dari internet.doc

download dari internet.doc

of 12

description

gkjggggggjvjhvjhgfivkhfse5atxjhvljhouydrstzcjvjbgkjggggggjvjhvjhgfivkhfse5atxjhvljhouydrstzcjvjbgkjggggggjvjhvjhgfivkhfse5atxjhvljhouydrstzcjvjb

Transcript of dari internet.doc

Asuhan Keperawatan (Askep) Striktur Uretra

Penulis : Wilian Adi Nata on Sunday, February 17, 2013 | 2:32 AM

2.1DefinisiStriktur urethra adalah penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi (long,1996).Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338)Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra.(UPF Ilmu Bedah, 1994).Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan kontraksi.(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468) Gambar 2.1: Striktur uretra yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat Gambar 2.2: Striktur uretra yang dikarenakan berbagai penyebab2.2EtiologiMenurutC. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468dan C. Long , Barbara;1996 hal 338striktur uretra dapat terjadi secara:a.KongenitalStriktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali saluran kemih yang lain.b.Didapat.1.Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi).2.Cedera akibat peregangan.3.Cedera akibat kecelakaan.4.Uretritis gonorheal yang tidak ditangani.5.Infeksi.6.Spasmus otot. 7.Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor.2.3PatofisiologiPada keadaan ini, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat hingga sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Otot kandung kemih semula menenbal sehingga terjadi trabekulasi pada fase komoensasi, kemudian timbul sakulasi (penonjolan mukosa masih di dalam otot) dan divertikel (menonjol keluar) pada fase dekompensasi.Pada fase ini timbul residu urine yang memudahkan terjadinya infeksi. Tekanan di dalam kandung kemih yang tinggi akan menyebabkan refluks sehingga urin masuk kembali ke ureter, bahkan sampai masuk ke ginjal. Infeksi dan refluks dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik yang kemudian menyebabkan gagal ginjal.(Masjoer, arif. 2000. Hal 336) Pathway2.4Manifestasi klinisMenurutC. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468tanda dan gejala dari striktur uretra adalah:a.Kekuatan pancaran dan jumlah urinberkurang.b.Gejala infeksi.c.Retensi urinarius.d.Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis.MenurutBasuki B. Purnomo; 2000 hal 126derajat penyempitan uretraterbagi menjadi:a.Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.b.Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.c.Berat: oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal denganspongiofibrosis.2.5PenatalaksanaanMenurutBasuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal672penatalaksanaan dari striktur adalah:a.Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangankateterb.Medika mentosa1)Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.2)Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.c.Pembedahan1)Sistostomi suprapubis2)Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.3)Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam bulibuli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.4)Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.2.6Pemeriksaan penunjangMenurutBasuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal672pemeriksaan penunjang dari striktur uretra adalah:a.Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.b.Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.c.BUN/kreatin: meningkatd.Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.e.Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksif. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretraKonsep Asuhan Keperawatan3.1PengkajianA.IdentitasNama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, no. MRS, diagnose medis.B.Riwayat kesehatan1.Keluhan utama: biasanya klien mengeluh pancaran urin berkurang2.Riwayat penyakit sekarang: bisanyanya kekuatan pancaran dan jumlah urinberkurang, adanya gejala infeksi, dan adanya retensi urin.3.Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien mengalami mengalami DM, kecelakaan, pernah mengalami pembedahan, dan pernah mengalami infeksi.4.Riwayat penyakit keluarga: biasanya ada keluarga yang mengalami DM.5.Riwayat lingkungan: biasanhya klien tinggal di lingkungan yang kurang bersih atau kumuh yang dapat menyebabkan infeksi.C.Pemeriksaan fisik1.TTVTD: biasanya>120/80 mmHgRR: biasanya normal.N: biasanya >100 x/menitS: biasanya >37,5OC2.Kepala dan leher: biasanya tidak ada kelainan.3.Thoraks: biasanya tidak ada kelainan.4.Abdomen: biasanya tidak ada kelainan.5.Genitalia: biasanya terjadi tanda dan gejala infeksi, retensi urin, pancaran dan jumlah urin berkurang.6.Ekstremitas: biasanya tidak ada kelainan.D.Pola fungsi kesehatan1.Pola aktivitas: biasanya klien mengalami penurunan aktivitas.2.Pola nutrisi: biasanya tidak ada masalah.3.Pola eliminasi: biasanya frekuensi BAK klien menurun akibat striktur uretra.4.Pola istirahat: biasanya tergangg karena nyeri.3.2DiagnosaPre operasi1.Perubahan pola eliminasi b.d jumlah urin berkurang.2.Gangg. Rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan vesika urinaria.Post operasi1.Perubahan pola eliminasi perkemihan b.dsitostomi suprapubik.2.Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapubik, insisi bedah sitostomi suprapubik.4.1Rencana keperawatanDiagnosa: Perubahan pola eliminasi b.d jumlah urin berkurang.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam eliminasi urine normal dan tidak terjadi retensi urine.KH:a.Klien akan berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi.b.Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih.c. Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.

IntervensiRasional

1.Pemantauan output urine dan karateristik.

2.Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam.

3.Mempertahankan kepatenan dauer kateter dengan irigasi.

4.Mengusahakan intake cairan (2500 3000).

5.Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola eliminasi BAK1.Mendeteksi gangguan pola eliminasi BAK secara dini.

2.Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine.

3.Mencegah bekuan darah menyumbat kateter.

4.Melancarkan aliran urine.

5.Mendeteksi dini gangguan pola eliminasi BAK.

ASKEP STRIKTUR URETRA

A.PengertianStriktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal 338)Striktur Uretra adalah Penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra sebagai akibat dari pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada uretra dan/ atau pada daerah peri uretra.Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.B.EtiologiStriktur uretra dapat terjadi secara: 1.KongenitalStriktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali saluran kemih yang lain. 2.Didapat.Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)Cedera akibat pereganganCedera akibat kecelakaanUretritis gonorheal yang tidak ditanganiSpasmus ototTekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 dan C. Long , Barbara;1996 hal 338)3.Post operasiBeberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.4.InfeksiMerupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.C.PatofisiologiStruktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula.Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.D.Manifestasi KlinisKekuatan pancaran dan jumlah urin berkurangGejala infeksiRetensi urinariusAdanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)Derajat penyempitan uretra:Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.Berat: oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal denganspongiofibrosis.(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 )E.Penatalaksanaan1.Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter2.Medika mentosaAnalgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.3.PembedahanSistostomi suprapubisBusinasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam bulibuli jika striktur belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)4.PencegahanElemen penting dalam pencegahan adalah menangani infeksi uretral dengan tepat. Pemakaian kateter uretral untuk drainase dalam waktu lama harus dihindari dan perawatan menyeluruh harus dilakukan pada setiap jenis alat uretral termasuk kateter.(C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)F.Pemeriksaan Penunjang1.Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.2.Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.3.BUN/kreatin: meningkat4.Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.5.Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi6.Uretroskopi: Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRAA.Pengkajian1.Sirkulasi Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)2.EliminasiGejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemihTanda: adanya masa/sumbatan pada uretra3.Makanan dan cairanGejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan4.Nyeri/kenyamananNyeri suprapubik(Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)B.Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan pada pasien striktur uretra post op adalah sebagai berikut :1.Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi.2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi.3.Resiko volume cairan berlebih berhubungan dengan larutan irigasi kandung kemih diabsorbsi.4.Resiko infeksi, hemoragi berhubungan dengan pembedahan.5.Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter setelah bedah.6.Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur).7.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi.C.Intervensi Keperawatan1.Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan post op cystostomi.Tujuan: Tidak terjadi gangguan pola eliminasi BAKIntervensi keperawatan:a.Pemantauan output urine dan karateristik.Rasional : Mendeteksi gangguan pola eliminasi BAK secara dini.b.Mempertahankan irigasi kemih yang konstan selama 24 jam.Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat aliran urine.c.Mempertahankan kepatenan dauer kateter dengan irigasi.Rasional : Mencegah bekuan darah menyumbat kateter.d.Mengusahakan intake cairan (2500 3000).Rasional : Melancarkan aliran urine.e.Setelah kateter diangkat, terus memantau gejala-gejala gangguan pola eliminasi BAKRasional : Mendeteksi dini gangguan pola eliminasi BAK.2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan post op cystostomi.Tujuan: Pasien mengatakan perasaannya lebih nyaman.Intervensi keperawatan:a.Penyuluhan kepada pasien agar tidak berkemih ke seputar kateter.Rasional : Mengurangi kemungkinan spasmus.b.Pemantauan pasien pada interval yang teratur selama 24 jam, untuk mengenal gejala-gejala dini spasmus kandung kemih.Rasional : Menentukan terdapatnya spasmus kandung kemih sehingga obat-obatan bisa diberikan.c.Memberikan obat-obatan yang dipesankan (analgetik, antispasmodik).Rasional : Gejala menghilang.d.Katakan pada pasien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 jam sampai 28 jam.Rasional : Memberitahu pasien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.3.Resiko volume cairan berlebihan berhubungan dengan larutan irigasi kandung kemih diabsorbsi.Tujuan: Gejala gejala dini intoksikasi air secara dini dikenal.Intervensi keperawatan:a.Pemantauan pasien mengenai gejala-gejala keracunan air dalam 24 jam pertama : bingung, agitasi, kulit hangat, lembab, anoreksia, mual dan muntah.Rasional : Deteksi dini kemungkinan pengobatan dini.4.Resiko infeksi, hemoragi dengan pembedahan.Tujuan: Tidak terjadi infeksi, perdarahan minim.Intervensi keperawatana.Pemantauan tanda-tanda vital, melaporkan gejala-gejala shock dan demam.Rasional : Mencegah sebelum terjadi shock.b.Pemantauan warna urine darah merah segar bukan merah tua beberapa jam setelah bedah baru.Rasional : Warna urine berubah dari merah segar menjadi merah tua pada hari ke 2 dan ke 3 setelah operasi.c.Penyuluhan kepada pasien agar mencegah manuver valsava.Rasional : Dapat mengiritasi, perdarahan prostat pada periode dini pasca bedah akibat tekanan.d.Mencegah pemakaian termometer rectal, pemeriksaan rectal atau huknah sekurang-kurangnya 1 minggu.Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan.e.Mempertahankan teknik aseptik dari sistem drainase urine, irigasi bila perlu saja.Rasional : Meminimalkan resiko masuknya kuman yang bisa menyebabkan infeksi.f.Mengusahakan intake yang banyak.Rasional : Dapat menurunkan resiko infeksi.5.Inkontinen, stress atau mendesak berhubungan dengan pengangkatan kateter setelah bedah.Tujuan: Pasien dapat mengendalikan berkemih.Intervensi keperawatan:a.Pengkajian terjadi tetesan urine setelah kateter diangkat.Rasional : Mendeteksi kontinen.b.Katakan kepada pasien bahwa itu biasa dan kontinen akan pulih.Rasional : Pasien harus dibesarkan harapannya bahwa ia itu normal.c.Penyuluhan latihan-latihan perineal.Rasional : Bantuan untuk mengendalikan kandung kemih.6.Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan penyakitnya (striktur).Tujuan: Fungsi seksual dapat dipertahankan.Intervensi keperawatan:a.Memberi intervensi kepada pasien bahwa dalam berhubungan seksual, pengeluaran sperma akan melalui lumen buatan..Rasional : Klien mengatakan perubahan fungsi seksual.b.Memberikan informasi menurut kebutuhan. Kemungkinan kembali tingkat fungsi seperti semula. Kejadian ejakulasi retrograde (air kemih seperti susu). Mencegah hubungan seksual 3 sampai 4 minggu setelah operasi.Rasional : Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas, dan berdampak disfungsi seksual.7.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasiTujuan:Pasien menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat jalan.Intervensi keperawatana.Penyuluhan kepada pasien. Mencegah aktivitas berat 3 sampai 4 minggu setelah operasi.Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan.b.Mencegah mengedan waktu BAB selama 4 sampai 6 minggu, memakai pelunak tinja laksatif sesuai kebutuhan.Rasional : Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi kebutuhan untuk mengedan waktu BABc.Anjurkan minum sekurang-kurangnya 2500 sampai 3000 ml/hari.Rasional : Dengan pemberian minum yang banyak maka klien akan BAK dan tidak terjadi penyumbatan.D.Implementasi KeperawatanPelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang direncanakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal : Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar praktek dan sumber-sumber yang ada. Mengidentifikasi respon klien. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kebutuhan klien. Dasar dari tindakan. Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri. Sumber-sumber dari instansi.E.Evaluasi keperawatanEvaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan. Adapun evaluasi klien dengan post op striktur uretra yang dipasangi kateter tetap dilakukan berdasarkan kriteria tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria tujuan perawatan yang diberikan