Dasar Ilmu Tanah

11
Pembahasan 2.1 Pengertian Klasifikasi Tanah Tanah adalah benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan. Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk. Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Adanya klasifikasi untuk tanah yaitu bertujuan untuk : a. Mengorganisasi atau menata tanah b. Mengetahui hubungan individu tanah c. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah d. Mengelompokkan tanah untuk : - menaksir sifat - penelitian - mengetahui lahan-lahan yang baik. Sehingga pada tahun 1975 dirilis sistem klasifikasi USDA (Departemen Pertanian AS).Sistem ini dibuat karena sistem-sistem klasifikasi lama saling tumpang tindih dalam penamaan akibat

description

tentang macam macam tanah

Transcript of Dasar Ilmu Tanah

Page 1: Dasar Ilmu Tanah

Pembahasan2.1     Pengertian Klasifikasi Tanah

Tanah adalah benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.

Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk.

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya.

Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci.

Adanya klasifikasi untuk tanah yaitu bertujuan untuk :a.     Mengorganisasi atau menata tanahb.     Mengetahui hubungan individu tanahc.     Memudahkan mengingat sifat-sifat tanahd.    Mengelompokkan tanah untuk :        - menaksir sifat        - penelitian        - mengetahui lahan-lahan yang baik.Sehingga pada tahun 1975 dirilis sistem klasifikasi USDA (Departemen Pertanian

AS).Sistem ini dibuat karena sistem-sistem klasifikasi lama saling tumpang tindih dalam penamaan akibat perbedaan kriteria. Dalam pemakaiannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibandingkan sistem klasifikasi lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah).

2.2     Sistem Klasifikasi Menurut Soil Taxonomy (USDA)Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim Soil Survey

Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan.Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:

1.      Alfisol

Page 2: Dasar Ilmu Tanah

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

2.       AridisolTanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan

tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

3.       EntisolTanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu

baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

4.      HistosolTanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan

organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

5.       InceptisolTanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang

daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

6.      MollisolTanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18

cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.

7.      OxisolTanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk

tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

8.      SpodosolTanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi

penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat

Page 3: Dasar Ilmu Tanah

horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

9.      UltisolTanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di

horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

10.  VertisolTanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih

dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

           Kelebihana.         Sistem klasifikasi tanah USDA ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari

tanah tersebut,definisi-definisi horison penciri, dan beberapa sifat penciri lainnya. ( Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah ).

b.         Sistem klasifikasi USDA ( Departemen Pertanian AS ) dirilis pada tahun 1975. Dibuat karena sistem-sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya saling tumpang tindih dalam penamaan yang disebabkan oleh perbedaan kriteria.

c.         Dalam penggunaannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibanding sistem klasifikasi lainnya.  Oleh karena itu, Sistem USDA ini hampir selalu disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah), dan sistem ini sangat membantu karena penamaannya yang konsisten.

d.        Sistem ini benar-benar baik dalam cara-cara penanaman (tata nama) maupun definisi-definisi mengenai horison-horison penciri ataupun sifat-sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis-jenis tanah.

           KekuranganSistem Klasifikasi USDA memiliki kelemahan karena kriterianya yang sangat mendasarkan pada analisis laboratorium yang rinci, sehingga para praktisi sulit untuk mengaplikasikannya langsung di lapangan.

2.3     Sistem Klasifikasi Menurut Pusat Penelitian BogorNama-nama tanah dalam tingkat Jenis dan Macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian

Bogor yang disempurnakan (1982) sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO. Walaupun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru. Jenis-jenis tanah yang ada adalah sebagai berikut :

Jenis – Jenis Tanah menurut Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan, 1982) :

1.    Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.2.    Litosol Tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras

yang padu.3.    Rendzina Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih dari 1

%, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.4.    Grumusol Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengerut. Jika

musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, jika basah lengket (mengembang).

Page 4: Dasar Ilmu Tanah

5.    Gleisol Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.

6.    Aluvial Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.

7.    Regosol Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.

8.    Arenosol Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horisin penciri kecuali epipedon ochrik.

9.    Andosol Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak yang mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders atau bahan pyroklastik lain.

10.  Latosol Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik.

11.  Brunizem Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.12.  Kambisol Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada gejala-

gejala hidromorfik (pengaruh air).13.  Nitosol Tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat

maksimum ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortoksik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol (+) / kg liat.

14.  Podsolik Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %, tidak mempunyai horison albik.

15.  Mediteran Seperti tanah Podsolik (mempunyai horison argilik) tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.

16.  Planosol Tanah dengan horison albik yang terletak diatas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horison albik.

17.  Podsol Tanah dengan horison penimbunan besi, Alumunium Oksida dan bahan organik (sama dengan horison sporadik). Mempunyai horison albik.

18.  Oksisol Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol (+) / kg liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.

           Kelebihan           Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di lapangan.

Selalu diperbaharui perkembangannya.           Penamaannya mudah untuk dihafal.           Kekurangan           Banyak nama-nama baru, sehingga sedikit membingungkan.

Page 5: Dasar Ilmu Tanah

           Penamaannya tidak mempunyai ciri khusus dari klasifikasi tersebut, hanya mengadaptasi dari klasifikasi yang lain.

           Dalam penamaan tidak disertakan sifat tanah.

2.4     Sistem Klasifikasi Menurut FAO / UNESCOSistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala

1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).

Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.

            Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori “great group” menurut sistem FAO/UNESCO sebagai berikut :

1.      Fluvisol     Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.

2.      GleysolTanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga berwarna  kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik,  horison kambik, kalsik atau gipsik.

3.      RegosolTanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.

4.      LithosolTanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan batuan yang padu.

5.      ArenosolTanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.

6.      RendzinaTanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur.

7.      RankerTanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada horison penciri lain.

8.      AndosolTanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.

9.      VertisolTanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.

10.  Solonet

Page 6: Dasar Ilmu Tanah

Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba - tiba.

11.  YermosolTanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik.

12.  XerolsolSeperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.

13.  KastanozemTanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm  atau lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak mengandung bahan kapur halus.

14.  ChernozemTanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang tebalnya 15 cm atau lebih. Sifat-sifat lain seperti Kastanozem.

15.  PhaeozemTanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik, gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus.

16.  GreyzemTanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan struktur tanah.

17.  CambisolTanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.

18.  LuvisolTanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih. Tidak mempunyai epipedon mollik.

19.  PodzoluvisolTanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing).

20.  PodsolTanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.

21.  PlanosolTanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik.

22.  AcrisolTanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %. Tidak terdapat epipedon mollik.

23.  NitosolTanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.

24.  FerrasolTanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat. Tidak terdapat epipedon umbrik.

25.  Histosol

Page 7: Dasar Ilmu Tanah

Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.                      

Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seperti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.Contoh :Great group     : FluvisolSub group        : Claseric FulvisolGreat group     : RegosolSub group        : Humic Regosol

           Kelebihan           Dapat diterima oleh semua pihak karena menggunakan perpaduan antara klasifikasi dari FAO

sendiri dan dari USDA.           Mempunyai ciri khas, karena dalam pengklasifikasiannya berdasarkan horison-horison penciri

dan kriteria horisonnya.           Nama-nama tanah sebagian diambil dari nama-nama klasik yang sudah terkanal didaerah Eropa,

Rusia, Kanada, dan Amerika. Sehingga namanya sudah bersifat umum.           Cocok untuk peta berskala 1:5.000.000

           Kekurangan         Sistem ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu sistem klasifikasi

tanah karena tidak disertai dengan pembagian kategori yang lebih terperinci hanya subgroup dan greatgroup.

         Dalam penamaan tidak secara langsung orang dapat mengetahui sifat tanah tersebut.

2.5     PERSAMAAN KLASIFIKASI TANAH USDA, FAO/UNESCO DAN PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR

1.    Memungkinkan adanya modifikasi karena ada penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

2.    Sifat pembeda yang dikemukakan sama-sama berdasarkan kriteria horison penciri yang terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan tanah atau sifat yang mempengaruhi pembentukan tanah.

3.    Tata nama informatif dalam arti menunjukkan sifat-sifat tanah masing-masing kategori.4.    Digunakan dalam survey tanah5.    Seluruh klasifikasi tanah sama – sama bertujuan untuk :

a. Mengorganisasi atau meneta pengetahuan tentang tanahb. Mengetahui hubungan masing-masing individu tanahc. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah

d.  Mempermudah dalam menaksir sifat dan produktifitas, menentukan lahan terbaik, menentukan areal-areal penelitian dan kemungkinan eksploitasi hasil penelitian.e. Mempelajari hubungan – hubungan dan sifat – sifat tanah baru.