CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk...
Transcript of CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA · terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk...
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Yohanna Viscanesia Sinaga
119114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
TIUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
Pembimbing Skripsi,
1t9114043
$}*n. T,;;,,"\\ DJ'\\ ro*uffi5lt
.||oIl*\
u*{,4
Ratri Sunar Astuti, M. Si. ranggal:1BAUG 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
HUBT]NGAI\i AI\TTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBALLYING DI JN'ARING SOSIAL PADA REMAJA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Yohanna Viscanesia Sinaga
1t91r4043
Panitia Penguji
NamaLe
Penguji 1
Penguji 2
Penguji 3
I 9 AU6 2016
tas Psikologi
Sanata Dharma
Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si.
tlt
'"@H,vm\4.,
{*fies#r$'K{-d
"*1,."t"",*i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“KEGAGALAN itu tidak menyakitkan. Tapi perasaan bahwa kamu tidak
mengerahkan segala kemampuanmu, itulah yang menyakitkan.
Bahkan ketika kamu sudah mengerahkan segala kemampuanmu, tidak ada jaminan
bahwa kamu akan sukses, atau tetap dikritik atau masih ditertawakan orang.
Akan tetapi, ketika kamu mengerahkan segala kemampuanmu, imbalanmu adalah
perasaan yang mengatakan,
AKU SUDAH MENGERAHKAN SEGALA KEMAMPUANKU.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada,
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,
Keluarga tercinta,
Dosen Pembimbing Skripsi,
Sahabat seperjuangan,
Universitas Santa Dharma,
Anak-anak Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini
tidak mernuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarla, 19 Agustus 2016
Penulis,
esia SinagaYohanna Vi
V1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
Yohanna Viscanesia Sinaga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku asertif
dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dengan perilaku
cyberbullying pada remaja. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 12-18 tahun
berjumlah 192 orang. Data penelitian dikumpulkan menggunakan Skala Perilaku
Asertif dan Skala Perilaku Cyberbullying. Skala Perilaku Asertif memiliki reliabilitas
0,944 dan Skala Perilaku Cyberbullying memiliki reliabilitas sebesar 0,956. Analisis
data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Spearman Rho. Hasil korelasi antara
perilaku asertif dengan perilaku cyberbullying sebesar -0,482 dengan p = 0,000 (p <
0,01), yang berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif
dan perilaku cyberbullying pada remaja.
Kata kunci: Perilaku asertif, perilaku cyberbullying, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE RELATION BETWEEN ASSERTIVE BEHAVIOR AND
CYBERBULLYING BEHAVIOR IN SOCIAL NETWORK AMONG
ADOLESCENTS
Yohanna Viscanesia Sinaga
ABSTRAK
This research aimed to know the relation between assertive behavior and
cyberbullying behavior in adolescents. The hypothesis in this research was a negative
correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in adolescents.
Subjects in this research were 192 adolescents in aged range 12 until 18 years old.
The data was collected by assertive behavior scale and cyberbullying behavior scale.
Reliability of assertive behavior scale was 0,944 and reliability of cyberbullying
behavior scale was 0,957. The data was analyzed using Spearman Rho correlation
technique. Result of correlation between assertive behavior and cyberbullying
behavior was -0,482 with p = 0,000 (p < 0,01), which means there was a significant
negative correlation between assertive behavior and cyberbullying behavior in
adolescents.
Keywords: assertive behavior, cyberbullying behavior, adolescents
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Narna : Yohanna Viscanesia Sinasa
Nomor Mahasiswa : 119114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Petpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN PERILAKU
CYBERBULLYING DI JEJARING SOSIAL PADA REMAJA
Besefia perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dali saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarla
Pada tanggal: 19 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Yohanna Vlscanesia Sinaea
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
dan Bunda Maria atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying di Jejaring Sosial pada
Remaja” ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana
di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan begitu banyak pihak yang begitu
tulus dalam memberikan bantuan dan dukungan dalam berbagai bentuk. Oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu selama proses penelitian skripsi ini berlangsung. Penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah menjadi pendengar yang baik
dalam setiap doa dan pengharapan penulis.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan,
dukungan, pengetahuan dan kesabaran dalam membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Rm. Agustinus Priyono Marwan, SJ. selaku Bapa yang pernah membimbing
proses skripsi selama hampir satu semester dan selalu menyemangati serta
mendoakan saya.
6. Kedua orangtua penulis, Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan,
doa, cinta kasih, berusaha agar anak-anaknya dapat mengayomi pendidikan yang
berkualitas dan dengan sabar menunggu proses perkuliahan penulis. Adik-adik
yang selalu menyemangati dan senantiasa sabar menunggu dalam proses
pengerjaan skripsi.
7. Kakak Ervin Mau yang selalu menyemangati, mendukung, mendoakan, bertanya
tentang kelanjutan skripsi penulis dan mengingatkan untuk selalu mengerjakan
skripsi.
8. Om Sam yang sering membantu, mendukung, menyemangati, memfasilitasi
mulai dari pengerjaan seminar dan selalu mengingatkan untuk selalu
mengerjakan skripsi.
9. Sahabat-sahabatku terkasih Nety, Arum, Jojo, Hervy, Mbak Tirsa, Silla, Clara
yang selalu menyemangati dan memberi dukungan serta membantu dalam
kesulitan-kesulitan proses pengerjaan skripsi.
10. Teman-teman yang bersama-sama mengerjakan skripsi bersama di Perpustakaan
Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Ruth, Risty, Winda.
Terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya sehingga penulis termotivasi
untuk menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
11. Teman seperantauan, David Randa Kembaren, terimakasih untuk empat tahun
bersama berjuang menjadi anak rantau di Yogyakarta. Terimakasih untuk selalu
mendukung, menyemangati, dan menasehati untuk tidak sering menunda-nunda
pekerjaan.
12. Teman-teman SMA yang selalu berkomunikasi memberikan dukungan dan
semangatnya melalui guyonan-guyonan aneh: Junai, Gogo, Monic, Martin,
Erwin. Terimakasih sering membuat penulis tertawa dan berrefreshing sejenak.
13. Mas Wisnu, Mba Caecil, Ken, Nining, Fitri, teman-teman kos Iota, teman-teman
Fakultas Psikologi, Mba Rina yang senantiasa membantu, mendukung dan
menyemangati penulis. Ibu penjaga loker di Perpustakaan yang selalu
memberikan senyum dan semangatnya untuk proses pengerjaan skripsi penulis.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 19 Agustus 2016
Penulis,
Yohanna Viscanesia Sinaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ......................................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi .................................................................................. iii
Halaman Motto ....................................................................................................... iv
Halaman Persembahan ............................................................................................ v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................... vi
Abstrak .................................................................................................................... vii
Abstract ................................................................................................................... viii
Halaman Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ......................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................................ x
Daftar Isi ................................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ............................................................................................................ xvii
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
1. Teoritis .................................................................................................... 10
2. Praktis ..................................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Perilaku Asertif ............................................................................................. 12
1. Definisi Perilaku Asertif ......................................................................... 12
2. Dampak Perilaku Asertif ......................................................................... 13
3. Aspek-aspek Perilaku Asertif .................................................................. 17
B. Perilaku Cyberbullying .................................................................................. 21
1. Definisi Perilaku Bullying ........................................................................ 21
2. Definisi Perilaku Cyberbullying .............................................................. 22
3. Jejaring Sosial .......................................................................................... 26
4. Aspek-aspek Perilaku Cyberbullying ...................................................... 26
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying ................... 31
6. Dampak Perilaku Cyberbullying ............................................................. 35
C. Remaja .......................................................................................................... 36
1. Definisi dan Batasan Usia Remaja ......................................................... 36
2. Perkembangan Remaja ........................................................................... 39
D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying pada
Remaja .......................................................................................................... 43
E. Hipotesis ....................................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 49
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 49
B. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................................... 49
C. Definisi Operasional ...................................................................................... 49
1. Perilaku Asertif ........................................................................................ 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Perilaku Cyberbullying ............................................................................ 50
D. Subjek Penelitian ........................................................................................... 51
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................................ 52
1. Skala Perilaku Asertif .............................................................................. 52
2. Skala Perilaku Cyberbullying .................................................................. 54
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 56
1. Validitas ................................................................................................... 56
2. Seleksi Item ............................................................................................. 57
3. Reliabilitas ............................................................................................... 61
G. Metode Analisis Data .................................................................................... 59
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62
2. Uji Linearitas ........................................................................................... 63
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 63
H. Pelaksanaan Uji Coba .................................................................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 65
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 65
B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................................... 65
C. Deskripsi Data Penelitian .............................................................................. 67
D. Kategorisasi ................................................................................................... 68
E. Analisis Data Penelitian ................................................................................ 71
1. Uji Asumsi .............................................................................................. 71
a. Uji Normalitas .................................................................................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
b. Uji Linearitas .................................................................................... 72
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 73
F. Pembahasan .................................................................................................. 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 80
A. Kesimpulan ................................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 82
LAMPIRAN ............................................................................................................ 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif ..................................................... 53
Tabel 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba 54
Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying ......................................... 55
Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji
Coba .......................................................................................................................... 56
Tabel 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba ... 58
Tabel 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba
(Setelah diacak sesuai skala) .................................................................................... 59
Tabel 3.7 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji
Coba Kedua ............................................................................................................. 60
Tabel 3.8 Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji
Coba Kedua (Setelah diacak sesuai skala) ............................................................... 61
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 66
Tabel 4.2 Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ......................................................... 66
Tabel 4.3 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenjang Sekolah ...................................... 66
Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 67
Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ................................................................................. 69
Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Perilaku Asertif ...................................................... 69
Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying .......................................... 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ................................................................................. 73
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif .......................................................... 90
Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying .............................................. 92
Lampiran C. Skala Pengukuran ................................................................................ 95
Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif .......................... 104
Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Pertama) 106
Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua) 108
Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif .......................................................... 110
Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying .............................................. 110
Lampiran I. Uji Linearitas ....................................................................................... 111
Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying .................. 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi kian mengubah bentuk pergaulan
dan cara bersosialisasi. Manusia bebas mengekspresikan perasaan dan pikiran
serta bergaul tanpa mengenal batas, ruang dan waktu dengan memanfaatkan
media internet (cyber media). Berbagai perangkat komunikasi seperti komputer,
laptop dan yang paling marak digunakan saat ini ialah smartphone menambah
kemudahan akses internet di manapun dan kapanpun. Lembaga survei dunia yaitu
Mobility Report Ericsson, melaporkan bahwa pengguna perangkat mobile di
dunia pada tahun 2019 akan mencapai 5,6 miliar dengan 60% diantaranya adalah
pengguna smartphone (biskom.web.id). Survei yang dilakukan oleh APIJI
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2012 menemukan
bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 65,7%. Regional
Head of Consumer Lab Ericsson Southeast Asia and Oceania juga menuturkan
terkait pemakaian smartphone di Indonesia masih didominasi untuk sms dan
internetan (tekno.kompas.com).
Di Indonesia jumlah pengguna internet terus meningkat dari tahun ke
tahun. Survei yang dilakukan oleh APJII menemukan hingga akhir tahun 2014
pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 88,1 juta jiwa. Naik sekitar enam
persen dari 2013 dengan 71,9 juta pengguna. Survei yang dilakukan oleh APJII
(2014) juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia banyak mengakses dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
jejaring sosial hingga menetapkannya di posisi teratas. APJII (2014) mencatat
terdapat 87,4% nitizen mengakses internet untuk menggunakan jejaring sosial.
Kemudian disusul dengan mencari informasi atau browsing dengan 68,7% dan
instant messanging sebanyak 59,9%. Situs jejaring sosial yang sengaja dibuat
untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia dalam
berinteraksi satu sama lain telah mencapai ratusan. Tim Pusat Humas
Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan beberapa jejaring sosial yang
dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai dari Friendster, MySpace, Flickr,
Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube, Facebook, Twitter, Friendfeed, Google
Buzz hingga yang terbaru sekarang, yaitu Instagram dan Path.
Boyd & Ellison (2008) mendifinisikan jejaring sosial sebagai layanan
berbasis web yang memungkinkan individu untuk membangun profil yang
terbuka untuk umum maupun semi terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi
dari pengguna lain, melihat dan melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun
diri sendiri. Lembaga penelitian Paw Research mengungkapkan bahwa Facebook
masih menjadi jejaring sosial andalan bagi para remaja. Remaja dengan rentang
usia 13-17 tahun menggunakan jejaring sosial Facebook sebanyak 71%.
Kemudian, jejaring sosial Instagram dilaporkan memiliki netizen terbanyak kedua
setelah Facebook, yaitu 52% remaja. Setelah itu terdapat Snapchat dengan 41%
pengguna remaja, Twitter dan Google+ sebanyak 33%, Vine (24%), Tumblr
(14%) dan media sosial lain sebanyak 11% (tekno.kompas.com).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Jejaring sosial memiliki beberapa layanan yang telah disediakan antara
lain, tampilan profil, teman, komentar, pesan pribadi, berbagi foto dan video, built
in blogging serta instant messanging (Boyd & Ellison, 2008). Hal-hal tersebut
memudahkan para remaja yang menggunakan jejaring sosial untuk membangun
jaringan mereka, mengizinkan mereka mengobrol dan berinteraksi secara bebas.
Setiap remaja dapat mengekspresikan ide-ide mereka secara spontan dalam
memenuhi kebutuhan eksistensi, aktualisasi serta bersosialisasi menggunakan
kata-kata, gambar dan video. Namun, dari waktu ke waktu, kenyamanan dari
eksistensi, aktualisasi juga sosialisasi dalam membangun informasi dan
komunikasi telah disalahgunakan oleh banyak remaja. Jejaring sosial yang
termasuk dalam media sosial digunakan lebih jauh untuk mengintimidasi
seseorang dengan mengirimkan kata-kata, gambar maupun video yang
menyerang, yang kemudian disebut sebagai cyberbullying (Margono, Yi &
Raikundalia, 2014).
Survei yang dilakukan Ipsos yaitu perusahaan riset terkemuka dunia, di 24
negara termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari sepuluh atau sekitar
12% orang tua melaporkan bahwa anak mereka mengalami cyberbullying.
Pemeriksaan terhadap bullying di antara sekitar 200.000 anak usia sekolah di 40
negara di dunia tahun 2005-2006 menemukan Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki presentase tinggi terkait cyberbullying. Mayoritas dari
orangtua (60%) mengatakan anak-anak mengalami perilaku mengganggu tersebut
melalui situs jejaring sosial seperti facebook (ipsos-na.com). Lembaga anti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bullying terbesar di Inggris, Ditch the Label, melakukan survei yang melibatkan
10.008 anak muda di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 13-22 tahun. Survei
tersebut menemukan bahwa 69% responden yang diwawancarai pernah
mengalami pelecehan di dunia maya. Sebanyak 89% korban cyberbullying
mengalaminya di situs jejaring sosial MySpace, kemudian 54% lainnya juga
menjadi korban di Facebook, 28% koresponden muda pernah mengalami di
Twitter serta di jejaring sosial instagram, ask.fm, bebo dan tumblr
(www.DitchtheLabel.org).
Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau
traditional bullying. Bullying didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang lain
secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya sendiri.
Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat kepada korban
yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun secara langsung
maupun tidak langsung (Olweus, 2012). Sedangkan cyberbullying sendiri
didefinisikan sebagai setiap perilaku yang dilakukan melalui media elektronik
atau digital oleh individu atau kelompok secara berulang kali berkomunikasi
dengan mengirim pesan bersifat permusuhan dan agresif untuk memberikan luka
atau ketidaknyamanan bagi orang lain (Tokunaga, 2010). Artinya, seseorang
dapat dikatakan melakukan cyberbullying ketika menghina, melecehkan,
mengancam melalui email, pesan singkat online (Instant Messaging), ruang
obrolan (chat room), website, situs game online, atau media digital lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kemudian melukai perasaan atau membuat ketidaknyamanan (takut, cemas,
marah) terhadap orang lain.
Cyberbullying banyak dilakukan dan melibatkan remaja serta anak muda.
Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan kecenderungan kelompok
usia, munculnya korban cyberbullying banyak terjadi di kelas VII dan VIII
Sekolah Menengah Pertama pada remaja laki-laki dan perempuan. Pernyataan
tersebut didukung oleh penelitian Lindfors dkk (2012) bahwa proporsi tertinggi
terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia 18 tahun
pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Price &
Dalgeish (2010) juga menemukan bahwa remaja yang banyak melakukan atau
mengalami cyberbullying ketika berusia 10-14 tahun (50%), 15-18 tahun (42%)
dan 19-25 tahun (8%). Presentase terbesar yang terlibat dalam cyberbullying
merupakan individu yang berusia 10 tahun hingga 18 tahun. Usia remaja
merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang melibatkan
perubahan fisik, kognitif, emosional dan sosial (Papalia, Feldman & Martorell,
2014). Perubahan yang begitu kompleks menyebabkan remaja menjadi labil dan
belum matang secara psikis. Dolcini dkk (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan
bahwa para remaja mudah terlibat dalam perilaku yang ceroboh. Tindakan
ceroboh berarti remaja tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil
keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah.
Perilaku cyberbullying yang terjadi di Indonesia baru-baru ini menimpa
seorang siswi SMA Methodist-I di Medan, yaitu Sonya Depari. Siswi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dikabarkan mengaku sebagai anak dari Jenderal Kapolda Sumatera Utara,
kemudian berani membentak polwan yang menertibkannya karena berkonvoi usai
Ujian Nasional. Perilaku Sonya tersebut mengundang banyak kecaman dan caci
maki di akun jejaring sosial instagram miliknya. Cyberbullying yang dialami
membuat Sonya mengalami trauma, ketakutan dan malu untuk keluar rumah
(sumatera.metrotvnews.com). Kasus yang paling mengejutkan di luar negeri
adalah banyak remaja korban dari cyberbullying merasa putus asa dan berpikiran
pendek sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara-cara
tertentu. Salah satu kasusnya yaitu Katie Webb, gadis cantik asal Inggris ini
mengakhiri hidupnya di usia 12 tahun. Katie ditemukan tewas gantung diri di
rumahnya di Evesham, Worcestershire, Inggris lantaran tak kuat menerima cacian
dari teman-temannya melalui Facebook. Katie mendapat hinaan karena teman-
temannya menilai gaya rambut Katie tidak keren dan karena Katie juga tidak
memakai baju bermerek (dailymail.co.uk).
Tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh Katie Webb merupakan dampak
yang paling mengkhawatirkan pada korban cyberbulling. Kasus tersebut
mendukung penemuan Hay, Meldrum dan Mann (dalam Slonje dkk, 2012) bahwa
dampak terbesar dari cyberbullying adalah kemungkinan untuk melukai diri
sendiri dan keinginan untuk bunuh diri. Ybarra dkk (2006) menemukan bahwa
korban cyberbullying mengalami banyak tekanan dan ketegangan akibat
pengalaman yang dialami. Selain depresi dan bunuh diri, korban cyberbullying
juga menghadapi bermacam-macam masalah akademik dan sosial. Mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menarik diri dari aktivitas sekolah, ketidakhadiran di sekolah, dan kegagalan
dalam sekolah, gangguan makan dan penyalahgunaan zat-zat kimia (Chibbaro &
Klomek dalam Notar dkk, 2013). Dampak negatif tidak hanya dirasakan oleh para
korban cyberbullying. Studi Patchin & Hinduja (2010) dan Guarini dkk (2012),
menemukan siswa yang memiliki pengalaman cyberbullying, secara signifikan
memiliki sikap negatif terhadap sekolah dan harga dirinya lebih rendah daripada
mereka yang sedikit atau tidak pernah terlibat dalam cyberbullying. Terdapat juga
implikasi jangka panjang untuk pelaku ketika memasuki masa dewasa, yaitu
antisosial, kekerasan atau perilaku kriminal yang lebih tinggi (Patchin & Hinduja;
Kulig dkk dalam Notar dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Emilia & Leonardi (2013) terhadap remaja
berusia 15-17 tahun menyatakan bahwa perilaku cyberbullying dipengaruhi oleh
kompetensi sosial. Individu yang kompetensi sosialnya rendah maka perilaku
cyberbullying yang dilakukan tinggi. Kompetensi sosial yang dimaksud ialah
kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk berinteraksi dengan orang lain
secara efektif dan dapat diterima secara sosial. Individu yang memiliki
kemampuan tersebut mengetahui bagaimana merespon orang lain dengan cara
menyampaikan pendapat secara langsung dan jelas tanpa adanya kecemasan.
Individu juga memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan
keinginan tanpa melakukan tindakan agresi untuk menyakiti orang lain.
Kemampuan yang telah disebutkan di atas merupakan ciri-ciri orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
memiliki sikap dan perilaku asertif (Praskah & Devi, 2015; Arrindell & van der
Ende dalam Sarkova dkk, 2013).
Perilaku asertif merupakan sikap yang aktif, langsung dan jujur dalam
berinteraksi dengan orang lain. Dengan bersikap asertif, kita memandang
keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak
orang lain (Llyod, 1990). Perilaku asertif memudahkan para remaja untuk
bersosialisasi dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan
terus terang, serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif.
Remaja dengan perilaku asertif tinggi akan menghasilkan hubungan yang sehat
dalam bernegosiasi dan pemecahan konflik. Perilaku asertif yang dimiliki
membantu remaja dalam mengurangi stress ataupun konflik yang dialami
sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Widjaja & Wulan dalam Marini
& Andriani, 2005).
Individu dengan tingkat perilaku asertif yang rendah kurang dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami
kepada orang lain. Individu yang gagal untuk berkomunikasi secara spontan lebih
cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran, perasaan dan kebutuhan yang
mengganggu yang masih terhambat di masa lalu maupun yang akan terjadi di
masa mendatang (Adams, 1995). Kecemasan tersebut dapat membawa individu
mengalami frustasi yang diakibatkan individu tidak diperlakukan sebagaimana
dirinya ingin diperlakukan. Frustrasi merupakan situasi dimana individu
terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan.
Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustrasi bisa
mengarahkan individu untuk bertindak agresif. Tindakan agresif yang
kemungkinan dapat dilakukan oleh individu ialah perilaku cyberbullying.
Dorongan agresi tersebut disalurkan melalui media elektronik yang disebabkan
individu tidak mampu untuk mengungkapkan langsung bertatap muka kepada
orang lain. Hal tersebut didukung oleh penelitian Varjas dkk (2010) yang
menyatakan bahwa motivasi seseorang dalam melakukan cyberbullying, antara
lain ingin membalas dendam dan membuat perasaan menjadi lebih baik. Berbeda
dengan individu yang memiliki perilaku asertif tinggi, mereka akan mencari
penyelesaian masalah dimana kedua belah pihak mencapai tujuan yang sama.
Selain itu, cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous. Hal ini
menyebabkan pelaku memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya
(Varjas dkk, 2010). Pelaku juga cenderung tidak mendapatkan hukuman dan
konsekuensi atas tindakannya.
Terkait dengan penjelasan di atas, penelitian tentang cyberbullying di
Indonesia masih sedikit, sehingga memunculkan ketertarikan peneliti untuk
terlibat dalam penelitian tentang cyberbullying. Penelitian ini dilakukan dalam
situasi jejaring sosial terkait kasus-kasus cyberbullying pada remaja banyak
terjadi di jejaring sosial. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying di jejaring sosial pada remaja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku
asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada ilmu
psikologi, terutama pada konteks penelitian –penelitian yang berkaitan dengan
faktor dari perilaku cyberbullying, khususnya tentang hubungan antara
perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran
umum mengenai hubungan perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di
jejaring sosial sehingga dapat dijadikan acuan bagi para remaja dalam
menyikapi dan menggunakan teknologi dengan baik.
b. Bagi orangtua: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pentingnya perilaku asertif sehingga para orangtua mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
membangun suasana yang dapat mendukung peningkatan perilaku asertif
anak. Selain itu, orangtua juga diharapkan mampu untuk mengawasi,
membimbing dan mengarahkan para remaja tentang penggunaan teknologi
dan media sosial yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Asertif
1. Definisi Perilaku Asertif
Llyod (1990) mengemukakan perilaku asertif merupakan sikap yang
aktif, langsung dan jujur dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan
bersikap asertif, kita memandang keinginan, kebutuhan, dan hak kita sama
dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain. Perilaku ini juga mendorong
hubungan yang jujur dan terbuka.
Pengertian perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (1986) ialah
perilaku untuk menjalin suatu hubungan yang setara dengan orang lain.
Dalam berhubungan dengan orang lain, individu diharapkan dapat
mengungkapkan dan mengekspresikan secara jujur mengenai apa yang
diinginkan dan dirasakan. Perilaku ini juga dilakukan tanpa mengganggu atau
merugikan orang lain.
Perilaku interpersonal yang melibatkan pengekspresian pikiran dan
perasaan yang relatif jujur dan langsung sesuai norma sosial dan
memperhitungkan perasaan dan kesejahteraan orang lain adalah perilaku
asertif menurut Rimm and Masters (dalam Pipas & Jaradat, 2010).
Cawood (1997) mendefinisikan perilaku asertif sebagai kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hak
pribadinya tanpa kecemasan, mampu bersikap jujur dan langsung serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memperhitungkan hak-hak sendiri tanpa meniadakan hak orang lain. Ekspresi
yang langsung dimaksudkan sebagai perilaku yang tidak berputar-putar, pesan
jelas dan terfokus serta tidak menghakimi. Ekspresi jujur dimaksudkan
sebagai perilaku yang selaras antara kata-kata, gerak-gerik, perasaan semua
mengatakan hal yang sama.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai perilaku asertif di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku individu
yang mengungkapkan perasaan dan pikiran secara langsung, artinya
menyampaikan pesan secara jelas, tidak berputar-putar dan fokus. Individu
juga dapat mengekspresikan perasaan secara jujur, yaitu antara kata-kata,
gerak-gerik dan perasaan selaras. Pengekspresian perasaan dilakukan dengan
memandang keinginan, kebutuhan, hak dan kesejahteraan kita setara dengan
orang lain yang dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun
merugikan orang lain.
2. Dampak perilaku Asertif
Kemampuan untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan maupun
keinginan-keinginan secara langsung dan jujur kepada orang lain dengan tetap
menghormati hak orang lain merupakan perilaku asertif. Menurut Adams
(1995), individu yang mampu mengungkapkan diri maupun yang tidak
mampu dalam mengungkapkan diri berdampak pada beberapa hal, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Individu tetap mampu sepenuhnya memahami diri sendiri tentang
kebutuhan, opini dan ide-ide. Individu yang berani mengungkapkan secara
nyata tentang suatu perasaan dan pikiran membuat seseorang menjadi
mengenali diri dengan lebih baik. Individu juga menjadi lebih konkret
dalam bertindak tentang perasaan dan pikiran. Kemudian, melalui proses
tersebut individu akan menciptakan lebih banyak kesempatan untuk
mengembangkan diri dengan cara-cara baru, seperti meningkatkan
kemampuan pengendalian diri dan pengambilan keputusan (Sriyanto dkk,
2014).
b. Individu yang mampu mengungkapkan diri secara terus-menerus lebih
mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup di “masa kini” berarti individu
hanya memikirkan kebutuhan di saat sekarang, bukan tentang masa lalu
maupun tentang masa depan. Individu yang hidup dalam “masa kini”,
akan lebih mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga
mengurangi atau menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam
Marini & Andriani, 2005). Sebaliknya, individu yang gagal untuk
berkomunikasi secara spontan lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi
pikiran, perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat
di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa mendatang.
c. Individu yang berperilaku asertif lebih mudah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat membutuhkan bantuan dan kerja
sama dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang terdekat. Perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tersebut akan menghasilkan hubungan yang sehat dalam bernegosiasi,
pemecahan konflik dan kehidupan keluarga kemudian menghasilkan “win
win solution”. Apabila orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan
individu, mereka akan lebih mampu bersedia dan bekerja sama serta
membantu memenuhi kebutuhan individu. Kebanyakan individu sering
melakukan kesalahan yang menganggap bahwa orang lain mengetahui
keinginan dan kebutuhan individu, sehingga merasa tidak perlu lagi untuk
mengungkapkan secara langsung dan jujur. Padahal, orang lain belum
tentu tepat dalam memperkirakan kebutuhan dan keinginan individu
sebelum individu itu sendiri yang mengkonfirmasinya. Individu yang
gagal dalam menyatakan kebutuhan pada orang-orang terdekat dapat
mengalami efek-efek negatif berkepanjangan, misalnya hubungan yang
merenggang antara pasangan suami istri akibat ketidakpedulian kedua
belah pihak. Hal tersebut menyebabkan stress dan ketidakbahagiaan yang
berlangsung lama sehingga berdampak pada kesehatan mental kedua
pasangan.
d. Dampak lain dari berperilaku asertif ialah bertambahnya harga diri dan
kepercayaan diri individu. Perilaku asertif yang tinggi menimbulkan harga
diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan karena
memungkinkan seseorang untuk mengemukakan keinginan secara
langsung dan jelas sehingga menimbulkan perasaan senang dalam diri
pribadi dan orang lain (Marini & Andriani, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
e. Individu yang berani untuk terbuka dan mengungkapkan diri otomatis
membukakan jalan bagi orang lain juga untuk mengungkapkan diri.
Kesalahpahaman yang terjadi di masa lampau dapat dijernihkan dan
kesalahpahaman di kemudian hari pun dapat dicegah. Stres dan konflik
pun berkurang sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal yang negatif
(Widjaja & Wulan dalam Marini & Andriani, 2005). Dengan
terungkapnya minat satu sama lain, jajaran persahabatan, aktivitas
individu, dan hal-hal baru lainnya pun dapat meluas.
f. Individu yang mampu untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran secara
spontan dan jujur dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan dengan
orang-orang terdekat. Individu yang berani mengungkapkan kebutuhan
dan keinginannya membuat orang lain berusaha untuk memahami dan
memenuhi kebutuhan maupun keinginan tersebut sehingga hubungan
menjadi lebih nyaman dan bertahan lama. Sebaliknya, kebutuhan yang
tidak terpenuhi terus-menerus dapat menimbulkan kebencian yang akan
membawa individu menjadi agresif sehingga menyebabkan rusaknya
suatu hubungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu
yang memiliki perilaku asertif tinggi menimbulkan dampak yang lebih positif
daripada individu yang perilaku asertifnya rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Aspek-aspek Perilaku Asertif
Individu perlu untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka,
langsung dan jujur untuk mencapai hubungan yang sehat dengan orang lain.
Kemampuan tersebut merupakan pengertian dari perilaku asertif. Perilaku
asertif mengandung aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Alberti dan
Emmons (1986) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku
asertif, antara lain:
a. Mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia
Perilaku ini bertujuan untuk mendapatkan suatu keseimbangan
dalam melakukan hubungan interpersonal. Perilaku tersebut juga
mendorong kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Hal ini berarti
individu mengetahui bahwa setiap orang memiliki persamaan derajat yang
memungkinkan individu mendapatkan perlakuan yang sama tanpa merasa
dirugikan satu sama lain.
b. Bertindak sesuai dengan kepentingan dan minat
Kemampuan untuk membuat keputusan tentang karir, hubungan
dengan orang lain, gaya hidup dan manajemen waktu. Individu yang dapat
berperilaku asertif juga memiliki inisiatif untuk memulai pembicaraan,
mengatur kegiatan, percaya pada keputusan sendiri, dapat menetapkan
tujuan dan bekerja untuk mencapainya. Selain itu, kemampuan ini juga
membuat individu untuk berani secara jujur meminta bantuan orang lain
ketika berada dalam kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
Individu memiliki keberanian untuk mengucapkan kata tidak dan
menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Individu mampu
mempertahankan hak-hak mereka tanpa melanggar hak dan kebutuhan
orang lain. Selain itu, individu yang memiliki kemampuan ini dapat
menanggapi suatu kritik tanpa menggunakan emosi negatif seperti marah
ataupun melakukan perilaku agresif. Kemampuan ini juga digunakan
individu untuk mengekspresikan atau mendukung atau mempertahankan
pendapat yang diungkapkan.
d. Mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman
Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan yang dialami secara
terbuka baik yang perasaan positif maupun perasaan negatif. Individu
mampu untuk tidak menyetujui suatu hal yang tidak sesuai keinginan dan
menunjukkan kemarahan secara efektif. Individu juga dapat
mengekspresikan kasih sayang dan persahabatan serta menunjukkan
persetujuan atau dukungan. Hal ini dilakukan individu secara spontan,
tanpa perasaan cemas, ragu-ragu maupun perasaan takut.
e. Tidak melanggar hak-hak orang lain
Individu memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ekspresi
tanpa memberikan kritik yang tidak adil bagi orang lain. Dalam
berhubungan dengan orang lain individu menghindari perilaku yang dapat
melukai dan mengintimidasi orang lain. Selain itu, individu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
melakukan hubungan yang jujur tanpa memanipulasi dan mengontrol
orang lain.
Adams (1995) mengemukakan bahwa perilaku asertif memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Individu mampu bergaul dengan terbuka, otentik, apa-adanya, jujur dan
langsung. Artinya, individu dapat menyatakan perasaan-perasaan,
kebutuhan-kebutuhan dan ide-ide individu yang sebenarnya kepada orang
lain secara langsung.
b. Individu mampu mempertahankan hak-hak individu tanpa melanggar hak
dan kebutuhan orang lain.
c. Individu mampu bertindak demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan
diri sendiri. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berinisiatif untuk
meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkan.
d. Individu bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah
pihak apabila mengalami konflik dengan orang lain.
Individu yang dapat berperilaku asertif menurut Zeuschner (2003)
adalah sebagai berikut:
a. Individu memiliki keinginan untuk berkomunikasi. Hal ini berarti individu
berkemauan untuk membangun relasi dan berinteraksi dengan orang lain
dengan cara menyatakan ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-
perasaan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Individu yang asertif merupakan individu yang bertanggungjawab.
Individu berarti merupakan orang yang mandiri dan bertanggungjawab
terhadap ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan yang
dimiliki. Individu yang bertanggungjawab berarti individu siap menerima
konsekuensi atas segala ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-
perasaan yang dinyatakan kepada orang lain.
c. Individu mampu berkomunikasi sesuai dengan norma sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal. Individu sebaiknya mengetahui cara
menyampaikan pendapat yang baik kepada orang lain dengan mengacu
pada norma sosial dan budaya dimana individu berada. Hal tersebut
dilakukan agar tercipta komunikasi yang nyaman dan terkendali.
Komunikasi yang terkendali berarti individu mampu menyampaikan ide-
ide, kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan tanpa menyerang atau
melukai perasaan orang lain.
Aspek-aspek perilaku asertif dalam penelitian ini menggunakan teori
Alberti & Emmons (1986) yang didukung oleh teori Adams (1995) dan
Zeuschner (2003). Kelima aspek perilaku asertif tersebut, yaitu:
a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat
b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
d. Mampu menghormati hak-hak orang lain
e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
B. Perilaku Cyberbullying
1. Definisi Perilaku Bullying
Istilah bullying berasal dari kata „bull’ (bahasa Inggris) yang berarti
„banteng‟ yang suka menanduk. Bullying merupakan tindakan yang
menyalahgunakan kekuatan/kekuasaan oleh seseorang atau kelompok kepada
korban yang tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena
lemah secara fisik atau mental. Tindakan dapat dikatakan perilaku bullying
apabila tindakan dilakukan berulang-ulang dan membuat seseorang merasa
takut atau terintimidasi (SEJIWA, 2008).
Bullying juga didefinisikan sebagai tindakan agresi yang sengaja
dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk melukai orang
lain secara berulangkali dimana orang lain tidak dapat membela dirinya
sendiri. Tindakan bullying tersebut terjadi antara pelaku yang lebih kuat
kepada korban yang lebih lemah secara verbal maupun nonverbal, ataupun
secara langsung maupun tidak langsung (Olweus, 2012).
Menurut Dracic (2009), bullying adalah bentuk kekerasan atau
serangan yang bertujuan untuk menyebabkan luka atau penderitaan dan
ketidaknyamanan pada orang lain, baik penderitaan fisik maupun emosional.
Tindakan bullying dilakukan tanpa memperdulikan tempat terjadinya,
keparahan dan durasi. Perilaku ini terjadi berulang kali dalam bentuk yang
sama dan adanya hubungan kekuasaan atau kekuatan yang tidak sama antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
individu atau kelompok yang kuat melawan individu atau kelompok yang
lemah.
Berdasarkan berbagai pengertian bullying diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku bullying adalah tindakan menyerang secara fisik
maupun verbal yang dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk
melukai dan memberi penderitaan atau ketidaknyamanan dari
individu/kelompok yang lebih kuat (secara fisik maupun sosial) kepada
individu/kelompok yang lebih lemah dan tidak dapat membela diri.
2. Definisi Perilaku Cyberbullying
Perilaku bullying paling banyak terjadi di lingkungan sekolah,
terutama di tempat-tempat yang bebas dari pengawasan guru maupun
orangtua. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih,
perilaku bullying terjadi di kawasan yang lebih luas. Remaja saat ini lebih
aktif memonitor komputer atau mengecek smartphone daripada bermain di
luar bersama teman-teman sebaya. Perilaku bullying pun sekarang ini lebih
mudah dilakukan melalui media elektronik, yang kemudian disebut sebagai
cyberbullying (SEJIWA, 2008).
Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau
traditional bullying (Olweus, 2012). Cyberbullying atau disebut juga sebagai
electronic bullying didefinisikan sebagai tindakan bullying melalui email,
Instant Messaging, ruang obrolan (chat room), website, situs game online,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pesan singkat yang dikirim melalui telepon seluler maupun teknologi
informasi dan komunikasi lainnya (Kowalski dkk, 2012).
Hinduja & Patchin (2014) yang khusus meneliti tentang agresi di
media online mengemukakan tentang definisi dari cyberbullying. Tindakan
yang sengaja dilakukan berulang kali untuk menyakiti melalui penggunaan
komputer, telpon selular, dan alat elektronik lain disebut sebagai
cyberbullying. Tindakan tersebut mengacu pada insiden dimana remaja
menggunakan teknologi untuk mengganggu, mengancam, menghina atau
melakukan perbuatan yang menimbulkan pertengkaran dengan teman sebaya.
Perbuatan yang termasuk dalam cyberbullying, misalnya seperti mengirimkan
pesan teks yang melukai perasaan orang lain, menyebarkan rumor tentang
teman sebaya menggunakan smartphones, menyebarkan foto dan video
tentang teman sebaya di media sosial, maupun menggunakan aplikasi tanpa
nama untuk menghina orang lain.
Cyberbullying juga didefinisikan oleh Smith dkk (2008) sebagai
tindakan agresif atau perilaku yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik oleh kelompok atau individu berulang kali dan dari waktu ke waktu
terhadap korban yang tidak bisa dengan mudah membela dirinya.
Sedangkan menurut Tokunaga (2010), cyberbullying adalah setiap
perilaku yang dilakukan melalui media elektronik atau digital oleh individu
atau kelompok secara berulang kali mengkomunikasikan pesan bermusuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
atau agresif yang dimaksudkan untuk menimbulkan bahaya atau
ketidaknyamanan pada orang lain.
Berdasarkan berbagai pengertian cyberbullying diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku cyberbullying adalah tindakan yang menyakiti,
mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan
berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau
digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain.
Perilaku agresi yang digunakan untuk membully orang lain melalui
media elektronik memiliki berbagai macam cara. Willard (dalam Kowalski
dkk, 2012) kemudian mengklasifikasikan tujuh perilaku yang paling umum
digunakan untuk melakukan tindakan cyberbullying, antara lain:
a. Flaming
Individu mengirimkan pesan teks berisi kata-kata yang penuh
amarah dan frontal kepada orang lain.
b. Harassment
Individu mengirimkan pesan-pesan berisi gangguan pada email,
sms, maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus
menerus kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
c. Denigration
Individu memposting pernyataan yang tidak benar atau kejam
tentang seseorang dengan tujuan untuk merusak reputasi dan nama baik
orang tersebut.
d. Impersonation
Individu berpura-pura menjadi orang lain untuk membuat
seseorang terlihat buruk atau berada dalam bahaya. Misalnya, individu
mencuri kata sandi akun jejaring sosial seseorang, kemudian memposting
status yang negatif atau mengirimkan kata-kata menghina kepada orang
lain.
e. Outing and trickery
Individu terlibat dalam trik untuk mengumpulkan informasi
pribadi, foto-foto pribadi atau informasi memalukan tentang orang lain
yang kemudian disebarkan dengan mempublikasikan melalui media
elektronik.
f. Exclusion
Individu secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari
group online.
g. Cyberstalking
Individu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang
secara intens sehingga menimbulkan ketakutan yang besar pada orang
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Jejaring Sosial
Jejaring sosial adalah layanan berbasis web yang memungkinkan
individu untuk membangun profil yang terbuka untuk umum maupun semi
terbuka, berhubungan dengan daftar koneksi dari pengguna lain, melihat dan
melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun diri sendiri. (Boyd & Ellison,
2008).
Individu dapat menuliskan hal apapun seperti menulis pesan ke orang
lain, berbagi foto atau video, juga menuliskan identitas diri untuk melengkapi
data yang ada di jejaring sosial (Boyd & Ellison, 2008).
Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI (2014) menerangkan
beberapa jejaring sosial yang dibuat dan telah dikenal oleh masyarakat mulai
dari Friendster, MySpace, Flickr, Orkut, Multiply, Care2, Digg, Youtube,
Facebook, Twitter, Friendfeed, Google Buzz hingga yang terbaru sekarang,
yaitu Instagram dan Path.
4. Aspek-aspek perilaku Cyberbullying
Cyberbullying merupakan bentuk baru dari tindakan bullying atau
traditional bullying (Olweus, 2012). Dalam traditional bullying terdapat
empat aspek penting untuk menentukan bahwa perilaku termasuk dalam
bullying. Empat aspek tersebut ialah pengulangan (repetitition),
ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance), kesengajaan (intention), dan
agresi (aggressive). Langos (2012) menerangkan pentingnya keempat aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tersebut untuk dimasukkan dalam cyberbullying. Sebelumnya, keempat aspek
tersebut harus direvisi/didefinisi ulang agar dapat disesuaikan dalam konteks
maya (cyber). Namun, untuk memahami bagaimana aspek-aspek tersebut
dapat berlaku di konteks maya (cyber), perlu untuk membedakan antara
cyberbullying secara langsung maupun tidak langsung terlebih dahulu.
a. Cyberbullying langsung
Cyberbullying langsung terjadi dalam domain pribadi.
Cyberbullying langsung merupakan komunikasi pribadi antara pelaku
kepada korban dengan mengirimankan pesan secara langsung melalui
media elektronik yang memiliki efek langsung terhadap korban.
b. Cyberbullying tidak langsung
Cyberbullying tidak langsung terjadi dalam domain publik.
Cyberbullying tidak langsung ialah tindakan bullying dimana pesan agresi
disampaikan melalui forum umum di dunia maya, seperti jejaring sosial
atau website. Pesan yang disampaikan tersebut dapat tersebar kepada
penonton dengan jumlah yang tidak terbatas.
Setelah menjelaskan tentang cyberbullying secara langsung dan tidak
langsung, Langos (2012) menjelaskan tentang keempat aspek yang telah
didefinisi ulang sesuai dengan konteks maya (cyber). Aspek-aspek
cyberbullying antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Repetitition (pengulangan)
Pengulangan merupakan kriteria utama dalam cyberbullying
(Hinduja & Patchin dalam Langos, 2012). Perilaku agresi yang dilakukan
hanya sekali tidak dapat dikatakan sebagai perilaku cyberbullying,
melainkan disebut sebagai lelucon atau cyberjoking. Oleh karena itu,
pengulangan merupakan kriteria penting untuk membedakan antara
lelucon atau serangan yang disengaja.
Aspek pengulangan memiliki perbedaan pada cyberbullying
langsung dan tidak langsung. Pada cyberbullying langsung, pengulangan
terjadi dengan mengirimkan pesan secara pribadi dari pelaku kepada
korban secara berulang-ulang, misalnya pelaku telah mengirimkan pesan
agresi melalui SMS sebanyak delapan kali dalam sebulan. Sedangkan pada
cyberbullying tidak langsung, aspek pengulangan tidak terjadi seperti pada
cyberbullying langsung. Pesan agresi yang diunggah dalam forum umum
di dunia maya dapat dilihat berkali-kali atau disalin kemudian
didistribusikan oleh para penonton kepada penonton-penonton lain tanpa
harus diposting terus-menerus.
b. Power imbalance (ketidakseimbangan kekuatan)
Ketidakseimbangan kekuatan merupakan aspek lain yang dianggap
penting oleh beberapa peneliti sebagai kriteria dalam cyberbullying.
Ketidakseimbangan kekuatan berkaitan dengan interpretasi bahwa
kekuatan pelaku melebihi korban dalam konteks traditional bullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Definisi ketidakseimbangan kekuatan tidak berubah dalam konteks maya
(cyber). Meskipun ketidakseimbangan kekuatan dapat dicapai dengan
berbagai cara baru di dunia maya (cyber), hal tersebut tidak merubah
pandangan bahwa dalam rangka memenuhi syarat sebagai cyberbullying,
perilaku harus menempatkan korban dalam posisi dimana korban tidak
dapat dengan mudah membela atau mempertahankan diri.
Karakteristik seseorang seperti popularitas tinggi, kecerdasan,
kekuatan fisik, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi dapat
memberikan kekuatan atau kekuasaan yang lebih pada pelaku daripada
korban dalam traditional bullying. Namun, korban yang dianggap sebagai
„orang buangan sosial‟ dalam traditional bullying juga dapat terus menjadi
alasan untuk menjadi korban dalam cyberbullying.
Vandabosch (dalam Langos, 2012) mengemukakan bahwa
berbagai derajat keterampilan teknologi dapat membuat perbedaan
kekuatan antara pelaku dan korban di dunia maya (cyber). Korban dapat
merasa tidak berdaya dalam membela atau mempertahankan diri terhadap
tindakan online pelaku dikarenakan pelaku yang dirasa memiliki keahlian
teknologi yang lebih besar daripada korban. Korban cyberbullying juga
dapat mengalami perasaan tidak berdaya dengan tidak mengetahui
identitas pelaku. Hal ini sebagai akibat dari ketersediaan anonymity dalam
dunia maya. Pelaku dapat dengan mudah untuk membuat akun
menggunakan nama samaran dan identitas palsu. Korban dapat diartikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebagai pihak yang lemah dengan tidak adanya keterbatasan antara ruang
atau waktu. Pelaku cyberbullying dapat beraksi dimana saja dan kapan
saja tanpa dibatasi. Pelaku juga dapat memiliki kekuasaan lebih ketika
melakukan cyberbullying secara tidak langsung. Pesan agresi yang
diunggah ke dalam forum umum di dunia maya dengan jumlah penonton
yang tidak terbatas membuat korban menjadi kurang berdaya.
c. Intention (kesengajaan) dan Aggression (agresi)
Aspek kesengajaan dan agresi berkaitan satu sama lain dengan
kedua aspek sebelumnya, yaitu pengulangan dan ketidakseimbangan
kekuatan dalam memenuhi kriteria perilaku cyberbullying. Perilaku umum
seperti cyberteasing atau cyberjoking yang tidak memerlukan aspek
pengulangan, ketidakseimbangan kekuatan atau kesengajaan untuk
menyakiti dilabelkan sebagai tindakan agresif di dunia maya (cyber).
Aspek kesengajaan yang hilang menjadikan perilaku tidak dianggap
agresif. Hal tersebut dikarenakan perilaku yang dilakukan untuk menyakiti
tidak menimbulkan bahaya bagi orang lain. Perilaku dianggap agresif
apabila perilaku yang ditujukan kepada korban menghasilkan konsekuensi
negatif yang kemudian membuat korban termotivasi untuk menghidarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying
Cyberbullying merupakan masalah yang umum terjadi di kalangan
para remaja dalam era globalisasi saat ini. Perilaku cyberbullying para remaja
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Bullying Tradisional
Peristiwa bullying di dunia nyata memiliki pengaruh yang besar
pada kecenderungan individu untuk menjadi pelaku cyberbullying. Riebel
dkk (2009) menemukan bahwa pelaku cyberbullying juga melakukan
bullying di kehidupan nyata. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
individu yang terlibat dalam bullying kemungkinan besar melanjutkan
perilaku intimidasi melalui media elektronik. Hal ini dikarenakan
perkembangan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi sehingga
memudahkan pelaku untuk melanjutkan tindakan mengintimidasi.
b. Karakteristik Kepribadian
Camodeca & Goossens (dalam Kowalski dkk, 2012) memaparkan
karakteristik individu yang menjadi pelaku bullying adalah sebagai
berikut:
i. Memiliki kepribadian yang dominan dan senang melakukan
kekerasan.
ii. Cenderung temperamental, impulsif, dan mudah frustrasi.
iii. Memiliki sikap positif terhadap kekerasan dibandingkan anak
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
iv. Kesulitan mengikuti peraturan.
v. Terlihat kuat dan menunjukkan sedikit rasa empati atau belas
kasihan kepada mereka yang menjadi korban cyberbullying.
vi. Sering bersikap agresif kepada orang dewasa.
vii. Pandai berkelit pada situasi sulit.
viii. Terlibat dalam agresi proaktif (seperti agresi yang disengaja
untuk meraih tujuan tertentu) dan agresi reaktif (seperti reaksi
defensif ketika diprovokasi).
c. Persepsi terhadap Korban
Persepsi terhadap individu tertentu dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap individu tersebut. Para korban bullying yang tidak
disukai atau kontroversial biasanya menjadi target intimidasi (Pratiwi,
2011).
d. Strain
Teori strain menitikberatkan pada hubungan yang negatif dengan
orang lain, hubungan dimana seseorang tidak diperlakukan sebagaimana
dirinya ingin diperlakukan. Strain adalah suatu kondisi ketegangan psikis
yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang lain yang
menghasilkan efek negatif (terutama rasa marah dan frustrasi) yang
mengarah pada kenakalan (Agnew dalam Pratiwi, 2011). Frustrasi
merupakan situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha
mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Berkowitz (dalam
Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustrasi bisa mengarahkan individu
untuk bertindak agresif.
Individu yang mengalami strain memiliki kecenderungan untuk
mengintimidasi orang lain daripada remaja yang tidak mengalami strain
(Hinduja & Patchin dalam Pratiwi, 2011). Cyberbullying dapat terjadi
karena ingin mengurangi ketegangan, membalaskan dendam atau
membuat perasaan menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010).
e. Interaksi Orangtua dan Anak
Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak dalam
berinteraksi di internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada
kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua yang
tidak terlibat dalam aktivitas online anak menjadikan anak lebih rentan
terlibat dalam cyberbullying (Willard, 2005).
Varjas dkk (2010) menyatakan bahwa remaja lebih sering melakukan
cyberbullying berdasarkan motivasi-motivasi internal, antara lain:
a. Pengalihan perasaan
Individu yang pernah menjadi korban cyberbullyig merasa berhak untuk
melakukan cyberbullying kepada orang lain yang tidak bersalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Pembalasan dendam
Individu merasa marah terhadap seseorang yang memperlakukan individu
dengan tidak baik sehingga menimbulkan niat untuk membalas dendam.
c. Membuat perasaan menjadi lebih baik
Individu dapat merasa lebih baik setelah melakukan tindakan
cyberbullying terhadap orang lain.
d. Rasa bosan
Individu melakukan tindakan cyberbullying dalam upaya mengisi waktu
luang atau membuat hiburan dikarenakan tidak memiliki kegiatan yang
lebih baik untuk dilakukan.
e. Perlindungan
Individu menjadi pelaku cyberbullying dengan tujuan melindungi diri agar
terhindar menjadi korban dari cyberbullying.
f. Iri hati
Individu yang merasa iri hati dan benci terhadap orang lain sehingga
melakukan tindakan cyberbullying.
g. Mendapatkan persetujuan
Individu melakukan cyberbullying dengan maksud ingin mendapatkan
perhatian dengan menggertak orang lain untuk mengesankan teman-teman
individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
h. Mencoba persona baru
Individu ingin menampilkan diri dengan cara yang berbeda di dunia maya
daripada yang dilihat orang lain di dunia nyata.
i. Anonymity/rasa malu
Individu dapat melakukan tindakan cyberbullying dengan sebebas-
bebasnya ketika korban tidak mengetahui identitas pelaku. Anonymity
menghindari individu yang melakukan cyberbullying dari rasa malu.
Individu merasa dapat melakukan atau mengatakan apapun ketika tidak
bertatap muka dengan korban.
6. Dampak Perilaku Cyberbullying
Hinduja & Patchin (2014) mengemukakan efek negatif cyberbullying
berdasarkan pengalaman para korban. Para korban cyberbullying merasa
depresi (Ybarra dkk, 2006), sedih, marah dan frustrasi. Beberapa korban
mengaku terluka baik secara fisik maupun mental. Cyberbullying yang
dialami membuat para korban merasa tidak berdaya (Notar dkk, 2013), tidak
berharga dan tidak percaya diri. Beberapa korban sering merasa takut dan
malu untuk pergi ke sekolah. Dampak-dampak negatif lain bagi korban yang
pernah mengalami cyberbullying adalah menurunnya harga diri (Brewer &
Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010), mengalami bermacam-macam
masalah akademis seperti ketidakhadiran di sekolah dan kegagalan di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(Chibbaro, 2007), kekerasan di sekolah serta keinginan untuk bunuh diri
(Klomek dkk, 2011).
Efek negatif dari cyberbullying tidak hanya dirasakan oleh korban.
Pelaku cyberbulllying juga mengalami penurunan harga diri (Brewer &
Kerslake, 2015; Hinduja & Patchin, 2010). Pelaku kemungkinan mengalami
implikasi jangka panjang antara lain peningkatan sikap antisosial, kekerasan
atau perilaku kriminal pada masa dewasa (Patchin & Hinduja: Kulig dkk
dalam Notar dkk, 2013). Pinchot & Paullet (2013) menemukan fakta-fakta
bahwa perilaku cyberbullying dapat berlanjut menjadi masalah ketika siswa
memasuki universitas walaupun insiden cyberbullying selama ini terjadi pada
tahun-tahun sekolah menengah. Remaja yang terus-menerus melakukan
cyberbullyingdapat mengalami penurunan kualitas hubungan dengan teman
sebaya. Remaja pelaku cyberbullying akan kehilangan dukungan dari teman-
teman sebaya yang kemudian berdampak pada kesejahteraan psikologis (Price
dkk, 2010).
C. Remaja
1. Definisi dan Batasan Usia Remaja
Kata „remaja‟atau „adolescence‟ berasal dari kata latin „adolescere’,
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menuju kedewasaan” (Ali & Asrori,
2005). Masa remaja ialah perkembangan transisi yang melibatkan perubahan
fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Masa remaja ditentukan sekitar
usia 11 dan 19 atau 20 tahun (Papalia, Feldman & Martorell, 2014).
Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimulai sekitar usia
10 hingga 13 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja
dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (early adolescence) dan masa
remaja akhir (late adolescence). Masa remaja awal berlangsung kira-kira di
masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan
pubertal terbesar terjadi di masa ini. Sedangkan, masa remaja akhir
berlangsung kira-kira pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari
kehidupan.
World Health Organization (WHO) (dalam Sarwono, 2002)
mengemukakan definisi remaja melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis
dan sosial ekonomi. Secara biologis, remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda
kematangan seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.
Secara psikologis, remaja merupakan individu yang mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Terakhir definisi remaja secara sosial ekonomi ialah terjadinya
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang relatif lebih mandiri (Muangman, dalam Sarwono, 2002). Organisasi
kesehatan dunia tersebut membagi remaja menjadi remaja awal yang berkisar
antara umur 10 hingga 14 tahun dan remaja akhir sekitar umur 15 hingga 20
tahun.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
melibatkan perubahan biologis, psikologis dan sosio-emosional dengan
beragam bentuk latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.
Individu dapat dikatakan sebagai remaja ketika individu mencapai usia sekitar
10 hingga 20 tahun.
Dalam kasus cyberbullying, Tokunaga (2010) menyebutkan bahwa
cyberbullying banyak terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia rata-rata berada
pada usia 12 hingga 14 tahun. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa
presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10
hingga 18 tahun. Lindfors dkk (2012) juga melaporkan bahwa proporsi
tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah
usia 18 tahun. Penentuan subjek kemudian disimpulkan berdasarkan pendapat
para ahli yaitu mulai dari remaja di usia 12 hingga 18 tahun, dimana remaja
memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Subjek dalam penelitian ini menggunakan
remaja yang berada pada masa remaja awal dan masa remaja akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja dimulai dengan masa pubertas.
Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal. Pertambahan berat badan dan tinggi
badan berada pada jadwal perkembangan yang sama. Seiring dengan berat
badan yang bertambah, tinggi badan juga akan bertambah. Perubahan
tubuh akibat kematangan seksual terjadi pada remaja. Remaja laki-laki
mengalami pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, ejakulasi
pertama dan perubahan suara. Kematangan seksual pada remaja
perempuan terlihat dari datangnya menstruasi dan payudara yang
membesar. Tubuh remaja menghasilkan dua jenis hormon yang penting
dalam perkembangan pubertal. Hormon tersebut adalah androgen dan
estrogen yang merupakan jenis hormon seks. Variabilitas hormon
berkaitan dengan fluktuasi emosi di masa remaja (Santrock, 2003).
Perkembangan dan perubahan fisik pada remaja membuat remaja harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya sendiri.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja termasuk dalam tahap operasional
formal dalam teori Piaget. Pada tahap ini, para remaja mampu berpikir
logis dengan objek-objek yang abstrak. Hal ini berarti para remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memiliki cara-cara yang fleksibel dalam mengelola informasi (Papalia,
Old & Feldman, 2008). Para remaja dapat menyusun rencana pemecahan
masalah dan secara sistematis menguji cara-cara pemecahan yang telah
dipikirkan. Proses tersebut disebut juga dengan kemampuan kognitif
dalam mengembangkan hipotesis (Ali & Asrori, 2005).
Santrock (2007) mengungkapkan bahwa remaja juga terlibat dalam
cara-cara untuk menyusun konsep dan bernalar mengenai dunia sosial
terkait orang-orang disekitar. Egosentrisme remaja muncul dengan
kesadaran diri yang mulai meningkat dimana tercermin dalam keyakinan
bahwa orang lain berminat terhadap sosok diri remaja seperti halnya diri
sendiri (Santrock, 2007). Para remaja cenderung merasa menjadi pusat
perhatian dan berusaha untuk „terlihat di atas panggung‟. Para remaja juga
menghayati diri sebagai sosok yang unik dan tidak terkalahkan.
Penghayatan mengenai keunikan dan tidak terkalahkan cenderung
membuat para remaja terlibat dalam perilaku yang ceroboh (Dolcini dkk
dalam Santrock, 2007). Tindakan yang ceroboh berarti para remaja
seringkali bertindak tergesa-gesa dan kurang matang dalam mengambil
keputusan sehingga menimbulkan masalah-masalah.
Elkind (dalam Papalia, Feldman & Martorell 2008)
mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang tidak matang.
Ketidakmatangan pola pikir remaja ditandai dengan idealisme yaitu
remaja percaya bahwa mereka mengetahui bagaimana cara mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dunianya lebih baik dibanding orang dewasa, menunjukkan kemampuan
penalaran, memiliki strategi pengambilan keputusan yang kurang efektif,
menganggap orang lain memiliki pandangan yang sama dengan dirinya
dan menganggap dirinya unik.
c. Perkembangan Sosio-emosional
Individu memasuki kehidupan sosial yang berbeda ketika
menginjak masa remaja. Para remaja mulai membuat jarak dengan
orangtua dan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman
sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut
dikarenakan kegembiraan remaja yang merasa bebas, merasa terbuka,
terlibat dalam suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya.
Para remaja mulai bertumpu lebih pada teman-teman sebaya dibandingkan
pada orangtua dalam mendapatkan dukungan dengan cara berbagi rahasia
yang kemudian meningkatkan kapasitas kedekatan. Remaja yang memiliki
persahabatan yang dekat, stabil dan mendukung umumnya melakukan hal
yang baik di sekolah, lebih mudah bersosialisasi dan cenderung bersahabat
dan tidak cemas (Papalia, Feldman & Martorell, 2014).
Pada masa perkembangan transisi juga tidak dipungkiri bahwa
terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar
teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki
kemampuan kognisi sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penyesuaian dengan teman sebaya menghasilkan lebih banyak cara
penyelesaian yang alternatif, memberikan penyelesaian masalah yang
lebih asertif dan matang, memberikan penyelesaian masalah dengan kadar
agresi yang rendah dan menunjukkan perencanaan yang lebih baik.
Sebaliknya, remaja yang mengalami masalah penyesuaian dengan teman
sebaya akan menilai positif tentang respon agresif dalam menanggapi
masalah (Santrock, 2003).
Pengalaman bersosialisasi tersebut memberikan kontribusi yang
besar terhadap emosi remaja. Pada masa remaja, fluktuasi (naik dan turun)
emosi berlangsung lebih sering. Remaja memiliki emosi yang meledak-
ledak ketika merasa senang maupun merasa sedih. Remaja sukar untuk
mengetahui cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan
kadar yang cukup. Perasaan sangat marah yang dialami dapat membuat
remaja meproyeksikan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan
kepada orang lain (Santrock, 2007).
Meledaknya teknologi komunikasi online seperti pesan teks, Instant
Messanger, dan media sosial telah mempengaruhi banyak cara perkembangan
remaja. Kelompok usia remaja merupakan pengguna utama dari teknologi
interaksi sosial. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menggunakan internet dalam berkomunikasi dengan teman-teman sebaya.
Teknologi komunikasi yang semakin canggih mengubah banyak cara
pandangan remaja dalam membangun hubungan sosial dengan teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebaya (Papalia, Feldman & Martorell, 2014). Para remaja saat ini lebih sering
bernalar mengenai orang-orang disekitar melalui dunia maya. Kebutuhan
eksistensi remaja lebih banyak disalurkan melalui media-media sosial untuk
menunjukkan diri dan menjadi pusat perhatian. Penggunaan teknologi
komunikasi yang berlebihan dapat berdampak pada perkembangan emosi dan
sosial remaja. Remaja cenderung lebih senang mengekspresikan emosi
melalui status-status di media sosial daripada mengkomunikasikan secara
langsung. Saarni dkk (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa remaja
yang dapat mengkomunikasikan emosi-emosinya secara konstruktif dapat
meningkatkan kualitas relasi dengan teman-teman sebaya.
D. Dinamika Hubungan antara Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying
pada Remaja
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi yang melibatkan
perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar
belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda-beda (Papalia, Feldman &
Martorell, 2014). Perubahan fisik dengan bertambahnya variasi hormon pada
remaja berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja terhadap perubahan-
perubahan dirinya. Variabilitas hormon berkaitan dengan fluktuasi (naik dan
turun) emosi yang sering terjadi di masa remaja. Remaja sukar untuk mengetahui
cara mengekspresikan perasaan kepada orang lain dengan kadar yang cukup
(Santrock, 2007). Elkind (dalam Papalia, Feldman & Martorell, 2008) juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mengungkapkan bahwa remaja memiliki pola pikir yang kurang matang.
Ketidakmatangan pola pikir ditandai dengan idealisme yaitu strategi pengambilan
keputusan yang kurang efektif. Egosentrisme dalam diri remaja membuat remaja
berpusat pada diri sendiri dibandingkan memikirkan keadaan orang lain. Hal
tersebut membuat remaja menjadi ceroboh dan mengalami masalah dengan orang-
orang disekitarnya.
Individu yang menginjak masa remaja memiliki kehidupan sosial yang
berbeda ketika masih kanak-kanak. Para remaja mulai lebih sering menghabiskan
waktu bersama teman-teman sebaya di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Hal tersebut dikarenakan remaja merasa gembira untuk terlibat dalam
suatu kelompok dan termotivasi oleh teman-teman sebaya (Papalia, Feldman &
Martorell, 2014). Pada masa perkembangan transisi tidak dipungkiri bahwa
terdapat beberapa remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman
sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja kurang memiliki kemampuan kognisi
sosial yang tepat. Remaja tanpa masalah proses penyesuaian dengan teman sebaya
menghasilkan lebih banyak cara penyelesaian yang alternatif, memberikan
penyelesaian masalah yang lebih asertif. Sebaliknya, remaja yang mengalami
masalah penyesuaian dengan teman sebaya akan menilai positif tentang respon
agresif dalam menanggapi masalah (Santrock, 2003).
Remaja dengan perilaku asertif tinggi lebih mudah untuk bersosialisasi
dalam lingkungan, menghindari konflik karena bersikap jujur dan berterus terang,
serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara efektif. Perilaku tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
akan menghasilkan hubungan yang sehat dengan orang lain terutama pada saat
membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain (Adams, 1995).
Keinginan yang dikemukakan secara langsung dan jelas menimbulkan perasaan
senang dalam diri pribadi dan orang lain akibat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan (Marini & Andriani, 2005). Perilaku asertif juga membuat remaja
mudah untuk hidup di “masa kini”. Hidup dalam “masa kini” berarti remaja lebih
mudah memenuhi kebutuhan di masa sekarang sehingga mengurangi atau
menghilangkan kecemasan (Alberti dan Emmons dalam Marini & Andriani,
2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja dapat mencapai tujuan yang
diinginkan sehingga remaja tidak mengalami frustrasi akibat ketegangan psikis
(strain). Remaja tidak memiliki keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis
(strain) dikarenakan perasaan positif dalam diri remaja. Dorongan untuk
melakukan tindakan agresi melalui perilaku cyberbullying juga rendah.
Perilaku asertif yang rendah cenderung membuat remaja menyelesaikan
konflik dengan tidak efektif. Remaja kurang dapat jujur dan berterus terang
sehingga memilih memendam perasaan dan kebutuhan yang sebenarnya dialami.
Perilaku tersebut menghambat remaja untuk dapat bersosialisasi dengan orang
lain secara bersahabat dan nyaman. Hal tersebut dikarenakan orang lain tidak
tepat dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan remaja. Kebutuhan diri sendiri
apabila terus-menerus tidak dipenuhi dapat menimbulkan perasaan-perasaan
negatif. Remaja akan merasa lebih cemas dan berjuang untuk mengatasi pikiran,
perasaan dan kebutuhan yang mengganggu yang masih terhambat di masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
maupun yang akan terjadi di masa mendatang (Adams, 1995). Peristiwa tersebut
membuat remaja mengalami ketegangan psikis (strain) yang menghasilkan
perasaan frustrasi. Ketegangan psikis terjadi disebabkan individu tidak
diperlakukan sebagaimana dirinya ingin diperlakukan (Agnew dalam Pratiwi,
2011). Rasa frustrasi yang dialami dapat mengarahkan individu untuk bertindak
agresif (Berkowitz dalam Koeswara, 1988). Remaja kemudian melakukan
tindakan cyberbullying untuk mengurangi ketegangan atau membuat perasaan
menjadi lebih baik (Varjas dkk, 2010).
Perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja saat ini membuat
remaja dapat melakukan tindakan agresi tanpa diketahui oleh orang lain.
Cyberbullying bersifat tidak langsung atau anonymous menyebabkan pelaku
memiliki kesempatan untuk menyembunyikan identitasnya (Varjas dkk, 2010).
Pelaku cyberbullying yang sulit untuk diketahui identitasnya membuat para
pelaku cenderung tidak mendapatkan hukuman dan konsekuensi atas tindakannya.
Tindakan cyberbullying juga dilakukan berdasarkan perkembangan teknologi
yang terjadi di zaman sekarang. Para remaja lebih aktif dalam mengakses jejaring
sosial melalui smartphone. Jejaring sosial memiliki berbagai layanan yang
memudahkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain (Boyd & Ellison,
2008). Hal ini juga memudahkan remaja melakukan tindakan agresi melalui dunia
maya menggunakan media elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Skema Hubungan antara Perilaku Cyberbullying dan Perilaku Asertif pada Remaja
Remaja
Perilaku asertif rendah Perilaku asertif tinggi
- Mengungkapkan perasaan, pikiran,
keinginan dan kebutuhan yang
sebenarnya
- Penyelesaian masalah efektif
- Memendam perasaan, pikiran,
keinginan dan kebutuhan yang
sebenarnya
- Penyelesaian masalah tidak efektif
- Hubungan dengan orang lain sehat
- Menimbulkan perasaan positif
- Kecemasan rendah
- Tidak mengalami ketegangan psikis
- Hubungan yang sehat dengan orang
lain terhambat
- Menimbulkan perasaan negatif
- Kecemasan tinggi
- Mengalami ketegangan psikis
Perilaku cyberbullying rendah Perilaku cyberbullying tinggi
Tidak mengalami frustrasi Mengalami frustrasi
Tidak memiliki keinginan untuk
mengurangi ketegangan psikis
Keinginan untuk mengurangi ketegangan
psikis
Tidak memiliki dorongan agresi Memiliki dorongan agresi
Perkembangan fisik, kognitif,
sosio-emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara
perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Artinya,
semakin tinggi tingkat perilaku asertif, maka akan semakin rendah tingkat
perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat perilaku asertif, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku cyberbullying
di jejaring sosial pada remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka
dan dianalisis dengan teknik statistik. Karakteristik masalah yang diuji pada
penelitian ini adalah melihat hubungan korelasional antara dua variabel. Tujuan
dari penelitian ini ialah untuk menguji asosiasi antara dua variabel, yaitu perilaku
asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja (Sangadji & Sopiah, 2010).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
tergantung. Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel
tergantung. Sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada
variabel bebas (Creswell, 2012).
Variabel bebas : Perilaku asertif
Variabel tergantung : Perilaku cyberbullying
C. Definisi Operasional
1. Perilaku Asertif
Perilaku asertif ialah perilaku individu yang mengungkapkan perasaan
dan pikiran secara langsung, artinya menyampaikan pesan secara jelas, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berputar-putar dan fokus. Individu juga dapat mengekspresikan perasaan
secara jujur, yaitu antara kata-kata, gerak-gerik dan perasaan selaras.
Pengekspresian perasaan dilakukan dengan memandang keinginan,
kebutuhan, hak dan kesejahteraan diri sendiri setara dengan orang lain yang
dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun merugikan
orang lain. Perilaku asertif diukur dengan menggunakan skala perilaku asertif
berdasarkan lima aspek, antara lain:
a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat
b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
d. Mampu menghormati hak-hak orang lain
e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia
Hasil skala perilaku asertif akan menunjukkan tingkat perilaku asertif
individu. Semakin tinggi skor perilaku asertif maka semakin tinggi pula
perilaku asertif yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin rendah skor
perilaku asertif, maka semakin rendah pula perilaku asertif yang dilakukan
individu.
2. Perilaku Cyberbullying
Perilaku cyberbullying merupakan tindakan yang menyakiti,
mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan
berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain.
Perilaku cyberbullying diungkapkan berdasarkan skala perilaku cyberbullying
dengan aspek bullyingyang telah direvisi/didefinisi ulang agar dapat
disesuaikan dalam konteks maya (cyber). Aspek-aspek tersebut, yaitu
pengulangan (repetitition), ketidakseimbangan kekuatan (power imbalance),
kesengajaan (intention), dan agresi (aggressive). Semakin besar skor yang
didapat maka tingkat perilaku cyberbullying semakin tinggi, begitu pula
sebaliknya.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan subjek menggunakan
purposive sample yang mencakup responden, subjek atau elemen yang dipilih
karena karakteristik atau kualitas tertentu dan mengabaikan yang tidak memenuhi
kriteria yang ditentukan (Morissan, 2012).
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan
usia 12 hingga 18 tahun dan telah menggunakan ponsel maupun internet secara
aktif selama kurang lebih satu tahun. Penentuan subjek remaja dan batasan usia
dilakukan berdasarkan pendapat para ahli tentang kecenderungan kelompok usia
yang terlibat dalam cyberbullying. Price & Dalgeish (2010) menemukan bahwa
presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga
18 tahun. Penelitian Lindfors dkk (2012) juga menyebutkan bahwa proporsi
tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
18 tahun. Subjek kemudian ditentukan mulai dari usia 12 tahun sesuai dengan
pernyataan Tokunaga (2010) yang menyebutkan bahwa cyberbullying banyak
terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah skala perilaku asertif dan skala perilaku cyberbullying yang disusun
dengan metode penskalaan likert. Skala likert merupakan metode penskalaan
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Metode ini
meminta kepada subjek untuk mengidentifikasi tingkat kesetujuan dan
ketidaksetujuan pada setiap pernyataan. Berikut akan dijelaskan masing-masing
variabel yang diukur.
1. Skala perilaku asertif
Skala perilaku asertif disusun berdasarkan 5 aspek yang telah
digabungkan oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti
dan Emmons (1986), Adams (1995) dan Zeuschner (2003). Aspek-aspek
tersebut, yaitu aspek mampu menyatakan perasaan dan pendapat, aspek
mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri, aspek mampu
mempertahankan hak-hak pribadi, aspek mampu menghormati hak-hak orang
lain dan aspek mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia.
Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”.
Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak
mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban
netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014).
Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang
mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan
unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari
perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable
dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:
Table 3.1
Pemberian Skor Skala Perilaku Asertif
Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Table 3.2
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Sebelum Uji Coba
2. Skala perilaku cyberbullying
Skala perilaku cyberbullying disusun berdasarkan 4 aspek yang telah
dikemukakan oleh Langos (2012). Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek
pengulangan (repetitition), aspek ketidakseimbangan kekuatan (power
imbalance), aspek kesengajaan (intention), dan aspek agresi (aggressive).
Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS (Sangat
Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
Mampu menyatakan
perasaan dan pendapat
4, 5, 14, 15, 31, 61,
71, 72, 73, 99
6, 12, 13, 21, 28,
33, 37, 41, 86, 91 20 20
Mampu bertindak sesuai
kebutuhan dan
kepentingan diri
32, 36, 58, 59, 60,
62, 74, 75, 89, 100
1, 7, 8, 35, 41, 36,
83, 92, 93, 95 20 20
Mampu
mempertahankan hak-
hak pribadi
2, 11, 27, 34, 39,
42, 43, 76, 81, 82
3, 9, 20, 30, 51,
65, 79, 84, 85, 94 20 20
Mampu menghormati
hak-hak orang lain
19, 26, 29, 46, 67,
77, 78, 80, 87, 88
10, 24, 25, 38, 44,
64, 66, 68, 69, 90 20 20
Mampu mendukung
kesetaraan dalam
hubungan antar manusia
17, 18, 48, 49, 50,
52, 55, 70, 97, 98
16, 22, 23, 40, 45,
53, 54, 56, 57, 96 20 20
Total 50 50 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Setuju)”, “S (Setuju)”, “TS (Tidak Setuju)”, dan “STS (Sangat Tidak Setuju)”.
Skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4 dengan tidak
mencantumkan respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban
netral sebagai jawaban aman (Supratiknya, 2014).
Skala berisi dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang
mendukung aspek-aspek dari perilaku asertif. Sedangkan pernyataan
unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari
perilaku asertif (Azwar, 2012). Penentuan skor untuk pernyataan favorable
dan pernyataan unfavorable adalah sebagai berikut:
Table 3.3
Pemberian Skor Skala Perilaku Cyberbullying
Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Table 3.4
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Sebelum Uji Coba
Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
Repetitition 12, 13, 22, 23, 51,
52, 61, 64
14, 21, 32, 37, 53,
55, 62, 63
16 25
Power imbalance 15, 16, 33, 34, 44,
45, 56, 59
4, 17, 31, 42, 43, 46,
57, 58
16 25
Intention 1, 2, 3, 10, 24, 35,
36, 38
5, 9, 18, 25, 29, 30,
41, 54
16 25
Aggression 6, 8, 19, 20, 26, 39,
49, 50
7, 11, 27, 28, 40, 47,
48, 60
16 25
Total 32 32 64 100
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui keakuratan suatu
skala psikologi berdasarkan tujuan pengukurannya (Azwar, 2009). Validitas
berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity). Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisisi
rasional atau berdasarkan professional judgement untuk melihat apakah item
dapat mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2011). Professional judgement pada penelitian ini adalah dosen pembimbing
skripsi.
2. Seleksi Item
Seleksi item pada penelitian ini bertujuan untuk memilih item-item
yang berkualitas. Seleksi item dapat dilihat dengan daya beda atau daya
diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Daya diskriminasi item
diuji dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item
dengan distribusi skor total itu sendiri dan menghasilkan korelasi item-total
(rix).
Menurut Azwar (2009), kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi
item-total, digunakan batasan rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.
Sebaliknya, item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat
diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Akan tetapi,
apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang
diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Hasil
analisis item skala perilaku asertif berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 67
item yang lolos dari 100 item yang diujikan. Total item yang gugur adalah 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
item. Item yang digunakan pada skala final adalah 50 item dari 67 item yang
baik. 50 item ini dipilih berdasarkan nilai rix yang paling baik.
Table 3.5
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba
Aspek
Item
Total %
Favorable Unfavorable
Mampu menyatakan
perasaan dan pendapat
4*, 5*, 14*, 15*,
31*, 61, 71, 72,
73, 99
6*, 12*, 13, 21,
28*, 33*, 37, 41,
86, 91*
20 20
Mampu bertindak sesuai
kebutuhan dan
kepentingan diri
32, 36*, 58, 59*,
60, 62*, 74, 75*,
89, 100*
1, 7, 8, 35, 41, 36*,
83*, 92*, 93*, 95* 20 20
Mampu mempertahankan
hak-hak pribadi
2, 11*, 27, 34*,
39*, 42, 43, 76,
81*, 82*
3, 9, 20, 30*, 51,
65*, 79*, 84, 85*,
94*
20 20
Mampu menghormati hak-
hak orang lain
19, 26, 29*, 46,
67*, 77*, 78, 80*,
87*, 88
10*, 24, 25, 38*,
44*, 64, 66*, 68*,
69, 90
20 20
Mampu mendukung
kesetaraan dalam
hubungan antar manusia
17, 18, 48, 49,
50*, 52, 55*, 70,
97, 98*
16*, 22*, 23, 40*,
45, 53*, 54*, 56*,
57, 96*
20 20
Total 50 50 100 100
Keterangan:
*) Item gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Table 3.6
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba (Setelah
diacak sesuai skala)
Aspek
No Item
Total %
Favorable Unfavorable
Mampu menyatakan perasaan
dan pendapat
6, 16, 26, 36,
46
1, 11, 21, 31,
41
10 20
Mampu bertindak sesuai
kebutuhan dan kepentingan diri
10, 20, 30, 40,
50
4, 14, 24, 34,
44
10 20
Mampu mempertahankan hak-
hak pribadi
3, 18, 22, 29,
39
8, 13, 33, 43,
49
10 20
Mampu menghormati hak-hak
orang lain
2, 15, 28, 32,
42
5, 12, 23, 38,
48
10 20
Mampu mendukung kesetaraan
dalam hubungan antar manusia
7, 17, 19, 25,
27, 37, 47,
9, 35, 45 10 20
Total 27 23 50 100
Try Out skala perilaku cyberbullying dilakukan sebanyak dua kali. Hal
ini disebabkan hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang pertama
tidak memiliki unfavorable untuk aspek pengulangan (repetition) dan aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kesengajaan (intention). Hasil analisis item skala perilaku cyberbullying yang
kedua berdasarkan batasan rix ≥ 0,30 diperoleh 49 item yang lolos dari 64 item
yang diujikan. Total item yang gugur adalah 15 item. Item yang digunakan
pada skala final adalah 32 item dari 49 item yang baik. 32 item ini dipilih
berdasarkan nilai rix yang paling baik.
Table 3.7
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba
Kedua
Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
Repetitition 7, 25*, 26*, 45, 54,
57, 60*, 62*
8, 9*, 22*, 23*, 35,
36*, 53, 59 16 25
Power
Imbalance
6, 18*, 19, 27, 39,
55*, 61*, 63
20*, 21*, 32*, 38, 40,
41*, 49*
16 25
Intention 10*, 11*, 17*, 29, 33,
34, 44*, 50
2, 3, 28, 37*, 42*, 43,
56*, 58* 16 25
Aggression 12, 16, 30*, 31, 47,
51*, 52*, 61*
1*, 4*, 5*, 13*, 14,
15, 46, 48 16 25
Total 32 32 64 100
Keterangan:
*) Item gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Table 3.8
Blueprint dan Distribusi Item Skala Perilaku Cyberbullying Setelah Uji Coba
Kedua (Setelah diacak sesuai skala)
Aspek Item
Total % Favorable Unfavorable
Repetitition 9, 11, 20, 25 1, 3, 23, 29 8 25
Power Imbalance 6, 8, 14, 16, 28 17, 22, 31 8 25
Intention 5, 13, 18, 27 4, 21, 26, 32 8 25
Aggression 2, 12, 19, 30 7, 10, 15, 24 8 25
Total 17 15 32 100
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 2011). Hasil pengukuran yang dapat dipercaya hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2011).
Estimasi reliabilitas hasil pengukuran ini dilakukan dengan cara
menghitung koefisien alpha-cronbach melalui program SPSS Statistics 23.
Koefisien reliabilitas minimum adalah 0,70. Apabila koefisien reliabilitas
tidak mencapai batas nilai minimum, yaitu 0,70 maka dapat dikatakan sebuah
tes kurang memadai untuk digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Hasil komputasi data pada skala perilaku asertif diperoleh koefisien
Alpha-Cronbach (r) sebesar 0,927 dari 100 item. Setelah seleksi item,
koefisien Alpha-Cronbach (r) skala perilaku asertif menjadi 0,944 dari 67
item. Pada skala perilaku cyberbulllying diperoleh koefisien Alpha-Cronbach
(r) sebesar 0,791 dari 64 item yang diuji coba. Setelah seleksi item, koefisien
Alpha-Cronbach (r) skala perilaku cyberbullying menjadi 0,956 dari 49 item.
Berdasarkan nilai Alpha-Cronbach (r) yang diperoleh pada masing-masing
skala, maka dapat dikatakan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang
baik.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso,
2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-
Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Distribusi
data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansinya lebih
besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih kecil
dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data penelitian dikatakan tidak normal
(Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Uji Linearitas
Menurut Santoso (2010), uji linearitas digunakan untuk menyatakan
apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus
atau tidak. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel
akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di
variabel lainnya. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test
for Linierity dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua
variabel dikatakan bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari
0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05
(p < 0,05), maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014).
3. Uji Hipotesis
Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk menguji korelasi antara
dua variabel, yaitu perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Correlation Product
Moment dari Karl Pearson apabila statistik bersifat parametrik. Statistik
parametrik adalah statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran/distribusi
data yang berdistribusi normal dan memiliki varians homogen (Siregar, 2013).
Uji hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rho apabila statistik bersifat
non parametrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
H. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba skala pertama dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 di SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta. Uji coba dilakukan terhadap 78 siswa kelas X di
SMA tersebut. Peneliti membagikan kuisioner secara langsung kepada subjek
pada saat mata pelajaran Bimbingan Konseling (BK).
Uji coba skala kedua dilakukan secara online menggunakan Google Forms
dimulai pada tanggal sampai tanggal. Uji coba skala disebarluaskan melalui
jejaring sosial dan messenger.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 hingga 11 April 2016
di Kota Yogyakarta. Skala yang berjumlah 162 terlebih dahulu disebarkan dengan
menitipkan skala kepada guru BK untuk diberikan kepada siswa-siswi SMP
Pangudi Luhur Yogyakarta. Skala kembali yang telah terisi oleh subjek berjumlah
124. Pengambilan data berikutnya dilakukan di sekolah SMK Marsudi Luhur
dengan membagikan skala di beberapa kelas pada saat jam pelajaran berlangsung.
Skala yang dibagikan berjumlah 95. Total seluruh skala yang telah dibagikan oleh
peneliti dan diisi oleh subjek berjumlah 219. Skala yang gugur berjumlah 27
dikarenakan beberapa hal, yaitu terdapat subjek yang belum selesai dalam
mengisi dan menyilang pilihan jawaban lebih dari satu. Peneliti kemudian
menggunakan skala berjumlah 192 yang telah memenuhi syarat berdasarkan
waktu penggunaan ponsel atau internet serta usia subjek.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga
18 tahun yang telah menggunakan ponsel atau internet secara aktif selama kurang
lebih satu tahun (± 1 tahun). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 192 orang.
Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin dan usia dijelaskan pada tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 113 58,9 %
Perempuan 79 41,1 %
Total 192 100 %
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
12 tahun 21 10,9 %
13 tahun 55 28,6 %
14 tahun 27 14,1 %
15 tahun 7 3,6 %
16 tahun 38 19,8 %
17 tahun 27 14,1 %
18 tahun 17 8,9 %
Total 192 100 %
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenjang Sekolah
Jenjang Sekolah Jumlah Persentase
SMP 106 55%
SMA 86 45%
Total 192 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
C. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 4.4
Deskripsi Data Penelitian
Variabel N
Sig
(p)
Data Teoritis Data Empiris
Mean Skor
SD Mean Skor
SD Min Max Min Max
Perilaku
Asertif 192 0,000 125 50 200 25 156,3 125 197 13,3
Perilaku
Cyberbullying 192 0,000 80 32 128 16 56,32 32 90 13,8
Tabel diatas menunjukkan tentang deskripsi data penelitian dari variabel
perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Peneliti kemudian membandingkan
mean teoritis dan mean empiris untuk memperoleh informasi mengenai skor yang
diperoleh pada tiap variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui
perhitungan dengan program SPSS Statistics 23.0. Sedangkan nilai mean teoritis
diperoleh perhitungan manual yaitu: 𝑀𝑖𝑛+𝑀𝑎𝑥
2
Hasil perhitungan pada variabel perilaku asertif diperoleh mean teoritis
sebesar 125 dan mean empiris sebesar 156,3 dengan nilai signifikansi (p) sebesar
0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih tinggi
daripada nilai mean teoritis. Hal ini berarti rata-rata skor perilaku asertif subjek
adalah tinggi. Pada variabel perilaku cyberbullying diperoleh nilai mean teoritis
sebesar 80 dan mean empiris sebesar 56,32 dengan nilai signifikansi (p) sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
0,000. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih rendah
daripada nilai mean teoritis. Perbandingan tersebut menyatakan bahwa rata-rata
skor perilaku cyberbullying subjek tergolong rendah.
D. Kategorisasi
Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar
atribut yang diukur dengan asumsi bahwa skor subjek terdistribusi secara normal
(Azwar, 2009). Hal ini berarti tinggi rendahnya perilaku asertif maupun perilaku
cyberbullying dapat diketahui melalui pengkategorian skor yang diperoleh dari
masing-masing subjek pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying.
Batasan kategori variabel penelitian disusun berdasarkan satuan standar deviasi
yang tertera pada tabel 4.3. Berikut merupakan norma kategorisasi yang
digunakan dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ) Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi
X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi
Keterangan :
X : Skor
µ : Mean teoritis
σ : Standar deviasi teoritis
Tabel deskripsi data penelitian (Tabel 4.3) menunjukkan skor mean
teoritis perilaku asertif sebesar 125 dan standar deviasi sebesar 25. Perhitungan
norma kategorisasi skor pada variabel perilaku asertif sebagai berikut:
Tabel 4.6
Norma Kategorisasi Perilaku Asertif
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase
X ≤ 87,5 Sangat Rendah 0 0%
87,5 < X ≤ 112,5 Rendah 0 0%
112,5 < X ≤ 137,5 Sedang 11 5,7%
137,5 < X ≤ 162,5 Tinggi 129 67,2%
> 162,5 Sangat Tinggi 52 27,1%
Total 192 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel norma kategorisasi perilaku asertif (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa
subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Penjabaran
kategorisasi perilaku asertif yaitu, sebanyak 11 subjek (5,7%) memiliki tingkat
perilaku asertif tergolong sedang, 129 subjek (67,2%) termasuk dalam tingkat
perilaku asertif tinggi dan 52 subjek (27,1%) berada pada tingkat perilaku asertif
yang sangat tinggi.
Skor mean teoritis perilaku cyberbullying pada tabel deskripsi data
penelitian (Tabel 4.3) diketahui sebesar 80 dan standar deviasi sebesar 16.
Perhitungan norma kategorisasi skor pada variabel perilaku cyberbullying sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Norma Kategorisasi Perilaku Cyberbullying
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase
X ≤ 56 Sangat Rendah 97 50,5%
56 < X ≤ 72 Rendah 73 38%
72 < X ≤ 88 Sedang 20 10,4%
88 < X ≤ 104 Tinggi 2 1,1%
> 104 Sangat Tinggi 0 0%
Total 192 100%
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas diketahui bahwa 97 subjek
(50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang sangat rendah, 73 subjek (38%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek (10,4%) berada pada kategori
sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori tinggi.
E. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian
berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010).
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-
Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0.
Distribusi data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sebaliknya, apabila nilai
signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka distribusi data
penelitian dikatakan tidak normal (Santoso, 2010). Berikut tabel hasil uji
normalitas:
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Test
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
Perilaku Asertif 0.76 0.008
Perilaku Cyberbullying 0.87 0.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hasil uji normalitas dalam tabel diatas menunjukkan nilai p dari
variabel perilaku asertif sebesar 0,008 dan nilai p dari variabel perilaku
cyberbullying sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pendistribusian data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying tidak tersebar secara normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk menyatakan apakah hubungan
antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak.
Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti
secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya.
Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for Linierity
dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua variabel dikatakan
bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).
Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05),
maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear (Priyatno, 2014). Berikut
tabel hasil uji linearitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.9
Hasil Uji Linearitas
F Sig.
Perilaku
Cyberbullying *
perilaku asertif
(Combined) 2.609 .000
Linearity 65.682 .000
Deviation from
Linearity
1.396 .065
Hasil uji linearitas dalam tabel diatas menunjukkan hubungan antara
variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying memiliki nilai p
lebih kecil dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,000. Hal tersebut berarti
terdapat hubungan yang linear antara variabel perilaku asertif dan variabel
perilaku cyberbullying.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah
hipotesis (H1) yang diajukan oleh peneliti diterima atau ditolak. Hipotesis yang
diajukan oleh peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif
dan perilaku cyberbullying. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan
teknik uji korelasi Spearman Rho menggunakan program SPSS Statistics 23.0.
Hal ini dikarenakan data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying tidak terdistribusi secara normal. Berikut tabel hasil uji hipotesis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis
Asertif Cyberbullying
Spearman’s
rho
Perilaku
Asertif
Correlation
Coefficient 1.000 -.482**
Sig. (1-tailed) . .000
N 192 192
Perilaku
Cyberbullying
Correlation
Coefficient -.482** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 192 192
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Hasil uji hipotesis dalam tabel memperoleh nilai koefisien korelasi (r)
variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying sebesar -0,482
dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah
perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka
semakin tinggi perilaku cyberbullying.
Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat
koefisien determinasi (r2). Koefisien determinasi dihitung dengan
mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Nilai koefisien determinasi (r2)
pada penelitian ini adalah 0,232 atau 23,2 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
variabel perilaku asertif memiliki pengaruh sebesar 23,2 % terhadap variabel
perilaku cyberbullying. Sedangkan 76,8 % merupakan sumbangan dari variabel-
variabel lain di luar perilaku asertif yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif
dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hasil uji korelasi menggunakan
perhitungan korelasi Spearman Rho pada 192 sampel remaja diperoleh koefisien
korelasi (r) sebesar -0,482 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Data
analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku
asertif dan perilaku cyberbullying. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif
maka semakin rendah tingkat perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying.
Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sriyanto dkk (2014). Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku asertif
memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan
remaja. Perilaku Bullying maupun cyberbullying yang dilakukan dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (Bonke, 2010). Hubungan yang
negatif ini berarti apabila perilaku asertif pada remaja tinggi maka kecenderungan
kenakalan remaja akan rendah. Pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat
penting pada diri remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa yang
menentukan perkembangan kepribadian selanjutnya. Kepribadian yang lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
yaitu rendahnya perilaku asertif dapat menyebabkan para remaja terjerumus ke
dalam hal-hal negatif (Marini & Andriani, 2005).
Cyberbullying merupakan tindakan yang sering dilakukan remaja
berdasarkan motivasi-motivasi internal (Varjas dkk, 2010). Motivasi-motivasi
tersebut antara lain pengalihan perasaan, pembalasan dendam, ingin membuat
perasaan menjadi lebih baik, dan anonymity. Remaja yang memiliki perilaku
asertif tinggi lebih mampu untuk mengungkapkan tentang perasaan, pikiran,
keinginan serta kebutuhan yang sebenarnya dialami. Apabila orang lain
mengetahui kebutuhan dan keinginan remaja, orang lain akan lebih mampu
bersedia dan bekerja sama serta membantu memenuhi kebutuhan individu.
Perilaku tersebut membantu remaja untuk menghasilkan hubungan yang sehat
dengan orang lain (Adams, 1995). Hubungan interpersonal yang terjalin
memuaskan dapat menimbulkan perasaan senang dalam diri pribadi dan orang
lain (Marini & Andriani, 2005). Remaja yang merasakan perasaan-perasaan
positif cenderung tidak mengalami ketegangan psikis yang akan menyebabkan
frustrasi. Dorongan agresif yang diakibatkan oleh perasaan frustrasi pun rendah
sehingga remaja cenderung tidak melakukan tindakan agresif berupa perilaku
cyberbullying.
Remaja yang memiliki perilaku asertif tinggi mampu untuk menyelesaikan
masalah dengan “win-win solution”. Artinya, remaja tersebut bersedia mencari
penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak apabila
mengalami konflik dengan orang lain (Adams, 1995). Perilaku tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
menunjukkan bahwa remaja mengetahui cara menyampaikan pendapat yang baik
kepada orang lain dengan mengacu pada normal sosial dan budaya dimana
individu berada (Zeuschner, 2003). Remaja menghindari perilaku yang dapat
melukai dan mengintimidasi orang lain. Tindakan untuk saling menyakiti satu
sama lain tidak terjadi antar pribadi masing-masing. Perilaku cyberbullying yang
dapat melukai dan mengintimidasi orang lain akan dihindari terkait pentingnya
menjaga hak-hak orang lain untuk mendapatkan kesejahteraan.
Hasil kategorisasi untuk variabel perilaku asertif menunjukkan bahwa
subjek remaja rata-rata memiliki perilaku asertif yang tinggi. Sebanyak 129
subjek (67,2 %) memiliki perilaku asertif tinggi, 52 subjek (27,1%) tergolong
sangat tinggi dalam berperilaku asertif dan hanya 11 subjek (57%) yang termasuk
dalam perilaku asertif sedang. Analisis kategorisasi pada variabel perilaku
cyberbullying diperoleh 97 subjek (50,5%) memiliki perilaku cyberbullying yang
sangat rendah, 73 subjek (38%) termasuk pada kategori yang rendah, 20 subjek
(10,4%) berada pada kategori sedang dan 2 subjek (1,1%) tergolong kategori
tinggi.
Tingkat perilaku asertif yang tinggi pada subjek dapat disebabkan oleh
faktor pengalaman penyesuaian dengan teman sebaya (Santrock, 2003). Remaja
yang dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya cenderung melakukan
penyelesaian masalah yang lebih asertif dengan kadar agresi yang rendah. Hal ini
berarti remaja dalam menyelesaikan masalah remaja lebih cenderung untuk
menyatakan dengan terbuka tentang apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kepada teman sebaya. Masalah yang dapat diselesaikan dengan perencanaan yang
baik dan efektif menyebabkan masalah tidak berlarut-larut. Remaja yang
memiliki perilaku asertif yang tinggi cenderung mampu mengelola emosi dengan
baik dan dapat mengontrol diri untuk tidak terlibat dalam perilaku negatif
(Mawardah & Adiyanti, 2014). Para remaja kemudian menghindari perilaku
agresi salah satunya perilaku cyberbullying yang dapat merugikan diri sendiri dan
menyakiti orang lain.
Koefisien determinasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar
0,232. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 23,2% variabel perilaku
cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh perilaku asertif. Sedangkan sebesar
76,8% variabel perilaku cyberbullying pada remaja dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya perilaku cyberbullying ialah empati.
Ang dan Goh (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
siginifikan antara empati kognitif, empati afektif, dengan perilaku cyberbullying.
Pada remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki skor empati afektif yang
rendah memiliki skor perilaku cyberbullying yang tinggi dibandingkan mereka
yang memiliki skor empati afektif yang tinggi. Pada remaja laki-laki yang
memiliki skor empati kognitif yang rendah memiliki skor perilaku cyberbullying
yang tinggi dibandingkan mereka yang memiliki empati kognitif yang tinggi.
Sementara pada remaja perempuan tinggi atau rendahnya tingkat empati kognitif
menghasilkan tingkat yang sama untuk melakukuan cyberbullying. Karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
cyberbullying yang bersifat tidak langsung dan anonymous (tidak bernama)
menyebabkan pelaku tidak dapat melihat secara langsung reaksi maupun respon
dari korban. Hal tersebut dapat membuat pelaku tidak memiliki perasaan bersalah
dan empati terhadap korban (Kowalski dkk, 2012).
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa keterbatasan.
Peneliti merasa kesulitan dalam membuat item yang terlepas dari pengaruh social
desirability sehingga dimungkinkan banyak terjadi faking good pada saat uji coba
alat ukur penelitian yang sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hasil uji
normalitas diperoleh data penelitian yang tidak normal. Hal tersebut menunjukkan
bahwa hasil penelitian kurang dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Selain
itu, skala pengukuran disebarkan melalui penitipan kepada pihak sekolah.
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol pemahaman subjek tentang cara
pengisian skala. Peneliti juga tidak melakukan wawancara yang lebih mendalam
terkait perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis data statistik menunjukkan perolehan koefisien korelasi
sebesar -0,482 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hipotesis dalam
penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan
perilaku cyberbullying pada remaja. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku asertif
maka semakin rendah perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah
perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Tingkat perilaku
asertif subjek tergolong tinggi, sedangkan tingkat perilaku cyberbullying subjek
rendah. Perilaku asertif juga memberikan sumbangan sebesar 23,2 % terhadap
perilaku cyberbullying.
B. Saran
a. Bagi Orangtua
Peranan orangtua dalam mengawasi aktivitas anak ketika berinteraksi
mengakses internet merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada
kecenderungan anak untuk terlibat dalam cyberbullying. Orangtua diharapkan
mampu untuk membimbing dan mengarahkan bagaimana menggunakan
internet dan media komunikasi elektronik lainnya secara positif.
Perkembangan kepribadian anak juga perlu diperhatikan oleh para orangtua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kepribadian yang baik dan kuat mampu untuk membuat anak menghindari
hal-hal negatif.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat item yang lebih baik
sehingga dapat meminimalisirkan terjadinya social desirability dalam
pengisian skala. Kelompok sampel lain juga dapat digunakan sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada semua remaja. Proses penyebaran
skala sebaiknya dilakukan secara langsung antara peneliti dengan subjek. Hal
ini dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan kontrol terhadap proses
administrasi skala sehingga dugaan faking dapat diminimalkan. Penelitian
selanjutnya juga dapat dilakukan lebih mendalam dengan jenis penelitian
kualitatif terkait perilaku cyberbullying remaja. Penelitian kualitatif dapat
membantu peneliti untuk mengkaji secara lebih luas faktor-faktor yang
menyebabkan remaja melakukan perilaku cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
DAFTAR PUSTAKA
Adams, L.& Lenz, E. (1995). Jadilah Diri Anda Sendiri = Be Your Best: Efektivitas
Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Adiwaluyo, Eko. (2016, Maret 29). Sekitar 93% Orang Indonesia Akses Internet
Lewat Smartphone. Diunduh 23 Mei 2016 dari
http://marketeers.com/article/sekitar-93-orang-indonesia-akses-internet-lewat-
smartphone.html.
Alberti, R. E. & Emmons, M. L. (1986). Your Perfect Right. California: Impact
Publishers.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Andri. (2014, Januari 22). 2019, Pengguna Smartphone Capai 5,6 Miliar. Diunduh
15 Juni 2016 dari http://www.biskom.web.id/2014/01/22/2019-pengguna-
smartphone-capai-56-miliar.bwi.
Ang, R.P. & Goh, D.H. (2010). Cyberbullying among adolescents: The role of
affective and cognitive empathy, and gender. Child Psychiatry Hum Dev, 41,
387–397.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014). Profil Pengguna Internet
Indonesia 2014. Jakarta: Author.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2012). Profil Pengguna Internet
Indonesia 2012. Jakarta: Author.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Berkowitz, L. (1995). Agresi 1, Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Bonke, A. O. (2010). Bullying behaviour, its associated factors and psychological
effects among secindary student in nigeria. Uluslararası Sosyal Arastırmalar
Dergisi The Journal of International Social Research, 3 (10), 498-509.
Bohang, F. K. (2015, April 10). Facebook Masih Didominasi Remaja, Bukan Orang
Tua. Diunduh 16 September 2015 dari
http://tekno.kompas.com/read/2015/04/10/13100087/Bukti.Facebook.Masih.D
idominasi.Remaja.Bukan.Orang.Tua
Boyd, D. M. and Ellison, N. B. (2008), Social Networking Sites: Definition, History,
and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13: 210-
230. Doi: 10.1111/j.1083-6101.2007.00393.x
Brewer, G. & Kerslake, J. (2015). Cyberbullying, self-esteem, empathy and
loneliness. Computer in Human Behavior, 48, 255-260.
Cawood, D. (1997). Manajer yang Asertif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chibbaro, J. S. (2007). School Counselors and theCyberbully: Interventions and
Implications. ASCA, 11 (1), 65-68.
Creswell, J. W. (2012). Research Design: Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dilmac, B. & Aydogan, D. (2010). Parental Attitudes as a Predictor of Cyber-
Bullying among Primary School Children. International Journal of Social,
Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial Engineering, 4
(7), 1667-1671.
Ditch the Label. (2013). The Annual Cyberbullying Survey. UK:
www.DitchtheLabel.org.
Dracic, S. (2009). Bullying And Peer Victimization. Material Socio Medica, 21 (4),
216-219.
Emilia, & Leonardi, T. (2013). Hubungan antara Kompetensi Sosial dengan Perilaku
Cyberbullying yang Dilakukan oleh Remaja Usia 15-17 tahun. Jurnal
Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Eskin, M. (2003). Self-reported Assertiveness in Swedish and Turkish Adolescents:
A cross-cultural comparison. Scandinavian Journal of Psychology, 44, 7– 12.
Gottfried, Keren. (2012, Januari 9). One in Ten (12%) Parents Online, Around the
World Say Their Child Has Been Cyberbullied, 26% Say They Know of a
Child Who Has Experienced Same in Their Community. Diunduh 1 Juni 2016
dari http://www.ipsos-na.com/news-polls/pressrelease.aspx?id=5462.
Guarini A., Passini S., Melotti G. & Brighi A. Risk and Protective Factors on
Perpetration of Bullying and Cyberbullying [Czynniki chroniące i czynniki
ryzyka związane z zaangażowaniem w sprawstwo bullyingu i
cyberbullyingu]. Studia Edukacyjne nr 23, 2012, Poznań 2012, pp. 33-55.
Adam Mickiewicz University Press. ISBN 978-83-232-2520-1. ISSN 1233-
6688
Hidayat, W. S. (2012, Juni 6). Ponsel Pintar di Indonesia Cuma untuk SMS dan
Media Sosial. Diunduh 2 Juni 2016 dari
http://tekno.kompas.com/read/2012/06/06/18403922/Ponsel.Pintar.di.Indonesi
a.Cuma.untuk.SMS.dan.Media.Sosial.
Hinduja, S. & Patchin, J. W. (2010). Cyberbullying and Self-esteem. Journal of
School Health, 80 (12), 614-621.
Hinduja, S.& Patchin, J. W. (2014). Cyberbullying: Identification, Prevention &
Response. Cyberbullying Research Center (www.cyberbullying.us).
Klomek, A. B., Sourander, A. & Gould, M. S. (2011). Bullying and Suicide.
Psychiatric Times, 28 (2), 1-6.
Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco.
Kowalski, R. M., Limber, S. P. & Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying: Bullying in
The Digital Age. Second Edition. Wiley-Blackwell.
Langos, C. (2012). Cyberbullying: The Challenge to Define. Cyberpsychology,
Behavior, and Social Networking, 15(6), 285-289.
Lindfors, P. L., Heino, R. K., & Rimpela, A. H. (2012). Cyberbullying among Finish
adolescents - a population – based study. BMC Public Health, 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Llyod, S. R. (1991). Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Margono, H., Yi, X. & Raikundalia, G. K. (2014). Mining Indonesian Cyber Bullying
Patterns in Social Networks. Proceedings of the Thirty-Seventh Australasian
Computer Science Conference (ACSC 2014), Auckland, New Zealand.
CRPIT Vol. 147 – Computer Science 2014
Marini, L. & Andriani, E. (2005). Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola
Asuh Orang Tua. Psikologia, 1 (2), 46-53.
Mawardah, M. & Adiyanti, MG. (2014). Regulasi Emosi dan Kelompok Teman
Sebaya Pelaku Cyberbullying. Jurnal Psikologi, 41 (1), 60-73.
Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Noris, F. (2016, April 7). Di-bully Netizen, Sonya Bolos Sekolah. Diunduh 13 Juni
2016 dari http://sumatera.metrotvnews.com/peristiwa/zNAx5nwK-dibully-
netizen-sonya-bolos-sekolah.
Notar, C. E., Padgett, S., & Roden, J. (2013). Cyberbullying: Resources for
Intervention and Prevention. Universal Journal of Educational Research, 1
(3), 133-145.
Olweus, D. (2012). Invited expert discussion paperCyberbullying: An overrated
phenomenon?. European Journal of DevelopmentalPsychology, 1, 1–19.
Papalia, D. E., Old, S. W. & Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi
Perkembangan) Edisi kesembilan. Jakarta: Prenada Media Group.
Papalia, D. E., Feldman, R. D. & Martorell, G. (2014). Menyelami Perkembangan
Manusia Ed. 12. Jakarta: Salemba Humanika.
Patchin, J. W. & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying and Self-Esteem. Journal of
School Health, 80 (12), 614-621.
Pinchot, J. L., & Paullet, K. L. (2013). Social Networking: Friend or Foe? A Study of
Cyberbullying at a University Campus. Issues in Information Systems, 14 (2),
174-181.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pipas, M. D. & Jaradat, M. (2010). Assertive Communication Skills. Annales
Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 12 (2), 649-656.
Pratiwi, M. D. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cyberbullying pada
Remaja. Seminar dan workshop APSIFOR Indonesia.
Price, M. & Dalgeish, J. (2010). Cyberbullying: Experiences, Impacts and Coping
Strategies. BoysTown (www.kidshelp.com.au).
Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET.
Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi
Informasi. Journal of Information Systems, 8 (1), 22-31.
Riebel, J., Jager, R.S., & Fischer, U.C. (2009). Cyberbullying in Germany—an
exploration of prevalence, overlapping with real life bullying and coping
strategies. Psychology Science Quarterly, 51 (3), 298-314.
Sangadji, E. M. & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja Ed. 6. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Remaja Ed. 11. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sejiwa (Yayasan Semai Jiwa Amini). (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Slonje, R., Smith, P. K. & Frisen, A. (2012) The nature of cyberbullying, and
strategies for prevention. Computers in Human Behavior.
http;//dx.doi.org/10.1016/j.chb.2012.05.024.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Smith, P. K., Mahdavi, J., Carvalho, M., Fisher, S., Russell, S., & Tippett, N. (2008).
Cyberbullying: its nature and impact in secondary school pupils. Journal of
Child Psychology and Psychiatry, 49 (4), 376-385.
Sriyanto, Abdulkarim, A., Zainul, A., Maryani, E. (2014). Perilaku Asertif dan
Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media
Massa. Jurnal Psikologi, 41 (1), 74-88.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI. (2014). Panduan Optimalisasi
Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan
Masyarakat.
Tokunaga, R. S. (2010). Following you home from school: A critical review and
synthesis of research on cyberbullying victimization. Computers in Human
Behavior, 26, 277–287
Varjas, K., Talley, J., Meyers, J., Parris, L., & Cutts, H. (2010). High School
Students’ Perceptions of Motivations for Cyberbullying: An Exploratory
Study. Western Journal of Emergency Medicine, 11 (3), 269-273.
Willard, N. (2005). Cyberbullying and cyberthreats. Washington: U.S. Department of
Education.
Williams, A. (2013, April 28). Girl, 12 'hangs herself' at home after being tormented
online over her hair and choice of clothes. Dinunduh 15 Juni 2016 pada
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2316074/Girl-12-hangs-home-torme
nted-online-hair-choice-clothes.html.
Ybarra, M. L., Mitchell, K. J., Wolak, J., & Finkelhor, D. (2006). Examining
characteristics and associated distress related to Internet harassment: Findings
from the Second Youth Internet Safety Survey. Pediatrics, 118, e1169–e1177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Zeuschner, R. (2003). Communicating Today: The Essentials. USA: Allyn and
Bacon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran A. Blueprint Skala Perilaku Asertif
A. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat Keterangan
1. Saya mampu mengungkapkan pendapat saya ketika
orang lain meminta saran tentang sebuah masalah.
Favorable
2. Saya meminta maaf secara langsung ketika berbuat
salah.
Favorable
3. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas dan
meyakinkan.
Favorable
4. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka dan
sejelas mungkin kepada orang lain.
Favorable
5. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang lain. Favorable
6. Saya memendam amarah agar selalu disukai orang lain. Unfavorable
7. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide. Unfavorable
8. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan tidak suka
terhadap orang lain.
Unfavorable
9. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan
kritikan.
Unfavorable
10. Saya enggan menyampaikan pendapat terutama jika ada
orang lain yang lebih pintar.
Unfavorable
B. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri Keterangan
11. Saya meminta bantuan orang lain ketika mengalami
kesulitan.
Favorable
12. Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang membuat
saya bingung.
Favorable
13. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai bagus
ketika ujian.
Favorable
14. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil. Favorable
15. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana
membutuhkan.
Favorable
16. Saya memilih diam meskipun belum memahami
penjelasan yang disampaikan orang lain.
Unfavorable
17. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang membuat
saya bingung.
Unfavorable
18. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya. Unfavorable
19. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan tujuan
dan impian di masa depan.
Unfavorable
20. Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu keputusan. Unfavorable
C. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi Keterangan
21. Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman
mengajak saya untuk bolos.
Favorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
22. Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang tidak
dapat saya lakukan.
Favorable
23. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi saya
untuk menjadi lebih baik.
Favorable
24. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan orang
lain kepada saya.
Favorable
25. Saya menasehati secara tegas orang lain yang
mengganggu saya.
Favorable
26. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh orang
lain.
Unfavorable
27. Saya merasa segan ketika tidak menuruti keinginan
orang lain
Unfavorable
28. Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang lain. Unfavorable
29. Saya membenci orang yang melontarkan kritik kepada
saya.
Unfavorable
30. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu saya. Unfavorable
D. Mampu menghormati hak-hak orang lain Keterangan
31. Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik kepada
orang lain.
Favorable
32. Saya memberi kesempatan kepada orang lain untuk
menyampaikan pendapat pribadinya.
Favorable
33. Saya berani menerima ketika argumen saya ditolak. Favorable
34. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan
pendapatnya.
Favorable
35. Saya menghargai hak-hak setiap orang. Favorable
36. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain
menyampaikan pendapatnya.
Unfavorable
37. Saya langsung marah apabila argumen saya ditolak oleh
orang lain.
Unfavorable
38. Saya memusuhi orang lain yang menolak permintaan
tolong saya.
Unfavorable
39. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang tidak
saya sukai.
Unfavorable
40. Saya memaksa orang lain untuk menuruti keinginan
saya.
Unfavorable
E. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar
manusia
Keterangan
41. Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan bersama. Favorable
42. Saya mementingkan hak bersama dalam menyelesaikan
masalah.
Favorable
43. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak
merugikan orang lain.
Favorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
44. Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar yang
memuaskan kedua belah pihak.
Favorable
45. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan sosial.
Favorable
46. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat saling
menghargai.
Favorable
47. Saya menghormati orang lain yang sedang beribadah. Favorable
48. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika mengalami
masalah dengan orang lain.
Unfavorable
49. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama
ketika berselisih paham dengan orang lain.
Unfavorable
50. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk
memenuhi kepentingan diri sendiri.
Unfavorable
Lampiran B. Blueprint Skala Perilaku Cyberbullying
A. Repetitition Keterangan
1. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya
mengirimkan pesan kasar melalui
sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terus-menerus.
Favorable
2. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan
me-miscall secara berulang-ulang menggunakan nomor
baru/nomor pribadi.
Favorable
3. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk
menulis komentar kasar pada status orang lain.
Favorable
4. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terus-menerus
menyebarkan kejelekkan orang yang tidak saya sukai.
Favorable
5. Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak saya
sukai menggunakan akun jejaring sosial palsu.
Unfavorable
6. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan orang yang
tidak saya sukai di jejaring sosial.
Unfavorable
7. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya tidak
mengancamnya melalui sms/messenger/pesan jejaring
sosial.
Unfavorable
8. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring sosial
palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang yang tidak
saya sukai.
Unfavorable
B. Power Imbalance Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
9. Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak saya
sukai di jejaring sosial agar tidak disukai teman-teman
lain.
Favorable
10. Saya dan teman-teman menghina teman yang
memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di
jejaring sosial.
Favorable
11. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya dan
mengirimkan pesan melecehkan kepada orang lain
menggunakan akun tersebut.
Favorable
12. Saya memberi komentar mengejek pada status teman
yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya.
Favorable
13. Saya mengejek orang lain yang memposting barang-
barang KW (tiruan) miliknya.
Favorable
14. Saya dan teman-teman saya menghargai teman yang
memposting foto dengan mengenakan pakaian kuno di
jejaring sosial.
Unfavorable
15. Saya menghindari untuk menghack akun jejaring sosial
orang lain yang tidak saya sukai.
Unfavorable
16. Saya menghindari memberi komentar mengejek pada
status teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya.
Unfavorable
C. Intention Keterangan
17. Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak saya
sukai dengan memberi komentar negatif pada status-
statusnya.
Favorable
18. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci dengan
me-miscall menggunakan nomor pribadi agar ia merasa
kesal.
Favorable
19. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial teman
dan mengirimkan pesan kasar kepada orang lain agar ia
tidak disukai.
Favorable
20. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk
meneror teman yang mempermalukan saya melalui pesan
(sms) menggunakan nomor yang tidak diketahui.
Favorable
21. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di jejaring
sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai.
Unfavorable
22. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak suka
mengganggunya dengan me-miscall menggunakan
nomor pribadi.
Unfavorable
23. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun jejaring
sosial teman saya.
Unfavorable
24. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak
menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring sosial.
Unfavorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
D. Aggression Keterangan
25. Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang lewat
media sosial ketika dibuat marah atau kesal.
Favorable
26. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai dengan
me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi.
Favorable
27. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger
kepada orang yang membuat saya kesal.
Favorable
28. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada orang
yang membuat saya tersinggung melalui sms
menggunakan nomor baru sehingga identitas saya tidak
diketahui.
Favorable
29. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya di
jejaring sosial.
Unfavorable
30. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya sukai
dengan me-miscall menggunakan nomor baru/pribadi.
Unfavorable
31. Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial teman
tentang perasaan marah saya terhadapnya.
Unfavorable
32. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar melalui
messenger kepada orang yang membuat saya kesal.
Unfavorable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran C. Skala Pengukuran
SKALA PENELITIAN
Disusun Oleh:
Yohanna Viscanesia Sinaga
119114043
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Yogyakarta, Maret 2016
Salam sejahtera,
Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa,
maka saya :
Nama : Yohanna Viscanesia Sinaga
NIM : 119114043
Fakultas : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta
Meminta kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dalam penelitian saya
dengan mengisi skala penelitian ini. Saya sangat mengharapkan teman-teman dapat
mengisi skala ini dengan lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,
perasaan dan pikiran teman-teman yang sebenarnya, sebab tidak ada jawaban benar
atau salah maupun baik atau buruk. Semua jawaban adalah baik apabila sesuai
dengan keadaan teman-teman yang sebenarnya.
Semua jawaban dan identitas teman-teman akan dijamin kerahasiaannya.
Hasil dari jawaban teman-teman juga tidak akan memberi pengaruh apapun pada diri
teman-teman. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman dapat menjawab dengan
sejujur-jujurnya dan tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih banyak atas partisipasi teman-
teman dalam penelitian ini.
Peneliti,
Yohanna Viscanesia Sinaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PERNYATAAN KESEDIAAN
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Lama menggunakan ponsel : Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)
Lama menggunakan internet : Sejak *TK/SD/SMP/SMA (Kelas __)
*Lingkari sesuai dengan jawaban Anda
Dengan ini saya menyatakaan kesediaan saya untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya menyanggupi dan bersedia untuk mengisi skala ini sesuai dengan
keadaan saya yang sebenarnya.
Menyetujui,
(………………………...)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PETUNJUK PENGISIAN
Teman-teman dimohon untuk membaca dengan cermat dan memahami setiap
pernyataan yang ada. Kemudian, pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan diri teman-teman dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban
yang teman-teman pilih. Penggantian jawaban dapat dilakukan dengan cara memberi
tanda sama dengan (=) pada jawaban yang telah teman-teman pilih, kemudian berilah
tanda silang (X) pada jawaban yang teman-teman kehendaki.
Pilihan jawaban yang disediakan adalah:
SS = Jika Anda merasa Sangat Setuju
S = Jika Anda merasa Setuju
TS = Jika Anda merasa Tidak Setuju
STS = Jika Anda merasa Sangat Tidak Setuju
Contoh:
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya menghormati hak-hak orang lain. X
2. Saya mengancam teman melalui sms ketika dibuat
kesal. X X
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda karena tidak ada
jawaban yang benar atau salah. Oleh karena itu pilihlah jawaban yang sesuai
dengan kondisi teman-teman.
-Selamat Mengerjakan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
SKALA I
No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
1. Saya memendam amarah agar selalu disukai orang
lain. SS S TS STS
2. Saya bersikap sopan dalam menyampaikan kritik
kepada orang lain. SS S TS STS
3. Kritikan dari orang lain menjadi masukkan bagi
saya untuk menjadi lebih baik. SS S TS STS
4. Saya memilih diam meskipun belum memahami
penjelasan yang disampaikan orang lain. SS S TS STS
5. Saya memusuhi orang lain yang menolak
permintaan tolong saya. SS S TS STS
6. Saya mampu mengungkapkan pendapat saya
ketika orang lain meminta saran tentang sebuah
masalah.
SS S TS STS
7. Saya berusaha melakukan perilaku yang tidak
merugikan orang lain. SS S TS STS
8. Saya takut menegur orang lain yang mengganggu
saya. SS S TS STS
9. Saya hanya memikirkan diri sendiri ketika
mengalami masalah dengan orang lain. SS S TS STS
10. Saya meminta bantuan orang lain ketika
mengalami kesulitan. SS S TS STS
11. Saya takut ditolak ketika menyampaikan ide-ide. SS S TS STS
12. Saya langsung marah apabila argumen saya
ditolak oleh orang lain. SS S TS STS
13. Saya merasa tersinggung ketika diberi kritik oleh
orang lain. SS S TS STS
14. Saya sungkan bertanya tentang sesuatu yang
membuat saya bingung. SS S TS STS
15. Saya memberi kesempatan kepada orang lain
untuk menyampaikan pendapat pribadinya. SS S TS STS
16. Saya meminta maaf secara langsung ketika
berbuat salah. SS S TS STS
17. Saya mementingkan hak bersama dalam
menyelesaikan masalah. SS S TS STS
18. Saya tetap masuk sekolah walaupun teman-teman
mengajak saya untuk bolos. SS S TS STS
19. Saya menghormati orang lain yang sedang
beribadah. SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
20. Saya berani bertanya tentang sesuatu hal yang
membuat saya bingung. SS S TS STS
21. Saya merasa cemas mengungkapkan perasaan
tidak suka terhadap orang lain. SS S TS STS
22. Saya tegas mengatakan tidak kepada sesuatu yang
tidak dapat saya lakukan. SS S TS STS
23. Saya memotong pembicaraan ketika orang lain
menyampaikan pendapatnya. SS S TS STS
24. Saya bingung menentukan tujuan hidup saya. SS S TS STS
25. Saya berperilaku sesuai dengan kepentingan
bersama. SS S TS STS
26. Saya menyampaikan pendapat saya secara tegas
dan meyakinkan. SS S TS STS
27. Saya berdiskusi untuk menemukan jalan keluar
yang memuaskan kedua belah pihak. SS S TS STS
28. Saya berani menerima ketika argumen saya
ditolak. SS S TS STS
29. Saya berterimakasih atas kritik yang diberikan
orang lain kepada saya. SS S TS STS
30. Saya belajar dengan rajin untuk memperoleh nilai
bagus ketika ujian. SS S TS STS
31. Saya takut dijauhi orang lain ketika memberikan
kritikan. SS S TS STS
32. Saya menghargai orang lain yang menyampaikan
pendapatnya. SS S TS STS
33. Saya menolak untuk mendengarkan kritik orang
lain. SS S TS STS
34. Saya mengikuti orang lain dalam menentukan
tujuan dan impian di masa depan. SS S TS STS
35. Kepentingan pribadi saya menjadi hal yang utama
ketika berselisih paham dengan orang lain. SS S TS STS
36. Saya mengungkapkan harapan saya secara terbuka
dan sejelas mungkin kepada orang lain. SS S TS STS
37. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama di lingkungan
sosial.
SS S TS STS
38. Saya menyebarkan gosip tentang orang lain yang
tidak saya sukai. SS S TS STS
39. Saya menasehati secara tegas orang lain yang
mengganggu saya. SS S TS STS
40. Saya yakin dengan keputusan yang saya ambil. SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
41. Saya enggan menyampaikan pendapat terutama
jika ada orang lain yang lebih pintar. SS S TS STS
42. Saya menghargai hak-hak setiap orang. SS S TS STS
43. Saya merasa segan ketika tidak menuruti
keinginan orang lain SS S TS STS
44. Saya sering ragu-ragu dalam membuat suatu
keputusan. SS S TS STS
45. Saya mengabaikan kepentingan orang lain untuk
memenuhi kepentingan diri sendiri. SS S TS STS
46. Saya mampu memberikan kritik terhadap orang
lain. SS S TS STS
47. Saya senang apabila saya dan teman saya dapat
saling menghargai. SS S TS STS
48. Saya memaksa orang lain untuk menuruti
keinginan saya. SS S TS STS
49. Saya membenci orang yang melontarkan kritik
kepada saya. SS S TS STS
50. Saya meminta informasi dari orang lain bilamana
membutuhkan. SS S TS STS
SKALA II
No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
1. Saya tidak pernah mengganggu orang yang tidak
saya sukai menggunakan akun jejaring sosial
palsu.
SS S TS STS
2. Saya memarahi dan berkata-kata kotor kepada
orang yang membuat saya tersinggung melalui
sms menggunakan nomor baru sehingga identitas
saya tidak diketahui.
SS S TS STS
3. Saya tidak tertarik menyebarkan keburukkan
orang yang tidak saya sukai di jejaring sosial. SS S TS STS
4. Ketika ada yang mempermalukan saya, saya tidak
menerornya melalui pesan sms/messenger/jejaring
sosial.
SS S TS STS
5. Saya sengaja membajak messenger/jejaring sosial
teman dan mengirimkan pesan kasar kepada orang
lain agar ia tidak disukai.
SS S TS STS
6. Saya memberi komentar mengejek pada status
teman yang tidak lebih cantik/ganteng dari saya. SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
7. Saya sulit menulis pesan di dinding jejaring sosial
teman tentang perasaan marah saya terhadapnya. SS S TS STS
8. Saya menghack akun jejaring sosial teman saya
dan mengirimkan pesan melecehkan kepada orang
lain menggunakan akun tersebut.
SS S TS STS
9. Saya sering membajak jejaring sosial teman untuk
menulis komentar kasar pada status orang lain. SS S TS STS
10. Saya sulit mengancam orang yang merugikan saya
di jejaring sosial. SS S TS STS
11. Ketika seseorang membuat saya sakit hati, saya
mengirimkan pesan kasar melalui
sms/messenger/jejaring sosial kepadanya terus-
menerus.
SS S TS STS
12. Saya memberitakan tentang kejelekkan seseorang
lewat media sosial ketika dibuat marah atau kesal. SS S TS STS
13. Saya sengaja menyamar menjadi orang lain untuk
meneror teman yang mempermalukan saya
melalui pesan (sms) menggunakan nomor yang
tidak diketahui.
SS S TS STS
14. Saya mengejek orang lain yang memposting
barang-barang KW (tiruan) miliknya. SS S TS STS
15. Saya menghindari mengirimkan pesan kasar
melalui messenger kepada orang yang membuat
saya kesal.
SS S TS STS
16. Saya dan teman-teman menghina teman yang
memposting foto dengan mengenakan pakaian
kuno di jejaring sosial.
SS S TS STS
17. Saya dan teman-teman saya menghargai teman
yang memposting foto dengan mengenakan
pakaian kuno di jejaring sosial.
SS S TS STS
18. Saya sengaja mempermalukan orang yang tidak
saya sukai dengan memberi komentar negatif pada
status-statusnya.
SS S TS STS
19. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai
dengan me-miscall menggunakan nomor
baru/pribadi.
SS S TS STS
20. Saya mengganggu orang yang tidak saya sukai
dengan me-miscall secara berulang-ulang
menggunakan nomor baru/nomor pribadi.
SS S TS STS
21. Saya kurang suka mengolok-olok teman saya di
jejaring sosial dengan sebutan yang tidak ia sukai. SS S TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
22. Saya menghindari untuk menghack akun jejaring
sosial orang lain yang tidak saya sukai. SS S TS STS
23. Saya belum pernah menggunakan akun jejaring
sosial palsu untuk menyebarkan kejelekkan orang
yang tidak saya sukai.
SS S TS STS
24. Saya enggan mengganggu orang yang tidak saya
sukai dengan me-miscall menggunakan nomor
baru/pribadi.
SS S TS STS
25. Melalui akun jejaring sosial palsu, saya terus-
menerus menyebarkan kejelekkan orang yang
tidak saya sukai.
SS S TS STS
26. Walaupun saya membenci seseorang, saya tidak
suka mengganggunya dengan me-miscall
menggunakan nomor pribadi.
SS S TS STS
27. Saya sengaja mengganggu orang yang saya benci
dengan me-miscall menggunakan nomor pribadi
agar ia merasa kesal.
SS S TS STS
28. Saya menunjukkan keburukkan orang yang tidak
saya sukai di jejaring sosial agar tidak disukai
teman-teman lain.
SS S TS STS
29. Ketika ada orang yang mengganggu saya, saya
tidak mengancamnya melalui
sms/messenger/pesan jejaring sosial.
SS S TS STS
30. Saya mengirimkan pesan kasar melalui messenger
kepada orang yang membuat saya kesal. SS S TS STS
31. Saya menghindari memberi komentar mengejek
pada status teman yang tidak lebih cantik/ganteng
dari saya.
SS S TS STS
32. Saya segan (tidak nyaman) jika membajak akun
jejaring sosial teman saya. SS S TS STS
Mohon periksa kembali jawaban anda
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran D. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Asertif
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.944 .946 67
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 205.75 408.159 .367 . .944
P2 205.70 406.303 .487 . .943
P3 206.22 409.526 .353 . .944
P7 206.23 405.416 .409 . .944
P8 205.70 407.980 .356 . .944
P9 205.86 408.214 .341 . .944
P13 206.29 409.179 .272 . .945
P17 205.51 404.783 .551 . .943
P18 205.52 406.430 .484 . .943
P19 205.29 409.032 .422 . .944
P20 206.35 408.524 .366 . .944
P21 205.96 405.248 .395 . .944
P22 205.58 408.453 .326 . .944
P23 205.70 408.097 .378 . .944
P24 206.14 406.890 .316 . .944
P25 205.64 404.676 .490 . .943
P26 205.39 406.565 .507 . .943
P27 205.46 401.017 .648 . .943
P32 205.78 410.379 .280 . .944
P35 205.84 401.048 .543 . .943
P36 205.58 406.924 .406 . .944
P37 206.46 407.076 .384 . .944
P41 206.35 405.171 .399 . .944
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
P42 205.52 407.047 .379 . .944
P43 205.88 409.839 .329 . .944
P44 205.75 405.218 .464 . .943
P45 206.12 402.398 .419 . .944
P46 205.61 406.006 .506 . .943
P47 206.25 405.424 .463 . .943
P48 205.13 409.056 .505 . .943
P49 205.26 408.343 .460 . .944
P50 205.26 406.843 .459 . .944
P51 206.12 409.104 .282 . .944
P52 205.62 406.121 .361 . .944
P53 205.84 406.077 .399 . .944
P54 205.75 404.277 .517 . .943
P55 205.71 408.856 .404 . .944
P57 205.74 406.578 .371 . .944
P58 205.62 408.591 .470 . .944
P59 205.83 406.087 .466 . .943
P60 205.48 405.900 .521 . .943
P61 205.62 404.297 .586 . .943
P63 206.17 405.793 .405 . .944
P64 205.81 400.067 .593 . .943
P67 205.75 408.806 .388 . .944
P68 205.68 403.926 .484 . .943
P69 205.81 407.155 .363 . .944
P70 205.28 401.702 .580 . .943
P71 205.59 400.009 .674 . .942
P72 205.74 408.019 .458 . .944
P73 205.81 408.714 .451 . .944
P74 205.64 404.382 .502 . .943
P75 205.41 405.186 .520 . .943
P76 205.70 406.068 .426 . .944
P77 205.57 408.220 .464 . .944
P78 205.65 406.671 .496 . .943
P80 205.74 409.578 .385 . .944
P83 205.75 399.306 .563 . .943
P84 205.65 406.789 .448 . .944
P86 206.16 400.489 .545 . .943
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
P88 205.33 408.167 .459 . .944
P89 205.54 408.517 .381 . .944
P90 205.68 401.691 .601 . .943
P94 205.72 405.085 .531 . .943
P95 206.61 405.418 .413 . .944
P97 205.43 408.543 .367 . .944
P99 205.75 408.659 .395 . .944
Lampiran E. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying
(Pertama)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.791 .824 64
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 134.81 174.157 .492 . .783
P2 134.79 171.897 .584 . .780
P3 134.78 177.010 .331 . .786
P4 134.19 176.784 .182 . .790
P5 133.37 181.878 .008 . .794
P6 134.40 176.213 .296 . .786
P7 133.97 175.074 .320 . .785
P8 134.49 177.567 .229 . .788
P9 133.44 186.668 -.185 . .801
P10 134.65 175.784 .353 . .785
P11 133.88 176.553 .187 . .790
P12 134.71 173.405 .560 . .781
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
P13 134.81 175.858 .446 . .784
P14 133.41 187.350 -.224 . .801
P15 134.53 175.805 .369 . .785
P16 134.51 172.970 .486 . .782
P17 133.99 177.268 .214 . .788
P18 134.19 182.127 -.001 . .794
P19 134.57 174.786 .391 . .784
P20 134.56 175.026 .441 . .784
P21 133.35 185.903 -.154 . .800
P22 134.31 173.918 .365 . .784
P23 134.72 174.294 .526 . .782
P24 134.69 175.441 .452 . .784
P25 133.06 184.683 -.118 . .797
P26 134.68 174.521 .452 . .783
P27 133.94 175.579 .234 . .788
P28 133.96 174.908 .296 . .786
P29 133.44 180.340 .080 . .792
P30 133.15 187.620 -.262 . .800
P31 133.96 176.043 .237 . .788
P32 132.94 191.131 -.437 . .804
P33 134.28 177.906 .207 . .789
P34 134.62 175.225 .417 . .784
P35 134.66 174.944 .446 . .784
P36 134.46 178.132 .198 . .789
P37 132.97 189.133 -.323 . .802
P38 134.59 175.529 .338 . .785
P39 134.53 175.716 .316 . .786
P40 133.81 175.918 .240 . .788
P41 133.59 179.798 .082 . .793
P42 133.99 172.940 .335 . .785
P43 134.03 172.835 .315 . .785
P44 134.46 174.371 .347 . .785
P45 134.57 175.412 .398 . .784
P46 132.97 191.313 -.412 . .805
P47 134.01 174.104 .310 . .785
P48 134.00 170.537 .416 . .782
P49 134.46 175.834 .304 . .786
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
P50 134.68 174.013 .524 . .782
P51 134.65 173.933 .490 . .782
P52 134.65 173.874 .476 . .783
P53 133.22 191.936 -.422 . .806
P54 133.44 183.414 -.060 . .797
P55 132.82 188.386 -.348 . .800
P56 134.57 174.159 .535 . .782
P57 134.22 171.398 .481 . .781
P58 134.21 168.136 .565 . .777
P59 134.60 175.198 .390 . .784
P60 133.99 170.582 .435 . .781
P61 134.49 175.179 .387 . .784
P62 134.26 177.571 .196 . .789
P63 132.99 189.328 -.347 . .802
P64 134.75 176.071 .453 . .784
Lampiran F. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Perilaku Cyberbullying (Kedua)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.956 .960 49
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P2 78.34 334.229 .298 . .957
P3 78.28 333.471 .310 . .957
P4 78.66 333.249 .320 . .957
P5 78.64 333.174 .451 . .956
P6 78.64 326.194 .538 . .956
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
P7 79.14 331.960 .754 . .955
P8 78.86 332.409 .412 . .956
P10 78.92 332.565 .526 . .955
P11 78.92 328.565 .677 . .955
P12 78.68 334.957 .346 . .956
P13 78.12 336.557 .344 . .956
P14 78.62 331.506 .602 . .955
P15 78.76 330.472 .515 . .956
P16 78.68 332.834 .481 . .956
P17 78.76 331.696 .544 . .955
P18 78.96 327.549 .830 . .954
P19 78.86 328.653 .672 . .955
P21 78.62 336.608 .347 . .956
P25 78.96 329.917 .706 . .955
P26 78.84 328.790 .667 . .955
P27 78.90 329.112 .587 . .955
P28 78.36 331.704 .389 . .956
P29 78.94 325.445 .824 . .954
P30 78.86 324.858 .803 . .954
P31 78.50 330.173 .471 . .956
P33 79.04 331.182 .664 . .955
P34 78.88 326.149 .679 . .955
P36 78.80 332.980 .339 . .957
P38 78.80 332.490 .450 . .956
P39 78.80 331.755 .610 . .955
P43 78.80 329.918 .659 . .955
P44 78.82 327.824 .758 . .955
P45 78.90 329.520 .672 . .955
P47 78.80 327.347 .636 . .955
P48 78.52 335.438 .348 . .956
P49 78.74 326.278 .660 . .955
P50 78.36 330.276 .532 . .955
P51 78.60 329.102 .537 . .955
P52 78.84 325.892 .691 . .955
P53 78.76 325.574 .786 . .954
P54 78.88 327.577 .721 . .955
P55 78.78 323.889 .718 . .954
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
P56 78.54 331.927 .397 . .956
P57 78.92 327.626 .819 . .954
P58 78.90 334.378 .411 . .956
P59 78.62 330.036 .567 . .955
P61 78.70 331.561 .460 . .956
P62 78.76 334.594 .367 . .956
P63 78.86 329.592 .668 . .955
Lampiran G. Uji Normalitas Perilaku Asertif
Lampiran H. Uji Normalitas Perilaku Cyberbullying
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asertif
N 192
Normal Parametersa,b
Mean 156.25
Std. Deviation 13.273
Most Extreme Differences Absolute .076
Positive .076
Negative -.047
Test Statistic .076
Asymp. Sig. (2-tailed) .008c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CB
N 192
Normal Parametersa,b
Mean 56.32
Std. Deviation 13.791
Most Extreme Differences Absolute .087
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran I. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
CB *
Asertif
Between Groups (Combined) 18180.683 53 343.032 2.609 .000
Linearity 8635.458 1 8635.458 65.682 .000
Deviation from
Linearity 9545.225 52 183.562 1.396 .065
Within Groups 18143.296 138 131.473
Total 36323.979 191
Lampiran J. Uji Korelasi Perilaku Asertif dan Perilaku Cyberbullying
Correlations
Asertif CB
Spearman's rho Asertif Correlation Coefficient 1.000 -.482**
Sig. (1-tailed) . .000
N 192 192
CB Correlation Coefficient -.482** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 192 192
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Positive .059
Negative -.087
Test Statistic .087
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI