Dampak Keberadaan Saksi Yehova Terhadap Kehidupan...
Transcript of Dampak Keberadaan Saksi Yehova Terhadap Kehidupan...
i
Dampak Keberadaan Saksi Yehova
Terhadap Kehidupan Masyarakat
di Kelurahan Kawua
TESIS
Diajukan Kepada :
Program Studi Magister Sosiologi Agama
Universitas Kristen Satya Wacana
Hardek Repin Masua
752012018
Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 2014
ii
iii
iv
“Kita tidak akan pernah bisa mengakhiri
sesuatu,
kalau kita tidak pernah memulainya.....”
(Dariku.....)
v
Tesis ini didedikasikan kepada :
Papa, Mama, Christin, Tria, Sony, Denny, ‘kebangganku’ Lionel Gernaf Pratama, adik kecilku
Frans Junior
Untuk : Doa, Kasih Sayang, Nasihat, Pengorbanan, Keceriaan,
dan Semangat yang selalu diberikan....
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberkati dan
memampukan penulis untuk melewati tahap demi tahap sebagai bagian dari proses
kehidupan, sampai pada penyelesaian tesis ini. Pergumulan yang cukup panjang telah
menjadi pelajaran berharga bagi penulis untuk memahami makna dari kehidupan yang
sesungguhnya, bahwa hidup adalah perjuangan.
Akhir perjuangan di UKSW saat ini, tidak terlepas dari campur tangan dan
dukungan mereka yang hadir dalam kehidupan penulis. Tanpa mereka, perjalanan ini
mungkin belum berakhir. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. David Samiyono selaku pembimbing I dan Bapak Pdt. Dr. Thobias A.
Messakh selaku pembimbing II, yang selalu setia memberikan kritikan dan masukan
sebagai bagian dari proses bimbingan selama ini. Banyak hal yang telah diberikan dan
menambah wawasan penulis, serta menjadi bekal bagi masa depan.
2. Seluruh dosen PPS – MSA yang selama ini telah membagikan ilmu dan tidak pernah
berhenti berkarya melalui tulisan-tulisan yang mampu membuka wawasan mahasiswa
untuk menjadi lebih kritis, kreatif, dan selalu membawa perubahan yang positif.
3. Mbak Liana yang selalu setia dan tersenyum ketika melayani mahasiswa.
4. Pihak kampus yang memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menerima beasiswa
Notohamidjojo, dari awal kuliah sampai selesai. Tuhan memberkati.
5. Majelis Sinode GKST yang telah memberikan rekomendasi bagi penulis untuk
melanjutkan studi di UKSW Salatiga.
6. Kedua orang tua: Papa dan Mama yang tidak pernah berhenti memberikan dorongan dan
semangat. Dalam keterbatasan sekalipun, selalu berusaha memberikan yang terbaik buat
anak-anaknya. Tuhan Yesus selalu memberikan kesehatan dan sukacita.
7. Adik-adikku tercinta: Christin dan Sony, Tria dan Denny, Dodo, dan „kebanggaanku‟
Lionel yang selalu mengobati rasa lelahku ketika mendengarkan suaranya memanggil
“Papa Pendeta”.
8. Lurah Kawua dan masyarakat yang telah menolong penulis dalam mencari data berkaitan
dengan penulisan tesis ini. Terima kasih untuk informasinya yang sangat berharga.
9. Teman-teman Pendeta Klasis Poso Kota dan sekitarnya yang selalu mendorong penulis
untuk menyelesaikan tesis ini: Pdt. Rifka, Pdt. Gustina, Pdt. Warni, Pdt. Ratna, Pdt.
Kornelius, Pdt. Grace Latulola, Pdt. Imbran Torunde, Pdt. Salmon Rare‟a, dan lain-lain.
vii
10. Mety dan keluarga yang selalu memberikan perhatian kepada penulis, sehingga Salatiga
rasanya seperti rumah sendiri.
11. Jemaat Baithel Poso yang selalu memberikan dukungan terhadap penulis untuk segera
menyelesaikan kuliah. Teristimewa mereka yang selalu menjalin komunikasi lewat
telepon: Ibu Dkn. Pesik – Lumeno, Ibu Pnt. Ngkolu – Soande, Ibu Pnt. Emond –
Limbong, Keluarga Sandewa – Patun, Oma Ruru, Oma Kus Lalundu, Keluarga Ndeira –
Lagaronda, serta teman-teman Majelis Jemaat yang selama ± 6 tahun bersama-sama
dengan penulis dalam pelayanan.
12. Teman-teman MSA 2012 yang penuh warna dan keunikan. Saling membantu dalam tugas
kuliah dan selalu menjadikan hari-hari selama di Salatiga penuh dengan keceriaan: Pak
Made “pembimbing bayangan”. Kak Merry yang selalu tersenyum „imut‟. Soli Deo
Gloria Koroh sahabat terbaik sekaligus “editor tesis” MSA 2012. Floren yang selalu setia
bersama kameranya sekaligus fotografer MSA 2012. Vecky sang „malaikat‟ penolong
yang tidak pernah mengeluh ketika diminta membantu. Mam Jub, ibu yang tegar dan setia
kawan. Mam Ge yang kalem tetapi humoris (kadang-kadang sih mam). Ka‟ Norman yang
paling jago menguji mental teman-teman. Abang Ricky yang heboh abis. Icha yang selalu
menyediakan snack di ruangan kuliah. Bu Nia yang baik. Ice dan Selly sahabat papua-ku.
Yandri, Kris, Litha, Yoan, Yodi, Yohan, Mba‟ Titi, Pak Yunus, Yuni, Pak Olif, Albert,
Pak Yoko. Tetap jaga kekompakkan dan kekeluargaan di angkatan kita.
13. Hendro dan Ria, Dewi dan Andre, sepupuku Shinta, Pdt. Lisa Parinsi, Eca, Olva dan
teman-teman yang menghadirkan keceriaan dalam kehidupan penulis selama di Salatiga.
14. Anggota “geng makan” yang selalu kontroversial tapi selalu kompak: Aiq, Icha, Ardo,
Vanda, Nia, Tri. B’renti bakumpul ngoni, soalnya cuma makan diurus...
Untuk semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani masa studi di
Salatiga. Tidak semua yang dapat disebutkan, tetapi kebaikan kalian akan selalu diberkati
oleh Tuhan. Kiranya tesis ini akan bermanfaat bagi pembacanya.
Salatiga, Februari 2014.
Hardek Repin Masua
viii
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan i
Motto ii
Lembaran Persembahan iii
Lembar Pengesahan iv
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Abstraksi v
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah 1
II. Identifikasi Permasalahan 5
III. Pertanyaan Penelitian 6
IV. Batasan Masalah 7
V. Tujuan Penelitian 7
VI. Signifikansi Penelitian 7
VII. Kajian Teori 8
VIII. Metode Penelitian 8
IX. Sistematika Penulisan 9
BAB II SAKSI YEHOVA & TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL ROBERT K. MERTON
I. Pendahuluan 11
II. Siapa Saksi Yehova? 11
2.1 Charles Taze Russel 12
2.2 Joseph Franklin Rutherford 14
2.3 Babak Ketiga (Nathan H. Knorr) 16
2.4 Babak Keempat (F. W. Franz 17
III. Konteks Saksi Yehova Saat Ini 18
IV. Larangan dan Pantangan dalam Ajaran Saksi Yehova 20
V. Keyakinan Dasar Saksi Yehova 21
VI. Jalan Masuk Pada Teori Struktural Fungsional 22
VII. Latar Belakang Teori Struktural Fungsional 24
VIII. Agama dan Teori Struktural Fungsional 25
IX. Pemikiran Robert King Merton tentang Struktural Fungsional 26
X. Anomie Menurut Robert K. Merton 31
XI. Pola Adaptasi Individu 33
BAB III PEMAHAMAN MASYARAKAT KELURAHAN KAWUA TENTANG SAKSI YEHOVA
I. Pendahuluan ` 37
II. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37
III. Tanggapan Terhadap Relasi Sosial Saksi Yehova di tengah Masyarakat 39
3.1 Tanggapan Anggota Masyarakat 39
ix
3.2 Tanggapan Tokoh Agama (Pendeta) 43
IV Tanggapan Terhadap Pola Penginjilan yang Dilakukan
Saksi Yehova di Kelurahan Kawua 46
V. Tanggapan Terhadap Dogma Saksi Yehova 49
VI. Tanggapan Gereja Terhadap Keberadaan Saksi Yehova 50
VII. Tanggapan Pemerintah Terhadap Saksi Yehova 52
VIII. Dampak Keberadaan Saksi Yehova 53
BAB IV ANALISA TERHADAP TANGGAPAN DAN DAMPAK KEBERADAAN SAKSI YEHOVA
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KAWUA
I. Pendahuluan 56
II. Arti dan Peran Agama bagi Masyarakat 56
III. Perkembangan yang Terjadi dalam Kehidupan Beragama 62
IV. Menyikapi Perbedaan yang Ada 64
V. Melihat Aliran Saksi Yehova dalam Bingkai Struktural Fungsional 66
VI. Mengapa Terjadi Perbedaan Dogma antara Gereja Arus Utama
dengan Saksi Yehova? 70
VII. Dampak Keberadaan Saksi Yehova terhadap Kehidupan Sosial 72
VIII. Dampak Keberadaan Saksi Yehova Terhadap Kehidupan Bergereja 74
IX. Dampak Keberadaan Saksi Yehova Terhadap
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara 79
BAB V REFLEKSI, KESIMPULAN DAN SARAN
I. Refleksi 81
II. Kesimpulan 82
III. Rekomendasi Terhadap Kehidupan Beragama di Kelurahan Kawua 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Surat Penelitian
Surat Penggembalaan Majelis Sinode GKST
x
Abstrak
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mejemuk dari segi suku, agama, ras
dan golongan, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah komunitas yang
multikultural. Pada dasarnya kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia telah
menjadi salah satu kekayaan yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks kehidupan
beragama, kita dapat melihat bahwa tidak semua pemeluk agama dapat hidup berdampingan
dengan damai. Dalam pemahaman yang demikian, Dr. A. A. Yewangoe mengatakan bahwa
keanekaragaman agama memiliki potensi disintegratif jika tidak ditangani secara arif.
Setiap agama memiliki cara tersendiri dalam memahami, menginterpretasikan dan
menyampaikan ajarannya masing-masing. Perbedaan cara yang demikian sangat potensial
menjadi penyebab perpecahan apabila dalam setiap agama menonjolkan atau memaksakan
kebenarannya dapat diterima oleh agama yang lain. Fakta yang demikian pada akhirnya akan
mengganggu eksistensi komunitas yang ada dalam masyarakat. Hal ini tidak dapat dipisahkan
dari kenyataan bahwa agama merupakan salah satu komponen yang mendukung eksistensi
komunitas.
Keberadaan sekte atau aliran dalam agama adalah salah satu realitas yang perlu
disikapi dengan bijak apabila masyarakat menganggap bahwa eksistensi komunitas adalah hal
yang penting untuk dipertahankan. Saksi Yehova sebagai salah satu bagian dari
kemajemukan agama yang ada di Indonesia perlu mendapat perhatian dari masyarakat secara
umum, dan gereja aliran utama secara khusus.
Menurut teori struktural fungsional agama dapat bertindak untuk menguatkan
stabilitas dan kesatuan dalam masyarakat, karena agama memiliki fungsi memperkuat moral,
mendukung tujuan-tujuan yang ada dalam masyarakat, dan menyediakan unsur-unsur
identitas. Namun, kita juga perlu memahami bahwa agama dapat memberikan sumbangan
positif dan negatif dalam masyarakat. Artinya, agama dapat memberikan pengaruh terhadap
kelangsungan suatu masyarakat atau dapat menghancurkan esksitensi masyarakat itu sendiri.
Inilah yang dikemukakan Merton melalui teori struktural fungsional bahwa:
Pertama, apa yang bersifat fungsional bagi satu kelompok, belum tentu akan bersifat
fungsional bagi kelompok lain. Kedua, tidak semua struktur mempunyai fungsi positif, tetapi
beberapa struktur dapat bersifat disfungsional. Ketiga, semua struktur secara fungsional
adalah untuk masyarakat. Merton juga menyinggung tentang anomie, yaitu suatu keadaan
xi
yang terjadi karena tekanan struktur sosial terhadap orang-orang tertentu sehingga
menunjukkan reaksi non konformis, bahkan dapat menghasilkan kecemasan.
Anomie dapat menghasilkan perubahan sosial dengan pola adaptasi tertentu, yaitu:
conformity (keadaan tetap pada keadaan sosial yang lama), inovation (terdapat perubahan
cara untuk menggapai tujuan dalam masyarakat), ritualism (bentuk penolakan terhadap
pengaruh-pengaruh baru), retreatism (bentuk penarikan diri individu dengan cara melakukan
penyimpangan sosial), dan rebellion (memberontak dan berani mengubah tatanan struktur
sosial secara keseluruhan).
Dalam kaitan keberadaan saksi Yehova dengan kehidupan masyarakat di kelurahan
Kawua, telah menghasilkan pola adaptasi tersendiri. Perbedaan dogma saksi Yehova dengan
aliran utama dan cara menyebarkan dogma saksi Yehova, telah menimbulkan keresahan dan
menghasilkan ritualism sebagai bentuk adaptasi masyarakat terhadap keberadaan saksi
Yehova. Apa yang fungsional bagi aliran saksi Yehova, ternyata tidak bersifat fungsional
bagi masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan sebagai aliran utama.
Kecenderungan anggota saksi Yehova untuk tidak melibatkan diri dalam kegiatan
kemasyarakatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya “tembok
pemisah” antara saksi Yehova dengan anggota masyarakat yang beragama Kristen. Saksi
Yehova juga tidak mendukung budaya kekeluargaan atau mosintuwu yang selama ini
berkembang dalam kehidupan masyarakat Poso.
Berdasarkan fakta ini maka sebagai anggota masyarakat dan sebagai umat beragama,
sangat penting bagi kita untuk memperhatikan fungsi agama sebagai pendukung integritas
masyarakat. Sikap untuk saling menerima perbedaan yang ada dan saling menghargai adalah
kunci untuk tetap mempertahankan eksistensi komunitas, dalam hal ini masyarakat.