CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

40
Case Report Session KARSINOMA NASOFARING oleh: Kelompok 1 Ebil Fuji Edison 1010313004 Siti Ardina Sari 1010313009 Preseptor: dr. Sukri Rahman, SpTHT-KL BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

description

karsinoma nasofaring

Transcript of CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Page 1: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Case Report Session

KARSINOMA NASOFARING

oleh:

Kelompok 1

Ebil Fuji Edison 1010313004

Siti Ardina Sari 1010313009

Preseptor:

dr. Sukri Rahman, SpTHT-KL

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

Page 2: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi dan Fisiologi Nasofaring

Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring, sehingga sering juga

disebut epifaring, terletak di antara basis cranial dan palatum molle, membuka ke

arah depan hidung melalui koana posterior, menghubungkan rongga hidung dan

orofaring. 2,4,8 Diameter atas-bawah dan kiri-kanan masing-masing sekitar 3 cm,

diameter depan-belakang sekitar 2-3 cm.1

Bagian atas nasofaring dibentuk oleh bassiphenoid dan basiocciput.

Dinding posterior dibentuk oleh arkus atlas yang dilapisi otot-otot dan fascia

prevertebral. Dasar nasofaring dibentuk oleh palatum molle anterior dan ismus

orofaring. Dinding anterior dibentuk oleh ostium posterior nasal atau choanae dan

margin posterior septum nasalis. Pada dinding lateral nasofaring terdapat

orifisium tuba eustakius, orifisium ini dibatasi oleh torus tubarius pada bagian

posterior. Ke arah postero-superior dari torus tubarius terdapat Fossa Rosenmuller

yang merupakan lokasi tersering karsinoma nasofaring.1,2

Area nasofaring sangat kaya akan saluran limfatik, terutama drainase  ke

kelenjar limfe faringeal posterior paravertebral servikal (disebut juga kelenjar

limfe Rouviere, sebagai kelenjar limfe terminal pertama drainase karsinoma

nasofaring), kemudian masuk ke kelenjar limfe kelompok profunda servikal,

terutama meliputi: rantai kelenjar limfe jugularis interna, rantai kelenjar limfe

nervus asesorius (terletak dalam segitiga posterior leher), rantai kelenjar limfe

arteri dan vena transversalis koli (di fosa supraklavikular).1

Vaskularisasi nasofaring berasal dari percabangan level I atau II arteri

karotis eksterna, masing-masing adalah:1

-    Arteri faringeal asendens, cabang terkecil arteri karotis eksterna

-    Arteri palatina asendens

-    Arteri faringea, salah satu cabang terminal dari arteri maksilaris interna

Page 3: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

-   Arteri pterigoideus, juga salah satu cabang akhir arteri maksilaris

interna. 

Untuk persarafan nasofaring, saraf sensorik berasal dari nervus

glossofaringeal dan vagus. Saraf motorik dar nervus vagus, mempersarafi

sebagian otot faring dan palatum mole.2

Gambar 1. Anatomi nasofaring

Gambar 2. Nasofaring

Page 4: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Fungsi nasofaring :3

Sebagai jalan udara pada respirasi

Jalan udara ke tuba eustachii

Resonator

Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung

1.2 Histologi

Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat

banyak jaringan limfosit, sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta.

Hubungan antara epitel dengan jaringan limfosit ini sangat erat, sehingga sering

disebut “Limfoepitel”. Bloom dan Fawcett (1965) membagi mukosa nasofaring

atas empat macam epitel :

1. Epitel selapis thorax bersilia “Simple Columnar Cilated Epithelium”

2. Epitel thorax berlapis “Stratified Columnar Epithelium”

3. Epitel thorax berlapis bersilia “Stratified Columnar Ciliated Epithelium”

4. Epitel thorax berlapis semu bersilia “Pseudo-Stratified Columnar Ciliated

Epithelium”

Mukosa nasofaring 60% dilapisi oleh epitel berlapis gepeng, dan 80% dari

dinding posterior nasofaring dilapisi oleh epitel ini, sedangkan pada dinding

lateral dan depan dilapisi oleh epitel transisional, yang merupakan epitel peralihan

antara epitel berlapis gepeng dan thorax bersilia. Epitel berlapis gepeng ini

umumya dilapisi keratin, kecuali pada kripta yang dalam. Dipandang dari sudut

embriologi, tempat pertemuan atau peralihan 2 macam epitel adalah tempat yang

subur untuk tumbuhnya suatu karsinoma.

1.3 Definisi

Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel

epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan

metastasis. Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas,

belakang dan lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring. Karsinoma

Page 5: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Nasofaring merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis ruangan

dibelakang hidung (nasofaring).3

1.4 Epidemiologi dan Etiologi

Meskipun banyak ditemukan di negara dengan penduduk non-Mongoloid,

namun demikian daerah Cina bagian Selatan masih menduduki tempat tertinggi,

yaitu dengan 2500 kasus baru pertahun untuk provinsi Guang-dong atau

prevalensi 39.84/100000 penduduk. Ras Mongoloid merupakan faktor dominan

timbulnya kanker nasofaring, sehingga kekerapan cukup tinggi pada penduduk

Cina bagian Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan

Indonesia.4

Ditemukan pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian Utara

seperti Aljazair dan Tunisia, pada orang Eskimo di Alaska dan Tanah Hijau yang

diduga penyebabnya adalah karena mereka memakan makanan yang diawetkan

selama musim dingin dengan bahan pengawet nitrosamin.4

Frekuensi pasien ini di Indonesia hampir merata di setiap daerah. Terdapat

lebih dari 100 kasus setahun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, di RS

Hasan Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Palembang

25 kasus, 15 kasus di Denpasar dan 11 kasus di Padang dan Bukittinggi per

tahunnya.4

Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring

adalah virus Epstein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer

anti-virus EB yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien

tumor ganas leher dan kepala lainnya, tumor organ tubuh lainnya.4

Banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya

tumor ini, seperti rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan

hidup, kebudayaan, dan sosial ekonomi. Tumor ini lebih sering ditemukan pada

laki-laki dan apa penyebabnya belum dapat dipastikan.4

Page 6: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap

kebiasaan makan makanan terlalu panas. Terdapat hubungan kadar nikel dalam air

minum dan makanan dengan karsinoma nasofaring, sedangkan hubungan dengan

keganasannya belum jelas.4

Tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau

familier dari pasien karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh

lain. Suatu contoh terkenal di Cina selatan, satu keluarga dengan 49 anggota dari

dua generasi didapatkan 9 pasien karsinoma nasofaring dan 1 menderita tumor

ganas payudara. Secara umum didapatkan 10% dari pasien karsinoma nasofaring

menderita keganasan organ lain. Pengaruh genetik terhadap karsinoma nasofaring

sedang dalam pembuktian dengan mempelajari cell-mediated immunity dari virus

EB dan tumor associated antigents pada karsinoma nasofaring. Sebagian besar

pasien adalah golongan ekonomi rendah dan hal ini menyangkut kebiasaan hidup

dan keadaan lingkungan.4

1.5 Gejala Klinis

Gejala nasofaring dibagi dalam 4 kelompok utama:4

1. Gejala pada hidung dan nasofaring, berupa obstruksi nasal, sekret, dan

epistaksis.

2. Gangguan pada telinga terjadi akibat tempat asal tumor dekat dengan

muara tuba eustachi (Fossa Rosenmuller) dan menimbulkan obstruksi sehingga

dpat terjadi penurunan pendengaran, otitis media serous maupun supuratif,

tinnitus, gangguan keseimbangan, rasa tidak nyaman dan rasa nyeri di telinga.

Adanya otitis media serosa yang unilateral pada orang dewasa meningkatkan

kecurigaan akan terjadinya karsinoma nasofaring.

3. Gangguan mata terjadi karena nasofaring behubungan dekat dengan

rongga tengkorak melalui beberapa lubang, sehingga gangguan beberapa saraf

otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma nasofaring. Penjalaran melalui

foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI, dan dapat pula ke V,

sehingga tidak jarang gejala diplopialah yang membawa pasien lebih dulu ke

dokter mata. Gejala mata lain berupa penurunan reflex kornea, eksoftalmus dan

kebutaan (berkaitan dengan saraf otak II). Neuralgia terminal merupakan gejala

Page 7: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain yang

berarti. Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI, dan

XII jika penjalaran melalui foremen jugulare yang  relatif jauh dari nasofaring,

sering disebut sindrom Jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf otak disebut

sindrom unilateral. Ada juga yang dikenal dengan trias Trotter yaitu tuli

konduktif, neuralgia temporoparietal ipsilateral dan paralisis palatal terjadi secara

kolektif akibat karsinoma nasofaring.

4. Metastasis di leher, merupakan gejala yang paling jelas manifestasinya

berupa benjolan di leher yang kemudian mendorong pasien berobat. Benjolan

biasanya ditemukan antara mandibula dan mastoid. Untuk metastasis lanjutan,

gejala melibatkan tulang, paru-paru, hepar dan lain-lain.

1.6 Diagnosis

Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma

nasofaring, protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

pasti serta stadium tumor:7

1. Anamnesis/pemeriksaan fisik

Anamnesis berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien (tanda dan gejala

karsinoma nasofaring).

2. Pemeriksaan nasofaring

Dengan menggunakan kaca nasofaring atau dengan nasofaringoskop.

3. Biopsi nasofaring

Diagnosis pasti ditegakan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi

dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsi tumor

nasofaring umumnya dilakukan dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%.4

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind

biopsi). Cunam biopsi dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri konka

media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan

biopsi.

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang

dimasukan melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut

ditarik keluar dan diklem bersama-sama ujung kateter yang dihdung.

Page 8: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Demikian juga kateter yang dari hidung disebelahnya, sehingga palatum

mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kacalaring dilihat daerah

nasofaring. biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut

atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui mulut, masaa tumor

akan terlihat lebih jelas.

Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan

mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam

narkosis.4

4. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe,

yaitu: 2,4,5,6

Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell

Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan

buruk.

Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Pada tipe ini

dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa

tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.

Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma). Pada tipe ini

sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk

oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak

terlihat dengan jelas.

5. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada kecurigaan KNF merupakan pemeriksaan

penunjang diagnostik yang penting. Tujuan utama pemeriksaan radiologik

tersebut adalah:

Memberikan diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya tumor pada

daerah nasofaring

Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut

Mencari dan menetukan luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya.

Page 9: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

a. Foto polos

Foto polos dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya tumor

pada daerah nasofaring dengan posisi lateral dengan teknik foto untuk

jaringan lunak (soft tissue technique)

b. CT Scan

Pada umunya karsinoma nasofaring yang dapat dideteksi secara

jelas dengan radiografi polos adalah jika tumor tersebut cukup besar dan

eksofitik, sedangkan bila kecil mungkin tidak akan terdeteksi. Terlebih-

lebih jika perluasan tumor adalah submukosa, maka hal ini akan sukar

dilihat dengan pemeriksaan radiografi polos. Demikian pula jika penyebaran

ke jaringan sekitarnya belum terlalu luas akan terdapat kesukaran-kesukaran

dalam mendeteksi hal tersebut. Keunggulan CT Scan dibandingkan dengan

foto polos ialah kemampuanya untuk membedakan bermacam-macam

densitas pada daerah nasofaring, baik itu pada jaringan lunak maupun

perubahan-perubahan pada tulang, dengan kriteria tertentu dapat dinilai

suatu tumor nasofaring yang masih kecil. Selain itu dengan lebih akurat

dapat dinilai apakah sudah ada perluasan tumor ke jaringan sekitarnya,

menilai ada tidaknya destruksi tulang serta ada tidaknya penyebaran

intrakranial.

6. Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan igA anti VCA

(capsid antigen) untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam

mendeteksi karsinoma nasofaring. Tjokro Setiyo dari FK UI Jakarta

mendapatkan dari 41 pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut (stadium III

dan IV) senstivitas IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer

berkisar antara 10 sampai 1280 dengan terbanyak titer 160. IgA anti EA

sensitivitasnya 100% tetapi spesifitasnya hanya 30,0%, sehingga pemeriksaan

ini hanya digunakan untuk menetukan prognosis pengobatan, titer yang didapat

berkisar antara 80 sampai 1280 dan terbanyak 160.4

1.7 Diagnosis Banding

Page 10: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

1. Polip Nasal

Polip nasal merupakan lesi abnormal yang berasal dari mukosa nasal atau

sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit di

kavum nasi. Polip hidung mengandung banyak cairan, berwarna putih keabu-

abuan. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang

berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.2,5

2.    Limfoma Non-Hodgkin

Sering pada pemuda dan remaja, pembesaran kelenjar limfe leher, dapat

mengenai banyak lokasi, secara bersamaan dapat terjadi pembesaran kelenjar

limfe naksila, inguinal, mediastinum. Konsistensi tumor agak lunak dan

mudah digerakkan.1,5

3.    TB Kelenjar Limfe Leher

Lebih banayak pada pemuda dan remaja. Konsistensi agak keras, dapat

melekat dengan jaringan sekitarnya membentuk massa, kadang terdapat nyeri

tekan atau undulasi, pungsi aspirasi jarum menemukan materi mirip keju.1

4.    Angiofibroma Nasofaring

Sering ditemukan pada orang muda, pria jauh lebih banyak dari wanita.

Dengan nasofaringoskop tampak permukaan timor licin, warna mukosa

menyerupai jaringan normal, kadang tampak vasodilatasi di permukaannya,

konsistensi kenyal padat. Bila secara klinis dicurigai penyakit ini, biopsi tidak

dianjurkan karena mudah terjadi perdarahan masif.1

Page 11: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

1.8 Stadium

Penentuan stadium karsinoma nasofaring yang terbaru adalah menurut

AJCC/UICC edisi ke-6 tahun 2002, yaitu:4

Tumor di nasofaring (T)

Tx

To

Tis

T1

T2

T2a

T2b

T3

T4

Tumor primer tidak dapat ditentukan

Tidak ditemukan adanya tumor primer

Carcinoma in situ

Tumor terbatas di nasofaring

Tumor meluas ke jaringan lunak

Tumor meluas sampai daerah orofaring dan/atau fossa nasalis tanpa perluasan

ke depan parafaring

Dengan perluasan ke parafaring

Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal

Tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf kranial, fossa

infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang mastikator

Kelenjar limfe regional (N)

Nx

No

N1

N2

N3

Pembesaran KGB regional tidak dapat ditentukan

Tidak ada pembesaran KGB regional

Metastasis ke KGB unilateral, ukuran ≤ 6 cm, terletak di atas fossa

supraklavikula

Metastasis ke KGB bilateral, ukuran ≤ 6 cm, terletak di atas fossa

supraklavikula

Metastasis ke KGB:

N3a : Ukuran KGB > 6 cm, di atas fossa supraklavikula

N3b : Terletak pada fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

Mx

Mo

M1

Adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukan

Tidak ada metastasis jauh

Ada metastasis jauh

Page 12: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Stadium kanker nasofaring menurun sistem TNM:

0 : Tis N0 M0

I : T1 N0 M0

IIa : T2a N0 M0

IIb : T1-2a N1 M0, T2b No-1 M0

III : T1-2b N2 M0, T3 No-2 M0

IVa : T4 N0-2 M0

IVb : semua T N3 M0

IVc : semua T semua N M1

Penatalaksanaan

Stadium I : radioterapi

Stadium II dan III: kemoradiasi

Stadium IV dengan N<6cm: kemoradiasi

Stadium IV dengan N>6cm: kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi.4

1.9 Terapi

Radioterapi merupakan terapi utama untuk karsinoma nasofaring dan

ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer.

Pengobatan yang dapat diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian

tetrasiklin, interferon, kemoterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan

tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap

terbaik sebagai terapi adjuvant (tambahan). Berbagai macam kombinasi

dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-

platinum.4

Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil

sedang dikembangkan di Departemen THT-FKUI dengan hasil sementara yang

cukup memuaskan. Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan

terhadap benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau

timbul kembali setelah penyinaran selesai, tapi dengan syarat tumor induknya

sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi seta

tidak ditemukan adanya metastasis jauh.4

Page 13: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

1.10 Prognosis

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatan/stadium tumor

a. Stadium I : 85 %

b. Stadium II : 75 %

c. Stadium III : 45 %

d. Stadium IV : 10 %

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh

yang dapat ditemukan di tulang, paru dan hati.2

1.11 Pencegahan

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah

dengan risiko tinggi. Memindahkan penduduk dari daerah dengan risiko tinggi

ke tempat lain. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara

memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang

berbahaya, penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,

emningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA

anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini.4

Page 14: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn M

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Mentawai

Suku Bangsa : Mentawai

Pekerjaan : Petani

Tanggal masuk rumah sakit : 14 April 2015

2.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama : Benjolan di leher kanan yang semakin membesar sejak

2 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Benjolan pada leher kanan awalnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,

dan semakin membesar sejak 2 bulan ini, benjolan awalnya kecil sebesar koin

dan semakin lama semakin besar. Benjolan mulai dirasakan nyeri sejak 2

bulan yang lalu

- Telinga kanan terasa penuh sejak 7 bulan yang lalu, telinga berdenging tidak

ada, telinga berair tidak ada

- Sakit kepala hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu

- Riwayat penglihatan ganda tidak ada

- Riwayat kebas di pipi tidak ada

- Riwayat hidung tersumbat tidak ada, keluar darah dari hidung tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien tidak memiliki keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini

Page 15: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

- Pasien adalah seorang petani

- Riwayat merokok sejak 30 tahun yang lalu jumlah lebih kurang satu

bungkus perhari.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis kooperatif

Tekanan Darah : 120/0 mmHg

Frekuensi Nadi : 87x/ menit

Nafas : 20x/ menit

Suhu : 36,8º C

STATUS LOKALIS THT

TELINGA

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun Telinga

Kelainan

congenitaltidak ada tidak ada

Trauma tidak ada tidak ada

Radang tidak ada tidak ada

Kelainan

metabolictidak ada tidak ada

Nyeri tarik tidak ada tidak ada

Nyeri tekan tragus tidak ada tidak ada

Liang & Dinding

Telinga

Cukup lapang (N) cukup lapang cukup lapang

Sempit tidak ada tidak ada

Hiperemis tidak ada tidak ada

Edema tidak ada tidak ada

Massa tidak ada tidak ada

Sekret/Serumen Bau tidak ada tidak ada

Page 16: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Warna tidak ada tidak ada

Jumlah tidak ada tidak ada

Jenis tidak ada tidak ada

MEMBRAN TIMPANI

Utuh

Warna putih mengkilat putih mengkilat

Refleks cahaya Positif Positif

Bulging Tidak ada Tidak ada

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak ada Tidak ada

Perforasi

Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Kuadran Tidak ada Tidak ada

Pinggir Tidak ada Tidak ada

Mastoid

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes Garpu Tala

Rinne + +

Scwabach MemanjangSama dengan

pemeriksa

Weber Lateralisasi ke kanan

Audiometri - -

Timpanometri - -

HIDUNG

Pemeriksaan Kelainan

Hidung Luar Deformitas Tidak ada

Page 17: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Kelainan

kongenitalTidak ada

Trauma Tidak ada

Radang Tidak ada

Massa Tidak ada

SINUS PARANASAL

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

RINOSKOPI ANTERIOR

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

VestibulumVibrise ada Ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Kavum Nasi

Cukup lapang (N) - -

Sempit Sempit Sempit

Lapang - -

Sekret

Lokasi Tidak ada tidak ada

Jenis tidak ada tidak ada

Jumlah tidak ada tidak ada

Bau tidak ada tidak ada

Konka Inferior

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Konka Media

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Septum Cukup Deviasi Deviasi

Page 18: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

lurus/Deviasi

Permukaan Rata Rata

Warna Merah muda Merah muda

Spina Tidak ada tidak ada

Krista ada ada

Abses tidak ada tidak ada

Perforasi tidak ada tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada tidak ada

Bentuk tidak ada tidak ada

Ukuran tidak ada tidak ada

Permukaan tidak ada tidak ada

Warna tidak ada tidak ada

Konsistensi tidak ada tidak ada

Mudah digoyang tidak ada tidak ada

Pengaruh

vasokonstriktortidak ada tidak ada

RINOSKOPI POSTERIOR (NASOFARING)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Koana

Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang

Sempit - -

Lapang - -

Mukosa

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Konka Inferior

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada

Muara Tuba Tertutup secret Tidak ada Tidak ada

Edema mukosa Tidak ada Tidak ada

Page 19: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Eustachius

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Post Nasal DripAda/tidak Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

OROFARING DAN MULUT

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Trismus Tidak ada Tidak ada

UvulaEdema Tidak ada Tidak ada

Bifida Tidak ada Tidak ada

Palatum Mole +

Arkus Faring

Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada

Dinding FaringWarna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Tonsil

Ukuran T1 T1

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Muara kripti Tidak ada Tidak ada

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Peritonsil

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk tidak ada tidak ada

Ukuran tidak ada tidak ada

Page 20: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Permukaan tidak ada tidak ada

Konsistensi tidak ada tidak ada

Gigi

Karies/radiks Ada Ada

KesanHygiene gigi

kurang baik

Hygiene gigi

kurang baik

Lidah

Warna Merah muda Merah muda

Bentuk Normal Normal

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

LARINGOSKOPI INDIREK

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Epiglotis

Bentuk Normal Normal

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Pinggir rata/tidak Rata rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Aritenoid

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Gerakan Simetris simetris

Ventrikular Band

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Plica Vocalis

Warna Merah muda Merah muda

Gerakan Simetris Simetris

Pinggir medial Rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus Piriformis Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Page 21: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

ValekulaeMassa Tidak ada Tidak ada

Sekret (jenisnya) Tidak ada Tidak ada

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING

Inspeksi : Lokasi : Regio colli dekstra level 2,3,4

Bentuk : tidak khas

Soliter/multiple : Regio colli dekstra : soliter

Palpasi : Ukuran : 6x5x4 cm

Perabaan : Padat, terfiksir, permukaan rata,

batas tegas, NT (-)

Page 22: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

Nervus Dextra Sinistra

I Normal Normal

II Normal Normal

III, IV & IV Penglihatan ganda (-)

Ptosis (-)

Gerakan bola mata bebas

ke segala arah

Penglihatan ganda (-)

Ptosis (-)

Gerakan bola mata bebas

ke segala arah

V Sensibilitas

- Halus (+)

- Kasar (+)

Sensibilitas

- Halus (+)

- Kasar (+)

VII Paresis (-) Paresis (-)

VIII Rinne (+)

Schwabach (memanjang)

Weber (lateralisasi ke

kanan)

Rinne (+)

Schwabach (sama dengan

pemeriksa)

Weber (lateralisasi ke

kanan)

IX & X Uvula berada ditengah Uvula berada ditengah

Page 23: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Reflek muntah ada

Pita suara simetris

Reflek muntah ada

Pita suara simetris

XI M. Sternokleidomastoideus

(tahanan baik)

M. Trapezius (tahanan

baik)

M. Sternokleidomastoideus

(tahanan baik)

M. Trapezius (tahanan

baik)

XII Tidak ada lateralisasi

1

2

3

Page 24: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

4

5

6

7

Page 25: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

8

9

10

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin : 14,2 gr/dl

Leukosit : 6870

Trombosit : 255.000

Hematokrit : 44%

Ureum : 26 mg/dl

Kreatinin : 0,9 mg/dl

Page 26: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Natrium : 139 mmol/L

Kalium : 4,3 mmol/L

Klorida : 103 mmol/L

SGOT : 31 u/l

SGPT : 24 u/l

Page 27: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

RESUME

Anamnesis:

- Benjolan pada leher kanan awalnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,

dan semakin membesar sejak 2 bulan ini, benjolan awalnya kecil sebesar koin

dan semakin lama semakin besar. Benjolan mulai dirasakan nyeri sejak 2

bulan yang lalu

- Telinga kanan terasa penuh sejak 7 bulan yang lalu, telinga berdenging tidak

ada, telinga berair tidak ada

- Sakit kepala hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu

- Riwayat penglihatan ganda tidak ada

- Riwayat kebas di pipi tidak ada

- Riwayat hidung tersumbat tidak ada, keluar darah dari hidung tidak ada

- Riwayat merokok sejak 30 tahun yang lalu jumlah lebih kurang satu bungkus

perhari.

Pemeriksaan Fisik:

- Tekanan darah: 120/80 mmHg

- Telinga kiri dan kanan: liang telinga lapang/ lapang, membran timpani

utuh/utuh

- Tes garpu tala: rinne +/+, weber lateralisasi ke kanan, schwabach

memanjang/sama dengan pemeriksa

- Rinoskopi anterior kedua kavum nasi sempit, krista +/+

- Rinoskopi posterior dan laringoskopi indirect tidak ditemukan adanya massa

- Tonsil T1-T1

- Teraba pembesaran kelenjar getah bening diatas fossa clavikula dextra, 6x5x4

cm, padat, terfiksir, permukaan tidak rata, batas tegas, NT (-)

- TIdak terdapat kelainan pada pemeriksaan nervus kranialis.

Diagnosis Utama: suspek tumor ganas nasofaring

Diagnosis Tambahan: -

Page 28: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

Diagnosis Banding : Limfoma

Pemeriksaan Anjuran:

- Foto polos kepala dan leher

- CT scan kepala leher

- Biopsi nasofaring

Terapi :

- Diet MB TKTP

- Asam mefenamat 3 x 500 mg

- Ciprofloxacin 2 x 500 mg

Prognosis

- Quo ad Vitam : dubia ad malam

- Quo ad Sanam : dubia ad malam

Page 29: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

BAB 3

DISKUSI

Pasien laki-laki berumur 52 tahun dirawat di bangsal THT RSUP M.

Djamil Padang sejak 14 April 2015 dengan diagnosis suspek tumor nasofaring.

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis ditemukan pembesaran kelenjar getah bening kanan yang

progresif dimulai satu tahun yang lalu dan bertambah besar sejak 2 bulan yang

lalu, keluhan ini disertai telinga kanan terasa penuh, sakit kepala hilang timbul,

sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar

getah bening dextra 6x5x4 cm dengan konsistensi padat, batas tegas dan terfiksir.

Pada pasien ini dicurigai adanya tumor nasofaring yang bermetastasis ke

kelenjar getah bening leher, dan pada pasien ini disertai adanya keluhan telinga

terasa penuh dan sakit kepala hilang timbul. Gangguan pada telinga merupakan

gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yaitu pada daerah fossa

rosenmuller yang terletak di dekat muara tuba eustachius, gangguan dapat berupa

tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga. Metastasis ke

kelenjar getah bening leher dalam bentuk benjolan di leher biasanya yang

mendorong pasien untuk berobat.

Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik, dan hasil biopsi nasofaring, pada pasien ini sudah direncanakan biopsi

nasofaring untuk menentukan diagnosis pasti tumor nasofaring.

Tatalaksana pada pasien ini masih sebatas tatalaksana simptomatik, berupa

diet tinggi kalori tinggi protein, asam mefenamat untuk mengurangi nyeri, dan

ciprofloxacin sebagai profilak antibiotik.

Page 30: CRS Karsinoma Nasofaring Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Desen W. Tumor kepala dan leher. Dalam: Desen W, editor. Buku ajar

onkologi klinis Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 263-78.

2. Ballenger JJ. Tumor dan Kista di Muka, Faring, dan Nasofaring. Penyakit

Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi 13 Jilid 1.Jakarta:

Binarupa Aksara, 1994; 391-6.

3. Adams GL. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adams,

Boies, Higler, editors. Boies: Buku ajar penyakit THT Edisi VI. Jakarta:

EGC, 1997; 320-55

4. Roezin, A dan Marlinda Adham. 2012. Karsinoma Nasofaring. Dalam:

Efiaty A. Soepardi (Ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI. Hal.158-163.

5. Paulino AC et al. Nasopharyngeal Cancer. [Online]. 2010 [Diakses pada

tanggal 11 April 2015]. Diunduh dari URL:

http://emedicine.medscape.com/article/988165-overview.

6. Chan ATC, Teo PML, Johnson PJ. Review Nasopharyngeal Carcinoma.

Annals of Oncology [serial online]. 2002 Diakses pada tanggal 11 April

2015]. Diunduh dari URL:

http://www.entjournal.com/Media/PublicationsArticle/JEYAKUMAR-

03_06.pdf

7. Averdi Roezin, Aninda Syafril. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Efiaty A.

Soepardi (ed). Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi

keenam. Jakarta : FK UI, 2010