Cover Jurnal AKBIDMR
Transcript of Cover Jurnal AKBIDMR
JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
Diterbitkan olehAkademi Kebidanan Mardi Rahayu
Kudus
Vol. 6, No. 1
Januari 2016
ISSN
2088-4109
ISSN : 2088-4109
Vol. 6, No. 1Kudus
Januari 2016Hal. 1-72
HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN
ASI EKSKLUSIF
Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS
Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE
DI SMA MASEHI KUDUS
Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL
DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS
Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI
DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS
Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1 (SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS.
Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik
TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS
Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS
Yunita Dwi Karlinda, Ika Sari K, S.SiT, Dewi Endah K, SST
JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
Vol. 6, No. 1 Januari 2016
Susunan Dewan Redaksi
(Editorial Team)
Ketua Dewan Redaksi (Editor in Chief) :
Kudarti, S.SiT, M.Kes
Dewan Redaksi (Editorial Board) :
Kudarti, S.SiT, M.Kes
Dewi Endah Kusumaningtyas, SST;
Ratna Widhayanti, SST;
Administrasi Redaksi (Administration) :
Agus Supriyanto
Penerbit (Publisher):
AKBID Mardi Rahayu
Alamat Redaksi
Jl. KH. Wahid Hasyim 89 Kudus
Telp./Fax. : (0291) 445979
Email : [email protected]
Website : http://akbidmr.ac.id/layanan/e-jurnal
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan terbit satu kali dalam setahun
Jurnal
Kebidanan dan
Kesehatan
Vol. 6, No. 1 Hal. 1 – 72 Kudus
Januari 2016
ISSN
2088-4109
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan (Journal Of Midwifery And Health) merupakan wadah atau sarana yang
menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian maupun non hasil penelitian di bidang kebidanan dan kesehatan
yang belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak
mengubah tulisan tanpa mengubah maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak
diterbitkan dalam Jurnal Kebidanan dan Kesehatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya,kecuali atas
permintaan dari penuliis yang bersangkutan
JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
Vol. 6, No. 1 Januari 2016
HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN
ASI EKSKLUSIF
Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN
IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS
Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE
DI SMA MASEHI KUDUS
Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL
DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS
Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI
DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS
Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1
(SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS.
Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik
TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA
TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS
Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS
Yunita Dwi Karlinda, Ika Sari K, S.SiT, Dewi Endah K, SST
Diterbitkan oleh
Akademi Kebidanan Mardi Rahayu
Kudus
Jurnal
Kebidanan dan
Kesehatan
Vol. 6, No. 1 Hal. 1 – 72 Kudus
Januari 2016
ISSN
2088-4109
JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
Vol. 6, No. 1 Januari 2016
DAFTAR ISI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN
ASI EKSKLUSIF
Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani .................................................................................................................. 1 - 10
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN
IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih ................................................................................... 11-16
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE
DI SMA MASEHI KUDUS Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas ............................................................................... 17 - 22
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL
DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS
Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti ............................................................................................................................. 23 - 28
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI
DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS
Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani ......................................................................................................... 29 - 44
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1
(SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS. Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik .................................................................................................................. 45 - 53
TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA
TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik ................................................................................................................ 54 - 64
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
DI SMA MASEHI KUDUS Yunita Dwi Karlinda, Ika Sari K, S.SiT, Dewi Endah K, SST ........................................................................................65 - 72
1
HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN
PENCAPAIAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF
RELATIONSHIP MIDWIFE CHARACTERISTICS AND
MOTIVATION WITH ACHIEVEMENT ASI EXCLUSIVE COVERAGE
Nur Sri Atik, SST, M.Kes1, Mestuti Hadi, SKM, MM.Kes2, Ika Sari Kristiani, S.SiT3
Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu
Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu
Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu
ABSTRACT
Breastfeeding is the way infant feeding ideal, generating healthy growth and
development in infants and is also an integral part of the reproductive process with
important implications for the health of the mother. During lactation, health workers
are the most reliable source of information by parents. The role of an advisory birth
attendants significantly affect breastfeeding in the first day of the birth of the baby and
the support of health professionals has a significant influence on the duration of
breastfeeding. This achievement is still far from the target of the Indonesian
government which define at least 80% of mothers exclusively breastfeed their babies,
namely breast milk without any other food or beverage from birth until the baby is 6
months old. The Government in 2012 has designed programs Action Plan
Acceleration Exclusive Breastfeeding 2012-2014 which aims to accelerate the
achievement of the scope of exclusive breastfeeding (0-6 months) from 61.5% in 2010
to 80% in 2014. Based on data from the profiles Kudus district health offices, known
exclusive breast milk coverage reached 26.4% and this is below the target of national
coverage of 80%.
The purpose of this study was to analyze the relationship between the characteristics
(age, education, work and residence time) and motivation by the coverage of exclusive
breastfeeding by midwives in the region of the Kudus district health centers. The
method used in this study using observational analytic design with cross sectional
approach. This research method is used to solve and answer the problems that exist
now and to examine the relationship of one variable to another variable that is
indicated by the magnitude of the correlation coefficient.
The results showed that there was no relationship between age, education, length of
service and residence with the coverage of exclusive breastfeeding but there is a
relationship between the midwife motivation with the coverage of exclusive
breastfeeding. Thus it can be recommended for health centers in order to increase the
motivation of midwives in the attainment of exclusive breastfeeding by training /
refreshing return, and supervision can give rewards to midwives who are able to
achieve coverage of exclusive breastfeeding in accordance with the target.
Keywords : midwife characteristics , motivation , exclusive breastfeeding.
2
PENDAHULUAN
Menyusui adalah cara pemberian
makanan pada bayi yang ideal,
menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat pada bayi
dan juga merupakan bagian integral
dalam proses reproduksi dengan
implikasi yang penting untuk
kesehatan ibu. Selama masa menyusui,
tenaga kesehatan merupakan sumber
informasi yang paling diandalkan oleh
orangtua. Peranan penolong persalinan
sebagai penasihat berpengaruh secara
signifikan terhadap pemberian ASI di
hari pertama kelahiran bayi dan
dukungan tenaga kesehatan memiliki
pengaruh signifikan pada lamanya
pemberian ASI.
Indonesia dikenal sebagai salah
satu negara yang memiliki kebijakan
nasional yang cukup baik dalam
memastikan dukungan tenaga
kesehatan terhadap keberhasilan ibu
menyusui. Dua kebijakan terbaru yang
sangat diharapkan dampaknya bagi
peningkatan angka cakupan pemberian
ASI adalah UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan dan PP No. 33
tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif. Namun, implementasi
kebijakan nasional tersebut belum
optimal. Hal ini dapat dilihat dari
angka pemberian ASI eksklusif di
Indonesia yang masih rendah.
Berdasarkan data World Breastfeeding
Trends Initiative 2012 tentang kondisi
menyusui di 51 negara berdasarkan
pengukuran indikator yang telah
ditetapkan, Indonesia urutan ke 49 dari
51 negara dengan angka menyusui
hanya sebesar 27,5%4. Pencapaian ini
masih jauh dari target pemerintah
Indonesia yang menetapkan
sekurangnya 80% ibu menyusui
bayinya secara eksklusif, yaitu ASI
tanpa makanan ataupun minuman
lainnya sejak lahir sampai bayi
berumur 6 bulan.
Pemerintah di tahun 2012 telah
merancang program Rencana Aksi
Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif
2012-2014 yang bertujuan untuk
mempercepat pencapaian cakupan
pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan)
3
dari 61,5% pada tahun 2010 menjadi
80% pada tahun 2014. Gerakan sadar
menyusui ini justru sering terhadang
kendala orang terdekat, entah suami
atau keluarga. Selain itu tempat kerja,
bidan atau petugas kesehatan lainnya
juga berandil sangat besar terhadap
tercapainya program tersebut. Bidan
sangat popular di kalangan ibu-ibu.
Tidak sedikit wanita melahirkan di
Rumah Sakit Bersalin dengan
mengandalkan bidan untuk membantu
proses kelahiran. Bahkan bidan sering
lebih dikenal ibu-ibu hamil dibanding
dokter kandungan. Maka, peran bidan
cukup sentral dalam mensosialisasikan
pemberian ASI eksklusif ini. Sebagai
bagian dari tenaga kesehatan, bidan
juga dokter diwajibkan memberikan
pemahaman tentang pemberian ASI
eksklusif tersebut. Kalangan ini
diminta melaksanakan Program
Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Peran bidan terhadap pemberian
ASI eksklusif ini sangat penting tidak
hanya bagi bayi tetapi juga bagi ibu
yang menyusui. Pemberian ASI
diharapkan bisa membantu pereko-
nomian Indonesia yang sedang
mengalami krisis ekonomi, sedangkan
bagi perusahaan tempat ibu bekerja,
pemberian ASI dapat menghemat
biaya pengobatan, meningkatkan
produktivitas kerja dan meningkatkan
citra perusahaan sekaligus dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.
Dukungan bidan dalam pemberian
ASI dapat mencegah atau menghindari
berbagai kesulitan umum dalam
pemberian ASI eksklusif. Peranan
awal bidan dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat
diberikan dengan meyakinkan ibu
bahwa bayi memperoleh makanan
yang mencukupi dari payudara ibunya
serta membantu ibu sedemikian rupa
sehingga ia mampu menyusui bayinya
sendiri.
Dukungan bidan dalam
mensosialisasikan ASI dapat dimulai
sejak kehamilan terjadi. Setidaknya ibu
hamil mengikuti 2 kali kelas antenatal
yang menjelaskan keuntungan ASI dan
bagaimana cara sukses menyusui saat
4
kelahiran terjadi. Mempersiapkan ibu
hamil yang kelak akan menyusui
mempengaruhi keberhasilan menyusui.
Edukasi mengenai pentingnya air susu
ibu harus didapatkan oleh setiap ibu
hamil sebelum kelahiran terjadi. Bila
semua petugas kesehatan menerapkan
10 (sepuluh) langkah menuju
keberhasilan menyusui, maka dijamin
dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi dan anak, sesuai dengan
MDGs (Millenium Development
Goals). Peran tenaga kesehatan di
ruang perawatan ibu dan bayi sangat
besar, agar setiap bayi yang
dipulangkan harus menyusui.
Berbagai alasan yang mengatakan
pemberian ASI eksklusif di tempat
pelayanan klinik/rumah bersalin sangat
tergantung bidan. Hal ini disebabkan
bidan adalah orang pertama yang
membantu dan memotivasi ibu bersalin
melakukan pemberian ASI eksklusif
tersebut. Proses terjadinya motivasi
biasanya dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri /faktor internal dan dari luar
diri/faktor eksternal (Hicks dan Gullet,
2002). Motivasi bidan dalam
pelayanan dan pemeliharaan ASI dapat
dikatakan mempunyai peranan besar,
karena persiapan menyusui dari masa
kehamilan sudah dapat dibentuk, ibu-
ibu yang memeriksakan kehamilannya
ke bidan sudah dapat diberikan
informasi mengenai ASI eksklusif.
Berdasarkan data dari profil dinas
kesehatan kabupaten kudus, diketahui
cakupan Asi Esklusif baru mencapai
26,4% dan hal ini dibawah target
cakupan secara nasional yaitu 80%.
Sementara di 4 puskesmas wilayah
kabupaten Kudus pada tahun 2012
diketahui cakupan ASI Eksklusif dari
puskesmas Gribig (1,9%), puskesmas
Puskesmas jepang (2,6%), puskesmas
Purwosari (3,1%) dan puskesmas
Gondosari (5,2%).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh bidan desa di wilayah kerja
5
puskesmas Kabupaten Kudus yang
berjumlah 132 bidan desa, dengan
sanpel dalam penelitian ini adalah
bidan desa di wilayah kerja puskesmas
Kabupaten Kudus sejumlah 44 bidan
desa. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik Proportioned
Stratified Random sampling. Populasi
terbagi menjadi tiga bagian yaitu
puskesmas dengan cakupan tinggi,
sedang dan rendah. Tehnik Analisa
data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan Tehnik Analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan tehnik Chi-Square yaitu
membandingkan frekuensi yang di
observasi dengan frekuensi harapan
menggunakan program SPSS.
HASIL PENELITIAN DAN
BAHASAN
Penelitian ini dilakukan di 9
Puskesmas wilayah kerja Kabupaten
Kudus yang jumlah keseluruhan
terdapat 19 Puskesmas. Diambil 9
puskesmas yang mempunyai cakupan
ASI eksklusif rendah, sedang dan
tinggi (profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Kudus 2014) yaitu
Puskesmas Jati, Jepang, Mejobo,
Dawe, Rejosari, Gondosari, Bae,
Ngembal Kulon, Jekulo, dimana setiap
Puskesmas mempunyai 4 – 6 bidan
Desa
a. Hubungan antara umur dengan
cakupan ASI eklusif
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square 1.319a 1 .251
Continuity
Correctionb .164 1 .685
Likelihood
Ratio 2.013 1 .156
Fisher's Exact
Test
.515 .371
Linear-by-
Linear
Association
1.289 1 .256
N of Valid
Casesb 44
Berdasarkan hasil analisis data pada
variabel umur menunjukkan bidan
paling banyak mempunyai usia kurang
dari 30 tahun. Hasil analisis uji Chi –
umur Cakupan
Sesuai
standar
Tidak
sesuai
standar
Jumlah
<30 tahun 2 25 27
>30 tahun 0 17 17
Total 2 42 44
6
Square didapatkan hasil p Value > 0.05
(0,256). Sehingga dapat tidak ada
hubungan antara umur dengan
cakupan.
Hal ini tidak sejalan teori yang
mengatakan produktiitas sesorang akan
semakin menurun seiring bertambah-
nya umur, hal ini disebabkan karena
keterampilan - keterampilan fisik
seperti : kecepatan, kelenturan dan
koordinasi walaupun disisi lain tidak
dapat dipungkiri tak jarang ditemukan
semakin tua umur seseorang
pengetahuannya semakin meningkat,
semakin berpengalaman dan lebih
bijaksana dalam pengambilan keputus-
an Muctar (1994) dan Erlina (2011)
b. Hubungan antara pendidikan
dengan Cakupan ASI eksklusif
Pendidikan Cakupan ASI eksklusif
Sesuai standar Tidak sesuai
Tinggi 2 42
Total 2 42
Semua responden pada
penelitian ini berpendidikan tinggi
yaitu D III Kebidanan, berdasarkan uji
statistik tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan cakupan asi
ekslusif. Pendidikan berbanding lurus
dengan pengetahuan, ini dapat didasari
dengan teori menurut Notoadmodjo
bahwa pengetahuan adalah hasil tahu
atau pemahaman seseorang yang
terjadi setelah melakukan pengindera-
an terhadap suatu obyek yang sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Menurut
Robin (2008) Pengetahuan sesorang
memiliki hubungan yang relevan
dengan sikap dan persepsi,
kepribadian, nilai-nilai dan kinerja
seseorang sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan salah
satu dasar seseorang untuk bertindak.
Dengan pengetahuan yang baik,
seseorang akan dapat mengambil
tindakan sesuai dengan yang
diyakininya. Apabila seorang bidan
mempunyai pendidikan yang tinggi
diharapkan bisa meningkatkan
cakupan ASI ekslusif
7
c. Hubungan Antara Lama Bekerja
dengan Cakupan ASI eksklusif.
Lama
Bekerja
cakupan
Sesuai
standar
Tidak
sesuai
Jumlah
< 5 tahun 1 11 12
>5 tahun 1 31 32
Total 2 42 44
Analisa Bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Chi –
Square dengan hasil p Value > 0.05 .
Dari hasil uji statistik didapatkan hasil
tidak ada hubungan antara lama
bekerja dengan cakupan ASI eksklusif.
Hal ini tidak sesuai dengan Gibson
(1996) lamanya masa tugas dan
pengalaman akan berpengaruh
terhadap keterampilan seseorang.
Penelitian yang sejalan dengan
pernyataan di atas yaitu penelitian
Erlina (2011) di Kabupaten Moutong
yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara lama
kerja bidan dengan kinerja bidan
dinilai dari cakupan K4
d. Hubungan Antara Tempat
Tinggal dengan Cakupan ASI
eksklusif
Tempat
tinggal
cakupan
Sesuai
standar
Tidak
sesuai
Jumlah
Sama 2 35 37
Tidak
sama
0 7 7
Total 2 42 44
Tempat tinggal dalam hal ini yaitu
tempat tinggal / domisili responden
sebagian besar sama dengan tempat
responden bekerja. Berdasarkan uji
statistik tidak ada hubungan antara
tempat tinggal responden dengan
cakupan ASI eksklusif. Menurut
pengamatan peneliti ada beberapa
alasan bidan tidak tinggal di wilayah
kerjanya diantaranya karena bidan
tersebut sudah memiliki rumah sendiri
di luar w ilayah kerja, ada pula yang
memilih tinggal dengan suaminya.
Chi-Square Tests
Valu
e df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square .546a 1 .460
Continuity
Correctionb .000 1 1.000
Likelihood
Ratio .488 1 .485
Fisher's Exact
Test
.476 .476
Linear-by-
Linear
Association
.533 1 .465
N of Valid
Casesb 44
8
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-
Square .396a 1 .529
Continuity
Correctionb .000 1 1.000
Likelihood
Ratio .711 1 .399
Fisher's Exact
Test
1.000 .704
Linear-by-
Linear
Association
.387 1 .534
N of Valid
Casesb 44
e. Hubungan Antara Motivasi dengan
Cakupan ASI eksklusif
Motivasi cakupan
Sesuai
standar
Tidak
sesuai
Jumlah
Motivasi 0 41 41
Kurang
Baik
2 1 3
Total 2 42 44
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson
Chi-
Square
28.635a 1 .000
Continuit
y
Correctio
nb
15.331 1 .000
Likelihoo
d Ratio 12.453 1 .000
Fisher's
Exact
Test
.003 .003
Linear-
by-Linear
Associati
on
27.984 1 .000
N of
Valid
Casesb
44
Analisa data bivariate yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Chi-
Square dengan hasil p Value < 0.05
(0.000) sehingga dapat diketahui
bahwa ada hubungan antara yang
signifikan antara motivasi dengan
cakupan ASI eksklusif.
Menurut Mangkunegara (2000)
motivasi diartikan sebagai suatu sikap
(attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation) di
lingkungan organisasinya. Mereka
yang bersifat positif (pro) terhadap
situasi kerjanya akan menunjukkan
motivasi kerja tinggi dan sebaliknya
jika mereka bersikap negatif (kontra)
terhadap situasi kerjanya akan
menunjukan motivasi kerja yang
rendah. Situasi kerja yang dimaksud
mencakup antara lain hubungan kerja,
fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan. Apabila bidan memiliki
sikap yang positif diharapkan akan
meningkatkan motivasinya sehingga
pencapaian cakupan ASI eksklusif
meningkat.
9
Dari hasil penelitian ini maka
yang memberikan peluang besar
terhadap pencapaian cakupan ASI
adalah dari sisi motivasi bidan
tersebut. Dari sisi motivasi diketahui
menunjukkan adaya pengaruh yang
signifikan terhadap peluang pencapai-
an cakupan ASI .
Berdasasarkan hasil wawan-cara
dengan beberapa bidan desa maupun
bidan koordinator Puskesmas
diinformasikan bahwa factor yang
mempengaruhi pemberian ASI eklusif
adalah factor ibu dan budaya setempat.
Faktor ibu diantaranya ibu bekerja, ibu
merasa ASI nya sedikit, sedangkan
factor budaya diantaranya pemberian
madu kepada bayi , pisang dan nasi
yang dihaluskan supaya bayi kenyang
dan bisa tidur nyenyak
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada 44 Bidan Desa di
wilayah Kabupaten Kudus (9
Puskesmas) diperoleh hasil bahwa:
1. Sebagian besar umur responden
kurang dari 30 tahun yaitu 27
(61,4 ) %
2. Semua responden berpendidikan
tinggi DIII Kebidanan (100 %)
3. Sebagian besar responden
memiliki lama bekerja lebih dari 5
tahun sebesar 32 orang 72,7%
4. Sebagian besar responden
bertempat tinggal sama dengan
tempat responden bekerjasebesar
37 orang 84,1%
5. Sebagian besar responden
mempunyai motivasi yang baik
sebesar 41 orang 93,2%
6. Tidak ada hubungan antara umur,
pendidikan, lama bekerja dan
tempat tinggal dengan pencapaian
cakupan ASI ekslusif
7. Ada hubungan yang signifikant
antara motivasi bidan dengan
pencapaian cakupan ASI ekslusif
10
DAFTAR PUSTAKA
Harian Analisa. Tak Mendukung ASI, Sanksi pun Menanti. Jakarta : Senin, 13 Agustus
2012
Horta Bl, Bahl R, Martines Jc, Victora Cg. Evidence on The Longterm Effects of
Breastfeeding: Systemic Review and Etaanalysis. WHO Publication (A Study
Commissioned By WHO/CAH). 2007.
Kramer, M., et al. Promotion of Breastfeeding Intervention Trial (Probit): A
Randomized Trial In The Republic of Belarus. Journal of The American
Medical Association, 285 (4): 413-420, 2001
Maryam Siti. 2012. Peran Bidan yang Kompeten terhadap Suksesnya MDGs. Jakarta :
Salemba Medika.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 1464/MENKES/X/2010
Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Roesli U. 2005. Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta. PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara
Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta. Pustaka Bunda
Siregar, M. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu
Melahirkan, Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, USU Digital Library. 2004.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jakarta : Fitramaya.
Suradi Rulina, dkk. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia.World Breastfeeding Trend Initiatives 2012. The State of
Breastfeeding in 51 Countries (Policy and Programmes). IBFAN and BPNI.
11
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN
KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS
RELATED KNOWLEDGE MOTHER OF MEASLES IMMUNIZATION WITH
COMPLIANCE THE PROVISION OF MEASLES IMMUNIZATION
IN THE BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS
Hesti Novia Rosalina1, Dini Enggar Wijayanti2, Rifa Caturiningsih3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
The cause of death of infants aged 0-12 months one of them meningitis (4.5%). The inci-dence of measles is still quite high, this can be prevented by immunization program against measles. Data from three mothers (60%) of 5 mothers of infants aged 9-12 months do not
know specifically measles immunization because of ignorance about the age limit measles immunization by age (9-11 months). This study design was observational method, with a
cross sectional approach. The sampling technique using total sampling. The data collection is done by using a questionnaire which was distributed in 15 respondents who have been tested for validity and reliability. The results showed that women with knowledge sufficient amount
of 46.60% and an average adherence adherent amount of 60%. Based on the statistical result obtained Spearman rho ρ = 0.001 <0.05, which means that there is a significant relationship
between maternal knowledge about the measles immunization with measles immunization compliance. Expected midwives to better improve the quality of immunization services against measles, especially in the provision of information so that the baby's mother aware of
the information submitted.
Keywords: Knowledge, Compliance, Measles.
ABSTRAK
Penyebab kematian bayi usia 0-12 bulan salah satunya meningitis (4,5%). Angka kejadian
campak masih cukup tinggi, hal ini dapat dicegah dengan program pemberian imunisasi cam-pak. Dari data 3 ibu (60%) dari 5 ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan belum menge-tahui pemberian imunisasi khususnya campak karena ketidaktahuan tentang batas usia pem-
berian imunisasi campak yaitu pada usia (9-11 bulan). Desain penelitian ini adalah metode observasional, dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Teknik sampling menggunakan
Total Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada 15 responden yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan cukup sejumlah 46,60% dan
kepatuhan rata-rata patuh sejumlah 60%. Berdasarkan hasil uji statistik sperman rho didapat-kan ρ = 0,001< 0,05 yang bermakna bahwa ada hubungan yang significant antara penge-
tahuan ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan pemberian imunisasi campak. Di-harapkan bidan supaya lebih meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi campak khususnya pada pemberian informasi sehingga ibu bayi mengerti tentang informasi yang disampaikan.
Kata Kunci: Pengetahuan, Kepatuhan, Imunisasi Campak.
12
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi (AKB) merupa-
kan salah satu indikator penting dalam
menilai tingkat derajat kesehatan masyara-
kat (Depkes RI, 2007), sehingga
pemerintah memerlukan upaya sinergis
dan terpadu untuk menurunkan AKB di
Indonesia yang diwujudkan melalui pro-
gram Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015. Pencapaian MDGs
tujuan nomor 4 adalah menurunkan angka
kematian anak. Target MDGs tahun 2015
angka kematian bayi harus turun menjadi
23/ 1000 kelahiran hidup. Di dalam men-
capai tujuan keempat MDGs, program
vaksinasi menduduki peran yang sangat
penting dan strategis (Satgas Imunisasi
IDAI, 2011).
Penyebab kematian bayi usia 0-12 bu-
lan yaitu masalah neonatal 46,2 %, Diare
15%, Pneumonia 12,7%, Kelainan Kon-
genital 5,7 %, Meningitis 4,5%, Tidak
diketahui Penyebabnya 3,7 %, Tetanus
1,7% (SDKI, 2007).
Penyakit campak merupakan salah sa-
tu penyakit infeksi penyebab kematian ba-
yi diseluruh dunia yang meningkat setiap
tahun. Penyakit ini diakibatkan oleh virus
campak, komplikasi penyakit campak an-
tara lain radang selaput otak (meningitis),
radang paru – paru, infeksi telinga (Ma-
rimbi, 2010). Pada tahun 2012 di Indone-
sia terjadi 15.987 kasus campak, 4 dian-
taranya mengalami kematian, sedangkan di
Jawa Tengah terjadi 490 kasus campak.
Lebih dari 95 % kematian akibat campak
terjadi di negara – negara berpenghasilan
penduduk rendah dengan infrastruktur
kesehatan lemah (Depkes RI, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan
WHO tahun 2008 Indonesia termasuk sa-
lah satu dari 47 negara penyumbang kasus
campak terbesar didunia. Dari hasil
penelitian WHO tahun 2008 didapatkan
angka absolut campak di Indonesia men-
capai 15.369 kasus (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan riset kesehatan dasar In-
donesia tahun 2007, prevalensi nasional
campak (berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan keluhan responden) adalah
1,8% (Depkes RI, 2007). Tanpa program
imunisasi angka kejadian 93,5 per 100.000
kasus campak akan meningkatkan CFT
13
(Case Fatality Rate) (Depkes RI, 2006).
Kejadian penyakit campak sangat berkai-
tan dengan keberhasilan program
imunisasi campak. Indikator yang bermak-
na untuk menilai ukuran kesehatan
masyarakat dinegara berkembang salah
satunya adalah imunisasi campak.
Indonesia adalah termasuk katagori negara
berkembang (WHO, 2006).
Berdasarkan data yang didapatkan
Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun
2012 cakupan imunisasi campak sebanyak
15.163 bayi (97,2%) dengan angka drop
out (2,8 %). Sedangkan di BPM Lusy
Hemawati Mejobo Kudus angka cakupan
campak tahun 2013 adalah 141 dari 218
bayi (64,6%). Angka ini masih tergolong
rendah dibandingkan angka cakupan
imunisasi campak tahun 2012 sebanyak
170 dari 234 bayi (72,6%). Berdasarkan
dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti di BPM Lusy Hemawati Mejobo
Kudus bahwa 3 (60%) dari 5 ibu yang
mempunyai bayi usia 9-12 bulan belum
mengetahui pemberian imunisasi khu-
susnya campak karena ketidaktahuan ten-
tang batas usia pemberian imunisasi cam-
pak yaitu pada usia (9-11 bulan).
METODE
Desain penelitian dengan metode ob-
servasional dengan pendekatan waktu
yang bersifat cross sectional. Variabel in-
dependent dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu tentang imunisasi cam-
pak,sedangkan variabel dependent adalah
kepatuhan pemberian imunisasi campak.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha: ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu tentang imunisasi
campak dengan kepatuhan pemberian
imunisasi campak. 𝛼 ≤ 0,05 artinya
Ha diterima
Ho: tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu tentang
imunisasi campak dengan kepatuhan
pemberian imunisasi campak. 𝛼 ≥
0,05 artinya H0 diterima
Teknik sampling yang digunakan ada-
lah total sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang dibagikan
14
pada 15 responden. Analisa data yang
digunakan menggunakan analisa univariat
dan bivariatmenggunakan uji statistik
spearmen rho.
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Tabel 1.1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Karakteristik Jumlah Prosentase (%)
Rendah 5 33,33
Sedang 10 66,66
Total 15 100
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Tabel 1.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Karakteristik Jumlah Prosentase (%)
Ibu Rumah Tangga 4 27
Buruh Pabrik 9 60
Karyawan Swasta 2 13
Total 15 100
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu
Tabel 1.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu
Karakteristik Jumlah Prosentase (%)
20-30 Tahun 11 73,30
30-40 Tahun 4 26,60
Total 15 100
4. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak
Tabel 1.4Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak
Kriteria Jumlah Prosentase (%)
Baik 5 33,30
Cukup 7 46,60 Kurang 3 20
Total 15 100
15
5. Kepatuhan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Campak
Tabel 1.5Kepatuhan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Campak
Kepatuhan Jumlah Prosentase (%)
Diberikan usia (9-12 bulan) 9 60
Diberikan usia (12-15 bulan) 6 40
Total 15 100
6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Dengan Kepatu-
han Pemberian Imunisasi Campak.
Tabel 1.6Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Campak
Tingkat
Pengetahuan
Kepatuhan Pemberian Imunisasi Campak ρ value
Patuh % Tidak Patuh % Jumlah %
Baik 5 33,30 0 0 5 33,30
Cukup 4 26,60 3 20 7 46,60 0,001
Kurang 0 0 3 20 3 20
Jumlah 9 60 6 40 15 100
B. BAHASAN
1. Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Campak
Sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup
46,60% tingkat pengetahuan baik
33,30% sedangkan tingkat penge-
tahuan kurang sebanyak 20 %. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah tingkat
pendidikan, pekerjaan responden dan
umur ibu. Berdasarkan karakteristik
responden sebagian besar dari ting-
kat pendidikan sedang yaitu (SMA)
sebanyak 10 (66,60%), berpendidi-
kan tingkat rendah yaitu (SMP)
sebanyak 3 (20 %) orang dan yang
berpendidikan (SD) sebanyak 2 (13
%) orang.
Menurut pendapat Wawan, 2010
Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal –
hal yang menunjang kesehatan se-
hingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Pendidikan dapat
12
mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap perperan serta dalam
pembangunan (Nursalam, 2003) pa-
da umumnya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin mu-
dah menerima informasi. Sebagian
ibu berpendidikan sekolah menengah
atas ini mempermudah dalam ibu
menerima informasi mengenai
imunisasi campak sesuai dengan
jadwal pemberian pada umur 9-12
bulan. Pekerjaan ibu juga dapat
mempengaruhi pengetahuan, Ber-
dasarkan hasil penelitian, responden
banyak yang bekerja sebagai ( Bu-
ruh Pabrik) sebanyak 9 (60%) orang
dan yang bekerja sebagai (Ibu Ru-
mah Tangga) sebanyak 4 (27%)
orang, serta yang bekerja sebagai
(karyawan swasta) sebanyak 2 (13%)
orang. Menurut Thomas yang
dikutip oleh Nursalam (2003),
Pekerjaan adalah kewajiban yang ha-
rus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan ke-
hidupan keluargannya. Sedangkan
bekerja umumnya menyita waktu
dan bekerja bagi ibu- ibu akan
mempunyai pengaruh dalam ke-
hidupan keluarga. Dengan pekerjaan
ibu yang sebagian besar bekerja se-
bagai buruh pabrik umumnya me-
nyita waktu dan berpengaruh ke-
hidupan keluarga terutama dalam
kondisi fisik ibu yang kelelahan
setelah bekerja. Berdasarkan data
karakteristik responden umur ibu
dapat dilihat bahwa umur ibu
terbanyak yaitu umur 20-30 tahun
sebanyak 11 (73,30%) orang, umur
ibu (20-40 tahun) sebanyak 4
(26,3%) orang. Usia adalah umur in-
dividu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang ta-
hun semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Pada usia 20-30 tahun
13
adalah usia reproduktif yang
memungkinkan ibu masih bekerja .
Menurut Notoatmodjo (2003),
Pengetahuan adalah merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manu-
sia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia di-
peroleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan itu sendiri adalah hal
yang penting bagi manusia, yang
dapat merubah persepsi mengenai
suatu hal. Dengan pengetahuan yang
dimilikinya diharapkan seorang ibu
akan dapat meningkatkan dan ber-
peran aktif dalam pemberian
imunisasi guna untuk meningkatkan
kesehatan bayi, dan mempunyai si-
kap untuk mendorong ke arah per-
ilaku kesehatan.
2. Kepatuhan Ibu Terhadap Pem-
berian Imunisasi Campak
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa
15 responden yang diambil dalam
penelitian ini sebagian besar patuh
terhadap pemberian imunisasi cam-
pak sejumlah 60% sedangkan re-
sponden yang tidak patuh adalah
sebesar 40%. Kepatuhan sendiri di-
pengaruhi oleh 4 faktor : Dukungan
profesional kesehatan sangat diper-
lukan untuk meningkatkan kepatu-
han, contoh yang paling sederhana
dalam hal dukungan tersebut adalah
dengan adanya teknik komunikasi.
Komunikasi memegang peranan
penting karena komunikasi yang
baik diberikan oleh profesional
kesehatan baik dokter / perawat
dapat menanamkan ketaatan bagi
pasien pada imunisasi campak pem-
berian informasi yang jelas
mengenai imunisasi campak dapat
dikomunikasikan sehingga ibu
benar-benar mengerti apa yang
disampaikan oleh bidan.
14
Dukungan sosial yang dimaksud
adalah keluarga. Keluarga turut
mempengaruh terhadap kepatuhan
karena dukungan yang perilaku
sehat sangat diperlukan agar
meningkatkan motivasi untuk pem-
berian imunisasi campak.
Perilaku sehat bisa meningkatkan
taraf hidup sehat pada keluarga salah
satunya adalah pencegahan penyakit
campak dengan pemberian imunisasi
campak pada bayi usia 9- 12 bulan.
Pemberian informasi yang jelas pada
pasien, pada ibu yang mempunyai
bayi umur 9 -12 bulan adah waktu
yang tepat untuk pemberian
imunisasi campak hal ini harus
disampaikan secara jelas oleh tenaga
kesehatan kepada ibu diharapkan ibu
benar – benar mengerti informasi
yang disampaikan.
Sedangkan faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan ibu
dalam pemberian imunisasi campak
salah satunya adalah Pemahaman
tentang sesuatu. Dalam penelitian ini
rata-rata faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan ibu memberikan
imunisasi campak dengan tepat wak-
tu sesuai anjuran yaitu pada usia (9-
11 bulan) adalah karena ketidakta-
huan ibu tentang batasan pemberian
imunisasi campak yaitu pada usia (9-
11 bulan), karena keadaan bayi pada
saat usia (9-12 bulan) dalam keadaan
3. Hubungan Antara Pengetahuan
Ibu Tentang Imunisasi Campak
Dengan Kepatuhan Pemberian
Imunisasi Campak.
Berdasarkan hasil uji statistik
sperman rho didapatkan ρ = 0,001<
0,05 yang bermakna bahwa ada hub-
ungan yang significant antara penge-
tahuan ibu tentang imunisasi campak
dengan kepatuhan pemberian
imunisasi campak.
Hal ini dimungkinkan karena
ada beberapa faktor dari tingkat
pengetahuan responden yaitu pen-
didikan, pekerjaan, umur sehingga
15
dapat mempengaruhi ibu terhadap
pemberian imunisasi campak pada
bayi.
Pengetahuan ibu terhadap
imunisasi campak berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan
pemberian imunisasi campak hal ini
dapat dilihat dari pengetahuan ibu
yang dipengaruhi oleh faktor tingkat
pendidikan, pekerjaan dan umur ibu
menjadi faktor internal yang cukup
berpengaruh terhadap kepatuhan da-
lam pemberian informasi yang jelas
mengenai imunisasi campak khu-
susnya ketepatan terhadap pem-
berian imunisasi campak pada bayi
usia (9-12 bulan).
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Ada hubungan yang signif-
ikan antara pengetahuan ibu ten-
tang imunisasi campak dengan
kepatuhan pemberian imunisasi
campak di BPM Lusy Hemawati
Mejobo Kudus dengan ρ value
0,001 (0,001 < 0,05.
B. SARAN
Diharapkan dapat memberikan
imunisasi campak sesuai dengan
jadwal pemberian imunisasi cam-
pak pada bayi usia 9-11 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2012.
16
Fatimah, Rajab W, Fauziah. Langkah mudah membuat usulan proposal KTI dan laporan hasil KTI. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2009. h. 10; 29.
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2007.
Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Sasar Pada Balita. Yogya-karta: Nuha Medika; 2010.
Notoatmodjo. Meteodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salem-
ba Medika; 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2011.
Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2012.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Proverawati, Atikah. Andhini, Citra Setyo Dwi. Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha
Offset; 2010. Santosa, Singgih. SPSS Versi 10. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2004.
Satgas Imunisasi IDAI. Pedoman Imunisasi Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2011.
Syakira, Ghana. KonsepKepatuhan. 2009 [Diakses tanggal 2 Januari 2013]. Didapat dari: http://syakirablogspot.com/2009/01/konsep-kepatuhan.
Wawan A, Dewi. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2010.
17
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG
FIBROADENOMA MAMMAE DI SMA MASEHI KUDUS
KNOWLEDGE LEVEL CLASS XI OF YOUNG WOMEN ABOUT FIBROADENOMA
MAMMAE IN SMA MASEHI KUDUS
Linda Puspita Jati1, Ika Sari Kristiani2, Dewi Endah Kusumaningtyas3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Breast fibroadenoma is a benign tumor that occurs in the breast, bounded clear and shaped lump
that can be moved. It usually occurs in young women, are in their teens or around 20-25 years
and rarely in women after menopause. Data from the Jakarta Breast Center Clinic showed that of
the 2,495 patients who came in 2001-2002, 79% had a benign tumor and only 14% were
suffering from cancer. The reason fibroma common in teenagers because teenagers are prone to
stress or depression and implementation of diet or weight loss whereas, the predisposing factors
of breast fibroadenomas include stress, diet, gender and age. The purpose of this research is to
determine the level of knowledge about the eleventh grade girls in high school mammary
fibroadenomas in SMA Masehi Kudus. The research method used is descriptive method with
cross sectional approach. Measuring instrument used was a questionnaire distributed to 35
students of class XI daughter in high school Masehi Kudus. Results of research data obtained
good knowledge of FAM 28.6%, just 40% and less than 31, 4%. So the conclusion is knowledge
about the eleventh grade girls FAM enough so it is advisable to be able to provide counseling or
add courses on adolescent reproductive health in high school.
Keywords: Awareness, Youth, breast fibroadenoma
ABSTRAK Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang terjadi pada payudara, berbatas jelas dan
berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada
usia remaja atau sekitar 20 – 25 tahun dan jarang terdapat pada wanita setelah menopause. Data
dari Jakarta Breast Center Klinik menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun
2001-2002, 79 % menderita tumor jinak dan hanya 14 % yang menderita kanker. Alasan fibroma
sering terjadi pada remaja karena remaja mudah mengalami stres atau depresi dan pelaksanaan
diet atau penurunan berat badan sedangkan, faktor predisposisi dari fibroadenoma mammae
diantaranya stres, diet, jenis kelamin dan faktor usia. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang fibroadenoma mammae di SMA
Masehi Kudus. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
waktu cross sectional. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan pada 35 siswa
putri kelas XI di SMA Masehi Kudus. Hasil penelitian didapatkan data pengetahuan tentang
FAM baik 28,6%, cukup 40% dan kurang 31, 4%. Jadi kesimpulannya adalah pengetahuan
18
remaja putri kelas XI tentang FAM cukup sehingga, disarankan untuk dapat memberikan
penyuluhan atau menambahkan mata pelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA.
Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, Fibroadenoma mammae
PENDAHULUAN
Data dari Jakarta Breast Center, Klinik
di Jakarta, menunjukkan bahwa dari 2.495
pasien yang datang pada tahun 2001-2002,
ternyata 79 % menderita tumor jinak dan
hanya 14 % yang menderita kanker. Laporan
lainnya, dari New South Wales Breats
Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21–25 tahun
dan kurang dari 5% yang terjadi pada usia di
atas 50 tahun. Angka prevalensi
fibroadenoma terjadi pada lebih dari 9%
populasi wanita. Laporan dari Western
Breast Services Alliance menyatakan bahwa
fibroadenoma terjadi pada wanita dengan
umur antara 15 sampai 25 tahun, dan
prevalensinya mencapai 15% dalam hidup
wanita (Hosanah, 2012).
Fibroadenoma lebih sering menyerang pada
remaja dikarenakan pada masa ini remaja
mudah mengalami stres atau depresi,
melakukan diet ketat untuk menurunkan
berat badan serta adanya hormon estrogen
yang meningkat aktif. Sementara itu,
disebutkan bahwa faktor predisposisi dari
fibroadenoma mammae diantaranya stres,
diet, jenis kelamin dan faktor usia (Rukiyah,
2012).
Menurut Wilson dalam bukunya
Christoper_Davis, Fibroadenoma mammae
adalah tumor jinak yang terjadi pada
payudara, berbatas jelas dan berbentuk
benjolan yang dapat digerakkan. Biasanya
terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada
usia remaja atau sekitar 20 – 25 tahun.
Tumor ini dapat berbentuk siliter atau
multipel, gampang digerakkan, berbentuk
licin atau lobilated, sama sekali bebas dari
jaringan sekitarnya dan berubah-ubah
besarnya dengan siklus haid (Ai Yeyeh,
2012).
19
Fibroadenoma atau yang biasa dikenal
dengan tumor payudara membuat kaum
wanita terutama remaja merasa cemas
tentang keadaan pada dirinya. Terkadang
mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah
sama dengan kanker padahal, yang perlu
ditekankan dalam hal ini adalah kecil
kemungkinan fibroadenoma ini berubah
menjadi kanker (Ai Yeyeh, 2012).
Hasil penelitian Hosanah (2010) di
SMA 2 Semarang yang mengambil 72 siswi
kelas XI menyimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan tindakan deteksi dini
fibroadenoma mammae. Penelitian ini
dilakukan dipusat kota dengan tingkat
ekonomi siswa menengah keatas sehingga,
besar kemungkinan siswa untuk lebih
banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.
Makanan cepat saji ini biasanya
mengandung lemak yang tinggi dan banyak
bahan pengawet yang merupakan bahan
karsinogenik yang diduga sebagai salah satu
penyebab tumor payudara (Sarwono,2001).
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian
diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian sejenis dengan metode deskriptif
di SMA Masehi Kudus yang juga
merupakan sekolah yang terletak dipusat
kota dimana mayoritas siswa mempunyai
ekonomi menengah keatas ang kemungkinan
juga menyukai olahan cepat saji karena, dari
hasil studi pendahuluan dengan metode
wawancara dari 5 siswa dan 1 guru BK di
SMA Masehi Kudus menyampaikan bahwa
mayoritas siswa suka mengkonsumsi
masakan cepat saji. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang
dituangkan dalam judul “Tingkat
Pengetahuan Remaja Kelas XI Tentang
Fibroadenoma Mammae Di SMA Masehi
Kudus”.
20
METODE
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Tenik pengumpulan data
ini adalah data primer menggunakan
kuesioner yang sudah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Subyek penelitian diambil
dari keseluruhan populasi sejumlah 35 siswi
kelas XI SMA Masehi Kudus. Teknik
analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat.
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden menurut umur
Tabel 1.1 Distribusi Menurut Umur
Umur Frekuensi Persentase
16 tahun 23 65,7%
17 tahun 12 34,3%
Jumlah 35 100%
b. Responden berdasarkan sumber informasi.
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Mendapatkan Sumber Informasi tentang
Fibroadeanoma Mammae
Informasi Tentang
Firboadenoma Mammae Frekuensi Persentase
Guru/Teman/Keluarga 10 28,6%
Koran/Majalah/Internet 6 17,1%
Belum Pernah 19 54,3%
Jumlah 35 100%
c. Responden menurut pengalaman tentang Fibroadenoma Mammae.
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Pengalaman tentang
Fibroadenoma Mammae
Informasi Tentang
Firboadenoma Mammae Frekuensi Persentase
Punya 5 14,3%
Tidak punya 30 85,7%
Jumlah 35 100%
21
2. Tingkat pengetahuan remaja tentang Fibroadenoma Mammae
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Fibroadenoma Mammae adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik 10 28,6%
Cukup 14 40%
Kurang 11 31,4%
Jumlah 35 100%
B. BAHASAN
Persentase terbanyak yaitu siswa
dengan pengetahuan cukup (40%).
Hal tersebut dimungkinkan terjadi
karena berdasarkan karakteristik
responden hanya sebagian kecil saja
mahasiswa yang sudah mendapat
informasi serta pengalaman tentang
fibroadenoma karena, seperti kita
ketahui bahwa pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor informasi dan pengalaman
(wahit, 2010). Selain data penelitian
peneliti juga melakukan wawancara
terhadap mahasiswa yang sudah
pernah mendapat informasi tentang
fibroadenoma ternyata didapatkan
hasil pengetahuan mereka tentang
fibroadenoma hanya secara umum
saja yaitu benjolan yang terdapat
dipayudara dan dapat membesar lalu
harus dilakukan operasi di Rumah
sakit.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Sebagian besar responden
berpengetahuan cukup yaitu 14
responden (40%) tentang
Fibroadenoma Mammae.
22
B. SARAN
Diharapkan supaya SMA dapat
meningkatkan pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi yang
salah satunya fibroadenoma
mammae dengan cara mengadakan
kerjasama dengan institusi kesehatan
untuk memberikan penyuluhan atau
tambahan pelajaran melalui mata
kuliah.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanthi Hosanah. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Dengan Tindakan
Deteksi Dini Fibroadenoma Mammae Di SMA Negeri 2 Semarang. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang; 2012
Hidayat Aziz Alimul.metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2007
Mansyur Herawati. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Mubarak Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011
Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005
Nugroho Taufan. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2008
Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2001
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta: CV. Trans Info Media;
2012
Widyastuti Yani, Rahmawati Anita, Purnamaningrum Yuliastika Eka. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya; 2009
Yohana, Yovita, Yesica. Kehamilan & Persalinan. Jakarta: Garda Medika; 2011
23
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI
HORMONAL DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS
LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT POSTPARTUM MOTHER HORMONAL
CONTRACEPTION METHOD IN RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS
Lusiana Dewi 1, Kudarti 2, Reny Siswanti 3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
The background of this research is related to the high rate of population growth is not
accompanied by peningkatakan quality of the population (Hand, 2011) so that the necessary
government program that is able to overcome it. One of the programs the government is planning
programs in which the program can not be separated from the involvement of midwife services.
One of the existing program is to provide services of hormonal contraception. The purpose of
this study to determine the level of knowledge of puerperal women about hormonal
contraception in RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus. Using descriptive research design.
Collecting data using questionnaires. Samples that there were a number 30 puerperal women
with accidental sampling technique sampling. The results, the majority of postpartum mothers
less knowledgeable that 18 respondents (60%) of the hormonal contraceptive methods so that,
hopefully midwives can improve the quality of services, especially providing counseling on
hormonal contraceptive methods starting from third trimester pregnant women.
Keywords: Knowledge ,Postpartum, Hormonal Contraception Methods
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini berkaitan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk tidak
diiringi dengan peningkatakan kualitas penduduk (Handayani, 2011) sehingga diperlukan
program pemerintah yang mampu mengatasi hal tersebut. Salah satu program pemerintah
tersebut adalah program KB yang mana program ini tidak terlepas dari keterlibatan pelayanan
bidan. Salah satu program yang ada adalah dengan memberikan pelayanan alat kontrasepsi
hormonal. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang alat
kontrasepsi hormonal di RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus. Menggunakan desain penelitian
deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sampel yang ada sejumlah 30 ibu nifas
dengan teknik sampling accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan Sebagian besar ibu
nifas berpengetahuan kurang yaitu 18 responden (60%) tentang metode kontrasepsi hormonal
24
sehingga, diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pemberian
konseling tentang metode kontrasepsi hormonal mulai dari ibu hamil trimester III.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Nifas, Metode Kontrasepsi Hormonal
PENDAHULUAN
Masalah utama yang sedang dihadapi
negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia adalah tingginya laju
pertumbuhan penduduk, kurang
seimbangnya penyebaran penduduk dan
standart umum penduduk. Menurut BPS
(Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 tercatat 237 juta
jiwa dan daerah Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2010 tercatat 32.380.687 jiwa
sedangkan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Kudus tahun 2012 data jumlah seluruh
penduduk kudus yaitu sebanyak 791,891
jiwa serta data jumlah penduduk di
kecamatan undaan sebanyak 70,481 jiwa
(BPS Jawa Tengah, 2010). Persentase
pertumbuhan penduduk 1, 64 % dan Total
Fertility Rate (TFR) 2,6 %. Berdasarkan dari
segi kuantitas jumlah penduduk Indonesia
cukup besar tetapi dari sisi kualitas melalui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
kondisinya sangat memprihatinkan karena
dari 117 negara, Indonesia berada pada
posisi ke 108 IPM-nya (Handayani, 2011).
Untuk mengatasi hal tersebut
pemerintah mengadakan satu program yaitu
program keluarga berencana. Program ini
bertujuan untuk menekan jumlah penduduk
sehingga, kualitas hidup masyarakat
Indonesia dapat meningkat. Data jumlah
peserta KB baru dan KB aktif di kecamatan
undaan dengan jumlah PUS (pasangan usia
subur) sebanyak 5,118 jiwa dari jumlah
seluruh PUS kudus sebanyak 137,802 jiwa
dengan peserta KB baru sebanyak 1,150
jiwa atau 22,5 % dari 20,943 jiwa dan
jumlah KB aktif sebanyak 4,147 jiwa atau
81,0 % dari 112,575 jiwa. Pengguna metode
25
kontrasepsi hormonal yang meliputi suntik
sebanyak 2,160 jiwa atau 52,1 %, pil
sebanyak 1,395 jiwa atau 33,8 %, implant
215 jiwa atau 5,2 %, dan IUD sebanyak 117
jiwa atau 2,8 %.
Program pemerintah tersebut tidak
terlepas dari keterlibatan pelayanan tenaga
kesehatan salah satunya adalah bidan.
Dalam hal ini bidan juga ikut berperan
dalam mensukseskan program tersebut
dengan memberikan pelayanan KB
hormonal antara lain pil KB, suntik,
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan
kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Peran
bidan dapat mulai dilakukan pada saat ibu
hamil trimester III dan saat nifas dengan
melakukan pendekatan dalam bentuk
konseling.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik
untuk mengambil kasus keluarga berencana
dalam judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Metode Kontrasepsi Hormonal di
RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus”.
METODE
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Tenik pengumpulan data
ini adalah data primer menggunakan
kuesioner. Sampel penelitian sejumlah 30
dengan teknik sampling non probability
sampling dengan metode accidental
sampling. Teknik analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden menurut umur
Tabel 1.1 Distribusi Menurut Umur
Karakteristik Frekuensi Persentase
< 20 Tahun
20 – 35 Tahun
>35 Tahun
4
25
1
13,33%
83,34%
3,33%
Jumlah 30 100%
26
b. Responden berdasarkan jenjang pendidikan.
Tabel 1.2 Distribusi Menurut Jenjang Pendidikan
Karakteristik Frekuensi Persentase
Dasar
Menengah
Tinggi
14
12
4
46,67%
40%
13,33%
Jumlah 30 100%
c. Responden berdasarkan jenis pekerjaaan.
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Pekerjaan
Karakteristik Frekuensi Persentase
IRT (tidak bekerja)
Buruh
Wiraswasta
Swasta
Guru
11
8
5
3
3
36,66%
26,67%
16,67%
10%
10%
Jumlah 30 100%
d. Responden berdasarkan paritas
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Menurut Paritas
Paritas Frekuensi Persentase
Primipara
Multipara
13
17
43,33%
56,67%
Jumlah 30 100%
e. Responden berdasarkan sumber informasi
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi
Karakteristik Frekuensi Persentase
Bidan / tenaga kesehatan
Orang tua / keluarga
Media masa
Teman / tetangga
24
4
1
1
80%
13,34%
3,33%
3,33%
Jumlah 30 100%
2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang metode kontrasepsi hormonal
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
Kurang
8
4
18
26,67%
13,33%
60%
Jumlah 30 100%
B. BAHASAN
Persentase terbanyak yaitu ibu
nifas dengan pengetahuan kurang
(60%). Hal tersebut dikarenakan oleh
beberapa hal antara lain: 1. Tingkat
pendidikan ibu terbanyak adalah
dasar (46,67%) karena tidak dapat
27
dipungkiri bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah menerima informasi
dan pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak
(Mubarak, 2011), 2. Berdasarkan
umur rata-rata ibu nifas tersebut
sudah berada pada rentang usia yang
disebut dewasa (20-35 tahun) dan
juga sebagian besar adalah multipara
sehingga dapat diasumsikan bahwa
sudah memiliki pengalaman yang
baik tentang alat kontrasepsi
hormonal akan tetapi kenapa hasil
pengetahuannya masih rendah
mungkin karena ibu sebagian besar
juga ibu rumah tangga yang jarang
sekali untuk mengakses informasi
tentang kesehatan (khususnya alat
kontrasepsi hormonal), mereka
sebagian besar hanya mengandalkan
informasi yang diberikan oleh bidan
sehingga hal tersebut sesuai dengan
teori Mubarak (2011) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah informasi
dimana kemudahan memperoleh
informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan
baru.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Sebagian besar ibu nifas
berpengetahuan kurang yaitu 18
responden (60%) tentang metode
kontrasepsi hormonal.
B. SARAN
Diharapkan profesi bidan dalam
menjalankan tugas dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan
khususnya pemberian konseling
tentang metode kontrasepsi
hormonal mulai dari ibu hamil
trimester III dan mengajarkan
masyarakat untuk lebih proaktif
dalam menerima pengetahuan
tentang kontrasepsi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati Eny, dkk. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Hidayat, Asri dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: MITRA CENDIKIA
Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP
KEPMENKES NO. 369/ MENKES/ SK/ III/ 2007 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
29
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI DI BPS
SUMIATI GRIBIG KUDUS
LEVEL OF KNOWLEDGE POSTPARTUM ABOUT PIL ORAL COMBINATION IN BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS
Oktorida Muktianingsih 1, Kudarti 2 , Ika Sari Kristiani 3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Family planning is an action to help individuals or couples to get certain objectives such as
setting the interval between pregnancies, birth control current time in relation to the age of
husband and wife, determine the number of children in the family. One type of effective
contraception is a pill Oral Combination. At BPS Sumiati Oral Combination Pill was ranked
third with the highest number of respondents so Counseling about Oral Contraceptive Pill
Combination particularly crucial given the postpartum mother especially regarding indications
and contraindications Oral pill combination. One contraindication is a nursing mother. In
addition, knowledge of mothers about Oral pill combination is necessary to avoid the incidence
of drop out or failure to use Oral pill combination of not knowing the side effects.
The purpose of this study was to determine the level of knowledge of postpartum mothers about
Oral pill combination.
The research uses descriptive method with cross sectional approach. The sampling technique
used is total sampling, with a sample of 22 respondents.The results showed the level of
knowledge of postpartum mothers about Oral combination pills in a category quite as many as 14
respondents (70%).
Advice given to the health service is to increase knowledge by providing health education on
contraceptive services for women. Postpartum mothers can increase their knowledge of ways
berkontrasepsi is right for him or for her baby through the mass media or actively ask health
professionals.
Keywords:Level of knowledge l, Post partum , Oral Pill Combination.
30
ABSTRAK Keluarga Berencana adalah suatu tindakan untuk membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan tujuan tertentu seperti mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Salah satu jenis kontrasepsi efektif adalah Pil Oral Kombinasi. Di BPS Sumiati Pil Oral
Kombinasi menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah responden terbanyak sehingga Konseling
tentang cara Kontrasepsi khususnya Pil Oral Kombinasi sangat penting diberikan pada ibu nifas
terutama mengenai indikasi dan kontraindikasi Pil Oral Kombinasi. Salah satu kontraindikasi
adalah ibu yang menyusui. Selain itu, pengetahuan ibu tentang Pil Oral Kombinasi sangat
diperlukan untuk menghindari kejadian drop out ataupun kegagalan menggunakan Pil Oral
Kombinasi akibat tidak mengetahui efek sampingnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Pil Oral
Kombinasi.
Penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara total sampling, dengan
sampel sebanyak 22 responden.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Pil Oral Kombinasi dalam
kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (70%).
Saran yang diberikan untuk tempat pelayanan kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan
dengan memberikan Pendidikan kesehatan tentang pelayanan kontrasepsi bagi ibu nifas. Ibu
nifas dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang macam cara berkontrasepsi yang tepat
untuk dirinya maupun bagi bayinya melalui media massa atau aktif bertanya pada tenaga
kesehatan.
Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu nifas, Pil Oral Kombinasi.
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana adalah suatu
tindakan untuk membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan
tujuan tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri, menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2004; h. 27). Dengan
KB ibu dapat terhindar dari 4 terlalu yaitu :
terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan
terlalu dekat jaraknya. Secara umum tujuan
KB adalah mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia (Hanifa,
31
2008; h. 902). Dengan tidak mengikuti
gerakan KB akan terjadi kegagalan dalam
ber KB yang menimbulkan masalah pada
bidang pendidikan, lapangan kerja, masalah
perumahan dan tempat tinggal, masalah gizi
dan pangan, memburuknya lalu lintas, dan
gangguan ketertiban dan keamanan
(Manuaba, 1998).
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang
menjadi pilihan dan merupakan salah satu
bagian dari program KB Nasional saat ini
adalah Pil Oral Kombinasi (POK). Pil Oral
Kombinasi adalah jenis KB pil dan
merupakan salah satu alat kontrasepsi yang
sangat efektif, tidak mengganggu senggama
atau hubungan suami istri, aman,
reversibilitas tinggi. Syarat – syarat yang
harus dipenuhi oleh suatu metode
kontrasepsi yang baik adalah aman, dapat
diandalkan, sederhana, murah dapat diterima
oleh orang banyak, pemakaian jangka
panjang namun sampai saat ini belum ada
suatu metode kontrasepsi yang benar – benar
100% ideal (Hartanto, 2004; h : 36). Begitu
juga dengan akseptor Pil Oral Kombinasi
yang dapat mengalami efek samping antara
lain perubahan pola haid, kenaikan berat
badan, mual, hipertensi, sakit kepala,
payudara terasa penuh, keputihan dan
kegagalan (Hartanto, 2004; h : 109-110).
Pada dasarnya prinsip pemilihan KB ini
sangat penting karena tidak hanya mencakup
pemakaian KB, tetapi juga metode
pengendalian kelahiran yang paling sesuai
dengan kondisi khusus dari pasangan.
Pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan
sampai masing-masing mempunyai
pengetahuan dasar mengenai setiap metode
yang digunakan serta efek samping yang
timbul akibat dari pemakaian KB Pil Oral
Kombinasi. Hampir semua Efek samping
Pil Oral Kombinasi merupakan masalah bagi
seorang akseptor Pil Oral Kombinasi yang
mengalaminya karena merupakan beban
kejiwaan yang harus ditanggungnya, yang
berakhir pada adanya kekhawatiran,
32
kecemasan, bahkan ketakutan terhadap efek
samping. Dengan adanya masalah kesehatan
yang dialami oleh sebagian akseptor KB Pil
Oral Kombinasi yang dikarenakan efek
samping dari kontrasepsi tersebut dan
kurangnya pengetahuan tentang efek
samping, maka besar kemungkinan seorang
akseptor akan mengalami kejadian drop out
atau putus pakai (Everett, 2007; h : 137-
147).
Mengingat metode KB Pil Oral
Kombinasi merupakan salah satu cara KB
yang efektif, terpilih dan banyak jumlah
penggunanya berdasarkan data BKKBN
tersebut di atas, namun masih banyak juga
didapatkan akseptor KB Pil Oral Kombinasi
yang mengalami efek samping sehingga
para akseptor mengalami kekhawatiran,
kecemasan yang berlebihan sehingga
sebaiknya sebelum menggunakan KB Pil
Oral Kombinasi, calon akseptor maupun
akseptor telah tahu dan memahami tentang
KB Pil Oral Kombinasi serta efek samping
yang ditimbulkannya sehingga tidak
menimbulkan drop out bagi akseptor KB Pil
Oral Kombinasi. Solusi untuk meningkatkan
pengetahuan akseptor KB yaitu dengan cara
pemberian konseling. (Saifuddin, 2006)
Konseling untuk pemilihan Kontrasepsi
paling tepat diberikan pada ibu dalam masa
nifas. Masa Nifas adalah masa yang dimulai
setelah plasenta lahir sampai dengan 6
minggu (42 hari) untuk kembalinya alat-alat
reproduksi pada keadaan normal (Saifuddin,
2008 ). Konseling ini umumnya diberikan
pada kunjungan nifas ke-3 yaitu pada 2-6
minggu pasca bersalin. Pada ibu nifas yang
tidak menyusui masa infertiitas rata – rata
berlangsung sekitar 6 minggu, sedang pada
klien yang tidak menyusui masa infertilitas
lebih lama tapi kembalinya kesuburan tidak
dapat diperkirakan. Oleh kerena itu
kontrasepsi harus segera dimulai pada waktu
atau sebelum hubungan seksual pertama
pasca bersalin. Karena masalah pembekuan
darah masih terdapat pada 2-3 minggu pasca
33
bersalin, kontrasepsi kombinasi jangan
dimulai sebelum 3 minggu pasca bersalin,
selain itu kontrasepsi kombinasi juga dapat
mengganggu produksi ASI khususnya pada
ibu nifas. Salah satu kontrasepsi kombinasi
yaitu Pil Oral Kombinasi sehingga ibu nifas
harus dapat memilih kontrasepsi yang tidak
mengganggu produksi ASI jika ibu ingin
menyusui bayinya (Saifuddin, 2006).
Dari hal tersebut konseling pada ibu
nifas tentang Pil Oral Kombinasi sangat di
perlukan karena konseling dapat
memberikan pengetahuan ibu nifas tentang
efek samping KB Pil Oral Kombinasi,
keuntungan, kerugian, efektifitas dan waktu
pemakaiannya sehingga Ibu Nifas dapat
mengambil keputusan untuk menggunakan
alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang baik akan mengurangi
Angka kegagalan dalam penggunaan Pil
Oral Kombinasi dan begitu sebaliknya, jika
Pengetahuan ibu kurang tentang Pil Oral
Kombinasi maka akan menambah angka
kegagalan penggunaan Pil Oral Kombinasi
(Saifuddin, 2006; h : U4-5).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS
Sumiati KB Suntik dan POK merupakan KB
yang banyak diminati oleh para Akseptor
yaitu sebesar 68,81 % dan 3,96%.
METODE
Desain penelitian menggunakan metode
diskriptif. Tenik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang sudah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Teknik
sampling yang digunakan adalah total
sampling sejumlah 22 orang ibu nifas di
BPS Sumiati Gribig Kudus.Teknik analisa
data yang digunakan adalah analisa
univariat.
34
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
a. Karakteristik Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Umur Jumlah Prosentase (%)
< 20 Tahun 2 9
20-35 Tahun 18 82
> 35 Tahun 2 9
Total 22 100
b. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan.
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
SD 2 9
SMP 7 32
SMA 12 55
PT 1 4
Total 22 100
c. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah prosentase (%)
Karyawan Swasta 10 46
Wiraswasta 6 27
Ibu Rumah Tangga 4 18
Guru 2 9
Total 22 100
Sumber : Data Primer
d. Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi
Sumer Informasi Jumlah prosentase (%)
Belum pernah 9 41
Bidan 5 23
Keluarga 3 14
35
Teman 3 14
Tetangga 1 4
TV 1 4
Total 22 100
e. Karakteristik Ibu Berdasarkan Jumlah Paritas
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Paritas
Jumlah Paritas Jumlah prosentase (%)
Primipara 12 55
Multipravida 10 45
Total 22 100%
f. Tingkat pengetahuan Ibu Nifas tentang Oral Kombinasi di BPS Sumiati Gribig
Kudus.
Diagram 4.6 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pil oral
kombinasi
Hasil dari pengisian kuesioner didapatkan ada 14 responden (70%) yang
berpendidikan cukup dan berpengetahuan kurang ada 6 responden (30%). Dan yang
terendah yaitu berpengetahuan baik sebanyak 0 responden (0%).
0
5
10
15
BAIK CUKUP KURANG
Jumlah
Kategori
BAIK
CUKUP
KURANG
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pil Oral Kombinasi Di BPS Sumiati Gribig Kudus
36
B. BAHASAN
a. Berdasarkan karakteristik umur
Hasil dari pengisian kuesioner
didapatkan bahwa ibu nifas
terbanyak ada pada masa reproduktif
yaitu berumur berumur 20 – 35 tahun
sebanyak 18 responden (82%). Dan
lainnya tergolong pada resiko tinggi
dengan umur < 20 tahun sebanyak 2
responden dan > 35 tahun sebanyak
2 responden.
Dalam penggolongkan umur
digolongkan menjadi 3 golongan
yaitu masa reproduksi wanita yaitu
20 – 35 tahun, sedang usia > 35
tahun dan < 20 tahun adalah usia
resiko tinggi bereproduksi.
Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya
daripada orang yang belum dewasa
(Notoatmodjo, 2005).
Seseorang yang berumur kurang
dari 20 tahun cenderung belum
mempunyai kematangan fisik,
mental dan sosial sehingga akan
berpengaruh terhadap pengetahuan-
nya. Sebaliknya seeorang yang
berumur 20-35 tahun adalah masa
reproduksi sehingga ibu memiliki
semangat tinggi untuk membaca,
mendengar berita, bersosialisasi, dan
berfikir semakin matang, sehingga
penerimaan informasi dapat ditelaah
dengan baik.
Berdasarkan data tersebut umur
ibu mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu. Hasil pengetahuan
menunjukkan paling banyak
berpengetahuan cukup yaitu sebesar
14 responden (70%) tetapi umur ibu
sebagian dalam usia reproduktif yang
37
ibu masih mempunyai motifasi untuk
belajar. Hal tersebut juga dapat
dipengaruhi oleh faktor lain misal
pendidikan, pekerjaan, dan sumber
informasi dari ibu.
b. Berdasarkan karakteristik pendidikan
Hasil dari pengisian kuesioner,
ibu nifas terbanyak berpendikan
sedang yaitu sebanyak 12 responden
(55%) dengan pendidikan terakhir
SMA. Dan yang terendah
berpendidikan Tinggi yaitu sebanyak
1 responden (4%).
Pendidikan dikatakan rendah jika
pendidikan terakhir yaitu SD,
menengah jika SMP dan SMA, dan
dikatakan tinggi jika Perguruan
Tinggi.
Tingkat pendidikan seseorang
sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan. Seseorang berpendidik-
an tinggi akan berbeda
pengetahuannya dengan orang
berpendidikan rendah. Pendidikan
adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di luar sekolah yang
berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, menurut Ida Bagus Mantra,
makin tinggi pendidikan, maka
makin mudah seseorang untuk
menerima informasi (Notoatmodjo,
2005).
Hal ini menunjukan semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin
baik pula kemampuan dalam berfikir
sehingga memudahkan menyampai-
kan informasi baik.
Tingkat pendidikan mempenga-
ruhi tingkat pengetahuan ibu. Hal ini
bisa dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebanyak 14
responden berpengetahuan cukup
dan responden terbanyak
berpendidikan sedang dengan
38
pendidikan terakhir yaitu SMA. Hal
tersebut yang menyebabkan ibu
memiliki kemampuan dalam berfikir
dalam tingkat sedang atau menengah
yang memungkinkan ibu sebagian
besar berpengetahuan cukup.
c. Berdasarkan karakteristik pekerjaan
Hasil dari pengisian kuesioner
didapatkan terbanyak yaitu sebesar
10 responden (46%) bekerja sebagai
Karyawan swasta. Dan terendah
yaitu sebanyak 2 responden (9%)
bekerja sebagai guru.
Pekerjaan digunakan seseorang
untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang. Selain itu,
pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penghasilan yang rendah akan
mempengaruhi kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga terhadap gizi,
pendidikan, dan kebutuhan lainnya
(Notoatmodjo, 2005).
Responden yang bekerja
biasanya akan memperoleh informasi
daripada yang tidak bekerja. Ketika
seseorang bekerja cenderung untuk
lebih banyak berkumpul dengan
orang lain, saling bertukar
pengalaman dan berinteraksi. Dalam
berinteraksi banyak sekali informasi
yang dihasilkan sehingga dapat
menambah pengetahuan seseorang.
Pekerjaan ibu mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu. Hal ini
terlihat dari mayoritas ibu bekerja
sebagai karyawan swasta yaitu
sebagai buruh pabrik swasta dan
hasil penelitian menunjukkan 14
responden bepengetahuan cukup. Hal
ini menunjukkan bahwa ada ibu yang
mendapatkan informasi yang sama
dari pekerja lainnya yaitu dari
39
pekerja buruh lainnya yang bersifat
sharing pengalaman. Sharing
pengalaman antara ibu pekerja buruh
pabrik ini belum tentu kebenarannya
apakah benar apa tidak sehingga
memungkinkan ibu berpengetahuan
cukup. Selain itu hal ini juga dapat
dipengaruhi oleh faktor lain misal
umur, dan pendidikan.
d. Berdasarkan karakteristik sumber
informasi
Hasil dari pengisian kuesioner
didapatkan terbanyak responden
yaitun sebanyak 9 responden (41%)
belum pernah mendapatkan
informasi, sedang-kan yang pernah
mendapatkan informasi dari bidan
sebanyak 5 responden (23%).
Informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar
maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan sese-
orang.
Sumber Informasi mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu. Ada 14
responden yang berpengetahuan
cukup yang lainnya berpengetahuan
kurang yaitu 6 responden. Hal ini
menunjukan bahwa sumber
informasi mempengaruhi tingkat
pendidikan. Hal ini juga di dukung
oleh faktor lainnya misal pendidikan,
umur, dan pekerjaan ibu.
e. Tingkat pengetahuan Ibu Nifas
Tentang pil Oral Kombinasi
Hasil dari pengisian kuesioner
didapatkan dari 22 responden ada 14
responden (70%) yang berpendidikan
cukup dan berpengetahuan kurang
ada 6 responden (30%). Dan yang
40
terendah yaitu berpengetahuan baik
sebanyak 0 responden (0%).
Kategori penilaian dalam tingkat
pengetahuan ini didasarkan pada
Nursalam (2003) yang menyebutkan
bahwa dikatakan pengetahuan baik
jika mampu mendapatkan score 76-
100 %, pengetahuan cukup jika 56-
75 %, dan Pengetahuan kurang jika ≤
56 % dari soal yang telah diberikan.
Dari soal yang diberikan
kebanyakan yang menjawab salah
yaitu pada point tentang indikasi,
kontraindikasi dan efek samping Pil
Oral Kombinasi. Sedangkan yang
paling banyak menjawab benar yaitu
pada point tentang Pengertian dan
Jenis Pil Oral Kombinasi. Hal ini
yang menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu tentang Indikasi,
Kontraindikasi dan Cara minum Pil
Oral kombinasi masih kurang sedang
pengetahuan ibu tentang Pengertian
dan Jenis Pil Oral Kombinasi sudah
baik. Padahal jika ibu ingin menjadi
akseptor KB Pil Oral Kombinasi
maka ibu harus mengerti khususnya
tentang indikasi, kontraindikasi dan
cara minumnya.
Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain yaitu umur
yang menunjukan banyak ibu yang
banyak yang berusia reproduktif,
pendidikan ibu yang banyak
perpendidikan sedang (SMA),
pekerjaan ibu yang banyak bekerja
sebagai karyawan swasta (buruh
pabrik) yang memungkinkan ibu
mendapatkan informasi tentang Pil
Oral Kombinasi walaupun ada
sebagian besar ibu belum pernah
mendapatkan informasi tentang Pil
oral Kombuinasi. Hal ini mungkin
disebabkan karena beberapa hal :
a. Ada 12 responden yang baru
melahirkan pertama kali sehingga
41
wajar jika ibu belum pernah
mendapatkan informasi tentang
Pil Oral Kombinasi.
b. Dapat juga karena peran ibu yang
ganda yaitu sebagai ibu RT dan
pekerja swasta yang
memungkinkan ibu sibuk
sehingga ibu belum pernah
mengetahui, melihat dan
mendapatkan info terutama lewat
media informasi, misal di Televisi
yang sudah ada iklan tentang Pil
Oral Kombinasi.
c. Riwayat Kb terdahulu
mempengaruhi juga, dari 22
responden hanya ada 2 responden
yang pernah menggunakan Pil Oral
Kombinasi, dan sebanyak 12
responden belum pernah
menggunakan kontrasepsi. Hal ini
dapat disebabkan karena penjelasan
/ konseling KB oleh tenaga
kesehatan yang belum dilakukan
secara sempurna.
Dari beberapa penyebab di atas
mendukung Tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang Pil Oral
kombinasi yang menunjukkan
bahwa sebagian besar
berpengetahuan cukup. Walaupun
ada beberapa point yang perlu
ditingkatkan misalnya yaitu
indikasi, kontraindikasi dan cara
minum yang masih kurang
diketahui oleh ibu. Hal ini dapat
disebabkan karena kata – kata pada
indikasi dan kontra indikasi ada
yang sulit untuk dicerna (kata -
katanya awam) oleh setiap ibu
sehingga pemberian penjelasan
secara menyeluruh diberikan. Akan
tetapi untuk cara minum sangat
perlu diberikan karena hal ini yang
menentukan keberhasilan
penggunaan KB ini. Dapat
42
diberikan dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan karena masih
banyak ibu yang belum pernah
mendapatkan informasi tentang Pil
Oral kombinasi. Sehingga Jika ibu
nifas ingin menggunakan Pil Oral
Kombinasi maka ibu sudah tahu
benar tentang Pil Oral Kombinasi
dan sudah tahu efek sampingnya
antaralain dapat mengurangi
produksi ASI.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Tingkat pengetahuan Ibu nifas di
BPS Sumiati Gribig Kudus tentang
Pil Oral Kombinasi masuk dalam
kategori cukup 70%
B. SARAN
Diharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan tentang
Pil Oral Kombinasi dan berdasarkan
hasil penelitian tersebut penulis juga
dapat memberikan pendidikan
kesehatan tentang Pil Oral
Kombinasi bagi para ibu nifas serta
dapat melakukan penggalian
terhadap responden untuk
menguatkan penelitian.
Diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan peran bidan
khususnya sebagai pendidik dengan
memberikan Pendidikan kesehatan
tentang pelayanan kontrasepsi bagi
ibu nifas, terutama tentang indikasi,
kontraindikasi dan cara minum Pil
Oral Kombinasi yang penting untuk
keberhasilan penggunaan Pil Oral
Kombinasi. Karena bagi ibu nifas
diperlukan untuk segera menentukan
cara berKB guna mengatur jarak
kelahiran., sehingga dapat
memberikan pengetahuan yang baik
43
tentang Pil Oral Kombinasi
khususnya bagi calon akseptor KB
Pil Oral Kombinasi sehingga dapat
meningkatkan keberhasilan dalam
berKB sehingga mencegah terjadi
angka kegagalan KB dan angka
kehamilan yang tidak diinginkan
serta efek samping dari KB
.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta :
EGC.
Hartanto, Hanifa. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Hendra, A W. 2008. Konsep Pengetahuan. http://www.scribd.com/doc/44463497/konsep-
pngetahuan. Diakses tanggal 24 Maret 2011 jam 13.00 WIB.
Krisnadi, Sofie Riyani. 2007. PIL KB (ORAL PIL , PIL KOMBINASI).
http://doktersehat.com/2007/02/08/pil-kb-oral-pil-pil-kombinasi/ . Diakses tanggal 20 Maret
2010, jam : 12.30 WIB .
Lestari , Nour Viyanti & Muhammad Nabil Alvaro. 2009. Askeb Iii
Perubahan Sistem Endokrin Pada Ibu Nifas.
http://upeeknouvelz.blogspot.com/2009/11/askeb-iii-perubahan-sistem-endokrin.html.
diakses tanggal 19 April 2011 jam 12.30 WIB.
Mansjoer , arif et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid III. Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta
: EGC.
44
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri operatif, obstetri sosial. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Putra, Cahyono. 2009. Konsep Pengetahuan. http://cahyonoputra.blogspot.com/2009/02/konsep-
pengetahuan.html/ Diakses tanggal 8 April 2011. jam 14.00 WIB.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2006. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, Ike Kartika. 2007. Pembendungan ASI. www.blogspot/ike Kartika
Sari/2007/pembendungan/asi.com diakses tanggal 16 April 2011 jam 14.00 WIB.
Sastroasmoro, S. dan Ismail, S. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Winkjosastro, hanifa, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pelayanan Pustaka Sawono
Prawirohardjo.
45
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG
KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1 (SATU) DI BPM HANDAYANI
JEPANG PAKIS KUDUS.
LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT THE PREGNANT PRIMIGRAVIDA
INCONVENIENCE TRIMESTER 1 IN BPM HANDAYANI
JEPANG PAKIS KUDUS.
Riska Krisnawati1, Mestuti Hadi2, Nur Sri Atik3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected],[email protected]
ABSTRACT
Discomfort is a feeling of pregnant women who have little or no unpleasant for physical or
mental condition in pregnant women.
This research uses descriptive research design with cross sectional approach. The sampling
technique using total sampling. Data were collected using a questionnaire that was tested for
validity and reliability.
The level of knowledge of pregnant women about the inconvenience trimester primi gravida 1 in
BPM Handayani have enough knowledge level of 43.3%, a good 40% and less than 16.6%. Her
advice diiharapkan either pregnant women or families more active role to get information about
the discomforts of pregnancy primigravid in the first trimester and more diligent, active
following the extension of health care workers and actively ask for counseling from midwife
about the discomfort of pregnant women.
Keywords: Knowledge first trimester pregnant women, primigravida, Inconvenience
Key word :
ABSTRAK Ketidaknyamanan ibu hamil adalah suatu perasaan yang kurang atau tidak menyenangkan bagi
kondisi fisik atau mental pada ibu hamil.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.
Tingkat pengetahuan ibu hamil primi gravida tentang ketidaknyamanan trimester 1 di BPM
Handayani mempunyai tingkat pengetahuan cukup 43,3%, baik 40% dan kurang 16,6%.
Sarannya diiharapkan baik ibu hamil ataupun keluarga lebih berperan aktif untuk mendapatkan
informasi tentang ketidaknyamanan kehamilan primigravida pada trimester I dan lebih rajin,aktif
mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan serta aktif meminta konseling dari bidan tentang
ketidaknyamanan ibu hamil.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu hamil trimester 1, Primigravida, Ketidaknyamanan
46
PENDAHULUAN
Secara global penyebab AKI pada ibu
hamil yaitu perdarahan 25%, infeksi 15%,
hipertensi 12%, partus macet 8%, abortus
13% dan sebab-sebab lain 8%. Abortus
menjadi salah satu penyebab terjadinya AKI
(Angka Kematian Ibu), dengan prosentase
13%. Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Penyebab
abortus antara lain kelainan ovum, kelainan
genetalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta,
penyakit-penyakit ibu, trauma, dan anemia
(Prawirohardjo, 2009, Mansjoer, 2001).
Anemia bisa terjadi pada kehamilan
trimester I, anemia di sebabkan karena
faktor kekurangan gizi dan zat besi.
Kejadian anemia karena kekurangan gizi ini
terjadi pada ibu hamil trimester I di
Indonesia sejumlah 20% – 89%. Anemia
karena kekurangan gizi ini bisa disebabkan
oleh ibu hamil yang mengalami hiperemesis
atau mual muntah yang berlebihan pada
trimester I. Kejadian hiperemesis pada ibu
hamil trimester I sejumlah 60-80%
(Prawirohardjo, 2005). Hiperemesis atau
mual muntah yang berlebihan merupakan
salah satu tanda bahaya pada trimester I.
Tanda bahaya tersebut bisa berawal dari
ketidaktahuan ibu hamil dalam mengatasi
ketidaknyamanan yang dialaminya. Padahal
ketidaknyamanan yang dialami ibu
merupakan keadaan yang fisiologis
(Mansjoer,dkk. 2001). Ketidaknyamanan ibu
hamil adalah suatu perasaan yang kurang
atau tidak menyenangkan bagi kondisi fisik
atau mental pada ibu hamil. Dari
ketidaknyamanan yang dialami ibu tersebut.
Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di BPM Handayani Jepang Pakis
Kudus data yang didapat yaitu ibu hamil
primigravida trimester I pada tahun 2013
dengan jumlah 20 ibu hamil per bulannya
(Register, 2013). Dari keluhan – keluhan
yang tercatat pada buku register tersebut,
dengan jumlah 66,6% ibu hamil yang
47
mengalami ketidaknyamanan. Ketidak-
nyamanan tersebut timbul karena kurang
pengetahuan tentang ketidaknyamanan yang
dialami karena mayoritas ibu hamil
primigravida pada trimester I di BPM
Handayani adalah lulusan SMP.
METODE
Desain penelitian menggunakan metode
diskriptif. Tenik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang sudah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Teknik
sampling yang digunakan adalah total
sampling sejumlah 30 orang ibu hamil
primigravida trimester I di BPM Handayani
Kudus.Teknik analisa data yang digunakan
adalah analisa univariat
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur
No. Karakteristik Jml Prosentase
1. <20 tahun 10 33,3%
2. 20-35 tahun 18 60,0 %
3. >35 tahun 2 6,66 %
Jumlah 30 100%
2. Karakteristik Responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
1. Tidak lulus sekolah dasar 4 13,3%
2. Pendidikan dasar (SD dan SMP) 17 56,6%
3. Pendidikan menengah (SMA) 7 23,3 %
4. Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) 2 6,66 %
Jumlah 30 100%
48
3. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Prosentase
1. Swasta 26 86,6%
3. Wiraswasta 4 13,3 %
Jumlah 30 100%
4. Karakteristik Responden Menurut Umur Kehamilan
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Kehamilan
No Umur kehamilan Jumlah Prosentase
1. ≤ 4 minggu 5 16,6%
2. 5-8 minggu 9 30,0%
3. > 8 minggu – 12 minggu 16 53,3%
Jumlah 30 100%
5. Karakteristik Responden Menurut Sumber Informasi
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi
No. Sumber Informasi Jumlah Prosentase
1. Tenaga Keesehatan 10 33%
2. Media Informasi 8 26%
3. Lain-lain 5 16%
4. Tidak ada 7 23%
Jumlah 30 100%
6. Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan
No. Karakteristik Jumlah Prosentase
1. Baik 12 40,0%
2. Cukup 13 43,3%
3. Kurang 5 16,6%
Jumlah 30 100%
B. BAHASAN
Tingkat pengetahuan ibu hamil
primigravida tentang ketidaknyamanan
trimester 1 yang mempunyai
pengetahuan baik sejumlah 40%.
Sebagian besar yang mempunyai
pengetahuan baik ini adalah responden
yang berpendidikan lulusan SMA,
Perguruan tinggi dan SMP. Selain
49
dilihat dari umur dan tingkat
pendidikan, responden yang
berpengetahuan baik ini sebagian besar
mempunyai pekerjaan semua, yaitu
jenis pekerjaan terbanyak adalah
sebagai swasta yang terdiri dari buruh
dan karyawan swasta dan ada yang
memiliki jenis pekerjaan wiraswasta
dan yang mempunyai pengetahuan baik
ini terbanyak mempunyai umur
kehamilan > 8 minggu dengan
prosentase 53,3% dan umur kehamilan
5-8 minggu dengan prosentase 30%.
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi
oleh faktor pendidikan normal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini
mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan non formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalui pendidikan
formal (Notoadmodjo, 2007).
Hal ini sesuai dengan seluruh
responden sebelumnya belum ada
pengalaman merasakan hamil dan ini
baru pertama kalinya hamil. Tetapi
mereka sudah pernah mendapatkan
informasi dan penyuluhan oleh bidan
dan mereka mencari informasi melalui
internet tentang ketidaknyamanan
kehamilan trimester I. Selain dari bidan
dan media informasi sendiri mereka
juga mendapatkan cerita-cerita dari
orangtuanya ataupun dari tetangga, dan
ibu-ibu yang sudah pernah merasakan
hamil, dan mendapatkan informasi dari
teman-teman kerjanya. Walaupun ini
merupakan kehamilannya yang pertama
tetapi ibu hamil lebih aktif dalam
mencari informasi-informasi tentang
keadaannya selama ini. Sehingga
sebagian besar sudah memahami dan
mengerti tentang ketidaknyamanan
kehamilan trimester 1 dan jika ibu hamil
50
tersebut mengalami ketidaknyamanan
tersebut, mereka tidak merasa cemas
lagi karena sudah mengetahui tentang
ketidaknyamanan.
Tingkat pengetahuan ibu hamil
primigravida tentang ketidaknyamanan
trimester 1 yang mempunyai
pengetahuan cukup sejumlah 43,3%. Di
lihat dari karakteristiknya didapatkan
bahwa responden terbanyak berumur <
20 tahun dan > 35 tahun, dan tingkat
pedidikan yang dimiliki responden
adalah lulus SMP dan SMA dan
memiliki jenis pekerjaan swasta yaitu
sebagai buruh dan karyawan. Dapat
diketahui juga yang mempunyai
pengetahuan cukup berada pada umur
kehamilan 5-8 minggu yaitu sebanyak 9
orang dengan prosentase 30,0%,
sebagian besar ibu mendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan,
maupun dari orang lain. Hal ini
disebabkan karena yang mempunyai
tingkat pengetahuan cukup ini tingkat
pendidikannya yaitu lulus SMP dan
SMA responden yang baru lulus SMP
ini berumur <20 tahun, karena
masyarakat setempat tidak begitu
memperhatikan pendidikan dan mereka
merasa jika sudah lulus SMP itu
merupakan hal yang sudah biasa dan
mereka menganggap lulus SMP adalah
sudah termasuk cukup untuk menempuh
pendidikan dari pada tidak pernah
sekolah sama sekali. Tetapi sebagian
besar responden meskipun memiliki
pendidikan yang rendah tetapi ibu
hamil tersebut sudah mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media
maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
Namun sebagian kecil responden
untuk mendapatkan informasi tentang
kehamilannya pun mereka kurang tahu,
sehingga tidak begitu paham dan
mengerti tentang ketidaknyaman pada
ibu hamil trimester 1. Ibu hamil tersebut
kurang aktif dalam memperoleh
informasi-informasi seputar kehamilan-
nya itu. Mereka hanya mendapatkan
51
informasi sebagian besar dari orang lain
dan ada sebagian kecil yang
mendapatkan informasi dari bidan. Hal
ini dikarenakan umur kehamilannya
yang masih muda dan belum merasakan
tanda-tanda ataupun keluhan-keluhan
tentang ketidaknyamanan tersebut. Pada
responden yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup ini kurang dalam
mendapatkan informasi ataupun kurang
mendapatkan konseling-konseling di
bidannya, sehingga mereka hanya tahu
dari orang lain saja dan sebagian kecil
dari bidan.
Tingkat pengetahuan ibu hamil
primigravida tentang ketidaknyamanan
trimester 1 yang mempunyai
pengetahuan kurang 16,6 %.Dilihat dari
karakteristiknya didapatkan sebagian
besar responden yang berumur <20 dan
>35 tahun dan tingkat pendidikan yang
dimiliki adalah tidak lulus sekolah, lulus
SD dan SMP. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar responden yang
mempunyai tingkat pendidikan sangat
rendah sehingga responden tersebut
mengalami kesulitan dalam penerimaan
pengetahuan tentang ketidaknyamanan
tersebut dan dikarenakan umur
kehamilannya yang masih begitu muda
yaitu ≤ 4 bulan, ini terjadi dikarenakan
ada yang belum merasakan
ketidaknyamanan tersebut. Selain itu
juga dikarenakan responden kurang
aktif dalam mencari informasi tentang
kehamilan yang dirasakan tersebut dan
belum pernah mendapatkan informasi-
informasi dari mana pun.
Dari hasil analisis yang diperoleh
peneliti dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan seseorang yang tinggi belum
tentu pengetahuannya tentang
ketidaknyamanan pada kehamilan juga
baik dan tingkat pendidikan yang
kurang belum tentu juga tidak tahu
tentang ketidaknyamanan. Tetapi
Informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang tersebut memiliki pendidikan
yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
52
informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar,
internet maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
Jadi tingkat pengetahuan seseorang
tidak dapat diukur melalui tinggi dan
rendahnya pendidikan seseorang
tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Tingkat pengetahuan responden
tentang ketidaknyamanan ibu hamil
primigravida trimester 1 didapatkan
sebagian besar yang berpengetahuan
cukup
B. SARAN
Diharapkan bagi petugas kesehatan
supaya menggunakan setiap kesempatan
yang ada untuk meningkatkan
pemberian informasi dan konseling
pada ibu hamil, dan ibu hamil dapat
melakukan pemeriksaan ANC secara
rutin. Sehingga meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang
ketidaknyamanan. Demikian juga untuk
ibu hamil ataupun keluarga lebih
berperan aktif untuk mendapatkan
informasi tentang ketidaknyamanan
kehamilan primigravida pada trimester I
dan lebih rajin,aktif mengikuti
penyuluhan dari tenaga kesehatan serta
aktif meminta konseling dari bidan
tentang ketidaknyamanan ibu hamil
.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ai yeyeh, dkk.Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : CV. Trans info Media. 2009
Diane G. Komplikasi selama kehamilan dan penanganananya. Jakarta : Copyright C. 2005
JHPIEGO. Buku 2 Asuhan Antenatal. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2003
Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculaplus.2000
Mochtar. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC. 1998
Mubarak. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. 2011
Notoatmodjo. Pendidikan Dan Peilaku Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta : 2005
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : salemba
Medika. 2008
Penny, dkk. Panduan Lengkap Kehamilan,Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta : Arcan. 2007
Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer. 2009
Profil Kesehatan Kabupaten Kudus. Kudus : 2012
Vivian Nanny, Tri sunarsih. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
2011
Wawan, Dewi. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan,sikap,dan perilaku manusia. Yogyakarta:
Maha Medika. 2010
54
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA
PREMENOPAUSE DI DESA TUMPANG KRASAK
KECAMATAN JATIKABUPATEN KUDUS
ANXIETY LEVEL OF WOMEN AGED 40-45 YEARS TO FACE FUTURE
PREMENOPAUSE IN THE TUMPANG KRASAK VILLAGE JATI DISTRICT KUDUS
Salis Nur Hidayah1, Mestuti Hadi2, Nur Sri Atik3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected],[email protected]
ABSTRACT
Women who entered the premenopausal mean they get older, non-productive time (biologically),
past useless to society, old - gradually became a burden to family and society. If these conditions
can not be resolved will develop into stress have a negative impact on the social life of women
who will stimulate the brain so that it can disrupt the hormone balance and ultimately be bad for
health.
This study aims to determine the level of anxiety of women aged 40-45 years face the
premenopausal period in Tumpang Krasak Village Jati subdistrict district Kudus. This research is
descriptive sampling techniques using probability sampling with simple random sampling.
Types of data using a questionnaire at 70 respondents , The result showed 34.29% did not
experience anxiety, 57.14% experiencing mild anxiety level, 8.57% experienced anxiety level
sedang.saran that can be given is to provide health education on maternal age premenopausal that
premenopausal symptoms are experienced by the normal thing women and the public involved in
helping mothers face premenopausal symptoms during community activities through religious
leaders and local community leaders.
Keywords: Premenopausal period, Anxiety Levels
ABSTRAK Wanita yang memasuki masa premenopause berarti memasuki masa tua, masa non produktif
(secara biologis), masa tak berguna bagi masyarakat, lama – kelamaan menjadi beban bagi
keluarganya dan masyarakat. Jika kondisi ini tidak bisa diatasi akan berkembang menjadi stress
yang berdampak buruk pada kehidupan sosial perempuan yang akan merangsang otak sehingga
dapat mengganggu keseimbangan hormon dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan wanita usia 40-45 tahun
menghadapi masa premenopause di Desa Tumpang Krasak Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik sampling menggunakan probability
sampling dengan jenis simple random sampling.pengumpulan data menggunakan kuesioner pada
70 orang responden. Hasil penelitian didapatkan 34,29% tidak mengalami kecemasan, 57,14%
mengalami tingkat kecemasan ringan, 8,57% mengalami tingkat kecemasan sedang.saran yang
55
dapat diberikan adalah memberikan pendidikan kesehatan pada ibu usia premenopause bahwa
gejala premenopause adalah hal yang normal dialami oleh perempuan dan dapat melibatkan
masyarakat dalam membantu ibu menghadapi gejala premenopause pada saat kegiatan
masyarakat melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Kata Kunci : Masa Premenopause, Tingkat Kecemasan
PENDAHULUAN
Hasil survey dari penelitian Rostiana
(2009) menunjukkan bahwa perempuan
dengan sindrom premenopause tidak bisa
menerima gejala-gejala yang ditandai
dengan ciri-ciri sulit tidur, gelisah tanpa
alasan, sering tersinggung dan tak mudah
mengendalikan emosi. Angka kejadian
sindrom premenopause di Indonesia adalah
sebesar 10% dari perempuan usia 40-48
tahun. Beberapa dampak premenopause
yang sering terjadi di masyarakat adalah
kecemasan, takut, lekas marah, ingatannya
menurun, sulit konsentrasi, gugup, merasa
tidak berguna, mudah tersinggung, stress
bahkan depresi (Rostiana, 2009;
Proverawati, 2010).
Depresi dan stress merupakan beberapa
dari gejala yang biasa dialami. Depresi dan
stress menjadi mitos umum untuk wanita
yang memasuki usia paruh baya sehingga
mereka menganggap depresi merupakan hal
yang normal untuk wanita usia 40-45 tahun.
Depresi berat tidak boleh dilihat sebagai
suatu kejadian yang biasa dan wanita yang
menderita depresi pada masa tertentu dalam
kehidupannya seharusnya menerima
perhatian yang sama dengan penyakit
lainnya (The Society of Obstetricians and
Gynaecologist of Canada, 2006).
Hasil penelitian Departemen
Epidemiologi dan Psikiatri, University of
Pittsburg, O’hara menunjukkan 48,9%
perempuan mengalami stress (tidak siap) di
awal perimenopause, 20,9% di
premenopause dan 30,2% pada
postmenopause). Indonesia merupakan
negara berkembang, dimana setiap tahunnya
angka kecemasan semakin meningkat,
56
prevalensi keadaan kecemasan (anxietas) di
Indonesia berkisar antara 2-5% dari populasi
umum atau 7-16% dari semua penderita
gangguan jiwa. Hasil penelitian Nugroho
menunjukkan bahwa respon psikologi
wanita dalam menghadapi premenopause
adalah kecemasan, kekhawatiran dan
perasaan tidak enak. Hasil penelitian Tia
menunjukkan tingkat kecemasan dalam
menghadapi premenopause dalam kategori
berat sebesar 71,2% (Pietra, 2001;
Bromberger, dkk, 2005; Nugroho, 2010;
Tia, 2011).
Wanita yang tidak siap menghadapi
premenopause akan mengalami menurunnya
kemampuan berfikir dan ingatan, gangguan
emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa
takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar
tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung,
sangat emosional dan spontan, merasa
tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya.
Rasa takut kehilangan suami, anak dan
ditinggalkan sendiri. Jika kondisi ini tidak
bisa diatasi akan berkembang menjadi stress
yang berdampak buruk pada kehidupan
sosial perempuan yang akan merangsang
otak sehingga dapat mengganggu
keseimbangan hormon dan akhirnya
berakibat buruk pada kesehatan tubuh
(Kasdu, 2002; Manuaba, 2004).
Dalam siklus kehidupan wanita atau
daur kehidupan wanita diantaranya adalah
masa menopause dan masa premenopause
adalah masa menjelang menopause. Wanita
yang memasuki masa premenopause berarti
memasuki masa tua, masa non produktif
(secara biologis), masa tak berguna bagi
masyarakat, lama – kelamaan menjadi beban
bagi keluarganya dan masyarakat. Apabila
gejala-gejala premenopause direspon dengan
baik tidak akan terjadi masalah dan dapat
melaluinya dengan baik. Oleh sebab itu,
bidan mempunyai peran memberikan
konseling dan pendekatan kepada wanita
premenopause agar dapat menerima bahwa
menopause adalah hal yang fisiologis dan
57
akan dialami oleh semua wanita (Kasdu,
2002).
Berdasarkan data statistik dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kudus pada tahun
2012, jumlah penduduk pada wanita usia 40-
45 tahun telah mencapai 15,5
jutaorang.Premenopause merupakan bagian
dari siklus kehidupan wanita yang normal
sedangkan penerimaan kondisi ini berbeda-
beda pada setiap wanita, maka alangkah
baiknya apabila gejala-gejala premenopause
diketahui secara jelas sebelum memasuki
masa menopause pada usia 40-45 tahun
maka dari itu, pengetahuan ibu usia 40-45
tahun sangat penting untuk diketahui agar
para wanita lebih tahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi dalam dirinya (Suwarno,
2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Desa Tumpang Krasak
dapat diperoleh bahwa jumlah penduduk
seluruh wanita di Desa Tumpang Krasak,
Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus sebanyak
3263 orang (51,62%). Dari jumlah tersebut
diperoleh data penduduk wanita yang
berusia 40-45 tahun sebanyak 272 orang
(8,33%).
METODE
Desain penelitian yang digunakan
adalah diskriptif. Teknik Sampling
probability sampling dengan jenis simple
random sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner kuesioner HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) merupakan
kuesioner yang sudah teruji kepercayaannya
dan merupakan kuesioner yang sudah paten
pada 70 orang responden dengan rentang
usia 40-45 tahun. Analisa data menggunakan
analisa univariat
.
58
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik responden
a. Berdasarkan pendidikan
Tabel 1.1 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden Di Desa Tumpang
Krasak Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
No
.
Pendidikan
Frekuens
i
Prosentase
1. Tidak lulus SD 4 5,71%
2. Pendidikan dasar (SD dan SMP) 40 57,14%
3. Pendidikan menengah (SMA dan
SMK) 23
32,86%
4. Perguruan tinggi (Diploma dan
Sarjana) 3
4,29%
Jumlah 70 100%
b. Berdasarkan pekerjaan
Tabel 1.2 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Responden Di
Desa Tumpang Krasak Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1. Pekerjaan ringan 3 4,29%
2. Pekerjaan sedang 67 95,71%
3. Pekerjaan berat 0 0%
Jumlah 70 100%
59
c. Berdasarkan status ekonomi
Tabel 1.3 Karakteristik Berdasarkan Status Ekonomi Responden Di Desa Tumpang
Krasak Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
No
. Status Ekonomi
Frekuens
i
Prosenta
se
1. Status ekonomi sangat tinggi
(>3.500.000) 0
0%
2. Status ekonomi tinggi (>2.500.000-
3.500.000) 3
4,29%
3. Status ekonomi sedang (1.500.000-
2.500.000) 45
64,29%
4. Status ekonomi rendah (<1.500.000) 22 31,43%
Jumlah 70 100%
2. Gejala premenopause yang dialami responden
a. Tidak cemas
Tabel 1.4 Gejala Premenopause yang Dialami Ibu Usia 40-45 Tahun Menghadapi
Masa Premenopause Tidak Mengalami Cemas
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase
1. Perasaan cemas 24 24,74%
2. Ketegangan 0 0%
3. Ketakutan 0 0%
4. Gangguan tidur 0 0%
5. Gangguan kecerdasan 0 0%
6. Perasaan depresi 0 0%
7. Gejala somatik 1 1,03%
8. Gejala sensorik 1 1,03%
9. Gejala Kardiovaskular 12 12,37%
10. Gejala pernapasan 10 10,31%
11. Gangguan
gastrointestinal 0
0%
12. Gejala urogenetalia 24 24,74%
13. Gejala vegetatif 24 24,74%
14. Apakah ibu merasakan 1 1,03%
Jumlah 97 100%
60
b. Cemas ringan
Tabel 1.5 Gejala Premenopause yang Dialami Ibu Usia 40-45 Tahun Menghadapi
Masa Premenopause yang Mengalami Cemas Ringan
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase
1. Perasaan cemas 40 14,71%
2. Ketegangan 7 2,57%
3. Ketakutan 10 3,68%
4. Gangguan tidur 21 7,72%
5. Gangguan kecerdasan 17 6,25%
6. Perasaan depresi 1 0,37%
7. Gejala somatik 27 9,93%
8. Gejala sensorik 3 1,10%
9. Gejala Kardiovaskular 31 11,38%
10. Gejala pernapasan 12 4,41%
11. Gangguan
gastrointestinal 0
0%
12. Gejala urogenetalia 40 14,71%
13. Gejala vegetatif 40 14,71%
14. Apakah ibu merasakan 23 8,46%
Jumlah 272 100%
c. Cemas sedang
Tabel 1.6 Gejala Premenopause yang Dialami Ibu Usia 40-45 Tahun Menghadapi
Masa Premenopause yang Mengalami Cemas Sedang
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase
1. Perasaan cemas 6 8,33%
2. Ketegangan 6 8,33%
3. Ketakutan 6 8,33%
4. Gangguan tidur 6 8,33%
5. Gangguan kecerdasan 6 8,33%
6. Perasaan depresi 6 8,33%
7. Gejala somatik 6 8,33%
8. Gejala sensorik 2 2,78%
9. Gejala Kardiovaskular 3 4,17%
10. Gejala pernapasan 4 5,56%
11. Gangguan
gastrointestinal 3
4,17%
12. Gejala urogenetalia 6 8,33%
13. Gejala vegetatif 6 8,33%
14. Apakah ibu merasakan 6 8,33%
Jumlah 72 100%
61
3. Tingkat Kecemasan
Tabel 1.7 Tingkat Kecemasan Ibu Usia 40-45 Tahun Menghadapi Masa Premenopause
Di Desa Tumpang Krasak Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase
1. Tidak cemas 24 34,29%
2. Cemas ringan 40 57,14%
3. Cemas sedang 6 8,57%
4. Cemas berat 0 0%
Jumlah 70 100%
B. BAHASAN
Responden yang tidak mengalami
cemas (34,29%) rata-rata dipengaruhi oleh
perasaan cemas, gangguan urogenetalia,
gejala vegetatif. Responden hanya
mengalami sebagian kecil dari gejala-gejala
premenopause yang timbul sehingga tidak
terlalu banyak keluhan dalam menghadapi
hal tersebut. Selain itu responden juga sudah
mengetahui bahwa gejala-gejala
premenopause yang mereka alami adalah hal
yang wajar sehingga dapat mengahadapi hal
tersebut tanpa ada rasa cemas.
Responden yang mengalami tingkat
kecemasan ringan (57,14%) sebagian besar
dipengaruhi oleh perasaan cemas, gejala
urogenetalia, gejala vegetatif. Ibu yang
mengalami kecemasan ringan menganggap
bahwa gejala-gejala yang dialaminya itu
tidak normal sehingga ibu tidak tahu
bagaimana cara mengatasi gejala-gejala
tersebut. Ketidaktahuan ibu bisa
dikarenakan kurangnya informasi yang
didapat oleh ibu tentang gejala-gejala
premenopause sehingga menyebabkan ibu
tidak mengetahui tentang hal-hal tersebut
dan tidak bisa mengatasi kecemasan. Hal ini
sesuai dengan teori Hendra (2008) informasi
akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika
62
ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV,radio atau surat
kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
Responden yang mengalami tingkat
kecemasan sedang (8,57%)sebagian besar
dipengaruhi oleh perasaan cemas,
ketegangan, ketakutan, gangguan tidur,
gangguan kecerdasan, perasaan depresi,
gejala somatik, gejala urogenetalia, gejala
vegetative, perasaan ibu. Ibu yang
mengalami kecemasan sedang menganggap
bahwa gejala-gejala yang dialaminya itu
tidak normal sehingga ibu tidak tahu
bagaimana cara mengatasi gejala-gejala
tersebut. Ketidaktahuan ibu bisa
dikarenakan kurangnya informasi yang
didapat oleh ibu tentang gejala-gejala
premenopause sehingga menyebabkan ibu
tidak mengetahui tentang hal-hal tersebut
dan tidak bisa mengatasi kecemasan. Hal ini
sesuai dengan teori Hendra (2008) informasi
akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika
ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV,radio atau surat
kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.Selain dipengaruhi
oleh gejala premenopause, kecemasan yang
dialami ibu juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi.
Respoden yang mengalami tingkat
kecemasan sedang mempunyai pendidikan
rendah bahkan ada yang tidak sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Ibu usia 40-45 tahun yangmenghadapi
masa premenopause di Desa Tumpang
Krasak Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
sebagian besar mengalami tingkat
kecemasan ringan dengan skor 6-14
sebanyak 57,14 %.
63
B. SARAN
Tenaga kesehatan diharapkan dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
usia premenopause bahwa gejala
premenopause adalah hal yang normal
dialami oleh perempuan. Demikian juga
untuk masyarakat dapat terlibat dalam
membantu ibu menghadapi gejala
premenopause pada saat kegiatan
masyarakat melalui tokoh agama dan tokoh
masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2009. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi KebutuhanDasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Bromberger, John T, dkk. 2005. Penderitaan Psikologis, Dukungan Sosial dan Menopause
Alamiah: Suatu Studi pada Komunitas Multibudaya. American Journal of Public Health.
Hawari, Dadang. 2008. ManajemenStres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Ibrahim, A. 2007. Panik Neurosis Gangguan Cemas. Jakarta: Dua As As.
Kasdu, Dini. 2002. KiatSehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspaswara.
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, I.B. 2004. Memahami Kesehatan ReproduksiWanita. Jakarta: EGC.
Mulyono, Hasyim. 2008. Buku Pintar Komputer. Jakarta: Kriya Pustaka.
Ni Komang Juniati. 2012. Tingkat Kecemasan Ibu-Ibu Usia 40-48 Tahun Dalam Menghadapi
Menopause DiDusun Mundu Kelurahan Catur Tunggal Kecamatan Depok KabupatenSleman
Yogyakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
64
Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumonggo. 2010. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan.
Jakarta: Kencana.
Pinem. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: TIM.
Proverawati, A. 2010. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2012. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta: TIM.
Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaiamana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.
Stuart & Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Suwarno, S. 2004. Pustaka Pintar Wanita. Jakarta: Progres.
Yatim, Faisal. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
65
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE ON ADOLESCENT CLASS XI
UNWANTED PREGNANCY IN SMA MASEHI KUDUS
Yunita Dwi Karlinda1, Ika Sari K, S.SiT2, Dewi Endah K, SST3
1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Adolescence is an age between 10-19 years, which is a period of maturation of the reproductive
organs of men. The problem is prominent in adolescents, such as sexual problems (unwanted
pregnancy and abortion). Data pillars Indonesian Family Planning Association KTD events in
2002 there were 50 cases, in 2003 there are 92 cases, in 2004 there were 101 cases and in 2010
there was 8-10 cases.
This study aims to determine the picture of young women knowledge about KTD in class XI
SMA Holy AD. The research uses descriptive method with cross sectional approach. The
samples studied female student of class XI 35 people using the questionnaire included 30
questions.
The results showed girls knowledge about KTD good class XI of 65.7%, just 25.7%, and less
than 8.6%.
The advice given is expected for teens to abstain from sexual relations that would happen KTD.
Keywords: Awareness, Youth, Unwanted Pregnancy
ABSTRAK Masa remaja merupakan usia antara 10-19 tahun,dimana merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia. Masalah yang menonjol di remaja, misalnya masalah
seksualitas (KTD&aborsi). Data pilar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia kejadian
KTD pada tahun 2002 ada 50 kasus, tahun 2003 ada 92 kasus, tahun 2004 ada 101 kasus dan
tahun 2010 ada 8-10 kasus.
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri kelas XI tentang
KTD di SMA Masehi Kudus. Penelitian menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Sampel yang diteliti siswa putri kelas XI sejumlah 35 orang menggunakan
kuesioner berjumlah 30 pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja putri kelas XI tentang KTD baik 65,7%,
cukup 25,7%, dan kurang 8,6%.
Saran yang diberikan adalah diharapkan bagi remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual
yang nantinya akan terjadi KTD.
Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, KTD
66
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan psikis. Masa remaja yakni antara usia
10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dan masa anak ke
masa dewasa (Widyastuti, dkk, 2009; h.11).
Masalah yang menonjol di kalangan
remaja, misalnya masalah seksualitas
(kehamilan tidak dinginkan dan aborsi),
terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS),
HIV/AIDS dan sebagainya akan
menimbulkan beberapa dampak bagi
pemerintahan karena remaja menghadapi
masalah kesehatan yang kompleks,
walaupun selama ini diasumsikan sebagai
kelompok yang sehat. Beberapa survei
diketahui besaran masalah remaja,
sebagaimana ditunjukkan oleh data berikut:
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 menunjukkan
pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%,
lelaki: 3,7%. Dari delapan puluh empat
orang terdapat 1% yang pernah mengalami
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), 60%
diantaranya mengalami atau melakukan
aborsi.
Kehamilan tidak diinginkan bukanlah
fenomena baru yang sering diperbincangkan
di dunia ini, jika kita simak lebih jauh
sebenarnya kehamilan tidak diinginkan bisa
menimpa siapa saja. Pada saat ini
tampaknya kehamilan tidak diinginkan tidak
dapat dipandang sebagai masalah (kasus)
individu saja, tetapi lebih tepat dipandang
sebagai masalah sosial karena jumlahnya
yang semakin besar. Kejadian KTD pada
remaja memiliki kecenderungan meningkat.
Data pilar Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI), pada tahun 2002 ada 50
kasus KTD, tahun 2003 ada 92 kasus KTD,
67
tahun 2004 ada 101 kasus KTD dan tahun
2010 satu bulan terdapat 8 - 10 kasus KTD
(BKKBN, 2009 : 1).
Ketidak tahuan atau minimnya
pengetahuan tentang perilaku seksual pada
remaja maka dapat mengakibatkan
kehamilan tidak diinginkan pada remaja.
Ketika seorang perempuan mengalami
kehamilan tidak diinginkan (KTD), diantara
jalan keluar yang ditempuh adalah
melakukan upaya aborsi, baik yang
dilakukan sendiri maupun dengan bantuan
orang lain. Banyak diantaranya yang
memutuskan untuk mengakhiri
kehamilannya dengan mencari pertolongan
yang tidak aman sehingga mereka
mengalami komplikasi serius atau kematian
karena ditangani oleh orang yang tidak
berkompeten atau dengan peralatan yang
tidak memenuhi standar (Tinceulisinaga,
2007).
Berdasarkan penelitian Datik Najianti di
Kelurahan Plamongansari Kecamatan
Pedurungan yang mengambil 11 orang
sebagai subyek penelitian yang diambil
secara total sampling. Hasil dari 11
responden didapatkan bahwa dukungan
konselor sebaya memperkuat perilaku
subyek dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan kehidupan seksual dan
banyak yang melakukan hubungan seks
termasuk KTD maupun aborsi. Ini
menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang Kehamilan Tidak Diinginkan di
Kelurahan Plamongansari Kecamatan
Pedurungan.
SMA Masehi merupakan sekolah yang
terletak dipusat kota yang didalamnya
mayoritas remaja yang mempunyai ekonomi
menengah keatas. Menurut hasil studi
pendahuluan dengan metode wawancara dari
5 siswa dan 1 guru BK di SMA Masehi
bahwa remaja di SMA Masehi cenderung
belum mengetahui mengenai Kehamilan
Tidak Diinginkan. Tetapi dari mereka lebih
68
mengerti mengenai tehnology-tehnology
sekarang yang ada. Selain itu mereka juga
mendapatkan informasi tersebut dari
temannya sehingga siswa lebih cepat
mendapatkan informasi. Jika informasi
tersebut seperti halnya melakukan hubungan
seksual diluar nikah remaja bisa melakukan
dan akan terjadi Kehamilan Tidak
Diinginkan.
Berdasarkan latar belakang dan
penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kehamilan
tidak diinginkan yang dituangkan dalam
judul ”Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Kelas XI Tentang Kehamilan Tidak
Diinginkan di SMA Masehi Kudus.”
METODE
Desain penelitian menggunakan metode
diskriptif. Tenik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang sudah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Teknik
sampling yang digunakan adalah total
sampling sejumlah 35 siswi kelas XI di
SMA Masehi Kudus. Teknik analisa data
yang digunakan adalah analisa univariat
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Berdasarkan Umur
Tabel 1.1.Distribusi Frekuensi Menurut Umur
Umur Frekuensi Persentase
16 tahun 22 62,9 %
17 tahun 13 37,1 %
Jumlah 35 100
69
2. Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
a. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan
Tabel 1.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik 28 80%
Cukup 0 0%
Kurang 7 20%
Jumlah 35 100%
b. Tingkat Pengetahuan Tentang Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan
Tabel 1.3 Tingkat Pengetahuan Tentang Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
24
0
68,6%
0%
Kurang 11 31,4%
Jumlah 35 100%
c. Tingkat Pengetahuan Tentang Akibat Kehamilan Tidak Diinginkan
Tabel 1.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Akibat Kehamilan Tidak Diinginkan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
26
0
74,3%
0%
Kurang 9 25,7%
Jumlah 35 100%
d. Tingkat Pengetahuan Tentang Cara Mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan
Tabel 1.5 Tingkat Pengetahuan Tentang Cara Mencegah Kehamilan Tidak
Diinginkan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
24
0
68,6%
0%
Kurang 11 31,4%
Jumlah 35 100%
70
e. Tingkat Pengetahuan Tentang Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika Terjadi
Kehamilan Tidak Diinginkan
Tabel 1.6 Tingkat Pengetahuan Tentang Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika
Terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
0
30
0%
85,7%
Kurang 5 14,3%
Jumlah 35 100%
f. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Kriteria Frekuensi Persentase
Baik 23 65,7 %
Cukup 9 25,7 %
Kurang 3 8,6 %
Jumlah 35 100 %
B. BAHASAN
Karakteristik berdasarkan umur
responden yang paling banyak adalah
pada umur 16 tahun (62,9%). Menurut
Wahit, 2011 dengan bertambahnya
umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dan psikologi
(mental). Secara garis besar,
pertumbuhan fisik terdiri atas empat
kategori perubahan yaitu perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya
ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri
baru. Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental, taraf berpikir
seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa.
Tingkat pengetahuan tentang
Kehamilan Tidak Diinginkan yang
paling banyak yaitu pengetahuan baik
dengan jumlah 23 responden (65,8%).
71
Dengan pengetahuan yang memadai dan
adanya motivasi untuk menjalani masa
remaja secara sehat, maka remaja akan
berusaha untuk memelihara kesehatan
dirinya agar dapat memasuki masa
kehidupan berkeluarga dengan sistem
reproduksi yang sehat (Andhyantoro,
2012). Pada penelitian ini tingkat
pengetahuan tentang kehamilan tidak
diinginkan baik, dikarenakan remaja
sekarang lebih cepat mendapatkan
informasi dari media masa seperti
internet, koran maupun televisi. Hal ini
bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan,
pekerjaan, umur, minat, pengalaman,
kebudayaan sekitar dan informasi.
Informasi yang benar dan tepat tentang
masalah seputar seksual dan kesehatan
reproduksi bisa didapatkan dari jurnal
kesehatan sehingga remaja akan lebih
memahami dengan baik mengenai
keadaan seksual remaja tentang masalah
kesehatan reproduksi.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Tingkat pengetahuan tentang
kehamilan tidak diinginkan pada remaja
putri kelas XI SMA Masehi Kudus baik
(65,7%).
B. SARAN
Setelah mendapatkan pengetahuan
tentang kehamilan tidak diinginkan,
diharapkan bagi remaja untuk tidak
melakukan hubungan seksual yang
nantinya akan terjadi kehamilan tidak
diinginkan. Bagi pihak sekolah
diharapkan untuk senantiasa
meningkatkan pengetahuan remaja
khususnya perempuan dengan cara
menambahkan informasi dan
memberikan penyuluhan mengenai
kesehatan reproduksi remaja.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti Titik. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Kudus: PresAKMR; 2010
Datik Najianti. Perilaku Remaja Dalam Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan. Semarang:
UNDIP; 2011
Hidayat Aziz Alimul.metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika; 2007. h.68
Karwati, Pujiati Dewi, Mujiwati Sri. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: CV
TRANS INFO Media; 2011
Mansur Herawati. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Mubarak Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
h.81
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2008
PKBI. Apa Yang Harus Dilakukan Bila Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Jakarta:
PKBI Pusat; 2010
Tinceuli Sinaga. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putir Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak
Dikehendaki Di Sekolah Menengah Umum Negeri I Pematang Siantar. Sumatera Utara:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2007
Widyastuti Yani, Rahmawati Anita, Purnamaningrum Yuliastika Eka. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Fitramaya; 2009
FORMAT ARTIKEL
JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)
(– TIMES NEW ROMAN 14 pt)
JUDUL ARTIKEL (Bahasa Indonesia) 12 pt
JUDUL ARTIKEL (Bahasa Ingris) 12 pt
Nama penulis 1, Nama penulis 2 (12 pt)
1,2 Asal institusi penulis
Alamat institusi penulis
No Hp / surel penulis
ABSTRACT
Abstract written using times new roman font size 12, spacing 1 and the text length between
100-200 word, written in one paragraph.
ABSTRAK
Abstrak ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12, spasi 1 dan dengan
panjang teks antara 100-200 kata, ditulis dalam 1 paragraf. Abstrak versi Bahasa Indonesia
ditulis menggunakan Bahasa Indonesia baku dengan ejaan yang disempurnakan.
Kata kunci: terdiri dari 3-6 kata, ditulis mengikuti urutan abjad
PENDAHULUAN
Naskah diketik dengan font Times New
Roman ukuran 12 , spasi double (2)---------
----------------------------------------------------
-----------------------------------(dst)
----------------------------------------------
----------------------------------------------------
-----------------------------------------(dst)
Tipe Artikel
Artikel merupakan hasil penelitian
dalam bidang pendidikan. Sistematika
penulisan artikel hasil penelitian terdiri
dari judul, nama penulis, institusi dan
alamat korespondensi, abstrak, kata kunci,
pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, simpulan, ucapan terimakasih
dan daftar rujukan.
Naskah dipaparkan secara naratif
(tanpa penomoran di depan sub judul) dan
pemaparan dalam bentuk sub judul
dihindari.
METODE
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
------------------------------------------dst
Berisi metode/rancangan penelitian,
populasi dan sampel, instrumen, validitas
dan realibilitas instrumen, dan cara analisis
data.
HASIL DAN BAHASAN
A. HASIL
----------------------------------------------
----------------------------------------------
---------------------------------------dst
B. BAHASAN
----------------------------------------------
----------------------------------------------
---------------------------------------dst
Hasil dan pembahasan dibuat sub
judul sendiri. Dimana bagian ini
merupakan bagian utama artikel. Pada
hasil dapat disajikan dengan tabel atau
grafik, untuk memperjelas hasil secara
verbal. Sedangkan pada pembahasan
merupakan bagian terpenting dari
keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan
pembahasan adalah : Menjawab masalah
penelitian, menafsirkan temuan-temuan,
mengintegrasikan temuan dari penelitian
ke dalam kumpulan pengetahuan yang
telah ada dan menyusun teori baru atau
memodifikasi teori yang sudah ada.
Gambar disisipkan di dalam text box
dan figures caption (keterangan gambar)
diletakkan di bawah gambar.
Gambar 1. Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx
Tabel 1. Yyyyyyyyyyyyyyyyy yyyyyyyyyyyyyyyy
Tabel dibuat dengan lebar garis 1 pt
dan tables caption (keterangan tabel)
diletakkan di atas tabel. Keterangan tabel
yang terdiri lebih dari 2 baris ditulis
menggunakan spasi 1. Garis-garis tabel
diutamakan garis horizontal saja
sedangkan garis vertikal dihilangkan.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
----------------------------------------------
--------------------------------------dst
B. SARAN
----------------------------------------------
--------------------------------------dst
Simpulan dan saran ditulis sendiri-
sendiri dalam sub judul. Simpulan memuat
jawaban atas pertanyaan penelitian. Ditulis
dalam bentuk narasi, bukan dalam bentuk
numerikal. Saran diberikan atas dasar hasil
penelitian.
UCAPAN TERIMAKASIH (bila ada)
Ucapan terimakasih ditujukan kepada
institusi resmi atau perorangan sebagai
penyandang dana atau telah memberikan
kontribusi lain dalam penelitian. Ucapan
terimakasih dilengkapi dengan nomor surat
kontrak penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------dst
Penulisan daftar pustaka terdiri-dari nama penulis, tahun penerbitan, judul artikel, nama
kota dan institusi penerbitan. Daftar rujukan diurutkan sesuai huruf pertama nama penulis (A-
Z). Kata kedua dalam nama disepakati sebagai nama keluarga. Semua pustaka yang dirujuk
dalam teks harus dituliskan dalam daftar rujukan.
Penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
Buku :
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan
oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha nasional
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rinneka Cipta
Jawa Pos. 22 April 2008. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam
Memenuhi Kebutuhan Dunia Idustri. Transpor, XX(4): 54-5 (4): 57-61
Keppel, Geoffrey. 1982. Design and Analysis A Researcher’s Handbook. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Khumaedi, M, Sunyoto dan Burhan, M . 2010. Program Keahlian pada Sekolah Menengah
Kejuruan dan Kesesuaiannya dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin (PTM). Volume 11, No.1.
Jurnal:
Meltzer, D.E. 2002. The Relantionship Between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics. AmJ Phys, 70 (7): 120-137
Buku:
Sukmadinata, N.S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya
Prosiding:
Liliasari. 2011. Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa melalui
Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA dengan tema Membangun
Masyarakat Melek (Literate) IPA yang Berkarakter Bangsa melalui Pembelajaran.
Semarang, 16 April 2011
Skripsi, Tesis, Desetasi:
Parmin. 2005. Kualitas Pembelajaran Biologi melalui Pendekatan Sains Lingkungan
Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas). (Tesis). Semarang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang
Pengiriman Artikel
Soft copy dan hard copy dari artikel dalam bentuk akhir (revised article) ditulis sebanyak 10
sampai 12 halaman dikirimkan ke Staf redaksi Jurnal Kebidanan dan Kesehatan AKBID
Mardi Rahayu email: [email protected] atau AKBID Mardi Rahayu Jl. KH Wahid
Hasyim No.89 Kudus