Daftar Isi
-
Upload
suyudi-kimiko -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Anatomi..............................................................................................3
2.2 Fisiologi..............................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................7
3.1 Hipertiroid.............................................................................................7
3.1.1 Definisi, epidemiologi, dan etiologi..........................................7
3.1.2 Gambaran klinik.......................................................................12
3.1.3 Komplikasi...............................................................................13
3.1.4 Pemeriksaan laboratorium.........................................................13
3.1.5 Pengobatan...............................................................................14
3.2 Tirotoksikosis........................................................................................17
3.2.1 Definisi tirotoksikosis..............................................................17
3.2.2 Etiologi....................................................................................18
3.2.3 Gambaran klinik......................................................................18
3.2.4 Diagnosa..................................................................................20
3.2.5 Penatalaksanaan.......................................................................21
3.2.6 Komplikasi...............................................................................24
BAB IV DAFTAR PUSTAKA..................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Tirotoksikosis adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
T3 dan T4 bebas. Karena terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid, tirotoksikosis
sering disebut sebagai hipertiroidisme. Namun pada keadaan tertentu peringkatan tersebut
berkaitan dengan pengeluaran berlebihan hormone tiroid yang sudah jadi misalnya pada tiroiditis
atau yang berasal dari sumber diluar tiroid dan bukan karena hiperfungsi kelenjar. Oleh karena
itu hipertiroidisme hanyalah salah satu kategori tirotoksikosis.
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan
suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan
hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat
produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh
kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian
oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada
kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian
dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH),
yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH).
Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid.
Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu
jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid. Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anatomi
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin saat akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar
tiroid terletak pada bagian bawah leher yang terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus
yang menutupi cincin trakea dua dan tiga. Kapsul Fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada
fasia paratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan akan selalu diikuti oleh terangkatnya
kelenjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas dari kelenjar tiroid. Sifat inilah yang
digunakan diklinik untuk menentukan apakah suatu bentukan dileher berhubungan dengan
kelenjar tiroid. Berat tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium, beratnya berkisar
10-20 gram1.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari A.Tiroidea Superior yang merupakan cabang dari
A.Karotis komunis atau A. Karotis eksterna.Setiap folikel pada thiroid diselubungi oleh jala-jala
kapiler dan limfatik, sedangkan venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di
permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior. Aliran darah diperkirakan
sekitar 5 ml/gram kelenjar/menit. Dalam keadaan hipertiroid aliran ini akan meningkat sehingga
dengan menggunakan stetoskop terdengar bising aliran darah diujung bawah kelenjar1.
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis.
Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus paralaring yang tepat berada diatas ismus menuju ke
kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang menuju duktus thorasikus. Hubungan
getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid1.
2.2 Fisiologi
Tiroid terdiri atas folikel yang merupakan kumpulan dari sel kolumnar. Sel foliker tersebut
mensintesis tiroglobulin (Tg) yang akan disekresiken kedalam lumen folikel. Tg merupakan
glikoprotein. Protein lain yang dihasilkan adalah tiroperoksidase (TPO). TPO maupun Tg
bersifat antigenik, sehingga dapat digunakan sebagai tanda penyakit, misalnya pada penyakit
tiroid autoimun. Hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan dalam
koloid sebagai bagian dari tiroglobulin. Hormon ini dilepaskan jikan tiroglobulin berikatan
dengan enzim khusus.1
Hormon tiroid mengandung 59-65% yodium. Hormon T3 dan T4 berasal dari yodinisasi
residu tirosin yang ada di tiroglobulin. Proses biosintesis hormon tiroid terjadi dalam beberapa
tahap, yaitu tahap trapping, oksidasi, coupling, storage atau penyimpanan, deiyodinasi,
proteolisis dan pengeluaran hormon tiroid1.
Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pompa iodida dari darah ke dalam sel
dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid memompakan iodida masuk ke dalam sel
yang disebut dengan penjeratan iodida (iodide trapping). Sel-sel tiroid kemudian membentuk
dan mensekresikan tiroglobulin dari asam amino tirosin. Tahap berikutnya adalah oksidasi ion
iodida menjadi I2 oleh enzim peroksidase. Selanjutnya terjadi iodinasi tirosin menjadi
monoiodotirosin, diiodotirosin, dan kemudian menjadi T4 dan T3 yang diatur oleh enzim
iodinase. Kemudian, hormon tiroid yang telah terbentuk ini disimpan di dalam folikel sel dalam
jumlah yang cukup untuk dua hingga tiga bulan. Setelah hormon tiroid terbentuk di dalam
tiroglobulin, keduanya harus dipecah dahulu dari tiroglobulin, oleh enzim protease. Kemudian,
T4 dan T3 yang bebas ini dapat berdifusi ke pembuluh kapiler di sekitar sel-sel tiroid. Keduanya
diangkut dengan menggunakan protein plasma. Karena mempunyai afinitas yang besar terhadap
protein plasma, hormon tiroid, khususnya tiroksin, sangat lambat dilepaskan ke jaringan. Kira-
kira tiga perempat dari tirosin yang teriodinasi dalam tiroglobulin tidak akan pernah menjadi
hormon tiroid, hanya sampai pada tahap monoiodotirosin atau diiodotirosin. Yodium dalam
monoiodotirosin dan diiodotirosin ini kemudian akan dilepas kembali oleh enzim deiodinase
untuk membuat hormon tiroid tambahan2.
Regulasi hormon tiroid adalah sebagai berikut. Hipotalamus sebagai master gland
mensekresikan TRH (Tyrotropine Releasing Hormone) untuk mengatur sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dari hipofisis
anterior meningkatkan sekresi tiroid dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai efek
umpan balik negatif, bila hormon tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga menghambat
sekresi TRH maupun TSH. Bila jumlah hormon tiroid tidak mencukupi, maka terjadi efek yang
sebaliknya2.
Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti sejumlah besar
gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim protein, protein struktural, protein
transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas
fungsional di seluruh tubuh. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara
meningkatkan aktivitas dan jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor aktif ion-ion
melalui membran sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang umum juga spesifik terhadap
pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini adalah meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir 2.
Efek hormone tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik antara lain; efek metabolisme
pada karbohidrat, efek metabolisme pada lemak, efek pada plasma dan lemak hati, meningkatkan
kebutuhan vitamin, meningkatkan laju metabolisme basal, menurunkan berat badan,
meningkatkan aliran darah dan curah jantung, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
meningkatkan kekuatan jantung, meningkatkan pernapasan, meningkatkan motilitas saluran
cerna, efek merangsang pada system saraf pusat, efek pada fungsi otot, tremor otot, efek pada
tidur, efek pada kelenjar endokrin lain, dan efek tiroid pada fungsi seksual.2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hipertiroid
3.1.1 Definisi , epidemiologi dan etiologi hipertiroid
Penyakit hipertiroidism merupakan bentuk tiroktoksikosis yang paling sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada perempuan
dari pada laki-laki. Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah
adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/
hipertiroidisme) dan sering disertai oftalmopati, dan disertai dermopati meskipun jarang.9
Tirotoksikosis adalah keadaan hipermetabolik yangdisebabkan oleh meningkatnya kadar
T3 dan T4 bebas. Karena terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid, tirotoksikosis
sering disebut sebagai hipertiroidisme. Namun pada keadaan tertentu peringkatan tersebut
berkaitan dengan pengeluaran berlebihan hormone tiroid yang sudah jadi misalnya pada tiroiditis
atau yang berasal dari sumber diluar tiroid dan bukan karena hiperfungsi kelenjar. Oleh karena
itu hipertiroidisme hanyalah salah satukategori tirotoksikosis.10