D1215022.docx · Web viewBerasal dari kota Salatiga mencoba peruntungan di Karaoke sebagai lady...
Transcript of D1215022.docx · Web viewBerasal dari kota Salatiga mencoba peruntungan di Karaoke sebagai lady...
JURNALPERAN LADY COMPANION DI KARAOKE
(Studi Dramaturgi Peran Lady Companion di Karaoke Insomnia Colomadu,
Karanganyar)
Oleh:FERA WITRI UTAMI
D1215022
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk MencapaiGelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2018
PERAN LADY COMPANION DI KARAOKE
(Studi Dramaturgi Peran Lady Companion di Karaoke Insomnia Colomadu,
Karanganyar)
Fera Witri Utami
Ignatius Agung Satyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This study departed from the author’s intimacy with one of staffs in Insomnia Karaoke who then introduced their lady companion. The author saw many impressions featured by lady companion during hanging out. It made the author interested in finding out what image are featured or created by lady companion during in or out of insomnia karaoke.
This research employed dramaturgy or image management theory to find out the image featured by informants as lady companion or non-lady companion in building interpersonal relation in their social environment. The author divided social environment into 4 environments: insomnia karaoke, family, surrounding community, and friendship. This study was a qualitative research, while data in this study was qualitative data (non-numerical data).
The research method employed in this study was case study one. Explorative case study was employed to investigate corresponding events that could not be manipulated, through observation and in-depth interview. Data sources used in this study were primary and secondary ones. Data analysis was conducted using Miles & Huberman’s interactive model of analysis. The subject of research was lady companion to be analyzed concerning their self-identity construction in different social environment.
Considering the result of research, informants constituting lady companion performed image management for certain objectives of to be acceptable, to avoid problem, or to appear like common people. Lady companions performed image management based on not only social environment they were facing but also people they were facing, so that they could perform 2 different images in the same environment depending on the group of people they were facing. It was this that enabled the image management performed by informant to achieve the expected effect largely.
1
Keywords: Image Management, Lady Companion, Interpersonal Relation, Social Environment
Pendahuluan
Tempat karaoke atau rumah bernyanyi karaoke merupakan salah satu
hiburan modern yang sangat berkembang bagi masyarakat dewasa ini, utamanya
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Tempat karaoke semakin popular
dikalangan masyarakat sejak dikembangkan oleh publik figur Inul Daratista yang
memang terjun di dunia musik dengan bisnis family karaoke. Dalam
perkembanganya, usaha tempat karaoke berkembang begitu cepat dengan
berbagai tawaran dan fasilitas pendukungnya. Selama ini masyarakat mengenal
tempat karaoke sebagai rumah bernyanyi, namun pada kenyataannya tempat
karaoke yang ada di kategorikan menjadi dua jenis yaitu family karaoke dan
eksekutif karaoke. Family karaoke atau karaoke keluarga yang kita kenal selama
ini merupakan rumah karaoke yang disediakan sebagai tempat hiburan keluarga.
Family karaoke biasanya memberikan pelayanan hiburan dengan fasilitas yang
terbatas pada hiburan karaoke semata tanpa memberikan tawaran pemandu
karaoke dan berbagai minuman berkarbonat dan sejenisnya. Sedangkan eksekutif
karaoke merupakan tempat karaoke yang memberikan berbagai fasilitas yang
dapat menunjang bagi pelanggan sebagai alternatif tempat hiburan yang
menyenangkan. Banyak fasilitas yang ditawarkan oleh eksekutif karaoke yang
bisa dinikmati oleh pengguna tempat hiburan ini, antara lain minuman yang tidak
disediakan di family karaoke dan pemandu karaoke/ Lady Companion. Lady
companion merupakan pemandu karaoke yang menemani costumer dalam
berkaraoke di tempat-tempat karaoke. Di setiap tempat karaoke belum tentu
memiliki fasilitas lady companion. Lady companion merupakan fasilitas yang
dimiliki tempat karaoke dengan ketentuan dan prosedur khusus dibanding dengan
tempat-tempat karaoke lain. Hal ini yang membedakan famili karaoke dengan
eksekutif karaoke. Eksekutif karaoke merupakan tempat karaoke yang umumnya
diminati oleh orang-orang yang memiliki ketertarikan untuk mencari hiburan yang
lebih eksklusif dan private. Hiburan yang lebih eksklusif sangat sesuai dengan
eksekutif karaoke, dimana memberikan fasilitas yang sangat memberikan
kenyamanan dan privasi bagi para pengunjungnya termasuk dalam memberikan
fasilitas. Biasanya fasilitas yang lebih diminati pada eksekutif karaoke adalah
pemandu karaoke yang bisa menemani pengunjung, walaupun tidak semua
pengunjung berminat menggunakan fasilitas lady companion sebagai teman dalam
berkaraoke.
Pemandu karaoke atau lebih sering dikenal dengan sebutan lady
companion merupakan perempuan-perempuan yang disediakan di eksekutif
karaoke sebagai bagian dari fasilitas pada rumah karaokean tersebut. Lady
companion biasanya memiliki tugas untuk menemani tamu atau pengunjung
dalam berkaraoke. Tidak hanya dalam kapasitas personal saja lady companion
diminta untuk menemani pengunjung, namun juga bisa diminta untuk menemani
pengunjung dalam jumlah kolektif. Umumnya lady companion dituntut untuk
memiliki profesionalitas dalam melayani pengunjung.
Dibalik profesionalitas lady companion, mereka memiliki sisi yang
berbeda yaitu panggung depan dan panggung belakang. Latar belakang status dan
peran masing-masing lady companion berbeda-beda. Panggung depan seorang
lady companion di aktualisasikan ketika mereka sedang menjalankan profesi
sebagai lady companion. Sedangkan panggung belakang ditunjukan dalam
perilaku keseharian dengan keluarga maupun masyarakat dengan berbagai
aktualisasinya, baik sebagai orang tua, anak, istri maupun mahasiswa. Hal ini
dikarenakan ada lady companion yang masih berstatus single, ada juga yang
berstatus ibu rumah tangga. Disisi lain ada juga lady companion yang masih
berstatus mahasiswa. Bagi lady companion yang berstatus single umumnya
mereka memiliki panggung depan dan panggung belakang yang agak sulit untuk
dibedakan dalam keseharian mereka dengan kondisi ketika sedang bekerja sebagai
lady companion. Hal ini dikarenakan lady companion yang masih single
memberikan penampilan yang tidak jauh dengan cewek-cewek kekinian. Namun
bagi lady companion mahasiswa umumnya memainkan berbagai peran. Kondisi
ini dikarenakan lady companion yang berstatus mahasiswa harus mampu
menempatkan panggung depan dan panggung belakangnya, kapan mereka harus
berperan sebagai seorang mahasiswa, kapan mereka harus berperan sebagai
remaja maupun ketika menjadi lady companion. Kondisi lain juga akan berbeda
ketika lady companion seorang ibu rumah tangga, ibu buat anak-anak dan istri
bagi suami serta di dalam masyarakat ketika sebagai anggota masyarakat.
sSehingga panggung depan dan panggung belakangnya sangat komplek dengan
berbagai peran yang dimainkan. Banyak peran yang harus dimainkan oleh lady
companion sebagai bagian dari profesionalitasnya dalam bekerja diranah publik
maupun diranah domestiknya.
Kondisi ini mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jelas kehidupan
para lady companion dan berbagai sisi yang berbeda. Baik ketika menjadi lady
companion maupun ketika memerankan sisi lain yang mereka miliki. Salah satu
studi yang umumnya digunakan untuk meneliti masalah panggung depan dan
panggung belakang adalah studi dramaturgi. Dimana studi dramaturgi
mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan
interaksi social dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu peneliti berkeinginan
lebih dalam untuk mengetahui masalah tersebut, sehingga peneliti membuat judul
“ Peran Lady Companion di Karaoke (studi dramaturgi peran Lady Companion di
Karaoke Insomnia Colomadu, Karanganyar)”.
Rumusan Masalah
Bagaimana Lady Companion di Insomnia dalam mengelola kesan ketika
menjalankan peran sebagai Lady Companion (Panggung depan) dan Bagaimana
Lady Companion di Insomnia dalam mengelola kesan ketika menjalankan peran
sebagai non Lady Companion (Panggung Belakang)
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan panggung depan (front stage) seorang
lady companion dan panggung belakang (back stage) seorang lady companion
Tinjauan Pustaka
1. Peran
Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran
yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton (1968)
dinamakan perangkat peran (role set). Dalam kerangka besar, organisasi
masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh
hakekat (nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran
tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang
yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan,
mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas-
aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat
memiliki struktur sosial yang berbeda pula.
Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan
dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah
perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.
Sedangkan menurut Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan
peranan mencakup tiga hal, antara lain:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat.Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Merton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa “peranan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari
orang yang menduduki status tertentu”. Sejumlah peran disebut sebagai
perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah
kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki
oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.
Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku seseorang
sesuai dengan status kedudukannya di masyarakat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa peran adalah suatu aspek yang dinamis berupa
tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh orang atau badan lembaga
yang menempati atau memangku suatu posisi dalam situasi sosial.
1.1. Posisi peran
Dalam memahami peran, ada banyak posisi peran yang dalam
masyarakat sehingga mampu memberikan gambaran tentang peran yang
ada di masyarakat. Selama ini kita memahami peran hanya dalam konsep
bagaimana seseorang menunjukan keberadaanya sehingga kita perlu
memahami peran dalam berbagai konsep.
a. Persepsi Peran
Pandangan kita mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak
dalam situasi tertentu adalah persepsi peran (role perception).
Berdasarkan pada sebuah iterprestasi atas apa yang kita yakini
mengenai bagaimana seharusnya kita berperilaku, kita terlibat
dalam jenis-jenis perilaku tertentu.
b. Ekspektasi Peran
Ekspektasi peran (role expectation) didefinisikan sebagai apa
yang diyakini orang lain mengenai bagaimana anda harus
bertindak dalam suatu situasi. Bagaimana anda berperilaku
sebagian besar ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam
konteks dimana anda bertindak.
c. Konflik Peran
Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspektasi peran
yang berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict).
Konflik ini muncul ketika seorang individu menemukan bahwa
untuk memenuhi syarat satu peran dapat membuatnya lebih sulit
untuk memenuhi peran lain.
1.2. Lady Companion
Lady Companion atau LC merupakan sebutan bagi seseorang yang
menemani atau melayani tamu konsumen pengguna jasa karaoke untuk
bernyanyi. lady companion biasanya adalah seorang wanita dan mungkin
hanya sedikit sekali pemandu lagu seorang lelaki. Pemandu lagu biasanya
bekerja melayani tamu untuk memilihkan lagu, menemani bernyanyi,
mengambilkan makanan minuman, atau menghubungi bagian lain bila
terjadi permasalahan seperti mic yang tidak rusak atau baterai habis atau
hal lainnya.
Tidak semua tempat karaoke menyediakan pemandu lagu, biasanya
tempat karaoke seperti itu adalah tempat karaoke keluarga. Tempat
karaoke keluarga biasanya seorang lady companion didoktrin untuk
melayani pelanggan tidak lebih sekedar bernyanyi dengan sopan. Karaoke
keluarga disetting dengan ruangan yang lebih terbuka, kaca pintu lebih
lebar dan bisa diliat sepintas dari luar room. Namun sekarang ini seorang
lady companion sudah banyak berkembang berubah dari perkerjaan
biasanya. Banyak sekali tempat tempat karaoke apalagi di kota besar
seorang lady companion biasa merangkap pekerjaannya selain melayani
pelanggan untuk bernyanyi, seperti diajak kencan oleh pelanggannya.
Seorang lady companion identik dengan pakaian yang ketat dan
seksi menarik perhatian pelanggan. Pakaian serba mini dan dandanan yang
syur tentu akan menggoda mata melihat, Apalagi bila menemani bernyanyi
dan joged bersama. Tidak mengherankan bila naluri lelaki normal
tergelitik mencoba untuk mengajak lebih dari sekedar bernyanyi di room
karaoke, bernyanyi sambil berpelukan, berciuman, bahkan bisa terjadi ada
adegan mesum di room karaoke. Pelanggan yang mau ditemani seorang
lady companion untuk karaoke biasanya dikenakan tarif perjam, untuk
kota kecil tarif lady companion berkisar mulai Rp. 50an ribu perjam dan di
kota besar tarif mulai Rp. 100an ribu perjam. Tarif lady companion
tersebut tergantung kelas masing-masing karaoke dan kelas lady
companion, untuk kelas yang lebih bagus lagi bisa 300-500rb perjam.
2. Teori Dramaturgi (Impression Management)
Menurut Goffman (1990) dalam Ritzer & Goodman (2008:234)
Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage
(panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang
berfungsi mendefinisikan situasi penonton pertunjukan. Front stage dibagi
menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika
sang aktor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai
macam perlengkapan sebagai pengungkapan perasaan dari sang aktor.
Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang
terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor.
Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor
dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang di
mana di situlah berjalan skenario pertunjukan oleh “tim”.
Dari penjelasan Goffman (1990) dalam Ritzer & Goodman
(2008:234) tentang teori dramaturgi ini dapat dimaknai dengan panggung
belakang adalah saat kita berada disuatu tempat yang hanya ada diri kita
sendiri tanpa ada orang lain yang melihat atau menonton kita, di sinilah
biasanya kita menjadi diri kita yang sesungguhnya. Saat berada di
panggung belakang inilah kita sebagai manusia yang akan berperan di
panggung kehidupan mulai merencanakan atau mengelola kesan dari
penampilan seperti apa yang akan kita pakai, gaya bicara, gesture, dan
yang lainnya agar kita mencapai sebuah tujuan seperti image yang akan
dilihat orang lain karena kesan yang telah dibuat berhasil kita perankan
dan akhirnya mendapatkan respon yang kita inginkan dari penonton
(lingkungan sosial). Selanjutnya adalah panggung depan yang merupakan
saatnya kita menampilkan presentasi diri kita dengan penampilan, konsep,
mimik wajah, bahasa tubuh, tutur kata, dan menggunakan segala
perlengkapan untuk mendukung peran yang sedang kita mainkan.
Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa
ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola pesan
yang ia harapkan tubuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap
orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kaum dramaturgis
memandang manusia sebagai actor-aktor di atas panggung metaforis yang
sedang memainkan peran-peran mereka (Littlejohn, 1996:166).
Teori manajemen kesan menurut Shaw dan Coztanso, 1985
(Walgito, 2011: 106-107) merupakan teori yang berorientasi pada peran.
“teori ini merupakan teori munculan (emerging theory) yang mempunyai
akar dalam pendekatan yang bervariasi dalam hubungan interpersonal.
Aspek teori ini dapat terlihat pada berbagai macam pendekatan. Namun
demikian, untuk mengintegrasi pendekatan yang konsisten, kita akan
memilih sebagai dasar formulasi yang dikemukakan oleh Schlenker dalam
risalahnya “Impression Management” yang mencakup konsep diri (the
self-concept), identitas sosial (sosial identity), dan hubungan interpersonal
(interpersonal relations) Schlenker, 1980, dalam Shaw dan Costanzo 1985
(Walgito, 2011: 107) .
Metode Penelitian
Lokasi penelitian yang berjudul “Perilaku Lady Companion di Colomadu
(studi dramaturgi perilaku lady companion di Karaoke Insomnia Colomadu,
Karanganyar)” ini dilakukan di Insomnia Karaoke Ruko Harlin Malangjiwan Blok
A6-8 Jalan Adi Sumarmo Colomadu, Karanganyar.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti disini adalah penelitian
kualitatif analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif. Deskripsi
kualitatif analitik adalah suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah
yang ada dalam penelitian, mengolah data, menganalisis, meneliti dan
menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang
kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada
dapat dipahami.
Penelitian ini dilakukan menggunakan tipe kualitatif dengan menggunakan
pendekatan dramaturgi yang melihat kondisi dari suatu fenomena. Penelitian ini
bertujuan memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang komplek
seperti telah dijelaskan diatas. Metode ini dipilih karena selain tidak menggunakan
angka-angka statistic, penulis ingin dalam penelitian ini dapat menjelaskan
mengenai perilaku pemandu lagu karaoke di Insomnia Colomadu secara lebih
mendalam. Dimana hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat akurat
karena proses yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung mengandalkan
peneliti sebagai instrument penelitiannya dengan kata lain peneliti mempunyai
hak untuk mengatur jalannya penelitian seperti yang diinginkan.
Sumber data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai data dalam
suatu penelitian. Menurut Lofland mengatakan bahwa Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong 2007:157). Sumber data yang
relevan dapat dijadikan sasaran penggalian informasi dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, arsip dan studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian ini.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling atau sampling bertujuan. Dalam penelitian kualitatif,
informan memiliki kedudukan yang penting untuk memperoleh informasi dengan
baik dan benar permasalahan yang akan dikaji peneliti dan bersedia memberikan
informasi kepada peneliti. Menurut H.B Sutopo, Dalam penelitian kualitatif
individu yang memiliki informasi sangat berperan penting dalam memberikan
data penelitian. Informan bukan sekedar memberikan tanggapan, tetapi lebih
memilih arah dan selera dalam memberikan informasi yang dimiliki (Sutopo,
2002 : 50). Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 diantaranya 6 yang terdiri
dari 2 yang berstatus mahasiswa, 2 yang berstatus ibu rumah tangga, 1 yang
berstatus murni sebagai lady companion, 1 yang berstatus double job, 1
Koordinator/Papi LC dan 1 Manager.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik observasi adalah suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
objek penelitian dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan
pengamatan. Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung yaitu peneliti secara langsung melakukan pengamatan lokasi
mengenai kondisi fisik Insomnia Karaoke, kegiatan Lady Companion, pertemuan
dengan Custumer di ruang Karaoke. Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan
mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat
serta pendirian-pendirian itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode
observasi (pengamatan). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
arsip lady companion, foto sarana dan prasarana Insomnia Karaoke, rekaman
wawancara dan hasil foto serta arsip lady companion yang relevan dan
mendukung penelitian.
Sajian dan Analisis Data
1. Konstruksi Diri Lady Companion
Dalam bidang sosial manusia cenderung merencanakan atau
membentuk sendiri karakter yang ingin ditampilkan di depan lingkungan
sosialnya. Pembentukan konsep diri ini bertujuan untuk mengatur kesan
orang lain terhadap dirinya dengan cara mengelola penampilan seperti
pakaian, riasan wajah, gesture tubuh, mimik muka, cara komunikasi dan
berbagai aspek penunjang penampilan lainnya. Mengkonstruksi atau
membentuk identitas diri ini dilakukan untuk mencipktakan suatu kesan
tertentu di mata orang-orang yang melihat dan biasanya kesan yang ingin
diciptakan adalah kesan yang positif.
Manajemen kesan sendiri adalah mengatur persepsi atau penilaian
seseorang tentang diri individu sesuai dengan apa yang individu itu
inginkan untuk dinilai atau dikenal oleh lingkungannya seperti
menciptakan label dirinya sendiri dengan mengelola kesan dirinya. Setiap
individu pasti berusaha menciptakan kesan positif begitupun yang
dilakukan oleh mahasiswi yang merupakan kalangan terpelajar.
Pembentukan kesan ini dimulai dari motifnya dalam melakukan
manajemen kesan, simbol-simbol yang digunakan, persiapan sebelum
bertemu orang lain lalu presentasi diri atau eksekusi tampilan diri.
Penelitian ini dilakukan terhadap 6 lady companion yang berstatus
diantaranya sebagai Ibu Rumah Tangga, Mahasiswi, Double Job, Murni
lady companion. Informan pertama merupakan lady companion berstatus
mahasiswi asli Solo Jawa Tengah berumur 25 Tahun, menjadi lady
companion sejak tahun 2016. Meskipun berstatus mahasiswi, Informan 1
melakukan pekerjaan sebagai lady companion karena tuntutan ekonomi,
dimana ia ingin kuliah sambil bekerja untuk bisa membantu ekonomi
keluarga.
Informan ke 2 adalah lady companion berstatus mahasiswi asal
Sragen Jawa Tengah berumur 23 tahun, menjadi lady companion sejak
2015 akhir di Inul Vista Family Karaoke. Kemudian satu tahun terakhir
sekitar tahun 2017 menjadi lady companion di Insomnia Karaoke. Menjadi
seorang lady companion di awali pada pertemuannya dengan teman lama
yang bekerja sebagai lady companion di salah satu karaoke ternama di
kota solo, kemudian menawarkan pekerjaan sebagai lady companion.
Informan ke 3 lady companion berstatus ibu rumah tangga yang
berasal dari Bandung Jawa Barat. Sekitar 2-3 tahun lalu memulai karirnya
sebagai lady companion, wanita 37 tahun ini sering berpindah-pindah kota
untuk menjadi lady companion. Diawali dari bali, Makassar, Samarinda
kemudian di Solo. Mengaku gadis lugu Bandung, melakukan pekerjaan
sebagai lady companion karena tuntutan ekonomi.
Informan ke 4 berumur 28 tahun berstatus ibu rumah tangga
mengaku bekerja sebagai lady companion sejak 4 tahun lalu karena
tuntutan gaya hidup dan ekonomi keluarga. Berasal dari kota Salatiga
mencoba peruntungan di Karaoke sebagai lady companion. Bersama
suaminya yang juga ikut bekerja sebagai karyawan di salah satu
perusahaan di solo.
Informan ke 5 berumur 26 tahun mengaku sudah hampir 8 tahun
menjalani pekerjaan sebagai lady companion yang satu tahun terakhir ini
menjadi salah satu lady companion di Insomnia Karaoke. Informan 5
berawal dari penyanyi kafe yang semakin lama penasaran ingin mencoba
bagaimana rasanya bekerja di karaoke. Ia mengaku takut dengan profesi
sebagai lady companion, namun setelah dijalani membuatnya semakin
terbiasa.
Informan 6 berumur 21 Tahun merupakan lady companion yang
memiliki double job sebagai SPG Matahari Store di Solo. Informan 6 baru
memulai karirnya sebagai lady companion sekitar 5 bulan yang lalu, ia
tergolong baru dalam menjajaki dunia malam. Informan 6 mengaku
menjalani pekerjaan sebagai lady companion karena gaji yang tergolong
besar karena bekerja sebagai SPG saja belum bisa menutupi kebutuhannya.
2. Manajemen Kesan
Pengelolaan kesan lady companion di panggung depan/ front stage
dilakukan di Insomnia Karaoke. Dalam melakukan tindakan lady
companion melakukan manajemen kesan bukan hanya berdasarkan
lingkungan sosial yang sedang dihadapi tetapi juga orang-orang yang akan
dihadapi, mereka bisa menampilkan 2 kesan berbeda di lingkungan yang
sama tergantung kelompok orang yang sedang dihadapi. Dalam
menampilkan kesan panggung depan lady companion ditunjukan di depan
lady companion yang lain, di depan staff insomnia dan di depan para
customer. Dengan lady companion yang lain, lady companion
menunjukkan kesan bersaing secara sehat dan saling membantu itu
ditunjukkan dengan memberikan customer kepada sesama lady companion
yang belum mendapatkan tamu. Sedangkan di depan staff kesan yang
ditampilkan dengan menjalin hubungan kerja yang baik dengan mengikuti
sistem yang berlaku di Insomnia Karaoke sehingga tercipta iklim
kerjasama yang saling menguntungkan. Di depan customer ini merupakan
panggung depan yang paling penting bagi lady companion, sehingga kesan
lady companion yang ditampilkan menggunakan prinsip salam, sapa, dan
senyum serta melayani pelanggan dengan baik.
Pengelolaan kesan lady companion di panggung belakang/ back
stage ditunjukan oleh lady companion di keluarga mulai di depan orang
tua, anak dan suami bagi yang sudah bestatus menikah. Selain itu kesan
juga di tunjukan di depan masyarakat mulai dari lingkungan tempat
tinggal, lingkungan kost bagi lady companion tinggal di kost. Kesan yang
lain juga ditunjukan di tempat tongkrongan dengan teman-teman serta
ditunjukan dengan teman-teman lingkungan kampus. Kesan yang
ditampilkan lady companion di hadapan keluarga ditunjukkan dengan
menempatkan diri saat dengan keluarga, tetap berpenampilan bisa dan
terkesan tertutup agar anggota keluarga tidak mengetahui status sebagai
lady companion. Begitu juga kesan yang ditampilkan di lingkungan tempat
tinggal, dimana lady companion berpenampilan yang sewajarnya dan tidak
menunjukkan jati diri sebagai lady companion. Sedangkan di lingkungan
teman kampus lady companion tetap menjaga kesan sebagai seorang
mahasiswa yang biasa tanpa memperlihatkan penampilan dan dandanan
yang menor. Di lingkungan tempat nongkrong, lady companion
menunjukan kesan yang tidak ditutupi sebagai seorangg lady companion.
Lady companion menunjukkan jati dirinya saat bersama dengan teman-
teman ditempat nongkrong.
Kesimpulan
Lady companion melakukan manajemen kesan bukan hanya berdasarkan
lingkungan sosial yang sedang dihadapi tetapi juga orang-orang yang akan
dihadapi, mereka bisa menampilkan 2 kesan berbeda di lingkungan yang sama
tergantung kelompok orang yang sedang dihadapi. Dalam menampilkan kesan
panggung depan lady companion ditunjukan di depan lady companion yang lain,
di depan staff insomnia dan di depan para customer. Di depan customer ini
merupakan panggung depan yang paling penting bagi lady companion.
Pengelolaan kesan lady companion di panggung belakang/ front stage ditunjukan
oleh lady companion di keluarga mulai di depan orang tua, anak dan suami bagi
yang sudah bestatus menikah. Selain itu kesan juga di tunjukan di depan
masyarakat mulai dari lingkungan tempat tinggal, lingkungan kost bagi lady
companion tinggal di kost. Kesan yang lain juga ditunjukan di tempat
tongkrongan dengan teman-teman serta ditunjukan dengan teman-teman
lingkungan kampus.
Daftar Pustaka
H.B. Sutopo. (2002). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
Horton dan Hunt. (1993). Peran-Peran dalam Pengendalian Kehidupan Sosial. Bandung : Generalisasi Tricakra
LittleJohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication. Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter 1-9). Jakarta : Salemba Humanika.
Merton, Robert. K. (1967). Social Theory and Social Structure. New York: The Free Press.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.
Raho, Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pusaka.Walgito, Bimo. (2011). Teori-Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.