Kajian Akademis Konsep Ecogreen dan Implementasinya di Beberapa Negara
Cvp Ecogreen
-
Upload
michael-pardede -
Category
Documents
-
view
57 -
download
0
description
Transcript of Cvp Ecogreen
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM S1 EKSTENSI
SKRIPSI
ANALISIS COST VOLUME PROFIT
SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA
PADA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
Oleh :
NAMA
NIM
DEPARTEMEN
: FISKA M SIPAYUNG
: 050522055
: AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2008
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
DAFTAR ISI
PERNYATAAN i
KATA PENGANTAR ..ii
ABSTRAK .iv
ABSTRACT ..v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL .ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah . .. 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian .. 4
E. Kerangka Konseptual .. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Biaya . 6
1. Biaya Variabel .. 6
2. Biaya Tetap ... 8
3. Biaya Semivariabel .. 10
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
B. Analisis Cost Volume Profit ..18
1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit ..18
2. Metode Analisis Cost Volume Profit ...20
C. Perencanaan Laba .30
D. Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba ..31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian .34
B. Data Penelitian .34
C. Teknik Pengumpulan Data ...35
D. Metode Analisis Data ...35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan .36
2. Analisis Cost Volume Profit di Perusahaan .44
3. Perencanaan Laba Perusahaan .47
B. Analisis Hasil Penelitian
1.Analisis Cost Volume Profit ..49
2.Analisis Perencanaan Laba ...50
3.Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Perencanaan Laba ...50
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan . 53
B. Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
NOJUDUL
2.1Biaya Variabel
2.2Biaya Tetap
2.3Data Operasi Mesin dan Biaya Pemeliharaan Mesin
HALAMAN
7
9
Selama 1 Semester12
2.4Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi
Kuadrat Terkecil16
4.1Laporan Laba Rugi PT.Ecogreen Oleochemicals Medan
tahun 200540
4.2Laporan Harga Pokok Produksi PT.Ecogreen Oleochemicals
Medan tahun 200541
4.3Klasifikasi Biaya PT.Ecogreen Oleochemicals Medan
Tahun 200542
4.4Pemisahan Biaya Variabel43
4.5Rencana Laba untuk Volume Penjualan tahun 200548
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
NOJUDUL
2.1Grafik Biaya Variabel
2.2Grafik Biaya Tetap
2.3Grafik Biaya Semivariabel
2.4Grafik Cost Volume Profit
4.1Grafik Cost Volume Profit PT. Ecogreen Oleochemicals
HALAMAN
8
10
15
21
Medan tahun 200552
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
NOJUDUL
1Struktur Organisasi PT. Ecogreen Oleochemicals Medan
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi serta dunia perdagangan yang semakin luas dan terbuka
saat ini mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dalam dunia bisnis. Para
pelaku bisnis dituntut untuk dapat berjuang keras dengan strategi yang tepat agar
dapat tetap eksis dalam persaingan. Situasi perekonomian di Indonesia saat ini
yang banyak mengalami perubahan seringkali mempengaruhi kemampuan suatu
badan usaha dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Perusahaan tidak hanya dituntut untuk dapat bertahan dibidangnya, tetapi
juga harus tetap memperoleh laba semaksimal mungkin. Tujuan utama dari suatu
kegiatan usaha atau bisnis adalah memperoleh laba. Bagaimana memperoleh laba
yang maksimal adalah tergantung dari cara yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut adalah perusahaan harus
membuat suatu perencanaan laba. Perencanaan laba yang dibuat oleh perusahaan
harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba
tersebut disertai dengan perhitungan yang akurat. Perencanaan laba yang dibuat
perusahaan berhubungan dengan biaya, volume penjualan dan harga jual.
Sebuah manajemen yang baik adalah ketika bisa mengetahui bagaimana
siklus kegiatan usahanya dalam satu periode tersebut sudah berjalan baik atau
belum. Maksudnya adalah apakah dengan tingkat laba yang diperoleh selama ini
sudah maksimal atau malah sebaliknya tanpa disadari telah melakukan suatu
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
kesalahan dimana biaya yang dikeluarkan terlalu besar meskipun laba tetap
diperoleh. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisa terhadap volume
penjualan, harga jual dan biaya produksi agar semuanya dapat diperoleh dan
dikeluarkan seefisien mungkin.
Analisis Cost Volume Profit (CVP analysis) adalah salah satu dari beberapa
alat yang berguna bagi manajemen dalam memberikan perintah, karena dapat
membantu dalam menyusun sebuah perencanaan laba dalam menyelesaikan
masalah bisnis. Analisis Cost Volume Profit berperan sebagai alat perencanaan
laba yaitu dalam perencanaan laba jangka pendek dan juga membantu
mengidentifikasikan data yang relevan untuk menentukan titik impas, margin
kontribusi untuk suatu segmen penjualan dan total laba dari volume tertentu.
Analisis Cost Volume Profit dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu
divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis Cost Volume Profit
menekankan pada keterkaitan biaya, kuantitas yang dijual dan harga, maka semua
informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya.
Contoh yang dapat kita lihat dalam kegiatan perusahaan misalnya dalam satu
periode PT.ABC mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp.5.000.000 dan penjualan
yang dapat diperoleh sebesar Rp.20.000.000, dengan jumlah unit yang terjual
sebanyak 20.000 unit dan harga per unit Rp.1000. Kemudian dibuat suatu
perencanaan untuk periode berikutnya akan ditargetkan penjualan sebanyak
30.000 unit dan harga jual diturunkan menjadi Rp.800/unit, tetapi biaya iklan akan
dinaikkan menjadi Rp.8.000.000. Manajemen perusahaan harus bisa menganalisis
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
dan membuat keputusan apakah perencanaan ini akan menjadi efektif dalam
meningkatkan laba.
B. Perumusan Masalah
Analisis Cost Volume Profit berhubungan dalam menganalisa harga jual,
volume penjualan dan biaya terhadap laba sehingga membantu pihak manajemen,
maka dari penelitian ini dibuat perumusan masalah:
1. Berapakah volume penjualan produk fatty alcohol yang harus diperoleh agar
memperoleh target laba yang diinginkan?
2. Berapakah harga jual produk fatty alcohol yang harus ditetapkan agar
memperoleh laba yang diinginkan?
3. Berapakah biaya produksi per unit produk fatty alcohol yang harus
dikeluarkan agar memperolah laba maksimal?
Analisis yang dilakukan dibuat berdasarkan data Laporan Laba/Rugi perusahaan
untuk tahun 2005.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa volume penjualan, harga jual dan biaya produksi
per unit produk fatty alcohol yang harus dikeluarkan agar dapat tercapai target
laba yang diinginkan perusahaan.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis, manambah wawasan tentang Analisis Cost Volume Profit secara
teori dan mengaplikasikannya terhadap data-data yang diperoleh perusahaan
yaitu dengan menghitung dan menganalisisnya.
2. Bagi perusahaan, bila memungkinkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak manajemen dalam mengambil keputusan terhadap perencanaan
keuangannya.
3. Bagi pihak luar, sebagai bahan informasi tambahan dan referensi bagi
mahasiswa lain yang ingin membuat skipsi yang berkaitan dengan judul ini.
E. Kerangka Konseptual
PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
LAPORAN KEUANGAN PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN(LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2005)
ANALISIS
COST VOLUME - PROFIT
Harga Jual Produk Fatty alcohol
Volume Penjualan Produk Fatty alcohol
Biaya Produksi Produk Fatty alcohol
PERENCANAAN LABAPT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Uraian Kerangka Konseptual:
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian. Analisis Cost Volume Profit
adalah metode dasar untuk menganalisis bagimana hubungan antara 3 faktor yaitu
harga jual, volume penjualan dan biaya produksi. Ketiga faktor tersebut hanya
dapat diperoleh dari salah satu laporan keuangan perusahaan yaitu laporan
laba/rugi. Laporan laba/rugi yang dibutuhkan dalam analisis cost volume profit
adalah laporan laba/rugi intern yaitu laporan laba rugi kontribusi dimana terlihat
pemisahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Analisis Cost Volume Profit
sebagai alat dalam perencanaan laba dan menggunakan metode analisis titik impas
(break even point), analisis target laba, margin keamanan (safety margin), margin
kontribusi (contribution margin), operating leverage dan bauran penjualan..
Dari data tersebut dapat diperoleh jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh
pihak manajemen perusahaan yang berkaitan dengan analisis biaya yang
dikeluarkan perusahaan, jumlah unit yang ditargetkan untuk dapat terjual dan laba
yang diinginkan. Dari semua pengolahan data tersebut maka dapat dibuat sebuah
perencanaan laba.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Biaya
Menurut Hansen, Mowen (2006:40) biaya adalah kas atau nilai ekuivelen
kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang/jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Biaya berkaitan dengan
semua tipe organisasi yaitu organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, eceran dan
jasa. Umumnya berbagai macam biaya yang terjadi dan klasifikasi biaya
tergantung pada tipe organisasinya.
Salah satu tujuan klasifikasi biaya adalah memprediksi perilaku biaya untuk
merespon perubahan aktivitas. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan
bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis meningkat
atau surut, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga
tetap. Untuk tujuan perencanaan, manejer harus dapat mengantisipasi apakah yang
akan terjadi, jika biaya mengalami perubahan yaitu sejauh mana perubahannya.
Klasifikasi biaya berdasarkan tujuan ini terbagi atas biaya variabel, biaya tetap
dan biaya semivariabel.
1. Biaya Variabel (Variable Cost)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:257) biaya variabel adalah biaya
yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat
aktivitas. Perilaku biaya variabel adalah secara total akan bertambah dan
berkurang secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas, sedangkan
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
secara per unit biaya variabel akan selalu konstan untuk per unit. Jika tingkat
aktivitas naik dua kali lipat, maka total biaya variabel juga akan naik dua kali
lipat. Jika tingkat akitivitas naik 10%, maka total biaya variabel juga akan naik
sebesar 10%.
Contoh biaya variabel dari perusahaan pabrikan adalah bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung. Sementara pada perusahaan dagang contoh dari biaya
variabel adalah komisi penjualan dan biaya pokok barang dagangan yang dijual.
unit yang diproduksitotal biaya bahan bakuBiaya bahan baku per unit10.00015.00020.00030.00040.000Rp1,000,000Rp1,500,000Rp2,000,000Rp3,000,000Rp4,500,000Rp 10,000Rp 10,000Rp 10,000Rp 10,000Rp 10,000Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang
diproduksi, unit yang dijual, jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang
digunakan, jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang bagus untuk menggambarkan
biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung.
Sebagai ilustrasi misalnya PT.ABC untuk memproduksi 10.000 unit sabun
menggunakan bahan baku 100 kg dengan biaya bahan Rp.10.000/kg. Maka
perubahan biaya bahan baku dengan kuantitas produksi berubah-ubah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Daftar Biaya Variabel
Sumber : diolah Penulis, 2008
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
5,000
4,500
biaya variabel(dlm ribuan rupiah)4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 5000
1015203045
jumlah unit yang diproduksi (dlm ribuan unit)
Gambar 2.1 Grafik Biaya Variabel
Sumber : diolah Penulis, 2008
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Menurut Hansen, Mowen (2004:35) biaya tetap adalah biaya yang dalam
jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output
berubah. Perilaku biaya tetap secara total adalah total biaya tetap tidak
dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas dalam rentang yang relevan,
sedangkan secara per unit biaya tetap per unit akan berkurang apabila jumlah unit
yang dihasilkan bertambah. Rentang yang relevan adalah rentang output dimana
asumsi hubungan biaya/output berlaku.
Berapapun unit yang diproduksi, perusahaan akan mengeluarkan biaya
tetap. Besarnya biaya tetap adalah konstan untuk satu periode, maka kurva biaya
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
tetap berupa garis mendatar memiliki kemiringan atau gradien nol. Sangat sedikit
biaya yang benar-benar tetap. Biaya tetap dapat menimbulkan kesulitan apabila
harus menyatakannya dalam biaya per unit. Hal ini terjadi karena bila biaya tetap
diperhitungkan per unit produk, akan terjadi kondisi yang berbalikan dengan
perubahan aktivitas.
Contoh biaya tetap meliputi depresiasi dengan metode garis lurus, asuransi,
pajak property, sewa, gaji supervisor, gaji pegawai administrasi dan iklan. Sewa
Unit yang diproduksiTotal biaya sewaBiaya sewa per unit10.00015.00020.00030.00040.000Rp20.000.000Rp20.000.000Rp20.000.000Rp20.000.000Rp20.000.000Rp 2.000Rp 1333.34Rp 1000Rp 666.67Rp 500adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan biaya tetap. Misalnya: PT.ABC
mengeluarkan biaya sewa gedung untuk pabrik selama 1 bulan adalah
Rp.20.000.000. Biaya sewa sebesar Rp.20.000.000 per bulan selalu tetap tanpa
dipengaruhi oleh berapa banyak produksi yang dilakukan selama 1 bulan tersebut.
Tabel 2.2 Daftar Biaya Tetap
Sumber : diolah Penulis, 2008
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
25,000
total biaya sewa20,000
15,000
10,000
5,000
0
1020304050
jumlah unit produksi
Gambar 2.2 Grafik Biaya Tetap
Sumber : diolah Penulis, 2008
3. Biaya Semivariabel (Mix Cost)
Menurut Tambunan (2000:10) biaya semivariabel adalah biaya yang akan
berubah jumlahnya apabila volume/tingkat kegiatan usaha berubah tetapi
perubahan tersebut tidak dalam proporsi langsung terhadap perubahan volume
kegiatan usaha tersebut. Untuk kepentingan perencanaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan akuntansi, biaya harus diusahakan bisa dikelompokkan ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang bersifat semivariabel (mix cost)
harus dipindahkan kedalam kelompok yang jelas yaitu bagian yang termasuk
biaya tetap dan bagian yang masuk biaya variabel. Walaupun seringkali tidak
sepenuhnya tetap, namun pemisahan biaya kedalam kedua kelompok tersebut
akan sangat membantu manajemen untuk mengendalikannya.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Ada beberapa metode pemisahan biaya yang bisa diterapkan oleh
manajemen, yaitu:
a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method)
b. Metode Scattergraph (Scattergraph Method)
c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regression)
d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method)
Analisis biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan
terendah (high low method) dimulai dengan mengidentifikasikan periode dengan
tingkat aktivitas yang paling rendah dan yang paling tinggi. Perbedaan biaya pada
kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas antara periode ekstrim
tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per unit aktivitas. Untuk
menganalisis biaya semivariabel dengan metode tinggi rendah, langkah pertama
adalah mengidentifikasikan aktivitas tertinggi dan terendah.
Y2 Y1 Biaya Variabel = kemiringan garis =X2 X1
biaya variabel =
biaya variabel =
elemen biaya tetap =
biaya aktivitas tertinggi - biaya aktivitas terendah
aktivitas tinggi - aktivitas rendah
perubahan aktivitas biaya
perubahan aktivitas
Total biaya - elemen biaya variabel
Persamaan biaya yang dihasilkan adalah = Y = a + bX
dimana :Y = jumlah biaya semivariabel
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
a = biaya tetap per periode
b = biaya variabel per unit
X = kapasitas yang diharapkan akan dijalankan
Contoh : PT.Anugrah mempunyai data operasi mesin dan biaya pemeliharaannya
selama satu semester yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.3Data operasi mesin dan biaya pemeliharaan mesin selama 1 semester
BulanJam kerja MesinTotal biaya pemeliharaanJanuari550Rp149,000Februari700Rp170,000Maret500Rp140,000April800Rp200,000Mei750Rp192,000Juni650Rp164,000Sumber: Machfoedz (2000:260)
Dari Tabel 2.3 bisa ditentukan jenjang tertinggi dan terendah sebagai sampel
untuk perhitungan pemisahan biaya. Biaya dan operasi tertinggi dan terendah
adalah sebagai berikut:
Jam kerja mesin
Biaya pemeliharaan
Tingkat aktivitas tertinggi (April)
Tingkat aktivitas terendah (Maret)
Perubahan
800 jamRp
500 jamRp
300 jamRp
200,000
140,000
60,000
Biaya Variabel=Rp 60,000
300 jam
=Rp 200 per jam
Elemen biaya tetap=Rp 200,000- (Rp 200 X 800 jam)
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
=Rp 200,000-Rp160,000
=Rp40,000
Persamaan biaya yang diperoleh Y = Rp 40.000 + Rp 200 X
Kadang kadang tinggi rendahnya tingkat aktivitas tersebut tidak sesuai
dengan tinggi rendahnya biaya. Sabagai contoh periode yang memiliki tingkat
aktivitas tertinggi belum tentu memiliki biaya tetinggi. Meskipun demikian,
tingkat aktivitas yang tertinggi dan terendah selalu digunakan untuk menganalisis
biaya semivariabel apabila menggunakan metode tinggi rendah. Alasannya adalah
bahwa aktivitas menyababkan adanya biaya sehingga para analisis akan
menggunakan data yang mencerminkan kemungkinan terbesar perubahan
aktivitas. Metode tinggi rendah sangat sederhana dan mudah dilakukan tetapi
banyak mengandung cacat karena hanya menggunakan 2 titik saja. Umumnya dua
titik tidak cukup untuk menghasilkan hasil yang akurat dalam analisis biaya.
Selanjutnya periode yang tidak biasanya rendah atau tinggi dapat mengakibatkan
ketidakakuratan hasilnya.
Sebagai contoh jenjang terendah adalah bulan Maret dengan kegiatan 500
jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp 140.000. Dengan memasukkan unsur
biaya kedalam persamaan, maka diperoleh jumlah biaya semivariabel:
Y = a + bX
= Rp 40.000 + Rp 200 (500 jam)
= Rp 140.000
Contoh lain adalah pada bulan Mei dimana kegiatan pemeliharaan 750 jam
dengan total biaya pemeliharaan Rp 192.000. Dengan menggunakan persamaan
diperoleh jumlah biaya Y = Rp 40.000 + Rp 200 (750 jam) = Rp 190.000.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
b. Metode Scattergraph (Scattergraph method)
Menurut Machfoedz (2000:263) Metode Scattergraph adalah suatu metode
pemisahan biaya campuran dengan menentukan hubungan tiap kelompok kegiatan
dan biaya pada tingkat-tingkat kegiatan. Hubungan tersebut digambarkan dalam
bentuk titik-titik yang tersebar pada bidang tertentu. Titik-titik yang digambarkan
pada sb.x dan sb.y disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling
mendekati semua titik-titik tersebut adalah merupakan garis regresi. Garis regresi
pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya variabel per
unit ditunjukkan oleh titik dimana sb.y dipotong oleh garis regresi itu. Dari titik-
titik tersebut ditarik suatu garis lurus dan garis lurus ini dianggap sebagai garis
biaya yang memisahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap.
Berdasarkan pengamatan pada scattergraph, tampak jelas bahwa biaya
pemeliharaan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah jam kerja mesin.
Selanjutnya juga menunjukkan bahwa hubungan antar biaya pemeliharaan dengan
jumlah jam kerja mesin mendekati hubungan yang linear. Penilaian biaya dapat
dikatakan linear bila hubungan antara keduanya mendekati garis lurus.
Dari gambar tersebut ditarik kesimpulan bahwa diperoleh biaya tetap
berkisar Rp 43.000 dan biaya variabel bisa dihitung (ambil contoh bulan Maret
dimana kegiatan yang terjadi adalah 500 jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp
140.000).
Maka biaya variabelnya adalah : Y = a + bX
Rp140.000 = Rp43.000 + b (500)
500b = Rp 97.000
b = Rp 194/jam
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Metode Scattergraph menghasilkan pemisahan biaya yang lebih baik
dibanding dengan metode titik tertinggi dan terendah, namun mempunyai
kelemahan yang utama yaitu penarikan garis biaya yang sangat bersifat subyektif.
Artinya ada kemungkinan setiap analist biaya mempunyai garis biaya yang
berbeda dari sumber data yang sama, sehingga akan menghasilkan biaya yang
berbeda-beda.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regession)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:282) Metode Regresi Kuadrat
Terkecil adalah metode yang memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen
biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data.
Dengan metode ini, perusahaan akan mencari kedua unsur biaya dengan
persamaan sebagai berikut: Y = a + bX
Unsur-unsur biaya dapat dicari dengan persamaan : XY = a X + bX2
BulanXYX2XYJanuari550149,000302,50081,950,000Februari700170,000490,000119,000,000Maret500140,000250,00070,000,000April800200,000640,000160,000,000Mei750192,000562,500144,000,000Juni650164,000422,500106,600,000Total3,9501,015,0002,667,500681,550,000Y= n.a + bX dimanaY = biaya periodikX = kegiatan periodik n = jumlah samplea = biaya tetap
b = biaya variabel
Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3, maka bisa dicari unsur biaya tetap
dan variabel pemeliharaan mesin sebagai berikut:
Tabel 2.4Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Sumber Machfoedz (2000 : 265)
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
XY= a X + bX2
Rp 681.550.000 = 3950a + Rp 2.667.500b
Y
Rp 1.015.000
= n.a + bX
= 6a + 3950 b
Mencari biaya variabel per jam:
Rp 681.550.000 = 3950a + Rp 2.667.500b(x 6)
Rp1.015.000 = 6a + 3950 b(x 3950)
Rp 4.089.300.000 = 23.700a + Rp16.005.000
Rp 4.009.250.000 = 23.700a + Rp15.602.500
Rp 80.050.000= 402.500b
b = Rp 199 per jam
untuk mencari biaya tetap (a) dengan interpolasi salah satu sample, sebut saja
biaya bulan April Y = a + bX
Rp 200.000 = a + Rp199(800)
a = Rp200.000- Rp159.200
a = Rp40.800
maka diperoleh persamaan Y = Rp 40.800 + Rp199X
d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method)
Metode biaya berjaga praktis digunakan untuk menaksir biaya tetap dan
biaya variabel bila sebuah perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara.
Istilah biaya berjaga digunakan untuk mewakili biaya tetap yang akan terjadi
selama masa transisi tersebut. Metode ini disebut biaya berjaga karena
dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana yang harus disiapkan untuk
berjaga-jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal. Selisih total biaya
pada saat perusahaan menjalankan kegiatan operasi komersilnya dengan biaya
yang diperkirakan akan terjadi pada saat kegiatan komersil dihentikan
diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya variabel ini selanjutnya dapat
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
dibebankan kepada setiap unit produksi atau satuan aktivitas dengan cara
membagikan total unit produksi atau satuan aktivitas dari total biaya variabel.
Contoh: PT. Ganda mempertimbangkan penghentian kegiatan produksinya
untuk bulan ini. Pada bulan lalu volume produksinya adalah 100.000 jam mesin
dengan total biaya Rp500.000.000. Apabila tidak ada produksi yang
diperhitungkan maka biaya yang akan terjadi hanya sebanyak 20% saja yaitu
Rp100.000.000 per bulan. Selisih antara total biaya pada saat belangsung kegiatan
produksi normal dengan biaya berjaga merupakan total biaya variabel dengan
perhitungan sebagai berikut:
Biaya yang dikeluarkan pada tingkat aktivitas 100.000 jam mesin
Biaya berjaga sebagai biaya tetap
Selisih atau total biaya variabel
Rp 500.000.000
Rp 100.000.000
Rp 400.000.000
jumlah jam nesinbiaya variabel per jam =total biaya variabel
= Rp 400.000.000/100.000 jam = Rp 4000/jam
Formula biaya produksi dapat dinyatakan kedalam persamaan linear:
Y = Rp 100.000.000 + 4000 X
B. Analisis Cost Volume Profit
1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit
Pengertian Analisis Cost Volume Profit atau yang sering disebut CVP
Analysis menurut Blocher (2000:308) adalah Metode untuk menganalisis
bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba
bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya
tetap, harga jual per unit dan tingkat output.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Sedangkan Analisis Cost Volume Profit menurut Garrison, Noreen,
Brewer (2006:250) adalah Suatu alat yang sangat berguna bagi manajemen untuk
menjalankan fungsinya. Alat ini dapat membantu memahami hubungan antar
biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan hubungan 5 elemen yaitu
harga produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel, total biaya tetap dan
bauran produk yang dijual.
Analisis Cost Volume Profit dapat diterapkan dalam beberapa hal sehingga
membantu manajemen dalam menjawab beberapa pertanyaan antara lain:
1. pada tingkat penjualan sejumlah tertentu akan menghasilkan laba atau rugi?
2. berapa tambahan volume penjualan dibutuhkan untuk menutup tambahan
biaya tetap akibat expansi?
3. berapa laba dari produk X jika harganya diturunkan Y rupiah?
4. berapa penjualan yang harus direalisasi untuk memperoleh laba yang
diinginkan?
5. apa pengaruh penurunan volume penjualan sejunlah 25 %?
6. berapa penjualan minimal yang harus diperoleh supaya perusahaan bisa
mempertahankan hidupnya?
Menurut Hansen, Mowen (2004 : 446)Analisis Cost Volume Profit
didasarkan pada beberapa asumsi yaitu :
1. harga jual adalah konstan, harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah2. biaya adalah linear dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap konstan secara total dalam rentang yang relevan3. dalam perusahaan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan4. dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah jika unit yang diproduksi sama dengan unit yang dijual
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
2. Metode Analisis Cost Volume Profit
Dalam melakukan analisis Cost Volume Profit terhadap suatu produk,
terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan. Antara lain dengan
menggunakan analisis titik impas (Break Even Point), margin kontribusi dan rasio
margin kontribusi, analisis target laba, margin pengaman, grafik biaya volume
laba, operating leverage dan bauran penjualan Berikut ini akan diuraikan
mengenai metode-metode tersebut.
Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Pada umumnya langkah pertama dalam banyak perencanaan bisnis adalah
menentukan titik impas yaitu titik dimana pendapatan sama dengan biaya total dan
laba sama dengan nol. Menurut Machfoedz (2000:296) Titik Impas adalah suatu
keadaan dimana perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau tidak
menderita rugi. Kondisi tersebut dinyatakan bahwa total penjualan perusahaan
sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut dan laba perusahaan sama
dengan nol. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan
dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang
terjadi selama periode tersebut.
Karena titik impas (break even point) menentukan tingkat penjualan bauran
produk yang diperlukan untuk mencapai target laba, maka merupakan kasus dari
analisis cost volume profit. Titik impas (break even point) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (equation method) atau metode margin kontribusi
(contribution margin method). Kedua metode tersebut akan memberikan hasil
yang sama.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
- Metode Persamaan
Rumus yang digunakan:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Contoh dalam hal ini masih menggunakan kasus pada PT. Ganda.
Titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung:
Penjualan
$250 . Q
$250Q
$100Q
Q
Q
= Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
= $150 . Q + $35.000 + 0
= $150Q + 35.000
= $35.000
= $35.000/$100
= 350 unit (kamera digital LX yang dijual)
Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung:
Penjualan
X
40% X
X
X
= Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
= 60% . X + $35.000 + $0
= $35.000
= $35.000/40%
= $87.500 (total dolar penjualan)
- Metode Margin Kontribusi
Metode margin kontribusi hanyalah versi jalan pintas dari metode
persamaaan. Dengan metode ini juga dapat diperoleh titik impas dalam unit dan
dalam dolar penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Biaya tetap Titik impas dalam unit yang dijual =Margin kontribusi per unit
Biaya tetap Titik impas dalam dolar penjualan =Rasio margin kontribusi
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Dalam contoh PT. Ganda,
$35.000 Titik impas dalam unit yang dijual =$100= 350 unit kamera digital LX
$35.000 Titik impas dalam unit yang dijual =40% = $87.500
Metode berbasis rasio kontribusi margin bermanfaat khususnya pada situasi
dimana perusahan memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik
impas untuk keseluruhan perusahaan.
Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Pengertian Margin Kontribusi menurut Carter, Usry (2005:257) adalah
Selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Margin
Kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik produksi
maupun non produksi dari penjualan. Margin kontribusi digunakan dulu untuk
menutup biaya tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak
cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian pada
periode tersebut. Margin kontribusi terbagi atas 2 bagian yaitu margin kontribusi
per unit dan margin kontribusi total. Margin kontribusi per unit mengukur
kenaikan pada laba untuk kenaikan setiap unit yang dijual. Jika penjualan
diharapkan meningkat 100x, maka laba seharusnya meningkat 100x margin
kontribusi. Margin kontribusi total adalah margin kontribusi/unit dikalikan dengan
jumlah unit yang dijual.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Contoh: PT. Ganda menjual produk kamera digital LX dengan harga jual per
unit $250. Biaya variabel/unit $150 dan biaya tetap perusahaan sebesar $35.000.
Jika dalam 1 periode PT.Ganda berhasil menjual produknya sebanyak 400 unit,
maka dapat dihitung:
penjualan (400 unit kamera digital LX$
dikurangi biaya variabel$
Margin kontribusi$
dikurangi biaya tetap$
Laba bersih$
Total
1,000,000
60,000
40,000
35,000
5,000
Per unit
$250
$150
$100
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin
kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang
terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar jumlah margin kontribusi per
unit. Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari
pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi adalah rasio antara margin
kontribusi terhadap harga jual per unit. Rasio margin kontribusi sangatlah berguna
karena dapat menunjukkan bagaimana margin kontribusi akan terpengaruh oleh
perubahan dalam total penjualan. Rasio margin kontribusi dapat menunjukkan
bagaimana pengorbanan (trade off) harus dilakukan antara penjualan yang lebih
banyak untuk 1 produk atau untuk produk lain. Ketika mencoba untuk
meningkatkan penjualan, produk yang menghasilkan margin kontribusi terbesar
per dolar penjualan harus diutamakan. Rasio margin kontribusi dapat dihitung
dengan rumus:
Rasio margin kontribusi =
Margin kontribusi
Penjualan
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Jika perusahaan hanya memiliki 1 jenis produk, maka rasio margin kontribusi
dapat dihitung dengan rumus:
Margin kontribusi per unit
Rasio margin kontribusi =
Harga jual per unit
Contoh: PT.Ganda memiliki rasio kontribusi margin sebesar 40%. Ini berarti
untuk kenaikan penjualan, total margin kontribusi akan meningkat sebesar 40 sen
($1 penjualan x 40% rasio kontribusi margin). Laba bersih juga akan meningkat
sebesar 40 sen, dengan asumsi biaya tidak berubah.
100Rasio margin kontribusi == 25 % 400
Pengaruh perubahan dalam total penjualan terhadap laba bersih dapat
dihitung hanya dengan mangalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan
penjualan dalam dolar. Contoh: jika PT. Ganda merencanakan peningkatan
penjualan sebesar $30.000 untuk bulan depan, margin kontribusi seharusnya
meningkat sebesar $12.000 ($30.000 peningkatan penjualan x 40% rasio margin
kontribusi) dan diasumsikan biaya tetap tidak berubah.
saat inidiharapkanpeningkatan%tase penjualan
penjualan$
dikurangi biaya variabel
margin kontribusi
dikurangi biaya tetap
laba bersih
100,000 $
60,000
40,000
35,000
5,000
130,000 $
78,000
52,000
35,000
17,000
30,000 $100%
18,00060%
12,00040%
0
12,000
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Margin Keamanan (Safety of Margin)
Meskipun manajemen biasanya merencanakan laba, titik impas menjadi
pertimbangan. Jika penjualan jatuh dibawah titik impas, maka kerugian terjadi.
Manejemen harus menentukan titik impas untuk menghitung margin pengaman,
yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang
ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Menurut Garrison, Noreen,
Brewer (2006:338) Margin keamanan adalah kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi kecukupan penjualan yang direncanakan, maksudnya adalah
kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas titik impas volume
penjualan. Semakin tinggi margin pengaman, maka semakin rendah resiko untuk
tidak balik modal .
Margin pengaman = penjualan dianggarkan penjualan titik impas
Margin keamanan dalam dolar Persentase margin pengaman =Total penjualan yang dianggarkan
Dalam contoh PT. Ganda dapat dihitung margin pengaman sebagai berikut:
Margin keamanan= Total penjualan untuk 400 unit penjualan titik impas
= $100.000 - $87.500
= $12.500
$12.500 Persentase margin keamanan =$100.000
=12.50 %
Margin keamanan ini berarti bahwa penjualan saat ini dengan harga jual dan
struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar $12.500 atau 12.50% akan
memenuhi titik impas saja.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Analisis Target Laba
Dalam melaksanakan aktivitas operasinya, manajemen suatu perusahaan
tentu mengharapkan sejumlah laba tertentu. Besarnya laba yang diharapkan oleh
manajemen suatu perusahaan disebut target laba. Analisis Cost Volume Profit
dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang dapat dijual oleh suatu
perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Dalam membuat perhitungan
tersebut dapat digunakan dua cara yaitu dengan persamaan cost volume profit dan
pendekatan margin kontribusi.
Jika PT.Ganda ingin mencapai target laba $40.000 per bulan, maka dapat
dihitung berapa banyak kamera digital LX yang harus terjual, dengan asumsi tidak
ada perubahan harga jual.
Penjualan
$250 . Q
250Q
100Q
Q
= biaya variabel + biaya tetap + laba
= $150 .Q +$35.000 + $40.000
= 150Q + $75.000
= $75.000
= 750 unit kamera digital
Jadi target laba dapat dicapai dengan menjual 750 kamera digital perbulan dengan
total penjualan keseluruhan adalah $250 x 750 unit = $187.500. jika dihitung
dengan metode margin kontribusi:
Biaya tetap + target laba Unit penjualan untuk mencapai target =Rasio kontribusi margin
$35.000 + $40.000 =0,40= $187.500 (penjualan)
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Grafik Cost Volume Pofit (Cost Volume Profit Graph)
Penyajian kembali grafik Cost Volume Profit dapat semakin meningkatkan
pemahaman kita mengenai biaya, volume penjualan dan laba dengan melihat
hubungan tersebut tergambar secara visual. Penyajian grafik dapat membantu
manejer melihat perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Penyajian grafik
juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang mempengaruhi
peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai dan dimiliki pada
titik impas.
Grafik Cost Volume Profit menggambarkan hubungan antara biaya, volume
dan laba untuk memperoleh hubungan yang lebih rinci perlu untuk
menggambarkan grafik 2 garis terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis
biaya total. Kedua garis ini masing-masing diwakili oleh 2 persamaan berikut:
Pendapatan
Biaya total
= harga x unit
= (biaya variabel x unit) + biaya tetap
Dari grafik cost volume profit yang telah selesai berdasarkan contoh kasus dapat
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1. titik impas (break even point) berada pada tingkat penjualan yang
diperoleh sebesar 350 unit dengan total penjualan $87.500.
2. dari contoh kasus, dimisalkan total produk yang terjual sebanyak 600 unit
dan diperoleh penjualan $150.000 dan biaya yang dikeluarkan sebesar
$125.000.
3. area segitiga disebelah kiri titik impas adalah area rugi, sedangkan area
segitiga disebelah kanan adalah area laba (laba yang diperoleh $25.000).
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Operating Leverage
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:343) Operating Leverage
adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan
dalam penjualan. Jika operating leverage tinggi, peningkatan persentase yang
kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam
persentase yang jauh lebih besar.
Operating leverage dapat diilustrasikan terhadap kasus 2 pertanian
blueberry, yaitu Sterling farm dan Bogside farm. Diketahui bahwa 10%
peningkatan dalam penjualan (dari $100.000 menjadi $110.000 untuk setiap
pertanian) menghasilkan 70% peningkatan dalam laba bersih Sterling farm (dari
$10.000 menjadi $70.000) dan 40% peningkatan laba bersih Bogside farm (dari
$10.000 menjadi $40.000). Dengan demikian, untuk 10% kenaikan dalam
penjualan, Sterling farm mengalami peningkatan laba bersih yang jauh lebih besar
dari Bogside farm. Jadi Sterling farm memiliki operatig leverage yang lebih besar
dari Bogside farm.
Tingkat Operating Leverage=Margin Kontribusi Laba bersih
Bogside farm
Sterling farm
= $40,000= 4 $100,000
= $70,000= 7 $100,000
Karena tingkat operating leverage untuk Sterling farm adalah 7, maka laba
bersih pertanian tersebut akan tumbuh tujuh kali lebih cepat dari penjualannya,
begitu juga dengan Bogside farm.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Bauran Penjualan (Sales Mix)
Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:355) Bauran penjualan (Sales
Mix) adalah proporsi relatif dimana produk perusahaan dijual. Bauran penjualan
dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai persentase
total penjualan. Idenya adalah untuk menciptakan kombinasi atau bauran yang
dapat menghasilkan laba terbesar. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak
produk dan seringkali produk tersebut tidak mencetak laba yang sama. Jadi laba
akan bergantung pada bauran penjualan perusahaan.
Laba akan lebih besar jika barang dengan margin tinggi bukan yang
bermargin rendah memiliki proporsi yang relatif besar dalam total penjualan.
Sebaliknya perubahan dalam bauran produk dari barang yang memiliki margin
rendah ke barang yang memiliki margin tinggi akan menyebabkan efek
sebaliknya, total laba makin meningkat walaupun total penjualan menurun.
Perubahan dalam bauran penjualan dapat mempengaruhi titik impas, margin
keamanan, dan faktor yang lain.
C. Perencanaan Laba
Menurut Machfoedz (2000:20) Perencanaan adalah penentuan apa yang
akan dikerjakan oleh manajemen selama jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang. Perencanaan merupakan suatu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta
dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan
datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Menurut Machfoedz (2000: 23) Perencanaan laba dapat diartikan sebagai
sebuah penentuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh manajemen dalam
jangka waktu tertentu yang berhubungan dengan target laba yang ingin dicapai
perusahaan. Dalam pembahasan skripsi ini, perencanaan yang dibahas adalah
mengenai perencanaan laba. Seperti yang kita ketahui, tujuan utama suatu
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya adalah memperoleh laba.
Bagaimana agar perusahaan dapat memperolah tingkat laba yang diinginkan
adalah tergantung dari sebuah perencanaan laba yang dibuat sebelumnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manajemen harus memikirkan dan menganalisa hal-hal
apa saja yang harus dibutuhkan dalam pencapaian tingkat laba.
Unsur-unsur yang paling berhubungan terhadap laba adalah tingkat
penjualan, jumlah produk yang dijual dan total biaya yang dikeluarkan. Jika
tingkat penjualan lebih tinggi daripada jumlah biaya yang dikeluarkan maka
perusahaan akan memperoleh laba. Namun jika jumlah biaya yang dikeluarkan
lebih tinggi daripada jumlah penjualan yang diperoleh maka perusahaan akan
menderita kerugian. Oleh karena itu perencanaan laba yang dibuat perusahaan
harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba
disertai dengan perhitungan yang akurat.
D. Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Perencanaan Laba
Manfaat dari analisis Cost Volume Profit adalah untuk membuat perhitungan
perencanaan laba dari suatu perusahaan dengan lebih jelas dan akurat. Seperti
yang kita ketahui metode-metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume
Profit adalah margin kontribusi dan rasio margin kontibusi, analisis titik impas,
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
analisis target laba, margin keamanan, grafik Cost Volume Profit, operating
leverage, dan bauran penjualan. Margin Kontribusi dan rasio Margin Kontribusi
bisa mengukur kenaikan pada laba untuk penambahan setiap unit yang terjual.
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin
kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang
terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar margin kontribusi per unit.
Analisis titik impas akan membantu manajemen untuk mengetahui pada tingkat
berapa banyak produk yang terjual, dimana perusahaan tidak memperoleh laba
atau rugi. Sehingga dapat dibuat suatu target laba yang diinginkan dari jumlah unit
terjual diatas titik impas.
Analisis target laba dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang
dapat dijual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Margin
Keamanan mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat
yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Operating Leverage
mengukur seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika
Operating Leverage tinggi, peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan
dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih
besar. Dengan tingkat Operating Leverage, manajemen dapat mengukur pada
tingkat penjualan tertentu persentase perubahan dalam volume penjualan akan
mempengaruhi laba. Hal lain yang dilakukan manajemen dalam menghasilkan
laba yang lebih besar adalah dengan melakukan bauran penjualan yaitu
menciptakan kombinasi atau bauran penjualan produk yang dapat menghasilkan
laba terbesar. Semua metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit
ini adalah mengacu pada unsur harga jual, jumlah produk dan biaya produk.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Semua hubungan ini dapat terlihat dari grafik Cost Volume Profit. Penyajian
grafik juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang
mempengaruhi peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai pada
titik impas.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Eko Green Oleochemical di Jln. Pelabuhan 4
Belawan (Kawasan Industri Medan).
B. Data Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2001:21) Data primer adalah data yang didapat dari
sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan
dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, seperti hasil
wawancara.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2001:21) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi
dari perusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan
laporan keuangan peusahaan.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari:
1. Teknik Wawancara
Menurut Suharyadi (2003:52) Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan
data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berwenang dalam
memberikan data yang dibutuhkan.
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Bungin (2005:144) Teknik dokumentasi adalah suatu metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis yang
tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya.
D. Metode Analisis Data
Metode Deskripitf
Menurut Sugiyono (2001:24) Metode Deskriptif adalah mengumpulkan,
mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Ecogreen Oleochemicals Medan pada awalnya didirikan dengan
penanaman modal dalam negeri tahun 1988 dengan nama PT. Aribhawana Utama
dengan SPT BKPM No.329/I/PMDN/1983 tanggal 31 Desember 1983. Pabrik ini
dirancang oleh Lurgi Gmbh Jerman dan berlokasi di Jalan Pelabuhan IV, Desa
Gabion, Kelurahan Bagan Deli Belawan dengan luas area sekitar 10 Ha.
Selanjutnya PT. Aribhawana Utama berganti nama menjadi PT. Prima Inti
Perkasa dan kemudian berganti lagi menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals. Pabrik
ini mulai dikonstruksi tahun 1988 dan mulai beroperasi secara komersil pada
Januari 1991 setelah diresmikan oleh Alm. Mantan Presiden Soeharto.1
PT. Ecogreen Oleochemicals merupakan pabrik yang mengolah bahan baku
CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan menghasilkan fatty alcohol sebagai produk
utama (main product), serta fatty acid dan glycerin sebagai produk sampingan (by
product) pertama di Indonesia yang kemudian disusul oleh perusahaan satu
groupnya yaitu PT. Batamas Megah yang berada di pulau Batam tahun 1994.
Selanjutnya PT. Batamas Megah berganti menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals
Batam. Produk fatty alcohol dapat digunakan dalam industri untuk membuat
shampoo, alat-alat kosmetik wanita, deterjen, pembersih lantai, industri tekstil dan
kertas. Produk fatty acid dapat digunakan dalam industri pembuat plastic, minyak
pelumas dan industri kertas. Glycerin dapat digunakan untuk industri farmasi,
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
food & baverage dan industri kertas. Orientasi pasar dari PT. Ecogreen
Oleochemicals adalah 95% Negara-negara di Eropa dan Asia dan hanya 5% yang
dipasarkan dalam negeri di Indonesia.
Sesuai dengan salah satu fungsi dalam manajemen, maka pengorganisasian
tidak terlepas dari suatu perusahaan. Struktur orgamisasi dalam suatu badan usaha
merupakan kerangka dasar dari koordinasi hubungan struktur terhadap semua
fungsi yang berada dalam badan usaha tersebut agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan, tugas
pimpinan dalam mengoordinasi bagian-bagian yang ada dalam perusahaan agar
tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Adanya struktur organisasi akan tercermin kepada pembagian kerja dan
tanggung jawab. Hal ini akan mempermudah menentukan dalam mengarahkan
masing-masing karyawan, selain itu pekerjaan yang dilaksanakan dengan tanpa
adanya perselisihan yang disebabkan karena tumpang tindih pekerjaan. Adapun
struktur organisasi PT. Ecogreen OLeochemicals sebagai salah satu badan usaha
yang menganut system organisasi fungsional yang berbentuk garis dengan
pembagian tugas sebagai berikut:
a. Presiden Director
Direktur merupakan pimpinan pelaksana dari rencana perusahaan yang telah
ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, secara garis besar tugas direktur
adalah memimpin dan mengawasi seluruh pelaksana kegiatan kerja dan usaha
perusahaan berdasarkan ketetapan anggaran dasar perusahaan dan menentukan
kebijaksanaan lain yang telah disepakati. Memiliki wewenang dan tanggung
jawab tertinggi dalam pengembalian keputusan yang berhubungan dengan
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan dalam batas-batas yang telah
ditentukan.
b. Production Manager
Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan produksi mulai dari
pengolahan bahan baku sampai pengemasan hasil produksi, mengontrol segala
permasalahan yang berkaitan dengan mutu produk dan bertanggung jawab kepada
General Manager mengenai segala sesuatu yang menyangkut produksi di
perusahaan.
c. Quality Assurance Manager
Bertanggung jawab terhadap aktivitas jaminan mutu terhadap produk yang
dihasilkan yaitu mulai dari bahan baku sampai ke bahan pendukung, mengawasi
operasi pengolahan agar diperoleh hasil sesuai dengan tingkat kualitas yang
ditentukan.
d. Production Planning Distribution and Cost Service
Bertanggung jawab dalam meneliti dan menyelidiki data perkembangan
pasar, menganalisa anggaran sehubungan dengan proses produksi dan
realisasinya, dan memberikan informasi mengenai keadaan persediaan bahan
baku.
e. Safety & Environtental Superintendent
Bertanggung jawab dalam menyediakan dan mengatur program pengamanan
yang baik misalnya menyediakan alat-alat kelengkapan pengamanan perusahaan,
baik pengamanan terhadap peralatan maupun terhadap karyawan. Menjamin
bahwa peraturan mengenai lingkungan kerja dipenuhi secara konsisten dan
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
memberikan bimbingan dan latihan mengenai prosedur-prosedur keselamatan
kerja.
f. Maintenance & Engineering Manager
Bertanggung jawab dalam menyusun, mengkoordinir, memimpin dan
mengawasi seluruh kegiatan pemeliharaan an perbaikan peralatan, mesin-mesin
pabrik dan membuat rencana jangka panjang terhadap ketersediaan produk.
g. Finance & Accounting Manager
Bertanggung jawab terhadap cash flow, transaksi hutang piutang, transaksi
bank, pembukuan, laporan keuangan, perpajakan, asuransi perusahaan, dsb.
h. Logistic & Procurement Manager
Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi
pelaksanaanpemasukan,pengangkutan,penyimpanan,pengirimandan
penerimaan segala material yang berhubungan dengan perusahaan.
i. Human Resource & General Affair Manager
Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengarahkan dan mengawasi
kegiatan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan individu,
organisasi dan masyarakat. Bertanggung jawab dalam penarikan dan seleksi
tenaga kerja, merencanakan dan menyusun jadwal kerja karyawan dan mengurus
masalah yang menyangkut hal-hal ketenagakerjaan, perburuhan, pendidikan
olahraga, rekreasi dan kegiatan sosial lainnya.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
TABEL 4.1 LAPORAN LABA RUGIPT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 SDESEMBER 2005PenjualanHarga Pokok Penjualan:Persediaan awalRp5,532,428,670Harga Pokok ProduksiRp106,803,398,548 Barang tersedia untuk dijualRp112,335,827,218 Persediaan akhirRp (4,931,995,807) Harga Pokok PenjualanLaba KotorBiaya Operasional:Biaya penjualan:Biaya gaji bagian penjualanRp1,986,447,300 Biaya pengiriman dalam negeriRp 120,308,078Biaya ExportRp752,308,078 Biaya promosiRp145,000,000 Biaya entertainmentRp280,000,000 Biaya Telepon/FaxRp386,400,326Total biaya penjualan Biaya Administrasi & UmumBiaya gaji bagian kantorRp1,906,021,950 Biaya penyusutan gedung kantorRp 896,300,000 Biaya penyusutan inventaris kantorRp 742,350,000 Biaya penyusutan kendaraan kantorRp 860,500,000Biaya pemeliharaan kendaraan kantorRp125,420,300 Biaya perlengkapan kantorRp688,320,450Biaya rapatRp450,000,000 Biaya AsuransiRp 3,283,400,000 Biaya listrikRp210,431,572 Biaya airRp212,156,400 Biaya administrasi bankRp 2,560,825,658 Biaya bunga bankRp 4,984,556,025 Biaya retribusiRp924,570,409 Total biaya administrasi & umumTotal biaya operasional Laba OperasiPendapatan (Biaya) Lain-lain:Pendapatan bunga bankRp2,483,080,060 Biaya lain-lainRp (100,092,528)Laba Rugi sebelum pajakRp150,224,000,000Rp107,403,831,411Rp42,820,168,589Rp3,670,463,782Rp17,844,852,764Rp21,515,316,546Rp21,304,852,043RpRp2,382,987,53223,687,839,575Sumber : PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
TABEL 4.2LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDANPER 31 DESEMBER 2005Biaya bahan langsung:Persediaan bahan baku awalRp2,317,196,375 Pembelian bahan bakuRp 80,581,849,124 Biaya angkut pembelianRp 10,392,457,036Bahan baku tersediaRp Persediaan bahan baku akhirRp Pemakaian bahan baku dalam produksiUpah buruh langsungRp Total biaya langsungRpBiaya overhead pabrik:Upah lembur karyawan pabrikRp1,325,042,236 Biaya penyusutan mesin pabrikRp1,940,520,400 Biaya penyusutan gedung pabrikRp1,850,000,000 Biaya penyusutan inventaris pabrikRp1,937,280,000 Biaya penyusutan kendaraan pabrikRp 780,447,500 Biaya pemeliharaan mesin/sparepartRp 457,722,977 Biaya listrikRp 540,525,290 Biaya airRp 350,280,750 BBM mesin pabrikRp 210,840,300 Biaya laboratoriumRp1,689,666,804 Biaya penanganan limbahRp1,905,848,547 Biaya pemeliharaan bangunan pabrikRp 200,111,547Total biaya overheadRpTotal biaya produksiRp Produk dalam proses awalRp Produk tersedia untuk diprosesRp Produk dalam proses akhirRp Harga Pokok ProduksiRp93,291,502,535(7,606,420,535)85,685,082,0005,947,383,00091,632,465,00013,188,286,351104,820,751,3518,453,187,452113,273,938,8036,470,540,255106,803,398,548Sumber : PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
TABEL 4.3 KLASIFIKASI BIAYAPT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 DESEMBER 2005
a. Biaya Tetap
Biaya administrasi bank Biaya asuransiBiaya bunga bank Biaya gaji bagian kantorBiaya gaji bagian penjualan Biaya laboratoriumBiaya penanganan limbah
Biaya penyusutan gedung kantor Biaya penyusutan gedung pabrik
Biaya penyusutan inventaris kantor Biaya penyusutan inventaris pabrik Biaya penyusutan kendaraan kantor Biaya penyusutan kendaraan pabrik Biaya penyusutan mesin pabrik Biaya perlengkapan kantorBiaya rapat Biaya retribusi
Upah buruh langsung
Total Biaya Tetap
b. Biaya Variabel BBM mesin pabrik Biaya airBiaya air
Biaya entertainment Biaya ExportBiaya lain-lain
Biaya pengiriman dalam negeri Biaya promosiPemakaian bahan baku dalam produksi Upah lembur karyawan pabrik
Total Biaya Variabel
c. Biaya Semivariabel Biaya listrik (adm & umum)
Biaya listrik (over head pabrik)
Biaya pemeliharaan bangunan pabrik Biaya pemeliharaan kendaraan kantor Biaya pemeliharaan mesin/sparepart Biaya Telepon/Fax
Total Biaya Semivariabel
Rp2,560,825,658 Rp3,783,400,000 Rp4,984,556,025 Rp1,906,021,950 Rp1,986,447,300 Rp1,689,666,804 Rp1,905,848,547 Rp 896,300,000 Rp1,850,000,000
Rp742,350,000 Rp 1,957,280,000 Rp860,500,000 Rp780,447,500 Rp 1,940,520,400 Rp688,320,450 Rp450,000,000 Rp924,570,409
Rp5,947,383,000
Rp35,834,438,043
Rp210,840,300 Rp150,280,750 Rp212,156,400 Rp280,000,000 Rp752,308,078 Rp100,092,528 Rp120,308,078 Rp145,000,000 Rp 85,685,082,000 Rp 1,325,042,236
Rp88,781,110,370
Rp210,431,572
Rp540,525,290 Rp100,111,547 Rp 25,420,300 Rp757,722,977 Rp386,400,326
Rp1,920,612,012
Sumber: PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan seluruh
kegiatannya, diklasifikasikan ke dalam 3 jenis biaya yaitu biaya tetap, biaya
variabel dan biaya semivariabel. Dalam hal pemisahan biaya semivariabel
perusahaan menggunakan metode stand by cost (metode biaya berjaga) karena
pengaloksian setiap komponen biaya semivariabel tidak berdasarkan pemicu biaya
tertentu. Manajemen perusahaan menetapkan bahwa apabila kegiatan perusahaan
dihentikan sementara, maka biaya tetap yang dikeluarkan adalah 20% saja.
-biaya listrik (adm & umum)-biaya listrik (overhead pabrik)total biaya listrik pada saat operasi normal -biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%)-biaya variabelRp Rp Rp RpRp210,431,572540,525,290750,956,862 (150,191,372)600,765,490-biaya pemeliharaan bangunan pabrik (normal) -biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%)-biaya variabelRp RpRp200,111,547(40,022,300)160,089,247-biaya pemeliharaan kendaraan kantor (normal) -biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%)-biaya variabelRp RpRp125,420,300(25,084,060)100,336,240-biaya pemeliharaan mesin/sparepart (normal) -biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%)-biaya variabelRp RpRp457,722,977(91,544,590)366,178,387-Biaya telepon/fax-biaya berjaga sebagai biaya tetap (20%)-biaya variabelRp RpRp386,400,326(77,280,060)309,120,266-total biaya tetap-total biaya variabelRp384,122,382Rp1,536,489,630TABEL 4.4 Pemisahan Biaya Semivariabel
Sumber : PT. Ecogreen Oleochemicals, 2005
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Maka jumlah biaya variabel dan biaya tetap secara keseluruhan adalah :
Biaya tetap= Rp 35.834.438.043 + Rp 384.122.382 = Rp 36.218.560.425
Biaya variabel = Rp 88.781.110.370 + Rp 1.536.489.630 = Rp 90.317.600.000
2. Analisis Cost Volume Profit Perusahaan
Metode-metode yang digunakan dalam analisis cost volume profit di
PT.Ekogreen Oleochemicals Medan adalah dengan margin kontribusi dan rasio
margin kontribusi, analisis titik impas (break even point) dan margin keamanan
(safety of margin). Perusahaan tidak menggunakan metode operating leverage dan
bauran penjualan, karena meskipun perusahaan memproduksi dan menjual 2 hasil
yaitu produk utama dan produk sampingan tetapi perusahaan tetap menjual
produk utama (fatty alcohol) dalam kuantitas yang lebih besar.
Untuk tahun 2005, perusahaan dalam menjual satu kg produk fatty alcohol
dikeluarkan biaya variabel sebesar Rp 19.720 dan biaya tetap Rp 36.218.560.425
dengan harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 32.800/kg dan pada tahun tersebut
berhasil menjual produknya sebanyak 4.580.000 kg.
- Analisis Titik Impas (Break Even Point)
Analisis titik impasnya dengan menggunakan 2 metode, yaitu:
Metode persamaan
- titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung:
penjualan
Rp 32.800 . Q 32.800 Q13.080 Q
= biaya variabel = Rp 19.720 . Q = 19.720 Q=Rp 36.218.560.425
+ biaya tetap + laba + Rp 36.218.560.425 + 0+ Rp 36.218.560.425
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
=36.218.560.425 Q13.080
Q=2.769.003,09059 Q= 2.769.004 kg
- titik impas dalam rupiah penjualan dapat dihitung:
penjualan 100% . X 39,88% . X
X
X
= biaya variabel = 60.12% . X= Rp 36.218.560.425 =36.218.560.42539,88% X
=Rp 90.823.301.373
+ biaya tetap+ laba
+ Rp 36.218.560.425+0
Metode Margin Kontribusi
titik impas dalam unit yang dijual=
biaya tetap
margin kontribusi per unit
=Rp 36.218.560.425 Rp 13.080
=
titik impas dalam rupiah penjualan=
2.769.003,0906 biaya tetaprasio margin kontribusi
=Rp 36.218.560.425 39,88%
=Rp90.823.301.373
Titik impas (Break Even Point) tahun 2005 perusahaan tercapai pada saat unit
yang dijual sudah mencapai 2.769.004 kg dengan total penjualan Rp
90.823.301.373 dan pada saat penjualan tersebut perusahaan tidak memperoleh
laba.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
- Margin Kontribusi (Contribution Margin)
Margin kontribusi dapat dihitung sebagai berikut :
totalper unit
Penjualan
Dikurangi biaya variabel margin kontribusiDikurangi biaya tetap
(Rp 32.800 X 4.580.000)
(Rp 19.720 X 4.580.000)
Rp 150.224.000.000 Rp 90.317.600.000) Rp 59.906.400.000Rp 36.,218.560.425)
Rp32.800 Rp19.720Rp13.080
laba bersihRp 23.687.839.575
Rasio margin kontribusi=
=
Rp59.906.400.000 Rp 150.224.000.00039,88%
Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sejumlah margin kontribusi per
unit. Ketika titik impas tercapai, setiap tambahan unit yang terjual akan
meningkatkan laba perusahaan sebesar sejumlah margin kontribusi per unit. Jika
perusahaan memiliki rasio margin kontribusi sebesar 39,88%, ini berarti untuk
setiap kenaikan penjualan total margin kontribusi juga akan meningkat sebesar
39.88% dan laba bersih juga akan meningkat dengan asumsi biaya tidak berubah.
- Margin Keamanan (Margin of Safety)
Margin Keamanan= penjualan yang dianggarkan penjualan pada titik impas
= Rp 150.224.000.000 Rp 90.823.301.172
= 59.400.698.828
%tase margin Kemanan=
=
Rp59.400.698.828 Rp 150.224.000.00039,54%
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Hal ini berarti bahwa penurunan penjualan sebesar 39,54% atau Rp
59.400.698.828 akan memenuhi titik impas saja. Semakin tinggi margin
keamanan maka semakin rendah perusahaan menderita kerugian.
- Analisis Target Laba
Berdasarkan kebijakan menajemen, perencanaan penjualan untuk tahun 2006
diharapkan meningkat 30% dari total penjualan tahun sebelumnya. Hal ini
dilakukan antara lain karena faktor pengalaman dimasa lalu dan semakin
banyaknya kebutuhan para konsumen sekarang ini dengan bertambahnya jenis-
jenis produk baru yang diciptakan. Selain itu juga disebabkan karena pangsa pasar
konsumen yang semakin luas. Jika pada tahun 2005 telah tercapai penjualan
sebanyak 4.580.000 kg maka direncanakan penjualan untuk tahun 2006 adalah
sebesar 5.954.000 kg (30% x 4.580.000).
Jika diasumsikan tidak ada perubahan biaya dan harga jual, maka akan diperoleh
laba untuk tahun 2006 sebagai berikut:
Penjualan (biaya variabel) margin kontribusi
saat ini
Rp150.224.000.000
Rp(90.317.600.000)
Rp 59,906,400,000
Diharapkan
Rp195.291.200.000
Rp(117.412.880.000)
Rp 77.878.320.000
peningkatan%tase
Rp 45.067.200.000100%
Rp(27.095.280.000)60,22%
Rp 17.971.920.00039,88%
(biaya
tetap)Rp(36.218.560.425)Rp(36.218.560.425)Rp-
laba bersihRp 23.687.839.575Rp 41.659.759.575Rp 17.971.920.000
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
3. Perencanaan Laba Perusahaan
Perencanaan laba yang dibuat perusahaan adalah berdasarkan perbandingan
penjualan aktual tahun sebelumnya. Untuk tahun 2006 diharapkan kenaikan
penjualan sampai akhir Desember 2006 adalah 30%. Maka penjualan untuk
tahun 2006 adalah ditargetkan sebesar 5.954.000 kg fatty alcohol. Perusahaan
mempertimbangkan untuk tahun depan akan terjadi kenaikan biaya dan kenaikan
harga jual. Hal ini dapat disebabkan karena kenaikan gaji dan upah karyawan
setiap tahunnya. Manajemen perusahaan mengasumsikan kenaikan biaya tetap
sebesar 5% menjadi Rp 38.029.488.446 dan biaya variabel menjadi Rp 20.700.
Harga jual per kg produk juga meningkat menjadi Rp 34.400, maka diperoleh
perencanaan laba sebagai berikut:
Penjualan (biaya variabel)margin kontribusi (biaya tetap)Laba bersih
Rp 204.817.600.000 Rp (123.247.800.000) Rp 81.569.800.000 Rp (38.029.488.446)Rp 43.540.311.554
Perhitungan titik impas dan margin keamanannya adalah sebagai berikut:
-titik impas
Rp 34.400 x X
34.400 X -20.700 X
13.700 X
X
X
= Rp 20.700 (X) + Rp 38.029.488.446 + Rp 0
= Rp 38.029.488.466
= Rp 38.029.488.466
= Rp 38.029.488.466 13.700 X
= 2.775.876 kg atau Rp 95.490.134.400
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Margin keamanan= Rp 204.817.600.000 Rp 95.490.134.400
= Rp 109.327.465.600
%tase margin Kemanan=
=
Rp95.490.134.400 Rp 204.817.600.00046,62%
Dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa titik impas penjualan untuk tahun 2006
akan tercapai pada bulan Mei 2006.
Bulanvolume penjualan(kg)biaya tetap(Rp)biaya variabel(Rp)total penjualan(Rp)Laba(Rp)JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember496,170992,3401,580,5102,300,6802,870,0003,200,0203,696,1904,300,3604,665,5305,161,7005,657,8705,954,00038,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46638,029,488,46610,270,719,00020,541,438,00032,716,557,00047,624,076,00059,409,000,00066,240,414,00076,511,133,00089,017,452,00096,576,471,000106,847,190,000117,117,909,000123,247,800,00017,068,248,00034,136,496,00054,369,544,00079,143,392,00098,728,000,000110,080,688,000127,148,936,000147,932,384,000160,494,232,000177,562,480,000194,630,728,000204,817,600,000(31,231,959,466)(24,434,430,466)(16,376,501,466)(6,510,172,466)1,289,511,5345,810,785,53412,608,314,53420,885,443,53425,888,272,53432,685,801,53439,483,330,53443,540,311,534TABEL 4.5
RENCANA LABA UNTUK VOLUME PENJUALAN TAHUN 2006
Sumber : PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Cost Volume Profit
Penerapan analisis cost volume profit, diperlukan penganalisaan unsur biaya
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan perusahaan selama
tahun 2005 terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel,
sehingga diperlukan pemisahan lagi untuk biaya semivariabel tersebut. Dalam hal
pemisahan biaya semivariabel PT.Ecogreen Oleochemicals Medan menggunakan
metode stand by cost (metode biaya berjaga) karena metode ini dianggap cukup
praktis karena pengaloksian setiap komponen biaya semivariabel tidak
berdasarkan pemicu biaya tertentu.
Total penjualan tahun 2005
Total biaya variabel tahun 2005
Total biaya tetap tahun 2005
= Rp 150.224.000.000
= Rp 90.317.600.000
= Rp 36.218.560.425
Pada tahun 2005 titik impas (Break Even Point) perusahaan tercapai pada
saat unit yang dijual sudah mencapai 2.769.004 kg dengan total penjualan Rp
90.823.301.373 dan pada saat penjualan tersebut perusahaan tidak memperoleh
laba. Rasio margin kontribusi yang diperoleh adalah 39,88%, ini berarti untuk
setiap kenaikan penjualan total margin kontribusi juga akan meningkat sebesar
39.88% dan laba bersih juga akan meningkat dengan asumsi biaya tidak berubah.
Margin keamanan yang diperoleh sebesar 39,54%. Hal ini berarti bahwa
penurunan penjualan sebesar 39,54% atau Rp 59.400.698.828 akan memenuhi
titik impas saja. Semakin tinggi margin keamanan maka semakin rendah
perusahaan menderita kerugian.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
2. Analisis Perencanaan Laba
Perencanaan laba yang dibuat perusahaan adalah berdasarkan perbandingan
penjualan aktual tahun sebelumnya. Perusahaan membuat target penjualan
meningkat sebesar 30% dari penjualan tahun 2005. Dalam perencanaan laba,
yang pertama dihitung adalah analisis titik impas agar dapat ditentukan panjualan
minimal untuk memperoleh laba yang diinginkan. Pada tahun 2005 perusahaan
berhasil menjual sebanyak 4.580.000 kg dan laba yang diperoleh adalah Rp
23.687.839.575. Untuk tahun 2006, perusahaan merencanakan terjadi peningkatan
penjualan 30% atau sekitar 5.954.000 kg dan target laba yang diperoleh adalah
sekitar Rp 43.540.311.544. Titik impas tahun 2006 tercapai pada saat penjualan
sebesar Rp 95.490.134.400 atau 2.775.876 kg fatty alcohol. Titik impas tersebut
akan tercapai sekitar Mei 2006. Margin kemananan tahun 2006 adalah penjualan
sebesar Rp 109.327.465.600, yang artinya setelah tercapai penjualan tersebut
perusahaan telah terhindar dari kerugian.
3 Analisis Cost Volume Profit sebagai Perencanaan Laba
Perusahaan telah menerapkan analisis cost volume profit dalam membuat
perencanaan laba dengan cukup memadai. Langkah awal yang dilakukan adalah
dengan mencari titik impas agar dapat ditentukan sampai berapa besar tingkat
penjualan yang harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian. Titik
impas perusahaan untuk tahun 2005 adalah pada penjualan mencapai 2.769.004
kg dengan total penjualan Rp 90.823.301.373. Margin kontribusi sebesar 39,88%
yang artinya setelah penjualan mencapai titik impas maka tambahan 1 unit yang
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
terjual juga akan meningkatkan laba sebesar 39,88%. Margin keamanan
perusahaan adalah 39,54% atau sebesar Rp 59.400.698.828 yang artinya batas
penurunan penjualan yang diperbolehkan hanya 39,54% saja karena lebih dari itu
perusahaan akan rugi.
Pada umumnya perusahaan lebih menyukai titik impas yang lebih rendah
karena jika tingkat penjualan pada titik impas yang rendah, maka kesempatan
untuk memperoleh laba semakin besar. Margin keamanan yang lebih baik adalah
yang relative besar karena menggambarkan daya tahan terhadap penurunan
penjualan lebih besar. Pada tahun 2006, perusahaan merencanakan terjadi
peningkatan penjualan 30% atau sekitar 5.954.000 kg dan target laba yang
diperoleh adalah sekitar Rp 43.540.311.544. Titik impas tahun 2006 tercapai pada
saat penjualan sebesar Rp 95.490.134.400 atau 2.775.876 kg fatty alcohol. Titik
impas tersebut akan tercapai sekitar Mei 2006. Margin kemananan tahun 2006
adalah penjualan sebesar Rp 109.327.465.600, yang artinya setelah tercapai
penjualan tersebut perusahaan telah terhindar dari kerugian.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa
berdasarkan metode-meto`de yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit,
maka dapat diambil suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1.PT.EcogreenOleochemicalsmengklasifikasikanbiaya-biayayang
dikeluarkannya kedalam 3 jenis yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya
semivariabel. Dalam analisis Cost Volume Profit manajemen memisahkan
biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan metode
Stand by Cost sehingga jumlah biaya yang diperoleh adalah biaya tetap Rp
36.218.560.425 dan biaya variabel Rp 90.317.600.000.
2. Dari data biaya dan laba yang diperoleh, perusahaan memiliki rasio margin
kontribusi sebesar 39.88% yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan unit
penjualan maka laba juga akan meningkat sebesar 39.88% dengan asumsi
tidak ada perubahan biaya.
3. Tahun 2005 perusahaan telah berhasil melakukan penjualan sebesar 4.580.000
kg fatty alcohol dan memperoleh laba Rp 23.687.839.575. Pada tingkat
penjualan tersebut, perusahaan memiliki Break Even Point pada tingkat
penjualan sebesar Rp 90.823.301.373 (2.769.004 kg) sehingga tercapai
penjualan sebesar 65.40% dari titik impasnya.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
4. Tahun 2005 perusahaan memiliki margin pengaman sebesar 39.54% atau Rp
59.400.698.828 yang berarti bahwa batas maksimal penurunan penjualan
adalah Rp 59.400.698.828. Jika lebih dari itu maka perusahaan akan
mengalami kerugian.
B. Saran
1.Penerapan analisis cost volume profit sebaiknya memperhatikan asumsi-
asumsi yang mendasarinya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
pengambilan keputusan dan dapat menetapkan kebijakan dan strategi yang
tepat.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin, 2000. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar konsep biaya dan pengambilan keputusan, edisi pertama, cetakan ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Bungin, HM.Burhan, 2005. Metode Penelitian Kuantitaitf: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, edisi pertama, cetakan kedua, Prenada Media Group, Jakarta.
Blocher, Edwar J., Kung H Chen, 2000. Manajemen Biaya, terjemahan A. Susi Ambariani, edisi pertama, jilid satu, Salemba Empat, Jakarta.
Carter, William K., Milton F Usry, 2005. Akuntansi Biaya. edisi ketigabelas, buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Fakultas Ekonomi Sumatra Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Garrison, Ray H., Eric W Noreen., Peter.C.Brewer, 2006. Managerial Accounting, edisi kesebelas, Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.
Hansen, Don H., Maryanne M Mowen, 2004. Akuntansi Manajemen, edisi keempat, jilid kedua, Erlangga, Jakarta.
Horngren, Charles., Forker, 2004. Akuntansi Biaya: Suatu Pendekatan Managerial, jilid satu, edisi kedelapan, Terjemahan M. Sinaga, Erlangga, Jakarta.
Machfoedz, Masud, 2000. Akuntansi Manajemen: Perencanaan dan Pembuatan Keputusan Jangka Pendek, edisi 5, buku 1. BPFE-Yogyakarta.
Suharyadi, 2003. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis, cetakan ketiga, Alfabeta, Bandung.
Tambunan, Loran, 2000. Akuntansi Manajemen: Analisa Biaya Perencanaan dan Pengawasan, edisi satu, Universitas HKBP Nomensen, Medan.
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009
Fiska M. Sipayung : Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Ecogreen, 2008 USU Repository 2009