Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi
Transcript of Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi
Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi
Mardhana Ksatrya* dan Didit Dwi Subagyo
Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
*E-mail: [email protected]
ABSTRAK Gempa Bumi Besar Jepang Timur (bencana 3/11) menyebabkan kerusakan, namun juga memunculkan potensi untuk memanfaatkan lokasi yang terpengaruh bencana untuk pariwisata melalui dark tourism. Pro dan kontra muncul terutama pada keberadaan kapal Kyotokumaru 18 yang terbawa ke daratan kota Kesennuma pasca bencana. Penelitian ini membahas bagaimana pengunjung dan juga masyarakat setempat kota Kesennuma memaknai dark tourism di kota tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun keberadaan kapal sebagai objek dark tourism di Kesennuma dapat menjadi mediator kematian bagi pengunjung dan masyarakat, namun hal tersebut tidak terjadi setelah penolakan dari masyarakat membuatnya harus dihancurkan.
Dark Tourism in Kesennuma City Miyagi Prefecture
ABSTRACT
Great East Japan Earthquake (3/11 disaster) brings destruction, but also bring a potential to harness the location affected by disaster for tourism through dark tourism. There are pro and contra especially in the existence of Kyotokumaru 18, a ship stranded in the city of Kesennuma because of the disaster. This research discusses how visitor and the local interpret dark tourism in Kesennuma city. This research finds that although Kyotokumaru 18 existence can be a mediator of mortality for both the visitor and locals, the rejection from locals that resulted in the scrapping of the ship shows that it didn’t happen. Keywords: 3/11 disaster, dark tourism, Kesennuma city, Kyotokumaru 18
1. PENDAHULUAN
Pada abad ke-21, Jepang mengalami gempa besar dengan efek kehancuran yang besar.
Gempa 9 SR tersebut terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 dengan disusul oleh tsunami di wilayah
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Tohoku1, Jepang dan disusul oleh tsunami yang menerjang desa dan kota di sepanjang kurang
lebih 500 km pesisir dan di beberapa wilayah hingga 5 km di daratan. Bencana tersebut kemudian
dikenal sebagai Gempa Bumi Besar Jepang Timur (Higashi Nihon Dai Shinsai/東日本大震災)
atau bencana 3.11.
Di dalam laporan kepolisian pada 8 November 2013 tercatat bahwa Gempa Bumi Besar
Jepang Timur memakan korban jiwa sebanyak 15.883 orang, korban luka sebanyak 6.150 orang,
dan sebanyak 2.651 orang dinyatakan hilang di 20 propinsi (National Police Agency of Japan,
2014). Di dalam laporan yang sama juga dinyatakan bahwa 126.000 properti hancur total dan
743.089 properti rusak sebagian. Bencana 3.11 juga membawa pengaruh negatif ke pariwisata
Jepang dengan menurunnya tingkat wisatawan asing yang berkunjung.
Di tengah-tengah kehancuran yang disebabkan oleh bencana 3.11, Akira Ide, seorang
associate-professor dari universitas Otemon-Gakuin, Osaka, menyatakan bahwa Jepang dapat
memanfaatkan jenis pariwisata yang berhubungan dengan kematian dan bencana yang dikenal
sebagai dark tourism (Ide, 2012, hal. 28) dalam upaya revitalisasi pariwisata Jepang. Contoh dari
dark tourism adalah kunjungan wisata ke lokasi yang terkena bencana seperti Ground Zero di
New York, Amerika yang pada tahun 2001 merupakan lokasi gedung World Trade Center
ditabrak oleh dua pesawat. Akira Ide menyampaikan bahwa dengan inovasi seperti dark tourism
(pariwisata kelam), diharapkan pariwisata Jepang, khususnya wilayah Tohoku sebagai wilayah
yang terkena dampak langsung dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur dapat pulih kembali.
Di satu sisi, ada kontroversi tentang dark tourism seperti yang terjadi di sebuah kota
pelabuhan bernama Kesennuma yang terletak di utara prefektur Miyagi. Kyotokumaru 18, sebuah
kapal yang terbawa ke daratan akibat tsunami, di kota Kesennuma, menjadi pengingat akan
bencana yang telah terjadi, dan dapat dikatakan telah menjadi objek wisata tersendiri pasca
bencana 3.11. Akan tetapi, sebagian masyarakat menentang kapal tersebut dijadikan objek wisata
dikarenakan keberadaannya membuat para korban mengenang ingatan mengerikan saat bencana.
Penelitian ini akan menelaah makna lokasi dark tourism bagi pengunjung dan masyarakat
setempat kota Kesennuma. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
dan pemahaman mengenai dark tourism yang muncul pasca Gempa Bumi Besar Jepang Timur
terutama di kota Kesennuma, prefektur Miyagi.
1 Wilayah Tohoku adalah wilayah timur laut di pulau Honshu yang terdiri dari enam prefektur: Akita, Aomori, Fukushima, Iwate, Miyagi dan Yamagata.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analisis yaitu metode untuk meneliti
status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun kelas persitiwa pada
masa sekarang, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Pada tahap pertama,
penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan pokok permasalah
lalu menyusun kerangka pemikiran (Prastowo 2011). Data yang dikumpulkan berupa laporan
pemerintah Jepang, penelitian terdahulu mengenai dark tourism, reportase dari media massa,
jurnal-jurnal ilmiah, buku dan catatan pustaka dari berbagai perpustakaan atau arsip serta
referensi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif yaitu berdasarkan
makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati.
3. TINJAUAN TEORITIS
Kematian juga merupakan hal yang erat kaitannya dengan bencana dan perang. Umumnya,
orang tidak akan mengaitkan kematian, bencana atau perang dengan wisata, namun dark tourism
(pariwisata kelam) justru menempatkannya sebagai objek utama. Terkait hal ini, Akira Ide (2012,
hal. 28) mengatakan:
この観光形態は、観光を“楽しいもの”“愉快なもの”と考えるのではなく、
学びの手段として捉えるものであり。“死”や“災害”といった人間にとって
つらい体験をあえて観光対象とする新しい観光のカテゴリーである。
“Bentuk pariwisata ini tidak menganggap pariwisata sebagai hal yang
menyenangkan atau membahagiakan, melainkan sebagai sebuah pembelajaran.
Selain itu, ini merupakan kategori baru pariwisata yang menjadikan kematian atau
bencana yang merupakan pengalaman menyedihkan bagi manusia sebagai objek
studi wisata.”
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Terminologi dark tourism pertama kali diperkenalkan oleh Malcolm Foley dan J. John
Lennon pada tulisannya di tahun 1996 (Stone & Sharpley, 2008, hal. 576). Phillip R. Stone, ketua
Institute for Dark Tourism Research, mengemukakan definisi dark tourism sebagai perjalanan ke
lokasi yang berkaitan dengan kematian, penderitaan dan kengerian (Sharpley, 2009, hal. 10).
Stone, berdasarkan pada insiden tenggelamnya kapal S.S. Morro di New Jersey, Amerika
Serikat yang kemudian menjadi objek wisata, menggambarkan bahwa terdapat beberapa
karakteristik perubahan suatu kejadian atau lokasi kematian menjadi wisata (2010, hal. 13-15).
Karakteristik itu adalah sebagai berikut:
- Yang biasa dan normal diubah menjadi luar biasa (extraordinary) dan abnormal sehingga
individu-individu memiliki rasa ketertarikan terhadapnya;
- Kejadian bencana yang dipublikasi dan diberikatakan oleh media massa;
- Komersialisasi dan komodifikasi terhadap bencana tersebut muncul beberapa waktu
setelah kejadian termasuk mengajak individu-individu ke lokasi kejadian;
- Pengabadian bencana melalui upacara-upacara peringatan, atau adanya tanda pengabadi
yang spesifik sehingga suatu bencana memiliki umur yang panjang dan tempat yang
khusus di dalam kesadaran masyarakat.
Stone (2012) mengatakan bahwa untuk memahami dark tourism dan perannya bagi
konsumen, pertama-tama kita perlu memahami signifikansi kematian terutama pada masyarakat
kontemporer. Dalam penelitiannya, Stone menemukan bahwa dekonstruksi dari ordo keagamaan
yang menjanjikan kehidupan pasca-kematian dan kurangnya sistem pengganti yang stabil
cenderung menyebabkan individu kontemporer terisolasi dan rentan terhadap kematian.
Simbolisme keagamaan terhadap kematian dan kekuatan ontologisnya telah dinegasikan saat
masyaratkat kontemporer berfokus pada promosi kesehatan individu sehingga memperpanjang
usia dalam prakteknya, namun juga secara fundamental dan simbolis memperpanjang kehidupan
(2012, hal. 1571-1572).
Akan tetapi, hal ini bukan berarti kematian menghilang secara keseluruhan dalam
masyarakat. Mengutip Barthes dalam karyanya, Stone menulis bahwa kematian pasti ada di suatu
tempat dalam masyarakat (2012, hal. 1572); Jika sudah tidak ada dalam agama, pasti masih ada
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
di tempat lain; mungkin dalam gambaran yang memproduksi kematian, namun mencoba juga
mempertahankan hidup. Oleh karenanya, dark tourism memiliki peran pada paradoks absennya
kematian dengan membantu membangkitkan mortalitas atau paling tidak memberikan gambaran
modern melalui rekayasa ulang situasi dan pengingatan.
Dark tourism dapat menyediakan sebuah cara untuk menghadapi kepastian kematian diri
sendiri dan orang lainnya (skema pada gambar 2.2). Stone dan Sharpley mengungkapkan bahwa
dark tourism secara spesifik memungkinkan rekonseptualisasi kematian dan mortalitas menjadi
sesuatu selain ketakutan primordial. Pada masyarakat kontemporer (terutama Barat), pengalaman
dengan kematian berkurang dengan adanya penyempitan kematian pada institusi (seperti
kesehatan atau privatisasi) dan individu terisolasi di depan kematian sehingga harus bergantung
pada sumber dayanya masing-masing saat mengatasi batas eksistensinya. Oleh karena itu, dark
tourism dengan segala bentuknya memungkinkan individu untuk menikmati (tidak dengan
nyaman) keingintahuan dan ketertarikannya terhadap kematian dalam lingkungan yang diterima
secara sosial sehingga individu dapat merenungkan mortalitasnya (Stone & Sharpley, 2008, hal.
585-587).
Stone menyebutkan bahwa dark tourism kini menjadi mediator dari mortalitas melalui (2012,
hal. 1576-1581):
a. Narasi
Narasi mengenai kematian yang telah terjadi lama maupun baru-baru ini terdapat pada
lokasi dark tourism melalui interpretasi formal (Stone, 2012, hal. 1576). Kematian
dikomunikasikan dan difilter secara sosial melalui informasi pariwisata, (re)presentasi,
dan juga deskripsi pemasaran. Hal ini merupakan langkah pertama dalam keseluruhan
proses mediasi mortalitas yaitu saat kematian dan penderitaan disajikan kemudian
diinterpretasikan untuk dikonsumsi sebagai pengalaman pariwisata.
b. Edukasi
Dengan memberikan narasi tertentu, kematian dapat disajikan untuk tujuan pendidikan
(Stone, 2012, hal. 1576). Stone menulis bahwa contohnya dapat ditemukan di pameran
Body Worlds. Di pameran tersebut, pengunjung dapat merasakan kesempatan untuk
mempelajari tubuh manusia melalui arkeologi langsung dari mayat. Selain itu pada
Ground Zero pengunjung dapat mempelajari rangkaian kejadian yang berujung pada 9/11.
Adapun atraksi seperti London Dungeon menyediakan ‘edutainment’ dimana pengunjung
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
dapat memahami metode penyiksaan dan juga mempelajari perlakuan penjahat terkenal
seperti Jack the Ripper.
Gambar 1 Pengalaman dark tourism dalam kerangka mediasi mortalitas
c. Hiburan
Mereka yang telah mati dalam beberapa lokasi dark tourim memediasi kehadirannya
melalui tindakan yang menghibur pengunjung masa kini. Stone mengambil contoh
London Dungeon yang secara eksplisit menunjukkan kematian, sekarat dan yang telah
mati melalui simulasi pembunuhan, termasuk penggantungan dan pemotongan leher
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
(Stone, 2012, hal. 1578). Ada juga dalam Body Worlds, mayat diatur posenya secara
artistik dalam ruang pameran yang menghibur dan edukatif. Sementara itu, sulit untuk
mengatakan bahwa lokasi seperti Ground Zero dan Auschwitz-Birkenau itu menghibur.
Namun, lokasi-lokasi tersebut umumnya termasuk dalam rangkaian perjalanan yang lebih
luas seperti Ground Zero yang termasuk dalam agenda perjalanan wisata ke kota New
York.
d. Menghantui Ingatan
Kematian yang tidak tenang dapat menghantui seseorang atau masyarakat seperti ingatan
akan kematian individual atau kelompok dalam suatu tragedi. Sebagai contohnya,
kekejian pada tragedi 9/11 yang direpresentasikan Ground Zero atau Holocaust pada
Auschwitz-Birkenau. Kematian, pembunuhan dan bencana maupun penyebab kematian
yang traumatik dan sulit dimengerti menyediakan dasar bagi dark tourism.
e. Memorialisation
Meskipun kematian yang mengganggu dapat menghantui imajinasi kontemporer, namun
tindakan mengingat dan memorialisation memungkinkan dark tourism terwujud.
f. Instruksi moral
Atraksi atau lokasi dark tourism seperti Body Worlds menyediakan narasi mengenai
kesehatan, hidup dan instruksi moral bagaimana memperpanjang hidup secara biologis
dan ontologis. Adapun tempat seperti Ground Zero menyediakan ide tentang harapan,
toleransi dan perdamaian.
g. Memento mori2
Dark tourism dapat menjadi pengingat kepada orang-orang akan kematiannya sendiri.
Dark tourism, melalui rangkaian di atas, pada akhirnya tidak hanya menyediakan lokasi
secara fisik yang menghubungkan orang-orang dengan yang telah mati, namun juga
memungkinkan diri untuk mengonstruksi makna kematian (Stone, 2012, hal. 1582).
2 Memento mori merupakan ungkapan dalam bahasa latin yang berarti, “Ingatlah bahwa kamu akan mati”.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
4. PEMBAHASAN
Kota Kesennuma adalah kota pelabuhan yang terletak di prefektur Miyagi pada wilayah
Tohoku dengan koordinat 38°53′ LU dan 141°35′ BT. Total luas kota Kesennuma adalah 333,38
kilometer persegi dan merupakan kota terluas ke-6 di prefektur Miyagi. Kota Kesennuma
dikelilingi oleh bagian dari rangkaian pegunungan Kitakami. Selain itu, kota Kesennuma juga
terletak di daerah pesisir yang pada bagian timur terdapat teluk Hirota dan teluk Kesennuma serta
menghadap Samudera Pasifik. Semenanjung dan teluk yang berada di sekitarnya membentuk ria3
yang khas dan telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Minamisanriku Kinkasan (南三陸金華
山国定公園). Di bagian selatan kota ini berbatasan dengan Minamisanriku. Di barat kota ini
berbatasan langsung dengan prefektur Iwate dan kota Rukuzen-Takata di utara.
Pada tahun 2011, kota Kesennuma dihantam oleh tsunami pada bencana 3/11. Menurut
informasi dari halaman resmi pemerintah kota Kesennuma, per tanggal 26 Januari 2013, terdapat
1041 jumlah korban yang meninggal dunia akibat dari bencana 2011. Dari 4 korban yang
meninggal tersebut sebanyak 4 orang tidak diketahui identitasnya. Sebanyak 236 orang
dinyatakan menghilang. Selain itu sebanyak 15.797 bangunan mengalami kerusakan yang 9.500
di antaraya merupakan rumah.
Gambar 1 Efek Tsunami pada kota Kesennuma
3 Ria berasal dari bahasa spanyol yang berarti muara sungai. Ria terbentuk ketika dataran yang terkikis sungai (mengalami erosi) di daerah muaranya terendam atau tenggelam. Bagian terdepan dari wilayah yang tenggelam dipenuhi air laut. Ria seringkali memiliki bentuk seperti huruf V.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Wilayah serta ketinggian tsunami yang menghantam kota Kesennuma beragam dan
wilayah yang tergenang kebanyakan berada di pesisir. Tsunami yang tertinggi, 20,99 meter,
terdapat di wilayah Tsuyagawa (津谷川) pada bagian selatan kota Kesennuma.
Salah satu dampak yang ditimbulkan bencana 3.11 terhadap kota Kesennuma
adalah menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Menurut data yang dikeluarkan oleh
pemerintah prefektur Miyagi (2013), jumlah wisatawan di Kesennuma-Motoyoshi, termasuk
wilayah pantai Minami Sanriku, menurun drastis dari 3.624.219 orang pada tahun 2010 menjadi
791.627 pada tahun 2011. Jika wilayah pantai Minami-sanriku tidak dihitung, maka jumlah
wisatawan di kota Kesennuma pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.540.589 orang dan kemudian
turun menjadi 292.012 di tahun 2011. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Kesennuma-
Motoyoshi membaik pada tahun 2012 menjadi sebanyak 1.681.232 pengunjung. Adapun jika
wilayah pesisir Minamisanriku tidak dihitung jumlahnya menjadi 662.047 pengunjung. Grafik
berikut menunjukkan perubahan pengunjung di wilayah Kesennuma dari tahun 2010-2012.
Gambar 2 Grafik Pengunjung kota Kesennuma tahun 2010-2012
Di sisi lain, meskipun pasca bencana 3.11 terjadi penurunan jumlah pengunjung ke kota
Kesennuma, terdapat ketertarikan baru yang muncul dengan adanya pengunjung yang kini datang
untuk melihat kehancuran serta dampak yang ditimbulkan oleh bencana pada kota Kesennuma.
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
2010 2011 2012
Kesennuma-‐Motoyoshi
Pantai Minami-‐sanriku
Kesennuma-‐Karakuwa Hanzou
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Hal ini terlihat dari survey yang dilakukan oleh relawan mahasiswa universitas Waseda,
WAVOC (2012).
Gambar 2 Tujuan Berkunjung ke Kota Kesennuma
Alasan melihat langsung lokasi bencana merupakan alasan yang erat hubungannya
dengan dark tourism. Dalam serial dokumenter TOMORROW dari NHK, episode dark tourism
pasca bencana 3/11, beberapa pengunjung diwawancara mengenai kedatangannya ke lokasi kapal
Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma (Takakura, 2013). Dalam wawancara tersebut para
pengunjung mengatakan bahwa dengan datang langsung ke lokasi bencana maka dirinya dapat
merasakan langsung realitas dan efek dari bencana. Selain itu, pengunjung juga mengatakan
bahwa setelah melihat dapat lebih menghargai kekuatan alam. Stone dan Sharpley menyatakan
bahwa dark tourism dengan segala bentuknya memungkinkan individu untuk menikmati
keingintahuan dan ketertarikan terhadap kematian lalu merenungkan mortalitasnya (Stone &
Sharpley, 2008, hal. 586-587). Perenungan melalui dark tourism memungkinkan wisatawan
untuk melihat kematian dirinya sebagai sesuatu yang jauh, tidak berhubungan dengan produk
dark tourism yang dikonsumsi serta harapan bahwa kematiannya kelak merupakan kematian yang
baik dan kehidupannya bermakna (Stone, 2012, hal. 1573). Oleh karena itu, dark tourism tidak
hanya mampu memberikan lokasi yang menghubungkan antara yang telah mati dengan yang
masih hidup, namun juga memberikan ruang bagi para pengunjung untuk dapat merenungkan
makna kematian (Stone, 2012, hal. 1582).
28%
28% 13%
11%
5% 5%
3% 2%
5%
Tujuan Berkunjung ke Kota Kesennuma Memberikan bantuan finansial
Melihat langsung lokasi bencana
Sukarelawan
MenikmaF makanan
Mengunjungi tempat terkenal
Mengunjungi teman/saudara
BerparFsipasi dalam kegiatan
Pekerjaan
Lainnya
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Berdasarkan rangkaian dark tourism sebagai mediator mortalitas yang dikemukakan
Stone (2012, 1576-1581), dapat dikatakan bahwa hal yang terdekat dengan pengunjung dalam
memaknai dark tourism di kota Kesennuma adalah narasi, hiburan dan edukasi. Hal ini
dikarenakan pengunjung tidak mengalami langsung bencana 3.11 sehingga ingatan dan kengerian
mengenai bencana yang dirasakan tidaklah sedalam yang dirasakan oleh penduduk kota
Kesennuma. Walaupun demikian, bukan berarti hal lainnya seperti instruksi moral tidak dapat
dirasakan oleh pengunjung. Di satu sisi, meskipun dark tourism di kota Kesennuma
memungkinkan pengunjung terhubung dengan kematian, namun bukan berarti berlaku juga
kepada penduduk kota Kesennuma itu sendiri dilihat dari kasus Kyotokumaru 18.
Kyotokumaru 18 merupakan sebuah kapal nelayan seberat 330 ton dengan panjang sekitar
60 meter. Pemilik kapal adalah perusahaan penangkapan ikan, Gisuke Gyogyou (儀助漁業),
yang berasal dari Fukushima. Setelah terdampar ke daratan akibat terjangan tsunami, kapal ini
kemudian sering dikunjungi baik warga maupun wisatawan yang memiliki keingintahuan tentang
bencana 3/11. Dokumenter NHK mengenai dark tourism pasca bencana mengatakan bahwa
dalam sehari sekitar 500 orang mengunjungi Kyotokumaru 18 (Takakura, 2013). Salah satu
buktinya dapat dilihat dengan kehadiran bis wisata yang mengantar pengunjung ke lokasi kapal
ini terdampar seperti di gambar 4.12. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim WAVOC dan
telah disebut pada subbab 4.2, Kyotokumaru 18 menjadi objek wisata kedua paling dikunjungi
oleh para wisatawan yang datang ke kota Kesennuma (WAVOC, 2012).
Gambar 3 Kyotokumaru 18
Perubahan Kyotokumaru 18 dari kapal nelayan biasa menjadi sebuah objek pariwisata
dark tourism dapat dibahas dengan teori milik Stone (2010, hal. 15) mengenai karakteristik lokasi
kematian menjadi wisata. Kyotokumaru 18 merupakan objek pariwisata yang sebetulnya tidak
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
disengaja keberadaannya. Keunikannya sebagai salah satu bukti terjadinya bencana 3.11
menimbulkan ketertarikan bagi para pengunjung. Keberadaan kapal tersebut juga dipublikasikan
oleh berbagai media massa seperti dalam salah satu episode serial dokumenter TOMORROW
dari NHK mengenai kondisi pasca bencana 3.11 dengan judul Tourism that shares story.
Di lokasi Kyotokumaru 18 terdapat persembahan bungan yang diletakkan warga sekitar
dan para pengunjung serta papan pengumuman yang bertuliskan:
当市においては、東日本大震災において甚大なる被害が発生しました。
ここはその中心となる場所の一つです。写真撮影等にあたっては犠牲者
や被害者へのご配慮をお願いいたします。
“Di kota ini terjadi bencana besar Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Di sinilah
salah satu lokasi pusatnya. Mohon pikirkan tentang para korban saat ingin
mengambil foto.”
Pengumuman tersebut menjadi pengingat sekaligus peringatan bagi para
pengunjung yang merupakan konsumen dark tourism bahwa bencana 3/11
meninggalkan luka mendalam kepada penduduk kota Kesennuma (foto di lampiran 7).
Keberadaan para pengunjung kurang disambut oleh warga kota Kesennuma yang merasa
bahwa keberadaan kapal justru membuat kenangan buruk ketika bencana muncul kembali. Akan
tetapi, pemerintah kota Kesennuma memiliki keinginan untuk mengkonservasi kapal itu sebagai
pengingat bencana. Perusahaan pemilik kapal menyatakan sepakat untuk menyingkirkan
Kyotokumaru 18 setelah muncul penolakan dari masyarakat (The Japan Times, 2013).
Berdasarkan pro dan kontra yang muncul di kalangan masyarakat, pemerintah kota akhirnya
mengadakan survei tentang keberadaan Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Gambar 4 Hasil Survei mengenai Konservasi Kyotokumaru 18
Survei dilakukan pemerintah kota Kesennuma sejak tanggal 1 Juli 2013 hingga 15 Juli
2015 kepada 65.138 warga yang berusia 16 tahun ke atas. Dari hasil survei tersebut didapat
bahwa 68,3% responden menginginkan Kyotokumaru 18 untuk tidak dikonservasi dengan
beberapa alasan berikut:
a. Membangkitkan kembali kenangan bencana yang tidak menyenangkan;
b. Merupakan sumber kemarahan masyarakat sekitar;
c. Biaya manajemen dan perawatan dari negara yang tidak transparan serta rawan
diselewengkan;
d. Prioritas seharusnya pada rekonstruksi pasca bencana terutama membangun kembali
perumahan serta industri;
e. Pemilik kapal telah menyatakan akan membongkar kapal tersebut;
f. Penjelasan kepada masyarakat terkait konservasi kapal masih belum cukup.
Sebagai objek pariwisata dark tourism, Kyotokumaru 18 adalah mediator kematian bagi para
pengunjung dan juga masyarakat kota Kesennuma. Stone (2012), menyatakan bahwa mediator ini
melalui serangkaian narasi, edukasi, hiburan, menghantui ingatan, memorialisation, instruksi
moral, serta memento mori.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Narasi Kyotokumaru 18 adalah rangkaian peristiwa bencana 3/11 yang membawa
kehancuran tidak hanya di kota Kesennuma, tapi di berbagai wilayah lainnya. Pemahaman
mengenai narasi bencana menjadi edukasi bagi para pengunjung dan juga masyarakat. Sulit untuk
mengatakan bahwa kunjungan ke lokasi Kyotokumaru 18 menjadi semacam ‘hiburan’.
Masyarakat sekitar tidak menyukainya karena keberadaan kapal itu menghantui ingatan mereka.
Memorialisation atau secara sederhana upaya mengingat memungkinkan dark tourism terwujud.
Terkait dengan Kyotokumaru 18, tahapan memorialisation sangatlah sulit bagi masyarakat kota
Kesennuma karena kejadian tersebut sangat menyakitkan. Oleh karena itu, masyarakat akhirnya
lebih memilih untuk menghancurkan Kyotokumaru 18.
Kyotokumaru 18, sebagai objek wisata dark tourism, dapat menjadi mediator kematian
bagi pengunjung dan juga masyarakat sekitar. Akan tetapi, pilihan masyarakat untuk
menyingkirkan kapal tersebut menunjukkan bahwa dalam kasus Kyotokumaru 18 hal itu tidak
dapat terjadi. Meskipun demikian, kota Kesennuma sendiri sesungguhnya telah menjadi lokasi
dark tourism karena hampir seluruh wilayah kota menjadi korban bencana 3/11. Penyingkiran
Kyotokumaru 18 hanya menghilangkan sebuah simbol, namun tidak menghilangkan kenangan
akan bencana. Oleh karena itu meskipun Kyotokumaru 18 dihilangkan, kenangan terhadap
bencana dapat terus berlanjut dan diingat terutama oleh generasi saat ini dan diteruskan kepada
generasi berikutnya sebagai sejarah.
Penolakan pada Kyotokumaru 18 berbeda dengan objek wisata dark tourism lainnya di
Jepang yang terkenal yaitu Monumen Perdamaian Hiroshima, sebuah bangunan yang pada
awalnya digunakan sebagai Gedung Pameran Produk Industri Prefektur Hiroshima. Gedung
tersebut selamat dari bom atom ketika kota Hiroshima serta kota Nagasaki dibom pada saat
Perang Dunia kedua. Pada awalnya sempat terjadi pertentangan antara dipertahankan dan
dihancurkan dan selama bertahun-tahun bangunan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa perawatan
tanpa menghasilkan kepastian hingga gerakan dari masyarakat untuk mempertahankan bangunan
tersebut menguat. Bangunan tersebut akhirnya dilestarikan dan ditetapkan sebagai Monumen
Perdamaian Hiroshima di tahun 1966 dan kini telah menjadi salah satu Situs Warisan Dunia
UNESCO (Hiroshima City, 2010).
Pada kasus Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma, penyingkiran kapal dapat dikatakan
sebagai penghilangan suatu potensi. Akan tetapi, hilangnya Kyotokumaru 18 tidak membuat dark
tourism di kota Kesennuma hilang sepenuhnya. Kota Kesennuma sendiri kini adalah lokasi dark
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
tourism sebagai kota yang secara langsung menjadi korban bencana 3/11 sehingga memiliki
potensi untuk dikembangkan seiring dengan proses revitalisasi pasca bencana berjalan. WAVOC,
sehubungan dengan hal itu dan berdasarkan hasil surveinya, menyarankan untuk memanfaatkan
makanan, alam dan juga proses revitalisasi kota yang merupakan hal-hal unggulan kota
Kesennuma untuk menarik wisatawan (WAVOC, 2012).
Ada kekhawatiran tentang berkurangnya jumlah wisatawan karena hilangnya kapal
Kyotokumaru 18 yang merupakan lokasi paling dikunjungi kedua di kota Kesennuma. Hal ini
disampaikan salah satunya oleh artikel berita dari The Japan Times dengan judul “Tohoku finding
real recovery hard to come by” (Tohoku menemukan bahwa pemulihan yang sesungguhnya sulit
dicapai) (Yoshida, 2014). Dalam artikel yang dimuat tanggal 5 Maret 2014 itu disebut bahwa
Onodera, seorang penjual makanan kering di tempat sementara pada daerah Shishiori,
mengatakan bahwa jumlah pengunjung berkurang secara drastis semenjak Kyotokumaru 18
dihancurkan. Pada tahun 2012 ketika Onodera pertama kali membuka tokonya, ia selalu sibuk
karena baik wisatawan maupun penduduk lokal selalu mampir. Akan tetapi, sekarang ini hanya
sedikit yang datang ke tokonya. Meskipun terdapat kekhawatiran tentang turunnya jumlah
wisatawan, namun belum adanya data pasca penghancuran Kyotokumaru 18 pada saat penelitian
ini berlangsung membuat kita hanya dapat memperkirakan efeknya.
5. KESIMPULAN
Walaupun kerusakan dan bahaya pasca 3/11 masih menghantui Jepang, terdapat sebuah
potensi yang justru muncul di tengah upaya revitalisasi. Potensi tersebut salah satunya dalam
bidang pariwisata dengan dark tourism. Pada kota Kesennuma yang diluluhlantakkan oleh gempa
dan tsunami, terdapat pengunjung yang datang untuk melihat lokasi-lokasi bencana di kota
Kesennuma seperti lokasi terdamparnya kapal Kyotokumaru 18 dan juga memberikan bantuan
baik melalui finansial maupun kegiatan sukarelawan.
Melalui kunjungan ke lokasi dark tourism, pengunjung dan juga masyarakat sekitar dapat
menghubungkan diri masing-masing dengan bencana berdasarkan fungsi lokasi dark tourism
yang memediasi kematian kepada konsumennya. Oleh karena itu pengunjung dan masyarakat
dapat memaknai lokasi seperti dark tourism sebagai penghubung kepada tragedi yang telah
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
terjadi dan mengambil pelajaran demi kebaikan hidup ke depannya. Akan tetapi, kemungkinan
tersebut mendapat tantangan dengan keinginan dari masyarakat untuk menghancurkan
Kyotokumaru 18.
Penghancuran Kyotokumaru 18 pasca survey pemerintah kota menunjukkan sikap
masyarakat kota Kesennuma yang menolak lokasi dark tourism. Alasan dari penolakan tercermin
dalam jawaban survei yaitu kenangan pahit yang muncul setiap kali melihat kapal tersebut. Pada
akhirnya penolakan dan juga penghancuran Kyotokumaru 18 pada bulan Oktober 2013
menunjukkan bahwa meskipun Kyotokumaru 18 sebagai simbol bencana 3.11 dan lokasi dark
tourism di kota Kesennuma dapat menjadi mediator kematian, namun hal tersebut tidak terjadi.
Daftar Referensi
Hiroshima City. Genpatsu Doomu ni tsuite Manabou. 2010. http://www.city.hiroshima.lg.jp/toshiseibi/dome/learning/preservation.html (accessed April 15, 2014).
Ide, Akira. "Higashi Nihon Daishinsai ni okeru Touhoku Chiiki no Fukkou to Kankou ni tsuite: Inobeeshon to Daaku Tsuurizumu wo Tegakarini." Unyuu to Keizai 72, no. 1 (Januari 2012): 24-33.
National Police Agency of Japan. Damage Situation and Police Countermeasures associated with 2011 Tohoku District - Off the Pacific Ocean Earthquake. National Police Agency of Japan, 2014.
Port and Airport Research Institute. Executive Summary of Urgent Field Survey of Earthquake and Tsunami Disasters by the 2011 off the Pacific Coast of Tohoku Earthquake. Yokosuka: Port and Airport Research Institute, 2011.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitati dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Sharpley, Richard. "Shedding Light on Dark Tourism: An Introduction." In The Darker Side of Travel: Theory and Practice of Dark Tourism, edited by Richard Sharpley and Phillip Stone, 1-22. Bristol: Channel View, 2009.
Stone, Phillip R. "Dark Tourism and Significant Other Death." Annals of Tourism Research 39, no. 3 (2012): 1565-1587.
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014
Stone, Phillip R. "Dark Tourism and Significant Other Death: Towards a Model of Mortality Mediation." Annals of Tourism Research 39, no. 3 (2012): 1565-1587.
—. "Death, Dying and Dark Tourism in Contemporary Society: A Theoretical and Empirical Analysis." University of Central Lancashire, Oktober 2010.
Stone, Phillip R., and Richard Sharpley. "Consuming Dark Tourism: A Thanatological Perspective." Annals of Tourism Research 35, no. 2 (2008): 574-595.
TOMORROW: Tourism that Shares a Story. Directed by Tenji Takakura. Produced by Mayu Hirano. 2013.
The Japan Times. Ship beached by 3/11 tsunami to be dismantled. Agustus 15, 2013. http://www.japantimes.co.jp/news/2013/08/05/national/ship-beached-by-311-tsunami-to-be-dismantled/#.U3VdaPmSx8M (accessed Mei 16, 2014).
United States Geological Survey. Magnitude 9.0 - NEAR THE EAST COAST OF HONSHU, JAPAN: Earthquake Summary. Juli 23, 2013. http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqinthenews/2011/usc0001xgp/#summary (accessed Mei 30, 2014).
WAVOC. "Kesennuma City." 気仙沼観光アンケート報告. 11 28, 2012. http://www.city.kesennuma.lg.jp/www/contents/1357600437049/files/01.pdf (accessed April 19, 2014).
Yoshida, Reiji. Tohoku finding real recovery hard to come by. Maret 5, 2014. http://www.japantimes.co.jp/news/2014/03/05/national/for-kesennuma-real-recovery-may-never-come/#.U2o82vmSx8N (accessed April 9, 2014).
Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014