cr ptpn vii

37
Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi Luka Sobek pada Pemanen Sawit PTPN 7 Unit Rejosari Natar Oleh: Amanda Samurti PertiwiS. Ked Aris Yanuar JaelaniS. Ked Atsilah Ulfah S. Ked Benny SetiadiS. Ked Chofi Qolbi NAS. Ked Donna Rozalia MarizS. Ked Farah Bilqisti PutriS. Ked Pembimbing dr. Mujiarto Winarji Disusun Dalam Rangka Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas / Okupasi

description

kecelakaan kerja

Transcript of cr ptpn vii

Page 1: cr ptpn vii

Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi

Luka Sobek pada Pemanen Sawit PTPN 7 Unit Rejosari Natar

Oleh:

Amanda Samurti PertiwiS. Ked

Aris Yanuar JaelaniS. Ked

Atsilah Ulfah S. Ked

Benny SetiadiS. Ked

Chofi Qolbi NAS. Ked

Donna Rozalia MarizS. Ked

Farah Bilqisti PutriS. Ked

Pembimbing

dr. Mujiarto Winarji

Disusun Dalam Rangka

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas / Okupasi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PT. Perkebunana Nusantara VII

2015

Page 2: cr ptpn vii

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui

Laporan Studi Kasus Kedokteran Komunitas/Okupasi

judul

Luka Sobek pada Pemanen Sawit PTPN 7 Unit Rejosari Natar

Oleh:

Amanda Samurti Pertiwi S. Ked

Aris Yanuar Jaelani S. Ked

Atsilah Ulfah S. Ked

Benny Setiadi S. Ked

Chofi Qolbi NA S. Ked

Donna Rozalia Mariz S. Ked

Farah Bilqisti Putri S. Ked

Bandarlampung, 13 Agustus 2015

Pembimbing

dr. Mujiarto Winarji

Page 3: cr ptpn vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Case

Report yang berjudul Vulnus Laceratum pada Pekerja Pengangkut Karet di PTPN VII

unit Pewa dalam rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Mujiarto Winarji, selaku pembimbing di PTPN

VII. Selain itu, semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi mahasiswa. Penulis

menyadari bahwa Case Report / Laporan kasus ini masih jauh dari sempurna sehingga

setiap kritik dan saran untuk pengembangan makalah ini, lebih kurangnya kami

mengucapkan Terima Kasih.

Bandar Lampung,Agustus 2015

Penyusun

Page 4: cr ptpn vii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), satu

pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja. ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami

kecelakaan kerja setiap 15 detik. Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal

setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit kerja. Lebih dari 160 juta pekerja

menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta pekerja mengalami kecelakaan

non-fatal per tahunnya. Dari sudut pandang ekonomi, ILO memperkirakan

lebih dari 4% Produk Domestik Bruto (PDB) digunakan untuk kecelakaan

dan penyakit akibat kerja. Biaya tersebut dihabiskan untuk hilangnya waktu

kerja, gangguan produksi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta ganti

rugi kepada keluarga korban. Maka dari itu ILO menghimbau kepada seluruh

negara dan perusahaan untuk menanamkan kesadaran terkait keselamatan dan

kesehatan kerja (K3). Perusahaan harus menciptakan kondisi kerja yang aman

untuk para pekerjanya dan menumbuhkan kesadaran kepada para pekerja

untuk mengikuti prosedur K3 sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu

upayanya, perusahaan wajib melaksanakan pelatihan, pemasangan safety sign

sesuai standar di area kerja, atau melakukan kampanye K3 kreatif untuk

disosialisasikan kepada pekerja.

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat

kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara-negara

berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di

bidang-bidang pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan

Page 5: cr ptpn vii

konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang

memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan

tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-

zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak

terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke (Markkanen, 2004).

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya

pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,

bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya

mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat

secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu

diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat

produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat

pekerjaanya (Uhud, dkk. 2008).

Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah

memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang

sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko

tinggi. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang

mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau bahan

produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan

kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja

diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3

(Markkanen, 2004).

Masalah

Bekerja sebagai pemanen buah kelapa sawit dengan tempat kerja di outdoor

yang banyak berhubungan dengan benda tajam serta kurangnya kesadaran diri

untuk menggunakan APD memiliki faktor risiko terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja ataupun penyakit yang berhubungan dengan kerja yag

Page 6: cr ptpn vii

lebih besar. Pekerja ini setiap hari berhubungan dengan bermacam-macam

faktor yang dapat menyebabkan kejadian penyakit ini seperti keracunan

pestisida, tertimpa pelepah sawit, tergigit binatang berbisa dan hal lainnya.

Dari permasalahan ini, perlu dilakukan identifikasi terhadap bahaya potensial

tersebut.

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini antara lain adalah:

1. Mengidentifikasi bahaya potensial lingkungan kerja khususnya

kecelakaan kerja yang ditemukan pada pekerja di bagian perkebunan

sawit PTPN 7 Rejosari Natar..

Metodologi

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Investigasi terhadap pasien dan tempat kejadian.

3. Penelusuran kepustakaan

Page 7: cr ptpn vii

BAB II

ILUSTRASI KASUS

1. dentitas

Nama :Tn. SUsia :52 tahunJenis Kelamin :Laki-lakiAgama : IslamAlamat : RejosariPekerjaan : Pemanen buah kelapa sawitPendidikan : -

2. Anamnesis

Keluhan Utama : luka pada kaki kiri sejak ± 30 menit yang lalu

Keluhan tambahan : nyeri, bengkak, berdarah

i. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan tertimpa pelepah pohon sawit pada pukul 13.30. Saat itu pasien sedang melakukan tugas lembur untuk memanen sawit, tiba-tiba pasien tertimpa oleh pelepah sawit bagian runcing bekas dipotong dan menggores tungkai bawah kiri pasien. Pasien tidak menggunakan APD (sepatu boot) yang telah disediakan perusahaan dan mengenakan celana pendek sehingga pelepah sawit yang jatuh langsung mengenai kulit pasien. Tungkai bawah kiri pasien mengalami luka robek dengan panjang 5cm dan dalam 1cm. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian yang terluka dan juga mengalami bengkak. Pasien masih dapat berjalan namun agak sedikit pincang dan tidak mendengar adanya bunyi tulang yang patah. Bagian yang luka mengeluarkan darah yang cukup banyak sehingga pasien berusaha menghentikan darah tersebut dengan menggunakan kain yang diikatkan dibagian luka. Pasien juga menyiramkan air pada bagian luka yang kotor terkena serpihan pelepah. Lalu pasien dibawa ke puskesmas dan sampai pukul 14.00.

ii. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-)

Page 8: cr ptpn vii

Diabetes mellitus (-)Alergi (-)Kelainan darah seperti hemofili (-)

iii. Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-)Diabetes mellitus (-)Alergi (-)Kelainan darah seperti hemofili (-)

Anamnesis Okupasi (khusus untuk pasien yang bekerja)

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja

di tiap pekerjaan tersebut

Jenis pekerjaan bahan/materialyang digunakan

tempat kerja (perusahaan)

lama kerja (dalambulan / tahun)

Tetap bulanan bagian pemanen sawit sejak tahun

1995

- Sabit kecil dan besar

- Kapak- Pengkait - Sepatu boot- Buah Sawit

Di kebun lingkungan yang panas, berdebu, banyak serangga

± 20 tahun

2. Uraian tugas/pekerjaan

Pasien merupakan pekerja tetap di bagian panen buah sawit sebagai pemanen.

Secara garis besar uraian proses produksinya dimulai dengan mempersiapkan alat-

alat yang diperlukan setelah itu pemanen memakai sepatu boot untuk melindungi

kaki mereka saat bekerja, pasien jarang memakai masker atau sarung tangan. Alat

yang digunakan untuk memanen berupa sabit besar untuk memotong pelepah

yang letaknya berada diatas, sabit kecil untuk pelepah yang letaknya rendah,

kapak untuk menghancurkan pelepah yang jatuh dan pengkait untuk membawa

buah sawit yang telah jatuh ke truk pengangkut.

Proses setelah memanen, pasien membawa buah sawit tersebut dengan cara

diletakkan kedalam trolly lalu di dorong dan di kumpulkan ke dalam tempat

pengumpulan hasil (TPH). Kemudian hasil dari buah sawit tersebut akan di

Page 9: cr ptpn vii

angkut kedalam mobil truk. Pasien mengaku bahwa perjalanan menuju tempat

angkut buah sawit yang baru dipanen cukup jauh dan ia melakukannya berkali-

kali dalam sehari sampai wilayah yang telah ditentukan oleh mandor berhasil di

lakukan pemanenan. Jam kerja pasien ketika hasil panen yang normal adalah

setiap senin sampai dengan sabtu jam 06.30-11.00, sedangkan ketika hasil panen

yang berlimpah pasien bekerja setiap hari dari hari senin sampai dengan minggu

dengan jam kerja yang sama. Dalam sehari pasien dapat mengumpulkan buah

sawit sebanyak 70-100 tandan atau sama dengan memanen 40 hingga 70 pohon

sawit

3. Bahaya Potensial (potential hazard)

Bahaya Potensial

Masalah Kesehatan TempatKerja

Lama Kerja

Mekanik - Alat panen yang berat - Bagian tajam dari alat

panen- Resiko tertimpa pelepah

sawit Yang jatuh

Kebun ± 4jam/hari

Fisik - Suhu udara panas dikebun Kebun ± 4jam/hariBiologi - Banyaknya serangga dan

hewan kecil lainnya- Pelepah yang jatuh dan

durinya- Debu dari udara

Kebun ± 4jam/hari

Fisiologi - Posisi , sifat dan cara kerja yang tidak ergonomis

Kebun ± 4 jam/hari

Lingkungan - Cuaca yang berubah-ubah- Topografi lahan yang tidak

rata

Kebun ± 4 jam/hari

Psiko-sosial - Beban kerja berupa waktu yang tidak sesuai

Kebun ± 4 jam/hari

3. Hubungan pekerjaan degan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)

Pekerjaan utama pasien adalah pemanen buah sawit. Pekerjaan dibagian

ini mengharuskan pasien untuk memakai alat pelindung diri yang lengkap

seperti sepatu boot, masker, sarung tangan, dan kacamata. Saat memanen

terkadang pekerja bisa saja terkena resiko seperti kejatuhan pelepah sawit,

Page 10: cr ptpn vii

VulnusLaseratum

Man

Money

Material

Method

- Kelalaian pekerja- Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya APD- Rendahnya kesadaran diri

- Kurangnya alokasi dana untuk penyediaan APD

Alat panen yang beratBagian tajam dari alat panenKurang memadainya APD

- Posisi tubuh dan cara bekerja yang tidak sesuai saat memanen sawit- Tidak menggunakan APD yang sesuai- Kurang ketatnya peraturan tentang penggunaan APD

Machine

- Tidak tersedianya mesin utnuk memudahkan pekerjaan pemanen

dan kecelakaan kerja lainnya. Tetapi kadang kala pekerja seringkali lalai

dalam melakukan pekerjaannya dan kerap lupa memakai alat pelindung

diri.

Pemriksaan Fisik

Pemeriksaan UmumTinggi badan : 165 cm Berat badan : 65 kgTekanan darah : 130/70 mmHgNadi : 80 x/menit Suhu : 37 0CPernapasan : 16 x/menitKesadaran : Compos Mentis Sianosis : Tidak ada Edema umum : Tidak ada Habitus : AstenikusMorbilitas (aktif/pasif) : Aktif

Page 11: cr ptpn vii

ASPEK KEJIWAANTingkah laku : wajar / gelisah / tenang / hipoaktif / hiperaktifAlam perasaan: biasa / sedih / gembira / cemas / takut / marahProses pikir : wajar / cepat / gangguan waham / fobia / obsesi

PRIMARY SURVEYA :Airway, obstruksi (-) jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian wajah (-). B :Breathing. fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma tidak ada kelainan.C :Circulation. Td 130/80 .nadi 90x/menit.D :Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spina. E :Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia

SECONDRY SURVEY

STATUS GENERALIS

KULITWarna : coklatEfloresensi : tidak ditemukanJaringan parut : tidak ditemukanPigmentasi : tidak ditemukanPertumbuhan rambut : merataPembuluh darah : tidak terlihatSuhu raba : hangatLembab/kering : keringTurgor : baik, kembali kurang dari 2 detikIkterus : ikterik -/-Lapisan lemak : cukupEdema : tidak ada Lain-lain : -

KELENJAR GETAH BENING

Page 12: cr ptpn vii

Submandibula : tidak teraba pembesaranLeher : tidak teraba pembesaranSupraklavikula : tidak teraba pembesaranKetiak : tidak teraba pembesaranLipat paha : tidak teraba pembesaran

KEPALAEkspresi wajah : wajarSimetri muka : simetrisRambut : hitam, bergelombang dan tidak rontokPembuluh darah temporal : tidak ada kelainan

MATAExopthalmus : -Enopthalmus : -Kelopak : normalLensa : jernihKonjungtiva : tidak anemisVisus : 6/6Sklera : tidak ikterikGerakan mata : baik ke segala arahLapangan penglihatan : normalTekanan bola mata : normal/palpasiDeviatio konjugae : -Nystagmus : -

MULUTBibir : tidak sianosisTonsil : normalLangit-langit : normal Bau pernapasan : normalGigi geligi : tidak ada cariesTrismus : -Faring : tidak hiperemisSelaput lendir : tidak ada kelainanLidah : bersih

LEHERTekananVena Jugularis (JVP) : normal (5cm + 0cm H2O)Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaranKelenjar limfe : tidak teraba pembesaran

DADA

Page 13: cr ptpn vii

Bentuk : simetrisPembuluh darah : normalBuah dada : normal

PARU-PARU DEPANInspeksi Simetris kiri dan kananPalpasi Fremitus taktil dan vokal kiri = kananPerkusi Kiri : sonor

Kanan : sonorAuskultasi Kiri : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Kanan : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

BELAKANGInspeksi Simetris kanan dan kiriPalpasi Fremitus taktil dan vokal kiri = kananPerkusi Kiri : sonor

Kanan : sonorAuskultasi Kiri : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Kanan : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

JANTUNGInspeksi : tidak terlihat ictus cordisPalpasi : ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra

ICS VPerkusi

batas atas jantung : ICS II linea parasternal sinistrabatas kanan jantung : ICS IV linea parasternal dextrabatas kiri jantung : ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I-BJ II di apex jantung, reguler, murmur (-), gallop(-)

PEMBULUH DARAHArteri temporalis : tidak ada kelainanArteri karotis : tidak ada kelainanArteri brakhialis : tidak ada kelainanArteri radialis : tidak ada kelainanArteri femoralis : tidak ada kelainanArteri poplitea : tidak ada kelainanArteri tibilias posterior : tidak ada kelainan

ABDOMEN

Page 14: cr ptpn vii

Inspeksi : simetris bentuk datar, pelebaran vena (-), pulsasi aorta abdominalis tidak terlihat

PalpasiDinding perut : nyeri tekan (-). Ginjal : ballotement(-)

Perkusi : shifting dullness (-)Auskultasi : bising usus (+)Refleks Dinding Perut : normal

ALAT KELAMIN (atas indikasi)Tidak ada indikasi

ANGGOTA GERAKLengan Kanan KiriOtot tidak ada kelainan tidak ada kelainanTonus : normal normalMassa : normal normalSendi : normal, nyeri(-) normal,nyeri(-)Gerakan : normal normalKekuatan : 5 5Lain-lain : tidak dilakukan

Tungkai dan Kaki Kanan KiriLuka : tidak ditemukan ditemukan Varises : tidak ada tidak adaOtot (tonus dan massa): normal hipertonusSendi : tidak ada kelainan tidak ada kelainanGerakan : tidak ada kelainan tidak ada kelainan Kekuatan : 5 5Edema : (-) (+)

RefleksKanan Kiri

Refleks tendon : normal normalBisep : normal normalTrisep : normal normalPatela : normal normalAchiles : normal normalKremaster : tidak dilakukan tidak dilakukanRefleks kulit : normal normalRefleks patologis : tidak ditemukan tidak ditemukan

Page 15: cr ptpn vii

RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT

Pasien datang dengan keluhan tertimpa pelepah pohon sawit pada pukul 13.30. Saat itu pasien sedang melakukan tugas lembur untuk memanen sawit, tiba-tiba pasien tertimpa oleh pelepah sawit bagian runcing bekas dipotong dan menggores tungkai bawah kiri pasien. Pasien tidak menggunakan APD (sepatu boot) yang telah disediakan perusahaan dan mengenakan celana pendek sehingga pelepah sawit yang jatuh langsung mengenai kulit pasien. Tungkai bawah kiri pasien mengalami luka robek dengan panjang 5cm dan dalam 1cm. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian yang terluka dan juga mengalami bengkak. Pasien masih dapat berjalan namun agak sedikit pincang dan tidak mendengar adanya bunyi tulang yang patah. Bagian yang luka mengeluarkan darah yang cukup banyak sehingga pasien berusaha menghentikan darah tersebut dengan menggunakan kain yang diikatkan dibagian luka. Pasien juga menyiramkan air pada bagian luka yang kotor terkena serpihan pelepah. Lalu pasien dibawa ke puskesmas dan sampai pukul 14.00. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg. Terdapat luka terbuka di kaki kiri bawah, berwarna kemerahan, terdapat bengkak dan darah.

DIAGNOSIS KERJA :

Vulnus laseratum terkontaminasi regio kruris sinistra stadium II

DIAGNOSIS OKUPASI :No1.

LangkahDiagnosis klinisDasar diagnosis (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, body map, brief survey)

 Vulnus laseratum terkontaminasi regio kruris sinistra stadium IIPasien datang dengan keluhan terdapat luka robekan pada betis bagian luar kaki kiri dengan panjang 5cm dan dalam 1cm, pasien mengatakan kakinya bengkak dan terasa nyeri, serta mengeluarkan darah. Keluhan muncul saat pasien bekerja di bagian pemanen buah sawit di PTPN 7 Unit Usaha Rejosari. Pasien bekerja sebagai pemanen buah sawit tetap selama 4 jam sehari. Pekerjaan pasien membuat ia memiliki banyak resiko kecelakaan kerja termasuk tertimpa pelepah sawit saat memotongnya seperti yang terjadi saat ini. Selama bekerja, pasien jarang menggunakan alat pelindung diri berupa sepatu boot. Alat pelindung diri berupa sarung tangan, kacamata, dan masker tidak pernah digunakan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan luka robek terkontaminasi stadium II di kaki kiri bawah sisi luar, berukuran panjang 5cm dan dalam 1cm, berwarna kemerahan, terdapat darah, dan disertai nyeri pada daerah sekitar luka.

2. Pajanan di tempat kerjaMekanisasi - Alat panen yang berat

Page 16: cr ptpn vii

- Bagian tajam dari alat panenFisik - Suhu udara panas dikebun

- Sinar UVBiologi - Banyaknya serangga dan hewan kecil lainnya

- Pelepah yang jatuh dan durinya- Debu dari udara

Fisiologi - Posisi, sifat, dan cara kerja yang tidak ergonomisLingkungan - Cuaca yang berubah-ubah

- Topografi lahan yang tidak rataPsiko-sosial - Pendapatan yang dirasakan kurang mencukupi

3. Evidance based (sebutkan secara teoritis) pajanan di tempat kerja yang dapat menyebabkan diagnosis klinis di langkah 1

Vulnus laseratum atau luka robek merupakan salah satu kecelakaan kerja yang dapat terjadi akibat benda tajam yang terdapat pada proses kerja pemanen sawit setiap harinya. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya penggunaan APD, rendahnya kesadaran diri, serta kelalaian pekerja merupakan beberapa penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka robek. Pada kasus ini, pasien melakukan pekerjaan yang mengharuskannnya untuk menggunakan benda tajam serta terkena pajanan biologi berupa pelepah sawit sehingga menyebabkan luka robek pada kaki kirinya.

4. Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis Masa kerja 20 tahun

Jumlah pajanan perhari

4 jam

Pemakaian APD Tidak meggunakan APD

Konsentrasi pajanan ----

Lainnya ----

Kesimpulan jumlah pajanan dan dasar perhitungannya

----

5. Apa ada faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis ? bila ada, sebutkan

Ada, pasien tidak menggunakan APD, pakaian, dan celana panjang, serta lalai dalam bekerja.

6. Apakah ada faktor lain yang berhubungan?

Ada, kurang berjalannya P2K3 (Panitia Pembina K3) di unit usaha Rejosari.

7. Diagnosis Okupasi Apa diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja (diperberat oleh pekerjaan atau bukan sama sekali PAK)

Diagnosis okupasi ini adalah vulnus laseratum terkontaminasi regio kruris sinistra stadium II yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya penggunaan APD, rendahnya kesadaran diri, serta kelalaian pekerja (unsave action).

Jadi peyakit ini termasuk kecelakaan akibat kerja.

Page 17: cr ptpn vii

KATEGORI KESEHATAN Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan

PENATALAKSANAANNon-medikamentosa:

Tindakan aseptik-antiseptik dan penjahitan. Edukasi mengenai penyakitnya dan disarankan untuk istirahat

total. Disarankan untuk menjaga kebersihan luka. Mengurangi aktivitas yang berat dan memberikan edukasi

mengenai pentingnya penggunaan APD. Memakai APD seperti sarung tangan, kacamata, masker,helm,

dan sepatu boot selama bekerja.Medikamentosa

Ciprofloxacin 2x500mg Asam mefenamat 3x500mg Vit. B12 1x1

PROGNOSAad vitam : dubia ad bonamad sanationam : dubia ad bonamad fungsionam: dubia ad bonam

Page 18: cr ptpn vii

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Luka

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Definisi lainnya yaitu luka adalah rusaknya struktur dan fungsianatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ2. Respon stres simpatis3. Perdarahan dan pembekuan darah4. Kontaminasi bakteri5. Kematian sel.

3.2 Jenis-Jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka

Jenis-jenis luka digolongkan berdasarkan :

1. Berdasarkan sifat kejadian, dibagi menjadi 2, yaitu luka disengaja (luka

terkena radiasi atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka terkena trauma). Luka

tidak disengaja dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak

(kesleo, terkilir, patah tulang, dsb).

b. Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan

terjadi karena kesengajaan (operasi) maupun ketidaksengajaan

(kecelakaan).

2. Berdasarkan penyebabnya, di bagi menjadi :

a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)

Page 19: cr ptpn vii

Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrumen

yang tajam. Luka dibuat secara sengaja, misal yang terjadi akibat

pembedahan.

Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh

pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).

Luka memar (Contusion Wound), adalah luka yang tidak disengaja

terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan

oleh: cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak, namun

kulit tetap utuh. Pada luka tertutup, kulit terlihat memar.

Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan

dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibuat oleh benda yang

tajam yang memasuki kulit dan jaringan di bawahnya. Luka

punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat injeksi. Luka

tusuk/ punktur yang tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang

menusuk alas kaki bila paku tersebut terinjak, luka akibat peluru

atau pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.

Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara

kasar. Ini terjadi secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh

kecelakaan akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh

kawat. Pada kasus kebidanan: robeknya perineum karena kelahiran

bayi.

Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang

menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk

diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan

melebar, bagian tepi luka kehitaman.

Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh

terbakar.

Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas

bentuknya pada bagian luka.

b. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan

listrik.

3. Berdasarkan tingkat kontaminasi

Page 20: cr ptpn vii

a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana

tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem

pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih

biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan

drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% –

5%.

b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan

luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau

perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,

kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

c.  Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,

fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar

dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada

kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.

Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

d.  Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

4. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka

yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit

pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka

superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang

yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.

Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak

mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang

dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,

tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

5. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

Page 21: cr ptpn vii

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan

konsep penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

3.3 Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung pada lokasi, keparahan dan luasnya cedera. Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan. Menurut Kozier, fase penyembuhan luka adalah sebagai berikut.

1. Fase InflamatoriFase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag

Page 22: cr ptpn vii

dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.

2. Fase ProliferatifFase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3. Fase MaturasiFase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Sedangkan menurut Gruendemann. dkk, fase penyembuhan luka sebagai berikut.

1. Fase peradangan (Inflamatori)Fase peradangan dimulai saat insisi bedah dan berlanjut selama 4-5 hari. Selama waktu ini, luka memperlihatkan tanda-tanda klasik peradangan seperti kemerahan, panas, nyeri dan pembengkakan. Selama fase ini terdapat dua peristiwa utama, hemostasis dan fagositosis. Peristiwa awal bermula saat dinding pembuluh terpotong sewaktu insisi bedah. Cedera pada dinding pembuluh tersebut mengaktifkan trombosit dann menyebabkan kontriksi otot polos transien. Kejadian-kejadian ini memicu pembentukan bekuan dan hemostasis. Segera sesudahnya, baik trombosit maupun fragmen-fragmen system komplemen mengeluarkan berbagai faktor stimulasi yang meningkatkan aliran darah dan permeabilitas kapiler darah halus dan menyebabkan semua pembuluh halus lokal berdilatasi dan tetap berdilatasi selama beberapa waktu setelah cedera. Hal ini memungkinkan leukosit fagositik (neutrofil dan makrofag) yang dalam keadaan normal dorman bermigrasi ke tempat luka.

Page 23: cr ptpn vii

Fagositosis dipicu oleh neutrofil. Walaupun neutrofil memiliki waktu penuh dalam sirkulasi hanya 6 jam, namun sel-sel ini cukup efektif dalam membersihkan luka dari pencemaran bakteri dalam jumlah normal. Aktivitas makrofag dimulai dalam 24 jam setelah insisi dan dapat berlanjut sampai beberapa minggu. Cooper juga mencatat bahwa makrofag sekarang dianggap sebagai sel esensial untuk proses penyembuhan, karena perannya dalam sekresi faktor angiogenesis.

2. Fase poliferasiFase poliferasi dimulai selama stadium peradangan dan berlanjut selama sekitar 21 hari. Tepi luka tampak merah muda cerah dan ridge (punggung, bubungan) penyembuhan terbentuk 5-7 hari setelah insisi. Selama fase ini terjadi tiga kejadian utama, epitelisasi, neovaskularisasi dan sintesis kolagen.Epitelisasi dimulai dalam 24 jam setelah insisi. Mitosis sel basal dan migrasi sel basal marginal bekerjasama untuk menjembatani celah yang tercipta oleh insisi. Dalam 48 jam, keseluruhan daerah telah dire-epitelisasi. Respons cepat terhadap cedera ini tidak terbatas di daerah permukaan. Dengan demikian, benang yang berada di luka kulit selama lebih dari beberapa hari akan mengalami epitelisasi di saluran yang diciptakan oleh benang tersebut. Hal ini dapat menyebabkan bekas luka jahitan atau bahkan abses steril.Neovaskularisasi terjadi akibat angiogenesis. Proses ini dimulai 2 hari setelah operasi dan mencapai aktivitas puncak dalam 7hari. Sel-sel endotel pembuluh yang ada berproliferasi untuk membentuk kapiler baru, yang merupakan penyebab mengapa tepi luka tampak berwarna merah muda terang. Setelah 6 sampai 8 minggu, peradangan mereda, vaskularitas berkurang dan warna kulit kembali ke normal.Sintesis kolagen adalah fungsi fibroblast. Selain mengeluarkan AGF, makrofag juga mensekresikan factor penstimulasi fibroblast, yang berkombinasi dengan factor pertumbuhan yang dikeluarkan oleh trombosit yang mati pada saat-saat pertama cedera, untuk menyebabkan influx fibroblast ke dalam luka pada sekitar 24 jam kemudian. Serat-serat kolagen muncul pada hari ketiga. Fibroblast dengan cepat mensintetis kolagen dan bahan dasar (ground substance), dan puncak produksi berlangsung dari hari ke-5 sampai ke-7. Kolagen jaringan nonluka cukup kuat, tetapi kolagen yang baru terbentuk, yang terdiri atas serat berukuran kecil dan kurang teratur, lemah. Kekuatan peregangan (tensile strength) kolagen ini meningkat dengan setelah hari ke-5.

3. Fase pematangan (Maturasi)

Page 24: cr ptpn vii

Fase pematangan penyembuhan dimulai sekitar 21 hari setelah insisi dan dapat berlangsung setahun atau lebih. Kolagen yang dihasilkan lebih tebal dan lebih kompak dan serat-seratnya mulai membentuk ikatan silang. Kedua fenomena ini meningkatkan kekuatan peregangan luka. Sebagian besar luka memperoleh kembali sekitar 50% kekuatannya semula 6 minggu setelah pembedahan dan terus mengalami peningkatan kekuatan dengan tingkat yang konstan tetapi lebih lambat selama lebih dari setahun. Hanya sedikit luka yang dapat memiliki kembali kekuatan seperti sebelum insisi.Remodeling kolagen yang bermakna terjadi selama stadium ini, disertai pembentukan dan penyerapan jaringan parut. Reabsorpsi kelebihan kolagen akan menimbulkan remodeling jaringan parut, meningkatkan kelenturannya, dan menyebabkan kontraksi garis jahitan. Perlu dicatat bahwa remodeling berlangsung lebih lama pada orang muda, sebagian jaringan parut memerlukan waktu sampai 2 tahun untuk menyelesaikan remodelingnya.

3.4 Faktor yang memengaruhi penyembuhan luka

a. Usia, luka pada anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dari pada orang dewasa karena metabolism tubuh mereka lebih cepat dan memiliki sirkulasi darah yang lebih baik. Orang dewasa atau lansia penyembuhannya lambat karena gangguan sirkulasi darah yang dialami mereka.

b. Nutrisi, khususnya vitamin C yang jika kekurangan dapat menghambat proses sintesis kolagen

c. Kortikosteriod bias menekan inflamasid. Status metabolik, seperti penyakit diabetes mellitus yang menyebabkan

penyembuhan lambat karena mikroangiopatie. Status sirkulasi darah yang baik bias membawa zat nutrisi, komponen

darah, dll.f. Hormonal, seperti glukokortikoid yang bisa menghambat sintesis

kolageng. Penyakit jaringan ikath. Penyakit imunosupresi

Page 25: cr ptpn vii

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Kejadian luka robek pada pekerja pemanen sawit di unit rejosari PTPN7

berupa gejala nyeri, ngilu, bengkak yang terjadi di daerah tungkai bawah

kiri yang disebabkan oleh berbagai faktor dan kemungkinan yang tersering

adalah akibat kelalaian dari pekerja.

2. Cara kerja pekerja pemanen sawit di unit rejosari PTPN7 masih sering

tidak mengikuti prosedur dan norma yang ada sehingga dapat

menyebabkan penyakit akibat kerja yang tidak diinginkan, seperti luka

robek akibat kecelakaan kerja.

3. Tidak ada edukasi khusus dan berkala yang dilakukan oleh pihak

perusahaan kepada para pekerja pemanen sawit agar melakukan pekerjaan

nya dengan baik dan benar.

4.2 SARAN

1. Agar mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, para pekerja sebaiknya

melakukan pekerjaannya mengikuti prosedur dan norma yang berlaku,

sehingga hal hal yang tidak diinginkan dapat dicegah.

2. Mengaktifkan peran P2K3 yang memiliki tugas diantaranya melakukan

penjadwalan penyuluhan atau memberikan edukasi khusus dan dilakukan

secara berkala tentang keselamatan kerja pada para pekerja agar

meningkatkan kualitas sumber daya manusia para pekerja sehingga para

pekerja memahami bahaya yang akan terjadi apabila mereka tidak

melakukan pekerjaannya sesuai prosedur dan norma yang berlaku.

Page 26: cr ptpn vii

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2013

Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih bahasa:

Setiawan, I. dan Santoso, A., Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta

Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue

Wounds. An Illustrated Guide. USA, Boston, Little Brown.

Kozier B. 1995. Fundamental of Nursing: Concepts, Prosess and Practice: 6th Ed.

Menlo Park, California.

Potter. 2000. Perry Guide to Basic Skill, 3rd Ed. Alih bahasa Ester Monica.

Jakarta, Penerbit bBuku Kedokteran EGC.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Divisi Radiodiagnosis, Departemen

Radiologi, FK UI, RSCM. Jakarta, 2005.

Sherwood, 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi Kedua, Alih Brahm

Upendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 2,

Jakarta :EGC