DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web viewContoh macam-macam...
Transcript of DAFTAR ISIfile.tkplb.net/_MODUL/2019/UP-PKP/03._Unit_Pembelajaran... · Web viewContoh macam-macam...
Unit PembelajaranPROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN (PKP)BERBASIS ZONASI
MATA PELAJARAN TUNAGRAHITASEKOLAH KHUSUS(SLB)
Judul UnitPenulis:Dr. Dadang Garnida, M.Pd
Penyunting:Dr. H. Agus Supriyatna, M.Pd
Desainer Grafis dan Ilustrator:TIM Desain Grafis
Copyright © 2019Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan KhususDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga KependidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI_____________________________________________________3DAFTAR GAMBAR______________________________________________5DAFTAR TABEL________________________________________________6PENDAHULUAN________________________________________________7KOMPETENSI DAN PERUMUSAN IPK________________________11
A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi________________________________11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)__________________________________11
APLIKASI DI DUNIA NYATA__________________________________15A. Program Pengembangan Diri bagi Anak Tunagrahita____________________15
B. Komunikasi Anak Tunagrahita_____________________________________________16
C. Hambatan Komunikasi pada Anak Tunagrahita__________________________18
D. Membantu Komunikasi Anak Tunagrahita________________________________20
BAHAN PEMBELAJARAN______________________________________22A. Aktivitas Pembelajaran_____________________________________________________22
Aktivitas 1 Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal____________________22
Aktivitas 2 Berkomunikasi Dengan Menggunakan Media_______________________25
Aktivitas 3 Berkomunikasi dengan Etika yang Benar____________________________29
B. Lembar Kerja Peserta Didik_________________________________________________32
C. Bahan Bacaan________________________________________________________________34
Anak Tunagrahita___________________________________________________________________34
Konsep Dasar Komunikasi_________________________________________________________35
Komunikasi Anak Tunagrahita____________________________________________________41
Strategi Pembelajaran Komunikasi bagi Peserta Didik Tunagrahita____________46
PENGEMBANGAN PENILAIAN________________________________49A. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Tunagrahita________________________49
B. Silabus Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Tunagrahita_______________50
C. Instrumen Penilaian Pembelajaran Komunikasi__________________________51
4
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
KESIMPULAN_________________________________________________54UMPAN BALIK________________________________________________56DAFTAR PUSTAKA____________________________________________58
5
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Peran orang tua membantu komunikasi anak_______________________16
Gambar 2. Tidak mampu menarik kesimpulan berakhir kebingungan________17
Gambar 3. Dua orang sedang berbicara__________________________________________23
Gambar 4. Contoh gambar-gambar bercerita____________________________________23
Gambar 5. Contoh macam-macam kartu kata___________________________________24
Gambar 6. Handphone_____________________________________________________________26
Gambar 7. Papan pengumuman___________________________________________________27
Gambar 8. Contoh kartu-kartu kalimat___________________________________________28
Gambar 9. Contoh kartu-kartu kata______________________________________________30
Gambar 10. Proses komunikasi menurut (Kotler, 2000)_______________________36
6
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kompetensi dasar dan target Kompetensi____________________________11
Tabel 2. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi
Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal.____________________12
Tabel 3. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi
Berkomunikasi dengan menggunakan perangkat audio visual_____12
Tabel 4. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi
berkomunikasi dengan etika yang baik_______________________________13
7
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
PENDAHULUAN
Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar,
dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peran guru dalam pendidikan
diamanatkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan
profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Sudah sangat jelas
fungsi guru dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Paradigma pendidikan khusus saat ini terus berkembang menuju arah yang
lebih positif yang berlandaskan pada hak-hak dasar anak untuk memperoleh
pendidikan yang layak. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (Children with
Special Needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan
dengan konsep Anak Luar Biasa (Exceptional Children).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. ABK memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan
(Barier to Learning and Development). Oleh sebab itu mereka memerlukan
layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
8
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak. Secara umum tujuan
pendidikan bagi ABK adalah untuk mengoptimalkan segala potensi yang
dimiliki oleh individu sehingga mampu menampilkan eksistensi sebagai
warga negara yang cakap dan mandiri.
ABK tunagrahita yang selanjutnya disebut “peserta didik tunagrahita” adalah
individu-individu yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata
(rendah) disertai dengan hambatan dalam penyesuaian perilaku yang terjadi
selama masa perkembangannya. Hambatan perilaku adaptif pada peserta
didik tunagrahita dapat dilihat pada dua area sebagai berikut.
Keterampilan menolong diri sendiri (Personal living skill).
Keterampilan dalam hubungan interpersonal dan keterampilan dalam
menggunakan fasilitas yang diperlukan setiap hari (Social living skill).
Peserta didik tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata. Seperti peserta didik pada umumnya, peserta
didik tunagrahita memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau
mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat mandiri. Namun karena
keterbatasan fungsi kecerdasan yang berada di bawah usia kronologisnya,
peserta didik tunagrahita mengalami hambatan dalam pemenuhan hak dan
kebutuhannya.
Peserta didik tunagrahita memiliki potensi terlemah untuk mengembangkan
dirinya, mereka rentan terhadap permasalahan sosial, sehingga dalam upaya
pemberdayaan mereka diperlukan pendampingan yang berkesinambungan.
Pola layanan pendampingan menggunakan pendekatan keterampilan
menolong dan mengurus diri sendiri.
Program Pengembangan Diri (PPD) merupakan hal yang sangat penting
untuk peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya
sendiri yang meliputi: merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
9
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
komunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
PPD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
tunagrahita dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan
dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain. Dalam
pelaksanaan program pengembangan diri perlu adanya standar kemampuan
untuk dapat mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan
keterampilan yang dicapai, hal ini sebagai dasar untuk mengetahui
peningkatkan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari atau
pengembangan diri peserta didik tunagrahita.
Pembelajaran komunikasi bagi peserta didik tunagrahita seperti yang
dimaksud di atas menjadi sangat penting karena peserta didik yang
bersangkutan perlu media untuk mengaktualisasikan dirinya. Meskipun
dalam kondisi yang kurang mendukung mereka tepat memiliki hak yang
sama dengan peserta didik lainnya untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
Unit Pembelajaran Komunikasi bagi Peserta Didik Tunagrahita ini diharapkan
dapat membantu guru dalam membelajarkan peserta didik tunagrahita yang
menjadi bimbingannya. Pada unit pembelajaran ini diuraikan kompetensi-
kompetensi komunikasi yang harus dikuasai peserta didik melalui indikator
pencapaian kompetensi. Selanjutnya aplikasi dalam dunia nyata diuraikan
tentang konsep peserta didik berkebutuhan khusus, hambatan komunikasi
pada peserta didik berkebutuhan khusus, dan upaya-upaya membantu
peserta didik tunagrahita menuju kemandirian.
Pencapaian kompetensi diupayakan melalui aktivitas pembelajaran. Aktivitas
pembelajaran yang dimaksud terdiri atas 3 aktivitas, antara lain sktivitas
berkomunikasi dengan orang lain, aktivitas berkomunikasi dengan
menggunakan media, dan aktivitas kerkomunikasi dengan etika yang baik.
10
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Selain aktivitas pembelajaran, juga disajikan bahan bacaan untuk meperkaya
pemahaman tentang karakteristik peserta didik tunagrahita, konsep dasar
komunikasi, komunikasi peserta didik tunagrahita, dan strategi
pembelajaran komunikasi bagi peserta didik tunagrahita. Pada bagian akhir
disajikan konsep penilaian hasil belajar besrta instrumen penilaiannya.
11
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
KOMPETENSI DAN PERUMUSAN IPK
A. Kompetensi Dasar dan Target Kompetensi
Kompetensi dasar yang dikembang pada unit pembelajaran ini adalah
kompetnsi dasar pada program khusus pembelajaran bagi peserta didik
tunagrahita dengan fokus pada kompetensi berkomunikasi, yaitu
berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat, dan gambar.
Tabel 1. Kompetensi dasar dan target Kompetensi
Kompetensi dasar Target Kompetensi
Mampu berkomunikasi dengan orang lain secara verbal, dan tulisan dengan cara yang benar.
1. Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal.
2. Berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan perangkat audio visual.
3. Berkomunikasi dengan etika yang baik.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian
kompetensi. Indikator ini menjadi acuan bagi guru untuk mengukur
pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi dasar di atas diuraikan menjadi
21 indikator pencapaian kompetensi yang berasal dari 3 target kompetensi
di atas.
Target kompetensi berkomunikasi dengan orang lain secara verbal
dielaborasi menjadi 9 IPK penunjang, 1 IPK kunci, dan 1 IPK pengayaan.
12
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 2. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal.
Target Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal.
IPK Penunjang1.1 Menghadapkan muka apabila berbicara1.2 Menggunakan kata sapaan untuk teman apabila
bertemu.1.3 Menggunakan kata terima kasih apabila menerima
sesuatu1.4 Menggunakan kata silahkan apabila menawarkan
sesuatu1.5 Menggunakan kata minta maaf apabila melakukan
kesalahan1.6 Bersedia menerima maaf apabila teman meminta
maaf1.7 Menggunakan kata tolong apabila meminta bantuan1.8 Menggunakan kata-kata yang tepat untuk menolak
ajakan teman dengan sopan1.9 Tidak memaksakan kehendak kepada teman.
IPK Kunci1.10Melakukan komunikasi secara verbal dengan orang
lain
IPK Pengayaan1.11Melakukan komunikasi dengan banyak orang dalam
waktu yang sama (diskusi)
Target kompetensi berkomunikasi dengan dengan menggunakan perangkat
audio visual dielaborasi menjadi 2 IPK penunjang, 1 IPK kunci, dan 1 IPK
pengayaan.
Tabel 3. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi Berkomunikasi dengan menggunakan perangkat audio visual
Target Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
2. Berkomunikasi dengan dengan menggunakan perangkat audio-visual.
IPK Penunjang2.1 Mengidentifikasi berbagai komunikasi melalui
media sosial.2.2 Memberi contoh komunikasi melalui aplikasi
WhatsApp.
13
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Target Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
IPK Kunci2.3 Melakukan komunikasi dengan menggunakan hand
phone.
IPK Pengayaan2.4 Memberi informasi dengan menggunakan
perangkat audio visual.
Target kompetensi berkomunikasi dengan etika yang baik dielaborasi
menjadi 4 IPK penunjang, 1 IPK kunci dan 1 IPK pengayaan.
Tabel 4. Target kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi berkomunikasi dengan etika yang baik
Target Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
3. Berkomunikasi dengan etika yang baik.
IPK Penunjang3.1 Memahami dasar-dasar etika berkomunikasi.
3.2 Mempertimbangkan kata-kata sapaan dalam berkomunikasi.
3.3 Mengatur waktu berbicara
3.4 Mengatur kualitas volume suara dan gerak-gerik anggota tubuh saat berbicara
IPK Kunci 3.5 Melakukan komunikasi dengan etika yang baik.
IPK Pengayaan3.6 Berkomunikasi dengan etika yang baik dalam satu
pertemuan kelas
Indikator penunjang merupakan indikator pendukung atau indikator yang
menjebatani agar indikator kunci dapat tercapai. Indikator penunjang
memiliki ciri spesifik yaitu memiliki kata kerja operasional lebih rendah dari
kata kerja oerasional kompetensi dasar.
Indikator kunci adalah indikator yang dapat menunjukkan bahwa
kompetensi dasar tercapai. Indikator kunci memiliki ciri yaitu kata kerja
14
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
operasionalnya sama atau sepadan dengan kata kerja oerasional kompetensi
dasar. Ketercapaian indikator kunci mengandung pengertian target
kompetensi dasar telah tercapai.
Sedangkan indikator pengayaan merupakan indikator yang menunjukkan
pencapaian materi tambahan seandainya indikator kunci telah tercapai
namun waktu dan kesempatan untuk memberikan materi masih tersedia.
Indikator pengayaan memiliki ciri yaitu kata kerja operasionalnya lebih
tinggi dari kata kerja oerasional kompetensi dasar.
Indikator pengayaan sifatnya tidak diwajibkan dicapai. Artinya indikator
tersebut bisa dicapai jika waktu dan kesempatan untuk membelajarakan
materi tambahan masih tersedia. Dengan demikian pada setiap pembelajaran
guru perlu menyiapkan materi pengayaan.
15
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
APLIKASI DI DUNIA NYATA
A. Program Pengembangan Diri bagi Anak Tunagrahita
Paradigma pendidikan khusus saat ini terus berkembang menuju arah yang
lebih positif yang berlandaskan pada hak-hak dasar anak untuk memperoleh
pendidikan yang layak. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (Children with
Special Needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan
dengan konsep Anak Luar Biasa (Exceptional Children). Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan
yang spesifik berbeda dengan anak-anak pada umumnya. ABK memiliki
hambatan belajar dan hambatan perkembangan (Barier to Learning and
Development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang
sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami
oleh masing-masing anak.
Program Pengembangan Diri (PPD) merupakan hal yang sangat penting
untuk peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya
sendiri yang meliputi: merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
komunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup, dan mengisi waktu luang di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. PPD diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik tunagrahita dalam melakukan
aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan dirinya sendiri sehingga
mereka tidak membebani orang lain. Dalam pelaksanaan program
pengembangan diri perlu adanya standar kemampuan untuk dapat mencapai
kemampuan minimal yang menggambarkan keterampilan yang dicapai, hal
ini sebagai dasar untuk mengetahui peningkatkan, dan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari atau pengembangan diri peserta didik
tunagrahita.
16
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
B. Komunikasi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata fungsi-fungsi
akademik, komunikasi maupun sosial, karenanya memerlukan layanan
pendidikan secara khusus,” (Direktorat PLB, 2004).
Peserta didik tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata. Seperti peserta didik pada umumnya, peserta
didik tunagrahita memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau
mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat mandiri. Namun karena
keterbatasan fungsi kecerdasan yang berada di bawah usia kronologisnya,
peserta didik tunagrahita mengalami hambatan dalam pemenuhan hak dan
kebutuhannya.
Bila memperhatikan pernyataan tersebut, anak tunagrahita memiliki
hambatan, antara lain komunikasi dan adaptasi sosial, hal tersebut akan
mengakibatkan kesulitan pada interaksi sosial. Dalam aspek sosial, anak
tunagrahita cenderung menarik diri, acuh tak acuh, mudah bingung, dan
merasa tidak diterima oleh lingkungan.
Gambar 1. Peran orang tua membantu komunikasi anakSumber: www.health.detik.com
17
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Keadaan seperti ini akan bertambah berat apabila lingkungannya tidak
memberikan reaksi positif. Mereka cenderung bergaul dengan anak yang
lebih muda usianya. Begitu juga pada aspek bahasa, anak tunagrahita pada
umumnya memiliki perbendaharaan kata yang terbatas, dan lemahnya
artikulasi, tetapi banyak juga yang lancar berbicara tetapi kurang dalam
perbendaharaan kata. Mereka juga kurang mampu menarik kesimpulan
tentang apa yang mereka bicarakan.
Gambar 2. Tidak mampu menarik kesimpulan berakhir kebingungan
https://nongkrong.co
Mengingat permasalahan yang dihadapi oleh anak tunagrahita begitu
kompleks, maka seyogyanya bimbingan dan latihan terus menerus diberikan
melalui program-program yang dapat meningkatkan potensi dan
kemampuan peserta didik dengan harapan mampu mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sehingga menjadi kecakapan yang berarti.
18
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
C. Hambatan Komunikasi pada Anak Tunagrahita
Komunikasi merupakan aktivitas yang kompleks, karena terkait dengan
kemampuan bahasa dan bicara. Kompleksitas berkomunikasi juga terkait
dengan kondisi biologis dan sistem syaraf, kemampuan kognitif, dan
kemampuan sosial. Karena itu, terjadinya ketidakmatangan atau gangguan
dalam aspek-aspek tersebut cenderung menghambat perkembangan
komunikasi seseorang. Keadaan seperti ini sangat mungkin terjadi pada
orang tunagrahita.
Secara kualitatif, hambatan dalam perkembangan komunikasi, baik
komunikasi verbal maupun nonverbal sering ditunjukkan dengan
abnormalitas dalam berbahasa serta berbicara, antara lain:
− Bicaranya tidak lancar, tersendat-sendat.
− Tampak seperti tuli, tidak mau bicara.
− Mutisem atau membisu, ataupun mutisme selektif yaitu tidak mau bicara
dalam keadaan tertentu, misalnya ketika ada orang tertentu.
− Suaranya seperti bergumam. Nadanya rendah dan artikulasinya tidak
jelas.
− Bicaranya gagap (stuttering), suka meniru/membeo (echolalia).
− Afasia yaitu kesulitan memahami apa yang di ucapkannya.
− Dislalia yaitu kesulitan menemukan kata-kata yang tepat ketika bicara.
− Kesulitan dalam memahami ucapan atau maksud orang lain.
− Tidak tertarik atau tidak ada minat untuk berbicara.
− Ketika menginginkan sesuatu tidak mau bicara, tetapi dengan menunjuk
atau mengambil tangan orang tuanya untuk mengambil objek atau benda
yang diinginkannya.
− Kesukaran dalam memahami arti kata-kata, terlebih untuk kata-kata
abstrak atau mengandung arti jamak.
− Bicara sendiri dengan mengulang kata-kata yang baru didengarnya.
19
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
− Penggunaan kata-kata yang tidak tepat, seperti “aku” menjadi “kamu”
atau “ayam” menjadi “burung”, dan sejenisnya.
− Tidak tahu kapan giliran untuk berbicara, memilih topik pembicaraan,
atau dalam menyesuaikan dengan lawan bicaranya.
− Mengulang-ulang pertanyaan walaupun sudah tahu jawabannya.
− Bicaranya monoton, kaku, dan menjemukan.
− Kesulitan dalam mengatur volume suara, tidak tahu kapan mesti
merendahkan volume suaranya. Misal, ketika ada tamu atau dalam acara
formal.
− Kesukaran mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada
suara.
− Berbahasa atau atau bicara tidak sesuai dengan struktur kalimat yang
benar.
Hambatan komunikasi pada dasarnya merupakan penyimpangan dari
kemampuan seseorang dalam aspek berbahasa, berbicara, mengelola suara,
dan irama atau kelancaran berbicara. Hambatan komunikasi pada
tunagrahita yang bersumber kepada masalah bahasa umumnya terkait
dengan pemahaman terhadap simbol bahasa, seperti yang terjadi pada
penyandang afasia. Penyandang afasia adalah orang yang mengalami
kelambatan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh faktor intelektual,
ketunarunguan, autis, disfungsi minimal otak atau berkesulitan belajar.
Pada kelompok ini, biasanya anak mengalami kesulitan dalam hal fonologi,
semantik, dan sintaksis, sehingga mengalami kesulitan dalam transformasi
yang diperlukan dalam kegiatan komunikasi. Hambatan perkembangan
komunikasi yang bersumber pada masalah bahasa juga dapat terjadi apabila
anak mengalami keterlambatan dalam penguasaan unit bahasa sesuai untuk
umurnya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat
berdasar aturan tata bahasa.
20
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hambatan komunikasi yang bersumber kepada gangguan bicara ditandai
dengan adanya kesalahan dalam proses produksi bunyi bicara, sehingga
terjadi kesalahan dalam artikulasi fonem, dan dapat terjadi karena gangguan
pendengaran (disaudia), keterbatasan kemampuan berpikir (dislogia),
kelumpuhan, kekakuan atau koordinasa otot alat ucap yang berpusat di otak
(disatria), kelainan bentuk atau struktur organ bicara (disglosia) atau akibat
faktor psikososial atau peniruan yang salah dari lingkungan (dislalia).
Hambatan komunikasi yang bersumber pada gangguan suara umumnya
disebabkan karena gangguan pada pita suara. Gejala yang muncul dapat
berupa kelainan nada maupun kelainan kualitas suara. Sedangkan hambatan
komunikasi yang bersumber kepada irama atau kelancaran umumnya lebih
banyak disebabkan karena faktor psikologis. Termasuk kelompok ini adalah
anak-anak yang gagap.
D. Membantu Komunikasi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita selain memiliki hambatan dari sisi mental dan intelektual,
seringkali juga memiliki hambatan dalam hal berkomunikasi. Oleh karena itu,
orang tua, guru, dan orang-orang di sekeliling anak tersebut perlu memahami
tatacara berkomunikasi dengan mereka. Komunikasi merupakan kebutuhan
dasar dari setiap orang, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Dalam pembelajaran di kelas, pengembangan fungsi komunikasi pada
peserta didik tunagrahita dapat dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu
kata atau kartu-kartu kalimat sederhana. Penggunaan kartu-kartu tersebut
akan membantu peserta didik memahami arti-arti kata atau kalimat melalui
simbol-simbol kata atau kalimat. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan
secara berulang sampai pemahaman peserta didik lebih baik dan dapat
mengaplikasikan hasil belajarnya. Keefektifan hasil belajar ditandai dengan
21
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
adanya peningkatan pemahaman peserta didik dan lancarnya komunikasi
antara peserta didik dengan lawan berkomunikasinya.
Berkomunikasi dengan peserta didik tunagrahita pada dasarnya sama
dengan berkomunikasi dengan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifkasi kekhususan peserta
didik dalam hal berkomunikasi.
Berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan
hasil diagnosis, juga perlu menggunakan alat-alat pendukung seperti
Augmentative and Alternative Communication (AAC). AAC merupakan cara
berinteraksi yang dapat dijadikan pilihan untuk berkomunikasi, ketika
berkomunikasi dengan lisan mengalami hambatan. Jenis-jenis AAC meliputi
kalkulator, laptop, handphone, dan sebagainya.
22
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
BAHAN PEMBELAJARAN
A. Aktivitas Pembelajaran
Pada bagian aktivitas pembelajaran ini Anda akan mempelajari tiga aktivitas,
yaitu: 1) Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal, 2) Berkomunikasi
dengan engunakan media, dan 3) Berkomunikasi dengan etika yang benar.
Aktivitas 1 Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal
Pada aktivitas pertama ini peserta pelatihan diharuskan mensimulasikan
pembelajaran pertama. Aktivitas pembelajaran pertama adalah pembelajaran
untuk membelajarkan target kompetensi pertama, yaitu berkomunikasi
dengan orang lain secara verbal. Salah seorang dari peserta berperan sebagai
guru.
Tujuan: Melalui media gambar anak dilatih untuk berkomunikasi dengan
orang lain.
Persiapan: Sebelum melaksanakan pembelajaran guru perlu menyiapkan
bahan-bahan dan alat-alat pembelajaran, antara lain kartu kata,
kartu bergambar.
Prosedur: Lakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan urutan
seperti berikut.
1. Guru menyapa peserta didik dan menyampaikan bahwa
mereka akan belajar tentang berkomunikasi (berbicara)
dengan teman.
2. Peserta didik mengamati gambar dua orang yang sedang
berbicara (Gambar 6).
23
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Gambar 3. Dua orang sedang berbicara
3. Peserta didik untuk menginterpretasikan gambar 4 tersebut.
4. Guru memberi contoh gambar-gambar lainnya yang serupa
dengan gambar 4. Setiap peserta didik memperoleh satu
gambar yang berbeda. Contoh gambar-gambar dimaksud
disajikan pada gambar 7.
Gambar 4. Contoh gambar-gambar bercerita
5. Peserta didik mengamati gambarnya masing-masing.
24
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
6. Peserta didik diberi kesempatan untuk menceritakan
gambar yang diamatinya.
7. Guru membimbing peserta didik untuk saling bercerita
tentang sahabatnya. dengan menggUnakan kata-kata
sederhana yang baik.
8. Apabila peserta didik tidak bercerita, guru memberikan
pertanyaan singkat kepada peserta didik tentang bagusnya
berkomunikasi dengan teman-teman.
9. Guru membimbing peserta didik untuk menulis kalimat-
kalimat percakapan yang terjadi pada saat saling bercerita.
10. Dengan menggunakan kartu kata anak-anak diminta untuk
mengucapkan kata dalam kartu kata tersebut. Contoh kartu
kata disajikan pada gambar 8. Pengucapan kata-kata
dilakukan berulang-ulang.
Gambar 5. Contoh macam-macam kartu kata
Pada bagian akhir pembelajaran, lakukan kegiatan-kegiatan
berikut sesuai dengan urutan.
1. Guru menyimpulkan hasil belajar peserta didik dengan cara
membacakan kartu kata secara bersama-sama dengan suara
yang nyaring.
2. Guru mengadakan refleksi dengan mengecek pemahaman
peserta didik terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
25
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
3. Guru mengajak semua peserta didik berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
4. Guru mengamati sikap peserta didik dalam berdo’a (sikap
duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb).
5. Segera memberikan nasihat, apabila ada peserta didik yang
kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, agar besok
kalau berdoa lebih disempurnakan.
Pada aktivitas pertama ini peserta pelatihan disarankan untuk melakukan
pembelajaran dengan materi-materi yang yang tercantum pada buku
program khusus yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, antara lain: berkomunikasi dengan Ibu atau Bapak guru, dan
Berkomunikasi dengan orang tua.
Aktivitas 2 Berkomunikasi Dengan Menggunakan Media
Pada aktivitas kedua ini peserta pelatihan diharuskan mensimulasikan
pembelajaran kedua. Aktivitas pembelajaran kedua adalah pembelajaran
untuk membelajarkan target kompetensi kedua, yaitu berkomunikasi dengan
menggunakan audio visual.
Tujuan: Melalui media gambar anak dilatih untuk berkomunikasi dengan
menggunakan audio visual dan membuat alat komunikasi
sederhana dengan menggunakan kertas sticker.
Persiapan: Sebelum melaksanakan pembelajaran guru perlu menyiapkan
bahan-bahan dan alat-alat pembelajaran, antara lain handphone,
spidol (aneka warna), contoh surat, contoh majalah (majalah
anak), koran, kertas sticker, kartu kalimat, dan papan styrofoam.
26
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Prosedur: Lakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan urutan
seperti berikut.
1. Guru menyiapkan peserta didik untuk memulai
pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
hari ini, yaitu memperkenalkan dan mepraktikkan
penggunaan perangkat komunikasi audio dan membuat alat
komunikasi visual (pengumuman di papan pengumuman).
2. Guru menyiapkan alat tulis, handphone, contoh surat, contoh
majalah, koran, dan papan pengumuman yang terbuat dari
styrofoam.
3. Guru meminta peserta didik untuk menyebutkan alat-alat
komunikasi.
Siapa yang tahu contoh-contoh alat komunikasi? Jawaban
peserta didik bermacam-macam, atau bisa jadi tidak ada
yang menjawab. Jika peserta didik tidak ada yang menjawab,
guru memberi contoh beberapa alat komunikasi, termasuk
bagaimana cara manggunakannya, serta memanfaatkannya.
Gambar 6. Handphone
4. Peserta didik diberi gambar contoh dari handphone, surat,
koran, majalah, dan gambar papan pengumuan.
Guru bertanya kepada peserta didik apa manfaat papan
pengumuman di sekolah.
27
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Gambar 7. Papan pengumuman
5. Selanjutnya guru membawa peserta didik ke tempat papan
pengumuman yang ada di sekolah. guru juga menunjukkan
contoh-contoh alat komunikasi lainnya yang ada di sekolah.
misalnya: sticker, kertas pengumuman, petunjuk-petunjuk
arah, pamplet-pamplet, dan lain sebagainya.
6. Selanjutnya kembali ke kelas untuk mempraktikkan
membuat bahan komunikasi yang terbuat dari kertas
sticker. Potonglah kertas sticker berukuran A4 menjadi 4
bagian sama besar.
7. Bagikan setiap lembaran kertas sticker ke setiap peserta
didik masing-masing 1 lembar.
8. Tugaskan kepada peserta didik untuk menulis kata-kata
dengan menggunakan spidol pada kerta sticker. Tuliskan
tulisan yang ada pada kartu kalimat. Setiap peserta didik
satu kalimat. Contoh kartu kalimat disajikan pada gambar
11.
28
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Gambar 8. Contoh kartu-kartu kalimat
9. Hasil karya peserta didik dihiasi dan ditempel di didnding
kelas.
Pada bagian akhir pembelajaran, lakukan kegiatan-kegiatan
berikut sesuai dengan urutan.
1. Guru menyimpulkan hasil belajar peserta didik dengan cara
membacakan kartu-kartu kalimat hasil pekerjaan peserta
didik secara bersama-sama dengan suara yang nyaring.
2. Guru mengadakan refleksi dengan mengecek pemahaman
peserta didik terhadap pembelajaran tentang penggunaan
berbagai media komunikasi.
3. Guru mengajak semua peserta didik berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
4. Guru mengamati sikap peserta didik dalam berdo’a (sikap
duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya dsb).
5. Segera memberikan nasihat, apabila ada peserta didik yang
kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, agar besok
kalau berdoa lebih disempurnakan.
29
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Pada aktivitas kedua ini peserta pelatihan disarankan untuk melakukan
pembelajaran dengan materi-materi yang yang tercantum pada buku
program khusus yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, antara lain: Menelpon, Menerima telpon, Menulis surat,
Membaca surat, Membaca pengumuman, Menulis pengumuman, Membaca
majalah bulanan, Membaca iklan, dan Memanfaatkan media pertemuan.
Aktivitas 3 Berkomunikasi dengan Etika yang Benar
Pada aktivitas ketiga ini peserta pelatihan diharuskan mensimulasikan
pembelajaran pertama. Aktivitas pembelajaran ketiga adalah pembelajaran
untuk membelajarkan target kompetensi ketiga, yaitu berkomunikasi dengan
etika yang baik. Salah seorang dari peserta berperan sebagai guru.
Tujuan: Melalui media gambar anak dilatih untuk berkomunikasi dengan etika
yang baik kepada orang lain.
Persiapan: Sebelum melaksanakan pembelajaran guru perlu menyiapkan
bahan-bahan dan alat-alat pembelajaran, antara lain kartu kata
dan kartu bergambar.
Prosedur: Lakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan urutan seperti
berikut.
1. Guru menyiapkan kartu kata yang berkaitan dengan etika yang
baik untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi
dengan guru, berkomunikasi dengan orang tua, dan
berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal.
2. Guru menyapa peserta didik dan menyampaikan bahwa mereka
akan belajar tentang berkomunikasi (berbicara) dengan orang
yang kita hormati.
“Anak-anak hari ini kita akan belajar bebicara dengan orang yang
kita hormati”.
30
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
“Siapa saja orang-orang yang patut kita hormati …..?”
3. Guru mengarahkan jawaban peserta didik, artinya tidak
semestinya menyalahkan jawaban mereka, tugas guru
mengarahkan jawaban agar tidak salah pengertian.
4. Guru memberikan gambaran siapa-siapa saja orang yang patut
dihormati.
Orang tua, guru, ustad, kepala sekolah, saudara-saudara kita,
orang yang lebih tinggi usianya, para pemimpin, para pemuka
agama, dan lain sebagainya.
5. Guru memberikan beberapa kartu kata kepada peserta didik,
biarkan peserta didik memilihnya.
Batlah kartu kata sebanyak peserta didik ditambah satu. Contoh
kartu-kartu kata disajikan pada gambar 12 berikut.
Gambar 9. Contoh kartu-kartu kata
6. Peserta didik disuruh membuat kalimat diawali dengan kata
yang ada pada KARTU KATA.
Contoh
SILAKAN Bapak duluan jalannya
MAAF hari ini saya tidak bawa buku
TERIMA KASIH Ibu sudah memberi minum
Dan seterusnya.
31
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
7. Selanjutnya guru menugaskan kepada semua peserta didik
untuk membacakan kalimat-kalimat yang dibuat oleh
mereka.
8. Peserta didik membacakan kalimat yang mereka buat
sendidi dengan suara yang nyaring. Suara nyaring tidak
berarti keras.
9. Guru melatih peserta didik untuk mengatur tempo dan
volume suara peserta didik pada saat mereka membacakan
hasil pekerjaannya.
Pada bagian akhir pembelajaran, lakukan kegiatan-kegiatan
berikut sesuai dengan urutan.
1. Guru menyimpulkan hasil belajar peserta didik dengan cara
membacakan kartu-kartu kalimat hasil pekerjaan peserta
didik secara bersama-sama dengan suara yang nyaring.
2. Guru mengadakan refleksi dengan mengecek pemahaman
peserta didik terhadap pembelajaran tentang penggunaan
berbagai media komunikasi.
3. Guru mengajak semua peserta didik berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
Aktivitas-aktivitas yang diuraikan di atas diharapkan akan menjadi panduan
bagi guru dalam melaksanakan dan mengembangkan materi berkomunikasi
bagi peserta didik tunagrahita. Peserta didik tunagrahita akan terbiasa
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan siapa lawan bicara, dimana dan
bagaimana menghargai satu sama lain dalam berinteraksi sesuai dengan
etika dan bahasa yang sesuai.
32
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
B. Lembar Kerja Peserta Didik
Lembar kerja peserta didik (LKPD) disusun untuk membantu pencapaian
hasil belajar peserta didik. LKPD disusun berdasarkan materi pembalajaran.
Ketika peserta didik tidak atau kurang mempudalam menggunakan LKPD,
maka LKPD diisi oleh guru. Dengan demikian LKPD dapat juga berfungsi
sebagai alat observasi yang dilakukan guru selama pembelajaran
berlangsung.
LKPD sebaiknya disusun oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan
peserta didik. Pada bagian ini guru adalah orang yang paling mengetahui
karakteristik peserta didik. LPKD disusun dengan memperhatikan materi
pembelajaran, lebih spesifik memperhatikan indikator pencapaian
kompetensi. Pembelajaran bagi anak tunagrahita memungkinkan terjadinya
pelambatan belajar. Artinya proses pembelajaran bisa jadi tidak sesuai
dengan alokasi waktu yang disediakan. Oleh karena itu pencapaian indikator
hasil belajar sangat tergantung pada keadaan peserta didik.
Berikut disajikan contoh LKPD untuk aktivitas pembelajaran 1
berkomunikasi dengan orang lain.
33
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Lembar Kerja Peserta Didik
Berkomunikasi Dengan Orang Lain
Nama Sekolah : Sekolah Khusus Budi Baik Sejahtera
Program : Berkomunikasi
Tujuan : Melalui media gambar anak dilatih untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Indikator : Menggunakan kata sapaan untuk teman apabila bertemu
Alat dan Bahan : Kartu Kata, Kertas HVS, dan Lem kertas
Kegiatan : Menempel kartu kata pada kertas HVS
Dengan bimbingan guru peserta didik menempelkan kartu kata pada kertas HVS sekaligus dengan membacakan kartu kata tersebut. Sesuai dengan petunjuk dan arahan guru.
Penilaian : ______________________________________________________________________ (Deskripsi) ______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
Jakarta, November 2019
Guru Ybs.,
______________________________
34
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
LKPD-LKPD lainnya silakan dikembangkan oleh guru.
C. Bahan Bacaan
Anak Tunagrahita
Secara umum peserta didik tunagrahita memperlihatkan kecerdasan, sosial,
fungsi mental, dorongan, dan emosi, yang berbeda dengan peserta didik pada
umumnya. Dalam segi kecerdasan, kapasitas belajarnya terbatas terutama
pada hal-hal abstrak, mereka lebih banyak belajar bukan dengan pengertian.
Dalam segi sosial nampak sekali ketika mereka bergaul, peserta didik
tunagrahita tidak dapat bergaul atau bermain dengan teman sebayanya,
karena mengalami kesulitan dalam merawat diri, mengurus diri, menolong
diri, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam segi
fungsi mental sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, dan sering
menghindari diri dari perbuatan berpikir. Dalam segi dorongan dan emosi,
peserta didik tunagrahita jarang memiliki perasaan bangga, tanggung jawab,
dan penghayatan. Bagi peserta didik tunagrahita ringan secara fisik tidak ada
perbedaan dengan peserta didik pada umumnya, namun keberfungsian fisik
kurang dari peserta didik pada umumnya. Sementara bagi peserta didik
tunagrahita berat hampir-hampir tidak mampu untuk menghindari bahaya,
dan mempertahankan diri.
Sehubungan dengan hambatan yang dimiliki atau disandangnya, kemampuan
usia mental (mental age) peserta didik tunagrahita tidak seiring dengan
kemampuan usia kalendernya (cronogical age). Perkembangan kemampuan
peserta didik tunagrahita berbeda dengan perkembangan kemampuan
peserta didik pada umumnya.
Banyak para pakar komunikasi yang menjelaskan tentang fungsi-fungsi
komunikasi, walaupun adakalanya satu sama lain memilki persamaan dan
perbedaan. Rudolph F. Verderber dalam Dedi Mulyana (2014)
35
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi sosial
dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial untuk membangun
hubungan dan memelihara dengan orang lain, atau menunjukkan ikatan
dengan orang lain. Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, misal hari ini, apa yang akan kita
kerjakan, apakah berangkat jalan kaki atau minta diantar ayah, seragam
mana yang akan kita pakai, apa yang akan kita bawa untuk menengok dari
salah satu orang tua murid yang sakit.
Konsep Dasar Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu aktivitas penting yang diperlukan oleh setiap
individu, dalam menjalani kehidupannya, baik di rumah, sekolah atau di
masyarakat. Dalam konteks sosial, komunikasi merupakan kebutuhan primer
yang diperlukan oleh komunikator sehingga pesan yang ingin disampaikan
dapat diterima oleh komunikan. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai
proses pemindahan informasi, gagasan-gagasan, pemahaman dan perasaan
diantara orang-orang (Mondy dan Premeaux, 1993). Komunikasi adalah
sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain
(Davis, 1981).
Selanjutnya Irwin (Samuel A, Kirk, 1989), bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi melalui bicara dan bahasa, tekanan, kecepatan,
intonasi, kualitas suara, pendengaran dan pemahaman, ekspresi muka, dan
gerak-isyarat tangan. Komunikasi bisa secara verbal, non verbal, maupun
kombinasi keduanya. Masyarakat berkomunikasi melalui bicara, menulis,
gerak-isyarat informal, gerak-isyarat yang sistimatis (bahasa isyarat, abjad
jari), semapur, braile, dan sebagainya. Apapun bentuk penyampaiannya,
36
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
komunikasi memiliki tiga komponen, yaitu: pengirim (a sender), pesan (a
message), dan penerima (a receiver). Pengirim pesan sering disebut juga
sebagai komunikator dan penerima pesan disebut komunikan.
Gambar 10. Proses komunikasi menurut (Kotler, 2000)
Untuk berlangsungnya suatu komunikasi, diperlukan adanya penggunaan
sistem simbol yang sama-sama dimengerti oleh pelaku komunikasi, sehingga
ada kesamaan makna. Apabila dua orang atau lebih terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, komunikasi akan
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan
belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Maka percakapan orang-orang
tadi dapat dikatakan komunikatif apabila mereka, selain mengerti bahasa
yang digunakan juga mengerti maknanya.
Komunikasi tidak sekedar melontarkan kata-kata. Berkomunikasi dengan
orang lain merupakan tantangan bagi sebagian besar anak, apalagi anak
tunagrahita. Karena dalam berkomunikasi bukan hanya proses menangkap
kata-kata yang dilontarkan, melainkan juga memahami atau menangkap
makna dari:
a. Intonasi suara (keras, lembut, kasar atau berbisik)
b. Gerakan anggota badan
c. Cara Anda berdiri/duduk
37
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
d. Ekspresi wajah.
Proses inilah yang perlu mendapat perhatian dari guru terkait dengan
hambatan atau kesulitan yang dialami oleh peserta didik tunagrahita dalam
memahami dan memaknai proses tersebut.
Komunikasi pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki karakteristik
tersendiri. Hal ini disebabkan karena ABK mempunyai kondisi yang berbeda
dengan anak pada umumnya meskipun tidak selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi ataufisik namun pada dasarnya ABK
khususnya tunagrahita memiliki permasalahan intelektual sehingga
berpengaruh dalam komunikasi dan interaksi. Kaitannya dengan komunikasi
ABK dalam hal ini peserta didik tunagrahita, maka komunikasi menjadi hal
yang sangat penting untuk membantu peserta didik agar dapat berinteraksi
dengan dunia luar.
2. Fungsi Komunikasi
Banyak para pakar komunikasi yang menjelaskan tentang fungsi-fungsi
komunikasi, walaupun adakalanya satu sama lain memilki persamaan dan
perbedaan. Rudolph F. Verderber dalam Dedi Mulyana (2014)
mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi sosial
dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial untuk membangun
hubungan dan memelihara dengan orang lain, atau menunjukkan ikatan
dengan orang lain. Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, misal hari ini, apa yang akan kita
kerjakan, apakah berangkat jalan kaki atau minta diantar ayah, seragam
mana yang akan kita pakai, apa yang akan kita bawa untuk menengok dari
salah satu orang tua murid yang sakit.
Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson dalam Dedi Mulyasa (2014)
mengemukakan ada dua fungsi umum yaitu: pertama, untuk kelangsungan
hidup diri sendiri, seperti untuk kesehatan diri, keselamatan diri, kesadaran
38
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
pribadi dan lain sebagainya. Kedua untuk kelangsungan hidup masyarakat,
lebih tepat untuk memperbaiki hubungan sosial.
a. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk
membangun konsep-konsep diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Melalui komunikasi setiap individu termasuk
tunagrahita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, desa, kota, dan Negara) untuk mencapai tujuan
bersama.
Peserta didik tunagrahita belajar dari hal yang sangat sederhana seperti
mengenal dirinya, anggota keluarga, dimana dia tinggal, cara berpakaian,
merawat diri atau dan lain sebagainya. Hal tersebut dipelajari melalui
komunikasi.
b. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif erat kaitannya dengan komunikasi sosial yang
dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun
dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi alat untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal.
Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,
marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama
lewat perilaku nonverbal.
Peserta didik tunagrahita yang sedang tidak mau belajar menunjukkan
mukanya dengan cemberut. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaknya. Seorang guru menunjukkan simpati
39
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
kepada murid yang ibunya sedang sakit dengan menepuk bahunya.
Orang dapat menyalurkan kesedihannya dengan menangis atau berdiam
dengan mimik yang murung.
c. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah
yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering
melakukan kegatan-kegiatan keagamaan misalnya khutbah jum at bagi‟
yang muslim atau kebaktian bagi yang beragama kristen atau upacara-
upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, mulai dari
upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (menyanyikan lagu “Happy
Birthday”), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan
(ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer dan sebagainya), ulang
tahun perkawinan, hingga upacara kematian.
Para peserta didik dan guru setiap hari senin melakukan upacara
penaikan bendera, begitu pulaprofesi lain seperti angkatan darat dan
atau polisi setiap pagi dan sore upacara apel. Dalam acara-acara itu orang
mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.
d. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan
juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat
disebut membujuk (bersifat persuasive).
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to
inform) mengandung muatan persuasive dalam arti bahwa pembicara
menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa informasi yang
disampaikannya akurat/layak diketahui. Komunikasi berfungsi sebagai
40
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
instrumen untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan
jangka panjang maupun jangka pendek.
Fungsi-fungsi komunikasi yang telah diuraikan di atas akan selalu
digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya bagi peserta didik
tunagrahita. Fungsi sosial mulai dari mengenal dirinya, komunikasi
ekpresif dengan memperlihatkan atau menunjukkan gesture yang sesuai
untuk setiap ekspresi, misalnya memperlihatkan muka yang senang
ketika dapat pujian, komunikasi ritual seperti ucapan dan perilaku pada
saat seperti upacara bendera, dan komunikasi instrumental seperti guru
menciptakan situasi yang menyenangkan dan atau membujuk agar
peserta didik mau belajar.
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media dan atau alat. Pada saat pembelajaran kegiatan-kegiatan seperti
pemberian intruksi, informasi, saran dan menjalin hubungan yang harmonis
dapat dilakukan dengan komunikasi. Agar komunikasi yang dilakukan baik,
maka harus diketahui bagaimana indikator syarat-syarat komunikasi yang
baik, seperti yang dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan (2003:189) yaitu:
ketepatan waktu penyampaian, menggunakan kata-kata dan kalimat yang
mudah dipahami, penyampaian pesan dilakukan dengan tenang dan tidak
emosional, pesan disampaikan secara jelas sehingga menghindari hambatan
komunikasi, komunikasi dilakukan dengan 2 (dua) arah, penyampaian pesan
lengkap dan menyeluruh, serta adanya respon yang timbul dari penerima
pesan.
Proses komunikasi adalah proses dimana individu-individu sedang bertukar
informasi dan saling menyampaikan buah pikirannya. Komunikasi juga
menuntut adanya seorang penerima yang menafsirkan sandi atau memahami
41
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
pesan tersebut, walaupun kadang banyak isyarat non linguistik yang dapat
membantu atau bahkan menghambat pengirim dan penerima dalam
komunikasi lisannya.
Berdasarkan uraian di atas, proses komunikasi meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Adanya dua pihak yang terlibat. Dalam pembelajaran yaitu guru dan
peserta didik
b. Adanya pesan yang disampaikan yaitu materi pembelajaran
c. Pemilihan cara atau metode yang digunakan oleh komunikator
d. Pemahaman metode penyampaian pesan
e. Penerimaan oleh komunikan
f. Umpan balik
Komunikasi Anak Tunagrahita
Pada dasarnya anak tunagrahita memiliki kebutuhan seperti anak pada
umumnya, namun karena kelainan yang disandangnya memerlukan
perhatian yang lebih khusus untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun
kebutuhan anak tunagrahita menurut Amin (1995:59) adalah: kebutuhan
diakui sebagai anggota keluarga, mendapatkan pengakuan dari teman-
temannya, kedudukan dalam kelompoknya, pekerjaan yang sesuai tanpa
bantuan orang lain, pengalaman rekreasi dan olah raga sederhana,
pengalaman menjadi anak yang berguna, serta menjalani hidup yang bahagia.
Dalam pengembangan kemampuan bina diri, dalam pembelajaran anak
tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi cerita yang dimulai dari hal
yang konkrit kemudian menuju ke hal abstrak. Kebutuhan dalam
pengembangan kemampuan sosial dan emosi kesempatan untuk berinteraksi
42
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
sehingga merasa menjadi bagian dari yang lain, menemukan perlindungan
dari label yang negatif, kenyamanan sosial, dan menghilangkan kebosanan.
Beberapa keunggulan tunagrahita yang akan membawa mereka pada
hubungannya dengan orang lain, meliputi:
1) spontanitas yang wajar dan positif;
2) kecenderungan untuk merespon orang lain dengan baik dan hangat;
3) merespon pada orang lain dengan jujur; dan
4) mempercayai orang lain.
Bagaimana Berkomunikasi dengan Anak tunagrahita? Komunikasi pada
dasarnya memiliki tiga bentuk:
1) Komunikasi verbal dengan kata-kata, yang mencakup kata-kata yang
dipilih cara mengucapkannya.
2) Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh, yang mencakup:
ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh, dan bentuk sikap
tubuh lainnya.
3) Komunikasi abstrak, misalnya: permainan, ekspresi artistik, simbol,
photografi, dan cara memilih pakaian. komunikasi abstrak kurang dapat
dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, khususnya
dengan anak-anak.
Dalam berkomunikasi, perlu dipahami proses komunikasi antar pribadi,
yaitu situasi interaksi, dimana individu mengirim stimulus (perangsang)
berupa simbol verbal untuk mengubah perilaku individu-individu lain dalam
situasi tatap muka. Komunikasi antar pribadi memiliki lima kriteria menurut
Sendjaja, (2002):
1) Dalam komunikasi antar pribadi ada dua orang/lebih yang menganggap
kehadiran satu sama lainnya kedekatan fisik;
2) Komunikasi antar pribadi mengandung saling ketergantungan ;
3) Komunikasi antar pribadi mengandung suatu pertukaran pesan;
43
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
4) Dasar interaksinya tatap muka, sehingga semua indera dimungkinkan
untuk digunakan ‟5) Komunikasi antar pribadi memiliki cakupan yang luas.
Komunikasi antar pribadi menjadi dasar dari semua interaksi, baik pribadi
maupun kelompok. Dengan demikian komunikasi antar pribadi sangat
penting dalam berinteraksi dengan peserta didik tunagrahita dalam kelas,
keluarga dan atau masyarakat.
Anak tunagrahita sulit memahami hal yang sifatnya abstrak, dan kesulitan
mengambil keputusan. Hal tersebut berimplikasi pada bagaimana kebutuhan
belajar anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebaiknya memulai
dengan kata benda yang ada disekitar anak, yang mudah dipahami dan
dilakukan dengan berulang kali.
Komunikasi dan sosialisasi memiliki pengaruh satu sama lain, bila
komunikasi tidak berkembang maka seorang anak akan mengalami kesulitan
bersosialisasi, demikian juga sebaliknya. Untuk mengatasi permasalahan
dalam membelajarkan berkomunikasi kepada anak tunagrahita, di bawah ini
diuraikan aspek-aspek yang perlu dipelajari beserta dengan indikatornya.
1. Berkomunikasi secara verbal atau lisan
a. Berkomunikasi dengan teman:
1) Menghadapkan muka apabila berbicara
2) Menggunakan kata sapaan untuk teman apabila bertemu
3) Menggunakan kata terima kasih apabila menerima sesuatu
4) Menggunakan kata silahkan apabila menawarkan sesuatu
5) Menggunakan kata minta maaf apabila melakukan kesalahan
6) Bersedia menerima maaf apabila teman meminta maaf
7) Menggunakan kata tolong apabila meminta bantuan
8) Menolak ajakan teman dengan sopan
9) Tidak memaksakan kehendak kepada teman.
44
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
b. Berkomunikasi dengan bapak atau ibu guru:
1) Menghadapkan muka apabila berbicara.
2) Menggunakan kata sapaan “Assalamu alaikum, selamat pagi,
selamat siang, disesuaikan dengan waktu dan kebiasaan
setempat apabila bertemu bapak atau ibu guru.
3) Bersalaman dengan bapak atau ibu guru.
4) Menjawab pertanyaan bapak atau ibu guru dengan sopan dan
santun.
5) Menggunakan kata silahkan apabila menawarkan sesuatu.
6) Menggunakan kata permisi apabila hendak meninggalkan
tempat.
7) Mengetuk pintu apabila akan memasuki ruangan bapak atau ibu
guru.
8) Menunggu ajakan atau tawaran untuk memasuki ruangan.
9) Menyampaikan atau melaksanakan tugas apabila diberi tugas
oleh bapak atau ibu guru.
10) Mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata tanya yang
tepat.
11) Dapat berbicara menyampaikan suatu masalah atau pokok
bahasan dan dapat mendengarkan perkataan atau penjelasan
bapak atau ibu guru.
12) Dapat berbicara dengan perhatian tanpa terganggu oleh situasi
sekitar.
2. Berkomunikasi dengan menggunakan audio-visual
a. Menjelaskan media komunikasi secara audio-visual yang digunakan,
seperti (1) telepon dan handphone (2) surat (3) papan pengumuman
(4) house jurnal (majalah bulanan) (5) printed material (media
komunikasi dan publikasi berupa barang cetakan) (6) media
pertemuan dan pembicaraan.
45
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
b. Praktek pemanfaatan media komunikasi secara audio-visual, seperti:
(1) Menelpon dan menerima telepon termasuk dengan handphone (2)
Menulis surat dan membaca surat (3) Membaca pengumuman dan
menulis pengumuman (4) Membaca majalah bulanan (5) Media
komuniasi dan publikasi berupa barang cetakan, misalnya iklan, dan
sebagainya, (6) Pemanfaatan media pertemuan (sound system dan
miccrophone).
3. Menggunakan bahasa sesuai etika
a. Menjelaskan bahwa berbahasa hendaknya disertai dengan norma-
norma yang berlaku dalam budaya itu. Sistem berbahasa menurut
norma-norma budaya ini disebut etika berbahasa atau tata cara
berbahasa.
b. Etika berbahasa erat kaitannya dengan keberadaan suatu kelompok
masyarakat, oleh karena itu seharusnya etika berbahasa dimiliki
oleh anak tunagrahita maupun kelompok masyarakat itu sendiri,
karena melalui bahasa seseorang akan tahu status sosial dan budaya
dalammasyarakat itu sehingga dapat memudahkan anak tunagrahita
dalam memilih atau menggunakan bahasa secara tepat pada
tempatnya.
c. Dalam menerapkan etika berbahasa hendaknya anak tunagrahita
diberi pengetahuan mengenai aturan-aturan sosial berbahasa,
seperti: (1) dengan siapa yang berbicara; (2) dengan bahasa apa; (3)
kepada siapa; (4) tentang apa; (5) kapan; dan (6) di mana. Dengan
mengetahui aturan-aturan tersebut anak tunagrahita akan lebih
mudah dalam memilih kata-kata dalam berkomunikasi.
d. Menjelaskan dan tanya jawab serta praktik bahwa aspek sosial
budaya dalam memilih kata sapaan juga harus dipertimbangkan
dalam etika berbahasa seperti: (1) orangyang disapa itu lebih tua,
sederajat, lebih muda, atau kanak-kanak; (2) status sosialnya lebih
tinggi, sama, atau lebih rendah; (3) situasinya formal atau tidak
46
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
formal; (4) akrab atau tidak akrab; (5) wanita atau pria; dan (6)
sudah dikenal atau belum dikenal dan sebagainya.
e. Selain aspek sosial yang harus diperhatikan dalam etika berbahasa
adalah ketepatan waktu, artinya dengan mengetahui kapan
waktunya kita berbicara dan mendengarkan. Dengan
memperhatikan hal seperti ini maka anak tunagrahita akan saling
menghargai satu sama lain dalam berinteraksi atau berkomunikasi.
f. Menjelaskan dan praktek mengenai kualitas volume suara dan gerak-
gerik anggota tubuh saat berbicara juga sangat berpengaruh pada
etika berbahasa. Mengenai kualitas volume suara untuk menjaga
etika berbahasa anak tunagrahita harus mengenal terlebih dahulu
penuturnya berasal dari mana atau kebiasaan di daerahnya, karena
biasanya penutur yang berasal dari Sumatra akan menggunakan
volume suara yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam menerapkan
etika berbahasa hendaknya mempelajari dahulu kebudayaan, norma
dan kode bahasa dalam masyarakat tersebut.
Strategi Pembelajaran Komunikasi bagi Peserta Didik Tunagrahita
Memilih dan menggunakan strategi dalam pembelajaran adalah salah satu
keterampilan yang harus dimiliki seorang guru, dan bagi guru khusus yang
menangani peserta didik tunagrahita adalah sebuah tantangan dalam
menentukan strategi pembelajaran, dalam hal ini strategi komunikasi. Istilah
strategi berasal dari kata Yunani, strategos, seorang jendral dalam militer.
Satu definisi umum dalam kamus adalah suatu “prosedur untuk mencapai
tujuan” (Ostad 1997 dalam Johnsen dan Skjorten (2004).
Terdapat sekurang-kurangnya dua macam cara fundamental untuk
mendefinisikan strategi (1) sebagai aktivitas yang direncanakan dan
47
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
berorientasi pada tujuan, atau (2) sebagai aktivitas yang direncanakan dan
berorientasi pada tujuan juga termasuk proses sebelum pemilihan yang
menghasilkan keputusan untuk menggunakan prosedur tertentu guna
memecahkan persoalan (Johnsen dan Skjorten 2004). Pada bagian ini kedua
pemahaman orientasi strategi digunakan dalam pembelajaran meningkatkan
komunikasi.
AAWA (2008) menjelaskan beberapa strategi untuk belajar dan mendukung
komunikasi yaitu: strategi modifikasi lingkungan, rencana manajemen
perilaku, dan material pendukung serta aktivitas pendukung.
a. Modifikasi lngkungan
Ketika guru menghadapi peserta didik tunagrahita, sangat penting
memodifikasi lingkungan sekitar untuk mengurangi gangguan
konsentrasi dan perhatian. Modifikasi lingkungan meliputi:
1) Mengurangi gangguan visual (sedikit gambar dan atau tergantung
karakteristik dari peserta didik)
2) Setting tempat duduk yang mendukung
3) Pencahayaan yang baik
4) Membelakangi jendela
5) Mainan/material lainnya tersimpan rapih, jauh dari jangkauan.
b. Manajemen prilaku
Anak tunagrahita mungkin disertai gangguan prilaku dan atau
hyperaktif, gangguan sensori dan sulit mengemukakan keinginan
(mengomuni-kasikan kebutuhan). Guru harus menganalisis dan
mengevaluasi strategi manajemen prilaku mana yang sebaiknya
digunakan untuk memfasilitasi agar proses pembelajaran/proses
komunikasi berjalan lancar. Beberapa teknik modifikasi prilaku yang
dapat diimplementasikan, sebagai berikut:
1) Menempatkan target yang jelas dan realistis
2) Memanfaatkan kegiatan atau sesuatu yang disukai
48
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
3) Konsisten dan menindaklanjuti
4) Menggunakan papan atau media pilihan
5) Menggunakan penguatan
6) Merubah prilaku negatif menjadi prilaku positif
7) Mencegah prilaku negatif
c. Material pendukung
Guru menggunakan material pendukung untuk memaksimalkan
kamampuan peserta didik dalam berkomunikasi dan mengoptimalkan
dalam belajar. Material yang digunakan bermaksud meningkatkan
peserta didik tunagrahita dalam berkomunikasi baik verbal maupun
nonverbal. Selain itu untuk mendorong perkembangan membaca dan
literasi permulaan. Beberapa material pendukung, sebagai berikut:
1) Benda nyata sebagai media pembelajaran atau tiruan
2) Penggunaan gambar yang dilengkapi kata
3) Penggunaan gambar atau tulisan untuk jadual harian
4) Penggunaan gambar atau tulisan untuk jadwal kegiatan satu sesi,
dan untuk membantu transisi ke kegiatan selanjutnya
5) Tulisan pada benda-benda yang ada di sekitar ruangan
6) Papan pilihan (choice board) yang dilengkapi gambar dan tulisan
7) Kegiatan yang memiliki awal dan akhir yang jelas.
d. Aktivitas pendukung
Anak tunagrahita membutuhkan penerapan aktivitas khusus untuk
mempelajari keterampilan komunikasi. Aktivitas berikut ini untuk
mendukung dan mendorong komunikasi dan interaksi:
1) Penerapan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti waktu makan,
minum, berpakaian dan lain-lain
2) Menggunakan tema untuk belajar praktek bersimulasi misalnya
main warung untuk berbelanja
49
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
3) Belajar berkelompok dengan teman sebaya regular untuk
memberikan dan membangun interaksi yang positif
4) Menggunakan lingkungan alami untuk memperkuat pencapaian
5) Menggunakan teknologi (komputer) untuk belajar secara mandiri
dan memperoleh umpan balik visual.
50
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PENGEMBANGAN PENILAIAN
A. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Tunagrahita
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik tunagrahita pada program
pengembangan diri. Penilaian program pengembangan diri oleh guru yang
dilakukan secara berkesinambungan dan bertujuan untuk memantau proses
dan kemajuan belajar peserta didik tunagrahita serta untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan program pengembangan diri peserta didik
tunagrahita. Penilaian pada program pengembangan diri dilakukan dengan
mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Hasil penilaian selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan yang dihadapi peserta
didik tunagrahita dalam pelaksanaan program pengembangan diri.
Penilaian program pengembangan diri sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik tunagrahita, antara lain mencakup penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ujian sekolah. Dalam program
pengembangan diri, guru melaksanakan penilaian otentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (inp ut), proses, dan keluaran (output) program pengembangan diri.
Penilaian hasil program pengembangan diri untuk peserta didik tunagrahita
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan
disesuaikan dengan aspek, kompetensi dan indikator sehingga dapat
digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap
standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang
lingkup materi atau aspek, kompetensi, indikator, dan proses program
pengembangan diri.
51
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
B. Silabus Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Tunagrahita
Konsep evaluasi pembelajaran bagi anak tunagrahita akan lebih menonjolkan
keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik. Penilaian pembelajaran
komunikasi merupakan suatu proses melihat perkembangan kemampuan
peserta didik sebagai hasil belajar.
Komponen-komponen yang digunakan dalam penyusunan silabus penilaian
untuk mengembangkan komunikasi pada peserta didik tunagrahita yaitu
meliputi kompetensi dasar, lingkup materi, materi, dan indikator soal.
Berikut disajikan contoh penyesuaian penilaian bagi peserta didik
tunagrahita.
SILABUS PENILAIAN Nama Sekolah : SLB BijaksanaKelas/Semester : IV / 1Mata Pelajaran : Program Khusus TunagrahitaKompetensi : KomunikasiKompetensi Dasar : 4.4 Mampu berkomunikasi dengan orang lain secara verbal
dan tulisan dengan cara yang benar
No.
Lingkup Materi
Materi Indikator Soal
NomorSoal
Level Bentuk Soal
1 Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal.
Praktik berkomunikasi dengan teman
Melalui praktik berkomunikasi dengan menggunakan media kartu kata peserta didik mampu berkomunikasi dengan teman sebayanya.
1 L3 Unjuk kerja
2 Berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan perangkat audio visual.
Praktik membuat alat komunikasi visual
Melalui praktik membuat alat komunikasi dengan menggunakan kertas sticker peserta didik mampu membuat alat komunikasi visual.
2 L3 Unjuk kerja
3 Berkomuni-kasi dengan etika yang baik.
Praktik berkomunikasi dengan etika yang baik
Melalui praktik membuat kartu kalimat peserta didik mampu berkomunikasi dengan etika yang baik.
3 L3 Unjuk kerja
52
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
C. Instrumen Penilaian Pembelajaran Komunikasi
Instrumen berikut merupakan contoh instrumen yang bisa digunakan dalam
penilaian hasil belajar pada pembelajaran berkomunikasi. Guru-guru bisa
mengembangkan model instrumen lainnya sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. Berikut disajikan tiga contoh instrumen penilaian unjuk kerja
untuk tiga target kompetensi yang telah direncanakan di atas, yaitu 1)
Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal; 2) Berkomunikasi dengan
menggunakan media visual; dan 3) Berkomunikasi dengan etika yang baik.
1. Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal
Nama Sekolah : SLB BijaksanaMata Pelajaran : Program Khusus TunagrahitaKompetensi : KomunikasiKompetensi Dasar : 4.4 Mampu berkomunikasi dengan orang lain
secara verbal dan tulisan dengan cara yang benar
IPK : Berkomunikasi dengan orang lain secara verbal
No. Nama Peserta DidikNilai
4 3 2 11. Awaluddin Jamil2. Bardiyah3. Carmanto4. Cantika Rahayu5. Wido Garini
Rubrik:
KriteriaBaik Sekali
4Baik
3Cukup
2
Perlu Bimbingan
Guru1
Berkomunikasi dengan teman
Menceritakan hasil pengamatan gambar dengan runtut dengan menggunakan
Menceritakan hasil pengamatan gambar dengan runtut menggunakan
Menceritakan hasil pengamatan gambar kurang runtut
Menceritakan hasil pengamatan gambar tidak runtut dengan kata-
53
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
kata-kata yang baik
kata-kata yang terbatas
menggunakan kata-kata yang terbatas
kata yang terbatas
2. Berkomunikasi dengan menggunakan media visual
Nama Sekolah : SLB BijaksanaMata Pelajaran : Program Khusus TunagrahitaKompetensi : KomunikasiKompetensi Dasar : 4.4 Mampu berkomunikasi dengan orang lain
secara verbal dan tulisan dengan cara yang benar
IPK : Berkomunikasi dengan menggunakan media visual
No. Nama Peserta DidikNilai
4 3 2 1
1. Awaluddin Jamil
2. Bardiyah
3. Carmanto
4. Cantika Rahayu
5. Wido Garini
6. Wahyuning Tyas
7. Yoseph Mardani
Rubrik:
Kriteria Baik Sekali4
Baik3
Cukup2
Perlu Bimbingan
Guru1
Berkomunikasi dengan orang tua atau guru
Alat komunikasi yang dihasilkan menunjukkan pemahaman yang baik dan baik jika langsung
Alat komunikasi yang dihasilkan menunjukkan pemahaman yang baik namun memerlukan
Alat komunikasi yang dihasilkan menunjukkan pemahaman yang kurang baik dan memerlukan
Alat komunikasi yang dihasilkan belum menunjukkan pemahaman yang baik.
54
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
dipasang. perbaikan jika akan dipasang.
perbaikan jika akan dipasang.
3. Berkomunikasi dengan etika yang baik
Nama Sekolah : SLB BijaksanaMata Pelajaran : Program Khusus TunagrahitaKompetensi : KomunikasiKompetensi Dasar : 4.4 Mampu berkomunikasi dengan orang lain
secara verbal dan tulisan dengan cara yang benar
IPK : Berkomunikasi dengan etika yang baik
No. Nama Peserta DidikNilai
4 3 2 1
1. Awaluddin Jamil
2. Bardiyah
3. Carmanto
4. Cantika Rahayu
5. Wido Garini
6. Wahyuning Tyas
7. Yoseph Mardani
Rubrik:
KriteriaBaik Sekali
4Baik
3Cukup
2
Perlu Bimbingan
Guru1
Berkomunikasi dengan etika yang baik
Bercerita dengan runtut dengan menggunakan kata-kata yang baik
Bercerita dengan runtut menggunakan kata-kata yang terbatas
Bercerita kurang runtut menggunakan kata-kata yang terbatas
Bercerita tidak runtut dengan kata-kata yang terbatas
55
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
56
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan proses dimana individu bertukar informasi dan
menyampai pikiran serta perasaan, dimana ada pengirim pesan yang
mengkodekan/memformulasikan pesan dan penerima mengkodekan
pesan/memahami pesan. Proses komunikasi dapat dikatakan proses belajar
mengajar, karena terjadi proses penyampaian pesan atau ide tertentu dari
komunikator dalam hal ini sumber belajar (guru, media pembelajaran dll)
kepada penerima (peserta didik) dengan harapan pesan atau ide (berupa
pelajaran) dapat diterima oleh peserta didik.
Komunikasi akan efektif dalam pembelajaran, apabila didukung dengan
keterampilan komunikasi antar pribadi yang dimiliki oleh seorang guru dan
materi pelajaran dapat diterima, dipahami, serta menimbulkan umpan balik
dari peserta didik. Efektifitas sebuah proses komunikasi tergantung pada
komponen yang terkait. Semakin baik komponen, gangguan-gangguan
mudah tereduksi. Feedback dan respon akan lebih mudah dibangkitkan.
Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk pada
keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks
komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan
pesan, keinginan atau perasaan baik secara verbal maupun menggunakan
alat bantu komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan
satu bentuk komunikasi yang terjalin antara komunikator dalam hal ini
pengajar yang menyalurkan pesan berupa materi pengajaran kepada
komunikan yaitu pelajar melalui media lisan atau dengan bantuan teknologi
komunikasi lain.
Pada kompetensi komunikasi peserta didik tunagrahita terdapat tiga target
kompetensi, yaitu berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi dengan
orang tua dan guru, dan berkomunikasi dengan etika yang baik. Ketiga target
kompetensi ini dapat dibelajarkan dengan berbagai metode dan strategi.
57
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
Pada unit pembelajaran ini disajikan contoh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran discovery learning. Tahapan-tahapan
pembelajaran disajikan secara lengkap berikut media dan alat yang
diperlukannya, serta instrumen penilaiannya.
Kemampuan/keterampilan guru dalam melakukan kegiatan komunikasi
mempengaruhi proses yang akhirnya berujung pada hasil. Peserta didik
tunagrahita yang kurang pandai, mampu menelaah pesan/gagasan yang
ditransfer dalam proses komunikasi yang baik oleh seorang guru yang
terampil. Strategi komunikasi dari aspek managerial yang digunakan
meliputi modifikasi lingkungan, rencana manajemen prilaku, dan material
pendukung serta aktivitas pendukung.
Strategi komunikasi dari aspek pendekatan pelayanan meliputi Visual
Strategies, Listening Strategies, Production strategies, Imitation and modeling
Strategies. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mensyaratkan
tercipta dan terlaksananya, adanya perhatian, terciptanya perhatian, adanya
kesediaan menerima, dan diambilnya suatu tindakan.
Komunikasi empatik adalah komunikasi yang menunjukkan adanya saling
pengertian antara komunikator dengan komunikan. Dasar pengembangan
komunikasi pesertadidik tunagrahita adalah a) berorientasi pada kebutuhan
anak dan dilaksanakan secara integratif dan holistik; b) Lingkungan yang
kondusif; dan c) Menggunakan pembelajaran terpadu.
58
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
UMPAN BALIK
Pembelajaran komunikasi bagi peserta didik tunagrahita menjadi penting
karena dengan kemampuan berkomunikasi yang baik akan membantu
peserta didik untuk mengembangkan dirinya. Kesulitan umum dalam
membelajarkan kemampuan berkomunikasi pada peserta didik tunagrahita
karena pada dasarnya mereka memiliki hambatan dalam pemanfaatan fungsi
inetelegensianya. Hambatan lainnya adalah karena mereka pada umumnya
memiliki mental yang lebih rendah dibanding dengan peserta didik reguler.
Guru peserta didik tunagrahita hendaknya selalu berusaha untuk melayani
peserta didiknya dengan baik. Guru harus terus berusaha untuk
meningkatkan kompetensi pembelajaran bagi peserta didik tunagrahita.
Beberapa sumber dapat digunakan menjadi sumber rujukan pembelajaran
bagi guru untuk membelajarkan peserta didik tunagrahita antara lain buku
materi program khusus tunagrahita dan modul pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan.
Buku materi program khusus tunagrahita secara komprehensif mengupas
tentang konsep pembelajaran program khusus bagi peserta didik
tunagrahita. Pada buku tersebut juga disajikan indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Namun
sayang ketika disandingkan dengan konsep kurikulum 2013, indikator-
indikator tersebut tidak mencerminkan aspek-aspek kompetensi seperti
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga guru kesulitan untuk
mengembangkan konsep kompetensi secara untuk pada pembelajaran
program kekhususan tersebut. Setiap guru perlu secara bijak untuk
mengembangkan kompetensi dasar yang dimaksud menjadi indikator-
indikator dari dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Termasuk
59
Unit PembelajaranKOMUNIKASI PADA ANAK TUNAGRAHITA
pada bagian penilaian, ketiga aspek tersebut sebaiknya tetap dinilai (diukur)
meskipun dengan cara yang paling sederhana.
Buku materi pokok pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru anak
tunagrahita juga merupakan referensi penting bagi guru yang mengampu
peserta didik tunagrahita. Pada baku tersebut disajikan konsep-konsep dasar
pembelajaran peserta didik tunagrahita berikut teknik penilaiannya.
Penilaian hasil belajar peserta didik tunagrahita sebaiknya lebih
mengedepankan hasil belajar pada aspek keterampilan. Namun demikian,
tidak diartikan aspek sikap dan pengetahuan tidak atau kurang penting,
hanya dalam pelaksanaannya porsinya dikurangi. Dengan demikian aspek
keterampilan menjadi lebih dominan. Penguasaan pada aspek keterampilan
menjadi penting karena untuk peserta didik tunagrahita aspek keterampilan
akan menjadi bekal menuju kemandiariannya.
Di sisi lain kompetensi guru dalam membelajarkan peserta didik perlu terus
dikembangkan dan ditingkatkan. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan serta perkembangan teknologi komunikasi, maka diharapkan
guru-guru terus berinovasi mengambangkan strategi, model, dan metode
pembelajaran bagi peserta didik tunagrahita.
Selamat berkarya
60
Program PKB melalui PKP berbasis ZonasiDirektorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
DAFTAR PUSTAKA
Dede, N. Kh.. (2018). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi
Guru Tunagrahita. Modul G. Bandung. PPPPTK TK dan PLB.
Garnida, D. (2018). Modul A. Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan bagi Guru Tunagrahita. Bandung. PPPPTK TK
dan PLB.
Hallahan, DF and Kuffman, JM. (1991). Exceptional Children Introduction to
Special Education. New Jersey: Printice Hall Inc.
Kemendikbud. (2016). Program Khusus Anak Tunagrahita. Jakarta.
Kemendikbud.
Rochjadi, H. (2012). Program Kekhususan Anak Tunagrahita. Bandung:
PPPPTK TK dan PLB.