CRS Migrain
-
Upload
metha-arsilita-hulma -
Category
Documents
-
view
286 -
download
0
description
Transcript of CRS Migrain
Nyeri Kepala
1. 1 Definisi
Nyeri kepala adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang
mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Menurut Mansjoer
dkk, 2005, disebutkan bahwa nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di
bagian atas ( superior ) kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke
wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher.
1.2 Epidemiologi
Nyeri kepala merupakan keluhan bidang neurologik yang sering dikeluhkan
oleh pasien yang datang berobat. Sebahagian besar orang pernah mengalami nyeri
kepala (sefalgia) pada sepanjang hidupnya. terbukti dari hasil penelitian population
base di Singapore dari Ho dkk didapati prevalensi lifetime nyeri kepala penduduk
Singapore adalah pria 80%, wanita 85% (p=0.0002). Di Amerika Serikat, dalam satu
tahun lebih dari 70% penduduknya (pernah) mengalami nyeri kepala.
Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara
6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya
didiagnosis sebagai migren. Sedangkan di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta (1986)
didapatkan 273(17,4%) pasien baru dengan nyeri kepala di antara 1298 pasien baru
yang berkunjung selama Januari sd. Mei 1986.
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi nyeri kepala telah dilakukan oleh International Headache Society
pada tahun 2004. Adapun klasifikasinya adalah :
1
International Headache Society Classification of Headache
1. Migraine
- Migraine without aura
- Migraine with aura
- Ophtalmoplegic migraine
- Retinal migraine
2. Tension-type headache
- Episodic tension type
headache
- Chronic tension type
headache
3. Cluster headache and chronic
paroxysmal hemicranias
- Cluster headache
- Chronic paroxysmal
hemicrania
4. Miscellaneous headaches not
associated with structural
lesion
- Idiopathic stabbing
headache
- External compression
headache
- Cold stimulus headache
- Benign exertional
headache
- Headache assotiated with
sexual activity
5. Headache associated with head
trauma
- Acute posttraumatic
headache
- Chronic posttraumatic
- Childhood periodic
syndromes that may be
precursors to or associated
with migraine
- Migrainous disorder not
fulfilling above criteria
8. Headache associated with
substances or their withdrawal
- Headache induced by acute
substance use or exposure
- Headache induced by chronic
substance use or exposure
- Headache from substance
withdrawal (acute use)
- Headache from substance
withdrawal (chronic use)
9. Headache associated with
noncephalic infection
- Viral infection
- Bacterial infection
- Other infection
10. Headache associated with
metabolic disorder
- Hypoxia
- Hypercapnia
- Mixed hypoxia and
hypercapnia
- Hypoglycemia
- Dialysis
- Other metabolic abnormality
11. Headache or facial pain
associated with disorder of facial
2
headache
6. Headache associated with
vascular disorders
- Acute ischemic
cerebrovascular disorder
- Intracranial hematoma
- Subarachnoid hemorrhage
- Unruptured vascular
malformation
- Arteritis
- Carotid or vertebral artery
pain
- Venous thrombosis
- Arterial hypertension
- Other vascular disorder
7. Headache associated with
nonvascular intracranial
disorder
- High CSF pressure
- Low CSF Pressure
- Intracranial infection
- Sarcoidosis and other
noninfectious
inflammatory disease
- Related to intrathecal
injections
- Intracranial neoplasm
- Associated with other
intracranial disorder
or cranial structures
- Cranial bone
- Eyes
- Ears
- Nose and sinuses
- Teeth, jaws, and related
structures
- Temporomandibular joint
disease
12. Cranial neuralgias, nerve trunk
pain, and deafferentation pain
- Persistent (in contrast to
ticlike) pain of cranial nerve
origin
- Trigeminal neuralgia
- Glossopharyngeal neuralgia
- Nervus intermedius neuralgia
- Superior laryngeal neuralgia
- Occipital neuralgia
- Central causes or head and
facial pain other than tic
douloureux
13. Headache not classifiable
1.4 Patofisiologi
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intrakranial :
3
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan
tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan
perdarahan atau massa intrakranial.
1.5 Pemeriksaan klinis
a. Anamnesis
Mula timbul
Nyeri kepala yang dimulai sejak masa kanak-kanak, masa remaja atau dewasa
muda biasanya migren; jenis ini umumnya berhenti pada saat menopause, meskipun
pada beberapa kasus justru mulai dirasakan pada masa tersebut. Nyeri kepala tipe
tegang dapat mulai diderita setiap saat; Sedangkan nyeri kepala yang baru mulai
dirasakan pada usia yang lebih lanjut harus diselidiki kemungkinan penyebab
organiknya seperti arteritis temporalis, gangguan peredaran darah otak atau tumor.
Hati-hati terhadap nyeri kepala yang progresif memberat karena mungkin didasari
kelainan organik; makin lama nyeri kepala diderita tanpa berubah sifat, makin besar
kemungkinannya disebabkan oleh faktor-faktor yang jinak (benign).
4
Lokasi, frekuensi, sifat dan gejala penyerta nyeri kepala.
Nyeri
kepala
Sifat nyeri Lokasi Lama
nyeri
Frekuensi Gejala
ikutan
Migren umum
Berdenyut Unilateral
Atau bilateral
6-48 jam Sporadic
Beberapa kali
sebulan
Mual, muntah,
malaise dan
fotofobia
Migren klasik
Berdenyut Unilateral 1-6 jam Beberapa kali Sindroma visual,
mual, muntah, dan
malaise
Klaster Tajam dan
menusuk
Unilateral orbita
5-120 menit
Serangan
berkelompok
dengan remisi
lama
Lakrimasi
ipsilateral, wajah
merah, hidung
tersumbat, Horner
Tipe tegang
Tumpul,
ditekan
Difus,bilateral
Terus
Menerus
Konstan Depresi ansietas
Neuralgia trigeminal
Ditusuk-tusuk
Dermatom
Saraf
Singkat Beberapa kali
Sehari
Zona Pemicu nyeri
Atipikal Tumpul Unilateral
atau
bilateral
Terus
Menerus
Konstan Depresi
kadang-
kadang
psikosis
Sinus Tumpul/ta
jam
Diatas sinus Bervariasi Sporadik dan
konstan
Rinore
Lesi desak bervariasi Unilateral (a Bervariasi Bervariasi Papil
5
ruang wal) bilateral
(lanjut)
Progresif Semakin
sering
edema,deficit
neurologis
fokal,
gangguan
mental
dan
perilaku,keja
ng,dll
Faktor pencetus
Migren dapat dicetuskan oleh banyak hal, seperti alkohol, obat-obatan, cahaya
terang, rasa lelah, kurang tidur, stres, hipoglikemi; selain itu juga sering berkaitan
dengan menstruasi dan dalam banyak kasus sembuh selama hamil. Penderita migren
lebih suka duduk tegak, berbeda dengan nyeri kepala akibat tumor yang penderitanya
lebih suka berbaring dan menghindari perubahan posisi, terutama bangkit dari tidur.
Mengejan atau batuk dapat mencetuskan semua jenis nyeri kepala, kecuali tipe
tegang. Pasien nyeri kepala klaster tidak dapat tenang selama serangan, bahkan dapat
kelihatan panik; tanda ini khas karena tidak ditemui pada nyeri kepala jenis lain.
Guncangan kepala (head jolt) memperberat nyeri kepala, terutama akibat tumor;
kadang- kadang dijumpai juga pada nyeri kepala di saat demam, pasca trauma atau
meningitis; nyeri kepala tipe tegang tidak banyak dipengaruhi. Gangguan tidur yang
menyertai nyeri kepala biasanya disebabkan oleh anxietas atau depresi. Riwayat
keluarga umumnya dijumpai di kalangan pasien migren.
b. Pemeriksaan Fisik
- fungsi vital : tekanan darah, frekuensi, nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk
menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik;
- funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-
tanda hipertensi.
- Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk mendeteksi kelainan
lokal.
6
- Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku kuduk),
fungsi saraf otak (pupil, gerak bola mata, sensibilitas wajah), kekuatan
motorik dan refleks, fungsi sensorik/sensibilitas,
- Pemeriksaan fungsi mental terutama perubahan tingkah laku dan
kebiasaan.
c. Pemeriksaan tambahan
Bila anamnesis/riwayat penyakitnya sesuai dengan salah satu jenis
nyeri kepala, dan pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menemukan
kelainan, umumnya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan
tambahan seperti pemeriksaan radiologik (foto Röntgen kepala, CT scan),
pemeriksaan elektrofisiologik (EEG, EMG, potensial cetusan) atau
pemeriksaan laboratorium lain dilakukan hanya bila terdapat kecurigaan
adanya penyakit gangguan struktural otak atau penyakit sistemik yang
mendasarinya.
1.6 Migren
Migren adalah nyeri kepala yang episodik, berulang, dengan karateristik nyeri
kepala berdenyut dengan penyebab vascular biasanya unilateral. Sering disertai oleh
rasa mual, muntah, fotofobia (peka cahaya), fonofobia (peka bunyi) dan rasa lemas.
Migren lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria,2/3-3/4 kasus dijumpai pada
wanita.
Kata migren berasal dari bahasa prancis, dibentuk dari bahasa Yunani
hemicranias (separuh kepala), namun migren dapat melibatkan kedua sisi kepala sejak
dari mula serangan pada 40% pasien. Empat puluh persen lainnya mengalami nyeri
kepala sesisi saja dan sekitar 20 % lainnya nyeri kepala bermulai darisatu sisi
kemudian menjadi umum.
Faktor turunan diduga ada peranannya pada migren. Penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa risiko terdapat migren pada keluarga derajat satu penderita
migren ialah 4 kali lebih besar pada migren dengan aura dan 1,9 kali lebih besar pada
yang tanpa aura dibanding populasi umum. Cukup lama diduga bahwa peranan
vascular penting pada migren seperti fase nyeri diperkirakan disebabkan oleh
7
pembuluh darah yang melebar sementara aura disebabkan oleh penyempitan
pembuluh darah. Namun, akhir-akhir ini teori ini tidak memadai untuk menerangkan
kelainan migren. Walau belum terungkap dengan baik petofisiologi migren ini diduga
beberapa factor memiliki peranan diantaranya adalah disposisi genetik,
hipereksitabilitas neuron pusat, depresi kortikal yang menjalar melebar, aktivasi
batang otak dan aktivasi vascular trigeminal.
Gambaran gejala yang paling sering dijumpai adalah :
1. Nyeri kepala berulang, jenis vascular (berdenyut), nyeri meningkat bila
penderita membungkuk atau mengedan, diperburuk oleh keadaan yang
menyebabkan vasodilatasi (melebarkan pembuluh darah) seperti
bergerak badan, alcohol dan demam dan berkurang nyerinya oleh
keadaan yang memicu vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh darah)
seperti oleh obat jenis ergot.
2. Mulai muncul pada usia muda. Sering pada masa anak-anak, ± 25%
bermula pada dasawarsa pertama, 55% pada usia sebelum 20 tahun dan
lebih dari 90% telah mengalami serangan sebelum 40 tahun.
3. Biasanya nyeri sesisi kepala (hemicranial)
4. Disertai rasa tidak nyaman di saluran gastrointestinal (pencernaan),
rasa mual, dan muntah
5. Terdapat riwayat keluarga yang menderita migren pada sekitar 60%
penderita.
6. Sering serangan migren muncul pada pagi hari dan berlangsung
beberapa jam
Gejala migren bervariasi luas, dan manifestasinya sering berbeda dari pasien
yang satu dengan yang lainnya, dan juga pada satu pasien gejalanya dapat pula
berubah. Nyeri kepala yang diderita dapat disertai banyak gejala lain mencakup rasa
mengantuk, perubahan suasana hati, gampang tersinggung, iritabel, banyak kencing
beserta gejala gangguan penglihatan dan saraf fokal lain.
Migren Komplikata
Pada migren komplikata, didapatkan deficit saraf (neurologi) yang
berlangsung lebih lama dari nyeri kepalanya, misalnya lumpuh otot
8
bola(oftalmoplegia), atau lumpuh separuh badan (hemiparese). Dari 500 pasien yang
menderita serangan migren berat, raskin (1998), mendapatkan 87% menderita nausea,
82% menderita fotofobia, 72% merasa “enteng’ di epala, 65% kulit kepala menjadi
peka nyeri, 56% mengalami muntah, 36% mengalami gangguan visual.
Migren tanpa Aura
Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum (common migraine).
Nyeri kepala ini tidak menunjukkan gejala neurologi lain yang khas sebelum atau
selama adanya nyeri kepala.
Kriteria diagnostic bagi migren tanpa aura, yang dikemukakan oleh HIS bagi migren
tanpa aura adalah :
A. Sekurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung 4-74 jam (bila tidak diobati atau tidak berhasil
diobati)
C. Nyeri kepala sekurangnya mempunyai dua dari criteria berikut :
1. Lokasi unilateral (satu sisi)
2. Sifat berdenyut
3. Intensitas nyerinya sedang (moderat) atau berat
4. Agravasi (bertambah berat) oleh atau menyebabkan menghindari
aktivitas rutin (misalnya jalan atau menaiki tangga)
D. Sewaktu berlangsung nyeri kepala terdapat sekurangnya satu dari gejala
berikut:
1. Nausea (rasa mual) dan/atau muntah
2. Fotofobia (rasa takut atau peka cahaya) dan fonofobia (takut atau peka
bunyi)
E. Tidak disebabkan oleh gangguan lainnya.
Migren dengan Aura (Migren Klasik)
Terdiri dari aura visual yang muncul secara gradual yang mendahului nyeri
kepala dan berlangsung sekitar 15-30 menit. Gangguan visual dapat berupa skotoma
(bercak hitam) yan bergerak dan dapat juga berupa gangguan dilapang penglihatan
seperti garis, spectra fortifikasi ( garis terang bergerigi atau dikemukakan oleh pasien
9
sebagai cahaya berbintang-bintang, lampu senter, garis bergerigi atau distorsi
penglihatan yang muncul disebahagian atau seluruh lapangan pandangan.
Gejala nonvisual, yang tidak berkaitan dengan penglihatan dapat berlangsung
singkat seperti hemiparesis (lemah separuh badan) atau hemihipestesia (kurang
merasa separuh badan), yang dapat juga mendahului nyeri kepala sebagai aura.
Kriteria diagnostic bagi migren dengan aura yang dikemukakan HIS:
1. Sekurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
2. Aura terdiri dari satu gejala berikut, namun tanpa adanya kelemahan motorik.
1. Gejal visual ( penglihatan) yang putih sempurna (reversible). Mencakup
gejala positif (yaitu cahaya kunang-kunang, bercak-bercak), atau garis-garis)
dan/atau gejala negative (yaitu “penglihatan hilang”)
2. Gejala sensorik yang pulih sempurna , termasuk gejala positif (yakni rasa
seperti kesemutan) dan atau negative (yaitu rasa baal)
3. Gejala gangguan bicara (berbahasa, disfasia) yang pulih sempurna.
3. Sekurangnya dua dari gejala berikut:
1. Gejala visual homonym dan atau gejala sensorik unilateral
2. Sekurangnya satu gekala autra yang muncul gradual ≥ 5 menit dan atau
berbagai gejala aura muncul beraturan selam ≥ 5 menit
3. Tiap gejala berlangsung ≥ 5 menit, namun ≤ 60 menit.
4. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria migren tanpa aura (B-D). Nyeri kepala
mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60 menit.
5. Tidak disebabkan gangguan lain.
Klasifikasi HIS untuk migren
1. Migren
1.1 Migren tanpa Aura
1.2 Migren dengan aura
1.2.1 Aura yang khas dengan nyeri kepala migren
1.2.2 Aura yang khas dengan nyeri kepala non migren
1.2.3 Aura yang khas tanpa nyeri kepala
1.2.4 Migren hemiplegic familial
1.2.5 Migren hemiplegic sporadic
1.2.6 Migren jenis basilar
10
1.3 Sindrom periodic pada anak yang umumnya prekusor migren
1.3.1 Muntah siklik
1.3.2 Migren abdominal
1.3.3 Vertigo paroksismal benigna pada anak
1.4 Migren retina
1.5 Komplikasi migren
1.5.1 Migren kronis
1.5.2 Status Migren
1.5.3 Aura persisten tanpa infark
1.5.4 Infark migren
1.5.5 Migren dipacu bangkitan/kejang
1.6 Probabel (kemungkinan migren)
1.6.1 Probabel migren tanpa aura
1.6.2 Probabel migren denagna ura
1.6.3 Probabel migren kronis
Pada migren dapat diidentifikasi empat fase, namun tidak tiap pasien
mengalaminya. Keempat fase tersebut adalah:
1. Fase prodormal, terdapat 1-24 jam sebelum nyeri
kepala
2. Fase aura, terjadi 0-60 menit, sebelum atau
bersamaan dengan timbulnya nyeri kepala
3. Fase nyeri kepala, yang berlangsung 4-72 jam
4. Fase nyeri kepala berhenti, biasanya nyeri kepala
menghilang dengan tidur
5. Fase postdrom dapat berlangsung beberapa jam
atau hari setelah fase nyeri kepala.
1.7 Terapi Migren
Penatalaksaan Pengobatan Migren
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
A. Langkah Umum
Pasien perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur,
makanan ( coklat, makanan yang mengandung MSG dan tyramin), keadaan
lapar, stress, suara yang bising, bau-bauan tertentu yang tajam, kontraseptive
11
oral, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca, berada di tempat yang
tinggi seperti gunung dan pesawat udara. Faktor pencetus ini bervariasi pada
setiap pasien.
B. Terapi Abortif
Pada serangan yang ringan sampai sedang atau serangan berat yang
berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik OTCs
(over the Counters), NSAIDs (oral). Pengobatan NSAID ini dapat
menggunakan parasetamol, Aspirin, ibuprofen, Naproxen sodium,
ketorolac dan diclofenac potassium.
Bila tidak berespon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti :
Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro
ergotamine (DHE), obat kombinasi (misalnya : aspirin dengan
asetaminofen dan kafein)
Yang tidak berespon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan
analgetik yang mengandung butalbital.
C. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif adalah untuk mengurangi frekuensi berat dan
lamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan,
meningkatkan aktivotas sehari-hari serta pengurangan disabilitas. Indikasi
terapi preventif berdasarkan factor-faktor sebagai berikut :
a. Serangan berulang yang mengganggu aktivitas
b. Nyeri kepala yang sering
c. Adanya kontra indikasi terhadap terapi akut
d. Kegagalan terapi atau “overuse”
e. Efek samping yang berat terhadap terapi akut
f. Munculnya gejala-gejala dan kondisi yang luar biasa umpamanya
migren basilar hemiplegic, aura yang memanjang.
Obat yang digunakan dapat berupa golongan beta bloker (seperti atenolol, metaprolol,
nadolol dan propanolol), Calcium channe blockers (flunarizine dan verapamil),
Serotonin reseptor antagonist (methylsergide), Pizotyline (pizotifen), trysiclic
analgesics (amitriptilin, nortriptiline), anti epileptic (divalproex, sodium valproate,
valproic acid), gabapentin atau topiramate. Pemilihan obat preventif dilakukan
berdasarkan pertimbangan kondisi penderita.
12
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : M/ Perempuan/ 23 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Mahasiswi
c. Alamat : Lubuk Buaya, Padang.
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah saudara : anak ke 1 dari 2 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : cukup mampu, penghasilan orang tua Rp.
2.500.000,-/bulan,
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, kamar 3 buah, perkarangan cukup luas.
- Ventilasi dan sirkulasi udara baik
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah di dalam rumah
- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara dan
diangkut petugas.
Kesan : hygiene dan sanitasi baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal bersama orang tua dan 1 orang adik kandung yang
masih sebagai siswa SMA.
- Tinggal di daerah yang cukup padat penduduk.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga baik
13
- Saat ini pasien sedang menyusun tugas akhir kuliah sehingga hal ini
sering menjadi faktor pemicu stress dan sering menyebabkan pasien
telat tidur.
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Riwayat menderita penyakit yang sama sejak 3 tahun yang lalu tetapi
tidak terlalu sering kira-kira 2 kali dalam setahun, muncul jika pasien
mengalami stress menghadapi ujian atau karena sering telat tidur
mengerjakan tugas. Sakit kepala yang dirasakan kadang-kadang
mengganggu aktivitas harian. Jika sakit kepala, pasien hanya memakai
koyo dan istirahat, dan bila sakit kepala tidak berkurang, pasien
membeli obat paracetamol dan diminum 1 tablet, sakit kepala
berkurang sedikit. Sakit kepala menghilang paling cepat setelah 4 jam
dan paling lama 2-3 hari.
- Riwayat bersin-bersin pada pagi hari dan alergi lainnya tidak ada.
- Riwayat menderita penyakit hipertensi tidak ada.
- Tidak ada anggota keluarga yang lain menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
5. Keluhan Utama
Sakit kepala sebelah sejak 1 hari yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala sebelah sejak 1 hari yang lalu. Sakit kepala dirasakan
seperti berdenyut-denyut dan disertai mata silau ketika melihat cahaya,
sakit kepala menyebabkan pasien tidak bisa melakukan pekerjaan
sehari-hari, pasien sudah minum obat parasetamol namun keluhan
tidak berkurang, sakit kepala bertambah jika pasien beraktivitas.
Satu minggu terakhir pasien sering begadang karena mengerjakan
tugas kuliah, makan tidak teratur, waktu istirahat berkurang, dan sering
merasa kelelahan.
Sakit kepala tidak didahului pandangan kabur, melihat cahaya kunang-
kunang, dan kesemutan.
14
Sakit kepala yang dirasakan pasien tidak dipicu menstruasi, cahaya
kelap-kelip, makan coklat, atau makanan yang berbahan penyedap
rasa.
Sakit kepala disertai mual tetapi tidak disertai muntah, ataupun takut
mendengar bunyi.
Pasien memakai kacamata minus ¼ sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat trauma di daerah kepala tidak ada.
Riwayat penurunan berat badan tidak ada
Riwayat demam tidak ada.
Keluhan pusing berputar tidak ada.
BAB dan BAK tidak ada kelainan.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 80 x/ menit
Nafas : 18 x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 60 kg
TB : 162 cm
IMT : 22,8 Gizi Baik
Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
THT : tidak ada kelainan
Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB
Dada :
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
15
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Status Neurologis
1. Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
2. Tanda Rangsangan Meningeal (-)
kaku kuduk : (-) kernig : (-)
laseque : (-) brudzunski I : (-)
brudinski II : (-)
3. Tanda Peningkatan Intra Kranial (-)
Sakit kepala progresif (-)
Muntah proyektil (-)
16
4. Nervus Kranialis :
Nervus I : penciuman baik
Nervus II : pupil isokhor, diameter 3mm, reflek cahaya
+/+
Nervus III,IV,VI : bola mata bisa digerakkan ke segala
arah,nistagmus (-)
Nervus V : buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+)
Nervus VII : raut muka simetris kiri dan kanan, menutup
mata +/+, mengerutkan dahi (+)
Nervus VIII : fungsi pendengaran baik
Nervus IX : Refleks muntah (+)
Nervus X : menelan(+), artikulasi baik
Nervus XI : dapat menoleh dan mengangkat bahu kiri dan
kanan
Nervus XII : kedudukan lidah normal, deviasi (-)
5. Motorik : Kekuatan 555 555
555 555
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
8. Laboratorium Anjuran : -
9. Pemeriksaan Anjuran : Pemeriksaan visus
10. Diagnosis Kerja: Migren tanpa Aura
11. Diagnosis Banding : -
12. Manajemen
a. Preventif :
- Menghindari faktor pemicu timbulnya sakit kepala sebelah seperti
stress, sebelum menghadapi ujian hendaknya pasien mempersiapkan
diri jauh sebelum hari ujian.
- Hindari tidur terlalu larut malam karena kurang tidur merupakan salah
satu pemicu sakit kepala sebelah.
- Biasakan makan secara teratur tiga kali sehari dan hindari terlambat
makan.
17
- Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu masing-masing
selama minimal 30 menit, seperti jogging atau aerobic.
- Hindari kelelahan dengan istirahat yang cukup minimal 6 jam sehari.
- Makan makanan dengan gizi seimbang untuk membantu meningkatkan
daya tahan tubuh.
b. Promotif :
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya, bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau dalam otaknya
sehingga dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau
penyakit intrakranial lainnya
- Menjelaskan kepada pasien cara menghindari penyakit tersebut dan
keadaan-keadaan yang dapat memperburuk penyakitnya seperti stress,
kelelahan, kurang tidur, terlambat makan dan lain-lain.
- Menjelaskan pada pasien mengenai obat-obat analgetik yang tidak
boleh digunakan secara berlebihan.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini juga dapat dihindari
dengan membiasakan hidup sehat seperti dengan berolah raga rutin dan
makan makanan dengan gizi seimbang.
c. Kuratif :
- Ibuprofen tablet 400 mg diminum maksimal 3 kali sehari sesudah
makan, bila keluhan berkurang maka obat tidak perlu diminum lagi.
- Domperidon tablet 10 mg diminum maksimal 3 kali sehari, bila
keluhan mual sudah hilang maka obat tidak perlu diminum lagi.
- Vit B komp diminum 3 kali sehari.
d. Rehabilitatif :
- Rujuk ke bagian neurologi bila sakit kepala tidak berkurang.
- Hindari penggunaan analgetik secara berlebihan, bila sakit kepala
sudah hilang maka obat analgetik tidak perlu diminum lagi.
- Jika serangan semakin bertambah berat, maka segera ke puskesmas
atau RS terdekat, atau spesialis neurologi.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrodiwijo S, Kusuma P, Markum S, Nyeri Kepala Menahun. Bagian Neurologi:
FKUI. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1986.
2. Nyeri Kepala. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Editor Mansjoer A. Penerbit
Media Ausclapius. FKUI. Jakarta . 2000 : hal 34 – 36.
3. Sjahrir, Hasan. Konsensus nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan nyeri
kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala (PERDOSSI). 2005
4. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi dalam neurologi. Salemba
Medika.Jakarta, 2001.
5. Lumbantobing. Nyeri Kepala, Nyeri punggung Bawah, Nyeri kuduk. FKUI.
Jakarta, 2008.
20
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Lubuk Buaya
Dokter : Desty Ria Tiffani
Tanggal : 13 Desember 2012
R/ Ibuprofen tab 400 mg No. XV
Sprn (max 3dd tab I) pc £
R/ Domperidon tab 10 mg No. XV
Sprn (max 3 dd tab I) £
R/ Vitamin B komp tab No. XV
S 3 dd tab I £
Pro : M
Umur : 23 tahun
Alamat : Lubuk Buaya, Padang.
Lampiran
21
22
23