Cutton bud

11
Pengaruh Penggunaan Cotton Bud Terhadap Insidensi Otitis Eksterna Hadi Sudrajad, Aila Mustofa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan : Mengetahui variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-control yang dilaksanakan di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSUD dr. Moewardi Surakarta.. Subjek penelitian adalah orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel secara fixed-disease sampling. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan enam variabel independen yaitu frekuensi, intensitas, durasi, teknik, bahan, serta kondisi telinga saat menggunakan cotton bud dengan jumlah sampel 90. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Data diuji dengan uji Chi-Square atau uji Fisher, uji korelasi Spearman dilanjutkan uji Regresi Logistik. Hasil Penelitian : Dari analisis bivariat terdapat korelasi positif antara frekuensi dan otitis eksterna (r = 0.346 = korelasi lemah), intensitas dan otitis eksterna (r = 0.415 = korelasi sedang),serta antara teknik dan otitis eksterna (r = 0.265 = korelasi lemah) serta diperoleh tiga variabel yang dimasukkan analisis multivariat yaitu frekuensi, intensitas dan teknik. Dari analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa, intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001; OR 6.9(2.3, 20.8)), teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010; OR 5.3(1.5, 18.7)), dan frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011 OR 4.2(1.4, 12.9)) merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Kualitas persamaan analisis regresi logistik menunjukkan nilai diskriminasi sedang {Area Under Curve (AUC) =72.4%} dan mempunyai kalibrasi baik dengan nilai p = 0.512 (p > 0.05). Simpulan : Frekuensi, intensitas dan teknik merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Kata Kunci: cotton bud, otitis eksterna

Transcript of Cutton bud

Page 1: Cutton bud

Pengaruh Penggunaan Cotton Bud Terhadap Insidensi Otitis Eksterna

Hadi Sudrajad, Aila Mustofa

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan : Mengetahui variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-control yang dilaksanakan di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSUD dr. Moewardi Surakarta.. Subjek penelitian adalah orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel secara fixed-disease sampling. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan enam variabel independen yaitu frekuensi, intensitas, durasi, teknik, bahan, serta kondisi telinga saat menggunakan cotton bud dengan jumlah sampel 90. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Data diuji dengan uji Chi-Square atau uji Fisher, uji korelasi Spearman dilanjutkan uji Regresi Logistik.

Hasil Penelitian : Dari analisis bivariat terdapat korelasi positif antara frekuensi dan otitis eksterna (r = 0.346 = korelasi lemah), intensitas dan otitis eksterna (r = 0.415 = korelasi sedang),serta antara teknik dan otitis eksterna (r = 0.265 = korelasi lemah) serta diperoleh tiga variabel yang dimasukkan analisis multivariat yaitu frekuensi, intensitas dan teknik. Dari analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa, intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001; OR 6.9(2.3, 20.8)), teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010; OR 5.3(1.5, 18.7)), dan frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011 OR 4.2(1.4, 12.9)) merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Kualitas persamaan analisis regresi logistik menunjukkan nilai diskriminasi sedang {Area Under Curve (AUC) =72.4%} dan mempunyai kalibrasi baik dengan nilai p = 0.512 (p > 0.05).

Simpulan : Frekuensi, intensitas dan teknik merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

Kata Kunci: cotton bud, otitis eksterna

Page 2: Cutton bud

Effect of Cotton Bud Use and External Otitis Incidence

Hadi Sudrajad , Aila Mustofa

Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRAK

Objective : Find the determinant variable of cotton bud use and external otitis incidence

Method : This analytic qualityative observational study uses case-control method, was held in the Ear Nose Throat (ENT) Clinic of dr. Moewardi Hospital Surakarta. 90 subjects were chosen to participate in this study by fixed-disease sampling. This study used multivariate analysis with six independent variables are frequency, intensity, duration, techniques, materials, and current condition of the ear using a cotton bud. Data were collected through questionnaire. Data were analyzed with Chi-Square or Fisher, Spearman and Logistic Regression.

Result : There is a positive correlation between the frequency and external otitis (r = 0346 = weak correlation), the intensity and external otitis (r = 0415 = moderate correlation), as well as between technique and external otitis (r = 0265 = weak correlation). Three variables which included multivariate analysis are frequency, intensity and technique. From multivariate analysis found that intensity (p=0.001; OR 6.9(2.3, 20.8)), technique (p= 0,010; OR 5.3(1.5, 18.7)), and frequency of cotton bud use (p = 0,011 OR 4.2(1.4, 12.9)) are determinant variable of cotton bud use and external otitis incidence. Quality equation of logistic regression analysis showed by moderate discrimination value {Area Under the Curve (AUC) = 72.4%} and good calibration with p = 0.512 (p > 0.05).

Conclusion : Intensity, technique, and frequency are determinant variable of cotton bud use and external otitis incidence.

Keywords : cotton bud, external otitis

Page 3: Cutton bud

1. PENDAHULUAN

Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus (Sander, 2009). Prevalensi otitis eksterna mencapai 10 % penduduk di dunia. 90 % kasus terjadi pada telinga unilateral (The 5-Minute Pediatric Consult, 2008). Terdapat beberapa predisposisi terjadinya otitis eksterna, antara lain (Sander, 2009) : struktur anatomis, kelembaban lokal, derajat keasaman (pH) liang telinga, trauma mekanik, berenang dan terpapar air, benda asing, bahan iritan, alergi, penyakit psoriasis, penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala, penyakit diabetes, penyumbat telinga serta alat bantu dengar. Salah satu faktor predisposisi yang belum pernah diteliti sebelumnya adalah trauma mekanik, dapat berupa trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan cotton bud. Sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikan pengaruh penggunaan cotton bud terhadap otitis eksterna. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan teori tersebut.

Jika otitis eksterna tidak diobati dapat berkembang menjadi otitis eksterna maligna. Otitis eksterna maligna memiliki tingkat mortalitas hampir 50 % (Roland, 2002). Sehingga dengan mencegah terjadinya otitis eksterna, terutama yang disebabkan oleh penggunaan cotton bud, dapat menghindari komplikasi tersebut.

Penggunaan cotton bud dapat menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Di samping itu, cotton bud juga dapat mengakibatkan akumulasi (Lee, 2005). Keadaan di atas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Berdasarkan penelitian di Malaysia (Lee, 2005), menunjukkan bahwa angka penggunaan cotton bud di masyarakat sangat tinggi, yaitu mencapai 92 %, dan 74 % di antaranya bertujuan untuk membersihkan serumen.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

Maka dapat dirumuskan masalah apakah terdapat variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

Tujuannya untuk mengetahui variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

2. MATERI DAN METODE

Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus (Sander, 2009). Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu (Sander, 2009) : struktur anatomis; kelembaban lokal; derajat keasaman (pH) liang telinga; trauma mekanik; berenang dan terpapar air; benda asing; bahan iritan; alergi; penyakit psoriasis; penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala; penyakit diabetes; penyumbat telinga serta alat bantu dengar. Diagnosis otitis eksterna dapat ditentukan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada rekam medis pasien.

Cotton bud terdiri dari segumpal kecil kapas yang dibungkuskan pada satu atau kedua ujung tongkat pendek. Penggunaan cotton bud pada penelitian ini dinilai melalui wawancara dengan media kuesioner. Aspek yang dinilai yaitu frekuensi, intensitas, teknik penggunaan cotton bud, bahan cotton bud dan kondisi telinga saat menggunakan cotton bud.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan metode case-control pendekatan retrospektif (Taufiqurrohman, 2004). Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT) RSUD dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei 2011. Subjek penelitian adalah pasien baru dengan usia 20-49 tahun, bersedia sebagai responden penelitian, tidak buta huruf dan memenuhi kriteria kasus dan kontrol.

Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan enam variabel independen yaitu frekuensi, intensitas, durasi, dan teknik penggunaan cotton bud, bahan cotton bud, serta kondisi telinga saat menggunakan cotton bud. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik fixed-disease sampling dan didapat sampel sebanyak 90 subjek yang terdiri dari 30 subjek otitis eksterna dan 60 subjek non otitis eksterna (Murti, 2010). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner penelitian serta wawancara kepada pasien baru Poliklinik THT RSUD dr. Moewardi Surakarta.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji dengan model analisis regresi logistik, dengan prosedur sebagai berikut (Dahlan, 2011):1. Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan dalam analisis multivariat dengan menggunakan

analisis bivariat (Uji Chi-Square atau Uji Fisher).

Page 4: Cutton bud

2. Menilai korelasi antara masing-masing variabel bebas dan varianel terikat dengan menggunakan uji hipotesis korelasi Spearman.

3. Melakukan analisis multivariat Regresi Logistik.4. Melakukan interpretasi hasil, antara lain:

a. Variabel yang merupakan variabel determinan terhadap variabel terikat diketahui dari nilai p masing-masing variabel.

b. Ukuran kekuatan hubungan yang diketahui dari besarnya nilai Odds Ratio.c. Model atau rumus untuk memprediksikan variabel terikat.

5. Menilai kualitas dari rumus yang diperoleh dari analisis regresi logistik dengan melihat kemampuan diskriminasi dan kalibrasi.

3. HASIL PENELITIAN

Karakteristik sampel penelitian yang diperoleh melalui kuesioner yang dipandu dengan wawancara pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik SubjekVariabel Jumlah Rerata

(tahun)Simpangan

BakuBatasBawah

BatasAtas

Usia sampel 90 36.3 8.1 22.0 49.0

Dari tabel di atas rata-rata usia sampel adalah 36.3 tahun, dengan usia paling muda 22 tahun dan usia paling tua yang sama yaitu 49 tahun.

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Penggunaan Cotton bud dan Kondisi Telinga Saat Menggunakan Cotton bud

Variabel Jumlah Sampel

Persentase (%)

Frekuensi penggunaan cotton bud- ≥ 1 kali/hari- <1 kali/hari

Intensitas penggunaan cotton bud- Kuat- Lemah

Durasi penggunaan cotton bud- ≥ 5 menit- <5 menit

Teknik penggunaan cotton bud- Mendorong - Sirkuler

Bahan cotton bud- Keras- Lunak

Kondisi telinga- Basah- Kering Total

4743

3753

486

5931

486

177390

52.247.8

41.1158.9

4.4495.6

65.634.4

4.495.6

18.981.1100

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, pada awalnya digunakan analisis bivariat berupa uji Chi-Square atau uji Fisher dilanjutkan dengan Uji Spearman.

Page 5: Cutton bud

Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel Frekuensi, Intensitas, Durasi, Teknik, Bahan dan Kondisi, dengan Otitis Eksterna Melalui Uji Chi-Square atau Uji Fisher dan Uji Spearman

OE non OEP r OR

Interval Kepercayaan

95%N % N % Batas

BawahBatas Atas

Frekuensi ≥ 1 kali/hari<1 kali/hari

237

76.723.3

2436

40.060.0

0.001 0.346 4.9 1.8 13.3

Intensitas KuatLemah

219

70.030.0

1644

26.773.3

0.000 0.415 6.4 2.4 16.9

Durasi ≥ 5 menit<5 menit

327

10.090.0

159

1.798.3

0.106a 0.191 6.6 0.6 65.9

Teknik MendorongSirkuler

255

83.316.7

3426

56.743.3

0.012 0.265 3.8 1.3 11.3

Bahan KerasLunak

129

3.396.7

357

5.095.0

1.000a -0.038 0.6 0.1 6.6

Kondisi BasahKering

525

16.783.3

1248

20.080.0

0.703 -0.040 0.8 0.2 2.5

Total 30 100 60 100

a. Nilai signifikansi diperoleh dari uji Fisher, karena syarat untuk uji Chi-Square (sel yang mempunyai nilai expected <5 maksimal berjumlah 20% dari jumlah sel) tidak terpenuhi.Dari uji Spearman diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara frekuensi (r = 0.346/korelasi

lemah), intensitas (r = 0.415/korelasi sedang), teknik (r = 0.265/korelasi lemah) dengan otitis eksterna.Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat

mempunyai nilai p < 0.25 (Dahlan, 2011). Berdasarkan langkah tersebut dapat disimpulkan variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah frekuensi, intensitas dan teknik penggunaan cotton bud.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Pengaruh Frekuensi, Intensitas, Durasi, dan Teknik Penggunaan Cotton bud, Bahan Cotton bud, serta Kondisi Telinga Saat Menggunakan Cotton bud terhadap Insidensi Otitis Eksterna

Variabel Koefisien pAdjusted

ORInterval Kepercayaan 95%

Batas Bawah Batas Atas Frekuensi 1.4 0.011 4.2 1.4 12.9Intensitas 1.9 0.001 6.9 2.3 20.8Teknik 1.7 0.010 5.3 1.5 18.7Konstanta -3.6 0.000 0.03

Tabel 4. menunjukkan hasil bahwa frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011), intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001) dan teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010) merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

Kekuatan hubungan dari variabel-variabel tersebut dapat diketahui dari besarnya nilai Odds Ratio. OR dari yang terbesar ke yang terkecil adalah intensitas (OR = 6.930 (2.3, 20.8)), teknik (OR = 5.291 (1.5, 18.7)), dan frekuensi (OR = 4.253 (1.4, 12.9)).

Bentuk persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut:

y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

= (-3.6) + 1.4 (frekuensi) + 1.9 (intensitas) + 1.7 (teknik)

p = 1/(1+e-y)

Page 6: Cutton bud

Keterangan : p = probabilitas untuk otitis eksternax = variabel independen yang efeknya akan diteliti.x1 = frekuensi penggunaan cotton bud (frekuensi sering diberi skor 1 dan tidak menggunakan/

jarang diberi skor 0)x2 = intensitas penggunaan cotton bud (intensitas kuat diberi skor 1 dan intensitas lemah diberi

skor 0)x3 = teknik penggunaan cotton bud (teknik mendorong diberi skor 1 dan teknik sirkuler diberi skor

0)b = koefisien regresi variabel independen. b1 = koefisien regresi frekuensi penggunaan cotton budb2 = koefisien regresi intensitas penggunaan cotton budb3 = koefisien regresi teknik penggunaan cotton buda = konstantae = bilangan natural = 2,7

Penilaian kualitas persamaan analisis regresi logistik dinilai dengan melihat kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi persamaan dinilai dengan melihat nilai Area Under Curve (AUC), persamaan yang diperoleh mempunyai diskriminasi yang sedang (AUC = 72.4 %). Nilai kalibrasi dapat dilihat dengan metode Hosmer and Lameshow. Persamaan yang diperoleh mempunyai kalibrasi yang baik (p > 0.05).

4. PEMBAHASAN

Tabel 4. memberikan gambaran mengenai hasil analisis regresi logistik tentang variabel determinan penggunaan cotton bud (frekuensi, intensitas, dan teknik) terhadap insidensi otitis eksterna. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan cotton bud (p = 0,011), , intensitas penggunaan cotton bud (p = 0.001) dan teknik penggunaan cotton bud (p = 0,010) merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna. Dengan nilai Odds Ratio dari yang terbesar ke yang terkecil adalah intensitas (OR = 6.930 (2.3, 20.8)), teknik (OR = 5.291 (1.5, 18.7)), dan frekuensi (OR = 4.253 (1.4, 12.9)).

Mekanisme yang mendasari pengaruh penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna dapat dijelaskan oleh beberapa teori. Normalnya kanalis akustikus mempunyai mekanisme pembersihan sendiri. Reflek ini akan mengeluarkan serumen, deskuamasi keratinosit dan debris yang terperangkap serta bakteri yang pelan-pelan akan dikeluarkan dari kanalis akustikus melalui migrasi epitel dari bagian yang lebih dalam ke arah superfisial (Gotthelf, 2006).

Cotton bud dapat menimbulkan trauma mekanik pada epitel liang telinga luar . Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Cotton bud mendorong serumen ke dalam liang telinga sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan terakumulasi di sekitar gendang telinga (Lee, 2005; Sander, 2009). Keadaan di atas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander, 2009).

Penggunaan cotton bud dengan intensitas kuat diketahui jika terdapat perdarahan atau rasa nyeri. Sedangkan intensitas lemah jika tidak ditemukan tanda-tanda tersebut. Adanya perdarahan dan nyeri tersebut memiliki resiko yang lebih besar untuk berkembang sebagai otitis eksterna. Kedua hal tersebut menggambarkan adanya trauma pada liang telinga. Penggunaan cotton bud dengan teknik mendorong memiliki resiko lebih besar untuk menderita otitis eksterna dibanding teknik sirkuler. Hal ini disebabkan teknik mendorong tersebut menyebabkan serumen yang terdapat dalam liang telinga luar semakin terdorong ke dalam dan memicu akumulasi serumen di sekitar gendang telinga, hal ini memicu pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander, 2009).

Variabel durasi, bahan dan kondisi tidak dimasukkan dalam analisis multivariat karena dari analisis bivariat mempunyai nilai p > 0.25. Sesuai dengan teori jika semakin lama durasi penggunaan cotton bud kemungkinan terkena trauma liang telinga lebih besar. Penggunaan cotton bud dengan bahan yang keras akan lebih beresiko melukai liang telinga. Kondisi telinga yang basah akan lebih rapuh daripada kondisi kering, sehingga lebih mudah mengalami trauma oleh cotton bud. Namun hasil tersebut tidak membuktikan teori ini. Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh jumlah responden yang menggunakan cotton bud dengan durasi ≥ 5 menit, bahan keras dan kondisi telinga basah pada penelitian ini berjumlah sedikit, sehingga kurang dapat mewakili variabel tersebut.

Page 7: Cutton bud

Hasil analisis regresi logistik ini akan menghasilkan sebuah persamaan regresi logistik. Aplikasi dari persamaan tersebut adalah untuk memprediksi probabilitas seseorang untuk mengalami otitis eksterna.Tabel 5.1 Prediksi Probabilitas Otitis Eksterna Berdasarkan Ada Tidaknya Variabel Frekuensi,

Intensitas dan Teknik Penggunaan Cotton bud

5. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa frekuensi, intensitas dan teknik merupakan variabel determinan penggunaan cotton bud terhadap insidensi otitis eksterna.

2. Bentuk persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah sebagai berikut :

6. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan faktor-faktor perancu lain atau dengan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai efek penggunaan cotton bud dan cara yang tepat dalam menggunakan cotton bud yang aman (penggunaan cotton bud dengan frekuensi jarang (<1 kali /hari), intensitas lemah dan teknik sirkuler).

p (%)- 2.7x1 10x2 16x3 13x1 + x2 43x1 + x3 38x2 + x3 50x1 + x2 + x3 80

y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

= (-3.6) + 1.4 (frekuensi) + 1.9(intensitas) + 1.7(teknik)p=1/(1+e-y)

Page 8: Cutton bud

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Gotthelf LN. 2005. Factors that predispose the ear to otitis externa. In: Small Animal Ear Diseases. St. Louis, Mo.Elsevier Sauders 142-171. http://www. bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm.

Lee, L.M., R Govindaraju, S K Hon. 2005. Cotton bud and Ear Cleaning - A Loose Tip Cotton bud?. Med J Malaysia Vol 60 No 1. Kuala Lumpur: ENT Unit, Department of Surgery, Faculty of Medicine, University Putra Malaysia.

Murti, B. 2010. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. pp:42-65.

Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. http://www.klinikindonesia.com/tht-kl/otitis-eksterna.phpRoland, PS., Stroman, DW. 2002. Microbiology of acute otitis externa. Laryngoscope ;112(7 Pt

1):1166-77.Sander, R. 2009. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. Am Fam

Physician ;63:927-36Taufiqurrohman, 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CGSF(The

Community of Self Help Group Forum)