DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL … BI No.5-2015... · sedang melakukan pengembangan...
Transcript of DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL … BI No.5-2015... · sedang melakukan pengembangan...
WORKING PAPER
DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP SPREAD SUKU BUNGA
BANK MENGGUNAKAN ACCOUNTING- BASED ANALYSIS
Ndari Surhaningsih
Tevy Chawwa
Reni Indriani
Juni, 2015
WP/5/2015
Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis
dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.
1
DAMPAK PENINGKATAN ATURAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP SPREAD SUKU BUNGA BANK MENGGUNAKAN
ACCOUNTING-BASED ANALYSIS
Ndari Surjaningsih 1, Tevy Chawwa2, Reni Indriani3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan estimasi awal dampak perubahan kebijakan kecukupan modal terhadap spread suku bunga bank
dengan pendekatan simulasi berbasis hubungan akuntansi pada neraca dan laporan laba rugi sebuah representative bank. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1 persen peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) dapat di-cover dengan menaikkan spread suku bunga sebesar 6 basis point (bps). Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa return on equity (ROE) dan biaya pinjaman bank tidak berubah serta tidak terdapat
perubahan dalam total aset dan biaya nonoperasional bank. Jika ROE dan biaya pinjaman diasumsikan berubah, dampak terhadap spread suku bunga akan menjadi lebih kecil. Dengan menggunakan metode yang sama untuk representative bank berdasarkan BUKU, diperoleh bahwa BUKU 1 memerlukan kenaikan lending spread yang paling kecil (1 bps), sementara BUKU 4 memerlukan kenaikan lending spread paling besar (32 bps). Faktor yang mempengaruhi perbedaan dampak peningkatan aturan kecukupan modal ini adalah ROE bank saat ini. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula kenaikan spread suku bunga yang diperlukan.
Key word : banks, regulation, Basel III, capital, liquidity, lending
spreads
JEL Classification : G21; G28; E51
1 dan 2: Peneliti Ekonomi Senior dan Peneliti Ekonomi di Grup Riset dan Pengaturan
Makroprudensial (GRMP), Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank
Indonesia. Pendapat dalam paper ini merupakan pendapat penulis dan bukan merupakan
pendapat resmi DKMP atau Bank Indonesia. E-mail: ndari @bi.go.id dan [email protected].
3 Asisten Peneliti Grup Riset dan Pengaturan Makroprudensial (GRMP), Departemen
Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank Indonesia.
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Direktorat Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia saat ini
sedang melakukan pengembangan model untuk menjelaskan keterkaitan antara
variabel makroekonomi dan variabel perbankan berdasarkan data individual bank
dengan nama Financial Macroeconometric Model Bank Indonesia (FMM BI). Model
tersebut memetakan hubungan dan mengestimasi berbagai variabel perbankan,
termasuk di antaranya adalah suku bunga kredit. Dalam penelitian
pengembangan FMM BI tahap 1 tahun 2014 lalu telah dilakukan estimasi suku
bunga kredit dengan variabel penjelas yang terdiri atas biaya dana (suku bunga
deposito) dan risiko kredit (rasio NPL). Dalam perkembangannya beberapa literatur
menyebutkan adanya keterkaitan aturan kecukupan modal dari regulator dengan
suku bunga perbankan. Pada tahun ini akan dilakukan penyempurnaan
framework FMM yang antara lain termasuk review terhadap persamaan suku
bunga kredit dengan mempertimbangkan penambahan aturan kecukupan modal
sebagai variabel penjelas. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menjadi
studi awal guna menunjang review persamaan tersebut.
Latar belakang lain yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pascakrisis
keuangan global Komite Basel terus melakukan penyempurnaan untuk
memperkuat aspek permodalan bank. Permodalan menjadi aspek penting karena
modal berfungsi sebagai penyerap (cushion) jika bank mengalami kerugian. Admati
et al. dalam Swamy (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi modal, semakin
rendah leverage dan risiko kebangkrutan bank. Beberapa kebijakan permodalan
yang akan diterapkan adalah kebijakan capital surcharge bagi Domestic
Systemically Important Banks (DSIBs), countercyclical capital buffer (CCB), dan
conservation buffer. Berbagai kebijakan permodalan tersebut akan diterapkan pada
perbankan Indonesia secara bertahap mulai tahun 2016.
Dalam setiap penerapan kebijakan permodalan, terdapat beberapa
perdebatan mengenai dampak dari kebijakan tersebut terhadap profitabilitas
perbankan. Peningkatan kuantitas modal perbankan akan meningkatkan cost of
capital (BIS dan Angelini et al, dalam Swamy, 2014) yang selanjutnya akan
meningkatkan rata-rata biaya modal tertimbang. Kenaikan biaya itu kemudian
akan disalurkan terhadap peminjam dalam bentuk kenaikan suku bunga kredit.
3
Dengan adanya hubungan tersebut, penting bagi regulator untuk mengetahui
seberapa besar dampak perubahan kebijakan modal terhadap interest income bank
dan seberapa besar peningkatan spread suku bunga bank yang mungkin terjadi.
Oleh karena itu, penelitian ini juga merupakan langkah awal untuk melihat
perilaku bank dalam menghadapi perubahan kebijakan permodalan, khususnya
terkait dengan perubahan suku bunga.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini ialah mengestimasi dampak perubahan
kebijakan permodalan terhadap profitabilitas sektor perbankan Indonesia,
terutama terhadap spread suku bunga bank. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan masukan dalam penyempurnaan kerangka kerja (framework) FMM
yang sedang dikembangkan.
1.3 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dari simplifikasi asumsi dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut.
(1) Penelitian ini berasumsi bahwa kenaikan biaya akibat modal ditransmisikan
kepada nasabah melalui kenaikan suku bunga kredit. Dalam kenyataannya,
bank memiliki pilihan strategi lain, seperti menurunkan suku bunga dana,
melakukan realokasi aset, menurunkan biaya operasional, dll.
(2) Hasil estimasi tidak didasarkan pada proses optimisasi dalam kondisi general
equilibrium.
(3) Penelitian ini berasumsi bahwa neraca dan laba rugi dari representative bank
adalah pada kondisi steady state dan tidak mempertimbangkan periode transisi
dalam memenuhi peningkatan ketentuan modal.
(4) Penelitian ini berasumsi bahwa bank akan mempertahankan besaran buffer
selisih CAR dengan ketentuan modal sehingga meskipun saat ini posisi CAR
telah berada di atas ketentuan, kenaikan ketentuan modal akan membuat
bank tetap meningkatkan modalnya.
Dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran awal mengenai respons bank terhadap perubahan
ketentuan modal dengan pendekatan yang practical but acceptable.
4
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dalam empat bagian. Bagian pertama membahas latar
belakang, tujuan, dan keterbatasan penelitian. Bagian kedua menjelaskan
beberapa studi literatur serta penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan
penelitian. Bagian ketiga membahas metodologi serta berbagai persamaan
akuntasi yang digunakan dalam melakukan estimasi dampak perubahan
ketentuan modal terhadap spread suku bunga. Selanjutnya pada bagian keempat
akan dipaparkan gambaran umum perkembangan industri perbankan Indonesia
saat ini serta hasil pengolahan data. Bagian kelima berupa simpulan dan saran.
5
II. STUDI LITERATUR
Literatur dasar yang umum digunakan sebagai dasar penelitian mengenai
dampak biaya modal (cost of capital) terhadap keuangan perusahaan adalah
penelitian Modigliani Miller (1958). Dalam penelitiannya, Modigliani menyatakan
bahwa dalam kondisi pasar modal yang sempurna, yang ditandai dengan (i) tidak
ada biaya transaksi; (ii) tidak ada pengenaan pajak; (iii) tidak ada asymmetric
information; dan (iv) tidak ada possibility to default, nilai dan cost of fund
perusahaan tidak dipengaruhi oleh komposisi utang dan modal dalam pembiayaan
perusahaan. Dalam kenyataannya dengan adanya pajak, biaya modal menjadi
lebih tinggi daripada utang (R equity > R debt). Hal itu disebabkan pembayaran
bunga utang merupakan faktor biaya yang akan mengurangi besaran laba
perusahaan yang kena pajak. Namun, utang yang terlalu tinggi akan berpengaruh
pada peningkatan risiko. Oleh karena itu, perusahaan akan mencoba mendekati
kombinasi utang dan modal yang optimal bagi perusahaan.
Perbankan sebagai suatu perusahaan juga melakukan kombinasi sumber
pendanaan dari modal dan utang. Berbeda dengan perusahaan lainnya, terdapat
aturan bagi bank mengenai jumlah minimum modal bank untuk menjaga
kelangsungan kegiatan bank secara prudent. Kecukupan modal perbankan secara
internasional diatur oleh Basel Accords yang diterbitkan oleh Basel Committee on
Banking Supervision. Terjadi beberapa perubahan aturan kecukupan modal, yaitu
Basel I (sejak 1988), Basel II (sejak 2001), dan yang terbaru adalah Basel III (sejak
krisis 2008, tetapi dilaksanakan secara bertahap pada tahun 2013–2019). Sesuai
dengan Basel III, bank wajib meningkatkan modal agar lebih tahan dalam kondisi
krisis. Terdapat 3 jenis tambahan modal yang akan diterapkan, yaitu Capital
Surcharge D-SIBs, Countercyclical Capital Buffer, dan Conservation Buffer.
Perubahan ketentuan Basel III tersebut diakomodasi dalam PBI 15/12/PBI/2013,
yaitu sebagai berikut.
6
Sumber: Bahan Sosialisasi PBI 15/12/PBI/2013 Departemen Penelitian dan
Pengaturan Perbankan, OJK.
Gambar 1. Perubahan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
Terdapat beberapa penelitian mengenai implikasi kebijakan peningkatan
jumlah modal sesuai dengan Basel III terhadap penetapan suku bunga kredit bank.
Elliot (2010) dalam Swamy (2014) menggunakan accounting-based analysis untuk
mengestimasi seberapa besar suku bunga kredit akan meningkat jika bank
diminta untuk meningkatkan equity-nya. Di dalam modelnya, Elliot
mengasumsikan bahwa bank hanya memegang pinjaman yang didanai oleh equity,
deposito, dan wholesale funding, serta bahwa pendapatan bunga yang diperoleh
dari kredit ditujukan untuk memenuhi target ROE. Penetapan suku bunga kredit
dilakukan untuk memenuhi target ROE setelah menutupi cost of liabilities dan
biaya tetap lain. Dengan menggunakan data FDIC (Federal Deposit Insurance
Corporation) untuk seluruh sistem perbankan Amerika Serikat (AS)—jika rasio
common equity terhadap kredit naik sebesar 2% dan tidak ada perubahan lain—
bank perlu menaikkan lending spreads sebesar 39 bps untuk mempertahankan
target ROE sebesar 15%. Jika target ROE dapat diturunkan menjadi 14,5%,
lending spreads harus naik sebesar 9 bps. Berdasarkan analisis itu, Elliot
menyimpulkan bahwa terdapat suatu kemungkinan sistem perbankan AS dapat
menghadapi kebijakan kenaikan modal dan memastikan bahwa mereka tidak akan
memberikan dampak yang besar terhadap penetapan suku bunga. Kesederhanaan
dan juga intuisi dalam penetapan suku bunga kredit dan alternatif yang mungkin
7
dilakukan bank untuk memenuhi level modal yang lebih tinggi merupakan salah
satu kekuatan dari pendekatan Elliot ini.
Dalam penelitian lain, King (2010) melakukan analisis dampak kebijakan
peningkatan modal terhadap lending spreads di 13 negara OECD. King menyusun
sebuah representasi dari neraca dan laporan laba rugi bank berdasarkan rata-rata
neraca dan laporan laba rugi mereka selama 15 tahun terakhir. Dengan rata-rata
periode yang panjang tersebut, diasumsikan bahwa representasi neraca dan
laporan laba rugi yang digunakan adalah kondisi steady state. Selanjutnya
dilakukan pemetaan bagaimana perubahan struktur pemodalan bank dan
komposisi aset mereka mempengaruhi komponen-komponen net income dengan
menggunakan hubungan akuntansi. Bank diasumsikan akan mentransmisikan
kenaikan biaya akibat peningkatan modal kepada beban bunga yang ditanggung
oleh debitur. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, pendekatan yang
digunakan King relatif sederhana dan dapat menjadi studi awal untuk memahami
perilaku bank terhadap perubahan kebijakan. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa biaya yang timbul dari peningkatan 1% rasio modal dapat di-cover oleh
peningkatan lending spreads sebesar 15bps dengan asumsi ROE dan biaya utang
tidak berubah. Apabila ROE dan biaya utang dimungkinkan untuk turun, dampak
terhadap lending spread akan semakin kecil.
Swamy (2014) mencoba untuk mengimplementasikan metode dalam paper
King untuk perbankan India dan melakukan simulasi terhadap beberapa
kelompok bank. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa 1 persen peningkatan
modal dapat dicover oleh peningkatan lending spreads sebesar 11.4 bps dengan
asumsi tidak ada perubahan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Sejak 2009
belum ada penelitian Bank Indonesia yang melihat dampak peningkatan ketentuan
modal terhadap suku bunga bank. Namun, terdapat beberapa penelitian yang
terkait dengan hubungan modal dengan suku bunga. Dalam penelitiannya
mengenai determinan dari spread suku bunga bank, Purwanto (2009)
menggunakan variabel degree of risk aversion bank yang diproksikan dengan rasio
(𝐶𝐴𝑅 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 − 𝐶𝐴𝑅 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑘𝑎𝑛)/𝐶𝐴𝑅 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑘𝑎𝑛 sebagai salah satu
determinan. Penelitian menggunakan panel data bank Januari 2002–April 2009 ini
menemukan bahwa bank yang memiliki kelebihan CAR yang lebih tinggi akan
memiliki spread suku bunga yang lebih rendah. Penelitian selanjutnya yang terkait
adalah penelitian mengenai transmisi kebijakan moneter yang dilakukan oleh
Dewati et al. (2009). Dengan menggunakan panel data bank Januari 2002–April
8
2009, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa likuiditas dan besar aset
mempengaruhi transmisi BI rate kepada suku bunga kredit, sementara kapitalisasi
bank tidak signifikan dalam mempengaruhi transmisi tersebut. Selanjutnya,
Gunadi, Deriantino, dan Budiman (2011) melakukan penelitian dengan
menggunakan OLS data industri bank September 2000–Maret 2011 dan
menemukan bahwa sensitivitas suku bunga kredit bank terhadap BI rate
dipengaruhi kondisi CAR bank. Apabila CAR bank lebih dari 19,8%, respons
terhadap peningkatan 1% BI rate adalah 0,1%. Sementara itu, apabila CAR bank
kurang dari 19,8%, respons terhadap BI rate lebih tinggi, yaitu 0,22%. Dari
penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa belum ada penelitian yang secara
spesifik menjelaskan dampak perubahan kebijakan ketentuan modal terhadap
spread suku bunga bank.
9
III. METODOLOGI
3.1 Data dan Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi metodologi yang digunakan oleh
King (2010) dan Swamy (2014), yaitu dengan menggunakan hubungan akuntansi
standar di dalam neraca dan laporan laba rugi bank. Komponen-komponen neraca
dan laporan laba rugi telah disesuaikan dengan data perbankan Indonesia. Data
yang digunakan merupakan data neraca keuangan, laporan laba rugi, dan kinerja
perbankan yang bersumber dari LBU dengan periode data tahun 2010–2014
(posisi Desember). Dalam penelitian ini bank syariah tidak diikutsertakan karena
nature dari perbankan syariah tidak berbasis bunga. Berdasarkan data 107 bank
yang ada disusun sebuah neraca dan laporan laba rugi representative bank yang
merupakan rata-rata tertimbang neraca dan laporan laba rugi individual bank
selama 5 tahun terakhir. Adapun bobot yang digunakan dalam penghitungan rata-
rata setiap komponen adalah total aset masing-masing bank. Selain itu, dilakukan
pula penyusunan neraca dan laporan laba rugi representative untuk masing-
masing BUKU bank. Penelitian ini fokus pada kondisi steady state dan tidak
mempertimbangkan periode transisi ketika bank berusaha memenuhi ketentuan
modal baru yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa bank telah
melewati tahap transisi dan telah mampu memenuhi kewajiban kecukupan modal
yang baru.
Dampak dari perubahan kebijakan kecukupan modal akan diestimasi
menggunakan simulasi perubahan komposisi aset dan liabilities serta laba rugi
representative bank. Rasio modal terhadap ATMR dari representative bank
dinaikkan 1 persen (1 pp) sehingga bank akan meningkatkan modalnya.
Selanjutnya, dengan asumsi komposisi aset tidak berubah, kenaikan modal bank
akan menyebabkan jumlah pinjaman bank turun. Hal tersebut menurunkan
jumlah beban bunga pinjaman yang harus dikeluarkan bank dan meningkatkan
net income bank. Di sisi lain terjadi penurunan rasio ROE bank karena net income
tersebut dibagi dengan nilai modal yang lebih tinggi. Apabila bank tidak
mengharapkan adanya penurunan ROE, bank harus mengambil langkah untuk
meningkatkan net income-nya dari aset-aset yang ada. Terdapat beberapa pilihan
yang dapat dilakukan oleh bank, antara lain, mengurangi biaya operasional atau
meningkatkan pendapatan nonbunga. Dalam penelitian ini bank diasumsikan
10
akan menaikan spread suku bunga dengan meningkatkan suku bunga kredit
untuk meng-offset penurunan ROE. Kerangka pikir dari penelitian ini
diilustrasikan dalam skema di bawah ini.
Gambar 2. Kerangka Pikir Dampak Ketentuan Modal terhadap Spread Suku Bunga
Selanjutnya pemetaan hubungan antar komponen neraca bank dan laba rugi
yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan dalam subbab berikut.
3.2 Pemetaan Hubungan Komponen Neraca
Neraca bank yang digunakan dalam penelitian ini disederhanakan menjadi
sebagai berikut.
Tabel 1. Komponen Neraca Bank
Asset Liabilities
Kas dan penempatan di BI Dana Pihak Ketiga
Penempatan di Bank Lain Kewajiban pada bank lain
Surat-surat Berharga Kewajiban pada BI
Kredit Surat berharga yang diterbitkan, spot, dan
derivatif
Asset lainnya Pinjaman
Kewajiban lainnya
Modal
11
a. Aset
Aset bank terdiri atas komponen (i) kas dan penempatan di Bank
Indonesia; (ii) penempatan pada bank lain; (iii) surat berharga yang terdiri atas
tagihan spot dan derivatif, surat berharga, surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo), tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji
dijual kembali (reverse repo); (iv) kredit yang diberikan; dan (v) aset lain yang
terdiri atas tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai
aset keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti
terbengkalai, aset yang diambil alih, rekening tunda, aset antarkantor,
cadangan kerugian penurunan niai aset lain, aset pajak tangguhan, dan rupa-
rupa aset.
𝐴𝑠𝑒𝑡 = 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝐵𝐼 + 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝐿𝑎𝑖𝑛 + 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 +
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 + 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
b. Liabilities:
Total liabilities bank terdiri atas (i) dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri
atas giro, tabungan, dan simpanan berjangka; (ii) kewajiban pada Bank
Indonesia; (iii) surat berharga yang diterbitkan dan spot derivatif yang terdiri
atas kewajiban spot derivatif, kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo), dan surat berharga yang diterbitkan; (iv) total
pinjaman yang terdiri atas kewajiban pada bank lain+pinjaman; dan (v)
kewajiban lain yang terdiri atas kewajiban akseptasi, setoran jaminan,
kewajiban antarkantor4, kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban.
𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 = 𝐷𝑃𝐾 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝐵𝐼
+ 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑆𝑝𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓
+ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 + 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
c. Modal (Equity)
Modal terdiri atas modal pinjaman, modal disetor, tambahan modal
disetor, selisih penilaian kembali aset tetap, cadangan, laba/rugi tahun lalu,
dan laba/rugi tahun berjalan. Jumlah modal dapat didekati dengan total aset
dikurangi dengan liabilities. Untuk bank-bank domestik, perhitungan modal
diambil langsung dari data neraca bank, sedangkan untuk bank asing,
4 Khusus untuk Kantor Cabang Bank Asing ada pengurangan nilai kewajiban antarkantor
dengan nilai dana usahanya.
12
perhitungan modal dilakukan dengan mempertimbangkan total modal asing
yang berasal dari data komponen modal bank asing (data KPMM).
3.3 Pemetaan Hubungan Komponen Laba Rugi dan Kinerja Bank
Komponen laba rugi bank dalam penelitian ini disederhanakan sebagai
berikut.
Tabel 2. Komponen Laba Rugi Bank
No Komponen Laba - Rugi
1 Pendapatan Bunga
2 Beban Bunga
3 Net Pendapatan Bunga (1-2)
4 Pendapatan Operasional Non Bunga
5 Biaya Operasional Non Bunga
6 Net Pendapatan Operasional Nonbunga (4-5)
7 Net Pendapatan Operasional (3+6)
8 Pendapatan Non-Operasional
9 Beban Non-Operasional
10 Net Pendapatan Non-Operasional (8-9)
11 Total Laba (Laba Tahun Berjalan) (7+10)
12 Pajak Tahun Berjalan
13 Laba Bersih (11-12)
14 Tax Rate (terhadap Laba)
a. Net pendapatan Bunga
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 − 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
b. Net Pendapatan Operasional Nonbunga
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑁𝑜𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑁𝑜𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 − 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑁𝑜𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
c. Net Pendapatan Operasional
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
= 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑁𝑜𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
13
d. Net Pendapatan Non-Operasional
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛 -o𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛-𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
e. Total Laba
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 + 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑜𝑛-𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
f. Tax Rate
𝑡𝑎𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
g. Laba Bersih
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 × (1 − 𝑡𝑎𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑒)
h. ROE
Sumber terakhir pendanaan bank dan yang paling mahal adalah equity.
Hubungan antara perubahan jumlah modal dan Return on Equity (ROE) bank
digambarkan dalam persamaan berikut.
𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
ROE merupakan jumlah keuntungan yang akan diperoleh bank dari
equity yang dimiliki. Dengan meningkatnya jumlah modal bank, nilai ROE akan
mengalami penurunan dan sebaliknya.
i. CAR
Hubungan peningkatan jumlah modal akan berakibat pada berubahnya
nilai CAR sebagaimana digambarkan dalam persamaan berikut.
𝐶𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑇𝑀𝑅
3.4 Pemetaan Dampak Peningkatan Ketentuan Kecukupan Modal
a. Peningkatan modal
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡+1 = (∆𝐶𝐴𝑅 × 𝐴𝑇𝑀𝑅𝑡) + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡
14
b. Peningkatan laba bersih yang diperlukan
Peningkatan modal akan menyebabkan rasio ROE menurun, sementara
bank diasumsikan ingin mempertahankan ROE-nya (ROEt+1 = ROEt). Oleh
karena itu, bank harus meningkatkan laba bersih melalui peningkatan
pendapatan bunga.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑡+1 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡+1 × 𝑅𝑂𝐸𝑡
c. Pengurangan beban bunga
Dengan asumsi tidak terjadi perubahan aset, perhitungan nilai beban
bunga mengikuti persamaan sebagai berikut.
∆ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 = ∆ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡+1 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑡+1 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑡 − ∆ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 × 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
d. Peningkatan spread suku bunga
Sejalan dengan paper King (2010), suku bunga bank mengikuti
hubungan sebagai berikut.
RDPK < Rpinjaman < Rmodal
Di dalam keadaan ekonomi normal, hubungan itu memberikan
gambaran bahwa perbedaan sumber modal akan memberikan expected return
yang sesuai dengan risiko investasinya.
Rata-rata suku bunga industri bank di Indonesia berdasarkan hasil
perhitungan data 2010–2014 adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Rata-rata Suku Bunga Industri Bank
r_dpk r_antarbank r_pinjaman ROE
4.56% 5.01% 5.77% 8.54%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa ROE bank relatif lebih tinggi daripada
suku bunga pinjaman sehingga meskipun terjadi penurunan beban bunga
pinjaman, bank tetap memerlukan tambahan pendapatan bunga untuk
mengompensasi kenaikan biaya akibat penambahan modal.
Di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa bank akan merespons
kebijakan peningkatan modal yang mengakibatkan jatuhnya nilai ROE dengan
15
meningkatkan lending spreads. Besar tambahan lending spreads () yang
diperlukan dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:5
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑡+1 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑡
+ 𝛼 × 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝛼 =[(𝑙𝑎𝑏𝑎 −𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑑𝑛𝑝𝑡𝑛 𝑛𝑜𝑛 𝑜𝑝𝑟𝑠𝑛𝑙−𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑛𝑑𝑝𝑡𝑛 𝑜𝑝𝑟𝑠𝑛𝑙𝑙 𝑛𝑜𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎)+𝑏𝑏𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎]
𝑡+1−𝑝𝑛𝑑𝑝𝑡𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑡
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
3.5 Analisis Ekonometrika
Sebagai tambahan, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis
ekonometrika dampak perubahan kebijakan ketentuan modal dengan suku bunga
kredit dengan model sebagai berikut.
𝑟𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 = 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡 + 𝛼𝑖 + 𝛽1 𝑟𝑑𝑒𝑝𝑖𝑡−1+ 𝛽2 𝑁𝑃𝐿𝑖𝑡−1 + 𝛽3 𝑑(𝐶𝐴𝑅𝑅𝑢𝑙𝑒)𝑖𝑡−𝑛
Metode yang digunakan adalah panel data 107 bank (di luar bank syariah)
dengan periode data 2001Q1–2014Q4.
5 Dalam penelitian ini diasumsikan pendapatan non-operasional nonbunga dan net
pendapatan operasional nonbunga tidak mengalami perubahan akibat kenaikan ketentuan
modal.
16
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2010 2011 2012 2013 2014
Total Asset per Buku
BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4
Triliun Rupiah
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2010 2011 2012 2013 2014
Total Asset
Total Asset
Triliun Rupiah
IV. PENGOLAHAN DATA
4.1 Overview Perkembangan Industri Perbankan Indonesia6
4.1.1 Perkembangan Aset dan Pemodalan Bank
Total aset perbankan Indonesia pada tahun 2014 mencapai sekitar 5.410
triliun rupiah. Total aset ini mencakup 78% dari total aset sektor keuangan di
Indonesia. Selama lima tahun terakhir, terlihat bahwa sejak tahun 2010 hingga
2014 total aset industri perbankan cenderung mengalami kenaikan setiap
tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 17%. Pertumbuhan
terbesar terjadi antara tahun 2010 dan tahun 2011, yaitu sebesar 21%.
Grafik 1. Total Aset Industri
Pada tahun 2014 pertumbuhan total aset terbesar terjadi pada kelompok
bank BUKU 1 yang tumbuh sebesar 19% dari tahun sebelumnya, sementara bank
BUKU 3 memiliki pertumbuhan terkecil, yaitu sebesar 7% dari tahun sebelumnya.
Dari sisi permodalan, CAR perbankan sempat mengalami penurunan pada
tahun 2011. Namun, sejak tahun 2012 modal industri perbankan kembali
mengalami kenaikan dengan pencapaian nilai CAR sebesar 19,50% pada tahun
2014.
6 Angka-angka dalam subbab ini berasal dari pengolahan data individual bank yang
digunakan dalam penelitian setelah melalui beberapa pembersihan data. Oleh karena itu,
terdapat kemungkinan sedikit perbedaan dengan data di publikasi/riset lainnya.
17
Grafik 2. Total CAR Industri dan per Kelompok BUKU
Nilai CAR paling besar dimiliki oleh bank BUKU 2, yaitu sebesar 30,02%
diikuti oleh bank BUKU 1 sebesar 17,70%, dan BUKU 4 sebesar 17,12%,
sedangkan bank BUKU 3 memiliki nilai CAR paling kecil di antara BUKU lainnya,
yaitu sebesar 17,00%. Jika melihat perkembangan CAR perbankan berdasarkan
kelompok BUKU-nya, terlihat bahwa bank BUKU 2, BUKU 3, dan BUKU 4
mengalami kenaikan nilai CAR. Namun, di tengah kenaikan CAR industri
perbankan dan kelompok BUKU lainnya, CAR bank BUKU 1 justru mengalami
sedikit penurunan saat memasuki tahun 2014.
Rasio modal minimum yang harus dimiliki bank berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) relatif tidak berubah sejak tahun 2008–2011, yaitu sebesar 8% dari
ATMR. Namun, mulai tahun 2012 digunakan aturan penyediaan modal minimum
yang baru, yaitu sebesar 8% dari ATMR dengan aturan tambahan sesuai dengan
profil risiko (CAR risk profile). Dengan aturan baru ini nilai CAR risk profile yang
paling rendah berada pada nilai 8%, sedangkan yang paling tinggi berada pada
nilai 14%.
Dengan membandingkan nilai CAR untuk tiap-tiap kelompok BUKU bank
dengan nilai aturan modal minimum yang berlaku, perbankan Indonesia masih
memiliki permodalan yang cukup kuat dan masih terjaga. Hal itu dapat terlihat
dari nilai CAR tiap-tiap kelompok BUKU yang masih berada di atas nilai aturan
modal minimumnya (Grafik 3).
0
5
10
15
20
25
2010 2011 2012 2013 2014
CAR
CAR
%
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
CAR per BUKU
BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4
%
18
Grafik 3. Perbandingan CAR per BUKU dengan Aturan CAR yang Berlaku
4.1.2 Perkembangan Suku Bunga dan ROE Bank
Dari sisi suku bunga, perkembangan suku bunga kredit dan deposito
cenderung mengalami kenaikan selama dua tahun terakhir (2013 dan 2014). Suku
bunga kredit berada pada nilai 11,44% dan suku bunga deposito berada pada nilai
7,73%.
Grafik 4. Rata-rata Tertimbang Suku Bunga Kredit dan Suku Bunga Deposito
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
CAR BUKU 1
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
%
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
CAR BUKU 2
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
%
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
CAR BUKU 3
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
%
0
5
10
15
20
25
30
35
2010 2011 2012 2013 2014
CAR BUKU 4
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
%
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012 2013 2014
Suku Bunga Kredit dan Deposito
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
%
19
Hal yang sama juga digambarkan oleh perkembangan suku bunga kredit
dan suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU. Suku bunga kredit dan
suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU cenderung mengalami kenaikan.
Hingga tahun 2012 lending spread perbankan cukup besar meskipun setelah
tahun 2012, lending spread-nya relatif mengecil. Pada tahun 2014 suku bunga
kredit dan suku bunga deposito yang paling tinggi dimiliki oleh bank kelompok
BUKU 1 dengan nilai mencapai 14,11% dan 9,27%. Secara rata-rata spread suku
bunga yang paling tinggi, yaitu spread pada kelompok bank BUKU 1 (4,84%),
diikuti BUKU 4 (4,04%), BUKU 3 (3,88%), dan yang paling rendah pada kelompok
bank BUKU 2 (2,65%).
Grafik 5. Rata-rata Tertimbang Suku Bunga Kredit dan Suku Bunga Deposito per BUKU
Return on Equity (ROE) perbankan Indonesia sempat mengalami
peningkatan dan penurunan nilai pada 5 tahun terakhir. Nilai ROE industri
perbankan sempat mengalami peningkatan pada periode 2010–2011, tetapi
mengalami penurunan sejak tahun 2012 hingga menyentuh nilai 8,41% pada
tahun 2014. Penurunan ROE ini sejalan dengan penurunan lending spread bank
yang dibahas sebelumnya.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2010 2011 2012 2013 2014
Suku Bunga BUKU 1
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2010 2011 2012 2013 2014
Suku Bunga BUKU 2
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2010 2011 2012 2013 2014
Suku Bunga BUKU 3
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2010 2011 2012 2013 2014
Suku Bunga BUKU 4
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
%
20
Grafik 6. ROE Industri dan ROE per BUKU
4.2 Hasil Simulasi Representative Bank
Tahap awal dari pengolahan data adalah penyusunan neraca dan laba rugi
representative bank dengan menggunakan rata-rata tertimbang data individual
bank selama 5 tahun terakhir (Tabel 4). Representative bank ini dianggap mewakili
kondisi industri perbankan di Indonesia secara umum.
Tabel 4. Neraca dan Laba Rugi Representative Bank
(dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
8.00
8.20
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
2010 2011 2012 2013 2014
ROE Industri
ROE
%
0
5
10
15
20
25
2010 2011 2012 2013 2014
ROE per BUKU
BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4
%
21
Dari Tabel 4 terlihat bahwa komponen terbesar dari aset bank adalah kredit
(sekitar 49,84%), diikuti oleh aset lainnya7 (22,97%), kas dan penempatan di BI
(12,99%), dan penempatan di bank lain (5,5%). Adapun sumber utama pendanaan
aset-aset tersebut adalah berasal dari dana pihak ketiga (55,51%) serta kewajiban
lainnya (23,43%)8 . Sumber pendanaan yang berasal dari modal adalah sekitar
14,3% dari total aset. Sumber pendanaan lainnya relatif kecil, yaitu kewajiban
pada bank lain (4,02%), pinjaman (1,57%), surat berharga (1,15%), dan kewajiban
pada BI (0,03%). Secara rata-rata, ATMR bank adalah sekitar 53,98% dari total
aset dan rasio modal/ATMR adalah sekitar 22,95%.
Apabila dibandingkan dengan representative bank di India dan negara
OECD9, persentase kas dan penempatan di BI representative bank di Indonesia
relatif lebih tinggi. Di India, persentase penempatan di kas dan bank sentral
adalah sekitar 5,6%, sementara rata-rata negara OECD hanya sekitar 2,3%.
Persentase penempatan di bank lain negara-negara OECD relatif besar, yaitu
sekitar 12%, sedangkan di India relatif tidak jauh berbeda dengan Indonesia, yaitu
sekitar 4,09%. Persentase kredit dalam neraca bank di India, OECD dan Indonesia
relatif sama, yaitu sekitar setengah dari total aset. Dari sisi pendanaan, persentase
sumber dana dari DPK di representative bank India jauh lebih banyak (75,65%),
sementara bank negara OECD hanya sekitar 43,5%. Sumber dana dari pinjaman
bank lain di Indonesia relatif lebih rendah daripada di India (9,16%) dan negara
OECD (12,6%). Peran modal dalam pendanaan bank di Indonesia (14,30%) relatif
jauh lebih tinggi dibandingkan bank di India (7,12%) ataupun di negara OECD
(5,3%).
Tabel 4 juga menunjukkan komposisi dari laba rugi bank representative.
Komponen terbesar dari keuntungan bank adalah dari net pendapatan bunga
(3,89% dari total aset). Selanjutnya, beban biaya operasional nonbunga yang
dikeluarkan bank relatif lebih tinggi daripada pendapatan operasional nonbunga
sehingga net pendapatan operasional nonbunga adalah negatif (-2,32%). Dengan
demikian, total net pendapatan operasional bank hanya sekitar 1,57%. Setelah
7 Aset lainnya: tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai aset
keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti terbengkalai, aset yang
diambil alih, rekening tunda, aset antar kantor, cadangan kerugian penurunan nilai aset
lainnya, aset pajak tangguhan, dan rupa-rupa aset.
8 Kewajiban lainnya: kewajiban akseptasi, setoran jaminan, kewajiban antarkantor,
kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban.
9 Berdasarkan paper King (2010) dan Swamy (2014).
22
ditambahkan pendapatan non-operasional dan dikurangi pajak, laba bersih bank
dibandingkan total aset (ROA) adalah sekitar 1,25%.
ROA representative bank di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan ROA
di India (0,84%) dan di negara OECD (0,8%). Selain karena total labanya lebih
tinggi, tingginya ROA di Indonesia juga diakibatkan oleh relatif lebih rendahnya
rata-rata tax rate yang dikeluarkan bank (di Indonesia hanya sekitar 23%
sementara di negara lain 33%).
Dengan menggunakan neraca dan laporan laba rugi representative bank di
atas, dilakukan simulasi atas dampak kebijakan kenaikan aturan 1% modal CAR
terhadap spread suku bunga bank (Tabel 5). Terdapat dua pendekatan, yaitu (i)
apabila bank tidak menaikkan suku bunga dan ROE-nya berkurang dan (ii)
apabila bank mempertahankan ROE-nya dengan menaikkan suku bunga.
Pendekatan pertama digambarkan dalam kolom B dan C. Kolom A merupakan nilai
awal sebelum terjadi perubahan kebijakan modal yang nilainya berasal dari neraca
dan laba rugi representative bank. Kolom B merupakan besar perubahan yang
terjadi saat modal mengalami kenaikan sebesar 1%. Kolom C merupakan nilai-nilai
komponen setelah mengalami perubahan kenaikan modal sebesar 1%. Pada kolom
B terlihat bahwa dengan nilai ATMR sebesar 54,03% dari total aset, kenaikan
modal sebesar 1% berdampak pada meningkatnya total modal sebesar 0,54% dari
total aset. Dengan asumsi besar total aset tidak berubah, peningkatan jumlah
modal membuat bank dapat menurunkan besar pinjaman dengan nilai yang sama
dengan bertambahnya total modal. Penurunan nilai pinjaman berdampak pada
berkurangnya besar beban bunga sebesar 0,03% sehingga terjadi kenaikan laba
tahun berjalan sejumlah 0,03%. Setelah dikurangi dengan pajak, diperoleh nilai
laba bersih mengalami kenaikan sebesar 0,02% menjadi 1,24%. Meskipun laba
bersih menjadi semakin tinggi, karena adanya kenaikan total modal menjadi
14,84%, nilai ROE bank turun sebesar 0,15% menjadi 8,39%.
Selanjutnya, perhitungan dengan pendekatan kedua diilustrasikan dalam
kolom D dan E. Kolom D merupakan perubahan tiap-tiap komponen apabila
terjadi kenaikan modal. Namun, ROE dikembalikan nilainya seperti nilai awal.
Kolom E memperlihatkan bagaimana bank dapat mempertahankan penurunan
ROE dengan meningkatkan spread suku bunga. Sebagai upaya untuk menjaga
dan mengembalikan nilai ROE menjadi seperti nilai awal, laba bersih harus
mengalami peningkatan sebesar 0,05%. Laba tahun berjalan meningkat menjadi
1,27% (naik sebesar 0,06%). Dengan asumsi tidak terjadi perubahan net
23
pendapatan operasional nonbunga dan net pendapatan non-operasional, nilai
pendapatan bunga yang diperlukan untuk mencapai laba tersebut adalah sebesar
8,68%. Dengan total kredit sebesar 49,84% dari total aset, besar kenaikan lending
spreads yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan bunga tersebut adalah
sebesar 6 basis poin (bps). Karena hubungan perhitungan dampak kenaikan modal
dengan menggunakan metode ini bersifat linier, dengan kenaikan setiap 1% modal
CAR akan mengakibatkan kenaikan lending spread dengan kelipatan sekitar 6 bps.
Dampak kenaikan modal sebesar 2% akan mengakibatkan kenaikan lending
spread sebesar 11,56 bps.
Analisis di atas dilakukan dengan asumsi bahwa bank tidak menginginkan
penurunan ROE dan suku bunga pinjaman tidak berubah. Asumsi tersebut sangat
konservatif karena seharusnya dengan modal yang lebih tinggi, risiko bank untuk
default menjadi semakin rendah. Dengan risiko yang semakin rendah, ekspektasi
ROE yang ditargetkan bank semestinya bisa lebih rendah. Suku bunga pinjaman
juga bisa turun karena pihak yang memberikan pinjaman pada bank melihat
bahwa risiko bank berkurang. Terkait dengan pemikiran tersebut, dilakukan
simulasi tambahan, yaitu apabila ROE dan suku bunga pinjaman diasumsikan
mengalami penurunan sebesar 5, 10, dan 15 bps untuk setiap kenaikan 1 pp
ketentuan modal. Tabel 5 menunjukan bahwa kenaikan lending spread tidak akan
sebesar saat ROE dan bunga pinjaman diasumsikan tidak mengalami perubahan.
Jika ROE dan suku bunga pinjaman turun sebesar 5 bps untuk setiap kenaikan
1pp aturan modal, lending spread akan mengalami kenaikan sebesar 3,9 bps.
Makin besar penurunan ROE dan suku bunga pinjaman, peningkatan lending
spread akan semakin kecil.
24
Tabel 5. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal
Tabel 6. Dampak Kenaikan Aturan Modal terhadap Peningkatan Spread Suku Bunga (dalam bps)
4.3 Hasil Simulasi Representative Bank Berdasarkan BUKU
Untuk melihat variasi dampak kenaikan modal terhadap lending spread
perbankan di Indonesia terhadap spread suku bunga tiap-tiap kelompok bank,
dilakukan penyusunan neraca dan laba rugi representative bank berdasarkan
BUKU (dapat dilihat pada bagian lampiran). Komposisi neraca dan laba rugi bank
25
yang berbeda-beda membuat dampak kenaikan modal terhadap tiap-tiap BUKU
bervariasi.
Tabel 7. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 1
Tabel 8. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 2
26
Tabel 9. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 3
Tabel 10. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 4
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7 sampai dengan Tabel 10, dapat
dilihat bahwa kenaikan 1% aturan kecukupan modal memberikan dampak yang
berbeda terhadap tiap-tiap BUKU. Apabila bank tidak menaikkan spread suku
bunganya, peningkatan aturan modal sebesar 1% akan membuat penurunan ROE
27
yang besar (-1,18%) pada bank BUKU 4. Sementara itu, penurunan ROE terkecil
dialami oleh BUKU 1 (-0,04%). Selanjutnya apabila bank merespons dengan
menaikkan lending spread, besarnya kenaikan lending spread ini akan sangat
sensitif terhadap besarnya penurunan nilai ROE. BUKU 1 akan melakukan
kenaikan lending spread yang paling kecil (0,01%), sedangkan BUKU 4 akan
menaikkan lending spread paling besar (0,32%).
Menurut King (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perbedaan besarnya kenaikan lending spread antara lain proporsi kredit/total aset,
perbedaan ATMR/total aset, dan perbedaan ROE awal bank. Untuk itu, berikut
perbandingan variabel-variabel tersebut untuk industri bank, tiap-tiap BUKU bank
dan hasil yang diperoleh dari paper rujukan.
Tabel 11. Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Lending Spread
Plot dari hubungan variabel-variabel tersebut terhadap perubahan lending
spread ditampilkan dalam grafik di bawah ini.
R² = 0.4501
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00
ΔLe
nd
ing
Spre
ads
(bp
s)
ATMR/Asset (%)
28
Grafik 7. Plot Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Lending Spread
Berdasarkan plot di atas, terlihat bahwa variabel yang menjadi pembeda
besar perubahan lending spread yang diperlukan adalah variabel ROE. Secara
umum, semakin tinggi ROE bank semakin besar perubahan spread suku bunga
akibat peningkatan ketentuan modal.
4.4 Hasil Estimasi Ekonometrika
Pengujian ekonometrika dilakukan untuk menambah analisis dampak
perubahan aturan modal terhadap suku bunga kredit dan diharapkan dapat
bermanfaat dalam penyusunan framework Financial Macro-econometric Model
(FMM) yang sedang disusun. Terdapat dua alternatif model yang digunakan, yaitu
menggunakan fixed effect panel data dan random effect panel data. Fixed effect
panel data digunakan untuk mengakomodasi adanya perbedaan perilaku
antarindividual bank sebagaimana yang diasumsikan dalam FMM, sedangkan
random effect panel data digunakan karena berdasarkan pengujian Hausman
diperoleh simpulan bahwa metode tersebut lebih baik untuk digunakan. Hasil
kedua metode tersebut relatif sama.
Tabel 12. Hasil Estimasi Dampak Aturan Modal terhadap Suku Bunga Kredit
Variabel Fixed Effect Random Effect
C 9.21*** 9.18***
Suku bunga deposito (-1) 0.65*** 0.65***
NPL (-1) 0.07*** 0.07***
Perubahan aturan CAR(-3) 0.15*** 0.15***
29
Berdasarkan hasil estimasi tersebut terlihat bahwa dampak perubahan
aturan CAR terhadap suku bunga relatif kecil dan memerlukan waktu sekitar tiga
triwulan. Dengan asumsi cateris paribus, 1% perubahan aturan CAR akan
menyebabkan kenaikan suku bunga kredit sebesar 0,15%.
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitan ini memberikan perhitungan awal mengenai dampak perubahan
kebijakan kecukupan modal terhadap spread suku bunga bank. Beberapa
simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 % peningkatan rasio kecukupan modal
(CAR) dapat di-cover dengan menaikkan spread suku bunga sebesar 6 basis
point (bps). Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa return
on equity (ROE) dan biaya pinjaman bank tidak berubah serta tidak terdapat
perubahan dalam total aset dan biaya non-operasional bank. Jika ROE dan
biaya pinjaman diasumsikan berubah, dampak terhadap spread suku bunga
akan menjadi lebih kecil.
2. Dengan menggunakan metode yang sama untuk representative bank
berdasarkan BUKU, diperoleh bahwa BUKU 1 memerlukan kenaikan lending
spread yang paling kecil (1 bps), diikuti oleh BUKU 2 (7bps), BUKU 3 (11 bps),
dan BUKU 4 memerlukan kenaikan lending spread paling besar (32 bps).
Faktor yang mempengaruhi perbedaan dampak peningkatan aturan kecukupan
modal ini adalah ROE bank saat ini. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula
kenaikan spread suku bunga yang diperlukan.
3. Analisis tambahan menggunakan metode ekonometrika panel data memberikan
hasil bahwa dampak perubahan aturan CAR terhadap suku bunga relatif kecil
dan memerlukan waktu sekitar tiga triwulan. Dengan asumsi cateris paribus,
1% perubahan aturan CAR akan menyebabkan kenaikan suku bunga kredit
sebesar 0,15%.
4. Terkait dengan kegunaan penelitian ini untuk penyempurnaan framework FMM,
dapat disimpulkan bahwa CAR dapat dipertimbangkan sebagai variabel
penjelas dalam estimasi spread suku bunga meskipun dampaknya relatif kecil.
5. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang dilakukan di negara lain sebagaimana dijelaskan dalam studi
literatur. Namun, dampak peningkatan rasio kecukupan modal di Indonesia (6
bps) relatif lebih kecil daripada di negara-negara OECD (15 bps) dan di India
(11,4 bps). Hal itu diperkirakan ROE representative bank di kedua negara
tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.
31
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengestimasi respons bank
terhadap perubahan ketentuan modal dengan pendekatan yang practical but
acceptable sehingga memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan utama adalah
asumsi bahwa kenaikan biaya akibat kenaikan modal hanya ditransmisikan
terhadap nasabah melalui kenaikan suku bunga kredit. Sehubungan dengan
keterbatasan tersebut, terdapat beberapa saran yang dapat digunakan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya ketika regulator ingin
mengimplementasikan kebijakan kecukupan modal yang baru, antara lain adalah
sebagai berikut.
(1) Melakukan survei terhadap bank mengenai respons/strategi mereka atas
rencana implementasi aturan kecukupan yang baru berdasarkan Basel III.
Dari survei tersebut dapat dianalisis respons aktual dari bank seperti
menurunkan suku bunga dana, melakukan realokasi aset, atau
menurunkan biaya operasional.
(2) Melakukan analisis backtesting terhadap respons individual bank atas
perubahan aturan kecukupan modal yang diberlakukan pada tahun
2012Q4. Hal itu dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan pada
komponen neraca, laba rugi, serta kinerja bank setelah pemberlakuan
aturan baru tersebut.
Terkait dengan penyempurnaan framework FMM, penelitian ini
menyarankan untuk memasukan variabel CAR dalam melakukan estimasi suku
bunga.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dewati, Wahyu et. al. 2009. “Revisiting Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia: Bukti Empiris dengan pendekatan VAR dan Panel Data”. Working Paper Bank Indonesia
Elliott D J. 2010.”Quantifying the effects on lending of increase capital requirements”. The Brookings Institutions, 21 September.
Gunadi I, Deriantino E dan dan Budiman. 2011. “Increasing Banking Capital for Promoting Financial Stability and Banking Response to Monetary Policy:
Evidence from Indonesia”. Working Paper Bank Indonesia King, Michael R. 2010.”Mapping Capital and Liquidity Requirements to Bank Lending Spreads”. BIS Working Papers No. 324 November 2010.
Modigliani, F and Merton H. Miiler. 1958. “The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of Investment” The American Economic Review, Vol. 48, No. 3 (Jun., 1958), pp. 261-297
Purwanto, M. Noor Adhi.2009. “ Faktor-faktor Penentu Spread Suku Bunga Bank”. Occasional Paper Bank Indonesia
Repullo R and Suarez J. 2004.”Loan pricing under Basel capital requirements”, Journal of Financial Intermediation 13(4): 496–521.
Ruthenberg D and Landskroner Y. 2008. “Loan Pricing under Basel II in an Imperfectly Competitive Banking Market”, Journal of Banking and Finance 32: 2725–2733.
Swamy, Vighneswara. 2014. “Modelling the Impact of New Capital Regulations on Bank Profitability”. MPRA Paper No. 58298 September 2014.
33
LAMPIRAN
Perubahan Ketentuan Aturan Modal di Indonesia
Peraturan Bank Indonesia
Pasal Periode Berlaku KPMM
Nomor 3/21/PBI/2001
Pasal 2 Ayat (1) 2001q4 – 2008q3 8% dari ATMR
Nomor 10/15/PBI/2008
Pasal 2 Ayat (1) 2008q4 – 2012q3 8% dari ATMR
Nomor 14/18/PBI/2012
Pasal 2 Ayat (3) 2012q4 – 2013q3 8% dari ATMR – ditambah adds on sesuai profil risiko
Nomor 15/12/PBI/2013
Pasal 2 Ayat (3) 2013q4 - sekarang
8% dari ATMR – ditambah adds on sesuai profil risiko
34
Neraca dan Laporan Laba Rugi Representative Bank Masing-masing
BUKU
BUKU1
(dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
Neraca Keuangan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Kas dan penempatan di BI 18.23 19.00 15.54 12.51 13.27 15.71
Penempatan di Bank Lain 6.65 6.20 6.23 4.90 5.33 5.86
Surat-surat Berharga 6.56 6.87 6.43 6.88 7.22 6.79
Kredit 51.42 50.85 53.08 55.89 54.21 53.09
Asset lainnya 17.15 17.07 18.72 19.82 19.97 18.55
Total Asset 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Dana Pihak Ketiga 62.26 62.96 61.17 60.66 61.64 61.74
Kewajiban pada bank lain 4.54 4.83 5.76 5.04 4.35 4.90
Kewajiban pada BI 0.02 0.01 0.00 0.05 0.00 0.01
Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif 0.82 0.71 0.83 0.70 0.75 0.76
Pinjaman 0.55 0.68 0.59 0.48 0.47 0.55
Kewajiban lainnya 16.32 16.08 17.78 19.05 19.83 17.81
Total Kewajiban (Total Liabilities) 84.50 85.25 86.13 85.98 87.04 85.78
Modal (Total Equity) 15.50 14.75 13.87 14.02 12.96 14.22
Penyesuaian Modal 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total Modal 15.50 14.75 13.87 14.02 12.96 14.22
Total Kewajiban dan Total Modal 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
RWA/Total Asset 55.50 55.31 53.68 55.70 54.23 54.88
KPMM/Total Asset 16.46 13.98 12.99 13.23 11.61 13.65
KPMM/RWA 29.65 25.27 24.20 23.75 21.40 24.87
KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier) 25.20 24.04 21.82 20.86 19.48 22.28
Laba - Rugi 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Pendapatan Bunga 10.76 10.05 10.00 10.33 11.09 10.45
Beban Bunga 5.59 5.56 5.61 5.79 6.93 5.90
Net Pendapatan Bunga (1-2) 5.28 4.58 4.47 4.60 4.20 4.55
Pendapatan Operasional Non Bunga 1.33 1.00 0.94 0.68 0.65 0.92
Biaya Operasional Non Bunga 5.15 4.08 3.94 3.83 3.69 4.14
Net Pendapatan operasional non-bunga -3.82 -3.09 -3.01 -3.16 -3.04 -3.22
Net Pendapatan operasional 1.46 1.50 1.46 1.44 1.16 1.33
Pendapatan non-operasional 0.44 0.44 0.37 0.40 0.37 0.40
Beban non-operasional 0.47 0.35 0.33 0.32 0.34 0.36
Net Pendapatan non-operasional -0.03 0.09 0.04 0.08 0.03 0.04
Total laba (Laba tahun berjalan) 1.42 1.59 1.50 1.53 1.19 1.44
Pajak tahun berjalan 0.32 0.36 0.33 0.32 0.25 0.32
Laba Bersih 1.11 1.23 1.18 1.20 0.93 1.13
ROE 7.14 8.32 8.48 8.58 7.18 7.94
Tax Rate 22.35 22.60 21.67 21.13 21.51 21.87
35
BUKU 2
(dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
Neraca Keuangan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Kas dan penempatan di BI 13.18 13.53 12.12 10.45 10.13 11.88
Penempatan di Bank Lain 8.62 7.69 6.63 5.34 5.24 6.71
Surat-surat Berharga 11.21 11.04 8.95 10.15 10.30 10.33
Kredit 45.18 45.63 49.09 51.05 49.31 48.05
Asset lainnya 21.81 22.11 23.21 23.01 25.01 23.03
Total Asset 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Dana Pihak Ketiga 53.21 54.13 53.03 50.28 49.17 51.96
Kewajiban pada bank lain 4.52 3.19 4.40 3.83 4.17 4.02
Kewajiban pada BI 0.00 0.00 0.18 0.00 0.00 0.04
Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif 0.88 1.20 1.06 2.01 1.27 1.28
Pinjaman 0.82 1.41 1.13 1.15 2.13 1.33
Kewajiban lainnya 22.01 24.34 24.79 25.23 27.42 24.76
Total Kewajiban (Total Liabilities) 81.43 84.27 84.58 82.51 84.16 83.39
Modal (Total Equity) 17.76 14.89 14.63 16.84 15.13 15.85
Penyesuaian Modal 0.81 0.84 0.79 0.65 0.72 0.76
Total Modal 18.57 15.73 15.42 17.49 15.84 16.61
Total Kewajiban dan Total Modal 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
RWA/Total Asset 55.43 55.72 54.18 56.02 54.99 55.27
KPMM/Total Asset 17.70 14.29 13.88 16.19 14.47 15.31
KPMM/RWA 31.94 25.65 25.61 28.91 26.32 27.70
KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier) 23.62 23.53 24.03 22.84 24.93 23.79
Laba - Rugi 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Pendapatan Bunga 8.18 7.69 7.46 7.48 8.06 7.77
Beban Bunga 4.18 4.14 4.04 3.97 4.65 4.20
Net Pendapatan Bunga (1-2) 4.00 3.55 3.41 3.51 3.41 3.57
Pendapatan Operasional Non Bunga 2.48 2.22 2.05 2.76 3.08 2.52
Biaya Operasional Non Bunga 4.46 4.04 3.81 4.63 4.70 4.33
Net Pendapatan operasional non-bunga -1.98 -1.82 -1.77 -1.87 -1.62 -1.81
Net Pendapatan operasional 2.02 1.73 1.65 1.64 1.79 1.76
Pendapatan non-operasional 0.20 0.16 0.14 0.25 0.15 0.18
Beban non-operasional 0.14 0.08 0.09 0.13 0.14 0.12
Net Pendapatan non-operasional 0.06 0.09 0.05 0.12 0.02 0.07
Total laba (Laba tahun berjalan) 2.07 1.82 1.70 1.76 1.80 1.83
Pajak tahun berjalan 0.51 0.43 0.41 0.44 0.44 0.45
Laba Bersih 1.57 1.38 1.29 1.32 1.36 1.38
ROE 8.44 8.80 8.35 7.56 8.59 8.33
Tax Rate 24.44 23.79 24.24 24.81 24.46 24.35
36
BUKU 3
(dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
Neraca Keuangan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Kas dan penempatan di BI 10.04 10.92 10.07 8.60 7.77 9.48
Penempatan di Bank Lain 3.35 2.10 1.84 1.99 1.47 2.15
Surat-surat Berharga 8.94 8.23 8.86 9.76 9.61 9.08
Kredit 47.82 48.61 48.22 50.50 52.57 49.54
Asset lainnya 29.86 30.14 31.01 29.16 28.58 29.75
Total Asset 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Dana Pihak Ketiga 53.51 50.69 49.20 49.86 49.37 50.53
Kewajiban pada bank lain 3.19 2.48 3.02 1.88 1.78 2.47
Kewajiban pada BI 0.12 0.07 0.04 0.03 0.03 0.06
Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif 1.79 1.96 1.79 2.62 1.99 2.03
Pinjaman 2.09 5.09 5.47 6.13 6.65 5.09
Kewajiban lainnya 29.70 29.90 31.13 29.58 29.49 29.96
Total Kewajiban (Total Liabilities) 90.39 90.19 90.65 90.10 89.32 90.13
Modal (Total Equity) 9.58 9.76 9.30 9.88 10.63 9.83
Penyesuaian Modal 0.03 0.04 0.05 0.02 0.04 0.04
Total Modal 9.61 9.81 9.35 9.90 10.68 9.87
Total Kewajiban dan Total Modal 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
RWA/Total Asset 48.67 52.45 49.48 52.75 55.49 51.77
KPMM/Total Asset 9.87 8.98 8.51 9.29 9.92 9.31
KPMM/RWA 20.27 17.12 17.20 17.61 17.88 17.99
KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier) 20.03 17.09 17.34 17.52 17.65 17.93
Laba - Rugi 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Pendapatan Bunga 7.37 7.21 6.66 6.98 8.07 7.26
Beban Bunga 4.26 4.27 3.76 4.14 5.18 4.32
Net Pendapatan Bunga (1-2) 3.11 2.95 2.90 2.84 2.89 2.94
Pendapatan Operasional Non Bunga 2.70 2.13 1.62 1.99 1.86 2.06
Biaya Operasional Non Bunga 4.32 3.65 3.01 3.39 3.47 3.57
Net Pendapatan operasional non-bunga -1.62 -1.52 -1.39 -1.40 -1.61 -1.51
Net Pendapatan operasional 1.49 1.43 1.51 1.44 1.28 1.43
Pendapatan non-operasional 0.50 0.63 0.52 0.57 0.54 0.55
Beban non-operasional 0.50 0.52 0.46 0.52 0.55 0.51
Net Pendapatan non-operasional 0.00 0.12 0.06 0.05 -0.01 0.04
Total laba (Laba tahun berjalan) 1.49 1.54 1.57 1.49 1.27 1.47
Pajak tahun berjalan 0.32 0.36 0.37 0.34 0.28 0.34
Laba Bersih 1.17 1.18 1.19 1.15 0.98 1.14
ROE 12.13 12.08 12.76 11.62 9.22 11.51
Tax Rate 21.56 23.28 23.91 22.77 22.34 22.80
37
BUKU 4
(dalam persentase terhadap total aset, kecuali dinyatakan lain)
Perbandingan Suku Bunga antar-BUKU
Neraca Keuangan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Kas dan penempatan di BI 10.60 11.93 10.43 8.34 8.03 9.86
Penempatan di Bank Lain 2.77 1.85 1.58 1.54 1.50 1.85
Surat-surat Berharga 10.23 10.11 9.46 9.19 10.26 9.85
Kredit 29.65 33.45 36.63 41.05 37.90 35.74
Asset lainnya 46.75 42.66 41.90 39.88 42.30 42.70
Total Asset 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Dana Pihak Ketiga 44.92 47.45 48.18 49.34 47.03 47.38
Kewajiban pada bank lain 0.73 0.90 0.71 0.68 0.78 0.76
Kewajiban pada BI 0.02 0.02 0.01 0.01 0.02 0.02
Surat berharga yang diterbitkan, spot & derivatif 0.06 0.03 0.12 0.53 0.89 0.32
Pinjaman 0.71 1.05 0.84 1.01 1.30 0.98
Kewajiban lainnya 47.57 43.49 42.60 40.30 41.96 43.18
Total Kewajiban (Total Liabilities) 94.01 92.93 92.46 91.87 91.98 92.65
Modal (Total Equity) 5.99 7.07 7.54 8.13 8.02 7.35
Penyesuaian Modal 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total Modal 5.99 7.07 7.54 8.13 8.02 7.35
Total Kewajiban dan Total Modal 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
RWA/Total Asset 33.56 40.55 41.01 44.84 41.36 40.26
KPMM/Total Asset 5.37 5.76 6.41 7.17 7.09 6.36
KPMM/RWA 15.99 14.22 15.63 15.98 17.15 15.79
KPMM/RWA Average (stlh dihilangkan outlier) 16.49 14.54 15.69 15.93 17.08 15.95