D0214020.doc · Web viewRemaja Masjid Islam Cut Meutia (RICMA) has a dynamic program so that many...
Transcript of D0214020.doc · Web viewRemaja Masjid Islam Cut Meutia (RICMA) has a dynamic program so that many...
JURNALPOLA KOMUNIKASI KOMUNITAS DALAM MEMPERTAHANKAN
EKSISTENSI(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Internal Remaja Islam Masjid
Cut Meutia (RICMA) dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitas)
Disusun Oleh:
Ayu Noviyanti Sutrisno
D0214020
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
1
POLA KOMUNIKASI KOMUNITAS DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Internal Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA) dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitas)
Ayu Noviyanti SutrisnoLikha Sari Anggreni
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniveritas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
In accordance with the times, there are currently not many teenagers who are active in the religious field because nowadays teenagers prioritize are technology and modern lifestyle which are far more attractive to them. Juvenile delinquency has also been prevalent throughout Indonesia, especially in Jakarta. Therefore it is the mosque's youth community that can accommodate or embrace teenagers in Jakarta from the many mischief that occurs. The mosque's youth community must have a dynamic program so that it can be accepted among teenagers. Remaja Masjid Islam Cut Meutia (RICMA) has a dynamic program so that many teenagers join it. In addition to studying religion, RICMA also gained a lot of experience, such as organizing experiences and making events.
This study aims to find out how RICMA maintains its existence. The theory used in this research is Lasswell's communication model theory and De Vito's communication pattern. The method used in this study is qualitative descriptive. The data used in this study were obtained from the process of in-depth interviews with informants who have been determined according to the criteria. The data in this study, validity test using triangulation of data sources.
RICMA uses De Vito’s structure, the wheel structure and structure of all channels or star patterns. It is proven when making decisions where the chair has full power to influence its members and when using the structure of all channels or star patterns when the information dissemination is proven by the head of the information and communication department authorizes all administrators in disseminating information on RICMA activities. Whereas in maintaining existence, the method used by RICMA is by conducting programs that contain activities involving internal and external. There are also barriers in communication, namely lack of sense of responsibility, lack of human resources, and barriers in social media.
2
Keywords: Communication Pattern, Interpersonal Communication, Group Communication, Existence.
Pendahuluan
Sesuai perkembangan zaman, saat ini tidak banyak remaja yang aktif di
bidang keagamaan dikarenakan remaja saat ini lebih mengutamakan teknologi
modern yang jauh lebih menarik bagi mereka. Seperti yang di catat oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), seseorang bisa dikatakan
remaja apabila ia memiliki rentang usia 10-24 tahun. Pada 2016, Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Surya Chandra Surapaty
menyebutkan penduduk remaja sebesar 66,3 juta jiwa dari 258,7 juta jiwa di
Indonesia, sehingga satu diantara empat penduduk adalah remaja. Maka dari itu
sangat disayangkan apabila remaja saat ini kurang peduli terhadap agama yang
dimiliki.
Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk
kepribadian seseorang, terutama bagi para usia remaja yang sedang mencari jati
dirinya. Salah satu contoh kenalakan remaja yang baru saja terjadi adalah
pengeroyokan kepada salah satu suporter sepak bola hingga merenggut nyawa.
Salah satu suporter sepak bola Persija Jakarta atau yang lebih sering disebut
dengan Jak Mania harus kehilangan nyawa karena dikeroyok oleh oknum
Bobotoh (sebutan untuk suporter klub sepak bola Persib). Haringga tewas
dikeroyok oknum Bobotoh hendak menonton pertandingan Persib versus Persija
Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada tanggal 23
September 2018. Oknum Bobotoh mengeroyok secara sadis Haringga. Hal
tersebut adalah salah satu contoh kenakalan remaja yang sangat fatal karena
menyangkut nyawa seseorang. Tidak ada alasan yang jelas atas kejadian tersebut,
sehingga dapat dikatakan bahwa kejadian tersebut hanyalah balas dendam semata.
Seseorang yang memiliki rasa dendam di dalam hatinya maka mencerminkan
kurangnya iman di dalam dirinya.
Remaja menurut pandangan Islam yaitu orang yang mulai memasuki masa
akil baligh yang dimana mereka akan menanggung kewajiban ibadah wajib.
Dengan banyaknya remaja Islam di seluruh Indonesia, maka banyak pula
3
kelompok/komunitas yang ada di masyarakat, contohnya adalah komunitas remaja
masjid. Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah bagi jamaahnya, tapi selain itu
masjid juga diharapkan dapat menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi bagi
para jamaah. Kedudukan komunitas remaja masjid dianggap sangat diperlukan
untuk membina atau mengajak remaja-remaja Islam untuk menapaki kehidupan
dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam serta mengembangkan ide dan
inovasi mereka dalam mewujudkan fungsi masjid dalam aspek keberagamaan,
sosial budaya, sosial ekonomi, pendidikan dan bahkan sosial politik.
Munculnya suatu organisasi atau kelompok dalam masyarakat terntu di
dasarkan oleh keinginan dari setiap individu-individu yang memiliki tujuan
tertentu. Salah satu upaya terpenting dalam mencapai tujuan tersebut adalah harus
adanya komunikasi yang efektif di dalamnya karena komunikasi merupakan
sesuatu yang vital baik dalam organisasi maupun perorangan. Dalam organisasi
harus tercipta komunikasi yang baik antar pemimpin dan anggotanya, sehingga
organisasi bisa bertahan dan berkembang.
Dewasa ini sudah banyak sekali organisasi atau komunitas yang ada di
masyarakat khususnya di kalangan remaja yang didasari atas tujuan yang sama.
Komunitas Islam merupakan salah satu organisasi yang anggotanya memiliki satu
pandangan yang sama yaitu memiliki tujuan sebagai wadah untuk remaja-remaja
yang ingin mendalami ilmu agama agar tidak termakan oleh perkembangan
zaman. Salah satu komunitas Islam yang berada di Ibukota Jakarta adalah Remaja
Islam Masjid Cut Meutia (RICMA). Komunitas ini berdiri pada 21 Agustus 1974
dibawah naungan Yayasan Cut Meutia yang berlokasi di Jl. Taman Cut Meutia
No. 1 Jakarta. RICMA adalah organisasi yang sifatnya kekeluargaan dan modern.
Berbeda dengan komunitas Islam yang ada di masyarakat. Banyak remaja yang
menganggap bahwa komunitas remaja Islam adalah komunitas yang berisikan
remaja-remaja yang sangat taat kepada ajaran-ajaran Islam, seperti contohnya
dalam berpakaian yang tidak memperlihatkan aurat atau berpakaian ketat seperti
memakai celana jins. Dengan pandangan seperti ini, maka remaja sulit untuk
menerima dan enggan untuk bergabung dalam komunitas remaja Islam. Berbeda
dengan RICMA, di dalam komunitas ini seluruh anggota atau pengurus tidak
4
dipaksa untuk berpakaian seperti komunitas Islam lainnya, tetapi alangkah
baiknya anggota maupun pengurus harus berpakaian rapih, sopan, dan menutup
aurat jika dalam lingkungan masjid. Karena tujuannya adalah bersama-sama
mempelajari Islam secara bertahap, tidak secara instan.
Dalam platform Ramadhan 2011, RICMA memiliki program besar atau
unggul yang dilaksanakan di bulan Ramadhan, yaitu Gema Ramadhan. Gema
Ramadhan ini pertama kali di adakan pada tahun 2011, maka acara ini sudah
digelar selama delapan kali hingga 2018 ini. Gema Ramadhan membuat RICMA
menjadi dikenal dikalangan masyarakat.
Setelah serangkaian program Gema Ramadhan terlaksana, RICMA
mengadakan malam puncak acara di bulan Ramdhan, yaitu Ramadhan Jazz
Festival. Acara ini cukup menarik perhatian remaja, karena pada Ramadhan Jazz
Festival tahun 2018 terdapat 1200 jumlah pendaftar sedangkan yang diterima
sebanyak 200 orang. Acara ini semakin sukses setiap tahunnya. Untuk datang ke
acara ini, tamu diminta untuk mengeluarkan biaya seikhlasnya yang akan
disalurkan sebagai amal untuk teman-teman yang membutuhkan, seperti
contohnya untuk santunan ke panti asuhan. Ramadhan Jazz Festival merupakan
malam puncak yang mengadakan acara musik yang bernamakan Ramadhan Jazz
Festival, dimana acara ini diisi oleh berbagai penyanyi populer yang ada di Ibu
Kota.
Selain memiliki daya tarik yang tinggi di kalangan remaja, acara ini juga
menuai kontroversi. Karena di dalam Islam banyak yang berpendapat bahwa
musik adalah hal yang dilarang, tetapi karena RICMA menganut sistem modern
maka acara ini tetap dilanjutkan selama masih sesuai dengan ajaran Islam yang
pada umumnya. Tentu saja Ramadhan Jazz Festival ini membuat nama RICMA
menjadi naik atau eksis. Yang dapat dipahami, sebuah eksistensi tidak akan
muncul kecuali melalui proses perubahan. Perubahan yang tiada henti tidak
memberi kesempatan kepada kita untuk singgah sejenak mengendapkan ide,
mengumpulkan tenaga, membina rencana, dan menanam akar ide itu menjadi
pohon kenyataan khususnya dikalangan remaja yang sumber ide-ide baru bisa di
dapatkan.
5
Alasan peneliti memilih RICMA karena RICMA adalah komunitas remaja
Islam yang bisa dibilang unggul di Jakarta. RICMA berani mengambil resiko
dalam melakukan kegiatan kegiatan inovasinya, tetapi masih dalam ajaran agama
Islam pada umumnya. Karena RICMA dikenal dengan acara Ramadhan Jazz
Festival tersebut, maka peneliti ingin meneliti bagaimana strategi komunikasi
RICMA dalam mempertahankan eksistensinya selain di bulan Ramadhan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola komunikasi internal RICMA dalam mempertahankan
eksistensi komunitas?
2. Apa saja faktor yang menghambat komunikasi internal RICMA?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) menyajikan model komunikasi
bukan dalam gambar atau skema, melainkan berupa uraian verbal berupa
daftar pertanyaan yang biasa dikenal dengan Formula Lasswell.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi:
1) Who (siapa)
2) Says what (mengatakan apa)
3) In which channel (dengan saluran apa)
4) To whom (kepada siapa)
5) With what effect (dengan efek bagaimana)
2. Komunikasi Organisasi
Mulyana (2010:82) yang berpendapat bahwa kelompok adalah
sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama, yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama meskipun setiap anggota
memiliki peran yang berbeda. Dengan demikian, komunikasi kelompok
biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small
group communication), jadi bersifat tatap muka dan umpan balik dari
6
seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan
ditanggapi langsung oleh peserta lainnya.
3. Komunikasi Interpersonal
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dibedakan atas dua
macam, yakni komunikasi diadik (Dyadic Communication) ialah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka,
komunikasi ini juga dapat dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakapan,
dialog, dan wawancara. Dan komunikasi kelompok kecil (Small Group
Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga
orang atau lebih secara tatap muka dimana anggota-anggotanya saling
berinteraksi satu sama lainnya. Dalam komunikasi ini biasanya anggotanya
terlibat dalam suatu proses komunikasi yang secara bertatap muka,
pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta
bisa berbicara dalam kedudukan yang sama dengan kata lain tidak ada
pembicaraan tunggal yang mendominasi situasi, dan sumber dan penerima
sulit diidentifikasi (Cangara, 2016:36-37).
4. Pola Komunikasi
Dalam setiap komunikasi tentu terdapat gaya yang berbeda-beda
dalam penyampaiannya oleh karena itu akan terbentuk pola di dalamnya.
Menurut pandangan De Vito (2011:382-384) ada lima struktur pola
komunikasi dalam kelompok atau organisasi, yaitu:
1) Struktur lingkaran, dimana semua anggota posisinya sama
sehingga setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua
anggota lan disisinya.
2) Struktur roda, dalam struktur ini memiliki pemimpin yang
jelas, sehingga hanya pemimpin yang dapat mengirim dan
menerima pesan dari semua anggota.
3) Struktur Y, pada struktur ini terdapat pemimpin yang jelas
tetapi semua anggota berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua
orang lainnya.
7
4) Struktur rantai, dalam struktur ini sama dengan struktur
lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya
dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat
juga terdapat pada struktur ini. Orang berada diposisi tengah
lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada
diposisi lain. Dalam struktur ini, sejumlah saluran terbuka
dibatasi. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan
orang-orang tertentu saja.
5) Struktur semua saluran atau pola bintang, dalam struktur ini
setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota yang
lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota
secara optimum. Struktur desentralisasi dapat lebih efektif
untuk pemecahan masalah secara efektif dan lebih bagus untuk
pergerakan informasi secara cepat.
5. Hambatan-hambatan
Setiap proses memiliki hambatan, baik dari dalam maupun
hambatan dari luar. Begitu juga menurut Cangara (2016:167-170), proses
komunikasi yang memiliki rintangan atau gangguan yang dibedakan atas
tujuh macam yaitu gangguan teknis, gangguan semantic dan psikologis,
rintangan fisik, rintangan status, rintangan kerangka berpikir, dan rintanga
budaya.
Metodologi
Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu deskriptif. Menurut Bungin
(2013:29) pendekatan kualitatif adalah proses kerja penelitian yang sasarannya
terbatas, namun kedalaman datanya tak terbatas. data yang diperoleh atau
dikumpulkan maka semakin berkualitas hasil penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam
pengambilan sampel. Creswell (2015:215) mengemukakan ada tiga pertimbangan
untuk menggunakan pendekatan sampling purposeful yang terkait dengan
keputusan-keputusan mengenai pemilihan partisipan (atau tempat) yang ingin
8
dipelajari, tipe strategi sampling yang spesifik, dan ukuran dari sampel yang
dipelajari. Maka peneliti menentukan kriteria yang sesuai dengan penelitian ini,
yaitu:
1) Pendiri atau penasihat komunitas
2) Sudah menjadi Badan Pengurus Harian (BPH) minimal 3 tahun
3) Sudah gabung menjadi anggota aktif selama 2 tahun
Dari populasi yang ada di RICMA sebanyak 132 orang, peneliti mengambil
sampel sebanyak tujuh orang yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Selain itu peneliti juga mengambil satu informan yang berasal dari
Pengurus Yayasan Cut Meutia yang memiliki jabatan sebagai penasehat RICMA.
Informan kunci dalam penelitian ini yaitu ketua departemen organisasi dan
kaderisasi, ketua departemen informasi dan komunikasi, dan ketua departemen
Pendidikan dan Dakwah. Ketiga ketua departemen tersebut dianggap mengetahui
pola mereka dalam berkomunikasi serta memahami kendala apa saja yang ada di
dalam RICMA. Selain itu ketua umum dan wakil juga dijadikan sebagai informan
kunci karena mereka memiliki kedudukan yang tinggi dalam komunitas tersebut.
Terdapat pula informan pendukung pada penelitian ini yang terdiri dari penasehat
yayasan, sekretaris jenderal, dan anggota departemen olahraga, kesenian, dan
kebudayaan.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi
sebagai teknik pengumpulan data. Setelah mendapatkan data, maka analisis yang
digunakan oleh peneliti yaitu interactive model, dimana teknik ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dan
tahap terakhir yaitu validitas data, yang menggunakan teknik triangulasi sumber
data, dimana nantinya akan dilakukan wawancara mendalam dari beberapa
sumber dengan latar belakang yang berbeda untuk mendapatkan persoalan yang
sama.
Sajian dan Analisis
Dasar dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori komunikasi milik
Lasswell, dimana setiap analisis akan menguraikan komponen yang terdiri dari
9
komunikator, pesan yang disampaikan, dengan saluran apa, komunikan, dan
bagaimana efek setelahnya. Diketahui komunikator dan komunikan dalam
komunitas RICMA yaitu seluruh bagian yang meliputi ketua umum, wakil, dan
pengurus lainnya. Pesan yang disampaikan meliputi informasi maupun kegiatan
RICMA. Selain berkomunikasi secara langsung, ada juga media yang digunakan
dalam berkomunikasi yaitu grup dalam aplikasi Line. Grup tersebut terdiri dari
seluruh Badan Pengurus Harian (BPH) RICMA. Efek yang terjadi dalam proses
komunikasi ini yaitu terciptanya hubungan yang harmonis, adanya keakraban, dan
rasa kekeluargaan antar pengurus dan anggota.
1. Pola Komunikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
RICMA menggunakan struktur roda milik De Vito dalam pengambilan
keputusan, karena pada struktur ini dijelaskan bahwa orang yang berada
ditengah (pemimpin) memiliki kewenangan dan kekuasaan penuh untuk
mempengaruhi anggotanya. Terbukti dalam pengambilan keputusan
tawaran kerjasama, maka dikonsultasikan dahulu kepada ketua, setelah itu
ketua yang mengambil keputusan. Sedangkan dalam penyebaran
informasi, RICMA menggunakan struktur semua saluran atau pola bintang
milik De Vito, karena seluruh pengurus dan anggota diberikan
kewenangan penuh untuk menyebarkan informasi terkait kegiatan RICMA
yang akan dilaksanakan di waktu yang dekat.
2. Komunikasi Interpersonal
Bentuk komunikasi RICMA dibagi menjadi dua yaitu komunikasi
secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi secara langsung biasanya
melalui tatap muka. Komunikasi langsung meliputi:
1) Minggu sore, kegiatan berkumpul ini dilakukan rutin oleh RICMA
setiap hari minggu sore yang dihadiri oleh pengurus dan anggota.
Ada berbagai aktivitas di dalamnya seperti ngobrol sambil
meminum kopi di kedai kopi milik RICMA. Topik pembicaraan
mereka tidak terlepas dari lingkup RICMA.
10
2) Rapat Satuan Kepengurusan Harian (SKPH), kegiatan ini hanya
dihadiri oleh ketua umum, wakil, sekertaris, dan bendahara. Rapat
dimulai dari ketua umum dengan membahas kandidat calon
penerus generasi RICMA dengan output menemukan calon
kandidat baru.
3) Rapat departemen, rapat ini dihadiri oleh ketua departemen dan
jajaran dibawahnya. Rapat dimulai dari ketua departemen yang
menanyakan program apa saja yang akan dilaksanakan selama satu
tahun depan. Dari rapat ini maka ketua departemen mendapatkan
feedback dari anggotanya yang memberikan ide-ide baru untuk
kegiatan mereka.
4) Rapat urgensi, biasanya rapat ini dilaksanakan sesuai dengan
keperluan saat itu saja. Siapa saja bisa menjadi komunikator dan
komunikan pada saat rapat ini berlangsung.
Sedangkan komunikasi secara tidak langsung yang ada di dalam
RICMA yaitu komunikasi melalui media sosial Line, dimana pada aplikasi
Line tersebut terdapat grup yang beranggotakan seluruh pengurus RICMA.
Tingkat keaktifan pengurus saat berkomunikasi di grup line dapat
dikatakan cukup aktif, sebagian dari partisipan grup tersebut sering kali
memberikan feedback ketika pesan baru disampaikan dan feedback
tersebut disampaikan dalam waktu kurang dari 2 menit setelah pesan
tersebut disampaikan.
Konten komunikasi saat melakukan komunikasi secara langsung
meliputi program yang akan dilaksanakan diwaktu dekat, seperti
contohnya siapa pengisi kajian akbar di bulan Januari 2019 atau siapa
penanggung jawab dari suatu kegiatan, sudah sampai mana progress dari
kegiatan tersebut. Selain itu yang dibicarakan lagi ialah siapa calon
kandidat yang memenuhi kriteria yang dipilih oleh ketua, yang nantinya
kandidat tersebut akan menjabarkan visi misi pada saar musyawarah besar.
Ada juga saat rapat departemen membahas tentang program-program apa
saja yang bisa membawa RICMA lebih dikenal dikalangan masyarakat
11
tetapi tetap dalam ajaran agama Islam. Diluar pembahasan RICMA,
mereka juga kerap membicarakan atau mengajak untuk makan bersama,
nongkrong atau menonton film.
3. Komunikasi Kelompok
Tidak hanya itu, RICMA juga memiliki kegiatan komunikasi antar
kelompok di dalam RICMA seperti contohnya kelompok di dalam RICMA
yaitu komunikasi antar departemen (divisi). Biasanya komunikasi ini
dilakukan pada saat rapat pleno yang dilaksanakan setiap awal tahun,
dimana seluruh jajaran pengurus dan departemen berkumpul di dalam satu
ruangan untuk membicarakan program yang sudah dibuat dari setiap
departemen.
Pesan yang berupa susunan program akan disampaikan oleh kepala
departemen kepada seluruh pengurus yang hadir. Pada saat rapat tersebut
siapa saja boleh menanyakan perihal program terkait. Sehingga pada rapat
pleno di awal tahun 2018 ini menghasilkan beberapa program yang telah
disetujui oleh ketua dan tentu saja program ini sesuai dengan ajaran Islam.
Program atau kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kajian mingguan, kegiatan ini dikhususkan untuk internal RICMA
yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan ilmu agama
pengurus RICMA. Kajian ini diisi oleh pihak yayasan. Tema yang
diangkat juga cukup ringan, dan tidak bercampur dengan politik
karena RICMA dan Yayasan Cut Meutia tidak ingin dipandang
memihak salah satu kubu politik.
2) Musyawarah besar, kegiatan ini merupakan kegiatan di akhir
periode yang dimana nantinya akan terpilih ketua dan wakil ketua
yang baru yang akan di lantik pada awal tahun oleh Yayasan Cut
Meutia.
3) Ramah tamah, kegiatan ini bertujuan untuk membangun
silaturahmi serta solidaritas antar anggota yang ada di dalam
RICMA.
12
4) Ricma Camp, program ini adalah program yang dikhususkan untuk
penerimaan calon anggota baru. Kegiatan yang ada di dalamnya
seperti buka puasa bersama, kajian dan sejarah Islam yang
disampaikan oleh pihak yayasan.
5) Latihan Dasar Kepemimpinan, kegiatan ini bertujuan untuk
melantik anggota yang ingin menjadi pengurus RICMA yang
berisikan kegiatan diskusi, pemaparan materi, dan pembuatan mini
proposal yang bertujuan untuk menumbuhkan sifat pemimpin dan
kerjasama tim.
6) RICMA Goes To School, kegiatan ini juga merupakan kegiatan
kaderisasi yang dilakukan oleh RICMA ke siswi tingkat SMA.
Aktivitas yang ada di kegiatan ini adalah seminar pembuatan event,
pembuatan mini proposal dan pemutaran video profile milik
RICMA.
7) Kajian akbar, kegiatan ini merupakan kegiatan rutin satu bulan
sekali yang di adakan RICMA pada tahun 2018 yang tujuannya
untuk mengajak kaum-kaum muda bersama mempelajari agama.
Kegiatan ini sering berkolaborasi dengan komunitas lainnya.
8) Kunjungan atau studi banding, kegiatan ini dimaksudkan untuk
bertukar pikiran antara RICMA dengan remaja masjid yang lain.
Bertukar pikiran dan inovasi-inovasi yang dimiliki dari setiap
komunitas masjid.
Hambatan dan Upaya
Setiap proses komunikasi tentu saja ada hambatan atau gangguan yang
terjadi. Sedangkan hambatan yang terdapat dalam RICMA saat berkomunikasi
yaitu masalah waktu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kesibukan
disetiap pengurus. Selain itu juga ada hambatan yang dialami oleh RICMA seperti
kurangnya rasa tanggung jawab saat diberikan jobdesk, kurangnya sumber daya
manusia yang memiliki skill edit video maupun desain. Selain itu juga terdapat
hambatan dalam berkomunikasi melalui media sosial yaitu gangguan teknis yang
13
berupa habis baterai handphone ataupun habis kuota internet sehingga seseorang
tidak dapat memberikan feedback saat pesan disampaikan.
Disetiap hambatan, tentu saja ada upaya yang dilakukan guna
meminimalisir hambatan yang terjadi. Upaya yang dilakukan yaitu saling back up
ketika ada pengurus yang lari dari tanggung jawabnya, menegur anggota yang
datang tidak tepat waktu saat kegiatan sedang berlangsung. Selain itu upaya yang
dilakukan untuk meminimalisir gangguan teknis yaitu menelepon langsung
melalui nomor handphone ketika ada kepentingan yang sangat membutuhkan
feedback.
Eksistensi
Dalam menggapai dan mempertahankan eksistensi tentu saja ada upaya
yang dilakukan. Cara RICMA dalam mempertahankan eksistensinya yaitu dengan
cara membuat program-program yang inovatif yang belum tentu dilakukan
dengan komunitas remaja masjid lainnya. Selain itu, RICMA juga sering
melibatkan kegiatan dengan kelompok eksternal, seperti pihak-pihak luar
RICMA. Pihak-pihak luar ini dapat berupa kerjasama maupun perekrutan atau
pengajakan khalayak luar RICMA dalam setiap kegiatannya. Seperti contohnya
RICMA Goes To School yang bekerjasama dengan pihak sekolah, kajian akbar
yang bekerjasama dengan komunitas Bikers Dakwah dengan mendatangkan Ustad
pengisi materi serta mengajak anak-anak muda untuk datang menghadiri kajian
tersebut, Kunjungan atau studi banding dengan komunitas remaja Islam masjid
lainnya dalam berbagi pengalaman.
Kesimpulan
Dalam mempertahankan eksistensinya, komunitas Remaja Islam Masjid
Cut Meutia (RICMA) mengadakan banyak kegiatan selain dibulan Ramadhan.
Kegiatan tersebut juga dibagi dua tujuan, yaitu membangun kekompakkan internal
RICMA dan mempertahankan eksistensi RICMA. Kegiatan tersebut adalah kajian
mingguan, musyawarah besar, ramah tamah, RICMA Camp, Latihan Dasar
Kepemimpinan, RICMA Goes To School, kajian akbar, dan kunjungan atau studi
banding. Dan di dalam menyampaikan komunikasi, ada beberapa hal yang
14
menjadi hambatan, yaitu waktu yang menyebabkan ketidaktepatan waktu saat
melaksanakan rapat atau kegiatan lainnya, kurangnya rasa tanggung jawab,
kurangnya sumber daya manusia, dan hambatan media sosial.
Disamping itu, RICMA juga telah melakukan upaya dalam mengatasi
hambatan-hambatan tersebut, seperti memberi teguran kepada anggota yang
datang tidak tepat waktu saat kegiatan, saling back up ketika kekurangan sumber
daya manusia, dan upaya yang dilakukan saat mengalami hambatan pada media
sosial yaitu langsung menelepon pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKABungin, B. (2013). Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Cangara, H. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Creswell, John, W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
De Vito, J. A. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Karisma Publishing Group.
Mulyana, D. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suranto, A.W. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
15