Dasar Disyariatkan Haji Dan Umrah

download Dasar Disyariatkan Haji Dan Umrah

of 3

description

pendidikan agama

Transcript of Dasar Disyariatkan Haji Dan Umrah

2. Dasar Disyariatkan Haji dan Umrah

a. AL Quran: Allah berfirman: Artinya :. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. .(Q.S. Ali Imran(3):97)

Allah berfirman: Artinya :... Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. ..; (Q.S. al-Baqarah(2):196)

b. As-sunnahHadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: ()Artinya:Islam didirikan atas lima sendi: bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menu aikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa dibulan Ramadhan. (Ash shiddiqi, 1978: 15-16)

Macam-macam Haji, Umrah, dan Ketentuan Hukumnya

Untuk menunaikan amalan-amalan haji dan manasik umrah, dapat ditempuh salah Satu dari tiga macam cara , yaitu:a. Secara IfradMaksudnya adalah menunaikan ibadah haji dengan cara mendahulukan haji daripada umrah. Dalam hal ini seseorang mengerjakan haji sendiri dengan berihram di miqatnya dan mengerjakan umrah sendiri pula. Orang-orang yang berhaji secara ifrad, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai segala amalan hajinya, sesudah itu barulah mengerjakan umrah jika dia kehendaki.

b. Secara QiranMaksudnya adalah mengerjakan ibadah haji dan umrah dengan berbarengan, atau berihram dengan umrah dahulu, kemudian sebelum bertawaf memasukkan haji kedalam umrah itu.Dinamakan haji qiran, karena antara haji dan umrah dikumpulkan dengan satu ihram.Orang yang berhaji secara qiran, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai seluruh amalan haji dan umrahnya. Atau, ia berihram di miqat dengan umrah, setelah itu dimasukkan haji kedalamnya sebelum tawaf.

c. Secara tamattuMaksudnya adalah melaksanakan ibadah haji dengan mendahulukan umrah dari pada haji. Artinya, setelah selesai umrah, barulah mengerjakan haji.Cara ini dinamakan tamattu lantaran bulan-bulan haji pada satu tahun dimanfaatkan untuk dua ibadah sekligus, tanpa harus kembali dahulu ke rumah asalnya, ia dapat menikmati apa yang tidak diperbolehkan dalam masa ihram, setelah ia bertahallul dari ihram umrah, seperti memakai kain berjahit, wewangian dan lain-lain (Ash shiddiqy, 1978:97).Tiga macam cara melaksanakan haji dan umrah tersebut semua dibenarkan oleh syara.

3. Pengaruh Haji dan Umrah Bagi Kehidupan

Ibadah haji merupakan himpunan yang sangat indah dari lambang-lambang kerohanian yang apabila dilaksanakan secara benar dan penuh penghayatan dapat berpengaruh positif bagi kehidupan manusia khususnya dan alam sekitar pada umumnya. Pengaruh-pengaruh itu antara lain:

1. Dapat membidik jiwa manusia untuk bersedia berkorban, ikhlas, dan sabr. Hal ini bisa dilihat dari adanya pensyaratan pelaksanaan haji itu sendiri. Orang yang tidak mau berkorban dan ikhlas akan merasa sangat berat dengan biaya haji; orang yang tidak sabar akan memilih pulang atau berhenti berhaji karena ketentuan berupa ru,un-rukun dan sunah haji yang begitu ketat di tengah berjubelnya jutaan manusia. 2. Dapat menimbulkan sikap disipin pribadi muslim yang kuat pelaksanaan haji dan umrah yang harus menaati berbagai aturan serta mengendalikan diri dari berbagai larangan serta penetapan jadwal waktu yang ketat sanagat memungkinkan para pelaksanaanya terlatih disiplinnya.3. Dapat mengembangkan rasa sosial yang tinggi yang dapat menimbulkan proses edukasi dalam kehidupan persaudaraan dan persatuan antara umat Islam, sehingga timbullah rahmat yang akan dirasakan baik oleh individu-individu, umat Islam secara luas, maupun alam disekitarnya. Ibadah haji yang diikuti oleh jutaan muslim di seluruh penjuru dunia dengan berbagai watak dan karakternya, dan diharuskan memperhatikan kepentingan jamaah lain itu sangat kondusif untuk menciptakan rasa kepedulian sosial dan kebersamaan (Dradjad, dkk, 1984:250).

Di dalam ibadah haji terhimpun berbagai aspek, yaitu: aspek sosial-politik, aspek ekonomi, aspek etika, aspek kejiwaan serta aspek ibadah (Shihab, 1992: 204-205).[footnoteRef:1] [1: DPPAI UII. IBADAH dan AKHLAK dalam ISLAM. UII press, (hal 79-82)]