Dalam Sistem Desalinasi Dengan variasi Tegangan Untuk ...
Transcript of Dalam Sistem Desalinasi Dengan variasi Tegangan Untuk ...
Triswantoro Putro Implementasi Kebijakan Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia (Studi Implementasi SKB 3 Menteri Nomor. KM. 41 Tahun 2003-Nomor. 5/U/KB/2003 - Nomor. KEP.208A/MEN/2003 di Prodi Nautika Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah) Sapit Hidayat Pengaruh Kelaiklautan Kapal dan Sistem Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Crew Kapal di PT. Salam Pasifik Indonesia Lines Kuncowati, Mudiyanto Analisis Indeks Konektivitas dan Aksesibilitas Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Kepulauan Maluku dan Papua Achmad Mustakim, Hasan Iqbal Nur, Hoki Agustinus Model Transportasi Multimoda Distribusi Garam: Studi Kasus Pulau Madura Hasan Iqbal Nur, Tri Achmadi, Ali Fahmi Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Inovasi Terhadap Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Koperasi di Kota Surabaya Tri Anjarwati
Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem Desalinasi Dengan variasi Tegangan UntukMenurunkan Kadar Garam Dalam Air Yang Ditandai Dengan Penurunan Nilai TDS (Total Dissolved Solid)
Susunan Dewan Redaksi
Pemimpin Umum Pudji Santoso
Ketua Penyunting
Benny Agus Setiono
Wakil Ketua Penyunting Ekka Pujo Ariesanto Akhmad
Anggota Penyunting
Ari Sriantini Kuncowati M. Taufik Mudiyanto
Mitra Bebestari
Sugeng Priyanto (Distrik Navigasi) Sofyan Poli (BJTI)
Monika Retno Gunarti (BP2IP) Hardjono (TPS)
Kesekretariatan: Soendari, Didik Purwiyanto
Distribusi: I Made Dwinanto R., Makdin Sijabat
Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan diterbitkan sejak 1 September 2010 oleh Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan diterbitkan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun pada bulan Maret dan bulan September. Redaksi menerima artikel ilmiah asli dalam bidang ilmu pelayaran dan kepelabuhanan.
Alamat Redaksi: Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah
Jalan Arief Rahman Hakim 150 Surabaya 60111
Telepon (031) 5964596 │Fax. (031) 5964596, (031) 5946261 e-mail: [email protected]
Daftar Isi Halaman
Triswantoro Putro ............................................................................................................................. 1 - 7 Implementasi Kebijakan Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia (Studi Implementasi SKB 3 Menteri Nomor. KM. 41 Tahun 2003 - Nomor. 5/U/KB/2003 - Nomor. KEP.208A/MEN/2003 di Prodi Nautika Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah) Sapit Hidayat ..................................................................................................................................... 8 - 31 Pengaruh Kelaiklautan Kapal dan Sistem Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Crew Kapal di PT. Salam Pasifik Indonesia Lines Kuncowati, Mudiyanto ....................................................................................................................... 32 - 58 Analisis Indeks Konektivitas dan Aksesibilitas Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Kepulauan Maluku dan Papua Achmad Mustakim, Hasan Iqbal Nur, Hoki Agustinus ............................................................ 59 - 68 Model Transportasi Multimoda Distribusi Garam: Studi Kasus Pulau Madura Hasan Iqbal Nur, Tri Achmadi, Ali Fahmi ................................................................................... 69 - 77 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Inovasi Terhadap Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Koperasi di Kota Surabaya Tri Anjarwati ...................................................................................................................................... 78 - 84
Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem Desalinasi Dengan Variasi Tegangan Untuk Menurunkan Kadar Garam Dalam Air Yang Ditandai Dengan Penurunan Nilai TDS (Total Dissolved Solid)
1
Triswantoro Putro
Jurusan Teknika, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah
Abstrak: Desalinasi merupakan salah satu metode untuk mengubah air laut menjadi air tawar yang
ramah lingkungan dan hemat listrik. Desalinasi (CDI) menggunakan elektroda karbon dengan
prinsip kapasitif dan daya listrik rendah. elektroda karbon yang telah difabrikasi menggunakan bahan
campuran antara karbon aktif dan PV. Proses desalinasi berlangsung selama 80 menit yang
merupakan proses adsorbs ion – ion oleh elektroda dengan variasi tegangan sebesar 2 volt dan 3,5
volt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai TDS (mewakili pengukuran kadar
garam) sebesar 63,3 % untuk tegangan 2 volt dan penurunan 29,3 % untuk tegangan 3,5 volt dari
nilai awal sebelum dilakukan proses desalinasi. Pengukuran temperatur air sampel selama proses
desalinasi menunjukkan tidak terjadi perubahan.
Kata kunci: Desalinasi, Elektroda karbon, TDS, Adsorbs
Abstract: Desalination is one method to convert sea water into freshwater that is environmentally
friendly and energy efficient. Desalination (CDI) uses carbon electrodes with capacitive principles
and low electrical power. carbon electrodes which have been fabricated using a mixture of active
carbon and PV. The desalination process lasts for 80 minutes which is the process of ion-ion adsorbs
by electrode with voltage variation of 2 volts and 3.5 volts. The results showed that there was a
decrease of TDS value (representing salinity measurement) of 63,3% for 2 volt voltage and 29,3%
for 3,5 volt voltage from initial value before desalination process. The sample water temperature
measurements during the desalination process showed no significant change.
Keyword: Desalination, Carbon electrode, TDS, Adsorb
Alamat korespondensi:
Triswantoro Putro, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, jalan A. R. Hakim 150,
Surabaya, e-mail: [email protected]
PENDAHULUAN
Salah satu kebutuhan utama
hidup manusia adalah air bersih. Fresh
water atau air tawar semakin lama
semakin berkurang karena berkurangnya
penyerapan air hujan. Sehingga air hujan
langsung menuju ke laut yang berakibat
cadangan air tawar berkurang. Jumlah
air tawar di bumi hanya sekitar 3% dari
total air sisanya 97% berupa air
bergaram di laut. Pemanfaatan air laut
sebagai air minum sangat minim.
Teknologi yang biasa dilakukan untuk
mengubah air laut menjadi air tawar
adalah dengan desalinasi, electrodialysis
(ED), reverse osmosis (RO), dan
Capasitive deinozation (CDI) (R.
Broseus, dkk., 2009). Pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan dan hemat
Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem Desalinasi Dengan Variasi
Tegangan Untuk Menurunkan Kadar Garam Dalam Air Yang Ditandai
Dengan Penurunan Nilai TDS (Total Dissolved Solid)
(Fabrication of a Carbon Electrode For Desalination System with Voltage Variation
to Salt Removal Which Is Characterized by the Reduction of TDS Value)
2 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan kepelabuhan, Volume 8, Nomer 1, September 2017
energilah yang menjadi fokus utama dari
penelitian yang dilakukan.
Teknologi elektroda karbon yang
dimanfaatkan sebagai pengolah air
garam menjadi air tawar memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya, air
hasil pengolahan tidak terkontaminasi
dengan material pembentuknya. Selain
itu, kelebihan yang lain adalah hemat
energi karena menggunakan daya listrik
masukan yang kecil. Penelitian yang
dilakukan oleh Intan (2015)
menyebutkan bahwa tegangan listrik
yang digunakan adalah 2 v (Sari, 2009).
Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Newman dan Johnson
mengenai daya serap ion sebuah
elektroda berpori menyatakan bahwa
semaki besar luar permukaan elektroda
maka daya serap (absorpsi) elektroda
tersebut semakin besar. Artinya luas pori
– pori elektroda harus semakin besar
(Johnson, 1971). Material yang
memiliki porositas besar salah satunya
adalah karbon aktif. Selain berporositas
besar, karbon aktif juga bersifat
konduktif, sifat penyerapan yang baik
dan harga terjangkau. Sifat – sifat
tersebut yang membuat karbon aktif
dapat digunakan menjadi elektroda.
Metode pengolahan air dengan
teknologi elektroda karbon dilakukan
dengan melewatkan air garam diantara
elektroda positif dan negative. Elektroda
Karbon yang dialiri listrik akan
berfungsi sama dengan kapasitor.
Permukaan elektroda yang bermuatan
akibat dialiri arus listrik menyerap ion
akibat gaya elektrostatis seperti prinsip
kerja kapasitor di rangkaian arus searah.
Ion – ion garam tidak serta merta dapat
menempel pada elektroda dikarenakan
ion tersebut berikatan dengan molekul
air atau disebut dengan hydration shell
seperti pada gambar 1. Hydration shell
adalah sebuah lapisan dari molukel air
yang menahan ion – ion garam untuk
berikatan membentuk molekul garan
NaCl dalam air. Ikatan antara ion dan
molekul air merupakan ikatan kovalen
yang dapat dipecah dengan beberapa
perlakuan diantaranya agitasi mekanik,
temperature dan medan magnet/medan
listrik. Selain berfungsi sebagai
penyerap ion – ion garam, elektroda juga
berfungsi sebagai kapasitor. Timbulnya
Medan magnet/ medan listrik
mengakibatkan terjadinya gaya Lorentz
yang membantu ion – ion terlepas dari
ikatan dengan molekul air (Putro, 2016).
Gambar 1. Orientasi molekul air
terhadap ion Na+ dan Cl-
[https://socratic.org]
Ion – ion yang terkandung dalam
air akan terserap menuju masing –
masing elektroda dengan muatan yang
berlawanan. Ion positif seperti Na+, K+,
Mg+ akan tertarik ke elektroda negative
begitu sebaliknya ion negatif seperti Cl-
akan ditarik menuju elektroda positif.
Karena ion pembentuk garam sudah
diikat di permukaan elektroda, maka air
yang keluar dari system akan berkurang
kadar garamnya (Dietz, 2004). Cara
Triswantoro Putro: Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem … 3
kerja capasitive deionisation (CDI)
ditunjukkan seperti gambar 2 berikut,
Gambar 2. Sistem kerja CDI
[azonano.com]
Kadar garam dalam suatu larutan
(air) biasa di deteksi dengan mengukur
konduktivitas. Konduktivitas atau daya
hantar listrik (DHL) merupakan ukuran
kemampuan larutan untuk
menghantarkan listrik. Semakin besar
konduktivitas larutan maka larutan
tersebut akan semakin mudah
menghantarkan arus listrik. Besarnya
konduktivitas larutan diakibatkan oleh
banyaknya ion terlarut seperti ion – ion
pembentuk garam (Na+, K+, Mg+, Cl-).
Selain konduktivitas larutan, kadar
garam juga bisa dideteksi dengan
menggunakan besaran berupa TDS
(Total Dissolved Solid). TDS adalah
terlarutnya zat padat baik berupa ion,
senyawa atau koloid dalam cairan.
Konduktivitas dan TDS memiliki
hubungan seperti persamaan 1 sehingga
pengukuran kadar garam dapat
dilakukan dengan mengukur kadar
garam dapat pula dilakuan dengan
mengukur nilai TDS larutan.
𝐾 =𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑇𝐷𝑆… … … 1
dengan K adalah konstanta larutan.
Peneltian yang telah dilakukan
adalah membuat sebuah system
desalinasi berbasis elektroda karbon
dengan bahan dasar karbon aktif yang
dicampur dengan perekat dari bahan
PVA yang diujikan untuk menyaring air
garam. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah membandingkan hasil desalinasi
dengan variasi tegangan masukan yaitu 2
v dan 3,5 v. Semakin besar tegangan
yang diberikan diharapkan memberikan
gaya elektrostatis pada elektroda juga
semakin besar, akibatnya pengurangan
kadar garam semakin besar pula.
Besarnya kadar garam dideteksi dengan
mengukur besarnya TDS larutan
(Nocola, 2015).
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ditunjukkan
dalam diagram blok berikut ini :
Gambar 3. Blog Diagram
Membuat elektroda merupakan
Tahap awal dalam membuat sistem
desalinasi dengan elektroda karbon.
Proses pembuatan elektroda mula – mula
memanaskan Aquades hingga suhu
maksimal 100 C̊, kemudian dicampur
dengan PVA dan diaduk selama 1 jam
dengan kecepatan konstan. Setelah
tercampur sempurna, bahan utama yang
Air sampel / air bergaram
Desalinasi dengan
CDI 2 volt
Desalinasi dengan
CDI 3,5 volt
Pengukuran TDS
Interface computer
(data realtime)
Analisa Data
4 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan kepelabuhan, Volume 8, Nomer 1, September 2017
berupa karbon aktif dicampurkan dalam
larutan hingga tercampur rata menjadi
bahan elektroda homogen selama 20
menit. Bahan – bahan hasil pencampuran
diratakan dalam lembaran yang
berbahan grafit (graphite sheet). Hasil
cetakan dibiarkan hingga suhu kamar
(sekitar 29°C – 30 °C) dan merekat
sempurna. Proses selanjutnya adalah
proses pengeringan elektroda hingga
elektroda kering sempurna dan tetap
memiliki porositas besar yaitu dengan
cara mendinginkan dalam suhu -14 °C
selama 12 jam dan proses pencairan pada
suhu kamar 30 °C selama 12 jam juga.
Proses tersebut disebut juga dengan
freezing thawing (Sari, 2015).
Elektroda yang sudah jadi
dibentuk menjadi sebuah cell elektroda
karbon. 1 buah cell elektroda karbon
terdiri dari 2 elektroda (positif dan
negatif), 2 acrilik sebagai pembatas
antara cell 1 dengan cell yang lain dan 1
spacer yang berfungsi sebagai penyekat
elektroda positif dan elektoda negatif.
Proses desalinasi menggunakan 5 cell
elektroda karbon. Bentuk cell elektroda
karbon bias dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Susunan Setiap Pasang Cell CDI
Desalinasi berlangsung selama 80
menit. Dalam proses tersebut, diharapkan
terjadi adsorbsi ion – ion garam oleh
elektroda. Proses adsorbs adalah proses
penyerapan ion oleh elektroda dengan
cara elektroda karbon diberi teganan
listrik. Tegangan listrik yang digunakan
dalam penelitian adalah 2 volt dan 3,5
volt. Penelitian yang dilakukan tidak
melakukan proses disorbsi dikarenakan
hanya ingin melihat seberapa besar ion
yang tereduksi akibat proses desalinasi
menggunakan CDI dan pengaruh variasi
besar tegangan yang diberikan.
Larutan garam ditampung pada
sebuah bejana dan diukur nilai TDS
dengan alat TDS meter sebagai nilai awal.
Air bergaram dialirkan dengan kecepatan
25 ml/menit menggunakan pompa air
mini menuju cell elektroda karbon yang
telah diberi tegangan listrik selama 80
menit (proses adsorbsi). Air hasil
pengolahan kemudian ditampung dalam
bejana untuk diukur kembali niai TDS
secara realtime dengan TDS meter yang
telah di-interface-kan dengan computer.
Computer berfungsi untuk merekam hasil
pengukuran TDS air sampel. Hasil
Spacer akrilik
akrilik Elektroda
karbon
Triswantoro Putro: Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem … 5
pengukuran TDS digunakan sebagai
acuan pengukuran nilai kadar garam
dalam system desalinasi menggunakan
persamaan sebagai berikut :
%∆𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚 =𝑇𝐷𝑆 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑇𝐷𝑆 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑇𝐷𝑆 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% 2
Sistem desalinasi menggunakan elektroda
karbon keseluruhan ditunjukkan pada
gambar 5.
Gambar 5. Sistem CDI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian desalinasi hasil
penelitian dilakukan sesuai dengan skema
gambar 4. Air sampel yang berada pada
bejana memiliki TDS awal 85,4 ppm
dialirkan dengan kecepatan aliran 25
mL/menit melalui cell elektroda karbon.
Pemilihan kecepatan aliran air sebesar 25
mL/menit adalah agar terjadi proses
penyerapan ion – ion garam oleh elektroda
secara baik. Semakin cepat aliran air,
maka ion – ion yang akan terseret aliran
air dan tidak dapat menempel pada
elektroda dengan baik. Sebaliknya, jika
semakin lambat aliran air maka efisiensi
pengolahan air garam semakin kecil
karena mambutuhkan waktu yang terlalu
lama untuk menghasilkan air desalinasi.
Elektroda dialiri tegangan sebesar 2 volt
dan 3,5 volt. Waktu yang digunakan
Proses desalinasi pada penelitian ini
adalah 80 menit absorbsi. Pemilihan
waktu tersebut dikarenakan untuk
membandingkan efek dari tegangan input
pada elektroda.
Hasil desalinasi yang dilakukan
ditunjukkan pada gambar 6. Pengurangan
kadar garam air sampel dapat dihitung
dengan persamaan 1.Hasil desalinasi air
garam menggunakan CDI ditunjukkan
seperti gambar 6. Pengurangan kadar
garam maksimum untuk tegangan 2 volt
sebesar 63,3% sedangkan untuk tegangan
3,5 volt sebesar 29,3 %.
Hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesa awal. Semakin besar
tegangan listrik yang diberikan tidak
berbanding lurus dengan besarnya
pengurangan kadar garam. Hal ini
dikarenakan pada proses desalinasi
dengan tegangan listrik lebih besar akan
bekerja dus sistem, yaitu sistem kapasitif
dan sistem elektrolisis. Elektrolisis adalah
penguraian suatu elektrolit (larutan yang
mengandung ion) oleh arus listrik. Selain
terjadi penarikan ion oleh elektroda akibat
system kapasitif, terjadi pula pelepasan
ion atau senyawa dari elektroda.
Akibatnya, terjadi percepatan kenaikan
nilai TDS jika dibandingkan dengan
system CDI yang diberi tegangan 2 volt.
TDSmeter
Larutan sampel
CDI Interface komputer
6 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan kepelabuhan, Volume 8, Nomer 1, September 2017
0 20 40 60 80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
TD
S (
pp
m)
Waktu (menit)
Tegangan 2 v
Tegangan 3,5 v
Gambar 6. Hasil pengukuran TDS air garam 2 siklus desalinasi
Jika dilihat lebih detail data pada
gambar 6, terlihat proses desalinasi 5
menit awal menunjukkan performa CDI
dengan tegangan 3,5 volt lebih baik yaitu
ditandai dengan lebih cepat penurunan
nilai TDS jika dibandingkan dengan
tegangan 2 volt. Hal ini dikarenakan
proses CDI masih berjalan dengan system
kapasitif dan pelepasan ion dan senyawa
oleh elektroda akibat elektrolisis belum
terjadi. Setelah 60 menit, system CDI
dengan tegangan 2 volt masih berjalan
dengan baik meski penurunan sudah
mulai eksponensial. Tetapi untuk
tegangan 3,5 volt terjadi lonjakan
kenaikan hingga melebihi nilai TDS awal.
Hal ini dikarenakan elektroda sudah mulai
rusak sehingga proses kapasitif tidak
terjadi dah hanya terjadi proses
elektrolisis. Sebagian dari elektroda
terkelupas dan bercampur dengan larutan
sehingga terbawa aliran air dan masuk ke
bejana pengukuran TDS.
0 20 40 60 80
20
25
30
35
40
Tem
per
atu
re (
oC
)
Waktu (Menit) Gambar 7. Hasil pengukuran temperatur pada proses desalinasi
Proses desalinasi menggunakan metode
elektroda karbon diharuskan tidak
mempengaruhi temperatur air sampel. Hal
ini dikarenakan metode ini hanya
mengandalkan gaya elektrostatis dari 2
elektroda yang dialiri arus berlawanan.
Triswantoro Putro: Fabrikasi Elektroda Karbon Dalam Sistem … 7
Hasil pengukuran temperatur selama
proses desalinasi terlihat seperti gambar 7.
Gambar 7 menunjukkan tidak terjadi
perubahan suhu yang signifikan dari air
sampel hasil pengolahan yaitu dari 29,7
menjadi 30,2 °C. Kenaikan temperature
ini kemungkinan diakibatkan oleh
sirkulasi air yang menggunakan pompa.
Selain itu, kenaikan temperature
dimungkinkan terjadi akibat adanya
proses elektrolisis.
KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
elektroda karbon yang berbahan dasar
karbon aktif dan PVA telah mampu
mengurangi kadar garam dalam air.
Proses desalinasi dilakukan selama 80
menit menghasilkan pengurangan kadar
garam sebesar 63,3 % untuk tegangan 2
volt dan 29,3% untuk tegangan 3,5 volt.
Semakin besar tegangan tidak berbanding
lurus dengan besar pengurangan kadar
garam dikarenakan terjadi elektrolisis
pada elektroda. Temperatur air sampel
juga diukur selama proses desalinasi.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
tidak terjadi perubahan signifikan pada
kenaikan temperatur yaitu dari 29,7
menjadi 30,2 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Dietz, Steven, (2004), “Improved
Electrodes for Capacitive
Deionization”, Proceedings of the
2004 NSF Design, Service and
Manufacturing Grantees and
Research Conference, Birmingham,
AL, January.
Johnson, A.M. dan J. Newman, (1971),
“Desalting by Means of Porous
Carbon Electrodes”, J. Electrochem.
Soc.,118(3) 510–517.
Nocola, F., (2015), “Hubungan antara
Konduktivitas, TDS (Total Desolved
Solid) dan TSS (Total Suspended
Solid) dengan kadar Fe2+ dan Fe
Total pada air sumur gali”,
Universitas Jember
R. Broséus, J. Cigana, B. Barbeau, C.
Daines-Martinez, and H. Suty,
(2009), “Removal of total dissolved
solids, nitrates and ammonium ions
from drinking water using charge-
barrier capacitive deionisation,”
Desalination, vol. 249, no. 1, pp.
217–223.
Putro, T., Endarko, (2016), “The influence
of electron discharge and magnetic
field on calcium carbonate (CaCO3)
precipitation” vol. 1725, 020067, AIP
Conference Proceedings
Sari, Intan P., Endarko, (2015), “Fabrikasi
dan karakterisasi elektroda karbon
untuk system desalinasi larutan KCL
dengan metode Freezing Thawing”,
Berkala Fisika, vol. 18 no. 1, jan.