cover dalam + pengantar I'M JONGOS.indd 1 17/09/2018 10:25:38 · utarti, akra dipanggil ak endut....
-
Upload
dinhnguyet -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of cover dalam + pengantar I'M JONGOS.indd 1 17/09/2018 10:25:38 · utarti, akra dipanggil ak endut....
cover dalam + pengantar I'M JONGOS.indd 1 17/09/2018 10:25:38
I’M JONGOS
©2018, Bernardus Yosep Te Victoria
Layouter: Yolanda
718021575
978-602-04-8439-6
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan pertama kali tahun 2018 oleh Penerbit
PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia
Anggota IKAPI, Jakarta
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis
dari penerbit
Dicetak oleh
Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Rights.indd 2 9/17/2018 2:10:47 PM
Daftar Isi
Bab 1 : Semua Bermula Di Lampung
Bab 2 : Babak (Belur) Di Jakarta
Bab 3 : Welcome to MTV
Bab 4 : Cinta Maria
Bab 5 : Perahu Baru Bernama Vertigo
Bab 6 : Naik-Turun Tangga Vertical
Bab 7 : Tips Mengembangkan Bisnis
Bab 8 : Epilog
cover dalam + pengantar I'M JONGOS.indd 3 17/09/2018 10:25:39
I'm Jongos ISI rev.indd 1 9/18/2018 7:42:43 AM
BAB 1
SemuaBermulaDi Lampung
I'm Jongos ISI rev.indd 2 9/18/2018 7:42:44 AM
3
Pada 11 Januari 1942, pasukan Jepang untuk pertama kalinya
mendarat di Indonesia. Kaki mereka menjejak Pulau Tarakan,
Kalimantan Timur. Ribuan pasukan Jepang lain kemudian
menyusul. Mereka lalu berkampanye dengan apa yang dikenal
sebagai 3A: Nippon Pemimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya
Asia. Para Nippon ini juga mengambil hati rakyat Indonesia
dengan menyebut diri sebagai saudara tua. Rakyat Indonesia
yang sudah lama menderita di bawah penja jahan Belanda,
menyambut gembira serdadu Jepang yang dianggap akan jadi
tentara pembebasan.
Sejarah
membuktikan,
anggapan itu salah
besar. Jepang menja jah
Indonesia lebih kejam daripada
apa yang dilakukan Belanda. Salah satu
bentuk perbudakan Jepang terhadap orang
Indonesia adalah apa yang dikenal sebagai romusha,
alias tenaga kerja paksa. Pada tahun 1943, Jepang mewajibkan
semua petani di Indonesia untuk jadi romusha.
I'm Jongos ISI rev.indd 3 9/18/2018 7:42:45 AM
4
Di Jawa, tempat yang gemah ripah lohjinawi, tanah tempat kayu dilemparkan jadi tanaman, ada banyak sekali petani yang dipaksa jadi romusha.Para petani di Jawa ini kemudian juga dikirim untuk jadi romusha
di luar Jawa. Beberapa sumber sejarah menyebutkan, ada
sekitar 230.000 petani Jawa yang dikirim ke luar Jawa.
Mereka bekerja dengan kondisi yang amat buruk.
Henk Hovinga, sejarawan yang menulis The Sumatra
Railroad: Final Destination Pakan Baroe 1943-1945
(2010) menyebut bahwa kira-kira 80.000
romusha tewas.
Namun ada banyak orang yang menolak
untuk dikirim jadi romusha. Salah satunya
adalah Paulus Harjo Utomo. Pada tahun
1942, setahun sebelum semua petani
diwajibkan jadi romusha, Harjo kabur dari
kampung halamannya di Yogyakarta dan
menuju Lampung sebagai transmigran.
I'm Jongos ISI rev.indd 4 9/18/2018 7:42:45 AM
5
Di Lampung memang ada banyak
transmigran Jawa. Generasi pertama
transmigran Jawa di Lampung
tercatat mendarat pada tahun 1905.
Kala itu, 815 orang yang tergabung
dalam 155 keluarga ini mendarat di
Gudang Lelang, Teluk Betung.
Perjalanan mereka tak berhenti di
sana. Para orang Jawa ini berjalan
kaki menuju Gedong Tataan selama
dua hari. Di Gedong Tataan itu, mereka
membuka lahan dengan bekal bola besi
berdiameter 50 sentimeter pemberian
pemerintah Belanda.
Angkatan pertama pendatang dari Jawa ini bekerja di perke-
bunan. Kampung mereka kemudian dinamai Bagelen, diambil
dari nama kampung halaman mereka di Purworejo, Jawa Tengah.
Para orang Bagelen ini punya bekal yang dirasa cukup:
uang 20 gulden tiap keluarga, alat masak, juga alat pertanian.
Bahkan pemerintah Belanda juga membekali material untuk
rumah, serta bahan makanan untuk dua tahun.
Lampung kemudian jadi primadona bagi para orang Jawa yang ingin mendapat
kehidupan lebih baik.
Sama “bagelen”,tapi tak serupa
I'm Jongos ISI rev.indd 5 9/18/2018 7:42:46 AM
6
Selain tak begitu jauh dari Jawa, masih banyak
tanah kosong di sana. Walau, tentu sa ja, para
transmigran ini harus bekerja keras untuk
membuka lahan. Setelah generasi pertama,
berturut-turut datang gelombang orang
Jawa lain. Ada yang dari Kedu, Kediri,
hingga Tulungagung. Menurut data
Museum Transmigrasi yang dikutip
oleh sejarawan Petrik Matanasi,
dari 1905 hingga 1943, ada
sekitar 206.361 orang
Jawa yang pindah ke
Lampung.
Untuk
mengobati
rasa kangen
kampung halaman,
nama koloni mereka
pun dibuat sama
seperti daerah asal. Maka
tak heran kalau di Lampung ada
kecamatan dan desa beraroma Jawa,
mulai dari Kutoarjo, Pringsewu,
Gedong Tataan, Purbolinggo, Banjit,
Pekalongan, Ambarawa, Sukoharjo,
Banyurejo, juga Selo Rejo.
I'm Jongos ISI rev.indd 6 9/18/2018 7:42:46 AM
7
Di Selo Rejo bedeng 52, yang sekarang masuk dalam administrasi Kecamatan Batanghari,
Kabupaten Lampung Timur, sejarah kehidupan Bernardus Yosep Te Victoria dimulai.
I'm Jongos ISI rev.indd 7 9/18/2018 7:42:48 AM
8
Pagi Sekolah, Siang Angon Kebo,Sore Bandar Judi DaduHarjo Utomo kemudian menikah dan punya sembilan anak. Salah
satunya adalah Fransiskus Xaverius Sutarno. Sama seperti Harjo,
Sutarno juga bekerja sebagai petani. Sebelumnya, Harjo punya
sawah yang cukup luas. Namun karena memiliki sembilan anak,
tanah luas itu dibagi untuk mereka, dan tiap anak hanya dapat
lahan yang tak seberapa luas. Di tanah warisan itu, Sutarno
menanam padi.
Sutarno kemudian menikah dengan Maria Meisinah, sesama anak
transmigran Jawa di Lampung yang tinggal di desa Rejo Agung
bedeng 49. Pernikahan mereka yang dihelat pada tanggal
16 Juni 1968. Mereka dikaruniai enam orang anak. Anak pertama,
sekaligus satu-satunya anak perempuan, adalah Kristina Sri
Sutarti, akrab dipanggil Mbak Gendut. Lalu berturut-turut
menyusul Albertus Dwi Edi Suseno, Florensius Tri Anggono,
Antonius Agus Prianto, Antonius Heri Purwanto, dan si bungsu
Bernardus Yosep Te Victoria.
Bapak Ibu Mbak G Mas 1 Mas 2 Mas 3 Mas 4 Yosep
I'm Jongos ISI rev.indd 8 9/18/2018 7:42:48 AM
9
Yosep lahir pada tanggal 8 September 1978, hanya empat hari
dari Idul Fitri 1398 H. Karena itu, nama aslinya adalah Bernardus
Yosep Te Fitria. Nama Fitria yang beraroma feminin itu bukan
tanpa alasan. Meisinah ingin punya anak perempuan lagi.
“Ketika ternyata lahir dan anaknya cowok lagi, saya nangis,”
kenang Meisinah sembari tertawa kecil.
Meisinah sempat lama tidak
mau berdamai dengan
kenyataan. Jos,
panggilan akrab
Yosep, sering
dipakaikan busana
perempuan. Sering pula
Jos pakai rok. Banyak
orang meledek Jos.
“Wandu, wandu,” begitu
teriak yang mengejek Jos.
Jos jelas malu, tapi dia hanya
bisa mengadu kepada sang ibu.
Biasanya sang ibu akan mengamuk kepada para perisak.
Ledekan- ledekan itu berakhir saat Jos masuk sekolah dasar.
I'm Jongos ISI rev.indd 9 9/18/2018 7:42:49 AM
10
Di hari pendaftaran sekolah, Meisinah membawa Jos yangmemakai rok. Suryani, guru yang kelak ditemui lagi oleh Jos setelah 34 tahun berpisah, geleng-geleng kepala melihatbocah lelaki memakai rok. Ditambah, nama belakang Josdianggap aneh.
“Fitria itu nama perempuan. Namanya kuganti jadi Victoria, ya?” kata Suryani. Orang tua Jos manut. Sejak itu nama belakang Jos adalah Victoria.
“Dia bilang, ”Fitria itu ‘kan namaperempuan’. Jadi beliau mengganti
namaku jadi Victoria.Zaman dulu kan sebagai orang desa aku nurut-nurut saja namaku diganti.Sampai sekarang aku juga gak tahu apa arti TE di namaku itu,” kata Jos.
I'm Jongos ISI rev.indd 10 9/18/2018 7:42:49 AM