DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN … · 68 DAFTAR RUJUKAN ... 1975, 1983, 1993 dan 2000...
Transcript of DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN … · 68 DAFTAR RUJUKAN ... 1975, 1983, 1993 dan 2000...
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. . iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................... x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... . 13
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................... 13
1.5 Sistematika Penelitian…………………………………....... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep………………………………….. 16
2.1.1 Hukum Permintaan ....................................................... 16
2.1.2 Teori Konsumen .......................................................... 17
1). Perilaku Konsumen………………………………… 17
2). Teori Konsumen berdasar Hipotesis Siklus Hidup… 19
2.1.3 Teori Konsumsi ........................................................... 20
2.1.4 Hukum Penawaran…………………………………… 21
2.1.5 Teori Produsen………………………………………. . 22
2.1.6 Jenis-jenis Struktur Pasar .............................................. 22
2.1.6.1Pasar Persaingan Sempurna ................................ 22
2.1.6.2Pasar Monopolistik .............................................. 24
2.1.6.3Pasar Oligopoli .................................................... 26
2.1.6.4 Pasar Monopoli .................................................. 27
2.1.7 Pengertian Pasar ........................................................... 35
2.1.6.1 Pasar Tradisional ................................................ 35
2.1.6.2 Pasar Modern ..................................................... 35
2.1.8 Hubungan antara Pendapatan dengan Pola Belanja
Rumah Tangga…... ...................................................... 36
2.1.9 Hubungan antara Pendidikan dengan Pola Belanja
Rumah Tangga .................................................................. 36
2.2 Hipotesis Penelitian ......................................................... ............. 37
ix
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.................................................................. 38
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................. 38
3.3 Obyek Penelitian .................................................................. 39
3.4 Identifikasi Variabel ............................................................ 39
3.5 Definisi Operasional Variabel ............................................. 39
3.6 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 41
3.6.1 Jenis data ................................................................. 41
3.6.2 Sumber data ............................................................ 42
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel .............. 43
3.8 Metode Pengumpulan Data ………………………… ......... 45
3.9 Teknik Analisis Data Multinomial Logit ...... ...................... 46
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................. 48
4.2 Karakteristik Responden ..................................................... 49
4.2.1 Distribusi Responden ............................................... 49
4.2.2 Pendapatan Rumah Tangga ...................................... 50
4.2.3 Pendidikan Kepala Keluarga .................................... 51
4.2.4 Umur Kepala Keluarga ............................................ 51
4.2.5 Anggara untuk Berbelanja makanan ........................ 52
4.2.6 Jumlah Anggota Keluarga ........................................ 53
4.2.7 Jenis Kelamin Kepala Keluarga ............................... 54
4.2.8 Jumlah Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Wilayah
Rumah Tangga dalam Radius Satu Kilometer ........ 54
4.2.9 Jumlah Kepemilikan Kendaraan Bermotor .............. 56
4.3 Pola Belanja Masyarakat Perkotaan dalam
memenuhi Kebutuhan Konsumsi Telur…………… ........... 57
4.4 Implikasi dari Pola Belanja Masyarakat Perkotaan
pada Peternak Ayam Petelur di Wilayah Perdesaan……… 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................. 67
5.2 Saran .................................................................................... 68
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 69
LAMPIRAN LAMPIRAN .............................................................................. 73
vi
Judul : Pola Belanja Masyarakat Perkotaan dan Implikasinya pada
Peternak Ayam Petelur di Perdesaan.
Nama : Ni Made Ratih Kusuma Dewi
NIM : 1315151004
Abstrak
Berkembangnya perekonomian dan meningkatnya taraf hidup masyarakat
perkotaan di Kota Denpasar yang direspon oleh adanya perluasan supermarket dan
pengecer makanan modern lainnya telah meningkatkan kekhawatiran akan dampak
negatifnya pada peritel tradisional untuk produk makanan khususnya telur yang
banyak diproduksi peternak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Bagaimanakah pola belanja masyarakat Kota Denpasar pada era yang semakin
menuntut standar kualitas yang tinggi ini? Akankah peternak kecil, khususnya
peternak di Kecamatan, Kabupaten Tabanan, dapat mengambil peluang dari
tumbuhnya perekonomian dan perluasan pasar modern di Kota Denpasar, mengingat
standar yang tinggi yang ditetapkan oleh pelaku pasar modern di daerah perkotaan?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola belanja telur masyarakat perkotaan
dan implikasi dari pola masyarakat perkotaan terhadap peternak ayam petelur di
perdesaan.
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar meliputi 275.766 rumah tangga di
Kota Denpasar dan mengambil 100 rumah tangga sebagai sampel penelitian, dua
peternak kunci untuk mewakili seluruh peternak ayam petelur di Kecamatan Penebel,
Kabupaten Tabanan. Obyek pada penelitian ini meliputi keputusan rumah tangga di
Kota Denpasar untuk menentukan tempat belanja telurnya. Metode yang digunakan
pada penelitian ini antara lain observasi non partisipan, kuisioner (angket),
wawancara tidak terstruktur, wawancara mendalam yang dilakukan kepada responden
kunci yaitu peternak ayam petelur di perdesaan. Penelitian ini menggunakan uji
statistik multinomial logit guna melihat keputusan rumah tangga untuk memilih
tempat belanja dalam memenuhi kebutuhan konsumsi telurnya dan statistik deskriptif
untuk melihat implikasi dari pola belanja masyarakat perkotaan pada peternak ayam
petelur di perdesaan.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar masyarakat Kota Denpasar
masih berbelanja di pasar tradisional maupun warung untuk masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan sebagian yang berpenghasilan menengah, namun sebagian
masyarakat yang berpenghasilan tinggi cenderung untuk berbelanja di pasar modern
karena memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar tradisional.
Masyarakat dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk berbelanja di pasar
modern serta masyarakat dengan dengan umur kepala keluarga yang muda cenderung
untuk berbelanja di pasar modern. Pasar modern memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki oleh pasar tradisional seperti adanya kepastian harga produk per satuan,
suasana yang nyaman, terdapat pilihan cara pembayaran bukan hanya menggunakan
pembayaran tunai, produk yang dijual relatif sama dengan harga relatif lebih murah,
serta kualitas barang yang ditawarkan lebih baik karena telah barang-barang yang
vii
dijual di pasar modern telah melewati pemilahan terlebih dahulu sebelum dipasarkan.
Pasar modern hanya memasarkan produk-produk dengan kualitas terjamin.
Berdasarkan pola belanja yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat
Kota Denpasar yang masih membeli telur ayam ras di pasar tradisional maupun
warung, peternak mendapatkan pengaruh positif yaitu peningkatan pendapatan oleh
peternak di wilayah perdesaan karena peternak hanya mampu mendistribusikan hasil
produksinya ke pasar tradisional, toko-toko kecil maupun warung.
Kata kunci: permintaan makanan, pasar modern, pasar tradisional, peternak
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali adalah salah satu provinsi yang perkembangan perekonomiannya cukup
pesat. Pada tahun 2015 ekonomi Bali tumbuh sebesar 6,04 persen. Pertumbuhan ini
didiorong oleh semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian
serta sektor pengadaan listrik yang mengalami kontraksi. Sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor informasi dan komunikasi sebanyak 9,94
persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,91 persen (Badan Pusat Statistik Provinsi
Bali, 2016).
Berkembangnya pariwisata di Provinsi Bali membuat struktur perekonomian
Bali mengalami pergeseran dari primer ke tersier. Kondisi ini ditunjukkan dari
kontribusi masing-masing sektor dalam membentuk PDRB Provinsi Bali. Sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum yang merupakan sektor yang paling
dominan menyumbang pada PDRB Provinsi Bali yang memiliki kecenderungan
meningkat di setiap tahunnya. Kontribusi sektor pertanian yang menjadi pilar
kehidupan Provinsi Bali menduduki posisi kedua pada PDRB Provinsi Bali (Badan
Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016).
Perekonomian di Provinsi Bali juga tak terlepas dari peran perdagangan baik
yang dilakukan secara konvensional seperti pasar tradisional, toko-toko ataupun
warung maupun yang dilakukan secara lebih terstruktur seperti pasar modern yang
2
.00
1 000 000.00
2 000 000.00
3 000 000.00
4 000 000.00
5 000 000.00
6 000 000.00
7 000 000.00
8 000 000.00
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
Pendapatan per Kapita
Pendapatan per Kapita
mencakup hypermarket, supermarket ataupun minimarket. PDRB dari sektor
perdagangan besar dan eceran di Provinsi Bali mengalami peningkatan di setiap
tahunnya, tahun 2015 perdagangan besar dan eceran di Provinsi menyumbang
11.192, 32 miliar rupiah atau 0,08 persen dari total PDRB Provinsi Bali.
PDRB per Kapita atau Pendapatan perkapita merupakan selisih antara
pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan cerminan dari
kenaikan taraf kehidupan masyarakat. Perkembangan ini dapat dilihat dari
peningkatan pendapatan perkapita di Provinsi Bali selama empat dekade terakhir.
Peningkatan pendapatan perkapita dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2.
Gambar 1.1. Pendapatan per Kapita Provinsi Bali atas dasar Harga Konstan
1975, 1983, 1993 dan 2000 Tahun 1980-2010 (rupiah)
(menggunakan metode lama SNA 1968)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016
3
Pada Gambar 1.1 menunjukkan peningkatan pendapatan per kapita Provinsi
Bali selama empat dekade terakhir. Peningkatan perkapita ini mengindikasikan
bahwa terjadi peningkatan status ekonomi masyarakat Bali. Rata-rata pendapatan
perkapita selama lima tahun terakhir dengan menggunakan metode baru (SNA 2008),
sebesar Rp 31.096.588 per tahun dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Bali selama lima tahun terakhir adalah 6,61 persen diatas rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 4,73 persen (Badan Pusat Statistik, 2016).
Gambar 1.2. Pendapatan per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Bali atas
dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2015 (rupiah)
(menggunakan metode baru SNA 2008)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016
Gambar 1.2 menunjukkan pendapatan per kapita Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali selama enam tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pendapatan per kapita tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
50,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
4
Kondisi ini mengindikasikan bahwa tingkat perekonomian di Kabupaten Badung dan
Kota Denpasar tergolong baik, masyarakat Kota Denpasar memiliki daya beli yang
cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan perkapita yang terus
meningkat di setiap tahunnya menyebabkan masyarakat bukan hanya meningkatkan
kuantitas barang konsumsinya, namun juga meningkatkan kualitas barang
konsumsinya (Minot, et.al). Daya beli masyarakat Kota Denpasar yang cukup tinggi
mendorong para investor-investor untuk menanamkan modalnya untuk membangun
pasar modern.
Berdasarkan Keppres No. 96/2000 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka
bagi penanaman modal asing. Pada keputusan tersebut, usaha pedagang eceran
merupakan salah satu bidang usaha yang terbuka bagi pihak asing. Tentu saja
kebijakan tersebut membuka peluang bagi para pengusaha internasional untuk
membangun pasar modern di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan pasar yang
potensial. Lambat laun perkembangan pasar modern di Indonesia semakin
berkembang pesat (Yustika, 2008).
Industri ritel modern untuk kategori fast moving consumer goods (FMCG) di
Indonesia tumbuh rata-rata 10,8 persen pada tahun 2015, dengan pertumbuhan
tertinggi terjadi di segmen minimarket sebesar 11 persen dan supermarket atau
hypermarket sebesar 10,6 persen. Penjualan di toko modern per kapita di Indonesia
diperkirakan mencapai US$60 dengan komposisi 56 persen di minimarket dan 44
persen di supermarket atau hypermarket. Ukuran pasar industri minimarket di
Indonesia sekitar Rp 73 triliun dengan pertumbuhan rata-rata 13,5 persen per tahun
dalam kurun waktu 2012-2015. Pada tahun 2015, pertumbuhan penjualan tertinggi di
5
indutri ritel modern dialami segmen personal care sebesar 12,7 persen, sementara
penjualan terendah adalah produk farmasi sebesar 1,8 persen (Dunia Industri, News
Trade Industrial Community).
Perkembangan perekonomian di Provinsi Bali yang pesat dibuktikan dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 6,61 persen diatas pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 4,73 persen selama lima tahun terakhir menjadikan Provinsi Bali
sebagai pasar yang potensial untuk melakukan investasi, salah satunya adalah
investasi di bidang perdagangan. Berikut dapat digambarkan jumlah toko modern di
Provinsi Bali tahun 2015.
Gambar 1.3 Jumlah Toko Modern Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
tahun 2015
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2016
Gambar 1.3 menunjukkan jumlah toko modern menurut Kabupaten/ Kota di
Provinsi Bali tahun 2015. Kota Denpasar memiliki jumlah toko modern terbanyak
dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Jumlah toko modern di Kota Denpasar yaitu
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Jejaring
Non Jejaring
6
295 unit yang terdiri dari 118 toko jejaring dan 177 toko non jejaring. Jumlah toko
modern terendah berada di Kabupaten klungkung dengan 2 toko non jejaring dan
tidak ada toko jejaring.
Gambar 1.4. Jumlah Toko Modern Menurut Kecamatan di Kota Denpasar
Tahun 2014
Sumber: Badan Pemodalan dan Perijinan Kota Denpasar
Gambar 1.4 menunjukkan jumlah toko modern menurut kecamatan di Kota
Denpasar tahun 2014. Toko modern terbanyak berada di wilayah Kecamatan
Denpasar Barat dengan 36 minimarket dan 7 supermarket. Kecamatan dengan toko
modern terendah berada pada Kecamatan Denpasar Timur dengan 12 minimarket.
Pada tahun 2014 ke tahun 2015 terjadi peningkatan pendapatan perkapita
sebesar empat persen. Peningkatan pendapatan perkapita ini mendorong peningkatan
jumlah dan penjualan pasar modern. Selain itu, proses urbanisasi juga mendorong
percepatan pertumbuhan penduduk serta peningkatan pendapatan masyarakat
perkotaan (Poesoro:2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pitasari (2012)
0
20
40
60
80
100
120
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Hypermarket Supermarket Minimarket
Denpasar Utara
Denpasar Timur
Denpasar Selatan
Denpasar Barat
Bali
7
menyatakan bahwa segmentasi masyarakat yang mengalami perubahan belanja
adalah 18 persen masyarakat menengah, 52 persen masyarakat menengah atas dan 30
persen masyarakat atas. Perubahan pendapatan berdampak pada perubahan berbelanja
masyarakat dari yang hanya sekedar mencoba hingga benar-benar berpindah tempat
belanja. Perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat
dengan mobilitas tinggi sehingga menuntut kenyamanan dan kemudahan dalam
pemenuhan kebutuhan.
Pasar modern memiliki keunggulan dari pasar tradisional yaitu pasar modern
menjual produk yang relatif sama dengan harga yang relatif lebih murah dengan
kualitas lebih baik dan suasana yang nyaman, terdapat pilihan cara pembayaran dan
adanya kepastian harga. Supermarket juga menjalin kerjasama dengan pemasok besar
dan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat melakukan efisiensi dengan
memanfaatkan skala ekonomi yang besar. Beberapa kalangan memandang bahwa
makin meluasnya pendirian pasar modern di Indonesia, makin baik bagi pertumbuhan
ekonomi serta iklim persaingan usaha. Namun, di lain pihak, pasar modern juga
menyebabkan pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat praktik usaha yang
dilakukan oleh supermarket (Poesoro, 2008).
Peningkatan pembangunan pasar-pasar modern ini membuka peluang bagi
produsen-produsen lokal untuk ikut andil sebagai dalah satu pemasok telur ayam ras
di pasar modern. Produsen lokal yang berperan sebagai pemasok dari sektor pertanian
seperti petani sayur, buah, bunga maupun peternak yang memenuhi kebutuhan daging
maupun telur sebagai bahan pokok untuk membuat hidangan bagi wisatawan maupun
hanya sebagai konsumsi masyarakat. Telur merupakan salah satu bahan pokok yang
8
banyak dijadikan bahan untuk makanan menjadi peluang besar bagi para peternak
untuk mendistribusikan hasil produknya di pasar-pasar modern.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mmbando (2014), masyarakat yang
berbelanja di pasar modern berdampak pada peningkatan pengeluaran konsumsi per
kapita. Peningkatan pengeluaran konsumsi untuk berbelanja mengindikasikan
masyarakat sudah sadar akan keamanan produk makanan dan penurunan tingkat
kemiskinan.
Berikut dapat digambarkan pengeluaran makanan rata-rata per kapita sebulan
menurut kabupaten/kota menurut kelompok bahan makanan Provinsi Bali tahun
2006-2015.
Gambar 1.5. Pengeluaran Makanan Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2006-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (Berdasarkan Hasil Susenas), 2016
Pada gambar 1.5 dapat dilihat bahwa pengeluaran makanan rata-rata per
kapita di kabupaten/kota di Provinsi tertinggi di Kota Denpasar di setiap tahunnya.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
9
Jumlah pengeluaran makanan tertinggi ini dapat dijadikan celah pasar bagi para
peternak dan petani di perdesaan untuk mengalokasikan hasil produksinya ke kota,
bukan hanya mendistribusikannya di wilayah perdesaan. Perkembangan
perekonomian di Kota Denpasar yang pesat menjadikan Kota Denpasar memiliki
pendapatan perkapita tertinggi setelah Kabupaten Badung hal ini berdampak pada
pola konsumsi masyarakat Kota Denpasar. Peningkatan pendapatan masyarakat
perkotaan meningkatkan jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat, namun dalam
kenyatannya peningkatan pendapatan tidak serta merta meningkatkan jumlah barang
yang dikonsumsi melainkan juga peningkatan kualitas dan standar barang yang
dikonsumsi (Minot, et.al).
Pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga umumnya berbeda antara
agroekosistem, antar kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu.
Struktur pola dan pengeluaran konsumsi merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan rumah tangga. Rumah tangga dengan pangsa pengeluaran pangan
tertinggi tergolong rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan tinggi dibandingkan
dengan rumah tangga yang proporsi pengeluaran untuk pangannya rendah (Rachman,
2001).
Menurut Survei sosial ekonomi nasional (Susenas) yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan bahwa jumlah konsumsi telur
masyarakat Bali mengalami fluktuasi di setiap tahunnya. Rata-rata konsumsi telur
masyarakat Bali berkisar antara 5 hingga 7 persen dari konsumsi bahan-bahan
makanan lain di setiap bulannya. Berikut dapat digambarkan persentase konsumsi
telur di Provinsi Bali.
10
Gambar 1.6. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan untuk Konsumsi Telur
di Provinsi Bali Tahun 2005-2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (berdasarkan hasil Susenas), 2016
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, produksi telur ayam tertinggi
menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama lima tahun terakhir berada di
Kabupaten Tabanan, diikuti oleh Kabupaten Bangli dan Karangasem, sedangkan
produksi telur ayam terendah di Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar. Selama
lima tahun terakhir produksi telur ayam di Kabupaten Tabanan mengalami fluktuasi,
produksi tertinggi pada tahun 2011 sebanyak 18.958, 38 ton mengalami penurunan
hingga tahun 2014 dan mengalami kenaikan pada tahun 2015 dengan jumlah
produksi 15.770,93 ton.
Populasi ayam petelur yang banyak disertai dengan produksi telur yang tinggi
menjadikan peternak ayam petelur mencari celah untuk mendistribusikan hasil
produksi telurnya. Peternak melakukan pemilahan telur yang dikelompokkan menjadi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase
Persentase
11
tiga kelas, kelas satu merupakan kelas tertinggi dengan kualitas telur yang paling baik
dengan harga tertinggi dan lolos kualifikasi untuk masuk di pasar modern seperti
hotel, restaurant maupun supermarket. Kelas dua yaitu kelas di bawahnya dan
dipasarkan pada pengepul maupun pengecer dengan harga yang lebih murah daripada
kelas satu. Kelas terendah merupakan kelas tiga yang dijual di pasar tradisional,
pabrik roti ataupun kue dengan harga terendah.
Gambar 1.7. Produksi Telur Ayam Menurut Kabupaten/ Kota di Bali,
Tahun 2010-2014 (satuan Ton)
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016
Kesempatan untuk bisa masuk pada pasar modern dipengaruhi oleh
bagaimana usaha yang dilakukan oleh peternak ayam tersebut. Faktor tersebut seperti
pendidikan, adanya relasi atau tidak kepada pihak pasar modern, serta kualitas produk
(Sahara et. al, 2015 dan Sharma et. al, 2009). Kesempatan untuk masuk ke pasar
modern diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak ayam
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
2010
2011
2012
2013
2014
2015
12
petelur karena harga telur yang didistribusikan di pasar modern dijual dengan harga
yang lebih tinggi.
Maka dari itulah penulis meneliti tentang pola belanja masyarakat perkotaan
dan implikasinya pada peternak ayam petelur di perdesaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pola belanja yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan apakah
masyarakat perkotaan berbelanja di pasar tradisional, warung, pedagang kaki lima,
mini market, supermarket ataupun hypermarket. Penelitian ini juga menganalisis
implikasi dari pola konsumsi masyarakat perkotaan terhadap kesejahteraan para
peternak ayam petelur di perdesaan. Apabila masyarakat lebih memilih untuk
membeli telur di pasar modern, maka efek yang diterima oleh peternak ayam petelur
di wilayah perdesaan tidak ada karena barang-barang yang di-supply ke pasar modern
harus melewati beberapa tahap kualifikasi hingga dapat dipasarkan di pasar modern.
Namun, apabila masyarakat perkotaan lebih memilih untuk membeli telurnya di pasar
tradisional, maka petani akan menerima efeknya baik peningkatan jumlah permintaan
akan telur yang menyebabkan peningkatan pendapatan peternak ayam petelur di
perdesaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah pola belanja telur masyarakat perkotaan?
2) Bagaimanakah implikasi dari pola masyarakat perkotaan terhadap peternak
ayam petelur di perdesaan?
13
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan yang dingin dicapai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk menganalisis pola belanja telur masyarakat perkotaan.
2) Untuk menganalisis implikasi dari pola masyarakat perkotaan terhadap peternak
ayam petelur di perdesaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis
dan kegunaan praktis
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, dan informasi untuk
mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pola konsumsi
masyarakat perkotaan serta implikasinya terhadap peternak ayam petelur di
perdesaan sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi penyelesaian masalah bagi para
peternak ayam petelur mengenai pola belanja masyarakat perkotaan yang
mengalokasikan penghasilannya untuk konsumsi rumah tangga pada pasar
tradisional atau pasar modern.
1.5 Sistematika Penulisan
Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang
erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut.
14
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam
kajian pustaka dibahas mengenai hukum permintaan dan penawaran,
teori konsumen, teori produsen, teori konsumsi, jenis-jenis struktur
pasar, pengertian pasar, hubungan antara pendapatan dengan pola
belanja rumah tangga, hubungan antara pendidikan dengan pola
belanja rumah tangga serta rumusan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang
lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel
dan metode pengumpulan sampel, metode pengumpulan data, serta
teknik analisis data.
Bab IV : Data Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan
pembahasan hasil penelitian.
15
Bab V : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil
pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan.