman yang berbeda memerlukan jumlah air yang berbeda pula. Xerofit (tanaman
gurun ) memerlukan sangat sedikit air, (contoh lain: nanas merupakan pengguna air yang
sangat efisien), mesofit adalah jenis herbaseus pada umumnya sedangkan mengenai
hidrofit merupakan tumbuhan yang banyak memerlukan air atau ditanam dalam
lingkungan banyak air atau tenggelam. Kebanyakan jenis sayuran adalah mesofit.
Diantara jenis sayuran mesofit, terdapat perbedaan dalam efisiensi penggunaan air , yaitu
jumlah air yang ditranspirasikan untuk mengkasilkan suatu satuan kuantitas hasil
(efisiensi penggunaanair). Ini dapat didefinisikan sebagai nisbah hasil ekonomi (buah,
daun, umbi dan sebagainya) terhadap jumlah air yang digunakan . Jumlah actual dan
optimal air yang diperlukan dipengaruhi oleh suhu, sinar matahari (insolasi), kelembaban
dan gerakan udara atau angin bagi tiap-tiap jenis, tapi untuk beberapa jenis tertentu
membutuhkan lebih sedikit dari yang lain. (Williams, 1993).
Penggunaan air pada tanaman sangat bervariasi tergantung faktor-faktor seperti
musim, luas kanopi tanaman, air tersedia, energi radiasi, temperature, kelembaban
udara, kecepatan angina. Adanya air yang cukup dan optimal untuk kebanyakan tanaman
memberikan hasil-hasil yang tinggi dan memberikan ketahanan yang lebih besar terhadap
sumber – sumber cekaman lain, didaerah tropika kebutuhan air sangat tinggi (karena
suhu sangat tinggi dan sinar matahari yang terik). Kelebihan air bagi beberapa jenis juga
berbahaya (Dorrenbos et al., 1997. Cit Indriani et al. ,2003).
Ada suatu jenis tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain tapi tidak
menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli, biasa disebut epifit (Nugroho, 2003).
Kuantitas air untuk pertumbuhan optimal dapat bervariasi antara 5 dan 10 mm
setiap hari pada waktu pertanaman sayuran telah berkembang penuh, tergantung dari
iklim dan spesies tanaman. Pada stadium semai, sudah tentu penggunaan air berkurang
karena semaian tertutup tanah dalam prosentase kecil. Di daerah tropika basah jumlah
tambahan air lewat irigasi sangat kecil. Didaerah kering, sebagian besar air yang diperoleh
tanaman budidaya yaitu dari irigasi (Winarbawa, 2003).
III. METODOLOGI
Praktikum Acara 4 Adaptasi Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Jumat, 2 April 2010. Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain pisau/silet, mikroskop, kaca preparat, pensil
dan kertas. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
tanaman mesofit; jagung (Zea mays), tanaman xerofit; kaktus (Opunctia sp), tanaman
hidrofit; enceng gondok (Eichornia crassipes), dan gabus.
Langkah kerja yang dilakukan pertama kali adalah, disiapkan tanaman-tanaman
yang termasuk mesofit, xerofit, dan hidrofit. Kemudian diambil satu tanaman dari masing-
masing kelompok tanaman, dilakukan pengamatan secara morfologis. Setelah itu satu
tanaman untuk masing-masing kelompok tanaman dibuat penampang melintang dan
membujur daunnya, untuk diamati secara anatomis. Bagian-bagian tanaman yang diamati
secara morfologis, yaitu meliputi:habitus tanaman, bentuk batang dan cabang-cabangnya,
bentuk daun, tangkai daun, permukaan daun dan ketebalan daun, lalu struktur akar.
Sedangkan ketiga jenis tanaman tersebut yang diamati secara anatomis, meliputi: a).
Penampang melintang daun: ketebalan kutikula, letak stomata, banyak/sedikitnya
jaringan pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dan sebagainya.
b). Penampang membujur daun: bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan
sebagainya. lalu terakhir dibuat skema/gambar tanaman atau bagian tanaman tersebut
secara morfologis maupun anatomis, lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Pengamatan Morfologis.
1. Jagung (mesofit)
Habitus lengkap tanaman jagung (Zea mays)
Keterangan gambar:
1. Helaian daun(folium)
2. Upih daun
3. Batang
4. Akar adventif
5. Akar
Deskripsi: habitus tegak; daun berbentuk pita; permukaan atas berbulu;
permukaan bawah halus; tangkai daun kecil atau hampir tidak ada; bentuk batang
bulat; tidak ada percabangan; sistem perakaran serabut.
2. Enceng gondok (hidrofit).
Habitus lengkap tanaman enceng gondok (Eichornia crassipes)
Keterangan gambar:
1. Helaian daun (lamina)
2. Tangkai daun (petiole)
3. Akar dengan kantung akar (root pocket) pada bagian ujungnya.
(Shukla dan Chandel, 1985).
Deskripsi : habitus perdu herbaseus dengan batang yang tereduksi ; bentuk daun
bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi daun halus ; tangkai daun
membengkak dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung
tumbuhan, percabangan dengan stolon ; perakaran dengan serabut dan berbulu
untuk menangkap unsur hara yang larut dalam air.
3. Kaktus (xerofyt)
Penampakan batang kaktus (Cactaceae)
Keterangan gambar :
1. batang
2. daun
1 3. akar
Deskripsi :
Habitus tanaman terna, herbaseus, tegak, daun berbentuk seperti duri ; batang menjadi
seperti daun pipih atau persegi, hijau, berdaging percabangan aksiler tak terbatas ; akar
serabut,tersebar luas di tanah lapisan atas. Daun kecil, sempit dan tebal bahkan kadang
kala tak berdaun. Hal ini sebagai bentuk penghematan air. Bentuk stomata mengalami
penyempitan. Batang tumbuhan kaktus berbentuk tebal serta memiliki organ atau
jaringan khusus untuk menyimpan air yang dinamakan sukulanta.
B. Pengamatan Anatomis.
1. Jagung (Zea mays)
Penampang melintang daun Jagung (Zea mays)
Struktur daun Jagung dengan mesofil yang tidak terdeferensiasi.
(Eames dan Daniels,1947) Keterangan gambar:
1. sel kipas
2. trikoma
3. kutikula
4. epidermis atas
5. mesofil
6. berkas pengangkut yang
belum terdeferensiasi
7. epidermis bawah.
8. stoma.
Deskripsi : Bentuk dan sebaran stoma pada irisan membujur daun jagung bagian atas
(stoma lebih banyak terdapat pada permukaan daun). Struktur daun jagung
dengan mesofil yang tidak terdeferensiasi. Sel kipas terlihat jelas dari bentuk
rongga besar. Sel kipas merupakan modifikasi daun yang befungsi untuk
mengurangi penguapan. Fungsi dari trikoma adalah untuk mengurangi
evaporasi. Kutikula merupakan penutup lapisan epidermis, dan biasanya
tipis. Epidermis atas dan bawah merupakan jaringan pelindung yang berada
di bawahnya. Berkas pengangkut belum terdeferensiasi artinya tidak
mempunyai xylem dan floem melainkan air pada daun diangkut melalui
berkas pembuluh dan perluasannya serta oleh sel mesofil dan epidermis.
Stomata merupakan sel panjang yang bersama-sama dan terdapt lubang
diantaranya. Stomata pada tanaman jagung berfungsi dalam proses
fotosintesis.
Penampang membujur daun Jagung (Zea mays)
Keterangan gambar :
1. epidermis daun.
2. sel epidermis dengan
dinding sel yang berkelok-
kelok.
3. stoma bertipe Gramineae ;
sel penutup berbentuk
halter ; membuka dan
menutup sejajar poros
utama.
Deskripsi : Bentuk dan sebaran stomata pada irisan membujur daun jagung bagian atas
(stomata lebih banyak terdapat pada permukaan daun). Sel penutup
berbentuk halter, membuka daun menutup sejajar poros utama. Tanaman
jagung pada umumnya mempunyai sistem akar bercabang, banyak dan
terbentuk sempurna. Bagian akar dan daun besar serta tipis, daunnya
berwarna hijau kegelapan karena kandungan klorofilnya. Tanaman jagung
termasuk mesofit, yaitu tumbuhan yang mampu hidup atu teradaptasi pada
kondisi air yang cukup dan ciri-ciri di atas merupakan ciri-ciri tanaman
mesofit pada umumnya.
2. Enceng gondok (Eichornia crassipes)
Penampang melintang daun Enceng gondok(Eichornia crassipes)
Keterangan gambar :
1. kutikula.
2. epidermis atas.
3. rongga stoma.
4. jaringan palisade.
5. sklerenkim(pita kaspari)
6. ruang udara.
7. stoma.
8. berkas pengangkut
9. epidermis bawah.
Deskripsi : Enceng gondok memiliki jaringan pengangkut seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi lainnya. Namun hal yang berbeda yang dimiliki oleh enceng gondok
adalah adanya rongga udara (Loveless, 1989).
Penampang membujur Enceng gondok (Eichornia crassipes)
Keterangan gambar :
1. stomata.
2. sel epidermis atas daun
Deskripsi : Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air tentu saja
memiliki karakteristik yang membedakannya dengan tanaman yang
beradaptasi pada lingkungan yang sedikit atau kekurangan air (Loveless,
1989).
3. Kaktus (Opunctia sp).
Penampang melintang batang kaktus (Opunctia sp)
Transeksi batang
kaktus(Eames dan Mac
Daniels,1947)
Keterangan gambar :
1. kutikula tebal.
2. stomata tersembunyi.
3. epidermis.
4. jaringan palisade.
5. hipodermis.
6. jaringan penyimpan air.
Deskripsi : Kaktus mempunyai lapisan kutikula yang cukup tebal. Kaktus mempunyai
jaringan pengangkut seperti tumbuhan tuingkat tinggi lainnya dan
mempunyai jaringan penyimpan air (Loveless, 1989).
Penampang membujur Kaktus (Eichornia crassipes )
Keterangan gambar :1. kutikula tebal2. stomata tersembunyi3. epidermis4. jaringan palisade5. hypodermis6. jaringan penyimpan air
Deskripsi : Epidermis kaktus merupakan epidermis bertipe multi serat, dengan
stomata yang berjumlah sedikit dan letaknya tersembunyi. Jaringan
palisade terdapat di antara epidermis dan hypodermis. Di bawah
hypodermis terdapat jaringan penyimpan air.
V. PEMBAHASAN
Praktikum acara IV ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan adaptasi bermacam
tanaman terhadap ketersediaan air dimana kemampuan beradaptasi ini akan menjadikan
tumbuhan tertentu mempunyai ciri-ciri, baik itu secara morfologis maupun secara
anatomis sesuai dengan keadaan tempat hidupnya.
Jumlah air yang tersedia tergantung dari keadaan porositas tanah, banyak
intensitas cahaya matahari, keadaan iklim, dan sebagainya. Dengan berbagai kondisi
kadar air yang tidak sama di permukaan bumi baik tumbuhan, hewan, maupun manusia
harus menyesuaikan diri terhadap keadaan tersebut agar dapat bertahan hidup.
Kemampuan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya atau
(adaptasi) tiap jenis makluk hidup berbeda, meski tidak menutup kemungkinan ada yang
sama. Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air tentu saja memiliki ciri
atau karakteristik yang membedakannya dengan tanaman yang berdaptasi pada
lingkungan sedikit atau kekurangan air.
Ciri dan karakteristik yang dimiliki tanaman yang berbeda dalam beradaptasi pada
lingkungan air yang berbeda dapat menjadi petunjuk dan mempermudah bagaimana
membedakan adaptasinya tanaman banyak air (hidrofit), dengan tanaman sedikit air
(xerofit) dan dengan tanaman yang menghendaki atau lebih suka pada keadaan air yang
cukup sebagai bentuk adaptasinya (mesofit). Hal ini dapat diamati langsung dari bentuk
morfologis dan lebih mendetail lagi pada bagian anatomis atau fisiologisnya, sehingga
dapat dimengerti bahwa tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan dapat dengan
melakukan perubahan bentuk pada tanaman (morfologi/struktur) yang dapat dilihat
secara visual maupun melalui perubahan anatomi dalam tubuh serta cara kerja
fisiologisnya.
JAGUNG (Zea mays)
Jagung termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang beradaptasi pada kondisi
air yang cukup, tidak terlalu banyak air dan tidak terlalu sedikit air (kapasitas lapang).
Habitus jagung tegak, daunnya berbentuk pita, tangkai daunnya kecil atau hampir tidak
ada, bentuk batangnya bulat atau hampir bulat, tidak ada percabangan, dan sistem
perakarannya serabut.
Tanaman mesofit memiliki ciri yang agak berbeda dengan tanaman hidrofit
maupun tanaman xerofit. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk
mengkonversi air dan menghindari keadaan stres sedang sampai stress g berat. Jagung
mempunyai sel kipas, inilah yang membedakannya dengan 2 jenis tanaman tadi. Selain
itu, adanya trikoma, stomata yang dimiliki tersusun secara teratur. Sedangkan bagian lain
yang juga dimiliki oleh hidrofit dan xerofit yaitu adanya jaringan pengangkut, kutikula,
meski distribusi dan kuantitas berbeda atau bahkan fungsinya kurang berperan karena
digantikan bagian yang lain, dan lain-lain.
ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes).
Enceng Gondok adalah contoh dari tanaman hidrofit. Tanaman ini merupakan
tanaman yang beradaptasi pada kondisi air yang berlebih. Tanaman ini memiliki rongga
udara atau aerenchym pada organ vegetatif pada batang dan daun yang berfungsi
sebagai ruang antar sel yang berperan dalam pertukaran udara. Adaptasi yang lain yaitu
daun yang dimiliki umumnya lebar dan terapung untuk mempermudah penguapan
karena dalam lingkungan air yang berlebih. Kutikulanya tipis, mempunyai epidermis
seperti yang dimiliki tanaman lain namun fungsinya untuk jalan keluar gas untuk
memperoleh unsur-unsur atau zat-zat tertentu yang terlarut dalam air. Stomata yang
dimiliki oleh tumbuhan ini berbeda dengan yang dipunyai jagung yaitu dalam
distribusinya, stomata enceng gondok (Eichornia crassipes) tercecer sedangkan pada
jagung (Zea mays) teratur berjajar. Selain enceng gondok (Eichornia crassipes) yang
terapung, ada tumbuhan hidrofit lain yaitu yang tenggelam misalnya ganggang (Algae),
dan yang melayang misalnya Hydrilla sp.
KAKTUS (Opunctia sp).
Tanaman ini termasuk kedalam tanaman yang hidup pada kondisi kering yang
disebut tanaman xerofit. Kaktus merupakan tanaman yang resisten (asli tanaman xerofit)
selain itu ada tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering tapi tidak asli tanaman
xerofit melainkan menghindar dan mencoba bertahan pada lingkungan kering
contohnya : padi lahan kering. Adaptasi yang dilakukan oleh kaktus (Opunctia sp) yaitu
dengan mereduksi daun dalam bentuk duri atau jarum serta rambut daun fungsinya
untuk mengurangi penguapan air dan untuk pendinginan adaptasi selain itu, daun dilapisi
oleh kutikula yang sangat tebal, daun berdinding tebal, adanya lapisan lilin , menutup
stomata penuh pada siang hari serta tersembunyi. Keadaan yang lain yaitu ruang sel yang
dimiliki relatif kecil, akar yang sangat panjang. Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya
jaringan penyimpan air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien.
Semua itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi air yang
ekstrem yaitu kekeringan agar dapat bertahan hidup dan tetap bertahan hidup dan tidak
punah.
VI. KESIMPULAN
1. Hidrofit adalah tanaman yang beradaptasi pada lingkungan air yang berlebih
atau tergenang . Ciri – ciri tanaman ini yaitu: memiliki rongga udara atau
aerencym, selain itu berkutikula tipis, akarnya berkantung. Contoh tumbuhan :
Enceng gondok (Eichornia crassipes).
2. Mesofit adalah tanaman yang beradaptasi pada keadaan lapang atau cukup air
yaitu tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering. Ciri yang dimiliki yaitu: adanya
sel kipas, stomata teratur berjejer, dan adanya trikoma. Contoh tumbuhan :
Jagung (Zea mays).
3. Xerofit adalah tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering atau
kekurangan air. Ciri yang dimiliki yaitu: adanya jaringan penyimpan air; daun
tebal, berduri atau berbentuk jarum; kutikula yang tebal; dan stomata
tersembunyi. Contoh tumbuhan : Kaktus (Opunctia sp).
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, L.1999.Pengaruh Pembenah Tanah Terhadap efisiensi Penggunaan Air Tanah
Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Regosol.Agrivita 12:111-113.
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press, Jakarta.
Nugroho, A. 2003. Respon tanaman tomat varietas Kingkong terhadap perbedaan kadar air tanah dan bayam (Amaranthus spinosus. L). Agrivita 20:51-52.
Williams, C.N and W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winarbawa, S. 2000. Pengaruh kadar air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi dan tipe kapalaga sabrag. Bulletin Agronomi 28(1) :1 6.
Zoko, G. 2009. Cekaman Kekeringan. ( http://Gozomora.cekaman kekeringan.mhtml-files net/ ). Diakses tanggal 5 April 2010.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA V
PENGENALAN EKOSISTEM PANTAI
Disusun oleh:
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2010
ACARA 5
PENGENALAN EKOSISTEM PANTAI
I. TUJUAN
1. mempelajari macam-macam bentuk ekosistem.
2. mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem.
Nama : Debora Ria Purba
NIM : PN/11614
Gol./Kel. : A5/1
Asisten : Harimurti Buntaran
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Organisme dalam
elemen biotic terdiri dari banyak atau sedikit jumlah spesies yang diwakili oleh sejumlah
individu. Kedua ukuran jumlah spesies dan frekuensi relatif dari hal tersebut, telah
digunakan untuk mengkarakteristikkan ekosistem sejak ilmu tentang ekologi dimulai.
Ekosistem tidak sepenuhnya mantap tetapi berada dalam keadaan seimbang yang mudah
goyah. Cara kerja ekosistem digambarkan oleh daur unsur yang penting, yang
berlangsung antara keadaan yang hidup dan nir-hidup dalam ekosistem itu (Remmert,
1980).
Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah
dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan yang
tegas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi oleh daerah, dan unsur
penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling keterkaitan antara
satu dengan hal yang lain, saling ketergantungan dan hubungan sebab akibat yang
kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang berkesinambungan (Claphem
et.al., 1973).
Dalam suatu ekosistem, terdapat beberapa unsur penyusun ekosistem yang
berupa unsur biotik dan abiotik. Unsur abiotik masih terbagi lagi menjadi dua macam,
yaitu organisme autotrof dan heterotrof. Yang dimaksud dengan organisme autotrof
adalah organisme yang mampu membuat / mensintetis makanannya sendiri, contohnya
adalah tumbuhan. Sedangkan unsur abiotik adalah faktor utama dalam ekosistem setelah
unsur biotic, karena unsur ini bertugas untuk menciptakan keadaan yang diperlukan oleh
makhluk hidup seperti cahaya, suhu, topografi, dan lain sebagainya (Wagenet, 1973).
Fotoautotrof merupakan sifat yang dimiliki oleh produsen untuk memproduksi
makanan demi kelangsungan sebagian besar ekosistem. Organisme ini menggunakan
energi cahaya untuk menggerakkan sintetis molekul organik dari karbondioksida dan air.
Fotoautotrof menyediakan makanan bukan hanya untuk mereka sendiri tetapi juga untuk
keseluruhan dunia kehidupan. Di darat, tumbuhan merupakan penghasil makanan yang
utama. Tiga kelompok utama tumbuhan darat-laut, pakis/tumbuhan paku dan tumbuhan
berbunga disajikan oleh alam. Di laut, di kolam, dan lingkungan akuatik lainnya termasuk
organisme fotosintetik meliputi ganggang atau alga multi-seluler, seperti rumput laut.
Sebagian protista uniseluler, seperti Euglena , prokariota yang disebut sinobakteria dan
prokariota fotosintesis lainnya seperti bakteri sulfur (Campbell, 2003).
Respon tingkah laku hewan dalam skala yang besar atas gangguan abiotik sulit
diketahui. Organisme hidup dalam habitat yang frekuensi gangguan mungkin melibatkan
tingkah laku yang meminimalkan akibat atau mengeksploitasikan gangguan. Organisme
dari lingkungan yang mempunyai hubungan gangguan yang sedikit, sebaiknya tidak
melibatkan tingkah laku ini. Gangguan abiotik dapat memperlihatkan perwakilan dari
kehadiran atau keberadaan oleh pengurangan periodik populasi dari predator eksotik
sebelum spesies pemangsa lokal dimusnahkan (Meffe, 1984).
Komponen-komponen ekosistem sering mengadakan interaksi timbal balik dan
membentuk suatu konfigmasi struktur yang spesifik. Di dalam konfigmasi tersebut,
masing-masing komponen menunjukkan saling ketergantungan satu dengan yang lain
yang sangat besar. Interaksi komponen-komponen tersebut akan menghasilkan daur
materi dan terjadi arus energi (Marsono, 1986).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi (Anonim, 2000).
Pengurai merupakan organisme heterotrof yang menguaraikan bahan organik
yang berasal dari organisme mati. Yang termasuk pengurai adalah bakteri, jamur, dan
lain-lain (Warsito dan Setyawan, 1999).
III. METODOLOGI
Praktikum acara 5 Pengenalan Ekosistem dilaksanakan di daerah Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta, dilakukan pada hari Jumat 2 April 2010. Alat-alat yang digunakan
dalam praktikum kali ini antara lain kamera dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah semua organisme yang terlahat dan diamati di ekosistem tersebut
beserta semua komponen penyusunnya.
Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : Pertama
ekosistem pantai diamati dan diidentifikasi, setelah itu kamera digunakan untuk
mengambil gambar dari komponen-komponen yang ada diekosistem yang diamati, yaitu
pantai Depok , kemudian seluruh tumbuhan maupun hewan (organisme) yang ada dalam
ekosistem diamati dan diidentifikasi. Gambar-gambar komponen penyusun ekosistem
digunakan sebagi lampiran, lalu komponen-komponen yang telah diambil gambarnya tadi
dikelompokkan menjadi produsen, Konsumen I, konsumen II, konsumen III, dan
dekomposer. Lalu langkah terakhir dibuat bagan arus energi dan daur materi dalam
ekosistem yang diamati yaitu ekosistem pantai.
IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari ekosistem tegalan adalah :
1. produsen : tumbuhan hijau
2. konsumen 1 : ayam
3. konsumen 2 : manusia
4. dekomposer : cacing (Lumbricus rubelus)
BAGAN DAUR MATERI DAN ALIRAN ENERGI
Produsen(padi)
Matahari
Konsumen I(Belalang)
Konsumen II(Ayam)
Sampah Organik Dari Tumbuhan & Hewan Mati
Pembusukan Oleh Mikroba Tanah
Mineralisasi Menjadi Bahan Mineral
Bahan Mineral
Siap
Konsumen III(manusia)
Mineralisasi Menjadi Bahan Mineral
Unsur-unsur / mineral
Keterangan: daur materi
arus energi
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mempelajari ekosistem yang ada dalam ekosfer, tetapi
secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a). Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang pembentukannya dan
pengembangannya berjalan secara alami oleh alam tanpa campur tangan
manusia.
b). Ekosistem buatan (buatan manusia), yaitu ekosistem yang pembentukan,
peruntukannya, dan pengembangannya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhna manusia sehingga campur tangan manusia menjadi suatu yang
dominan.
Dari pengelompokan diatas dapat dikelompokkan lagi menjadi sub-bagian
ekosistem, yaitu:
a). Subekosistem perairan (aquatik) yang terbagi lagi menjadi bagian yang
lebih kecil yaitu subekosistem sungai, bagian subekosistem danau, dll.
b). Subekosistem darat (terrestrial) yang terbagi lagi emnjadi bagian
subekosistem belukar, subekosistem hutan, dll.
Dalam praktikum kali ini, maka ekosistem tegalan termasuk dalam ekosistem
buatan, subekosistem darat (terrestrial) karena dalam penggunaan dan pembuatannya
tegalan digunakaan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, fungsi utamanya didalam
pemikiran atau pandangan ekologi merupakan penekanan hubungan wajib
ketergantungan, dan sebab musabah, yakni perangkaian komponen-komponen untuk
membentuk satuan-satuan fungsional. Akibat hal tersebut adalah bagian-bagian itu cara
bekerjanya tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan, sehingga ekosistem merupakan
tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk teknik-teknik analisis sistem
Dalam ekosistem tegalan ini terdapat komponen-komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik merupakan bahan anorganik yang dalam hal ini adalah udara, tanah
dan cahaya matahari,suhu . Komponen biotik dalam ekosistem tegalan ini ada produsen,
konsumen, serta pengurai. Produsen dalam ekosistem ini adalah tumbuhan hijau yang
berupa tanaman ketela. Konsumen ada dua macam yaitu konsumen I dan II. Konsumen I
diwakili oleh ayam, konsumen II diwakili oleh manusia. Sedangkan pengurai diwakili oleh
cacing sebagai perombak bahan-bahan biotik maupun abiotik. Ekosistem ini merupakan
ekosistem buatan, karena produsen pada ekosistem ini merupakan penopang kebutuhan
makanan ( energi dan materi ) yang utama, dan dibudidaya oleh manusia. Ayam sebagai
konsumen I mendapatkan makanan dari tumbuhan hijau dan juga memakan dekomposer
yaitu cacing. Penggunaan energi matahari, hasil dari fotosintesis hanya sebagian kecil
yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri, hewan herbifora dan hewan heterotrof
lainnya. Hasil fotosintesis sebagian besar lama-lama akan membusuk dan menjadi bahan-
bahan yang dapat dimanfaatkan organisme heterotrof.
Di dalam ekosistem tegalan juga terjadi daur materi dan daur energi. Energi
matahari masuk dalam daur materi, karena energi matahari digunakan oleh produsen
untuk mensintesis bahan organik dari bahan anorganik. Energi yang sampai ke bumi tidak
seluruhnya diserap oleh produsen. Energi yang sampai ke produsen telah mengalami
pengurangan, begitu pula energi yang tersimpan dalam tubuh produsen juga akan
mengalami pengurangan.Produktivitas primer ini yang dimanfaatkan oleh konsumen
primer. Karena energi yang diambil dari produsen oleh konsumen primer telah
mengalami pengurangan, maka energi yang dipindahkan dari konsumen primer ke
konsumen sekunder juga berkurang. Al ini sesuai dengan Hukum Termodinamika dan
kaidah 10%, yaitu setiap perubahan energi tidak akan efisien 100% dan hanya sekitar 10%
energi kimia yang berkualitas tinggi yang tersedia dalam satu tingkat tanaman yang
dipindahkan dan dismpan dalam bentuk digunakan dalam tubuh organisme pada tingkat
makanan berikutnya.
Hal ini juga berlaku untuk energi penguraian yang dilakukan oleh pengurai juga
mengalami penguraian sesuai dengan Hukum Termodinamika dan kaidah 10%, sehingga
mengakibatkan energi matahari yang diserap atau yang dierima oleh produsen menjadi
tidak ada lagi ketika terjadi mineralisasi. Oleh karena itu, arus energi tidak pernah kembali
lagi ke ekosistem dari tingkat pengurai. Sedangkan daur materi dimulai dari produsen
primer dan kembali lagi ke produsen melalui pengurai, sedangkan arus energi berakhir di
pengurai tidak akan kembali ke produsen, karena mengikuti hukum Termodinamika dan
kaidah 10%. Tetapi daur energi tidak sesederhana ini, karena dalam ekosistem tegalan
tidak hanya rantai makanan saja yang terjadi tetapi juga ada jaring jaring makanan yang
akhirnya membuat semakin kompleks daur-daur yang ada dalam ekosistem tersebut.
VI. KESIMPULAN
1. Ekosistem terdiri dari ekosistem daratan dan ekosistem perairan, ekosistem dapat
terjadi secara alami dan secara buatan.
2. ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abitik yang saling melengkapi yang
nantinya akan saling berinteraksi dan membentuk daur materi dan dan aliran energi.
3. ekosistem tegalan merupakan ekosistem buatan karena pembentukan,
penggunaannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
4. daur materi adalah perpindahan materi dari komponen biotik yang satu kompnen
biotik yang lain atau dari komponen biotik ke komponen abiotik, yang akan kembali
lagi ke kpomponen biotik pertama.
5. arus energi adalah perpindahan energi dari matahari (sumber utama eneergi dalam
ekosistem) ke komponen-komoponen dalam ekosistem, yang tel;ah mengalami
pengurangan setiap perpindahan energi dari setiap tingkatan amakan sehingga arus
energi tidak dapat kembali ke ekosistem algi.
DAFTAR PUSTAKA
Darwatinigsih, S. profil cagar alam Pananjung Pangandaran. Agri jurnal 1: 19-26
Indayani. 2000. Ekosistem. <http: // id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem>. Diakses tanggal 10 April 2010.
Meffe, G.K. 1984. Effect of biotic disturbance of coexistence of predator prey fish species. Ekology 65: 68 – 72.
Odum, E.P. 1993. Ecology. Holt, Rineheart and Winston Inc, New York.
Suryadi. 2003. Komposisi dan struktur pantai Panajung Pangandaran. Buletin Ekologi 1: 12-16.
Warsito dan Setyawan. 1999. Komposisi tanah yang telah lama disewakan di daerah Tugumulyo Sumatra Selatan. Journal tanah Tropika 8 : 131 – 138.