DAMPAK KERJASAMA EKONOMI TU RKI – KOSOVO...
Transcript of DAMPAK KERJASAMA EKONOMI TU RKI – KOSOVO...
DA
TE
PAS
Diaj
AMPAK K
ERHADAP
SCA REFE
jukan untuk M
PROG
FAKU
UNIVERSI
KERJASA
P STABIL
ERENDUM
Memenuhi Pe
Muh
RAM STUD
ULTAS ILM
ITAS ISLAM
i
AMA EKO
LITAS KA
M KEME
2014
Skrips
ersyaratan Me
Oleh
hammad Fi
11111140
DI HUBUN
MU SOSIAL
M NEGERI
JAKAR
2017
ONOMI TU
AWASAN
ERDEKAA
4)
si:
emperoleh Ge
h:
ikry Al Fajr
000007
NGAN INTE
L DAN ILM
I SYARIF H
RTA
7
URKI – K
BALKAN
AN KOSO
elar Sarjana S
r
ERNASION
MU POLITI
HIDAYATU
KOSOVO
N BARAT
OVO (2009
Sosial (S.Sos)
NAL
IK
ULLAH
9-
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas bagaimana dampak yang ditimbulkan setelah kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh Turki dan Kosovo terhadap kondisi kawasan Balkan Barat pasca referendum kemerdekaan Kosovo tahun 2008. Fokus dari penelitian ini adalah tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap Kosovo dan kawasan Balkan Barat setelah kerjasama yang dilakukan oleh Turki dan Kosovo dalam berbagai sektor seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Pertanyaan penelitian dari skripsi ini adalah Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kerjasama ekonomi Turki – Kosovo terhadap stabilitas kawasan Balkan Barat. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan konsep-konsep terkait seperti Balance of Power dan Geopolitik. Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan data kajian pustaka, yakni pengumpulan data dengan mengkaji berbagai literatur seperti buku, artikel jurnal, dan sumber-sumber lain. Skripsi ini menemukan bahwa kerjasama ekonomi antara Turki dan Kosovo menimbulkan berbagai dampak terhadap kawasan Balkan, kawasan ini menjadi lebih terintegrasi setelah Turki kembali, Stabilitas kawasan ini jadi lebih terjaga karena Turki hadir sebagai penyeimbang dari kekuatan yang telah ada sebelumnya yaitu AS, EU dan Russia. Dampak lainnya adalah Turki sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah islam, dapat berpengaruh lebih besar dan melawan sindrom Islamophobia yang ada di Eropa yang mungkin penghambat bagi terciptanya stabilitas kawasan ini.
Kata Kunci: Turki, Kosovo, Balkan, Geopolitik, Balance Of Power
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Kuasa maka dengan kuasanya
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai harapan dalam rangka untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak sehingga
memudahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terima kasih terhaturkan kepada kedua Orang tua Asep Suwidja dan
Nurmilawati Nyak Tjut karena atas dukungan dan doa merekalah dapat
menyelesaikan studi dengan baik dan mengantarkan penulis sampai ke titik ini
dengan baik. Serta kepada Raul Amrullah selaku adik yang memberi dukungan
kepada penulis. Serta kepada Ramlah Nyak Tjut dan Baharudin Nyak Tjut (alm) yang
memberi dukungan moral dan materil sehingga penulis bisa menyelesaikan studi ini.
Terima Kasih diucapkan juga kepada Dosen Pembimbing Skripsi pak Robi
Sugara, MSc yang telah memberikian bimbingan dan telah sabar memandu penulis
dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Juga terima kasih kepada Pak Ahmad Al-Fajri
sebagai dosen Pembimbing Akademik HI kelas Internasional 2011 yang telah
membimbing proses belajar penulis selama ini. Terima kasih juga kepada Seluruh
jajaran pengajar Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta yang telah mencurahkan
seluruh kemampuannya dalam mengajar para mahasiswanya termasuk penulis.
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan di Kelas
HI Internasional 2011 Niken, Tito, Hary, Rifqi, Ocha, Dessica, Yani, Andhika,
Adnan, Hasmar, Reta, Selvi, Alif, Devi, dan Faishal Faras yang telah menjadi rekan
berkembang di kampus ini. Terima kasih juga kepada kawan-kawan 2011 Kholid
Saifullah, Adam, Amar, Ahsan, Fikri Mahir dan rekan yang telah menjadi teman
bermain di dunia politik kampus.
Terima kasih kepada keluarga besar PMII KOMFISIP dan PMII Cabang
Ciputat yang telah menjadi tempat bernaung selama ini. Juga pada keluarga besar
Trotoar yang menjadi rekan dan menjadi tempat berbahagia di kampus. Terima kasih
juga dihaturkan kepada senior HI 2010 Aulia Rahman, Alva Dino, Mulyana,
Andiriean Akbar, Akram, Navis, Wahyu, Ricardo, La Ode yang telah menunjukan
jalan yang asik dalam perkuliahan di HI UIN.
Terima kasih juga penulis haturkan kepada Febbyana Gupta Dinnata yang
telah menemani dan menyemangati penulis selama proses penulisan skripsi ini. Juga
kepada Ruslan Saswi, Randi Tebo, Andika Topan, Robith, Asnawi Irzal, Villarian,
Ical Marbun, Muhsin, Fiqi, Tegas, Ican yang membantu proses skripsi ini.
Jakarta, 7 Juli 2017
Muhammad Fikry Al Fajr
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………………………….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………………..........…. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.....………………………………… iv
ABSTRAK………………………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR...…………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI……………..……………………………………………………….. viii
DAFTAR SINGKATAN…...……………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Pernyataan Masalah................................................................................................ 1 1.2 Pertanyaan Penelitian.............................................................................................. 6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................... 7 1.4 Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 7 1.5 Kerangka Teori..................................................................................................... 11
1. Teori Geopolitik........................................................................... 11 2. Konsep Balance of Power ............................................................ 14
1.6 Metode Penelitian..................................................................................................17 1.7 Sistematika Penulisan............................................................................................19
BAB II: PERAN DAN KONTRIBUSI TURKI TERHADAP
KEMERDEKAAN KOSOVO................................................................................. 21
2.1 Latar Belakang Keterlibatan Turki Dalam Upaya Kemerdekaan Kosovo............27
2.2 Faktor Keterlibatan Turki Dalam Upaya Kemerdekaan Kosovo..........................28
2.3 Bantuan dan Dukungan Turki Terhadap Kosovo Dalam Upaya
Kemerdekaan Kosovo.................................................................................................31
ix
BAB III: KERJASAMA EKONOMI TURKI – KOSOVO
PASCA REFERENDUM KOSOVO 2008..............................................................38
3.1 Kebijakan Luar Negri Turki Terhadap Kawasan Balkan Barat.............................38
Kebijakan Bidang Ekonomi.............................................................................41
Kebijakan Bidang Militer................................................................................42
Kebijakan Bidang Sosial Budaya....................................................................43
3.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo........................................................44
Memorandum Of Understanding Kosovo – Turki.......................................................44
BAB IV: DAMPAK KERJASAMA EKONOMI TURKI – KOSOVO TERHADAP STABILITAS KAWASAN BALKAN BARAT..............................47
4.1 Dampak Kebijakan Ekonomi Turki – Kosovo Terhadap Kedua Negara .............47
- Stabilitas Ekonomi Politik.............................................................................51
- Pembangunan Negara....................................................................................52
- Pengentasan Masalah Kemiskinan................................................................53
4.2 Dampak Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo Terhadap Negara Kosovo
dan Kawasan Balkan Barat.........................................................................................56
- Stabilitas Ekonomi Politik dan Keamanan di Balkan...................................59
- Koneksi Antar Negara Di Balkan..................................................................61
- Kebangkitan Kesadaran Negara-Negara Balkan...........................................63
4.3 Kondisi Kawasan Balkan Barat Pasca Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo.......64
- Multi Influence Region dan Ruang Pameran Kekuatan Turki......................66
- Poros Tengah, Balance Of Power dan Kekuatan Alternatif di Balkan.........68
- Kebangkitan Islam di Balkan, Bangkitnya wacana “Neo-Ottomanisme
x
di Eropa dan Kekhawatiran Eropa...................................................................72
BAB V: KESIMPULAN............................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................81
xi
DAFTAR SINGKATAN
AKP Justice and Development Party
EU European Union
EULEX European Union of Law Mission In Kosovo
KFOR Kosovo Force
NATO North Atlantic Treaty Organization
UNMIK United Nation Mission In Kosovo
SEECP South East Europe Cooperation Process
KLA Kosovo Liberation Army
TIKA Turkish International Cooperation and Development Agency
CIMIC Civilian Military Cooperation
RAVIAC Regional Arms Control Verification and Implementation Assistance Center
SEEGROUP South-East Europe Security Cooperation Steering Group
GDP Gross Domestic Product
USD United States Dollar
FTA Free Trade Agreement
SEEI South East Europe Initiative
UNSC Uinted Nation Security Council
UN United Nation
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1....................................................................................................................3
Gambar 4.1..................................................................................................................51
Gambar 4.2..................................................................................................................53
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...................................................................................................................81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Kosovo adalah sebuah negara yang terletak disemenanjung Balkan
Barat yang terletak di antara negara Serbia dan Albania. Negara ini baru saja
mendapatkan kemerdekaannya setelah melalui perjuangan dan proses yang
cukup rumit (Eralp, 2010). Kemerdekaan Kosovo menandai dimulainya babak
baru dari konstelasi politik di kawasan Balkan Timur. Kawasan yang terkenal
dengan berbagai konflik etnis, dan peperangan antar negara pasca perang
dingin. Kemerdekaan Kosovo menjadikan kawasan ini semakin kompleks dan
membuka peluang untuk menghadirkan dinamika dalam hubungan
internasional khususnya di kawasan ini (Abazi, Kosovo Independence: An
Albanian Perspective, 2008).
Sebelum merdeka, Kosovo mengalami konflik dengan Serbia yang
mengundang reaksi dunia internasional, dimana aktor-aktor besar dunia
mengambil peran dalam penyelesaian konflik antara kedua belah pihak. Konflik
ini dipicu oleh berbagai faktor, dan faktor terpenting adalah perbedaan identitas
yang terjadi di Serbia (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective,
2008).
Perbedaan identitas Kosovo yang beretnis Kosovo Albanian, bertolak
belakang dengan Serbia yang beretnis Slavic Russian ini yang mendasari
2
konflik yang mengakar sejak perang dingin berlangsung. Konflik yang
berujung dengan peperangan antara kedua kubu inilah yang mengundang reaksi
internasional.
Intervensi dari asing tidak dapat dihindari lagi karena konflik ini telah
bereskalasi menjadi sebuah perang antara kelompok separatis dengan sebuah
negara yang berdaulat. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah
badan khusus untuk mengatasi konflik Kosovo, yaitu United Nation Interim
Administration In Kosovo (UNMIK), juga European Union (EU) yang
membentuk European Union police and justice mission to Kosovo (EULEX)
(Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008).
Selain organisasi tersebut, beberapa negara baik tetangga maupun
kekuatan besar dunia pun ikut mengambil peran dalam konflik tersebut. Negara
besar seperti Prancis, Inggris dan AS menjadi negara yang membantu
menyelesaikan konflik ini, juga negara-negara tetangga seperti Albania,
Yunani, dan Turki ikut terlibat dalam penyelesaian konflik tersebut (Abazi,
Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008).
Keterlibatan Turki dalam konflik antara Kosovo dan Serbia memiliki
berbagai macam faktor, yang salah satunya sejarah. Turki memiliki sejarah
panjang dalam hubungan internasional dikawasan Ballkan Timur.Turki yang
dulu menjadi hegemon dengan Dinasti Turki Ustmani menguasai sebagian
Eropa khususnya Balkan Timur. Hingga hari ini Turki masih memiliki
pengar
Eropa
kedeka
berteta
kawas
langsu
yang b
salah s
juga y
Kosov
Islam,
ruh terhadap
(Eralp, 2010
Gam
Sumber :
Dalam pe
atan geogra
angga. Fakto
an ini khusu
ung maupun
berada di pu
satu landasan
Selain fakt
yang menentu
vo. Kosovo d
dan juga ba
p kawasan in
0)
mbar 1.1 Peta
http://www.
ta di atas
afis Turki
or ini cukup
usnya Kosov
n tidak lang
usat semenan
n Turki untu
tor di atas, fa
ukan sikap T
dikenal seba
anyak etnis
3
ni, karena Tu
a Geografis T
.bibach.org/
terlihat ba
dengan K
p penting kar
vo akan sedik
gsung. Ditam
njung Balkan
uk menjalank
aktor kesam
Turki untuk
agai kawasan
Turki yang
urki adalah s
Turki dan Ba
/images/Balk
ahwa faktor
Kosovo dan
rena segala
kit banyak b
mbah denga
n menjadika
kan kebijaka
maan identitas
terlibat dan
n yang mayo
menetap di
salah satu ke
alkan
kanRegionM
r penting la
kawasan
sesuatu yan
berdampak p
an letak stra
an faktor geo
annya di Kos
s sebagai mu
mendukung
oritas pendu
kawasan ter
ekuatan baru
Map.jpg
ainnya adal
Balkan ya
ng terjadi pa
ada Turki ba
ategis Koso
ografis sebag
sovo.
uslim di Ero
g kemerdeka
uduk beragam
rsebut. Fakto
u di
lah
ang
ada
aik
ovo
gai
opa
aan
ma
or-
4
faktor tersebut yang mendasari gerakan Turki di kawasan ini dan Kosovo
khususnya (Eralp, 2010).
Dalam hubungannya dengan kemerdekaan Kosovo, Turki dianggap
salah satu negara yang memberikan dukungan paling besar. Selain memberi
pengakuan, Turki melanjutkan manufer kepentingan nasionalnya di Kosovo
dengan memberikan bantuan-bantuan luar negeri dan melakukan infestasi yang
terbilang cukup besar terhadap Kosovo.
Turki merupakan negara yang pertama kali membuka kedutaan besar di
Kosovo tak lama setelah deklarasi kemerdekaan. Sikap ini jelas menunjukan
bahwa Turki memiliki kedekatan khusus dengan Kosovo. Perdana Mentri Turki
saat itu Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan khusus mengenai
hubungan bilateral Turki-Kosovo (Collaku, 2010),
Pemerintahan Kosovo saat itu juga membuka pintu untuk Turki terlibat
penuh dalam pembangunan negaranya. Turki menekankan segi stabilitas dan
integritas teritori dari Kosovo dan membangun hubungan yang baik serta
berdasarkan persaudaraan dengan negara tetangganya. Pemerintah Turki juga
menyediakan bantuan dari berbagai aspek seperti politik, militer, humanitarian
dan aspek ekonomi, dalam rangka membantu Kosovo merintis negara yang
notabene nya baru merdeka (Turkey, 2012).
Ekonomi merupakan faktor terpenting dalam pembangunan sebuah
negara, dalam hal ini Turki sebagai negara berkekuatan ekonomi besar
memberikan bantuannya terhadap Kosovo. Turki melakukan investasi
5
berdasarkan permintaan para petinggi negara Kosovo yang ingin mengubah
pola komunikasi bilateral kekeluargaan menjadi hubungan diplomatis yang
menggunakan kerjasama ekonomi sebagai instrumen utamanya (KURTARAN,
2010).
Dalam pembangunan ekonomi negara Kosovo, Turki mengambil peran
strategis dan penting. Beberapa kunjungan perdana mentri Turki saat itu
membicarakan masa depan hubungan ekonomi antar kedua negara. Recep
Tayyip Erdogan menekankan pada investasi jangka panjang Turki-Kosovo dan
ingin melakukan beberapa rekonstruksi di beberapa sektor ekonomi seperti
sektor pertanian, industri, pariwisata, dan infrastruktur.
Kerjasama ini diperkuat dengan beberapa Memorandum of
Understanding (MoU), dan beberapa perjanjian yang dilaksanakan kedua
negara. Perjanjian-perjanjian ini bersifat jangka panjang dan cukup mengikat
bagi kedua pihak. Adapun perjanjian tersebut berisi beberapa poin, seperti
pengembangan ekonomi kedua belah pihak, fokus terhadap bidang industri dan
teknologi, dan juga membuat badan ekonomi bersama untuk menganalisa dan
membaca peluang kerjasama ekonomi kedua negara (Kosovo G. O., 2009).
Volume perdagangan antara Turki dan Kosovo pada tahun 2012
mencapai angka 206,5 juta Euro (Expor ke Kosovo 199,5 juta Euro, Import dari
Kosovo 7 juta Euro) (Turkey, 2012). Angka tersebut cukup besar untuk ukuran
negara yang baru 4 tahun merdeka, hal ini menunjukkan bahwa Turki melihat
potensi yang dimiliki Kosovo.
6
Dalam bidang infrastruktur, Turki mencanangkan mega proyek
pembangunan jalan bebas hambatan dengan estimasi dana sampai $700 juta
(Collaku, 2010). Proyek ini bertujuan untuk mempermudah akses bagi para
investor Turki ke Kosovo, proyek ini pun jelas menunjukkan keseriusan Turki
untuk berandil dalam pembangunan negara Kosovo.
Dalam segi pendidikan dan kebudayaan, Turki dan Kosovo telah
memiliki perjanjian semenjak 2008, kedekatan kedua negara ini ditambah
dengan adanya keturunan dan warga Turki di Kosovo dan mereka berperan
aktif dalam berbagai aspek pemerintahan di Kosovo (Turkey, 2012). Turki dan
Kosovo juga melakukan pertukaran pusat budaya, juga Turki merekonstruksi
dan merenovasi peninggalan Turki Ustmani yang ada di Kosovo seperti Makam
Sultan Murat, Masjid Fatih, dan Masjid Sinan Pasha (Turkey, 2012).
Peningkatan kerjasama ekonomi antar kedua negara dengan berbagai
aspek di atas jelas mengundang pertanyaan, idealkah apa yang dilakukan Turki
dengan melakukan kerjasama ekonomi yang terbilang besar terhadap Kosovo
yang notabene nya negara yang baru saja merdeka? melihat dari kerjasama
kedua negara ini pasti akan muncul pro dan kontra yang berdampak langsung
bagi stabilitas kawasan Balkan Barat tersebut.
1.2 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kerjasama ekonomi Turki –
Kosovo terhadap stabilitas kawasan Balkan Barat?
7
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kerjasama
ekonomi Turki – Kosovo terhadap stabilitas kawasan Balkan Barat
2. Sebagai tugas akhir yang harus diselesaikan untuk menempuh gelar S.Sos Ilmu
Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta
- Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber rujukan baru bagi mahasiswa yang ingin meneliti dan mengkaji
tentang hubungan antara Turki dan Kosovo.
2. Sebagai sumbangan akademik bagi mahasiswa yang akan mengerjakan skripsi
dimasa selanjutnya
1.4 Tinjauan Pustaka
Untuk menunjang penelitian ini dibutuhkan beberapa tinjauan pustaka
untuk memperkuat data dalam penelitian ini. Adapun literatur yang ditinjau
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dalam jurnal SETA Policy Brief “Kosovo And Turkey: What Lies
Ahead?” yang ditulis oleh Doğa Ulaş Eralp, dan diterbitkan oleh SETA
Foundation for Political, Economic and Social Research, November, 2010,
dituliskan tentang bagaimana kronologi, kondisi, dan latar belakang dari
kemerdekaan Kosovo. Lalu bagaimana respon dunia internasional dan Turki
8
sendiri atas kemerdekaan kosovo dan sepak terjang Turki di Kosovo setelah
menjadi negara yang berdaulat.
Fokus jurnal ini adalah usulan kebijakan terhadap pemerintah Turki
dalam hubungan bilateral dengan Kosovo. Karena jurnal ini diterbitkan oleh
lembaga penelitian pemerintahan Turki, jadi jurnal ini dapat digunakan sebagai
sumber dari penelitian ini dan secara langsung, jurnal ini sangat berkaitan
dengan penelitian ini.
Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, jurnal ini lebih fokus kepada
sejarah dan sepak terjang Turki di negara Kosovo, setelah kemerdekaan
maupun sebelumnya, dan tujuan utama dari jurnal ini adalah sebagai usulan
kebijakan luar negri Turki terhadap Kosovo. Berbeda dengan penelitian ini
yang fokus kepada dampak yang ditimbulkan setelah Turki melakukan
kerjasama ekonomi dengan Kosovo terhadap kawasan Balkan Timur.
Dalam Jurnal Geopolitics, Geoculture and Turkish Foreign Policy yang
ditulis oleh Dr. Abdullah Yuvaci PhD dan diterbitkan oleh Turgut Özal
University, Ankara, Turkey, Desember 2012, disebutkan bahwa jurnal ini
membahas tentang bagaimana transisi kebijakan Pemerintah Turki sejak era
perang dingin sampai tahun 2009. Dalam jurnal ini dituliskan secara terperinci
bagaimana Turki menghadapi kondisi geopolitik dan geokultur yang
9
kompleks, karena Turki terletak di posisi yang terhimpit dua kawasan yang
sangat rawan akan konflik yaitu, Timur Tengah dan Semenanjung Balkan, dan
juga bagaimana Turki melakukan hubungan dengan kekuatan-kekuatan besar
dunia seperti EU dan AS.
Jurnal ini berhubungan dengan penelitian ini karena dalam penelitian ini
ingin membahas dampak yg ditimbulkan oleh Kerjasama Turki dan Kosovo
terhadap kawasan Balkan Timur, secara langsung jurnal ini memberikan
gambaran yang jelas tentang peta geopolitik dan geokultur Turki.
Adapun perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah jangkauan penelitian. Jurnal ini memiliki jangkauan yang sangat luas
yaitu menjangkau hingga berbagai kawasan yang mempengaruhi kebijakan
Turki, namun penelitian ini akan mempersempit jangkauan dan berkonsentrasi
pada kawasan balkan dan negara Kosovo saja.
Dalam Tesis yang ditulis oleh Zehra Eroglu, M.Sc “Turkish Foreign
Policy Towards The Balkans In The Post Cold War Era”terdapat beberapa poin
yang selaras dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Dalam
tesisnya, Zehra Eroglu membahas bagaimana Turki memandang kawasan
Balkan sebagai sebuah kawasan penting, dan bagaimana perlakuan Turki
terhadap kawasan ini. Gagasan tentang “Neo-Ottomanism” dan keterlibatan
10
Turki dalam upaya Kemerdekaan Kosovo juga sangat kental dalam tesis ini dan
membuat tesis ini semakin kuat sebagai acuan dalam penelitian ini.
Namun terdapat perbedaan tesis ini dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu, perbedaan periode. Tesis ini fokus pada rentang waktu pasca
perang dingin hingga 2004, berbeda dengan penelitian ini yang fokus pada
rentang waktu 2009-2014.
Literatur selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Enika Abazi “A
New Power Play in the Balkans: Kosovo’s Independence” yang merupakan
salah satu bagian dari jurnal’pemain Insight Turkey Vol. 10 / No. 2 / 2008
halaman 67-80, dimana didalam jurnal dituliskan secara jelas para aktor yang
berperan aktif dalam kemerdekaan Kosovo, yaitu Russia dan Turki. Jurnal ini
juga membahas tentang kemerdekaan Kosovo dalam berbagai perspektif,
seperti segi politik dan segi legalitas maupun pengakuan internasional. Jurnal
ini juga membahas tentang rivalitas para aktor yang terlibat dalam perebutan
“pengaruh” di Kosovo, juga secara tersirat jurnal ini memperlihatkan bahwa
Kosovo memiliki posisi strategis dan penting di kawasan Balkan. Maka sangat
jelas hubungannya tulisan Enika Abazi dengan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun perbedaan jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
pada objek penelitian. Jurnal ini memfokuskan objeknya pada siapa saja aktor
yang bermain, berbeda dengan penelitian yang memiliki objek tentang
kerjasama ekonomi antara Turki dan Kosovo dan bagaimana dampaknya
terhadap stabilitas kawasan Balkan.
11
Jurnal selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Cüneyt Yenigün
”Ressurection Of Turkey In The Balkans” yang diterbitkan oleh
ResearchGate.Net pada November 2011, tertulis di dalamnya beberapa poin
yang dapat membantu penelitian ini, yaitu poin tentang potensi Turki dalam
konteks geopolitik di Balkan. Selain itu jurnal ini membahas tentang sisi
historis yang melatarbelakangi bagaimana kebijakan Turki di Balkan, juga
faktor sosial politik yang mendorong Turki untuk berperan aktif di kawasan ini.
Jurnal ini tidak menitikberatkan bagaimana kebijakan Turki terhadap Kosovo,
disitulah letak perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
1.5 Kerangka Teori
Untuk menganalisa sebuah kasus, fungsi dari kerangka teori sangatlah
penting sebagai landasan dalam penelitian. Penelitian ini akan menggunakan
beberapa teori maupun konsep sebagai landasan pemikiran dan penelitian.
Adapun konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut
1. Teori Geopolitik
Teori Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari relasi bumi atau letak
sebuah negara dengan perkembangan politik. Geopolitik terutama
mempelajari negara dalam hubungannya dengan lingkungan di sekitarnya,
yakni ruangannya, serta berusaha memecahkan segala masalahnya
berdasarkan relasi spasial. Geopolitik berkaitan dengan kebutuhan negara
akan ruang yang terus bertambah seperti perluasan wilayah ataupun pengaruh.
(Daldjoeni N, 1991). Geopolitik juga diartikan sebagai penggolongan petak-
12
petak dari wilayah dan masyarakat secara besar-besaran. Hubungan antara
geopolitik dan kenegarawanan menurut Gilmartin dan Kofman yaitu
“Tindakan dan gambaran tentang strategi territorial”. Yang dimaksud adalah
negara-negara bersaing untuk mengawasi wilayah-wilayah dan sumber
kekayaan alam yang ada di dalam wilayah tersebut.
Dalam studi hubungan internasional, geopolitik merupakan suatu
kajian yang melihat masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang
atau geosentrik. Konteks teritorial dimana hubungan itu terjadi bervariasi
dalam fungsi wilayah dalam intraksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor: dari
nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi lokal.
Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang
mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam tersebut. Geopolitik
mempunyai empat unsur pembangun yaitu, keadaan geografis, politik, serta
unsur kebijakan luar negeri.
Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat
posisinya terhadap negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting
diantara masyarakat bangsa-bangsa atau secara lebih tegas lagi untuk
menempatkan diri pada posisi yang sejajar diantara negara-negara raksasa.(Flint
Colin, 2006).
Terdapat tiga komponen yang digunakan dalam geopolitik, yaitu:
a. Geografi.
13
Lokasi suatu tempat dalam suatu wilayah penting. Demikian pula unsur
relasi keruangan yang lain, seperti posisi, jarak dari tempat lain. wilayah
memiliki luas serta bentuk yang berarti bagi pemenuhan kepentingan, misalnya
dalam kepentingan perkembangan ekonomi ataupun untuk membina hubungan
dengan wilayah lain dalam bidang kultural dan politik. (Daldjoeni, 1991)
b. Power
Power atau kekuatan dalam geopolitik digunakan untuk melakukan kontrol
terhadap ruang dan tempat. Power merupakan suatu kemampuan untuk
mencapai kepentingan dalam pemetaan posisi suatu negara di suatu wilayah
tertentu yang didasarkan pada ukuran suatu negara dan kemampuan yang
seimbang antara militer dan ekonomi negara tersebut.
c. Human Geography
Human Geography (penduduk) digunakan untuk menguji penggunaan dan
implikasi dari kekuasaan untuk menguji tempat dan hubungannya dalam politik
dunia sebagai suatu kekuatan untuk melawan perbedaan kepentingan dan
kelompok. Human Geography menggunakan pengorganisasian dalam
masyarakat, penetapan dan luas kedaulatan suatu negara untuk kelanjutan
dalam proses geopolitiknya.
Maka geopolitik akan mengalihkan perhatian mereka pada negara-
negara yang memiliki pertumbuhan penduduk seiring dengan perkembangan
14
ekonomi yang pesat serta adanya perkembangan teknologi. Hal ini dapat
mengarahkan negara untuk berpikir kembali mengenai tujuan atau orientasi
strategi negara termasuk peningkatan kekuatan dunia dalam kebijakan
keamanan dan luar negeri negara tersebut (Al-Rodhan, Sustainable History and
the Dignity of Man: A Philosophy of History and Civilisational Triumph,
2009).
Dalam konteks penelitian ini, konsep geopolitik ini akan diterapkan
sebagai alat untuk meneliti apa yang menjadi motif kerjasama ekonomi Turki
dengan Kosovo. Melihat tiga dasar dari konsep ini, yaitu geografi, power dan
human georaphy, Turki memenuhi semua elemen tersebut.
Melihat dari letak geografis, kedua negara ini saling berdekatan dan
kawasan Balkan menjadi salah satu kawasan yang bertetangga dengan Turki
sebagaimana Kosovo termasuk dalam kawasan tersebut. Dari aspek Power,
Turki memiliki kekuatan, khususnya finansial untuk mengamankan kawasan
tetangganya agar dapat melanggengkan kepentingan nasional mereka. Dari segi
human geography pun, etnis Turki menjadi salah satu etnis terbesar yang
menghuni Kosovo, ini menjadi alasan kuat untuk Turki melakukan hubungan
bilateral dengan Kosovo demi menjaga kedaulatan bangsanya.
2. Konsep Balance Of Power
15
Kenneth Waltz menggambarkan struktur internasional sebagai:
a. Sistem internasional bersifat anarkis, bukan hierarkis
b. Terkarakterisasi oleh interaksi antar unit yang memiliki fungsi yang sama
c. Distribusi kapabilitas antar negara dalam sistem, relatif merata
Balance of power merupakan suatu distribusi power relatif antar negara.
Balance of power menciptakan kondisi ekuilibrium dan mencegah adanya
dominasi salah satu kekuatan. Teori Balance of power menganggap kestabilan
dapat terpelihara apabila power terdistribusi secara seimbang di antara negara-
negara dalam sistem internasional. Jadi tidak ada satu negarapun yang
memiliki kekuatan dominan di atas yang lain. Ketika suatu negara mendapat
ancaman, sebagai respon ia akan meningkatkan power dan memperkuat
aliansinya untuk menangkal kekuatan lawan.
Menurut Waltz, dalam sistem Balance of power, aliansi yang terbentuk dapat
berubah sebagai respon atas perubahan power yang dimiliki suatu negara
(Waltz, 1979).
Perubahan terjadi oleh adanya peningkatan power suatu negara akibat
perkembangan politik, ekonomi dan teknologi. Ketimpangan pertumbuhan
power tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan distribusi power yang
akhirnya mengganggu status quo. Bruce M. Russet dan Harvey Starr melihat
perubahan sistem yang terjadi dapat mengganggu balance of power karena
menciptakan ketidakstabilan. Seperti yang telah disebut di atas, perubahan
16
sistem dapat terjadi karena adanya perubahan kapabilitas suatu negara yang
antara lain disebabkan oleh:
- Penguasaan teritori, terutama wilayah-wilayah yang menjadi sengketa dengan
negara lain.
- Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan signifikan sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara.
- Peningkatan inovasi teknologi, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kekuatan militer melalui akuisisi dan modernisasi baik secara
kualitas maupun kuantitas, perlengkapan, peralatan serta persenjataan militer
yang tidak seimbang antar suatu negara dengan lainnya. (Al-Rodhan, Neo-
statecraft and Meta-geopolitics: Reconciliation of Power, Interests and Justice
in the 21st Century, 2009)
Perubahan kapabilitas yang meningkat dari suatu negara berarti akan
meningkatkan power, posisi dan pengaruh negara tersebut dalam sistem
internasional. Pada dasarnya, negara pada tingkat minimal, akan selalu berusaha
menjaga kedaulatan dan keamanan nasionalnya dan pada tingkat maksimal
akan berjuang untuk melakukan dominasi atas negara lain. (Russet & Starr,
1985)
Agar balance of power tetap terjaga, masing-masing negara harus puas
dengan power yang terdapat dalam sistem balance of power, mencegah usaha
suatu negara untuk menguasai dunia, mencegah munculnya otoritas
17
internasional yang kuat dan mencegah pihak luar mengganggu sistem politik
domestiknya.
Dalam penelitian ini, konsep Balance of Power digunakan sebagai alat
untuk meneliti bagaimana Turki berperan dalam hubungan bilateral dengan
Kosovo dan dampaknya terhadap kawasan Balkan Barat.
Seperti penjelasan di atas, asumsi dasar yang dikemukakan Kenneth Waltz
bahwa hubungan internasional bersifat anarkis, bukan hierarkis. Untuk
menciptakan kondisi yang anarkis ini, Turki sebagai salah satu aktor yang
berkekuatan ekonomi kuat, akan melakukan berbagai cara untuk menciptakan
stabilitas di kawasan ini. Hal ini dikarenakan banyaknya aktor kuat lainnya
yang bermain di kawasan ini dan harus dibendung agar tidak ada kekuatan di
atas kekuatan lainnya.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
yang dilatarbelakangi oleh pemikiran rasional dan menekankan objektivitas dan
dipaparkan secara deskriptif analisis. Penelitian kualitatif ini merupakan suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati1. Penelitian ini
dibuat dengan menjelaskan dan menganalisa permasalahan berdasarkan data
dan informasi yang dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif, para peneliti
1Bogdan, dan Tylor, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989), hal.3.
18
tidak mencari kebenaran dan moralitas, tetapi lebih kepada mencari
pemahaman2.
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dengan
mencari informasi berupa berita analisis, konsep-konsep hasil pemikiran para
ahli yang dimuat dalam buku karya tulis ilmiah, artikel, jurnal hubungan
internasional dan jurnal politik, dan juga didapat dari lembaga-lembaga
pemerintahan, juga studi kepustakaan ke berbagai perpustakaan seperti
perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia.
Data kualitatif yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dijelaskan
menggunakan analisis deskriptif.
Sebagai pedoman penulisan karya ilmiah ini, teknik penulisan dilakukan
berdasarkan pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017,
disusun oleh tim Penyusun Panduan Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Keunggulan dari skripsi atau penelitian ini adalah karya penulis adalah
hal yang baru dan belum ada yang fokus kepada materi yang akan dibahas, dan
menjadikan penelitian ini autentik dan orisinil. Namun kekurangannya ada pada
sumber premier yang tidak mendukung karena kajian internasional
membutuhkan biaya yang lebih untuk melakukan penelitian. 2 LexMoelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Karya, 1990), hal. 8.
19
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab utama, dan akan dibagi
menjadi beberapa sub bab didalamnya. Penulisannya juga akan dilakukan
secara sistematis dan terstruktur sebagaimana yang ada dalam pedoman
penulisan skripsi. Adapun pembagian bab dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
‐ Bab I
Bab I akan berisi tentang landasan dasar penelitian ini, termasuk di
dalamnya adalah Pernyataan Masalah yang berupa latar belakang
dari permasalahan yang akan di teliti, lalu pertanyaan penelitian
yang menjadi pokok dan fokus permasalahan yang akan di teliti
termasuk juga tujuan dan manfaat penelitian, lalu kerangka teori
yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada dalam
penelitian ini, lalu tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan
‐ Bab II
Dalam bab ini akan dibahas bagaimana peran Turki dan
keterlibatannya dalam upaya kemerdekaan negara Kosovo. Yang
akan di bagi menjadi tiga sub bab yaitu, latar belakan keterlibatan
Turki dalam kemerdekaan Kosovo, Faktor Keterlibatan Turki dan
bantuan serta dukungan Turki dalam upaya kemerdekaan Kosovo.
20
‐ Bab III
Bab ini berisi tentang kerjasama ekonomi yang dilakukan Turki dan
Kosovo pasca referendum kemerdekaan Kosovo yang terbagi dalam
sub bab yaitu, Kebijakan Luar Negri Turki terhadap kawasan Balkan
Barat, dan bentuk kerjasama Ekonomi Turki-Kosovo.
‐ Bab IV
Bab ini akan menjabarkan bagaimana analisa dampak kerjasama
ekonomi Turki-Kosovo terhadap stabilitas kawasan Balkan Barat,
yang terbagi dalam sub bab yaitu, dampak kebijakan ekonomi
Turki-Kosovo terhadap Kedua Negara, sub bab selanjutnya yaitu
dampak kerjasama ekonomi Turki-Kosovo terhadap kawasan
Balkan Barat, lalu kondis Kawasan Balkan Barat pasca kerjasama
ekonomi Turki-Kosovo.
‐ Bab V
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan
21
BAB II
PERAN DAN KONTRIBUSI TURKI TERHADAP
KEMERDEKAAN KOSOVO
Kosovo memiliki sejarah yang panjang dalam upaya mewujudkan
kemerdekaannya. Sejarah yang penuh dengan konflik, perang sipil dan berbagai
proses lainnya mewarnai proses terbentuknya kedaulatan negara ini (Abazi,
Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 68). Seperti yang
umumnya terjadi di dunia internasional, apabila terjadi konflik dan perseteruan
di dalam sebuah negara atau wilayah maka akan banyak upaya-upaya dari pihak
ketiga untuk menciptakan perdamaian dan situasi keamanan yang kondusif.
Kosovo adalah salah satu negara yang baru mendapatkan
kemerdekaannya pada 17 Februari 2008 (Abazi, Kosovo Independence: An
Albanian Perspective, 2008, hal. 68). Tentu saja upaya untuk merdeka dan
menjadi sebuah negara yang berdaulat tidak akan pernah melalui proses yang
mudah dan aman. Setiap upaya kemerdekaan pasti melewati sejarah yang kelam
dan berat. Dalam konteks Kosovo, negara kecil yang terletak di tengah kawasan
Balkan Timur ini menjadi daerah yang stategis di dalam kawasan yang rentan
akan konflik.
22
Sejarah Kosovo tidak bisa terlepas dari rangkaian perang antar entnis
dan perebutan antar kekuasaan besar yang mencoba mendominasi kawasan ini.
Tercatat ada beberapa kekuatan besar dunia yang pernah menjadi pengampu
kekuasaan di kawasan Balkan Timur, seperti, Turki Ustmani, Kerajaan Serbia,
Union Of Soviet Socialist Republic (USSR), Yugoslavia dan yang terkini adalah
Uni Eropa (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal.
73). Pergantian kekuasaan yang sangat dinamis dalam kawasan ini
menunjukkan bahwa kawasan ini sangat strategis dan menjadi pertemuan antara
kawasan-kawasan besar dunia seperti Timur Tengah, Asia-Kaukasia, dan
Eropa.
Sementara inisiasi kemerdekaan dimulai pasca perang dunia ke-2
dimana pergolakan politik internasional mencapai fase baru yang ditandai
terbaginya dunia menjadi 2 kutub besar, Barat dan Timur. Kosovo adalah
wilayah yang terletak di kawasan Balkan dimana kawasan ini di bawah
pengaruh payung besar Komunisme dunia USSR yang terkenal sebagai Blok
Timur. Sebagai bagian dari Republik besar Yugoslavia, Kosovo ingin
mendapatkan hak pemerintahan yang lebih mandiri (Eralp, 2010, hal. 3-4).
Upaya ini dilakukan oleh pemimpin Kosovo atas dasar tuntutan rakyat yang
ingin menjadi negara yang merdeka. Pemerintah Kosovo Albanian menilai
bahwa mereka berhak mendapatkan kemerdekaan dan pemerintahaan yang
berdaulat (Eralp, 2010, hal. 3-4).
23
Tahun 1946, pemerintah Yugoslavia di bawah kepemimpinan Josef
Broz Tito memberikan hak otonomi khusus kepada Kosovo (Jura, 2013, hal.
78). Hak ini termasuk mengelola pemerintahan tetapi masih di bawah naungan
Serbia. Namun kebijakan ini masih belum memuaskan rakyat Kosovo Albanian
yang ingin menjadi sebuah negara yang berdaulat. Maka gerakan-gerakan
dalam upaya memerdekakan diri terus dilakukan.
Tahun 1974, Yugoslavia memberikan kewenangan yang lebih tinggi
dengan mengadopsi kebijakan otonomi yang lebih besar kepada Kosovo yang
sifatnya setara dengan negara republik tapi tetap masih di bawah naungan
otoritas Serbia (Jura, 2013, hal. 81). Rakyat Kosovo tetap ingin merdeka dan
masih terus melakukan gerakan-gerakan kemerdekaan dengan serangkaian aksi
masa dan demonstrasi.
Rezim berganti dengan wafatnya Tito pada 1980 yang dilanjutkan oleh
Slobodan Milosevic memimpin otoritas Komunisme di Balkan. Dengan
bergantinya rezim maka kebijakan pun berganti, masa kelam pun datang bagi
rakyat Kosovo dan daerah-daerah yang dianggap tidak sejalan (Jura, 2013, hal.
81). Otonomi istimewa yang diberikan oleh pemerintah Yugoslavia dicabut,
dan penjagaan militer diperketat demi penguatan daerah kekuasaan mereka
(Jura, 2013, hal. 81). Hal ini disebabkan oleh krisis yang melanda kawasan ini
dan wilayah dengan dampak terburuk adalah Serbia dan Yugoslavia.
24
Pada periode 1990-an adalah masa terkelam bagi Kosovo, dimulai dari
demonstrasi masa yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa di Prishtina dengan
mosi ingin menekan pemerintahan Milosevic agar memerdekakan Kosovo
(Eralp, 2010, hal. 4). Atas dasar hukum perang, rakyat Kosovo Albania
membuat pemerintahan bayangan dengan mendirikan Partai Demokratik
Kosovo (LDK) yang dipimpin oleh Ibrahim Rugova, setelah sebelumnya
melakukan referndum kemerdekaan yang menghasilkan 87.01 persen suara
yang menginginkan kemerdekaan Kosovo pada September 1991 (Abazi,
Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 68). Setelah
melakukan berbagai perdebatan dengan pemerintahan Milosevic dan
mengundang perhatian komunitas internasional seperti PBB dan Uni Eropa
yang selalu berujung dengan alot, 1997 Kosovo mengambil jalan perang untuk
mendapatkan kemerdekaannya. Dengan terbentuknya Kosovo Liberation Army
(KLA) maka babak baru telah dimulai (Jura, 2013, hal. 82).
KLA sebagai pasukan yang merepresentasikan suara rakyat Kosovo
Albania ingin melepaskan diri dari Serbia dan pemerintahan Komunisme
Milosevic yang kemudian KLA dianggap sebagai teroris oleh Serbia (Abazi,
Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 68). Maka demi
mempertahankan keutuhan “Kerajaan Komunis Balkan” tentara Serbia dan
paramilliter nya melakukan tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil
25
Kosovo dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas umum di Kosovo
(Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 68).
Tindakan opresif ini mengundang North Atlantic Treaty Oranization
(NATO) untuk bergerak (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian
Perspective, 2008, hal. 69) (Abazi, A New Power Play in the Balkans:
Kosovo's, 2008). Hal ini disebabkan oleh banyaknya pelanggaran HAM yang
terjadi di wilayah konflik Kosovo-Serbia. PBB yang diwakili oleh UNMIK dan
Contact Group (yang terdiri dari Jerman, Prancis, Inggris Amerika dan Italia)
melakukan intervensi terhadap konflik ini dan menginisiasikan perjanjian
perdamaian Ramboulliet Prancis dengan resolusi konflik jangka panjang yang
ditawarkan dalam perjanjian ini. UN Security Council Resolution 1244 juga
melakukan insiatif untuk mendukung Kosovo dengan melakukan mediasi
terhadap kedua kubu yg berkonflik.
Pemerintahan Milosevic yang awalnya bersikukuh untuk menolak
perjanjian ini akhirnya menyerah setelah agresi militer pengeboman 3 bulan
NATO di tahun 1999 (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective,
2008, hal. 2). Gencatan senjata pun terjadi dan upaya kemerdekaan Kosovo
kembali kepada jalur damai dengan bantuan EU dan komunitas internasional
lainnya. Maka dengan ditandai oleh perjanjian ini dimulailah konsolidasi ulang
para petinggi Kosovo Albania untuk mempersiapkan kemerdekaannya.
26
Setelah konflik, peperangan di Kosovo dan pemusnahan etnis yang
dilakukan oleh pemerintahan Milosevic di Balkan, Kosovo menjadi wilayah
yang menjadi otoritas UNMIK dan EULEX (Abazi, A New Power Play in the
Balkans: Kosovo's, 2008, hal. 69). Hashim Tatchi sebagai pemimipin gerakan
kemerdekaan Kosovo dan sebagai pemimpin Kosovo sejak 1991 menjadi
kepala pemerintahan Kosovo. Kosovo pun melakukan berbagai upaya untuk
melegitimasi kemerdekaan sebagai negara yang berdaulat.
Di tahun 2005 Contact Group dan UNSC 1244 membahas lebih lanjut
tentang bagaimana nasib Kosovo di hari mendatang (Jura, 2013, hal. 81).
Dengan melakukan berbagai upaya rancangan negara yang dibentuk oleh
lembaga ini. July 2007 UN Special Envoy Martii Ahtisaari menuliskan draft
resolusi konflik antar Serbia dan Kosovo, yang tertuang dalam Ahtisaari Plan
dan disetujui oleh Sekjen PBB hari itu Ban Kii Mon sebagai syarat yang harus
dipenuhi oleh Kosovo (Jura, 2013, hal. 81-82).
17 Februari 2008 adalah hari dimana Kosovo meraih kemerdekaan yang
telah lama diperjuangkan dan telah lama diidamkan (Abazi, Kosovo
Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 1). Rakyat Kosovo
berkumpul di kota Pristina untuk melakukan deklarasi kemerdekaan yang
didukung penuh oleh negara-negara Eropa dan AS. Kemerdekaan yang
melahirkan perdebatan dunia internasional dan ditolak oleh Serbia Russia dan
Cina ini tetap dideklarasikan karena dinilai tidak melanggar Hukum dan
27
mendapat dukungan dari dunia internasional sebagai wujud dari self
determination dan self governing yang sudah layak dilakukan oleh Kosovo
yang berbeda entitas nasional dengan Serbia (Abazi, Kosovo Independence: An
Albanian Perspective, 2008, hal. 1).
2.1 Latar Belakang Keterlibatan Turki Dalam Upaya Kemerdekaan
Kosovo
Turki Ustmani adalah kekuatan besar yang paling lama mendominasi
kawasan ini dibandingkan dengan kekuatan aktor internasional lain yang
mengambil peran di kawasan ini. Dinasti Turki Ustmani memimpin kawasan ini
hampir 6 abad lamanya, dimulai dari abad 14-an hingga abad 20-an tepatnya
1912 setelah perang Balkan pertama menandai awal dari runtuhnya Turki
Ustmani dan menyerahkan sebagian kekuasaan atas wilayah ini kepada otoritas
Serbia Kroasia dan Slovenia sebagai kekuatan terbesar di Balkan (EKİNCİ,
TURKEY’S “ZERO PROBLEMS” ERA, 2013, hal. 1).
Albania, Armenia, Bosnia dan Kosovo adalah kawasan-kawasan yang
menjadi pusat kekuasaan Ustmani di Balkan. Maka, tak heran jika di kawasan
ini banyak entis Turki campuran yang beragama Islam. Selain itu peninggalan
situs-situs kebudayaan dan pembangunan infrastruktur yang dilakukan saat itu
menjadi salah satu asas pembangunan kawasan ini (ŽARKO PETROVIĆ, 2011,
hal. 161).
28
Dengan rentang waktu yang cukup lama dan banyaknya kontribusi yang
diberikan, tidak heran jika Turki menjadi salah satu aktor utama yang memiliki
kepentingan di kawasan ini. Maka, sangat wajar apabila dalam konteks dunia
internasional hari ini Turki mencanangkan kebijakan luar negeri terhadap
kawasan ini, dan salah satunya kepada Kosovo (EKİNCİ, TURKEY’S “ZERO
PROBLEMS” ERA, 2013, hal. 1).
Semua sepak terjang Turki di kawasan ini memiliki alasan fundamental,
sehingga Turki sebagai negara yang berdaulat merasa perlu untuk turut andil
dalam upaya mewujudkan stabilitas di kawasan ini. Latar belakang Turki
sebagai penguasa di dataran balkan mejadi suatu yang penting, melihat
banyaknya peninggalan sejarah, budaya, pengaruh kultur dan agama yang
ditularkan, hal-hal tersebut menjadi salah satu alasan yang cukup untuk
menjadikan Turki sebagai aktor dalam kawasan ini (EKİNCİ, TURKEY’S
“ZERO PROBLEMS” ERA, 2013, hal. 1).
Dalam konteks Kosovo, Turki berperan sebagai “kakak” dari Kosovo.
Bersama Albania, Turki membantu Kosovo meraih kemerdekaannya, dengan
berbagai kesamaan dari etnis bahasa dan agama menjadi latar belakang dan
alasan yang kuat untuk Turki mengambil peran dalam kemerdekaan Kosovo.
2.2 Faktor Keterlibatan Turki Dalam Upaya Kemerdekaan Kosovo
29
Untuk membahas faktor keterlibatan Turki dalam upaya Kemerdekaan
Kosovo, setidaknya ada dua faktor utama yang melandasi pergerakan Turki di
Kosovo. Adapun faktor tersebut adalah, faktor internal yang berkaitan dengan
kondisi dalam negri Turki yang berkaitan dengan identitas, kebijakan, dan
kondisi politik ekonomi sosial dan budaya Turki. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dan mempengaruhi Turki dari luar negeri seperti kondisi
keamanan, dan stabilias ekonomi politik dan militer di dalam geopolitik Turki
di Balkan (Rüma, 2013, hal. 134).
Faktor internal yang pertama adalah faktor sejarah yang sekaligus
menjadi latar belakang Turki terlibat dalam pergolakan di kawasan ini. Rezim
Monarki Turki Ustmani yang memimpin Khalifah Islamiyah selama berabad-
abad, eksodus dan invasinya hingga Eropa dan Balkan yang posisi geografisnya
berbatasan langsung dengan pusat Pemerintahan Turki hari itu sudah pasti
menjadi wilayah kekuasaan Turki (Rüma, 2013, hal. 134).
Kekuasan Turki yang terbilang cukup lama di dataran Eropa dan Afrika
Timur Tengah banyak memberi perubahan yang signifikan terhadap wilayah-
wilayah kekuasaannya (Rüma, 2013, hal. 135). Perubahan tersebut mencakup
budaya, agama dan berbagai infrastruktur yang ada di wilayah tersebut. Maka
tak heran apabila banyak etnis Eropa campuran Timur Tengah yang ada di
eropa, seperti Bosnia, Albania, Kosovo, Montenegro, Armenia dan Azerbaijan
30
yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berkulit campuran Arab dan
Eropa.
Faktor Turki Ustmani ini berkaitan dengan faktor intenal kedua yaitu
kebijakan luar negri Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Reccep
Tayyip Erdogan (2007-2013) mengadopsi dari kebangkitan keislaman Turki
Ustmani yang dikenal dengan wacana Neo-Ottomanisme di Eropa (Rüma,
2013, hal. 137). Dengan kekuatan ekonomi yang terbilang cukup besar di Eropa
Turki ingin menjadi salah satu pemain utama di Eropa khususnya di
Semenanjung Balkan Timur yang berbatasan langsung dengan Turki.
Keterkaitan rezim Turki Ustmani ini berlanjut ke faktor yang ke tiga
yaitu kondisi sosial budaya Turki dan Kosovo yang tidak terpaut jauh.
Kesamaan agama, sebagian ras, dan kebudayaan yang hampir serupa antara
kedua entitas ini menjadikan Turki cukup beralasan kuat untuk berperan
membantu kemerdekaan Kosovo (ŽARKO PETROVIĆ, 2011, hal. 160).
Ditambah dengan sebagian warga berpaspor Turki banyak tinggal di dalam
daerah teritori Kosovo menambah kuat tanggung jawab Turki atas Kosovo.
Faktor eksternal utama yang menjadi alasan kuat bagi Turki untuk
terlibat dalam usaha kemerdekaan Kosovo adalah faktor geografis Turki yang
terletak di antara dua kawasan, Timur Tengah dan Eropa Timur (EKİNCİ, A
Golden Age of Relations: Turkey and the Western Balkans During the AK
31
Party Period, 2014, hal. 106). Faktor ini yang menjadi dasar politik luar negeri
Turki dalam konteks keterlibatan dalam internasional khususnya di kawasan
Balkan Timur.
Faktor selanjutnya adalah faktor stabilitas kawasan Balkan yang harus
tetap terjaga. Turki menganggap kawasan ini penting karena kawasan ini adalah
bagian dari sejarah dan sangat berdekatan secara geografis dengan Turki. Maka
dari itu, Turki harus tetap menjaga stabilitas keamanan, ekonomi dan politik
kawasan ini karena kawasan ini berdampak langsung dengan kegiatan
internasional dan kepentingan nasional Turki (EKİNCİ, A Golden Age of
Relations: Turkey and the Western Balkans During the AK Party Period, 2014,
hal. 109).
Sudah menjadi rahasia umum jika kawasan ini sangat rentan dengan
konflik paska Perang Dingin. Sudah selayaknya Turki sebagai salah satu
kekuatan baru di Eropa bahkan dunia untuk turut serta menjaga kestabilan
kawasan ini dan Turki menjadi salah satu negara yang berkomitmen menjaga
keamanan di kawasan tetangganya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
kontribusi Turki terhadap pengamanan stabilitas kawasan Balkan pasca Perang
Dingin, khususnya peran Turki terhadap kemerdekaan Kosovo.
2.3 Bantuan dan Dukungan Turki Terhadap Kosovo Dalam Upaya
Kemerdekaan Kosovo
32
Kemerdekaan Kosovo mengalami sejarah yang panjang dan berat
sehingga mengundang dunia internasional untuk mengambil peran dalam
penciptaan kondisi yang stabil. Turki adalah salah satu negara yang mengambil
peranan dan kontribusi dalam kemerdekaan Kosovo, baik sebelum maupun
setelah kemerdekaan.
Keterlibatan Turki dalam menjaga keamanan dunia dimulai tahun 1990-
an. Kebijakan luar negeri Turki saat itu dikenal sangat proaktif dalam menjaga
keamanan dunia, khususnya di regional yang rentan akan konflik seperti Timur
Tengah dan Afrika, serta Balkan. Turki juga ikut berperan dalam berbagai
konflik di Somalia, Afghanistan, Iraq dan Iran, serta negara-negara pecahan
Yugoslavia seperti Bosnia, Macedonia, Kroasia serta Kosovo (Sayari, 2000,
hal. 170).
Dalam konteks kemerdekaan Kosovo, Turki awalnya dianggap tidak
serius dan terkesan setengah-setengah, karena melihat kondisi dalam negeri
yang dilematis bagi Turki. Pada referendum pertama yang dilakukan oleh
Ibrahim Rugova, Turki tidak terlibat banyak, karena pada saat itu tahun 1989-
1992 Bosnia mendapatkan respon lebih dari Turki, juga Turki saat itu sedang
mengentaskan konflik di Somalia tahun 1990 bersama PBB. Kondisi yang
dilematis Turki adalah ketika mendukung kemerdekaan Kosovo maka secara
langsung mereka mendukung milisi Kurdhi yang menuntut kemerdekaan atas
Turki. Maka sangat logis apabila Turki terkesan berhati-hati dalam
33
pengambilan kebijakan di negara-negara Balkan. Ditambah dengan pengaruh
kuat Yugoslavia di bawah pimpinan Slobodan Milosevic membuat Turki
semakin hati-hati, karena mayoritas konflik di Balkan adalah konflik yang bias,
antara kepentingan nasional dan konflik antar entnis beragama.
Namun atas tekanan dari dunia internasional dan masyarakat Islam
dunia yang menuntut Turki harus lebih berperan aktif di konflik Serbia-Kosovo,
ditambah dengan serangan Serbia yang makin opresif, maka Turki melakukan
perubahan kebijakan untuk berperan aktif dalam konflik ini. Dengan
pertimbangan bahwa tidak ada konflik yang bisa dianalogikan dengan konflik
ini dan Serbia di bawah Milosevic telah dinilai melakukan pemusnahan etnis
atau genosida di Kosovo maka Turki melakukan aksi yang lebih nyata.
Awal tahun 1998, Turki menginisiasikan KFOR (Kosovo Force) dalam
rangka berperan aktif di dalam konflik tersebut. Bersama NATO, Turki
melakukan inisiatif menekan otoritas Serbia untuk menghemtikan agresi militer
atas Kosovo (Kursani, Haxholli, & Gjikolli, 2014, hal. 12). Lalu Turki
mendirikan Civilian Military Cooperation (CIMIC) yaitu tenaga militer yang
berbasis masyarakat sipil yang bertugas menjaga suplai logistik makanan
kesehatan dan pendidikan bagi para pengungsi dan korban perang terjamin. Hal
ini adalah wujud nyata dari turki berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya
kemerdekaan Kosovo.
34
Tahun 1999, agresi militer yang diinisiasi oleh NATO mencapai
puncaknya, serangan udara selama 11 minggu di musim panas tahun 1999 yang
bertujuan menghentikan Serbia pun berhasil. Turki dengan kekuatan militernya
mengirimkan 20 unit pesawat F-5 kepada NATO dan mengirimkan 1000
personil tentaranya ke Kosovo (Eralp, 2010, hal. 4). Keberhasilan serangan ini
berdampak kepada gencatan senjata dan pergeseran konflik militer ke
perundingan kemerdekaan melalui jalur diplomatis (Sayari, 2000, hal. 178).
Tak hanya militer, bantuan politik dan humaniter juga diberikan oleh
Turki dalam rangka mendukung kemerdekaan Kosovo. Turki membuka
gerbang untuk para pengungsi Kosovo yang jumlahnya hampir 18.000 jiwa,
sebagai wujud dari kontribusi non militer Turki terhadap Kosovo (Eralp, 2010,
hal. 7). Turki juga melakukan upaya-upaya dukungan politik dan diplomatik ke
negara-negara besar di Eropa dan turut aktif terlibat dalam pembangunan
daerah ini paska konflik. Turki juga berperan aktif sebagai “mentor” bagi
pembangunan asas-asas konstitusi yang akan di buat oleh pemerintah Kosovo.
Turki menjadi bagian dari UNMIK dan EULEX dalam meredam konflik
lanjutan antara Serbia dan Kosovo (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian
Perspective, 2008, hal. 2).
Turki adalah salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Kosovo di
awal kemerdekaanya, dan Turki langsung mendirikan kedutaan besar di
Kosovo (Abazi, Kosovo Independence: An Albanian Perspective, 2008, hal. 2).
35
Hal ini mengindikasikan keseriusan Turki dalam mendukung upaya
kemerdekaan Kosovo, dan secara langsung menunjukkan komitmen nyata
membantu untuk menjadikan Kosovo negara yang berdaulat dan diakui oleh
dunia internasional.
Tidak berhenti sampai pada pengakuan saja, Turki terus melakukan
upaya-upaya dalam berbagai sektor untuk membantu pembangunan negara
Kosovo. Dalam sektor militer dan keamanan Turki menjadi mentor bagi
Kosovo Security Force (KSF) dan membantu berbagai persenjataan bagi
Kosovo dan melakukan pelatihan bagi Tentara Kosovo (Gangloff, 2004). Serta
Turki memberikan bantuan humaniter dengan menampung sekitar 26.000 jiwa
pengungsi dari Kosovo pasca perang sipil (Gangloff, 2004).
Dalam sektor sosial dan budaya, Turki memiliki misi khusus di Kosovo,
hal ini disebabkan oleh kebijakan Turki di bawah kepemimpinan Perdana
Mentri Erdogan yang ingin merevitalisasi peninggalan Turki Ustmani dan
memperbaiki citra Turki di kawasan Balkan (Philips, 2014). Kosovo memiliki
beberapa peninggalan Turki Ustmani seperti Masjid Sinan Pasha, Masjid Fatih
dan Makam Sunan Murat dan pembangunan lebih dari 200 masjid baru di
Kosovo yang menghabiskan hampir 1,2 Juta Euro (Philips, 2014).
Turki juga mencanangkan berbagai proyek yang bertujuan untuk
pembangunan negara Kosovo. Sebanyak 400 lebih proyek dalam berbagai
36
bidang di Kosovo termasuk pertanian, kesehatan, infrastruktur, industri dan
ekonomi. Turki juga mencanangkan kebijakan ekonomi yang terbilang cukup
besar untuk negara baru, senilai 206,2 juta Euro diinvestasikan di Kosovo.
Angka ini menjadikan Turki sebagai negara investor terbesar kedua setelah
Serbia di Kosovo (Philips, 2014).
Proyek yang ditopang dengan investasi besar Turki menjadikan Kosovo
sebagai partner strategis bagi Turki. Pembangunan akses infrastruktur berupa
jalan tol yang menghubungkan langsung Turki dengan Kosovo semakin
menunjukan keseriusan Turki terhadap hubungannya dengan Kosovo (Philips,
2014). Mega proyek Tol yang bertujuan untuk mempermudah akses bisnis
antara kedua negara ini menjadikan hubungan mereka khususnya dalam bidang
ekonomi semakin mudah.
Kebijakan-kebijakan ini didukung dengan hubungan diplomatis yang
harmonis antara Turki dan Kosovo. PM Erdogan melakukan komunikasi yang
intens dengan Presiden Fatmir Sejdiu dengan melakukan berbagai pertemuan
dan tren ini berlanjut sampai pergantian presiden Kosovo berikutnya. Terhitung
ada 9 pertemuan yang dilakukan oleh Turki dan Kosovo dan membahas
berbagai macam kesepakatan antara kedua negara ini. Hubungan intensif ini
menunjukan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama sama
strategis dan keduanya saling membutuhkan.
37
Kontribusi kongkrit Turki terhadap Kosovo yang terbilang konsisten
dan besar ini menjadikan hubungan kedua negara menjadi spesial. Ditambah
dengan kontribusi yang kontinyu dari Turki dalam membantu kemerdekaan dan
pembangunan Kosovo menjadikan kedua negara ini seakan saling sinergi untuk
membangun kekuatan di kawasan Balkan Barat.
38
BAB III
KERJASAMA EKONOMI TURKI – KOSOVO PASCA
REFERENDUM KOSOVO TAHUN 2008
Dalam Bab ini mendeskripsikan bagaimana sepak terjang Turki
dengan kebijakan yang berkaitan dengan negara negara di kawasan Balkan
Barat dan bagaimana hubungan dan kerjasama Turki dengan Kosovo khususnya
dalam bidang ekonomi. Dan pokok pembahasan dalam bab ini adalah
kerjasama yang dilakukan oleh Turki dengan negara-negara di kawasan Balkan
Barat dan Kosovo pasca Referendum Kemerdekaan Negara Kosovo pada
Tahun 2008, karena hubungan bilateral yang resmi diakui adalah antara dua
negara yang berdaulat, dan hubungan dengan penelitian ini adalah bagaimana
kondisi dan dampak yang ditimbulkan dari kerja sama Turki dan Kosovo pasca
referendum tersebut terhadap kawasan Balkan Barat.
3.1 Kebijakan Luar Negri Turki Terhadap Kawasan Balkan Barat
Kebijakan luar negeri sebuah negara menggambarkan bagaimana negara
tersebut berperilaku. Hal ini sudah menjadi sebuah rumus baku di dalam
hubungan internasional. Dalam konteks ini Turki memiliki kebijakan tersendiri
dalam berperilaku di kawasan Balkan khususnya. Turki yang terkenal sangat
aktif dalam mengaplikasikan kebijakan luar negrinya di berbagai kawasan di
dunia, seperti Timur Tengah, Afrika dan salah satunya adalah Balkan Barat, dan
39
Balkan Barat merupakan salah satu yang menjadi fokus utama Turki. Hal ini
dibuktikan oleh konsentrasi Turki untuk membangun kembali kawasan ini yang
pernah berjaya di masa kepemimpinan Turki Ustmani (Sayari, 2000, hal. 172).
Seperti menyusun kembali pecahan teka teki yang hilang, Turki merajut
kembali hubungan antar negara-negara yang pernah menjadi kawasan Turki
Ustmani. Kebijakan ini diinisiasikan oleh Menteri Luar Negri Turki Ahmed
Davutoglu bersama dengan PM Erdogan dibawah partai Justice And
Develpment Party (AKP), mereka mencanangkan kebijakan luar negeri yang
disebut “Zero Problem Policy” (EKİNCİ, A Golden Age of Relations: Turkey
and the Western Balkans During the AK Party Period, 2014, hal. 105). Turki
mengambil filosofi sejarah dan geostrategi dalam menetapkan kebijakan ini,
dan kebijakan ini tertuang dalam rencana pembanguan jangka panjang Turki
“Turkey’s Strategic Vision 2023” yang ingin menjadikan Turki sebagai
kekuatan baru dunia dengan pertumbuhan ekonomi dan politiknya (EKİNCİ, A
Golden Age of Relations: Turkey and the Western Balkans During the AK
Party Period, 2014, hal. 105).
Seperti mencoba membawa kembali kejayaan Turki Ustmani di Eropa
dan sekitarnya, Turki melakukan aktifitas dengan mobilitas yang tinggi di
kawasan sekitarnya, termasuk Balkan. Hal ini disebabkan Turki ingin
mengentaskan masalah masalah yang ada di kawasan sekitarnya karena hal ini
menjadi asas dari kebijakan “Zero Problem Policy”. Selain itu faktor filosofis
40
sejarah yang dianut oleh Menteri Davutoglu menjadi indikator utama
bangkitnya kekuatan Turki di Eropa selayaknya sejarah megah Turki Ustmani.
Keterlibatan Turki di Kawasan Balkan Barat bukanlah hal baru,
kebijakan ini merupakan kesinambungan kebijakan Turki sejak perang dingin
dimulai. Turki sebagai negara Islam di Eropa mencoba berperan sebagai
“Kakak” dari negara-negara tetangganya, khususnya yang berkonflik di
kawasan Balkan Barat akibat dampak dari runtuhnya rezim komunis USSR.
Negara-negara seperti Bosnia, Macedonia, Albania dan Kosovo adalah negara-
negara yang menjadi fokus Turki di kawasan ini, selain itu ada Kroasia, Serbia,
Slovenia, dan Slovakia. Kebijakan ini menjadikan Turki seperti memiliki
aktivisme baru di Eropa dan menjadikan Turki sebagai aktor penting di Eropa
(Sayari, 2000, hal. 171-172).
Kebijakan di kawasan Balkan khususnya, tidak terlepas dari
pertimbangan geopolitik yang menjadi salah satu pertimbangan dari pemerintah
Turki di bawah pimpinan PM Erdogan. Posisi geografis Turki yang berbatasan
langsung dengan Balkan Barat mengharuskan Turki untuk menjadi katalisator
demi terwujudnya kawasan yang stabil dan sehat secara ekonomi dan politik
dan keamanan, karena kawasan ini rentan akan konflik dan perebutan
kekuasaan antara Eropa dan Russia (Yuvaci & Dogan, 2012, hal. 15).
41
Pencanangan kebijakan Turki di Balkan Barat terbilang cukup
menyeluruh karena Turki hampir menyentuh seluruh celah dan kesempatan
yang ada dalam hubungan antar negara dikawasan ini. Kebijakan-kebijakan
tersebut mencangkup kebijakan ekonomi, sosial budaya, keamanan, strategic
partnership dan keamanan regional. Aspek-aspek tersebut adalah elemen
esensial dari hubungan internasional dan berkesinambungan dengan kebijakan
“Zero Problem Policy” yang diterapkan Pemerintah Turki (Yuvaci & Dogan,
2012, hal. 15).
Adapun bentuk dari kebijakan-kebijakan tersebut adalah berbagai
kerjasama dan bantuan yang diberikan Turki kepada negara-negara di Balkan
Barat, yaitu:
- Kebijakan Bidang Ekonomi
Hubungan yang dijalin oleh Turki terhadap negara-negara di Balkan yang
dikenal dengan kawasan Eropa Tenggara seolah-olah membangun kekuatan
regional baru di dalam teritori EU. Dalam aspek hubungan Ekonomi, Turki
melakukan kerjasama dan hubungan ekonomi yang cenderung intensif dan aktif
terhadap negara-negara di kawasan Balkan. Investasi Turki tergolong cukup
tinggi di kawasan ini. Hingga tahun 2009, investasi Turki di negara-negara
Balkan mencapai angka 4.9 Miliar Euro dan pernah mencapai angka 17.7 miliar
Euro di tahun 2008 (ÇAKIR, 2014, hal. 79). Angka ini ditunjang dengan total
investasi proyek infrastruktur mencapai angka 8.8 miliar euro. Investasi yang
42
besar ini menjadi indikator bahwa Turki menganggap kawasan ini salah satu
fokus utama dan sebagai pasar bagi ekonomi Turki.
Aktifitas ekonomi Turki di kawasan ini juga terbilang cukup aktif. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya perusahaan asal Turki yang melakukan aktifitas
perdagangan di Balkan. Beberapa perusahaan asal Turki juga berperan penting
dalam program privatisasi berbagai perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
revitalisasi, seperti perusahaan telekomunikasi di Albania (ALBtelecom) dan
perusahaan maskapai penerbangan Bosnia (BiH Airlines mendapatkan bantuan
kerjasama dari Turkish Airlines (Mehmeti, 2012, hal. 100).
Investasi Turki tersebar ke negara-negara di Balkan dengan angka yang yg
cukup impresif. Di Albania Turki berinvestasi 16,5 Juta Euro, di Bosnia 32,1
Juta Euro, di Montenegro dan Romania masing-masing 10.1 Juta Euro, dan di
Kosovo menjadi yg terbesar senilai 54,1 Juta Euro, dan di masing-masing
negara Turki menetapkan kebijakan pasar bebas.
- Kebijakan Bidang Militer
Kebijakan Militer Turki di Balkan merupakan kelanjutan dari kebijakan Militer
aktif Turki di era 1990-an dimana Turki berperan aktif dalam berbagai misi
pengamanan kawasan ini. Keterlibatan Turki dalam menciptakan stabilitas
keamanan di Balkan terlihat dalam gencarnya aksi militer yg dilakukan, dengan
membantu negara-negara berkonflik seperti Kosovo dan Bosnia. Bersama
NATO daan AS, Turki melakukan berbagai bantuan militer seperti
menyumbangkan alutsista kepada Bosnia, memberikan pelatihan tentara bagi
43
Kosovo dan membangun berberapa posko keamanan di kawasan ini (Mitrovic,
2014, hal. 49).
Turki tergabung dalam forum-forum keamanan di kawasan Balkan seperti SEEI
(South-East Europe Initiative) SEEGROUP within which (South-East Europe
Security Cooperation Steering Group) RACVIAC (Regional Arms Control
Verification and Implementation Assistance Centre), SEECP (South-East
Europe Cooperation Process), dan memfokuskan diri untuk memberantas
terorisme dan pengedaran narkoba di kawasan ini (Mitrovic, 2014, hal. 50).
- Kebijakan Bidang Sosial Budaya
Kebijakan “Zero Problem Policy” yang dicanangkan oleh pemerintahan
Erdogan salah satunya adalah merevitalisasi peninggalan Budaya Turki
Ustmani dan mengembalikan kejayaan Balkan pada Era Turki Ustmani. Situs
sejarah dan pengembalian citra Turki Ustmani menjadi salah satu kebijakan
utama Turki di Balkan.
Turki juga mendirikan lembaga kepemerintahan yang khusus untuk menangani
semua kebijakan kerjasama antar negara-negara khususnya yang memiliki situs
sejarah dan menjadi kawasan kepemerintahan Turki Ustmani saat itu, lembaga
tersebut adalah Turkish International Cooperation and Development Agency
(TIKA) (Mehmeti, 2012, hal. 102). TIKA sendiri telah melakukan banyak
kontribusi yang mengurusi berbagai kerjasama Turki dengan berbagai negara
dengan fokus ekonomi sosial budaya. Di Balkan sendiri, TIKA telah
menginisiasikan berbagai kerjasama yang berbentuk rekonstruksi dan renovasi
44
peninggalan sejarah Turki Ustmani di Kawasan ini. Negara-negara seperti
Kosovo, Albania, Macedonia, dan Bosnia menjadi fokus, karena banyak situs
peninggalan Turki Ustmani di beberapa wilayah tersebut (Mehmeti, 2012, hal.
102-103).
Turki juga mendanai program non religius di Kosovo seperti pembiayaan
kesehatan, suplai air bersih dan pertanian serta pendidikan. Dalam bidang
pendidikan Turki merevitalisasi berbagai sekolah, asrama dan fasilitas lainnya.
(Mehmeti, 2012, hal. 103)
3.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo
Kerjasama ekonomi antara Turki dan Kosovo menjadi fokus utama dalam
penelitian ini, karena terlihat beberapa poin yang menarik untuk dikaji dalam
kerjasama antara kedua negara ini. Kerjasama ekonomi antara kedua negara ini
menjadi pembuka bagi Kosovo maupun Turki untuk memanfaatkan potensi
keuntungan ekonomis yang ada dan berdampak secara bilateral maupun
regional. Adapun bentuk-bentuk kerjasama antara Turki dan Kosovo adalah
sebagai berikut:
- Kebijakan ekonomi antara kedua negara dimulai pada 28 Mei 2009 dan diatur
dalam Perjanjian Ekonomi Bilateral kedua negara tersebut dimana terdapat
beberapa pasal yang mengatur kesepakatan antara Turki dan Kosovo, yang
terangkum dalam beberapa poin, yaitu:
45
a. Dalam Pasal 1 kedua pihak menyetujui untuk: saling mempromosikan dan
bekerja sama dalam sektor ekonomi bilateral dan ekonomi secara teknis
maupun teknologis; memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang untuk
kemajuan ekonomi kedua belah pihak; saling mendukung dan membangun
kekuatan ekonomi masing-masing pihak; menekankan kepada kerjasama dalam
sektor ekonomi yang saling berkaitan antara kedua negara.
b. Dalam Pasal 2 kedua pihak menekankan dalam kerjasama ekonomi yang
berupa: Pertukaran informasi antara kedua belah pihak mengenai peluang-
peluang ekonomis yang bersifat bilateral; mengidentifikasi dan memfasilitasi
investasi dalam privat sektor dan perusahaan-perusahaan antar kedua negara;
fokus kepada perdagangan yang bersifat adil dan transparan; melakukan
pertukaran ahli-ahli dalam bidang publik sektor baik itu ahli teknologi, teknis
dan ekonomi; mengeksplor dan mengidentifikasi kemungkinan adanya pihak
lain yang mungkin untuk bekerjasama.
c. Dalam Pasal 3 membahas teknis kerjasama dan membentuk Komisi Kerjasama
Ekonomi yang bertugas untuk: menciptakan peraturan dan standar dalam
aplikasi kerjasama; mengidentifikasi kemungkinan baru dalam hal kerjasama
jangka panjang; melakukan pengawasan terhadap profit dan kesuksesan
kerjasama ini dan memberikan rekomendasi apabila kerjasama ini dapat di
teruskan.
d. Dalam Pasal 4 kedua pihak menyepakati asas hukum kerjasama ini yang
bersifat mengikat dan menentukan jangka waktu kerjasama ini yang berdurasi
46
sepanjang 5 tahun dengan opsi perpanjangan 3 tahun dan dapat diperpanjang
dan direvisi melihat kondisi yang ada di lapangan.
- Turki melakukan investasi senilai 210 juta euro diawal kemerdekaan Kosovo
dan melakukan beberapa investasi berupa proyek revitalisasi beberapa situs
sejarah Turki Ustmani dengan nilai investasi sebesar 2.7 juta Euro melalui
Turkish Cooperation and Coordination Agency (TIKA). Adapun yang
direnovasi adalah Masjid Sinan Pasha, Masjid Jishar Pasha di Pristina, Makam
Sunan Burat, dan Masjid Janjeva, juga membangun sekitar 30 masjid baru di
Kosovo (Mehmeti, 2012, hal. 102).
- Turki melakukan pembangunan infrastruktur dengan bekerja sama dengan AS
membangun Jalan Tol sepanjang 117 kilometer yang menghubungkan Turki
Kosovo dan Albania dengan total anggaran 700 juta euro yang melibatkan 2
perusahaan Turki dan AS yaitu Bethcel dan Enka (Mehmeti, 2012, hal. 99).
- Selain itu Turki juga merevitalisasi Bandara di Pristina diwakili dengan
perusahaan Calik bekerjasama dengan perusahaan Prancis Limak and Airport
de Lyon, juga sepakat melakukan distribusi energi selama 15 tahun dan dengan
total investasi sebesar 140 juta Euro (Mehmeti, 2012, hal. 99).
- Sekitar 900 perusahaan Turki beroperasi di Kosovo sejak tahun 2008, dan
sektor finansial menjadi yg terbesar berkontribusi untuk investasi Turki.
- Tahun 2014 Turki dan Kosovo menyepakati zona perdagangan bebas antara
kedua negara.
47
BAB IV
DAMPAK KERJASAMA EKONOMI TURKI – KOSOVO
TERHADAP STABILITAS KAWASAN BALKAN BARAT
Dalam Bab ini menjelaskan bagaimana dampak kebijakan yang
dicanangkan Turki terhadap Kosovo serta keterkaitan terhadap kawasan Balkan
Barat yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Bab ini juga menjabarkan
bagaimana analisa terhadap dampak dari kebijakan ekonomi antara Turki dan
Kosovo dan efek yang dapat ditimbulkan dari kebijakan tersebut, baik untuk
kedua negara, maupun kawasan Balkan secara keseluruhan. Bab ini
menunjukkan faktor kepemimpinan PM Erdogan terhadap kebijakan yang
diambil Turki dan keterkaitannya dengan partai AKP di Turki, karena faktor
partai dan pemimpin berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil sebuah
negara dan salah satu faktor determinan terhadap perilaku Turki di Kosovo dan
Balkan.
4.1 Dampak Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo Terhadap Kedua
Negara
Kerjasama luar negeri yang dilakukan sebuah negara memiliki alasan
dan faktor yang kuat sebagai sebuah instrumen untuk mencapai kepentingan
nasional. Setiap negara dengan kepentingan nasional masing-masing memiliki
kecenderungan untuk bekerja sama karena dunia internasional selalu berkaitan
48
dengan kerjasama antar negara, dan setiap negara terkadang memiliki
kepentingan yang sama.
Seperti yang dilakukan oleh Turki dan Kosovo, kedua negara ini
memutuskan melakukan kerjasama dalam berbagai bidang, dan yang paling
menonjol adalah kerjasama ekonomi. Kedua negara ini memiliki berbagai
faktor yang mendukung keduanya untuk bekerja sama. Salah satu faktornya
adalah kedua negara ini memiliki kesamaan latar belakang, yaitu keduanya
adalah negara Islam yang seolah-olah mereka harus saling mendukung satu
sama lain. (Mehmeti, 2012, hal. 98)
Faktor lainnya adalah kepentingan kedua negara untuk mengamankan
ekonomi masing-masing negara. Keseimbangan dan kesehatan ekonomi kedua
negara sedikit banyak berdampak kepada keseimbangan ekonomi di regional
Balkan Barat. Turki salah satu kekuatan ekonomi baru di dunia mengharapkan
situasi ekonomi yang kondusif di daerah tetangganya, terlebih Balkan adalah
salah satu regional yang berbatasan langsung dengan Turki, dan Turki sendiri
memiliki banyak investasi ekonomi di kawasan ini (Mehmeti, 2012, hal. 98).
Kosovo adalah negara termuda di kawasan ini yang perekonomiannya belum
stabil di awal kemerdekaannya, ditambah dengan lokasinya yang terbilang
sentral, maka segala yang terjadi di negara ini pasti akan berdampak dengan
stabilitas kawasan ini (Cakir, 2014, hal. 78).
49
Kerjasama kedua negara ini telah lama terjalin sejak Kosovo menjadi
negara bagian Serbia dan berstatus provinsi dengan otonomi khusus. Namun
kerjasama ini hanya dalam bentuk bantuan humaniter dan bantuan dukungan
moral dalam upaya kemerdekaan Kosovo. Kerjasama bilateral antara kedua
negara dimulai semenjak kemerdekaan Kosovo diproklamirkan dan Turki
adalah salah satu negara yang langsung mengakui kedaulatan Kosovo dan
membuka kantor kedutaan besar Turki untuk Kosovo (Eralp, 2010, hal. 3-6).
Hubungan kedua negara menjadi semakin harmonis ketika PM Erdogan
bersama jajarannya berkunjung ke Kosovo dan berpidato di depan rakyat
Kosovo yang berisi:
"We all belong to a common history, common culture, common
civilization; we are the people who are brethren of that structure. Do not
forget, Turkey is Kosovo, Kosovo is Turkey!" (Kita berada didalam satu
sejarah, budaya dan peradaban yang sama, dan kita berada dalam struktur itu.
Dan jangan lupa, Turki adalah Kosovo dan Kosovo adalah Turki) (Baydar,
2013)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang diutarakan oleh mentri lua
rnegeri Turki saat itu, Ahmed Davutogu yang berbunyi:
“We do not want Kosovo to have parallel structures and we want
Kosovo to exercise its sovereignty in all of its territory. This is Kosovo’s
natural right and in this context, I have assessed the recent developments in
50
Kosovo and once again, I want to affirm our position with respect to Kosovo’s
sovereignty” (Kami tidak ingin Kosovo memiliki struktur paralel dan kami
ingin Kosovo untuk menguji kedaulatan negaranya dan semua batas
wilayahnya. Ini adalah hak dasar yang dimiliki Kosovo dan dalam konteks ini,
Saya ingin mendukung perkembangan yang ada di Kosovo dan Sekali lagi
saya mengafirmasi kedaulatan Kosovo dengan hormat) (Kosovo M. O., 2011)
Kedua pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa Turki menganggap
Kosovo sebagai partner strategis yang penting bagi keberlangsungan
kepentingan nasional Turki khususnya di kawasan Balkan. Mengingat bahwa
Kosovo terletak di posisi yang sangat sentral dan strategis untuk menjalankan
bisnis dan melakukan manuver politis. Ditambah dengan keuntungan historis
yang dimiliki Turki menjadi nilai plus dalam melanggengkan kepentingan
nasionalnya di Kosovo.
Kebijakan dan kerjasama luar negeri antar negara tidak mungkin tanpa
perhitungan untung-rugi. Hal ini dibuktikan dengan dampak-dampak yang
ditimbulkan bagi kedua negara. Hubungan antar negara hari ini selalu akan
berbicara tentang keuntungan yang dihasilkan, dengan kata lain hubungan
kedua negara bersifat transaksional, terlebih hubungan yang dijalin bersifat
ekonomis yang sangat dekat dengan untung dan rugi.
kebijak
- Stabili
Kerjas
secara
menun
dimula
4.4%
Dome
memb
dan m
Kenaik
hubun
Adapun d
kan ekonom
itas Ekonom
Gambar 4
sama ekonom
a ekonomi.
njukkan nai
ainya kerjas
dan Turki y
stic Product
uktikan bah
eningkat sem
kan ekonom
ngan politik
dampak-dam
mi Turki dan
mi dan Politik
4.1 Statistik
Sumbe
mi kedua ne
Hal ini dib
iknya angk
sma ekonom
yang naik d
t (GDP) ke
hwa keadaan
menjak adan
mi kedua ne
kedua negar
51
mpak yang
Kosovo ada
k
Perkembang
er: Eurostat.
egara menjad
uktikan oleh
ka pertumbu
mi antara Ko
dari -4.8 ke
edua negara
n ekonomi k
nya hubungan
egara ini be
ra ini, Karen
ditimbulka
alah sebagai b
gan GDP Ne
.eu (2015)
dikan kedua
h statistik d
uhan ekono
osovo yang
angka 9.2%
ini yang c
kedua negar
n ekonomi a
erbanding lu
na dalam hu
an dari ke
berikut:
egara-Negar
a negara ini
dalam tabel
omi kedua
naik dari 3
%. Dengan n
cukup signif
ra ini sedang
antara kedua
urus dengan
ubungan inte
erjasama d
a Di Balkan
menjadi sta
l di atas ya
negara sej
.3% ke ang
naiknya Gro
fikan semak
g berkemba
a negara.
n harmonisn
ernasional h
dan
abil
ang
jak
gka
oss
kin
ang
nya
hari
52
ini ekonomi dan politik menjadi sebuah kesatuan yang saling menunjang satu
sama lain.
Hubungan politik yang harmonis ini berdampak luas bagi kehidupan bernegara
bagi warga Turki dan Kosovo. Ini juga menjadi indikasi keberhasilan kebijakan
Turki di Kosovo, karena dampak yang ditimbulkan bereskalasi dan berdampak
terhadap aspek lain dalam hubungan antara kedua negara, seperti pendidikan
sosial dan budaya yang memang memiliki keterkaitan kuat terhadap aspek
ekonomi itu sendiri.
- Pembangunan Negara
Pembangunan negara menjadi dampak yang jelas terlihat, terlebih untuk
Kosovo. Negara yang baru merdeka dan mendapat bantuan dari negara besar
lain sudah pasti sangat terbantu. Terlebih kebijakan ekonomi Turki di Kosovo
fokus dalam pembangunan Infrastruktur, investasi jasa dan komunikasi. Hal ini
jelas menjadi bantuan yang signifikan bagi Kosovo untuk menjadikan
negaranya lebih sehat secara ekonomi dan dapat lebih menciptakan iklim yang
sehat bagi para investor dan negara lain untuk berinvestasi di Kosovo.
Pembangunan negeri yang dilakukan oleh Kosovo semakin lancar dan stabil,
karena kerjasama ini memiliki manfaat langsung bagi Kosovo. Ditambah
dengan penduduk Kosovo di Turki dijamin keselamatan dan tempat tinggalnya.
Hal ini sangat membantu Kosovo secara langsung, karena mereka tidak perlu
berkutat dengan masalah kependudukan khususnya status imigran warga
merek
infrast
Keuntu
pendud
pekerj
dilaku
jangka
ditemp
- Pengen
Angka
utama
ka, dan ad
truktur.
ungan dari s
duk Kosov
a-pekerja di
ukan Turki d
a panjang y
puh bagi peb
ntasan Masa
G
a kemiskinan
negara ini
dapat lebih
segi pemban
o yang me
i bidang ind
di Kosovo m
yang dilakuk
bisnis Turki m
alah Kemiski
Gambar 4.2 S
Sumbe
n dan penga
di awal kem
53
fokus ke
ngunan nega
enjadi imigr
dustri di Tu
menambah pe
kan Turki a
maupun Kos
inan
Statistik Ang
er: Eurostat.
angguran yan
merdekaanny
epada pemb
ara yang dida
ran di Tur
urki (Syla, 2
emasukan ne
akan memu
sovo.
gka Pengangu
.eu (2015)
ng tinggi di
nya. Dengan
bangunan
apatkan oleh
rki diberday
2016), dan i
egara dan pr
udahkan aks
uran di Balk
Kosovo me
adanya ker
ekonomi d
h Turki adal
yakan sebag
investasi ya
royek jalan
ses yang ak
kan
enjadi masal
rjasama anta
dan
lah
gai
ang
tol
kan
lah
ara
54
Turki dan Kosovo angka ini dapat dipangkas secara berangsur-angsur. Data
dalam tabel di atas menyebutkan bahwa adanya penurunan angka
pengangguran di Kosovo semenjak banyaknya investor masuk ke negara ini,
khususnya Turki, karena investasi Turki di bidang industri dan pertanian dan
jasa membutuhkan banyak pekerja dan hal ini jelas menguntungkan bagi kedua
pihak.
Kenaikan GDP kedua negara juga menjadi indikator naiknya tingkat ekonomi
kedua negara dan sebagai modal penting dalam pengentasan pengangguran dan
kemiskinan domestik. Ditambah dengan pembangunan infrastrukur yang
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi menjadikan taraf hidup bagi masyarakat
kedua negara semakin meningkat.
Kebijakan Turki di Kosovo menimbulkan banyak pertanyaan dari
berbagai pihak. Pertanyaan tentang urgensi bantuan-bantuan dan kebijakan-
kebijakan yang dicanangkan Turki di Kosovo. Pertanyaan ini mencuat karena
Kosovo adalah negara yang baru saja merdeka dan membutuhkan banyak
modal untuk membangun negara ini, walaupun embrio dari negara ini sudah
ada sejak lama.
Keberanian Turki untuk berinvestasi di Kosovo adalah sebuah manuver
ekstrim yang dicanangkan oleh PM Erdogan beserta jajarannya. TIKA sebagai
lembaga yang berada di garis depan dalam pelaksanaan kebijakan Turki di
Kosovo mengerjakan tugasnya dengan baik. Dana besar yang digelontorkan
55
oleh Turki untuk merevitalisasi aset-aset yang dianggap sebagai peninggalan
kejayaan Turki Ustmani menambah pertanyaan dan wacana baru atas kebijakan
Turki di masa kepemimpinan PM Erdogan.
Namun ini tidak semata-mata hanya Turki saja yang membutuhkan
ladang untuk berinvestasi, Kosovo sebagai negara yang baru saja merdeka jelas
sangat membutuhkan adanya investor-investor yang memiliki kekuatan
ekonomi untuk pembangunan negara pasca kemerdekaan. Kosovo yang
menganut ekonomi pasar bebas membuka kemungkinan sebesar-besarnya untuk
investor, khususnya Turki untuk berkontribusi dalam pembangunan negara ini.
Kosovo yang diwakili oleh Menteri Perekonomiannya, Zafer Caglayan
menyatakan dalam pidatonya:
“As far as the issue is concerned with Kosovo, we encourage Turkish
investors to make investments in Kosovo”, (Selama isu-isu yang berkaitan
dengan Kosovo, kami berharap bahwa para Investor dari Turki bisa berinvestasi
lagi di Kosovo) (Panagopoulos, 2013)
Pernyataan ini jelas bahwa Turki sudah dianggap sebagai partner
strategis dalam bidang ekonomi bagi Kosovo. Intensitas dan frekuensi
perdagangan dan investasi Turki di Kosovo yang sudah cukup besar ingin
ditambah lagi oleh Kosovo. Maka jelas kedua negara ini saling membutuhkan
dan menciptakan kondisi ketergantungan ekonomi antara kedua pihak.
56
Saling ketergantungan ekonomi ini akan menjadi jembatan bagi Turki
untuk lebih berpengaruh bagi Kawasan Balkan, Karena akan tercipta iklim
ekonomi yang lebih sehat dan stabil apabila Turki menopang kerjasama ini
dengan kerjasama ke negara-negara sekitar Kosovo seperti, Albania, Kroasia,
Makedonia dan Bosnia. Turki lebih berpeluang untuk menjadi kekuatan dan
aktor alternatif di Balkan.
4.2 Dampak Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo Terhadap Kawasan
Balkan Barat
Dalam konsep Geopolitik dijelaskan bahwa sepak terjang sebuah negara
di berbagai belahan dunia lainnya adalah sebuah upaya untuk menjaga
pengaruh dan melanggengkan kepentingan nasional di sekitar teritorinya.
Dalam kasus ini Turki memiliki berbagai kepentingan nasional di luar batas
teritori negaranya, dampak dari globalisasi dan orde baru dalam politik dan
hubungan internasional hari ini.
Turki dengan notabene negara maju dan memiliki kekuatan politik dan
ekonomi yang terbilang salah satu yang terbesar di dunia, pun memiliki fokus
dalam kepentingan nasional di berbagai kawasan di dunia. Hal ini adalah
refleksi dari kekuatan-kekuatan besar terdahulu dan aktor-aktor utama
hubungan internasional yang berperilaku sebagaimana Turki di bawah
57
kepemimpinan dua pioneer kebijakan luar negeri Turki yaitu, PM Erdogan dan
Menlu Davutoglu.
Dalam konteks Balkan Barat, kawasan ini menjadi salah satu fokus
utama kebijakan-kebijakan Turki di bawah kepemimpinan PM Erdogan. Balkan
Barat yang secara geografis terletak tepat di sebelah barat Turki dan ini jelas,
sebagai tetangga, Turki harus berperan lebih untuk menjadikan kondisi di
sekitarnya menjadi stabil dan aman.
Semua sepak terjang Turki di Balkan dan berbagai regional besar lain di
dunia sangat dipengaruhi oleh pemikiran yang dicanangkan oleh Menlu
Davutoglu. Dengan kapasitasnya sebagai pakar Hubungan Internasional dan
pernah menulis semua rancangan kebijakan luar negeri Turki dalam bukunya
“Stategic Depth” (EKİNCİ, A Golden Age of Relations: Turkey and the
Western Balkans During the AK Party Period, 2014, hal. 104), sudah pasti
semua kebijakan luar negri Turki di bawah kepemimpinan partai AKP sebagai
partai yang mendominasi kekuasaan Turki sangat dipengaruhi olehnya. Di
dalam bukunya terdapat beberapa poin usulan kebijakan yang harus dikeluarkan
oleh Turki dan salah satu fokusnya adalah Balkan Barat.
Menlu Davutoglu mengaffirmasi bahwa Turki adalah “Natural Actor”
di kawasan Balkan barat. Hal ini dibuktikan oleh aktifnya kebijakan Turki di
kawasan ini semenjak pasca Perang Dunia II. Turki bersama Yunani dan
58
Yugoslavia kala itu membuat perjanjian untuk mengamankan Balkan, yaitu
Balkan Pact yang berisi beberapa poin untuk menjadikan kawasan ini tetap
aman dan stabil (Stone, 1994, hal. 393).
Konsep arsitektur kebijakan luar negeri Turki yang dibangun oleh
Davutoglu sangat kental dengan konsep geopolitik dan geoekonomi.
Kebijakannya yang bertajuk “Zero Problem Policy around Neighbor”
menunjukan bahwa Turki ingin menstabilkan kawasan-kawasan yang berada di
sekitar wilayah teritorinya (EKİNCİ, A Golden Age of Relations: Turkey and
the Western Balkans During the AK Party Period, 2014, hal. 116-117). Jadi
tidak heran jika kebijakan-kebijakan dan keterlibatan Turki di berbagai negara
di sekitar wilayah teritorinya sangat aktif di bawah kepemimpinan partai AKP.
Aktifisme baru Turki di masa kepemimpinan Erdogan dengan
kebijakan-kebijakan yang agresif dan masif mencoba melindungi kawasan-
kawasan di sekitarnya. Kebijakan luar negeri yang aktif di Timur Tengah dan
Afrika, Asia Tengah dan Tenggara, seolah ingin menunjukkan pada dunia
bahwa mereka telah kuat dalam berbagai segi baik ekonomi, politik maupun
militer.
Di Balkan, Turki memiliki kerjasama dan kebijakan yang aktif hampir
ke semua negara di wilayah tersebut. Kebijakan dan kerjasama ini bersifat
59
kontinyu dan jangka panjang. Seperti investasi yang dilakukan di Kosovo,
Turki melakukannya ke semua negara-negara di Balkan.
Kebijakan yang dicanangkan Turki di Kosovo adalah yang paling baru
di Balkan, dan menjadi salah satu yang terbesar di regional ini. Kerjasama
yang bersifat investasi dan Turki sebagai assisten dan membantu serta
memfasilitasi segala kebutuhan pembangunan negara Kosovo baik itu ekonomi
dan pembangunan infrastruktur.
Kebijakan ini pasti menyebabkan dampak bagi negara-negara di
kawasan Balkan Barat. Relief geografis regional Balkan yang sebelumnya
memang satu kesatuan negara Republik Yugoslavia dan hanya berbatas teritori
daratan pasti akan menimbulkan efek domino apabila salah satu negaranya
memiliki sebuah gejala tertentu. Adapun dampaknya adalah sebagai berikut:
- Stabilitas Ekonomi Politik dan Keamanan di Balkan
Kerjasama ekonomi Turki di Kosovo menambah daftar negara-negara yang
memiliki hubungan dengan Turki di Balkan. Hal ini pasti memiliki berbagai
dampak, namun dampak yang ditimbulkan terlihat menguntungkan banyak
pihak, khususnya kedua negara, dan negara-negara di Balkan pada umumnya.
Dalam konteks geopolitik di Balkan, kerjasama yang dilakukan oleh Turki dan
Kosovo berdasarkan urgensi dan partner strategis baru di kawasan ini. Letak
Kosovo yang berada di tengah kawasan ini menjadi sangat strategis bagi Turki
60
untuk berinvestasi ditambah dengan faktor kesamaan kultur masyarakat atau
Human Geography antar kedua negara menjadikan ikatan ini lebih dari sekedar
bisnis (Daldjoeni, 1991).
Menjelmanya Kosovo menjadi salah satu partner strategis bagi Turki juga
menjadikan investasinya semakin dinamis di kawasan ini. Turki dengan segala
kekuatannya dan modal yang dimilikinya mencoba merajut hubungan yang
cenderung lebih aman dan stabil antar negara di Balkan (Mehmeti, 2012, hal.
98).
Ketegangan antara Kosovo dan Serbia yang memang menjadi luka lama bagi
keduanya coba di redam oleh Turki (Kursani, Haxholli, & Gjikolli, 2014, hal.
76). Turki menjadi jembatan bagi kedua negara untuk lebih berhubungan
dengan baik dan profesional demi terciptanya kondisi Balkan yang lebih
kondusif dan stabil. Meskipun sempat terjadi kontroversi atas pernyataan PM
Erdongan yang mengatakan Kosovo adalah Turki, namun tetap Turki dapat
menyelesaikan masalah ini dengan baik. Kunjungan kenegaraan yang dilakukan
Presiden Abdullah Gul ke Serbia membuka hubungan yang sebelumnya tegang,
menjadi lebih pragmatis dan strategis.
Hubungan dengan Kosovo yang dijalin oleh Turki adalah salah satu
implementasi dari kebijakan luar negeri Turki yang bertajuk Zero Problem
milik Menlu Davutoglu (EKİNCİ, A Golden Age of Relations: Turkey and the
Western Balkans During the AK Party Period, 2014, hal. 110). Kebijakan ini
menjadikan Turki sebagai aktor yang paling sibuk untuk menjalin kehidupan
61
bertetangga yang harmonis dan stabil di Balkan. Turki seolah merajut kembali
benang yang kusut dan mencoba merangkainya sebagai sebuah gugusan yang
indah dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Tak hanya Kosovo, jauh sebelum itu Turki mencoba untuk menjadi “Guardian
Angel” atau “Malaikat Penjaga” bagi kawasan ini, berbagai keterlibatan dalam
aksi militer maupun politis dijalankan oleh Turki dan semakin intens sejak
runtuhnya Yugoslavia dan Komunis di Balkan. Berbagai misi keamanan di
lakukan, berbagai upaya diplomasi dan lobi politis dicanangkan demi
terwujudnya kepentingan nasional Turki di kawasan ini yaitu regional yang
stabil dan aman (Kursani, Haxholli, & Gjikolli, 2014, hal. 71-73).
Macedonia, Bosnia, Kroasia, Albania menjadi negara yang merasakan manfaat
dari kebijakan militer dan keamanan aktif Turki untuk pengentasan konflik
pasca perang dingin di Balkan. Setelah keamanan terjaga dengan baik barulah
Turki menggencarkan kebjakan dengan berbagai unsur Soft Politics berupa misi
ekonomi sosial dan budaya di Kawasan ini. Maka terwujudnya kawasan yang
stabil di Balkan terdapat andil Turki yang besar di dalamnya (Kursani,
Haxholli, & Gjikolli, 2014, hal. 71-73).
- Koneksi Antar Negara Di Balkan
Keterlibatan Turki yang sangat aktif dan sibuk dalam konstelasi politik
ekoonomi dan keamanan di Balkan memberikan berbagai dampak yang cukup
signifikan bagi kondisi geopolitik di kawasan ini. Kawasan yang memang
62
sebelumnya memang sebagai kesatuan dari Republik Yugoslavia kembali coba
dipersatukan dalam bentuk negara-negara di dalam satu region.
Peran yang Turki mainkan di Balkan adalah sebagai salah satu kekuatan
ekonomi yang berinvestasi di hampir seluruh negara di Balkan dan sebagai
negara tetangga Balkan yang ingin mewujudkan kehidupan bertetangga yang
rukun dan damai.
Keterlibatan Turki di Balkan yang memang bukan barang baru, menjadi
semakin berpengaruh bagi negara-negara di kawasan ini. Fenomena ini terjadi
sejak meningkatnya intensitas persimpangan Turki dengan negara-negara di
Balkan yang menciptakan koneksi antar negara di Balkan dengan keterikatan
kepentingan bisnis.
Dari kepentingan ekonomis inilah mulai terjalin rangkaian benang-benang yang
sempat kusut dan kembali dirajut oleh Turki. Turki melakukan berbagai
kesepakatan dan kerjasama ekonomi pasar bebas dengan negara-negara seperti
Bosnia, Macedonia, Kroasia, Albania, Kosovo dan bahkan Serbia.
Peningkatan yang signifikan terlihat pada volume perdagangan dan investasi
luar negri Turki di Balkan, volume perdagangan Turki di Balkan meningat
drastis hanya dalam waktu tidak lebih dari satu dekade. Pada 2001 volume
perdagangan Turki di Balkan mencapai angka 72 juta USD, pada tahun 2013
melonjak drastis menjadi 403 Miliyar USD (Cakir, 2014, hal. 80). Angka ini
sangat fantastis melihat kawasan ini juga berdampak terhadap krisis ekonomi
dunia 2010. Juga investasi luar negri (FDI) Turki melonjak tinggi dari angka
63
5,5 juta USD menjadi 60 juta USD (Cakir, 2014, hal. 84). Balkan menjadi
kawasan yang menjadi fokus Turki untuk berinvestasi.
Koneksi yang dibangun oleh Turki didukung dengan investasi Turki di bidang
infrastruktur. Proyek Turki yang ingin membangun jalan tol panjang yang
mengubungkan Turki-Kosovo-Albania ditambah dengan Jalan tol yang
dibangun untuk menghubungkan Serbia-Bosnia semakin memperjelas bahwa
Turki memang sedang membangun integrasi imajiner bagi seluruh negara yang
terletak di kawasan ini (Philips, 2014).
Turki juga mendominasi sektor Telekomunikasi dimana negara-negara seperti
Kosovo, Albania, Bosnia dan Macedonia sebagai pusat pengembangan industri
Telekomunikasi yang dipimpin oleh perusahaan Telekomunikasi asal Turki.
Dengan komunikasi yang terintegrasi ini semakin menunjang integrasi dan
koneksi antar negara di Balkan (Mehmeti, 2012, hal. 98).
Sektor Transportasi dimana Turkish Airlines mendominasi beberapa Bandar
Udara di Albania, Kosovo dan Bosnia juga memperlihatkan keseriusan Turki
untuk mengintegrasikan negara-negara di Balkan. Dengan koneksi antar negara
yang semakin mudah, maka integrasi imaginer ini semakin jelas terlihat di
Balkan (Mehmeti, 2012, hal. 99).
- Kebangkitan Kesadaran Regional Negara-Negara Balkan
Setelah Turki seolah-olah mempersatukan negara-negara di Balkan dengan
keterikatan ekonomi atau Economic Interdependency antar negara di Balkan,
maka secara tidak langsung ini berdampak kepada bangkitnya kesadaran dari
64
negara-negara ini untuk menjadikan mereka sebagai sebuah identitas yang
sama, yaitu Regional Balkan.
Turki salah satu negara yang menginisiasikan terbentuknya forum South East
Europe Cooperation Progress (SEECP) yang merupakan forum yang dibentuk
untuk mengintegrasikan kepentingan ekonomi antar negara di kawasan Balkan.
Hal ini merupakan sebuah kebangkitan dari kesadaran negara-negara di Balkan
untuk mulai dewasa dalam berhubungan dan menciptakan kondisi yang lebih
stabil dan aman.
Free Trade Agreement (FTA) yang di lakukan oleh Turki hampir keseluruh
negara di Balkan mendukung integrasi dan merangsang bangkitnya kesatuan
kawasan ini. Dengan adanya kesamaan kepentingan ekonomi antar negara di
Balkan dengan Turki semakin memperkuat hubungan di Balkan (Cakir, 2014,
hal. 82).
Dukungan dari diaspora Turki di kawasan ini semakin memperkuat integrasi
antar negara di Balkan yang hampir setengah dari negara-negaranya beragama
Islam. Bahasa Turki yang banyak di pakai sebagai salah satu bahasa utama di
negara seperti Kosovo, Albania, Bosnia, Macedonia, dan Yunani juga sebagai
faktor pendukung bahwa Turki memiliki pengaruh besar dalam kebangkitan
kesadaran untuk bersatunya negara-negara di Balkan dan persatuan ini juga
sebagai wujud dari kesamaan indentitas antar negara di Balkan.
4.3 Kondisi Balkan Barat Pasca Kerjasama Ekonomi Turki – Kosovo
65
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, keterlibatan Turki dalam konstelasi
geopolitik di kawasan Balkan Barat memiliki berbagai dampak yang signifikan,
terutama setelah melakukan kerjasama ekonomi dengan Kosovo yang baru saja
merdeka. Kerjasama ini menjadi pemicu dari hubungan yang sebelumnya
renggang berubah ke arah yang lebih intens dan lebih pragmatis ke arah
pembangunan sektor ekonomi, politik, sosial, dan budaya di kawasan ini.
Kerjasama yang dilakukan Turki terhadap Kosovo juga dianggap sebagai
pintu masuk yang kembali terbuka lebar untuk aktifisme baru Turki di Balkan.
Posisi geografis Kosovo yang ada di sentral kawasan ini menjadikan alasan
kuat bagaimana masuknya kembali Turki di bawah kepemimpinan AKP yang
di Pimpin dua Tokoh berpengaruhnya yaitu PM Reccep Tayyip Erdogan dan
Menlu Ahmed Davutoglu sebagai orang yang berada di garis terdepan
perjuangan kepentingan nasional Turki di berbagai belahan dunia khususnya
Balkan. (EKİNCİ, TURKEY’S “ZERO PROBLEMS” ERA, 2013, hal. 25)
Dengan segala sumberdaya yang dimiliki Turki baik dari segi ekonomi
yang menjadi salah satu kekuatan Ekonomi dunia, No. 16 pertumbuhan
ekonomi terbesar di dunia dan No. 6 terbesar di Eropa, segi historis yang
memang memiliki romantisme historis kejayaan Turki Ustmani yang pernah
memimpin Balkan selama Hampir 500 tahun lamanya, segi geopolitik dan
geostrategis yang menunjukkan bahwa Turki adalah aktor yang sangat dekat
dengan Balkan dan memiliki kewajiban moral tersendiri untuk menciptakan
66
kondisi yang harmonis stabil aman dan lingkungan yang sehat untuk konteks
ekonomi politik dan keamanan dikawasan ini.
Dampak yang ditimbulkan oleh aktifisme baru Turki di Balkan
menjadikan kondisi dan situasi kawasan ini sedikit banyak berubah. Kawasan
yang berada di dalam naungan Uni Eropa dan terkenal sangat rentan akan
konflik ini seolah-olah sedang diobati oleh kekuatan-kekuatan besar dunia,
salah satu yang terbaru adalah Turki. Perubahan-perubahan kondisi di Balkan
yang disebabkan oleh kembali bermainnya Turki dalam kawasan ini adalah
sebagai berikut:
- Multi Influence Region dan Ruang Pameran Kekuatan Turki
Setelah kembalinya Turki ke Balkan dan berperan aktif dan sibuk untuk
menjaga stabilitas dan keamanan Turki, maka diversitas dari kekuatan besar
dunia yang bermain di kawasan ini menjadi bertambah. Kawasan yang
sebelumnya dikuasai oleh dua kubu besar di eropa yaitu EU dan Russia ini
menjadi lebih dinamis secara pengaruh.
Turki dengan kebijakan-kebijakan aktifnya menjadi pengaruh lama yang
kembali lagi untuk hadir sebagai pembaru di kawasan ini. Balkan yang
memiliki sejarah panjang dan rumit perihal tarik ulur pengaruh kekuatan besar
dunia, Turki mencoba hadir untuk memperbaharui pola hubungan internasional
di Balkan. Strategic Depth dan Zero Problem milik Turki dirasa sangat efektif
untuk melanggengkan jalan Turki di Balkan dan menjadi Counter Hegemon
67
yang sebelumnya dipegang oleh EU dan Russia (ŽARKO PETROVIĆ, 2011,
hal. 152).
Negara-negara kecil dan berbasis Islam menjadi negara-negara yang loyal
terhadap kebijakan dan kerjasama yang dicanangkan Turki. Albania, Kosovo,
Bosnia, Macedonia menjadi negara-negara dimana Turki menjadi Investor
asing terbesar. Serbia, Slovenia, Kroasia dan Bulgaria menjadi negara yang
menikmati hasil dari pembangunan Turki di Balkan. Dalam posisi ini negara-
negara tersebut otomatis merestui kebijakan Turki di Balkan.
Pengaruh Turki yang perlahan tumbuh dan berkembang di Balkan menjadi
sebuah tantangan tersendiri bagi kedua kekuatan yang sudah sebelumnya ada di
kawasan ini. Kebijakan-kebijakan Turki yang memang sangat membantu
pembangunan baik fisik maupun fiskal negara-negara di Balkan yang
mayoritasnya negara berkembang ini lebih digandrungi oleh komunitas negara
Balkan.
Kawasan ini juga secara tersirat menjadi ruang pameran kekuatan yang dimiliki
Turki. Kekuatan Turki di bidang Ekonomi sudah sangat terlihat dengan jelas,
karena kebijakan ekonomi yang dicanangkan Turki ke hampir seluruh negara di
Balkan seolah-olah menunjukkan kekuatan ekonomi Turki yang besar. Investasi
Turki pun cukup besar bagi kawasan ini, jadi jelas sisi ekonomi Turki yang kuat
dipamerkan di kawasan ini.
Kekuatan Militer dan keamanan Turki juga dipamerkan di kawasan ini.
Aktifnya kebijakan pertahanan Turki sejak awal tahun 1990-an hingga hari ini
68
sangat menunjukkan bahwa kekuatan Militer Turki tidak bisa diremehkan.
Keterlibatan dalam berbagai misi perdamaian di Bosnia dan bantuan militer
yang diberikan Turki terhadap Kosovo dalam upaya kemerdekaan Kosovo juga
menunjukkan bahwa Turki juga dapat berbicara banyak dalam penjagaan
keamanan dan stabilitas strategis di Kawasan Balkan.
- Poros Tengah, Balance of Power dan Kekuatan Alternatif di Balkan
Hadirnya Turki kembali di Balkan seolah menjadi sebuah tawaran baru bagi
negara-negara di Balkan. Negara-negara di Balkan kembali mendapatkan
sebuah angin segar dimana pemain-pemain lama di kawasannya mendapatkan
tantangan baru dari Turki. Investasi yang ditawarkan Turki lebih ke arah
pembangunan infrastruktur, pemulihan ekonomi negara-negara kecil, perbaikan
sarana transportasi dan misi kebudayaan di Balkan.
Kebijakan di sektor yang lebih cenderung Soft Power Politics dan fokus kepada
“economic and cultural assistance” ini menjadikan pengaruh Turki di kawasan
ini lebih laris ketimbang dua kekuatan besar lainnya. Ketimbang harus
mengambil ranah-ranah ekonomi yang berat seperti minyak dan gas, Turki
menggarap proyek-proyek pembangunan jalan tol dan merevitalisasi aaset-aset
peninggalan Turki Ustmani. Manuver ini jelas lebih nyata dirasakan oleh
masyarakat di Balkan dan menjadikan Turki sebagai alternatif kekuatan baru
untuk dijadikan partner strategis di berbagai bidang.
Motif kebijakan dan kepentingan luar negeri Turki di Balkan tidak pernah
terlepas dari konsep geopolitik dan balance of power. Hal ini dirasa tepat
69
karena sebagai negara tetangga Balkan kembalinya Turki untuk meredam
kekuatan Russia dan EU bersama AS yang cenderung sudah usang dan
monoton, karena dalam konsep bernegara menurut Kenneth Waltz sistem
internasional bersifat Anarkis jadi semua memiliki kekuatan dan kesempatan
yang sama. (Waltz, 1979)
Semua upaya Turki untuk meredam pendahulunya pun terbilang cukup sukses,
karena banyak negara-negara Balkan menjadikan Turki sebagai partner strategis
mereka. Sedikit banyak investasi Turki di Balkan mampu menggeser posisi
negara-negara besar di Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris.
Namun di beberapa kesempatan Turki bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan
ini untuk menjaga keseimbangan distribusi kekuatan di kawasan ini. Seperti
contoh dalam proyek pembangunan jalan tol antara Kosovo dan Turki, Turki
menggaet AS untuk menggarap proyek ini. Seperti halnya Prancis yang diajak
untuk menggarap proyek revitalisasi dan pembangunan sarana penerbangan di
Kosovo. Manuver ini jelas menjaga ritme hubungan yang baik antar kekuatan
besar yang bermain di Balkan.
Kepiawaian Menlu Davutoglu dalam meramu dan mengaplikasikan kebijakan
ini menjadikan Turki sebagai salah satu kekuatan baru yang mengubah pola
lama distribusi kekuasaan di Balkan. Turki juga dianggap dapat menjadi poros
tengah di antara EU dan Russia dan menciptakan blok baru dalam konstelasi
hubungan internasional di Eropa, karena pengaruh Turki mulai menjadi trend di
berbagai kawasan di dunia, terlebih Balkan yang memang berbatasan langsung
70
dengan Turki (EKİNCİ, A Golden Age of Relations: Turkey and the Western
Balkans During the AK Party Period, 2014).
- Disintegrasi dan Security Dilema Bagi EU dengan Kebangkitan Forum South
East Europe
Tercatat bahwa Turki tergabung dalam forum-forum regional di kawasan
Balkan seperti SEEI (South-East Europe Initiative) SEEGROUP (South-East
Europe Security Cooperation Steering Group) RACVIAC (Regional Arms
Control Verification and Implementation Assistance Centre), dan SEECP
(South-East Europe Cooperation Process) (SAZAK & ÖZKAN, 2016). Semua
forum ini bertujuan mempersatukan negara-negara di regional Balkan untuk
menjadi sebuah kesatuan yang nyata di dalam Kawasan besar Eropa.
Hal ini jelas menjadi ancaman tersendiri terhadap Misi EU yang ingin
mengintegrasikan seluruh kawasan yang ada di Eropa. Balkan menjadi salah
satu fokus EU dimana negara-negara di kawasan ini sebagai pecahan Republik
Yugoslavia dan sebagian masih dalam pengaruh Russia.
Masuknya Turki ke Balkan merupakan ancaman lain untuk EU dan pertanyaan
besar atas relevansi EU saat ini. Melihat pengaruh yang disebarkan oleh Turki
ini lebih populer ketimbang EU maupun Russia. Turki berakselerasi dalam
berbagai kebijakan yang dicanangkan di Balkan, dan kebijakan dan kerjasama
Turki kepada negara-negara di Balkan cenderung supportif dan menopang
semua aktifitas baik ekonomi, politik, keamanan maupun kegiatan kultural.
71
Turki mampu menjadi mediator dalam berbagai konflik yang sudah
berlangsung lama, seperti Serbia-Kosovo, dan Serbia-Bosnia. Hal ini tidak
pernah serius dilakukan oleh EU maupun Russia, dan Turki hadir sebagai
penyeimbang kawasan ini. Dampaknya adalah kecenderungan bagi negara-
negara di Balkan untuk bekerjasama dengan Turki dan menjadi negara yang
bermitra kuat dengan Turki.
Investasi yang jelas terlihat yang dilakukan oleh Turki di Balkan hari ini lebih
masif dan menyeluruh di kawasan ini. Terlebih setelah adanya Krisis Moneter
tahun 2008, Turki hadir menjadi penyelamat bagi negara-negara kecil seperti
Albania, Macedonia, Bosnia, dan negara yang baru merdeka saat itu Kosovo
sehingga tidak berdampak terhadap krisis tersebut. Hal yang tidak bisa
dilakukan EU terhadap negara di Eropa lain seperti Portugal, Spanyol dan
Yunani yang berdampak hingga hari ini.
Aktifnya kebijakan dan kerjasama Turki di Balkan seolah membangun
kesadaran bagi negara-negara ini untuk membentuk kesadaran komunal di
wilayah Eropa Tenggara. Keterkaitan urusan bisnis dan ekonomi, juga politik
serta keamanan dibangun dengan semangat kerukunan bertetangga yang
menjadi tujuan dari kebijakan luar negri Turki “Zero Problem Around
Neighbor”.
Hal-hal yang bersifat kultural dan privat ini juga disentuh oleh kebijakan Turki,
sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kesadaran Balkan untuk bersatu.
72
Ditambah dengan mayoritas negara di Balkan belum berstatus anggota EU
menjadi ancaman besar bagi EU Enlargement itu sendiri.
Maraknya serial TV ala Turki hari ini adalah salah satu nilai lebih yang dimiliki
Turki terkait pengaruhnya di Balkan. Kesuksesan pemerintah Turki di bawah
partai AKP yang cenderung Islamis ini mengembalikan kejayaan Turki di
Balkan baik secara ekonomi politik maupun sektor sosial budaya, dan sedikit
banyak melemahkan pengaruh EU di Balkan.
Di satu sisi EU terbantu dengan manuver Turki yang sangat aktif dan sibuk
untuk menjaga stabilitas di kawasan ini. Di sisi lain lunturnya pengaruh EU
dalam memperbesar cakupan wilayahnya memudar di Balkan, terlebih Turki
adalah salah satu negara yang berhasrat untuk menjadi bagian dari EU namun
menemukan banyak kendala dan tidak pernah berhasil masuk hingga hari ini.
Maka jelas bahwa EU mengalami dilema dalam menghadapi aktivisme
kebijakan luar negeri Turki di Balkan.
Kekuatan Turki yang semakin besar di Balkan seolah-olah menunjukkan bahwa
Turki tidak butuh menjadi bagian EU, karena tanpa menjadi anggota pun Turki
bisa berbicara banyak dalam lingkungan dunia internasional, bahkan dalam
skala yang lebih luas. Ini juga seolah-olah memperlihatkan pada dunia bahwa
EU mulai dipertanyakan integrasinya yang tidak seperti tujuan awalnya ketika
menghadapi kasus seperti Turki.
- Kebangkitan Islam Di Balkan, Bangkitnya diskursus “Neo-Ottomanism” di
Eropa dan Kekhawatiran Barat
73
Terpilihnya Abdullah Gul sebagai Presiden Turki dengan Partai AKP yang
keluar sebagai Pemenang Pada Pemilu yang diadakan Turki pada Tahun 2007,
menjadi sebuah titik balik perubahan kebijakan luar negeri Turki. Kebijakan
yang sebelumnya cenderung pasif dan lebih berhati-hati dan sekuler berubah ke
arah yang lebih aktif masif dan lebih Islami.
Penunjukkan Erdogan sebagai Perdana Menteri dan Menteri Luar Negri Ahmed
Davutoglu dinilai sebagai katalisator kebijakan Turki. Kedua anggota terbaik
Partai ini berdiri di garda terdepan dalam pengaplikasian kebijakan luar negri
Turki. Perubahan kebijakan ini menjadikan Turki sebagai aktor yang dinilai
sangat aktif dalam kegiatan dalam skala global.
Lembaga kerjasama dan pembangunan internasional Turki atau TIKA kembali
dihidupkan, dengan berbagai macam kebijakan pembanguan dan kerjasama
yang dilakukan di Balkan. TIKA memainkan peran yang penting dalam
merevitalisasi berbagai situs-situs peninggalan Turki Ustmani di Balkan,
membangun banyak Masjid di berbagai negara di Balkan, merevisi berbagai
kurikulum dan membangun fasilitas pendidikan di Balkan, juga
memberdayakan berbagai bidang seperti industri dan agrikultur (EKİNCİ, A
Golden Age of Relations: Turkey and the Western Balkans During the AK
Party Period, 2014).
Kebijakan yang bernuansa Islam ini jelas menimbulkan berbagai spekulasi dan
analisa, bahwa Turki di bawah Partai AKP ingin menjadikan Turki sebagai
Ibukota bagi Muslim di Eropa dan Timur Tengah, dan menjadi jembatan bagi
74
muslim di kedua wilayah tersebut (EKİNCİ, A Golden Age of Relations:
Turkey and the Western Balkans During the AK Party Period, 2014).
Kebijakan-kebijakan ini juga didukung dengan kondisi geopolitik dan
demografi manusia di Balkan yang memang banyak beragama Islam dan juga
diaspora etnis Turki di berbagai negara di Balkan.
Munculnya wacana Neo-Ottomanism di Eropa tidak dapat dielakkan.
Pernyataan Menlu Davutoglu yang mengatakan bahwa masa kepemimpinan
Turki Ustmani sebagai masa kejayaan dan pencerahan di Eropa semakin
menguatkan diskursus ini muncul.
Seiring munculnya Neo-Ottomanisme, muncul juga ketakutan bagi Eropa akan
kebangkitan Islam yang memang sedang menjadi trend khususnya di Balkan.
Kebijakan-kebijakan yang bersifat kultural ini semakin menguatkan pengaruh
Turki di Balkan, terlebih negara-negara Islam di Balkan semakin stabil secara
ekonomi semenjak adanya keterlibatan Turki di Balkan (Rüma, 2013).
Islamophobia yang masih menjadi mimpi buruk bagi masyarakat Eropa kembali
muncul. Ketakutan akan Islamic terrorism mencuat seiring semakin besarnya
pengaruh Turki di Balkan. Banyak ahli politik dari Eropa dan AS menilai
bahwa EU dan Balkan harus berhati-hati dengan Turki dan segala kebijakan
Islamis nya di Balkan (Rüma, 2013, hal. 132).
Namun Turki terus melakukan pembuktian bahwa misi yang dibawa adalah
murni untuk pembangunan dan penjagaan stabilitas di kawasan yang berbatasan
langsung dengan Turki. Bahkan kebijakan ini semakin gencar dilakukan, karena
75
bangkitnya kesadaran bahwa Turki adalah Partner Strategis bagi negara-negara
di Balkan. Bukan hanya bagi negara-negara Islam di Balkan, negara seperti
Serbia, Slovenia dan Kroasia yang berbasis agama Katolik pun sepakat untuk
bekerjasama dengan Turki demi terwujudnya Balkan yang stabil dan kondusif
secara politik, ekonomi, keamanan, sosial dan kultural (Rüma, 2013, hal. 136).
Demikian pemaparan dari bagaimana dampak dan kondisi yang di
timbulkan semenjak kerjasama yang dilakukan Turki dengan Kosovo.
Pemaparan di atas menjelaskan bagaimana kerjasama antar dua negara dapat
berdampak secara luas bagi sebuah kawasan. Dalam kasus ini adalah kerjasama
ekonomi yang dilakukan oleh Turki dan Kosovo dapat menjadi pemicu dari
aktifisme baru dan penularan pengaruh yang dibawa oleh Turki melalui
kebijakannya tehadap kawasan Balkan Barat serta menimbulkan dampak yang
cukup signifikan bagi kondisi hubungan internasional di kawasan ini.
76
BAB V
KESIMPULAN
Kebijakan ekonomi yang dicanangkan oleh Turki terhadap Kosovo
menimbulkan banyak dampak yang bereskalasi terhadap konstelasi kehidupan
ekonomi di Eropa, khususnya di Balkan. Turki sebagai negara yang memiliki
kekuatan di berbagai aspek dalam kehidupan bernegara seperti ekonomi dan
militer menjadi katalisator tersendiri ketika bersinggungan dengan negara-
negara berkembang lainnya di kawasan Balkan khususnya Kosovo. Balkan
sebagai kawasan yang pernah menjadi daerah kekuasaan Turki di masa
Ustmaniah ingin kembali di bangkitkan kejayaannya melalui kerjasama-
kerjasama kenegaraan yang merupakan ciri hubungan internasional modern.
Kosovo yang menjadi objek konsentrasi kebijakan ekonomi Turki
terlebih pasca kemerdekaannya tahun 2008 seolah menjadi pemantik geliat
Turki untuk kembali menginjakkan kakinya di Balkan. Turki memang bukan
pemain baru dalam konteks Hubungan Internasional di Balkan, namun
momentum kembalinya Turki sejak menguatnya ekonomi Turki menjadi hal
besar yang patut jadi sorotan utama di Balkan. Kawasan yang berdekatan
dengan Turki secara geografis ini kembali merasakan superioritas dari Turki
sebagai salah satu kekuatan baru di dunia Internasional.
77
Kebijakan Turki yang menyentuh sektor Soft Power Politics menjadikan
Turki lebih popoler ketimbang kekuatan lama lain seperti Eropa yang selalu
menggembor-gemborkan EU enrlagement, Russia yang selalu oportunis dengan
kepentingan militer dan bisnis gasnya, dan AS yang melulu mencari pengaruh
dalam hal demokratisasi dan kampanye militer di eropa dan timur tengah.
Kehadiran Turki yang ingin menjadi stabilator dan Balance of Power dirasa
sangat ampuh dan berdampak positif bagi Balkan. Hasilnya, negara-negara di
Balkan semua beralih dan mulai bekerjasama dengan Turki.
Keberanian Reccep Tayyip Erdogan dan Kejeniusan Ahmed Davutogu
meramu kebijakan luar negri Turki menjadi faktor utama keberhasilan Turki
dalam konteks hubungan antar negara di Balkan khususnya. Dua tokoh partai
AKP Turki ini menjadi buah bibir baru di dunia setelah keberhasilan “Zero
Problem Policy” milik Turki di berbagai kawasan konsentrasi Turki dalam
konteks ini Balkan. Turki benar-benar melakukan manuver-manuver yang
meniadakan masalah di Balkan.
Kebijakan Sosio-Kultural yang dicanangkan Turki dan dieksekusi oleh
TIKA sebagai lembaga kenegaraan Turki dalam bidang kerjasama Internasional
di sektor sosial budaya juga dinilai berhasil. Turki sukses mengintegrasikan
Balkan dengan kesamaan budaya yang dimiliki oleh mayoritas negara di
Balkan. Kekuasaan rezim Turki Ustmani yang berabad-abad lamanya masih
membekas di Balkan dan menjadi keuntungan tersendiri bagi Turki karena jadi
78
lebih mudah dalam berinteraksi dengan negara-negara di Balkan. Negara-
negara seperti Kosovo, Bosnia, Macedonia dan Albania yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim dan banyak etnis Turki yang tinggal disana
menambah keuntungan Turki dalam mencanangkan kebijakannya di Balkan.
Dengan segala sepak terjang yang dilakukan Turki, memberikan
dampak yang signifikan terhadap semua pihak yang terlibat. Turki menerima
keuntungan baik moral maupun finansial. Naiknya GDP dan tingkat investasi
juga volume perdagangan di Balkan menjadikan Turki sebagai kekuatan baru di
Balkan. Dampak terhadap Kosovo juga terlihat dalam naiknya taraf hidup
masyarakatnya, pembangunan negara dan kenaikan ekonomi Kosovo.
Sedangkan Balkan menerima dampak yang signifikan secara Balance Of Power
dalam konteks geopolitik di Kawasan ini. Turki mengimbangi kekuatan besar
yang bermain di Kawasan ini. Perusahaan Swasta yang di support oleh Turki
menjadi pemain yang berpengaruh terhadap integrasi kawasan Balkan Barat
dan membangkitkan semangat negara-negara di Balkan untuk kembali bersatu
sebagai satu kesatuan regional.
Jadi kebijakan Ekonomi yang dicanangkan Turki di Kosovo menjadi
pintu gerbang Turki untuk masuk kembali dan menambah kuat pengaruh Turki
di Balkan. Posisi Geografis Kosovo yang berada di jantung Balkan menjadi
pertimbangan kuat untuk Turki dalam memobilisasi kekuatannya di Balkan dan
untuk menstabilkan kekuatan-kekuatan yang bermain di Balkan.
79
Apapun yang terjadi di salah satu negara di Balkan dalam konteks ini
adalah Kosovo yang masih sangat rentan akan konflik karena konfrontasi yang
baru saja usai dengan Serbia akan berdampak terhadap keseluruhan kawasan
Balkan. Keputusan Turki untuk berinvestasi di Kosovo dengan nilai besar
dirasa tepat, karena hal ini dapat menunjang stabilitas kawasan Balkan dan
menguntungkan Turki dan Balkan itu sendiri.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abazi, E. (2008). A New Power Play in the Balkans: Kosovo's. Insight Turkey , 67-80.
Abazi, E. (2008). Kosovo Independence: An Albanian Perspective. Ankara: SETA Policy Brief.
Al-Rodhan, N. R. (2009). Neo-statecraft and Meta-geopolitics: Reconciliation of Power, Interests and Justice in the 21st Century. Berlin : LIT.
Al-Rodhan, N. R. (2009). Sustainable History and the Dignity of Man: A Philosophy of History and Civilisational Triumph. Berlin: LIT.
Baydar, Y. (2013, October 12). Erdogan: Kosovo Is Turkey! Retrieved December 17, 2016, from Al-Monitor Pulse of Middle East: http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2013/10/erdogan-kosovo-turkey.html
Cakir, M. (2014). An Economic Analysis of the Relationship Between Turkey and the Balkan Countries. Adam Akademie , 77-86.
ÇAKIR, M. (2014). An Economic Analysis of the Relationship Between Turkey and the Balkan Countries. ADAM AKADEMİ , 77-86.
Collaku, P. (2010, nov 04). New Chapter in Kosovo-Turkey Relations Needed. Retrieved june 12, 2016, from Balkan Insight: http://www.balkaninsight.com/en/article/kosovo-turkey-historic-ties
Daldjoeni, D. (1991). Dasar Dasar Geografi Poitik. Bandung: Citra Adya Bakti.
EKİNCİ, M. U. (2014). A Golden Age of Relations: Turkey and the Western Balkans During the AK Party Period. Insight Turkey , 104-130.
EKİNCİ, M. U. (2013). TURKEY’S “ZERO PROBLEMS” ERA. SETA | FOUNDATION FOR POLITICAL, ECONOMIC AND SOCIAL RESEARCH , 1-36.
Eralp, D. U. (2010, november). Kosovo and Turkey: What Lies Ahead? Seta Policy Brief , 1-12.
81
Gangloff, S. (2004, june 14). Turkish policy towards the conflict in Kosovo: the preeminence of national political interests. Retrieved december 21, 2016, from Balkanologie: https://balkanologie.revues.org/517
Jura, C. (2013). Kosovo - History and Actuality. AGORA International Journal of Juridical Sciences, , 78-84.
Kosovo, G. O. (2009). Agreement Between The Government Of Republic Of Kosovo And The Government Of Republic Of Turkey On Economic Cooperation. Prishtina.
Kosovo, M. O. (2011, August 26). Turkey strongly supports Kosovo’s sovereignty and territorial integrity. Retrieved December 20, 2016, from mfa-ks.net: http://www.mfa-ks.net/?page=2,217,913
Kursani, S., Haxholli, V., & Gjikolli, G. (2014). Kosovo in Regional Context: Bilateral Political Relations. Kosovo Institute of Policy Research and Development , 1-76.
KURTARAN, G. (2010, 08 16). Kosovo calls on Turks to invest in Balkans. Retrieved from Hürriyet Daily News: http://www.hurriyetdailynews.com/default.aspx?pageid=438&n=kosovo-calls-of-turkey-to-invest-in-balkans-2010-08-16
Lund, M. (n.d.). Kosovo - Chronology. Retrieved september 1, 2016, from University Of South California: www.usc.edu/dept/LAS/ir/cews/database/Kosovo/kosovo.pd
Mehmeti, J. (2012). The Economic and Social Investment of Turkey in Kosovo. ADAM AKADEMİ , 97-106.
Mitrovic, M. (2014). Turkish Foreign Policy Towards Balkan: The Influence of traditional determinant on Davutoğlu’s conception of Turkey - Balkan relations. GeT MA Working Paper Series , 1-64.
Panagopoulos, C. T. (2013, september 6). Turkey and Kosovo sign a Free Trade Agreement. Retrieved december 17, 2016, from IBNA: Independent Balkan News Agency: http://www.balkaneu.com/turkey-kosovo-sign-free-trade-agreement/
Philips, D. L. (2014, august 16). Turkey’s Islamist Agenda in Kosovo. Retrieved december 21, 2016, from Huffington Post: http://www.huffingtonpost.com/david-l-phillips/turkeys-islamist-agenda-i_b_8891634.html
82
Rüma, İ. (2013). TURKISH FOREIGN POLICY TOWARDS THE BALKANS: NEW ACTIVISM, NEO-OTTOMANISM OR/SO WHAT? TURKISH POLICY QUARTERLY , 130-140.
Russet, B. M., & Starr, H. (1985). World Politics: The Menu Of Choice. Bristol: Bookbam International.
Sayari, S. (2000). Turkish foreign policy in the post-Cold War era: The challenges of multi-regionalism. Journal of International Affairs , 169-182.
SAZAK, O., & ÖZKAN, N. S. (2016). TURKEY’S CONTRIBUTIONS TO SECURITY SECTOR REFORM (SSR) IN CONFLICT-AFFECTED COUNTRIES. Istanbul: Istanbul Policy Center.
Stone, D. R. (1994). The Balkan Pact and American Policy. East European Quarterly , 393-404.
Turkey, M. o. (2012). Relations between Turkey and Kosovo. Retrieved september 16, 2015, from http://www.mfa.gov.tr/: http://www.mfa.gov.tr/relations-between-turkey-and-kosovo_.en.mfa
Waltz, K. N. (1979). Theory of International Politics. Illinois: Waveland Press.
Wolff, S. (1999, January 17). The Kosovo Conflict. pp. 1-30.
Yuvaci, A., & Dogan, S. (2012). GEOPOLITICS, GEOCULTURE AND TURKISH FOREIGN POLICY. Geopolitics in 21st Century , 9-24.
ŽARKO PETROVIĆ, a. D. (2011). Turkish Interests and Involvement in The Western Balkans : A Score Card. Insight Turkey , 150-172.