CSS Bedah Plastik (Skin)

36
KARTIKA SOKA RAHMITA 1301-1210-0063 KULIT (Anatomi, Terapi, Prevensi)

Transcript of CSS Bedah Plastik (Skin)

KARTIKA SOKA RAHMITA1301-1210-0063

KULIT(Anatomi, Terapi, Prevensi)

KULIT

ANATOMI

Kulit merupakan organ terbesar dan terberat di tubuh manusia

Pada orang dewasa, kulit menutupi ± 2 m2

atau 4-5 kg atau 16% dari total massa tubuh

Ketebalannya berkisar antara 0,5 mm (di kelopak mata) hingga 4 mm (di tumit)

FISIOLOGI

Proteksi Melindungi tubuh dari lingkungan : abrasi, kehilangan cairan,

radiasi sinar UV, mechanical & physical injury, dan mikroorganisme

Regulasi panas Mengatur regulasi panas tubuh melalui kelenjar keringat dan

pembuluh darah

Organ sensoris Memiliki superficial nerve dan sensory endings

Membantu produksi vitamin D

Kosmetik

HISTOLOGI

Kulit terdiri dari 2 lapisan: Epidermis bagian terluar yang langsung

berhubungan dengan dunia luar. Dibentuk oleh sel-sel keratinosit yang menghasilkan keratin (filamentous protein yang berfungsi untuk proteksi)

Dermis bagian dalam yang terdiri dari fibrillar structural protein dan kolagen. Berada diatas panniculus atau subkutis

Epidermis

Lapisan epidermis dari bawah – atas :a. Stratum basale / germinativum

Selapis sel columnar/cuboid diatas basal membrane. Mempunyai stem cell yang selalu menghasilkan sel-sel epidermis baru setiap 15-30 hari. Terdapat melanosit yang menghasilkan pigment kulit

b. Stratum spinosum Terdiri dari sel cuboid dengan central nucleus dan tonofilaments

(keratin filament) utnuk menjaga kohesi sel dan mencegah abrasi. Langerhans cell (star-shaped cell) yang berperan sebagai antigen presenting cell

c. Stratum granulosum Terdiri dari 3-5 lapisan sel gepeng poligonal yang sitoplasmanya

terdiri dari coarse basophilic granule. Terdiri dari lipid bilayer yang berfungsi sebagai barier terhadap material asing

d. Stratum lucidum Translucent, selapis tipis eosinophilic epidermal cells. Sitoplasma

terdiri dari keratin filament yang padate. Stratum corneum

Terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng berkeratin dengan sitoplasma berisi keratin. Terdapat horny cell yang terdiri dari fibrillar dan amorphous protein serta plasma membrane yang menebal setelah keratinisasi

Dermis

Connective tissue yang menyokong epidermis dan berikatan dengan jaringan subkutan

Terdiri dari dua lapisan : Papillary layer

Antara dermis dan epidermis. Terdiri dari jaringan ikat longgar, fibroblast, mast cell, macrophage, dan leukosit yang ekstravasasi

Reticular layer Untuk menjaga elastisitas kulit. Terdiri dari jaringan ikat pada

ireguleri, lebih banyak fiber (kolagen tipe I) dan sedikit sel

Dermis terdiri dari folikel rambut, persyarafan, kelenjar keringat & minyak

Subkutan

Terdiri dari jaringan ikat yang menghubungkan kulit dengan organ disekitarnya

PENDARAHAN DAN PERSYARAFAN

Arteri 2 arterial plexus : diantara papillary dan reticular layer;

diantara dermis dan subkutan

Vena 3 vein plexus : diantara papillary dan reticular layer; diantara

dermis dan subkutan; ditengah-tengah dermis

Lymphatic 2 lymphatic plexus : diantara papillary dan reticular; diantara

dermis dan subkutan

Innervasi Free nerve ending receptor di dermis dan subkutan : Vater,

Pacini, Meissner, Krause

TRAUMA PADA KULIT

Traumatic injuriesExposure to caustic substancesTemperature (hypo- or hyperthermic injuries)Pressure ulcerRadiation exposureInfection (bacterial, viral, inflammatory

disease )Malignancies

WOUND HEALING

DEFINISI

Wound healing or cicatrisation is an intricate process in which the skin ( or another organ-tissue) repairs itself after injury.

TIPE

Primary wound healing occurrence of mechanical apposition of wound edges and a cascade of

inflammatory cell activation. This recruitment creates a milieu which allows re-epithelialization and collagen strengthening to occur

Delayed primary wound healing the wound healing process is potentially compromised by incipient

infection. With this type of healing, the surgeon may opt to leave the soft tissue unapposed and allow native inflammation and external debridement to cleanse the wound. If, on evaluation several days later, the wound appears uninfected, the wound can then be closed and the normal process of primary healing can then be re-initiated

Secondary wound healing Third is secondary healing, which is recommended for a wound that

does not show potential for early closure. The wound can be allowed to close over time by the processes of inflammation, contraction (via myofibroblasts), and eventual re-epithelialization

MEKANISME

Proses wound healing secara klasik dibagi mejadi 3 sekuens :1. Hemostasis dan inflamasi terjadi beberapa menit

setelah truma, ditandai dengan terbentuknya fibrin clot, proses fagositosis, pelepasan faktor-faktor inflamasi

2. Proliferatif angiogenesis, deposisi kolagen, pembentukan jaringan granulasi, epitelialisasi, kontraksi luka

3. Remodeling remodeling collagen dan realignment tension lines, dan apoptosis sel

HEMOSTASIS DAN INFLAMASI

PROLIFERASI

MATURASI DAN REMODELING

FACTORS AFFECTING WOUND HEALING

TERAPI

IMPAIRED WOUND HEALING

If the necessary blood supply to a healing region is compromised, then wound healing can be delayed

Similarly, the relative paucity of the basic constituents of inflammatory cytokines or matrix components (vitamins, zinc, copper, iron) may result in structural weakness of the wound

Radiation is often an issue for reconstruction of ablative defects. Among other effects, radiation can create local ischemic conditions via microangiopathic damage

Dysfunctional healing can also manifest as abnormal scars. Hypertrophic scars and keloids are manifestations of altered collagen deposition and breakdown

Treatment of scars includes pressure, silicone sheet and gels, and intralesional corticosteroids. Topical vitamins A and E are used for treatment of unsightly scars, but no definitive clinical trials have demonstrated their efficacy. For intractable keloids, radiation therapy in conjunction with surgical excision has led to a 50 to 80% reduction in keloids

KELOID

DEFINISI

Jaringan diatas lapisan kulit, melebar lebih luas dari tepi luka sebelumnya, dan tidak menghilang secara spontan

Terjadi setelah trauma pada kulit

Bersifat lembut, gatal, dan bisa terjadi sensasi terbakar

EPIDEMIOLOGI

Terjadi 3 bulan atau lebih setelah trauma kulit

15x lebih sering pada ras berkulit gelap (African) atau berwarna (Spanish)

Laki-laki : Perempuan sama angka kejadiannya

Terjadi setelah operasi, luka bakar, peradangan pada kulit, jerawat, cacar air, herpes zoster, folliculitis, laserasi kulit, abrasi kulit, tempat tatto, tempat vaksin, tempat injeksi, digigit serangga, tindik telinga, ataupun tumbuh sendiri secara spontan

PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mendasari terjadinya keloid masih belum diketahui, namun dicurigai berkaitan dengan sistem imun tubuh

Mekanisme lain disebutkan sebagai mechanical tension dan prolonged irritation/inflammation yang akan menghasilkan abnormal konsentrasi dari sitokin profibrotik

TREATMENT

Tujuan dari treatment pada keloid untuk : mengembalikan fungsi kulit di area yang terkena, mengurangi gejala, dan mencegah kekambuhan

Jenis-jenis terapi : Eksisi dikombinasikan dengan intralesional corticosteroid

injection, topical application of silicone sheets, radiasi atau pressure (penekanan)

Operasi debulking lesi luas Aplikasi silikon mencegah rebound hypertrophy Intralesion cortcisteroid injection mengurangi proliferasi

fibrosit, serta sintesis kolagen&glycosaminoglycan dalam proses inflamasi

Radiasi yang dikombinasikan dengan surgical eksisi Topical retinoids (50-100%) Intralesional injections of INF-γ mengurangi kolagen tipe

I,II,&III dengan mengurangi mRNA dan level TGF-β

HIPERTOPIK SKAR

DEFINISI

Jaringan diatas lapisan kulit, yang tidak lebih luas dari tepi luka sebelumnya, dan dapat menghilang spontan seiring waktu (jarang terjadi penebalan hingga ≥4mm diatas batas kulit normal)

Terjadi setelah trauma pada kulit

Bersifat lembut, gatal, dan bisa terjadi sensasi terbakar. Awalnya lesi kemerahan dan menebal, seiring waktu lesi akan menjadi pucat, datar, dan meninggalkan parut

EPIDEMIOLOGI

Terjadi cepat, dalam waktu 4 minggu setelah trauma kulit

Risiko meningkat bila epitelialisasi lebih lama dari 21 hari (tergantung tempat lesi, usia, dan ras)

TERAPI

Kompresi eksternal secepatnya setelah trauma dengan tekanan 24-30 mmHg

Berfungsi untuk membantu maturasi kolagen, mendatarkan jaringan parut, dan mempercepat proses penipisan

KONTRAKTUR

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff, Klaus., Johnson, Richard Allen. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th Edition. McGraw-Hill. 2006.

2. Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principle of Surgery. 8th Edition. McGraw-Hill. 2004.

3. www.wikipedia.com/Wound_healing4. Arnold, Harry L., Odom, Richard B., James, William D.

Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 8th Edition. W.B. Saunders Company. 1990.

5. Junqueira, Luiz Carlos., Carneiro, Jose. Basic Histology. 11th Edition. McGraw-Hill. 2005.

6. Moore, Keith L., Dalley, Arthur F. Clinically Oriented Anatomy. 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

7. Tortora, Gerard J., Derrickson, Bryan. Principles of Anatomy and Physiology. 11th Edition. John Wiley & Sons, Inc. 2006.